185
i Yang Tak Mungkin Kembali “Pada akhirnya semua akan pergi dengan caranya masing-masing.” Tegar Setiadi

Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

i

Yang Tak

Mungkin Kembali “Pada akhirnya semua akan pergi dengan

caranya masing-masing.”

Tegar Setiadi

Page 2: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

ii

Judul : Yang Tak Mungkin Kembali Penulis : Tegar Setiadi Tata letak : Cover : Briliera Diterbitkan melalui: Diandra Kreatif (Kelompok Penerbit Diandra) Anggota IKAPI (062/ DIY/ 08) Jl Melati 171, Sambilegi Baru Kidul, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Email: [email protected] Telpon: 0274 485222 (fax) www.diandracreative.com Instagram: @diandraredaksi @diandracreative Twitter: @bikinbuku Facebook: www.facebook.com/diandracreativeredaksi Cetakan 1, Februari 2020 Yogyakarta, Diandra Kreatif 2020 14x21 cm, …. Halaman. ISBN: Hak Cipta dilindungi Undang-undang All right reserved Isi di luar tanggung jawab percetakan

Page 3: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

Bahwa kamu layak untuk dicintai.

Page 4: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

1

PROLOG

Benar, tiba-tiba saja aku sedang berdiri di bawah

guyuran hujan deras malam ini. Aku lupa sudah berapa

lama aku berdiri. Yang jelas sudah cukup untuk membuat

semua tubuhku menggigil, untuk membuat kulit-kulit

jemariku keriput menjijikan. Dan yang paling aku tidak

suka adalah bunyi gigiku yang beradu.

Berisik dan mengganggu.

Kayla hanya berbicara dalam hati. Dia terus

mematung, tidak peduli dengan hujan yang semakin deras

dan malam yang semakin larut. Sama sekali tanpa

gerakan, bahkan seakan tidak bernyawa.

Suasana di sekitarnya begitu sepi. Tentu saja,

dengan hujan sederas itu dan malam yang semakin gelap,

bahkan kelelawar pun mungkin enggan untuk keluar dari

sarangnya.

Tiba-tiba sebuah mobil hitam keluar dari ujung

gang, berjalan perlahan menuju ke tempat gadis itu

berdiri, lalu berhenti tepat satu meter di depannya. Pintu

terbuka, disusul pengemudinya yang keluar sesaat

setelah ia mengembangkan payung.

Page 5: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

2

Siapa itu? Apa aku mengenalmu? Kamu tidak

asing bagiku. Tapi, siapa? Dan untuk apa kamu kesini?

“Kayla, kamu nggak apa-apa?”

Kayla? Siapa dia? Apa itu namaku?

Kayla tetap membisu, tanpa ada tanda-tanda

akan menjawab pertanyaan dari laki-laki di hadapannya.

Dan ia tetap mematung saat tubuhnya mendapat dekapan

tiba-tiba yang begitu erat melingkari tubuh.

“Kita pulang sekarang,”

Pulang? Kemana? Dan, betapa nyamannya

pelukan ini, hangat dan aku merasa sangat aman. Aku

kenal kamu, aku kenal pelukan ini, aku kenal rasa aman

ini. Benar, kamu adalah laki-laki yang selalu melindungiku

selama ini.

Page 6: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

3

Kayla

Rumah dengan cat tembok berwarna biru itu

menjadi terlihat paling mencolok dibandingkan dengan

rumah-rumah lain yang kebanyakan bertembok putih atau

abu-abu. Dengan sebuah halaman asri yang tertata rapi,

seakan ingin menunjukkan bahwa siapapun penghuni di

dalamnya adalah orang yang menyukai keindahan.

Pintu utama masih tertutup, hari memang masih

cukup pagi. Namun kesibukan sudah terlihat di dalamnya.

Seorang wanita paruh baya berjalan ke arah

jendela dan menyingkap gorden berwarna biru laut,

membiarkan cahaya matahari pagi masuk ke dalam dan

memberikan kesegaran di pagi hari.

“Ma, Kak Diego mana? Kok enggak ada?

Mobilnya juga enggak ada, apa udah berangkat? Kayla

ditinggal? Terus Kayla berangkat sama siapa?”

Gadis dengan seragam putih abu-abu

menyembulkan kepala dari balik tembok ruang makan.

Membuat Rianti, nama wanita paruh baya itu, tersenyum.

“Kakakmu lagi nganterin titipan Mama ke rumah

Tante Lusy. Tadi sebenarnya mau sekalian berangkat,

Page 7: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

4

tapi nungguin kamu siap-siap kelamaan. Takutnya Tante

Lusy keburu berangkat kerja, jadi ya nganterin dulu,”

“Kirain Kayla ditinggal. Eh, ngomong-ngomong

Mama cantik banget hari ini?”

Puji Kayla ketika melihat penampilan orang tua

tunggalnya yang sudah siap dengan mengenakan setelan

blazer abu-abu dan rok hitam.

Lagi-lagi Rianti tersenyum menanggapi pujian

anaknya. Sudah biasa dia dengar, bukan cuma dari anak

gadisnya, atau anak laki-lakinya. Tetapi juga dari pegawai

kantor, atau klien yang menawarkan kerja sama dengan

perusahaanya.

Entah itu pujian palsu agar bisa mendapat

perhatian lebih darinya sebagai atasan, atau hanya akal

untuk mencapai kesepakatan kontrak. Namun wanita

berumur empat puluh tiga tahun itu sangat percaya, kalau

pujian yang diucapkan kedua anaknya selalu tulus.

Rianti seorang single parent yang mempunyai dua

orang anak. Diego, laki-laki berusia 22 tahun, anak

pertama. Saat ini tengah menjalani tahun ketiganya

sebagai mahasiswa jurusan managemen. Hobi bermain

gitar dan mendengarkan musik yang terkadang membuat

seisi rumah harus menutup telinga karena pemuda itu

menyetel terlalu keras.

Page 8: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

5

Dan anak kedua, Kayla. Remaja putri berusia 16

tahun, siswi kelas tiga SMA yang sedang mengalami masa

puber atau masa tumbuh menjadi seorang remaja yang

hobi nongkrong dengan teman-temannya.

“Yee, cuma senyum nih Mama,”

“Kamu juga cantik kok, Sayang.”

“Iya dong. Mamanya cantik, anaknya jugaaaa,”

gadis itu tersenyum manis.

Tak lama kemudian, sosok laki-laki muda yang

mengenakan kemeja coklat muncul dari ruang tamu.

Celana jeans dan sepatu Converse mendukung

penampilannya.

“Itu, kakakmu,”

“Ayo, Kay. Buruan berangkat,”

Kayla menenggak sekali lagi susu putih di

hadapannya hingga tandas, lalu berdiri menghampiri

Rianti.

“Kita berangkat dulu ya, Ma,” kecupan mendarat

di kedua pipi Rianti.

“Diego juga, Ma. Assalamualaikum.”

Suasana sekolah sudah ramai oleh berbagai

aktivitas yang dilakukan para siswa ketika Kayla turun dari

Page 9: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

6

mobil Diego. Dia berjalan melewati pintu gerbang dengan

pos satpam di samping kanan sesaat setelah kakak laki-

lakinya itu memacu mobil menuju kampus.

Kayla melangkah di lapangan upacara, bertegur

sapa dengan teman yang dia jumpai di koridor, sampai

akhirnya tiba di kelas yang terletak di lantai dua.

“Pagi, Kay.”

Kayla meletakkan tasnya di meja, “Pagi, Rin.”

Dia menjawab sapaan Arin, teman sebangkunya

yang memiliki rambut ikal sepanjang bahu.

“Tadi kamu dicariin tuh,” lanjut Arin

“Siapa?”

“Naga, tadi dia kesini tapi kamu belum berangkat.

Katanya istirahat mau ke sini lagi,”

Kayla membuang napas, “Ooh.”

“Dih, gitu doang responnya.”

“Suruh gimana?”

“Ya seenggaknya kamu harus sedikit

menunjukkan rasa antusias, ingin tahu kenapa dicariin,

kek.”

“Emang ada apa dia nyariin aku?”

Arin mengangkat kedua bahunya, “Enggak tau,

dia enggak bilang.”

“Yee,”

Page 10: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

7

“Hati-hati, kadang yang awalnya nggak suka

malah jadi sangat suka”

Lima menit berikutnya bel berbunyi, membuat

semua siswa yang sebelumnya berada di luar kelas

berebut masuk dan menempati bangku mereka masing-

masing.

Sekolah hari itu segera dimulai.

Pemuda Tetangga Rumah

Page 11: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

8

“Boleh gabung?”

Sebuah pertanyaan yang membuat Kayla dan

Arin serempak menoleh, ketika mereka sedang lahap

menyantap makan siang masing-masing di kantin

sekolah. Naga berdiri sambil memegang sebuah teh botol.

Kayla menoleh ke arah sahabatnya untuk meminta

pertimbangan. Arin hanya mengangkat kedua bahu.

“Duduk aja,”

Naga tersenyum, “Nggak ganggu, kan?”

Dan kedua gadis itu hanya mengangkat bahu

mereka secara bersamaan, membuat Naga menggaruk

kulit kepalanya.

“Tadi pagi aku ke kelasmu, tapi kamu belum

berangkat,”

“Iya, tadi Arin udah ngomong. Ada perlu apa?”

“Aku pengin ngajak kamu jalan habis pulang

sekolah,”

“Jalan?”

“Iya. Aku pikir sekolah kan lagi nggak begitu

banyak tugas, jadi kamu punya banyak waktu luang.

Kemarin-kemarin kamu selalu nolak katanya mau ngerjain

tugas.”

“Kemana?

Page 12: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

9

Naga terlihat berpikir beberapa saat, “Random

aja. Makan, ke cafe, nonton, atau kemana kek. Jalan aja

dulu yang penting,”

“Nggak ada tujuan gitu, nanti malah bingung

jadinya,” Kayla terdengar ragu.

“Atau kamu punya alternatif?”

Kayla menggeleng, wajahnya terlihat tidak

antusias dengan ajakan Naga.

“Kapan-kapan aja ya, aku juga lagi malas

kemana-mana,”

Pemuda itu menghela napas pasrah.

“Kalau nganterin kamu pulang?”

Gadis yang ditanya kembali menggelengkan

kepala, “Nggak usah, Ga. Nanti aku bareng Arin kok.”

Naga harus menghela napas sekali lagi, menahan

rasa kecewanya. Lalu mereka terdiam selama beberapa

menit.

“Ya udah deh kalau gitu. Aku kesana dulu yaa,”

Ujar Naga sambil menunjuk ke arah serombongan

murid laki-laki yang nampak sedang berbincang di sisi lain

kantin. Sebuah senyuman melengkung di bibirnya.

Diam-diam, mata Kayla melirik sekilas.

“Kay,”

Page 13: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

10

“Sssst, diem, Rin.” Potong Kayla, membuat Arin

merengut.

Kayla turun dari mobil Arin yang

mengantarkannya pulang selepas sekolah usai. Gadis itu

mendorong pintu gerbang kemudian melangkah masuk

halaman.

Mobil Mama nggak ada, berarti belum pulang. Kak

Diego juga tadi pagi bilang kalo hari ini mau pulang malem.

Ucapnya dalam hati.

“Kay, baru pulang ya?” Sebuah suara

menghentikan langkah gadis berambut hitam itu.

Andreas, tetangga sebelah yang menyapa dari

balik tembok pembatas rumah membuat Kayla tertegun,

sedikit grogi ketika matanya beradu pandang dengan

Andreas. Terlebih, laki-laki itu tersenyum, membuat Kayla

semakin kaku, tak dapat menggerakkan lidah untuk

menjawab.

“Hallo, malah diem aja,”

“Eh, i-iya. Iya, baru pulang nih.”

Kenapa selalu seperti ini setiap aku ketemu

Andreas? Aku terlihat memalukan, tak pernah bisa

Page 14: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

11

bersikap biasa saja setiap kali bertatapan dengan

matanya.

“Malam ini mau ngerjain tugas sekolah, nggak?”

“Nggak ada tugas yang buat besok, sih. Kenapa

emang?”

“Temenin makan, yuk.”

“Eum, dimana?”

“Makan nasi goreng aja di depan komplek,

gimana?”

Gadis itu terlihat berpikir sejenak sebelum

akhirnya mengangguk setuju. Andreas tersenyum dan

mengacungkan jempol tangan kanannya.

“Sip. Ntar jam 7 aku tunggu di depan gerbang

rumahku ya,”

Gadis itu mengangguk, berusaha sekuat tenaga

menyembunyikan rasa girangnya.

“Ya udah, aku mau masuk dulu,” ucap Kayla

seraya menunjuk pintu rumah.

“Silahkan.”

Kayla melanjutkan langkah sambil bersenandung

dalam hati. Kayla sadar, dia menyukai Andreas.

Page 15: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

12

Jarum jam menunjukkan pukul tujuh kurang

seperempat ketika Kayla siap dengan penampilan

sederhananya. Hanya mengenakan dress langsungan

sepanjang lutut dan dipadukan jaket jeans.

Gadis itu melangkah keluar rumah, menemui

Andreas yang sudah menunggu dengan senyuman

khasnya. Senyum yang selalu membuat Kayla kaku,

membuat lidahnya kelu. Detik ini pun hampir saja seperti

itu andai Kayla tak memantapkan diri untuk bersikap biasa

saja di hadapan Andreas.

Sekuat tenaga, gadis itu menahan getaran di

dadanya.

Sudah sejak terakhir pertemuan mereka saat

Andreas menyapa ketika pulang sekolah sore tadi, Kayla

bertekad untuk mengurangi groginya. Gadis itu tidak ingin

terlihat kacau saat dia berjalan bersama Andreas.

Entah sejak kapan Kayla menyukai Andreas,

cowok yang sudah dia kenal sejak kecil. Andreas adalah

teman main kakaknya, Diego. Yang sering bermain gitar

bersama di rumahnya, yang hampir setiap sore bermain

basket di halaman rumah. Kayla sering mengintip mereka

berdua bermain gitar di kamar Diego, Kayla sering ikut

bermain bersama mereka.

Page 16: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

13

Andreas sering menemani dirinya mengerjakan

tugas sekolah di gazebo rumah, membantu

menyelesaikan soal-soal yang Kayla tidak bisa. Andreas

sering menjemput Kayla di sekolah ketika kakaknya tidak

bisa. Andreas sering menolong Kayla. Kayla tak pernah

sadar, sejak kapan dia menyukai teman main kakaknya

ini.

“Berangkat sekarang?” Tanya Andreas,

membuyarkan lamunan Kayla.

Gadis itu menghela napas, mencoba menguasai

diri, lalu mengangguk.

“Gimana sekolah hari ini?” Andreas dan Kayla

menyusuri jalan yang lengang.

“Ya kayak gitu lah, dengerin guru menjelaskan di

depan kelas, nulis, sama dikasih tugas. Nggak ada yang

istimewa,”

“Namanya juga sekolah. Emang yang istimewa itu

yang kayak gimana sih?”

“Without home work. Itu baru istimewa,”

“Ada-ada aja kamu,” tak urung Andreas tertawa.

Keduanya melangkah beriringan, melewati

sebuah taman kecil. Kayla menatap taman itu beberapa

detik, sesaat kemudian dia tersenyum. Andreas

memperhatikan Kayla dengan heran.

Page 17: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

14

“Ada apa sih, senyum-senyum sendiri,”

“Dulu kita sering bermain di tempat itu. Aku, kamu,

dan Kak Diego. Waktu kecil, hampir tiap sore kita pasti

pergi bermain di sana. Berkejar-kejaran, ayunan,

perosotan. Menyenangkan sekali waktu itu,”

Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi

yang pertama mengajak pulang waktu hari sudah hampir

gelap,”

“Tentu saja, mama pasti marah kalau kita nggak

segera pulang,”

Keduanya tertawa, teringat tentang masa kecil

mereka yang setiap hari diisi dengan keceriaan.

“Kakakmu apa kabar? Lama aku nggak liat dia,”

“Baik kok. Kayaknya sekarang kamu nggak

pernah main sama dia lagi ya?”

Andreas terdiam sesaat, “Iya, sudah lama aku

nggak ketemu Diego,”

“Wajar sih, Kak Diego emang lagi sibuk di

kampusnya. Nggak tahu ngapain aja di sana.”

“Nggak kerasa ya, ternyata masa-masa itu sudah

sangat lama berlalu. Rasanya baru kemarin aku

ngeboncengin kamu naik sepeda waktu SD. Sekarang

bocah SD itu sudah sebesar ini rupanya,”

Page 18: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

15

Kayla tertawa kecil, “Sepeda itu sudah entah

dimana sekarang. Terakhir kita menaikinya waktu aku

kelas lima SD, kalau tidak salah,”

“Kalaupun masih ada kita tidak mungkin lagi

menaikinya. Dengan tubuh sebesar ini, yang ada malah

patah sepedanya,”

Kayla mengangguk. Ia benar-benar menikmatinya

sekarang, berada di dekat Andreas benar-benar

membuatnya merasa nyaman. Dalam hati, Kayla tidak

ingin cepat-cepat sampai. Bahkan, ia bersedia memutari

belahan bumi kalau itu bisa membuatnya berlama-lama

dengan Andreas.

Bulan sudah sejak sore tadi muncul di langit,

ditemani beberapa bintang yang memancarkan sinarnya,

berkerlip-kerlip dengan genit. Indah sekali malam ini bagi

seorang Kayla, hatinya berdesir ketika sekali lagi dia dapat

melihat senyum Andreas dari dekat.

Tuhan, terima kasih atas sore ini.

Perselisihan

Page 19: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

16

Sore itu, Rianti sedang menyirami tanaman bunga

koleksinya di halaman rumah. Bermacam-macam jenis

bunga seperti Mawar, Anyelir, Melati, Anggrek, Kateliya,

Aster, dan beberapa macam bunga lain yang memiliki

bentuk dan warna yang indah tumbuh dengan teratur di

sebuah taman kecil di halaman rumah.

Tanaman yang dirawat sendiri dengan

tangannya. Bunga-bunga yang sangat digemarinya, yang

membuat ia betah berlama-lama di halaman rumah hanya

untuk memandang sambil meminum kopi.

Atau seperti saat ini, dengan teliti Rianti

menyirami dan memotong daun-daun yang telah kering

dan mati.

Memberi kesempatan daun yang baru, daun yang

lebih segar untuk tumbuh.

Mobil Diego dengan perlahan masuk ke dalam

pelataran rumah, membuat Rianti yang tengah memotong

sehelai daun kering menoleh. Beliau tersenyum, lalu

melanjutkan aktivitasnya.

“Asalamualaikum, Ma,”

“Waalaikum salam,” jawab Rianti sambil

membiarkan anak laki-lakinya mencium punggung

tangannya.

“Tumben pulang cepet?”

Page 20: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

17

“Iya, kuliahnya kosong, dosennya keluar kota.

Diego juga lagi nggak ada kegiatan apa-apa di kampus.

Jadi ya pulang aja. Tadi sih sempet nganterin temen

pulang dulu,”

“Siapa? Temen kuliah?”

“Iya,”

“Cewek apa cowok?”

“Cewek,”

“Pacar ya?”

“Temen, Ma. Beneran,”

“Ah, pacar juga enggak apa-apa, kok. Kapan-

kapan bawa ke rumah, kenalin ke Mama,”

“Apaan sih, Ma? Dibilangin cuma temen. Lagian

dia juga sudah punya pacar,”

“Tapi kamu suka, kan?”

“Mama ni yaa, iseng aja.”

“Udah ah, Diego masuk dulu. Laper. Kayla

Mana?”

“Lagi pergi sama Andreas,”

Wajah Diego seketika berubah, nampak tidak

suka mendengar nama Andreas disebut. Ia meninggalkan

Rianti yang kembali sibuk dengan bunga-bunganya.

Page 21: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

18

“Terima kasih untuk hari ini,” ucap Andreas

sambil tersenyum, matanya memandang langit yang

sudah mulai gelap.

Kayla tersenyum, “Aku yang seharusnya

ngucapin makasih, kamu udah traktir aku es krim dan

makan malam,”

“Ahaha, nggak masalah,”

Seandainya saja aku bisa setiap hari jalan berdua

seperti ini sama kamu, pasti menjadi saat yang

menyenangkan buatku.

Tutur gadis itu dalam hati, yang membuatnya

senyum-senyum sendiri.

“Kakakmu jarang keluar rumah atau memang

sering pulang malam? Aku nggak pernah melihatnya.”

“Iya, Kak Diego sibuk terus di kampusnya.”

Tapi mungkin kalau ada Kak Diego, kita tidak bisa

jalan hanya berdua saja seperti ini. Seperti saat ini, hanya

ada aku dan kamu. Aku suka kamu, Andreas. Kapan kamu

menyadari itu?

Kayla melanjutkan omongannya dalam hati.

Matanya menerawang ke langit, membuatnya yang tidak

melihat jalan tersandung hingga hampir terjatuh.

Beruntung dengan cepat Andreas menangkap tubuh putih

Page 22: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

19

dan mulus Kayla, membuatnya terhindar dari jalan aspal

yang keras.

Deg!

Kulit keduanya bersentuhan, membuat Kayla

merasakan getaran yang nyaman dalam dirinya.

Badannya kaku, membeku, tak dapat digerakkan

seperti patung. Hingga hampir beberapa detik

membuatnya masih berada dalam dekapan pemuda itu.

“Kamu nggak apa-apa?”

Seandainya Andreas tidak mengucapkannya,

mungkin Kayla akan bertahan dalam posisi seperti itu

selama mungkin.

Reflek Kayla melepaskan diri, salah tingkah,

sebelum akhirnya ia mengangguk. Memberi tahu bahwa

dia baik-baik saja. Kayla melangkah kembali, namun tiba-

tiba kakinya terasa linu. Gadis itu terpekik menahan sakit.

Andreas yang melihat raut wajah Kayla segera menunduk,

meneliti kaki Kayla.

“Sepertinya terkilir.”

Andreas menekan kaki Kayla pelan, membuat

gadis itu terpekik.

“Sakit?”

Kayla menjawabnya dengan anggukan.

Page 23: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

20

“Nanti sampai rumah kompres pake air es, biar

bengaknya sedikit berkurang. Sekarang aku gendong

sampai rumah,”

Dengan malu-malu Kayla melingkarkan kedua

tangannya ke leher Andreas. Sekali lagi dia dapat dengan

leluasa menghirup aroma parfum yang seakan-akan

membiusnya untuk merebahkan kepala ke pundak

Andreas, menikmati setiap inci tubuh laki-laki yang diam-

diam dia kagumi.

Akankah kau menyadari tentang perasaanku

yang utuh kepadamu, akankah kau mengerti? Kenapa

harus ada aturan bahwa wanita tidak selayaknya

menyatakan perasaan terlebih dulu? Ataukah itu karena

aku malu untuk menyatakannya, hanya karena aku

seorang wanita? Namun, kapankah kau menyadari

tentang rasa ini? Sungguh, aku sungguh mencintaimu.

Kayla berpuisi dalam hatinya.

“Kamu berat juga,” tutur Andreas sambil menahan

tawa.

Kayla langsung mencubit pipi Andreas dengan

pelan, lalu keduanya tertawa bersama-sama.

“Jangan bicara tentang berat badan sama wanita,

pamali.”

Page 24: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

21

Andreas hanya menanggapinya dengan tertawa

lebih keras dari sebelumnya.

Masih menggendong Kayla, pemuda itu

membuka pintu gerbang dan berjalan masuk. Ia

menurunkannya dengan perlahan dan membantunya

duduk di kursi rotan yang terdapat di teras rumah.

Diego muncul dari balik pintu, menampakan

wajah sedikit terkejut begitu melihat Andreas berdiri di

depan rumahnya. Ketidaksukaan nampak begitu jelas

ditunjukkan. Entah kenapa, Kayla pun melihat raut wajah

Andreas berubah.

“Malem, Di. Aku cuma mau nganterin Kayla. Tadi

di jalan kakinya terkilir, nggak bisa jalan. Jadi aku gendong

dia sampai ke rumah,”

Diego menoleh ke arah Kayla. Lalu tanpa

menanggapi omongan Andreas ia menghampiri adiknya.

Diego membungkuk, meneliti kaki Kayla.

“Kamu enggak apa-apa?”

Kayla menggeleng. Diego membantu adiknya

berdiri, memapahnya berjalan masuk ke dalam. Gadis itu

melirik ke arah Andreas yang sejak tadi diam melihat

keduanya, ia merasa ada sesuatu yang aneh.

Ada masalah di antara mereka.

Page 25: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

22

“Makasih ya,” ujar Kayla sebelum ia menghilang

di balik pintu, Andreas tersenyum dan mengangguk.

Kemudian menghela napas dan berlalu dari

tempat itu.

Sesuatu yang Rumit

Page 26: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

23

Dengan tertatih Kayla menaiki tangga sekolah

setapak demi setapak. Sesekali gadis itu meringis

menahan sakit. Memar di kakinya sudah sedikit mengecil

setelah semalam dikompres air es, tetapi rasa linu masih

dirasakan. Membuatnya cukup kesusahan untuk berjalan.

Akhirnya dia tiba di kelas setelah bersusah payah

menaiki tangga. Ia melangkahkan kaki menuju bangku.

Kayla menghela napas sebelum menjatuhkan pantat ke

atas kursi kayu berwarna coklat.

“Kenapa kakimu?”

“Terkilir semalem, linu banget,”

“Kenapa nggak ngabarin biar aku jemput. Tadi

gimana naik tangganya coba?”

“Terbang,” jawab Kayla asal.

“Tapi, ada berkahnya lho kakiku terkilir. Tau

nggak, aku di gendong sama Andreas sampai rumah.

Aah, gila, aku seneng banget,”

“Iya? Gimana ceritanya? Romantis nggak?

Pantesan tadi aku liat kamu jalannya kesusahan tapi

mukanya sumringah. Di gendong sang pangeran

rupanya,” omongan Arin ditanggapi senyuman oleh Kayla.

Kemudian dengan penuh semangat gadis itu

menceritakan kejadian tadi malam. Arin yang

mendengarkan Kayla ikut tersenyum senang. Ikut

Page 27: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

24

merasakan kebahagiaan sahabatnya. Sesekali gadis itu

menanggapi dengan antusias.

“Tapi, sepertinya ada yang aneh sama Kak Diego

dan Andreas,” wajah Kayla berubah sendu.

“Maksudnya?”

“Entahlah. Semalem pas Andreas nganterin, Kak

Diego yang bukain pintu. Tapi begitu liat Andreas,

wajahnya kayak nggak suka. Andreas juga sama,

wajahnya langsung beda,”

“Mungkin lagi ada masalah diantara mereka,” Arin

menerka.

“Aku enggak tahu, aku belum nanya sama Kak

Diego atau Andreas. Tapi apapun itu, semoga bukan hal

yang serius,”

“Iya, nanti bisa mengancam hubunganmu sama

Andreas,”

Kayla merenung, pikirannya menerka-nerka

masalah apa yang membuat kakaknya dan Andreas

seperti bermusuhan. Karena Kayla tahu, mereka berdua

sudah bersahabat sejak kecil.

Gadis itu masih merenung ketika Arin

menyenggol bahunya, membuat Kayla sedikit tersentak.

Ia menunjuk pintu dengan lirikan matanya, Kayla

Page 28: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

25

mendapati Naga yang sedang mendekat dengan seulas

senyuman tersungging.

Gadis itu mendesah perlahan.

“Pagi Kayla, pagi Arin,”

“Pagi juga, Ga. Tahu aja kamu Kayla udah

berangkat,” jawab Arin sambil tersenyum usil.

“Iya. Wanginya sampai ke kelasku sih, jadi aku

bisa tahu,”

“Bisa aja kamu. Kaki Kayla lagi sakit tuh, nggak

bisa jalan. Jadi ntar pas istirahat, kamu beliin makanan di

kantin, terus bawa ke kelas ya,”

Kayla langsung meninju lengan Arin pelan, gemas

dengan ulah sahabatnya. Arin tertawa puas.

“Iya, Kay? Kenapa kakimu?”

“Cuma terkilir sedikit kok, bentar juga sembuh,”

“Yakin?”

“Makannya, ntar jangan lupa beliin makanan buat

kita di kantin. Kalo bisa, pulangnya juga anterin Kayla

sampai rumah,” Arin masih ingin menggoda.

Kali ini Kayla mencubit pinggangnya, membuat

Arin terpekik.

“Nggak usah dengerin Arin, Ga, anak ini emang

suka ngaco,”

Page 29: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

26

“Nggak apa-apa kok. Kalau emang kakimu sakit,

nanti aku anterin pulang ya?”

“Eh, nggak usah, beneran. Kakakku ntar jemput

kok. Nggak usah repot-repot,”

“Oh, ya udah. Tapi entar kalo kakakmu nggak

jemput, ngomong sama aku aja, oke?” Naga masih belum

menyerah.

Kayla mengangguk kaku.

“Terus, kamu ngapain pagi-pagi udah ke kelas

kita?”

“Tadi sebenarnya aku mau ngajak pergi sepulang

sekolah, tapi kakimu lagi sakit gitu.Ya udah kapan-kapan

aja perginya. Itu juga kalau kamu mau,” Naga tertawa

kecil.

“Aku ikut,” dengan cepat Arin mendahuli Kayla

untuk menjawab, lagi-lagi Arin mendapat cubitan di

pinggangnya.

“Boleh kok,”

“Ya liat entar aja, kalau aku lagi nggak sibuk,”

“Iya, santai aja. Itu beneran kan kakimu udah

nggak apa-apa?”

Kayla mengangguk menjawab pertanyaan Naga.

Sedikit malas menanggapi cowok di hadapannya. Naga

Page 30: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

27

menyadarinya, ia tahu Kayla tidak pernah suka jika ia

berada di dekat gadis itu.

“Ya udah, aku balik ke kelas dulu ya. Cepat

sembuh buat kakimu,”

Kayla dan Arin mengangguk secara bersamaan,

membiarkan Naga berjalan meninggalkan kelas mereka.

Kayla merasa lega.

“Kenapa sih kamu bisa dingin gitu sama Naga?”

tanya Arin begitu langkah Naga sudah tidak terdengar

oleh mereka.

“Aku nggak tahu kenapa, tapi dari awal ketemu

juga udah nggak sreg sih.”

“Padahal Naga perhatian gitu,”

“Udah deh, kamu tuh sahabatnya siapa sih?”

“Sahabatnya Kayla dong,” jawab Arin sambil

melingkarkan dua tangannya ke leher Kayla. Keduanya

tertawa.

Andreas sedang mencuci mobil di halaman,

tangan kanannya memegang kain yang berbusa,

sementara jari-jari tangan kirinya menggenggam selang

plastik yang terus memancurkan air.

Page 31: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

28

Suara mobil yang menggerung menghentikan

aktivitasnya, ia melirik ke halaman rumah Kayla. Sebuah

mobil nampak merangsak masuk ke pelataran rumah.

Andreas tahu itu mobil Diego.

“Di, tunggu bentar,”

Diego yang sedang menuju pintu rumah berhenti

melangkah, memutar badan ke arah suara yang

memanggilnya. Ia mendapati Andreas yang berdiri di

tembok pembatas rumah mereka.

Cat-cat yang mengelupas di sekitar tembok

menjadi hiasan tersendiri.

“Ada apa?” Diego nampak ketus.

Suasana berubah hening beberapa saat. Hanya

samar-samar terdengar suara kucuran air yang keluar dari

selang plastik milik Andreas yang tidak dimatikan,

sehingga mengalir begitu saja membentuk sungai-sungai

kecil di paving halaman rumah.

“Di, apa yang aku omongin ke kamu waktu itu,”

“Nggak usah bahas itu lagi. Aku nggak mau

mikirin masalah nggak penting seperti itu,” Diego

memotong dengan nada yang sedikit emosi.

Andreas kembali terdiam.

Page 32: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

29

“Udah kan? Kalo udah nggak ada yang perlu

diomongin lagi, aku masuk,” ujarnya sebelum kembali

melanjutkan langkah.

“Satu lagi, jangan macem-macem sama Kayla,”

ancam Diego sebelum menghilang dibalik pintu.

Andreas menunduk, menghela napas dalam-

dalam. Ia melirik tajam ke arah Diego yang menghilang di

balik pintu.

Menunggu Penjelasan

“Kay, dari mana?”

Page 33: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

30

Kayla tersenyum ketika melihat Andreas berjalan

menuju arahnya. Ia menunjukkan kantong plastik hitam di

tangan kanan.

“Disuruh mama beli gorengan depan komplek.

Kamu sendiri, dari mana?”

“Mau beli minuman di warung, malah tutup.

Niatnya mau ke jalan sana siapa tau ada yang buka. Tapi

nggak jadi deh,”

“Lho, kenapa?”

“Ketemu kamu,” Andreas tertawa renyah setelah

itu.

Kayla ikut tertawa. Keduanya melanjutkan

perjalanan menuju rumah.

“Gimana kakimu?”

“Sudah baikan kok, sama sekali nggak sakit lagi.

Tiap malam diurut sama Bi Sum jadi cepet sembuhnya.”

“Syukurlah,”

Kayla hanya menanggapi omongan Andreas

dengan anggukan kepala, ia sedang berusaha menahan

degup jantung yang selalu tidak biasa ketika berada di

samping Andreas. Di samping seseorang yang sudah dia

sukai sejak lama.

“Tumben bukan Bi Sum yang disuruh?”

Page 34: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

31

“Bi Sum lagi nyetrika tadi, ya udah jadinya aku

yang disuruh.”

“Mungkin Tuhan pengin kita ketemu disini.”

Sekali lagi keduanya tertawa bersamaan, Kayla

senang dengan candaan-candaan yang terlontar dari

mulut Andreas. Gadis itu memperlambat langkahnya, dia

tidak ingin cepat-cepat sampai di rumah.

“Kita sering banget ya kayak gini. Jalan berdua,

ngobrol, ketawa bareng. Ada saja hal-hal yang bikin kita

ketawa,” Andreas berjalan di sebelah kanan Kayla, kedua

tangannya masuk ke dalam saku jaketnya.

“Iya, kamu selalu bisa bikin aku ketawa,”

“Boleh jujur?” tanya Andreas tiba-tiba.

Kayla menatap cowok di sebelahnya.

“Aku selalu menikmati momen seperti ini. Jalan

berdua sama kamu, ngobrol sepanjang jalan. Aku suka,”

lanjutnya.

Kayla terdiam mendengar ucapan Andreas,

hatinya berdesir.

“Aku nggak tahu kenapa, tapi aku nyaman saat

ngobrol sama kamu,”

Kalimat itu membuat Kayla semakin salah

tingkah. Rona wajahnya memerah. Udara malam kembali

berhembus, menggoyangkan dedaunan pohon yang

Page 35: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

32

tertanam di sepanjang jalan yang mereka lewati. Kayla

masih bermain-main dengan hatinya yang sedang

berbunga. Gadis itu tersenyum.

“Aku juga. Aku juga nyaman saat di deket kamu,”

Andreas menatap Kayla, membuat Kayla semakin

menunduk, menghindari tatapan mata yang selalu tajam

namun memiliki kelembutan itu. Tapi Kayla suka mata

bening dengan bulatan coklat milik Andreas. Kayla suka

saat Andreas menatapnya. Kayla suka saat Andreas

tersenyum untuknya. Kayla suka semua tentang Andreas.

“Seandainya,” Andreas menggumam sendiri,

membuat Kayla mengangkat wajah dan menatapnya.

“Kenapa?”

“Eh, nggak. Nggak apa-apa,” laki-laki itu berubah

gugup.

Kayla memicingkan matanya, mencari tahu apa

yang membuat pemuda di sebelahnya tiba-tiba berubah.

“Beberapa hari ini ada yang mengganggu

pikiranku,”

“Apa?

“Kamu, ada masalah sama kakakku?” Kayla

tampak hati-hati saat menanyakannya.

Andreas terhenyak, Kayla dapat melihat jelas laki-

laki di sebelahnya tidak siap mendengar pertanyaan yang

Page 36: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

33

terlontar. Ada sesuatu yang rumit dan cukup serius pada

masalah mereka, gadis itu tahu.

Dan Andreas tetap tidak menjawab hingga

mereka sampai di depan rumah Kayla.

“Ndre?”

“Eum, aku masuk dulu ya, Kay. Kamu juga buruan

masuk gih, ditunggu Mamamu.”

Wajah Andreas tegang. Ia melangkah menuju

rumahnya sendiri, meninggalkan Kayla yang masih

mematung di depan pintu gerbang. Sesuatu yang tidak

pernah Andreas lakukan sebelumnya, tidak menunggu

hingga Kayla masuk ke dalam rumah.

Kayla menyesal telah bertanya. Pertanyaan yang

membuat suasana yang sempat indah menjadi kacau.

Ada rasa perih saat matanya memandang punggung

Andreas menjauh.

“Kay, ikut aku yuk,” ajak Naga ketika mereka

bertemu di parkiran sesaat setelah jam sekolah selesai.

“Kemana?”

“Tempat spesial. Bukan tempat yang indah sih,

tapi banyak yang spesial di sana,”

Page 37: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

34

“Emm, gimana ya? Hari ini aku ada keperluan.

Kapan-kapan aja ya,” lagi-lagi Kayla menolak.

“Yah, kamu nggak pernah mau pergi sama aku,”

“Sorry. Tapi aku memang nggak bisa hari ini.”

“Tapi kapan-kapan mau aku ajak jalan ya?

Ayolah,” pinta Naga penuh harap.

“Aku usahain, ya. Sekarang aku mau pulang dulu,

udah ditunggu kakakku,”

Naga mengangguk lemah ketika Kayla memohon

diri, membiarkan Kayla berjalan menuju mobil Diego yang

telah beberapa saat menunggu di depan gerbang sekolah.

“Siapa?”

Tanya Diego setelah Kayla duduk nyaman di

sampingnya.

“Temen,”

“Temen spesial?”

“Ih, temen biasa. Udah ah, cepet jalan, udah laper

nih,”

Diego tersenyum simpul, lalu menginjak gas dan

meninggalkan sekolah adiknya. Sesaat, keduanya hanya

terdiam. Gadis itu melirik Diego yang sedang menatap

lurus ke jalan yang mereka lewati.

“Kak, Kak Diego ada masalah sama Andreas?”

“Kenapa tiba-tiba tanya gitu?”

Page 38: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

35

Diego balik bertanya. Ekspresi wajahnya datar,

membuat kayla merasa tidak nyaman.

“Nggak, soalnya Kayla lihat kemarin Kakak seperti

nggak suka waktu aku dianter pulang sama Andreas.

Terus, kemarin waktu aku tanya sama Andreas, dia kayak

kaget gitu.”

“Sepertinya akhir-akhir ini kamu lagi deket banget

sama Andreas,” Diego menambah perseneling mobilnya.

“Kamu suka sama dia?”

Kayla sedikit terkejut mendengar pertanyaan

kakaknya. Ia terdiam, matanya menatap keluar jendela,

memperhatikan berbagai aktivitas di sepanjang jalan yang

mereka lewati. Mencoba menghindari mata Diego yang

saat ini tengah menatapnya tajam.

“Kakak nggak mau kamu deket-deket sama

Andreas, apa lagi sampai suka,” lanjut Diego.

“Kenapa?”

“Dia nggak baik buat kamu,”

“Kenapa Kakak bisa ngomong gitu? Dasarnya

apa?” Kayla tampak gusar.

“Intinya Andreas bukan cowok yang baik,”

“Nggak baik gimana? Bilang sama Kayla nggak

baiknya dimana, biar Kayla tahu,”

Page 39: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

36

“Kamu nggak perlu tahu, cukup jangan dekat-

dekat sama dia lagi. Akan lebih baik kalau kamu

menjauhinya,”

“Kak Diego egois. Kakak ngelarang aku deket

sama Andreas karena Kakak lagi berantem sama dia,

kan?”

Emosi Kayla terusik, matanya berkaca-kaca.

“Kalian yang punya masalah, kenapa Kayla juga

harus kena?” lanjutnya.

Ia kembali membuang pandangannya keluar

jendela, tidak ingin melihat wajah Diego.

“Kakak cuma nggak mau kamu kecewa nantinya,”

“Kecewa kenapa? Apa yang Kakak sembunyiin

dari Kayla?”

“Kenapa kamu nggak mau nurut sama kakak?”

intonasi Diego meninggi.

“Karena Kayla cinta sama Andreas!”

Diego terdiam mendengar jawaban Kayla. Tidak

ada reaksi yang dia tunjukkan, tidak pula dengan

perkataan. Mobil itu melaju dengan keheningan. Tak ada

lagi kalimat yang keluar dari mulut keduanya, perdebatan

terhenti.

Diego menatap kosong.

Page 40: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

37

Hingga mobil mereka masuk ke dalam halaman

rumah. Kayla bergegas turun dari mobil, berlari masuk ke

dalam, meninggalkan Diego yang tetap terdiam. Pikiran

Diego kacau. Ada rahasia tentang Andreas yang dia tahu.

Pernyataan yang Aku Tunggu

“Ndre, kamu masih marah sama aku?”

Tanya Kayla ketika dia berada di beranda rumah

cowok itu.

Page 41: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

38

Andreas tersenyum tipis, “Nggak apa-apa kok.

Maaf kemarin aku ninggalin kamu di depan gerbang,”

“Aku yang minta maaf udah nanya-nanya ke

kamu, mungkin itu bikin kamu tersinggung,”

“Ya udah, lupain aja. Bahas yang lain yuk,”

Kayla mengangguk.

Selanjutnya mereka terdiam, Kayla bermain-main

dengan bunga yang di letakkan di atas meja. Sesekali

matanya melirik, mencuri pandang ke arah Andreas.

“Ehem,”

“Eh, kenapa, Kay?”

Kayla hanya mengangkat kedua bahunya.

“Emm, mau minum?”

Kalimat itu terdengar cukup kaku di telinga Kayla,

“Apaan sih? Kok kita jadi kaku gini?”

“Hehehe, iya maaf. Tapi kamu mau minum

nggak? Aku buatin ya,”

“Boleh, deh. Es sirup ada?”

“Ada. Bentar, ya,”

Kayla bangkit dari duduknya sesaat setelah

Andreas menghilang di balik tembok dapur. Ia berjalan

menuju halaman rumah dan memungut bola basket yang

tergeletak begitu saja di bawah ring.

Page 42: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

39

Dengan gerakan yang kaku Kayla coba

melakukan driblle, lalu melemparkan bola itu ke arah

keranjang. Meleset, Kayla mendengus kesal, ia kembali

memungut bola dan melakukan hal yang sama, namun

lagi-lagi ia gagal.

Gadis itu cemberut.

Andreas yang sejak tadi memperhatikan,

tersenyum melihat tingkah anak gadis tetangga

rumahnya, ia menghampiri dan mengambil bola yang

sedang di pegang oleh Kayla.

“Nih, perhatiin aku,” tuturnya.

Bola itu melesat mulus masuk melewati

keranjang.

Kayla bertepuk tangan, kagum dengan Andreas,

“Soal basket, kamu emang jago,”

“Mau aku ajarin?”

Kayla mengangguk pasti.

“Jadi posisi kaki sama tangan kamu harus seperti

ini,” Andreas mengatur posisi berdiri Kayla.

“Selanjutnya atur power kamu saat melemparkan

bola. Yup, sekarang coba lempar,”

Kayla menuruti perintah Andreas, ia melemparkan

bola itu. Namun lemparannya hanya menyentuh ujung

Page 43: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

40

ring. Lagi-lagi Kayla cemberut, membuat Andreas

tersenyum geli.

“Jangan manyun gitu, coba lagi, nih,” Andreas

memungut bola.

Kayla mengulangi apa yang telah Andreas

ajarkan kepadanya. Dengan mimik serius ia coba

melempar sekali lagi. Gadis itu menahan napas beberapa

detik sebelum bola di tangannya melesat.

Plung.

Lemparannya kali ini masuk melewati keranjang.

Kayla melonjak kegirangan, ia berlari ke arah

Andreas, lalu tanpa sadar memeluknya selama beberapa

detik, membuat Andreas terkejut.

Bola basket masih memantul di lantai beberapa

kali hingga akhirnya menggelinding, mengenai kaki Kayla.

Membuatnya tersentak, disusul gerakan melepaskan

pelukan dari tubuh Andreas. Ia merasakan dejavu,

kejadian malam itu seperti terulang, malam di mana kaki

Kayla terkilir, membuatnya harus digendong Andreas.

“Eh, maaf,” wajahnya bersemu merah.

“Iya, nggak apa-apa kok,”

“A-aku minum dulu ya,”

Dia hendak berjalan menuju teras ketika

tangannya ditarik oleh Andreas. Kayla terkejut, lalu

Page 44: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

41

menatap dengan berbagai pertanyaan. Andreas

mendekatkan bibirnya ke telinga Kayla, membuat degup

jantung gadis itu semakin tak beraturan.

“Aku suka kamu,” bisik Andreas, disusul dengan

kecupan pada pipi.

Kayla terkesiap, dia menutup mulut dengan

tangannya. Mencoba mencerna sebuah pernyataan yang

baru saja dia dengar. Dan, kecupan pada pipinya yang

tidak Kayla duga semakin membuatnya tak percaya.

Sebuah kenyataan yang menyenangkan, yang membuat

hatinya berbunga-bunga.

Kayla masih membisu.

“Kamu mau jadi pacarku?”

Mata Andreas tajam menatap Kayla, menunggu

jawaban. Laki-laki itu mengucapkannya dengan penuh

kesungguhan.

Satu lagi kalimat yang keluar dari mulut Andreas

membuat Kayla semakin diselimuti rasa bahagia. Sesuatu

yang telah lama dia tunggu untuk didengar, pertanyaan

yang sudah Kayla siapkan jawabannya sejak lama.

Andreas masih menggenggam kedua tangan

Kayla, menunggu jawaban atas pertanyaan yang dia

ajukan kepada gadis berwajah manis itu, gadis yang saat

ini masih terdiam di hadapannya. Andreas akan

Page 45: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

42

menunggu, selama apapun waktu yang Kayla butuhkan

untuk menjawab pertanyaannya.

“Aku udah lama nunggu ini,” ucap Kayla akhirnya.

Andreas tersenyum puas, dia menarik Kayla ke

dalam pelukannya. Kayla pasrah, membenamkan wajah

ke dalam pelukan laki-laki yang telah dicintainya sejak

lama, merasakan kenyamanan di dalam pelukan Andreas,

gadis itu mengeratkan pelukannya.

“Jadi kamu mau?”

Kayla menganggukan kepala di pelukan Andreas.

Dia menikmati setiap detik saat itu, menikmati desiran

darahnya yang mengalir seirama dengan detak

jantungnya yang belum dapat dia kontrol. Dan Kayla

membiarkan begitu saja ketika Andreas mencium

keningnya.

“Terima kasih,”

Kayla tak bergeming, dia tidak ingin melepaskan

pelukan pada tubuh Andreas. Tak ingin kehilangan

kenyamanan yang sedang dia rasakan saat ini. Kayla

masih ingin menyandarkan kepalanya di dada bidang laki-

laki yang dia cintai.

“Tapi aku punya satu permintaan,” lanjutnya.

“Apa?”

“Jangan beri tahu hubungan kita kepada Diego,”

Page 46: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

43

Kayla sedikit terkejut, “Kenapa? Sebenarnya ada

apa dengan kalian?”

“Suatu saat aku akan memberitahumu. Janji ya,

kamu nggak bakal bilang ke kakakmu. Kalau waktunya

udah tepat, aku yang akan ngomong sendiri ke Diego,”

lanjut Andreas meyakinkan. Tangannya menggenggam

erat jari-jari Kayla.

Walaupun berbagai pertanyaan muncul dalam

benak Kayla, dia tetap mengangguk, menuruti permintaan

Andreas.

Yah, tidak ada satupun yang boleh merusak

kebahagiaan ini, apapun itu.

Naga menatap empat butir obat yang saat ini

berada di telapak tangan, wajahnya terlihat tidak begitu

tertarik dengan apa yang sudah sejak lama dia konsumsi

itu. Tanpa minat, ia menelan sekaligus semua obat lalu

meminum air putih untuk mendorong menuju lambung.

Cowok itu menelungkup, menutup wajahnya

dengan tangan. Ia mendesah tanpa suara, lalu

membaringkan diri di tempat tidur. Mata Naga kosong

menatap langit-langit kamar. Sesekali terpejam, lalu

kembali tatapannya kosong.

Page 47: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

44

Naga merasa begitu jenuh.

Ia berdiri dan melangkah keluar kamar. Kakinya

terasa lemas dan gemetar. Sesekali tangannya

menjangkau tembok untuk menopang tubuh. Naga duduk

di sofa ruang televisi.

“Apa kabar hari ini, Sayang?”

“Not bad, Ma.” Jawab Naga, jarinya masih sibuk

menekan tombol remote.

“Obatnya udah diminum?”

Naga mengangguk.

“Semuanya?”

Naga kembali mengangguk.

“Kalau gitu kenapa kamu nggak istirahat saja di

kamar?”

“Bosen, cuma tiduran aja. Nggak ada hiburan,”

“Kamu kan harus banyak istirahat. Jangan sampai

terlalu capek,”

“Di sini juga bisa istirahat kan, Ma? Duduk sambil

nonton tivi nggak bakal membuatku merasa lelah,”

sanggahnya.

Perempuan itu memandang anak laki-lakinya

dengan penuh perhatian, terdapat tatapan cemas yang

terlihat dari kedua pupil matanya. Ia memperhatikan bibir

Page 48: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

45

Naga yang pucat, lingkaran hitam di kedua mata anaknya

yang cekung.

Naga memberikan senyum, mencoba

meyakinkan kepada ibunya bahwa dirinya baik-baik saja.

Wanita paruh baya itu menghela napas sejenak sembari

memejamkan mata, menghilangkan semua beban yang

ada dalam hati. Mengusir kesedihan yang sempat

menghinggapi dirinya. Sedetik kemudian, ia tersenyum.

Perempuan itu mengerti apa yang Naga minta.

“Ma, hari ini Mama sibuk?”

“Nggak, kenapa?”

“Kita ke yayasan yuk. Naga kangen sama anak-

anak,” ajak Naga antusias.

“Ayo. Kebetulan, udah lama Mama nggak

kesana,”

Cinta Sembunyi-Sembunyi

Dering ponsel milik Kayla menggema di dalam

mobil. Siang itu ia meminta Arin untuk mengantarnya

menemui Andreas selepas sekolah. Kayla langsung

membuka dan membaca pesan yang membuatnya

tersenyum riang.

Page 49: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

46

Tanpa menghilangkan senyum di bibir, Kayla

memainkan jempol tangannya, membalas pesan dari

Andreas. Arin yang sedang mengemudikan laju mobil

melirik sahabatnya, ia menggelengkan kepala melihat

tingkah Kayla yang masih tersenyum meskipun ponsel

yang tadi ia genggam sudah tergeletak di atas dashboard.

“Andreas?”

Kayla mengangguk, “Dia udah nungguin aku,

cepetin dong laju mobilnya,”

“Enak aja, nggak mau. Emang aku supirmu,” Arin

menggerutu, membuat Kayla nyengir.

“Deeeh, gitu aja ngambek. Kan tadi udah aku

beliin siomay,”

“Perhitungan,”

“Kamu tuh yang perhitungan, suruh nganterin aku

aja pakai dibeliin siomay dulu,”

“Kan aku nggak minta, kamu yang nawarin

sendiri, kan?”

“Kamu langsung mau kok,”

“Iya lah, gratis,” Arin tertawa terbahak, disusul

Kayla yang ikut tertawa.

Mobil itu terus melaju, membawa keduanya

menuju tempat Andreas berada. Kayla yang sudah tidak

Page 50: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

47

sabar terus-menerus tersenyum sepanjang jalan, Arin

hanya mampu menggelengkan kepala.

“Tapi ngomong-ngomong, kenapa kalian harus

ketemuan di luar? Nggak di rumah aja,”

Kayla menghilangkan senyumnya saat

mendengar pertanyaan Arin. Ia menghela napas.

Wajahnya berubah pias.

“Kamu inget ceritaku waktu itu? Yang aku bilang

Kak Diego sama Andreas lagi ada masalah. Kayaknya

masalah itu belum selesai deh. Dan kata Andreas, nggak

enak kalo kita ketemuan di rumah terus Kak Diego tahu,”

“Kan Andreas bisa jemput kamu di sekolah?”

“Katanya takut Kak Diego juga pas jemput aku.

Intinya mereka berdua kayak jadi musuh sekarang,”

“Kamu udah coba tanyain ke mereka berdua?”

Kayla mengangguk.

“Tapi nggak ada yang mau jelasin, Andreas malah

marah pas aku nanya. Jadi ya udah, nggak mau nanya-

nanya lagi. Aku nggak mau Andreas benci sama aku,”

Kayla meraih ponsel dan memasukkan ke dalam tas.

Perlahan Arin menepikan mobilnya di depan

sebuah sedan hitam yang terparkir di pinggir jalan.

Andreas nampak berdiri di samping pintu, dia tersenyum

Page 51: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

48

menyambut Kayla. Arin berlalu tidak lama setelah

menerima sapaan Andreas.

“Udah lama? Maaf ya, tadi sempet macet,” Kayla

melingkarkan sabuk pengaman ke tubuhnya.

“Nggak kok. Santai aja.”

Kayla tersenyum, sudah satu minggu sejak

mereka pacaran, dan Andreas selalu bisa membuatnya

merasa menjadi orang yang spesial. Laki-laki itu selalu

memberikan perlakuan istimewa, membuat Kayla semakin

merasa nyaman.

“Ini mau kemana?”

“Kamu udah makan?”

Kayla menggelengkan kepala untuk menjawab

pertanyaan Andreas.

“Ya udah, kita makan dulu sambil mikir mau

kemana,”

“Aku pengin spaghetti.”

“Ya, ayo nyari,” Andreas sempat membelai

rambut Kayla sebelum menyalakan mesin.

Kayla selalu suka ketika Andreas mengusap

rambutnya, membuatnya merasa sangat nyaman. Gadis

itu menyukai perlakuan lembut yang selalu Andreas

berikan.

Page 52: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

49

“Gimana kabar sekolah hari ini?” Pertanyaan yang

rutin ditanyakan oleh Andreas setiap mereka bertemu.

“Menyenangkan, hari ini ulangan dan aku bisa

mengerjakan semuanya,” jawab Kayla sembari

mengerjapkan matanya genit.

“Iya? Wah, pacarku emang pinter pokoknya,”

“Kuliahmu?”

“Hari ini aku nggak ada kuliah. Ada sebenernya,

tapi dosennya nggak masuk jadi kuliah ditiadakan,”

“Enak dong di rumah seharian. Nggak main

kemana-mana, kan?” Kayla menatap mata Andreas

curiga.

Andreas tersenyum melihat raut wajah Kayla yang

penuh selidik, “Nggak lah, di rumah terus. Toh kalaupun

aku mau pergi aku pasti bilang sama kamu,”

Kayla kembali ke posisi duduknya semula, ia

merapikan poni melalui cermin. Gadis itu melepaskan

kaca mata yang sejak tadi menempel, memasukkan ke

dalam kotak tempat kaca mata, kemudian meletakkannya

di atas dashboard.

“Bercanda, Ndre. Kalaupun nggak bilang juga

nggak apa-apa. Aku bukan cewek yang posesif kok,”

“Asal nggak sama cewek lain aja.”

Page 53: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

50

Andreas menggenggam tangan Kayla dengan

lembut, ia menatap mata bening milik kekasihnya.

“Percayalah, aku tidak akan pernah bisa

mencintai wanita lain.”

“Andreas, berhenti nggak?” Kayla nampak

tersengal-sengal, ia melingkarkan kedua tangannya erat

ke leher Andreas.

Sementara Andreas terus berlari dari tepi pantai

ke arah laut sambil membopong Kayla. Tidak peduli walau

gadis yang berada di gendongannya terus berteriak dan

memohon untuk diturunkan. Saat ombak hanya berjarak

beberapa senti dari kakinya, Andreas melemparkan tubuh

Kayla.

Kayla memejamkan mata. Pasrah saat tubuhnya

jatuh dan diterjang air laut, membuatnya bergulung-gulung

gelagapan. Andreas tertawa terbahak-bahak melihat

Kayla yang basah kuyup.

“Jahaaat,”

Sambil terus tertawa karena berhasil mengerjai

kekasihnya, ia berjalan menghampiri Kayla, lalu

menggenggam jari-jarinya. Membantu untuk bangkit.

“Nyebelin iih, doyan banget ngerjain aku,”

Page 54: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

51

Pemuda itu masih terkekeh, “Habis, udah jauh-

jauh ke pantai tapi kamu nggak mau main air, ya udah aku

ceburin aja,”

Kayla memonyongkan bibir, membuat Andreas

gemas dan mencubit kedua pipi Kayla. Gadis itu meringis,

pipinya yang putih berubah sedikit merah. Andreas

menahan tangannya di tempat itu beberapa saat dan

membelainya. Kayla memberikan senyuman manis

kepada kekasihnya.

“Mau aku gendong lagi?”

“Nggak mau,”

Jawab Kayla dengan wajah cemberut, membuat

Andreas kembali tertawa.

“Bahagia banget sih lihat pacarnya menderita.”

“Kan bercanda, Sayang,”

“Huu,” Kayla menjulurkan lidahnya.

Andreas menunggu Kayla yang masih

membersihkan pakaian dengan air laut, ia menatap

ombak yang bergulung-gulung mendekat. Memainkan

pasir menggunakan jari-jari kakinya, sesekali memecah

ombak kecil yang melewati.

Tiba-tiba sebuah tangan mendorongnya dari

belakang, membuat Andreas yang tidak siap jatuh

terjerembab. Andreas gelagapan, tubuhnya bergulung-

Page 55: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

52

gulung oleh ombak yang tepat datang. Sementara Kayla

nampak berdiri dan tertawa puas di belakangnya.

“Rasain pembalasanku,” ucap Kayla yang masih

tertawa.

Ia berlari meninggalkan Andreas yang sekarang

ikut tertawa. Andreas langsung bangkit dan mengejar

Kayla. Gadis itu terus berlari menghindar. Sepasang

kekasih itu tertawa bahagia sambil berkejar-kejaran di

sepanjang pantai.

Pertemuan yang Tak Terduga

Kayla lebih memilih menuju outlet pakaian remaja

ketika ia menemani ibunya berbelanja di sebuah Mall,

membiarkan orang tuanya yang sedang mendorong troli

berisi berbagai macam belanjaan melanjutkan belanjanya

seorang diri.

Gadis itu keluar masuk dari satu outlet ke outlet

yang lain, melihat berbagai barang-barang yang cukup

menarik untuknya. Baju, gaun, celana, tas, berbagai

Page 56: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

53

aksesoris untuk gadis remaja seusianya tidak luput dari

pengamatan Kayla. Ia begitu tertarik dengan berbagai

pernak-pernik itu.

Namun langkah Kayla terhenti ketika dia akan

masuk ke sebuah gerai pakaian anak-anak. Naga berdiri

dan menatap dengan ekspresi yang sama. Tangan kanan

Naga terlihat membawa beberapa potong pakaian anak.

“H-hai,” sapa Naga tak dapat menutupi rasa

kagetnya.

“Hai juga,”

“Lagi belanja juga ya?”

“Enggak, cuma nemenin mama kok. Kamu

sendiri? Belanja baju anak buat siapa?”

“Anu,”

“Naga, sini cepetan,”

Sebuah suara dari seorang perempuan membuat

Naga tidak sempat melanjutkan kalimatnya.

“Emm, aku kesana dulu ya,”

Kayla hanya mengangguk. Ada sedikit rasa

penasaran dalam hati Kayla, yang langsung buyar ketika

dering handphone berbunyi, telpon dari mama.

Kayla mengangkat telpon itu.

“Oh, iya, Ma. Kayla langsung ke kasir,”

Page 57: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

54

Sementara di sudut lain, Naga masih memilih

barang-barang yang akan dia beli.

“Udah dapet semua, Ga?”

“Udah kok,”

“Ya udah, ke kasir yuk,” ajak gadis itu, ia

mengambil alih troli dari tangan Naga.

“Duluan aja, aku mau ke toilet bentar,” Naga

segera berlalu tanpa menunggu reaksi lawan bicaranya.

Dengan setengah berlari Naga menyusuri setiap

sudut tempat itu, mencari seorang gadis yang beberapa

menit lalu masih berbicara dengannya. Kayla, Naga

mencari Kayla dari satu tempat ke tempat yang lain, dari

satu sudut ke sudut yang lain. Matanya dengan awas

mencari sosok gadis itu.

Beberapa menit berlalu tanpa hasil, Naga mulai

merasa lelah. Ia merasa kecewa tidak berhasil

menemukan gadis dengan lesung pipit itu.

“Dari mana? Ke toilet lama amat,”

“Liat-liat sepatu sebentar tadi,” Naga beralasan.

“Kamu nggak apa-apa? Wajahmu pucat,”

Naga menggeleng mantap, “I’m fine. Kamu nggak

usah khawatir,”

“Syukurlah, Kakak takut kamu kecapean. Kamu

harus sadar kondisi badan kamu kayak gimana, jangan

Page 58: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

55

terlalu dipaksakan kalau memang kamu sudah merasa

lelah saat melakukan suatu aktivitas,”

Naga mendesah, “Kalau aku bilang nggak apa-

apa ya nggak apa-apa. Aku nggak akan tumbang kalau

cuma belanja kayak gini.”

“Kakak cuma mengingatkan,”

“Terima kasih, tapi jangan berlebihan. Aku yang

paling tahu kondisiku,” Naga mengambil sebatang cokelat

dari rak.

Buat Kayla besok, ucapnya dalam hati.

Bibir Naga tersenyum.

“Kenapa senyum-senyum sendiri?”

“Nggak apa-apa, Kak. Ini sekalian bayar,” Naga

meletakkan cokelat itu ke troli.

“Tumben beli cokelat?”

“Lagi pengin aja.”

“Mau buat dia ya?”

“Dia?”

“Iya, cewek yang tadi lagi ngobrol sama kamu di

sana,”

“Siapa dia?”

“Temen satu sekolahku. Ayolah udah sore nih,

nanti kita kemalemen,” Naga masih mencoba berkilah.

“Iya-iya, ini masih antri gini kok.”

Page 59: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

56

“Akhir-akhir ini kamu nggak pernah lagi minta

Kakak buat jemput kamu?”

Pertanyaan Diego membuat Kayla yang sedang

asik membaca buku terkejut, ia mencoba menutupinya

dengan pura-pura tetap membaca.

“Kay,”

Kayla menoleh, “Iya. Kenapa, Kak?”

“Kamu nggak pernah minta jemput Kakak lagi

kalau pulang sekolah, kenapa?”

Kayla menutup buku yang ia baca, merubah

posisi, mencuri waktu untuk mencari alasan. Gadis itu

melepas kacamata dan menaruhnya di meja. Diego masih

memandang adiknya dengan diam, menunggu jawaban

atas pertanyaan yang baru saja dia tanyakan kepada

Kayla.

“Kayla mulai banyak tugas sekarang, dan Kayla

selalu ngerjain bareng Arin di rumahnya,” gadis itu

menemukan sebuah alasan yang menurutnya tepat.

“Setiap hari?”

“Iya lah, kalau nggak percaya tanya aja sama Arin.

Tiap hari aku juga dianter sama dia, jadi Kakak nggak

perlu jemput aku lagi, malah enak buat Kakak, kan.”

Page 60: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

57

Diego masih belum puas dengan jawaban

adiknya. Ia merasakan ada sesuatu yang disembunyikan

oleh Kayla. Nalurinya sebagai seorang kakak mereka-

reka, mencari tahu sesuatu dari dalam mata Kayla.

Kayla menutupinya dengan kembali mengalihkan

pandangan kepada buku di tangannya.

Laki-laki itu meraih remote tivi yang tergeletak di

atas sofa, menyalakan tivi, kemudian larut dengan acara

yang sedang ditayangkan. Membuat Kayla menghela

napas lega. Dalam hati Kayla menyesal karena telah

berbohong, tetapi dia sudah berjanji pada Andreas untuk

tidak memberitahukan tentang hubungan mereka kepada

siapapun, terutama Diego, kakaknya.

“Semoga kamu sedang tidak berbohong,”

Tiba-tiba Diego berkata, matanya masih menatap

ke layar televisi.

Kayla hanya mengangguk, ia merasa sangat tidak

nyaman sekarang. Kayla berdiri, lalu beranjak dari tempat

itu. Pupil matanya sempat melirik Diego sebelum

melanjutkan langkah masuk ke dalam kamar. Ia menutup

pintu dan menguncinya dari dalam.

Gadis itu meletakkan buku yang sejak tadi berada

di tangannya ke atas meja. Kayla menjatuhkan badan ke

tempat tidur. Pikirannya melayang, kemudian mendarat

Page 61: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

58

kepada sebuah bayangan laki-laki yang beberapa minggu

ini selalu menemaninya.

Ah, Andreas. Sedang apa dia sekarang?

Pertanyaan itu muncul dalam benak Kayla.

Kayla teringat bagaimana senyuman hangat

kekasihnya itu, aroma tubuhnya, tatapan mata yang tajam

namun penuh kelembutan. Perlakuan Andreas yang

penuh perhatian benar-benar membuat Kayla merasa

nyaman di sampingnya. Kayla merindukan Andreas saat

ini.

Kadang gadis itu merasa sedih, jarak rumah

mereka sangat dekat. Bahkan tidak sampai satu menit

untuk dapat menemuinya. Tetapi kenyataannya sekarang,

ia justru merasa jarak rumah mereka mencapai jutaan

kilometer.

Tapi biarlah sekarang seperti ini dulu, sambil

menunggu waktu yang tepat untuk memberitahukan

kepada Kak Diego tentang hubungan kami. Kalau tiba

waktunya, hubunganku dengan Andreas pasti akan lebih

menyenangkan tanpa sembunyi-sembunyi. Seperti yang

Andreas selalu janjikan.

Page 62: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

59

Tekad Kuat Naga

Handphone Kayla bergetar ketika dirinya baru

satu langkah menginjak tangga sekolah untuk menuju

kelasnya. Sebuah pesan dari Andreas, Kayla tersenyum

dan buru-buru membaca sms dari kekasihnya.

Semangat sekolah hari ini, semangat belajar.

Nanti siang aku jemput.

Senyum Kayla makin mengembang setelah

membaca pesan itu, otaknya merespon. Menyuruh jari-jari

lentiknya mengetik sebuah kalimat balasan untuk

Andreas.

Page 63: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

60

Langkah kayla terhenti ketika dia berpapasan

dengan Naga di depan pintu. Laki-laki itu baru saja hendak

kembali ke kelasnya sendiri. Naga memasang senyum

karismatik, dan dibalas sekilas oleh Kayla.

“Aku baru saja dari kelasmu,”

“Iya lah, aku tahu kok. Kamu masih di depan

kelasku sekarang. Ada perlu apa?”

“Nyari kamu, tentu saja. Tapi aku cuma ketemu

Arin,”

“Emang ada apa?”

Naga sedikit merasa tidak enak dengan

tanggapan yang ditunjukkan oleh gadis di depannya.

“Enggak apa-apa. Aku cuma sekedar pengin liat kamu.”

“Oh, udah, cuma itu? Ya udah aku masuk dulu

ya,” Kayla melangkahkan kakinya melewati Naga.

“Kay,”

Panggilan dari Naga menghentikan langkah

Kayla.

“ya?”

“Aku cuma pengin menjadi temanmu.”

Kayla tersentak, merasa tidak enak ketika

mendengar kalimat dari Naga.

“Aku balik kelas dulu ya,”

Page 64: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

61

Pamitnya kemudian, senyum kembali

mengembang di bibir Naga.

Kayla mengangguk kaku.

“Kamu sih jadi cewek galak banget sama Naga,”

sambut Arin ketika Kayla meletakkan tasnya di meja.

“Apa aku keterlaluan?”

“Menurutmu? Mungkin Naga memang sekedar

ingin kenal kamu kok, nggak lebih. Siapa tau dia tulus

cuma mau jadi teman kamu,”

Kayla mengangkat kedua bahunya, “Aku nggak

tahu. Aku juga sebenarnya ngerasa nggak enak sama

Naga dengan sikapku yang kayak tadi, tapi entah kenapa

tiap liat Naga aku selalu ngerasa nggak nyaman,”

“Cobalah untuk sedikit lebih welcome sama dia,

nggak ada salahnya kan berteman,”

“Kita udah sering ngomongin ini kan? Dan kamu

selalu nyaranin aku jangan terlalu dingin sama Naga.

Kenapa?”

“Naga orang baik, Kay,” jawab Arin tegas.

“Kamu tau dari mana?”

“Aku bisa lihat dari sorot matanya. Kalau saja

kamu nggak terlanjur no respect sama dia, aku yakin kamu

juga bakalan ngeliat kok,”

Page 65: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

62

Otak Kayla memikirkan perkataan yang baru saja

diucapkan oleh teman sebangkunya itu. Kayla merasa

mungkin tidak ada salahnya berteman dengan Naga. Ya,

hanya sebatas teman.

“Baiklah, akan ku coba,”

Tidak banyak yang Naga lakukan sore itu ketika ia

sedang menunggu antrian di rumah sakit, hanya

mendengarkan musik. Earphone terpasang di telinga kiri.

Sesekali cowok itu mengangguk-anggukan kepala,

mengikuti ritme musik yang sedang dia dengar.

Seorang suster keluar dari ruang dokter,

memanggil salah satu orang yang juga tengah antri

bersamanya. Tinggal Naga seorang diri di tempat itu.

Tempat yang sudah sangat akrab dengannya, tempat

yang hampir setiap minggu dia kunjungi.

Leukemia kronis, yang sudah Naga derita telah

membuatnya harus rajin berkunjung ke rumah sakit untuk

memeriksa kondisi tubuhnya. Bukan kegiatan yang

menyenangkan buat Naga, buat semua orang tentu saja.

Tetapi tetap Naga lakukan, hanya sekedar untuk membuat

mamanya tetap tenang.

Page 66: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

63

Dengan penyakit yang dia derita, Naga tetap

melakukan aktivitasnya dengan normal. Dia tetap

menjalani hari-harinya tanpa beban, tetap ceria, dengan

senyum yang selalu terpasang di bibir. Walaupun Naga

menyadari kondisi tubuhnya semakin melemah setiap

hari, dia tidak terlalu memperdulikan hal itu. Laki-laki itu

hanya ingin menikmati hidupnya yang mungkin tidak akan

lama lagi.

“Mas Naga,” Suster tadi menepuk pundaknya,

membangunkan Naga yang sempat terlelap. “Silahkan

masuk.”

Naga melepaskan earphone dan berdiri,

melangkah masuk mengikuti suster yang sudah berkali-

kali dia temui di tempat ini, suster yang juga sudah

menghapal dirinya.

“Apa kabar, Mas Naga? Bagaimana aktivitas anda

hari ini?”

“Seperti biasa, Dok. Sekolah, lalu pulang dan

kesini,”

“Tidak melakukan aktivitas yang berat kan?”

“Hari ini tidak, Dok.”

Dokter itu tersenyum dan menggelengkan kepala,

“Mari ikut saya,”

Page 67: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

64

Ia mengajak Naga masuk ke dalam ruang periksa

dan menyuruh Naga untuk berbaring. Suster membantu

kerja dokter, memasukkan jarum suntik di lengan kiri Naga

untuk mengambil darahnya.

“Masih sering merasa mual dan pegal-pegal?”

Kata Dokter tadi seraya memeriksa kondisi Naga.

“Masih, Dok. Kadang saya merasa agak pusing

juga,”

“Itu efek dari obat, tidak apa-apa,”

“Beberapa hari ini rambut saya juga sudah mulai

rontok, saya jadi berniat untuk memangkas habis saja

rambut saya sebelum rontok semua,”

Dokter yang memeriksa Naga kembali tersenyum.

Ia merasa kagum dengan pola pikir yang ada dalam benak

pasiennya ini, yang tetap terlihat santai walaupun

menderita penyakit berbahaya.

Dokter meletakkan statoscope di meja, kemudian

ia terlihat menuliskan sesuatu di sebuah kertas, “Untuk

ukuran orang penderita leukemia, anda terlihat bugar.

Tidak seperti kebanyakan penderita lainnya. Apalagi yang

telah mengidap bertahun-tahun,”

“Sebenarnya percuma kan, Dok. Setiap minggu

saya melakukan check up, kemo, minum obat banyak

setiap hari, sia-sia saja kan? Saya tetap tetap akan mati,”

Page 68: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

65

“Tidak ada yang percuma, Mas Naga, mukjizat

Tuhan selalu ada,” ucapnya mencoba meyakinkan.

“Yang dapat saya sarankan adalah rutin

melakukan pemeriksaan dan jangan lupa meminum obat

yang saya tuliskan di resep. Jaga selalu kondisi anda,

jangan sampai melakukan aktivitas yang terlalu berat yang

dapat membuat anda kelelahan,”

Tanpa minat, Naga mendengar penjelasan dokter

yang sudah beruban itu. Dia sama sekali tidak ingin

menuruti apapun yang sedang Andreastakan dokter saat

ini.

“Bersabarlah. Walaupun kecil, tapi peluang untuk

sembuh selalu ada,” Dokter menyerahkan secarik kertas

resep berisikan nama-nama obat yang sudah rutin

dikonsumsi oleh Naga.

“Terima kasih, Dok. Saya permisi dulu. Nanti

seperti biasa, biaya pengobatannya akan di transfer ibu

saya,” tuturnya kemudian.

Dokter mengangguk, dan memberikan

senyumnya kepada Naga, “Anda pasien saya yang paling

hebat. Teruslah berjuang,”

Page 69: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

66

Laki-Laki Bernama Riko

“Boleh aku duduk di sini? Meja yang lain penuh

semua,”

Naga mengangkat wajahnya ketika sebuah suara

yang sangat dia kenal terdengar meminta ijin. Kayla berdiri

di sampingnya. Istirahat pertama selepas menerima

pelajaran membuat suasana kantin ramai diserbu oleh

murid-murid yang ingin mengisi perut mereka yang

keroncongan, atau sekedar membasahi kerongkongan

Page 70: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

67

mereka yang kering. Menghilangkan rasa haus dan kantuk

yang sejak pagi menyerang.

Naga tersenyum riang, “ Tentu. Silahkan duduk.”

“Terima kasih,”

“Tumben nggak bareng Arin?”

“Kata siapa, itu dia di sana,”

Kayla menunjuk ke arah Arin yang sedang

melangkah menuju arah mereka sambil membawa

sepiring siomay.

Gadis itu menyapa Naga dan duduk di sebelah

Kayla, membuat Naga menatap Kayla dan Arin

bergantian. Muncul rasa heran dalam benaknya ketika

dua gadis ini menghampiri, bahkan meminta untuk duduk

bergabung dengannya.

“Kenapa melihat seperti itu?”

Kayla menangkap Naga yang masih

memperhatikan dirinya dan Arin.

“Heran aja. Tumben kalian mau duduk bareng

aku. Terutama kamu, Kayla,”

“Kan aku udah ngomong tadi, kalau semua meja

penuh sama anak-anak. Cuma di sini yang aku liat masih

kosong. Atau, kamu keberatan kita ikut duduk di sini?”

“Dih, nih anak masih sensitif aja. Aku malah

senang bisa duduk satu meja denganmu,”

Page 71: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

68

Arin masih menikmati siomay yang ia santap

dengan lahap. Dia mendengarkan perdebatan dua orang

ini dengan geli.

“Kamu ini, sejak dulu selalu galak kalau sama aku,

padahal aku nggak pernah bikin salah apa-apa. Tapi

juteknya minta ampun,”

“Enak aja, aku bukan cewek galak, apa lagi jutek,”

wajah Kayla berubah cemberut.

“Lha itu barusan apa?”

“Sudahlah, kalian ini udah sama-sama gede kan?

Kenapa masih aja berantem seperti itu. Kayak anak kecil,”

Arin tidak tahan untuk tidak berkomentar.

“Dia duluan tuh,” Kayla memonyongkan bibirnya.

“Nah kan, nyalahin aku sekarang,”

“Emang kamu duluan, kan?”

“Udah-udah. Ini malah pada ribut terus, ganggu

orang makan aja. Kenapa sih kalian nggak bisa akur?”

“Siapa yang nggak mau diajak akur coba?” Naga

membela diri.

“Gini aja deh, kenapa kalian nggak berteman aja?

Nggak usah galak-galakan lagi. Kamu juga, Kay. Jangan

jutek lagi sama Naga. Mending kita bercanda-bercanda

aja,”

Page 72: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

69

“Deal,” Naga langsung menyodorkan tangan

kepada Kayla, setuju dengan ide Arin.

Kayla terlihat menimbang beberapa saat, ia

melirik ke arah Arin. Arin memberi kode dengan matanya

untuk menerima uluran tangan Naga. Beberapa detik

kemudian, Kayla membalasnya.

“Deal,”

“Nah, gini kan damai. Aku bisa menikmati

makananku dengan tenang,”

Naga merogoh kantong celananya, lalu

mengeluarkan sebungkus cokelat. Ia menyodorkan ke

depan Kayla.

“Buat kamu,”

Kayla nampak terkejut, dia membiarkan tangan

Naga menggantung di udara.

“Tenang, nggak ada maksud apa-apa. Aku cuma

sekedar tahu kalau kamu suka sama cokelat. Nih.”

Akhirnya gadis itu menerima pemberian Naga.

Arin hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan

keduanya.

“Kalian ini, ada-ada aja,”

“Ternyata, kamu nggak senyebelin yang aku

bayangkan,”

Page 73: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

70

“Kamunya aja tuh yang terlalu berpikir negatif

tentang aku. Padahal aku cowok baik-baik,”

“Ya, aku kan denger cerita tentang kamu dari

anak-anak di sini. Kamu playboy, yang suka gonta-ganti

cewek di luar sekolah. Aku jadi nggak respect sama kamu

kan jadinya,”

Naga tersenyum masam, “Dasar korban gosip.

Padahal aku bukan tipe cowok kayak gitu. Satu aja nggak

punya, apalagi buat gonta-ganti?”

“Aku kan nggak tahu kamu di luar kayak apa,”

“Ya sudahlah, intinya aku nggak seburuk itu.

Boleh kamu buktikan sendiri kapan-kapan,”

Kayla mengangkat bahunya, masih mengunyah

potongan cokelat yang dia dapat dari Naga. Batinnya

tengah berusaha untuk mempercayai omongan laki-laki di

depannya. Ia sedang mencoba untuk tidak berpikir buruk

lagi.

Cowok ini hanya ingin berteman kan?Apa

salahnya aku menyambut keinginannya.

“Kay, nanti pulang sekolah kamu dijemput

kakakmu?”

Gadis itu menggeleng, “Nggak. Nanti aku pulang

sama pacarku,”

“Pacar?”

Page 74: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

71

“Iya, Naga. Kayla udah punya pacar sekarang.

Kamu udah nggak punya kesempatan lagi,” Arin

menyambar, tawa terdengar dari mulutnya.

“Kesempatan apa? Kan aku udah bilang cuma

pengin jadi temen Kayla,”

“Yah, siapa tau kamu punya niat lain,”

“Nggak usah diladenin, Ga. Arin emang suka

iseng orangnya,”

“Nggak apa-apa, Kay. Aku juga udah tau nih anak

kayak gimana kok,” balas Naga sambil melirik Arin yang

cekikikan.

“Aku baru tahu kalau kamu udah punya pacar,

ketinggalan berita rupanya nih,”

Kayla tersenyum simpul, “Baru beberapa minggu.

Toh aku juga nggak bilang ke siapa-siapa, cuma sama

anak ini aku cerita,”

Ada sedikit rasa kecewa yang muncul dalam hati

Naga setelah mengetahui bahwa Kayla sudah memiliki

kekasih. Naga tak memungkiri kalau dia memang tertarik

kepada Kayla, dan kenyataan yang baru saja dia ketahui

benar-benar membuatnya terkejut.

Setidaknya, ada sesuatu yang membuatnya

cukup merasa lega. Sikap Kayla ketika mengobrol

dengannya tidak lagi kaku. Gadis itu mulai menerima

Page 75: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

72

dirinya sebagai seorang teman. Naga cukup merasa

senang.

Kayla menopangkan salah satu tangan di

pembatas eskalator yang sedang melaju naik ke lantai dua

sebuah mall, satu tangan lainnya berada dalam

genggaman lembut tangan Andreas yang berdiri di

sebelahnya. Senyum riang jelas terlihat mengembang di

bibir tipis gadis itu, meningkahi langkah-langkah kaki

mereka.

“Mampir ke sini yuk,”

Andreas membelokkan langkah kakinya menuju

sebuah outlet boneka, ia menarik tangan Kayla agar

mengikuti. Keduanya disambut oleh seorang pramuniaga

wanita yang berdiri di samping pintu masuk.

“Kamu mau?”

Mata Kayla terlihat sangat berbinar senang, ia

meraih boneka Elmo dari uluran Andreas. Kayla memang

sangat menyukai karakter Elmo. Wajah yang selalu

memasang senyum menjadi alasannya. Satu koleksi lagi

dia dapatkan. Kali ini lebih spesial, karena boneka itu

diberikan langsung oleh Andreas.

“Terima kasih,”

Page 76: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

73

Andreas mengangguk.

Kayla menggendong boneka pemberian Andreas

dengan tangan kirinya, sementara satu tangannya yang

lain kembali berada dalam genggaman laki-laki yang

berjalan di sebelahnya. Keduanya berjalan dengan

bercerita, sesekali tawa terdengar dari arah mereka.

“Ndre,”

Sebuah suara menghentikan langkah Andreas

dan Kayla. Keduanya menoleh mencari sumber suara

yang memanggil tadi.

Seorang laki-laki nampak melambaikan tangan,

lalu berjalan mendekati mereka. Kayla menautkan alis,

mencoba menatap laki-laki itu dengan lebih jelas namun

tetap tak dapat mengenalinya. Sementara genggaman

tangan Andreas telah terlepas tanpa Kayla sadari. Kedua

laki-laki itu nampak bersalaman.

“Hai, apa kabar?”

“Baik, kamu sendiri? Lama nggak melihatmu,”

“Aku juga baik,” jawabnya.

Ia melirik ke arah Kayla yang sejak tadi hanya

diam memperhatikan mereka. Kayla dapat melihat laki-laki

itu menatap ke arahnya dengan tatapan yang aneh,

membuat Kayla merasa tidak nyaman.

“Oh iya, kenalin. Ini Kayla,”

Page 77: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

74

Kayla menjulurkan tangan, “Kayla,”

Cukup lama bagi Kayla untuk menerima balasan

tangan dari laki-laki yang terlihat akrab dengan

kekasihnya itu.

“Riko,”

“Dari mana?” Riko kembali beralih pada Andreas

“Dari rumah. Sekedar jalan-jalan aja di sini. Kamu

sendirian?”

“Iya, mau nyari keperluan. Rumah kamu masih

yang dulu?”

Andreas mengangguk mantap, “Tentu saja

masih,”

“Kalau begitu kapan-kapan aku main ke

rumahmu,”

“Silahkan. Kabarin dulu kalau mau datang. Siapa

tahu aku lagi nggak di rumah,”

Laki-laki seusia Andreas itu memohon diri kepada

keduanya setelah beberapa menit bercengkerama.

Andreas mengajak Kayla melanjutkan langkah mereka

yang sempat tertunda. Kayla masih penasaran dengan

orang tadi.

“Siapa?”

“Teman lamaku.”

Page 78: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

75

Kejadian Baik di Hari Buruk

Naga memasukkan seragam cadangan ke dalam

tas, hal yang rutin ia lakukan sebelum berangkat sekolah.

Sebagai persiapan jika nanti teman-temannya

mengajaknya bermain basket ketika istirahat. Meskipun

nggak jago, cowok itu senang melakukan olahraga,

apapun jenis olahraganya.

“Hup,”

Ia mengangkat tas itu dengan tangan kanan, lalu

berjalan keluar.

Page 79: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

76

Tetapi langkahnya terhenti, tiba-tiba kepalanya

terasa pusing, Naga merasa mual. Ia mencium bau amis,

secepat kilat pemuda itu menempelkan tangannya ke atas

bibir. Tepat, darah telah keluar dari hidungnya.

“Sial,”

Dengan malas ia membelokkan langkah menuju

kamar mandi, mencuci tangan dan wajahnya yang

bernoda darah. Naga bercermin, sedetik kemudian cowok

itu mencibir penampilannya sendiri.

Ia membasuh wajah sekali lagi, lalu mengelapnya

dengan handuk dan melangkah keluar setelah merasa

kembali segar.

Naga mendahului beberapa kendaraan di jalanan

yang selalu ia lewati ketika berangkat sekolah. Setengah

tidak sabar, cowok itu ingin segera sampai di sekolahnya.

Naga ingin melihat wajah seseorang, ia ingin bertemu

dengan Kayla. Gadis yang selalu membuat semangat

untuk menembus ramainya jalanan menuju sekolah.

Naga keluar dari dalam mobil setelah ia selesai

memarkirkan kendaraannya tersebut dengan sempurna,

berjalan santai menyusuri lorong sekolah, sampai tiba-tiba

Page 80: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

77

kepalanya kembali terasa pusing. Pemuda itu harus

menyandarkan tubuh ke tembok agar tetap bisa berdiri.

Kedua kakinya terasa gemetar.

Ia kembali memeriksa hidungnya, tidak ada

bercak darah di tempat itu. Naga merasa sedikit lega

walau masih belum bisa menguasai badan, seluruh

tubuhnya tidak dapat ia gerakkan.Tulang-tulangnya terasa

begitu nyeri.

Naga merasa sangat lemas, matanya mulai

berkunang-kunang. Tubuh Naga merosot ke lantai,

kesadarannya berkurang. Samar-samar ia menangkap

sesosok bayangan yang ia kenal, gestur tubuhnya sangat

familiar buat Naga.

Ah, sial. Kenapa harus bertemu Kayla di saat aku

sedang sekarat kaya gini.

Gadis itu gegas menghampiri Naga yang masih

terduduk lemah di lantai, beberapa siswa yang lewat

nampak memperhatikan dengan tatapan heran.

“Naga, kamu kenapa? Pucat sekali wajahmu,”

Naga tersenyum, mencoba menyembunyikan

rasa sakit yang sedang dia rasakan. “Aku nggak apa-apa,

Kay. Cuma sedikit kelelahan aja,”

“Bohong, nggak mungkin sampai seperti ini.”

Page 81: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

78

“Beneran. Yah, anemia juga memang. Tapi nggak

apa-apa kok, sebentar juga baik lagi,”

Kayla menatap Naga dengan prihatin, ada rasa

khawatir dalam batinnya. Ia membantu cowok itu berdiri.

Kayla terlihat kesulitan waktu menopang tubuh laki-laki

yang jelas terlalu berat untuknya.

“Ayo, aku antar kamu ke UKS dulu,”

Naga mengangguk lemah, “Terima kasih.”

“Sama-sama. Kamu yakin keadaanmu sekarang

cuma karena anemia? Maksudku, kamu terlihat sangat

menderita kalau sekedar anemia. Maaf, bukan maksudku

nggak percaya sama kamu,”

Naga masih sempat tersenyum geli karena

mendengar pertanyaan gadis yang sedang membantunya

berjalan itu, satu tangannya menjaAndreasn tembok

sebagai tumpuan.

“Terima kasih sudah mempedulikanku,”

“Aku beneran nggak apa-apa kok, tidur satu jam

sudah cukup untuk mengembalikan tenaga,” lanjut Naga.

Mereka berdua sampai di UKS, Kayla membantu

Naga merebahkan badannya di atas tempat tidur yang

tersedia di ruangan itu. Lalu ia nampak mencari sesuatu

di dalam laci, sebotol minyak kayu putih. Naga tersenyum.

Bukan itu yang aku butuhkan, Kayla.

Page 82: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

79

Tetapi Naga tetap membiarkan ketika Kayla

mengoleskan cairan beraroma khas tersebut ke beberapa

bagian tubuhnya. Seketika bau minyak kayu putih

menusuk hidung, membuat rasa mualnya perlahan

menghilang. Dia merasa lebih nyaman, bukan karena

minyak kayu putih yang dioleskan ke tubuhnya. Tetapi

karena merasa senang dengan perlakuan Kayla

kepadanya.

Di saat kondisinya yang semakin lemah, Naga

bersorak gembira di dalam hati. Ia merasa sangat senang

mendapat perhatian seperti itu, tanpa sadar Naga

tersenyum. Membuat Kayla menautkan alisnya.

“Kenapa kamu, senyum-senyum?”

“Nggak apa-apa kok. Hanya sedang berpikir,

Tuhan selalu punya cara yang menakjubkan untuk

membuat manusia bahagia,”

“Maksudnya?”

Naga hanya menggeleng, bibirnya masih

mengembangkan senyum. Membuat Kayla merasa

bingung.

“Ya udah, aku mau masuk kelas dulu. Nanti aku

mampir ke kelasmu buat bilang sama guru kalau kamu lagi

sakit,” ucapnya seraya meraih tas yang tergeletak di atas

kursi. Ia melangkah menuju pintu.

Page 83: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

80

“Kay,”

Panggilan Naga membuat langkah Kayla terhenti,

gadis itu memutar tubuhnya.

“Terima kasih,”

Kayla tersenyum manis, senyum paling tulus milik

Kayla yang baru pernah Naga lihat. Detik itu Naga benar-

benar melupakan rasa sakitnya sejenak, perasaannya

terbang melayang. Naga kembali tersenyum senang,

sampai akhirnya ia terlelap.

Perlahan, mata Naga mulai terbuka dari

pejamnya. Ia berusaha memulihkan semua kesadaran

yang belum sepenuhnya kembali. Pemuda itu

mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, ia

teringat dirinya sedang berada di UKS.

Tiba-tiba pintu UKS terbuka, memunculkan dua

gadis dari baliknya. Kayla dan Arin melangkah masuk ke

dalam, raut wajahnya terlihat lega setelah mendapati

Naga telah tersadar. Satu botol air mineral berada dalam

genggaman tangan Kayla.

“Hai, sudah bangun rupanya. Bagaimana

keadaanmu?” Kayla menyodorkan air mineral yang dia

bawa kepada Naga.

Page 84: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

81

“Jam berapa sekarang?”

“Setengah dua belas. Ini sudah istirahat kedua,”

Arin yang menjawab pertanyaan Naga.

Naga hampir tersedak minumannya setelah

mendengar jawaban dari Arin.

“Setengah dua belas?”

Kayla mengangguk, “Iya. Kamu tidur hampir lima

jam di sini. Tadi sebenarnya aku dan Arin ke sini waktu

istirahat pertama, tapi kamu masih terlelap. Kami tak tega

untuk membangunkanmu,”

“Tapi kamu tenang saja, kami sudah memintakan

ijin kepada ketua kelasmu,” Arin melanjutkan penjelasan

Kayla.

Naga masih merasa terkejut. Selama itukah

dirinya tertidur? Selemah itukah tubuhnya sekarang?

Sudah separah apakah sakitnya saat ini? Berbagai

pertanyaan muncul dalam benak Naga, membuatnya

terdiam beberapa saat.

Kayla dan Arin saling pandang.

“Hey,” Arin mengembalikan kesadaran Naga.

“Aku heran dengan diriku, bagaimana bisa aku

tertidur selama itu,” tutur Naga, membuat dua gadis di

depannya itu tersenyum.

Page 85: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

82

Kayla menatap Naga, “Bagaimana keadaanmu

sekarang?”

“Bisa kamu bayangkan, bagaimana kondisi tubuh

yang telah tertidur begitu lama. Aku merasa sangat baik,

lebih baik dari sebelumnya. Semua tenagaku sudah

kembali lagi. Sekarang aku hanya merasa sangat lapar,”

“Bisa terlihat dari wajahmu yang selalu tersenyum

itu. Bagaimana bisa kamu selalu tersenyum seperti itu

setiap hari? Aku sempat sebal melihatnya,” jujur Kayla.

Naga menggaruk-garuk kepalanya yang tidak

gatal.

“Mana aku tahu kenapa aku selalu tersenyum.

Tetapi itu jauh lebih baik dari pada harus merasa

ketakutan setiap hari, bukan?”

“Apa maksudmu?”

“Sudahlah, aku lapar. Kenapa kalian hanya

membawakan minuman?”

Arin mendesis, “Ish, masih untung kami baik hati

membawakan minum. Apa jadinya kalau nggak ada kami

berdua?”

“Ya, ya. Terima kasih. Dan ayo aku traktir kalian

makan sebagai ucapan terima kasihku,” Naga menggiring

keduanya berjalan menuju ke arah kantin sekolah.

Page 86: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

83

Sore ini aku tidak bisa menemuimu, maaf ya.

Mendadak ada yang harus aku kerjakan di kampus.

Kayla membaca pesan yang dikirim oleh Andreas

dengan raut kecewa. Ia memasukkan ponsel ke dalam tas

tanpa membalasnya. Kayla membuang napas untuk

menghilangkan rasa kecewa di hatinya. Arin melirik ke

arah Kayla.

“Kenapa?”

“Andreas membatalkan janji, ada urusan di

kampus katanya. Padahal tadi pagi dia bilang mau ngajak

aku nonton,”

“Ya mungkin dia memang ada urusan mendadak,

nggak masalah kan satu hari nggak ketemu Andreas?”

Arin memasukkan buku-buku miliknya ke dalam tas.

Suasana kelas sudah cukup sepi, hanya tersisa

beberapa murid saja yang masih bertugas piket dengan

membersihkan ruangan itu. Menyapu lantai dan

membersihkan papan tulis dari tulisan-tulisan sisa

pelajaran terakhir tadi.

Kayla mengamati mereka satu persatu.

“Kamu bisa nganterin aku pulang?”

“Hari ini aku mau kursus piano, kamu kan tahu

sendiri jadwalku. Sori, Kay,”

Kayla tersenyum, “Nggak apa-apa.”

Page 87: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

84

“Minta tolong Naga aja, mungkin dia belum

pulang. Tumben banget tuh anak nggak ke kelas kita hari

ini.”

“Mungkin karena lagi sakit jadi nggak kuat untuk

naik tangga ke kelas kita, paling juga udah pulang,”

Arin melirik Kayla, “Deeh, tau banget kamu

tentang Naga. Udah ilang bencinya ya?”

Kayla mencibir, “Kamu maunya apa sih? Aku jutek

sama dia salah, baik sama dia digodain,”

“Ya tapi perubahanmu kok cepet banget? Hati-

hati lho, seperti yang pernah ku bilang, kadang yang

pertamanya benci bisa berubah jadi cinta,” Arin tersenyum

usil setelah mengatakannya.

“Aku kan cuma nurutin saranmu untuk berteman

sama dia. Nggak mungkin lah sampai kayak gitu. Aku kan

sudah punya Andreas,”

“Iya deh iya. Terus jadinya kamu mau pulang

sama siapa?”

Mereka berdua telah berjalan keluar kelas.

Sekolah sudah benar-benar sepi karena semua murid dan

guru sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.

“Aku coba telpon Kak Diego aja,”

Page 88: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

85

Jawab Kayla sambil meraih ponsel dari dalam

tasnya. Ia nampak berbincang dengan Kakaknya melalui

ponsel itu.

“Bisa?”

Kayla mengangguk untuk menjawab pertanyaan

Arin.

“Ya udah, aku temenin sampai kakakmu datang,”

“Terima kasih, Cantik,”

“Bagaimana kisah asmaramu sama Andreas?”

“Menyenangkan sekali. Andreas benar-benar

tahu cara menyenangkan wanita. Aku di buat sangat

nyaman tiap di dekatnya,”

“Dasar orang dimabuk cinta. Kalian enggak ambil

pusing hambatan yang bisa merusak hubungan kalian?”

“Maksudnya?”

“Bagaimana kalau kakakmu tiba-tiba tahu tentang

hubungan kalian? Aku rasa dia nggak bakal suka, apalagi

sudah satu bulan kalian menyembunyikan hubungan

kalian,”

Kayla terdiam, hatinya membenarkan pendapat

Arin. Gadis itu nampak berpikir sejenak.

“Semoga saja tidak sampai seperti itu. Aku malah

ingin mendamaikan mereka kembali, biar nggak ada

perselisihan lagi,”

Page 89: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

86

“Nggak bisa kalau kamu sendiri belum tahu

masalah mereka,”

“Iya, aku ngerti. Aku masih berusaha mencari

tahu, baru aku coba buat mendamaikan masalah antara

kakakku dan Andreas,”

“Emang sesayang apa sih kamu sama Andreas?”

Kayla terlihat berpikir tentang pertanyaan Arin.

“Menurutku, nggak ada ukuran yang pasti untuk

sebuah perasaan. Kalau bisa diukur, nanti kita malah

merasa kalau itu terlalu kecil, atau bahkan terlalu besar.

Cukup dengan mengetahui kalau kita memang sayang

sama seseorang, kan. Nggak harus di ukur lebih dulu,”

“Ya aku sih nggak gitu ngerti masalah perasaan,

tiap orang beda-beda kali ya?”

“Makannya, cari pacar sana biar tahu kayak

gimana rasanya,” Kayla melambaikan tangan ke arah

mobil Diego yang merayap masuk ke dalam parkiran

sekolahnya.

“Makasih ya udah mau nemenin sampai aku

dijemput.”

Arin mengangguk, lalu membiarkan Kayla

melangkah riang menuju mobil Diego. Kemudian dia

berjalan menuju mobilnya sendiri.

Page 90: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

87

Ketika Hujan

Naga menghampiri Kayla dan Arin yang tengah

menikmati waktu istirahat sekolah di gazebo taman,

seragamnya nampak basah oleh keringat. Ia menarik kursi

di sebelah Kayla dan duduk di kursi itu.

“Basketan?” sambut Arin.

Cowok itu mengangguk, “Tadi main bentar sama

anak-anak,”

“Wajahmu pucat lagi tuh. Jangan terlalu capek

makannya,”

“Seragamnya sampai basah gitu, nggak risih ntar

di kelas?”

“Aku bawa seragam cadangan kok, ntar aja ganti

pas mau masuk,”

Page 91: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

88

Jawab Naga yang langsung membuat kalimat oh

keluar dari bibir Kayla.

Naga memutar tutup botol air mineral yang sejak

tadi berada di tangan kirinya, ia meminum separuh isi botol

tersebut. Sementara Kayla dan Arin memandang cowok di

hadapannya lekat-lekat.

Senyum kecil menghiasi bibir mereka.

“Eh, ada apa? Ada yang aneh?”

“Heran aja, kemarin kamu sampai pingsan tapi

kok ya sekarang malah main basket. Apa udah beneran

nggak apa-apa?”

“Tuh, Ga. Kayla udah mulai perhatian tuh. Seneng

kan kamu?”

Arin langsung mendapatkan cubitan kecil di

lenganya.

Naga tersenyum.

“Tenang aja, aku udah sehat kok. Sekali lagi

makasih ya kemarin udah nolongin,”

“Sama-sama, Naga,” jawab keduanya serempak.

“Kay, tawaranku masih berlaku nih,”

“Tawaran apaan?”

“Pergi ke tempat yang pernah aku omongin ke

kamu itu, gimana?”

Page 92: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

89

Kayla nampak berpikir sejenak, “Jangan sekarang

deh, nanti aku mau pergi,”

“Sama Andreas?”

Kayla mengangguk. Naga langsung menyesal

telah bertanya, ia kembali menenggak air dalam botol

mineral di tangannya.

“Bagaimana kalau besok? Mungkin aku bisa,”

Kayla coba menghibur Naga yang terlihat kecewa.

ia merasa tidak enak karena selalu menolak ajakan yang

ditawarkan laki-laki itu.

Wajah Naga kembali antusias, “Beneran?”

Kayla mengangguk pelan, “Iya. Tapi aku nggak

janji. Tapi aku usahain pokoknya,”

“Oke, besok aku tunggu kamu. Kamu mau ikut?”

Naga beralih pada Arin.

“Boleh?”

“Iya lah, kalau nggak ngapain aku tawarin.”

“Oke deh,”

“Sip pokoknya,” Naga mengacungkan jempol

kanannya.

Kemudian ia memohon ijin untuk pergi mengambil

seragam cadangan yang ia bawa di dalam tas. Laki-laki itu

bersiul riang. Kayla tersenyum kecil sambil memandang

punggung Naga yang mulai menjauh dari tempat itu.

Page 93: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

90

“Seneng banget tuh anak. Akhirnya kamu mau

diajak pergi sama dia,”

Arin berdiri, lalu mengajak Kayla beranjak menuju

kelas. Istirahat sudah hampir usai.

“Yah, ngerasa nggak enak aja terus-terusan

menolak ajakannya. Aku juga penasaran sebenarnya mau

ngajak kemana sih kok sampai nggak menyerah gitu,”

Arin berjalan di depan Kayla, lebih dulu menapaki

anak tangga pertama. Kayla melangkah di belakangnya.

“Sepertinya kamu mulai bisa menghilangkan

pikiran negatifmu tentang Naga. Buktinya kamu udah mau

menerima ajakan cowok itu, padahal belum tau mau

dibawa kemana,”

“Aku kan cuma nurutin saranmu,”

“Mungkin aja kan, besok Naga membawamu pergi

ke tempat yang nggak jelas, terus kamu diapa-apain sama

dia. Kan banyak tuh kejadian-kejadian kayak gitu

sekarang,”

“Kalau dibawa ke tempat yang nggak jelas, terus

diapa-apain, berarti kamu juga kena. Kamu kan ikut juga

besok,”

“Oh, iya ya,” jawab Arin sambil menggaruk

kepalanya.

Page 94: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

91

Kayla menjitak kepala sahabatnya pelan, “Dasar

dodol.”

Sedan hitam itu berjalan perlahan menembus

hujan deras yang telah mengguyur jalanan sejak

beberapa menit yang lalu. Andreas meraih payung di jok

belakang, lalu keluar dari mobil dan membuka pintu

gerbang rumahnya. Tak lama kemudian laki-laki itu

kembali berada di belakang setir, mengemudikan mobil

masuk ke dalam garasi.

“Turun yuk,”

Kayla menurut, ia membuka pintu mobil dan

keluar. Andreas mengulurkan tangan, yang langsung

dibalas oleh Kayla. Laki-laki itu menggandeng tangan

Kayla, membimbingnya masuk ke dalam rumah.

Andreas meraih sebuah handuk yang

menggantung di sebelah kamar mandi dan menyerahkan

kepada Kayla.

“Aku ganti baju sebentar ya,”

Kayla mengembalikan handuk yang baru saja ia

pakai ke tempatnya semula setelah rambutnya sedikit

lebih kering. Lalu melangkahkan kaki menuju ruang

Page 95: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

92

tengah. Pandangannya menyapu setiap sudut rumah

Andreas. Rumah yang luas tapi tampak sepi.

Di luar, hujan masih terdengar cukup deras.

Sesekali kilat terlihat, di susul dengan suara petir yang

keras, membuat Kayla harus memejamkan mata karena

rasa ngeri merasuk. Gadis itu berhenti di depan sebuah

foto seorang wanita seusia mamanya.

“Seragam sekolahmu nggak basah, kan?”

Andreas yang telah selesai mengganti

pakaiannya keluar dari dalam kamar. Sedikit membuat

Kayla kaget dan melonjak.

“Maaf,”

“Nggak apa-apa,” jawab Kayla sambil tersenyum.

“Seragam sekolahmu?” laki-laki itu bertanya untuk

kedua kalinya.

Kayla nampak meneliti seragamnya, “Sedikit

basah, tapi nggak apa-apa,”

“Baguslah, karena di sini jelas nggak ada baju

seukuranmu. Ada punya mama kalau kamu mau?”

“Nggak usah, ini aja nggak apa-apa,”

Kayla melangkah mendekati sofa, ia menjatuhkan

pantatnya. Andreas mengikuti Kayla, duduk di sebelah

gadis itu, merapatkan badannya kepada Kayla. Keduanya

Page 96: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

93

nampak hening beberapa saat. Belum ada topik yang

mereka temukan untuk dijaAndreasn bahan obrolan.

“Dingin,” Kayla menggosok-gosok kedua telapak

tangannya.

Andreas tersenyum, lalu menggenggam kedua

tangan Kayla, memberikan kehangatan kepada

kekasihnya itu. Kayla balas tersenyum.

“Terima kasih,”

“Rumah kamu sepi,” lanjut Kayla, tangannya

masih berada di genggaman tangan Andreas.

“Tiap hari juga kayak gini. Mama baru pulang nanti

malam, atau mungkin besok pagi. Wanita itu selalu sibuk

dengan pekerjaannya. Rumah ini selalu menghadirkan

sepi untukku,” terang Andreas dengan nada kecewa.

Kayla menatap wajah laki-laki di sampingnya itu

sembari tersenyum. Ia melepaskan genggaman tangan

Andreas, lalu memindahkan tangannya kepada wajah

kekasihnya. Kayla mengusapnya dengan penuh

kelembutan.

“Kamu tidak perlu merasa kesepian sekarang,

ada aku yang akan selalu menemanimu,” gadis itu coba

menghibur.

“Terima kasih,”

Page 97: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

94

Tiba-tiba petir terdengar menggelegar di luar,

membuat Kayla terlonjak kaget dan seketika

menelungkupkan wajahnya ke dada cowok di

hadapannya.

“Kamu tidak perlu merasa takut sekarang, ada aku

yang akan selalu menjagamu,” ujar Andreas yang masih

memeluk Kayla.

Gadis itu mencubit Andreas, “Itu kan kata-kataku

barusan. Kamu nyebelin,”

Rasa takut dalam diri Kayla sekejap hilang.

Keduanya tertawa kecil, sebelum akhirnya

mereda dan saling pandang. Kayla menatap mata

kekasihnya lekat-lekat, menikmati setiap keindahan yang

dimiliki oleh laki-laki itu. Tanpa ia sadari wajah Andreas

semakin dekat. Kayla memejamkan mata, dan dirinya

dapat merasakan hangatnya hembusan napas yang

keluar dari hidung pemuda di hadapannya.

Waktu terasa melambat untuk Kayla.

Bibir mereka bersentuhan, Kayla dapat

merasakan lembutnya bibir laki-laki itu. Manis, Kayla

merasakan rasa manis ketika lidah mereka bertaut.

Darahnya berdesir, jantungnya berdegup lebih cepat dari

biasanya. Dia menikmati setiap detik waktu yang sedang

berjalan saat ini.

Page 98: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

95

Waktu yang Tepat Untuk Kenyataan Pahit

“Ke super market?”

Tanya Kayla, heran ketika mobil milik Naga masuk

ke parkiran.

Sore itu Kayla menepati janjinya, menerima

ajakan Naga pergi ke suatu tempat. Arin tidak bisa ikut

karena ada urusan mendadak. Mereka hanya pergi

berdua.

“Bukan, aku cuma mau beli sesuatu aja. Habis ini

baru kita ke tempat tujuan kita. Tolong, bantuin aku

belanja,”

Kayla masih bingung, namun ia tetap menuruti

kemana langkah pemuda itu pergi. Ia harus setengah

berlari untuk mengimbangi langkah Naga yang berjalan

cukup cepat.

“Mau beli apa sih?”

“Ntar juga kamu tahu,”

Page 99: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

96

Naga mengambil beberapa kotak susu cair, lalu

memasukan ke dalam keranjang belanjanya. Kemudian

dia bergeser menuju jajanan ringan, nampak memilih

beberapa jenis jajanan dan kembali meletakan ke dalam

keranjang. Kayla hanya memandangnya dengan rasa

penasaran.

“Ambilin buah jambu sama apel, Kay. Tolong,”

perintah Naga, ia menatap wajah Kayla memohon.

“Berapa?”

Naga nampak berpikir beberapa jenak, “emm,

masing-masing lima aja,”

“Oke,”

“Tempat yang ingin aku tunjukkan sama sekali

bukan tempat yang indah lho, Kay. Aku harap kamu nggak

kecewa nanti,”

Keduanya telah kembali berada di jalan. Tangan

Naga tak lepas dari kemudi mobil.

Kayla yang sejak tadi di selimuti rasa penasaran

semakin tidak sabar, “Sebenarnya kita mau kemana sih?”

“Ke tempat di mana banyak malaikat-malaikat

kecil yang butuh perhatian kita,”

“Maksudnya?”

“Sebentar lagi sampai, kamu akan tahu dengan

sendirinya. Udah deket kok,”

Page 100: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

97

Tak berapa lama, mobil itu memasuki sebuah

halaman yang nampak penuh dengan beberapa jenis

mainan anak-anak, seperti ayunan, perosotan, trampolin,

dan beberapa jenis mainan lainnya.

Kayla mengedarkan pandangan, menyapu semua

yang dia lihat saat ini.

“Ini tempat apa?”

Naga tersenyum, “Turun yuk,”

Ia membuka pintu belakang dan mengambil

beberapa kantong berisi belanjaan yang sebelumnya

mereka beli. Kemudian mengajak Kayla masuk. Mereka di

sambut oleh sekumpulan anak-anak kecil yang langsung

merubung. Naga tersenyum, ia membagikan jajanan yang

dibawanya kepada mereka.

Kayla menautkan alisnya, Menatap kejadian di

hadapannya dengan heran. Sekumpulan anak kecil,

terlihat pucat dan, kurus. Ada juga diantara mereka yang

menggunakan kursi roda. Kayla masih terdiam di

tempatnya sampai Naga meminta tolong untuk ikut

membagikan jajanan.

“Tempat ini?”

Kayla yang masih penasaran terlihat ragu-ragu

untuk bertanya. Semua bocah itu telah mendapatkan

Page 101: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

98

bagian mereka masing-masing dan mulai sibuk

memakannya.

“Semua anak-anak yang ada disini penderita

kanker,”

Kayla terkejut, ia sampai harus menutup mulutnya

dengan tangan.

“Mereka semua?”

“Ya, mereka semua menderita penyakit itu. Ada

yang masih bisa sembuh, tapi banyak yang sudah tidak

mungkin lagi,” terang Naga pelan.

Kayla tercengang mendengar penjelasan Naga, ia

sangat terkejut begitu mengetahui tempat yang ingin Naga

tunjukkan kepadanya sejak dulu adalah tempat ini. Gadis

itu hanya membisu ketika dia melihat semua anak-anak

langsung merubung Naga yang berjalan menghampiri

mereka, menyambutnya dengan celotehan-celotehan

menggemaskan.

Semua menunjukkan ekspresi yang hampir

serupa. Tersenyum tanpa beban, terlihat ceria. Dan sorak

tawa terdengar ketika Naga menceritakan sesuatu yang

menarik bagi mereka. Tawa yang keluar dari mulut-mulut

mungil itu, membuat batin Kayla semakin menjerit.

Tiba-tiba sebuah tangan mungil menarik ujung

bajunya, membuat Kayla tersentak.

Page 102: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

99

“Kakak siapa?”

Kayla memandang lekat-lekat bocah kecil itu, ia

duduk disebuah kursi roda.

“Nama kakak, Kayla. Temen sekolahnya Kak

Naga. Kalau kamu siapa?”

“Wah, nama kita sama. Namaku juga Kayla.

Salam kenal, Kak Kayla,”

Jawab gadis kecil itu polos. Ia mengembangkan

senyum dibibirnya yang pucat, membuat Kayla tak dapat

menelan ludah. Tenggorokannya telah mengering sejak

tadi.

Apa mereka tahu tentang penyakit yang mereka

derita? Kenapa mereka bisa seceria itu? Atau mereka

sudah tahu, tetapi memutuskan tetap tersenyum?

Kayla memandang wajah anak-anak itu satu

persatu, memandang mereka lekat-lekat. Tiba-tiba

dadanya terasa sesak, matanya kembali berkaca-kaca.

Hampir saja Kayla meneteskan air mata, ketika tiba-tiba

beberapa anak yang lain ikut merubung dan bertanya ini

itu kepadanya.

Kayla nampak sedikit kewalahan menanggapi

pertanyaan polos dan apa adanya dari mereka. Namun

kesabaran terpancar dari raut wajahnya. Hanya butuh

beberapa menit saja untuk membuat Kayla terlihat akrab.

Page 103: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

100

Naga berjalan menghampiri. Lalu menyuruh

semua anak-anak berkumpul di dekatnya. Semua

langsung menurut.

“Oke anak-anak. Kak Naga bawa teman baru

untuk kalian, namanya Kak Kayla,” Naga

memperkenalkan Kayla.

Kayla memasang senyum di bibirnya.

“Kak Kayla ini adalah teman satu sekolahnya Kak

Naga. Dan mulai sekarang, kakak ini menjadi teman kalian

juga. Ayo beri salam pada kak Kayla,”

Serempak anak-anak itu mengucapkan salam

seperti yang diperintahkan Naga. Kayla menjawab salam

dari mereka. Matanya masih terlihat berkaca-kaca, meski

tetap ada senyum yang terpasang di bibir.

“Kamu nggak kecewa, kan?”

Kayla langsung menggeleng, “Nggak, sama sekali

nggak. Justru aku mau bilang terima kasih sama kamu,

udah ngajak aku ke tempat ini. Aku senang bertemu

mereka,”

“Aku senang kamu bisa langsung akrab dengan

mereka,”

Page 104: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

101

Kayla tersenyum sungkan, “Maaf ya, dulu aku

sering nolak waktu kamu ajak aku ke sini,”

“Nggak apa-apa. Sekarang kamu kan ada di sini

juga akhirnya. Nggak ada bedanya mau kapan aja, selalu

ada waktu yang tepat untuk sebuah takdir,” Naga menatap

anak-anak itu.

“Dan takdirmu bertemu mereka adalah hari ini,”

lanjutnya.

Kayla menghela napas, ia merasa sangat

menyesal karena sempat mengabaikan ajakan Naga.

Padahal Naga ingin mempertemukan dirinya dengan

malaikat-malaikat kecil ini. Hari ini, Kayla merasa

mendapat pelajaran baru dalam hidupnya.

“Mereka memang butuh perhatian dan kasih

sayang dari orang-orang disekitar mereka, selain doa

tentunya. Dukungan sekecil apapun sangat berarti buat

kami,”

Kayla menoleh kaget, menatap Naga dengan

penuh tanda tanya.

“Kami?”

Cowok itu kembali mengangguk, “Aku juga,”

Ia nampak ragu-ragu. Membuat Kayla

menatapnya tajam, menunggu Naga menyelesaikan

jawabannya.

Page 105: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

102

“Aku juga mengidap kanker, sama seperti anak-

anak itu,”

Kayla terlihat begitu terkejut, sangat terkejut.

Tampak tidak percaya, atau mungkin mencoba untuk tidak

percaya. Naga yang selalu terlihat ceria di manapun,

dalam kondisi apapun. Naga yang selalu tersenyum,

ternyata menderita sebuah penyakit yang menurutnya

sangat berbahaya.

“Nggak lucu. Kamu lagi bercanda kan?”

Naga menggeleng, “Aku serius, Kayla.”

“Kamu inget kan aku pernah pingsan di sekolah?”

Kayla mengangguk, “Saat itu aku tahu kamu

bohong, itu bukan sekedar anemia. Tapi aku tidak

menyangka kalau ternyata,”

Gadis itu tidak meneruskan kalimatnya,

kehilangan kekuatan untuk berkata-kata.

“Anemia juga salah satu ciri-ciri penderita kanker,

Kay. Aku nggak bohong kan berarti,”

“Tapi kamu juga nggak jujur. Nggak ada

bedanya,”

Naga tersenyum masam, “Sorry. Nggak ada

maksud buat bohong sama kamu,”

“Aku sering ke tempat ini, aku ingin berbagi

kekuatan dengan mereka. Biar tidak perlu ada rasa takut

Page 106: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

103

dalam diri kami, karena kami menyadari bahwa selalu ada

teman yang akan tertawa dan membagi kekuatan setiap

hari.”

Kayla masih berusaha untuk tidak percaya

dengan kenyataan yang baru saja dia ketahui. Matanya

mencari sebuah kebohongan yang mungkin sedang

disembunyikan oleh Naga. Nihil. Dia justru baru

menyadari, ternyata wajah Naga sama pucatnya dengan

anak-anak di tempat ini.

Kayla benar-benar baru menyadarinya.

“Tapi, masih bisa sembuh, kan?” tanya Kayla

akhirnya, penuh harap.

Naga mengangkat bahu, “Kemungkinannya

sangat kecil,”

Kayla memejamkan mata, menunduk dan

menghela napas dalam-dalam, “Kenapa nggak di coba

dulu?”

“Biaya untuk operasi pasti sangat mahal. Aku

nggak mau orang tuaku mengeluarkan banyak uang untuk

hal yang percuma,”

“Kenapa pesimis kayak gitu?”

“Karena aku yang paling tahu keadaanku sendiri.

Aku yang paling mengerti dengan kondisi tubuh dan

Page 107: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

104

penyakitku saat ini. Perasaanku mengatakan aku sudah

nggak mungkin sembuh,”

“Mungkin, semua keluargaku sudah tahu kapan

aku akan meninggal. Mungkin Dokter yang memeriksaku

sudah mengatakan kepada mereka,”

Naga menghentikan ucapannya, ia mengambil

sebuah bola plastik yang menggelinding menyentuh

kakinya, lalu melempar bola itu kembali ke arah

sekumpulan bocah laki-laki. Kayla masih menunggu Naga

melanjutkan omongannya.

“Tapi aku nggak pengin tahu, karena itu hanya

akan membuatku semakin takut. Aku hanya ingin

tersenyum sampai saat itu tiba. Aku hanya ingin

berkumpul bersama keluargaku, tertawa bersama anak-

anak ini, bercanda bersama teman-temanku. Dan aku

hanya ingin lulus sekolah bersama kalian semua suatu

saat nanti. Semoga aku masih punya waktu,” Naga

menghela napas sejenak.

“Dan, aku masih ingin melihat senyummu,”

lanjutnya.

Kayla terdiam, tak mampu berkata apa-apa untuk

menanggapi omongan Naga. Ia menyembunyikan

matanya yang basah karena air mata mengalir tak dapat

ditahan.

Page 108: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

105

Naga tertawa ringan, “Entah kenapa aku malah

cerita ke kamu, maaf ya,”

“Berhasil atau enggaknya, seharusnya itu kita

percayakan saja sama Tuhan. Yang penting berusaha

dulu untuk sembuh kan?” Kayla menoleh, menatap Naga.

Air mata sudah mengalir membasahi pipi.

Membuat Naga tersentak, tawa yang sempat terdengar

dari mulutnya hilang seketika.

“Kay,”

“Tuhan yang memberi sakit, Tuhan pula yang

akan menyembuhkannya. Tapi tentu saja itu tidak akan

terjadi kalau tidak ada usaha untuk sembuh,” Kayla

memotong perkataan Naga.

Pemuda itu tersenyum, matanya menatap kosong

ke atas. Memandang awan yang berarak tertiup angin.

“Percayalah bahwa aku juga sangat ingin

sembuh, Kayla. Bahkan, aku tidak pernah ingin menderita

sakit seperti ini. Tersiksa tentu saja. Bukan cuma karena

rasa sakit yang aku rasakan di tubuhku. Melihat mama,

papa, dan kakak yang selalu mengkhawatirkanku, itu jauh

lebih sakit,”

“Aku bukan tanpa usaha. Check up, kemoterapi,

minum berbagai macam obat sudah rutin aku lakukan.

Tapi seperti yang kamu bilang. Tuhan yang memberi sakit,

Page 109: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

106

Tuhan pula yang menyembuhkannya. Tetapi kamu lupa,

Kayla. Tuhan juga bisa memanggil kita kembali ke sisi-

Nya, agar kita tidak lagi merasakan sakit,”

Dalam diamnya Kayla mengangguk. Saat ini ia

merasa sangat menyesal sering berlaku tidak enak

kepada Naga, selalu menolak ajakan Naga yang dia

tawarkan setiap hari tanpa rasa bosan.

Kayla merasa menjadi orang paling jahat.

“Maaf,” ujar Kayla yang masih menunduk, “Maaf

kalau aku selalu bersikap tidak menyenangkan

terhadapmu,”

Naga tersenyum, ia mengangkat dagu Kayla

dengan tangannya, “Aku lebih senang kamu bersikap

seperti biasanya. Jangan berbeda hanya karena telah

mengetahui keadaanku,”

Kayla menemukan sorot mata yang teduh di

dalam pandangan Naga. Merasakan ketenangan yang

terpancar dari raut wajah laki-laki itu.

“Semua akan baik-baik saja. Percayalah,”

bisiknya kemudian.

Page 110: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

107

Janji Andreas

Kayla membiarkan Arin menguncir rambutnya

yang sejak tadi pagi tergerai, sementara dirinya terus

membuka-buka buku matematika yang tengah ia pelajari

sambil sesekali menulis angka-angka pada buku catatan.

Suasana tidak begitu ramai, hanya ada beberapa

siswa yang lebih memilih berada di dalam kelas saat jam

istirahat. Untuk sekedar tiduran di atas meja, atau belajar

seperti Kayla. Ada juga yang lebih suka titip jajanan ke

temannya yang pergi ke kantin untuk kemudian mereka

makan di dalam kelas.

“Belum selesai ya?”

“Belum, bentar lagi selesai kok,”

“Leherku udah pegel nih. Awas kalo nggak bagus.

Aku acak-acak rambutmu,”

“Iya-iya, dijamin bagus kok,”

Kayla kembali konsentrasi dengan buku di

tangannya.

“Kemarin kemana sama Naga? Kok tumben

nggak diceritain ke aku. Biasanya kalau ada apa-apa yang

baru, kamu langsung cerita deh,”

Page 111: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

108

Kayla seketika teringat tentang apa yang kemarin

ia saksikan. Anak-anak kecil penderita kanker di tempat

itu satu persatu melintas dalam ingatannya. Tentang

kenyataan milik Naga yang telah ia ketahui, dadanya

kembali terasa sesak.

“Kok malah diem, jawab dong,”

“Kemarin, nggak kemana-mana. Cuma nonton

sama makan doang,” Kayla terpaksa berbohong. Naga

yang meminta untuk tidak memberitahukan siapapun

tentang penyakitnya.

“Yakin cuma itu?”

Kayla hanya mengangguk untuk menjawab

pertanyaan dari Arin.

“Selesaiii,”

Kayla meneliti rambutnya melalui cermin,

sementara Arin nampak memperhatikan dengan harap.

Dan gadis itu langsung bersorak kegirangan saat Kayla

mengacungkan jempol tangan kanannya.

“Apa ku bilang, hasilnya pasti bagus. Iya kan?”

“Iya deh. Kamu memang bisa diandalkan.”

“Aku mau ke kantin dulu, laper. Ikut?”

Kayla menggeleng lembut, “Nitip aja. Batagor,

jangan pedes-pedes ya.”

Page 112: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

109

Arin mengangguk dan melangkahkan kakinya

keluar kelas. Kayla kembali meneruskan belajarnya

sesaat setelah sahabatnya menghilang di balik tembok.

Kayla semakin menguatkan perasaannya kepada

Andreas sejak kejadian di rumah sore itu. Perasaan Kayla

terlihat semakin besar untuk Andreas.

Setiap hari mereka bertemu dan pergi berdua

selepas pulang sekolah, gadis itu semakin sering

berbohong kepada Rianti dan Diego. Tugas sekolah

adalah alasan yang selalu Kayla pilih untuk menutupi

setiap kali ia pergi bersama Andreas.

Suasana kafe terlihat tidak begitu ramai oleh

pengunjung yang sejenak menikmati waktu senggangnya.

Hanya terdapat lima orang di tempat itu, termasuk Kayla

dan Andreas yang duduk di salah satu sudutnya, satu

gelas capuchino dan cokelat panas tersaji di hadapan

mereka.

“Apa kamu nggak bosen tiap hari ketemu sama

aku?” Andreas menyeruput capuchino dalam cangkir

setelah mengajukan pertanyaan itu.

Page 113: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

110

Kayla nampak tidak suka dengan pertanyaan

yang baru saja dia dengar, “Kenapa nanya kayak gitu?

Kamu bosen ketemu sama aku?”

“Nggak lah, aku hanya takut kamu jenuh karena

kita ketemu setiap hari. Aku senang tentu saja, dapat pergi

kemana saja bareng kamu tiap hari,”

“Ya udah, sama aja berarti. Aku nggak pernah

bosan ketemu kamu. Walaupun tiap jam, asal sama kamu

aku nggak bakal ngerasa bosan. Aku nggak suka sama

pertanyaanmu barusan,”

“Iya, maaf. Jangan ngambek dong,” Andreas

menghilangkan kejengkelan Kayla dengan membelai

pipinya yang putih.

Kayla selalu luluh ketika Andreas melakukan itu.

Seketika jengkelnya mereda, seulas senyum langsung

melengkung di bibir Kayla. Andreas tersenyum puas, dan

melepaskan tangannya.

“Ndre, mama dan Kak Diego udah mulai nanya-

nanya ke aku” wajah Kayla berubah serius.

“Tentang?”

“Ya tentang kenapa setiap hari pulang sekolah

sampai sore. Aku mulai bingung mencari alasan,”

“Bilang aja ngerjain tugas di rumah temanmu itu,”

Page 114: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

111

“Udah, alasan itu yang aku berikan tiap kali

mereka bertanya. Tapi sampai kapan aku bohong sama

mereka?”

Andreas menutup wajahnya dengan kedua

tangan, dia merebahkan diri di sandaran kursi setelahnya.

Wajahnya nampak berpikir, membisu beberapa jenak.

“Kapan kamu akan bilang sama Kak Diego

tentang hubungan kita? Aku juga sudah tidak ingin main

kucing-kucingan seperti ini. Nggak enak, terus-terusan

bohong sama mereka,”

Mata Kayla sendu, tatapannya tak lepas dari

wajah Andreas.

“Bersabarlah. Aku sedang menunggu waktu yang

tepat,”

“Selalu seperti itu yang kamu katakan saat kita

membicarakan ini, ada apa sebenarnya, Andreas?

Jujurlah, aku pengin tahu semuanya,”

Laki-laki itu mulai panik ketika beberapa pasang

mata melirik ke arah mereka. Suara Kayla terdengar

sampai ke meja-meja yang lain. Membuat pengunjung di

kafe menatap sepasang remaja itu dengan tatapan

bertanya-tanya. Andreas merasa tidak nyaman.

“Besok, aku janji besok akan kukatakan

semuanya kepadamu. Sekarang berhentilah menangis,

Page 115: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

112

kita jadi tontonan pengunjung yang lain,” tangan Andreas

kembali meraih pipi gadis dihadapannya.

“Janji?”

Terasa berat ketika Andreas menganggukan

kepala untuk menjawab pertanyaan Kayla.

“Iya. Aku janji,”

“Aku menunggu itu,”

Musik yang diputar melalui i-phod menemani

langkah Naga. Sesekali dia menggumam mengikuti lagu

yang terdengar, tak peduli dengan orang-orang yang

berjalan di sekitarnya. Naga hanya akan tersenyum saat

ia berpapasan dengan seorang suster yang menurutnya

cantik, atau manis, atau paling tidak, tidak gendut.

Begitu dalam benaknya.

Akhirnya Naga sampai di depan pintu sebuah

ruangan, ia mengambil i-phod dari saku celana dan

mematikannya.

“Sore, Dok,”

“Sore, Nak Naga. Silakan-silakan,”

Naga menurut dan duduk di depan dokter yang

terlihat tengah mencatat sesuatu di sebuah buku. Ia

mengamati sekitarnya, memperhatikan setiap benda yang

Page 116: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

113

berada di tempat itu. Bau obat selalu tercium saat berada

di ruangan itu.

“Langsung dari sekolah?”

“Iya, Dok. Dari pada bolak-balik, males,”

Dokter itu nampak berjalan ke sebuah lemari kecil

di sudut ruangan dan mengambil map berwarna biru dari

dalam laci. Kemudian melangkah dan duduk di kursinya

semula. Dengan pelan ia menyerahkan map biru tersebut

kepada Naga.

“Gimana hasilnya, Dok?”

Dia sedikit ragu, “Maaf, Nak Naga, dari hasil

pemeriksaan terakhir, sama sekali tidak ada perubahan

tentang penyakit anda,”

Naga tersenyum. Ia berhenti meneliti hasil

laboratorium di tangannya dan memasukan kembali ke

dalam map, lalu diletakkan di atas meja. Dokter menatap

Naga.

“Apa kemo benar-benar bisa menjamin saya bisa

sembuh, Dok?”

“Saya tidak bisa menjanjikan hal itu, karena

seperti yang saya katakan sebelumnya, penyakit anda

sudah cukup parah. Tetapi jika kita terus melakukan kemo

kemungkinan anda sembuh lebih besar dari pada hanya

mengandalkan obat yang saya berikan,”

Page 117: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

114

Naga terdiam, tatapan kosong dia berikan kepada

Dokter yang sudah merawatnya sejak pertama kali dirinya

di diagnosa.

“Bagaimana, Nak Naga?”

“Terima kasih, Dok. Pasrahkan saja sama Tuhan,”

Dokter paruh baya itu mendesah pelan. Ia

meletakan kaca mata dan stetoskop di meja, “Maaf

sebelumnya, tetapi melihat hasil lab terakhir ini,” ia meraih

map yang berada di hadapan Naga, “Mungkin hanya

beberapa bulan lagi anda bisa bertahan,”

Naga hanya tersenyum mendengarkan penuturan

Dokter.

“Tapi itu hanya sebuah prediksi. Sebagai manusia

biasa, saya berharap apa yang saya katakan tadi salah,”

“Terima kasih sekali lagi, Dok. Kalau begitu saya

permisi dulu,” Naga bangkit dari duduknya.

“Sebentar, Nak Naga,”

Ia menuliskan sesuatu di sebuah kertas, lalu

menyerahkan kepada Naga, “Ini resep obat. Minum ini

saat anda merasa sakit. Sekali lagi obat ini hanya

mengurangi rasa sakit, tidak bisa menyembuhkan,”

Naga menerima resep dari tangan Dokter,

mengucapkan terima kasih dan memohon diri sekali lagi,

kemudian melangkah keluar.

Page 118: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

115

Naga meneliti resep tersebut, meremas kertas itu

dan membuangnya ke tempat sampah. Ia mengambil i-

phod dari dalam tas dan menempelkan earphone di kedua

telinganya. Pemuda itu menghela napas dan tersenyum

sebelum melanjutkan langkahnya.

Terulang Kembali

Kayla duduk seorang diri dengan gelisah di salah

satu kursi di dalam sebuah kafe. Satu cangkir caramel

Page 119: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

116

machiato yang sudah tandas separo tergeletak di atas

meja. Berkali-kali gadis itu menilik jam tangan. Sudah

hampir tiga puluh menit sejak ia diantar Arin ke tempat itu.

Seperti biasa selepas pulang sekolah, Kayla akan

menemui kekasihnya secara sembunyi-sembunyi. Dan

hari ini, mereka berdua telah berjanji akan bertemu di kafe

langganan mereka. Namun ini sudah cukup lama baginya

untuk menunggu kedatangan Andreas. Tidak biasanya

laki-laki itu terlambat, bahkan lebih sering Andreas yang

menunggu Kayla.

Hari ini berbeda. Gadis itu nampak tidak sabar.

Untuk yang ke sepuluh kalinya Kayla mencoba

menghubungi Andreas menggunakan ponselnya, tetapi

tidak pernah ada jawaban. Andreas tidak membalas.

Campur aduk perasaan Kayla saat ini. Khawatir, resah,

curiga hinggap satu persatu ke dalam pikirannya.

Membuatnya semakin tidak tenang.

Kayla masih bertahan sampai lima belas menit

berikutnya. Minuman di hadapannya pun telah habis,

hanya menyisakan bekas-bekasnya yang menempel pada

pinggiran cangkir porselen. Gadis itu mulai merasa jenuh,

ia memutuskan untuk beranjak. Kayla melangkah keluar.

Sedang di mana sebenarnya kamu sekarang,

Andreas?

Page 120: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

117

Ia melangkah lemas menuju tepi jalan,

melambaikan tangan untuk menghentikan taksi yang

kebetulan sedang melintas. Kemudian masuk ke dalam

dan menyebutkan alamat rumah kepada sopir.

Taksi melaju, membawa Kayla pergi dari tempat

itu.

Pikirannya masih tak menentu ketika kendaraan

itu membawanya menyusuri jalanan. Kayla kembali

meraih ponsel, mencoba sekali lagi menghubungi nomer

kekasihnya. Aktif, tapi tidak ada jawaban, hanya terdengar

nada sambung di telinga Kayla beberapa kali.

Gadis itu menghela napas cukup dalam. Ia

menutup wajahnya dengan kedua tangan. Pikirannya

menerka-nerka, namun tidak menemukan jawaban yang

bisa membuat hati dan pikirannya tenang. Ia

menyandarkan tubuh. Kayla merasa udara di dalam taksi

seakan mulai menipis, membuatnya sulit untuk bernafas.

Taksi telah sampai membawa Kayla ke rumah.

Gadis itu berdiri di depan gerbang, matanya memandang

halaman rumah Andreas. Seketika alisnya bertaut saat ia

melihat ada sebuah mobil asing yang terparkir di dalam

halaman rumah itu.

Batin Kayla bertanya-tanya.

“Kay,”

Page 121: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

118

Sebuah suara yang memanggil namanya

mengagetkan Kayla. Ia mengalihkan pandangan ke

halaman rumahnya sendiri.

“Ngapain di tempat itu? Bukannya langsung

masuk malah melihat rumah orang lain,”

Kayla mendesah pelan, membuka pintu gerbang

dan berjalan masuk ke dalam halaman. Matanya sempat

kembali melirik rumah Andreas sebelum ia berhenti di

sebelah kakaknya yang masih sibuk mencuci mobil.

“Mobil siapa itu, Kak?”

Didorong rasa penasarannya, Kayla nekat

bertanya kepada Diego.

“Mana aku tahu, nggak ada urusannya denganku.

Kamu juga ngapain ngurusin urusan orang lain?”

Kayla memajukan bibirnya, “Ya nggak usah sewot

juga kali. Kayla kan cuma nanya. Bukannya ngasih

jawaban malah ngomel,”

Diego menstabilkan emosinya, ia sedang tidak

ingin berdebat dengan adiknya sekarang. “Tumben pulang

cepet, nggak ngerjain tugas hari ini?”

Kayla merasa tersindir mendengar pertanyaan

Diego. Bagaimanapun ia sudah terlalu sering berbohong

kepada laki-laki yang sedang berdiri di sebelahnya ini.

Sebelum ia menjadi pacar Andreas.

Page 122: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

119

“Nggak ada,” jawab Kayla asal.

Kakinya mengajak Kayla berlalu dari tempat itu

untuk segera masuk ke dalam rumah. Ia sempat melirik ke

arah halaman rumah Andreas. Rasa penasaran masih

menggelayuti pikirannya.

Wajah Kayla terlihat menunjukkan raut yang tidak

enak, ia sedang duduk di sebuah bangku kayu yang

tersedia di area taman. Andreas duduk di sebelahnya

dengan ekspresi menyesal. Laki-laki itu terlihat begitu

gelisah.

Suasana taman cukup ramai oleh berbagai

aktivitas orang-orang yang sedang menghabiskan waktu

sore mereka. Terlihat satu dua orang sedang berolahraga,

ada yang hanya duduk saja bersama rekan mereka di atas

rumput. Atau ada juga suami istri yang sedang mengawasi

anak mereka yang tengah bermain di taman tersebut.

“Aku minta maaf, Kay. Aku menyesal,”

Wajah Kayla cemberut. Kedua tangannya

menyilang di depan dada. Membuat Andreas harus berdiri

dan berpindah ke hadapan Kayla. Andreas berjongkok di

depan Kayla.

Page 123: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

120

“Aku udah mau berangkat ke kafe tadi, tapi tiba-

tiba ada Riko yang datang ke rumah. Nggak enak kan

kalau nyuruh dia pulang?”

“Riko?”

Tanya Kayla, merasa tidak asing dengan nama

itu.

“Iya, Riko. Kamu ingat kita pernah ketemu dia

waktu aku beliin kamu boneka beberapa hari lalu?”

Kayla mencoba memutar memori otaknya, nama

Riko beberapa kali dia sebutkan dalam hati untuk

membantu mengingat. Ah, Kayla berhasil mengingatnya.

Iya, Riko, pemuda yang bertemu dengannya dan Andreas

waktu di mall, yang menatap dirinya dengan tatapan yang

aneh. Kayla berhasil menemukan ingatannya tentang

Riko.

Jadi, mobil yang terparkir di halaman rumah

Andreas, milik Riko?

“Ingat?”

Gadis itu mengangguk.

“Dia mendadak datang waktu aku sudah siap mau

pergi menemuimu di kafe,”

“Terus kenapa kamu nggak ngasih kabar ke aku?

Aku telepon nggak di angkat, chat juga nggak di bales.

Aku di sana nunggu kamu hampir satu jam, Andreas,”

Page 124: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

121

“Iya, aku minta maaf. Aku nggak tahu kalau ada

beberapa panggilan dan chat darimu. Maaf,”

Kayla membuang napas dengan sedikit kesal.

“Aku tidak memberitahumu, karena aku pikir dia

hanya mampir sebentar di rumahku, ngobrol beberapa

menit lalu dia akan pamit untuk pulang. Dan aku bisa

berangkat menemuimu. Tapi ternyata kami malah

keasyikan ngobrol. Wajar saja, kita sudah lama tidak

bertemu,” Andreas mencoba menjelaskan.

“Lalu kamu melupakanku. Membiarkan aku

sendirian di kafe nungguin kamu, tanpa kepastian. Gitu?”

“Aku minta maaf, Kayla,” laki-laki itu mengulurkan

tangannya untuk membelai rambut Kayla, tapi gadis itu

langsung menepisnya.

Membuat Andreas tercengang.

“Gampang banget minta maaf,”

“Aku harus gimana sekarang?”

Kayla terdiam, emosinya masih belum

mengijinkan ia memaafkan laki-laki di depannya. Di

hadapan Kayla, Andreas masih terlihat bingung dan serba

salah, ia menunduk.

“Aku cuma nggak suka kamu nggak menepati

janjimu,” nada bicara Kayla melembut.

Andreas mengangkat wajahnya.

Page 125: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

122

“Untuk kamu, jangankan hanya satu jam. Disuruh

nunggu satu hari pun aku mau. Asal ada kabar, ada

kepastian.” lanjut Kayla.

Kedua tangannya meraih pipi Andreas. Membuat

mata keduanya bertatapan.

“Aku takut kamu membenciku,”

Kayla tersenyum mendengar pengakuan

Andreas, “Aku memang sempat kecewa. Tapi itu tidak

lantas membuatku menjadi benci sama kamu. Aku terlalu

sayang sama kamu, Andreas,”

“Jadi, kamu mau maafin aku?”

Gadis itu mengangguk pelan.

“Asal kamu janji tidak akan mengulanginya. Asal

kamu janji tidak akan membuatku menunggu tanpa

kepastian lagi,” Pesannya.

Kedua mata Kayla menatap Andreas dengan

hangat.

Andreas mengacungkan kelingkingnya sendiri di

depan wajah Kayla, ia menuntun Kayla melakukan hal

yang serupa. Kelingking keduanya saling bertautan.

“Aku janji,” ucap Andreas sembari tersenyum.

Kayla tersenyum dan mengangguk.

Andreas merentangkan kedua tangannya lebar,

mengundang Kayla untuk segera masuk ke dalam

Page 126: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

123

pelukan. Gadis itu tersenyum manis, lalu membawa

tubuhnya masuk ke dalam pelukan Andreas.

“Terima kasih,”

Memaafkan Sekali Lagi

Kayla asik bermain boneka dengan beberapa

gadis kecil di yayasan. Ia sengaja membawa sebagian

koleksi boneka miliknya untuk diberikan kepada anak-

anak perempuan di tempat itu.

Sementara Naga masih sibuk memperbaiki mobil

mainan, beberapa bocah nampak memperhatikannya

dengan rasa ingin tahu. Ada pula yang masih asik dengan

mainannya sendiri. Suasana yayasan terasa lebih hangat

dengan kehadiran Kayla.

Page 127: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

124

Saat pulang sekolah, Kayla mengajak Naga untuk

mengunjungi yayasan. Sesuatu yang tidak pernah Naga

duga. Kayla yang mengajukan diri, tentu saja laki-laki itu

langsung mengiyakan. Tidak mungkin Naga menolak

setelah dulu harus bersusah payah untuk mengajaknya

pergi.

“Kak Kayla, memang kakak tidak takut tertular

kalau main sama kita terus? Kata orang-orang, kan, kita

sakit,”

“Kakak nggak takut tuh. Kalian kan nggak

nyeremin kayak hantu,”

Kayla menjawab setelah beberapa saat hening. Ia

melontarkan lelucon untuk memancing tawa anak-anak.

Gadis itu berhasil.

“Tapi wajah kami pucat seperti hantu,” salah

seorang anak menyela.

“Emang kamu pernah lihat hantu?” anak kecil lain

menanggapi perkataan anak sebelumnya.

Ia menggeleng, spontan anak-anak lain

menyorakinya, membuat ia tersenyum malu.

“Ini kok malah pada ngomongin hantu sih? Nggak

baik ngomongin kayak gitu,” Naga bergabung dengan

mereka.

Kayla hanya tersenyum sedari tadi.

Page 128: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

125

“Mending kita belajar aja. Pada pengin belajar apa

hayo?”

“Menggambar aja yuk, Kak,” usul salah seorang

anak. Anak-anak lain nampak menyetujui.

“Ya udah, ambil buku gambar kalian sana,”

Semua anak langsung berhamburan untuk

menuruti perintah Naga. Mereka meraih tas mereka

masing-masing dan mengambil buku gambar serta alat

tulis dari dalamnya.

“Kayak gini aktivitas di yayasan, Kay,” Naga

duduk di sebelah Kayla ketika anak-anak itu masih

mengambil buku gambar.

“Nyenengin. Aku suka di sini, di dekat mereka.

Polos-polos banget ya,”

“Begitulah,”

Dalam hati, Naga merasa sangat senang dengan

kedekatan dirinya dan Kayla sekarang.

“Pasti akan lebih menyenangkan kalau mereka

bisa sembuh. Kamu juga,”

“Terima kasih,”

Naga terdiam sejenak, “Kalaupun nanti aku pergi,

kamu mau janji sama aku?”

Gadis itu menatap Naga dengan tajam, tersirat

rasa tidak suka kepada kalimat yang baru saja dia dengar.

Page 129: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

126

Naga tidak mencoba untuk mengoreksi kata-katanya. Ia

justru ikut menatap wajah Kayla, tatapannya serius.

“Aku akan berusaha untuk tetap hidup, tapi segala

kemungkinan bisa terjadi, kan?”

Kayla mendesah, tatapannya mengendur.

“Janji apa? Apa yang kamu minta dariku?”

“Kelak kamu akan tetap bermain kesini meskipun

aku sudah tidak ada. Berjanjilah untukku,”

Gadis itu terdiam beberapa saat, menatap bocah-

bocah yang mulai melangkah menghampiri mereka

berdua. Kayla memeluk lututnya sendiri.

“Baiklah, aku janji,”

“Dan kamu juga harus berjanji untuk sembuh,”

lanjut Kayla.

Laki-laki itu tersenyum, “Aku akan berusaha.”

Kayla tetap mengangguk meskipun merasa

kurang puas dengan jawaban Naga. Baginya itu sudah

cukup, ia tidak ingin menambah beban Naga dengan

menuntutnya untuk berjanji. Kayla sadar itu sama sekali

bukan kuasa Naga.

Ia cukup mempercayakan semuanya kepada

Tuhan.

Page 130: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

127

“Makasih ya, udah mau nemenin anak-anak di sini

belajar dan bermain,” Naga sedang membereskan sisa-

sisa kegiatan belajar anak-anak yayasan, Kayla

membantunya.

“Sama-sama, Ga. Entah kenapa aku merasa

betah kalau di sini. Mereka semua benar-benar

menyenangkan,” jawab Kayla sambil tersenyum.

“Habis ini aku anter kamu pulang ke rumah ya?”

Naga meletakan alat-alat tulis tersebut di atas

sebuah meja. Kayla melakukan hal serupa.

“Emm, aku di anter ke kafe aja, Ga. Aku mau

ketemu sama Andreas dulu. Biar ntar aku pulang sama dia

aja,”

Naga mendesah pelan mendengar jawaban

Kayla, ia membuang pandangannya yang berubah

kecewa. Naga tidak ingin Kayla melihat perubahan pada

wajahnya.

“Ya udah, ayo sekarang,”

Keduanya melangkah ke arah mobil. Naga

menginjak gas dan mengemudikannya menjauh dari

yayasan. Kayla mengeluarkan sebungkus cokelat dari

dalam tasnya.

“Suka banget kamu sama makanan itu,”

Page 131: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

128

“Dari kecil almarhum Papa sering beliin aku,

keterusan sampai sekarang. Biar aku bisa inget Papa

terus,”

“Kapan-kapan bawain juga buat anak-anak. Pasti

mereka suka,”

Kayla mengangguk mantap menanggapi usul

Naga.

Mereka terdiam untuk beberapa jenak, sama-

sama kehilangan topik. Sesekali Naga hanya terbatuk

kecil untuk mengusir kesunyian yang menghinggapi. Mobil

itu terus membawa dua orang itu menuju kafe.

“Di sini?”

Tanya Naga menunjuk sebuah kafe. Kayla

mengangguk.

Naga menepikan mobilnya ke badan jalan,

kemudian membiarkan gadis itu turun. Kayla

mengucapkan terima kasih kepada Naga, lalu melangkah

riang masuk ke dalam kafe. Naga mengamati Kayla

sampai menghilang di balik pintu. Mobil merayap pelan,

masuk ke dalam sebuah parkiran yang agak jauh dari

kafe.

Aku penasaran sama cowok yang namanya

Andreas itu.

Page 132: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

129

Batin Naga menyuruhnya untuk masuk ke dalam

kafe secara sembunyi-sembunyi, duduk agak menjauh

dari Kayla yang tidak menyadari kehadirannya. Dari

tempatnya, Naga dapat mengamati Kayla dengan jelas.

Setengah jam berlalu, tidak nampak tanda-tanda

kehadiran laki-laki yang sedang ditunggu oleh Kayla.

Gadis itu mulai terlihat gelisah di tempatnya. Naga dapat

melihat beberapa kali Kayla melihat jam tangan, lalu

merubah posisi duduk, menempelkan ponselnya di

telinga. Kemudian meletakkannya kembali di meja.

Mereka terus duduk terpisah di tempat itu sampai

satu setengah jam. Andreas tetap tidak menampakkan

kehadirannya. Naga mulai jengah, ia bangkit dari

duduknya, lalu berjalan menghampiri Kayla.

“Ayo pulang,”

“Lagi-lagi aku harus menunggumu sampai satu

setengah jam kemarin. Kemana kamu sebenernya?”

Kayla mendesak kekasihnya untuk berkata jujur.

Ia sedang berada di dalam rumah Andreas.

“Riko mengundangku ke rumahnya,”

Page 133: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

130

Kayla melotot setelah mendengar jawaban

Andreas, “Dan kamu lebih memilih untuk datang ke

rumahnya dari pada menemui aku?”

“Dengerin dulu, Kayla,”

“Pasti! Tentu saja aku akan mendengarkan alasan

yang sampai membuatmu melupakanku, lagi. Melupakan

janjimu sendiri,”

Andreas mendesah, “Riko datang. Dia bilang

ibunya sudah memasakkan makan malam untukku.

Ibunya ingin menemuiku, memang sudah lama kami tidak

bertemu,”

“Aku sudah tahu kamu langsung menerimanya,”

potong Kayla, nampak tidak sabar.

“Aku belum selesai. Pertama aku menolak

undangan itu, aku bilang sudah ada janji denganmu. Tapi

Riko berkata, bahwa ibunya pasti akan sangat kecewa

kalau aku sampai tidak datang,”

“Lantas?”

“Akhirnya aku memutuskan untuk menerima

undangan mereka,” ucap Andreas lirih.

“Sudah ku duga. Kamu memang lebih

mementingkan orang lain dari pada aku,” mata Kayla

mulai memerah.

“Itu tidak benar, Kayla,”

Page 134: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

131

“Memang seperti itu kenyataannya. Kamu

sengaja tidak menghubungiku agar aku tidak

mengganggu, bukan?”

“Itu kesalahanku. Aku tidak sengaja

meninggalkan ponselku di rumah. Waktu itu buru-buru

karena ibu Riko terus-terusan menghubungi anaknya

supaya kami cepat-cepat sampai rumah,”

“Oh, begitu?” Kayla terlihat kurang percaya.

“Terserah kalau kamu tidak percaya, tetapi

begitulah kenyataannya,”

Kayla merenung. Ia mulai memikirkan kebenaran

tentang alasan yang Andreas berikan kepadanya.

Sebagian dari dirinya ingin mempercayai semua yang

Andreas ucapkan, tetapi bagian lain dirinya merasa

kecewa karena Andreas melupakan janji untuk kedua

kalinya.

“Sebentar,”

Laki-laki itu berdiri dan berjalan ke lantai dua,

tempat kamarnya berada. Kayla menunggu dengan

penasaran. Beberapa menit kemudian Andreas telah

kembali turun.

“Aku tahu aku salah, karena itu aku sempat

membelikan ini untukmu,” Andreas menunjukkan sebuah

cincin.

Page 135: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

132

“Aku mohon, maafkan kesalahanku,” ucap

Andreas sambil tetap menunjukkan cincin itu di hadapan

Kayla.

Mata Kayla terlihat berkaca-kaca. Hatinya kembali

luluh dengan cara Andreas yang tidak pernah dia duga.

Sejenak kemudian, Kayla mengangguk. Andreas

langsung memasangkan cincin itu di jari manis

kekasihnya. Ia mencium Kayla, lalu menariknya ke dalam

pelukannya.

Pengakuan

Kayla dan Andreas masih berada di dalam mobil

yang melaju menembus hujan, setelah seharian mereka

menghabiskan waktu berdua. Nonton, makan, main game.

Dan Kayla nampak sangat menikmati kebersamaanya

dengan Andreas, hingga ia tidak dapat menyembunyikan

senyum bahagia dari pandangan mata kekasihnya.

“Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?”

Andreas menyalakan lampu sent dan membelokan laju

mobil.

“Aku seneng banget tiap kali jalan sama kamu.

Kamu paling bisa bikin aku ngerasa bahagia kayak gini.

Page 136: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

133

Aku sedang nggak berlebihan, tapi aku bener-bener

bahagia jadi pacar kamu,”

“Kamu sayang aku?”

“Banget,” jawab Kayla pasti.

Matanya menatap dalam-dalam ke mata Andreas,

seakan mencari perasaan yang sama.

Andreas menghentikan mobilnya di pinggir jalan

begitu mendengar jawaban Kayla. Dia terdiam, balik

menatap kedua mata Kayla. Pandangan mereka bertemu,

tatapan keduanya beradu. Andreas mengubah posisi

duduknya, mendekatkan wajahnya ke wajah Kayla

dengan perlahan. Membuat jantung Kayla berdegup tak

beraturan.

Kayla memejamkan matanya begitu bibir Andreas

hanya berjarak beberapa senti dari bibirnya. Kayla dapat

merasakan hembusan napas Andreas yang hangat.

Andreas nampak ragu-ragu, lalu dengan cepat dia

menggelengkan kepala dan menarik wajahnya. Ia

menghela napas, begitu berat. Hingga Kayla dapat

mendengarnya.

“Ndre?”

Andreas menoleh, tatapan mata yang

sebelumnya tajam telah berubah menjadi kesedihan dan,

rasa takut.

Page 137: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

134

“Maafin aku Kay, aku nggak bisa,”

“Kenapa?”

“Aku nggak bisa bohongin kamu terus. Aku udah

jahat banget sama kamu,”

“Bohong? Jahat? Apa maksud kamu, Andreas?”

“Aku udah jahat sama kamu, aku udah bohong

sama kamu, aku nggak pernah bisa cinta sama kamu.

Padahal, kamu begitu tulus memberikan perasaanmu,”

“Aku nggak bisa nerusin ini semua,” lanjut

Andreas.

“Kenapa? Apa maksud kamu sebenarnya?”

Andreas menghela napas sejenak, “Aku pacaran

sama kamu, hanya untuk balas dendam sama kakakmu,

Diego. Karena dia nggak pernah bisa terima aku,”

Dalam tangisnya, mata itu menatap tajam wajah

Andreas. Mencari tahu maksud perkataan laki-laki itu.

“Balas dendam untuk apa? Apa yang kakakku

lakukan padamu?”

“Dia nggak bisa terima perasaanku,”

Andreas memejamkan mata saat

mengatakannya, nada yang keluar dari mulutnya terasa

sangat berat.

Kayla tersentak, kaget mendengar kenyataan

yang keluar dari mulut Andreas.

Page 138: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

135

“Jadi kamu,”

“Iya. Aku nggak bisa suka kamu, aku nggak bisa

suka sama perempuan,” Andreas memotong perkataan

Kayla. Nada bicara Andreas penuh penyesalan dan

ketakutan.

“Dan Riko adalah pasanganku sekarang,”

Petir menggelegar keras. Bukan hanya di hujan

malam itu, tetapi juga di dalam hati Kayla. Gadis itu

terdiam, sangat terpukul mendengar pengakuan Andreas,

begitu kagetnya hingga ia tak dapat berkata apa-apa.

Kayla mengatupkan rahangnya kuat-kuat, berusaha

menahan amarah yang kini membuncah dalam hati.

“Maafin aku, Kay,”

“Kalau tujuanmu cuma untuk balas dendam, kamu

berhasil banget, Andreas. Kamu berhasil banget nyakitin

aku, ngecewain aku. Aku nggak nyangka kamu sejahat itu

sama aku. Tega kamu!”

Kayla sangat ingin menamparnya, namun

perasaan sayang yang tersisa mencegah Kayla

melakukan hal tersebut.

“Maafin aku,”

Kayla menggeleng, air mata deras mengalir di

kedua pipinya. Ia membuka pintu dan keluar. Penuh

perasaan kecewa Kayla membanting pintu mobil keras-

Page 139: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

136

keras. Andreas keluar mengejar Kayla yang berjalan

menjauh.

“Kayla, tunggu. Kamu mau kemana?”

Andreas menggapai lengan Kayla dan

membalikan tubuh gadis itu. Hujan deras mengguyur

mereka berdua.

“Tinggalin aku! Aku nggak mau lihat kamu lagi!”

Kayla mendorong tubuh Andreas.

“Nggak mungkin. Aku nggak bisa ninggalin kamu

sendirian di sini. Udah malem dan hujan begini. Rumah

kita masih jauh, Kayla,”

“Kenapa nggak bisa? Bukannya kamu nggak cinta

sama aku?” Tatapan mata nanar Kayla membuat Andreas

terpukul.

“Aku peduli sama kamu,”

“Bohong! Kamu nggak peduli sama aku. Setelah

apa yang kita lalui, kamu mengatakan hal-hal yang tidak

pernah aku bayangkan. Kamu bener-bener cowok paling

brengsek yang pernah aku kenal!” Hujan menyatu dengan

air mata yang mengalir deras di pipi Kayla.

“Aku mohon, maafin aku,”

“Pergi! Aku nggak mau lihat kamu lagi!” Kayla

mendorong tubuh Andreas sekali lagi, menjauhkan tubuh

laki-laki itu.

Page 140: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

137

“Kay,”

“Pergi!”

Andreas melangkah mundur, balik badan dan

masuk ke dalam mobilnya. Ia mengambil handphone dan

menghubungi Diego. Andreas menutup telepon

genggamnya, menghela napas, lalu menjalankan mobil itu

dengan perlahan. Meninggalkan Kayla seorang diri.

Di bawah guyuran hujan, Kayla masih mematung

tak bergerak. Tatapan matanya kosong. Air mata yang

bercampur dengan air hujan masih mengalir di pipi Kayla.

Seluruh badannya menggigil kedinginan. Gigi-gigi Kayla

beradu, menimbulkan suara yang hanya bisa didengar

olehnya.

Suasana begitu sepi, hanya Kayla seorang diri.

Sedan hitam Diego keluar dari ujung gang

beberapa menit kemudian. Tampak berjalan cukup

perlahan, menuju ke tempat Kayla berdiri. Mobil itu

berhenti satu meter di depan Kayla. Sorot lampu menerpa

seluruh tubuhnya, membuat Kayla menyipitkan mata

karena silau. Diego membuka pintu, mengeluarkan

sebuah payung dan mengembangkannya.

Laki-laki itu keluar dari balik kemudi dan bergegas

menghampiri Kayla.

“Kayla, kamu nggak apa-apa?”

Page 141: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

138

Ia bertanya dengan agak keras, mengiringi suara

hujan yang semakin deras. Diego membagi payungnya,

melindungi Kayla dari air hujan, meskipun Kayla sudah

basah kuyup sejak tadi.

“Kayla?” Diego memegang bahu Kayla dan

mengguncang-guncangkan dengan lembut.

Ia tetap membisu, tak ada tanda-tanda hendak

menjawab pertanyaan kakaknya.

Diego menghela napas sedih, lalu membimbing

Kayla ke dalam pelukannya. Tatapan matanya begitu iba

memandang Kayla.

“Kita pulang,”

Kayla tetap tidak mengeluarkan kata-kata, tidak

berbicara apapun. Gadis itu hanya membalas pelukan

Diego, menikmati rasa aman yang menjalar diseluruh

tubuhnya. Ia tetap terisak di dalam pelukan laki-laki itu.

Tak sepatah katapun yang terucap dari mulutnya

ketika Diego menuntun dia berjalan ke arah mobil.

Pandangan Kayla mulai samar, semua terlihat semakin

gelap, dia merasa kepalanya sangat pusing dan berat.

Kayla pingsan sebelum berhasil masuk ke dalam

mobil.

“Kay!”

Page 142: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

139

Wajahnya pucat, kulitnya terasa sangat dingin.

Diego membopong tubuh adiknya dan memasukkan ke

dalam mobil. Dengan sigap dia meletakkan tubuh Kayla di

jok depan dan melingkarkan sabuk pengaman.

Sesaat kemudian Diego sudah berada di balik

setir mobil dan menjalankan kendaraan itu menembus

hujan.

Sementara itu dari sebuah sudut gang, Andreas

memperhatikan kakak beradik itu dari dalam mobil. Ia

merasa begitu terpukul dan menyesal. Andreas

menjatuhkan kepalanya ke kemudi. Ia memejamkan mata

dan menghela napas.

Perlahan, Kayla membuka mata. Dengan

kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, ia

mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan tempat

dia berada saat ini. Beberapa menit kemudian Kayla baru

menyadari bahwa dirinya telah berada di kamarnya

sendiri.

Kejadian semalam kembali melintas dalam

ingatan Kayla. Perlahan, air mata mengalir membasahi

pipi. Perasaannya tidak menentu. Rasa kecewa, sakit hati,

Page 143: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

140

marah, benci, dan rasa sayang menyatu dalam hatinya

saat ini.

Semua itu hanya untuk satu orang, Andreas,

orang yang dia cintai, dan orang yang telah membuatnya

kecewa.

Sayup-sayup, Kayla mendengar suara keributan

dari halaman rumah. Dengan hati-hati Kayla bangkit dari

tidurnya, ia merasa lemas saat mengangkat tubuhnya

sendiri. Sampai-sampai harus bersandar pada dinding

untuk melangkah ke jendela.

Sekilas, Kayla menoleh ke arah cermin, dia

mendapati wajahnya yang pucat pasi, kedua matanya

terlihat sayu.

Kayla menyingkap gorden jendela, melihat apa

yang tengah terjadi di luar. Matanya melihat Diego dan

Andreas di depan pagar rumah. Wajah kakaknya

menunjukkan amarah yang begitu besar, kedua

tangannya mengepal. Kayla dapat mendengar

percakapan kedua orang itu dengan jelas dari jendela

kamar.

“Brengsek! Apa maksudmu bikin Kayla seperti

itu?”

“Maafin aku, Di. Aku bener-bener nyesel. Aku

udah nyoba untuk cinta sama Kayla, tapi aku nggak bisa.”

Page 144: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

141

Kayla terkesiap mendengar perkataan Andreas.

Ia menutup mulut menggunakan tangannya, mencoba

untuk tidak mengeluarkan suara. Tangisannya semakin

deras.

Dengan emosi yang meluap ia mengarahkan

kepalan tangan ke pipi kiri Andreas. Darah segar mengalir

begitu saja dari sudut bibirnya.

“Kamu sakit, Ndre,”

Andreas menggeleng, “Aku nggak sakit. Aku

sadar dengan apa yang aku rasain saat ini. Dan aku cuma

ingin kamu tahu, itu saja,”

“Karena kamu nggak bisa terima aku. Dulu aku

hanya ingin manfaatin Kayla untuk balas dendam sama

kamu, tapi perasaan Kayla yang tulus membuatku

kehilangan niat itu. Aku tidak tega. Aku menyesal,” ungkap

Andreas.

“Dasar brengsek, bajingan!” Diego kembali

mengarahkan pukulannya ke arah Andreas.

“Diego!” teriakan Rianti dari depan pintu

menghentikan tangan Diego tepat sebelum mendarat di

pipi Andreas.

“Diego, hentikan! Mama tidak pernah

mengajarkan kamu menjadi kasar seperti itu. Cepat

masuk,”

Page 145: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

142

Diego menurunkan tangannya, matanya menatap

tajam ke arah Andreas

“Jangan dekati Kayla lagi, atau aku akan

menghajarmu lebih dari ini,” ancam Diego sebelum

melangkah masuk ke dalam rumahnya.

Andreas mengangkat wajahnya, melihat jendela

kamar Kayla di lantai dua.

Tatapan mata kayla terlihat penuh kekecewaan.

Rasa bersalah langsung memenuhi benak Andreas.

Kayla tak dapat menahan perasaannya saat

menatap Andreas. Ia menutup gorden jendela,

menghilangkan tubuh pemuda itu dari pandangannya.

Gadis itu menjatuhkan diri di lantai. Air mata terus

mengalir. Ia menelungkupkan wajah, merasakan sakit

yang teramat dalam.

Rianti berjalan mendekati Kayla yang masih

terduduk sambil memeluk lutut. Dia berjongkok, menyeka

air mata anak gadisnya. Membimbing Kayla berdiri dan

duduk di tepi ranjang.

“Ma,”

Rianti membelai rambut Kayla dari kepala hingga

ujung. Hatinya sangat terluka melihat putri bungsunya

menangis sedemikian rupa.

Page 146: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

143

Ia mencoba menopang semua beban anak

gadisnya itu.

“Kayla kecewa, Ma. Kenapa Andreas sejahat itu

sama Kayla, Kenapa Kayla di kecewain seperti ini? Kayla

sayang sama Andreas tapi kenapa justru ini yang Kayla

dapat?”

Wanita itu diam mendengarkan curahan hati

anaknya. Sekuat tenaga ia berusaha mengontrol emosi,

walaupun sakit yang Kayla rasakan saat ini juga dapat

dirasakan olehnya. Rianti hanya berusaha untuk tidak

menunjukkan kesedihan di depan Kayla. Orang tua akan

mencoba kuat, dan memberikan kekuatan untuk anaknya,

Rianti melakukan itu saat ini.

“Apa salah Kayla sampai Kayla harus merasakan

sakit ini? Kayla benci Andreas, Ma. Kayla benci, benci!”

Tangisan gadis itu semakin dalam, menyayat hati

Rianti yang sejak tadi diam.

“Sayang, Allah maha mengetahui kemampuan

hamba-Nya. Tidak ada cobaan yang tanpa perhitungan-

Nya. Semua rasa sakit yang sedang kamu rasakan

sekarang, akan diganti dengan senyuman sama Allah

suatu saat nanti. Kamu harus ikhlas menerimanya,”

“Apa yang sedang terjadi padamu adalah salah

satu cara Tuhan untuk membuatmu dewasa. Lewati

Page 147: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

144

masalah ini dengan sekuat kemampuanmu, Mama

percaya kamu akan menjadi wanita yang tangguh

setelahnya,”

Kayla menyandarkan kepala, mendengarkan

dengan seksama nasehat-nasehat yang diberikan

kepadanya. Kayla menyesal telah berbohong selama ini.

Hatinya semakin perih saat teringat tentang itu.

“Ma,”

Kayla mengangkat wajah, menatap wanita itu.

“Maafin Kayla udah sering bohong sama Mama.

Kayla selalu bilang kalau Kayla mengerjakan tugas. Tapi

sebenarnya Kayla pergi sama Andreas,” gadis itu

membuat pengakuan.

Rianti tersenyum penuh pengertian, “Semoga

setelah ini kamu lebih bisa memilih mana yang benar dan

mana yang tidak benar untuk dilakukan. Kita tidak belajar

kalau tidak melakukan sebuah kesalahan,”

“Kamu harus janji untuk tidak mengulangi

kesalahan-kesalahan kemarin. Mama tidak pernah

mengajarkan anak-anak Mama untuk berbohong,”

Kayla mengangguk.

“Sekarang kamu istirahat dulu. Pulihkan kondisi

badanmu, juga perasaanmu. Mama selalu ada untukmu.”

Page 148: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

145

Sekali lagi Kayla mengangguk dan merebahkan

diri di atas tempat tidur. Sebuah kecupan kembali

mendarat di keningnya.

Rianti menarik selimut dan menutup badan Kayla.

Lalu beranjak, membiarkan anak gadisnya untuk

menenangkan diri.

Page 149: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

146

Lekas Sembuh, Kayla

Diego sedang duduk di samping ranjang di kamar

Kayla, sudah sejak lima belas menit yang lalu ia

menunggu adiknya yang masih tertidur pulas. Pukul

sembilan pagi, Kayla belum terlihat akan membuka mata.

Dengan tatapan prihatin Diego terus memandang

adiknya. Bibirnya tak sepucat kemarin, itu membuat Diego

sedikit lebih lega. Ia menopang dagu dengan tangan, satu

detik kemudian merapatkan selimut yang membiarkan

kaki Kayla tak sepenuhnya tertutup.

Diego mengelus kening Kayla, membuatnya

menggeliat. Selanjutnya dengan perlahan gadis itu

membuka mata, terjaga dari tidurnya.

“Kak,”

“Pagi, Kay. Maaf kakak membangunkanmu?”

“Ada apa, Kak? Pagi-pagi udah di kamar Kayla,”

Diego berdiri dari duduknya dan melangkah ke

arah meja belajar Kayla, “Kamu masih pusing?”

“Sedikit, tapi udah nggak apa-apa kok. Udah lebih

baik dari kemarin,”

“Syukurlah,”

“Kakak nggak kuliah?”

Page 150: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

147

“Ntar siang kuliahnya. Kalau kamu butuh teman,

kakak nggak apa-apa kalau nggak berangkat kuliah.

Mama udah berangkat ke kantor,”

“Nggak perlu, Kak. Kak Diego kuliah aja, kan ada

bibi di rumah,”

“Kak, Kayla udah pengin sekolah lagi,” lanjutnya.

“Kamu kan masih sakit, buat istirahat dulu sampai

kamu bener-bener sembuh,”

Tanpa sengaja Diego menemukan foto Andreas

yang terselip diantara buku di meja Kayla. Laki-laki itu

melirik adiknya, lalu dengan geram ia meremas foto itu

dan melemparkannya ke tempat sampah.

“Maafin Kayla, Kak.”

“Maaf buat apa? Kamu nggak bikin salah apa-apa

sama Kakak. Kakak yang seharusnya minta maaf,” Diego

kembali duduk di samping adiknya.

Kayla menatap lurus ke depan, pandangannya

terlihat kosong. “Seandainya Kayla dengerin omongan

kakak waktu itu, pasti Kayla nggak bakal sampai kayak

gini,”

“Tentang Andreas?”

Kayla mengangguk, “Seandainya dulu aku nurut

sama kakak untuk nggak deket sama Andreas,

Page 151: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

148

seandainya dulu Kayla nggak jatuh cinta sama Andreas,

pasti nggak bakal sesakit ini,”

Air mata mengalir dari kedua pipi Kayla, gadis itu

langsung menghapusnya.

“Kakak yang minta maaf ke kamu, Kakak nggak

bisa jaga kamu,” Diego terlihat begitu menyesal.

“Kakak tahu tentang Andreas, tapi kakak nggak

ngasih tahu kamu. Waktu itu kakak pikir nggak

sepantasnya kamu tahu kalo Andreas itu, gay,”

“Tapi ternyata apa yang kakak takutin justru

terjadi. Kamu bener-bener jatuh cinta sama Andreas, dan

dia cuma manfaatin kamu. Brengsek,”

Kayla merubah posisi duduknya di samping

Diego. Gadis itu menyandarkan kepala di bahu kakak laki-

lakinya. Diego menghela napas, mencoba menguasai

emosinya.

“Kemarin, kakak sudah menghajarnya, meski itu

sama sekali nggak sebanding dengan apa yang dia lakuin

ke kamu. Awas aja kalau kakak lihat dia lagi,”

Kayla memejamkan mata, mencoba menahan air

matanya agar tidak mengalir.

“Kayla tahu, kak Diego bener-bener sayang sama

Kayla. Tapi kakak nggak perlu sampai ngelakuin sejauh

Page 152: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

149

itu. Kayla sadar itu untuk Kayla, tapi Kayla nggak pengen

liat kakak jadi kasar seperti ini,”

“Kayla udah nggak apa-apa sekarang, semua

sudah Kayla anggap selesei, Kak. Jangan diperpanjang

lagi dengan emosi.”

“Tapi,”

“Apa bedanya sama Andreas kalau Kak Diego

memakai kekerasan untuk membalas perbuatannya?

Sama-sama menyakiti, kan?”

Diego terdiam mendengar apa yang keluar dari

mulut Kayla. Beberapa detik kemudian senyum terlihat

dari bibirnya.

“Kamu benar, Kayla. Nggak sepantasnya kakak

sekasar itu,”

Diego menarik Kayla ke dalam pelukannya.

Arin berkunjung ke rumah Kayla sore harinya,

selepas pulang sekolah. Nampak Naga juga berada di

tempat itu. Mereka berdua sama-sama menunjukkan

wajah yang prihatin melihat kondisi Kayla yang masih

terbaring di tempat tidur dengan lemas.

“Cepet sembuh, Kay. Kita semua kangen sama

kamu,”

Page 153: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

150

“Aku udah sembuh sebenernya. Tapi belum boleh

masuk sekolah sama Mama.”

“Kamu memang masih harus lebih banyak

istirahat. Jangan dipaksakan masuk sekolah dulu sebelum

bener-bener sembuh,” Naga ikut menyumbangkan

pendapatnya.

Kayla menatap Naga, pemuda itu terlihat semakin

kurus sejak terakhir kali ia melihatnya. Membuat batin

Kayla terasa getir. Naga tersenyum, seakan memberi tahu

bahwa semuanya baik-baik saja.

Kayla mengerti, dia membalas senyuman Naga.

“Bosen tau di rumah terus. Cuma tiduran aja

kerjaannya, ngelakuin ini nggak boleh, itu nggak boleh.

Padahal aku beneran udah nggak apa-apa, tapi masih

diperlakukan kayak orang sakit sama keluargaku,”

Arin tersenyum mendengar keluhan Kayla, “Ya

wajar aja lah mereka kayak gitu ke kamu. Kamu kan

hampir empat hari terbaring sakit. Beneran badanmu

panas banget kemarin, wajahmu juga pucat. Kita semua

jelas khawatir sama kamu,”

“Berlebihan deh,”

“Yee. Tanya Naga kalau nggak percaya,”

Naga mengangguk pasti.

Page 154: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

151

“Arin bener kok, kamu kelihatan menyedihkan

sekali beberapa hari yang lalu,” ujarnya mencoba

bercanda.

Kayla tertawa kecil.

“Kan kemarin, sekarang aku udah ngerasa sehat.

Aku udah ketinggalan banyak pelajaran nih. Beberapa

bulan lagi kita ujian. Gimana coba?”

“Justru itu, kita kesini jenguk kamu sekaligus mau

ngajarin kamu tentang materi-materi yang udah diajarin di

sekolah. Kurang baik apa coba kita?”

“Iya deh, kalian emang temenku yang terbaik

pokoknya. Ya udah, cepet sini ajarin aku,”

“Kamu beneran udah nggak apa-apa? Takutnya

ntar otakmu belum bisa menerima pelajaran sekolah,”

“Meremehkan nih. Gini-gini aku juara kelas sejak

kelas satu lho.”

Ketiganya tertawa.

Justru seharusnya aku yang bertanya tentang

kondisimu, Naga. Kamu terlihat begitu tersiksa.

Arin mengambil beberapa buku dari dalam tas,

mulai menjelaskan materi pelajaran kepada Kayla yang

telah ketinggalan beberapa kali tatap muka. Sesekali

Naga membantu mereka berdua.

Page 155: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

152

Naga melirik ke arah Kayla, ia merasa lega

melihat gadis itu sudah bisa ceria kembali.

Semoga aku masih punya waktu untuk melihat

senyummu, kalau perlu, memilikinya.

Page 156: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

153

Do’a Untuk Naga

Kayla mulai berangkat kembali ke sekolah setelah

hampir satu minggu tidak masuk. Gadis itu menerima

sambutan sebuah senyum dari teman-teman sekolah

yang berpapasan dengannya di lorong.

Lagi-lagi ia harus dengan sabar menjelaskan

keadaanya kepada teman-teman satu kelas yang

langsung merubung. Dengan sabar Kayla melayani

pertanyaan mereka satu per satu.

Gadis itu terlihat senang dengan perhatian yang

ia dapatkan.

Bibirnya langsung menciptakan senyum ketika

kedua matanya menangkap sosok Arin yang terlihat

masuk ke dalam kelas. Sama halnya dengan Arin yang

langsung berteriak histeris begitu mendapati sahabatnya

sudah berada di bangku mereka.

Arin berlari menghampiri Kayla sambil tertawa.

Keduanya berpelukan dengan heboh.

“Akhirnya kamu masuk sekolah juga. Udah bosen

aku duduk sendirian terus. Apalagi kalau lagi istirahat,

kantin terasa sepi nggak ada kamu,” gadis itu meletakkan

tasnya di meja, ia masih berbicara dengan heboh.

Page 157: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

154

Kayla tersenyum simpul, “Berlebihan ih, mana

ada kantin sepi. Apa lagi waktu istirahat,”

Arin mengamati sahabatnya itu lekat-lekat,

meneliti wajahnya, “Kamu beneran udah sembuh, kan?

Udah nggak ngerasa sakit lagi?”

“Aku bener-bener udah sembuh, Arin. Nggak liat

wajahku udah seger? udah cantik lagi,”

Arin mencibir, “Cantik apanya. Ada juga cantikan

aku,”

Kalimat itu membuat keduanya kembali tertawa,

beberapa siswa lainnya nampak tersenyum

memperhatikan mereka.

“Oke, fisiknya udah sembuh. Kalau hatinya

gimana?”

Gadis itu tertawa ringan, “Hatiku sudah sembuh

bahkan sebelum fisikku sembuh,”

“Aku udah nggak ngerasa kecewa lagi, nggak

ngerasa sakit hati lagi, nggak ngerasa sedih lagi.

Pokoknya aku sudah melupakan itu semua sekarang,”

lanjutnya.

“Asik, itu memang Kayla yang aku kenal. Salut

deh pokoknya,” Arin mengacungkan kedua jempol

tangannya.

Page 158: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

155

“Ujian bentar lagi, dan aku juga harus mengejar

materi yang ketinggalan. Mending buat belajar deh, dari

pada mikirin yang nggak-nggak,” celoteh Kayla.

“Oh iya, aku ingat!”

Teriak Arin tiba-tiba, membuat Kayla sedikit

terkejut.

“Kenapa sih?”

“Naga pasti senang kalau tahu kamu udah

berangkat sekolah. Sebentar-sebentar,” Arin bangkit dan

setengah berlari menuju pintu.

“Mau kemana?”

“Ke kelas Naga,” suara Arin masih terdengar

sesaat sebelum tubuhnya melesat keluar.

Ia teringat Naga.

Ah, bagaimana kabarnya? Bagaimana juga

dengan penyakitnya?

Gadis itu menghela napas.

Kepalanya menoleh ketika suara langkah kaki

Arin dan Naga masuk ke dalam kelas bersama-sama.

Kayla mengamati Naga, laki-laki itu terlihat

semakin kurus. Dan meskipun masih tetap memasang

senyum yang sama, tetapi sekarang senyum itu muncul

dari sebuah bibir yang semakin terlihat pucat. Matanya

Page 159: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

156

pun, pandangan itu seakan meredup, sedikit sekali

cahaya yang terlihat di sana.

Kayla merasa hatinya miris memandang

perubahan drastis dalam diri Naga.

Kayla dapat mendengar jelas bagaimana napas

Naga yang nampak begitu tersengal ketika ia sampai di

depan mejanya. Berbeda sekali, Naga sudah sering bolak-

balik mengunjungi dirinya dalam kelas ini, tidak pernah

terlihat selelah seperti saat ini.

Cepat sekali penyakit itu mempengaruhi kondisi

tubuh Naga.

“Selamat datang kembali di sekolah, Kayla,”

“Iya, Ga. Terima kasih,”

“Syukurlah kamu sudah bisa berangkat ke

sekolah lagi.”

Arin hanya mengamati keduanya dengan

tersenyum manis, ia telah banyak mendengar cerita Naga

tentang Kayla.

Bagaimana Kayla telah mencuri hati laki-laki itu,

tentang Naga yang merasa hancur ketika tahu Kayla telah

menjadi kekasih orang lain, dan bagaimana dirinya ikut

terluka ketika tahu Kayla telah disakiti oleh kekasihnya itu.

Arin telah mengetahui semuanya dari Naga sendiri.

Page 160: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

157

Arin paham bagaimana senangnya hati Naga saat

ini setelah dia dapat bertemu kembali dengan Kayla di

sekolah. Arin sangat mengerti itu.

Senyum itu masih mengembang di bibir Naga.

“Sudah benar-benar sembuh, kan?”

Pertanyaan yang sama dari semua orang kembali

terdengar di telinga Kayla.

Kayla mengangguk.

“Baguslah, aku senang mendengarnya. Kamu

dapat salam dari malaikat-malaikat kecil itu. Mereka selalu

menanyakanmu. Pasti mereka merasa rindu ,” Naga

nampak bersungguh-sungguh ketika mengatakannya.

Malaikat-malaikat kecil?

Ah, Kayla juga merindukan mereka. Ingin sekali

rasanya melihat senyum tulus mereka lagi. Sudah lama ia

tak melihatnya. Hati Kayla langsung tertusuk, ia menatap

Naga. Apa keadaan mereka sekarang juga sama dengan

keadaan Naga yang ada di hadapannya saat ini?

“Iya, aku juga merindukan mereka,” ucap Kayla

setelah beberapa jenak terdiam.

“Bagaimana jika pulang sekolah nanti kita mampir

ke sana?” tawar Naga penuh semangat.

Kayla antusias, ia mengangguk dengan pasti.

Membuat Naga kembali tersenyum puas.

Page 161: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

158

“Baiklah, nanti kita ke sana. Sekarang aku harus

kembali ke kelasku dulu, pelajaran hampir mulai,”

Kayla mengangguk, “Terima kasih, Ga.”

“Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk

meminta bantuanku,” ujarnya sebelum beranjak dari kelas

itu.

Kayla menatap punggung Naga, terlihat sangat

ringkih. Gadis itu memejamkan mata.

Arin duduk di sebelahnya, “Siapa yang dia

maksud dengan malaikat kecil?”

Kayla menoleh, kemudian menjawab pertanyaan

Arin. Menjelaskan bagaimana kondisi anak-anak itu,

bagaimana senyum-senyum dari mereka yang terasa

begitu tulus. Arin nampak sedih ketika mendengarkan

penuturan Kayla.

“Aku ikut kesana bersama kalian nanti,” pinta Arin

mantap.

Kayla mengangguk.

“Kay, ada yang ingin aku katakan kepadamu

tentang Naga,”

“Apa?”

Arin terdiam sejenak, terlihat sedang

mengumpulkan keberanian untuk mulai berbicara.

Menunjukkan apa yang hendak di katakannya adalah

Page 162: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

159

sebuah masalah yang serius. Dengan sabar Kayla

menunggu sahabatnya mulai berbicara.

“Waktu kamu sakit dan tidak masuk kemarin, aku

mendapati Naga pingsan beberapa kali di sekolah. Ada

darah yang keluar dari hidungnya, mimisan. Kejadian itu

berulang beberapa hari,” Arin mulai bercerita.

“Apa kamu melihat raut wajahnya yang pucat

tadi?” tanya Arin, membuat Kayla mengangguk.

“Aku menyadari itu,”

“Iya, kita semua di sekolah ini menyadari

perubahan pada diri Naga. Tubuh itu sekarang terlihat

begitu kurus dan ringkih. Kay, apa kamu tau kalau Naga

menderita penyakit kanker?” Arin terlihat hati-hati ketika

menanyakannya. Matanya menatap Kayla penuh

kesedihan.

Kayla mengangguk lemah, “Naga pernah

menceritakannya kepadaku dulu. Aku sudah tahu tentang

penyakitnya,”

“Mungkin selama ini Naga butuh teman untuk

bercerita, berkeluh kesah tentang penyakitnya. Atau,

seseorang yang memberikan kekuatan untuknya dalam

menghadapi itu semua. Sayangnya kita tidak pernah

menyadari itu,”

Page 163: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

160

“Iya, aku sangat menyesal dengan sikapku

kepadanya. Seharusnya aku tidak menilai Naga buruk

hanya karena kabar yang tidak benar. Aku sudah minta

maaf kepadanya,”

Kayla menghela napas, ia dan Arin sama-sama

terdiam. Larut dalam pikiran mereka masing-masing .

Wajah mereka terlihat muram.

Bel sekolah berbunyi, suasana kelas mulai riuh

dengan gelak tawa murid-murid yang bersiap untuk

mendapatkan pengajaran dari guru yang sedang

melangkah ke arah kelas mereka.

Semoga mukjizat Tuhan berpihak padamu, Naga.

Suasana kantin mendadak riuh oleh murid-murid

yang sedang menikmati jam istirahat di tempat itu.

Semuanya merubung di satu tempat. Sementara di lantai,

Naga terbaring tak sadarkan diri.

Kayla dan Arin menatapnya dengan wajah sangat

panik.

Beberapa siswa laki-laki berusaha membopong

tubuh Naga dan membawanya ke ruang UKS.

Page 164: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

161

“Kita bawa ke rumah sakit saja,” perintah seorang

guru yang menyusul ke UKS setelah mendapat laporan

dari salah satu siswa.

Mereka serempak mengangguk.

Naga kembali dibopong, dipindahkan ke dalam

mobil Arin yang langsung melesat meninggalkan parkiran

sekolah. Kayla duduk di belakang, menjaga tubuh Naga

dari goncangan. Ia menyandarkan kepala laki-laki itu di

pundak. Rasa cemas masih mengganggunya.

Sementara dengan cepat Arin melajukan mobil

menuju rumah sakit.

“Kay, seberapa parah sebenarnya penyakit

Naga?” tanya Arin tanpa menoleh ke belakang,

konsentrasinya tak beralih dari jalanan.

“Aku nggak tahu. Naga nggak pernah mau

menjawab kalau aku tanya. Aku takut,” suara Kayla

terdengar parau.

“Kita berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa

dengannya,”

Dua orang perawat langsung keluar dan

mengangkat tubuh Naga dari dalam mobil. Mereka

bergegas membawa Naga ke dalam ruang ICU. Kayla dan

Arin berhenti di luar pintu, menunggu dengan cemas.

Page 165: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

162

“Kay, kamu punya nomer telepon keluarganya

Naga?”

Kayla menggelengkan kepala untuk menjawab

pertanyaan Arin. Keduanya nampak bingung.

“Coba Heru, mungkin dia tahu,”

Kayla menyebutkan salah satu nama teman

sekelas Naga. Ia merogoh saku seragamnya, mengambil

ponsel untuk menghubungi nama yang baru saja ia

sebutkan.

Arin mengamati sahabatnya yang nampak

berbincang dengan seseorang. Sedetik kemudian Kayla

mematikan ponselnya.

“Dapet?”

Kayla mengangguk. Arin bernapas lega. Lalu

membiarkan Kayla kembali sibuk dengan ponselnya yang

ia tempelkan di teling kanannya.

“Halo, Assalamualaikum,”

“Maaf, apa benar ini nomer rumahnya Naga?”

Kayla masih berbicara dengan seseorang di seberang

sana.

Arin memperhatikannya dengan seksama.

“Maaf, Tante. Saya Kayla, teman sekolah Naga,”

“Naga, masuk rumah sakit, Tante. Dia pingsan di

sekolah,” lanjutnya dengan nada hati-hati.

Page 166: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

163

“Iya, Tante. Sekarang Naga masih di dalam ruang

ICU, sedang mendapat perawatan dari Dokter,”

“Baik, Tante.”

“Mamanya Naga sedang kesini,” kata Kayla yang

melihat Arin sedang memandang ke arahnya dengan

penasaran.

“Syukurlah,”

Keduanya duduk di kursi yang tersedia di rumah

sakit itu. Mereka tertunduk dalam keadaan diam.

Menunggu Naga yang masih berada di dalam ruangan

ICU. Kayla merasa sangat takut.

Obrolan Terakhir

Page 167: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

164

Sore itu Kayla duduk di bangku kayu taman, ia

tengah melihat gerombolan anak-anak yang sedang

bermain. Beberapa anak bermain bola, anak lainnya

sedang berkejar-kejaran, sebagian lagi sibuk mengejar

kupu-kupu yang terbang rendah diantara bunga-bunga

yang tumbuh dengan teratur.

Nampak orang tua mereka tengah mengawasi

gerak-gerik buah hatinya dengan seulas senyum. Kayla

turut tersenyum menyaksikan kegiatan sore hari yang

cerah itu.

Ia memandang langit yang berwarna jingga,

matahari yang sudah berada di barat hanya terlihat sedikit,

menyisakan riak-riak sinar yang tak lagi terlihat silau

seperti siang tadi. Awan beriringan perlahan. Burung-

burung sesekali terbang melintas.

Kayla selalu suka suasana yang seperti ini.

Damai, dan dia selalu merasa tenang.

Siluet seorang laki-laki terlihat dari kejauhan.

Kayla sangat hapal dengan gaya berjalan cowok

yang sedang melangkah ke arahnya. Bagaimana ayunan

tangannya saat berjalan, gerakan kakinya saat

melangkah. Semua benar-benar melekat dalam memori

otak Kayla. Beberapa waktu yang lalu, langkah laki-laki itu

Page 168: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

165

masih beriringan dengan langkahnya, dan itu membuat

Kayla harus menahan luka.

Andreas berdiri di hadapan Kayla dengan napas

yang sedikit tersengal, bekas wajah tergesa-gesa

tergambar darinya. Ia menatap gadis itu dan memaksakan

senyum di bibir. Kayla membalasnya.

“Udah lama? Sori ya, telat,”

Andreas membuka percakapan di antara mereka,

ia duduk di sebelah Kayla.

“Nggak apa-apa. Aku aja yang datang lebih cepat

dari janji kita, pengen duduk lama disini,”

Andreas mengangguk. “Kamu apa kabar?”

Kayla menoleh ke arah Andreas, “Baik. Kamu

sendiri?”

“Aku juga baik. Cuma lagi sedikit flu, tapi nggak

masalah,”

Keduanya lalu terdiam, Kayla kembali beralih ke

arah anak-anak yang masih asik dengan mainan mereka

masing-masing, sesekali ia tersenyum menyaksikan polah

mereka. Andreas memandang Kayla.

“Kamu suka anak kecil ya?”

“Suka. Lihat mereka, nyenengin banget. Bebas,

belum punya pikiran apa-apa kecuali bermain. Mereka

selalu ceria, setidaknya itu yang aku lihat,”

Page 169: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

166

“Melihat mereka bermain membuatku kangen

dengan masa kecil kita dulu. Waktu kecil, kita juga sering

bermain di sini kan? Aku, kamu, dan Kak Diego,”

“Dulu kita bertiga sering bermain bersama di

tempat ini. Memang belum sebagus sekarang. Tapi itu

nggak mengurangi keceriaan kita, kita tetap bisa tertawa,

berkejaran kesana kemari. Dan terkadang kita baru akan

pulang saat mama menyusul kita kesini, saat hari sudah

mulai gelap,”

Andreas mendengarkan cerita Kayla dengan

seksama. Ia tidak ingin menyela Kayla yang sedang

mengenang masa kecilnya, masa kecil yang pernah ada

dirinya di dalamnya. Saat ini, Andreas hanya ingin

mendengarkan Kayla bercerita.

“Kamu inget? Dulu aku jatuh dari ayunan itu,”

Kayla menunjuk sebuah ayunan yang terlihat tua dan

sedikit berkarat.

Andreas mengangguk,

“Tentu,”

“Waktu itu kakiku berdarah. Aku takut banget,

nangis sejadi-jadinya. Terus kalian berdua langsung

nolongin aku. Kamu dan Kak Diego gantian gendong aku

sampai rumah,” Kayla menghela napas sejenak.

Page 170: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

167

“Dan kita semua dimarahin sama tante Rianti.

Diego yang dimarahin habis-habisan waktu itu,” potong

Andreas terbawa pembicaraan Kayla. Ia tertawa kecil.

“Aku kangen saat-saat itu,” ujarnya lirih.

“Maafin aku, Kay.”

Kayla menatap Andreas lekat, “Maaf kenapa?”

“Soal hubungan kita. Aku, kamu, dan Diego. Ini

semua salahku. Seandainya aku bisa seperti cowok lain,

pasti kita nggak bakal kayak gini,”

“Sejak kapan?”

“Maksudnya?”

“Sejak kapan kamu jadi seperti ini?”

Andreas terdiam beberapa saat sebelum

menjawab pertanyaan Kayla.

“Aku nggak tahu pasti sejak kapan aku seperti ini.

Mungkin sejak aku SMP. Kamu tahu bagaimana keadaan

keluargaku, Ayahku yang sampai sekarang belum pernah

aku lihat, dan ibuku yang setiap hari kerjaannya cuma

mabuk-mabukan sepulang kerja. Setiap kali dia mabuk

berat, yang dia lakukan adalah menyiksaku, entahlah,

mungkin itu pelampiasan atas semua masalah yang

terjadi padanya,” terang Andreas panjang.

“Aku mendapat pukulan dari ibuku setiap hari.

Setiap dia pulang kerja, meskipun aku nggak bikin salah

Page 171: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

168

apa-apa. Mungkin karena aku anak haram, atau mungkin

aku memang bukan anak kandungnya,”

“Kamu nggak boleh ngomong seperti itu, Andreas,

bagaimanapun juga dia ibumu,” potong Kayla.

Andreas tersenyum sinis. “Itu semua bikin aku

trauma, yang selanjutnya menimbulkan kebencian.

Pertama aku benci ibuku sendiri, lalu entah kenapa aku

jadi benci semua wanita. Yang ada dalam pikiranku,

mereka semua sama seperti ibuku. Aku takut dengan

wanita,”

“Termasuk aku?”

Andreas tersenyum, “Kamu pengecualian. Lalu

perasaan itu datang, perasaan nyaman saat bermain

dengan Diego. Aku selalu tenang, selalu merasa nyaman

dan aman saat ada di samping Diego. Bisa di bilang,

Diego cinta pertamaku,”

Kayla cukup risih mendengar pengakuan Andreas

kali ini, ada perasaan marah dan kecewa dalam hatinya.

Namun Kayla lebih memilih untuk tidak menunjukkan

kepada Andreas. Ia hanya diam dan mendengarkan.

Andreas terlihat masih ingin mengatakan sesuatu.

“Aku tahu, kamu pasti kecewa. Bahkan mungkin

benci sama aku. Dan aku nggak akan maksa kamu untuk

maafin aku, karena aku tahu aku memang salah,”

Page 172: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

169

“Kemarin, aku sempet ragu waktu mengajakmu

ketemu di tempat ini. Aku takut kamu masih marah dan

nggak mau ketemu aku. Tapi ternyata kamu mau datang

ke sini,”

Kayla mengangguk pelan, “Awalnya aku emang

benci banget sama kamu, bener-bener sakit banget waktu

aku tahu semuanya. Bahkan sampai sekarang pun rasa

kecewa itu masih ada,

“Tapi beberapa hari setelahnya, aku bisa lebih

menerima. Meski kadang rasa sakit itu masih ada, tapi tak

perlu dengan tangisan untuk menunjukkannya. Dan

menurutku, hak kamu untuk memilih jalan hidupmu

sendiri. Termasuk dengan pilihanmu sekarang,”

“Tapi sudahlah, itu bukan sepenuhnya salahmu.

Dan sedalam apapun penyesalan ini, hidup harus terus

berjalan, bukan? Walaupun dengan diriku yang sudah

tidak lagi utuh. Semoga kelak tetap ada laki-laki yang mau

menerima kondisiku,”

“Akan selalu ada orang yang mau menerima masa

lalu orang lain,”

Kayla mengangguk pelan.

“Semoga. Tapi, aku mohon banget sama kamu,”

Kayla memberi jeda pada kalimatnya.

“Jangan kakakku, ya,” lanjutnya serius.

Page 173: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

170

Andreas terdiam. Kembali menutup muka dengan

kedua tangan. Ia menarik napas dalam-dalam dan

melepaskan dalam sekali helaan.

“Akan ku lakukan, Kayla,”

Kayla tersenyum puas.

“Dan aku juga punya satu permohonan ke kamu,”

tutur Andreas kemudian.

“Apa?”

“Kita, masih bisa berteman kan?”

Kayla bangkit, dengan telapak tangan ia

membersihkan bagian belakang celananya.

“Akan ku lakukan, Andreas,”

Kayla tersenyum dan melangkah pergi

meninggalkan Andreas yang menggeleng-gelengkan

kepala sambil tertawa kecil. Merasa sedikit lebih lega.

Yang Tak Mungkin Kembali

“Mau kemana, Sayang?”

Rianti yang mendapati anak gadisnya sedang

mematut diri di depan cermin, merasa penasaran.

Page 174: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

171

“Mau ke rumah sakit, Ma. Jenguk Naga,”

Ia masih menyisir rambutnya yang lurus dan

berwarna hitam beberapa kali. Wajahnya telah terkena

make up seadanya yang ia poleskan sendiri.

“Temen sekolahmu yang sakit kanker itu?”

Kayla mengangguk.

“Bagaimana keadaannya sekarang?”

Kayla mendesah berat, raut wajahnya berubah

sedih. Tangannya berhenti menyisir rambut, Kayla

berbalik menatap Mama.

“Naga belum sadar, Ma. Dia masih koma. Padahal

ini udah dua hari sejak dia masuk rumah sakit,” jelas Kayla

dengan parau, kecemasan terdengar jelas dalam

kalimatnya.

“Mama ikut prihatin. Semoga temenmu itu bisa

lekas sembuh, Kayla. Kamu juga harus terus

mendoakannya,”

Kayla mengangguk lemah. Ia sudah

melakukannya setiap hari, bahkan mungkin setiap detik

Kayla lakukan untuk mendoakan Naga. Agar laki-laki itu

cepat tersadar dari tidur panjangnya, agar Kayla bisa

kembali melihat senyumnya yang dulu hampir setiap hari

ia lihat, senyum yang dulu sempat menyebalkan untuknya.

Entah kenapa sekarang Kayla merindukan senyum itu.

Page 175: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

172

“Sama siapa ke rumah sakitnya?”

“Sama Kak Diego, Ma. Mama mau ikut?”

“Mama mau ada acara sendiri. Titip salam aja

buat orang tua temenmu itu, juga buat temenmu. Semoga

dia sudah siuman sekarang,”

Diego masuk ke kamar Kayla dengan penampilan

yang sudah siap untuk mengantar Kayla ke rumah sakit.

“Udah siap, Kay?”

Kayla mengangguk, ia meneliti sekali lagi

penampilannya di dalam cermin.

“Kita pergi dulu, Ma,”

“Hati-hati ya, Nak. Jangan lupa sampaikan salam

Mama buat mereka,”

Kayla mengangguk.

Beberapa menit kemudian keduanya telah melaju

menembus keramaian jalan. Kayla duduk dalam diam,

matanya menatap kosong ke arah jalanan yang mereka

lewati. Sangat terlihat bagaimana kecemasan masih

menggelayuti pikiran gadis itu.

Beberapa kali mata Diego menangkap Kayla

sedang menghela napas cukup dalam dan memejamkan

mata pada detik berikutnya.

Page 176: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

173

“Kita berdoa saja semoga temenmu itu nggak

kenapa-kenapa. Jangan khawatir seperti itu, nanti kamu

malah ikut-ikutan sakit,”

Gadis itu menghela napas, “Nggak tahu kenapa

Kayla bisa sepanik ini, padahal dulu Kayla malah sempat

nggak suka waktu dia ngedeketin Kayla. Tapi banyak

kejadian yang kemudian menyadarkan Kayla bahwa Naga

itu orang baik,”

Diego mendengarkan penuturan adiknya dengan

seksama.

“Dan sekarang, saat Kayla ingin belajar tentang

arti hidup kepadanya,” Kalimat Kayla terpotong, lidahnya

tercekat. Gadis itu mencoba menelan ludah dengan

sedikit susah.

“Kayla takut dia pergi, Kak,”

Air mata mengalir begitu saja dari kedua matanya.

Punggung Kayla nampak bergetar.

“Kita berdoa saja untuknya, Kay.”

Mereka telah sampai di rumah sakit. Dengan

cekatan Diego memasukkan mobilnya diantara mobil-

mobil yang sudah terparkir lebih dulu di tempat itu.

Kemudian suara langkah kaki mereka mengisi lorong

rumah sakit.

Page 177: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

174

Samar-samar terdengar suara tangisan yang

cukup membuat miris orang-orang yang mendengarnya.

Langkah mereka terhenti, terlihat ragu-ragu untuk

melanjutkan. Pikiran buruk langsung merasuk ke dalam

otak Kayla.

Diego menggenggam pundak adiknya, menyuruh

untuk terus maju, meyakinkan bahwa semua akan baik-

baik saja. Kayla membuka pintu dengan perlahan-lahan,

ia nampak sangat hati-hati ketika melangkahkan kakinya

masuk ke dalam.

Gadis itu tercengang, menutup mulutnya dengan

tangan.

Kayla membalikkan badan, berlari menuju Diego

yang juga nampak sedang menatap tidak percaya. Gadis

itu menyembunyikan tangis di dalam dada kakaknya.

Diego memeluk tubuh Kayla yang hampir merosot

ke lantai karena kehilangan kesadaran.

Page 178: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

175

EPILOG

Kayla masih sibuk memasukkan baju-bajunya ke

dalam lemari. Ia memilih dan memisahkan baju-baju itu

sesuai dengan jenisnya. Kamar kos masih terlihat

berantakan oleh beberapa barang miliknya yang belum

selesai ia rapikan.

Page 179: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

176

Hari minggu yang cerah ini di manfaatkan oleh

gadis itu untuk merapikan barang-barang agar tidak

berserakan di berbagai sudut. Baru dua hari Kayla

menempati kamar di sebuah kosan di salah satu sudut

kota Jogyakarta.

Ponselnya yang tergeletak di meja tiba-tiba

berdering, Kayla meraihnya dan menekan tombol

loudspeaker, ia berbicara sambil tetap merapikan baju.

“Assalamualaikum, Ma,”

“Waalaikumsalam. Lagi apa kamu, Sayang?”

suara Rianti terdengar dari dalam ponsel.

“Ini, Ma. Beresin kamar kos. Berantakan banget,

bikin nggak nyaman,”

“Pelan-pelan aja, kamu kan di situ baru dua hari.

Wajar kalau masih belum tertata. Oh iya, bagaimana

kondisi kosmu?”

“Nyaman kok, Ma. Anak-anaknya juga baik-baik

semua. Bikin betah jadinya,”

“Syukurlah kalau begitu. Kapan mau mulai

kuliahnya?”

“Hari Senin besok. Tapi paling baru OSPEK,

semacam pengenalan kampus, belum akan mendapat

kuliah. Kayla udah nggak sabar pengin ngerasain aktivitas

kampus,”

Page 180: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

177

“Oh, gitu ya? Mama doain dari sini semoga lancar

semuanya.”

“Makasih, Mama.”

“Tapi Mama masih heran sama kamu, dulu pengin

banget kuliah di jurusan hukum, malah sekarang kuliah

kedokteran. Melencengnya jauh banget,”

Kayla tersenyum seakan Rianti dapat melihatnya,

“Kayla ingin menyembuhkan semua jenis penyakit di

dunia, Ma. Biar nggak perlu lagi ada orang yang

menderita,”

“Ya sudah kalau gitu, dilanjutin dulu aktivitasnya.

Mama juga mau pergi sama kakakmu. Jaga diri di sana

ya, sayang.”

“Iya, Ma. Pasti. Assalamualaikum”

Percakapan berakhir. Kayla terus melanjutkan

aktivitasnya. Kembali memasukkan baju ke dalam lemari.

Gadis itu nampak bersemangat melakukan kegiatan hari

minggunya.

Kayla mengambil sepotong baju dari dalam koper

berwarna merah marun. Ia nampak tercengang ketika

mendapati sebuah buku di bawahnya. Sedetik kemudian

senyum mengembang di bibir tipisnya.

“Buku tahunan sekolah kenapa bisa ada di sini?

Padahal aku tidak merasa memasukkannya. Ah, paling

Page 181: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

178

Kak Diego yang iseng. Ada-ada aja dia,” Kayla berbicara

dengan dirinya sendiri.

Kayla mengambil duduk di tepi ranjang. Gadis itu

mendapati nama-nama dan gambar guru sekolahnya

terpampang pada halaman pertama, gadis itu mulai

bernostalgia dengan masa sekolah yang pernah dia lalui.

Kemudian membuka lembar berikutnya, gambar adik-adik

angkatannya yang berbaris rapi sesuai dengan kelasnya

menjadi isi pada halaman itu.

Tiba-tiba hatinya merasa sangat rindu dengan

suasana sekolah.

Kayla menatap lebih lama pada halaman

berikutnya, sebuah gambar wajah seorang laki-laki yang

sangat dia kenal, wajah dengan senyuman yang sampai

sekarang masih sering Kayla rindukan.

Gambar wajah Naga menghiasi halaman khusus

tersebut, di bawah sebuah tulisan yang merangkai kalimat

‘IN MEMORIAM’, sebagai penghormatan kepada dirinya

yang harus lebih dahulu meninggalkan sekolah,

meninggalkan teman-teman kelasnya, meninggalkan

guru-gurunya, dan, meninggalkan Kayla.

Sudah enam bulan berlalu sejak kematian Naga,

kehidupan Kayla kembali berjalan dengan sewajarnya.

Kayla lulus ujian dengan nilai yang memuaskan, kemudian

Page 182: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

179

mendaftar pada salah satu perguruan tinggi di kota

Jogyakarta, mengambil jurusan Kedokteran.

Kejadian yang menimpa Naga dan dirinya telah

merubah jalan hidup gadis itu.

Ia telah bertekad untuk membantu semua orang

yang sakit.

Kayla mengelus wajah Naga di dalam gambar,

seketika rasa rindu kembali merasuk ke dalam hatinya.

Kayla merasa sangat kosong, ia merindukan seseorang

yang sudah tidak mungkin lagi datang menemui untuk

mengobati rasa rindunya.

Gadis muda itu tersenyum getir.

Sebenarnya, aku ingin melihat senyummu sekali

lagi. Senyum yang benar-benar memberikan ketenangan,

namun terlambat aku sadari.

Tetapi sudahlah, aku tidak berharap kamu

kembali, kenangan darimu sudah cukup untuk mengobati

rindu ini. Aku hanya berharap kamu tenang di sisiNya.

-end-

Page 183: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

180

Persembahan Untuk yang Tercinta

Alhamdulillahirrobbil alamin,

Kalimat terima kasih paling pertama selalu saya

persembahkan kepada Alloh SWT untuk segala nikmat

serta inspirasi yang terus mengalir tanpa henti. TanpaMu

aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Nabi

Muhammad SAW, rasululloh yang kurindukan, yang tak

henti-henti menjadi panutan bagi umatnya.

Untuk ibu Siti Khomsiyah yang selalu mendukung

dan tidak pernah melupakan doa-doa untuk anak

keduanya ini, doa darimu membuat segalanya menjadi

Page 184: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

181

semakin mudah. Istriku, Afrida Rachma Primadia, wanita

hebat yang terus menemani dan memberikan motivasi.

Juga bujang lanang Alfarezqi, teman ngobrol terbaik

walaupun pemilihan diksimu masih sulit dipahami.

Tumbuh lah dengan bahagia. Juga kedua saudaraku,

Tabah Setiadi dan Titis Setiadi.

Yang paling berharga, para pembaca sekalian

yang telah menyempatkan waktu untuk menikmati dan ikut

merasakan setiap cerita dalam buku ini.

Salam sahabat,

The Teacher Baper

Tentang Penulis

Mempunyai nama lengkap Tegar Setiadi Dwi

Amrulloh, tetapi lebih memilih Tegar Setiadi untuk menjadi

nama pena. Lahir di Purwokerto pada tanggal 17 Juli, laki-

laki yang juga berprofesi sebagai guru olahraga ini

Page 185: Yang Tak Mungkin Kembali - Galeri Buku Jakartagaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/Yang...Andreas ikut tersenyum, “Dan kamu sering jadi yang pertama mengajak pulang waktu

182

mendapat julukan The Teacher Baper dari orang-orang

disekitarnya karena suka menulis kalimat-kalimat yang

menyentuh perasaan.

Mempunyai mimpi menerbitkan buku sejak kecil,

penulis baru bisa merealisasikannya setelah berkali-kali

mencoba dan bertahun-tahun menunggu.

Karya-karyanya yang sudah diterbitkan

diantaranya adalah Novel solo: Cinta Dalam Telepon

Kaleng (Bhuana Sastra, 2017), Destiny (Bhuana Sastra,

2018), Rumah Harapan (Bhuana Sastra, 2019), Ketika

Rindu (Bhuana Sastra, 2019). Sebuah Antologi dengan

para alumni Workshop Writerpreneur yang diadakan oleh

Bekraf berjudul Antargata (Bitread, 2019). Juga sebuah

novel duet berjudul Beautiful Melody (Guepedia, 2020).

Tegar Setiadi bisa dijumpai melalui akun sosial

medianya, Instagram: tegarrsetiadi, twitter: tegarrsetiadi

dan juga facebook: Tegar Setiadi.