81
BAB III PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN WABAH

wabah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

wabah

Citation preview

Page 1: wabah

BAB III

PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN

WABAH

Page 2: wabah

Menelaah informasi rutin, surveilens, kasus klinis, laporan dan informasi

dari masyarakat

Informasi yang mencurigai adanya wabah

Kriteria untuk memastikan adanya wabah

Memeriksa catatan dan insidens musiman

Menegakkan diagnosis Mengisolasi dan mengobati kasus

Mencari kasus Membasmi sumber dan penularan

Melacak kontak Melakukan pencegahan

Menilai lingkungan Melanjutkan surveilensMengumpulkan informasi mengenai wabah

Mengolah dan mengalisis data

Menyebarkan hasil penyelidikan

Menyusun rencana di bidang kesehatan untuk menecegah wabah ulangan

Page 3: wabah

Membasmi sumber Memutuskan rantai penularan imunisasi

Mengobati pasien dan pengidap Sanitasi lingkungan Imunisasi

Mengisolasi kasus Hygiene perseorangan Profilaksis kimiawi

Surveilans sumber yang dicurigai Penanggulangan vektor Perlindungan perseorangan

Pembasmian tandon hewan Desinfeksi dan sterilisasi Gizi yang baik

Pelaporan kasus Pembatasan mobilitas penduduk

Page 4: wabah

Penyakit virus herpes cercopithecid 1 (penyakit simian B)

Pengamanan dalam menangani monyet yang berasal dari Euro-Asia dan Afrika (old world)

Karantina monyet laboratorium

Echinococcosis Pengamanan terhadap kontak dengan anjing yang terinfeksi

Pencegahan akses anjing atas jerohan kambing yang belum dimasak

Demam berdarah (DB) : penyakit virus Ebola dan Marbug

Pengamanan dalam menangani monyet yang baru ditangkap dari Afrika, plasma manusia yang mengandung antibodi dapat dimanfaatkan untuk pencegahan sekunder dan pengobatan

Karantina terhadap monyet laboratorium

DB Junin Imunoglobulin spesifik diberikan selama minggu pertama , vaksin sedang dikembangkan

Penggunaan herbisida di wilayah yang tertutup belukar untuk membasmi rodensia

Demam Lassa Plasma imun manusia dengan titer antibodi yang tinggi dan obat-obat antiviral

Pengendalian tikus mastomysnatalensis

DB Macupo Serum hiperium atau globulin manusia Pembasmian tikus domestik dan peridomesttik (Calomys)

Koriomeningitis limfositik Pengendalian populasi tikus di rumah-rumah; hindari hamster sebagai hewan peliharaan; pengamanan laboratorium

Tidak ada pengendalian yang dapat dilakukan; surveilans koloni tikus laboratorium

Ornithosis Tidak ada vaksin; tetrasiklin sebagai kemoprofilaksis

Karantina dan pengobatan massal unggas di peternakan yang terinfeksi

Monkeypox Pencegahan kontak dengan hewan yang terinfeksi

Karantina primata

Demam Q Vaksin yang diinaktivasi dengan formalin bai kelompok yang terpapar akibat pekerjaannya dan pasteurisasi susu

Insireasi plasenta dan membran janin sapi dan biri-biri.

Page 5: wabah

Rabies Imunoglobulin dan imunisasi pasca pemaparan; imunisasi sebelum pemaparan bagi kelompok profesional yang terpapar

Vaksinasi anjing, kucing, dan sapi

Demam gigitan tikus Disinfeksi tempat gigitan Pengendalian populasi tikusSalmonellosis Pencegahan kontak dengan hewan terinfeksi

seperti anjing , monyet, hamsters, upaya hygiene untuk pekerja peternakan

Higiene dalam peternakan

Penyakit virus tanapox Pencegahan kontak dengan hewan yang terinfeksi

Karantina primata

Toksoplasmosis Pencegahan kontak, terutama selama hamil, dengan daging mentah dan feses kucing; pengendalian lalat dan kecoa

Tak ada pengendalian yang dapat dilakukan, kucing harus dijauhkan dari peternakan

Tularemia Di wilayah yang terkontaminasi, pendidikan bagi pemburu dalam menangani hewan, pakaian pelindung terhadap tungau, pemasakan daging, disinfeksi air, pengamanan laboratorium (aerosol) pengobatan dengan antibiotik, imunisasi

Pengendalian tungau biri-biri dengan acaricide yang diberikan dengan memandikan atau melalui penyemprotan

Penyakit virus Yabapox Pencegahan kontak dengan hewan terinfeksi Karantina hewan-hewan

Yersiniosis Pengendalian hewan piaraan dan rodensia peridomestik, pembatasan jumlah burung dan unggas di tempat umum

Pembawa potensial : itkus, mencit, kelinci, marmut, kucing, anjingg, biri-biri, babi, unggas, burung dara, tidak ada pengendalian yang dapat dilakukan

Page 6: wabah

Penyakit Upaya yang sesuai bagi manusia Upaya yang sesuai bagi heewanAnthrax Pengamanan dari kontak dengan

hewan yang terinfeksi (domba, sapi, kambing) dan produk darinya serta lingkungan yang tercemar, isolasi ketat penderita anthrax paru

Vaksinasi, karantina bagi kawanan ternak pengobatan antibiotik terhadap hewan yang sakit, perlindungan terhadap lingkungan

Brucellosis Pengamanan dari risiko kerja, pasteurisasi susu, pengoatan antibiotik

Pemeriksaan serologik ternak sapi, domba, kambing, penyembelihan yang sakit, vaksinasi hewan lainnya. Babi : penyembelihan yang sakit, karantina hewan ternak

Campylobacterenteritis

Pengamanan dari kontak dengan produk peternakan ayam yang terinfeksi dengan cara memasak cukup matang, pasteurisasi susu

Hygiene peternakan

Page 7: wabah

Judul laporan Pendahuluan Latar belakang Tujuan penyelidikan Metodologi Hasil penyelidikan Pembicaraan Kesimpulan dan saran Ringkasan Daftar kepustakaan Tahap-tahap Penyelidikan KLB (Depkes)

◦ Persiapan kerja di lapangan◦ Penetapan adanya KLB◦ Penetapan diagnosa◦ Pengelolaan data epidemiologi◦ Tindakan penanggulangan dan pencegahan KLB◦ Penyebaran informasi hasil penyelidikan

Page 8: wabah

LAPORAN LENGKAP, AKHIR PENANGGULANGAN KLB/ WABAH 

Jenis KLB/ Wabah yang berjangkit: ………………

Berdasarkan diagnosa : Klinis Laboratorium

 

Daerah yang ditanggulangi :

Propinsi : ………………

Kabupaten / kota : ………………

Kecamatan-kecamatan yang terjangkit :

Jumlah penduduk yang tercakup langsung di wilayah penanggulangan…………

Jumlah population at risk………………

Keadaan sosio ekonomi penduduk………………

Adat istiadat yang ada kaitannya dengan wabah penyakit tersebut………………

 

 

Keadaan sanitasi lingkungan :

 

Lamanya wabah berlangsung :

Mulai tanggal : ………………

Berakhir tanggal : ………………

Lamanya kejadian : ………………/jam/ hari/ minggu/bulan (coret yang tidak perlu)

 

Masa inkubasi penyakit :

Peristiwa penyakit.

Jumlah kasus per golongan umur dan jenis kelamin (buat tabel pada lampiran).

Attack rate : ………………….., Incidence rate : …………….

Jumlah kasus per golongan umur dan jenis kelamin (buat tabel pada lampiran).

Attack rate : ………………….., Incidence rate : …………….

Jumlah kasus dan kematian menurut waktu (buat tabel pada lampiran)

Jumlah kasus dan kematian menurut desa dan kecamatan :

Gejala-gejala yang ada : sebutkan masing-masing dan nyatakan dalam persen (%) terhadap jumlah kasus

Cara penularan :

Sumber penularan …………………………..

Cara penularan …………………………..

Page 9: wabah

Masa tunas Lamanya tunas Lamanya masa sakitJam Hari Jam Hari

TerpendekTerpanjang

Jenis Makanan Jumlah orang yang makan makanan ini

Jumlah orang yang tidak makan makanan ini

Sakit Tidak sakit

total % sakit

Sakit Tidak sakit

total % sakit

Masa Tunas

Attack Rate :

No Jenis bahan Tanggal pengambilan

Tanggal pengiriman

Hasil

1.2.3.4.5.6.

Muntahan Makanan/ air minumTinja

UrineDarahDll

Pengambilan dan pengiriman conthoh bahan (specimen)

Page 10: wabah

Populasi KLB Jumlah PersentaseYang terancam (exposed)Yang sakitYang dirawatYang meninggal

…………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

Umur Penderita Kematian CFR%

< 11 – 45 – 1415Total

No Keluhan Jumlah penderita %1.2.3.4.5.6.7.8.9.

MualMuntahDiarePanasKejang

Bercak merah di kulitShockPingsanLain-lain (sebutkan)

Jumlah penderita ….. orang

Penderita / kematian menurut jenis kelamin dan golongan umur

Page 11: wabah

Tanggal pengambilan

Jenis specimen

Nama penderita atau jenis reservoir yang diambil

Umur (kalau diambil dari manusia)

Hasil pemeriksaan

Pengambilan dan pemeriksaan specimenKeterangan :*) pemeriksaan dilakukan di laboratorium ………………….Test (pemeriksaan) yang dipakai ………………….Tulis secara singkat langkah-langkah yang diambil dalam penyelidikan KLB

Page 12: wabah

Jenis obat Jumlah penderita yang diobati

Jumlah obat yang dipakai

Keterangan (dosis) dan lama pengobatan

TINDAKAN PENANGGULANGAN YANG DILAKSANAKAN :

•VaksinJenis vaksinBerapa kali pemberianGolongan umur yang divaksinasiCoverage vaksinasiCoverage vaksinasi ICoverage vaksinasi IICoverage vaksinasi III•Pengobatan

•Lain-lain (misalkan health education, kaporisasi sumur, dan sebagainya)Jenis tindakan Bahan yang dipergunakan Jumlah bahan yang dipakai

Page 13: wabah

Jenis kegiatan Jenis pengeluaranBiaya dalam rupiahtersedia digunakan Sisa

Penyelidikan Gaji UpahBahanPerjalanan :Dati IIPropinsiLain-lain

…………..…………..…………..…………..…………..

…………..…………..…………..…………..…………..

…………..…………..…………..…………..…………..

Penanggulangan vaksin Gaji UpahBahanPerjalanan :Dati IIPropinsiLain-lain

…………..…………..…………..…………..…………..

…………..…………..…………..…………..…………..

…………..…………..…………..…………..…………..

Pengobatan Gaji UpahBahanPerjalanan :Dati IIPropinsiLain-lain

…………..…………..…………..…………..…………..

…………..…………..…………..…………..…………..

…………..…………..…………..…………..…………..

Lain-lain (isi( Gaji UpahBahanPerjalanan :Dati IIPropinsiLain-lain

…………..…………..…………..…………..…………..

…………..…………..…………..…………..…………..

…………..…………..…………..…………..…………..

Jumlah keseluruhan) ………….. ………….. …………..

BIAYA PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB/ WABAH

Page 14: wabah

BAKTERIAL Gejala Klinis Kriteria Laboratorium / epidemiologisBaccilus cereus a. Masa Inkubasi 1-16 jam

b. Gejala pada saluran pencernaana. Isolasi 4. 105 kuman/ gram makanan yang dicurigai secara

epidemiologis ataub. Isolasi mikroba yang diambil dari tinja penderita

Brucella Gejala-gejala klinis yang cocok dengan brucellosis

a. 4 x kenaikan titer , ataub. biakan darah positif

Clostridium botulinum Gejala-gejala klinis yang cocok dengan botulinum

a. mendeteksi botulinal toxin pada darah manusia, tinja, ataub. isolasi organisme C botulinum dari makanan yang dicurigai

atau tinjac. makanan yang dicurigai secara epidemiologis

Clostridium perfringens a. Masa inkubasi 8-22 jamb. Gejala saluran pencernaan

bagian bawah, kasus yang terbesar dengan diare tetapi sedikit muntah atau demam

a. Organisme yang mempunyai serotype sama dari makan yang dicurigai atau dari tinja penderita

b. Isolasi organisme dengan serotype sama dari tinja penderita tapi tidak dari tinja kontrol

c. 4. 105 organisme per gram dalam makanan yang dicurigai secara epidemiologis, asalkan spesimen ditangani secara benar

Escherichia coli a. Masa inkubasi 6-36 jamb. Sakit perut sebagian besar

penderita diare

a. adanya organisme dengan serotype yang sama pada makanan yang secara epidemiologis dicurigai dan tinja orang yang sakit dan bukan dari tinja kontrol, atau

b. isolasi organisme dengan serotype yang sama per gram makanan yang dicurigai, atau

c. isolasi organisme dengan serotype yang sama dari tinja hampir semua orang yang sakit, organisme harus dites untuk daya serang dan entertoksigenisitas dari teknik laboratorium khusus

Salmonella a. masa inkubasi 6-48 jamb. gejala-gejala saluran

pencernaan sebagian besar penderita dengan diare

a. isolasi salmonella dari makanan yang secara epidemiologis dicurigai

b. isolasi salmonella dari tinja orang yang sakit

Page 15: wabah

BAKTERIAL Gejala Klinis Kriteria Laboratorium / epidemiologisShigella a. Masa inkubasi 7-66 jam

b. Gejala –gejala saluran pencernaan sebagian besar penderita dengan diare

a. isolasi shigella dari makanan yang secara epidemiologis dicurigai

b. isolasi shigella dari tinja orang yang sakit

Staphylococcus aureus a. Masa Inkubasi 1-7 jamb. Sakit perut sebagian besar

penderita diare

a. mendeteksi enterotoksin dari makanan yang secara epidemiologis terlibat

b. organisme dengan phagetype yang sama dari tinja atau muntahan orang yang sakit dan bila mungkin makanan yang dicurigai dan / atau kulit atau sekret hidung dari orang yang menangani makanan, atau

c. isolasi 4. 105 organisme per gram makanan yang dicurigaiStaphylococcus grup A Gejala-gejala demam ISPA a. Isolasi organisme dengan tipe M dan T sama dari makanan

yang dicurigai, ataub. Isolasi rganisme dengan tipe M dan T sama dari

kerongkongan orang yang sakitVibrio cholera a. Masa inkubasi 5 jam sampai 3

harib. Sakit perut, sebagian besar

diare tanpa demam

a. Isolasi vibrio cholera dari makanan yagn secara epidemiologis dicurigai, atau

b. Isolasi organisme dari tinja atau muntahan orang sakit, atauc. Kenaikan bermakna dari antibodi antitoxin, vibrosidal atau

aglutinasi bakterial pada serum akut dan serum awal kesembuhan atau penurunan yang bermakna pada antibodi vibriosidal pada serum kesembuhan awal dan lanjut dari orang-orang yang belum diimunisasi

Vibrio parahaemolyticus

a. masa inkubasi 12-24 jamb. gejala sakit perut, sebagian

besar penderita diare

a. Isolasi 4. 105 organisme per gram makanan yang secara epidemiologis terlibat (biasanya makanan hasil laut)

b. Isolasi organisme Kanagawa positif dari serotype yang sama dari tinja penderita

Lain-lain Data klinik menurut situasi masing-masing

Data laboratorium menurut situasi masing-masing

Page 16: wabah

KIMIA1. Monosodium

glutamata. masa inkubasi 5-30 menitb. gejala klinis sama dengan

keracunan MSG sering meliputi rasa terbakar (panas) dalam dada, leher, perut atau tungkai, rasa ringan atau tekanan pada wajah), atau rasa berat di dada

a. Riwayat jumlah yang banyak (biasanya 1,5 gram) dari MSG yang ditambahkan ke dalam makanan yang dicurigai secara epidemiologis

1. kelompok yang terdiri dari muscarin psilocybindan perangsang saluran pencernaan, zat-zat seperti disulfiram

a. Masa inkubasi khasb. Gejala klinis seperti keracunan

jamur oleh kelompok ini

a. Pembuktian kimia toksis dalam jamur yang dicurigai

b. Jamur yang dicurigai secara epidemiologis merupakan tipe toksis

1. racun paralitik dan neurotoxic pada kerang

a. Masa inkubasi 1 menit – 1 jamb. Gejala klinis sama dengan

kelumpuhan keracunan kerang disertai perelesia pada bibir (bea), mulut atau muka, dan sering terdapat gejala-gejala saluran pencernaan bagian atas dan bawah

a. Penemuan racun pada kerang yang dicurigai secara epidemiologis

b. Penemuan-penemuan spesimen dinollagelita yang berhubungan dengan keracunan udang, dalam jumlah besar di dalam air di mana berkumpul kerang yang dicurigai secara epidemiologis

Page 17: wabah

PARASIT DAN VIRUS

Trichinella sprialis a. 2 kasus atau lebihb. masa inkubasi 3-2 haric. gejala klinis sama denga

trichinosis, sering disertai demam, jumlah eosinofil tinggi, odem di sekitar mata, nyeri otot (myalgia)

a. Biopsi dari penderita, ataub. Tes serologis, atauc. demontrasi larva dalam makanan

yang dicurigai

Hepatitis A a. masa inkubasi 10-50 hari b. gejala klinis sama dengan hepatitis

biasanya disertai kuning, gejala saluran pencernaan, urine berwarna coklat tua

a. Tes fungsi hati sesuai dengan hepatitis pada orang-prang yang makan-makanan yang secara epidemiologis dicurigai

Lain-lain Fakta-fakta klinis yang dinilai pada masing-masing keadaan

Pemeriksaan laboratorium yang dinilai pada masing-masing keadaan

Page 18: wabah

Keracunan makanan karena bakteri:

1. Masa Inkubasi > 2jam2. Prosesnya Infeksi sering disertai panas3. Infeksi saluran cerna bagian bawah (usus)4. Gejala yang menyolok sakit perut dengan

diare5. Lebih sering terjadi dehidrasi6. Diagnosa pasti ditemukan 4.10 5 bakteri

dari 1 gr sampel makanan, atau isolasi bakteri dari tinja penderita.

7. Terapinya kadang-kadang perlu antibiotika.8. Kematian lebih jarang.

Page 19: wabah

Keracunan makanan karena bahan kimia:

1. Masa Inkubasi cepat < 2 jam (reaksi cepat).2. Prosesnya Intoksikasi, biasanya tidak ada panas3. Gejala adanya gangguan saluran cerna bagian

atas lambung (ventriculus)4. Gejala yang menyolok mual, muntah dan kepala

pusing5. Kondisi cepat menurun badan lemas 6. Diagnosa pasti ditemukan bahan kimia dari

muntahan (atau isi lambung dari hasil kuras lambung)

7. Terapinya dianjurkan pemberian Sulfas atropin.8. Kematian lebih cepat terjadi akibat kelumpuhan

syaraf

Page 20: wabah

Penyakit atau sistem yang terkena

Spesimen yang diperlukan (a) Untuk pemeriksaan langsung Untuk isolasi (b) Untuk serologi

Umum Apusan darah tipis dan tebal Darah ditambah heparin

Eksantem Lesi kulit Usapan kerongkongan, feses

Limpadenopati Pus dari kelenjar, atau jaringan yang diambil dengan jarum biopsi

Darah ditambah heparin, usapan kerongkongan, lesi kulit, feses

Demam hemoragik (dengan tindakan pengamanan yang ketat)

Darah ditambah heparin (diambil secara aseptik) mikroskop elektron)

Darah ditambah heparin, urin, (diambil secara aseptik)

Sistem syaraf Cairan serebrospinal, cekukan komeal

Darah ditambah heparin, cairan serebrospinal, usapan kerongkongan, feses, usapan kerongkongan

Sepasang serum (c) darah tanpa bahan tambahan atau ditambahkan heparin

Saluran pernafasan Cairan nasofaring, usapan kerongkongan

Usapan kerongkongan

Saluran pencernaan Feses muntahan Feses darah ditambah heparin

Ikterus Darah ditambah heparin

Infeksi mata Scrapping Scraping atau usapan konjuntiva, darah ditambah heparin

Page 21: wabah

Agen atau penyakit yang dicurigai Spesimen Uji

Arbovirus Darah atau otak (-70oC)Darah atau serum (+4oC)

Isolasi Serologi

Kolera Usapan rekturm atau spesimen feses dalam medium transport, sebagaimana yang dianjurkan oleh laboratorium

Kultur

Gastroenteritis FesesDarah atau serum (+4oC)

Kultur (bakterial, viral) mikroskop elektron, ELISA (a)Serologi

Hepatitis Serum (+4oC) ELISALegionella Darah, sputum dalam pengayaan broth

Malaria Darah (apus tebal dan tipis) PewarnaanMeningitis meningokokal Cairan spinal, darah, usapan faring

(semuanya dengan media transport)Kultur, counter-immuno electrophoresis

Plague Cairan bubo, darah (dalam broth atau dalam slant agar darah)

Kultur, FA (b)

Rabies FA (b) dan IsolasiSalmonella typhiShigellaTyphus Varicella atau kecurigaan smallpox

Page 22: wabah

Pendahuluan :

Di Jawa Tengah saat ini aman, tetapi tahun 1991 pernah muncul di Boyolali (ternak sapi)

Menurut WHO dari 3200 kasus terdapat dari 43 negara (AS = 234 kasus)

Manifestasinya sering dramatis

Munculnya sekali-sekali mewabah\berasal dari bahasa Spanyol yang berarti “Batu bara” oleh karena pada antraks kulit mudah dikenali adanya luka yang hitam seperti batu bara pada bagian tengah

Page 23: wabah

Penyebab :

Bacillus, spora tahan terhadap perubahan lingkungan, tahan terhadap panas kering

Desinfektan kimia tertentu dalam waktu bertahun-tahun (60 tahun)

Basil dapat dijumpai jumlah sangat besar pada luka/ darah binatang / manusia yang sakit merupakan sumber penularan

Dengan pengecatan gram mudah dilihat dengan mikroskop biasa warna kemerahan

Pada suhu 28-30 oC tahan 2-3 hari, pada suhu 5-10oC bertahan hidup 3-4 mingguu basil pada mulai mati

Binatang mati oleh karena antraks dikubur dalam-dalam agar spora tidak muncul ke permukaan tanah

Produk hewan yang bisa tercemar spora : kulit, bulu, rambut, tulang, woll

Spora rusak pada suhu 150oC selama 1 jam/ didihkan selama 10 menit.

> baik dimasukkan autoklaf suhu 121o C selama 15 menit bahan yang tercemar dapat dicuci dengan kalium permanganat

4% selama 1 jam / dengan H 2O2 4% selama 1 jam

Page 24: wabah

Penularan

Spora masuk ke tubuh manusia lewat : Makan daging setengah matang Goresan di kulit Inhalasi spora yang di bulu binatang Kemudian spora tumbuh pada jaringan

tempat masuk melalui getah bening sirkulasi darah basil berkembang di darah dan jaringan

Page 25: wabah

Hari Aktivitas Tanda-tanda

1 Spora memasuki badan Tidak ada

1-6 Spora menjangkiti sistem limfa Selesma, tekak kering

6-8 Spora membentuk bakteri Kembali sehat untuk beberapa jam

8 Bakteri membiak, meningkat produksi doktrin

Sesak nafas secara tiba-tiba, berkeringat, kulit menjadi biru, kekurangan oksigen

9 Kekurangan oksigen menyebabkan kematian sel

Kesulitan bernafas dan gagal fungsi jantung

Sumber : spancity.com/yosri

Page 26: wabah

Berdasar gejala klinik dibagi Antraks kulit Muncul semacam paple (papel) 2-3 hari berkembang cepat luuka 2-7 cm

dengan lekukan bagian tengah Lalu kering dan hitam dikelilingi vesikel (gelembung kecil) berwarna keunguan Daerah di luar vesikel bengkak kemerahan Bila luka di kepala bengkak bisa menghebat dan menyebar ke daerah leher,

dada, lengan bahkan sampai zakar

Antraks paru dan saluran nafas Tekanan darah menurun shock Sepsis penanganan rumit sering tak tertolong mati dalam 24 jam Antraks saluran cerna Gejala : mual, muntah, nafsu makan kurang, demam, nyeri perut, muntah dan berak

darah beberapa kasus > berat operasi bedah perut segera Kematian sering terjadi setelah 2-5 hari terdiagnosis Meningitis Basil mengikuti aliran darah Gejala : panas tinggi kejang-kejang kaku kuduk kesadaran menurun

Page 27: wabah

Diagnosis

Gejala klinis positif Laboratorium : bakteri antraks positif (pengecatan dan

kultur dulu) Kultur dari bahan : nanah, darah, faeces, cairan muntah Pengobatan Pengobatan dini (tanpa tunggu laboratorium) Antraks kulit rawat jalan Pemberian penisilin 2 gr/ hari (5-7 hari) Antraks paru, saluran cerna, otak rawat inap Penanggulangan Memutus rantai penularan dengan cara : Memonitor binatang yang sakit Cegah kontak / kontaminasi dengan produk binatang

tersebut

Page 28: wabah

Ciri binatang terkena antraks

kurang nafsu makan nafas tersengal-sengal demam keluar darah dari lubang hidung, telinga, mulut dan dubur limfa hewan yang dipotong bengkak dan darahnya menghitam Perlu Imunisasi ternak teratur Semua produk binatang yang terkontaminasi dikubur dalam-

dalam/ dibakar Kalau akan dimanfaatkan harus dilakukan dekontaminasi dengan

formaldehyde, ethylene oxide, atau iradiasi gamma Imunisasi pada orang-orang yang selalu kontak dengan produk

binatag Hati-hati pilih daging (pilih daging yang tidak pucat) janga tergiur

dengan harga murah Masak sampai mendidih cukup lama Hindari makan daging setengah matang

Page 29: wabah

Penutupan wilayah terhadap lalu lintas (keluar- masuk ) ternak maupun lalu lintas umum

Mengisolasi ternak yang sakit pada suatu tempat yang terpindah dari lalu lintas ramai

Penyucihamaan ternak yang sakit, dengan cara : lantai ditaburi kaur, membuka atap kandang hingga sinar matahari dapat menjangkau seluruh luasan kandang selama pengistirahatan kandang dan digunakan desinfektan yang sesuai untuk seluruh permukaan dan bagian kandang

Segera lakukan vaksinasi terhadap seluruh ternak yang masih sehat di seluruh kawasan

Jangan melakukan autopsi/ bedah mayat karena berisiko tinggi terhadap penyebaran bakteri antraks

Page 30: wabah

Lanjutan… Yakinkan tidak ada ternak sakit yang disembelih dan

dagingnya dikonsumsi oleh masyarkaat. Bila ada, segera bawa konsumen ke rumah sakit untuk mendapat penanganan/ perawatan selanjutnya.

Bakar bangkai ternak yang mati sampai habis atau kubur pada kedalaman 2,50 m di dalam tanah. Sebelum bangkai ditimbun dengan tanah, tutuplah dengan kapur atau disiram dengan larutan formalin

Bunuh segera ternak yang dalam keadaan sakit parah

Obati ternak yang terserang pada gejala awal dan isolasikan

Tutup padang/ lapangan penggembalaan dari aktivitas merumput

Page 31: wabah

1. Jumlah penderita2. Jumlah kematian3. Jumlah penderita dan kematian tahun yang lain / periode yang

sama tahun yang lalu4. Jumlah penderita per golongan umur dan per wilayah (RT/ RW/

Dukuh. Desa)5. Spot map / area map, peta wilayah6. Insidens rate, attack rate dan CFR total7. Insidens rate, Attack Rate dan CFR per Wilayah (RT/ RW/ Dukuh/

Desa) 8. Jumlah penderita mingguan/ harian menurut desa9. Gejala yang timbul/ kriteria diagnosis10.Tindakan pencegahan yang lalu : vaksinasi kepada kelompok risiko

tinggi. Dan terhadap hewan yang dilakukan pengawasan penjualan daging yang dicurigai serta surveilans daerah fokus

Page 32: wabah

Lanjutan….11. Kegiatan penyuluhan12. Penanganan penderita : pengobatan, vaksinasi13. Penanganan penderita yang meninggal : dikubur minimal

2 meter ditutup lapisan kapur14. Penanganan hewan penderita : pengobatan dan vaksinasi15. Penanganan hewan penderita yang mati : dibakar,

dikubur minimal 2 meter ditutup lapisan kapur16. Penanganan lingkungan / modifikasi lingkungan: ventilasi

yang layak di ruang kerja perusahaan ternak, desinfeksi di tempat penanganan penderita

17. Pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat18. Penanggulangan KLB oleh Puskesmas/ Kabupaten/ Kota :

pengobatan penderita, kerja sama lintas sektor

Page 33: wabah

DEMAM BERDARAH CHIKUNGUNYA (ICD 065.4) Merupakan arbovirus yang termasuk genus alphavirus Umum terjadi di Afrika dan Asia Gejala seperti DBD Tanda perdarahan : bercak-bercak perdarahan bawah kulit (petekie) muntah darah keluar darah bersama faeces (melena) hanya terjadi di India

dan Asia Timur shock negatif angka kematian sangat rendah Penular : nyamuk aedes Laborat : isolasi virus dari darah adanya antibodi Pengendalian : obat simptomatik, isolasi dalam kelambu

selama beberapa hari pertama (perlindungan dari nyamuk aedes)

Page 34: wabah

DEMAM BERDARAH YANG LAIN1. DB Argentina dan Bolivia2. DB dengan sindroma ginjal3. DBD4. DB Junin dan machupo5. DB Korea6. DB Krimean – Kongo7. DB Omsk8. Demam Boutonneuse9. Demam Dengue10.Demam Katayama

Page 35: wabah

PENGAMATAN LANJUTAN UPAYA PENGENDALIAN

Keberhasilan upaya pengendalian : perlu dinilai setiap hari selama wabah

Penilaian akhir setelah berhenti dengan demikian akan diperoleh pemikiran logik mengenai surveilans pasca wabah dan upaya-upaya pencegahan untuk menghindari terulangnya wabah yang sama

Rincian pengalaman yang diperoleh harus dipublikasikan

EVALUASI UPAYA PENGENDALIAN Indikator –indikator Efektivitas biaya Upaya pasca wabah Pertukaran pengalaman

Page 36: wabah

Ad 1. Indikator-indikator Indikator keberhasilan upaya pengendalian : indikator

yang paling jelas bahwa wabah mereda yaitu menurunnya tingkat serangan harian

Tetapi harus hati-hati oleh karena penurunan tingkat serangan harian mungkin berarti :

1.Upaya pengendalian mulai menunjukkan hasil2.Semua populasi rentan dengan resiko telah terkena3.Pelaporan tidak merata4.Sumber kuman yang menular telah berkurang, oleh

karena gejala alamiah misal : 5.Migrasi reservoir hewan atau vektor6.Penurunan aktivitas nyamuk setelah penurunan suhu7.Kompetisi sementara dengan vektor/ species reservoir lain

yang tidak infektif8.Banyaknya hal lain yang akan memungkinkan meledaknya

kembali wabah, jika penyebab sesungguhnya belum dibasmi.

Page 37: wabah

KAPAN WABAH BERAKHIR? Tidak ada aturan umum kapan kita dengan aman menyatakan

bahwa suatu wabah sudah berakhir Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai pedoman : Penyakit yang ditularkan dari orang ke orang : Jika masa

inkubasi terpanjang (2x rerata masa inkubasi) telah lewat kasus baru negatif, asal tidak ada penularan dari pembawa kuman yang sehat

Penyakit dengan satu sumber penularan : jika bahan infeksius sudah dikendalikan

Penyakit yang ditularkan serangga : Jika kasus negatif selama waktu yang merupakan Penjumlahan masa inkubasi intrinsik dengan masa inkubasi ekstrinsik. Contoh : Malaria

Namun perlu diingat vektor serangga untuk beberapa penyakit masih tetap terinfeksi lama, setelah masa inkubasi lewat/ bahkan seumur hidup

Note : Pengendalian efektif,maka peningkatan kasus harian akan

terus berlangsung bila masa inkubasi penyakit tersebut lama/ jika pelaporan kasus semakin baik

Beberapa penyakit dapat timbul kembali tiap tahun sebagai wabah diantara populasi yang sama (influenza) sampai tingkat kekebalan yang tinggi di populasi tersebut tercapai.

Page 38: wabah

INDIKATOR LAIN yang mungkin bermanfaat : Kepadatan nyamuk, tikus jika mereka

merupakan satu-satunya penyebar kuman penyakit.

INDIKATOR KEBERHASILAN PELAYANAN MEDIK Dapat dinilai berdasarkan : Lama perawatan di Rumah sakit Proporsi komplikasi/ gejala sisa penyakit Tingkat fatalitas kasus

Page 39: wabah

EFEKTIVITAS BIAYA sering tidak mungkin untuk menghitung biaya-biaya

yang harus ditanggung oleh karena banyak sektor kegiatan manusia yang terganggu adanya wabah

sebagai pedoman umum : biaya langsung/ tidak langusng >> dari kondisi normal

makin siap menghadapi wabah biaya makin bisa ditekan

taksiran biaya sehubungan wabah dapat dibandingkang dengan upaya pencegahan yang dapat menangkal terjadinya wabah

yang paling penting menurunkan penderitaan manusia harus menjadi pertimbangan utama.

UPAYA PASCA WABAH Pada akhir wabah penyelidikan lebih lanjut masih

perlu untuk menentukan asal-usul dan dampak penyakit dan memilih indikator yang sesuai untuk digunakan dalam surveilans prospektif dan pencegahan berulangnya wabah.

Page 40: wabah

Jenis Sasaran

Survai serologi Untuk menentukan batas wilayah yang terinfeksi, tingkat infeksi kelompok populasi yang berbeda dan tingkat kerentanan manusia dan mengidentifikasi kelompok-kelompok dengan resiko infeksi yang masih ada.

Survai ekologik dan / sosio ekonomik

Untuk menentukan sumber, sasaran, sarana, reservoir dan vektor yang berperan dalam timbulnya wabah, faktor-faktor pencetus dan efek wabah, misal iklim, kondisi ekonomi/ sosial

Page 41: wabah

Meningkatkan :1. Sistem surveilans dan kewaspadaan dini (SKTD)2. Kesiagaan menghadapi wabah dan rencana

penanggulangan3. Imunisasi pada kelompok-kelompok populasi dengan risiko4. Sanitasi sektor-sektor terkait dan terkena, misal : bahan

makan, lingkungan, peternakan, pengendalian vektor dan penyediaan air minum

Note : Kegiatan 1 s/d 4 harus didukung anggaran (APBD-APBN)

Rasio biaya/ keuntungan dapat dibandingkan dengan biaya kalau terjadi wabah yang berulang

Page 42: wabah

Lanjutan…. PERTUKARAN PENGALAMAN : bila penyakit

baru kita akan mendapat pengalaman LAPORAN AKHIR : harus memuat :

◦ Latar belakang◦ Data historik◦ Metodologi penyelidikan◦ Analisa data◦ Upaya-upaya pengendalian

PUBLIKASI KERJA SAMA INTERNASIONAL

Page 43: wabah

PENYEBAB Hepatitis akut hepatitis kronis cirrosis hati kanker hati Hepatitis akut hepatitis B (90% sembuh dan 5 % Cirrosis hati 1/2nya

kanker hati)

PENYEBAB LAIN Bahan kimia/ obat Contoh : INH Hepatitis akut bila dihentikan sembuh Keracunan makanan Contoh : Aflatoxin Hepatitis kronis/ cirrosis hati Tumor hati Primer Sekunder Contoh : Cancer Paru, tumor intra abdomen : Secara percontinuitatum Hematogenic dan lympgenic dari cancer cervix uteri stadium IV / cancer

mamae Bakteri/ parasit infeksi sekunder abses hati Contoh : Amoeba disentri Abasces hati pus harus dikeluarkan, amoeba

diobati sembuh total. Hepatitis oleh karena Leptospirosis bisa sembuh total

Page 44: wabah

Hepatitis A Masa inkubasi 15 – 45 hari (30) Penularan : - Fekal – oral, sembuh sempurna, lewat makanan Laborat : paling menonjol met bilirubin,

SGOT/ SGPT N < 30 / mic unit Hepatitis B HbsAg

Page 45: wabah

Ciri epidemiologi VH A VH B VH C VH D VH E

Penularan F – oral Perrutan venorial mucosa

Perrutan Perrutan F – oral

Masa inkubasi 20 – 37 hari 60 -110 35- 70 B ? 10 – 56

Prevalensi Anak, dewasa muda

Semua umurAS?

80% oleh karena transfusi

Oral Intra vena

- ?

Perjalanan penyakit Kronis (-) 1 – 10% 10 – 40 % Bersama VH B

Kronis (-)

Fulminan (berat) 0 – 0,2% 0,3 – 1,5% B? 2 – 20% 1 – 2% Ca Hepar

Page 46: wabah

Lanjutan… Imunisasi yang ada hanya hepatitis B (program) Program Depkes untuk bayi tanpa periksa

HbsAg Lebih dari 1 tahun sendiri periksa HbsAg dulu

ya atau tidak Makin awal makin baik Imunisasi 3 x perlindungan 5 tahun Setelah 5 tahun ulangan 1 x (booster) Orang yang pernah kena hepatitis perlu vaksinasi /

tidak? Kalau kena hepatitis A, C, D, E vaksinasi Kalau kena hepatitis B tidak vaksinasi

Page 47: wabah

Hepatitis B Problem dunia Proses perjalanan penyakit Akut Kronis (persisten atau aktif) Cirrhosis Karsinoma primer

Prevalensi : Eropa 2,2% AS 0,8% Afrika 12,3% Asia 77,9% Indonesia ….. % Padang 8,9% Anak-anak sebagian besar mengidap karier ditulari ibu.

Page 48: wabah

health promotion Pencegahan Terhadap hospes Pendidikan kesehatan Peningkatan gizi Perbaikan sistem transfusi Perbaikan lingkungan Tindakan chirurgis Peningkatan hygiene Pengawasan kesehatan makanan specific protection Sterilisasi alat-alat, pembersihan dan tindakan pada unit khusus Profilaksis imunologiis IMM, serum globulin Hepatitis B immun globulin Vaksinasi

NOTE : Yang bahaya hepatitis B dan C. jangan vaksinasi bersama dengan DPT Panas tinggi

Page 49: wabah

KLB CAMPAK1. Index case (tgl dimulai muncul rash kasus pertama, mendapat

kontak penularan pertama)2. Riwayat kotak penderita3. Distribusi kasus campak mingguan per desa (lihat PWS campak)4. Kurva epidemiologis (time series) campak di desa KLB Per

Minggu/ Per hari5. CFR & Attack rate per golongan umur di desa KLB (0-5 bl, 6-9 bl,

1-4 tahun, 5-9 tahun, 10-14 tahun, > 15 tahun)6. CFR & Attack rate per golongan umur, tempat (dukuh, RT, desa)7. Populasi teresiko menurut status immunisasi campak8. Cakupan immunisasi campak desa KLB 3 tahun terakhi9. Cari kasus tambahan : Tanyakan pada keluarga indek case adakkah penghuni rumah

yang sakit dengan gejala mirip campak Tanyakan pada penduduk setempat adakah anak sebaya yang

sakit dengan gejala mirip campak Tanyakan pada teman sekolah/ teman sekelas adakah yang sakit

dengan gejala mirip campak

Page 50: wabah

Lanjutan….10. Spot map, area map, peta desa11. Catatan suhu vaksin di puskesmas 3 tahun 12. Kurva epiemiologi kasus campak di puskesmas

& Dati II per minggu13. Cakupan immunisasi campak di puskesmas /

kecamatan dati II 3 tahun 14. Hitung vaksin efikasi15. Intervensi yang dilakukan puskesmas dan dati

II :16. Pengobatan penderita, ring vaksinasi, (sweeping balita utk vaksinasi)17. Pemberian PMT bagi penderita (terutama gizi

kurang) 18. Pemberian vitamin A dosis tinggi

Page 51: wabah

KLB MALARIA

1. Jumlah penderita2. Jumlah kematian3. Jumlah penderita dan kematian tahun yang lain / periode

yang sama tahun yang lalu4. Jumlah penderita per golongan umur dan per wilayah (RT/

RW/ Dukuh. Desa)5. Kecenderungan kasus pada 5 tahun terakhir6. Spot map / area map, peta wilayah7. Insidens rate, attack ratio dan CFR total8. Insidens rate, Attack Ratio dan CFR per Wilayah (RT/ RW/

Dukuh/ Desa)9. Jumlah penderita mingguan/ harian menurut desa10.Gejala yang timbul/ kriteria diagnosis11.Tindakan pencegahan yang lalu : modifikasi lingkungan/

managemen lingkungan, pengendalian secara biologi dan penyemprotan dengan insektisida (indoor residual spray), larvasida, pengolesan kelambu

Page 52: wabah

Lanjutan….12.Kepadatan vektor13.Angka API, SPR, ABER14.Kegiatan penyuluhan15.Kondisi lingkungan : Breeding place vektor16.Penanganan penderita 17.Pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat18.Penanggulangan KLB oleh Puskesmas/

Kabupaten/ Kota : pengobatan penderita, isolasi penderita, pemberantasan vektor

19.Informasi tentang resistensi20.Informasi logistik yang ada untuk

menanggulangi KLB

Page 53: wabah

KLB DIARE

1.Dalam melaksanakan investigasi KLB Diare, setiap invetigator harus memperoleh informasi minimal sebagai berikut :

2.Jumlah penderita dan kematian3.Jumlah populasi terisiko4.Jumlah penderita per golongan umur dan per wilayah (RT/

RW/ Dukuh. Desa)5.Insidens rate, attack ratio dan CFR total6.Insidens rate, Attack Ratio dan CFR per Wilayah (RT/ RW/

Dukuh/ Desa)7.Jumlah penderita mingguan/ harian menurut desa8.Kurva endemik per desa (lihat PWSS Diare)9.Gejala yang timbul10.Jumlah dan proporsi penderita menurut desa11.Cek logistik penanggulangan KLB Diare di Puskesmas dan

Dati II (oralit, RL, obat-obatan anti diare, kaporit)12.Cakupan SAB/ desa, Puskesmas dan Dati II13.Cakupan JAGA/ desa, Puskesmas dan Dati II

Page 54: wabah

Lanjutan…14.Peta desa dan wilayah15.Per1hatikan aliran sungai, musim (kemarau, hujan, banjir) Lihat kondisi lingkungan, samijaga dan sumber air di lokasi

KLB16.Selidiki pengetahuan, sikap, dan perilaku penduduk di lokasi

KLB terhadap penyakit diare dan faktor resikonya (BAB, memasak, mencuci tangan dan alat makan, menyuap anak)

17.Upayakan mengambil rectal swab penderita dan kontak18.Upayakan pengambilan sampel air bakteriologis pada

beberapa titik sumber air minum19.Lihat penanganan penderita di rumah sakit (perilaku mencuci

pakaian penderita oleh keluarga, pojok oralit di RS, dll)20.Gambaran kasus diare sebelumnya (pernah KLB, dalam 6

bulan – 1 tahun yang lalu)21.Tindakan penanggulangan sementara oleh Puskesmas/

Kabupaten/ Kota : (pengobatan penderita, kaporitasi sumur dan sumber air, dll)

Page 55: wabah

STANDARD INVESTIGASI MINIMAL KLB DIPHTERI

*.Dalam melaksanakan investigasi KLB diphteri , setiap investigator harus memperoleh informasi minimal sebagai berikut :

1.Indeks case (tanggal mulai gejala : panas, sukar menelan, bullneck)2.CFR dan attack rate per golongan umur dan tempat (dukuh/ RT/ desa)3.Populasi terisiko menurut status imunisasi DPT 4.Cakupan imunisasi DPT 1,2,3 di desa KLB 3 tahun terakhir5.Peta desa6.Catatan suhu vaksin di puskesmas 3 tahun terakhir7.Cakupan imunisasi diphteri di puskesmas/ kecamatan dan Dati II 3

tahun terakhir8.Persediaan ADS di RS setempat9.Lakukan pengamatan ruang isolasi penderita di RS dan perilaku

pengunjung keluar masuk ruang isolasi10.Lakukan swab tenggorokan pada kontak sekitar penderita (semua

keluarga penderita, teman bermain, teman sekolah)11.Pemeriksaan hasil swab tenggorok di RS terdekat, BLK Semarang,

puskesmas dilatih pemeriksaan mikroskopik diphteri)12.Tindakan penanggulangan sementara oleh Puskesmas dan Dati II ?

Page 56: wabah

KLB KERACUNAN MAKANAN

1.Jumlah penderita 2.Insidens rate dan CFR total3.Jumlah populasi teresiko (populasi yang makan)4.Jumlah penderita menurut waktu (jam), tempat dan umur5.Kurva endemik menurut jam setelah makan (median onset time)6.Masa inkubasi7.Gejala yang timbul8.Jumlah dan proporsi penderita menurut gejala9.Jenis makanan yang dimakan10.Attack rate per jenis makanan11.Lihat higiene sanitasi tempat memasak makanan12.Lihat hygiene sanitasi dan riwayat penyakit pada penjamah

makanan13.Distribusi bahan mentah (asal usul bahan baku makanan)14.Distribusi makanan dari tempat memasak sampai ke lokasi.15.Usahakan mengamankan sampel (muntahan : penderita, sisa

makanan, sisa bahan baku, swab alat makan/ masak)16.Air yang dipakai dan sumbernya dari mana17.Tindakan penanggulangan sementara18.Olah data dan tentukan kemungkinan makanan tercemar dan

agent penyebab dengan software “foodborne”  

Page 57: wabah

KLB DEMAM BERDARAH DENGUE

1. Jumlah penderita dan kematian2. Jumlah penderita dan kematian tahun yang lalu/ periode yang sama

tahun yang lalu3. Grafik minimal-maksimal 5 tahun4. Jumlah penderita per golongan umur dan per wilayah (RT/ RW/ Dukuh.

Desa)5. Spot map / area map, peta wilayah6. Insidens rate, attack rate dan CFR total7. Insidens rate, Attack Rate dan CFR per Wilayah (RT/ RW/ Dukuh/ Desa)8. Jumlah penderita mingguan/ harian menurut desa9. Gejala yang timbul / kriteria diagnosa10.Cek logistik untuk melawan DBD11.Data desa endemik, potensial, terancam12.Tindakan pencegahan yang lalu13.ABJ, Populasi nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus14.Kondisi lingkungan tandon air15.Penanganan penderita thrombocyt / laboratorium16.Pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat17.Penanggulangan KLB oleh Puskesmas/ Kabupaten/ Kota : (fogging

focus)18.Hasil pemeriksaan laboratorium : Dengue blood

Page 58: wabah

Tahap Tindakan yang harus dilakukan

Kesiagaan 1. Pelembagaan pelayanan kesehatan kedaruratan

2. Penjabaran rencana menghadapi segala kemungkinan

3. Pemantapan sistem pewaspadaan dini

Intervensi 1. Penilaian cepat atas adanya wabah

2. Perumusan hipotesis sementara atas sumber dan

penyebab wabah

3. Pengorganisasian penyelidikan lapangan

4. Analisis data dan penentuan penyebab-penyebab wabah

5. Pelaksanaan langkah-langkah pengendalian wabah

6. Evaluasi akhir

Page 59: wabah

MENTERI KESEHATAN

KOORDINATOR PELAYANAN KESEHATAN KEDARURATAN

DEWAN KESIAGAAN BENCANA NASIONAL

DEWAN PENASEHAT PKD

PELAYANAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI LAPANGAN (SISTEM KEWASPADAAN DINI)

DIREKTORAT WILAYAH

RUMAH SAKIT LABORATORIUM KESEHATAN

SATUAN PENGENDALIAN VEKTOR

PELAYANAN HIGIENE (KESEHATAN LINGKUNGAN)

KLINIK

PELAYANAN KESEHATAN

PRIMER

STRUKTUR KESEHATAN NASIONAL

Page 60: wabah

PUSAT PELAYANAN KESEHATAN NEGARA YANG BERSANGKUTAN

PERWAKILAN WHO DI NEGARA YANG BERSANGKUTAN

KANTOR WHO REGIONAL

MARKAS BESAR WHO, GENEVA, OPERASI PERTOLONGAN KEDARURATAN DAN DIVISI-

DIVISI YANG RELEVAN

PBB, UNDRO, UNICEF, UNDP, DLL

KERJA SAMA

BAHAN-BAHAN (UNIPAC) KONSULTAN

KERABAT KERJA INTERNASIONAL

LABORATORIUM DI PUSAT KERJA SAMA WHO

Page 61: wabah

1. Tenaga pelayanan kesehatan : ahli dalam perlabagai disiplin misalnya, penyakit tropik, pediatri, kedokteran hewan, mikrobiologi, entomologi, mamalogi, teknik sanitasi, toksikologi 2. Perwakilan dewan bencana nasional3. Pejabat senior pelayanan umum : keuangan, angkutan, komunikasi, pekerjaan umum, polisi, tentara, pemadam kebakaran.4. Perwakilan organisasi internasional (UNDP, UNICEF, WHO, Palang Merah, dan lain-lain5. Perwakilan organisasi swadaya6. Anggota-anggota masyarakat yang berkepentingan7. Perwakilan media

Page 62: wabah

Perencanaan biaya Tenaga Pelayanan kesehatan Dukungan

laboratorium Tim kerja lapangan Imunisasi Pengendalian vektor

Sanitasi lingkungan Penyediaan bahan Angkutan Komunikasi Partisipasi masyarakat Bantuan internasional

Page 63: wabah

1. Lokasi rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan lain, berdasarkan :Wilayah layanan rumah sakit 2. Jumlah rata-rata pasien rawat inap dan rawat jalan3. Jumlah tempat tidur di bangsal penyakit infeksi4. Jenis isolasi yang tersedia untuk pasien-pasien5. Kemungkinan perluasan fasilitas isolasi6. Fasilitas pelayanan intensif7. Jumlah ambulan8. Kebutuhan tenaga tambahan9. Lokasi rumah sakit rujukan 10.Staf eksekutif yang dapat dihubungi pada saat kedaruratan11.Fasilitas-fasilitas tambahan yang mungkin tersedia seperti sekolah, hotel dan lain-lain

Page 64: wabah

1.Penderita dapat dijangkau secara langsung untuk menghindari kemungkinan kontaminasi tempat-tempat lain di rumah sakit.

2.Hanya orang-orang tertentu diperkenankan memasuki bangsal

3.Adanya kamar pendukung yang bersebelahan dengan kamar penderita

4.Fasilitas WC/ kamar mandi khusus dan terpisah dari yang lain

5.Aliran udara dari daerah bebas kontaminasi ke daerah terkontaminasi dan penyaringan buangan udara ke luar

6.Fasilitas khusus dekontaminasi limbah dan disinfeksi terminal

Page 65: wabah

Jaringan laboratorium-laboratorium wilayah dan fasilitas rujukan

untuk tiap laboratorium:1. Kuman apa saja yang dapat diperiksa untuk diagnosis2. Tingkat pengamanan untuk kuman berbahaya3. Jumlah bahan yang dapat diproses4. Acara pengiriman bahan dari perifer5. Staf eksekutif yang harus dihubungi pada keadaan

darurat

Page 66: wabah

Lanjutan…

Laboratorium-laboratorium nasiomal dan rujukan WHO :1. Tatacara dan peraturan (nasional maupun internasional) untuk

pengiriman bahan yang dapat menularkan penyakit2. Siapa yang perlu dihubungi sebelum pengiriman bahan

laboratorium rujukan untuk patogen khusus (yang sangat berbahaya)

3. Tata cara khusus ( yang harus dihubungi melalui WHO)

Laboratorium lapangan : alat-alat yang mudah dibawa untuk penyelidikan lapangan

Page 67: wabah

Petugas terlatihFasilitas perjalanan :a. angkutan, misalnnya kendaraan roda empatb. lori, helikopter, pesawat udara berukuran kecilc. akomodasi, makanan dan lain-laind. dokumen-dokumen perjalananKomunikasi : telepon radio peralatan untuk:1. penyelidikan klinik2. pengumpulan bahan untuk pemeriksaan laboratorium3.sarana untuk pengendalian kedaruratan, misalnya

semprit, penyemprot insektisida

Page 68: wabah

1. Lokasi satuan-satuan pengendalian vektor2. Mekanisme untuk menggerakkan petugas dengan cepat dan

menjamin bahwa mereka selalu ada3. Penentuan resistensi terhadap insektisida4. Penyimpanan cadangan insektisida yang dianjurkan dengan

penggantian cadangan tersebut agar tetap segar5. Cadangan alat penyemprot udara dan darat6. Hubungan dengan perusahaan penerbangan, informasi tentang

peraturan-peraturan penerbangan7. Taksiran tambahan tenaga dan angkutan darah yang

diperlukan8. Pembuatan rencana tindakan darurat dalam menghadapi

vektor lokal potensial

Page 69: wabah

kondisi Kriteria Permohonan WHO akan bekerjasama jika :

situasi benar-benar merupakan kedaruratan atau kemungkinan akan mengakibatkan kedaruratan jika langkah-langkah yang tepat tidak di ambilsumberdaya nasional untuk mengatasi situasi tersebut tidak memadaisumberdaya tambahan yang mungkin akan diberikan oleh negara lain tidak akan memenuhi seluruh kebutuhan

Tak ada permohonan WHO akan memberikan bantuan kerjasama teknis kepada pemerintah setempat jika :jelas bahwa bantuan WHO akan mampu meningkatkan sumberdaya fisik atau organisasi yang ada untuk mengatasi situasisituasi telah sedemikian parah sehingga mengancam kesehatan masyarakat di negara yang bersangkutan dan negara-negara yang berdekatan

Page 70: wabah

 DASAR : Permenkes No 560/Menkes/Per/VIII/1989 Surat dirjen PPM-PLP No PM.04.03.3.58 Tgl : 17 Februari 1993 PERIHAL : Laporan KLB / Wabah (W1 / RS) Pemberitahuan penderita/ tersangka DBD, poliomyelitis dan tetanus

neonatorum (KD/ RS) PERANAN RUMAH SAKIT Memberitahukan adanya setiap kasus (setiap satu kasus) tersangka :1. DBD2. Poliomyelitis / AFP 3. Tetanus neonatorum Yang ditemukan di fasilitas rawat jalan / rawat inap, kepada DKK Dati II

setempat dan Puskesmas di Wilayah Penderita dalam waktu 24 jam, dengan menggunakan formulir KD/ RS

Bersifat rutin formulir harus selalu ada di bagian rawat jalan / rawat inap RS

Melaporkan semua jenis kejadian luar biasa di RS ke Dinas Kesehatan Dati II Setempat dalam waktu 24 jam degan menggunakan form W1/ RS

Page 71: wabah

Satu kasus =KLB1. Kholera yang telah dikonfirmasi lab (+)2. Diptheri lab (+)3. Tetanus Neonatorum4. Kasus AFP (Lumpuh layuh mendadak)5. Anthrax lab (+)6. Leptospirosis klinis (+)7. DBD untuk daerah yang sama sekali belum pernah ada kasus.8. Penyakit menular baru, belum diketahui sebelumnya9. Keracunan bila disengaja10. Flu Burung, Flu Babi11. SARS (Severe Acut Respiratory Distress Syndrome)12. Pes/Sampar (Plaque)13. Kasus Gigitan Anjing14. Malaria untuk daerah endemis dimana telah 4 minggu terbebas

dari kasus. 15. Gizi buruk

Page 72: wabah

Kriteria KLB Campak:

1. Adanya 1 kasus campak (+)2. Dalam Waktu 1 minggu yang sama ada tambahan

kasus 2 orang didekat kasus pertama • Tindakan yang harus dilakukan:1. PE (Penyelidikan Epidemiologi)2. Sweeping Balita untuk dilakukan imunisasi campak3. Pemberian makanan tambahan (PMT) untuk balita

gizi kurang di lokasi KLB selama 90 hari.4. Pemberian Kapsul Vit A dosis tinggi.5. PKM (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat)6. Isolasi penderita.

Page 73: wabah

KLB KHOLERA:

1. PE (Penyelidikan Epidemiologi)2. Pengambilan sample air3. Pemeriksaan lab4. Kaporisasi sumber air terutama sumur5. Pemberian Kemoprophilaksis bagi keluarga yg

belum terkena6. PKM (Penyuluhan Kesehatan Masy)7. Rehidrasi oral dng LGG/ Oralit/Cairan Rumah

tangga8. Rujuk ke RS9. Kaporisasi ulangan 3 bulan kemudian

Page 74: wabah

KLB DIPTHERI:

1. PE (Penyelidikan Epidemiologi)lakukan swab tenggorokan orang2 sekeluarga, teman bermain, teman sekolah.

2. Rujuk ke RS isolasi3. Pemberian ADS 4. Cakupan Imunisasi DPT 1, 2, 35. Cari sumber penularan6. Sweeping balita utk imunisasi DPT7. Teliti suhu penyimpanan vaksin

Page 75: wabah

KLB Tetanus Neonatorum:

1. PE 2. Audit Maternal Perinatal3. Sweeping WUS utk imunisasi TT4. PKM5. Meningkatkan cakupan persalinan oleh

Nakes

Page 76: wabah

KLB AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)1. PE2. Pengambilan Sampel tinja penderita

packing kirim oleh kurir, 24 jam harus sampai lab.

3. Sweeping balita utk imunisasi polio4. PKM

Page 77: wabah

KLB ANTHRAKS:

1. PE2. Pengobatan segera (Penicilin dosis tinggi

2gr/ hari selama 5-7 hari) 3. Pengambilan sampel utk pem Lab4. Cari sumber penularan5. Pembasmian sumber penularan6. Imunisasi ternak7. PKM

Page 78: wabah

KLB Leptospirosis:

1. PE2. Pengobatan secepatnya3. Traping tikus4. Pem Lab utk menegakkan Dx5. Pemberantasan tikus (reservoir)6. PKM

Page 79: wabah

KLB Pes:

1. PE2. Pengobatan penderita3. Traping tikus utk mendapatkan Indeks

Pinjal (Ingat kriteria SKD)4. Pem serologis utk Dx5. Isolasi utk Pes Paru

Page 80: wabah

KLB Kasus Gigitan Anjing:

1. Penanganan penderita: rawat luka, pemberian VAR/SAR tgt kondisi anjingnya

2. Penanganan anjingnya: penangkapan anjing, karantina anjing apakah anjing mati/tidak

3. Kalau anjing mati diambil otaknya kirim ke BandungDx pasti

4. Kalau Dx (+) Rabiesgerakan imunisasi anjing, pembasmian anjing liar

Page 81: wabah

KLB Malaria:

1. Survey Entomologi untuk mendapat petunjuk utk pemberantasan vektor

2. Pengobatan penderita3. Mass Fever survey4. Cari sumber penularan import atau

indigenous5. Pemberantasan Vektor6. Waspadai 4-6 bulan kemudian akan terjadi

kekambuhan