21
1 ABSTRACT Seven species of turtles that still exist in the world are all categorized as endangered species. One species of turtle lands annually on Bantul coast to lay eggs is Lekang/gray turtle (lepidochelys olivacea). Bantul District has a long coast of around 16.85 km with four turtle conservation points, from Pelangi Beach and Depok in the east, spreading westward to Samas Beach, Goa Cemara Beach, and Pantai Baru Pandansimo. There is a necessity of a thorough research about the habitat profile of turtles landing along Bantul Beach to know accurately the ideal habitat for turtles in Bantul Beach. Data collection was conducted throughout the coast of Bantul by digging information from conservation actors about the usual zones as laying places along with landing years and landing frequencies. Those landing places were then tagged with GPS. Drone was used to take aeral pictures of the landing sites. Data show that turtles have landed at seven zones at Pantai Baru Pandansimo 18 times from 2012 to 2017. In Goa Cemara beach there are three main landing zones and in Cangkring Beach there are two main landing zones. The total frequency of landing has been 16 times at these two beaches. Samas Beach covers four main landing zones and Dewaruci Beach which is located very near has four main landing zones too. The Dewaruci Beach has been landed by turtles 43 times since 2000. Pelangi Beach, Depok Beach, and Cemara Sewu Beach respectively have seven main landing zones, four landing zones, and four landing zones. There have been 29 landing times at these three o beaches since 2012 Turtles have preferred to land on Bantul Beach with the slope below 8 and with the width above 10 meters. Turtles also like the area around the drainages of shrimp ponds because they are relatively stable, flat, and wide. Keywords: conservation, zone, turtles. Jurnal Riset Daerah Zonasi Pantai Pendaratan Penyu di Sepanjang Pantai Bantul Agung Budiantoro *Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Edisi Khusus Tahun 2017 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyu di dunia saat ini hanya tersisa tujuh jenis dan semuanya dikategorikan sebagai spesies yang rawan punah (endangered species). Ketujuh jenis penyu diantaranya penyu hijau atau dikenal dengan nama penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing ( Dermochelys coriacea ), penyu pipih (Natator depressus) dan penyu tempayan (Caretta caretta). Kawasan konservasi penyu di Indonesia yang sudah dianggap baik adalah; Kabupaten Pesisir Selatan Pulau Penyu, Sambas, Rokan Ilir, Aru laut, Kakaba, Karimun Jawa, Laut Cibanteng Cikepuh, Puau Pasoso, Pulau Togian, Pengumbahan, Ujung Kulon, Kangean Kalimantan Selatan, Kepulauan Peleng Banggai, Taka Tulang Rate, Raja Ampat, Alas Purwo, Sukamade dan lain-lain (Mulyana, 2006).

Zonasi Pantai Pendaratan Penyu di Sepanjang Pantai Bantul · Karimun Jawa, Laut Cibanteng Cikepuh, Puau Pasoso, Pulau Togian, Pengumbahan, ... 2012), perikanan juga terkait kematian

  • Upload
    vannhi

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

ABSTRACT

Seven species of turtles that still exist in the world are all categorized as endangered species. One species of turtle lands annually on Bantul coast to lay eggs is Lekang/gray turtle (lepidochelys olivacea). Bantul District has a long coast of around 16.85 km with four turtle conservation points, from Pelangi Beach and Depok in the east, spreading westward to Samas Beach, Goa Cemara Beach, and Pantai Baru Pandansimo. There is a necessity of a thorough research about the habitat profile of turtles landing along Bantul Beach to know accurately the ideal habitat for turtles in Bantul Beach. Data collection was conducted throughout the coast of Bantul by digging information from conservation actors about the usual zones as laying places along with landing years and landing frequencies. Those landing places were then tagged with GPS. Drone was used to take aeral pictures of the landing sites. Data show that turtles have landed at seven zones at Pantai Baru Pandansimo 18 times from 2012 to 2017. In Goa Cemara beach there are three main landing zones and in Cangkring Beach there are two main landing zones. The total frequency of landing has been 16 times at these two beaches. Samas Beach covers four main landing zones and Dewaruci Beach which is located very near has four main landing zones too. The Dewaruci Beach has been landed by turtles 43 times since 2000. Pelangi Beach, Depok Beach, and Cemara Sewu Beach respectively have seven main landing zones, four landing zones, and four landing zones. There have been 29 landing times at these three

obeaches since 2012 Turtles have preferred to land on Bantul Beach with the slope below 8 and with the width above 10 meters. Turtles also like the area around the drainages of shrimp ponds because they are relatively stable, flat, and wide.

Keywords: conservation, zone, turtles.

Jurnal Riset Daerah

Zonasi Pantai Pendaratan Penyu di Sepanjang Pantai Bantul

Agung Budiantoro

*Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Edisi Khusus Tahun 2017

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyu di dunia saat ini hanya tersisa tujuh jenis dan semuanya dikategorikan sebagai spesies yang rawan punah (endangered species). Ketujuh jenis penyu diantaranya penyu hijau atau dikenal dengan nama penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing

(Dermochelys coriacea), penyu pipih (Natator depressus) dan penyu tempayan (Caretta caretta). Kawasan konservasi penyu di Indonesia yang sudah dianggap baik adalah; Kabupaten Pesisir Selatan Pulau Penyu, Sambas, Rokan Ilir, Aru laut, Kakaba, Karimun Jawa, Laut Cibanteng Cikepuh, Puau Pasoso, Pulau Togian, Pengumbahan, Ujung Kulon, Kangean Kalimantan Selatan, Kepulauan Peleng Banggai, Taka Tulang Rate, Raja Ampat, Alas Purwo, Sukamade dan lain-lain (Mulyana, 2006).

2

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

Pantai di Kabupaten Bantul sampai saat ini belum diketahui banyak orang sebagai tempat pendaratan penyu karena belum banyak data pendaratan penyu dan profil habitat yang ada di sepanjang Pantai Bantul. Kabupaten Bantul memiliki panjang pantai sekitar 16,85 km dengan empat titik konservasi penyu, dari timur yaitu Pantai Pelangi Depok, Pantai Samas, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Baru Pandansimo. Telur penyu yang ditemukan di sekitar titik konservasi penyu dipindah ke tempat penetasan semi alami agar aman dari pencurian dan abrasi air laut.

Permasalahan pokok dalam upaya konservasi penyu di Bantul yaitu belum ada penelitian yang tentang profil habitat bagi pendaratan penyu di sepanjang pantai Bantul menyeluruh sepanjang pantai Bantul sehingga habitat yang ideal di pantai Bantul sebagai tempat pendaratan belum diketahui secara pasti.

Tinjauan Pustaka

Pendaratan Penyu bersifat musiman dengan tempat tertentu (Hart et al., 2014), Penyu Abu-abu merupakan jenis penyu yang paling banyak di dunia saat ini (Pritchard, 1997) serta mendarat di pantai tropis dengan jumlah telur bisa mencapai rata-rata 105.3 butir (Marquez, 1990). Pada penelitian Zug et al. (2006) diketahui pada umur 13 tahun Penyu Abu-abu sudah mencapai kedewasaan, lebih cepat daripada penyu jenis yang lain. Setiap musim bertelur maka satu indukan bisa bertelur satu sampai tiga kelompok sarang (Pritchard dan plotkin 1995).

P e n y u A b u - a b u m e m p u n y a i penyebaran di Atlantik, Pasifik, dan Samudera Hindia serta ditemukan di 80 negara (Abreu-Grobois and Plotkin, 2008). Penyu Abu-abu tidak ditemukan di Amerika

Serikat, di Pasific Timur penyu ini berada di zona tropis dan sub-tropis dari Peru selatan sampai utara Kalifornia (Hodge and Wing, 2000). Penyu Abu-abu berpindah dari zona oseanik ke zona neritic atau penyu tetap berada di zona neritik (Shanker et al. 2003). Debort et al. (2005), menyampaikan bahwa sampai awal tahun 1990an, informasi pendaratan penyu di Belanda sangat terbatas. Akan tetapi, penelitian terbaru menunjukkan ada kenaikan yang signifikan adanya aktivitas

pendaratan penyu di Belanda.5

Gambar 1. Tukik Penyu Abu-abu (Lepidochelys olivacea) yang menetas di

Pantai Bantul (dokumentasi pribadi, 2014).

Dari segi rasio kelamin tukik yang menetas hanya dapat dilihat jika dilakukan pembedahan karena secara morfologi luar tidak dapat terlihat. Dari inkubasi yang

0dilakukan di laboratorium, suhu konstan 26 C di inkubator menghasilkan tukik dengan semua berjenis kelamin jantan sedangkan

oinkubasi dengan suhu inkubator konstan 29 C didapatkan penyu dengan jenis kelamin betina semua (Maulany et al., 2012).

Penyu L. olivacea memiliki karapaks yang bertanduk sehingga keras. Ada beberapa

3

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

vasiasi di jumlah keping costal di bagian karapaks punggung tergantung daerah asalnya. Sebagian berjumlah enam pasang, tetapi juga ada yang lima pasang tetapi ada juga yang ditemukan dengan jumlah sembilan pasang costal stutes. Diameter karapaks dewasa dari 55-80 cm. Sebagai alat pendengaran maka penyu memiliki tulang t u n g g a l d i t e l i n g a t e n g a h y a n g menghubungkan dengan telinga dalam dan dapat menerima frekuensi dan getaran yang rendah (Limpus, 2008).

Gambar 2. Jumlah sisik costal di karapaks sebagai kunci identifikasi L. olivacea selain

warnanya yang khas abu-abu (Limpus, 2008).

Limpus (2008), mengemukakan bahwa secara genetis maka populasi L. olivacea di Australia terpisah dengan populasi L. olivacea di Malaysia, Thailand, India. Jumlah Penyu L. olivacea bersarang yang lebih besar terjadi di India, Meksiko dan Kosta Rika. Secara tegas Limpus (2008) juga mengatakan bahwa jumlah populasi di Indonesia dan Papua New Genea belum terdata dengan baik. Penyu L. olivacea juga ditemukan di beberapa Negara seperti yang terlihat jelas pada gambar di bawah ini :

Gambar 3. Penyebaran Penyu Abu-abu (L. olivacea) di Samudera Hindia - Pasifik Barat

(Limpus, 2008).

Dari gambar di atas maka terlihat bahwa data sensus di Pantai Kabupaten Bantul belum komplit (tanda x) sehingga pendataan di area tersebut harus lebih baik untuk mendukung data secara internasional mengenai jumlah penyu L. olivacea di dunia.

Pendaratan penyu L. olivacea di India merupakan terbesar di dunia yang diketahui sehingga jika kondisi di India tidak terjaga akan secara signifikan mempengaruhi jumlah populasi L. olivacea di dunia (Tripathy et al., 2008). �

Penyu Abu-abu (L. olivacea) bertelur di pantai menghabiskan waktu hanya satu jam dibandingkan dengan Penyu Belimbing yang bisa mencapai empat jam untuk bertelur. Telur penyu diinkubasi dalam pasir selama 50-60 hari sampai embrio berkembang sempurna kemudian tukik akan memecah cangkang dan keluar, biasanya pada malam hari. Tukik akan berorientasi pada cahaya horizon di atas laut (lebih terang) daripada pantai sehingga tukik akan menuju ke laut. Tukik ke laut pada malam hari juga diyakini sebagai bentuk menghindar dari predator yang aktif di siang hari (Choudury et al., 2003).

4

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

Keterangan :

A. Indukan penyu mendarat di pantai dan bertelur

B. Indukan penyu kembali ke laut

C. Tukik yang menetas kembali ke laut

D. Penyu berenang di daerah mencari makan dan tumbuh.

E. Penyu tumbuh dewasa dan mendapatkan pasangannya

F. Penyu melakukan perkawinan

G. Penyu Jantan tetap berenang di laut.

H. Penyu betina berenang mendekati tepi laut untuk mendarat.

Gambar 4. Siklus hidup penyu dari menetas sampai dewasa (DKP RI, 2009).

Kesuksesan pendaratan dan peneluran oleh penyu tergantung dari banyak faktor di pantai, termasuk kesesuaian pantai pendaratan, ada tidaknya faktor biotik dan abiotik yang merusak. Dengan meningkatnya penggunaan pantai dengan berbagai aktivitas, tempat peneluran sering tidak digunakan lagi akibat dari gangguan manusia terutama adanya penerangan (Choudury et al., 2003).

Penyu akan mendarat di pantai yang mempunyai karakteristik tertentu sesuai kebutuhan inkubasi untuk telurnya. �Kabupaten Bantul memiliki panjang pantai 16,85 km dengan persentase sebesar 14% dari keseluruhan garis pantai Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta (BLH Bantul, 2014). Pada Sepanjang pantai Bantul dapat diakses oleh manusia dengan mudah dan sebagian besar digunakan sebagai pantai wisata. Pada penelitian BLH Bantul. (2014), sepanjang tahun 2006-2012 pantai di Bantul mengalami abrasi sebesar 30,28 ha dan juga terjadi akresi sebesar 21,11 ha sehingga ter jadi pengurangan luas sebesar 9,17 ha, hal ini bisa mempengaruhi pendaratan penyu. Selain abrasi, pendaratan penyu dipengaruhi oleh faktor lingkungan lain, yaitu; kemiringan pantai, kebersihan pantai, aktivitas masyarakat sekitar pantai, pasang surut.�

Sebagai pantai wisata maka banyak warung yang berdiri mendekati garis pantai di Bantul. Pencahayaan warung dan keramaian warung dimungkinkan akan mempengaruhi pendaratan penyu Abu-abu. Sesuai penelitian Tripathy & Rajasekhar (2009), bahwa ancaman terhadap keberadaan penyu yang tercatat di India dalam bentuk pencahayaan di pantai, erosi pantai, dan juga penanaman Casuarina di dekat pantai. Kegiatan manusia juga berdampak pada perilaku hewan (Brown et al., 2012), perikanan juga terkait kematian penyu (Shanker et al. 2004).

Pantai berpasir dengan kandungan mineral di kawasan Pantai Bantul mempunyai iklim mikro yang sangat mendukung untuk inkubasi telur penyu sampai menetas. Satriadi dkk. (2003), meneliti kawasan pantai Samas Bantul dan mendapatkan hasil bahwa rata-rata mineral magnetik yang terdapat dalam pasir sebesar 76,86%. Mineral magnetik adalah logam yang mempunyai daya hantar panas yang baik dan mampu menyimpan panas radiasi matahari sebesar 30-80% sehingga baik untuk inkubasi telur.

Setiap tahun pada Bulan April-Juli di pantai Bantul akan didarati oleh penyu Abu-abu secara soliter. Penyu tersebut mendarat untuk bertelur di sepanjang pantai pesisir

5

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

Bantul. Terdapat empat titik konservasi penyu di pesisir Kabupaten Bantul, yaitu; Pantai Pelangi Depok Kecamatan Kretek, Pantai Samas Kecamatan Sanden, Pantai Goa Cemara Kecamatan Sanden, dan Pantai Baru Pandans imo Kecamatan Srandakan (Budiantoro dan Wijayanti, 2014). Penyu L. olivacea et al. menurut Whiting (2005), mempunyai kesetiaan terhadap tempat pendaratan untuk bertelur dari satu musim ke musim berikutnya. Mereka mempunyai jalur migrasi untuk makan sepanjang 230-1130 km sebelum kembali lagi ke pantai yang sama untuk bertelur pada musim bertelur berikutnya.

METODOLOGI

Studi konservasi penyu zonasi pendaratan penyu disepanjang pantai kabupaten Bantul ini menggunakan :

Alat

Untuk memperoleh data yang akurat dan sesuai dengan fakta aktual dilapangan terkait pelaksanaan proyek pekerjaan studi konservasi penyu zonasi pendaratan penyu disepanjang pantai kabupaten Bantul maka diperlukan alat pendukung antara lain:

1. Drone Hexacopter

2. Clinometer Suunto Tandem 30PC/360R yang di gunakan untuk mengukur kemiringan bibir pantai.

3. GPSmap 60CSx sebagai By:GARMINalat untuk melakukakan penandaan zona pendaratan penyu di Pantai selatan kabupaten bantul.

4. Software adobe Photoshop sebagai media untuk melakukan penggabungan gambar dan pemberian pada gambar.title

5. Software adobe Premier sebagai media untuk melakukan Video dan editing pelabelan pada video.

6. Google maps Sebagai acuan untuk peletaan titik Zona pendaratan penyu pada gambar yang telah disatukan.

Bahan

Bahan dalam pelaksanaan Proyek Pekerjaan Studi konservasi penyu zonasi pendaratan penyu disepanjang pantai kabupaten Bantul adalah Lokasi Pantai Selatan Kabupaten Bantul dengan panjang garis pantai 16.85 KM.

Gambar 5. Blok Diagram Tahap Pengambilan Gambar dan data Zona

Pendaratan Penyu

PENGAMBILAN DATA LOKASI ZONA PENDARATAN DENGANGPS DI DAMPNGI PENGELOLA KONSERVASI PENYU

SURVEI LOKASI PANTAI PENDARATAN PENYU

SOSIALISASI DENGAN PENGELOLA KONSERVASI

PENGAMBILAN DATA GAMBAR DIPANTAI SELATAN

PENGGABUNGAN CITRA GAMBAR YANG DIPEROLEH

PENGAMBILAN DATA KEMIRINGAN KONTUR TANAH DAN JARAK BIBIR PANTAI

PELABELAN PADA FOTO LOKASI PENDARATAN PENYU

6

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh di area penelitian, diurutkan dari pantai sisi paling barat yang terdapat zona pendaratan penyu adapun urutan data tersaji pada tabel 2. berikut.

Wilayah Konservasi 1 pantai Baru Pandansimo

Wilayah konservasi pantai baru Pandansimo merupakan wilayah konservasi paling barat di pantai Kabupaten Bantul , untuk data aktual kondisi pantaibaru tersaji pada tabel 3 berikut.

Tabel 2. Lokasi Zona pendaratan penyu di Pantai Bantul 2012-2017

NoLokasi Pantai Konservasi

Coverage AreaJumlah Zona

pendaratan

Jumlah frekuwensi pendaratan per

zona

Perwakilan Penglola

1 Pantai Baru Pandansimo

Pantai Baru 7 zona 18 kali Muh. Zamzami

2 Pantai Goa Cemara

Pantai cangkring 2 czona 4 kali Bagiyo/ sutiman

Pantai goa cemara 3 zona 12 kali

3 Pantai samas Pantai dewaruci 4 zona 7 kali Rujito (mbah duwur)

Pantai samas 4 zona 36 kali(sejak tahun 2000)

4 Pantai pelangi Pantai depok 4 zona 4 kali Sarwidi (pak Min)

Pantai pelangi 7 zona 17 kali

Pantai cemara sewu

4 zona 8 kali

Tabel 3. Rincian data wilayah konservasi 1 pantai pelangi

NoNama Pantai

Zona Ke- Latitude Longitude

Kemiringanpantai jarak

FrekwensiPendaratan Tahun

1 Pantai Baru Pandansimo

1 -7.984521 110.209487 8 15m 2 2013-2014

2 -7.985947 110.212468 7.5 15m 4 2013-2015

3 -7.986707 110.213949 9 20m 4 2013-2016

4 -7.987514 110.216127 9.5 20m 1 2015-2016

5 -7.987944 110.217004 9 20m 1 2015

6 -7.989458 110.221384 8.5 20m 3 2012-2014

7 -7.990268 110.223458 8.5 20m 3 2016-2017

7

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

Gambar 6. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 1 pantai Baru Pandansimo

Gambar 7. . Zooming citra zona pendaratan penyu titik 2 pantai Baru Pandansimo.

Gambar 8. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 3 pantai Baru Pandansimo

Gambar 9. Zooming citra zona pendaratan penyu titik4 pantai Baru Pandansimo

Gambar 10. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 5 pantai Baru Pandansimo�

Gambar 11. Zooming citra zona pendaratan penyu titik6 pantai Baru Pandansimo

Gambar 12. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 7 pantai Baru Pandansimo

Pantai baru merupakan titik paling barat dari pantai Bantul. Pengambilan gambar dari muara Sungai Progo ke timur sampai batas dengan Pantai seagian barat Pantai Cangkring. Pada analisis yang dilakukan, zona pendaratan ke1 hingga ke 7 masih berada pada kawasan pantai Baru, dengan

okemiringan pantai rata rata adalah 8,5 dan jarak bibir pantai hingga ke permukaan air saat pasang sekitar 15 hingga 20 meter. Pantai ini dulunya disebut dengan pantai pantai

8

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

Pandansimo. Dari informasi yang kami peroleh terkait dengan prosentase pendaratan yang terjadi dari tahun 2012 hingga tahun 2017 sudah ditemukan sebanyak 7 titik lokasi zona pendaratan penyu yang terdeteksi oleh warga sekitar maupun tim pengelola konservasi di kawasan pantai Baru ini, adapun setiap masing masing titik mempunyai jumlah yang bervariasi antara 1 hingga 3 kali pendaratan pada musimnya.

Menurut informasi yang diperoleh dari tim pengelola konservasi penyu (Iwan dan Zami, 2017) dilokasi pantai baru ini jenis penyu yang mendarat adalah Penyu Abu-abu/Lekang. Lokasi pantai baru merupakan

salah satu lokasi yang memiliki cukup banyak zona titik pendaratan penyu. Hal ini mungkin disebabkan karena lokasi pantai yang relatif

odatar (kemiringan di bawah 8 ), dan jarang ditemui abrasi yang parah di lokasi ini.

Menurut Panjaiatan (2012), abrasi bisa mengurangi jumlah penyu yang mendarat. Pantai Pandansimo, ketika malam jarang terjamah oleh para wisatawan. Keadaan yang masih senyap dan sangat minim dengan gangguan suara yang ditimbulkan dari aktifitas kegiatan manusia, seperti suara kendaraan bermotor yang melewati lokasi,

maupun suara keramaian para pengunjung yang berwiata ke seputaran pantai Baru. Sesuai dengan Penelitian yang telah dilakukan Ristiarini (2016) tentang karakteristik fisik dan biotik, habitat pendaratan penyu bahwa gangguan antophrogenik bisa menyebabkan penyu tidak mendarat untuk bertelur.

Pantai Goa Cemara dan Sekitarnya

Wilayah konservasi pantai Goa Cemara merupakan wilayah pantai selanjutnya. Pantai wilayah konservasi di pantai goa cemara meliputi pantai cangkring , untuk data aktual kondisi pantaibaru tersaji pada tabel 4 berikut

Gambar 13. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 1 pantai Cangkring

Tabel 4. Rincian data wilayah konservasi 2 pantai Goa Cemara

NoNama Pantai

Zona Ke- Latitude Longitude

Kemiringanpantai jarak

FrekwensiPendaratan Tahun

1 Pantai Cangkring

1 -7.994096 110.235519 8 15m 2 2015-2016

2 -7.994996 110.242468 7.5 15m 4 2015-2016

2 Pantai Goa Cemara

1 -7.996464 110.241476 7.5 15m 3 2013-2015

2 -8.000055 110.250835 7 15m 5 2012-2015

3 -8.000432 110.251675 7.5 15m 4 2015-2017

9

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

Gambar 14. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 2 pantai Cangkring

Gambar 15. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 1 pantai Goa cemara

Gambar 16. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 2 pantai Goa cemara

Gambar 17. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 3 pantai Goa cemara

Pengambilan Gambar di Zona Pantai Goa Cemara adalah dari Pantai Cangkring di sebelah barat (Gambar 12 dan 13) sampai Pantai di sebelah timur Goa Cemara, pantai ini memiliki titik zona pendaratan penyu

odengan kemiringan pantai rata-rata 7,5 o

hingga 8 . Kemiringan pantai ini berkisar o o

antar 22 hingga 27,5 pada daerah yang curam. Data diperoleh secara langsung dengan melakukan pengukuran dilapangan saat kondisi air sedang surut. Adapun jarak bibir pantai dari vegetasi hingga ke permukaan air saat pasang berkisar antara 15 sampai 20 meter.

Analisis yang dilakukan dari informasi yang diperoleh terkait dengan prosentase pendaratan yang terjadi dari tahun 2012 hingga tahun 2017 sudah ditemukan sebanyak 12 kali pendaratan yang terbagi dalam 3 lokasi. Zona pendaratan sudah diketahui oleh warga sekitar maupun tim pengelola konservasi di kawasan pantai Goa cemara ini. Adapun setiap titik mempunyai jumlah yang bervariasi antara 3-5 kali pendaratan pada musim nya. Menurut informasi yang diperoleh dari tim pengelola konservasi penyu (Bagiyo) di lokasi pantai Goa cemara ini jenis penyu yang mendarat adalah penyu abu-abu (L. olivacea) sama seperti di pantai Baru. Terkait zonasi pendaratannya cenderung lebih stabil pada lokasi yang sama pada setiap tahunnya, sehingga para pengelola konservasi lebih mudah untuk mendeteksi keberadaan sarang telur penyu yang terdapat pada lokasi dan dapat segera dipindahkan ke penetasan semi alami.

Pemindahan ini dilakukan karena pantai Goa cemara sendiri merupakan pantai yang sudah padat dengan pengunjung, Sehingga terkadang sarang dan telur penyu yang terdapat di lokasi tidak jarang ditemukan oleh Para pengunjung pantai goa

10

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

Cemara, hal tersebut lah yang menjadi alasan penyelamatan dini terhadap telur telur yang berada dilokasi zona pendaratan pantai goa cemara . Pada t ahun 2015 pe rnah diinformasikan ada penyu mendarat pukul 16.00.

Pantai Samas dan Sekitarnya

Wilayah jelajah di pantai Samas merupakan wilayah meliputi pantai Dewaruci dan pantai Samas, untuk data aktual kondisi pantai Samas dan sekitarnya tersaji pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Rincian data wilayah konservasi3 pantai Samas

NoNama Pantai

Zona Ke- Latitude Longitude

Kemiringanpantai jarak

FrekwensiPendaratan Tahun

1 Dewaruci 1 -8.001715 110.255017 8 15m 2 2016

2 -8.001784 110.255414 7.5 15m 3 2014-2016

3 -8.002143 110.256428 7.5 10m 2 2014

4 -8.002748 110.258086 7 10m 4 2012-2014

2 Pantai Samas 1 -8.012748 110.258099 7.5 10m 7 2012-2017

2 -8.012993 110.325110 8 15m 12 2012-2017

3 -8.013000 110.129197 8 15m 9 2012-2017

4 -8.013740 110.129644 8.5 10m 8 2012-2017

Gambar 18. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 3 pantai Dewaruci

Gambar 19. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 3 pantai Dewaruci

Gambar 20. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 3 pantai Dewaruci

Gambar 21. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 3 pantai Dewaruci

11

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

Gambar 22. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 1 pantai samas

Gambar 23. Zooming citra zona pendaratan penyu titik2 pantai samas

Gambar 24. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 3 pantai samas

Gambar 25. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 4 pantai samas

Pantai samas merupakan pantai yang disekitar nya terdapat zona pendaratan penyu yang telah di kelola dan di kunjungi guna pene l i t i an t en tang hab i t a t penyu . Pengambilan gambar mulai dari pantai Dewaruci di bagian barat sampai muara sungai opak di sebelah timur. Pantai ini memiliki kemiringan pada pantai ini berkisar

o oantara 7 hingga 8 pada zona landai. Pada zona curam kemiringan tanah pada pantai ini

o oberkisar antara 23 hingga 24 . Data di peroleh secara langsung dengan melakukan pengukuran di lapangan saat kondisi air sedang surut. Adapun lebar pantai dari vegetasi hingga ke permukaan air saat pasang berkisar antara 5 sampai 20 meter.

Analisis yang dilakukan terkait pendaratan penyu menurut informasi dari perwakilan tim pengelola konservasi penyu di pantai samas (Rujito/ mbah duwur) lokasi titik pendaratan penyu di pantai samas cenderung stabil dari tahun ke tahun. Dapat dikatakan selalu ada pendaratan dan di pantai samas. Pantai Samas memiliki sejumlah titik yang terdeteksi sebagai zona pendaratan penyu ada 21 titik dari ujung barat hingga timur akan tetapi sifat nya lebih terpusat di sekitar area 4 titik yang tertera pada gambar.

Dapat di pastikan setiap tahun selalu terjadi pendaratan, prosentase jumlah pendaratan yang diketahui oleh tim terhitung dari tahun 2000 hingga 2017 sebanyak 36 kali pendaratan yang terbagi dalam 4 titik zona pendaratan di pantai samas, hal ini terjadi karena kondisi alam dari pantai samas yang lebih dekat dengan muara sungai yang relatif sepi dan dengan kemiringan pantai yang landai. Jika dibandingkan jumlah titik pendaratan di pantai samas mendekati jumlah titik pendaratan yang terdapat di pantai Baru.

12

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

Wilayah Pantai Pelangi dan Sekitarnya

Wilayah konservasi pantai pelangi ini meliputi jangkauan pantai cemara sewu pada sisi barat dan pantai Depok pada sisi timur(

pantai cemara sewu, pantai pelangi, pantai depok), terkait rincian data aktual kondisi pantai pelangi tersaji pada tabel 6 berikut.

Tabel 6. Rincian data wilayah konservasi 4 pantai pelangi

NoNama Pantai

Zona Ke- Latitude Longitude

Kemiringanpantai jarak

FrekwensiPendaratan Tahun

1 Pantai Depok 1 -8.012193 110.286113 8.5 15m 1 2013

2 -8.014282 110.294636 8 10m 5 2013-2014

3 -8.012735 110.299210 8 10m 3 2014-2016

4 -8.016072 110.300384 7 10m 4 2014-2016

2 Pantai Pelangi

1 -8.016757 110.302758 7.5 15m 2 2015-2016

2 -8.016791 110.303313 7.5 10m 3 2013-2015

3 -8.017410 110.305419 9 10m 2 2014-2017

4 -8.017906 110.306632 9 10m 2 2013-2015

5 -8.018342 110.308453 9.5 10m 2 2015-2016

6 -8.018794 110.309268 8 15m 4 2016

7 -8.018961 110.310486 8 15m 2 2012-2013

3 Pantai cemara sewu

1 -8.019869 110.313957 7 15m 2 2016

2 -8.020065 110.314303 7.5 15m 2 2013-2014

3 -8.020341 110.314791 7.5 15m 1 2013-2014

4 -8.020559 110.315220 7 10m 3 2014-2015

Gambar 26. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 1 pantai depok

Gambar 27. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 2 pantai depok

Gambar 28. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 3 pantai depok

Gambar 29. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 4 pantai Depok

Gambar 30. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 1 pantai Pelangi

Gambar 31. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 2 pantai Pelangi

13

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

Gambar 32. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 3 pantai Pelangi

Gambar 33. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 4 pantai Pelangi

Gambar 34. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 5 pantai Pelangi

Gambar 35. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 6 pantai Pelangi

14

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

Gambar 36. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 7 pantai Pelangi

Gambar 37. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 1 pantai Cemara sewu

Gambar 38. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 2 pantai Cemara sewu

Gambar 39. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 3 pantai Cemara sewu

Gambar 40. Zooming citra zona pendaratan penyu titik 4 pantai Cemara sewu

Pantai Pelangi merupakan titik tengah antara pantai Parangtritis dan Pantai Depok. Pada analisis yang dilakukan, zona pendaratan ke1 dan 2 berada di timur landasan pacu pesawat. Tidak ditemukannya telur di lokasi pantai depok dan Pantai Parangtritis mungkin karena tingkat keramaian pantai sepanjang waktu dari pagi sampai malam. Hal ini sesuai dengan Penelitian yang telah dilakukan Ristiarini (2016), bahwa keramaian berpengaruh pada pendaratan penyu.

Sebelum tahun 2010 pernah ditemukan telur di kawasan tersebut, akan tetapi hingga saat ini belum pernah ditemukan kembali. Hal ini mungkin karena lokasinya yang jauh dari tempat penetasan semi alami sehingga tidak t e r j a n g k a u o l e h p e n d u d u k y a n g menyelamatkan telur penyu maupun tim konservasi penyu yang ada dipantai pelangi, hal tersebut dikarenakan tim konservasi maupun penduduk hanya berjalan kaki ketika mencari sarang telur penyu untuk diselamatkan sedangkan garis pantai yang cukup panjang dan lokasi titik yang tersebar menjadikan sebuah kendala tersendiri bagi penduduk maupun tim konsevasi penyu. Data kemiringan tanah pada pantai ini berkisar

o oantara 7 hingga 8 saat permukaan air laut pasang adapun saat air surut kemiringan

otanah pada pantai ini berkisar antara 23

ohingga 24 sumber ini kami peroleh secara langsung dengan melakukan pengukuran

15

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

dilapangan saat kondisi air sedang surut. Adapun jarak bibir pantai dari vegetasi hingga ke permukaan air saat pasang berkisar antara 5 sampai 20 meter.

Sifat pendaratan yang terjadi di pantai pelangai tidak terpusat seperti yang ada pada pantai samas, pada pantai pelangi cenderung lebih tersebar di sepanjang garis pantai hal ini mungkin dikarenakan banyak nya jumlah palung yang terdapat di sekitar pantai pelangi.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN

1. Zona Pendaratan penyu di Pantai Bantul selama tahun 2012-2017 pada Pantai Baru Pandansimo terdapat 7 (tujuh) zona inti pendaratan penyu dengan frekuwensi 18 kali pendaratan. Pantai Goa Cemara meliputi pantai cangkring dengan 3 (tiga) zona inti di pantai goa cemara dan 2 zona inti di pantai cangkrng total frekuwensi pendaratan 16 (enam belas) kali, Pantai Samas meliputi pantai dewaruci terdapat 4 (empat) zona inti di pantai samas, dan 4 (empat) zona inti. Pada Pantai dewaruci jika dihitung dari tahun 2000 total frekwensi pendaratan 43 kali. Pantai Pelangi meliputi pantai depok dan cemara sewu terdapat 7 (tujuh) zona inti pendaratan di pantai pelangi yaitu, 4 (empat) zona inti di pantai cemara sewu, dan 4 (empat) zona inti di pantai depok total frekuwensi pendaratan ada 29 kali terhitung dari tahun 2012 hingga tahun 2017 .

2. Kesukaan penyu mendarat di Pantai Bantul pada area dengan kemiringan

opantai di bawah dan dengan lebar pantai di atas 10 meter. Penyu juga menyukai area di sekitar pembuantan air tambak udang karena stabil landau dan cukup lebar pantainya.

REKOMENDASI

1. Dinas Kelautan dan Peikanan (DKP) DIY agar mengupayakan penanganan penetasan telur penyu yang dilakukan kelompok konservasi dengan lebih baik, misalnya ada anggaran operasional penyelamatan telur. Ada program penggantian pasir sebagai media penetasan semi alami setiap tahunnya, dan pembuatan tempat penetasan semi alami yang lebih optimal bagi penetasan penyu.

2. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) agar mengupayakan kelompok konservasi di Bantul menjadi satu wadah yang berbadan hukum sehingga pengelolaan konservasi penyu akan lebih profes ional . BKSDA diharapkan melakukan pelatihan atau studi banding bagi semua pelaku konservasi penyu (tidak hanya kadernya saja) agar pengelolaan konservasi penyu lebih baik. Kearifan lokal pelaku konservasi agar menjadi pertimbangan dalam pengolaan penyu, misal adanya dana penghargaan bagi penemu telur penyu dari kelompok konservasi jangan dipandang sebagai jual-beli telur penyu.

3. Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY agar menajaga kawasan sepadan pantai yang menjadi lokasi pendaratan penyu dan memberikan zonasi dengan memberi tanda sebagai zona terbatas saat musim pendaratan. Secara teknis diharapkan dibuat tanda khusus sebagai tanda wilayah pendaratan.

4. Dinas Pariwisata, mengembangkan lebih lanjut ekowisata penyu sebagai ikon pa r iwia t a d i Kabupa ten Ban tu l berkoordinasi dengan BKSDA dan DKP DIY sehingga pengelolaan ekowisata penyu sesuai dengan aturan konservasi yang ada.

16

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

5. Perguruan Tinggi, agar terus mendampingi upaya konservas penyu dengan program KKN, Penyuluhan ke warga, Penelitian, dll.

6. Masyarakat Konservasi Penyu dan warga pesisir di empat titik konservasi Bantul agar lebih memaksimalkan upaya penyelamatan telur penyu pada zona yang menjadi tempat kesukaan pendaratan penyu. Warung-warung di pesisir agar menghadapkan lampunya ke arah membelakangi pantai agar t idak mempengaruhi pendaratan penyu.

Daftar Pustaka

Anshary M., T.R. Setyawati, dan A.H Yanti. 2014. Karakteristik Pendaratan Penyu Hijau (Chelonia mydas, Linnaeus 1758) di Pantai Tanjung Kemuning Tanjung Api dan Pantai Belacan Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas. Protobiont. Vol 3 (2): 232-239.

BLH Bantul. 2014. Laporan tahunan Pelaksanaan Program Tahun 2013. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemerintah DIY.

Bowen, B.W., A.M. Clark, A.F. Abreu-Grobois, A. Chaves, H.A. Reichart, and R . J . F e r l . ( 1 9 9 8 ) . G l o b a l phylogeography of the ridley sea turtles (Lepidochelys spp.) as inferred from mitochondrial DNA sequences. Genetica. 101:179-189.

Broderick A.C., B.J. Godley, S. Reece, and J.R. Downie. (2000). Incubation Periods and Sex Ratios of Green Turtles: Highly Female Biased Hatchling Production in the Eastern Mediterranean. Marine Ecology. Progress Series. Vol. 202:273-281.

Choudury, B.C., B. Pandav, B. Tripathy, and H.V. Andrews, (2003). Sea Turtle Conservation. Eco (Turtle) Friendly Coastal Deveopment. Centre for Herpetology/Madras Crocodile Bank Trust. Mamallpuram-603, Tamil Nadu, S. India.

Debort A.O, N. Esteban, R.L. Scao, A. Caballero, and P.C. Hoetjes. (2005). New Sea Turtle Nesting Rcords for the Netherlands Antilles Provide Impetus to Conservation Action. Caribbean Journal of Science. Vol 41, No.2 pp 334-339. University of Puerto Rico.

Fisher L.R., MH Godfrey, DW. Owens. (2014). Incubation Temperatur Effect on Hacthing Performance in the Loggerhead Sea Turtle (Caretta caretta). PLoS ONE 9 (12): e114880. Doi: 10.1371/journal.pone.0114880.

Godley B.J., A.C. Broderick, and G.C. Hays. (2001). Nesting of Green Turtles (Chelonia mydas) at Ascension Island, S o u t h A t a l a n t i c . B i o l o g i c a l Conservation. Vol 97: 151-158.

Hart A.E., C. Ley-Quinonez, A. Maldano-Gasca, A Zavala-Norzagaray, and F.A. Abreu-Grobois. 2014. Nesting Characteristics of Olive Ridley Turtles (L. olivacea) on El Naranjo Beach, Nayarit, Mexico. Herpetological Conservation and Biology. Vol 9 no.2: 524-534.

Hamann, M., Godfrey, M., Seminoff, J., Arthur, K., Barata, P., Bjorndal, K., and B. Godley. (2010). Global research priorities for sea turtles: informing management and conservation in the 21st century. Endangered Species R e s e a r c h , 11 ( 3 ) , 2 4 5 – 2 6 9 . doi:10.3354/esr00279Hodge, R.P. and B.L. Wing. (2000). Occurrences of

17

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

marine turtles in Alaska waters: 1960-1998. Herpetological Review . 31(3):148-151.

Hawkes L.A., A.C Broderick, M.H. Godfrey, and B.J. Godley. (2009). Climate C h a n g e a n d M a r i n e Tu r t l e s . Endangered Species Research. Vol 7: 137-154. Doi:10.3354/esr00198.

Limpus, C.J. 2008. A Biological Review of Australian Marine Turtles. Olive Ridley Turtle Lepidochelys olivacea (Eschscholtz). Freshwater and Marine Sciences Unit Environmental Sciences Division. Queensland Government.

Mala, Y.A. 2012. Habitat Pendaratan Penyu di TNAP. Buletin Manilkara kauki, Taman Nasional Alas Purwo; edisi V, ISSN : 2088-9720. Hal : 13-15.

Maulany, R.I. 2009. Penyu Lekang ( Lepidochelys olivacea ) di Taman Nasional Alas Purwo , Banyuwangi - Jawa Timur , Indonesia Pendahuluan Tujuan Penelitian Tujuan Umum Pertanyaan Penelitian, 1–15.

Maulany R.I., D.T. Booth, and G.S. Baxter. (2012). The Effect of Incubation Temperature on Hachling quality in the Olive Ridley Turtle, Lepidochelys olivacea, from Alas Purwo National Park, East Java, Indonesia : Implicatio for Hachery Manageent. Marine Biology. No 159:2651-2661. Doi 10.1007/s00227-012-2022-6.

Marquez, R. (1990). FAO Species Catalogue. Sea turtles of the World. An annotated and illustrated catalogue of sea turtle species known to date. FAO Fisheries Synopsis, 11 (125).

Merchant-Larios H., S. Ruiz-Ramirez, N. Moreno-Mendoza, and A. Marmolejo-Valencia. 1997. Correlation Among Thermosensitive Period, Estradiol

Response, and Gonad Differentiation in the Sea Turtle Lepidochelys olivacea General and Comparative . Endocrinology. Vol 107 (3). Pp 373-385.

Panjaitan R.A, Iskandar dan S. Alisyahbana. 2012. Hubungan Perubahan Garis Pantai Terhadap Habitat Bertelur Penyu Hijau (Chelonia Mydas) di Pantai Pangumbahan Ujung Genteng, Kabupa ten Sukabumi . Jurna l Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 311-320. ISSN : 2088-3137

Pritchard, P.C.H. (1997). Evolution, phylogeny, andcurrent status. Pp. 1–28 In The Biology of Sea Turtles.Lutz, P.L., and J.A. Musick (Eds.). CRC Press, Boca Raton, Florida, USA.

Priyono. 1989. Habitat Management for Sea Turtles , Institut Pertanian Bogor. (2); 33–38.

Ristiarini, S. 2016.

Satriadi, A., & Rudiana, E. (2004). Ident i f i kas i Penyu dan S tudi Karakteristik Fisik Habitat di Samas Bantul., 8(2), 69–75.

Shanker, K., B.C. Choudhury, B. Pandav, B. Tripathy, C.S. Kar, S.K. Kar, N.K. Gupta, and J.G. Frazier. (2003). Tracking olive ridley turtles from Orissa. Pages 50-51 in Seminoff, J.A. (compiler). Proceedings of the Twenty-Second Annual Symposium on Sea Turtle Biology and Conservation. NOAA Technical Memorandum NMFS-SEFSC-503.

Shanker, K., J. Ramadevi, B.C. Choudhury, L. Singh, and R.K. Aggarwal. (2004). Phylogeography of olive ridley turtles (Lepidochelys olivacea) on the east coast of India: implications for

18

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

conservation theory. Molecular Ecology 13:1899-1909.

Sukada, IK. 2006. Pengaruh Letak Sarang dan Kerapatan terhadap Laju Tetas Telur Penyu Hijau (Cheloniamydas). Download 13 Desember 2015.

Sheavtiyan, T. Rima, dan I. Lovadi. (2014). Tingkat Keberhasilan Penetasan Penyu Hijau (Chelonia mydas, Linnaeus 1758) di Pantai Sebubus, Kabupaten Sambas. Jurnal: Protobiont. Vol 3 (1): 46-54.

Tripathy, B., R. S. Kumar, B. C. Choudhury, K. Sivakumar, and A. K. Nayak. 2008. Compilation of Research Information on Biological and Behavioural Aspects of Olive Ridley Turtles along the Orissa Coast of India – A Bibliographical Review for Identifying Gap Areas of Research. Wildlife Institute of India, Dehra Dun.

Valverde R.A., S. Wingard, F. Gomez, M.T. Tordoir, and C.M. Orrego. (2010). Field Lethal Incubation Temperature of Olive Ridley sea Turtle Lepidochelys olivacea Embryos at a Mass Nesting Rookery. Endangered Species Research. Vol. 12. Pp 77-86. Doi: 10.3354/csr00296.

Whiting, S., Long, J., Hadden, K., Council, T. L., & Lauder, A. (2005). Identifying the links between nesting and foraging grounds for the Olive Ridley ( Lepidochelys olivacea ) sea turtles in northern Australia . Final Report to the Department of the Environment and Water Resources June 2005 By, (June).

Wilson, E.G., K.L. Miller, D. Allison, and M. Magliocca. (2007). Why Healthy Oceans Need Sea Turtles: The Importance of Sea Turtles to Marine E c o s y s t e m . O c e a n a . Oceana.org/seaturtles.

Zbinden J.A., D. Margaritoulis, and R. Arlettaz. 2006. Metabolic Heating in Mediterranean Loggerhead Sea Turtle Clutches. Elsevier. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. No 334, pp: 151-157.

Zug, G.R., M. Chaloupka, and G.H. Balazs.( 2006). Age and growth in Olive Ridley Sea Turtles (Lepidochelysolivacea) from the north-central Pacific: askeletochronological analysis. Marine Ecology. 27:263–270.

19

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

1 Nama Lengkap (dengan gelar) AGUNG BUDIANTORO, S.Si. M.Si.

2 Jenis Kelamin Laki-laki

3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli

4 NIY 60030462

5 NIDN 0504018001

6 Tempat, Tanggal Lahir Bantul, 04 Januari 1980

7 E-mail [email protected]

8 Nomor Telepon/HP 085228205068

9 Alamat Kantor Jln. Kapas No.9 Semaki, Umbul Harjo, Yk. 55166

10 Nomor Telepon/Faks (0274) 563515

11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = … orang; S-2 = - orang; S-3 = - orang

12 Nomor Telepon/Faks (0274) 563515

13 Mata Kuliah yang Diampu 1. Taksonomi Hewan

2. Struktur Perkembangan Hewan

3. Fisiologi Hewan

4. Biologi Perairan

5. Biologi Konservasi

A. Identitas Diri

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi UGM UNSOED Univ Brawijaya

Bidang Ilmu Biologi Biologi Biologi

Tahun Masuk-Lulus 1998-2003 2007-2010 2013-sekarang

Judul Skripsi/Tesis/Disertasi

Pertumbuhan Udang Karang pasir (Panulirus homarus) dengan Variasi pakan Pokok dan Tambahan

Induksi Maturasi Oosit Ikan Gurami (Osphronemus gourami Lac.) Menggunakan Progesteron dan GnRH Analog

Evaluasi Preferensi habitat Pendaratan Penyu dalam Rangka Konservasi dan Pengembangan Ekowisata Penyu (Studi Kasus dei Kabupaten Bantul)

Nama Pembimbing Drs. Trijoko, M.Si Dr. Gratiana E. Wijayanti

Dr. Amin Setyo Leksono

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian

1 2011Induksi Pemasakan Oosit Ikan Nilem (Ostheochilus hasselti) menggunakan Ovaprim, Progesteron, dan Estradiol.

2 2013 The Gastropods Diversity in Intertidal Zone at Sundak Beach District Gunung Kidul

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

1 2013 Pemberdayaan Masyarakat Menuju Ekowisata Konservasi Penyu di Pantai Goa Cemara, Patihan Gadingsari, Sanden Bantul

Dikti

2 2014 Pemberdayaan Masyarakat Menuju Ekowisata Konservasi Penyu dengan Peningkatan Kualitas SDM Berbasis Kearifan Lokal

Dikti

3. 2012-sekarang

Pendamping Konservasi Penyu di Kabupaten Bantul dari Perguruan Tinggi.

MoU UAD-Bantul

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun

1 Pemberdayaan Masyarakat Menuju Ekowisata Konservasi Penyu di Pantai Goa Cemara, Pat ihan Gadingsari, Sanden Bantul

Jurnal Riset Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul, Propinsi DIY.

ISSN : 1412-9519. Vol. XII, No.3. Desember 2013

2 Pemberdayaan Masyarakat Menuju Ekowisata Konservasi Penyu dengan Peningkatan Kualitas SDM Berbasis Kearifan Lokal

Jurnal Riset Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul, Propinsi DIY.

ISSN : 1412-9519. Vol. XIII, No.3 Desember 2014.

dst

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel IlmiahWaktu dan

Tempat

1 International Conference on Green World in Business and Technology. Ahmad Dahlan University.

Induktion of Oocyte Maturation in The Giant Gouramy (Osphronemus gourami Lac.) using Progesterone and GnRH Analog

2012. Ahmad Dahlan University

2 International Seminar. Green Economy for Sustainable Development. ISBN 978-602-19805-7-3.

The Economic Effect of Water Pollution Level in Datar River, Banyumas

2012. Ahmad Dahlan University

20

Jurnal Riset Daerah Edisi Khusus Tahun 2017

21

No. Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel IlmiahWaktu dan

Tempat

3 The Gastropods Diversity in Intertidal Zone at Sundak Beach District Gunung Kidul

nd The 2 International Conference on Green World of Business and Technology. Ahmad Dahlan University

2013. Ahmad Dahlan University

4 The 4th International Conference on Research, Implementation and Education of Mathematics and Science

Sea Turtle Ecotourism in Bantul 08 Mei 2017

5 thThe 5 International Cobference Biologycal Science 2017

Sea turtle landing Habitat at Alas Purwo National Park and Bantul

1-2 September 2017

G. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No.Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya

yang Telah DiterapkanTahun

Tempat Penerapan

Respon Masyarakat

1 Pendampingan rumusan kawasan pencadangan konservasi Penyu di Bantul

2012-2014

Bantul Baik, Terbit SK Bupati Bantul no. 284 Tahun 2014.

H. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1 Piagam, Pelatihan “Teknik Penulisan Karya Ilmiah” bagi Guru-guru SMA MApel Biologi

Forum Guru Mata Pelajaran Biologi Kabupaten Bantul

2007

2 Piagam Penghargaan sebagai Pemantau Independent Unas

Dikpora 2009-2010

3 Piagam Penghargaan sebagai Juri Olympicad II Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2012

4 Piagam penghargaan sebagai Pendamping Konservasi Penyu

Kelompok Konservasi Mino Raharjo

2012-2015

5 Piagam Penghargaan sebagai Pemateri pelatihan Konservasi Penyu

Dinas Kelautan dan Perikanan Bantul

2012

6 Piagam Penghargaan sebagai Pemateri pelatihan Konservasi Penyu

Dinas Kelautan dan Perikanan Bantul

2013

7 Piagam Penghargaan sebagai Instruktur Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Kinerja Petugas teknis Teknologi Tepat Guna

Dit. PKKPTKSI-DITJEN BINAPENTA, KEMNAKERTRANS R.I

2013