WORD jadi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tumor Kelenjar Ludah

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur parotis. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya perbedaan geografik dan suku bangsa: pada orang Eskimo tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi.Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang didapat. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas.Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi. Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Anatomi Kelenjar LudahKelenjar parotisKelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar. Masing-masing beratnya rata-rata 25 gram dan bentuknya irregular, berlobus, berwarna antara hijau dan kuning (yellowish) terletak dibawah meatus akustik eksternus diantara mandibula dan otot sternokleidomastoideus. Kelenjar parotis, yang terbesar dari ketiga kelenjar mayor, mempunyai berat sekitar 14-18 gram dan berukuran kira-kira 5.8 x 3.4 cm. Bagian anterior kelenjar berbatasan dengan tepi posterior ramus mandibula dan sedikit melapisi tepi posterior muskulus masseter. Bagian posterior kelenjar dikelilingi oleh telinga, prosesus mastoid, dan tepi anterior muskulus stemokleidomastoideus. Bagian dalam yang merupakan lobus medial meluas ke rongga parafaring, dibatasi oleh prosesus stiloideus dan ligamentum stilomandibular, muskulus digastrikus, serta selubung karotis. Di bagian anterior lobus ini terletak bersebelahan dengan bagian medial ptetygoideus. Bagian lateral hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan lemak subkutaneus. Jaringan ikat dan jaringan lemak dari fasia leher dalam membungkus kelenjar ini. Kelenjar parotis berhubungan erat dengan struktur penting di sekitarnya yaitu vena jugularis interna beserta cabangnya, arteri karotis eksterna beserta cabangnya, kelenjar limfa, cabang auriculotemporalis dari nervus trigerninus dan nervus fasialis. Sebagian besar kelenjar terletak superfisial terhadap n. fascialis. Sebagian kecil yang lebih dalam terletak medial terhadap n. fascialis dan meluas ke dalam ke arah dinding faring. Kelenjar dibungkus dalam sebuah kapsul yang merupakan lanjutan fascia servikal profunda. Di bagian superfisialis kapsiul fribosa ini tebal dan terletak langsung di bawah kulit muka dan lemak subkutan, membentuk septum-septum ke dalam jaringan kelenjar dan memisahkannya menjadi lobulus-lobulus. Lapisan superfiscial disebelah anterior meluas ke m. masseter, di belakang kea rah m. sternocleidomastoideus dan di superior ke arcus zygomaticus. Facia sebelah dalam yang mengelilingi kelenjar lebih longgar dan meluas dari tepi belakang mandibular sampai proscessus styloideus bersambungan dengan facia m. digastricus. Bagian dasar dari lapisan fascia penutup parotis disebut membrana stilomandibula.Bagian dalam kelenjar, sebelah medial dari n. fascialis meluas ke arah faring melalui dua poscessus. Satu proscessus berjalan di atas m. digastricus, muncul di posterior proscessus styloid dan di bawah proscessus mastoid dan m. sternocleidomastoideus. Bagian yang lain timbul di sebelah anterior styloid dan berdekatan dengan a. carotis interna dan eksterna, v. jugularis interna, n. vagus dan n. glossopharyngeus. Permukaan posterior kelenjar parotis berbatasan dengan liang telinga luar, proscessus mastoideus dan tepi anterior m. sternocleidomastoideus. Permukaan anterior dari kelenjar bersandar pada bagian posterior m. masseter dan m. pterigoid media, yang menutupi bagian medial dan lateral ramus mandibular.Ductus parotis (Stensen) panjangnya sekitar 7 cm, dimulai pada bagian anterior kelenjar dan berjalan horizontal, menyilang m. masseter pada kira-kira 1.5 cm di bawah zygoma. Pada tepi depan m. masseter, saluran memberlok ke medial dan melewati ruang pipi masuk ke rongga mulut melalui papilla kecil di seberang gigi molar ke dua.

Kelenjar Submandibular Kelenjar submandibula merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah kelenjar parotis. Kelenjar ini menghasilkan sekret mukoid maupun serosa, berada di segitiga submandibula yang pada bagian anterior dan posterior dibentuk oleh muskulus digastrikus dan inferior oleh mandibula. Kelenjar ini berada di medial dan inferior ramus mandibula dan berada di sekeliling muskulus milohioid, membentuk huruf C serta membentuk lobus superfisial dan profunda.Lobus superfisial kelenjar submandibula berada di ruang sublingual lateral. Lobus profunda berada di sebelah inferior muskulus milohioid dan merupakan bagian yang terbesar dari kelenjar. Kelenjar ini dilapisi oleh fasia leher dalam bagian superfisial. Sekret dialirkan melalui Duktus Wharton yang keluar dari permukaan medial kelenjar dan berjalan di antara muskulus milohioid dan muskulus hioglosus menuju muskulus genioglosus. Duktus ini memiliki panjang kurang lebih 5 cm, berjalan bersama dengan nervus hipoglosus di sebelah inferior dan nervus lingualis di sebelah superior, kemudian berakhir dalam rongga mulut di sebelah lateral frenulum lingual di dasar mulut.

Gambar 2.1 : Lokasi Glandula Salivatorius Mayor. 1

Kelenjar sublingual Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva mayor yang paling kecil. Kelenjar ini berada di dalam mukosa di dasar mulut, dan terdiri dari sel-sel asini yang mensekresi mukus. Kelenjar ini berbatasan dengan mandibula dan muskulus genioglosus di bagian lateral, sedangkan di bagian inferior dibatasi oleh muskulus milohioid.2.2Histologi Kelenjar LudahSecara umum, kelenjar saliva dibangun oleh gabungan dari unit sekretori yang terdiri dari asinus, duktus interkalata, dan duktus striata Jenis saliva yang disekresikan oleh tiap kelenjar saliva ditentukan oleh jenis sel asinar yang terdapat dalam kelenjar saliva tersebut. Terdapat 2 jenis sel asinar, yaitu serus dan mucus. Saliva yang bersifat serus menunjukkan saliva yang encer, sedangkan saliva yang bersifat mukus merupakan saliva yang pekat Pada beberapa kelenjar saliva seperti kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar campuran, terdapat sel asinar demiluna (semilunar) serus yang mengelilingi sel mucus.Saluran kelenjar saliva terdiri dari duktus intralobular, yaitu duktus interkalata dan duktus striata, serta duktus interlobular. Pada kelenjar saliva juga ditemukan struktur lain seperti sel mioepitel, yang menyelubungi asinus dan duktus interkalata Kelenjar saliva juga kaya akan suplai darah dan elemen saraf. Suplai darah pada kelenjar saliva tidak hanya berfungsi sebagai sumber nutrisi, tetapi juga sebagai sumber utama dari komponen-komponen yang terdapat dalam saliva. Sedangkan elemen saraf berhubungan dengan sel asinar dan sel-sel pada saluran, berfungsi mengontrol sekresi saliva, aliran darah, dan kontraksi sel mioepitel.

Gambar 2.2 : Histologi Glandula Salivatorius. 2

Kelenjar ParotisDari simpai fibrosa, sekat-sekat masuk ke dalam kelenjar, membagi kelenjar dalam lobus dan lobulus. Sekat ini seringkali mengandung sel lemak. Jaringan ikat tipis meliputi serta menyokong asinus dan duktusnya. Kapiler darah banyak terdapat di dalam jaringan ikat tersebut.Kelenjar parotis merupakan kelenjar serus, tubuloalveolar kompleks. Asinus diliputi oleh suatu lamina basal dengan sel mioepitel. Sel asinar yang berbentuk piramid mengandung inti yang terletak dibagian basal, berbentuk bundar dengan sitoplasma basofilik di bawah inti dan butir-butir sekretoris di bagian puncaknya.Saluran muara dari kelenjar parotis disebut duktus Stensen. Bagian permulaan dari saluran tersebut adalah duktus interkalata yang panjang, dibatasi oleh epitel gepeng dan mengandung sel mioepitel. Duktus interkalata bermuara ke dalam duktus sekretorius yang lebih besar. Kedua jenis saluran ini terletak intralobular. Duktus sekretorius dibatasi oleh epitel silindris selapis, dan sering disebut juga sebagai saluran bergaris atau duktus striata (striated duct) karena bila dilihat dengan mikroskop cahaya tampak bergaris-garis pada bagian basalnya.Duktus intralobular, yaitu duktus interkalata dan duktus striata, bermuara ke dalam duktus interlobular yang lebih besar. Duktus interlobular mula-mula dibatasi oleh epitel silindris kemudian epitel bertingkat, kadang-kadang dengan sel goblet. Pada saluran utama dekat muaranya, epitel yang membatasi adalah epitel silindris berlapis atau epitel gepeng berlapis.

Kelenjar SubmandibularisKelenjar ini memproduksi saliva yang bersifat serus dan mukus, dengan perbandingan sel asinar serus dan mukus sebesar 7 : 3. Kelenjar ini mempunyai simpai, sekat-sekat dan sistem saluran keluar yang tampak jelas, mirip dengan yang terdapat pada kelenjar parotis, tetapi duktus interkalatanya lebih pendek dan kurang mencolok. Pada duktus yang lebih besar, epitel bertingkatnya mengubah komposisi saliva dengan cara mencampurnya dengan sekret mukus dari sel goblet dan getah serus dari sel-sel silindrisnya. Pada dasarnya, saliva dari kelenjar ini mempunyai aktivitas amilase yang lemah dengan lisozim yang disekresikan oleh sel serus bulan sabit (demiluna) yang dapat merusak dinding bakteri.

Kelenjar SublingualisKelenjar sublingualis pada dasarnya bukan merupakan kelenjar tunggal, tetapi kumpulan kelenjar yang terletak berdekatan dengan saluran keluar kelenjar submandibularis di bawah mukosa dasar mulut. Tiap kelenjar bermuara secara tersendiri di bawah lidah.Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar campuran, tubuloalveolar kompleks. Sebagian besar asinusnya bersifat mukus, dan beberapa diantaranya mengandung sel bulan sabit (demiluna) serus. Asinus serus yang murni jarang ditemukan pada kelenjar ini. Sel mioepitel terlihat berhubungan dengan asinus. Duktus interkalata maupun duktus striata merupakan saluran yang pendek sehingga tampak tidak mencolok. Simpai kelenjar sublingualis kurang tebal serta jumlah sekatnya lebih sedikit.2.3Fisiologi Kelenjar LudahProduksi Saliva Kelenjar saliva berperan memproduksi saliva, dimulai dari proksimal oleh asinus dan kemudian dimodifikasi di bagian distal oleh duktus. Kelenjar saliva memiliki unit sekresi yang terdiri dari asinus, tubulus sekretori, dan duktus kolektivus. Sel-sel asini dan duktus proksimal dibentuk oleh sel-sel mioepitelial yang berperan untuk memproduksi sekret. Sel asini menghasilkan saliva yang akan dialirkan dari duktus interkalasi menuju duktus interlobulus, kemudian duktus intralobulus dan berakhir pada duktus kolektivus.Kelenjar submandibula dan parotis mempunyai sistem tubuloasiner, sedangkan kelenjar sublingual memiliki sistem sekresi yang lebih sederhana. Kelenjar parotis hanya memiliki sel-sel asini yang memproduksi sekret yang encer, sedangkan kelenjar sublingual memiliki sel-sel asini mukus yang memproduksi sekret yang lebih kental. Kelenjar submandibula memiliki kedua jenis sel asini sehingga memproduksi sekret baik serosa maupun mukoid. Kelenjar saliva minor juga memiliki kedua jenis sel asini yang memproduksi kedua jenis sekret. Inervasi autonom dan sekresi saliva Sistem saraf parasimpatis Sistem saraf parasimpatis menyebabkan stimulasi pada kelenjar saliva sehingga menghasilkan saliva yang encer. Kelenjar parotis mendapat persarafan parasimpatis dari nervus glosofaringeus (N. IX). Kelenjar submandibula dan sublingualis mendapatkan persarafan parasimpatis dari korda timpani (cabang N. VII). Sistem saraf simpatis Serabut saraf simpatis yang menginervasi kelenjar saliva berasal dari ganglion servikalis superior dan berjalan bersama dengan arteri yang mensuplai kelenjar saliva. Serabut saraf simpatis berjalan bersama dengan arteri karotis eksterna yang memberikan suplai darah pada kelenjar parotis, dan bersama arteri lingualis yang memberikan suplai darah ke kelenjar submandibula, serta bersama dengan arteri fasialis yang memperdarahi kelenjar sublingualis. Saraf ini menstimulasi kelenjar saliva untuk menghasilkan sekret kental yang kaya akan kandungan organik dan anorganik.

Gambar 2.3 Inervasi autonom dan sekresi saliva.

2.4Tumor Kelenjar Saliva2.4.1.Tanda dan GejalaKebanyakan tumor kelenjar liur merupakan massa tanpa gejala di dalam atau berdekatan dengan kelenjar liur. Tumor parotis merupakan 70-80% dari semua tumor kelenjar liur. Demikian juga sekitar 80% dari tumor parotis merupakan tumor jinak. Sebaliknya, sekitar 50% dari tumor kelenjar submandibula, sublingua dan kelenjar liur minor merupakan tumor ganas. Paralisis n. fasial bersamaan dengan massa parotis hampir selalu merupakan tanda buruk dari lesi ganas. Akan tetapi, rasa nyeri yang kadang-kadang timbul pada kelenjar liur ditemukan sama seringnya pada kelompok ganas maupun jinak. Lesi lifangiomatosa di dalam kelenjar liur biasanya mudah didiagnosis, karena pada palpasi teraba cairan dan penampilan yang khas. Pada pasien-pasien dengan tumor parotis bentuk halter dapat teraba massa di depan tragus, dengan suatu tonjolan pada palatum mole yang merupakan perluasan tumor retromandibula ke ruang parafaring. Pada palpasi tumor dengan dua tangan menunjukan kepadatan dalam daerah retromandibula dan ke arah luar memberi kesan perluasan dari tumor. Tumor kelenjar liur yang hanya terdapat di daerah parafaring disebut tumor bulat, dapat berupa massa tanpa gejala pada palatum mole, yang merupakan satu-satunya tanda. Berkurangnya fungsi tuba Eustachius mungkin terjadi pada pasien dengan tumor halter atau tumor bulat yang besar.Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan,walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk. Tumor ganas pada kelenjar parotis dapat meluas ke area retromandibular dari parotis dan dapat menginvasi lobus bagian dalam, melewati ruangan parapharyngeal. Akibatnya, keterlibatan dari saraf kranial bagian bawah dapat terjadi berupa disfagia, sakit dan gejala pada telinga. Lebih lanjut lagi dapat melibatkan struktur disekitarnya seperti tulang petrosus, kanal auditorius eksternal, dan sendi temporomandibular.

2.4.2KlasifikasiJaringan kelenjar liur mempunyai variasi luas yang unik dari jenis tumor yang dapat tumbuh. Karena variasi jenis tumor yang relatif jarang tumuh neoplasma pada kelenjar liur, klasifikasi jenis tumor berdasarkan bentuk dan perangainya sangat sulit.

Tumor Jinak Kelenjar Liur Pada Anak-AnakTumor kelenjar jinak yang paling sering pada anak-anak adalah hemangioma kelenjar parotis. Kulit terletak di bawah massa mempunyai perubahan warna kebiru-biruan, dan kemungkinan terdapat fluktuasi dalam ukuran dari massa bila anak menangis. Tumor ini akan menunjukkan peningkatan ukuran yang sedikit demi sedikit selama empat sampai enam bulan pertama kehidupan, tetapi mulai tampak resolusinya pada usia dua tahun. Yang mirip dengan hemangioma adalah limfangioma, yang juga timbul pada daerah kelenjar parotis. Adenoma pleomorfik merupakan tumor ketiga terbanyak yang ditemui, dan paling sering tumor padat, ditemukan pada anak-anak. Tumor jinak lain termasuk neurofibroma dan lipoma. Tumor kelenjar liur pada anak-anak paling sering mengenai kelenjar parotis, sedang daerah submandibula dan kelenjar liur minor jarang terjadi. Pada Dewasa Adenoma PleomorfikTumor campur jinak ini menyebabkan 75 % kelenjar parotis, baik jinak maupun ganas pada dewasa. Kelainan ini paling sering pada daerah parotis, dimana tampak sebagai pembengkakan tanpa nyeri yang bertahan untuk waktu lama di daerah depan telinga atau daerah kaudal kelenjar parotis. Tumor ini tidak menimbulkan rasa nyeri atau kelemahan saraf fasialis. Pada daerah parotis, meskipun diklasifikasikan sebagai tumor jinak, dalam ukurannya tumor dapat bertambah besar dan menjadi destruktif setempat. Reseksi bedah total merupakan satu-satunya terapi. Perawatan sebaiknya dilakukan untuk mencegah cedera pada saraf fasialis dan saraf dilindungi walaupun jika letaknya sudah berdekatan dengan tumor. Limfomatosum Adenokistoma Papilar (Tumor Warthin)Tumor jinak kelenjar liur lain yang relative sering. Tumor ini paling sering terjadi pada pria usia 50-60 tahun dan ada hubunganya dengan faktor resiko merokok. Tumor ini juga merupakan tumor yang paling sering terjadi bilateral. Tumor ini dikenali berdasarkan histologinya dengan adanya struktur papil yang tersusun dari lapisan ganda sel granular eusinofil atau onkosit, perubahan kistik, dan infiltrasi limfostik yang matang.

2.4.3Klasifikasi TNMTumor Primer (T)T1 Diameter tumor terbesar 2 cm atau kurang tanpa perluasan lokal yang berarti (*)T2 Diameter tumor terbesar lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 4 cm tanpa perluasan lokal yang berartiT3 Diameter tumor terbesar lebih dari 4 cm tapi tidak lebih dari 6 cm tanpa perluasan lokal yang berartiT4a Diameter tumor terbesar lebih dari 6 cm tanpa perluasan lokal yang berartiT4b Berbagai ukuran tumor dengan perluasan lokal yang berarti (*)

2.4.4Insidensi

KlasifikasiFoote & Frazell(776 kasus)Bardwill(153 kasus)Eneroth(802 kasus)Lambert(83 kasus)

Tumor campur

- Jinak58%34%70,9%53%

- Ganas6%22%1%

Tumor Warthin6,5%3%5,1%19%

Tumor Mukoepidermoid

- stadium dini6%21%4,2%6%

- stadium lanjut6%

Karsinoma adenoid kistik2%8%2,4%2%

Karsinoma sel asinus3%5%4,5%5%

Adenokarsinoma4%11%2,1%

Tumor sel onkositik0,1%1%0,5%1%

Karsinoma sel skuamosa3%5%0,1%1%

Lain-lain

- Jinak1%

- Ganas4%1,8%8%

2.4.5Pembagian tumor berdasarkan histologisTumor jinak kelenjar liur Tumor campur jinakTumor jinak yang paling sering berasal dari kelenjar liur adalah tumor campur jinak. Biasanya merupakan massa tanpa gejala, dan tumbuh lambat. Jika dibiarkan, tumor ini dapat tumbuh sampai diameternya lebih dari beberapa cm. pada parotis lebih sering ditemukan pada bagian lateral, tetapi dapat tumbuh di manapun jaringan parotis ditemukan. Secara histologis tumor campur jinak mengandung unsur epitel dan mesenkim. Stroma mesenkim yang diduga berasal dari sel mioepitel, mempunyai pola yang sangat bervariasi, dan selnya dapat sedikit sampai banyak. Stroma ini pada tumor yang sama dapat berbentuk miksoid, kondroid, fibroid atau bahkan osteoid, sehingga pantas diberi nama tumor campur.Tumor campur jinak secara makro tampak berkapsul, tetapi secara mikroskopik terlihat sel-sel tumor dan penonjolan kecil tumbuh pada permukaan luar. Pola pertumbuhan seperti ini menjadikan angka kekambuhan tinggi jika hanya tumor dikeluarkan. Tindakan eksisi adekuat pada batas parotis harus mengikutsertakan batas jaringan normal di sekitar jaringan tumor, tetapi n. fasial harus dipertahankan. Jika tumor tumbuh kembali, dekat n.fasial, menyebabkan sangat sulit melanjutkan eksisi. Pemotongan sebagian dan tandur n. fasial mungkin diperlukan. Karena angka rekurensi sesudah eksisi kedua sangat menonjol, maka yang terpenting adalah melakukan pembedahan primer yang adekuat.

Tumor warthin atau kistadenoma papila limfomatosumTumor warthin hampir selalu tumbuh pada kelenjar parotis, lebih sering menyerang pria daripada wanita dan terdapat sekitar 6% dari semua tumor parotis. Biasanya merupakan massa tanpa gejala dengan pertumbuhan lambat dan tidak terasa nyeri, pada pemeriksaan histologi yang khas adalah epitel berlapis ganda dengan pola kista tubulopapilar di dalam jaringan limfoid atau kelenjar limfe. Secara ultrastruktur sel epitel ini sama dengan onkosit. Tumor ini umumnya berbatas tegas dan terletak superfisial. Mungkin berupa multisentris lokal, sehingga terapi lobektomi superfisial biasanya cukup adekuat.Sel yang khas pada onkositoma adalah onkosit. Sel ini ditandai oleh banyak mitokondria dan dapat dikenai secara jelas dengan mikroskop elektron, tetapi pewarnaan asam fosfutungstat-hematoksilin akan mewarnai seara selektif enzim oksidase tingkat tinggi yang ditemukan dalam mitokondria. Ciri-ciri lain dari onkositoma adalah kemampuan untuk mengkonsentrasi teknetium 00. Karena itu, ditemukannya daerah panas pada scan teknetium menunjukan kemungkinan terdapatnya tumor Warthin atau okositoma.

Tumor ganas kelenjar liur Karsinoma mukoepidermoidKarnisoma mukoepidermoid secar histologi ditandai dengan dua komponen utama yaitu sel mukus dan sel epidermoid. Kedua sel tersebut mungkin terdapat pada kedua bentuk jinak dan ganas, tergantung pada rasio unsur mukus terhadap epidermoid. Tumor jinak, berdiferensiasi lebih baik atau tumor derajat rendah cenderung lebih banyak mengandung sel musin, sedangkan yang ganas berdiferensiasi lebih buruk, tumor derajat tinggi mempunyai lebih banyak sel epidermoid. Tumor jinak pada berbagai kasus, bersifat jinak, tetapi kadang-kadang pada pemeriksaan histologi lesi derajat rendah telah didapatkan bermetastasis. Lesi derajat tinggi berhubungan dengan tingginya angka metastasis kelenjar limfe regional. Terapi minimum karsinoma mukoepidermoid derajat rendah adalah lobektomi dengan mempertahankan n. fasial. Prognosis yang relatif buruk untuk tumor derajat tinggi merupakan alasan tepat untuk pembedahan radikal dan terapi radiasi pasca bedah.

Karsinoma sel asinusTumor ini meliputi 1% dari seluruh neoplasma kelenjar liur. Kira-kira 95% kasus timbul pada kelenjar parotis. Sisanya terdapat pada kelenjar submandibula dan kelenjar liur minor. Karsinoma sel asinus lebih sering terdapat pada bagian superfisial kelenjar parotis dan biasanya tidak nyeri dan tumbuh lambat, tetapi kadang-kadang memperlihatkan pertumbuhan yang cepat dan mengenai n. fasial. Tumor sel asinus mungkin bersifat jinak atau ganas dan tidak ada perbedaan gambaran histologik yang dapat dipakai untuk meramalkan perangai akhirnya.Secara mikroskopik tumor ini terdiri dari sel dengan sitoplasma yang sangat jernih atau bergranula, sangat kemiripan dengan sel serosa biasa. Walaupun secara histologik termasuk jinak, tumor ini dapat bermetastasis dan cenderung rekuren setelah bertahun-tahun. Penyebaran dapat terjadi melalui pembuluh darah dan limfe regional. Karena insidens rekurensi lambat yang tinggi, baik setempat maupun regional, yang merupakan sifat tumor ini, maka hasil pembedahan tidak dapat diketahui untuk paling sedikit selama 10 tahun. Lobektomi lateral total merupakan tindakan bedah yang minimal. Tergantung dari lokasi dan keterlibatan tumor, parotidektomi total, dengan mengorbankan cabang-cabang n. fasial yang terkena dan diseksi leher elektif mungkin diperlukan. Karsinoma adeoid kistikKarsinoma ini tidak umum terdapat pada kelenjar parotis dan umumnya menyerang kelenjar parotis dan umumnya menyerang kelenjar submandibula dan kelenjar liur minor pada rongga mulut. Sangat jarang ditemukan dalam saluran napas bagian atas dan esofagus. Tumor ini khas cenderun suka menyerang saraf dan saluran limfe perineural. Dalam kelenjar parotis, rasa nyeri dan paralisis n. fasial terjadi dalam presentase cukup tinggi (30%) dan penemuan ini menyebabkan prognosis buruk. Untuk waktu yang singkat, 5 tahun, angka bertahan hidup pasien dengan karsinoma adenoid kistik, tinggi, tetapi karena penyebaran hematogen terjadi lebih dini dan gagal mengetahui perluasan invasi perinerual, angka bertahan hidup menukik untuk penyakit yang berlangsung lama. Kelangsungan hidup selama 10-20 tahun rendah karena manifestasi lambat dari metastasis jauh. Jika terjadi metastasis, terapi lanjutan dapat memperpanjang hidup pada perjalanan penyakit yang berlarut-larut.Gambaran histologi karsinoma adenoid kistik terdiri dari hialin eosinofilik sampai stroma miksoid musinosa tersusun dengan sel basal kecil yang khas membentuk silindris atau bentuk lain. Bentuk invasi tinggi dengan invasi saraf juga sesuai dengan diagnosis histologik ini. Penyebaran ke kelenjar limfe biasanya lebih sering secara langsung daripada melalui saluran limfe. Terapi utama tumor ini dalam kebanyakan kasus adalah dengan pengangkatan tumor secara radikal. Terapi radiasi pasca bedah telah diketahui sangat membantu. Diseksi leher elektif biasanya tidak dianjurkan, karena jarang metastasis ke leher. AdenokarsinomaGambaran histologi adenokarsinoma kelenjar liur mirip dengan gambaran dalam saluran cerna. Metastasis ke kelenjar getah bening regional, paru dan tulang sering terjadi pada tumor ini. Karsinoma sel skuamosaTumor ini jarang ditemukan dalam kelenjar parotis dan akan sulit dibedakan apakah merupakan tumor primer kelenjar liur atau suatu metastasis dari tempat lain. Asal tumor ini diduga dari metaplasia epitel duktus Karsinoma tak berdiferensiasiKarsinoma ini jarang ditemukan dan mempunyai prognosis buruk, tetapi masih mempunyai harapan karena ada yang dilaporkan dapat sembuh.Terapi untuk adenokarsinoma invasif, karsinoma mukoepidermoid derajat tinggi, karsinoma tidak berdiferensiasi dan karsinoma sel skuamosa semua sama. Sifat klinik dari semua keganasan derajat tinggi ini menyebabkan prognosis buruk dan terapi yang diperlukan untuk penyembuhan biasanya radikal.

2.4.6.Teknik diagnostik untuk penyakit kelenjar liur Sitologi aspirasi jarumKeputusan untuk terapi bedah tumor kelenjar liur terutama berkisar pada penemuan histopatologi tumor. Biopsi terbuka maupun biopsi dengan jarum besar dari tumor kelenjar liur tidak disukai, karena terdapat risiko tumor yang menyebar ke dalam luka atau bekas jarum. Namun dari pengalaman ternyata bahwa sitologi aspirasi dengan jarum halus (ukuran 22) tidak meneyebabkan penyebaran tumor dan merupakan cara yang berguna pada diagnosis prabedah. Ketepatan sitologi jarum halus cukup tinggi dan sebanding dengan pengalaman dan dedikasi dari ahli patologi. Sebaiknya dilakukan pada setiap kasus, dengan penggunaan yang lebih luas akan memberikan ketepatan yang lebih tinggi. Diagnosis potong beku (frozen section)Untuk kebanyakan tumor parotis, parotidektomi superfisial adalah biopsi dan sekaligus terapi. Namun potong beku harus dilakukan pada saat pembedahan dengan catatan, bahwa teknik ini mempunyai kelemahan dan tidak selalu tepat. Oleh karena itu tidak boleh dilakukan tindakan radikal dan ablatif berdasarkan laporan potong beku jika terdapat keraguan dalam diagnosis. Komunikasi yang baik antara dokter bedah dan ahli patologi sangat diperlukan. SialografiTerdapat berbagai pendapat mengenai manfaat sialografi, mulai dari sangat dibutuhkan hingga tidak berguna. Hal ini mungkin karena berbagai keadaan dari kelenjar liur dapat ditentukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti. Beberapa yang dapat diperlihatkan dengan sialografi adalah ektasia duktus, fistel duktus pasca trauma, stiktur duktus dan kalkulus.Meskipun berbagai kanula khusus dan dilator dapat dipakai untuk kanulasi orifisium kelenjar liur, namun lebih mudah dan memuaskan jika dipakai kateter sekali pakai ukuran 22 G. Teknik kanulasi tidak memerlukan dilator khusus, yaitu dengan menggabungkan gunting kecil untuk memotong tabung plastik dari ujung kateter dan meninggalkan kawat stylet menonjol kira-kira 2 mm. dengan bantuan mikroskop bedah, muara kelenjar liur dikanulasi kira-kira 0,5cm. kemudian kawat stylet ditarik dengan hati-hati sepanjang 0,5cm sehingga tidak lagi menonjol pada ujung tabung plastik. Dengan kawat stylet yang memberikan kekauan di sebelah dalam, masih mungkin mendorong kateter beberapa sentimeter lagi. Kemudian kawat stylet ditarik seluruhnya dan kateter diplester sebagai pengaman di pipi pasien. Media kontras seperti lipiodol dapat digunakan untuk sialografi, tetapi harus dihindari penyuntikan pada parenkim, yang dapat mengakibatkan pembentukan granuloma. Untuk tiap suntikan hanya diperlukan sedikit kontras yaitu 0,5-1ml. Dilakukan pengambilan foto dalam beberapa posisi, setelah itu diminta mengisap seiris jeruk sirun dan gambaran pasca salivasi dapat dibuat untuk menilai pengosongan kelenjar liur. Sialografi merupakan kontraindikasi pada pasien dengan peradangan akut kelenjar liur, oleh karena media kontras dapat masuk ke dalam parenkim melalui dinding duktus yang melemah, sehingga akan memperburuk keadaan. CT-scanCT-scan sangat berguna untuk mengevaluasi massa parotis. Hal ini dapat membantu dalam membedakan lesi intrinsik dengan ekstrinsik, seperti kelenjar leher dari massa parotis. Dapat membantu klinikus untuk menetapkan bahwa massa di palatum mole berasal dari tumor lobus dalam atau merupakan tumor diluar kelenjar liur. CT scan dapat memberikan gambaran hubungan massa parotis dengan n. fasial. Meskipun CT scan tidak dapat memberikan diagnosis histologik, tetapi dapat memberikan petunjuk bentuk morfologi tumor. Tumor bulat, berbatas tegas, cenderung jinak, sedangkan tumor yang tidak teratur dan difus cenderung ganas. Lipoma dan kista kelenjar liur mungkin dapat dibedakan dari jaringan kelenjar liur, karena mempunyai densitas lemak atau air. CT scan sendiri tidak cukup untuk diagnosis lengkap, namun bersama dengan bantuan metode diagnosis yang lain, hal ini berguna untuk memberi bobot pada kesan klinik. Skintilasi scanTumor Warthin dan onkositoma, keduanya mengandung onkosit, yang dapat secara selektif menyerap Tc-99 dan pada sken skintilasi tampak sebagai daerah panas. Meski pada tumor Warthin semuanya mempunyai panas, ada beberapa tumor lain yang dapat hangat sampai panas, termasuk tumor campur jinak dan karsinoma epidermoid. Oleh karena itu, penggunaan scan skintilasi untuk kelenjar parotis sangat terbatas manfaatnya.

2.4.7.Terapi bedah kelenjar liur Parotidektomi superfisialCara yang paling sering digunakan adalah pendekatan dari posterior. Insisi kulit dibuat dari kerut pra aurikula, dilanjutkan ke bawah mengikuti batas bawah lobus telinga, menyusuri batas depan muskulus sternokleidomastoid dan melengkung ke depan setinggi ostioid hioid. Lapisan kulit diangkat dari fasia parotis. Pada tepi posterior kelenjar parotis, tulang rawan dinding depan liang telinga dibuka dan dapat ditentukan pertemuan antara prosessus triangularis kartilago konka dengan bagian tulang liang telinga luar. Prosessus ini berperan sebagai petunjuk untuk n. fasial. Kemudian fisura timpanomastoid dapat ditemukan terletak pada garis lurus dengan foramen stilomastoid yang biasanya terletak beberapa milimeter medial dari ujung fisura. Pedoman lain yang berguna adalah prossesus tiloid, yang dapat dibawa jauh ke bawah saraf, danp permukaan anterior os mastoid. Jaras utama dari n. fasial dapat terlihat sewaktu menggeser dengan hati-hati jaringan lemak areola ke lateral dari saraf dengan memakai hemostat yang kecil. Hemostasis yang baik sebelum operasi penting dilakukan pencarian saraf dan stimulator saraf merupakan alat bantu yang berguna. Struktur saraf yang jelas, licin, berwarna putih keabuan, sangat berbeda dengan lemak di sekitarnya yang berwarna kuning kecoklatan. Kadang bila tumor sangat besar, pengangkatan bagian lateral tulang dengan bor perlu untuk menemukan lokasi bagian vertical n. fasial, yang kemudian diikuti ke bawah sampai foramen stilomastoid.Di bagian n. fasial dapat ditemukan dengan lebih dahulu mengenali v. fasial posterior yang keluar dari tepi inferior kelenjar parotis. Cabang mandibula menyilang vena di superfisialnya dan dikenali dengan stimulator saraf untuk merangsang kontraksi m. angularis oris. Cabang cervical n. fasial bergabung juga dengan n. mandibularis marginal pada tempat ini.Di sebelah atas cabang temporal n. fasial dapat terletak pada tepi superior kelenjar parotis sewaktu berjalan agak sejajar dengan arteri dan vena temporalis superfisial. Untuk melakukan deseksi ini stimulator saraf sangat diperlukan.Sebuah cabang anterior n. fasial mungkin dapat dikenali pada tepi anterior kelenjar parotis, kemudian diikuti ke belakang sampai saraf utama. Biasanya cabang buccal dapat ditemukan pada duktus Stensen berjalan 1,5cm dibawah dan sejajar arkus zygoma.Setelah saraf utama n. fasial ditemukan, dibuat sebuah saluran pada jaringan parottis di atasnya dengna menggunakan cunam arteri kecil yang bengkok. Jaringan parotis ditarik ke depan, saluran dibuat dengan menyingkirkan secara hati-hati ke lateral dari bagian superior dan inferior n. fasialis. Fasia posterior dari saraf bagian superior dan inferior diinsisi sampai terbuka dan tampak cabang n. fasial. Beberapa saluran dibuat di sebelah lateral dari cabang n. fasial dan saluran-saluan ini dhubungkan satu sama lain dengan mengguntingnya diatas cunam arteri kecil bengkok yang melindungi saraf tersebut. Perdarahan yang terjadi agar berhenti dijepit dan diikat dengan sangat hati-hati agar tidak melukai cabang kecil n. fasial. Dijaga benar agar cabang n. fasial jangan sampai teregang. Ismus parotis dipotong dan lobus letak dalam tidak diangkat bersama bagian superfisial. Duktus kelenjar parotis di sebelah anterior dibelah dan diikat.Sebelum luka ditutup cabang-cabang n. fasial harus diuji apakah masih utuh. Pada luka dipasang drain pengisap tertutup melalui insisi khusus dan jaringan subkutan dijahit terputus-putus dengan benang yang dapat diserap dan kulit dijahit dengan benang nilon halus.

Terapi bedah pada tumor medial dari n. fasialTumor-tumor kelenjar liur dapat tumbuh di medial n. fasial dengan empat cara berbeda: Sebagai suatu tumor di lobus superfisial meluas ke lobus dalam. Sebagai suatu tumor di lobus dalam kelenjar parotis saja Sebagai suatu tumor pada lobus dalam, meluas ke ruang parafaring melalui stilomandibula (tumor halter) Sebagai tumor terpisah dalam ruang parafaring, tidak berhubungan dengan kelenjar parotis, tetapi berasal dari kelenjar liur minor.

Tumor yang menyerang lobus dalam kelenjar parotis akan direseksi dengan lebih aman setelah dilakukan lobektomi lateral. Cabang-cabang n. fasial dicari, dengan hati-hati ditarik keatas atau bawah dan lobus dalam sebagian terbesar dapat dipotong secara tumpul. Arteri dan vena yang masuk maupun keluar dari daerah ini harus diikat dengan eliti. Nervus fasial dilindungi pada waktu mengangkat lobus dalam yang mengandung lesi jinak. N. fasial biasanya dikorbankan pada waktu eksisi lesi ganas pada lobus dalam, meskipun terdapat pilihan lain, yaitu mengorbankan cabang-cabang tertentu atau dilakukan tandur alih saraf.Tumor-tumor kelenjar liur yang timbul di daerah parafaring sangan jarang. Karena letaknya berdekatan dengan dasar tengkorak dan susunan pembuluh darah yang vital, reseksi seutuhnya (en blok) dari lesi-lesi ganas tidak dilakukan. Tumor-tumor yang dipertimbangkan untuk eksisi biasanya jinak. Pembedahan untuk tumor campur jinak pada daerah parafaring harus dilakukan seluruhnya melalui pendekatan luar, karena risiko pecahnya kapsul dan penyebaran tumor melalui pendekatan mulut. Nervus fasial lebih dahulu ditemukan dan dilindungi. Pengangkatan kelenjar submandibula akan membantu eksisi perluasan ke retromandibula. Untuk tumor-tumor besar di daerah parafaring, tindakan pemotongan mandibula tepat di atas angulus kadang-kadang diperlukan untuk membuka dengan adekuat.

Reseksi kelenjar submandibulaEksisi kelenjar submandibula lebih sering dilakukan pada penyakit jinak, antara lain sialadenitis submandibula kronis, batu kiur atau striktur duktus. Kadang-kadang ditemukan tumor kelenjar submandibula dan kebanyakan bersifat ganas.Anestesia umum lebih disukai daripada aestesia lokal. Insisi kulit dilakukan cukup rendah, sehingga cabang ramus mandibula dari n.fasial berjalan diatasnya. Jadi berarti bahwa insisi terletak kira-kira 4cm dibawah tepi bawah mandibula. Meskipun saraf marginal mandibula terletak pada setinggi tepi tegak mandibula pada pasien dengan posisi tegak, pengangkatan dagu ke lateral dan atas, pada posisi kepala pasien selama pembedahan menyebabkan saraf terletak kira-kira 2cm dibawah tepi mandibula. Dibuat insisi biasa melalui kulit dan platisma, mulai dari batas anterior m. sternokleidomastoid sampai batas posterior os hioid. Vena fasial anterior biasanya dapat dikenali di sisi posterior dari luka ini. Setelah vena dipisahkan dan diligasi, dilakukan insisi fasia superfisial yang menutupi kelenjar submandibula, kemudian fasia disisihkan bersama-sama dengan vena. Karena cabang marginal n.fasial biasanya berjalan superfisial terhadap vena dan di dalam fasia superfisial, maka saraf ini dapat doaanan bila bidang deseksi lebih dalam daripada v.fasial dan dibawah fasia superisial. Kelenjar submandibula biasanya dapat dibebaskan secara tumpul dari jaringan lunak di sekitarnya. Arteri fasial diikat pada saat masuk dan keluar dari kelenjar. Di dalam kelenjar, deseksi harus dilakukan berhati-hati agar tidak melukai n. lingual yang melekat pada permukaan belakang kelenjar dekat ganglion submandibula beserta pembuluh darah yang menyertainya. Ganglion dan pembuluh ini dipisahkan dan dilakukan ligasi. Nervus hipoglosus terletak inferior dari n. lingual, tepat di atas dan medial dari bagian anterior m. digastrikus. Duktus wharton (duktus kelenjar submandibula) berjalan langsung di bawah sebelah anterior n. lingual. Duktus tersebut dipisahkan dan diikat. Luka ditutup lapis demi lapis. Sakit isap tertutup diperlukan pasca bedah untuk mencegah penimbunan serum.

Terapi radiasi tumor kelenjar liurMeskipun terapi primer tumor ganas kelenjar liur adalah dengan pembedahan, terapi radiasi karena efek menguntunkan jika digabungkan dengan pembedahan untuk meningkatkan hasil terapi dan sebagai terapi primer untuk tumor yang sudah tidak dapat direseksi. Ada keadaan dimana terapi radiasi merupakan indikasi, yaitu: Diameter terbesar tumor > 4 cm Tumor derajat tinggi Invasi tumor ke struktur lokal, limfatik, saraf, dan pembuluh darah Tumor berada sangat dekat dengan saraf Tumor berasal dari dalam atau luar lobus dalam Tumor muncul kembali setelah dilakukan reseksi ulang Batas yang positif dari pemeriksaan akhir patologi Keterlibatan nodus limfatikus regionalTerapi radiasi juga merupakan indikasi untuk keganasan derajat rendah tetapi tepi daerah operasi masih menjadi tanda tanya atau kurang adekuat. Radiasi telah terbukti dapat memberantas secara permanen tumor-tumor yang tidak dapat lagi dilakukan pembedahan dan tumor yang kambuh setelah pembedahan.

2.4.8.Kompikasi pasca parotidektomi Sindroma FreyGustatory sweating saat parotidektomi terdapat pada 50 % pasien. Terjadi re-inervasi silang pada system persarafan otonom kelenjar parotis yang terjadi setelah dilakukan parotidektomi. Serat parasimpatis, yang dirangsang oleh bau dan rasa dari makanan sekarang menginervasi kelenjar keringat dan pembuluh darah melalui asetilkolin, lalu mengakibatkan keringatan dan kemerahan pada kulit di atas area tersebut. Paralisis/Paresis nervus fasialisKejadian paralisis/paresis nervus paresis setelah operasi tumor saliva jinak biasanya kecil

DAFTAR PUSTAKA

Adams LG, Boies RL, Paparella MM. 1997. Buku Ajar Penyakit THT , Edisi 6. Jakarta : EGC, hal 305-319Ballenger JJ. 1994. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Hal 335-345Beers MH, Porter RS. 2007. Merck Manual of Diagnosis and Theraphy, Ed. 10. USA: Merck Research LaboratoriesGregory M, Brockstein B. 2003. Head and Neck Cancer. USA: Kluwer Academic Publishers, hal 158-161Leegard T, Lindeman H. 1996. Salivary gland tumours. Clinical picture and treatment. Acta Otolaryngologica, hal 155159Robert L. Souhami. 2002. Oxford Textbook of Oncology, 2nd edition. England: Oxford PressSusan, Standring. 2005. Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA: Elsevier, hal 515-518