16
1 PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP KINERJA SEKOLAH (Studi pada SMP di Komisariat 1 dan 3 Ciamis) Oleh: WOWO TARWO NIM. 82321112155 Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh: (1) Kinerja sekolah yang terjadi pada lingkungan Sekolah Menengah Pertama yang ada di wilayah Komisariat 1 dan 3 Ciamis, masih perlu perbaikan. Mengingat kinerja organisasi yang terjadi belum mengalami kekompakkan, sehingga berdampak pada berbagai aspek organisasi penting seperti halnya kekurangtercapaiannya mutu lulusan yang menjadi target sekolah; (2) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah masih bersifat otoriter dalam arti pimpinan merupakan orang pertama yang harus di dengar perintahnya. Dengan kepemimpinan yang demikian itu maka kinerja sekolah kurang berkembang; (3) Partisipasi guru perlu terus ditingkatkan, mengingat partisipasi guru sangat menentukan keberhasilan kinerja sekolah; dan (4) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang otoriter menyebabkan rendahnya partisipasi guru dalam menentukan keberhasilan kinerja sekolah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Berapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja sekolah?; (2) Berapa besar pengaruh partisipasi guru terhadap kinerja sekolah?; (3) Berapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap partisipasi guru?; dan (4) Berapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan partisipasi guru terhadap kinerja sekolah?. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah kepala dan guru pada SMP di Wilayah Komisariat 1 dan 3 Ciamis. Sedangkan banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 90 orang dengan menggunakan teknik rumus slovin. Bertolak dari deskripsi masing-masing variabel, dan pembuktian hipotesis serta intrepretasi lainnya, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja sekolah. Artinya semakin baik perilaku kepemimpinan kepala sekolah, maka akan semakin baik kinerja sekolah; 2) Partisipasi guru berpengaruh positif terhadap kinerja sekolah. Artinya semakin baik partisipasi guru, maka akan semakin baik kinerja sekolah; 3) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap partisipasi guru. Artinya semakin baik perilaku kepemimpinan kepala sekolah, maka akan semakin baik partisipasi guru;dan 4) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan partisipasi guru berpengaruh positif terhadap kinerja sekolah. Artinya semakin baik perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan partisipasi guru, maka akan semakin baik kinerja sekolah. Kata Kunci: Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Partisipasi Guru, Kinerja Sekolah PENDAHULUAN Kinerja telah menjadi salah satu kata kunci yang banyak dibicarakan diberbagai organisasi mulai dari organisasi perusahaan, pemerintahan, dan juga lembaga pendidikan. Demikian juga kinerja masuk dalam setiap aspek sosial ekonomi kemasyarakatan. Kondisi ini terlihat dari banyak organisasi yang memasukkan kata kinerja dalam visi dan misinya. Pencapaian kinerja tidak hanya

WOWO TARWO 82321112155 Universitas Galuh

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Universitas Galuh

Citation preview

  • 1PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAHDAN PARTISIPASI GURU TERHADAP KINERJA SEKOLAH

    (Studi pada SMP di Komisariat 1 dan 3 Ciamis)

    Oleh:

    WOWO TARWONIM. 82321112155

    AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh: (1) Kinerja sekolah yang terjadi pada lingkungan

    Sekolah Menengah Pertama yang ada di wilayah Komisariat 1 dan 3 Ciamis, masih perluperbaikan. Mengingat kinerja organisasi yang terjadi belum mengalami kekompakkan, sehinggaberdampak pada berbagai aspek organisasi penting seperti halnya kekurangtercapaiannya mutululusan yang menjadi target sekolah; (2) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah masih bersifatotoriter dalam arti pimpinan merupakan orang pertama yang harus di dengar perintahnya.Dengan kepemimpinan yang demikian itu maka kinerja sekolah kurang berkembang; (3)Partisipasi guru perlu terus ditingkatkan, mengingat partisipasi guru sangat menentukankeberhasilan kinerja sekolah; dan (4) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang otoritermenyebabkan rendahnya partisipasi guru dalam menentukan keberhasilan kinerja sekolah.Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Berapa besarpengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja sekolah?; (2) Berapa besarpengaruh partisipasi guru terhadap kinerja sekolah?; (3) Berapa besar pengaruh perilakukepemimpinan kepala sekolah terhadap partisipasi guru?; dan (4) Berapa besar pengaruhperilaku kepemimpinan kepala sekolah dan partisipasi guru terhadap kinerja sekolah?. Metodepenelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Adapun populasi dalam penelitianini adalah kepala dan guru pada SMP di Wilayah Komisariat 1 dan 3 Ciamis. Sedangkanbanyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 90 orang dengan menggunakan teknik rumusslovin. Bertolak dari deskripsi masing-masing variabel, dan pembuktian hipotesis sertaintrepretasi lainnya, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1) Perilaku kepemimpinankepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja sekolah. Artinya semakin baik perilakukepemimpinan kepala sekolah, maka akan semakin baik kinerja sekolah; 2) Partisipasi guruberpengaruh positif terhadap kinerja sekolah. Artinya semakin baik partisipasi guru, maka akansemakin baik kinerja sekolah; 3) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positifterhadap partisipasi guru. Artinya semakin baik perilaku kepemimpinan kepala sekolah, makaakan semakin baik partisipasi guru;dan 4) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan partisipasiguru berpengaruh positif terhadap kinerja sekolah. Artinya semakin baik perilaku kepemimpinankepala sekolah dan partisipasi guru, maka akan semakin baik kinerja sekolah.

    Kata Kunci: Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah, Partisipasi Guru,Kinerja Sekolah

    PENDAHULUANKinerja telah menjadi salah satu kata kunci yang banyak dibicarakan

    diberbagai organisasi mulai dari organisasi perusahaan, pemerintahan, dan jugalembaga pendidikan. Demikian juga kinerja masuk dalam setiap aspek sosialekonomi kemasyarakatan. Kondisi ini terlihat dari banyak organisasi yangmemasukkan kata kinerja dalam visi dan misinya. Pencapaian kinerja tidak hanya

  • 2diharapkan pada karyawan saja melainkan dalam jangka panjang diharapkanmampu meningkatkan kinerja kelembagaan.

    Kinerja menjadi gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaansuatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yangtertuang dalam strategi perencanaan suatu organisasi. Pengukuran kinerja adalahsuatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telahditentukan sebelumnya, termasuk informasi tentang efisiensi penggunaansumberdaya dalam menghasilkan output yang berkualitas, membandingkan hasilkerja dengan rencana kerja, serta menunjuk efektivitas tindakan dalam mencapaitujuan.

    Kinerja sekolah bisa berdiri diawali adanya beberapa tujuan tertentuyang hanya dapat dicapai melalui tindakan yang harus dilakukan denganpersetujuan bersama. Hal ini sejalan dengan pendapat Gibson (Hasibuan,1989:3) perilakunya terarah pada tujuan (directed behavior). Artinyaorganisasi itu mengejar tujuan dan sasaran yang dapat dicapai secara lebihefisien dan lebih efektif dengan tindakan yang dilakukan secara bersama-sama. Dalam kaitan dengan kelembagaan termasuk sekolah kinerja adalahhasil kerja yang dapat dicapai oleh seluruh warga sekolah di lembaga denganwewenang dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan kelembagaan(sekolah).

    Kriteria atau indikator kinerja sekolah diadaptasi dari komponen-komponen sekolah yang menjadi bahan penilaian berdasarkan standar yangditetapkan oleh Badan Akreditasi Sekolah Nasional (BASNAS). Penentuankriteria di Badan Akreditasi Sekolah lebih ber-nuansa dikotomis, artinyalambaga tersebut apakah sekolah memenuhi standar minimal, yang akandinyatakan terakreditasi atau tidak memenuhi syarat minimal, yang

    dinyatakan tidak terakreditasi. Sedangkan pada konsep penilaian kinerja

    yang lebih bernuansa pembinaan berkesinambungan, penilaian lebihmenekankan pada identifikasi permasalahan sekolah melalui penilaian kinerja,dimana kelemahan-kelemahan yang ada di sekolah diusahakan di atasi dengan

  • 3berbagai kebijakan sekolah, baik pada tingkat kabupaten/kota, propinsi,maupun tingkat Departemen CQ. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

    Penilaian dilakukan melalui serangkaian kegiatan prosespembandingan kondisi sekolah dengan kriteria (standar) yang telah ditetapkan.Standar-standar tersebut meliputi : a) standar input, b) standar proses, maupunc) standar outout. Mengingat standar-standar tersebut terdiri dari berbagaiaspek dan sub aspek yang saling terkait satu sama lain untuk mencapai tujuansekolah, maka standar tersebut harus disusun secara kronologis berdasarkanstandar yang ada yang isinya dari waktu ke waktu dapat berubah sesuaidengan perkembangan dan tuntutan pendidikan masa depan.

    Standar input mencakup : a) aspek tenaga kependidikan, b) aspekkesiswaan, dan c) aspek sarana dan d) pembiayaan. Standar proses mencakup :a) aspek kurikulum dan bahan ajar, b) aspek PBM, c) aspek penilaian, dan d)aspek manajemen dan kepemimpinan. Sedangkan aspek output mencakup : a)aspek prestasi belajar siswa, b) aspek prestasi guru dan kepala sekolah, dan c)aspek prestasi sekolah. Selanjutnya setiap aspek baik input, proses, maupunoutput akan diuraikan lebih rinci untuk mendapatkan gambaran data yanglebih jelas dan konkrit, agar kondisi sekolah benar-benar tercerminkan secarakomprehensif, melaui indikator yang terukur.

    Selanjutnya aspek tenaga kependidikan terdiri dari : guru, kepalasekolah, dan karyawan. Keberadaan guru, kepala sekolah dan karyawan akandipotret secara komprehensif dan dibandingkan dengan standar yang telah

    ditetapkan. Aspek kesiswaaan terdiri dari kondisi siswa dan prestasi siswayang merupakan bahan baku sekolah dan sangat menentukan pembinaanpretasi siswa ke depan. Sedangkan aspek sarana yang terdiri dari : keberadaanruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruangketerampilan/kesenian, ruang administrasi, kamar kecil, lingkungan sekolah,dan fasilitas pendukung (media/alat peraga). Selanjutnya untuk aspekpembiayaan terdiri dari : sumber pendanaan, penggunaan dana, danakuntabilitas penggunaan dana. Indikator-indikator yang ada pada aspeksarana maupun aspek pembiayaan cukup penting mengingat proses belajar

  • 4mengajar tidak akan dapat optimal tanpa dukungan sarana yang lengkap danpembiayaan yang cukup.

    Dari sisi proses, aspek kurikulum dan bahan ajar terdiri dari:kurikulum, bahan ajar, dan buku siswa. Keberadaan tiga indikator ini cukuppenting, karena tanpa kurikulum yang jelas, bahan ajar yang komprhensif danbuku penunjang untuk siswa yang mendukung kurikulum maka prosespembelajaran juga tidak akan dapat berjalan dengan efektif. Aspek PBMterdiri dari : kesiapan guru, pengelolaan kelas, metodologi pengajaran, danpenggunaan media pembelajaran. Sedangkan aspek penilaian terdiri dari :kesiapan guru, dan pelaksanaan penilaian. Kedua aspek tersebut (prosesbelajar mengajar dan penilaian) sangat penting dalam melihat keberhasilanprogram pengajaran. Sedangkan aspek manajemen dan kepemimpinan terdiridari : perencanaan, implementasi program, pengawasan, dan kepemimpinan.Tidak berbeda dengan aspek-aspek yang lain, aspek manajemen dankepemimpinan juga tidak kalah penting dalam melihat kinerja sekolah,khususnya pada komponen proses.

    Dari sisi output, aspek prestasi belajar siswa terdiri dari : akademik,non-akademik, dan kepribadian. Prestasi siswa menjadi tolok ukur utamadalam melihat keberhasil pendidikan secara umum. Tolok ukur ini padaumumnya justru menjadi ukuran kemajuan sebuah lembaga pendidikan. Aspekpretasi guru dan kepala sekolah terdiri dari : prestasi guru dan prestasi kepalasekolah. Indikator ini yang selama ini sering dilupakan, padahal dilihat darisisi efektivitas pembelajaran, peran guru sangat penting dalammengembangkan strategi pembelajaran, sedangkan kepala sekolah sangatberperan dalam mengelola sekolah sebagai agen perubahan. Sedangkan aspekprestasi sekolah terdiri dari : prestasi akademik dan non-akademik

    Hal ini berarti bahwa organisasi merupakan alat yang sangatdiperlukan dalam masyarakat. Organisasi yang baik dalam pertahanan dankeamanan misalnya, memberi keuntungan yang sangat mengesankan bagianggota maupun masyarakat. Roda organisasi bisa berjalan dengan lancarapabila organisasi itu tetap dalam kaidah karakteristiknya.

  • 5Hasil obervasi menunjukkan bahwa kinerja sekolah yang terjadi padalingkungan Sekolah Menengah Pertama yang ada di wilayah Komisariat 3Ciamis, masih perlu perbaikan. Mengingat kinerja organisasi yang terjadibelum mengalami kekompakkan, sehingga berdampak pada berbagai aspekorganisasi penting seperti halnya kekurangtercapaiannya mutu lulusan yang

    menjadi target sekolah.Untuk meningkatkan kinerja sekolah, maka diperlukan upaya

    peningkatan yang relevan termasuk di dalamnya adalah peningkatanperilaku kepemimpinan kepala sekolah dan partisipasi guru. Perilakukepemimpinan kepala sekolah sebagaimana dikemukakan Mintorogo (dalamEngkoswara dan Aan, 2011:180) menjelaskan bahwa perilaku kepemimpinanmerupakan tindakan-tindakan spesifik seseorang pemimpin dalammengarahkan dan mengkoordinasikan kerja anggota kelompok. Sehingga kitadapat mempelajarinya sebagaimana dikatakan Hoy dan Miskel (dalamEngkoswara dan Aan, 2011:180) bahwa perilaku kepemimpinan dapatdipelajari. Oleh karena itu dapat terjadi bahwa individu yang dilatih dalamperilaku kepemimpinan yang memadai akan mampu memimpin secara lebihefektif.

    Hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa perilaku kepemimpinankepala sekolah masih bersifat otoriter dalam arti pimpinan merupakan orangpertama yang harus di dengar perintahnya. Dengan kepemimpinan yangdemikian itu maka kinerja sekolah kurang berkembang.

    Selain itu partisipasi guru menentukan keberhasilan kinerja sekolah.Dengan partisipasi yang tinggi dari seorang guru, maka akan tercipta kinerjasekolah yang memuaskan. Tingkat partisipasi kerja guru di sekolah sangatdiperlukan sebagai wujud keprofesionalan kerja dan pengabdian sebagaitenaga pendidik. Pada menajemen sekolah guru mempunyai tugas yang sangatberat dan rumit, sebab selain mengajar ilmu pengetahuan dan teknologi yangberupa materi pembelajaran juga mendidik siswa dalam menumbuhkan sifatdan sikap positif seperti yang diamanatkan tujuan pendidikan nasional.Melalui partisipasi guru yang tinggi akan tercipta kinerja yang tinggi pula.

  • 6METODEMetode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh,

    mengumpulkan atau mencatat data, baik yang berupa data primer maupun datasekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dankemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokokpermasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akandiperoleh.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    1. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja

    Sekolah

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perilaku kepemimpinan

    kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja sekolah. Hasil analisis

    menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

    sekolah sebesar 0.565 pada tingkat signifikansi 0.000. Sedangkan nilai

    koefisien determinasi (KD) atau R2 (R Square) sebesar 0.319, menunjukkan

    bahwa besarnya pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap

    kinerja sekolah sebesar 31.9%, sedangkan sisanya sebesar 68.1% dipengaruhi

    oleh variabel lain.

    Nilai konstanta sebesar 22.257 dengan demikian nilai murni variabel

    kinerja sekolah tanpa dipengaruhi oleh variabel perilaku kepemimpinan kepala

    sekolah sebesar 22.257, sedangkan nilai regresi sebesar 0.624, dengan demikian

    ada kontribusi positif dihasilkan oleh variabel kinerja sekolah, artinya bila

    variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah naik sebesar 1 poin maka akan

    diikuti kinerja sekolah sebesar nilai regresi. Sedangkan probabilitas hasil

    sebesar 0.000 dimana nilai = 0,05 atau 5% maka (=0.000 < =0.05) karena

  • 7probabilitas jauh di bawah nilai alpha dengan demikian variabel perilaku

    kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja sekolah.

    Hasil di atas menunjukkan bahwa semakin baik perilaku kepemimpinan

    kepala sekolah, maka akan semakin baik kinerja guru. Dengan demikian maka

    kepala sekolah memiliki peran yang sangat besar. Kepala Sekolah merupakan

    motor penggerak, penentu arah kebijakan menuju sekolah dan pendidikan

    secara luas. Sebagai pengelola institusi satuan pendidikan, kepala sekolah

    dituntut untuk selalu meningkatkan efektifitas kinerjanya. Untuk mencapai

    mutu sekolah yang efektif, kepala sekolah dan seluruh stakeholders harus bahu

    membahu kerjasama dengan penuh kekompakan dalam segala hal.

    Selain itu berlandaskan teori Maslow (dalam Danim, 2005:16)

    menyebutkan sebagai berikut.

    Kepala sekolah juga disentil dengan persepsi bahwa guru dan siswaberkemungkinan memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda-beda. Yangpasti mereka akan mengejar kebutuhan yang lebih tinggi yakniinteraksi, afiliasi sosial, aktualisasi diri dan kesempatan berkembang.Oleh karena itu, mereka bersedia menerima tantangan dan bekerjalebih keras. Kiat kepala sekolah adalah memikirkan fleksibilitas perandan kesempatan, bukannya otoriter dan "semau gue". Demi kelancaransemua kegiatan itu kepala sekolah harus mengubah gaya pertemuanyang sifatnya pemberitahuan kepada pertemuan yang sesungguhnyayakni mendengarkan apa kata mereka dan bagaimana seharusnyamereka menindaklanjutinya

    Lebih lanjut Mulyasa, (2005:10) menyebutkan sebagai berikut.

    Tujuan utama Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalahpeningkatan mutu pendidikan. Dengan adanya MBS sekolah danmasyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah dari atas. Mereka dapatmengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai dengan keadaansetempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri.

  • 8Kepala sekolah mempunyai dua peran utama, pertama sebagai

    pemimpin institusi bagi para guru, dan kedua memberikan pimpinan dalam

    manajemen. Pembaharuan pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah(MBS) dan komite sekolah yang diperkenalkan sebagai bagian dari

    desentralisasi memberikan kepada kepala sekolah kesempatan yang lebih

    besar untuk menerapkan dengan lebih mantap berbagai fungsi dari kedua

    peran tersebut. Pendekatan manusiawi, saling asah-asih dan asuh sangat

    diyakini kepemimpinan kepala sekolah satuan pendidikan akan efektif dan hal

    ini sangat menunjang pencapaian tujuan sekolah yang telah digariskan.Pemimpin tertinggi di sekolah adalah kepala sekolah. Kepemimpinannya

    sangat berpengaruh bahkan menentukan keberhasilan sekolah. Sejalan denganhal tersebut, Davis (Sutisna, 1985:255), menjelaskan:

    Tanpa kepemimpinan, suatu organisasi hanyalah sejumlah orang yangkacau. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk membujuk orang-orang lain supaya mengejar tujuan yang telah ditetapkan denganbergairah. Ia adalah faktor manusiawi yang mempersatukan kelompokdan menggerakkannya kearah tujuan-tujuan.

    Berdasarkan kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwakepemimpinan kepala sekolah merupakan cara atau usaha kepala sekolah dalammempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkanguru, staf, siswa, orang tua siswa, dan pihak lain yang terkait, untuk bekerjasama berperanserta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitupencapaian kinerja sekolah.

    2. Pengaruh Partisipasi Guru terhadap Kinerja Sekolah

    Partisipasi guru berpengaruh terhadap kinerja sekolah. Hasil analisis,

    maka diperoleh korelasi variabel partisipasi guru terhadap kinerja sekolah

  • 9sebesar 0.551 pada tingkat signifikansi 0.000. Sedangkan nilai koefisien

    determinasi (KD) atau R2 (R Square) sebesar 0.304, menunjukkan bahwa

    besarnya pengaruh partisipasi guru terhadap kinerja sekolah sebesar 30.4%,

    sedangkan sisanya sebesar 69.6% dipengaruhi oleh variabel lain.

    Nilai konstanta sebesar 28.149 dengan demikian nilai murni variabelkinerja sekolah tanpa dipengaruhi oleh variabel partisipasi guru sebesar 28.149sedangkan nilai regresi sebesar 0.510, dengan demikian ada kontribusi positifdihasilkan oleh variabel kinerja sekolah, artinya bila variabel partisipasi gurunaik sebesar 1 poin maka akan diikuti kinerja sekolah sebesar nilai regresi.Sedangkan probabilitas hasil sebesar 0.000 dimana nilai = 0,05 atau 5% maka(=0.000 < =0.05) karena probabilitas jauh di bawah nilai alpha dengandemikian variabel partisipasi guru berpengaruh signifikan terhadap kinerjasekolah.

    Dengan peningkatan partisipasi guru, maka akan meningkat kinerjagurnya. Sebagai guru yang bertanggung jawab terhadap anak didiknya makaperan guru memegang fungsi dan peranan penting dalam meningkatkanpendidikan anaknya. Istilah partisipasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesiaedisi kedua (1996) istilah parsipasi diartikan peran serta atau keikutsertaan;sebagai salah satu hal untuk turut berperan serta dalam suatu kegiatan.Menurut Mubyarto,(1988:93) partisipasi diartikan sebagai suatu kesediaanuntuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan bagisetiap orang tanpa mengorbankan kepentingan sendiri.

    Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan untukmenjelaskan unsur-unsur partisipasi. Unsur-unsur partisipasi melalui (a) adanyakesediaan untuk membantu kelancaran dan berhasilnya program, (b) adanyakemampuan dari individu untuk berpartisipasi pada program atau kegiatan, dan(c) adanya perhitungan kepentingan dari masing-masing individu.

  • 10

    3. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap PartisipasiGuru

    Hasil analisis, maka diperoleh korelasi variabel perilaku kepemimpinankepala sekolah terhadap partisipasi guru sebesar 0.613 pada tingkat signifikansi0.000. Sedangkan nilai koefisien determinasi (KD) atau R2 (R Square) sebesar0.376, menunjukkan bahwa besarnya pengaruh perilaku kepemimpinan kepalasekolah terhadap partisipasi guru sebesar 37.6%, sedangkan sisanya sebesar62.4% dipengaruhi oleh variabel lain.

    Nilai konstanta sebesar 17.444 dengan demikian nilai murni variabelpartisipasi guru tanpa dipengaruhi oleh variabel perilaku kepemimpinan kepalasekolah sebesar 17.444, sedangkan nilai regresi sebesar 0.732, dengan demikianada kontribusi positif dihasilkan oleh variabel partisipasi guru, artinya bilavariabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah naik sebesar 1 poin maka akandiikuti partisipasi guru sebesar nilai regresi. Sedangkan probabilitas hasil

    sebesar 0.000 dimana nilai = 0,05 atau 5% maka (=0.000 < =0.05) karenaprobabilitas jauh di bawah nilai alpha dengan demikian variabel perilakukepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap partisipasi guru.

    Perilaku kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadappartisipasi guru. Dengan Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen

    pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.Menurut Supriadi (dalam Mulyasa, 2005:25) bahwa, Erat hubungannya

    antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah sepertidisiplin sekolah, disiplin budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakalpeserta didik. Dalam hal itu, kepala sekolah bertanggungjawab atasmanajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan denganproses pembelajaran di sekolah. Untuk itu sebagai kepala sekolah harusprofesional, karena jika tidak mana mungkin tugas dan tanggung jawabnya itudapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Menurut Sallis (1994:87) sebagaiberikut.

    Kepala Sekolah yang profesional, seperti yang disarankan haruslahmemperhatikan hal-hal berikut.

  • 11

    1. Mempunyai visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutuyang terpadu bagi lembaganya maupun bagi tenaga kependidikandan peserta didik yang ada di sekolah.

    2. Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatankualitas.

    3. Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas.4. Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan

    kebijakan lembaga/sekolah.5. Meyakinkan terhadap para pelanggan (peserta didik, orang tua,

    masyarakat), bahwa terdapat channel cocok untukmenyampaikan harapan dan keinginannya.

    6. Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan.7. Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa

    dilandasi bukti yang kuat.8. Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah.9. Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung

    jawab yang jelas.10. Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap

    penghalang, baik yang bersifat organisasional maupun budaya.11. Membangun tim kerja yang efektif.12. Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan

    monitoring dan evaluasi.

    Adapun tugas dan fungsi kepala sekolah dijelaskan Mulyasa (2005:87)

    sebagai berikut.

    ...berkaitan dengan tugas dan fungsi kepala sekolah antara lain sebagaieducator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, danmotivator pendidikan. Pelaksanaan peran, fungsi, dan tugas tersebuttidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena saling terkait dan salingmempengaruhi, serta menyatu dalam pribadi seorang kepala sekolahprofesional.

    4. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Partisipasi Guru

    terhadap Kinerja Sekolah

    Hasil perhitungan SPSS untuk variabel X1 dan X2 terhadap variabel Ysebesar 0.621 dan koefisien determinasi sebesar 0.386, berarti bahwa perilakukepemimpinan kepala sekolah dan partisipasi guru sekolah dapatmempengaruhi kinerja sekolah sebesar 38.6%.

  • 12

    Hasil analisis regresi linear (Y = a + b1X1 + b2X2) dengan menggunakanfasilitas SPSS 19 pada analisa perilaku kepemimpinan kepala sekolah danpartisipasi guru sekolah berpengaruh terhadap kinerja sekolah diperoleh nilai a= 16.956 dan nilai b1 = 0.402 dan nilai b2 = 0.304 pada signifikansi 0.000diperoleh Fhitung = 27.376 (sig=0.000a), dengan dk = 90-2-1 = 87 maka F(2:87)diperoleh Ftabel = 3,11, artinya bahwa Fhitung > Ftabel.

    Hasil di atas menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan kepalasekolah dan partisipasi guru terhadap kinerja sekolah. Dalam penilaian kinerjasekolah memiliki komponen-komponen utama yang menjadi tolok ukurpenilaian kinerja sekolah. Dalam penilaian kinerja sekolah focus penilaian tidakhanya terbatas pada aspek tertentu saja, melainkan meliputi berbagai aspekyang bersifat menyeluruh. Dengan demikian hasil yang diperoleh dapatmenggambarkan secara utuh kondisi kelayakan dan kinerja sekolah tersebut.Kinerja ini terutama ditinjau dari misi utamanya yakni memberikan layananpendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan dankemampuan sebagai bekal kehidupan di masa datang. Dengan demikiankomponen-komponen penilaian juga harus mencakup aspek input sekolah,proses sekolah, dan output sekolah yang secara integratif saling kait mengkaitsatu sama lain, sehingga membangun kinerja baik secara individu maupunsekolah.

    SIMPULANSimpulan yang diajukana berdasarkan hasil pengolahan data adalah

    sebagai berikut:1. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja

    sekolah. Artinya semakin baik perilaku kepemimpinan kepala sekolah,maka akan semakin baik kinerja sekolah.

    2. Partisipasi guru berpengaruh positif terhadap kinerja sekolah. Artinyasemakin baik partisipasi guru, maka akan semakin baik kinerja sekolah.

    3. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadappartisipasi guru. Artinya semakin baik perilaku kepemimpinan kepalasekolah, maka akan semakin baik partisipasi guru.

  • 13

    4. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan partisipasi guru berpengaruhpositif terhadap kinerja sekolah. Artinya semakin baik perilakukepemimpinan kepala sekolah dan partisipasi guru, maka akan semakinbaik kinerja sekolah

    DAFTAR PUSTAKADanim, Sudarwan. 2005. Inovasi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

    Engkoswara, dan Komariyah, Aan. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung :Alfabeta.

    Lipham James M.1985. The Principal Concepts, Competencies, and Cases.NewYork: Longman Inc.

    Mulyasa, E. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam MenyukseskanManajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Rosda Karya.

    Nasution, M. 2005. Manajemen Mutu Teroadu. Jakarta: Ghalia Indonesia.Nawawi, Hadari dan Martini Hadari. 1987. Administrasi Sekolah. Jakarta: Galia

    Indonesia.

    Pidarta, Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

    Sallis, E. 1994. Total Quality Management in Education. London: Kogan PageLimited.

    Schein, Edgar H. 1991. Psikologi Organisasi. Jakarta: PT. Pustaka BinamanPressindo

    Singarimbun.1999. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES

    Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT. RefikaAditama

    Surakhmad. 1992. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

    Sutisna O. 1985. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk PraktekProfesional. Bandung: Angkasa.

    Umar, Usman. 2005. Metodologi Research. Bandung: Gramedia

  • 14

    Wahyosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritis danPermasalahannya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

    Wibowo. 2004. Manajemen Kinerja. Jakarta : Rajawali Press..

  • 15

    PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAHDAN PARTISIPASI GURU TERHADAP KINERJA SEKOLAH

    (Studi pada SMP di Komisariat 1 dan 3 Ciamis)

    oleh

    WOWO TARWONIM. 82321112155

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKANPROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS GALUHCIAMIS

    2013

  • 16

    PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAHDAN PARTISIPASI GURU TERHADAP KINERJA SEKOLAH

    (Studi pada SMP di Komisariat 1 dan 3 Ciamis)

    Oleh

    WOWO TARWONIM. 82321112155

    Lembar pengesahanArtikel ini disetujui untuk dimuat dalam e-jurnal

    OlehKetua program studi Administrasi Pendidikan

    RUNALAN. S. Drs.,M.SiNIP. 131687155

    Ciamis, .April 2013