11
GURU SEBAGAI EVALUATOR A. Kedudukan dan Peranan Guru Sebagai Evaluator Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar, pendidik, sebagai evaluator, dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Bedasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan yang layak bagi guru untuk memenuhi harapan masyarakat. Apa yang dituntut dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi dari pada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan Pembina generasi muda harus menjadi teladan, didalam maupun diluar sekolah. Guru harus senantiasa sadar akan kedudukannya selama 24 jam sehari. Dimana dan kapan saja ia akan selalu dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru oleh masyarakat, khususnya oleh anak didik. Penyimpangan dari kelakuan yang etis oleh guru mendapat sorotan dan kecaman yang lebih tajam. Masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti berjudi, mabuk, pelanggaran seks, korupsi atau ngebut, namun kalau guru melakukannya maka dianggap sangat serius . Guru yang berbuat demikian akan dapat merusak murid-murid yang dipercayakan kepadanya. Orang yang kurang bermoral dianggap tidak akan mungkin menghasilkan anak didik yang mempunyai etik tinggi. 1

Makalah Guru Sebagai Evaluator

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Guru Sebagai Evaluator

GURU SEBAGAI EVALUATOR

A. Kedudukan dan Peranan Guru Sebagai Evaluator

Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai

pengajar, pendidik, sebagai evaluator, dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah

kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Bedasarkan kedudukannya

sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan yang layak bagi guru untuk memenuhi harapan

masyarakat. Apa yang dituntut dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi

dari pada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan Pembina

generasi muda harus menjadi teladan, didalam maupun diluar sekolah. Guru harus senantiasa

sadar akan kedudukannya selama 24 jam sehari. Dimana dan kapan saja ia akan selalu

dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru oleh

masyarakat, khususnya oleh anak didik.

Penyimpangan dari kelakuan yang etis oleh guru mendapat sorotan dan kecaman yang

lebih tajam. Masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti berjudi,

mabuk, pelanggaran seks, korupsi atau ngebut, namun kalau guru melakukannya maka

dianggap sangat serius . Guru yang berbuat demikian akan dapat merusak murid-murid yang

dipercayakan kepadanya. Orang yang kurang bermoral dianggap tidak akan mungkin

menghasilkan anak didik yang mempunyai etik tinggi.

Sebaliknya harapan-harapan masyarakat tentang kelakuan guru menjadi pedoman bagi

guru. Guru-guru memperhatikan tuntutan masyarakat tentang kelakuan yang layak bagi guru

dan menjadikannya sebagai norma kelakuan dalam segala situasi sosial di dalam dan di luar

sekolah. Ini akan terjadi bila guru menginternalisasi norma-norma itu sehingga menjadi

bagian dari pribadinya. Ada norma-norma yang umum bagi semua guru di suatu Negara,

adapula yang di tentukan oleh norma-norma yang khas yang berlaku di daerah tertentu

menurut adat istiadat yang terdapat dilingkungan itu.

Kedudukan guru juga ditentukan oleh fakta bahwa ia seorang dewasa . Dalam

masyarakat kita orang yang lebih tua harus di hormati. Oleh sebab guru lebih tua daripada

muridnya maka berdasarkan usianya ia mempunyai kedudukan yang harus dihormati, apalagi

1

Page 2: Makalah Guru Sebagai Evaluator

karena guru juga dipandang sebagai pengganti orang tua. Hormat anak terhadap orang tuanya

sendiri harus pula diperlihatkannya terhadap gurunya dan sebaliknya guru harus pula dapat

memandang murid sebagai anak. (Nasution,1995)

Adapun sejumlah kegiatan yang harus dilakukan guru sejalan dengan peranannya

sebagai evaluator dalam interaksi belajar-mengajar ini adalah:

1. Memahami sejumlah prinsip yang bersangkutan dengan penilaian terhadap rancangan

program, pelaksanaan program serta penilaian hasil belajar, baik yang dimanfaatkan

untuk memahami tingkat pencapaian tujuan pengajaran maupun tingkat penguasaan

materi pengajaran.

2. Berusaha mengidentifikasi fungsi dan pemanfaatan lanjut dari evaluasi, misalnya apakah

berkaitan dengan perbaikan rancangan program karena hasil belajar ternyata tidak sesuai

dengan situasi belajar-mengajar yang akan diciptakan, untuk mengadakan bimbingan

belajar, bimbingan pribadi atau mungkin juga bersangkutan dengan pelaksanaan

program itu sendiri.

3. Merancang alat pengukur yang akan digunakan, baik dalam kaitannya dengan penilaian

rancangan program pengajaran, pelaksanaan pengajaran, terutama yang bersangkutan

dengan rancangan tes yang memiliki sasaran siswa sebagai subjek belajar.

4. Mengembangkan rancangan tes sesuai dengan bentuk yes yang telah ditetapkan, sesuai

dengan tujuan serta pengalaman belajar yang dimiliki siswa.

5. Berusaha memahami tingkat kelebihan alat pengukur yang digunakan.

6. Mengadministrasikan tes, baik dari pemberian skor, penentuan hasil, pengarsipan, dan

penyimpanan alat ukur.

7. Menyusun bahan umpan-balik hasil tes terhadap siswa maupun guru itu sendiri sebagai

perancang maupun pelaksana program dalam interaksi belajr-mengajar.

(Masnur,Hasanah, Bassenang,1987)

B. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Pendidikan

2

Page 3: Makalah Guru Sebagai Evaluator

1. Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi

Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan

pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan

pengukuran dan penilaian.

Dari dua kalimat di atas kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu: evaluasi,

pengukuran dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan

ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memaknainya

hanya tergantung dari kata mana yang sedang siap untuk diucapkannya. Akan tetapi

sementara orang yang lain, membadakan ketiga istilah tersebut. Dan untuk memahami

apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya, dapat dipahami melalui

contoh-contoh di bawah ini:

1) Apabila ada orang yang akan member sebatang pensil kepada kita, dan kita disuruh

memilih antara dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu saja kita akan

memilih yang “panjang”. Kita tidak akan memilih yang “pendek” kecuali ada alasan

yang khusus.

2) Pasar, merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan

membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibelinya, seorang pembeli akan

memilih dahulu mana barang yang lebih “baik” menurut ukurannya.

Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah

yang disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat

mengatakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.

Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat

kuantitatif.

Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik

buruk. Penilaian bersifat kualitatif.

Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai.

3

Page 4: Makalah Guru Sebagai Evaluator

Dalam istilah asingnya, pengukuran adalah measurement, sedang penilaian adalah

evaluation. Dari kata evalution inilah diperoleh kata Indonesia evaluasi yang berarti

menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu) (Suharsimi, 1984).

2. Tujuan Evaluasi Pendidikan

Evaluasi pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan

pendidikan. Guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud

melihat apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan.

Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon siswa

diumpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah iu dapat disamakan

dengan hasil olahan yang sudah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang

menggunakan teknologi maka tempat pengolahan ini disebut transformasi.

Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar-mengajar adalah untuk

mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional

oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud

merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa:

Penempatan pada tempat yang tepat

Pemberian umpan balik

Diagnosis kesulitan belajar siswa

Penentuan kelulusan

3. Fungsi Evaluasi Pendidikan

Dengan mengetahui manfaat evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam sistem

pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa fungsi evaluasi ada beberapa

hal:

a. Evaluasi berfungsi selektif

4

Page 5: Makalah Guru Sebagai Evaluator

Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan

seleksi terhadap siswanya. Seleksi itusendiri mempunyai berbagai tujuan, antara

lain:

a) Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu

b) Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.

c) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.

d) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan

sebagainya.

b. Evaluasi berfungsi diagnostik

Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan,

maka dengan melihat hasilnaya, guru akan mengetahuai kelemahan siswa. Di

samping itu diketahui pula sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan

evaluasi, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan

dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-seba kelemahan ini, akan lebih

mudah dicari cara untuk mengatasi.

c. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan

Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di Negara barat adalah sistem

belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah

paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket belajar yang lain. Sebagai

alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap

kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakar sendiri-

sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan

pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga,

pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan.

Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pengajaran

secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang

siswa harus ditempatkan, digunakan suatu evaluasi. Sekompok siswa yang

5

Page 6: Makalah Guru Sebagai Evaluator

mempunyai hasil evaluasi yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama

dalam belajar.

d. Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan

Fungsi keempat dari evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh

beberapa factor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem

kurikulum.

C. Prinsip-prinsip Evaluasi

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi.

Betapapun baiknya prosedur evaluasi diikuti dan sempunanya teknik evaluasi diterapkan,

apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya maka hasil evaluasi pun kurang

akan kurang dari yang diharapkan. Prinsip-prinsip termaksud adalah sebagai berikut.

1. Keterpaduan

Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di samping

tukuan instruksional dan materi serta metode pengajaran. Tujuan instruksional, materi

dan metode pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh

dipisahkan. Karena itu, perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu

menyusun satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan

instruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.

2. Keterlibatan siswa

Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara Belajar Siswa

Aktif)yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif, siswa mutlak. Untuk dapat

6

Page 7: Makalah Guru Sebagai Evaluator

mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar-mengajar yang

dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Dengan demikian, evaluasi bagi

siswa merupakan kebutuhan, bukan swauatu yang ingin dihindari. Penyajian

evaluasioleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa akan

informasi mangenai kemajuannya dalam program belajar-mengajar. Siswa akan merasa

kecewa apabila usahanya tidak dievaluasi.

3. Koherensi

Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi

pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak

diukur. Tidak dapat dibenarkan menyusun alat evaluasi hasil belajar atau evaluasi

pencapaian belajar yang mengukurbahan yang belum disajika dalam kegiatan belajar-

mengajar. Demikian pula tidak diterima apabila alat evaluasi berisi butir yang tidak

berkaitan dengan bidang kemampuan yang hendak diukur.

4. Pedagogis

Disamping sebagai alat penilai hasil/pencapaian belajar, evaluasi juga perlu

diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagigis.

Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam

kegiatan belajarnya.  Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran (reward)

yakni sebagai penghargaan bagi yang berhasil tetapi merupakan hukuman bagi yang

tidak/kurang berhasil.

5. Akuntabilitas

Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban

(accountability). Pihak-pihak termaksud antara lain orang tua, calon majikan,

masyarakatlingkungan pada umumnya, dan lembaga pendidikan sendiri. Pihak-pihak ini

7

Page 8: Makalah Guru Sebagai Evaluator

perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa agar dapat dipertimbangkan

pemanfaatannya.

Sumber: Anonim. 2012. Kedudukan Guru Sebagai Evaluator Profesi Keguruan. (online).

(http://www.infodiknas.com/kedudukan-guru-sebagai-evaluator-profesi-

keguruan.html). Diakses pada tanggal 25 Februari 2013.

8