7
Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute Page 1 Perkembangan Kasus Kehutanan di Kalimantan Tengah 1. Kasus DA (Seruyan) Korupsi Pemberian Ijin Perkebunan di kawasan Hutan Oleh DA (Seruyan, Kalimantan Tengah) Kasus Posisi Dalam kurun waktu bulan Februari 2004 – akhir tahun 2005, DA dalam kewenangannya selaku Bupati Seruyan telah mengeluarkan 43 Surat Keputusan untuk kegiatan operasional usaha perkebunan kepada 23 Perusahaan perkebunan di Kabupaten Seruyan. Dalam 43 Surat Keputusan Bupati Seruyan tersebut, DA telah memberikan persetujuan prinsip usaha kegiatan operasional di lapangan dan menyelesaikan proses HGU pada BPN tanpa adanya ijin/ keputusan Menteri Kehutanan, sebagaimana dimaksud dan diatur Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 tentang perencanaan kehutanan. Setidaktidaknya ke 23 Perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut telah menggunakan kawasan hutan produksi seluas 274.188 hektare. Dari 23 Perusahaan yang mendapat persetujuan prinsip usaha kegiatan operasional perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan produksi, 16 perusahaan diantaranya adalah milik keluarga DA – Bupati Seruyan. DA melanggar ketentuan Menteri Kehutanan R.I. yang pada pokoknya menyatakan agar Bupati Seruyan tidak memberikan izin kepada 23 Perusahaan perkebunan tersebut untuk melakukan aktivitas dilapangan sebelum ada Keputusan Menteri Kehutanan yang didasarkan atas penelitian terpadu dan tidak melakukan proses pengukuran kadastral/ perolehan hak atas tanah (HGU) dari Badan Pertanahan nasional (BPN) sebelum ada SK pelepasan dari Menteri Kehutanan. Hal ini dibuktikan Surat Keputusan Bupati Seruyan No. 147 Tahun 2004 tanggal 23 Desember 2004 tentang pemberian ijin lokasi untuk keperluan pembangunan perkebunan kelapa sawit atas nama PT. Gawi Bahandep Sawit Mekar di Desa Empa, Tanjung Baru, Jahitan dan Muara Dua Kecamatan seruyan Hilir – Kabupaten Seruyan. Dalam Keputusan Bupati Seruyan No. 147 Tahun 2004 tersebut secara jelas dan tegas menyebutkan alamat PT. Gawi Bahandep Sawit Mekar beralamat di Jalan Tidar 1 No. 1 Sampit. Faktanya alamat tersebut adalah alamat tempat tinggal anak dari DA.

Zainal Arifin - Perkembangan Kasus Kalteng Mei 2008

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Zainal Arifin - Perkembangan Kasus Kalteng Mei 2008

 

Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute  Page 1 

 

Perkembangan Kasus Kehutanan di Kalimantan Tengah 

 

1. Kasus DA (Seruyan) Korupsi Pemberian Ijin Perkebunan di kawasan Hutan Oleh DA (Seruyan, Kalimantan Tengah) 

Kasus Posisi 

• Dalam kurun waktu bulan Februari 2004 – akhir tahun 2005, DA dalam kewenangannya selaku Bupati  Seruyan  telah  mengeluarkan  43  Surat  Keputusan  untuk  kegiatan  operasional  usaha perkebunan  kepada  23  Perusahaan  perkebunan  di  Kabupaten  Seruyan.  Dalam  43  Surat Keputusan Bupati Seruyan  tersebut, DA  telah memberikan persetujuan prinsip usaha kegiatan operasional di lapangan dan menyelesaikan proses HGU pada BPN tanpa adanya ijin/ keputusan Menteri  Kehutanan,  sebagaimana  dimaksud  dan  diatur  Peraturan  Pemerintah  No.  44  Tahun 2004 tentang perencanaan kehutanan. 

• Setidak‐tidaknya  ke  23  Perusahaan  perkebunan  kelapa  sawit  tersebut  telah  menggunakan kawasan  hutan  produksi  seluas  274.188  hektare.  Dari  23  Perusahaan  yang  mendapat persetujuan  prinsip  usaha  kegiatan  operasional  perkebunan  kelapa  sawit  di  kawasan  hutan produksi, 16 perusahaan diantaranya adalah milik keluarga DA – Bupati Seruyan. DA melanggar ketentuan Menteri Kehutanan R.I. yang pada pokoknya menyatakan agar Bupati Seruyan tidak memberikan  izin  kepada  23  Perusahaan  perkebunan  tersebut  untuk  melakukan  aktivitas dilapangan sebelum ada Keputusan Menteri Kehutanan yang didasarkan atas penelitian terpadu dan tidak melakukan proses pengukuran kadastral/ perolehan hak atas tanah (HGU) dari Badan Pertanahan nasional (BPN) sebelum ada SK pelepasan dari Menteri Kehutanan. 

• Hal  ini dibuktikan Surat Keputusan Bupati Seruyan No. 147 Tahun 2004  tanggal 23 Desember 2004  tentang  pemberian  ijin  lokasi  untuk  keperluan  pembangunan  perkebunan  kelapa  sawit atas nama PT. Gawi Bahandep Sawit Mekar di Desa Empa, Tanjung Baru, Jahitan dan Muara Dua Kecamatan seruyan Hilir – Kabupaten Seruyan. Dalam Keputusan Bupati Seruyan No. 147 Tahun 2004  tersebut  secara  jelas  dan  tegas menyebutkan  alamat  PT. Gawi  Bahandep  Sawit Mekar beralamat di Jalan Tidar 1 No. 1 Sampit. Faktanya alamat tersebut adalah alamat tempat tinggal anak dari DA. 

Page 2: Zainal Arifin - Perkembangan Kasus Kalteng Mei 2008

 

Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute  Page 2 

 

• Penerbitan  Surat  Keputusan  tersebut  juga  melanggar  Surat  Menteri  Kehutanan  No. S.590/Menhut‐VII/2005  tanggal  10  Oktober  2005  tentang  kegiatan  usaha  perkebunan  serta Surat Menteri Kehutanan No. S.255/Menhut‐II/07  tanggal 13 April 2007  tentang pemanfaatan Areal  Kawasan  Hutan.  Penerbitan  SK  Bupati  Seruyan  tersebut  jelas  dan  terang  melanggar ketentuan  Menteri  Kehutanan  yang  pada  pokoknya  menyatakan  agar  Bupati  Seruyan  tidak memberikan  izin  kepada  23  Perusahaan  perkebunan  tersebut  untuk  melakukan  aktivitas  di lapangan sebelum ada Keputusan Menteri Kehutanan yang didasarkan atas penelitian terpadu dan tidak melakukan proses pengukuran kadastral/ perolehan hak atas tanah (HGU) dari Badan Pertanahan nasional (BPN) sebelum ada SK pelepasan dari Menteri Kehutanan. 

• Di  samping  itu,  DA  melakukan  lobi  untuk  pelepasan  kawasan  hutan  lindung  di  Kabupaten Seruyan pada bulan juni 2005, dalam suratnya kepada gubernur Kalimantan Tengah , Darwan Ali mengajukan permohonan kepada gubernur Kalimatan Tengah pada tanggal 10 Juni 2005 untuk memfasilitsi  pelepasan  357,710  hektar  hutan  produksi  dan  hutan  produksi  terbatas diperuntukkan bagi 23 perusahaan perkebunan sawit melalui penyesuain rencana penggunaan lahan propinsi. 

• Menurut Data BPN Seruyan ada  sekitar 8 perusahaan perkebunan yang kawasannya  tumpang tindih  dengan  hutan  lindung.  Ke‐8  perusahaan  tersebut  merupakan  anak  perusahaan  atau berafiliasi dengan perusahaan PPB Oil Palm Group milik Malaysia. 

No.  Nama Perusahaan Pembeli atas nama PPB 

Saham PPB 

Kab. Luas area (ha) 

Tumpang tindih dengan hutan lindung (ha) 

1  PT. Pukun Mandiri Lestari 

Richdelta 

Ptd Ltd 

95.0% Seruyan  19.000  19.000

2  PT. Bulau Sawit 

Bajenta 

Maxillion 

Ptd Ltd 

75.0% Seruyan  15.000  6.800

3  PT. Alam Sawit 

Permai 

Stephigh Pte 

Ltd 

95.0% Seruyan  16,160  16.160

4  PT. Benua Alam 

Subur 

Maxceed Pte Ltd 

95.0% Seruyan  16.160  16.160

5  PT. Bawak Sawit 

Tunas Belum 

Quanta Pte Ltd 

95.0% Seruyan  16.800  11.440

Page 3: Zainal Arifin - Perkembangan Kasus Kalteng Mei 2008

 

Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute  Page 3 

 

6  PT. Hamparan 

Sawit Eka Malan 

Rosevale Pte 

Ltd 

95.0% Seruyan  19.860  20.000

7  PT. Petak Malan 

Sawit Makmur 

Ampleville Pte Ltd 

94.3% Seruyan  19.680  19.680

8  PT. Malindo Lestari 

Plantations 

Gadsen Pte 

Ltd 

95.1% Seruyan  10.4000 

 

Tidak Ada Data 

Total  132.880  109.100 (82%)

 

Sumber: Laporan LIRA, Save Our Borneo, WALHI 

 

 

 

Tipologi Kejahatan 

Memberikan  ijin perkebunanan di kawasan hutan dengan melanggar peraturan perundang‐undangan. Tipologi kasus ini mirip dengan kasus yang menimpa Suwarna AF. 

 

Indikator 

• Pemberian ijin perkebunan diberikan di kawasan hutan produksi dan hutan lindung 

• Belum ada pelepasan kawasan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan 

• Berdasarkan pencitraan satelit, terjadi kerusakan hutan di kawasan tersebut 

• Berdasarkan informasi di lapangan, menurut LIRA Seruyan, setidak‐tidaknya untuk mendapatkan 1  (satu)  ijin  lokasi, Pengusaha perkebunan dipungut biaya ± Rp 4.000.000.000,‐  (empat milyar rupiah). 

 

 

 

Page 4: Zainal Arifin - Perkembangan Kasus Kalteng Mei 2008

 

Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute  Page 4 

 

Perkembangan Penegakan Hukum 

1. Laporan Masyarakat tanggal 18 Juni 2007 ke KPK 

Pada tanggal 18 Juni 2007, Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) melaporkan dugaan korupsi yang dilakukan DA kepada Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam suratnya, LIRA Seruyan, Kalimantan Tengah, meminta KPK segera turun tangan menangani kasus tersebut. Dalam laporannya, LIRA menyertakan bundel data dugaan  korupsi.  LIRA  menyebutnya  ini  merupakan  dugaan  korupsi  kelas  kakap  yang  patut  segera mendapatkan penanganan  semestinya  karena data‐data  yang ada  sudah  cukup untuk menyeret  yang bersangkutan ke pengadilan.Menurut LIRA dugaan korupsi yang dilaporkan itu adalah menyangkut kasus konversi  Lahan  Terlarang  Kawasan  Hutan  Produksi  Kabupaten  Seruyan menjadi  Perkebunan  Kelapa Sawit. 

 

 

 

2. Kasus HJ (Katingan) Kasus Perusahaan HJ Menampung Kayu Illegal untuk Industri (Katingan, Kalteng) 

Kasus Posisi 

• HJ merupakan pemilik UD Noor Hidayat, salah satu  industri pengolahan kayu dengan kapasitas 3.000 m3 di Kabupaten Katingan. Perusahaan  tersebut memiliki  Izin Usaha  Industri dengan SK Kepala Dinas Kehutanan No. 522/2/459/IPUI‐17.07/XII/2004. 

• Menurut  Data  Rencana  Pemenuhan  Bahan  Baku  Industri  (RPBBI)  yang  disampaikan  Dinas Kehutanan Kalimantan Tengah, kapasitas produksi kayu adalah sebagai berikut: 

Tahun  Produksi  Bahan Baku  Penjualan 

Stok 2005  

680,65 m3   388,69  m3   ‐  

 2006   279,236 m3   ‐   905,97 m3  

Stok 2006  

53,9160 m3   ‐   ‐  

Page 5: Zainal Arifin - Perkembangan Kasus Kalteng Mei 2008

 

Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute  Page 5 

 

2007   1.577,8416 m3   2.251,76 m3   1.253,7468 m3  

Stok 2007  

378,0108 m3   ‐  ‐  

2008   ‐  ‐  ‐ 

• Berdasarkan  pemantauan  dari  udara  dan  laporan  masyarakat,  pada  tahun  2008  UD  Noor Hidayat melakukan kegiatan pengolahan kayu besar‐besaran. Untuk menghindari pemeriksaan polisi, kegiatan tersebut dilakukan malam hari. 

• Setelah  kegiatannya  terendus  oleh  polisi,  HJ  berusaha  menyuap  aparat  Kepolisian  Resort Katingan. Pada tanggal 25 Maret 2008, HJ tertangkap tangan melakukan penyuapan kepada Iptu Didid  Imawan di salah satu  rumah makan di Palangka Raya dengan barang bukti uang Rp 100 juta. 

 

 

Tipologi Kejahatan 

Industri kayu menampung kayu illegal dari pembalakan liar. 

 

Indikator 

• Berdasarkan  pencitraan  satelit,  di  sekitar  lokasi  industri milik  HJ  banyak  tutupan  lahan  yang berkurang 

• Menurut data Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) UD Noor Hidayat Tahun 2008, tidak  ada  bahan  baku  kayu  bulat  yang  diperoleh  dari  pihak  lain.  Di  samping  itu,  tidak  ada produksi kayu dari UD Noor Hidayat. 

• Menurut pemantau  kepolisian dari helikopter,  telah  terjadi pengoperasian bandsaw‐bandsaw untuk memotong kayu bulat yang terjadi di lokasi industri UD Noor Hidayat (Sungai Sei Kaki) 

• HJ tertangkap tangan melakukan penyuapan sebesar 100 juta kepada Iptu Didid Imawan 

Data Spasial 

 

Page 6: Zainal Arifin - Perkembangan Kasus Kalteng Mei 2008

 

Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute  Page 6 

 

Perkembangan Penegakan Hukum 

1. Pada Tanggal 25 Maret 2008, Tertangkap Tangan Menyuap Aparat 

Nama HJ sangat dikenal di kalangan para pemain kayu di Kabupaten Katingan. Salah satu cukong kelas kakap ini berhasil dibekuk aparat kepolisian dari Polres Katingan dari sebuah rumah makan di Palangka Raya,  Selasa  (25/3).  Dalam  drama  penangkapan  yang  dipimpin  langsung  oleh  Kasat  Reskrim  Polres Katingan  Iptu  Didid  Imawan  ini,  aktor  di  balik  kegiatan  pembalakan  liar  di  kawasan  Sungai  Kaki  ini sempat mencoba menyuap anggota polisi, dengan uang sejumlah ratusan juta rupiah.  

Namun  laki‐laki  yang  dalam  setahun  belakangan  ini  lebih  banyak  mengendalikan  usahanya  dari Banjarmasin  Kalsel  langsung  dibekuk  petugas  beserta  satu  koper  uang  tunai  sejumlah  Rp  100  juta sebagai barang bukti. 

Kapolres  Katingan  AKPB  Nuryadi  Purtono  SIK  MSi  melalui  Kasat  Reskrim  Iptu  Didid  Imawan mengungkapkan,  penangkapan H  Jaya  ini  sebenarnya merupakan  pengembangan  dari  operasi  illegal logging di Sungai Kaki Pegatan Kecamatan Katingan Kuala. 

Berdasarkan  keterangan  Syamsul  Bahri  tersangkanya  bahwa  cokong  yang  memodali  kegiatan  di bandsaw‐bandsaw  di  wilayah  Sei  Kaki  itu  adalah  H  Jaya.  Selanjutnya,  jajaran  reskrim  yang  telah mempumyai  bukti‐bukti  lengkap  tentang  keterlibatan  H  Jaya  ini,  berupaya menghubunginya melalui bantuan tangan kanannya yang terlebih dahulu mendekam di Hotel Prodeo. 

“Semula  yang  bersangkutan  bersedia menemui  kita  di Hotel Dandang  Tingan  Palangka  Raya. Namun waktu  itu  sempat  gagal  lantaran  kehadiaran  anggota  yang  telah menyebar  di  kawasan  hotel  sempat terendus. Sehingga  tempat pertemuan dialihkan ke  sebuah  rumah makan,  tetapi dengan persyaratan bahwa saya tidak diperbolehkan membawa anggota,” ujar Didid. 

Saat pertemuan di Rumah Makan Family itu Iptu Didid Imawan berpura‐pura datang seorang diri. H Jaya merasa  yakin  bahwa  tidak  ada  anggota  lain  selain  perwira  pertama  ini  segera  saja  menemuinya. Begitu bertemu H Jaya  langsung menyerahkan koper berisi  isi uang. Tanpa ba‐bi bu, anggota  lain yang menyamar menjadi  salah  seorang  pengunjung  lansung  diperintahkan  oleh  Iptu Didid membekuk  dan menggelandangnya. Di  tempat  terpisah  Kapolres  AKBP  Nuryadi  Purtono  SIK MSi mengatakan,  proses  hukum  tertangkap tangannya  H  Jaya  ini  yang mencoba menyuap  anggota  polisi  dikenakan  dengan  UU  gratifikasi  atau penyuapan. Untuk proses penyidikannya dilakukan  lansung oleh Bagian Timtas Tipikor Polda Kalteng. “Adapun proses hukum terhadap tindak pidana dalam bidang kehutanan yang melibatkan H Jaya, tetap kita proses di Mapolres Katingan,  tukas Kapolres  seraya menambahkan  sehubungan dengan  kegiatan pembalakan  liar  di  Sei  Kaki  Pegatan  ini  tidak menutup  kemungkinan  akan  ada  tersangka  lain  yang mempunyai keterkaitan. 

Kepada Kalteng Pos, AKBP Nuryadi Purtono mengatakan, operasi illegal logging yang dilakukan pihaknya dalam sepekan belakangan ini menindaklanjuti hasil monitoring Kapolda Kalteng Brgjen Pol HM Dinar SH 

Page 7: Zainal Arifin - Perkembangan Kasus Kalteng Mei 2008

 

Kertas Kerja No.3/AH‐2/05/2008 ELSDA Institute  Page 7 

 

MBA  ke  wilayah  Selatan  Katingan.  “Kapolda  yang  melakukan  monitoring  dengan  mempergunakan helikopter,  sempat  mencurigai  dengan  keberadaan  bandsaw‐bandsaw  di  kawasan  Sei  Kaki  yang berhadapan dengan perairan lepas di Pegatan,” ungkap Kapolres. (tur/cak) 

Sumber: Radar Sampit, 27 Maret 2008