28
PENANGANAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT WABAH

Wabah Dan Bencana

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penanganan Krisis Kesehatan akibat Wabah dan Bencana

Citation preview

  • PENANGANAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT WABAH

  • EPIDEMICS AFTER DISASTERS

    S.F. 1907FirePlagueQuarantine failureDuluth, MN 1918Forest FireInfluenzaCrowding, epidemicHaiti, 1963HurricaneMalariaVector control stoppedItaly, 1976EarthquakeSalmonella CarriersWater sanitation stopped

  • EPIDEMICS AFTER DISASTERS

    Dominican Republic, 1979HurricaneThyphoid, GI, hepatitis, measlesCrowding, flooding, chronic diseasePopaya, Colombia 1983EarthquakeViral hepatitisWater sanitationEquador, 1983FloodingMalariaVector increase

  • Howard et al, Emergency Medicine Clinics in North America FLOODINGMissouri 1993Increase reports if E.D. visits due to illness20% respiratory,17% GIIowa 1993No reports of GI or respiratory increase due to sanitation measuresFlorida Hurricane AndrewHeavy mosquito spraying lead to no change in encephalitis rates

    Howard et al, Emergency Medicine Clinics in North America

  • Bissell, RA J Emerg Med 1983 1 (1):59-66DOMINICAN REPUBLIC 1979Hurricane David and Fredrick on Aug 31 and Sept 5th 1979>2,300 dead immediatelyMarked increase in all diseases measured 6 months after the hurricaneThyphoid feverGastroenteritisMeaslesViral hepatitis

    Bissell, RA J Emerg Med 1983 1 (1):59-66

  • *YANKESLINGKUNGANPENYAKITBENCANA

  • *DARURAT BENCANAPASCA BENCANAPRA BENCANAKESIAPSIAGAANMeninggalluka/sakitPengungsiLingkunganINTERVENSI MEDIKINTERVENSI PUBLIC HEALTHPEMULIHAN PROGRAMPencegahanIdentifikasiMitigasiPemberdayaan Masy.Pelayanan medis R H APP-PL:Sanitasi dasarSurveilansPengendalian PenyakitPemberantasan vektorImunisasiPelayanan programGizi, KIA, dll

  • Program Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan KeracunanKajian EpidemiologiPerbaikan Kondisi RentanSKDKLBPenang-gulang-an KLBKesiapsiagaan menghadapi KLBTidak Menjadi Masaslah KesMasResponAntisi pasi

  • Kajian Awal (Inisial Assessment)Status Epidemiologi Pengungsi Sebagai Bahan Penetapan Sistem SurveilansPerkembangan Penyakit Potensial KLBMakanan & GiziImunisasiAir, Sanitasi, dan MusimStatus Pelayanan Kesehatan Darurat, termasuk sistem surveilans yang adaEkonomi, Sosial, Politik, Keamanan, Transportasi, KomunikasiAncaman Penyakit MenularPnemoniaGiziPelayanan Kesehatan

  • Skenario Analisis Surveilans EpidemiologiPertemuan Berkala Kabupaten/KotaSurveilans PenyakitAir-SanitasiGiziAnalisis TimRekomendasi Surveilans, Penelitian dan IntervensiReferensiKonsultasiData ProgramJaringanData PengungsiData Penduduk

  • Data Pengungsi (Mingguan Bulanan)TotalMenurut LokasiMenurut Golongan UmurMenurut Jenis KelaminKepadatan.

  • Pengungsi RentanPadatJumlah Besar Satu LokasiTerisolirTanpa informasiTanpa PengelolaTipuan Data

  • Pengungsi Kelompok RentanBayi dan Anak BalitaOrang Tua (sendiri)Keluarga dengan KK wanitaIbu Hamil dan Melahirkan

  • Tujuan SKD KLB1. Antisipasi 2. Deteksi Dini 3. Tindakan Cepat4. Tindakan Efektif

  • KLB tanpa SKD KLBTindakan LambatharikasusKasus yang tertanganiDeteksi LambatKasus Pertama

  • KLB dengan SKD KLBHARIKASUSKasus potensial yang dapat dicegahDeteksi DINITindakan CEPAT

  • Hubungan Sakit - Faktor RisikodiarePangancampakmeninggalsanitasiimunitaspengobatanGizi

  • Penyebab Utama Kesakitan & KematianPnemoniaDiareMalariaCampakMalnutrisi

  • Jenis Penyakit potensial KLBPenyakit menular spesifik lokal:Hepatitis, Leptospirosis, Penyakit akibat Gangguan Asap, DBD, Flu Burung dll

    Langsung (direct) dan via udara (air-born), misal:ISPA/ PneumoniaScabies dan infestasi jamur TBCampakPMS/ HIVVia air (water-born), misal:Diare, disentri & choleraLeptospirosisConjuntivitisHepatitisDermatitisThyphoid/ parathypoid

    Via makanan (food-born), misal:Diare, disentri & choleraHepatitisThyphoid/ parathypoiddllVia vektor (vector-born), misal:MalariaDBDPesdll.

  • PnemoniaMenjadi penyebab kematian utama, terutama pada balita dan orang tuaFaktor Risiko : Kecukupan Pangan, Serangan Penyakit Lain, Diare, Campak, dan Pelayanan PengobatanIndikator Kegagalan Penanganan Pengungsi

  • Angka Pnemonia per 10000 PengungsiPer Hari Menurut MingguanKab. Atas Angin, 2001

  • DiarePenyakit Umum Pada PengungsiBerbahaya : Kolera dan Diare BerdarahFaktor Risiko : Jamban, Air Bersih dan Kepadatan PopulasiSerangan KLB kolera pada populasi ini sangat cepat, luas dan seringkali berat terutama dengan banyaknya kasus dehidrasi berat, serta kegagalan SKD-KLB

  • **INTERVENSIPengolahan awal:sebagai bahan penggumpal (koagulasi) dan yang sering dan mudah digunakanan adalah Poly Aluminium Chlorine ( PAC ) sebagai bahan koagulan proses penjernihan air disamping aluminium sulfat (tawas).

    Desinfeksi airKaporit diupayakan mengandung klorin antara 0,3 - 0,5 mg / liter air.Bahan-bahan yang dipakai antara lain senyawa klor seperti tablet klor (aquatab), air rahmat, butiran kalsium hipoklorit, serbuk sodium kipoklorit atau bubuk klenteng.dan yodium.Pemeriksaan Sumber air bersih dilakukan dan pada beberapa tempat yg ditemukan E.Coli melebih normal, segera dilakukan intervensi.Pemeriksaan air secara berkala pada titik-titik distribusi.

  • * Sanitasi Darurat Melindungi penduduk di daerah berisiko tinggi/ pengungsi dari faktor risiko lingkunganMemenuhi kebutuhan fasilitas sanitasi dasar 1 jamban atau latrine utk. 20 orgPengawasan ketat diberikan pada dapur umum yang menyediakan makanan bagi pengungsi.Memenuhi kebutuhan pembuangan sampah 2mx5mx2m/500 orangTempat sampah, kantong sampah ang ditutup untuk menghindari lalat dan bauDiangkut/ dibuang setiap hari terutama di pengungsianTempat pembuangan akhir (TPA) jauh dari hunian dan sumber air (min.10M)Lingkup : Penyediaan air bersih Pembuangan kotoran Pembuangan sampah Pembuangan limbah Sanitasi makanan Penyuluhan kebersihan lingk.

  • *1. Mengeliminasi media penularan penyakit 2. Mencegah Malaria, DBD, Cikungunya dan Diare/ GEA lain dengan pengendalian vektor :LALATNYAMUK3. Penyemprotan Desinfektan

  • Balita = kelompok rawan Imunisasi Campakpada lingkungan yang tidak sehat status kesehatan rendahCakupan imunisasi daerah bencana rendah,Status gizi rendahMobilitas penduduk tinggiHasil imunisasi campak bisa dilaporkan sebagai crash program campak.

    Para Petugas, relawan, korban gempa imunisasi TTImunisasi TT 2 dosis pada seluruh petugas/relawan yang melakukan evakuasiimunisasi TT 2 dosis di masyarakat karena situasi pengungsian Untuk mencegah tetanus, semua puskesmas siap dengan ATS dan TT pada luka baru yang ditemukan. Puskesmas diberi refresing perawatan luka baru

    Bila perlu imunisasi Kholera

    Kesiapan petugas & logistik

    Waktu setelah respon medik (penanganan yang sakit dan evakuasi yang meninggal)

  • *Penyakit menular biasanya terjadi pada saat setelah bencana. Penyakit yang terjadi tergantung dari beberapa faktor.Jika suatu penyakit tidak ada di tempat tersebut sebelum bencana, kemungkinan sesudah bencana juga tidak ada. Diagnosa, pelaporan dan respon cepat merupakan hal penting

  • Transitional Page

    *BENCANA MENYEBABKAN TIMBULNYA PENYAKIT, MERUSAK LINGKUNGAN DAN SARANA PELAYANAN KESEHATANDitjen PP & PL berkepentingan terhadap penanganan bencana karena 3 hal:Perlunya pengendalian penyakit, termasuk pencegahannyaKerusakan infra struktur yang menyebabnkan terhentinya program-program di lingkungan PP-PL seperti imunisasi, TB Paru, dll.Rusaknya lingkungan yang menyebabkan rendahnya akses masyarakat/ pengungsi untuk mendapatkan air bersih dan sanitasi.

    Dalam paparan ini, fokus perhatian masih diarahkan pada penanganan intervensi saat tanggap darurat.Untuk bidang PP-PL ada 5 topik yang menjadi bahasan.**Pada umumnya penyakit yang dialami pengungsi adalah ISPA, diare, dermatitis. Kewaspadaan bila terjadi gejala diare yang mengarah kholera, meskipun satu patut dilakukan intervensi.*Intervensi perlu dilakukan bila hanya tersedia air baku yang kualitasnya jelas tidak patut digunakan seperti saat banjir, dimana sumur dan sumber air bersih lainnya (PDAM) tidak dapat digunakan lagi.Pengungsi adalah salah satu dampak dari bencana. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari memerlukan sanitasi darurat, hingga selesainya pengungsian.

    Pengendalian lalat:- Perbaikan pengelolaan pembuangan sampah.Penyemprotan insektisida pada tempat pengumpulan sampah.

    Pengendalian nyamuk:Abatisasi Penyemprotan insektisida (Fogging)Memodifikasi breeding places.Kegiatan 3M plusMenggunakan kelambu.

    Bila cakupan imunisasi campak rutin di wilayah tersebut tinggi selama minimal 5 tahun berturut-turut, maka crash program campak tidak perlu dilakukan.