LAPORAN HASIL WAWANCARA
PENGETAHUAN LINGKUNGAN
PENGELOLAHAN LINGKUNGAN PERTANIAN
Disusun oleh:
Aini Maskuro (0910211107)
Halimatus sa’diyah (0910211066)
Siti hasanah (0910211073)
Dian nuriyanti (0910211075)
Arizal irawan (0910211082)
Siti aminah (0910211111)
Ana muslikha (0910211116)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Januari, 2012
1
Profil Kurikulum Vitae
Nama : Moh. Aris R. Wibowo
Jabatan : Bidang Pengembangan Wisata Agro
Status : Nikah
Mahasiswa dari Universitas Muhammad Seruji Semester 5 Tahun 2000
Alamat : Rumah Dinas PTPN XII
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
1. Mengetahui permasalahan lingkungan yang ada di lingkungan pertanian dan pihak-pihak
yang terlibat dalam permasalahan konflik tersebut.
2. Membandingkan antara pengelolaan lingkungan pertanian secara konvensional yang
dilakukan oleh masyarakat dan pengelolaan lingkungan pertanian yang dikelola oleh
pemerintah (PTPN/PDP) atau oleh perusahaan.
3. Mencoba menentukan pendekatan/instrument yang sesuai untuk mengelola pertanian.
1.2 DASAR TEORI
Sistem pertanian konvensional/intensif ditandai dengan masukan bahan-bahan kimia,
seperti pestisida dan pupuk kimia sebagai faktor produksi, serta penyeragaman tanaman
(monokultur). Hal ini terinspirasi oleh adanya revolusi hijau, sehingga orientasi pertanian
hanyalah pada produksi yang tinggi. Pada akhirnya, ternyata sistem pertanian konvensional
tersebut banyak menimbulkan permasalahan lingkungan, baik masalah biotik, fisik, maupun
social. Permasalahan biotic contohnya adalah pemiskinan keanekaragaman hayati, resistensi
hama dan akumulasi bahan kimia (pestisida) dalam tubuh makhluk hidup termasuk manusia.
Permasalahan fisik dan kimia contohnya adalah degradasi tanah/lahan, pencemaran tanah
oleh bahan kimia pertanian, pencemaran air oleh pestisida dan eutrofikasi perairan serta
pencemaran udara akibat pemakaian pestisida system semprot. Permasalahan social
contohnya adalah petani tidak mempunyai kemandirian untuk pengadaan benih sendiri serta
harga bahan-bahan kimia yang semakin mahal sedangkan petani sudah tergantung dengan
bahan-bahan kimia itu. Akibatnya antara biaya produksidan pendapatan dari panen tidak
seimbang. Ditambah lagi, pada masa sekarang kepemilikan lahan oleh petani, terutama petani
di Jawa, sangat sempit, tidak mencapai 0,5 Ha, sehingga menambah kesengsaraan petani.
Masalah-masalah seperti itu dapat mengancam keberlanjutan system produksi petanian.
Pada masa sebelum intensifikasi pertanian digalakkan, system pertanian yang ada adalah
tradisional. Pada masa itu penggunaan pupuk hanyalah dengan pupuk organic/kompos, dan
3
pengendalian hamadengan menggunakan pestisida botanic, sedangkan untuk pembenihan,
petani membuat dan memilih sendiri benih yang akan ditanam di lahannya. System
tradisional pada masa itu juga memungkinkan system pengendalian hama secara alami dapat
bekerja.
Dengan adanya pengalaman pahit dari system konvensional di atas, maka mulailah dilirik
system pertanian yang ramah lingkungan yang menjamin keberlanjutan system produksi
pertanian. Sesuai dengan penjelasan Agenda 21 Indonesia, pertanian berkelanjutan
merupakan pengelolaan dan konservasi sumberdaya alam yangberorientasi pada perubahan
teknologi dan kelembagaan, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin
pemenuhan dan pemuasan kebutuhan masyarakat banyak secara berkelnjutan bagi generasi
sekarang dan mendatang. Dengan demikian, pembangunan di sector pertanian harus mampu
mengkonservasi tanah, air tumbuhan dan sumber genetika hewan, tidak merusak lingkungan
(mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta melestarikan sumberdaya
alam), secara teknis tepat guna, secara akonomis layak dan secara social dapat diterima.
Agrowisata juga sangat erat dengan lingkungan asri indah seperti diwilayah Mumbulsari
dengan fasilitas yang ada kita jadikan yang tadinya lahan pabrik pengolahan kita buat menjadi
kolam renang dan sirkuit trail sepeda.motor termasuk upaya lingkungan kita harus berupaya
dalam pengembangan kebun ini terus mempertahankan lingkungan setempat tidak boleh kita
mengesplotasi lahan yang menyebabkan lahan itu malah menjadi tandus.
Tentunya dengan adanya beberapa pilar pengembangan usaha ini PTPN XII bisa meraih
omset yang lebih tinggi laba sehingga kesejahteraan masyarakat karyawan juga meningkat
sesuai dengan pengembangan penghasilan di masa masa yang akan datang termasuk pemkab
jember terus melakukan kerjasama di semua segi aspek dengan program program yang ada
4
BAB II
METODOLOGI
2.1 ALAT DAN BAHAN
1. Alat tulis
2. Pedoman wawancara
3. Kamera (Kodak)
2.2 CARA PENGUKURAN
Dalam praktikum ini dilakukan pendataan masalah-masalah yang ada dalam lingkungan
pertanian, dan siapa saja yang terlibat konflik/masalah tersebut. Pengukuran mengenai
tingkat urgensi masalah yang harus diselesaikan, dilakukan dengan pemberian bobot
(scoring) berdasarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat konflik.
2.3 CARA KERJA
1. Tentukan dua lokasi agroekosistem yang mempunyai dua perbedaan system
pengelolaannya (yang dikelola masyarakat dan yang dikelola pemerintah (PTPN/PDP) atau
perusahaan.
2. Observasi wilayah kajian, amati kondisi fisik, biotic maupun social yang terjadi di kedua
lingkungan itu. Jika perlu, gunakan kamera (Kodak) untuk merekamnya. Bandingkan
antara kedua system pertanian tersebut. Amati masalah-masalah/konflik yang ada.
3. Siapkan pedoman wawancara/daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada pihak-
pihak/orang-orang (minimal 20 orang) yang terlibat dalam konflik lingkungan pertanian
tersebut. Daftar p[ertanyaan sesuaikan dengan tujuan praktikum. Jangan lupa tuliskan
status responden, apakah ia sebagai petani, buruh tani, pedagang/pembeli hasil panen,
masyarakat non petani yang tinggal di lingkungan pertanian, atau konsumen hasil
pertanian.
4. Tabulasikan data tentang masalah lingkungan fisik dan biotic yang didapat dari hasil
observasi lapangan dan/atau wawancara, serta masalah social yang didapat dari hasil
5
wawancara dengan responden. Untuk semua masalah yang ditemukan, berilah bobot
berdasarkan wawancara dengan responden. Bobot tertinggi diberikan untuk masalah yang
paling urgen untuk diselesaikan.
5. Analisislah hasil yang didapat, bandingkan kedua sistem. Cobalah untuk mengambil
keputusan mengenai pendekatan atau instrument / cara apa yang paling sesuai diterapkan
untuk mengatasi permasalahan / konflik yang terjadi pada kedua lingkungan pertanian yang
berbeda itu. Sistem pertanian mana yang paling banyak terjadi konflik atau masalah
lingkungan.
6
BAB III
HASIL PRAKTEK LAPANG DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi PTPN XII Mumbulsari
Pada kali ini, kami melakukan observasi di PTPN XII Mumbul Sari. Dengan narasumber
M. Aries Wibowo selaku karyawan PTP Nusantara XII yang bergerak dibidang Pengembangan
Wisata Agro. Dimana luas PTP Nusantara XII 39.886.140 Hektar yang dibagi menjadi :
Kebun Lengkong (Kantor Induk)
Avdeling Merawan
Gambiran
Mandigu
Gunung Mayang
Dampar
Talang
Awalnya pada perkebunan terdapat tanaman kakau dan kopi kemudian diganti dengan
tanaman pohon karet dan pohon sengon. Dengan digantikan tanaman tersebut, kami kurang
menggali informasi karena pada waktu melakukan wawancara, waktunya bertepatan dengan
ujian TI. Selain itu, nara sumbernya tidak terlalu terbuka kepada kami (Rahasia Perusahaan).
Tanaman karet dan sengon merupakan tanaman yang lebih dominan daripada tumbuhan lain.
Pada PTPN XII ini terdapat 2 kegiatan yaitu kegiatan pengembangan dan perdagangan. Kegiatan
pengembangan usaha yang meliputi dibidang perkebunan, agrowisata, agrobisnis, sedangkan
pada kegiatan perdangan meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran diberbagai macam hasil
produksi dan pengusahaan budidaya tanaman contohnya : pembibitan, pengolahan lahan,
penanaman dan pemeliharaan HGU (Hak Guna Usaha).
Pada PTPN XII ini, awal mulanya tanaman kopi dan kakau tetapi dengan berjalannya
waktu, lambat laun diganti dengan tanaman sengon dan karet. Selain terdapat pohon karet dan
sengon juga terdapat pohon pisang, buah naga, pohon buah pepaya, dan tanaman pokok seperti
cabai. Sumber Daya Manusia yang merupakan masyarakat sekitar dan berasal dari luar
kecamatan. Limbah yang dihasilkan di PTPN XII adalah ranting-ranting pohon yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan bakar yang digunakan untuk memasak dan
7
bahan bakar untuk pembakaran batu kapur, daun digunakan sebagai pakan ternak serta serbuk
kayu untuk penanaman jamur.
Limbah serbuk kayu dihasilkan dari pohon sengon yang siap ditebang antara 6-7 tahun
atau dilihat dari struktur batangnya. Pemerintah tidak pernah memberikan subsidi bantuan untuk
pengembangan PTP Nusantara XII. Pendapatan di dalam PTPN XII didongkrak untuk
membangun BUMN. PTPN XII ini, merupakan rating dari 3 PTPN Jawa Timur, dimana
pendapatan yang dihasilkan bermilyaran rupiah. Produksi yang dihasilkan berupa kayu dan karet.
Kayu dan karet tsb diolah setengah jadi didalam negeri dan sisanya dijual diluar negeri dengan
perbandingan 25 % dalam negeri dan 75% keluar negeri.
Dalam sistem kerja di PTPN XII ini, terdapat sistem dinamis dan demokratis seperti
sistem kepatuhan antara manager dan karyawan serta ada rasa hormat yang tinggi ketika
manager memberikan tugas kepada karyawan dan karyawan langsung mengerjakannya.
Dampak Positif dan Negatif :
Dampak Positif;
Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
Sebagian limbah-limbah yang di hasilkan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
bahan bakar
Membuka usaha baru dengan pemanfaatan serbuk kayu untuk penanaman jamur
Dari usaha baru tersebut dapat membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat
sekitar.
Dampak Negatif :
Tingkat keamanan yang kurang sehingga mengakibatkan adanya pencurian
Ranting dan dedaunan dari pepohonan di kawasan PTPN tersebut jika tidak
dibersihkan dapat menimbulkan masalah yaitu dapat merusak pemandangan.
3.2. Analisis masalah di Perkebunan PTPN XII Mumbulsari
Pada dasarnya dampak lingkungan dari kegiatan pertanian tidak akan kasat mata,
namun secara fisiologis tanah dari lahan pertanian tersebut sebenarnya terdapat
masalah, apabila menggunakan pupuk kimia yang berlebihan.Berdasarkan fakta
8
dilapangan. Petugas yang merawat tanaman disana telah menggunakan pupuk
kimiawi, seperti NPK dan pupuk kimia lainnya.Efek terhadap tanahnya adalah
akan menjadi marjinal jika pemupukan tersebut terus dilakukan. Namun
kelompok kami mencoba menjadi police maker dalam masalah ini, yaitu dengan
cara menyarankan kepada pengelola perkebunan untuk memupuk pepohonan
yang ada disana dengan menggunakan pupuk kompos.Dengan adanya pupuk
kompos tersebut maka tanah akan tetap terjaga kesuburannya.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada pengelolaan pertanian di dapat dampak positif dan negative.
Dampak Positif;
Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
Sebagian limbah-limbah yang di hasilkan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
bahan bakar
Membuka usaha baru dengan pemanfaatan serbuk kayu untuk penanaman jamur
Dari usaha baru tersebut dapat membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat
sekitar.
Dampak Negatif :
Tingkat keamanan yang kurang sehingga mengakibatkan adanya pencurian
Ranting dan dedaunan dari pepohonan di kawasan PTPN tersebut jika tidak
dibersihkan dapat menimbulkan masalah yaitu dapat merusak pemandangan.
4.2 Saran
Saran yang kami tujukan adalah:
1. Pembaca
Setelah pembaca membaca laporan ini, diharapkan dapat menambah khasanah
pengetahuannya dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengelola PTPN XII Mumbulsari
Dengan adanya masalah yang dapat di analisis tersebut diharapkan pihak
pengelola dapat mensejahterakan para pekerja dan turut serta dalam usaha
pelestarian lingkungan PTPN XII Mumbulsari.
10
DAFTAR PUSTAKA
Utomo, Agus Prasetyo. 2011. Buku Petujuk Praktikum Pengetahuan
Lingkungan. Jember : Universitas Muhammadiyah Jember
http://wisata.jember.info/hotels-accomodations/ PTPN XII Mumbulsari
http://www.jember.info/potensi/wisata/Mumbul garden
11
DOKUMENTASI
12
Gambar: Tanaman yang terdapat di Perkebunan PTPN XII
13
14