1
SPESIFIKASI TEKNIS
(Pelapisan Pelapisan Landasan Pacu Existing (30 x 700 M'), Apron Existing (80 x 107 M'), Pemenuhan Standart Runway Strip
24.000 M2 dan Perluasan Turning (650 M2) dan Marking)
PT. FLAMBOYANT HUMA ARTA
2
PEKERJAAN TANAH
1. Pembersihan/Clearing
Terdiri dari pekerjaan pembersihan dan pembuangan pohon, semak belukar dan material lain yang
tidak digunakan termasuk pemindahan pagar apabila diperlukan.
2. Penggusuran/Grubbing
Tanah yang digusur dari pekerjaan jika terdapat bekas pohon, akar, tunggul-tunggul kayu dan material
lain yang tidak berguna, mengganggu, harus bongkar sampai bersih dan semua lubang-lubang yang
terjadi akibat gusuran harus ditutup dengan bahan/ material lain yang disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, dan dipadatkan berlapislapis serta diperoleh kepadatan yang sama dengan kepadatan
tanah sekitarnya.
3. Stripping Top Soil
Semua tanah bagian teratas sampai sedalam yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen atau
sekurang-kurangnya 20 cm harus dibuang dari daerahdaerah yang akan direncanakan sebagai lapisan
teratas. Bila pengupasan Topsoil diperlukan dalam perencanaan, pada waktu pengangkatan stripping,
topsoil akan ditempatkan di lokasi yang disetujui.
4. Penempatan Tanah Buangan
Semua bahan-bahan bongkaran, hasil pembersihan, pembongkaran dari lapisan teratas harus diatur
sedemikian rupa sehingga penempatannya sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen.
Apabila bekas tanaman-tanaman atau tonggaktonggak harus dibakar, maka pembakarannya dapat
dilakukan dengan ijin Pejabat Pembuat Komitmen dan diijinkan oleh Hukum atau Peraturan setempat,
apabila diijinkan pembakaran harus dilakukan pengawasan.
5. Pengukuran
Banyaknya pembersihan serta pembongkaran ditentukan dalam meter persegi, dari hasil pembersihan
serta pembongkaran yang sesungguhnya adalah yang dilaksanakan dalam pekerjaan itu. Banyaknya
tanah bagian teratas yang dikupas ditentukan dalam meter persegi, dan hasil pengupasan
3
sesungguhnya adalah yang dilaksanakan dalam pekerjaan itu. Volume dari clearing dan gubbing
ditunjukan dengan perencanaan atau permintaan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen akan banyaknya m2 untuk pekerjaan tanah clearing dan grubbing.
Untuk pembersihan pohon, volume dari pohon, ditentukan menurut ukuran diameter, ukuran cm dari
pohon, akan dibayar menurut schedule dari ukuran pohon.
6. Pembayaran
Tahap pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi kerja yang kriterianya ditetapkan dalam kontrak
yang bersangkutan. Pembayaran dibuat pada harga satuan kontrak per meter-persegi untuk clearing.
Harga ini termasuk ganti-rugi penuh untuk semua material dan semua tenaga kerja, perlengkapan, dan
alat-alat , dan yang diperlukan. Pembayaran dibuat pada harga satuan kontrak untuk clearing pohon.
Harga ini termasuk ganti-rugi penuh untuk semua material dan semua tenaga kerja, perlengkapan, dan
alat-alat , dan yang diperlukan.
4
GALIAN
A. UMUM
1) Pekerjaan ini terdiri dari penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu
ataupun bahan-bahan lainnya dari jalan kendaraan dan sekitarnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan kontrak yang diterima.
2) Pekerjaan ini biasanya diperlukan untuk pembuatan jalan air dan selokan selokan, pembuatan parit
atau pondasi pipa, gorong-gorong, saluransaluran atau bangunan-bangunan lainnya, untuk
pembuangan bahanbahan yang tidak cocok dan tanah bagian atas, untuk pekerjaan stabilisasi dan
pembuangan tanah longsoran, untuk galian bahan konstruksi atau pun pembuangan bahan-bahan
buangan dan pada umumnya pembentukan
kembali daerah jalan, sesuai dengan spesifikasi ini dan dalam pemenuhan yang sangat bertanggung
jawab terhadap garis batas, kelandaian dan potongan melintang yang ditunjukkan pada gambar
rencana atau seperti diperintahkan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
3) Terkecuali untuk tujuan pembayaran, persyaratan ini berlaku untuk semua pekerjaan galian yang
dilaksanakan dalam hubungan dengan kontrak, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dalam
Bab-bab lain, dan semua galian di klasifikasikan dalam satu atau dua kategori.
B. Definisi
1) Galian batu terdiri dari penggalian batu-batu besar dengan volume satu meter kubik atau lebih
besar atau bahan konglomerat padat yang keras yang dalam pendapat Konsultan Pengawas dan
Direksi Teknis tidak praktis untuk menggali tanpa menggunakan peralatan kerja memerlukan
peledakan (blasting), rockbreaker atau jackhammer atau peralatan lain
yang sejenisnya. Ini tidak termasuk bahan batuan yang dalam pendapat
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis dapat dibuat lepas dan dipecahpecah oleh gandengan
pembelah hidrolis atau bulldozer.
2) Semua penggalian lain akan dianggap sebagai galian biasa. Galian biasa dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu galian biasa untuk material timbunan dan galian biasa sebagai bahan bangunan. Galian
biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan
sebagai galian batu dan masih dapat dilakukan dengan penggaru (ripper) tinggal yang ditarik oleh
traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda netto maksimum 180 PK (tenaga kuda)
5
Galian biasa untuk material timbunan
Bahan galian yang memenuhi persyaratan yang akan digunakan sebagai material timbunan harus
bebas dari bahan-bahan organik dalam jumlah yang merusak, seperti daun, rumput, akar dan kotoran.
Galian biasa sebagai bahan konstruksi
Bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan atau material galian dianggap
sehingga tidak diperlukan dalam konstruksi bila Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis menentukan
demikian.
C. Standar Rujukan
AASHTO Division 200 Earthwork Section 203 Excavation and Embankment.
D. Toleransi Ukuran
Kelandaian, garis batas dan formasi akhir setelah penggalian tidak boleh berbeda dari yang ditentukan
lebih besar 2 cm pada setiap titik, sedangkan untuk galian perkerasan tidak boleh berbeda lebih dari 1
cm dari yang disyaratkan. Pekerjaan yang tidak memenuhi toleransi ini harus diperbaiki sehingga
diterima Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis. Permukaan galian tanah maupun batu yang tidak
sesuai dan terbuka terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup
kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.
E. Pemeriksaan di Lapangan
1) Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar di bawah Bab ini, ketinggian dan garis batasnya harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan DireksiTeknis, sebelum Kontraktor memulai pekerjaan.
2) Sesudah masing-masing penggalian untuk lapis tanah dasar, formasi atau pondasi dipadatkan,
kontraktor harus memberitahukan hal tersebut kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, dan
tidak ada bahan alas dasar atau bahan lainnya akan dipasang sampai Konsultan Pengawas dan Direksi
Teknis telah menyetujui kedalaman penggalian dan kualitas serta kekerasan bahan pondasi.
F. Penjadwalan Pekerjaan
1) Pembuatan parit atau penggalian lainnya memotong jalan kendaraan harus dilaksanakan dengan
menggunakan pelaksanaan setengah lebar atau secara lain diadakan perlindungan sehingga jalan
tersebut dijaga tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap waktu.
6
2) Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis gambar rincian
semua bangunan sementara yang diusulkan untuk digunakan, seperti penyangga, penguatan,
cofferdam (bangunan sementara), dinding pemutus aliran rembesan (cut off) dan bangunan
bangunan untuk pembelokan sementara aliran sungai serta harus mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis sesuai dengan gambar-gambar, sebelum melakukan pekerjaan
galian yang dimaksudkan menjadi perlindungan dengan bangunan-bangunan yang diusulkan tersebut.
G. Penggunaan dan Pembuangan Bahan-bahan Galian
1) Semua bahan-bahan yang cocok yang digali didalam batas-batas dan lingkup kerja proyek, dimana
mungkin akan digunakan dengan cara yang paling efektif, untuk pembuatan formasi pematang atau
untuk urugan kembali.
2) Bahan-bahan galian yang berisikan tanah-tanah sangat organis, gambut, berisikan akar-akar atau
barang-barang tumbuhan yang banyak, dan juga tanah yang mudah mengembang, yang menurut
pendapat Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis akan menghalangi pemadatan bahan lapisan di
atasnya atau dapat menimbulkan suatu penurunan yang tidak dikehendaki atau kehancuran, akan
diklasifikasikan sebagai tidak cocok digunakan sebagai urugan dalam pekerjaan.
7
URUGAN
A. Uraian
1) Pekerjaan ini terdiri dari mendapatkan, mengangkut, penempatan dan memadatkan tanah atas
bahan berbutir yang disetujui untuk pembangunan pematang, pengurugan kembali parit-parit atau
galian disekeliling pipa atau struktur serta pengurugan sampai kepada garis batas, kemiringan dan
ketinggian penampang melintang yang ditentukan atau disetujui.
2) Pekerjaan tersebut tidak termasuk pemasangan bahan filter pilihan sebagai alas dasar untuk pipa
atau saluran beton, atau sebagai bahan drainase porous yang disediakan untuk drainase di bawah
permukaan. Bahan-bahan ini dimasukkan dalam Spesifikasi-spesifikasi ini.
B. Definisi
1) Urugan yang dicakup oleh persyaratan-persyaratan bab ini di bawah satu atau Dua kategori.
a) Urugan biasa, Material yang sesuai yang akan dipergunakan dalam spesifikasi ini mencakup semua
material yang dalam klasifikasi test ASTM D 2487 dikenal sebagai GW, GP, GM, GC, SW, SP atau SM.
Material yang tidak sesuai adalah material yang menurut ASTM D2487 dikenal sebagai SC, ML, OL, MH,
OH dan PT. Dalam hal tertentu, atas petunjuk dari Pemberi Tugas, material (inorganik) yang
diklasifikasikan sebagai SC, ML, CL, MH dan CH
dapat digunakan pada daerah timbunan yang tidak penting, seperti penimbuan kembali borrow pits
atau timbunan diluar areal perkerasan/rencana perkerasan dan struktur.
b) Urugan pilihan
Material pilihan yang akan dipergunakan dalam bab ini mencakup material yang termasuk dalam
klasifikasi GW, GP dan GM.
c) Urugan pilihan digunakan untuk kondisi tanah lunak seperti rawa rawa, tanah payau, atau tanah
yang selalu terendam air dimana diperlukan satu tanah urugan dengan plastisitas rendah (bahan
berbutir), dan juga dimana stabilisasi tanggul, talud yang terjal atau
tanah dasar harus ditimbun sampai ketinggian dan pemadatan yang tertentu. Urugan pilihan dari
bahan sirtu.
d) Urugan yang diperlukan untuk tujuan umum seperti diuraikan diatas dan tidak termasuk urugan
pilihan, harus dipakai sebagai urugan biasa.
2) Persyaratan Pemadatan untuk Urugan
8
a) Kecuali untuk areal dimana akan dibuat konstruksi perkerasan, semua lapisan timbunan yang
berada pada elevasi 1 m sampai dengan 3 m di bawah permukaan subgrade harus dipadatkan
sekurang kurangnya 90% terhadap Maximum Dry Density pada Optimum Moisture Content.
b) Semua timbunan dibawah struktur konstruksi sampai kedalaman 300 mm harus dipadatkan sampai
mencapai 100% MDD pada OMC.
c) Pada daerah airstrip untuk lapisan teratas setebal 150 mm harus dipakai material timbunan tertentu
yang sudah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen.
3) Toleransi Ukuran
a) Semua timbunan yang lebih dari 30 cm dibawah permukaan tanah dasar harusdipadatkan
sampai 95 % MDD pada OMC.
b) Ketinggian dan kemiringan akhir pematang tanah dasar dan bahu jalan, setelah pemadatan tidak
boleh ada dua sentimeter lebih tinggi atau 2 cm lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.
9
PENYIAPAN TANAH DASAR
A. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari menyiapkan tanah dasar yang langsung terletak di bawah konstruksi landasan,
dalam keadaan siap menerima struktur perkerasan atau bahu landasan. Tanah dasar tersebut meluas
sampai lebar penuh dasar konstruksi seperti ditunjukkan pada gambar, dan dapat dibentuk di atas
timbunan biasa, timbunan pilihan, galian batu atau diatas bahan filter porous.
B. Toleransi Ukuran
1) Kemiringan dan ketinggian akhir setelah pemadatan, tidak boleh berbeda satu sentimeter lebih
tinggi atau lebih rendah dari pada yang ditetapkan atau diatur di lapangan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis.
2) Permukaan akhir tanah dasar akan dibuat miring melintang jalan seperti yang ditetapkan atau
ditunjukkan pada gambar dan dibuat cukup rata serta seragam untuk menjamin limpasan air
permukaan yang bebas.
C. Penjadwalan Pekerjaan
1) Semua pekerjaan drainase tepi jalan disebelah tanah dasar harus diselesaikan dan dapat berfungsi
sampai satu tingkat yang dapat menyediakan drainase yang efektif bagi limpasan air permukaan dari
tanah dasar selama hujan ataupun sebagian hasil banjir dari daerah sekitarnya.
2) Gorong-gorong, pipa porous dan bangunan-bangunan kecil lainnya yang diletakkan di bawah tanah
dasar harus diselesaikan sepenuhnya dengan urugan padat, sebelum penyiapan tanah dasar dimulai.
D. Pengendalian Lalu Lintas
1) Pengendalian lalu lintas harus dilakukan oleh kontraktor sesuai dengan persyaratan umum kontrak,
dan sampai disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
2) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua konsekwensi lalu lintas yang dizinkan lewat di
atas tanah dasar, selama pelaksanaan pekerjaan dan Kontraktor harus melarang lalu lintas tersebut
bilamana mungkin dengan menyediakan satu jalan pengalihan atau pembangunan setengah lebar.
10
E. Perbaikan Penyiapan Tanah Dasar yang Tidak Diterima
1) Persyaratan yang ditetapkan dalam Seksi "Galian", dan Seksi "Urugan", harus diterapkan untuk
semua penyiapan tanah dasar dimana relevan (berkaitan).
2) Kontraktor akan memperbaiki atas biaya kontraktor sampai disetujui Konsultan Pengawas dan
Direksi Teknis, setiap alur bebas roda, gundukan dan kerusakan-kerusakan lain yang diakibatkan oleh
lalu lintas atau tenaga kerja kontraktor atas tanah dasar yang sudah selesai.
11
KONSTRUKSI PERKERASAN
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang tercakup dalam pasal ini terdiri dari melengkapi semua perlengkapan peralatan, serta
bahan kerja untuk melaksanakan semua pekerjaan yang berhubungan dengan pembuatan subbase
course dengan tebal sesuai persyaratan kontrak dan spesifikasi serta gambar-gambar yang
dipergunakan dan disetujui.
B. Bahan
Bahan subbase harus terdiri dari material yang mempunyai partikel dengan tingkat kekerasan atau
fragmen dengan butiran agregat yang terdiri dari campuran sirtu, batu pecah, kerikil atau material
sejenis dari sumber yang telah disetujui Cara Cara Penyusunan Pada Umumnya, Subbase course
harus ditempatkan sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Bahannya harus diberi bentuk serta
dipadatkan benar - benar menurut toleransi yang ditentukan. Subbase yang dikarenakan atau bentuk
tidak cukup kuat dan stabil tanpa
gerakan peralatan konstruksi, harus distabilisasikan secara mekanis sampai pada titik
kedalaman yang diperlukan untuk memberikan kestabilan tertentu menurut petunjuk Pejabat Pembuat
Komitmen. Kestabilan secara mekanis itu meliputi penambahan butiran-butiran halus (fine grained)
untuk mengikat butir-butir dari pada bahan subbase secara memuaskan guna melengkapi daya tahan,
sehingga lapisan itu tidak akan menjadi cacat dibawah lalu lintas dari pada peralatan konstruksi.
Tambahan pengikat untuk bahan subbase itu tidak boleh menyimpang dari pada batas - batas
persyaratan yang telah ditentukan Pejabat Pembuat Komitmen.
Pelaksanaan Pada PITS (Lubang-lubang)
Semua pekerjaan yang menyangkut pembersihan serta pengupasan lubang-lubang / pits dan
penanganan bahan-bahan yang tidak diinginkan harus dilaksanakan oleh kontraktor atas biaya sendiri.
Bahan subbase harus diperoleh dari lubang-lubang atau sumber-sumber yang telah diuji / disetujui.
Bahan didalam lubang-lubang digali dan ditangani sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu hasil
yang seragam serta memuaskan.
12
Perlengkapan
Semua perlengkapan yang diperlukan untuk penyusunan yang tepat dari pada pekerjaan ini harus
dalam keadaan siap kerja serta telah diterima oleh Pejabat Pembuat Komitmen sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimulai.
Perbekalan harus diadakan oleh kontraktor untuk pengadaan air pada tempat pembangunan itu
dengan menggunakan peralatan yang berkemampuan dan berkapasitas tinggi untuk menjamin
penggunaan yang seragam. Persiapan peralatan itu harus direncanakan, disusun serta dioperasikan
dan harus mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengaduk semua bahan-bahan air secara
subbase yang mempunyai gradasi dan syarat diharapkan.
Trial Compaction
Sebelum dilaksanakan pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus melakukan uji pemadatan di luar area
yang akan dikerjaan dengan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen. Uji pemadatan dimaksudkan
untuk mengetahui jumlah lintasan optimum sehingga tercapai nilai kepadatan dan CBR sesuai dengan
yang disyaratkan. Luas area untuk uji pemadatan minimal 3 m x 30 m yang dibagi menjadi 3 segmen,
dimana perbedaan tiap segmen adalah pada jumlah lintasan pemadatan. Selanjutnya dari hasil uji
pemadatan apabila sudah memenuhi persyaratan, maka dijadikan dasar dalam pelaksanaan. Namun
apabila hasil uji pemadatan tidak memenuhi persyaratan, maka uji pemadatan dapat di ulang kembali.
Persiapan Bagian Bawah Lapisan
Sebelum bahan Subbase ditempatkan, maka lapisan yang telah ada /subgrade harus
disiapkan serta diperbaiki sesuai ketentuan dalam pekerjaan tanah, mengenai timbunan dibawah
subbase course dan graded area. Lapisan yang telah ada / subgrade harus diperiksa dan disetujui lebih
dulu sebelum dimulai penyelenggaraan penebaran material subbase. Pemeriksaan kemiringan antara
tepi-tepi dari pada lapisan yang telah ada subgrade harus dengan garis stakes, atau bentuk-bentuk
yang ditempatkan dalam jalur sejajar dengan garis tengah dari pada lapisan yang telah ada / subgrade
serta ditempatkan
antara stakes, pins atau sejenis. Untuk melindungi subgrade serta untuk menjamin pengaliran air yang
baik maka penebaran subbase dimulai sepanjang garis tengah dari pada lapisan pada satu bagian yang
berpuncak atau pada bagian tertinggi dari lapisan dengan kemiringan satu jurusan.
13
CEMENT TREARED BASE COURSE
Lingkup Pekerjaan
A. Pekerjaan ini meliputi penyediaan, pencampuran, penghamparan dan pemadatan aggregate, semen
dan air sehubungan dengan persyaratan dalam spesifikasi ini dan harus sesuai dengan dimensi dan
potongan melintang yang tertera dalam gambar serta garis dan kemiringan yang ditentukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen.
B. Cement Treated Base harus dibuat dalam satu deretan dari lajur paralel. Sambungan konstruksi
memanjang harus dicetak dengan cetakan sementara yang dipasang sesuai ketinggian dan kemiringan
yang dipersyaratkan sedemikian sehingga memungkinkan pemadatan dan penyelesaiannya. Cetakan
samping harus dibuka sebelum lajur disampingnya dibuat.
Bahan
A. Agregat
1) Aggregate yang dipakai dapat dari batu pecah, material halus secara alami berasal dari pemecahan
agregat sendiri.
2) Gravel yang dipecah maupun yang tidak dipecah harus merupakan batuan yang keras, tahan
terhadap keausan, memenuhi kualitas, memenuhi gradasi, dan tidak mengandung batuan pipih,
memanjang, bebas dari kotoran dan material lain yang tidak layak untuk konstruksi.
3) Metoda yang dipakai untuk memproduksi batu pecah harus dapat menghasilkan produksi yang
konsisten. Bila perlu guna memenuhi persyaratan atau mengeliminasi kelebihan partikel halus, hasil
pecahan disaring dulu.
4) Semua material yang lolos saringan No. 4 hasil dari pemecahan batu, gravel, atau hasil daur ulang
dapat dicampurkan kedalam material base sepanjang memenuhi persyaratan gradasi.
5) Gradasi harus memenuhi batasan dalam tabel berikut ini apabila diuji dengan metoda ASTM C 136
dan ASTM D 75 3-3-2
6) Gradasi dalam tabel tersebut adalah batasan yang menentukan kelayakan agregat yang dapat
dipakai sebagai sumber material. Gradasi akhir ditentukan berdasarkan batasan tabel tersebut dan
harus merata dari kasar sampai halus.
7) Bagian dari agregat base, termasuk material yang dicampur yang lolos saringan No. 40 harus
mempunyai Liquid Limit tidak lebih dari 25 % dan Plasticity Index lebih dari 6 % apabila diuji dengan
metoda ASTM D 423 dan ASTM D 424.
14
8) Material yang tidak layak seperti lempung, lanau, gypsum, potongan potongan kayu dan plastik
harus dibuang dari agregat base.
A. Semen Portland
Semua Portland yang dipakai harus dari merek yang sudah lazim dipakai di Indonesia dan memenuhi
persyaratan ASTM C 150 untuk semen tipe I. Dengan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen semen
dengan additive puzzolan mungkin dipakai dengan syarat kandungan puzzolan tidak lebih dari 30 %
berat.
B. Air
Air yang dipakai untuk mencampur dan mengawetkan adukan harus bersih, tidak
mengandung bahan-bahan yang dapat mengurangi kualitas seperti lumpur,
minyak, asam, bahan-bahan organik, alkali, garan atau kotoran lainnya yang
merugikan.
Pengendalian Lapangan
Pengujian-pengujian pengendalian lapangan berikut ini harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan
Spesifikasi. Membuat lubang uji dan pengisian kembali dengan bahan CTB dipadatkan dengan baik,
harus dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah pengawasan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
Laporan hasil uji kepadatan lapangan, harus memuat tentang titik koordinat dan elevasi hasil
pengujian tersebut.
Test Pengendalian Prosedur
a. Ketebalan dan keseragaman CTB Pemeriksaan visual dan pengukuran ketebalan setiap hari.
Dilakukan untuk setiap 200 panjang lapisan CTB yang dipasang
b. Test Kepadatan di tempat, Lapis Base
Course ( Test Kerucut pasir) AASHTO T 191, PB0103-76 Harus dilakukan untuk setiap 1000 m2 dan
tiap tebal lapis pekerjaan 20 cm, untuk menentukan kepadatan dengan membandingkan terhadap test
kepadatan laboratorium untuk kepadatan kering maksimum.
c. Penentuan CBR di tempat lapis Base Course Dengan menggunakan field CBR dan
dilaksanakan minimum setiap 1000 m2 area runway pada lapis akhir/final levell
d. Pengujian permukaan / Surface Test Permukaan harus diuji untuk kerataan serta
ketepatan kemiringan dan tinggi tiap bagian yang terdapat kurang rata maupun kemiringan
atau ketingian kurang tepat harus digaru tanahnya, dibangun kembali, dipadatkan lagi,
sampai diperoleh kerataan serta kemiringan
dan ketinggian yang diperlukan. Permukaan yang sudah selesai tidak boleh selisih lebih dari
10 mm jika ditest dengan tongkat lurus dari 3 meter yang dilaksanakan sejajar serta tegak
15
lurus dengan garis tengah.
e. Toleransi ketebalan 5 mm terhadap tebal design
Metode Pelaksanaan
A. Batasan Cuaca
Cement Treated Base tidak boleh dihampar pada waktu hari hujan.
B. Pekerjaan di Pit dan Quarry
Material diperoleh dari borrow pit, quarry yang telah disetujui, material harus diambil untuk ditangani
sedemikian rupa sehingga material yang didapat seragam dan sesuai dengan yang diharapkan.
C. Peralatan
1) Semua peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini harus dalam kondisi baik dan
harus sudah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen sebelum pekerjaan dimulai.
2) Kontraktor harus menyediakan air dilokasi dalam jumlah yang cukup untuk
pelaksanaan pekerjaan ini.
3) Peralatan untuk melaksanakan pekerjaan ini harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk
mencampur material/ agregat + semen dan air dengan proporsi sedemikian sehingga dapat dihasilkan
cement treated base course dengan gradasi dan konsistensi sesuai persyaratan.
D. Cetakan dan Penghamparan
1) Penghamparan Cement Treated Base dapat dilaksanakan dengan menggunakan cetakan atau
dengan menggunakan alat penghamparan tanpa cetakan samping.
2) Bila menggunakan cetakan kayu atau metal, panjang minimum adalah 3 meter dan harus
mempunyai ketebalan sama dengan tebal padat base course dan dapat menghasilkan alignment yang
bagus. Cetakan harus ditempatkan sesuai dengan garis, elevasi dan kemiringan sesuai gambar
rencana.
3) Agar ketinggian dan kemiringan sesuai persyaratan dan gambar dapat terpenuhi, lapisan teratas
dari cement treated base harus dihampar dengan menggunakan menchanical paver.
4) Lapisan dibawah lapisan teratas dapat dihampar dengan menggunakan motor grader, power shovel
atau peralatan yang sejenis.
5) Bila Kontraktor menggunakan alat penghampar, peralatan dan supply material harus mampu
menghampar dan memadatkan dalam ketebalan dan kontur yang memenuhi persyaratan.
6) Persiapan Lapisan Bawah Hamparan (Underlying Course).
a) Sebelum cement treated base dihampar, lapisan dibawahnya harus disiapkan sesuai yag
dipersyaratkan.
16
b) Lapisan bawah ini harus sudah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen sebelum penghamparan
dimulai.
c) Pengecekan ketinggian dan kemiringan hamparan dapat dilakukan dengan grade stakes, steelpins,
atau mal (forms) yang ditempatkan berupa lajur lajur sejajar dengan sumbu dari perkerasan
(landasan, taxiway, jalan dsb), dalam interval sedemikian sehingga memungkinkan benang-benang
dapat direntang diantara stakes, pins, atau mal
tersebut.
d) Untuk melindungi lapisan bawahnya (underlying course) dan agar drainase berfungsi dengan baik,
penghamparan CTB harus dimulai dari tengah pada perkerasan yang berbentuk punggung (crowned)
atau pada bagian tertinggi pada perkerasan yang miring kesatu arah.
Pencampuran
1) Cement Treated Base harus dicampur di mixing plant sentral, dapat sistem batching maupun
menerus (continous). Perbandingan agregat dan semen dapat berdasarkan berat ataupun volume.
2) Agregat untuk CTB harus dipisahkan paling tidak dalam dua ukuran dan setiap ukuran harus
disimpan terpisah. Satu tempat berisi agregat yang tertinggal diatas saringan No. 4 dan tempat
satunya lagi berisi agregat yang lolos saringan No. 4.
3) Dalam semua mesin pengaduk proses air dapat berdasarkan berat atau volume. Peralatan
pencampuran ini harus dilengkapi dengan alat pengukur sehingga Pejabat Pembuat Komitmen dapat
mencek jumlah air per batch atau debit aliran pada continous plant. Air tidak boleh dituang sebelum
agregat masuk kedalam mixer.
4) Bagian dalam mixer harus selalu dibersihkan sehingga tidak ada sisi campuran yang mengeras yang
tertinggal didalamnya.
5) Apapun plant yang digunakan, semua harus dituangkan sedemikian sehingga dapat terdistribusi
merata dalam agregat selama pencampuran (mixing).
6) Pemasukan material kedalam batching plant atau tingkat pemasukan (rate of feed) dalam continous
mixer tidak boleh melebihi kapasitas mixing plant.
7) Waktu mixing dalam continous plant tidak boleh kurang dari 30 detik, kecuali bila dapat dibuktikan
bahwa dengan waktu kurang dari 30 detik persyaratan kadar semen dan kuat desak dapat dicapai
secara konsisten.
Penempatan
1) Penggunaan mixer dengan cara penugasan yang diluncurkan (chute) diijinkan bila dengan cara ini
dapat dijamin tidak terjadi segragasi.
17
2) Pada lampiran bawahnya (underlying course) sudah tidak terdapat alur alur atau bagian bagian
yang lunak. Apabila permukaannya kering maka harus dibasahi secukupnya akan tetapi tidak boleh
sampai menyebabkan lapisan bawah tersebut menjadi lumpur pada saat campuran akan diletakkan.
3) Truk untuk transport campuran base course ini harus dilengkapi dengan tutup pelindung (protective
cover). Kapasitas truk sekurang kurangnya 10 ton.
4) Material base harus dihampar diatas underlaying course yang telah disiapkan dengan ketebalan
sedemikian sehingga bila dipadatkan permukaannya sesuai dengan ketinggian dan dimensi yang
dipersyaratkan.
5) CTB harus dibuat secara berlapis lapis dengan ketebalan sesudah dipadatkan tidak lebih dari 250
mm. Batasan ini dapat diabaikan bila Kontraktor dapat membuktikan dengan tebal lebih dari 250 mm
dapat dicapai kepadatannya yang diminta.
6) Bila pembuatan CTB dilaksanakan secara berlapis lapis, maka permukaan lapisan terbawah harus
dikasarkan dengan garu agar terjadi ikatan yang kuat dengan lapisan diatasnya. Lapisan kedua dan
seterusnya dapat dihampar dan dipadatkan 24 jam sesudah lapisan terbawah. Sebelum meletakkan
lapisan berikutnya, lapisan yang akan ditumpangi harus dibasahi secukupnya agar terjadi ikatan yang
kuat.
7) Tenggang waktu antara mixing dan penghamparan tidak boleh lebih dari 30 menit.
8) Peralatan untuk menghapar material base harus dapat menghasilkan
lapisan base dengan ketelitian, ketepatan serta keseragaman tebal dan lebar.
G. Pemadatan
1) Segera sesudah dihampar, material base harus dipadatkan dan tenggang waktu antara
penghamparan dan penyelesaian rolling terakhir tidak boleh lebih dari 45 menit agar dapat dicapai
kepadatan optimum.
2) Alat pemadat (roller) yang harus tersedia dalam jumlah dan kapasitas yang cukup agar spesifikasi
terpenuhi antara lain vibro roller, PTR dan tandem roller.
3) Rute peralatan pemadatan harus direncana secara seksama untuk menghindari terjadinya alur alur
akibat jejak roda kendaraan atau traktor.
4) Bilamana perlu, sesudah pemadatan material base dirapikan (trimmed) dengan motor grader sesuai
dengan ketinggian yang tertera dalam gambar.
5) Penyelesaian harus sampai permukaan lapisan sesuai dengan gambar potongan melintang dengan
toleransi 10 mm diatas atau dibawah
permukaan rencana dan bila diuji dengan batang lurus sepanjang 3 meter yang diletakkan sejajar atau
tegak lurus terhadap sumbu perkerasan, tidak boleh ada perbedaan tinggi sebesar 6 mm pada setiap
titik.
18
6) Tes kepadatan lapangan harus dilakukan sekurang kurangnya satu kali untuk setiap 1.000 m luas
cement treated base. Kepadatan yang dipersyaratkan adalan 98 % dari kepadatan laboratorium pada
OMC. Kepadatan lapangan ditentukan dengan metoda ASTM D 1556.
7) Semua peralatan dan kendaraan yang menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dapat
merusak CTB atau material curring tidak diijinkan melewati base course yang sudah jadi dalam 24 jam
pertama dari waktu curring.
Pre-cracking
Pemecahan (precracking) lapisan CTB dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pecah karena susut
yang tidak terkendali. Setiap lapisan CTB harus dipecah (precrack) menjadi kotak kotak berukuran 3,50
x 3,50 m. Metoda pemecahan dapat dipilih dari beberapa metoda berikut :
1) Menggergaji setelah CTB mengeras
2) Membuat retakan pada CTB yang belum mengeras dengan menggunakan vibrtory plate dan
pembuatan retakan.
3) Memotong sambungan pada CTB yang belum mengeras dengan menggunakan cutting wheel.
Apabila Kontraktor memilih membuat retakan pada saat cTB belum mengering, baik itu dengan
vibratory plate maupun dengan cutting wheel, retakan buatan tersebut harus diisi dengan aspal cair
untuk menghindarkan retakan tersebut menyambung kembali karena pekerjaan pemadatan atau sebab
lainnya. Retakan yang dibuat harus sekurang kurangnya sepertiga tebal dari lapisan.
Sambungan Konstruksi (Construction Joint)
1) Setiap hari pada akhir penghamparan, sembungan konstruksi melintang (tranverse construction
joint) harus dibuat dengan suatu header atau memotong kembali material yang sudah dipadatkan
untuk membentuk potongan melintang yang vertikal.
2) Permukaan inii harus ditutup dengan tanah basah, material lain yang layak atau metoda lain yang
disetujui.
3) Proteksi terhadap construction joint memungkinkan penempatan, penghamparan dan pemadatan
material base course tanpa merusak pekerjaan yang dilaksanakan sebelumnya.
4) Bila lingitudinal construction joint diperlukan; pada bagian lebar konstruksi,
dapat digunakan cetakan samping atau dibentuk dengan cara memotong tegak lurus material yang
sudah dipadatkan.
5) Pelaksanaan pemadatan pada tempat yang berdampingan dengan construction joint harus
sedemikian sehingga pemadatan merata pada seluruh lapisan.
19
6) Sebelum meletakan material baru menyambung konstruksi yang sudah padat, permukaan joint
harus dibersihkan dan dibasahi.
Proteksi dan Curing
1) Sesudah lapisan cement treated base selesai dilaksanakan sesuai spesifikasi, maka konstruksi ini
harus dilindungi dari pengeringan selama 7 hari dengan cara membasahi dengan air. Bahan yang
dapan menahan air atau karung karung goni dapat digunakan untuk keperluan ini.
2) Metoda curing harus segera dimulai dan tidak boleh lebih dari 12 jam sesudah penyelesaian
pekerjaan CTB. Dalam kondisi apapun permukaan CTB yang baru diletakkan dan dipadatkan tidak
boleh menjadi kering.
Kuat Desak Lapangan
1) Kontraktor harus mengambil sampel dengan core drill sebanyak 4 buah untuk setiap 2.000 m2 dari
cement treated base yang sudah berumur 7 hari guna menentukan kuat desaknya. Lokasi core
ditentukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen secara acak.
2) Bila hasil tes sampel tidak memenuhi persyaratan, area tersebut harus diganti oleh Kontraktor atas
biayanya sendiri. Tambahan sampel mungkin diperlukan untuk menentukan luas area yang harus
diperbaiki.
Ukuran
Jumlah bayaran harus ditatapkan dengan menghitung banyaknya jumlah meter kubik
berdasarkan ketentuan dimensi dan gambar detail yang digunakan.
20
ASPAL PRIME COAT
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang tercakup dalam pasal dari persyaratan teknis pelaksanaan ini terdiri dari
memperlengkapi semua peralatan, bahan dan kerja serta melaksanakan semua kegiatan yang bertalian
dengan penggunaan bahan aspal pada lapisan aggregate base yang disiapkan sebelumnya yang
tercantum pada persyaratan kontrak serta sesuai dengan pasal dari persyaratan teknis dan gambar-
gambar yang dapat digunakan.
2. Bahan
Jenis asphalt untuk Prime Coat ini adalah Asphalt Cement 60/70 komposisi sesuai hasil tes
viscositas, perihal bahan-bahan dilaksanakan dengan memakai pressure distributtor yang memenuhi
syarat. Pemakaian asphalt jenis lain hanya dibenarkan dengan ijin Pejabat Pembuat Komitmen /
Direktorat Bandar Udara. Dalam garis besarnya, jumlah bahan asphalt tergantung dari texture dari
base course, dan banyaknya berkisar 2 kg/m2 jika terlalu pekat dapat diijinkan menggunakan bahan
pengencer secukupnya.
Batas-Batas Cuaca
Prime Coat dapat digunakan hanya apabila permukaan yang ada tetap kering tetapi
kelembaban cukup untuk memperoleh penyebaran bahan asphalt yang merata pada
waktu suhu udara berada di atas 15 C dan apabila cuaca tidak berkabut atau hujan.
Persyaratan suhu dapat diabaikan hanya apabila disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
Perlengkapan
Perlengkapan yang digunakan oleh kontraktor harus meliputi sapu listrik atau peniup
listrik, sebuah distributor bahan asphalt yang otomatis serta peralatan untuk memanaskan bahan
asphalt, serta peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan untuk menyelesaikan bagian ini,
dioperasikan sedemikian hingga temperatur asphalt pada kepanasan yang merata dapat digunakan
secara seragam pada kelebaran permukaan yang berbeda-beda dengan perbandingan yang sudah
ditentukan serta terawasi dari 0.20 sampai 7.50 kg. Perlengkapan distributor harus berisikan pula
21
sebuah alat pengukur volume yang seksama atau calibrated, serta sebuah thermometer untuk
mengukur suhu isi tangki.
3. Penggunaan Bahan Dari Aspal
Menjelang digunakan bahan utama, semua kotoran dan benda lainnya yang tidak diinginkan harus
disingkirkan dari permukaan dengan sapu listrik atau alat peniup seperti ditentukan.
Bahan untuk priming harus digunakan dengan bantuan sebuah distributor dengan perbandingan
seperti yang disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen serta suhu dalam tahap yang dispesifikasikan
dalam persyaratan teknis pelaksanaan ini. Setelah penggunaan ini selesai maka permukaan yang telah
diprime harus dibiarkan mengering selama 48 jam tanpa diganggu, atau selama waktu yang
diperpanjang/diperpendek menurut keperluan untuk membiarkan prime itu kering hingga tidak akan
terbawa oleh lalu-lintas peralatan, masa atau jangka waktu lain yang disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen. Kemudian permukaan itu harus dibina oleh kontraktor sampai pekerjaan lapisan berikutnya
dimulai. Kontraktor harus melindungi permukaan yang sudah diprime terhadap kerusakan selama masa
itu, termasuk menyediakan dan menghamparkan pasir yang diperlukan untuk menghapus bahan
asphalt yang berkelebihan.
22
ASPAL TACK COAT
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang tercakup dalam pasal ini tediri dari memperlengkapi semua mesin, peralatan, bahan-
bahan dan pekerja serta pelaksanaan semua kegiatan yang bertalian dengan penggunaan bahan aspal
pada lapisan aspal beton yang telah ada, yang memenuhi persyaratan kontrak serta sesuai dengan
pasal ini dan gambargambar yang dapat digunakan/disetujui.
2. Bahan
Jenis asphalt untuk Coating ini biasanya menggunakan Asphalt Cement 60/70 perihal bahan-bahan
dilaksanakan dengan memakai pressure distributor yang memenuhi syarat. Pemakaian asphalt jenis
lain hanya dibenarkan dengan ijin Pejabat Pembuat Komitmen. Pemakaian tack coat berkisar 1 kg/m2
dengan komposisi berdasarkan tes viscositas aspal, namun jika terlalu pekat diijinkan menggunakan
bahan pengencer secukupnya.
3. Peralatan/Perlengkapan
Perlengkapan yang digunakan oleh kontraktor harus meliputi sapu listrik atau peniup listrik
(compressor), sebuah distributor bahan asphalt (sprayer) yang otomatis serta peralatan untuk
memanaskan bahan asphalt, serta peralatan - peralatan tambahan yang diperlukan untuk
menyelesaikan bagian ini. Sprayer tersebut harus beroda angin yang ukurannya sedemikian rupa
sehingga muatan yang dihasilkan di-base atau sub-base harus direncanakan, dilengkapi,
dirawat serta dioperasikan sedemikian hingga asphalt pada kepanasan yang merata dapat digunakan
secara seragam pada kelebaran permukaan yang berbeda-beda dengan perbandingan yang sudah
ditentukan ser-ta terawasi dari 0.20 sampai 7,50 kg. Perlengkapan distributor harus berisikan pula
sebuah alat pengukur volume yang seksama atau calibrated, serta sebuah thermometer untuk
mengukur suhu isi tangki.
4. Penggunaan Bahan Aspal
Sebelum pelaksanaan tack coat, maka seluruh permukaan yang akan dilaksanakan harus dibersihkan
terlebih dahulu dengan compressor sapu listrik dilengkapi dengan blower, ditambah dengan sapu lidi
apabila perlu atau dengan peralatan lain yang disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen. Segala
macam kotoran dan tanah liat atau benda-benda lainnya yang tidak diinginkan harus dibersihkan dari
23
permukaan. Bagian permukaan yang direncanakan untuk dilaksanakan harus kering dan dalam
keadaan yang memuaskan. Pelaksanaan pemberian tack coat dikerjakan dengan menggunakan
pressure distributor yang mermenuhi syarat. Permukaan yang telah di tack coat tidak boleh terganggu
sesuai penjelasan Pejabat Pembuat Komitmen, kemungkinan adanya pengeringan dan kerusakan dari
tack coat tersebut. Permukaan ini harus dijaga sampai ada penggelaran asphalt concrete diatasnya.
Kontraktor harus menghindarkan dan menjaga permukaan tersebut terhadap kerusakan-kerusakan
selama waktu itu, termasuk menyiram pasir jika terdapat tempat-tempat yang terlalu banyak bahan
asphalt untuk tack coat.
24
ASPAL HOTMIX
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang tercakup dalam pasal ini terdiri dari penyediaan pekerjaan asphalt mixing plant,
equipment dengan material serta pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan pemasangan dan
penghamparan lapisan aspal hotmix sesuai dengan tebal lapisan sesuai dengan gambar, ketentuan dan
syarat kontrak serta sesuai dengan spesifikasi ini.
2. Bahan
A. Aspal
Jenis aspal yang digunakan untuk pekerjaan landas pacu, taxiway dan apron sesuai dengan kondisi
iklim di Indonesia adalah AC 60/70 dengan kualitas import. Prosentasi berat aspal yang dipergunakan
pada campuran aspal hotmix harus berdasarkan hasil analisa saringan agregat dan percobaan
campuran sebagaimana yang termuat dalam Job Mix Formula yang telah disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.
B. Agregat
Agregat harus terdiri dari batu pecah, screenings, bahan lain, butiran-butiran, material-material yang
disetujui yang mempunyai sifat dan kualitas yang sama dan memenuhi semua persyaratan bila
dicampurkan dalam batas gradasi tersebut diatas. Agregat kasar harus terdiri dari bahan yang bersifat
tahan aus/keras dan bebas dari lapisan (coatings) yang melekat dan sesuai ketentuanketentuan dari
persyaratan A.S.T.M. D-692-79, A.S.T.M.D-693-77. Course agregat bila di test berdasarkan Los Angeles
Abrassion Test, harus tidak boleh hilang lebih dari 25 %.
C. Filler
Bila filler merupakan tambahan yang diperlukan pada agregat yang ada maka harus terdiri dari debu
batu pecah. Portland cement atau bahan lain yang disetujui. Material Filler harus memenuhi
persyaratan dari A.S.T.M D. 242.
D. Stockpiling Agregat
Agregat disimpan sedemikian rupa sehingga mencegah adanya segregasi dan longsoran. Stockpiling
Agregat diatur sedemikian rupa hingga lapisan lapisan tidak melebihi satu meter, diatas dasar yang
keras dan bersih dengan tidak lebih dari 5 prosen kemiringan. Course agregat dan fine agregat di
25
tempat penimbunan dipisahkan oleh sekat atau alat lain dengan persetujuan Pejabat Pembuat
Komitmen dan sekeliling timbunan dibuat drainage yang baik. Bagian tengah dasar dari tempat
penyimpanan agregat merupakan titik tertinggi untuk pengeringan kadar air yang berkelebihan.
Agregat yang menjadi segregasi atau kotor dengan bahan dipindahkan atau diproses lagi, atau
dipisahkan dari material berkualitas yang dapat diterima atas biaya kontraktor.
Banda Aceh, 25 April 2014 PT. FLAMBOYANT HUMA ARTA
Ir. Alwin Abdullah Direktur Utama