Upload
fabian-caezar
View
55
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Refarat VSD
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung bawaan (PJB) non-sianotik merupakan bagian terbesar dari
seluruh penyakit jantung bawaan.Sesuai dengan namanya, pada pasien penyakit
jantung bawaan non-sianotik ini tidak ditemukan gejala atau tanda sianosis. Di
dalam kelompok ini defek septum ventrikel merupakan kelainan yang paling
sering ditemukan, dan merupakan 30% dari seluruh penyakit jantung bawaan.
Defek septum atrium merupakan kelainan kedua yang tersering ditemukan,
disusul oleh duktus arteriousus persisten dan stenosis pulmonal.Stenosis aorta
serta koarktasio aorta, dan lesi jantung lainnya, yang dilaporkan banyak
ditemukan pada orang berkulit putih, sangat jarang ditemukan di Indonesia. Hal
ini serupa juga dilaporkan di banyak Negara Asia.1
Bergantung pada ada atau tidaknya pirau, kelompok ini dapat dibagi
menjadi: (1) Penyakit jantung bawaan non-sianotik dengan pirau kiri ke kanan,
yakni defek septum ventrikel, defek septrum atrium, defek septum
atrioventrikularis, duktus arteriosus persisten, (2) Penyakit jantung bawaan non-
sianotik tanpa pirau, yakni stenosis pulmonal, stenosis aorta, serta koarktasio
aorta.1
Dalam refarat iniakan dibahas tentang PJB non-sianotik dengan pirau kiri
ke kanan yakni defek septum ventrikel (DSV) mengingat DSV merupakan PJB
non-sianotik yang paling tersering dibanding yang lainnya.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Defek septum ventrikel merupakan suatu kelainan jantung dimana terjadi defek
atau lubang pada sekat antara rongga ventrikel sehingga terdapat hubungan
langsung antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Defek septum ventrikel bisa
muncul sebagai kelainan jantung utama dengan atau tanpa kelainan jantung
lainnnya. Penyakit ini juga bisa muncul sebagai salah satu komponen kelainan
pada beberapa penyakit jantung seperti tetralogy of fallot (ToF) dan transposition
of great arteries (TGA).2,3
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi kejadian DSV pada beberapa populasi diperkirakan terdapat 42 kasus
DSV pada setiap 10.000 kelahiran hidup dan tercatat menyumbang angka kejadian
PJB non-sianotik terbanyak yaitu 30% dibanding PJB non-sianotik lainnya.2,4,5
Dalam sebuah studi di Baltimore-Washington pada 4390 bayi terdapat
1411 (32,1%) bayi DSV.4 Kejadian pada wanita 56%, sedangkan laki-laki 44%.
Insiden tetinggi pada premature dengan kejadian 2-3 kali lebih sering dibanding
bayi aterm.3
KLASIFIKASI
Secara garis besar septum ventrikel dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu septum
ventrikel pars membranasea yang terletak di bagian atas, dan septum ventrikel
2
pars muskularis. Sebagian besar defek terdapat pada pars membranasea (defek
membran), akan tetapi karena hampir selalu mencakup bagian muscular yang
berdekatan, maka kelainan ini lebih sering disebut defek perimembran. Defek ini
dibagi berdasarkan pada tempatnya, apakah di daerah jalan keluar
ventrikel(disebut defek perimembran outlet), dekat katup atrioventrikular (defek
perimembran inlet), atau dekat trabekula.1
Defek kedua adalah defek pada pars muskularis, disebut sebagai defek
septum ventrikel muskular. Jenis ketiga adalah defek yang terdapat tepat di bawah
katup kedua arteri besar (aorta dan a.pulmonalis), yang disebut sebagai defek
subarterial, atau doubly commited subarterial defect atau DSV tipe oriental,
karena lebih sering lebih banyak ditemukan pada orang Asia dibanding pada
orang kulit putih. Atap defek ini adalah pertemuan antara angulus katup aorta dan
katup pulmonal, sedangkan sisanya adalah septum muskular outlet. Defek ini
dahulu disebut sebagai defek suprakristal dengan demikian maka defek septum
ventrikel dapat diklasifikasi sebagai berikut.1,6
1. Defek septum ventrikel perimembran , yang dibagi menjadi :
a. Defek perimembran inlet mengarah ke posterior ke daerah inlet septum
b. Defek perimembran otlet mengarah ke depan, di bawah akar aorta ke
dalam septum pars muskularis
c. Defek trabekular mengarah ke bawah, kearah septum trabekularis
d. Defek perimembran konfluen, yang mencakup ketiga bagian septum
muskular, sehingga merupakan defek yang besar.
2. Defek septum ventrikel muscular, dibagi menjadi:
a. Defek muscular inlet
3
b. Defek muscular trabekular
3. Defek subarterial (doubly commited subarterial defect)
Defek septum ventrikel biasanya bersifat tunggal, namun dapat berupa
defek multiple, khususnya defek yang terdapat pada pars muskularis septum.
Defek septum ventrikel muskular multipel disebut sebagai Swiss cheese
ventricular septal defect.Pirau pada defek septum ventrikel pada umumnya terjadi
dengan arah dari ventrikel kiri ke kanan. Akan tetapi terdapat defek septum
ventrikel perimembran yang memiliki pirau dari ventrikel kiri kearah atrium
kanan yang disebut Garbode defect, suatu kelainan yang jarang ditemukan.1
Defek septum ventrikel dapat merupakan kelainan yang berdiri sendiri
atau defek septum ventrikel murni (isolated ventricular septal defect), atau dapat
pula ditemukan bersama kelainan jantung bawaan lain, dari yang paling sederhana
misalnya stenosis pulmonal, duktus arteriosus persisten, koarktasio aorta, atau
bagian dari kelainan yang kompleks seperti ToF, atresia pulmonal, ventrikel
kanan jalan keluar ganda, TGA, trunkus arteriosus, dan lain-lain.1
Menurut besarnya defek septum ventrikel diklasifikasi menjadi defek
septum ventrikel kecil (luas defek kurang dari 5 mm2/m2 luas permukaan tubuh),
sedang (luas defek 5-10 mm2/m2 luas permukaan tubuh), dan besar (luas defek
lebih dari setengah diameter aorta atau lebih dari 10 mm2/m2 luas permukaan
tubuh).1
EMBRIOLOGI
Defek sekat ventrikel terjadi karena terlambatnya penutupan sekat intraventrikuler
pada 7 minggu pertama kehidupan intrauterin, yaitu saat terjadi interaksi antara
4
bagian muscular interventrikular bagian endokardium (bantalan endokardium),
dan bagian dari bulbus kordis. Pada saat itu terjadi kegagalan fusi bagian-bagian
septum interventrikular; membran, muskular, inlet, outlet atau kombinasinya,
yang bersifat tunggal atau multiple.3Septum ventrikel yang masih primitif
memiliki komponen otot dan mesenkim. Bantalan endokardial yang berada pada
jalur pertemuan atrioventrikular serta konotrunkus memiliki peranan dalam
pembentukan daerah mesenkim pada septum ventrikular selama masa embrio.
Otot pada septum interventrikular dan bantalan endokardial seharusnya pada akhir
pembentukanakan bergabung di daerah septum mebranosa namun kegagalan
pembentukan atau penggabungan dari derivat embrio ini yang akhirnya akan
mengarah pada defek septum ventrikel.4
Ada dua kemungkinan anomaly embrional yang timbul, yaitu:3
1. Kurangnya jaringan pembentuk septum interventrikular. Biasanya
kelainan ini adalah tipe yang berdiri sendiri terutama defek pada pars
membranosa.
2. Adanya defek tipe malalignment biasanya disertai defek intrakardial yang
lain. Malalignment muncul pada pertemuan konus septum dan septum pars
muskularis. Defek malalignment anterior biasanya disertai dengan
obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, misalnya tetralogi fallot.
Sebaliknya, defek malalignment posterior biasanya berhubungan dengan
obstruksi aliran keluar ventrikel kiri, misalnya interrupted aorti arch.
5
ANATOMI
Terdapat empat bagian septum interventrikular yaitu sebagai berikut:
1. Septum inlet
Daerah ini memiliki dinding yang halus dan memanjang dari letak septum
pada katup trikuspid ke darah distal letak apparatus tensor trikuspid, sering
disebut dengan septum atrioventrikular.
2. Septum trabekular
Daerah ini memisahkan trabekula dari ventrikel kanan, sering disebut
sebagai septum muskularis atau septum sinus ventrikel.
3. Septum inlet (Infundibular)
Daerah ini terpisah dari trabekula ventrikel kanan oleh septum yang ada
pada trabekula marginalis.Apabila terjadi defek pada daerah ini sering
disebut dengan defek septum konal.
4. Septum membranosum
Daerah ini adalah daerah terakhir sekaligus daerah terkecil dari septum
interventrikular, terletak di antara permukaan anterior dan lapisan septum
trikuspid. 2,7-9
Daerah Septum pada jantung yang sering terjadi defek15
6
HEMODINAMIK
Hemodinamik pada defek septum ventrikel tergantung pada ukuran defek dan
perbedaan tekanan antara ventrikel kiri ke ventrikel kanan dimana tekanan pada
ventrikel kanan menunjukan resistensi tekanan pulmonal.10
Defek Septum Ventrikel Kecil
Pada defek kecil ini hanya terjadi pirau dari kiri ke kanan yang minimal, sehingga
tidak terjadi gangguan hemodinamik yang berarti. Kelainan ini dikenal dengan
namamaladie de roger (penyakit roger). Kira-kira 70% pasien dengan defek kecil
menutup spontan dalam 10 tahun, sebagian besar dalam dua tahun pertama. Bila
setelah berusia dua tahun defek ini tidak menutup maka kemungkinan menutup
secara spontan sangat kecil.1
Defek Septum Ventrikel Sedang dan Besar
Pada defek sedang dan besar ini terjadi pirau yang bermakna dari ventrikel kiri ke
ventrikel kanan.Pada hari-hari pertama kelahiran belum terdapat pirau kiri ke
kanan yang bermakna, oleh karena resistensi vascular paru yang masih
tinggi.Pirau yang bermakna baru terjadi setelah tahanan vascular paru menurun,
yakni antara minggu ke-2 sampai ke-6. Karena itulah biasanya bising yang nyata
barru terdengar pada saat bayi dibawa melakukan kunjungan pertama setelah
pulang dari rumh bersalin.1
Pirau kiri ke kanan yang besar menyebabkan meningkatnya tekanan
ventrikel kanan. Bila tidak terdapat obstruksi jalan keluar ventrikel kanan, maka
7
tekanan ventrikel yang tinggi disebut akan diteruskan ke a.pulmonalis dengan
pertumbuhan pasien, maka dapat terjadi beberapa kemungkinan, yakni:1
1. Defek mengecil, sehingga pirau dari kiri ke kanan berkurang. Pasien
biasanya tampak membalik
2. Defek menutup
3. Terjadi stenosis infundibular sehingga pirau kiri ke kanan berkurang.
4. Defek tetap besar dengan pirau dari kiri ke kanan, menyebabkan tekanan
yang selalu tinggi pada sirkulasi paru. Akibatnya terjadi perubahan
vascular paru (dari derajat I sampai derajat VI). Bila tekanan di ventrikel
kanan melampaui tekanan ventrikel kiri makaakan terjadi pirau yang
terbalik (dari kanan ke kiri), sehingga pasien menjadi sianotik. Keadaan ini
disebut sindrom Eisenmenger. Pada defek yang besar proses terjadinya
hipertensi pulmonal dapat terjadi pada anak berumur 1 tahun, bahkan pada
pasien sindrom Down hipertensi pulmonal tersebut dapat terjadi lebih dini.
PATOMEKANISME
Gangguan hemodinamik pada penderita DSV terfantung pada ukuran defek dan
tahanan vaskuler pulmonal. Pada janin normal, tahanan arteria pulmonalis tinggi,
dan akan menurun dengan cepat pada saat setelah lahir hingga tahanan vascular
pulmonal sama dengan tahanan vaskular sistemik. Pada usia 4 – 6 minggu,
penurunan tahanan vaskular pulmonal berlanjut pelan-pelan sampai mencapai
tahanan setingkat dewasa, yang mencapai puncaknya pada umur 3 – 6 bulan.3
Pada penderita DSV adanya defek septum interventrikular akan
menyebabkan darah mengalir melalui defek dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
8
(left-to-right shunt) karena pengaruh perbedaan tekanan. Bunyi bising disebabkan
oleh derasnya aliran darah.Darah di ventrikel kanan didorong ke arteri pulmonalis
sehingga terjadi peningkatan aliran darah melalui arteri pulmonalis yang berlanjut
sebagai peningkatan tahanan vaskuler pulmonal. Resistensi relative antara 2
sirkulasi bersifat dinamis dan berubah dengan waktu.3
Shunt dari kiri ke kanan yang kecil membuat penderita tampak tanpa
gejala (Rogers’ disease). Akan tetapi, shunt yang besar (aliran pulmonal ≥ 2,0 kali
aliran sistemik) dapat menimbulkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif.
Biasanya kemunculan gejala dan tanda gagal jantung kongestif akan tertunda
sampai umur tiga – empat minggu pada defek yang besar, atau jarang lebih dari
enam bulan pada defek tunggal. Namun, gejala gagal jantung kongestif bias
timbul sejak pertama bila ada factor-faktor pendorong, seperti cacat jantung
tambahan, infeksi pernafasan penyerta, anemia, anomaly congenital nonkardial,
dan prematuritas.3
Oleh karena peningkatan tekanan pada ventrikel kanan, arteri pulmonalis
mengalami perbahan struktur, yaitu penebalan diameter internal, yang disertai
kenaikan resistensi vascular pulmonal seiring dengn perubahan shunt.3,11
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis DSV sangat bervariasi, dari yang asimtomatis sampai gagal
jantung yang berat disertai dengan gagal tumbuh (failure to thrive) manifestasi
klinis ini sangat bergantung kepada besarnya defek serta derajat pirau dari kiri ke
kanan yang terjadi. Letak defek biasanya tidak mempengaruhi derajat manifestasi
klinis.1
9
Defek Septum Ventrikel Kecil
Pasien dengan defek septum yang kecil tidak memperlihatkan keluhan.Jantung
normal atau hanya sedikit membesar, tidak ada gangguan tumbuh kembang.
Secara kebetulan defek kecil ini biasanya ditemukan pada saat pemeriksaan fisis
rutin, yaitu dengan ditemukannya bising.1,12
Pada auskultasi bisanya bunyi jantung terdengar normal.Bila defek septum
ventrikel sangat kecul, terutama defek muskular, dapat ditemukan bising sistolik
dini (early systolic murmur) pendek yang mungkin didahului erly systolic clic.
Pada defek septum ventrikel kecil ditemukan bising pansistolik yang biasanya
kerasa disertai oleh getaran bising, dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV
garis parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang garis sternum kiri, bahkan ke
seluruh perikordium.1,13,14
Defek Septum Ventrikel Sedang
Pasien dengan defek septum ventrikel sedang sering mengalami gejala pada masa
bayi. Sesak napas pada waktu minum, atau memerlukan waktu yang leih lama
untuk menyesuaikan makan dan minumnya, atau tidak mampu menghabiskan
minuman dan makanannya, merupakan keluhan yang sering dinyatakan oleh
orang tua pasien. Kenaikan berat badan tidak memuaskan dan pasien sering kali
menderita infeksi paru yang memerlukan waktu lebih lama untuk sembuh. Gagal
jantung mungkin terjadi sekitar umur 3 bulan, seringkali dengan didahului oleh
infeksi paru, tetapi pada umumnya responsive terhadap pengobatan medic.1,12
10
Pada pemeriksaan fisik bayi tampak kurus, dengan dispnoe, takipnoel serta
retraksi. Pada pasien yang besar dada muingkin sudah menonjol namun pada bayi
biasanya bentuk dada masih normal. Pada auskultasi akan terdengan bunyi
jantung I dan II yang normal dengan bising pansistolik yang keras, kasar, disertai
getaran bising dengan pungtum maksimum di sel iga III-IV garis parasternal kiri,
yang menjalar ke seluruh prekordium. Bising pada defek septum ventrikel sedang
merupakan salah satu bising yang paling keras di bidang kardiologi. Bising mid-
diastolik di daerah mitral dapat terjadi oleh karena flow murmur pada fase
pengisian cepat dari atrium ke ventrikel kiri; hal tersebut merupakan petunjuk
tidak langsung, bahwa pirau yang terjadi cukup besar.1,12-14
Defek Septum Ventrikel Besar
Pada pasien dengan defek septum ventrikel besar gejala dapat timbul pada masa
neonates. Dispnoe dapat terjadi bila terdapat pirau kiri ke kanan yang bermakna
dalam minggu pertaa setelah lahir, meskipun hal ini tidak sering ditemukan. Pada
minggu kedua atau minggu ke tiga gejala biasanya mulai timbul tetapi gagal
jantung biasanya baru timbul setelah minggu keenam, sering didahului infeksi
salurannapas bawah. Bayi tampak sesak napas pada saat istirahat, kadang tampak
sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernapasan. Gangguan
petumbuhan sangat nyata selain itu dapat terjadi infeksi pernapasan yang berulang
dan sering kali didiagnosis awal dengan pneumonia1,15
Pada pemeriksaan biasanya bunyi jantung masih normal, dan dapat
didengar bising pansistolik, dengan atau tanpa getaran bising.Bising pada defek
septum ventrikel besar ini sering tidak memenuhi seluruh fase sistol seperti pada
11
DSV sedang, tetapi melemah pada akhir systole. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan tekanan ventrikel kanan akibat peningkatan resistensi vaskuler paru
sehingga terjadi tekanan sistolik yang sama besarnya pada kedua ventrikel pada
akhir sistol. Bising mid-diastolik di daerah mitral mungkin terdengar akibat flow
murmur pada fase pengisian cepat.1,12
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik yang didapati pada DSV tergantung dari ukuran defek itu
sendiri, besarnya shunt kiri ke kanan, dan tingkat ventrikel kanan serta adanya
hipertensi pulmonalis. Defek kecil hanya memiliki tekanan arteri pulmonalis yang
sedikit lebih tinggi dengan impuls prekordial yang normal pada bunyi jantung
pertama dan kedua. Murmur ini adalah murmur sistolik. Pada DSV muskularis,
murmur ini dapat terdengar jelas di daerah bagian bawah sternum. Jika aliran
darah yang sangat cepat lewat maka DSVakan di mengarahkan kembali ke arteri
pulmonalis oleh karena itu banyak DSV tipe perimembran dan supracristal akan
terdengar murmur pada perbatasan sternum kiri bagian atas. Biasanya thrill
precordial akan teraba.16
Untuk DSV tipe sedang dan besar, tekanan ventrikel kanan akan terasa di
perbatasan sternum kiri bagian bawah atau di daerah subxiphoid, disamping itu
impuls yang berasal dari ventrikel kiri akan berpindah ke bagian lateral dan telah
terjadi peningkatan aktivitas. Bunyi jantung pertama akan normal. Ketika tingkat
hipertensi pulmonal bertambah maka bunyi jantung S2 akan meningkat.16
12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran radiologis DSV merupakan refleksi besarnya pirau kiri ke kanan. Pirau
kiri ke kanan ini bergantung kepada ukuran defek, tahanan vascular paru, serta
lesi obstruktif baik pada jalan keluar ventrikel kiri maupun kanan.1,17
Pemeriksaan foto dada pasien dengan defek septum ventrikel kecil
biasanya memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung yang normal dengan
vaskularisasi paru normal atau hanya sedikit meningkat. Pada pasien defek septum
ventrikel sedang, gambaran radiologi thoraks akan menunjukan kardiomegali
yang nyata dengan konus pulmonalis yang menonjol, peningkatan vaskularisasi
paru, serta pembesaran pembuluh darah di sekitar hilus. Peningkatan vascular
paru, serta pembesaran pembuluh darah di sekitar hilus.1,14,17-20
Pada defek besar, foto thoraks menunjukan kardiomegali yang nyata
dengan konus pulmonalis yang menonjol, pembuluh darah hilus membesar,
dengan vaskularisasi paru meningkat.Pada defek besar yang disertai hipertensi
pulmonal atau sindrom Eisenmenger tampak konus pulmonalis sangat menonjol,
dengan vaskularisasi paru yang meningkat di daerah hilus namun berkurang di
perifer (pruning).Pemeriksaan berkala foto dada dapat memberikan petunjuk
perkembangan kelainan.Apabila pada tindak lanjut foto thoraks menunjukan
vaskularisasi paru yang makin berkurang dibandingkan dengan foto sebelumnya,
maka mungkin defek telah mengecilatau, telah terjadi stenosis infundibular
sekunderr yang mengurangi pirau kiri ke kanan. Namun apabila berkurangnya
vaskularisasi paru tersebut disertai dengan segmen pulmonal yang makin
13
menonjol harus dicurigai terdapatnya peningkatan tahanan vascular paru yang
mengarah pada hipertensi pulmonal.1,17
Pemeriksaan elektrokardiogram pada bayi dan anak dengan defek kecil
gambaran EKG sama sekali normal, atau sedikit terdapat peningkatan aktivitas
ventrikel kiri. Gambaran EKG pada neonates dengan defek sedang dan besar juga
normal, namun pada bayi yang lebih besar serta anak pada umumnya menunjukan
kelainan.1,20
Pada defek sedang bisanya terdapat aktivitas ventrikel kiri dan kanan, akan
tetapi aktivitas ventrikel kiri lebih meningkat. Pada defek septum ventrikel besar
EKG memperlihatkan hipertrofi biventricular yang menunjukan terdapatnya
peningkatan aktivitas yang hebat baik ventrikel kanan maupun kiri.1,20
Pemeriksaan Ekokardiografi perlu untuk menentukan letak serta ukuran
defek septum ventrikel. Dengan teknik dopler dapat dipastikan arah pirau serta
dapat diperkirakan secara kasar tekanan arteri pulmonalis, tekanan sistolik
ventrikel kanan, serta rasio antara aliran paru dengan aliran sistemik.1,17
Kateterisasi umumnya masih diperlukan sebelum operasi defek septum
ventrikel meskpun di beberapa pusat kardiologi sebagian pasien defek septum
ventrikel langsung dioperasi tanpa kateterisasi lebih dahulu.Dengan ketetarisasi
jantung dapat dibuktikan kenaikan saturasi oksigen di ventrikel kanan, serta
tekanan ruang jantung dan pembuluh darah besar.Pada defek septum ventrikel
kecil tekanan ruang jantung dan pembuluh darah dalam batas normal. Pada defek
sedang, takanan a.pulmonalis mungkin masih dalam batas normal pada waktu
bayi, akan tetapi meningkat dengan bertambahnya umur. Angiografi ventrikel kiri
14
dapat menunjukan besar dan arah pirau. Aortografi diperlukan untuk mendeteksi
regurgitasi aorta pada defek septum ventrikel subarterial.1
DIAGNOSIS
Ekokardiografi adalah modalitas diagnostik pilihan di era saat ini. Pada awalnya
akan ditemukan adanya takikardi atau kongesti serta adanya gangguan
pertumbuhan. Pada pameriksaan fisik akan didapatkan murmur pansistolik dan
mungkin akan disertai dengan thrill yang bias diraba di daerah prekordium. Pada
defek yang besar terdapat kemungkinanakan ditemukan murmur diastolik yang
nyaring atau bahakan bias ditemukan irama gallop. Pada pemeriksaan auskultasi
kemungkinan akan ditemukan bunyi jantung kedua katup pulmonal akan terdenga
keras karena adanya hipertensi pulmonal. Pada pemeriksaan rontgen dada akan
didapatkan peningkatan vaskuler paru serta biasa ditemukan kardiomegali. Pada
pemeriksaan elektrokardiogram dapat menunjukan atrium kiri dan pembesaran
ventrikel kiri atau, dalam kasus lebih lanjut akan ditemukan pembesaran
biventricular.21
PENATALAKSANAAN
Tata Laksana Medis
Pasien dengan defek yang kecil tidak memerlukan pengobatan apapun.Tidak
diperlukan pembatasan aktivitas pada pasien dengan defek septum ventrikel kecil.
Di samping itu perlu diingat bahwa tindakan imunisasi pada semua jenis penyakit
jantung bawaan harus dilakukan seperti pada anak sehat.1
15
Pembedahan
Seperti telah disebutkan, dalam 2 tahun pertama defek mungkin mengecil atau
menutup spontan.Akan tetapi jika pada umur tiga atau empat tahun defek belum
menutup dan terdapat pembesaran jantung, plethora paru, dan masih terdapat
gejala maka dianjurkan penutupan defek. Kenyataan tidak adanya kemungkinan
penutupan spontan di atas umur enam tahun menyebabkan kesepakatan bahwa
defek sebaiknya dikoreksi pada usia empat sampai enam tahun.1sebagian besar
pasien defek septum ventrikel besar memerlukan tindakan bedah korektif. Jika
pasien defek septum ventrikel besar mengalami gagal jan tung yang refrakter
terhadap pengobatan medis, defek harus dikoreksi pada umur berapapun, meski
biasanya belum perlu dilakukan sebelum umur tiga sampaii enam bulan.1
Tindakan bedah korektif di Negara maju pada umumnya dilakukan pada
masa anak, bahkan di bawah satu tahun, tetapi di Negara berkembang, bedah
korrektif seringkali dilakukan pada usia dewasa muda, bahkan usia dewasa,
sehingga membawa konsekuensi mortalitas dan morbiditas. Penyulit yang timbul
akibat kelambatan tindakan bedah korektif adalah terjadinya hipertensi pulmonal,
timbulnya stenosis pulmonal infundibular, dan prolaps katup aorta (khususnya
pada defek subarterial) dengan atau tanpa regurgitasi aorta, serta endokarditis
infektif).1
Penutupan Defek Dengan Kateter
Beberapa tahun terakhir ini dikembangkan teknik penutupan defek septum
ventrikel dengan mempergunakan alat serupa payung yaitu Amplantzer yang
dumasukan dengan kateter, sehingga tindakan pembedahan dapat dihindarkan.
Teknik ini hanya dapat dilakukan untuk defek yang jauh dari struktur penting,
16
misalnya katup aorta.Defek septum muskular, khususnya multiple, mungkin
merupakan kandidat yang baik untuk ditutup dengan teknik tersebut. Hasil jangka
panjang teknik ini memerlukan pengalaman yang banyak.1,3
PROGNOSIS
Kemungkinan penutupan spontan defek kecil cukup besar, terutama pada tahun
pertama kehidupan dan biasanya dapat menutup spontan. Kemungkinan
penutupan spontan sangat berkurang setelah pasien berusia dua tahun, dan
mumnya tidak ada lagi kemungkinan penutupan spontan di atas usia enam
tahun.1,17 Defek ventrikel besar dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
hipertensi pulmonal.17 Pasien biasanya memiliki resiko terkena endokarditis
selama kehidupannya.17
17
BAB III
RANGKUMAN
Penyakit jantung bawaan non sianotik adalah kasus penyakit jantung bawaan yang
paling banyak ditemukan dari seluruh penyakit jantung bawaan.
Defek septum ventrikel adalah PJB non sianotik yang paling sering yakni
30% dari semua PJB non sianotik.
Manifestasi klinis dari DSV tergantung dari besarnya defek dan derajat
pirau dari kiri ke kanan. Gejalanya mulai dari yang tanpa gejala sampai gagal
pertumbuhan.
Tata laksana anak dengan DSV kecil umumnya asimtomatik dan tidak
memerlukan obat ataupun tindakan bedah saat awal. Pada anak asimptomatik,
tindakan penutupan dapat dilakukan pada usia 2-4 tahun.
Defek septum ventrikel dapat menutup spontan, biasanya pada tahun
pertama kehidupan dan prognosis pada umumnya baik. Pada pasien di atas usia
dua tahun sudah tidak ada lagi kemungkinan terjadi penutupan defek. Pada
keadaan seperti ini perlu dilakukan operasi penutupan defek jika dibiarkan maka
akan terjadi kompikasi lebih lanjut.
18