Upload
ngonhu
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERILAKU KONSUMEN DALAM NEW MEDIA
(Studi Kasus Perilaku Traveler dalam Pencarian Informasi untuk Berwisata
Melalui Internet di Kalangan Komunitas Backpacker Solo)
Nur Aisyah Rahayu
Prahastiwi Utari
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Currently, information about the tour can be found everywhere. Where Internet was finally shifting the television. We all know the web, technology which constantly evolving and now always accommodate all the lifestyle needs of the peoples. The Internet offers all the speed of information in all areas of life and allows the user to interactively interact.
As the development of Web 2.0, is born a new pattern in the world of communications. AISAS is a marketing communication patterns introduced by Dentsu advertising agency in 2005. In AISAS patterns, consumers follow a process whereby the communication cycle that makes it very different pattern is in the process there AISAS Search and Share which both made possible by the Internet.
The flow of images and information on the internet extend the travel place into cyberspace. The synergy between the internet and travel makes traveler (backpacker) engage in information search through the internet.
This study used a qualitative approach with a case study as a research method. There are 8 speakers informant which is an active member of Backpacker Solo Community. In data collection, the researcher then uses in-depth interviews.
The validity of this research is done with the data triangulation techniques.Result of this study is to see the custom of Traveler in Backpacker Solo Community in finding traveling information through the internet, and found that new media have a role as media support, media information, media comparative, media persuasive, and media activator.Keywords: AISAS, Case Studies, Students, Collegers, Traveling, Internet,
Community, Backpackers, Search, Share
1
Pendahuluan
Pola konsumsi masyarakat Indonesia memang telah bergeser dari barang-
barang kebutuhan pokok menjadi gaya hidup. Tak heran makin banyak orang
Indonesia yang 'belanja' pengalaman. Salah satu cara terbaiknya adalah lewat
perjalanan. Tumbuhnya populasi kelas menengah dan meningkatnya pendapatan
masyarakat dalam beberapa tahun terakhir ini rupanya menjadi pemicu atas
bergesernya pola konsumsi dari barang-barang kebutuhan pokok ke gaya hidup.
Dari yang awalnya hanya beberapa, kemudian bermunculan banyak blog
maupun website orang-orang yang menuliskan pengalaman perjalanan mereka
sehingga banyak masyarakat awam dapat mengetahui tempat-tempat yang
sebelumnya tidak pernah terekpos atau terinformasikan. Bukan hanya itu, melalui
pengalaman-pengalaman para traveler yang sering membagi dokumentasi (foto,
tulisan, video) perjalanan mereka kedalam internet, dengan mudah kita akan
menemukan berbagai macam informasi mengenai tempat tersebut, entah itu jalur
menuju kesana, budget yang diperlukan, ataupun tips dan trik selama berada disana.
Maskapai penerbangan (khususnya low cost carrier) adalah faktor pendorong
tumbuhnya industri traveling di tanah air. Meledaknya jumlah penumpang pesawat
terbang tidak lepas dari peran maskapai penerbangan murah.
Traveling sebagai prioritas kedua orang Indonesia nyatanya juga dipengaruhi
oleh media sosial. Tak sedikit wisatawan yang mencari ide wisata lewat Facebook,
Twitter, dan jejaring sosial lainnya. 65% wisatawan mencari ide berwisata melalui
pencarian sosial. 52% Pengguna Facebook sangat dipengaruhi oleh foto-foto teman-
teman dalam jaringan Facebook-nya untuk menentukan tempat wisata. 33%
Wisatawan mengubah rencana awal mereka setelah melihat foto-foto tersebut.
(travel.detik.com. 2013. Kini Traveling jadi Prioritas Kedua Orang Indonesia)
Tidak sulit rasanya mencari informasi mengenai perjalanan wisata melalui
internet, mulai dari travel agent online, promo-promo tiket pesawat dari berbagai
maskapai penerbangan, potongan harga dan diskon dari bermacam hotel, juga
informasi-informasi dari banyak travel bloger. Bukan hanya itu saja, ditambah
dengan adanya para travel blogger yang menuliskan dan membagi pengalamannya,
2
mahasiswa bisa tahu tempat-tempat yang sebelumnya tidak pernah terekspos atau
terinformasikan.
Dengan familiarnya Google, bisa dipastikan dengan mudah kita akan
menemukan berbagai macam sumber referensi dari berbagai macam ulasan
perjalanan wisata yang terdapat dalam blog para travel blogger. Entah itu jalur
menuju kesana, biaya yang diperlukan, atau pun tips dan trik selama berada di sana,
atau jika kita ingin menemukan sebuah destinasi untuk liburan yang sesuai dengan
keinginan kita, misalnya pantai, gunung, murah, mahal, nyaman, sejuk, camping,
rafting, backpacker.
Internet memang memiliki pengaruh yang sangat besar di Indonesia,
bertambahnya fungsi pemakaian internet membuat penggunanya semakin hari
semakin bertambah. Sampai pada Mei 2014, Kementrian Komunikasi dan Informasi
(Kemkominfo) menyatakan, pengguna internet di Indonesia mencapai 82 juta orang.
(kominfo.go.id. 2014. Pengguna Internet di Indonesia capai 82 juta orang).
Era internet memudahkan masyarakat Indonesia untuk melakukan
perencanaan traveling. Akibatnya, banyak keputusan pembelian paket wisata
dilakukan melalui online travel agent, yang mengikuti perubahan perilaku
masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Indonesia saat ini yang semakin techy
dan technology savvy.
Oleh karena itu, bisa lihat sendiri bagaimana menjamurnya online travel agent
di Indonesia saat ini. Kita lihat kehadiran brand-brand online travel agent yang begitu
digdaya seperti Panorama Group, Traveloka, TripAdvisor, Wego, TX Travel,
Expedia, Yuktravel, Gonla, dan lainnya, juga para pemain asing pun berbondong-
bondong masuk ke Tanah Air seperti Agoda, TripAdvisor, Wego, dan lainnya.
Tumbuhnya online travel agent ini tidak lepas dari pengaruh perubahan
konsumen Indonesia yakni dari dulunya kuper dan gaptek menjadi semakin well-
informed dan techy. Dalam hal perencanaan dan pembelian berbagai produk
traveling, masyarakat pun tentunya lebih senang melakukan di dunia online
ketimbang mendatangi kantor travel agent.
3
Seiring dengan karakteristik konsumen yang getol mencari-cari (searching)
benefit value yang terbaik. Dimana mereka kerap membuka banyak situs traveling
(blog travel bloger, laman komunitas traveling, travel review) untuk bisa
membandingkan berbagai value yang akan diperoleh. Dengan platform yang
terintegrasi, mereka berharap untuk mendapatkan benefit terbaik dalam melakukan
perjalanan wisata.
Salah satu penunjang kesuksesan industri traveling saat ini karena adanya
platform yang memungkinkan setiap orang untuk bisa berpartisipasi dan bercerita
mengenai perjalanan wisatanya di media sosial atau melalui blog yang mereka miliki.
Bila kita amati bahwa cerita tentang perjalanan menjadi bagian penting dalam
kehidupan para traveler. Mereka bisa bertanya, pamer foto, cerita tentang kesan-
pesan traveling, memberikan penilaian (rating) atas destinasi wisata atau hotel
tertentu, dan lainnya, seperti terlihat pada gambar customer journey di bawah ini.
Gambar : 1.1 Tahap Konsumen Merencanakan Perjalanan Wisata
Sumber : www.inventure.co.id (diakses pada 7 Oktober 2014)
Dalam perilaku konsumen banyak ditemukan faktor yang mempengaruhi
keputusan membeli konsumen, faktor-faktor tersebut adalah harga, merek, atribut,
promosi dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli
konsumen akan suatu produk dapat berasal dari dalam diri konsumen maupun berasal
dari luar diri konsumen (Kusumastuti, 2011: 2).
4
Seiring dengan berkembangnya teknologi khususnya internet, penggunaan
telefon genggam yang semakin meluas, serta banyaknya stasiun televisi yang
bermunculan melahirkan banyaknya media yang bisa digunakan untuk melakukan
promosi bagi perusahaan. Hal tersebut tentu saja membuat persaingan dalam dunia
bisnis akan semakin ketat. Sehingga pada saat ini, perusahaan berusaha keras
bagaimana caranya agar brand serta produk maupun jasa yang mereka keluarkan
mendapatkan perhatian dari customers.
Rumusan Masalah
Bagaimana Konsumen (Traveler Backpacker Solo) menggunakan New
Media?
Tujuan
1. Mendiskripsikan perilaku konsumen (Komunitas Backpacker Solo) dalam
mencari informasi sebelum melakukan perjalanan wisata
2. Mendiskripsikan perilaku konsumen (Komunitas Backpacker Solo) dalam
membagi informasi setelah melakukan perjalanan wisata
3. Untuk meneliti dan membuktikan perilaku konsumen (Komunitas Backpacker
Solo) dalam menggunakan new media untuk melakukan perjalanan wisata.
Tinjauan Pustaka
1. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “Mengapa
konsumen melakukan dan apa yang mereka lakukan”. Schiffman dan Kanuk
(2008: 6) mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi
mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk
mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi).
5
Konsumen memiliki keragaman yang menarik untuk dipelajari karena
ia meliputi seluruh individu dari berbagai usia, latar belakang budaya,
pendidikan, dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Oleh karena itu, sangatlah
penting untuk mempelajari bagaimana konsumen berperilaku dan faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku tersebut.
Definisi perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller (2008: 214):
Perilaku konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok dan
organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan
barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan
kebutuhan mereka.
Definisi perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2008: 6):
Perilaku konsumen menggambarkan cara individu mengambil
keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia
(waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan
dengan konsumsi.
Dari dua pengertian tentang perilaku konsumen di atas dapat diperoleh
dua hal yang penting, yaitu: (1) sebagai kegiatan fisik dan (2) sebagai proses
pengambilan keputusan.
2. New Media
New Media merupakan perkembangan baru dari media-media yang
telah digunakan manusia. Karakternya yang merupakan bentuk digital tentu
memudahkan dalam bertukar informasi dan berbagai kegiatan lainnya.
Kemunculan media baru memberikan dampak yang besar terhadap
kehidupan manusia. Media baru secara langsung telah merubah pola
kehidupan masyarakat, budaya, cara berfikir, dan hampir segala aspek dalam
kehidupan manusia. Perkembangan media ini mendapatkan tanggapan yang
beragam, ada yang pro dan ada yang kontra. Menurut Jan Van Dijk dalam
bukunya The Network Society, new media are media which are both
integrated and interactive and also use digital code at the turn of the 20th and
21st centuries.
6
Secara karakteristik, media baru sangat berbeda karakteristiknya
dengan media lama. Pada media lama, interaktivitas tidak terjalin dan jarak
diantara komunikator dengan komunikan sangat terlihat sekali. Sebaliknya,
media baru membawa potensi hubungan yang interaktif diantara pengguna
serta membangun hubungan yang setara antara pengirim dan penerima pesan.
Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh media baru dapat dilihat
sebagai kelebihan atau sisi positif dari media baru.
3. Internet
Salah satu media dalam komunikasi adalah internet. Perubahan
terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir (sejak munculnya TV) adalah
penemuan dan pertumbuhan internet (Severin dan Tankard, 2007: 443).
Secara harfiah, internet (kependekan daripada perkataan ‘inter-network’) ialah
rangkaian komputer yang terhubung menelusuri beberapa rangkaian.
Ledakan pertumbuhan kegiatan internet, yang dalam 1995 semakin
meningkat sekitar 10 sampai 15 persen per bulan, akhirnya dipandang oleh
para pakar sebagai tuntutan massa untuk memperoleh bentuk baru pertukaran
informasi (Fidler, 2003: 154).
Internet telah membentuk ruang dan waktu, yang bersifat nirjarak dan
nirwaktu, yang disebut cyberspace. Di cyberspace, segala bentuk media
komunikasi yang kita kenal: face-to-face meeting, telepon, fax, surat, surat
kabar, majalah, radio, TV, film telah bermutasi menjadi teleconference, i-
phone (internet telephone), i-fax (internet fax), e-mail (electronic mail), e-
magazine (electronic magazine), dan seterusnya.
Melalui jaringan Internet kita mampu melakukan komunikasi secara
langsung dengan berbagai orang diseluruh dunia tanpa dibatasi jarak dan
waktu melalui Media Sosial.
4. AISAS
Model AISAS adalah model komunikasi pemasaran yang
dikembangkan oleh agen periklanan Dentsu pada tahun 2005. AISAS sendiri
7
merupakan kepanjangan dari Attention - Interest - Search - Action (Sugiyama
& Andree, 2012:134).
AISAS ditujukan sebagai refleksi atas besarnya peranan internet
terhadap hidup manusia di era sekarang. Dimana posisi SEARCH dan SHARE
menjadi kegiatan penting di internet. SEARCH & SHARE merupakan elemen
yang sangat transparan, dalam mencari informasi berupa pengalaman
pemakai, tingkat pelayanan, kepuasan dan lain-lain, semua itu langsung dari
konsumen, bukan dari produsen. Testimonial dan Word of Mouth (WOM)
para konsumen menjadi senjata utama.
Metodologi
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah
deskriptif kualitatif. Kualitatif berarti penelitian dasar yang bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data
sebanyak-banyaknya. (Kriyantono, 2006: 56)
Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui mengapa anggota aktif Komunitas
Backpacker Solo mencari informasi mengenai perjalanan wisata melalui internet serta
bagaimana anggota aktif Komuntas Backpacker Solo menggunakan new media
sebagai media untuk mencari informasi perjalanan pariwisata. Peneliti lebih jauh
ingin mendalami bagaimana fungsi internet sehingga menjadi pilihan dalam mencari
informasi mengenai perjalanan pariwisata serta bagaimana internet dapat
mempengaruhi kegiatan Komunitas Backpacker Solo dalam merencanakan tujuan
berwisata.
Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara dengan 8
informan yang telah ditentukan, yaitu anggota Backpacker Solo yang aktif melakukan
perjalanan wisata dan telah menjadi anggota Backpacker Solo selama 2 tahun.
Pengumpulan data seluruhnya dilakukan peneliti di kota Surakarta. Peneliti
melakukan pengumpulan data selama bulan November 2014.
8
Sajian dan Analisis Data
A. Internet sebagai Media untuk Traveling (Search)
Banyak kemudahan yang ditawarkan internet khususnya bagi mereka para
traveler yang sedang merencanakan sebuah perjalanan wisata, di dalam internet
mereka bisa menemukan beragam ulasan destinasi wisata yang mereka cari, foto-
foto destinasi sebagai bahan observasi, ulasan-ulasan hotel ataupun tempat
menginap lengkap dengan harga, alamat, serta nomor telefon yang bisa mereka
hubungi, bukan hanya itu saja, kemudahan internet membuat banyak komunitas-
komunitas traveler yang kini kian menjamur, hal ini semakin mempermudah
akses setiap orang untuk melakukan traveling. Dalam Internet biasanya para
Traveler (Backpacker) :
1. Membandingkan Informasi dalam Internet
2. Mengkonfirmasi Informasi (Informasi dalam Internet sebagai Data
Pendukung)
3. Mengumpulkan Informasi dalam Internet
4. Mengikuti Informasi Terbaru
5. Membuat Perencanaan Perjalanan Wisata
B. Perjalanan Wisata (Action)
Hampir semua traveler pada saat ini, pasti melakukan riset mendalam
melalui internet sebelum mereka melakukan sebuah perjalanan wisata. Laman-
laman wisata yang bisa dengan mudah ditemukan dalam internet biasanya
dilengkapi juga dengan jadwal pesawat, hotel, serta letak-letak tempat wisata
yang bisa dikunjungi .
Kecanggihan Google, sebagai bank data yang memuat segala hal mengenai
Perjalanan Wisata membuat situs ini menjadi yang paling efektif dan efisien
untuk memberikan informasi mengenai dokumentasi atau informasi mengenai
perjalanan wisata.
9
C. Membagi Dokumentasi Perjalanan Wisata (Share)
Internet membuat semua orang dapat terlibat, sebagai orang yang
membagi sesuatu atau mencari sesuatu, Internet senantiasa mengakomodir segala
kebutuhan gaya hidup masyarakat. Internet menjadi sebuah media yang mampu
memberikan berbagai pengalaman baru pada diri setiap orang. Membagi
pengalaman ataupun cerita melalui media sosial nyatanya menjadi hal yang baru
dan menyenangkan bagi mahasiswa kebanyakan saat ini. Keinginan untuk lebih
menonjol dibanding yang lain atau keinginan untuk memperlihatkan sesuatu yang
berbeda dari atau dengan keseharian mereka menjadi salah satu dorongan untuk
membagi kegiatan mereka dalam internet.
Kegiatan berselancar di internet entah itu melalui browes-browser seperti
Google dan Yahoo ataupun berselancar melalui SNS (social network service)
kedua-duanya merupakan kebiasaan yang saat ini melekat dengan keseharian kita.
Apalagi saat ini kita tau, jarang sekali atau bahkan tidak ada orang yang tidak
memiliki akun media sosial , bukan hanya untuk membagi sesuatu ataupun
mencari sesuatu, alasan-alasan seperti agar eksis, agar menarik perhatian ataupun
pamer menjadi salah satu pendorongnya.
D. Benang Merah
Makin mudahnya perputaran arus informasi melalui internet ditambah
makin menggeliatnya industry traveling dalam bentuk promo maskapai
penerbangan, atau promo tempat-tempat menginap, sehingga keduanya sangat
mendukung dalam mengembangkan potensi pariwisata di Indonesia. Beberapa
tahun belakangan ini masyarakat khususnya kalangan traveler pasti tidak asing
lagi dengan istilah travel writer atau travel blogger. Dapat dibilang seorang travel
writer atau travel blogger dapat mempengaruhi orang untuk melakukan sebuah
perjalanan pariwisata.
Namun sekarang, dimana semakin maraknya komunitas-komunitas
traveling, dari mulai regional, nasional, hingga internasional membuat setiap
orang mampu menjadi travel writer yang mampu mempersuasi orang untuk
10
melakukan perjalanan wisata melalui dokumentasi perjalanan mereka yang
mereka bagi melalui media sosial.
Ya, saat ini bukan hanya seorang travel blogger saja yang mampu
mempengaruhi orang untuk melakukan perjalanan wisata. Melalui media sosial
banyak orang yang mampu menjadikan dirinya seorang traveler dan membuat
orang lain ingin merasakan perjalanan yang sama, mereka mendokumentasikan
cerita perjalanan mereka melalui foto atau video dan biasanya mereka juga
memasukan opini dan juga fakta dalam cerita perjalanan mereka.
Masyarakat kebanyakan yang notabene dalam masa-masa keingintahuan
dan rasa penasaran yang tinggi, awalnya ‘trigger’ atau dorongan yang mereka
dapatkan dari lingkungan keluarga atau teman-teman sepermainan didukung
dengan kemudahan mengakses informasi membuat banyak dari mereka yang
akhirnya tertarik untuk melakukan sebuah perjalanan wisata.
Internet, sebagai kemudahan yang kemudian hadir untuk mempengaruhi
serta memberikan kemudahan dalam arus informasi menjadi sebuah media yang
kemudian menjadi Media Pembanding, Media Support, Media Informasi, Media
Persuasif, serta Media Activator.
1. Media Pembanding
Dalam mencari sebuah informasi dalam internet, tentu saja kita tidak
bisa sepenuhnya percaya,hanya pada sebuah artikel atau halaman dalam
internet karena dalam internet, tentu saja informasi tidak hanya berasal dari
sumber-sumber yang kompeten dan terpercaya saja. Setiap orang dapat
menulis dan kemudian membagi tulisannya ke dalam internet, begitu juga
sebaliknya setiap orang dapat membaca informasi tersebut secara bebas.
Diperlukan filter dari diri sendiri untuk memilah dan memilih
informasi-informasi bagaimana dan apa saja informasi yang benar-benar
bermanfaat dan dapat dipercaya. Dalam setiap informasi yang tertulis, mereka
biasanya akan membandingkan (mengecek) pilihan transportasi yang akan
digunakan atau pilihan jalan alternatif yang tersedia dan juga besarnya biaya
yang harus mereka keluarkan.
11
2. Media Support
Walaupun memuat berjuta informasi, nyatanya lingkungan (teman)
tetap menjadi referensi utama bagi para traveler dalam memutuskan sebuah
rencana perjalanan. Walaupun terkadang informasi yang diberikan seorang
teman tidak lengkap tetapi hal itu bukan menjadi masalah, karena tambahan
informasi akan dengan mudah didapatkan melalui internet.
3. Media Informasi
Bagi traveler Backpacker, ternyata memiiki perencanaan perjalanan
merupakan hal yang sangat penting, dan seringkali dilakukan dengan ketat,
karena perjalanan mereka memang didasarkan pada pertimbangan biaya yang
paling rendah.
Dengan adanya internet, traveler bisa dengan mudah membagi
rencanya perjalanannya kepada orang lain, begitupun sebaliknya, rencana
perjalanan orang lain dapet menjadi rencana perjalanan mereka, maupun
referensi bagi rencana perjalanan yang akan mereka susun. Dengan kata lain,
dalam internet dipastikan memuat beragam hingga berjuta informasi
mengenai traveling.
4. Media Persuasif
Tempat-tempat menarik yang didokumentasikan melalui foto dan
dilengkapi dengan narasi membuat banyak orang pada akhirnya tertarik untuk
merencanakan sebuah perjalanan. Bukan hanya melalui narasi yang ditulis
dalam blog atau status dalam media sosial tetapi gambar pun juga mempunyai
pengaruh untuk mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah perjalanan
wisata.
Foto-foto yang tempat wisata yang diunggah di dalam internet, entah
itu di media sosial atau di dalam website biasanya mempunyai pengaruh yang
bisa membuat orang menjadi tertarik dan ingin mendatangi tempat yang ada
dalam foto tersebut.
12
5. Media Activator
Bagi seorang traveler backpacker yang akan malakukan pariwisata,
mencari informasi sebelum melakukan perjalanan wisata, baik itu informasi
penginapan, transportasi menuju tempat-tempat pariwisata, maupun tempat-
tempat wisata yang ingin dikunjungi menjadi hal yang wajib dilakukan
sebelum mereka melakukan perjalanan wisata. Karena seorang Backpacker
tentunya diharuskan memiliki perencanaan yang matang berdasarkan budget
yang mereka persiapkan. Mengetahui karakteristik, maupun kelebihan dan
kekurangan sebuah tempat pariwisata pun merupakan informasi yang wajib
diketahui sebeum melakukan sebuah perjalanan.
Siklus AISAS
Dalam pencarian informasi perjalanan wisata diatas terlihat sebuah rangkaian
proses AISAS, yang terjadi pada saat konsumen atau traveler mencari informasi
melalui internet. Dimana proses Attention-Interest-search-Action-Share tersebut
tidak selalu berurutan.
AISAS, dimana proses Share yang menjadi proses terakhir nyatanya hal
tersebut bukanlah akhir dari proses penyebaran informasi yang terjadi di dalam
internet. Cerita perjalanan seorang traveler yang mereka bagi dalam media sosial
yang mereka miliki menjadi sebuah informasi baru yang membuat traveler lainnya
(yang masih dalam tahap Attention atau Search) ingin merasakan sebuah perjalanan
wisata yang sama. Sehingga bisa kita lihat disini bahwa metode AISAS bukanlah
sebuah proses yang linear melainkan sebuah siklus, dimana setelah tahapan Share,
kembali lagi ke tahap Attention atau Search.
13
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa,
penggunaan Internet serta New Media bagi Backpacker Solo adalah :
1. Membandingkan Informasi mengenai Perjalanan Wisata yang tersedia dalam
Internet
2. Mengkonfirmasi informasi.
3. Mendukung yang memperkuat informasi yang berasal dari lingkungan sosial
(teman) yang menjadi data utama.
4. Mengumpulkan beragam informasi yang tersedia dalam internet.
5. Mengikuti informasi terbaru.
Terlihat adanya sebuah proses, yaitu AISAS (Attention – Interest – Search –
Action – Share), walaupun tidak selalu traveler mengalami proses ini secara
berurutan, dimana:
1. Pada tahap Attention, perilaku traveler berkaitan dengan mendapat informasi awal
untuk melakukan perjalanan wisata. Dimana postingan dokumentasi perjalanan
teman yang ada di media sosial menjadi salah satu pendorong bagi traveler untuk
melakukan perjalanan wisata. Hal ini sesuai dengan peran New Media sebagai
Media Persuasif.
2. Pada tahap Interest, perilaku mahasiswa berkaitan dengan mencari informasi
untuk wisata melalui internet adalah: Ketertarikan mahasiswa terhadap pilihan
destinasi traveling yang dipengaruhi oleh, keinginan untuk mengeksplore
keindahan, kebudayaan, serta landmark tempat-tempat yang mereka kunjungi.
Hal ini sesuai dengan peran New Media sebagai Media Activator.
3. Pada tahap Search, Komunitas Backpacker Solo mencari informasi untuk wisata
melalui internet adalah; 1) Mencari informasi perjalanan wisata secara mendalam,
hal ini dikarenakan beragam informasi yang tersedia dalam internet. Hal ini sesuai
dengan peran New Media yaitu sebagai Media Informasi.
2) Mengkonfirmasi informasi melalui internet. Hal ini sesuai dengan peran New
Media yaitu sebagai Media Pembanding.
14
4. Pada tahap Action, Komunitas Backpacker Solo memastikan rute perjalanan yang
mereka tempuh melalui bantuan internet. Hal ini sesuai dengan peran New Media
sebagai Media Support.
5. Pada tahap Share, Komunitas Backpacker Solo membagi dokumentasi perjalanan
wisata mereka melalui melalui internet. Dalam tahap ini, terkadang dokumentasi
perjalanan yang mereka bagi dalam media sosial yang mereka miliki menjadi
sebuah informasi baru yang membuat traveler lain ingin merasakan sebuah
perjalanan wisata yang sama. Sehingga bisa kita lihat disini bahwa metode
AISAS bukanlah sebuah proses yang linear melainkan sebuah siklus, dimana
setelah tahapan Share, kembali lagi ke tahap Attention atau Search
Saran
Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dalam tahap Search hasil penelitian
memperlihatkan:
Industri Travel Agen dapat bekerja sama dengan para Bloggers untuk
menghasilkan sebuah konten yang mendukung perkembangan pariwisata di
Indonesia, dimana didalamnya bisa berisi informasi-informasi yang rinci yaitu itu
dalam pilihan transportasi, biaya perjalanan, informasi yang dalam atau lebih
mengeksplore tempat-tempat pariwisata Indonesia yang telah atau belum banyak
dikenal, mengingat konten yang ditulis dalam internet memiiki masa yang panjang
dan mudah dicari karena sifatnya yang online. Lebih baik juga apabila tersedia dalam
berbagai bahasa agar dapat menyasar turis-turis asing yang ingin mengunjungi
Indonesia.
Juga mengantisipasi tempat-tempat wisata yang saat ini mulai banyak dikenal
agar tidak dirusak keindahan alaminya. Banyaknya ulasan menarik di internet
terkadang membuat orang beramai-ramai mengunjungi tempat tersebut dan akhirnya
menimbulkan kerusakan.
Melihat saat ini pencarian informasi terpusat di internet, penting bagi dinas-
dinas terkait untuk mengelola website resmi pemerintah khususnya yang
berhubungan dengan informasi pariwisata dengan lebih serius dan maksimal.
15
Daftar Pustaka
Dijk, Jan Van. (2012). The Network Society. SAGE Publications. New York.Fiddler, Roger. (2003). Media Morfosis. Bentang Budaya. Yogyakarta.Kotler, Philip. (2008). Manajemen Pemasaran. Penerbit Erlangga. Jakarta.Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane (2008). Manajemen Pemasaran. Jilid Satu,
Edisi Keduabelas, Cetakan Ketiga. Penerbit Indeks. Jakarta.Krisyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikas. Kencana. Jakarta.Kusumastuti, Y.I. (2011). Komunikasi Bisnis. IPB Press. Bogor.Lutviah. (2011). Dapat diakses di http://lutviah.net/2011/02/07/media-baru-apadan-
bagaimana/. (diakses tanggal 12 Agustus 2013).Schiffman, Leon, & Kanuk, Leslie Lazar. (2008). Consumer Behaviour.7th Edition
(Perilaku Konsumen). PT. Indeks. Jakarta.Severin, W.J dan J.W Tankard. (2007). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
terapan di dalam Media Massa. Kencana. Jakarta.Sugiyama, Kotaro dan Tim Andree. (2012). The Dentsu Way: Secrets of Cross Switch
Marketing from the World’s. McGraw-Hill. Japan.Yin, Robert K. (1997). Study Kasus: Desain dan Metode. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.Travel.detik.com
http://travel.detik.com/read/2013/09/09/155351/2353478/1382/kini-traveling-jadi-prioritas-kedua-orang-indonesia . (diakses 7 Oktober 2014)
Inventure.co.idhttp://inventure.coid/C3000/era-kebangkitan-industri-traveling/. Diakses pada Rabu 7 Oktober 2014
Kominfo.go.idhttp://teknologi.news.viva.co.id/news/read/512467-pengguna-ponsel-di-indonesia-lampaui-jumlah-penduduk. Diakses pada Rabu 7 Oktober 2014.
16