27
WRAP UP SKENARIO 3 BLOK DARAH DAN SISTEM LIMFATIK PEMBENGKAKAN KELENJAR LEHER” KELOMPOK : B-10 KETUA : SITI NURDIANTI ( 1102014253 ) SEKRETARIS : NORA SAPUTRI ( 1102014197 ) ANGGOTA : MUHAMMAD ISKANDAR ( 1102010183 ) SELVI ALFRIDA ( 1102013266 ) NEVY ULFAH HANAWATI ( 1102014192 ) NISRINA NURUL INSANI ( 1102014196 ) RIZKA RIFIANDINI ( 1102014231 ) SHABRINA ARDELIA ANANTA ( 1102014244 ) SITI AISYAH ( 1102014250 ) ZULFIKAR CAESAR NARENDRA ( 1102014294 ) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA 2015/2016

WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

WRAP UP SKENARIO 3

BLOK DARAH DAN SISTEM LIMFATIK

“PEMBENGKAKAN KELENJAR LEHER”

KELOMPOK : B-10

KETUA : SITI NURDIANTI ( 1102014253 )

SEKRETARIS : NORA SAPUTRI ( 1102014197 )

ANGGOTA : MUHAMMAD ISKANDAR ( 1102010183 )

SELVI ALFRIDA ( 1102013266 )

NEVY ULFAH HANAWATI ( 1102014192 )

NISRINA NURUL INSANI ( 1102014196 )

RIZKA RIFIANDINI ( 1102014231 )

SHABRINA ARDELIA ANANTA ( 1102014244 )

SITI AISYAH ( 1102014250 )

ZULFIKAR CAESAR NARENDRA ( 1102014294 )

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

JAKARTA

2015/2016

Page 2: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

SKENARIO ........................................................................................................................3

KATA-KATA SULIT ........................................................................................................4

PERTANYAAN..................................................................................................................5

JAWABAN .........................................................................................................................6

HIPOTESIS ........................................................................................................................7

SASARAN BELAJAR .......................................................................................................8

Definisi limfadenopati ................................................................................................9

Klasifikasi limfadenopati............................................................................................9

Etiologi limfadenopati ..............................................................................................10

Epidemiologi limfadenopati .....................................................................................13

Patofisiologi limfadenopati ......................................................................................14

Manifestasi klinis limfadenopati ..............................................................................15

Diagnosis dan Diagnosis banding limfadenopati .....................................................17

Komplikasi limfadenopati ........................................................................................22

Tatalaksana limfadenopati ........................................................................................23

Pencegahan limfadenopati ........................................................................................26

Prognosis limfadenopati ...........................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................27

Page 3: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

3

SKENARIO

PEMBENGKAKAN KELENJAR LEHER

Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan terdapat

benjolan pada leher kanan sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan semakin lama

bertambah besar. Keluhan disertai dengan demam terutama malam hari, berat badan menurun

dan nyeri pada benjolan tersebut.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan kelenjar getah bening di regiocolli

dextra, satu buah, konsistensi sedikit keras, ukuran 3x3 cm, tidak ada tanda inflamasi dan

nyeri tekan. Ditemukan juga pembengkakan kelenjar getah bening di kedua inguinal masing-

masing satu buah, ukuran 1x1 cm, konsistensi sedikit keras, tidak ada tanda inflamasi dan

nyeri tekan.

Dokter meminta pasien untuk melakukan biopsi kelenjar getah bening untuk

menegakkan diagnosis dan pasien menyetujuinya.

Page 4: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

4

KATA SULIT

Biopsi : Mengambil sepotong jaringan yang masih dalam keadaan

hidup.

Region colli dextra : Daerah leher sebelah kanan dimana terletak kelenjar getah

bening, sering terjadi pembengkakan.

Inguinal : Lipatatan/pangkal paha.

Page 5: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

5

PERTANYAAN

1. Mengapa demam terjadi pada malam hari?

2. Mengapa terdapat benjolan yang nyeri tetapi tidak terdapat nyeri?

3. Mengapa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening?

4. Mengapa terdapat benjolan di leher?

5. Mengapa konsistensi benjolan tersebut keras?

6. Mengapa berat badan menurun?

7. Mengapa benjolan tersebut semakin lama semakin besar?

8. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis?

9. Apa diagnosis kasus tersebut?

10. Mengapa kelenjar getah bening yang diserang pertama kali di leher?

Page 6: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

6

JAWABAN

1. Karena aktivitas bakteri meningkat di malam hari, maka tubuh mengkompensasi

dengan cara menaikkan suhu tubuh.

2. Karena pembengkakan yang sudah menekan syaraf.

3. Karena ada infeksi, keganasan, dan pasca vaksinasi.

4. Karena meningkatnya produksi limfosit di kelenjar getah bening leher.

5. Karena adanya penumpukan limfosit yang mati saat memakan bakteri ( fagositosis ).

6. Karena nutrisi makanan diambil untuk melawan infeksi dengan meningkatkan

produksi limfosit.

7. Karena pembentukan limfosit yang terus menerus.

8. - Biopsi

- Pemeriksaan darah

- Pemeriksaan lab : hitung darah lengkap, LED, aspirasi & trefin sumsum tulang,

LDH.

- Radiologi : foto sinar X torax, CT torax, abdomen, dada, panggul dan MRI.

9. Limfadenopati.

10. Tergantung port d entry infeksi. Karena sirkulasi kerja imunnya lebih dulu ke baggian

atas.

Page 7: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

7

HIPOTESIS

Adanya infeksi, keganasan, dan pasca vaksinasi dapat menyebabkan pembengkakan

kelenjar getah bening karena meningkatnya produksi limfosit, keadaan ini disebut

limfadenopati yang secara klinis dapat dilihat dengan adanya benjolan di regio colli dextra

dan inguinal, untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan biopsi, pemeriksaan darah,

pemeriksaan laboratorium lengkap dan radiologi.

Page 8: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

8

SASARAN BELAJAR

LI.1 Memahami Dan Menjelaskan Limfadenopati

LO.1.1 Definisi Limfadenopati

LO.1.2 Klasifikasi Limfadenopati

LO.1.3 EtiologiLimfadenopati

LO.1.4 Epidemiologi Limfadenopati

LO.1.5 Patofisiologi Limfadenopati

LO.1.6 Manifestasi klinis Limfadenopati

LO.1.7 Diagnosis dan Diagnosis banding Limfadenopati

LO.1.8 Komplikasi Limfadenopati

LO.1.9 Tatalaksana Limfadenopati

LO.1.10 PencegahanLimfadenopati

LO.1.11 PrognosisLimfadenopati

Page 9: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

9

LI.1 Memahami Dan Menjelaskan Limfadenopati

LO.1.1 Definisi Limfadenopati

Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran

lebih besar dari 1 cm. Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati sebagai

abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah bening. Terabanya kelenjar getah

bening supraklavikula, iliaka, atau popliteal dengan ukuran berapa pun dan terabanya

kelenjar epitroklear dengan ukuran lebihbesar dari 5 mm merupakan keadaan

abnormal.

Limfadenopati adalah pembesaran kelenjar limfe dan terjadi sebagai respon

terhadap berbagai infeksi, inflamasi dan proses keganasan. Limfadenopati generalisata

adalah pembesaran dua atau lebih kelompok kelenjar limfe di area yang tidak

berdekatan, sedangkan limfadenopati reional melibatkan hanya satu kelompk kelnejar

limfe.

LO.1.2 Klasifikasi Limfadenopati

Berdasarkan luas limfadenopati:

1. Generalisata: Limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.

Limfadenopati generalisata yang persisten (PGL) adalah limfadenopati pada

beberapa kelenjar getah bening yang bertahan lama. PGL adalah gejala khusus

infeksi HIV yang timbul pada lebih dari 50% Odha dan sering disebabkan oleh

infeksi HIV sendiri.

Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sbb:

a) Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening,

b) Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1cm dalam setiap

kelompok,

c) Berlangsung lebih dari satu bulan & Tidak ada infeksi lain yang

menyebabkannya

d) Pembengkakan kelenjar getah bening ini bersifat tidak sakit, simetris (kiri-kanan

sama), dan kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah

rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk kunci paha.

e) Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak

berwarna merah.

Limfadenopati generalisata sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit

autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata.

Penyebab jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata

dapat disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium

lanjut.

2. Lokalisata: Limfadenopati pada 1 regio.

a. Limfadenopati kepala dan leher

b. Limfadenopati aksila, epitrochlear

c. Limfadenopati inguinal

Page 10: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

10

Berdasarkan tempat limfadenopati :

a) Limfadenopati epitroklear Selalu patologis. Penyebabnya meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan,

limfoma,sarkoidosis, tularemia, dan sifilis sekunder.

b) Limfadenopati aksila Sebagian besar disebabkan oleh infeksi atau jejas pada ekstremitas atas.

Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah bening aksila

anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor primer.

c) Limfadenopati supraklavikula Mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan. Limfadenopati supraklavikula

kanan berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus.

Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan

keganasan abdominal (lambung, kandung empedu, pankreas, testis, ovarium,

prostat).

d) Limfadenopati inguinal Sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang normal, terutama yang

bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi merupakan

penyebab tersering limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal jarang

disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva,

limfoma, serta melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal. Limfadenopati

inguinal ditemukan pada 58% penderita karsinoma penis atau uretra.

e) Limfadenopati generalisata

Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit

autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata.

Penyebab jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata

dapat disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat

stadium lanjut. Limfadenopati sumber keganasan primer yang mungkin

bermetastasis ke kelenjar getah bening tersebut dan tindakan diseksi leher.

LO.1.3 Etiologi Limfadenopati

Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan

tersebut dapat diingat dengan mnemonik MIAMI:

Malignancies (keganasan)

Infections (infeksi)

Autoimmune disorders (kelainan autoimun)

Miscellaneous and unusual conditions (lain-laindan kondisi tak-lazim)

Iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik).

Page 11: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

11

INFEKSI

-Infeksi Virus

Infeksi HIV paling sering menyebabkan limfdenopati servikaslis yang

merupakan salah satu gejala umum dari infeksi primer HIV. Infeksi primer

atau akut adalah penyakit yang dialami oleh sebagian orang pada beberapa

hari atau minggu setelah tertular HIV. Gejala lain termasuk demam dan sakit

kepala dan sering kali penyakit ini dianggap flu.

Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari

darah. Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan

menggandakan diri dalam sel di KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus

HIV berada dalam darah. Sisanya ada pada sistem limfatik, termasuk limfa,

lapisan usus dan otak.

Pada penderita HIV positif, aspirat KGB dapat menggandung

immunoblas yang sangat banyak. Pada beberap kasus juga terdapat sel-sel

imatur yang banyak. Pada fase deplesi , pada aspirat sedikit dijumpai sel

folikel, immunoblas dan trigle body macrophage, tetapi banyak dijumpai sel-

sel plasma.

Page 12: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

12

Limfadenopati generalisata yang persisten (persisten generalized

lymphadenophaty/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB

yang berjauhan, simestris dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus

infeksi HIV yang timbul pada lebih dari 50% orang dengan HIV/AIDS

(ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh HIV-nya itu sendiri.

PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan

jumlah CD4 di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga

kadar CD4 200. Kurang lebih 30% orang dengan PGL juga spenomegali.

Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut :

Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening

Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm

dalam setiap kelompok

Berlangsung lebih dari satu bulan

Tidak ada infeksi lain menyebabkannya

Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan

kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang

bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya

kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak berwarna

merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat, dan lebih mudah

ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran

sebesar kacang polong sampai sebesar buah anggur.

KEGANASAN

Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan

limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu

limfoma membutuhkan tidakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe

limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan

kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel yang menoton

dengan ukuran sel yang hampir sama. Biasanya tersebar dan tidak

berkelompok.

Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan

ditemukannya tanda klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang

limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel Reed Sternberg adalah sel yang

besar dengan dua inti atau multinucleated dengan sitoplasma yang banyak dan

pucat.

Page 13: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

13

Penyakit Lainnya

Salah satu yang gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit

Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit

Cat-scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan

Sisestemic lupus erithematosus (SLE).

Penyakit Kawasaki, disebut juga sindrom kelenjar getah bening

mukokutaneus, merupakan vaskulitis yang paling sering didapatkan pada

anak. Etiologinya tidak diketahui. Biasanya bersifat swasirna

(selflimiting)dengan manifestasi inflamasi lain yang berlangsung kurang lebih

12 hari. Dapat terjadi komplikasi berupa aneurisma arteri koroner,

kardiomiopati, gagal jantung,infark miokard, aritmia, dan oklusi arteri perifer.

Diagnosis ditegakkan bila terdapat demam >5 hari dengan minimal 4

dari 5 gejala berikut:

• Injeksi konjungtiva bulbar bilateral

• Perubahan membran mukosa oral (fi sura dan kemerahan pada bibir, faring,

strawberry tongue)

• Perubahan pada ekstremitas (eritema telapak tangan dan kaki, edema tangan

dan kaki pada fase akut, dan deskuamasi periungual pada fase konvalesen)

• Ruam polimorfi k

• Limfadenopati servikal (minimal 1 kelenjar dengan diameter >1,5 cm).

Obat-Obatan

Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata.

Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obat seperti fenitoin dan

isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,

carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin.

Imunisasi

Juga dilaporkan dapat menyebablan limfadenopati di daerah leher, seperti

setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid.

LO.1.4 Epidemiologi Limfadenopati

Pembesaran KGB di leher sering terjadi pada anak-anak. Sekitar 38% sampai

45% pada anak normal memiliki KGB daerah leher yang teraba. Belanda terdapat

2556 kasus limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan dan 10% dirujuk ke spesialis,

3,2% membutuhkan biopsy dan 1,1% mengalami keganasan. Pasien usia >40 tahun

dengan limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan memiliki resiko keganasan 4%

dibandingkan resiko keganasan 0,4% bila ditemukan pada pasien <40 tahun.

Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45%

pada anaknormal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah

salah satu masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak

dapat hilang dengan sendirinya apabila disebabkan infeksi virus. 1,15 Studi yang

dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun bakteri merupakan

penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan cytomegalovirus (CMV)

merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan disebabkan infeksi saluran

Page 14: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

14

pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan infeksi

Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus. 16 Dari studi yang dilakukan di

Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak diketahui penyebabnya.

Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2% kasus membutuhkan

biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan. Penderita limfadenopati usia >40 tahun

memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati

usia

LO.1.5 Patofisiologi Limfadenopati

Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem

vaskular darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran

limfe jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya

bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi

kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa

dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil

agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian

memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe.

Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang

bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan

cara yang sama.

Bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan

karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan

mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat

menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan

primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang

menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang

dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak

menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe

mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah. (Price,

1995; 39 - 40).

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik dapat menghasilkan petunjuk tentang

kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya

hitung darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati

sistemik tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe

dianjurkan. (Harrison, 1999; 372). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur

mame diamdil melalui operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan,

lalu secepatnya dikirim kelaborat untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan

untuk pemastian diagnosis setelah operasi. ( Oswari, 2000; 240 ). Anestesi umum

menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk kejaringan otak dengan tekanan

setempat yang tinngi. ( Oswari, 2000; 34 ). Pada awal pembiusan ukuran pupil masih

biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur, sedangkan

tekanan darah tidak berubah, seperti biasa. (Oswari, 2000; 35).

Page 15: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

15

LO.1.6 Manifestasi klinis Limfadenopati

Limfoma cenderung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan

tanpa nyeri. Kelenjar pada karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada

jaringan dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara asimetrik,

dan saling berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa. (Harrison, 1999;

370).

Tanda-tanda penyerta (sign):

Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik merah

pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya selaput

pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas

berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada

infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan

kepada infeksi epstein barr virus.

Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.

Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang dengan

penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa

mengarahkan kepada leukemia.

Penyebab Karakteristik Diagnostik

• Keganasan

- Limfoma

- Leukemia

- Neoplasma kulit

- Sarkoma Kaposi

- Metastasis

• Infeksi

- Bruselosis

- Cat-scratch disease

- CMV

- HIV, infeksi primer

- Limfogranuloma

venereum

- Mononukleosis

- Faringitis

- Rubela

Demam, keringat malam,

penurunan berat badan,

asimptomatik

Memar, splenomegali

Lesi kulit karakteristik

Lesi kulit karakteristik

Bervariasi tergantung tumor

primer

Demam, menggigil, malaise

Demam, menggigil, atau

asimptomatik

Hepatitis, pneumonitis,

asimptomatik,

infl uenza-like illness

Nyeri, promiskuitas seksual

Demam, malaise, splenomegali

Demam, eksudat orofaringeal

Ruam karakteristik, demam

Demam, keringat malam,

Biopsi kelenjar

Pemeriksaan

hematologi, aspirasi

sumsum tulang

Biopsi lesi

Biopsi lesi

Biopsi

Kultur darah,

serologi

Diagnosis klinis,

biopsi

Antibodi CMV, PCR

HIV RNA

Diagnosis klinis, titer

MIF

Pemeriksaan

hematologi,

Monospot,

serologi EBV

Page 16: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

16

- Tuberkulosis

- Tularemia

- Demam tifoid

- Sifilis

- Hepatitis virus

• Autoimun

- Lupus eritematosus

sistemik

- Artritis reumatoid

- Dermatomiositis

- Sindrom Sjogren

• Lain-lain/kondisi tak-

lazim

- Penyakit Kawasaki

- Sarkoidosis

• Iatrogenik

- Serum sickness

- Obat

hemoptisis,riwayat kontak

Demam, ulkus pada tempat

gigitan

Demam, konstipasi, diare, sakit

kepala, nyeri perut, rose spot

Ruam, ulkus tanpa nyeri

Demam, mual, muntah, diare,

ikterus

Artritis, nefritis, anemia, ruam,

penurunan berat badan

Artitis simetris, kaku pada pagi

hari, demam

Perubahan kulit, kelemahan otot

Proksimal

Keratokonjungtivitis, gangguan

ginjal, vaskulitis

Demam, konjungtivitis,

strawberryTongue

Perubahan kulit, dispnea,

adenopati

Hilar

Demam, urtikaria, fatigue

Limfadenopati asimptomatik

Kultur tenggorokan

Serologi

PPD, kultur sputum,

foto toraks

Kultur darah,

serologi

Kultur darah, kultur

sumsum tulang

Rapid plasma reagin

Serologi hepatitis, uji

fungsi hati

Klinis, ANA,ds

DNA, LED,

hematologi

Klinis, radiologi,

faktor reumatoid,

LED,Hematologi

EMG, kreatin kinase

serum, biopsi otot

Uji Schimmer, biopsi

bibir,

LED,Hematologi

Kriteria klinis

ACE serum, foto

toraks, biopsi paru/

kelenjar hilus

Klinis, kadar

komplemen

Penghentian obat

Page 17: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

17

LO.1.7 Diagnosis dan Diagnosis banding Limfadenopati

Anamnesis :

Lokasi, gejala penyerta, riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat, pekerjaan.

Pemeriksaan fisik :

a) Ukuranya normal jika diameter < 0.5cm, jika > 1.5cm abnormal

b) Nyeri tekan umumnya akibat peradangan atau proses perdarahan.

c) Konsistensi nya jika keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat

seperti karet mengarahkan kepada Limfoma, jika lunak mengarah kapada Infeksi,

Fluktuatif mengarah kepada Abses.

Pemeriksaan penunjang :

1. Ultrasonografi (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui ukuran,

bentuk, dan gambaran mikronodular.

2. Biopsi

Biopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau dengan

operasi menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel atau kelenjar getah

bening akan dibawa ke lab dan diuji. Biopsy KGB memiliki nilai sensitifitas 98 % dan

spesifisitas 95 %. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi

indikasi untuk dilaksanakan biopsy KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat

tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan.

3. Kultur

Kultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium yang

membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan diperlukan untuk

memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab infeksi.

4. CT Scan

CT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk mengambil gambar

tubuh Anda untuk mengetahui apa yang mungkin menyebabkan limfadenitis Anda.

Sebelum mengambil gambar, Anda mungkin akan diberi pewarna melalui IV di

pembuluh darah Anda agar dapat melihat gambar dengan jelas. CT Scan dapat

mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.

5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Magnetic resonance imaging (MRI) digunakan untuk melihat dalam tubuh Anda.

Dokter dapat menggunakan gambar ini untuk mencari penyebab limfadenitis

Page 18: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

18

Page 19: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

19

Diagnosis Banding

1. Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)

Limfoma Hodgkin adalah kanker jaringan limfoid, biasanya pada kelenjar limfe

dan limpa. Penyakit ini adalah salah satu jenis kanker yang paling sering dijumpai

pada dewasa muda, terutama pria muda. Penyakit Hodgkin merupakan gangguan

klonal yang berasal dari satu sel abnormal. Populasi sel abnormal tampak

diturunkan dari sel B atau yang lebih jarang dari sel T atau monosit. (Corwin,

2009)

Walaupun tumor yang berasal dari sel T juga ditemukan (jarang), sekarang

disepakati bahwa, pada sebagian besar kasus limfoma Hodgkin adalah neoplasma

sel B pusat germinativum yang mengalami transformasi. Prognosis setelah

radioterapi dan kemoterapi agresif untuk pasien dengan penyakit ini, termasuk

mereka yang mengidap penyakit diseminata (stadium III dan IV), umumnya sangat

baik. (Kumar, 2007)

Tipe dan stadium

Telah dikenali empat jenis utama penyakit Hodgkin. Tipe nodular sklerosis dan

selularitas campuran terjadi pada 80% kasus. Stadiumnya sama dengan NHL.

Sistem Ann Arbor atau variasinya banyak digunakan.8

Sistem penentuan stadium Ann Arbor:

Stadium I : suatu daerah nodus tunggal atau lokasi ekstranodus tunggal

Stadium II : dua atau lebih daerah nodus atau lokasi ekstranodus dengan

keterlibatan nodus regional (IIE) pada satu sisi diafragma

Page 20: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

20

Stadium III : pembesaran limfatik pada kedua sisi diafragma.

Stadium IV : keterlibatan hati atau sumsum tulang atau keterlibatan yang

luas pada daerah ekstralimfatik

A: menandakan tidak adanya keringat malam, >10% penurunan berat badan

atau demam.

B: menandakan adanya satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut.

Klasifikasi limfoma Hodgkin berdasarkan WHO (2008)

Gambaran klinis:

Pembesaran kelenjar limfe tanpa disertai nyeri, terutama di daerah leher dan di

bawah lengan

Dapat timbul demam malam hari dan keringat malam

Penurunan berat badan pada dtadium penyakit(Corwin, 2009)

2. Limfoma maligna non-Hodgkin

Limfoma non-Hodgkin biasanya terjadi pada individu yang lebih lanjut dan

biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut dari limfoma Hodgkin.

Limfoma non-Hodgkin tidak terbatas pada satu kelompok kelenjar limfe seperti

limfoma Hodgkin, tetapi lebih menyebar luas melalui organ limfoid, termasuk

kelenjar limfe, hati, limpa, dan sumsum tulang.

Penyebab limfoma non-Hodgkin masih belum jelas, tetapi infeksi virus,

termasuk infeksi HIV, tampaknya bertanggung jawab pada beberapa kasus.

Secara keseluruhan, limfoma non-Hodgkin memiliki prognosis yang lebih buruk

dari limfoma Hodgkin. (Corwin, 2009)

Gambaran klinis:

Pembesaran kelenjar limfe yang tidak nyeri

Splenomegali

Dapat timbul komplikasi saluran cerna

Demam, keletihan

Penurunan berat badan

Nyeri punggung dan leher disertai hiper-refleksia(Corwin, 2009)

3. Limfadenitis tuberkulosis

Limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau

getah bening yang disebabkan oleh basil tuberkulosis (Ioachim, 2009). Apabila

peradangan terjadi pada kelenjar limfe di leher disebut dengan scrofula

(Dorland, 1998). Limfadenitis pada kelenjar limfe di leher inilah yang biasanya

paling sering terjadi (Kumar, 2004). Istilah scrofula diambil dari bahasa latin

yang berarti pembengkakan kelenjar. Hippocrates (460-377 S.M.) menyebutkan

istilah tumor skrofula pada sebuah tulisannya (Mohaputra, 2009).

Limfadenitis tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.

Mycobacteria tergolong dalam famili Mycobactericeae dan ordo

Actinomyceales. Basil TB adalah bakteri aerobik obligat berbentuk batang tipis

lurus berukuran sekitar 0,4 x 3 μm dan tidak berspora. M. tuberculosis

merupakan bakteri tahan asam dan mudah mengikat pewarna Ziehl-Neelsen atau

karbol fuksin (Kumar, 2004).

Page 21: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

21

Gambaran klinis:

Pembengkakan kelenjar limfe dapat terjadi secara unilateral atau bilateral,

tunggal maupun multipel.

Benjolan biasanya tidak nyeri dan berkembang secara lambat dalam hitungan

minggu sampai bulan, paling sering berlokasi di regio servikalis posterior

dan yang lebih jarang di regio supraklavikular

Menunjukkan gejala sistemik seperti demam, penurunan berat badan, fatigue

dan keringat malam.

4. Limfadenitis kronik non spesifik

Merupakan radang kronis dari kelenjar limfe yang sering terjadi sekunder

terhadap suatu radang menahun ditempat lain. Misalnya radang kronis di tonsil

akan berakibat limfadenitis di kelenjar limfe leher. Limfadenitis kronik

nonspesifik itu sendiri dapat terjadi karena:

Infeksi virus: yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagianatas

sepertiRinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus,Respiratory Syncytial

Virus, Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.

Infeksi bakteri: peradangan KGB (limfadenitis) dapat

disebabkanStreptokokus betahemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus.

Bakteri anaerob bila berhubungandengan caries dentis dan penyakit gusi,

radang apendiks atau abses tubo-ovarian.

Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan

limfoma jugadapatmenyebabkan limfadenopati.

Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah

penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen,

penyakit Cat -scratch, penyakit Castleman, Rhematoid arthritis dan Sistetmic

lupus erithematosus (SLE).

Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati

dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid.

Obat-obatan lainnyaseperti

allupurinol,atenolol, captopril,carbamazepine,cephalosporin,emas,hidralazine

, penicillin,pirimetamine,quinidine,sulfonamida, sulindac.

Makroskopik :

1. Kelenjar limfe membesar

2. Dapat digerakan dari jaringan sekitar

3. Berkapsul

4. Konsistensi keras, terutama jika ada fibrosis

Mikroskopik :

1. Gambaran jaringan kelenjar limfe dengan sentrum germinativum

membesar dan aktif mengandung limfosit-limfosit muda yang menunjukkan

mitosis atau proliferasiselretikulum yang sering mengandung kuman atau

debris seluler yang telah difagositosis

2. Penambahan sel retikulum dan limfosit dalam sinus disebut sinus catarrh.

3. Fibrosis diantara jaringan limfoid.

Page 22: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

22

4. Kapsul dari nodus limfatikus bisa mengalami periadenitisakan tampak tebal

denganinfiltrasi sel-sel radang kronis.

5. AcuteLymphoblasticLeukemia

Leukemialimfoblastik akut(ALL) adalahganas(klonal) penyakitsumsum tulangdi

manaprekursorlimfoidawalberkembang biak danmenggantikan sel-

selhematopoietiknormalsumsum. ALLadalah jenis yang palingumum

kankerdanleukemiapada anak-anakdi Amerika Serikat.

Etiologi :

Sedikit yang diketahui tentangetiologileukemialimfoblastik akut(ALL) pada

orang dewasadibandingkandenganleukemiamyelogenousakut(AML).

Kebanyakanorang dewasadenganALLtidak memiliki faktor risikodiidentifikasi.

Meskipun sebagian besarleukemiaterjadisetelah

terpaparradiasiAMLdaripadaALL, peningkatan prevalensi ALL tercatat

dalamselamat daribom atom Hiroshimatetapi tidakpada mereka yangselamat

daribom atomNagasaki.

Pasienjarangmemiliki gangguanyghematologi(AHD) seperti

sindrommyelodysplastic(MDS) yang berkembangke ALL. Namun,kebanyakan

pasiendenganMDSyang berkembanguntukleukemia

akutmengembangkanAMLdaripada ALL. Semakin,

kasusALLdengankelainankromosomBand11q23setelah

pengobatandengantopoisomeraseIIinhibitoruntuk keganasanlaintelah dijelaskan.

Namun,kebanyakan pasien yangmengembangkanleukemia akutsekundersetelah

kemoterapiuntuk kankerlainmengembangkanAMLdaripadaALL.

LO.1.8 Komplikasi Limfadenopati

Pembentukan abses Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.

Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.

Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel

yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan

infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah

putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang

mengisi ronggatersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan

pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses; hal ini

merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika

suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun

dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.

Selulitis (infeksi kulit) Selulitis adalah suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah

kulit. Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah

bening dan aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh.

Page 23: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

23

Sepsis (septikemia atau keracunan darah) Sepsis adalah kondisi medis yang berpotensi berbahaya atau mengancam nyawa, yang

ditemukan dalam hubungan dengan infeksi yang diketahui atau dicurigai (biasanya

namun tidak terbatas pada bakteri-bakteri).

Fistula (terlihat dalam limfadenitis yang disebabkan oleh TBC) Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening, padat /

keras, multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat pula sudah terjadi

perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak seperti abses tetapi tidak

nyeri. Apabila abses ini pecah ke kulit, lukanya sulit sembuh oleh karena keluar

secara terus menerus sehingga seperti fistula. Fistula merupakan penyakit yang erat

hubungannya dengan immune system / daya tahan tubuh setiap individual.

LO.1.9 Tatalaksana Limfadenopati

Pembesaran KGB biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh sendiri, walaupun

pembesaran KGB dapat berlangsung mingguan. Pengobatan pada infeksi KGB oleh

bakteri (limfadenitis) adalah anti-biotic oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari

pertama flucloxacillin 25 mg/kgBB empat kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap

antibiotic golongan penicillin dapat diberikan cephalexin 25 mg/kg (sampai dengan

500 mg) tiga kali sehari atau erythromycin 15 mg/kg (sampai 500 mg) tiga kali

sehari.

Bila penyebab limfadenopati adalah mycobacterium tuberculosis maka diberikan obat

anti tuberculosis selama 9-12 bulan. Bila disebabkan mycobacterium selain

tuberculosis maka memerlukan pengangkatan KGB yang terinfeksi atau bila

pembedahan tidak memungkinkan atau tidak maksimal diberikan antibiotic golongan

makrolida dan anti-mycobacterium

Digolongkan atas 2 kelompok :

1. Obat Lini 1 : Isoniazid, Rifampisin, Etambutol, Streptomisin dan pirazinamid.

2. Obat Lini 1 :Fluorokuinolon, Sikloserin, Etionamid, Amikasin, Kanamisin,

kepreomisin.

Obat ARV yang beredar di Indonesia:

Nama

generik

Golongan Sediaan Dosis

Stavudin NsRTI Kapsul 30 mg & 40 mg >60 kg : 2x40 mg

<60 kg : 2x30 mg

Lamivudin NsRTI Tablet 150 mg larutan.

Oral 10 mg/ml

2x150 mg

<50 kg : 2mg/kg, 2x/hari

Nevirapin NsRTI Tablet 200 mg 1x200 mg selama 14 hari,

dilanjutkan 2x200 mg

Zidovudin NsRTI Kapsul 100 mg 2x300 mg, atau 2x250 mg

(dosis alternative)

Didanosin NsRTI Tablet kunyah 100 mg >60 kg : 2x200 mg / 1x400

mg

<60 kg : 2x125 mg / 1x250

mg

Efavirenz NNRTI Kapsul 200 mg 1x600 mg , malam

Nelfinavir PI Tablet 250 mg 2x1250 mg

Page 24: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

24

Rekomendasi terapi ARV untuk pasien koinfeksi HIV/TB :

Regimen terapi ARV lini

pertama / lini kedua

Regimen pilihan terapi

ARV saat muncul TB

Pilihan

Terapi ARV lini pertama 2 NRTI + EFV Lanjutkan dengan 2

NNRTI + EFV

2 NRTI + NVP Ganti NVP ke EVP atau

ganti ke regimen 3 NRTI

atau lanjutkan dengan 2

NRTI + NVP

Terapi ARV lini kedua 2NRTI + PI Ganti ke atau lanjutkan

(bila sudah mulai)

regimen yang berisi

LPV/r dengan dosis ganda

Penatalaksanaan menurut penyakit :

1. Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)

Kemoterapi dengan multiobat

Terapi radiasi

Transplantasi sumsum tulang

Terapi berdasarkan target biologis, seperti penggunaan reseptor spesifik

antibodi, penghambat jalur antiapoptotik, dan induksi sitotoksitas spesifik, dapat

ditoleransi dengan lebih baik oleh pasien dan memiliki komplikasi jangka

panjang yang lebih sedikit.

(Corwin, 2009)

2. Limfoma maligna non-Hodgkin

Kemoterapi yang agresif digunakan untuk penyakit tahap lanjut

Kemotrapi konservatif mungkin digunakan untuk pertumbuhan limfoma yang

lambat

Radioterapi

Pembedahan untuk mengangkat tumor yang berukuran besar

Pada praktik mutakhir, kombinasi obat yang diketahui sebagai CHOP

(siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin dan prednison) ditambah radioterapi

adjuvant telah digunakan. Untuk pasien yang berusia kurang dari 61 tahun yang

menderita limfoma sel-B luas yang terlokalisasi, regimen intensif dengan

kombinasi obat lainnya. ACVBP (doksorubisin, siklofosfamid, vindesin,

bleomisin, prednison) tampak lebih kuat dari CHOP.

(Corwin, 2009)

3. Limfadenitis tuberkulosis

Terapi non farmakologis adalah dengan pembedahan

Pembedahan tidaklah merupakan suatu pilihan terapi yang utama, karena

pembedahan tidak memberikan keuntungan tambahan dibandingkan terapi

farmakologis biasa. Namun pembedahan dapat dipertimbangkan seperti

prosedur dibawah ini:

- Biopsy eksisional: Limfadenitis yang disebabkan oleh atypical mycobacteria

bisa mengubah nilai kosmetik dengan bedah eksisi.

- Aspirasi

- Insisi dan drainase

Page 25: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

25

Terapi farmakologis

Memiliki prinsip dan regimen obatnya yang sama dengan tuberkulosis paru.

Menurut panduan WHO, regimen pengobatan TB terdiri atas 2 fase, yaitu fase

awal dan fase lanjutan. Regimen ini ditulis dengan kode baku sebagai berikut:

angka di depan satu fase menunjukkan jangka waktu pengobatan fase tersebut

dalam bulan. Huruf menunjukkan obat dan angka di belakang/di samping bawah

huruf menunjukkan frekuensi pemberian obat per minggu. Kalau tidak ada

angka di belakang/ di samping bawah huruf, menunjukkan pemberian obat

setiap hari/minggu. Di mana huruf R artinya Rifampisin, huruf H artinya

isoniazid, huruf Z artinya pirazinamid dan huruf E artinya Etambutol.

(Gunawan, 2007)

Berdasarkan beberapa pedoman pengobatan TB, terdapat perbedaan pemberian

regimen. Pedoman internasional dan nasional menurut WHO memasukan

limfadenitis TB dalam kategori III dan merekomendasikan pengobatan selama 6

bulan dengan regimen 2HRZ/4RH atau 2HRZ/4H3R3 atau 2HRZ/6HE.

American Thoracic society (ATS) merekomendasikan pengobatan selama 6

bulan sampai 9 bulan, sedangkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)

mengklasifikasikan limfadenitis TB kedalam TB di luar paru dengan paduan

obat 2RHZE/10RH. British Thoracic Society Research Committee and

Campbell (BTSRCC) merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan dalam

regimen 2RHE/7RH.

Ada 2 (dua) kategori Obat Anti Tuberkulosa (OAT):

a. OAT Utama (first-line Antituberculosis Drugs), yang dibagi menjadi dua

(dua) jenis berdasarkan sifatnya yaitu:

- Bakterisidal, termasuk dalam golongan ini adalah isoniazid atau isonikotinil

hidrazid (INH), rifampisin, pirazinamid dan streptomisin.

- Bakteriostatik, yaitu etambutol.

b. OAT sekunder (second Antituberculosis Drugs)

Terdiri dari asam paraaminosalisilat (PAS), ethionamid, sikloserin,

kanamisin dan kapreomisin. OAT sekunder ini selain kurang efektif juga

lebih toksik, sehingga kurang dipakai lagi.

Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas pengobatan, maka

prinsip--prinsip yang dipakai adalah: Menghindari penggunaan monoterapi.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa

jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori

pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.

4. Limfadenitis kronik non spesifik

Penatalaksanaan yang spesifik pada limfadenitis tidak ada. Limfadenitis dapat

terjadi setelah terjadinya infeksi melalui kulit atau infeksi lainnya yang disebabkan

oleh bakteri seperti Streptococcus atau Staphylococcus. Terkadang juga dapat

disebabkan oleh infeksi seperti tuberculosis atau cat scratch disease (Bartonella).

Oleh karena itu, untuk mengatasi limfadenitis adalah dengan mengeliminasi

penyebab utama infeksi yang menyebabkan limfadenitis.

Limfadenitis biasanya ditangani dengan mengistirahatkan ekstremitas yang

bersangkutan dan pemberitan antibiotik, penderita limfadenitis mungkin

mengalami pernanahan sehingga memerlukan insisi dan penyaliran. Limfadenitis

Page 26: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

26

spesifik, misalnya oleh jamur atau tuberculosis, biasanya memerlukan biopsi atau

biakan untuk menetapkan diagnosis.

Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Pengobatan gejala harus dimulai segera seperti pemberian:

- Analgesik (penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyeri

- Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan demam

- Antibiotik untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai berat

- Obat anti inflamasi untuk mengurangi peradangan

Pengobatan tergantung dari organisme penyebabnya. Untuk infeksi bakteri,

biasanya diberikan antibiotic per-oral (melalui mulut) atau intravena (melalui

pembuluh darah). Untuk membantu mengurangi rasa sakit, kelenjar getah bening

yang terkena bisa dikompres hangat.

Biasanya jika infeksi telah diobati, kelenjar akan mengecil secara perlahan dan rasa

sakit akan hilang. Kadang-kadang kelenjar yang membesar tetap keras dan tidak

lagi terasa lunak pada perabaan. Pembesaran KGB biasanya disebabkan oleh virus

dan sembuh sendiri, walaupun pembesaran KGB dapat berlangsung mingguan.

Pengobatan pada infeksi KGB oleh bakteri (limfadenitis) adalah antibiotik oral 10

hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin 25 mg/kgBB empat

kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotik golongan penicillin dapat

diberikan cephalexin 25 mg/kg (sampai dengan 500 mg) tiga kali sehari atau

erythromycin 15 mg/kg (sampai 500 mg) tiga kali sehari.

LO.1.10 Pencegahan Limfadenopati

Kehadiran penyakit limfadenopati ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan.

Mengingat penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus, kuman, bakteri dan lainnya.

Memastikan semua makanan dan minuman yang kita konsumsi bersih dan higenis,

menjaga kebersihan badan dengan rajin membersihkannya memakai sabun secara

teratur serta menjaga kebersihan tempat tinggal adalah beberapa tindakan yang bisa

dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Selain itu, melakukan gaya hidup sehat juga

dirasa perlu guna menjaga diri jauh dari penyakit ini.

LO.1.11 Prognosis Limfadenopati

Prognosis untuk pemulihan adalah baik jika segera diobati dengan antibiotik. Dalam

kebanyakan kasus, infeksi dapat dikendalikan dalam tiga atau empat hari. Namun,

dalam beberapa kasus mungkin diperlukan waktu beberapa minggu atau bulan untuk

pembengkakan menghilang, panjang pemulihan tergantung pada penyebab infeksi.

Penderita dengan limfadenitis yang tidak diobati dapat mengembangkan abses,

selulitis, atau keracunan darah (septikemia), yang kadang-kadang fatal.

Page 27: WRAP UP SKENARIO 3fix.pdf

27

DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I Made.2006.Hematologi Klinik Ringkas.Jakarta : EGC

Bazemore AW. Smucker DR. Lymphadenopathy and malignancy. Am Fam Physician.

2002;66:2103-10.

Chisholm-Burns,Marie A., Wells,Barbara G., Schwinghammer,Terry L., Malone, Patrick M.,

Kolesar, Jill M., Rotschafer, John C., Dipiro, Joseph T., 2008, Pharmacotherapy: Principles

and Practice, The McGraw-Hill Companies, USA, 1371-1383

Faraghta,A.2013.Referat Stase Anak “Pendekatan Klinis Limfadenopati”.Jakarta:FK UIN

Ferrer R. Lymphadenopathy: Differential diagnosis and evaluation. Am Fam Physician.

1998;58:1315.

Fletcher RH. Evaluation of peripheral lymphadenopathy in adults [Internet]. 2010 Sep [cited

2011 Jan 27].

Hoffbrand, A.V, Moss.2013.Kapita Selekta Hematologi Ed 6.Jakarta : EGC

Mansjoer A, Triyanti, Savitri R, et al. Kapita selektakedokteran. Jilid I. Edisi ketiga.

Jakarta:Media Aes-culapius FKUI, 1999

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selecta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta: Aesculapius

medicastore.com/penyakit/195/Limfadenitis

Mehta, Atul. & Hoffbrand, Victor. 2006. At a Glance Hematologi. Edisi kedua. Jakartaa:

Erlangga

Moore SW, Schneider JW, Schaaf HS. Diagnostic aspects of cervical lymphadenopathy in

children in the developing world: a study of 1,877 surgical specimens. Pediatr Surg Int. Jun

2003;19(4):240-4.

Peters TR, Edwards KM. Cervical Lymphadenopathy and Adenitis. Pediatrics in Review

(21);12.2000

Price, A. Sylvia. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:2007

Sarwono. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid Pertama, Edisi Ketiga. Jakrta: EGC

Siregar, R. S. 1996. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC

Sjamsuhidajat. R, Wim de Jong.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC: Jakarta.

Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis

Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit IDAI. 2008

Sukandar, Elin Y., dkk, 2011, ISO FARMAKTERAPI 2, Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia,

Jakarta.