Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    1/18

    WANA PARWA SINAR PELITA KEHIDUPAN DI DUNIA

    Pendekatan : Psikologis Sastra

    Oleh : Prof. I Gst. Ngurah Bagus

    Pendahuluan

    Wana Parwa, adalah Parwa ke 3 dari Astadasa Parwa

    Mahabharata. Wana Parwa merupakan bagian Mahabharata, maka nilai-

    nilai dalam Wana Parwa merupakan pembiasan nilai Mahabharata sendiri

    sebagai sebuah Itihasa.

    Sebagai objek pembahasan dipakai Wana Parwa Mahabharata

    terbitan harian Bali Post sudah sebanyak 64 kali penerbitan, disamping

    Adiparwa sebanyak 231 kali penerbitan dan Sabda Parwa sebanyak 66 kali

    penerbitan.

    Dalam Manawa Dharmasastra, dinyatakan Itihasa, merupakan

    salah satu sarana mengimplimentasikan ajaran Veda dimasyarakat lebih

    luas. Sebab tujuan ajaran Veda sebagai Kitab Suci Hindu wajib diadatkan.

    Hal ini tersurat pula dalam Saramuscaya ;

    Acara ngaraning Prawerti Kawarah ring Aji

    Acara merupakan tingkah laku sesuai dengan ajaran agama.

    Itihasa disusun oleh Khrisna Dwipayana Vyasa, putra Dewi Satyawati

    dengan Rsi Parasara, dengan dasar pengalaman, pengetahuannya,

    pandangannya tentang ajaran Veda, kemudian diceritakan kembali oleh

    Rsi Vaisampayasa kepada Raja Janamejaya, mulai dari saat Panca Pandawa

    meninggalkan Astina ke hutan bersama saudara-saudaranya dan Drupadi.

    Adapun arah penjabaran Veda Sruti menjadi Smerti, dilanjutkan

    menjadi Itihasa tujuannya untuk mencapai Atma Nastuti, yaitu

    kebahagiaan rohani bagi pembaca dan pendengar Itihasa ini, berbentuk

    ucapan para rsi yang bijaksana.

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    2/18

    Nilai Atma Nastuti terbias dalam Wana Parwa Mahabharata

    yang dilakoni oleh pelaku-pelaku cerita.

    Nilai dalam Wana Parwa, mencerminkan perjalanan jaman yang

    panjang saat Dwapara Yuga menuju jaman Kali Yuga, merupakan jaman

    transisi yang ditandai dengan watak para pelaku cerita di kedua jaman

    tersebut.

    Di jaman Dwaparayuga, watak-watak pelaku sejarah taat

    melangkah menuju dharma, kebenaran dan hormat pada guru. Saat ini

    para pelaku sejarah berusaha melakukan pengendalian diri, menjauhkan

    diri dari segala gejolak nafsu, sangat takut akan adanya kutukan-kutukan

    dari para Rsi yang sakti yang sangat diyakini bentuk kutukan itu akan

    menimbulkan malapetaka dan kehancuran bagi dirinya, keluarga,

    masyarakat sampai negara

    Akhir jaman Dwaparayuga akibat bias-bias kutukan para Rsi

    terhadap pelaku cerita, sudah tampak pada Adiparwa, Parwa pertama

    Mahabharata, menjadi petaka yang sangat mengerikan, terjadi kematian

    demi kematian, timbul situasi yang sangat mencekam dan

    membingungkan berdampak pada pelaku cerita, akibat dari suatu sebab,

    tergambar pada Parwa-Parwa berikutnya khusus dalam Wana Parwa.

    Wana Parwa, parwa ketiga dari Astadasa Parwa Mahabharata

    bias situasi masa transisi ke Kali Yuga tergambar pada watak pelaku cerita,

    ditunjukkan dalam pola hidupnya, berkata, berpikir, atau berbuat sebagai

    yang di ucapkan oleh Rsi Saunaka dan Rsi Markandeya di depan Panca

    Pandawa dan Drupadi, saat mereka meninggalkan Astinapura ke hutan

    akibat kalah main judi.

    Rsi Sunaka dan Rsi Markandeya menyatakan bahwa, sejarah

    kehidupan terus berkembang dari zaman Dwaparayuga menuju Kali Yuga,

    untuk mencari jalan kebenaran dan menjadi kebenaran. Namun semua itu

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    3/18

    merupakan suratan Takdir dan Takdir menggariskannya dan sukar ditolak.

    Rsi Sunaka kemudian melihat penderitaan yang dialami Pandawa dalam

    pembuangan di hutan itu melalui yoga Sankya.

    Sang Rsi bersabda, bahwa penderitaan yang diterimanya itu

    adalah penderitaan batin. Penderitaan batin inilah yang menyebabkan

    timbulnya kebingungan. Penyebab timbulnya penderitaan batin ini adalah

    kasih sayang. Kasih sayang sebagai dasar penderitaan mental, dan ujung-

    ujungnya menyebabkan timbulnya kesengsaraan. Kasih sayang sebagai

    penyebab timbulnya penderitaan, karena timbulnya keterikatan pada

    benda duniawi.

    Inilah yang merupakan sumber kejahatan. Maka itu kasih

    sayang, sebagai sumber penyebab penderitaan hanya dapat ditundukkan

    oleh pengetahuan. Bagi orang berpengetahuan (orang bijak) dengan dasar

    pengetahuannya ia akan dapat membedakan antara yang bersifat

    sementara dengan yang bersifat kekal. Maka itu orang-orang suci,

    dimurnikan oleh pengetahuan, pikirannya tak tergoyahkan oleh rasa kasing

    sayang. Sebab, orang yang pikirannya dipengaruhi oleh rasa kasih sayang,

    ia akan tersiksa oleh keinginan-keinginan. Dari keinginan ini akan timbul

    nafsu terhadap benda duniawi. Kebenaran akan duniawi adalah dosa. Ini

    sekaligus sumber kegelisahan dan condong berbuat jahat.

    Kembali Rsi Saunaka memberi wejangan, memaparkan tentang

    pengaruh transisi Dwaparayuga ke Kali Yuga. Masa transisi ini penuh

    kontradiksi, akan terjadi sikap memalukan orang-orang baik, tetapi

    menimbulkan rasa kepuasan pada orang-orang jahat. Hal ini terjadi karena

    kebodohan, lalu diperbudak oleh Panca Indriya. Akibatnya timbul

    keinginan untuk menikmati objek saat perbuatan berlangsung mengurung

    pikirannya. Di sini tampak terjadi kekeliruan memaknai kebahagiaan. Bagi

    orang bijak dan tekun akan kebajikan yang bermanfaat, ia ingin akan

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    4/18

    kebebasan serta meninggalkan kepentingannya untuk mencapai

    kebenaran, memaafkan, menaklukkan indriya.

    Rsi Markandeya berkata bahwa saat kejadian ini terjadi telah

    tiba awal Kaliyuga. Perbuatan dosa dan perbuatan baik saling

    mempengaruhinya. Namun karena pengaruh Kali Yuga, dosa dan kebajikan

    mempunyai perbandingan satu lawan tiga. Di sini akan timbul

    ketidakjujuran, kebajikan hilang, ketamakan tumbuh, kikir dan selalu ingin

    bebas. Maka itu, ini yang sangat diperlukan adalah berusaha menjalankan

    kebajikan, membersihkan diri dari dosa, hilangkan kesombongan,

    berkarakter yang baik.

    Saat itu datang pula Bhagawan Wyasa, mengatakan bahwa suka

    dan duka akan datang silih berganti dalam rangka mengarungi hidup.

    Orang yang mampu mengekang gejolak panca indriya, ia tak akan pernah

    mengalami bencana, dan ia tak akan pernah iri menyaksikan kebahagiaan

    orang lain.

    Ketiga sarana batin yang disampaikan oleh para Rsi yang

    bijaksana, tergambar dalam alur cerita, tampak pada pola pikir, perbuatan,

    perkataan para pelaku cerita dalam Wana Parwa dalam rangka mencari

    Satha Chit Ananda yaitu kebenaran, kesadaran dan kebahagiaan.

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    5/18

    GERAK ALUR CERITA WANA PARWA MAHABHARATA

    Untuk mengungkapkan alur cerita Wana Parwa yang bersifat

    kausal dan tidak berdiri sendiri, terkait dengan peristiwa-peristiwa

    sebelumnya, perlu ada satu keyakinan bahwa satu kejadian terjadi tentu

    didasari oleh suatu sebab. Setiap perbuatan yang dilakukan akan

    melahirkan akibat dari perbuatan tersebut, baik atau buruk. Hasil

    perbuatan tak lepas dari dari watak dan karakter pelaku.

    Awali jalan cerita, pembuatan sebuah gedung maya bernama

    Maya Sabha yang dikerjakan oleh raksasa bernama Kinkara yang kemudian

    dihadiahkan kepada Pandawa putra Pandu. Gedung sangat indah

    bernuansa Sabha Surgawi. Saat gedung diresmikan banyak undangan yang

    hadir, raja-raja dan tak ketinggalan Duryodana dari Astinapura.

    Saat itu Rsi Narada turut hadir dan memberi wejangan kepada

    para raja dan undangan lainnya. Adapun isi wejangan Rsi Narada, para raja

    wajib melakukan evaluasi terkait dengan kekuatan dan kelemahan diri

    sendiri. Dalam hal ini tidaklah cukup hanya mendapat nasehat-nasehat

    tetapi yang sangat perlu didamping oleh para menteri yang cakap dan

    memahami sastra. Kekayaan akan menghasilkan buah yang baik saat buah

    itu mengeluarkan kenikmatan dan dapat diberikan pada orang lain.

    Setelah upacara peresmian Maya Sabha berakhir dan semua

    undangan sudah kembali ke tempatnya masing-masing, tiba-tiba perasaan

    Duryodana sangat menderita, perasaan irinya timbul dan sangat menyiksa

    melihat keindahan Sabha Pandawa yang tak dapat dibandingkan. Ia

    merasakan sangat iri terhadap kekayaan Pandawa, disamping hadiah-

    hadiah yang diterimanya saat itu.

    Setelah tiba di istananya segera menghadap ayahnya Raja

    Astinapura, Drestarasta yang buta serta menyampaikan segala rasa iri

    hatinya terhadap apa yang dimilki Pandawa saat itu. Segera ayahnya

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    6/18

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    7/18

    dari jauh. Atas siksaan ini Drupadi kemudian bertanya sambil menangis

    sedih, di mana kebajikan dan moralitas kalian. Namun tak seorang pun

    yang hadir di sana dapat menjawabnya.

    Pada detik-detik ketegangan situasi saat itu, Raja Drestarata

    ingin memberi hadiah pada Drupadi dan ia boleh memintanya. Drupadi

    hanya minta, bebaskan Yudistira, Bima, Arjuna dan saudaranya si kembar

    dari perbudakan serta panah dan busurnya serta kekayaannya

    dikembalikan. Raja memenuhi permintaan Drupadi dan mengijinkan

    Pandawa kembali ke daerahnya serta mengembalikan kekayaan dan

    kerajaannya untuk diperintah.

    Rasa tak puas Duryodana atas keputusan Raja, ia ingin kembali

    menantang Yudistira berjudi main dadu, dengan ketentuan siapa yang

    kalah harus meninggalkan negaranya dan berada di hutan selama 12 tahun

    dan pada tahun ke 13 dihabiskan pada satu daerah tanpa dikenali oleh

    seorang pun. Keinginan ini didukung oleh Karna, Sakuni. Bisma tak dapat

    menerima gagasan Duryodana ini, namum Raja Drestarata dapat

    menerimanya lalu mengutus seseorang memanggil kembali Yudistira untuk

    berjudi main dadu.

    Saat itu Gandari mengingatkan Raja agar keputusan itu jangan

    menjadi sebab kehancuran Kaurawa. Namun raja berkata Bila kehancuran

    keluarga tiba, biarlah terjadi dengan kekalahan dengan bebas.

    Permainan dadu dilangsungkan dan kembali Yudistira

    mengalami kekalahan. Atas kekalahan Yudistira main dadu itu maka

    Yudistira, saudara-saudaranya beserta Drupadi harus menjalani

    pengasingan di hutan selama 12 tahun. Sepeninggal Panca Pandawa

    meninggalkan Astina pergi ke hutan lalu terjadi konflik batin serta gejolak

    pikiran yang tampak pada raja dan menteri-menterinya, menyebabkan alur

    cerita mulai menanjak.

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    8/18

    Raja Drestarata minta pandangan Patih Widura untuk

    mendapatkan jalan pemecahan dalam situasi yang dihadapi saat itu.

    Segera Widura menyarankan agar putra Pandu dipanggil kembali serta

    mendapatkan apa yang telah diberikan oleh leluhurnya kepada mereka.

    Semua itu merupakan moralitas tertinggi. Bila hal itu tidak dilakukan

    keturunan Kaurawa akan menuai kehancuran. Raja Drestarata sebagai Raja

    yang buta mata dan buta hati akibat pengaruh rasa sayang perasaannya

    dan pikirannya kepada anak menganggap ucapan Widura itu merupakan

    penghormatan dan kebaikan pada Pandawa saja dan bukan kebaikan bagi

    Kaurawa. Dianggapnya pendapat itu tidak adil.

    Dengan dasar pikiran itu Raja kemudian mengusir Widura dari

    Astina dan tidak lagi sebagai penasehat Raja. Saat jalan cerita sudah mulai

    menanjak di kelompok Kaurawa datang Rsi Maitreya pada Duryodana

    serta menceritakan penderitaan Yudistira bersama sudara-saudaranya di

    hutan, Sang Rsi mengharapkan Duryodana berdamai dengn Pandawa.

    Dengan rasa angkuhnya Duryodana tak menjawab serta tak

    mengacuhksan harapan Sang Rsi Maitreya sambil memukulkan tangannya

    pada pahanya, tanpa menoleh pada Rsi Maitreya. Ia melengos dan

    meninggalkan pergi. Sang Rsi merasa dilecehkan dirinya, kemudian

    mengutuknya.

    Segala yang dilakukan akan berbuah sesuai yang dilakukan oleh

    perbuatannya dalam sebuah pertempuran Bima akan menghancurkan

    pahanya

    Di hutan putra-putra Pandawa bersama Drupadi bertemu

    dengan pertapa dan para brahmana. Yudistira menceritajkan bahwa

    mereka akan diam di hutan selama 12 tahun. Atas petunjuk Arjuna,

    Pandawa beserta istrinya Drupadi pergi ke Daweitawa sebuah danau yang

    berada di hutan Dweita.

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    9/18

    Danau itu dialiri Sungai Saraswati. Di awal perjalanan ke hutan

    itu mereka selalu berpegang kepada kebenaran, dan kebajikan, rendah

    hati. Dengan tekad yang kuat untuk melewati masa yang panjang di bawah

    tuntunan Yudistira, sampai waktunya akan mengambil kerajaan dan

    kekayaannya yang saat ini diambil oleh Kaurawa secara curang. Banyak

    kejadian-kejadian dan godaan selama berada di hutan.

    Setelah berapa tahun berada di hutan dengan pederitaan mulai

    timbul konflik batin antara Yudistira dengan saudara-saudaranya khusus

    dengan Drupadi dan Bima akibat merasakan penderitaan yang demikian

    menyengsarakan tanpa ada pemecahannya.

    Drupadi tampaknya amat marah atas sikap Yudistira yang lemah

    lembut tanpa mengambil sikap pemecahan penderitaan yang melanda

    hidupnya saat ini.

    Saat situasi ini, pelaku cerita mulai merasa tak nyaman

    bersama, tegang namun dalam rasa tegang itu, masing-masing masih

    mampu mengendalikan diri untuk menjaga kebersamaan. Tampak jalan

    alur cerita pada kelompok Pandawa di hutan mulai menanjak, mulai terjadi

    pertentangan batin untuk berusaha mencari pemecahan. Drupadi dengan

    gemas berkata kepada Yudistira, bahwa manusia mempunyai perjalalan

    hidup di dunia. Namun tanpa berbuat apa-apa, perjalanan hidup itu tak

    mungkin terjadi sebagai apa yang diharapkan. Manusia percaya pada

    takdir namun harus tetap percaya kepada kesempatan. Bila hanya

    berbaring semata, hanya percaya pada takdir kita segera akan

    dihancurkan. Tuhan telah menentukan hasil sesuai dengan yang patut

    didapatkan bagi mereka. Yag penting kita harus berbuat sesuatu. Dengan

    berbuat akan mencapai keberhasilan. Tanpa usaha yang dilakukan

    keberhasilan tak pernah didapat dan tak akan mendapat kemakmuran.

    Tunjukkan keberanian.

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    10/18

    Disusul Bima turut mengumpat Yudistira dan mengangap

    Yudistira kehilangan kebajikan. Aku ingin pertarungan segera dilakukan

    merupak kewajiban kesatria untuk menentang ketidakadilan. Mendengar

    kata-kata Drupadi demikian pula umpatan Bimasena dengan lembut

    membenarkan apa yang diucapkan Drupadi. Sebab kekalahan main dadu

    dulu akibat perbuatan kelicikan. Hal ini terjadi karena kehilangan

    pengendalian diri, pikiran dan terkendali karena dipengaruhi oleh

    kecongkakan, kesombongan serta kebanggan akibatnya kita harus tinggal

    di hutan selama 12 tahun. Dan pada tahun ke 13 dalam penyamaran.

    Dalam hal ini kematian lebih ringan daripada melakukan

    pelanggaran apa yang sudah disepakati. Kita perlu menunggu, laksana

    menanam benih untuk menunggu masa panennya. Kita sedang

    menetapkan dan sedang berusaha untuk mencapainya, berdasarkan

    keberanian sendiri dan yang menjadi sumber pandangan tetap dimulai

    dengan pertimbangn yang mendalam, strategi diupayakan untuk menuai

    hasil.

    Saat itu datang Rsi Vyasa, serta memberi pengetahuan rohani

    yang bernama Pratismenti kepada Yudistira. Ilmu pengetahuan ini agar

    diberikan pada Arjuna. Tujuan ilmu ini agar Arjuna akan dapat menghadap

    Varuna, Kuweram Yama, Mahendra, Rudra untuk mohon senjata sakti

    sangat berguna saat menghadapi musuh sakti. Sebenarnya Arjuna adalah

    penjelmaan seorang Rsi Mara yang berpasangan dengan Narayana yang

    telah menjelma sebagai Sri Krisna.

    Setelah menerima pengetahuan Prastismerti dari Rsi Vyasa

    kemudian Yudistira menyampaik pengetahun itu kepada Arjuna di hutan

    Kanyaka di tepi Sungai Saraswati. Dengan tujuan Arjuna harus melakukan

    tapa menghadap Dewa Sakra. Dengan tugas inilah Arjuna pergi ke hutan

    Kanyakan bertapa untuk menghadap Dewa Indra di Indrakila.

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    11/18

    ANALISA PSIKOLOGI WANA PARWA

    Membaca Parwa ke-3 dari Asta Dasa Parwa Mahabharata yaitu

    Wana Parwa karya Krisna Dwipayana Vyasa, sebagai pengarang dan

    pencipta Mahabharata membuka kenyataan dengan pengalaman jiwanya,

    pengalaman intelektualnya yang penuh dengan daya intuisi dan daya

    inspirasi. Daya inspirasinya ditunjang oleh emosinya dan intelektual

    tentang ajaran Veda yang tercetus dengan cara Imaginer.

    Hasilnya terciptalah nilai-nilai yang mampu menghadapi gejala

    estetika berubah-ubah sesuai waktu dan suasana. Nilai inti yang lahir dari

    paparan Wana Parwa mempunyai motivasi serta tujuan pokok sebagai

    karya sastra adalah Atma Darsana, yaitu pandangan yang mendalam

    terhadap realita kehidupan, kemampuan untuk menemukan kebenaran.

    Inilah yang saya maksud ingin membuka dan mendapatkan sinar pelita

    kehidupanyang mengandung nilai-nilai.

    Namun satu hal yang perlu menjadi renungan dan keyakinan

    bahwa Wana Parwa ini hasil fantasi, imajinasi, intuisi, intelektualisme,

    pengalaman, emosi, pengarang yang menggambarkan situasi dalam kurun

    waktu tertentu dikaitan perkembangan jiwa. Sejalan dengan pendekatan

    yang dipakai, untuk mengetahui geru idea yaitu gagasan pikiran

    pengarang, maka yang menjadi tinjauan pokok adalah tingkah laku,

    karakter pelaku, serta reaksi-reaksi yang timbul pada pelaku cerita.

    Sebab adanya geru idea atau gagasan pokok ide pokok

    pengarang diawali adanya ilham yang merasuk dalam pikiran dan perasaan

    pegarang kemudian ide tersebut dikembangkan dengan kekuatan imajinasi

    Pelaku primer yang menyebabkan alur cerita berkembang

    dalam cerita Wana Parwa adalah Duryodana, Drestarata disatu pihak,

    katakan kelompok Kasrawa, Yudistira, Drupadi, bila dipihak lain sebagai

    kelompok Pandawa. Sesuai dengan pendapat J. Nlema yang menyatakan

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    12/18

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    13/18

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    14/18

    dimilikinya membuat hamba pucat pasi melihat kebahagiaan

    seorang musuh dan kemiskinan sendiri.

    (Sabha Parwa, 42)

    Memperhatikan kutipan-kutipan wacana di atas, apa yang

    dikatakan, dirasakan oleh Duryodana tersirat rasa iri hati sangat

    mempengaruhi pikiran Duryodana akibat pengaruh benda-benda kekayaan

    dalam hal ini kekayaan Yudistira.

    Tersurat dalam Wrehaspati Tattwa, pengaruh Tri Guna yaitu

    Rajah dan Tamah mempengaruhi pikiran Duryodana, yang menyebabkan

    watak Duryodana tampak angkuh, egois, pemarah dan sangat bernafsu

    terhadap hal yang bersifat duniawi. Tambahan pula adanya watak

    Duryodana demikian itu terbias dari watak kelahirannya bahwa dalam

    suatu uraian yang berinkarnasi pada dirinya adalah Hyang Kala.

    Kita perhatikan kutipan wacana lainnya.

    Prabu Drestarata memanggil Vidura agar memanggil PrabuYudistira ke Astina kembali tanpa kehilangan waktu. Biar dia

    kesini dengan saudara-saudara dan istrinya untuk melihat

    gedung pertemuan yang menjadi milikku.

    Biarlah permainan dadu dimulai disini.

    (Sabha Parwa)

    Perintah itu dikeluarkan raja, setelah raja melihat keluhan dan

    penderitaan anaknya Duryodana serta sakit hatinya melihat kekayaan dan

    kebahagiaan Pandawa. Ia sangat sayang kepada anaknya itu. Raja ingin

    melenyapkan penderitaan anak kesayangannya itu dengan cara apa yang

    menjadi sebab penderitaan anaknya itu.

    Menyimak kutipan di atas, gambaran watak Drestarata ayah

    Duryodana pengaruh rajah dan Tamahsangat melekat pada dirinya.

    Dikaitkan dengan wejangan Rsi Saunaka tentang adanya penderitaan,

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    15/18

    salah satu penyebabnya akibat dorongan pikiran, adanya raja kasih sayang

    merupakan faktor dasar penderitaan mental.

    Karena penderitaan mental timbulnya rasa ketakutan,

    ketakutan akan kesedihan, yang kemudian menjadi penyebab

    kesengsaraan. Kasih sayang akan memunculkan kecintaan akan benda

    duniawi dan menjadi sumber kejahatan.

    Kita perhatikan kutipan lain, apa yang dikatakan Drupadi.

    Setiap orang wajib tunduk pada Tuhan dan tidak kepadasiapapun. Tidak seorangpun dapat hidup dengan aturannya

    sendiri.

    O, kakanda, manfaat apa yang dipetik Sang Pengatur Agungdengan menganugrahkan kemakmuran kepada putra

    Drestarata yang melanggar aturan.Bajingan sangat iri hati

    yang melukai kebajikan agama.

    (Wana Parwa)

    Dari wacana kutipan tersebut tergambar dan aur pikiran dan

    perasaan Drupadi, gambaran wataknya sebagai orang yang berada dalam

    tingkat human. Pikirannya dipenuhi oleh faktor Sattwa, menciptakan

    kebaikan dan kesucian untuk mendapat kebenaran.

    Perwatakan demikian, dimana pikirannya mendapat dorongan

    Catur Citta dan Catur Budhi untuk berbuat kebenaran dan kebaikan.

    Memang benar dalam diri Drupadi masih terjadi gambaran pergolakan dan

    persaingan Catur Budhi dengan Panca Klesa dalam dirinya, yaitu

    partentangan perbuatan dharma dengan adharma. Hal ini tak lain karena

    penderitaannya di hutan serta penghinaan yang dirasakan saat dia hendak

    ditelanjangi pleh pihak Kaurawa. Ini adalah sifat manusiawi.

    Dalam Niti Sastra disebutkan bahwa kedua unsur kekuatan

    Catur Budhi dan Panca Klesa adalah unsur kekuatan Tuhan yang ada pada

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    16/18

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    17/18

  • 7/22/2019 Wana Parwa Sinar Pelita Kehidupan Di Dunia

    18/18

    Naskah ini dipersembahkan menyongsong SEMINAR NASIONAL

    TRADISI LISAN DALAM PENDIDIKAN IKIP SARASWATI TABANAN, tgl 26 27

    April 2013