76
Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X Diterbitkan Atas Kerjasama Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala Dengan Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia

Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X

Diterbitkan Atas KerjasamaFakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala Dengan Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia

Page 2: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

ISSN 2085-546X

PelindungDr. Drg. Zaki Mubarak, MS.

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah

Penanggung JawabDr. Drg. Hj. Suzanna Sungkar, Sp. KGA

Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah

Ketua PenyuntingDr. Drg. Munifah, MARS.

Wakil Ketua PenyuntingDrg. Rachmi Fanani Hakim, M.Si

Penyunting AhliProf. drg. Bambang Irawan, Ph.D

Prof. Dr. drg. Narlan Sumawinata, Sp. KGProf. Boy M. Bachtiar, Ph.D

Prof. Dr. drg. Eki S. Soemantri, Sp. OrthoDr. drg. Rasmi Rikmasri, Sp. Pros (K)

Prof. Dr. Coen Pramono, Sp. BMProf. Dr. drg. Dewi Nurul, MS, Sp. Periodrg. Gus Permana Subita, Ph.D, Sp. PM

Prof. Dr. drg. Hanna H. B. Iskandar, Sp. RKGProf . Dr. drg. Retno Hayati, Sp. KGA

Penyunting Pelaksanadrg. Ahmad Fauzi Muharriri, Sp. KG

drg. Sarinah Rambedrg. Siti Corynikendrg. Asmaul Husna

drg. Sartika

Desain Grafisdrg. Rizki Dumna

drg. Rizky Darmawan

Pelaksana Tata UsahaNurmalawati, ST

Muhammad Aulia Azmi

SEKRETARIAT REDAKSI:Cakradonya Dental JournalFakultas Kedokteran GigiUniversitas Syiah KualaDarussalam Banda Aceh

Aceh-Indonesia23211

TELEPHONE/ FAX:0651 7555183

EMAIL:[email protected]

WEBSITE:jurnal.unsyiah.ac.id/cdj

Page 3: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

From Editor’s Desk

Cakradonya Dental Journal (CDJ) diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi sebagai media

komunikasi ilmiah untuk pemajuan dan perkembangan intelektualitas civitas akademika antar

perguruan tinggi, peneliti dan stakeholder yang mengetengahkan tentang kesehatan gigi dan

mulut serta keilmuan lain yang terkait. Pada volume 8 nomor 2 ini kami ingin mengajak untuk

mengenali dan mengetahui lebih dalam mengenai berbagai hal seputar kesehatan gigi mulut

mulai dari jenis kelainan dan penyakit rongga mulut, resiko, faktor pemicu, perawatannya,

sampai dengan terobosan-terobosan medis yang ditemukan. Kesemuanya menarik dan

memberikan kita informasi tentang hal-hal sederhana di seliling kita yang berpengaruh terhadap

kesehatan. Sebagaimana sebelumnya, volume ini menyuguhkan tentang penelitian

pengembangan kedokteran gigi dan korelasi ilmu kesehatan integrasi mencakup bidang

Konservasi, Biologi Oral, Kesehatan Masyarakat, Ortodonsia, Prostodonsia, Bedah Mulut,

Periodonsia dan Dental Material.

Ucapan terima kasih kepada penulis atas kepercayaan memilih CDJ sebagai wadah publikasi

ilmiah. Kepercayaan anda ini akan menjadi tantangan bagi kami untuk selalu memperbaharui

dan memperbaiki sistem dan manajemen pengelolaan jurnal CDJ menjadi lebih baik.

Semoga informasi yang CDJ ketengahkan pada edisi ini dapat menambah hasanah pengetahuan

Anda dan menjaga diri kita senantiasa sehat. Kami ingin mengajak pembaca untuk selalu

melengkapi diri dengan informasi. Mengenali dan mengetahui sesuatu jauh lebih baik artinya

daripada berada pada ketidak-tahuan. Trust me, knowledge can save our lives.

Salam Sehat,

Dr.drg Munifah Abdat, MARS

Editor In Chief

Page 4: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

ISSN 2085-546X

Cakradonya Dental Journal

DAFTAR ISI

Efek Antibakteri Ekstrak Batang Serai (cymbopogoncitratus)Terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis ................................................................... 69-78Cut Soraya, Sunnati, Vivi Maulina

Kemampuan Air Rebusan Daun Salam (Eugenia Polyantha Wight) TerhadapJumlah Makrofag Pada Gambaran Histologi Periodontitis Agresif(Penelitian Pada Tikus Model)..................................................................................................79-87Ridha Andayani, Abdillah Imron Nasution, Afini Rahimi

Perbandingan Kecepatan Laju Aliran Saliva Sebelum Dan Sesudah KonsumsiKopi Robusta (Coffea cannephora) ..................................................................................... 88-91Santi Chismirina, Afrina, Cut Maidis Safrianda

Efek Imbibisi Perendaman Bahan Cetak Hydrocolloid Irreversible AlginateDalam Sodium Hypochlorite .................................................................................................. 92-97Didin Kustantiningtyastuti, Afwardi, Siti Coryniken

Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi Muda Terhadap Penanganan TraumaDentoalveolar Di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Syiah Kuala............................ 98-104Teuku Ahmad Arbi, Cut Fera Novita, Mulya

Studi Diameter Tubulus Dentin Setelah Pemaparan Fluoride 1500 ppm(Gambaran Atomic Force Microscopy) ........................................................................105-110Abdillah Imron Nasution, Mursal, Iqbal Saputra

Evaluasi Kekasaran Permukaan Glass Ionomer Cement (GIC) KonvensionalSetelah Perendaman Dalam Minuman Berkarbonasi ...................................................111-116Viona Diansari, Diana Setya Ningsih, Cindy Moulinda

Hubungan Antara Stres Akademik Dengan Gingivitis Pada MahasiswaProgram Studi Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala ...........................................117-122Sunnati, Sri Rezeki, Rizky Darmawan

Gambaran Penggunaan Persetujuan Medis (Inform Consent) olehDokter Gigi Muda Di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Syiah Kuala ..................123-131Herwanda, Liana Rahmayani, Sarah Fadhilla

Dampak Maloklusi Gigi Anterior Protusif Terhadap Status PsikososialRemaja Usia 15-17 Tahun Menggunakan Indeks PIDAQ(Studi Pada 4 SMAN Banda Aceh)................................................................................132-138Rafinus Arifin, Sunnati, Rizky Kurniawan Siregar

Volume 8 Desember Nomor 2

Page 5: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

69

EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK BATANG SERAI (CYMBOPOGONCITRATUS) TERHADAP PERTUMBUHAN ENTEROCOCCUS FAECALIS

ANTIBACTERIAL EFFECT OF EXTRACTS LEMONGRASS(CYMBOPOGON CITRATUS) TO THE GROWTH OF E. FAECALIS

Cut soraya, Sunnati, Vivi maulina

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

AbstrakHampir semua penyakit pulpa atau penyakit periradikuler disebabkan oleh bakteri. Enterococcusfaecalis (E. faecalis) merupakan salah satu bakteri yang sering menyebabkan terjadinya kegagalanperawatan saluran akar. Salah satu tahapan penting dalam perawatan saluran akar adalah preparasidan desinfeksi saluran akar menggunakan bahan antibakteri. Batang serai (Cymbopogoncitratus) adalah salah satu tanaman herbal yang mengandung senyawa antibakteri alkaloid,flavonoid, saponin, terpenoid dan tanin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek antibakteriekstrak batang serai terhadap pertumbuhan E. faecalis. Jenis penelitian ini adalah eksperimentallaboratoris. Ekstrak batang serai dibuat dengan metode maserasi dalam pelarut etanol 96% dandiuji fitokimia. Uji pengaruh efek antibakteri ekstrak batang serai terhadap pertumbuhan E.faecalis dilakukan dengan metode difusi cakram pada media MHA. Konsentrasi ekstrak batang seraiyang digunakan dalam penelitian ini adalah 25%, 50%, 75%, dan 100%. Zona hambat tertinggiterbentuk pada ekstrak 100% seluas 11,3 mm, namun tidak lebih tinggi dari pada CHX 2% seluas24,9 mm. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dengan p<0,05 yangmenunjukkan terdapat efek antibakteri ekstrak serai terhadap pertumbuhan E. faecalis. Berdasarkanhasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak batang serai (Cymbopogon citratus) memilikiefek antibakteri terhadap pertumbuhan E. faecalis.Kata kunci: Saluran akar, Enterococcus faecalis, serai (Cymbopogon citratus)

AbstractAlmost all pulp disease or periradicular disease caused by bacterium.Enterococcus faecalis (E.faecalis) isone of bacteria that often caused failure of root canal treatment. One important stepin root canal treatment is preparation and disinfecting root canal using antibacterialmaterial. Lemongrass (Cymbopogon citratus) is one herb that contains antibacterial compoundsalkaloids, flavonoids, saponins, terpenoids, and tannin. The purpose of this research was to know theantibacterial effect of extracts lemongrass to the growth of E. faecalis. This type of research is anexperimental laboratory. Lemongrass extract made by maceration method in 96% ethanol and testedphytochemical. The effect test of the antibacterial of extracts lemongrass to the growth E. faecalisdone by disc diffusion method on MHA media. Lemongrass extract concentrations used in thisresearch is 25%, 50%, 75%, and 100%. The highest inhibit zone i s formed on the extract 100%measuring 11,3 mm, but not higher than 2% CHX measuring 24,9mm. Research data analyzed byKruskal-Wallis test by p<0,05 wich indicates the antibacterial effects of extract lemongrass to thegrowth of E. faecalis. The conclusion of this research that the extract lemongrass (Cymbopogoncitratus) has an antibacterial effect on the growth of E. faecalis.Keywords: Root canal, Enterococcus faecalis, Lemongrass (Cymbopogon citratus)

Page 6: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

70

PENDAHULUANHampir semua penyakit pulpa atau

penyakit periradikuler disebabkan olehbakteri.1 Lebih dari 700 spesies bakteriditemukan di dalam rongga mulut.2 Sembilanpuluh persen bakteri yang ditemukan disaluran akar merupakan bakteri anaerob.3

Terdapat banyak mikroba penyebab infeksisaluran akar, antara lain: Streptococcus mitis,Streptococcus oralis, Streptococcus sanguis,Staphylococcus salivarius, Bacillus spp,Lactobacillus acidophilus, Actinomycesodontolyticus, Actinomyces meyeri,Porphyromonas endodontalis, Porphyromonasgingivalis, Candida albicans, Enterococcusfaecalis (E. faecalis), dan masih banyak lagiyang lainnya.4

Enterococcus faecalis adalah bakteriGram-positif yang berada dalam kondisiberpasangan, tunggal atau rantai pendek.Enterococcus faecalis berbentuk oval ataubulat telur. Pada blood agar, permukaankoloni berbentuk sirkular, halus danmenyeluruh. Enterococcus faecalis termasukbakteri anerob fakultatif.5 Kemampuan E.faecalis untuk hidup dalam lingkungan yangtidak mendukung dan bertahan sebagaimikrorganisme dalam saluran akarmenyebabkan bakteri ini menjadi patogenyang dapat mengakibatkan kegagalanperawatan saluran akar.4 Menurut penelitianyang dilakukan oleh Felina dkk (2014) E.faecalis merupakan salah satu bakteri yangsering menyebabkan terjadinya kegagalanperawatan saluran akar.6

Perawatan saluran akar adalahpengobatan yang efektif, tidak invasif danideal untuk pulpa gigi dan mencegah gigitersebut ekstraksi. Cleaning, shaping danobturasi tiga dimensi saluran akar merupakanlangkah penting dalam perawatan saluranakar.7 Enterococcus faecalis mengkontaminasisaluran akar dan membentuk koloni dipermukaan dentin dengan bantuanliphoteichoic acid sedangkan agreggatesubstance dan surface adhesion, komponenlainnya berperan pada perlekatan dikolagen.4

Salah satu tahapan penting dalamperawatan endodontik adalah preparasi dandesinfeksi saluran akar. Desinfeksi saluranakar dilakukan dengan memberikan obatsaluran akar.8 Penggunaan bahan antibakteriyang saat ini paling efektif dalam menghambat

E. fecalis adalah klorheksidin glukonat.Penelitian lebih lanjut melaporkan bahwaklorheksidin glukonat masih memilikikekurangan, antara lain apabila digunakansecara rutin dapat meninggalkan stain padagigi, sedangkan pada pemakaian sebagaimedikamen saluran akar klorheksidin glukonattidak mampu melarutkan jaringan dan sulitdibersihkan dari saluran akar.9

Saat ini banyak diteliti penggunaanbahan herbal sebagai obat termasuk dalambidang kedokteran gigi. Salah satu tanamanyang dapat dimanfaatkan sebagai antimikrobaadalah tanaman serai (Cymbopogon citratus).Minyak atsiri serai mengandung geranial,neral dan mirsen yang memiliki aktifitasantimikroba pada Gram-positif dan Gram-negatif. Hasil penelitian yang dilakukan olehHowarto dkk (2015) menemukan bahwaminyak atsiri batang serai memiliki aktifitasantibakteri untuk menghambat pertumbuhanbakteri E. faecalis pada konsentrasi 25%, 50%,75%, 100%. Variabel kontrol mengunakanklindamisin sebagai kontrol positif dancarboxy methyl cellulose (CMC) sebagaikontrol negatif. Minyak atsiri yang dihasilkanmelalui proses destilasi uap.8

Berdasarkan hasil penelitian terebut diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana efekantibakteri ekstrak batang serai sebagaipenghambat pertumbuhan bakteri E. faecalis.

BAHAN DAN METODEDesain penelitian ini merupakan

eksperimental laboratoris dengan desainposttest only control group. Penelitian inidilakukan di Laboratorium Kimia dan HayatiFakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam (FMIPA) Unsyiah. Di LaboratoriumMikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan(FKH) Unsyiah.

Bahan-bahan yang digunakan adalahekstrak batang serai pada konsentrasi 25%,50%, 75% dan 100% di Laboratorium Kimiadan Hayati Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam (FMIPA) Unsyiah danEnterococcus faecalis ATCC 29212 yangberasal dari Laboratorium MikrobiologiFakultas Kedokteran Hewan Unsyiah. MediaMueller Hinton Agar (MHA) dengan formula:Beef extract 300 mg/L, asam amino 17,5 g/L,amilium 1,5 g/L, bacto agar 17,0 g/L, alcohol70%, spiritus, akuades, larutan Mc. Farland0,5, larutan NaCL 0,9%, Chlorhexidine 2%,

Page 7: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

71

mordant (Lugol’s iodine), Kristal violetcounterstain (safranin), aluminium foil, etanol96%, sterile wooden cotton, kapas, kertaslabel, handscoon, masker, dan tisu.

Alat-alat yang digunakan adalahautoklaf, rotary evaporator, timbangananalitik, labu erlenmeyer, jarum ose,inkubator, kaca preparat (object glass),blender, cawan petri, gelas ukur, kertas saring,pipet tetes, tabung reaksi, vortex, lampuspiritus, rak tabung, lemari pendingin,mikroskop cahaya, kertas cakram, spuite, hotplate, pinset, dan jangka sorong.

Pertama dilakukan pembuatan ekstrakbatang serai. Batang serai yang segar danwangi diambil dari Desa Gani, KecamatanBlang Bintang, Kabupaten Aceh Besar,pengambilan dilakukan dari daun palingbawah yang belum mati atau kering.Kemudian batang serai dicuci hingga bersihdan dipotong ukuran 1 cm setelah itudikeringkan dengan cara diangin- anginkan(tidak dikeringkan dengan sinar matahari agarzat kimia di dalamnya tidak rusak) selamatujuh hari. Setelah batang serai kering, bahantersebut dihaluskan dengan menggunakanblender hingga menjadi serbuk. Selanjutnyabatang serai yang telah dijadikan serbuk,diekstraksi menggunakan metode maserasi.Serbuk batang serai tersebut dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer dan direndamdengan etanol 96% selama 3 hari pada suhuruangan (270C) sampai ekstrak dan pelaruttercampur semua. Setelah itu dilakukanpenyaringan dengan menggunakan kertassaring sehingga didapat filtrat dan ampas.Filtrat tersebut dipekatkan dengan alat rotaryevaporator pada suhu 500C.8

Hasil ekstrak murni yang telah didapatdilakukan pengenceran dengan akuades agardidapat konsentrasi yang diperlukan,selanjutnya hasil pengenceran dihomogenkan menggunakan vortex. Adapunrumus pengenceran yang digunakan adalahsebagai berikut:

V1 x M1 = V2 x M2

Keterangan: M1: konsentrasi awal, M2:konsentrasi akhir, V : volume awal (M1), V2:volume akhir (M1)

Kemudian dilakukan uji fitokimia padaekstrak batang serai dilakukan untuk

mengetahui kandungan zat aktif di dalamekstrak. Ekstrak mentah disimpan dalamdesikator maksimal selama tiga hari dankemudian disimpan di freezer (-20C) untukdigunakan lebih lanjut.10 Berikut ini carapengujian fitokimia untuk uji tanin, alkaloid,flavonoid, dan saponin.11

Uji tanin dilakukan dengan caralarutan ekstrak batang serai ditetesi dengan airsuling 0,01g dan ditambahkan asetat. Jikaterbentuk endapan putih yang keruhmenunjukkan adanya kandungan tanin.

Uji alkaloid dilakukan dengan caralarutan ekstrak batang serai dicampur dengan2N HCI dan ditambahkan dua tetes reagenMayer. Jika terbentuk endapan putih yangkeruh menunjukkan adanya alkaloid.

Uji flavonoid dilakukan dengan caralarutan ekstrak batang serai dicampur dengan100μ1 alkohol, 0,02g paradimetil 1 aminabenzaldehida dan dua tetes konsentrasi HCl.Jika terlihat warna merah atau merah mudamenandakan adanya kandungan flavonoid.

Uji saponin dilakukan dengan caratetesi larutan ekstrak batang serai dengan airsuling dua tetes. Ketika terlihat berbusamenunjukkan adanya kandungan saponin.

Selanjutnya, uji daya hambatdilakukan pada media Mueller Hinton Agar(MHA). Cara pembuatan Mueller HintonAgar (MHA) adalah dengan melarutkan2,28 gram bubuk media Mueller HintonAgar (MHA) ke dalam 60 ml akuades.Kemudian dipanaskan di hot plate sampaimendidih. Media yang telah masak, disterilkandi dalam autoklaf selama 15 menit dengantekanan udara 2 atm suhu 1210C laludituangkan ke dalam cawan petri secara sepsisdan dibiarkan hingga dingin dan mengeras.12

Pengkulturan dilakukan dengan teknikgoresan T (streak T) dibagi menjadi 3 bagianmenggunakan spidol marker. Kultur E.faecalis dilakukan pada MHA. Caramengkultur adalah memanaskan jarum ose diatas api lampu spiritus dan ditunggu hinggadingin, kemudian mengambil 1 ose biakanmurni untuk diinokulasi di daerah 1 dengangoresan zig-zag. Setelah itu dilanjutkandengan goresan zig-zag pada daerah 2, tegaklurus dengan goresan pertama, kemudiandilanjutkan ke daerah 3, tegak lurus daerah2.12 Cawan petri yang telah digoreskan bakterikemudian ditutup rapat dan diinkubasi dalaminkubator selama 24 jam pada suhu 370 C.9

Page 8: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

72

Tahap selanjutnya E. faecalis diamatidengan pewarnaan Gram. Cara melakukanpewarnaan Gram dengan membuat preparatulas (smear) yang telah difiksasi dengan E.faecalis, kemudian ditetesi kristal violetsebagai pewarna utama dan tunggu ± 1 menit,cuci dengan akuades mengalir, selanjutnyapreparat ditetesi mordant (lugol’s iodine)tunggu selama ± 1 menit, cuci dengan akuadesmengalir, tetesi etanol 96% setetes demisetetes hingga etanol yang jatuh berwarnajernih, cuci dengan akuades mengalir, teteskancounterstain (safranin) dan tunggu ± 45 detik,cuci dengan akuades mengalir, terakir preparatdikeringkan dengan tissue yang ditempelkan disisi ulasan. Preparat yang telah dikeringkandiamati di bawah mikroskop cahaya untukmengkonfirmasi warna E. faecalis. BakteriGram-positif akan tampak berwarna ungu.12

Proses identifikasi E. faecalisdilanjutkan dengan melakukan uji biokimiasalah satunya uji fermentasi karbohidrat ataudisebut juga sebagai uji gula-gula (uji glukosa,uji laktosa, uji sukrosa, uji maltosa dan ujixylitol).

Media gula-gula (fermentasikarbohidrat) yang digunakan dalammengidentifikasi E. faecalis terdiri atasglukosa broth, laktosa broth, sukrosa broth,maltosa broth, dan xylitol broth. Uji dilakukandengan mengunakan basal medium phenol redbroth. Sebanyak 2 gram masing-masingbubuk media gula-gula (glukosa, laktosa,sukrosa, maltosa dan xylitol) dimasukkan kedalam 5 labu Erlemneyer berbeda yangmasing- masingnya telah berisi 100 mlakuades untuk kemudian dipanaskan di atashot plate dan diaduk menggunakan magneticstirrer. Setelah mendidih, media kemudiandisterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu1210C selama 20 menit. Kemudian masing-masing larutan dituangkan ke dalamtabung reaksi berbeda yang telah berisitabung Durham dengan posisi terbalik yangberguna untuk menangkap gas yangdihasilkan oleh bakteri. Identifikasidilakukan dengan mengambil koloni hasilsubkultur E. faecalis pada media MHAdengan menggunakan ose steril dandimasukkan ke dalam masing-masing tabungreaksi (glukosa, laktosa, sukrosa, maltosa danxylitol) secara asepsis lalu dihomogenkanuntuk kemudian diinkubasi selama 24 jampada suhu 3 dalam suasana anaerob. Bila

hasil inkubasi menunjukkan media glukosa,laktosa, sukrosa, maltose mengalamiperubahan warna media dari warna merahmenjadi warna kuning (+), maka kolonitersebut benar E. faecalis. Sedangkan padamedia xylitol hasil inkubasi tidak menunjukkanperubahan warna media dari merah menjadikuning (-), maka koloni tersebut benar E.faecalis.13

Koloni E. faecalis yang sudah dikulturpada media MHA diambil menggunakanjarum ose yang telah distrerilkan sebanyak 1-2 ose. Kemudian dimasukkan ke dalamtabung yang berisi Nutrient Broth (NB)sebanyak 5 ml lalu dihomogenkan denganvortex. Setelah itu suspensi diinkubasi selama48 jam pada suhu 37°C dengan suasanaanaerob. Setelah masa inkubasi selesaikekeruhan suspensi bakteri tersebutdisetarakan dengan standar larutan McFarland 0,5 yang setara dengan 1,5 x 108

CFU/ml.14

Selanjutnya dilakukan uji pengaruhekstrak batang serai terhadap pertumbuhan E.faecalis. Sterile wooden cotton dicelupkanke dalam suspensi bakteri, lalu kapas ditekanpada dinding bagian dalam tabung sampaitidak ada cairan yang menetes. Kemudiandioles secara merata pada masing-masingpermukaan media MHA dengan teknikswab dan dibiarkan selama 5 menit.Selanjutnya kertas cakram dicelupkan kedalam masing-masing stok variabel yaituekstrak batang serai dengan konsentrasi 25%,50%, 75% dan 100%, Chlorhexidine 2%sebagai kontrol positif, dan akuades sebagaikontrol negatif. Kertas diangkat dan dibiarkansampai menyerap bahan ekstrak dengansempurna.9

Kertas cakram yang telah direndam kedalam masing-masing konsentrasi ekstrakbatang serai serta bahan kontrol diletakkanpada permukaan media MHA yang telahdiolesi suspensi bakteri. Jarak antara kertascakram harus cukup luas sehingga wilayahjernih tidak berhimpitan. Kertas cakramditekan menggunakan pinset pada permukaanmedia sehingga terdapat kontak yang baikantara cakram dan media agar. Selanjutnyamedia Mueller Hinton Agar (MHA) diinkubasidalam inkubator pada suhu 370C selama 24jam. Perlakuan dilakukan pengulangansebanyak 3 kali. Setelah 24 jam dilakukanpengukuran luas wilayah jernih untuk tiap

Page 9: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

73

konsentrasi ekstrak batang serai yang diujimenggunakan jangka sorong.15 Hasilpengukuran yang diperoleh diinterpretasikanberdasarkan klasifikasi Tabel Ahn di bawahini.Tabel 1. Klasifikasi Respon Hambat PertumbuhanBakteri berdasarkan Ahn

Diameter zonaterang

Respon hambatpertumbuhan

>20 mm Kuat16-19 mm Sedang10-15 mm Lemah<10 mm Tidak ada

Analisis data dilakukan mengunakanone way ANOVA dengan 95% (P<0,05) untukmengetahui adanya efek antibakteri pemberianberbagai konsentrasi ekstrak batang serai(Cymbopogon citratus) terhadap E. faecalis.Kemudian dilanjutkan dengan uji Least.16

HASIL PENELITIANHasil ekstraksi batang serai

pengambilan dilakukan dari daun palingbawah yang belum mati atau kering sebanyak2 kg. Batang serai dicuci hingga bersih dandipotong ukuran 1 cm setelah itu dikeringkandengan cara diangin- anginkan (tidakdikeringkan dengan sinar matahari agar zatkimia di dalamnya tidak rusak) selama tujuhhari. Setelah batang serai kering, bahantersebut dihaluskan dengan menggunakanblender hingga menjadi serbuk. Selanjutnyabatang serai yang telah dijadikan serbuk,diekstraksi menggunakan metode maserasi.Serbuk batang serai tersebut dimasukkan kedalam labu erlenmeyer dan direndam denganetanol 96% selama 3 hari pada suhu ruangan(270C) sampai ekstrak dan pelarut tercampursemua. Setelah itu dilakukan penyaringandengan menggunakan kertas saring sehinggadidapat filtrat dan ampas. Filtrat tersebutdipekatkan dengan alat rotary evaporatorsehingga didapatkan ekstrak murni sepertiterlihat pada (Gambar 1). Hasil ekstraksi yangdidapat sebanyak 36,46 ml.

Gambar 1. Ekstrak batang serai

Hasil uji fitokimia menyatakan bahwaterdapat kandungan senyawa aktif padaekstrak batang serai. Senyawa aktif yangterkandung dalam ekstrak batang serai dapatdilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak BatangSerai (Cymbopogon citratus)

No Uji FitokimiaHasilUji

Keterangan

1 Alkaloid +TerbentukEndapan

2 Steroid - Hijau

3 Terpenoid + Merah

4 Saponin + Berbusa

5 Flavonoid +Merah

Muda/Ungu6 Tanin +

HijauKehitaman

E. faecalis ATCC 29212 yang telahdikultur pada media MHA dan diinkubasiselama 48 jam dengan temperatur 370Cdalam suasana anaerob menunjukkan kolonibakteri berwarna putih (Gambar 2).dikonfirmasi dengan melakukan pewarnaanGram. Hasil pewarnaan Gram kemudiandiamati di bawah mikroskop dengan 1000 kalipembesaran sehingga menunjukkan adanya E.faecalis berbentuk coccus dan berwarna ungu(Gambar 3)

Gambar 2. Hasil Kultur E. faecalis pada MediaMHA

Gambar 3. Hasil konfirmasi E. Faecalis denganpewarnaan gram

Page 10: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

74

Setelah dilakukan pewarnaan Gram,proses identifikasi E. faecalis (uji glukosa, ujilaktosa, uji arabinosa, uji maltosa, uji manitol).Koloni E. faecalis yang tumbuh pada mediasubkultur dikonfirmasi dengan melihat adaatau tidaknya perubahan warna pada media-media uji seperti yang dapat dilihat pada(Gambar 4) sedangkan hasil dari ujifermentasi dapat dilihat pada Tabel 3.

(a)

(b)

Gambar 4. [a] Media Sebelum Diinokulasi Bakteri,[b] Media Setelah D i i n o k u l a s i Bakteri danTelah Diinkubasi

Tabel 3. Hasil Uji Fermentasi E. faecalis

NoMedia Uji

Fermentasi

IndikatorPerubahan

Warna MediaHasil

1. Glukosa (+)(+) bila UnguKuning(˗˗) bila tetap Ungu

(+)

2. Laktosa (+)(+) bila UnguKuning(˗˗) bila tetap Ungu

(+)

3.Arabinosa(-)

(+) bila UnguKuning(˗˗) bila tetap Ungu

(-)

4. Maltosa (+)(+) bila UnguKuning(˗˗) bila tetap Ungu

(+)

5. Manitol (+)(+) bila UnguKuning(˗˗) bila tetap Ungu

(+)

Enterococcus faecalis √

Suspensi E. faecalis diperoleh denganmengambil 1 ose biakan E. faecalis secaraasepsis dan kemudian dimasukkan ke dalamtabung reaksi yang berisi 5 ml NB (Nutrient-Broth). Suspensi kemudian diinkubasi terlebihdahulu menggunakan inkubator selama 48 jam(2 hari) pada suhu 37 C̊ dalam suasanaanaerob, sebelum disetarakan kekeruhansuspensi bakteri dengan larutan Mc.Farland0,5 atau setara dengan 1,5 x 108 CFU/ml.

Hasil uji daya hambat ekstrak batangserai dalam konsentrasi 25%, 50%, 75%,dan 100% serta klorheksidine sebagaikontrol positif dan akuades sebagai kontrolnegatif terhadap pertumbuhan E. faecalismenunjukkan terbentuknya zona terang disekeliling cakram pada kelompokperlakuan dan kontrol positif. Zona terangtidak terbentuk pada cakram akuades(Gambar 5). Zona terang yang terbentukkemudian diukur diameternyamenggunakan jangka sorong. Hasilpengukuran zona terang tersebut kemudiandiinterpretasikan berdasarkan klasifikasiAhn dkk. (Tabel 4)

Gambar 5. Zona hambat yang terbentuk disekitarcakram dari berbagai konsentrasi ekstrakbatang serai kelompok kontrol terhadapPertumbuhan E. faecalis (a) 25%, (b) 50%,(c) 75%, (d) 100%, (e) kontrol positif(klorheksidin 2), dan (f) kontrol negatif (akuades).

Page 11: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

75

Tabel 4. Hasil Uji Efek Antibakteri Ekstrak BatangSerai (Cymbopogon citratus) TerhadapPertumbuhan E. faecalis

Konsentrasi

BahanUji

Zona Hambat(mm) Rata-

ratazona

hambat

Ahn dkk

1 2 3

Diameterzona

terang(mm)

Responhambat

25% 6,1 6,2 6,1 6,1 <10Tidakada

50% 6,5 7,2 8,8 7,5 <10Tidakada

75% 8,7 9,5 9,5 9,2 <10Tidakada

100%

12,0 11,3 10,6 11,3 >10 Lemah

CHX

2%28,7 27,6 18,6 24,9 >20 Kuat

Akuades

6 6 66

<10Tidakada

Uji statistik pada penelitian inimenggunakan one way ANOVA dengansyarat lebih dari dua kelompok, distribusidata normal, dan varian data sama.Penelitian ini memiliki 6 kelompok dengan2 kelompok kontrol dan 4 kelompokperlakuan. Hasil uji normalitas dari datapenelitian menunjukkan p=0,001 (p<0,05)yang berarti data tersebut tidakberdistribusi normal. Uji homogenitasmenunjukkan data pada penelitian inimenunjukkan p=0,000 (p<0,05) yangberarti data tersebut tidak homogen. Halini menunjukkan bahwa data tidakmemenuhi syarat untuk dapat dilanjutkandengan uji ANOVA. Sehingga digunakanuji alternatif yaitu uji Kruskal-Wallis danpost hoc uji Mann-Whitney.

Test Statisticsa,b

Zona Hambat

Chi-Square 16.494

Df 5

Asymp. Sig. .006

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: KelompokPerlakuan

Hasil uji Kruskal-Wallismenunjukkan nilai p=0,006 (p<0,05) yangmenunjukkan terdapat efek antibakteriekstrak batang serai (Cymbopogoncitratus) terhadap pertumbuhan E. faecalis.

Tabel 5. Hasil Uji Mann-Whitney Zona Hambat E.faecalis

KelompokPerlakuan

25%

50%

75%

100%

CHX

Akuades

25% _ 0,046* 0,043* 0,046* 0,046* 0,034*

50% 0,046* _ 0,121 0,050* 0,050* 0,037*

75% 0,043* 0,121 _ 0,046* 0,046* 0,034*

100% 0,046* 0,046* 0,046* _ 0,050* 0,037*

CHX 0,046* 0,050* 0,046* 0,050* _ 0,037*

Akuades

0,034* 0,037* 0,034* 0,037* 0,037* _

Hasil uji Mann-Whitney menunjukkanbahwa zona hambat pada semua kelompokkonsentrasi ekstrak batang serai berbedasecara bermakna terhadap kelompok kontrolpositif dan negatif (Tabel 5).

PEMBAHASANBatang serai diekstrak dengan metode

maserasi menggunakan etanol 96%. Metodemaserasi dipilih dalam penelitian ini karenametode ini adalah metode yang palingsederhana, murah, dan mudah. Prinsipekstraksi dengan metode ini adalah dilakukandi wadah tertutup dengan cara merendam danmengaduk simplisia dalam pelarut.17

Pelarut yang digunakan pada prosesekstraksi adalah etanol 96%. Alasan memilihetanol sebagai bahan pelarut adalah karenaetanol memiliki titik didih rendah, dayamelarutkan yang baik, relatif aman, tidakberacun, dan murah.18 Dalam ekstrak etanolbatang serai terdeteksi adanya 26 senyawadengan komponen utamanya yaituheksadekanol, asam nerat, geraniol,hidroksidihidromaltol, asam palmitat danhidroksimetilfurfural.19

Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwaekstrak batang serai positif mengandungalkaloid, terpenoid, saponin, flavonoid, tanin.Hasil uji fitokimia tersebut tidak sesuai denganpenelitian Soares (2013) dimana padapenelitian tersebut tidak ditemukan senyawaalkaloid.20 Adanya perbedaan kandungan

Page 12: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

76

senyawa aktif pada tumbuhan dipengaruhioleh faktor internal dan eksternal. Faktorinternal yaitu genetik dan umur tanaman,sedangkan faktor eksternal seperti perbedaancuaca, temperatur, curah hujan, cahaya,keadaan tanah dan kandungan nutrisi dalamtanah.21

Flavonoid bersifat antibakteri denganmembentuk senyawa kompleks dengan proteinekstrakseluler dan terlarut sehingga dapatmerusak membran sel bakteri dan diikutidengan keluarnya senyawa intraselulersehingga dapat menyebabkan kematian sel.22

Saponin memiliki gugus hidrofilik danhidrofobik, pada saat dilakukan foam testgugus hidrofilik berikatan dengan airsedangkan gugus hidrofobik berikatan denganudara sehingga membentuk buih.23 Terpenoiddapat menghambat pertumbuhan dinding seldengan merusak porin (proteintransmembran).24 Tanin mempunyai targetpada polipeptida dinding sel sehingga akanmenyebabkan pertumbuhan dan metabolismesel terganggu.25 Alkaloid dapat mengganggupembentukan komponen peptidoglikandinding sel bakteri dan menyebabkan selbakteri menjadi lisis.26

Bakteri yang digunakan pada penelitianini adalah E. faecalis ATCC 29212 yangdiremajakan di Laboratorium FakultasKedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.Bakteri dikultur di media MHA dan diinkubasiselama 48 jam pada suasana anaerob karena E.faecalis merupakan bakteri anaerob fakultatif.Koloni E. faecalis yang tumbuh pada mediaMHA berwarna putih dengan ukuranbervariasi. Sebelum dilakukan pewarnaanGram, preparat diteteskan NaCl fisiologissetipis mungkin dan difiksasi di atas lampuspiritus.12 Hasil pewarnaan Gram yang diamatidi bawah mikroskop 1000 kali perbesaranmenunjukkan gambaran coccus berwarna ungudengan ukuran bervariasi yang membuktikanbahwa E. faecalis adalah bakteri Gram-positifberwarna ungu karena memiliki lapisanpeptidoglikan yang tebal pada dinding selsehingga mampu mempertahankan crystalviolet, sedangkan bakteri Gram-negatifberwarna merah karena dindingpeptidoglikannya tipis sehingga tidak dapatmempertahankan warna crystal violet padasaat proses pewarnaan.9

Setelah dilakukan pewarnaan Gram,konfirmasi E. faecalis dilanjutkan dengan uji

fermentasi. Uji fermentasi menggunakanglukosa, laktosa, maltosa, manitol, danarabinosa menunjukkan hasil yang samaseperti penelitian Manero (1999) yaitu positifpada glukosa, laktosa, maltosa dan manitol,sedangkan pada arabinosa menunjukkan hasilyang negatif.27 Uji fermentasi ini dilakukanuntuk memastikan spesies E. faecalis yangdiketahui dari kemampuan spesies tersebutdalam memfermentasi karbohidrat tertentusehingga menurunkan pH indikator. Hal initerlihat dari berubahnya warna bromkresolblue sebagai indikator dan terbentuknya gaspada tabung Durham.13

Uji aktivitas antibakteri ekstrak batangserai terhadap pertumbuhan E. faecalisdilakukan dengan metode difusi cakram(Kirby Bauer). Dasar pemilihan metode iniadalah karena pengerjaannya cepat, mudah dansederhana. Prinsipnya adalah bahan uji(ekstrak batang serai) dengan konsentrasi 25%,50%, 75%, dan 100% yang diteteskan padakertas cakram dapat berdifusi dengan baikpada permukaan media MHA yangsebelumnya telah dioleskan bakteri uji padapermukaannya.22 Metode ini dilakukan denganmengukur zona terang yang terbentuk disekeliling masing-masing cakram. Penelitianini memiliki 6 kelompok yang terdiri dari 4kelompok perlakuan (ekstrak batang seraikonsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%) dandua kelompok kontrol. Kontrol negatif yangdigunakan adalah akuades karena akuadestidak memiliki sifat antibakteri sehingga tidakdapat menghambat pertumbuhan bakteri,sedangkan kontrol positif yang digunakanadalah klorheksidin 2% karena larutan ini telahumum digunakan sebagai bahan irigasi dandiketahui efektif menghambat pertumbuhan E.faecalis.28

Hasil penelitian yang diperolehmenunjukkan bahwa ekstrak batang seraidengan konsentrasi 100% memiliki pengaruhyang lemah terhadap pertumbuhan E. faecalis.Hasil ini sesuai dengan penelitian Hoarto(2015) dengan konsentrasi yang samamenunjukkan bahwa minyak atsiri serai dapurmemiliki efek antibakteri untuk menghambatpertumbuhan E. faecalis, namun kemampuanini masih kurang efektif dibandingkankelompok kontrol positif.8 Almeida dkk (2013)juga menyatakan ektrak batang serai memilikiaktivitas antibakteri dan antifungal terhadap

Page 13: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

77

strain Staphylococcus spp., Streptococcusmutans dan spesies Candida.29

KESIMPULAN DAN SARANEkstrak batang serai mampu

menghambat pertumbuhan Enterococcusfaecalis. Ekstrak batang serai dengankonsentrasi 100% dapat membentuk zonahambat yang dikategorikan lemah.

Penelitian yang telah dilakukan inihanya menguji antibakteri denganmenggunakan metode difusi cakram danpelarut etanol 96%, perlu dilakukan penelitianlebih lanjut untuk menguji antibakteri denganmenggunakan metode dan pelarut yangberbeda.

Penelitian yang telah dilakukan inihanya melihat efek antibakteri ekstrak batangserai terhadap pertumbuhan E. faecalis, perludilakukan penelitian yang lebih lanjut untukmelihat efek antijamur, antioksidan danatiinflamasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Baumgartner JC. Microbiologic aspectsof endodontic infections. J Can DentAssoc 2004; 32(6):459-68.

2. Narayana LL.C Vaishani. Endodonticmicrobiologi J.Conserv Dent [serialonline] 2010;13. 233-4: [internet].Diakses: www.jcd org in 16 Juni 2013.

3. Ferreira CM. da Silva ROP, Torres SA,de Andrabe FFB, Bernardinelli N. activityof endodontic antibacterial agents againstselected anaerobic bacteria Braz. Dent J[serial online] 2002,13 (2). [internet].Diakses: www.scielo.org 18 Juni 2013.

4. Denny N, Mieke HS. PerananEnterococcus faecalis terhadap persistensiinfeksi saluran akar. Bandung:Universitas Padjajaran Bandung, 2013.Skripsi. p.1-12.

5. Damayanti A. Efektivitas AntibakteriEkstrak Etanol Biji Alpukat (Perseaamericana) Sebagai Bahan Irigasi SaluranAkar Terhadap Pertumbuhan BakteriEnterococcus faecalis. Surakarta:Fakultas Kedokteran Gigi UniversitasMuhammadiyah Surakarta, 2014. Skripsi.p.1.

6. Charyadie FL, Adi S, Sari RP. DayaHambat Ekstrak Daun Alpukat (Perseaamericana, Mill) Terhadap pertumbuhan

E. faecalis. Jurnal Kedokteran Gigi2014;8(1): 1-4.

7. Thakur S, Emil J, Paulaian B.Evaluation of Mineral TrioxideAggregate as Root Canal Sealer : AClinical Study. J Conserv Dent 2013;16(6) : 494-498.

8. Mario S. Howarto, Pemsi M. Wowor,Christy N. Mintjelungan. Uji EfektivitasAntibakteri Minyak Atseri Sereh DapurSebagai bahan Medikamen Saluran AkarTerhadap Bakteri Enterococcus faecalis.Jurnal e-Gigi 2015; 3(2): 432-438.

9. Soraya C, Chismirina S, Islahuddin A.Aktivitas Antibakteri Propolis TerhadapStreptococcus mutan dan Enterococcusfaecalis. Cakradonya Dental Journal2011;3(2): 356-365.

10. Pradhan C, Mohanty M. PhytoconstituentAnalysis and Comparative BioefficacyAssessment of Breadfruit Leaf and FruitExtracts for Antipathogenic Potentiality.Advanced Journal of Phytomedicine andClinical Therapeutics 2014;2(1):77-87.

11. Oladipupo AA. Comparative Study ofPhotochemical and Proximate Analysis ofBreadfruit Seeds, Leaves and Barks. IOSRJournal of Applied Chemistry (IOSR-JAC) 2014;7(5):86-89.

12. Mikrobiologi T. Penuntun praktikummikrobiologi. Fakultas KedokteranHewan: Universitas Syiah Kuala; 2008.

13. Day AM, Sandoe JA, Cove JH, Philips-Jones M. Evaluation of a biochemicaltestscheme for identifying chnical isolates ofEnterococcus faecalis and Enterococcusfaecium. Letterz in applied microbiology2001;33(5);392-396.

14. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar.Purwokerto: Laboratorium MikrobiologiUniversitas Jendral Sudirman; 2008.

15. Mulyani Y, Bachtiar E, Kurnia MU.Peranan senyawa metabolik sekundertumbuhan mangrove terhadap infeksibakteri Aeromonas hydrophila pada ikanmas (Cyprinus carpio L). 2013;4(1):1-9.

16. Dahlan MS. Statistika untuk kedokterandan kesehatan. 4 ed. Jakarta: SalembaMedika; 2009. p. 83-85.

17. Voigt R. Buku pelajaran teknologifarmasi. Yogyakarta: gajah madaUniversity Press; 1994.

18. Ramadhan AE, Phaza HA. Pengaruhkonsentrasi etanol, suhu dan jumlah

Page 14: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):69-78

78

stage pada ekstraksi oleoresin jahe(Zingiber officinale Rosc) secarabatch. Semarang: UniversitasDiponogoro, 2010. Skripsi

19. Anita Verawati P, Khairul Anam, DewiKusrini. Identifikasi Kandungan KimiaEkstrak Etanol Serai Bumbu(Andropogon citratus D.C) dan UjiEfektifitas Repelen terhadap NyamukAedes aegypti. Jurnal Sains danMatematika: 2013;21(1):20-24.

20. Marta O. Soares, Rita C. Alves, Pedro C.Pires, M. Beatriz P.P. Oliveira , Ana F.Vinha. Angolan Cymbopogon citratusused for therapeutic benefits: Nutritionalcomposition and influence of solvents inphytochemicals content and antioxidantactivity of leaf extracts. Food andChemical Toxicology: 2013;60:413-418.

21. Suryani M. Farmakognosi. academia.edu.Accessed 14 Mei 2016.

22. Nuria MC, Faizatun A, Sumantri. UjiAntibakteri Ekstrak Etanol Daun JarakPagar (Jatropha curcas L) TerdapatBakteri Staphylococcus Aureus ATCC25923, Escherichia coli ATCC 25922,dan Salmonella typhi ATCC 1408.Mediargo 2009;5(2):26-37.

23. Kumalasari E, Sulistyani N. AktivitasAntifungi Ektrak Etanol Batang Binahong(Anredera cordifolia (Tenore) Steen).Terhadap Candida Albicans serta skriningfitokimia. Jurnal Ilmiah Kefarmasian2011;1(2):51-62.

24. Ratih MS, Praharani D, Purwanto. DayaAntibakteri Ekstrak Daun Pare dalamMenghambat Pertumbuhan Streptococcuviridans. Artikel hasil PenelitianMahasiswa 2012;1(1):98-106.

25. Liyantari DS. Effect of wuluh starfruitleaf extracs for Streptococcus mutansgrowth. J majority 2014;3(7):28-34.

26. Monalisa D, Tri H, Sukmawati D. Ujidaya antibakteri ekstrak daun tapak liman(Elephantopus scaber) terhadapStaphylococcus aureus dan Salmonellatyphi. BIOMA 2011;9(2):13-20.

27. Manero A, R. Blanch A. Identificationof Enterococcus faecalis spp. with aBiochemical Key. Applied andEnvironmental Microbiology 1999;65(10):4425-30.

28. Vasconcelos BC, Cruz SML, Deus G,Moraes IG, Ferreira CM, Filho EDG.Cleaning Ability of Chlorhexidine Geland Sodium Hypoclorite Assosiated orNot With EDTA As Root Canal Irigants:A Scanning Electron Micriscopy Study. JAppl Oral Sci 2007;15(5):387-391.

29. Almeida RBA, Akisue G, Cardoso LML,Junqueira JC, Jorge AO. Antimicrobialactivity of the essential oil ofCymbopogon citratus (DC) stapf. Onstaphylococcus spp., streptococcusmutans and candida spp. Revistabrasileira de plantas medicinais2013;15(4):474-482.

Page 15: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

79

KEMAMPUAN AIR REBUSAN DAUN SALAM (Eugenia polyantha wight)TERHADAP JUMLAH MAKROFAG PADA GAMBARAN HISTOLOGI

PERIODONTITIS AGRESIF (PENELITIAN PADA TIKUS MODEL)

THE ABILITY OF BOILING WATER OF BAY LEAVES (EUGENIAPOLYANTHA WIGHT) TO MACROFAG ON HISTOLOGY PRIODONTITIS

AGRESIF (MOUSE MODELS)

Ridha Andayani, Abdillah Imron Nst, Afini Rahimi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

AbstrakAggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan bakteri dominan pada periodontitis agresif.Daun salam (Eugenia polyantha w) bersifat sebagai anti-inflamasi, antimikroba, analgesik danantibakteri. Saat ini, belum banyak penelitian potensi daun salam dalam respon inflamasi yangdiperankan oleh makrofag. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan air rebusan daunsalam dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 80% terhadap jumlah sel makrofag pada gambaranhistologi periodontitis agresif. Penelitian ini merupakan penelitian eskperimental laboratoris yangmenggunakan tikus putih rattus norvegiccus dibagi empat kelompok, tiga kelompok perlakuan airrebusan daun salam dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 80%, dan satu kelompok kontrol akuades.Pada hari pertama kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diinokulasi bakteri Aggregatibacteractinomycetemcomitans sampai hari ketujuh. Hari kedelapan sampai kesepuluh kelompok perlakuandiaplikasikan air rebusan daun salam dan kelompok kontrol diaplikasikan akuades. Hari kesebelastikus dieuthanasi, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel histologi jaringan periodontal tikusdiamati secara mikroskopik. Hasil penelitian menunjukkan perbandingan jumlah makrofag kelompokperlakuan dengan kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang bermakna (p≤0,05). Dapatdisimpulkan, kandungan air rebusan daun salam dapat membantu respon inflamasi yang diperankanoleh sel makrofag.Kata kunci : Aggregatibacter actinomycetemcomitans, daun salam, periodontitis agresif.

AbstractAggregatibacter actinomycetemcomitans is known as dominant bacteria in periodontitis aggressive.Bay leaves (Eugenia polyantha w) have chemical compound as an anti-inflammatory, antimicrobial,analgesic, and antibacterial. There were little information on the potential of bay leaves in theinflammatory response that facilitated by macrophages. This research is an experimentallaboratorial research using white mice (rattus norvegiccus) divided into three treatment groups withbay leaves decoction in the concentration of 20%, 40%, and 80%, and control group with distilledwater. In day 1th-7th, the treatment and control group were inoculated with aggregatibacteractinomycetemcomitans. In the morning and afternoon of 8th-10th, the treatment groups immersedwith bay leaves decoction, while the control immersed with distilled water. On Day 11th, mice wereeuthanatized to prepare and resulted periodontal tissue. The result of microscopically number ofmacrophages were categorized by descriptive statistic. The comparison of the number ofmacrophages between treatment group and control group that analyzed with Kruskal-Wallis inMicrosoft Excel-Analyze it v2.30 were significant (p≤0.05). Based on the result that concludedthe bay leaves improving inflammatory response that participated by macrophages.Key word: Aggregatibacter actinomycetemcomitans, bay leaves, Aggressive Periodontitis

Page 16: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

80

422

PENDAHULUANJaringan periodontal merupakan

jaringan di sekitar gigi yang berfungsisebagai penyangga/pendukung gigi, terdiridari jaringan gingiva, sementum, ligamenperiodontal, dan tulang alveolar.1

Aggregatibacter actinomycetemcomitans (A.actinomycetemcomitans) merupakan bakteripatogen jaringan periodontal danpenyebab terjadinya periodontitis agresif.1

Periodontitis agresif merupakan inflamasipada jaringan pendukung gigi yangmenyebabkan kerusakan progresif dariligamen periodontal dan tulang alveolar.1

Inflamasi merupakan tindakanprotektif melawan jejas sel.2 Fenomenayang terjadi dalam proses inflamasi meliputikerusakan mikrovaskular, meningkatnyapermeabilitas kapiler dan migrasi leukosit danmakrofag menuju jaringan inflamasi.2

Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar,inflamasi akut yaitu inflamasi yangberlangsung relatif singkat, dari menit sampaibeberapa hari, dan ditandai dengan perubahanvaskular, eksudasi cairan dan protein plasmaserta akumulasi leukosit yang menonjol.Inflamasi akut dapat berkembang menjadisuatu inflamasi kronis jika agen penyebabinjuri masih tetap ada. Inflamasi kronis yaiturespon proliferasi dimana terjadi proliferatiffibroblas, endotelium vaskuler, dan infiltrasisel mononuklear (limfosit, sel plasma danmakrofag). Respon inflamasi meliputi suatuperangkat komplek yang mempengaruhiperubahan vaskular dan selular.2 Kesic L,Petrovic M, Obradovic R, dan Pecic Amenyatakan bahwa salah satu bakteri utamayang mempunyai kemampuan menembus danmerusak jaringan periodontal adalah A.actinomycetemcomitans.1

A. actinomycetemcomitans merupakanbakteri Gram negatif, nonmotil, anaerobfakultatif, pendek (0,4-1 μm), berbentukbatang dengan ujung membulat.1,3 Bakteri inimenggunakan sel epitelium sebagai reservoirsaat perlekatan inisial dan pada akhirnyaberpindah ke permukaan gigi.4,5 Faktorvirulen yang dimiliki oleh bakteri ini adalahleukotoksin, lipopolisakarida (LPS), danCytolethal distending toxin (Cdt).1,6,7

Leukotoksin memainkan peran yang

signifikan pada patogenesitas periodontitisagresif oleh A.actinomycetemcomitans.1,4,8

Penggunaan tumbuhan herbal diIndonesia sebagai obat-obatan padahakekatnya merupakan bagian darikebudayaan bangsa Indonesia.5 Salah satunyaadalah daun salam (Eugenia polyantha w)selain digunakan sebagai bumbu penyedapmakanan, daun salam juga berfungsi sebagaiobat kumur.9 Bagian tanaman salam yangpaling banyak dimanfaatkan adalah daunnya.Winarto (2004) menyatakan daun salammempunyai kandungan kimia yaitutanin,flavonoid, dan minyak asiri 0,05 % yangterdiri dari eugenol dan sitral.10 Kandungankimia daun salam merupakan bahan aktifyang mempunyai efek farmakologi. Tanin danflavonoid merupakan bahan aktif yangmempunyai efek anti-inflamasi danantimikroba, sedangkan minyak asirimempunyai efek analgetik.9 Penelitian yangdilakukan oleh Sumono dan Wulan (2009)membuktikan bahwa kemampuan air rebusandaun salam (Eugenia polyantha w) dengankonsentrasi 50%, 75%, dan 100% dapatmenurunkan jumlah koloni bakteriStreptococcus sp, semakin tinggi konsentrasirebusan daun salam, jumlah koloni bakteriStreptococcus sp semakin sedikit.9 Penelitianlain oleh Noveriza dan Miftakhurohmanjuga membuktikan bahwa ekstrak metanoldaun salam dapat menghambatpertumbuhan F. oxysporum, meskipunpersentase penghambatan tertinggi hanyasebesar 57,16% pada konsentrasi 5%.11

Berdasarkan uraian di atas makadilakukan penelitian invitro pada tikus untukmengetahui kemampuan air rebusan daunsalam (Eugenia polyantha w) dengankonsentrasi 20%, 40%, dan 80% terhadapjumlah makrofag pada gambaran histologiperiodontitis agresif.

BAHAN DAN METODEPenelitian ini bersifat eksperimental

laboratories. Sampel pada penelitian iniadalah isolat Aggregatibacteractinomycetemcomitans ATCC 702358 yangberasal dari Laboratorium FakultasKedokteran Gigi (FKG) UniversitasIndonesia (UI), daun salam (Eugeniapolyantha w) yang berasal dari Banda

Page 17: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

81

Aceh, dan tikus putih Rattus norvegiccusdiperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan(FKH) Universitas Syiah Kuala. Pengujiandilakukan di Laboratorium MikrobiologiFakultas Kedokteran Universitas Syiah Kualauntuk pemeliharaan dan pembiakan bakteri.Laboratorium Hewan Coba Mencit dan TikusFakultas Kedokteran Hewan UniversitasSyiah Kuala dan Laboratorium HistologiFakultas Kedokteran Hewan UniversitasSyiah Kuala untuk pengujian aktivitaskandungan kimia daun salam (Eugeniapolyantha w) terhadap jumlah makrofag padagambaran histologi periodontitis agresif.Jumlah sampel dari tiap kelompok perlakuanakan dihitung menggunakan sampel SizeRetensional. Kelompok perlakuanmenggunakan air rebusan daun salam(Eugenia polyantha w) berjumlah 3 (20 %,40 %, dan 80 %).

Langkah pertama kultur A.actinomycetemcomitans pada media AaGMpada suhu 37˚C selama 24 jam dengansuasana anaerob. Selanjutnya uji konfirmasibakteri dengan pewarnaan Gram.12

Pembuatan suspensi A.actinomycetemcomitans dalam media cairTSB 5 ml dan dihomogenkan dengan Vortex.Kekeruhan sel dihitung menggunakanspektrofotometri dengan panjanggelombang 625 nm dengan nilaiabsorbansi 0,08-0,10.13

Selanjutnya, 10 helai daun salamsegar warna hijau tua dicuci kemudiandimasukan kedalam panci infus ditambahkanakuades sebanyak 100 ml dan ditambah lagiakuades sebanyak dua kali bobot daun salamkemudian dipanaskan selama 15 menit mulaidihitung ketika suhunya mencapai 90˚Csambil sekali-kali diaduk. Air rebusan diserkaiselagi panas melalui kain flannel. Untukmencukupi kekurangan air dan dapatmenambakan air melalui ampasnya.Selanjutnya hasil rebusan diencerkanhingga mendapat konsentrasi 20 %, 40 %,dan 80 % dengan menambahkan akuades.14

Langkah berikutnya tikus putih jantandengan usia 2-3 bulan (200-300 gram)diadaptasikan dengan lingkungan penelitianselama 1 hari dan diberi pakan standar danminum air putih.14 Untuk menjadikannyaperiodontitis agresif tikus diinokulasi bakteri

A. actinomycetemcomitans dengan dosis 0,5untuk konsentrasi 20 %, 1 ml untukkonsentrasi 40 %, 2 ml untuk konsentrasi 80%, dan 0,25 ml untuk kelompok kontrol, tikusterdeteksi periodontitis agresif setelah hari ketujuh.15 Bakteri A. actinomycetemcomitansdiberikan dalam dosis sesuai dengankonsentrasi masing-masing.16

Pada hari ke delapan untuk kelompokperlakuan diaplikasikan air rebusan daunsalam (Eugenia polyantha w) dengankonsentrasi 20 %, 40 %, dan 80 % padasetiap tikus dengan cara disemprotkan padajaringan periodontalnya dengan mengunakanspuit 1 ml dan untuk kelompok kontroldiaplikasikan akuades diberikan sebanyak duakali sehari, pagi dan sore hari selama tiga hariberturut- turut.

Pada hari ke sebelas tikusdimatikan, setiap tikus diambil jaringanperiodontalnya dengan cara dipotongmenggunakan Scalpel. Potongan jaringanperiodontalnya dimasukkan ke dalam larutanfiksasi buffer netral formalin (BNF) 10 %.Lalu dehidrasi dengan alkohol bertingkat(alkohol 70 %, 80%, 90 %, 95 %), alkoholabsolut (I dan II), xylol (I dan II), dan parafin(I dan II).17

Proses ini dilakukan pada masing-masing cairan selama dua jam. Tahapselanjutnya penjernihan (clearing)menggunakan xylol/benzol masing-masingjaringan direndam selama 1 ½ jam.Kemudian proses pencetakan (embedding),proses ini dikerjakan di dekat sumber panasdengan alat-alat yang telah dihangatkanterlebih dahulu untuk mencegah pembekuanparafin sebelum proses selesai. Zat yangdigunakan adalah parafin histoplast yangmemiliki titik cair 56-57 ˚C. Irisan sampeljaringan direndam dalam parafin cair selama2 jam. Cetakan diisi dengan parafin cairkemudian jaringan diletakkan di dalamnyadengan bantuan pinset. Blok parafin yangsudah setengah beku diberi label untukmemudahkan identifikasi jaringan. Tahapselanjutnya adalah pendinginan blokparafin pada suhu 4-5˚C. Setelah dinginblok parafin dilepaskan dari cetakannya dansiap untuk tahap pengirisan jaringanmenggunakan alat mikrotom (5μm). Hasilpotongan yang berbentuk pita (ribbon)

Page 18: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

82

tersebut dibentangkan di atas waterbathyang bersuhu 46˚C. Potongan jaringantersebut kemudian ditempelkan pada gelasobjek dengan menggunakan albumin dandimasukkan ke inkubator dengan suhu 37˚Cselama 24 jam sampai jaringan melekatsempurna.16,17

Selanjutnya, preparat diwarnai denganpewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE).Preparat dideparafinisasi dengan dicelupkansecara bertahap ke dalam larutan xylol Idan II masing-masing selama 2 menit.Dicelupkan ke dalam alkohol absolut selama2 menit, alkohol 95 %, 90 %, dan 80 %masing-masing selama 1 menit. Setelah itupreparat dicuci dengan air mengalir selama 1menit. Pewarnaan Hemaktosilin dilakukanselama 8 menit lalu dicuci pada air yangmengalir selama 30 menit. Untuk pewarnaanEosin, preparat direndam di dalam larutanEosin selama 2-3 menit kemudian dicucidengan air yang mengalir selama 30 detik.Proses berikutnya preparat dicelupkanmasing-masing sebanyak 10 celupan kedalam alkohol 95 % dan alkohol absolut (Idan II). Kemudian dilakukan selama 1 menitdan selanjutnya di dalam xylol II selama 2menit.16,17

Terakhir adalah penutupan jaringanyang dilakukan dengan cara menempatkangelas objek di atas kertas tisu pada tempatyang datar. Gelas objek ditetesi dengan bahanperekat yaitu Entellan. Setelah itu jaringanditutup dengan cover glass secara hati-hatidan dilakukan pengamatan histologi. 16,17

HASILKultur A. actinomycetemcomintans

yang dilakukan pada media AaGM denganteknik goresan selama 24 jam pada suhu37˚C menunjukkan adanya koloni A.actinomycetemcomitans yang berbentukbulatan kecil berwarna putih kekuningandengan permukaan yang cembung (Gambar1).

Gambar 1. Hasil Kultur A.actinomycetemcomintans

Uji Konfirmasi pewarnaan Grammenunjukkan bahwa bakteri ini berbentukkokobasilus ( batang dengan ujung membulat)dan berwarna kemerahan (Gambar 2)

Gambar 1. Hasil pewarnaan Aggregatibacteractinomycetemcomitans

Masing-masing tikus pada tiapkelompok ditandai dengan pemberian nomor1 – 4 pada bagian ekornya. Periodontitisagresif dibuat di gingiva rahang atas danrahang bawah tikus dengan menggunakanspuit insulin dengan cara menyemprotkanbakteri pada gingiva rahang atas dan rahangbawah tikus. Periodontitis terdeteksi pada hariketujuh setelah inokulasi bakteri A.actinomycetemcomitans. Gambaran klinisperiodontitis agresif ditandai denganterjadinya proses inflamasi seperti rubor,kalor, tumor, dolor, dan functio lease(Gambar 3).

(a)

Page 19: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

83

(b)

(c)

(d)Gambar 3. (a) Gingiva Rahang Atas TikusSehat. (b) Gingiva Rahang Bawah TikusSehat.(c) (c) Gingiva rahang atas tikus setelahinokulasi bakteri A. actinomycetemcomitans.(d) Gingiva rahang bawah tikus setelahinokulasi bakteri A. actinomycetemcomitans.

Air rebusan daun salam (Eugeniapolyantha w) diaplikasikan pada gingiva tikussetiap pagi dan sore hari selama 3 harimenggunakan spuit insulin. Air rebusan daunsalam (Eugenia polyantha w) disemprotkan digingiva rahang atasdan rahang bawah. Dosis pemberian airrebusan daun salam (Eugenia polyanthaw) dan dosis pemberian A.actinomycetemcomitans seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Dosis Air rebusan daun salam dan A.actinomycetemcomitans yang diberikan padatikus.No Dosis

daunsalam

DosisA.a

Kelompok

1 0,5ml

0,5ml

20%

2 0,25ml

0,25ml

Kontrol

3 1 ml 1 ml 40%2 ml 2 ml 80%

Pada hari kesebelas, untukpengambilan sampel, tikus dieuthunasidengan menggunakan chloroform. Kemudianpemotongan jaringan periodontal rahangatas dan bawah tikus dimasukkan ke dalamlarutan fiksasi dengan buffer netral formalin(BNF) 10 % untuk membuat sedian histologi.

Hasil pewarnaan H&E untukkelompok kontrol menunjukkan banyaknyamakrofag pada jaringan periodontal (Gambar4) dan untuk kelompok perlakuan yaituaplikasi air rebusan daun salam (Eugeniapolyantha w) dengan konsentrasi 20%, 40%dan 80% juga terlihat makrofag dalamjumlah sedikit dibandingkan dengankelompok kontrol (Gambar 4,5,6,7)

Gambar 4. Foto mikroskopik jumlahmakrofag banyak yang terjadi pada jaringanperiodontal tikus kelompok kontrol. H&E,100 x.

Page 20: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

84

Gambar 5. (a)(b)(c) Foto mikroskopik jumlahmakrofag ringan yang terjadi pada jaringanperiodontal tikus kelompok perlakuan airrebusan daun salam (Eugenia polyantha w)konsentrasi 20 %. H&E, 100 x, (d) Fotomikroskopik jumlah makrofag banyak yangterjadi pada jaringan periodontal tikuskelompok kontrol. H&E, 100 x.

Gambar 6. (a)(b)(c) Foto mikroskopik jumlahmakrofag moderat yang terjadi pada jaringanperiodontal tikus kelompok perlakuan airrebusan daun salam (Eugenia polyantha w)konsentrasi 40 %. H&E, 100 x, (d) Fotomikroskopik jumlah makrofag banyak yangterjadi pada jaringan periodontal tikuskelompok kontrol. H&E, 100 x.

Gambar 7. (a)(b)(c) Foto mikroskopik jumlahmakrofag ringan yang terjadi pada jaringan

periodontal tikus kelompok perlakuan airrebusan daun salam (Eugenia polyantha w)konsentrasi 80 %. H&E, 100 x, (d) Fotomikroskopik jumlah makrofag banyak yangterjadi pada jaringan periodontal tikuskelompok kontrol. H&E, 100 x.

Hasil gambar histologi untuk kelompokkontrol terlihat jumlah makrofag lebih banyakdari fibroblas. Untuk kelompok perlakuan20% secara histologi terlihat sedikit jumlahmakrofag dibanding fibroblas. Kelompokperlakuan 40% secara histologi terlihat sedikitjumlah makrofag dibanding fibroblas, danuntuk kelompok perlakuan 80% secarahistologi juga terlihat sedikit jumlah makrofagdibandingkan fibroblas. Berdasarkan analisisstatistik didapatkan katagori berdasarkanjumlah makrofag data penelitian, katagoritersebut dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. ketagori dari hasil statistikKategori Skor Ket≥0-≤2,99 0 Tidak terdapat

infiltrasi sel

makrofag

≥3-≤4,49 1 Infiltrasi sel

makrofag sedikit

≥4,5-≤9,29 2 Infiltrasi sel

makrofag

moderat

≥9,3-≥24 3 Infiltrasi sel

makrofag

banyak

Berdasarkan ketagori tersebut diatas dilakukan analisis terhadap jumlahmakrofag antara kelompok perlakuan,hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.3.

Page 21: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

85

Tabel 5.3. Hasil pengamatan histologijumlah makrofag pada kelompok kontroldan kelompok perlakuanKe lompok Jumlah Makrofag Skor

Kontrol 11 3Kontrol 13 3Kontrol 24 3

20% 1 020% 3 120% 5 240% 5 240% 7 240% 4 180% 3 180% 3 180% 1 0

Hasil penelitian pada semua tikus baikkelompok kontrol maupun kelompokperlakuan menunjukkan terjadinyapeningkatan jumlah magrofag yang di amatisecara histologi, walaupun secara klinis hanyasatu dari empat tikus yang terlihat adanyapembengkakan pada gingiva rahang atas danrahang bawah.

Berdasarkan hasil analisis statistikmenggunakan Kruskal-Wallis denganMicrosoft Excel-Analyse it v 2.30menunjukkan bahwa air rebusan daun salam(Eugenia polyantha w) berpengaruh secarabermakna dalam membantu jumlah makrofag(p=0,05), tabel analisis dapat dilihat padalampiran.

PEMBAHASANA. actinomytemcomitans yang

digunakan pada penelitian ini adalah A.actinomycetemcomitans dari strainlaboratorium, namun untuk menghindariterjadinya kontaminasi yang mungkin terjadiselama penyimpanan, maka pada penelitianini juga dilakukan uji konfirmasi denganpewarnaan Gram. Hasil pewarnaan Gram A.actinomycetemcomitans terlihat berwarnakemerahan dan koloninya berbentukkokobasilus. Terbentuknya warna merahmerupakan karakteristik bakteri Gram negatifyang disebabkan oleh ketidakmampuandinding selnya menyerap warna kristal violet.Susunan dinding sel pada bakteri Gram

negatif terdiri dari tiga lapisan, namun lapisanpeptidoglikannya lebih tipis dan lapisanlemaknya lebih tebal sehingga zat warnakristal violet luntur saat pencucian denganalkohol dan dinding selnya menyerap warnamerah dari safranin.50

Daun salam (Eugenia polyantha w)adalah tanaman yang banyak digunakanmasyarakat baik sebagai bumbu masakan jugadigunakan sebagai obat. 5,9,33 Badan POM(Pemeriksa Obat dan Makanan) telahmenetapkan daun salam sebagai salah satudari sembilan obat unggulan yang telahditeliti atau diuji secara klinis untukmenanggulangi masalah kesehatan tertentu.33Daun salam (Eugenia polyantha w) memilikipotensi sebagai efek farmakologi, anti-inflamasi, antimikroba, analgesik danantibakteri.9 Hasil penelitian Sumono danWulan (2009) menunjukkan bahwa daunsalam (Eugenia polyantha w) mengandungsenyawa kimia yang terdiri dari tanin,flavonoid, minyak asiri, saponin, trirerpenoiddan alkaloid yang bersifat sebagaifarmakologis.9

Sampel penelitian adalah tikus putih(ratus norvegicus), karena tikus putih relatiftenang, mudah ditangani, selain itu bentukdan susunan jaringan periodontalnya tidakberbeda dengan jaringan periodontalmanusia.59 Tikus putih yang digunakan jeniskelamin jantan dan berusia 2 – 3 bulan. Tikuslaboratorium adalah spesies tikus ratusnorvegicus yang dibesarkan dan disimpanuntuk penelitian ilmiah. Tikus putih telahdigunakan dalam banyak penelitianeksperimental mengenai penyakit, pengaruhobat-obatan dan topikal lain dalam kesehatandan kedokteran.60

Bakteri A. actinomycetemcomitansmempunyai kemampuan melakukan penetrasike epitel gingiva, bakteri ini memproduksileukotoksin yang dapat membunuh netrofildan monosit. Dinding sel bakteri Gramnegatif mengandung lipopolisakarida (LPS,endotoksin) yang mana dikeluarkan setelahbakteri mati, selain sebagai pencetusterjadinya proses inflamasi, LPS juga dapatmenyebabkan nekrosis jaringan. Selain itubakteri ini juga memproduksi enzimkolagenase yang dapat merusak kolagen tipe1. Hal ini dapat mendorong terjadinya

Page 22: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

86

degradasi kolagen dan gangguan padajaringan ikat periodontal.61

Inflamasi merupakan respon tubuhterhadap jejas dan benda asing ataumikroorganisme yang masuk ke tubuhpenjamu. Penelitian ini membuktikan bahwarespon tersebut sangat tergantung padaseberapa besar bakteri A.actinomycetemcomitans yang masuk ketubuh tikus. Sebagaimana diperlihatkan padahasil dimana tikus pada kelompok perlakuan80% yang diinokulasikan lebih banyakdaripada kelompok perlakuan lainnya yangsecara klinis menunjukkan pembengkakanpada gingiva rahang atas dan bawahnya.Walau demikian, kelompok tikus lainnyasecara histologi tetap menunjukkan adanyarespon inflamasi. Ini dibuktikan denganadanya ciri-ciri terjadinya respon inflamasiseperti vasodilatasi. Hal ini sesuai denganpernyataan Baratawidjaja GK dan RengganisI yang menyebutkan pada jaringan yangmencirikan telah terjadi respon inflamasiditemukan vasodilatasi yang menghasilkanpeningkatan volume darah.65

Volume darah yang meningkat dijaringan dapat menimbulkan perdarahan.permeabilitas vaskular yang memungkinkansel-sel inflamasi seperti PMN dan selmakrofag untuk menyingkirkan bahan-bahanasing dan mati di jaringan yang cedera.65

Hal ini sesuai dengan hasil penelitianini, dimana ditemukan sejumlah makrofagyang merupakan salah satu sel fagosit yangdikeluarkan untuk respon inflamasi.

Pada sediaan histologi, didapatkanjaringan periodontal tikus memperlihatkanminimnya kehadiran sel-sel PMN, dominasisel fagosit yang ditemukan adalah selmakrofag. Hasil ini juga telahmengkonfirmasikan bahwa air rebusan daunsalam terbukti memiliki fungsi anti-inflamasi,dimana kandungan air rebusan daun salamdapat menekan aktivitas PMN yang secaraklinis akan memperlihatkan ciri-ciri rubor,dolor, dan kalor. Sebaliknya, air rebusan daunsalam berdasarkan penelitian ini dapatmembantu respon inflamasi. Berdasarkanhasil analisis statistik menggunakan Kruskal-Wallis dengan Microsoft ExcelAnalyse it v2.30 menunjukkan bahwa air rebusan daunsalam (Eugenia polyantha w) berpengaruh

secara bermakna dalam membantu jumlahmakrofag (p=0,05). Kehadiran makrofagdalam proses inflamasi seperti diketahuimerupakan satu indikasi jejas ataupun infeksisedang memasuki tahap penyembuhan. Hasilini sesuai dengan tampilan histologi penelitiandimana ditemukan sejumlah fibroblas. Peranfibroblas sangat besar pada proses perbaikanyaitu bertanggung jawab pada persiapanmenghasilkan produk struktur protein yangakan digunakan selama proses rekonstruksijaringan.66 Fibroblas akan aktif bergerak darijaringan sekitar inflamasi ke daerah inflamasi,kemudian akan berproliferasi sertamengeluarkan beberapa substansi sepertikolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectindan proteoglycans yang berperan dalamrekontruksi jaringan baru.66 Hal ini terjadikarena daun salam memiliki efek anti-inflamasi yang dapat meringankan responinflamasi serta dapat mempercepat prosespenyembuhan.

Kemampuan daun salam dalammembantu jumlah makrofag karenamempunyai kandungan kimia seperti tanin,flavonoid yang bersifat sebagai antiinflamasi,antimikroba dan antibakteri, minyak asiriyang bersifat analgetik dan antibakterisedangkan saponin, triterpenoid dan alkaloidyang juga bersifat sebagai antibakterisehingga mampu membatu terjadinya prosesinflamasi. Penelitian ini menunjukkan bahwaair rebusan daun salam (Eugenia polyanthaw) berpengaruh terhadap jumlah makrofagpada periodontitis agresif yang terlihat padagambaran histologi.

KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa air rebusan daun salam(Eugenia polyantha w) dengan konsentrasi20%, 40%, dan 80% berpengaruh secarabermakna terhadap jumlah makrofag padagambaran histologi periodontitis agresif.

DAFTAR PUSTAKA1. Kesic L, Petrovic M, Obradovic R, Pejcic

A. The importance of aggregatibacteractinomycetemcomitans in etiology ofperiodontal disease-mini review. ActaMedica Medianae 2009;48:35-37

Page 23: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):79-87

87

2. Utami TE, Kuncoro AR, Hutami RI, SariTF, dan Handajani J. Efek antiinflamasiekstrak daun sembukan (Paederiascandens) pada tikus wistar. Majalah ObatTradisional 2011;16:95-100.

3. Taughels W, Haake SK, Sliepen I,Pauwels M, Van Eldere J, Cassiman JJ,Quirynen M. Bacteria interfere with A.actinomycetemcomitans colonization.Journal of Dental Research 2007; 86:611-617.

4. Quirinen M, Teughels W, Haake SK,Newman MG. Microbiology ofperiodontal disease. In: Carranza, editors.Carranza’s Clinical Periodontology. 10thed. St.Louis: Elsevier. 2007. p.160-161.

5. Wijayakusuma H. Tumbuhan berkasiatobat Indonesia rempah, rimpang dan umbi.Prestasi instan Indonesia. Jakarta 2002.

6. Fine DH, Makowitz K, Furgang D,Velliyagounder K. Aggregatibacteractinomycetemcomitans as an earlycolonizer of oral tissue: epithelium as aresevoir? Journal of Clinical Microbiolgy2010; 48:4464-4473.

7. Nakanishi FA, Avila-Camos MJ, KamijiNH, Itano EN. ImmunoglobulinGproteolytic activity of ActinobacillusActinomycetemcomitans. Braz J Microbiol2006; 37:42-6.

8. Fine DH, Markowitz K, Furgang D, FairlieK, Ferrandiz J, Nasri C, et al.aggregatibacter actinomycetemcomitansand its relationship to initiation oflocalized aggressive periodontitis:longitunal cohort study of initially healthyadolescent. J Clin Microbiol 2007;45:3859-3869.

9. Sumono A dan Wulan A. Kemampuan airrebusan daun salam (Eugenia polyanthaw) dalam menurunkan jumlah koloni

bakteri Streptococcus sp. MajalahFarmasi Indonesia 2009; 20:112-118.

10.Winarto W.P. memanfaatkan bumbu dapuruntuk meengatasi aneka penyakit.Agromedia Pustaka. Jakarta 2004.

11.Noveriza R, Miftakhurohmah. Efektivitasekstrak mentol daun salam (Eugeniapolyantha) dan daun jeruk peruk (Cytrushistrix) sebagai antijamur padapertumbuhan Fausarium axysporum.Jurnal Littri 2010;16:6-11

12.Benson. Microbiological applicationslaboratory manual in generalmicrobiology. 8th ed. The MeGraw-HillCompanies, 2001. p. 93-98

13.Tim mikrobiologi. Penuntun praktikummikrobiologi. Fakultas KedokteranUniversitas Syiah Kuala. 2002.

14.Ariyanti R, Wahyuningtyas N,Wahyuni SA. Pengaruh pemberianinfusa daun salam (Eugenia polyanthawight) terhadap penurunan kadar asamurat darah mencit putih jantan yangdiinduksi dengan potassiumoksonat.Pharmacon 2007;8:56-63.

15.Praptiwi, Muis FS, Hadisaputro S,Suryono. Sumbangan All-Trans asamretinoat (ATRA) baggi penyembuhanperiodontitis. Media Medika Indonesia2011;45:169-173.

16.Mohamad M. Teknik pembuatanpreparat histology dari jaringan hewandengan pewarnaan hematoksilin daneosin (H&E). Balai PenelitianVeteriner, Jl. R. E Martadinata 30,Bogor 2001.

17.Jusuf AA. Histoteknik dasar. FakultasKedokteran Universitas Indonesia 20

Page 24: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):88-91

88

PERBANDINGAN KECEPATAN LAJU ALIRAN SALIVA SEBELUMDAN SESUDAH KONSUMSI KOPI ROBUSTA (Coffea cannephora)

THE COMPARISON OF SALIVARY FLOW RATE BEFORE AND AFTERCONSUMPTION ROBUSTA COFFEE (Coffea cannephora)

Santi Chismirina, Afrina, Cut Maidis Safrianda

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAKSaliva merupakan cairan mulut kompleks yang disekresi olehkelenjar saliva mayor dan minor.Hampir 90% saliva dihasilkan pada saat makan sebagairespon terhadap rangsanganpengecapan dan pengunyahan makanan. Unsur-unsur penting di dalam saliva terdiri daribeberapa komponen, salah satunya adalah laju aliran saliva. Laju aliran saliva dalam mulutdapat berubah karena adanya rangsangan baik mekanis maupun kimiawi. Kopi memilikikandungan asam dan kafein yang berdampak negatif pada kesehatan. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui perbandingan kecepatan laju aliran saliva sebelum dan sesudahmengkonsumsi kopi jenis Robusta (Coffea cannephora) pada mahasiswa Fakultas KedokteranGigi Universitas Syiah Kuala. Saliva yang distimulasi dikumpulkan dari 30 orang mahasiswadengan menggunakan metode spitting sebelum dan sesudah meminum kopi robusta. Ujipenelitian menggunakan analitik komparatif dengan metode kategori berpasangan. Hasilanalisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna laju aliran saliva sebelumdan sesudah konsumsi minuman kopi jenis Robusta (Coffea cannephora). Sebagai kesimpulan,laju aliran saliva didapatkan lebih rendah saat sebelum mengkonsumsi kopi robusta.Kata kunci:laju aliran saliva, kopi Robusta (Coffea cannephora)

ABSTRACTSaliva is a complex oral fluid secreted byboth major and minor salivary glands. Almost 90%of saliva is produced during meal time as a response to taste and mastication. Saliva containsseveral essential components, one of which is the salivary flow rate. The salivary flow rate inthe mouth can change due to mechanicaland chemical stimuli. Coffee contains acid andcaffeine which have negative impacts towards health. This study aims to compare the salivaryflow rate ratio before and after consumption of Robusta coffee (Coffea cannephora) amongdental students at University ofSyiah Kuala. Stimulated saliva was collected from 30 studentsusing spitting method before and after drinking robusta coffee. This study used comparativeanalytic which tested pair category method. The statistical analysis showed there wassignificant difference of salivary flow rate before and after consumption of robusta coffee. Inconclusion, the salivary flow rate was found to be slower at the time before consumption ofrobusta coffee.Keyword: salivary flow rate, Robusta coffee (Coffea cannephora)

Page 25: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):88-91

89

PENDAHULUANKesehatan gigi dan mulut merupakan

bagian dari kesehatan tubuh seseorang secarakeseluruhan. Salah satu masalah kesehatan gigidan mulut yang paling sering dialami olehmasyarakat adalah karies gigi.1 Karies gigiadalah penyakit infeksi yang merusak strukturgigi sehingga gigi menjadiberlubang.2 Prosesterjadinya karies pada gigi melibatkan beberapafaktor, faktor penting yang saling berinteraksidalam pembentukan karies gigi yaitumikroorganisme, gigi (host), makanan, danwaktu.3

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwatingkat keparahan kerusakan gigimeningkatseiring dengan bertambahnya umur. Prevalensinasional indeks DMF-T adalah 4,6, dimanasebanyak 15 provinsi memiliki prevalensidiatas prevalensi nasional. Hasil inimenunjukkan bahwa prevalensi karies gigipenduduk Indonesia masih tinggi.4,5

Secara teori proses terjadinya kariesdapat dipengaruhi oleh saliva yang memilikiperan penting pada mekanisme terjadinyakaries. Saliva dapat menurunkan akumulasiplak pada permukaan gigi dan juga menaikantingkat pembersihan karbohidrat dari ronggamulut.6

Saliva dapat dipengaruhi olehrangsangan minuman yang mengandung asamyang berlebihan. Salah satu minuman yangmengandung asam yaitu kopi. Sebagaimanatelah diketahui bahwa kopi merupakan salahsatu minuman yang paling sering dikonsumsioleh masyarakat. Kopi digemari karenamemiliki cita rasa dan aroma yang khas,walaupun memiliki kandungan asam dan kafeinyang berdampak negatif pada kesehatan.7Kopidapat digolongkan sebagai minumanpsikostimulant yang dapat membuat orang tetapterjaga. dapat mengurangi kelelahan, danmembuat perasaan menjadi lebih tenang. Olehkarena itu, kopi menjadi minuman favoritterutama bagi kaum pria diseluruh dunia.Tanaman kopi termasuk dalam golonganFamili Rubiaceae yang mempunyai 500 macamgenus dan lebih dari 6000 spesies. Kebanyakanmerupakan tumbuhan tropis dan tumbuhanperalihan yang tumbuh di lereng gunung.8

Kopi mengandung unsur-unsuryangberupa kafein, trigonelin, sukrosa,monosakarida, asam klorogenat, dan asamnikotinat. Jenis kopi yang komersial di duniayaitu kopi Arabika (Coffea arabica)dan kopi

robusta. Kopi robusta cenderung lebih pahitdari kopi arabikakarena komposisi kafeinnyalebih tinggi, yaitu 1,7-4,0%, sedangkankomposisi kafein dalam kopi arabika hanya 0,8-1,4% saja.9

Sukrosa dan monosakarida merupakankandungan karbohidrat sederhana didalam kopidengan konsentrasi yang tinggi sehingga dapatdifermentasi oleh bakteri yang ada dalammulut. Asam yang dihasilkan dari prosesfermentasi dapat menyebabkan penurunankapasitas buffer dan sekresi laju aliran saliva.Sementara itu, di dalam kopi terkandung duaunsur asam yaitu asam klorogenat dan asamnikotinat yang secara langsung berpengaruhterhadap pH saliva, selain itu juga akan terjadipenurunan aliran saliva dan buffer saliva.9,10

PenelitianRika Rizkia (2013) telahmelakukan pengujian perbandingan laju aliransaliva terhadap kopi arabika(Coffea arabica),yang hasilnya menunjukkan penurunanlajualiran saliva yang signifikan, karena kopimemiliki derajat keasaman (pH) yang tinggi,konsentrasi asam klorogenat dan asam alifatikyang tinggi. Sehingga laju aliran saliva menjadirendah setelah mengkonsumsi kopi.11

Belum banyak peneliti yang membahasketerkaitan minuman kopi terutama kopirobustadengan laju aliran saliva. Oleh karenaitu peneliti tertarik untuk menglihatperbandingan kecepatan laju aliran salivasebelum dan sesudah mengkonsumsi kopiRobusta.

BAHAN DAN METODE PENELITIANJenis penelitian yang digunakan adalah

analitik komparatif dengan metode kategorikberpasangan untuk melihat perbandingan lajualiran saliva sebelum dan sesudahmengkonsumsi kopi robusta pada mahasiswaFakultas Kedokteran Gigi Unversitas SyiahKuala angkatan 2016. Penelitian ini melibatkan30 subjek penelitian yang memenuhi kriteriamenggunakan teknik purposive sampling.Subjek hasil seleksidiambil saliva dandilakukan pemeriksaan laju aliran saliva.Selanjutnya subjek tersebut diberikan minumankopi robusta dan saliva dari subjek tersebutdikumpulkan kembali untuk pemerikasaan lajualiran saliva. Proses minum minuman kopi jenisrobusta (Coffea cannephora) dilakukanmasing-masing sebanyak 10 ml dihabiskandalam waktu 3 menit kemudian dilakukanpengumpulan saliva dengan metodespitting.Proses pengumpulan saliva memakan

Page 26: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):88-91

90

waktu ± 5 menit untuk masing-masingperlakuan.

HASIL PENELITIANDari penelitian yang dilakukan

diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi laju aliran salivasebelum minum kopi robusta.

LAS SebelumDistimulasi

JumlahSubjek

Persentase(%)

SangatrendahRendahNormalTinggi

-32

25

-10,06,7

83,3Total 30 100,0

Laju aliran saliva sebelummeminum kopi robusta dengan kategorirendah sebanyak 3 subjek atau 10 %, dankategori tinggi sebanyak 25 subjek atau83,3% (tabel 5.1)

Tabel 5.2Distribusi frekuensi laju aliran salivasesudah minum kopi robusta

LAS SesudahDistimulasi

JumlahSubjek

Persentase(%)

SangatrendahRendahNormalTinggi

41115-

13,336.750,0

-Total 30 100,0

Laju aliran saliva sesudah meminumkopi robusta dengan katagori normaldidapatkan sebanyak 15 subjek atau 50 % (tabel5.2)

Tabel 5.3Distribusi frekuensi laju aliran saliva sebelumminum kopi robusta berdasarkan jenis kelamin

JenisKelamin

LAS SebelumDistimulasiSSangat rendahRendahNormalTinggi

(%) (%)(%) (%)Jumlah

(%)

Laki-lakiperempuan

0 (0,0) 1 (8,3) 0 (0,0) 11 (91,7)0 (0,0) 2 (11,1) 2 (11,1) 14 (77,8)

12(100)18(100)

Total 0 (0,0) 3 (19,4) 2 (11,1)25 (168,15) 30 (100)

Laju aliran saliva sebelum meminum kopirobusta berdasarkan jenis kelamin di dapatkan 14subjek pada perempuan yaitu sebesar 77,8%, dan11 subjek pada laki-lakiyaitu sebesar 91,7% (tabel5.3).

Tabel 5.4.Distribusi frekuensi laju aliransalivasesudah minum kopi robustaberdasarkan jeniskelamin.

JenisKelamin

LAS Sesudah DistimulasiSangat RendahRendahNormal Tinggi

Jumlah(%)

Laki-lakiperempuan

1 (8,3) 4 (33,3) 7 (58,4) 0 (0,0)3 (16,7) 7 (38,9) 8 (44,4) 0 (0,0)

12 (100)18 (100)

Total 4 (13,3) 11 (36,6) 15 (50,0) 0 (0,0) 30 (100)

Laju aliran saliva sesudah minum kopirobusta pada laki-laki didapatkan kategorisangat rendah sebesar 8,3%, dan kategorinormal sebesar 58,3%. Sedangkan padaperempuan didapatkan kategori sangat rendahsebesar 16,7%, dan kategori normal sebesar44,4%. (tabel 5.4)

PEMBAHASANPenelitian yang dilakukan pada

mahasiswa/i Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Syiah Kuala, terdapat perbedaanlaju aliran saliva yang bermakna antara sebelumdan sesudah distimulasi dengan minuman kopirobusta. Dari hasil Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.terlihat peningkatan laju aliran saliva sebelumdan sesudah minum kopi robusta, tetapi terjadipeningkatan dalam katergori normal.Peningkatan laju aliran saliva tersebutdiakibatkan karena adanya stimulus kimiawiyang berupa rasa dari kandungan kopi antaralain kafein dan asam klorogenat dari biji kopirobusta.9,10,12

Studi sebelumnya menyebutkan bahwabahwa konsumsi minuman yang mengandungkafein dapat menstimulasi sekresi saliva.Sebagaimana diketahui kafein memiliki rasayang pahit, yang membuat reflek saliva yangterjadi sewaktu adanya kemoreseptor di dalamrongga mulut terhadap adanya stimulus. Ketikadiaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulaiimpuls di serat saraf eferen yang membawainformasi ke pusat saliva di medulla oblongata(batang otak), kemudian melalui mekanismedimana pusat saliva mengirim impuls melaluisaraf parasimpatis ke kelenjar saliva untukmeningkatkan sekresi saliva sepanjang jalandari nukleus salivarius superior dan inferior.Nukleus salivarius superior akan meneruskanrangsangan ke kelenjar submandibularis dansublingualis, nukleus salivarius inferior akanmeneruskan rangsangan saraf ke kelenjarparotis sehingga menghasilkan produksi salivadalam jumlah yang banyak, hal inilah yangmenyebabkan laju aliran saliva menjadimeningkat.13,14

Page 27: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):88-91

91

Teori Patricia Del Vigna De Almeidadkk yang menyatakan bahwa pada jeniskelamin laki-laki laju aliran saliva lebih tinggidibandingkan dengan perempuan karena laki-laki memiliki kelenjar saliva yang lebih besardibandingkan perempuan hal ini dapatmenyebabkan laju aliran saliva laki-laki lebihbanyak dibandingkan dengan laju aliran salivaperempuan.13

Dari hasil penelitian ini terdapat adanyapeningkatan laju aliran saliva dalam kategorinormal, berbeda halnya dengan hasil penelitianRika Rizkia (2013) yang telah melakukanpenelitian terhadap perbandingan laju aliransaliva sebelum dan setelah minum kopi jenisArabika yang hasilnya menunjukkanpenurunan laju aliran saliva yang signifikan.11

Kopi arabika dan robusta memiliki kandunganyang sama antara lain yaitu kafein dan asamklorogenat, tetapi hasil penelitian kopi arabikadan robusta berbeda, hal ini disebabkan jumlahkandungan kafein dan asam klorogenat padakopi robusta lebih tinggi dari kandungan kafeindan asam klorogenat pada kopi arabika.9

KESIMPULANLaju aliran saliva sesudah minum kopi

robusta pada mahasiwa Fakultas KedokteranGigi (FKG) Universitas Syiah Kualamengalami peningkatan. Dari aspek jeniskelamin, diketahui bahwa pada jenis kelaminlaki-laki laju aliran saliva lebih tinggidibandingkan dengan perempuan. Hal ini diduga terjadi karena laki-laki memiliki kelenjarsaliva yang lebih besar dibandingkanperempuan, sehingga produksi saliva laki-lakilebih banyak daripada perempuan.

DAFTAR PUSTAKA1. Rodian M, Satari MH, Rolleta E. Efek

mengunyah permenkaret yang mengandungsukrosa, xylitol, probiotik terhadapkarakteristik saliva. Dentika Dental Journal2011;16(1):44-48.

2. Sumini, Amikasari B, Nurhayati D.Hubungan konsumsi makanan manisdengan kejadian karies gigi pada anakPrasekolah Di TK B RA Muslimat PSMTegalrejodesa Semen KecamatanNguntoronadi Kabupaten Magetan. JurnalDelima harapan, Vol 3, No. 2 Agustus-januari 2014:20-27

3. Ramayanti S, Purnakarya I. Peran makananterhadap kajadian karies. Jurnal Kesehatan

Masyarakat, Maret 2013-september2013,Vol. 7, No.2

4. Trihono. Riset kesehatan dasar, badanpenelitian dan pengembangan kesehatankementerian kesehatan RI tahun 2013

5. Najoan SB, Kepel BJ, Wicaksono DA.Perubahan pH saliva siswa MA DarulIstiqamah Manado sesudah menyikat gigidengan pasta gigi mengandung xilitol. J e-GIGI (eG), Vol 2, No 2, juli-desember 2014

6. Soesilo D, Santoso RE, Diyantri I. Peranansorbitol dalam mempertahankan kestabilanpH aliva pada proses pencegahan karies.Dent J 2005;38(1):25-28

7. Farida A, Ristanti R E, Kumoro AC.Penurunan Kadar Kafein dan Asam TotalPada Biji Kopi Robusta MenggunakanTeknologi Fermentasi Anaerob FakultatifDengan Mikroba Nopkor MZ-15. J.Teknologi kimia dan industri 2(3)2013: 70-75.

8. Bhara M, Ismail A. Pengaruh pemberiankopi dosis bertingkat per oral 30 hariterhadap gambaran histologi hepar tikuswistar. Fakultas Kedokteran Universitasdiponegoro Semarang 2009.

9. Andriany P, Hakim RF, mahlianur.Pengaruh Konsumsi Kopi Ule kareng(Arabika) terhadap pH Saliva Pada UsiaDewasa Muda.

10.AnastasiaE, Siswosubroto DHC,Pangemanan, Michael A, Leman. Gambarankonsumsi yoghurt terhadap waktupeningkatan pH saliva. PHARMACON Jilmiah farmasi-UNSRAT vol.4 no.4November 2015 ISSN 2302-2493

11.Rizkia R. Perbandingan laju aliran salivasebelum dan setelah minum kopi jenisarabika pada siswa-siswi kelas XI MARuhul islam Anak Bangsa. FakultasKedokteran Gigi. Oral Biologi. UniversitasSyiah Kuala. 2013

12.Indriana T. Perbedaan laju aliran saliva danpH karena pengaruh stimulus kimiawi danmekanik. J kedokt meditek 17(44). Mei-Agust 2011

13.Almaida PDVA, Gregio AMT, MachadoMAN, Lima AAS, Azevedo LR. Salivacomposition and functios: a comprehensivereview. The Jour Contemp Dent Prac 2008;9(3):1-11

14.Susanti L.Pengaruh minuman ringanberkarbonat yang mengandung kafeinterhadap ph saliva.Fak. Kes Mas UniversitasIndonesia. 2016.

Page 28: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97

92

EFEK IMBIBISI PERENDAMAN BAHAN CETAK HYDROCOLLOIDIRREVERSIBLE ALGINATE DALAM LARUTAN SODIUM HYPOCHLORITE

IMBIBITION EFFECT OF IMMERSING HYDROCOLLOIDIRREVERSIBLE ALGINATE IN SODIUM HYPOCHLORITE

Didin Kustantiningtyastuti, Afwardi, Siti Coryniken

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas

AbstrakBahan cetak alginate digunakan untuk mendapatkan hasil cetakan negatif dari rongga mulut.Bahancetak ini memiliki sifat imbibisi yaitu menyerap air sehingga dapat mempengaruhi stabilitas dimensiapabila direndam dalam desinfektan.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efek imbibisi padabahan cetak alginate yang direndam dalam larutan desinfektan Sodium Hypochlorite.Metodepenelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan rancangan pretest dan posttest dengan kontrolaquades. Alginate dicetak dengan menggunakan cetakan dengan diameter 28 mm dan tinggi 18 mm.Hasil cetakan alginate direndam dalam larutan sodium hypochlorite 0,5% dan 1% selama 3 menit, 5menit dan 10 menit. Perhitungan berat imbibisi dilakukan dengan menggunakan timbangandigital.Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya imbibisi pada bahan cetak alginate yang direndamlarutan Sodium Hypochlorite selama 3 menit, 5 menit dan 10 menit. Uji statistik Two Way AnovaRepeated Measure menunjukan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada menit imbibisi, sedangkankonsentrasi larutan memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Kesimpulan dari penelitian iniadalah bahan cetak alginate memiliki efek imbibisi terhadap perendaman dalama larutan SodiumHypochlorite.Kata Kunci: Hydrocolloid, Alginate, Sodium ,Hypochlorite, Imbibisi

AbstractAlginate impression used to obtain the results of a negative mold of the oral cavity . The impressionmaterials have character that absorb water it is imbibition that can affect the dimensional stabilitywhen immersed in disinfectant . Aim of this study is to observed the effect of imbibition on alginateimpression material which immersed in a disinfectant solution of Sodium Hypochlorite .The methodused was experimental with pretest and posttest with control group design . The mold were diameterof 28 mm and height 18 mm .the impression were immersed in sodium hypochlorite 0.5 % and 1 %for 3 minutes , 5 minutes and 10 minutes . Imbibition weight calculation is done by using digitalscales.The results showed that the presence of imbibition on impression material alginate thatimmersed in Sodium Hypochlorite solution for 3 minutes , 5 minutes and 10 minutes . Statistical TestTwo Way Repeated Measure ANOVA showed a significant difference ( p< 0.05 )in minutesimbibition , while the concentration of the solution had a significant difference ( p > 0.05 ).Theconclusion of this study is the alginate impression material has the effect of imbibition to immersionSodium Hypochlorite solution.Keywords: Hydrocolloid, Alginate , Sodium, Hypochlorite , imbibition

Page 29: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97

93

PENDAHULUANDalam kedokteran gigi, penggunaan

bahan cetak dilakukan untuk mendapatkan hasilcetakan negatif dari jaringan rongga mulut.Hasil cetakan ini digunakan untuk membuatmodel studi maupun model kerja untukmendukung penetapan rencana perawatan.Bahan cetak dapat dikelompokkan menjadireversible atau irreversible, berdasarkan carabahan tersebut mengeras. Istilah irreversibelmenunjukan bahwa reaksi kimia telah terjadi,bahan tidak bisa diubah kembali ke keadaansemula. Misalnya, hidrocolloid alginate, pastacetak oksida seng eugenol (OSE), dan plasterof paris yang mengeras dengan reaksi kimia,sedang bahan cetak elastomerik mengerasdengan polimerisasi. Sebaliknya, reversibleberarti bahan tersebut melunak denganpemanasan dan dengan pendinginan, tanpaterjadi perubahan kimia. Contohnya,hydrocolloid reversible dan kompoun. Bahancetak yang sering digunakan sampai saat iniadalah hydrocolloid irreversible alginatekarena keuntungannya seperti sifat hidrofilik,murah dan baik dalam merekam detailcetakan.1,2,3

Hasil cetakan alginat sebagai salah satujalan transmisi patogen yang berpotensiterjadinya infeksi silang. Mikroorganismepatogen didalam saliva, darah dan pus yangmenempel pada bahan cetak akan berinteraksidengan bahan cetak dan menjadi agenpenyebab infeksi sehingga menjadi pencetuspenularan penyakit.2

Penelitian yang dilakukan olehMohammad Raifu Ahsan dkk (2013),mengemukakan bahwa 67% dari bahan-bahanyang di kirim dokter gigi ke laboratoriumdokter gigi terkontaminasi oleh bakteri patogen.Berdasarkan penelitian tersebut, Streptococcussanguis, Streptococcuspyogenes, Streptococcusagalactiae, Staphylococcus epidermidis,Staphylococcus aureus, dan Pseudomonasaeruginoa merupakan mikroorganisme yangsering terdapat pada bahan cetak. Beberapapenyakit yang paling umum dapat menginfeksiadalah, influenza, pneumonia, TBC, herpes,hepatitis, dan AIDS. Oleh karena itu, semuabahan cetak alginate harus di disinfeksisebelum dituang dengan gypsum.

The American Dental Association (ADA)juga menganjurkan bahan cetak harus dicuci

dan di desinfektan untuk menghilangkan sisasaliva dan darah sebelum dikirim kelaboratorium guna menghindari terjadinyakontaminasi bakteri.2,3,4,5

Sebagai pertimbangan untukpenggunaan, desinfektan sebaiknya tidakmahal dan harus secara efektif membunuhmikroorganisme rongga mulut yang terbawapada cetakan, tanpa merusak dan mengurangikeakuratannya. Glutaraldehyde seringdirekomendasikan sebagai bahan desinfeksidari cetakan, namun desinfektan tersebut sangatbervariasi dalam keefektifitasannya dan sangatmahal. Selain itu glutaraldehyd berbahaya bagijaringan hidup dan dapat menyebabkanhipersensitivitas, sehingga petugas harusmenggunakan sarung tangan dan alat pelindunglainnya dalam penggunaan desinfektan ini.Iodophor dan phenol disetujui oleh ADAsebagai bahan desinfektan cetakan, tapiumumnya tidak efektif dalam mendesinfeksihasil cetakan hydrocolloid irreversiblealginate. Selain itu Iodophor dan phenol jugadapat mengurangi permukaan beberapa bahancetakan serta menghasilkan kualitas gypsumyang buruk.6

Diantara desinfektan tersebut,hypochlorite direkomendasikan oleh ADAsebagai desinfektan yang efektif untukmendesinfeksi cetakan hydrocolloidirreversible.7 Hypochlorite memiliki spektrumluas terhadap bakteri, tidak berpengaruh olehkesadahan air dan memiliki insiden toksik yangrendah serta harganya murah.7

American Dental Association (ADA) danCentral Disease Control (CDC) menyarankanteknik untuk disinfeksi cetakan yaitu,perendaman dan penyemprotan.7 Kedua teknikini telah menunjukan keefektifitasan dalammendesinfeksi permukaan cetakan, namunADA (1977); Durr et al (1987); Jhonson et al(1998); Langerwalter et al (1990) menyatakanperendaman merupakan teknik desinfeksi yangpaling efektif dibanding penyemprotan karenapada perendaman semua permukaan cetakandan sendok cetak terendam seluruhnya dalamlarutan disinfektan.4

Blaire dan Wassel dalam penelitian yangdilakukan oleh Sheila dkk (2006) menyarankansemua cetakan, terlepas dari jenis bahannya,harus direndam dalam 1% larutan sodiumhypochlorite selama 10 menit, karena waktu ini

Page 30: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97

94

merupakan waktu minimum yang diperlukanuntuk penggunaan efektif seluruhdesinfektan.19 Penelitian yang dilakukan J.bustos dkk (2010) juga menyatakan bahwaperendaman selama 5-10 menit bahan cetakhydrocolloid ireversible dalam larutan 0,5%sodium hypochlorite menunjukan penurunanpertumbuhan bakteri secara signifikan. TheAmerican Dental Association (ADA) jugamerekomendasikan untuk merendam selama 10menit dalam pengenceran 1:10 larutan sodiumhypochlorite (0,525%) sebagai desinfektancetakan hydrocolloid irreversible. Dilaporkanjuga bahwa terjadi 4-log 10 (99,9%)pengurangan dari bakteri pada hasil cetakanhidrocolloid irreversible ketika direndamdalam 0,5% cairan sodium hypochlorite selama10 menit, sedangkan menurut Ahsan MR et al(2013), penurunan 100% mikroorganismeterjadi setelah direndam selama 3 menit dalamlarutan 1% sodium hypochlorite. 3,4,7

Terkait dengan teknik disinfeksi,alginate mempunyai sifat imbibisi yangberpengaruh pada saat dilakukannya prosesdesinfeksi. Sifat imbibisi dari bahan cetakalginate yaitu sifat menyerap air bila berkontakdengan air sehingga mudah mengembang. Halini dapat menyebabkan perubahan bentuk ataudimensi hasil cetakan sehingga terjadi ekspansiyang dapat menyebabkan ketidakakuratan hasilcetakan alginate. Pada penelitian Sari et al(2013) menunjukan teknik perendaman lebihberpengaruh terhadap perubahan dimensionalhasil cetakan, dibandingkan dengan teknikpenyemprotan karena pada teknik perendamanhanya terdapat penyerapan cairan (imbibisi),sehingga perubahan stabilitas dimensi lebihmudah terjadi pada teknik ini, sedangkan padateknik penyemprotan terjadi keseimbanganantara proses imbibisi dan sineresis.

Ruggerberg dkk (1992), mempunyaicatatan bahwa terjadi perubahan dimensi padacetakan yang menggunakan bahan cetakirreversible hydrocolloid jika direndam larutansodium hypochlorite 0,5% selama 10 menit.Tullur dkk (2007), menyatakan sebagian bahancetak irreversible hydrocolloid tidak larut jikadirendam dalam larutan sodium hypochlorite1% selama 15 menit. Hiraguchi et al (2007),dalam waktu yang singkat perendamanmerekomendasikan untuk merendam cetakanalginate dalam larutan 1% sodium hypochlorite,sedangkan menurut Herrera dan Merchant(2010), tidak ada efek keakuratan dimensi pada

bahan cetak irreversiblehydrocolloid setelahperendaman dalam larutan sodium hypochlorite0,5% dan 1% selama 30 menit.5,7

BAHAN DAN METODEAlat dan bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Rubber bowl dan spatula,Master cast diameter 28 mm dan tinggi 18 mm,Spuit 5 ml, Timbangan digital, Lempeng kaca,Kertas tissue, Stopwatch, Gelas beaker, danGelas ukur. Bahan penelitian yang digunakanadalah Bahan cetak alginate, Aquadest, Sodiumhypochlorite 0,5%, Sodium hypochlorite 1%.

METODE PENELITIANJenis penelitian adalah Eksperimental

laboratorium dengan desain penelitian Pre andPost Tes control group design. Tempatpenelitian di Ruang Skills Lab FakultasKedokteran Gigi Universitas Andalas padabulan Desember 2014.

Sampel berupa die hasil cetakan daribahan cetak alginate yang di rendam dalamlarutan desinfektan sodium hypochlrite 0,5%dan 1 % selama 3 menit, 10 menit, 15 menit.

Pada penelitian ini akan diberikan 3perlakuan dari 2 konsentrasi larutan NaOClyang berbeda. Pada konsentrasi NaOCl 0,5%waktu perendaman 3 menit, 5 menit, 10 menitdan pada konsentrai NaOCl 1% selama 3 menit,5 menit dan 10 menit. Hasil perhitungandidapatkan jumlah sample minimal adalah 4pada masing-masing waktu, yaitu 3 menit, 5menit, 10 menit, pada larutan 0,5% sodiumHypochlorite dan 1% sodium hypochlorite.Total sample adalah sebanyak 12 buah modelcetakan perkonsentrasi larutan sodiumhypochlorite.

ANALISA DATAAnalisa univariat dilakukan untuk melihatdistribusi data dari masing- masing variableindependen dan dependen. Dilanjutkan analisabivariate untuk melihat perbedaan 2 variabelyaitu variable yang direndam dengan larutansodium hipoklorit 0,5% dan yang direndamdengan larutan sodium hipoklorit 1% denganimbibisi menggunakan uji two way ANOVAReated Measure dengan program SPSS. Derajatkepercayaan 95% dan hasil dikatakanbermakna jika p < 0,05.

Page 31: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97

95

HASIL PENELITIANTabel 5.1 Rata-rata pertambahan berat alginatedirendam dalam 0.5% sodium hypochlorite

3 menit 5 menit 10 menit

Rata-rata 0,825 gr 0,1675gr 0,2575gr

StandarDeviasi

0,00957 0,015 0,02986

Tabel 5.2 Rata-rata pertambahan berat alginatedirendam dalam 1% sodium hypochlorite

3 menit 5 menit 10 menit

Rata-rata 0,800 gr 0,21gr 0,325gr

StandarDeviasi

0,01155 0,0216 0,01732

Tabel 5.3 Rata-rata pertambahan berat alginatedirendam dalam aquadest

3 menit 5 menit 10 menit

Rata-rata 0,1150gr 0,2325gr 0,3275gr

StandarDeviasi

0,02646 0,03775 0,03862

PEMBAHASANHasil cetakan dapat dikatakan baik bila

keakuratannya terjamin dan memilikikestabilan dimensi sampai akan diisi oleh gips.Keakuratan adalah kemampuan untukmereproduksi nilai hasil pengukuran yangsama. Stabilitas dimensi adalah kemampuanuntuk mempertahankan keakuratan selamaselang waktu tertentu. Namun demikian,cetakan alginat dapat mengalami ekspansidengan terjadinya imbibisi, pengerutan atausineresis.12

Penelitian ini bertujuan untuk melihatefek imbibisi bahan cetak alginate yangdirendam dalam desinfektan sodiumhypochlorite 0,5% dan 1% yang berpengaruhterhadap perubahan dimensi hasil cetakanalginate. Untuk melihat efek imbibisi inidilakukan penimbangan sebelum dan sesudahperendaman.

Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan, diketahui bahwa terdapat efekimbibisi pada bahan cetak alginate yangdirendam selama 3 menit, 5 menit, 10menit.Hal ini sesuai dengan penelitian yangdilakukan oleh Sari (2013) teknik perendaman

memiliki nilai lebih tinggi terhadap imbibisibahan cetak hydrocolloid alginate sehinggaberpengaruh terhadap stabilitas dimensi.Perbandingan konsentrasi desinfektan tidakmemiliki perbedaan yang bermakna p>0,05artinya konsentrasi yang berbeda daridesinfektan yang sama, serta aquadest tidakberpengaruh terhadap besarnya imbibisi.

Pada hasil berat die sesudahperendaman pada waktu 3 menit diperolehsignifikan 0.003 (p<0.05), 5 menit diperolehsignifikan 0.007 (p<0.05) dan 10 menitdiperoleh signifikan 0.006 (p<0.05) yangartinya terjadi perubahan berat pada hasilcetakan setelah perendaman hasil cetakandalam larutan desinfektan sodium hypochlorite0,5% selama 3 menit, 5 menit dan 10 menit.Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan hasilpenelitian Mohit (2013) dalam penelitiannyaterhadap bahan cetak alginate yang direndamdalam sodium hypochlorite menyatakanperendaman bahan cetak hydrocolloidirreversible alginate dalam desinfektan sodiumhypochlorite selama 5 menit menunjukansedikitnya perubahan dimensi dibandingkandesinfektan lain dan dengan hasil penelitianRuggereberg dkk (1992) yang menyatakanbahwa terjadi perubahan dimensi pada bahancetak yang direndam dalam larutan sodiumhypochlorite 0,5% selama 10 menit.

Pada hasil berat die sesudahperendaman pada waktu 3 menit diperolehsignifikan 0.005 (p<0.05), 5 menit diperolehsignifikan 0.02 (p<0.05) dan 10 menit diperolehsignifikan 0.000 (p<0.05) yang artinya terjadiperubahan berat pada hasil cetakan setelahperendaman hasil cetakan dalam larutandesinfektan sodium hypochlorite 1% selama 3menit, 5 menit dan 10 menit. Hasil penelitianini tidak jauh berbeda dengan penelitian Panzadkk (2006) dalam penelitiannya terhadapstabilitas dimensi bahan cetak yang direndamdalam larutan desinfektan sodium hypochlorite1% menyatakan terjadinya perubahan stabilitasdimensi.

Pada hasil berat die sesudahperendaman pada waktu 3 menit diperolehsignifikan 0.019 (p<0.05), 5 menit diperolehsignifikan 0.007 (p<0.05) dan 10 menitdiperoleh signifikan 0.003 (p<0.05) yangartinya terjadi perubahan berat pada hasilcetakan setelah perendaman hasil cetakandalam aquadest selama 3 menit, 5 menit dan 10menit. Hal ini mungkin disebabkan karena

Page 32: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97

96

adanya kalsium alginate yang terkandungdalam alginate sehingga alginate dapatberikatan dengan air dan mudah mengembang.1

Berdasarkan Penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa bahan cetak irreversiblehydrocolloid alginate memiliki efek imbibisiyang dapat menyebabkan perubahan stabilitasdimensi sebelum di cor dengan gypsum apabiladirendam dalam desinfektan sodiumhypochlorite 0,5%, 1% dan aquadest sebagaikontrol . Semakin lama waktu perendamanakan mengakibatkan cetakan alginat mengalamiimbibisi sehingga kandungan air yangterkandung didalamnya meningkat yangmenyebabkan cetakan menjadi tidak akuratlagi. Ditambah lagi bahan cetak alginatemengandung banyak air yaitu sekitar 85%sehingga cenderung untuk terjadi distorsi yangdisebabkan oleh ekspansi yang berhubungandengan sifat imbibisi dari cetakan alginate.23

Perubahan bahan cetak alginate terjadisetelah bahan cetak direndamdesinfektan.Disimpulkan bahwa adanyapenyerapan pada bahan cetak alginate sehinggamenyebabkan terjadinya ekspansi, dimana padaalginat terdapat ion-ion seperti Na, SO42-,PO43- sebagai potensial osmotik.20

Hydrocolloid Irreversible merupakanbahan cetak yang dapat berikatan dengan air.Menurut Sushan (2012) dalam jurnal Study forimbibitiom and syneresis menyatakan salahsatu faktor yang menyebabkan imbibisi padabahan cetak hydrocolloid irreversible adanyakalsium alginate yang menyebabkanpembengkakan yang menyebabkan perubahanstabilitas dimensi apabila alginate direndamdalam air dan mengurangi kalsium alginatedapat mengurangi pembengkakan tersebut.21

Saito, dkk (1998) juga mengatakan bahwatekanan osmotik antara gel alginat dan larutanperendaman menyebabkan alginate mengalamiekspansi (mengembang) ketika direndamdengan larutan desinfektan.22

Ketidakstabilan dimensi pada bahancetak juga dapat disebabkan kesalahan yangbersifat random dalam penelitian ini misalnya,gerakan melepas alginate dari cetakan yangtidak tepat ataupun suhu ruangan.

KESIMPULANSetelah dilakukan penelitian dapat di

simpulkan bahwaTerdapat perbedaan yangbermakna (p<0.05) pada imbibisi bahan cetakhydrocolloid irreversible alginate yang

direndam dalam larutan 0.5% sodiumhypochlorite selama 3 menit, 5 menit dan 10menit yang artinya terdapat penyerapan airpada bahan cetak. Terdapat perbedaan yangbermakna (p<0.05) pada imbibisi bahan cetakhydrocolloid irreversible alginate yangdirendam dalam larutan 1 % sodiumhypochlorite selama 3 menit, 5 menit dan 10menit yang artinya terdapat penyerapan air.Tidak terdapat perbedaan yang bermakna(p>0.05) pada imbibisi bahan cetakhydrocolloid irreversible alginate yangdirendam dalam larutan 0.5 % sodiumhypochlorite dan 1% sodium hypochloriteselama 3 menit, 5 menit dan 10 menit.

SARANBerdasarkan hasil penelitian ini, maka

penulis menyampaikan saran bahwa perludilakukan penelitian lebih lanjut untukperendaman bahan cetak hydrocolloidIrreversible Alginate dalam larutan SodiumHypochlorite.

DAFTAR PUSTAKA1. Philips RW. Buku Ajar Ilmu Bahan

Kedokteran Gigi. Edisi 10. Anusavice,Keneth J. Jakarta: EGC, 2003: 94-114

2. Fitriana, Destriana dkk. Pengaruhdesinfeksi dengan berbagai macamlarutan desinfektan pada hasil cetakanalginate terhadap stabilitas dimensional.Universitas Jember. 2013.

3. Ahsan, Mohamad Rafiul dkk. Study onantimicrobial effect of disinfectingsolutions on alginate impression material:Update Dent, J 2013; 3(1) : 18-23

4. Panza, Leonardo Henrique Vadenal dkk.Evaluation of Dimensional Stability ofImpression Materials Immersed indisinfectant solution using a metal tray,2005.

5. Memariam Maryam, Fazzel Reza M,Jamalifar Hossein, Azimnejad.Disinfection efficiency of hydrocolloidimpression using different concentration ofsodium hyochlorite: a pilot study. TheJournal of Contemporary Dental Practice2007;8(4): 1-8

6. Warden, Robert J. Hypochlorite baseddesinfektan for dental impression<http://www.google.com/patents/US5624636>, 1997.

Page 33: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):92-97

97

7. Bustos. J; Herrera. R; Gonzales. U;Martinez. A & catalan. A. Effect ofInmersion Desinfection with 0.5% SodiumHypochlorite and 2% Glutaraldehyde onAlginate and Silicone: Microbiology andSEM Study. Int. J.Odontostomat.,4(2):169-177, 2010.

8. Jeddy. Pengaruh empat macam perlakuanpada bahan cetak alginat terhadapperubahan dimensi, dentika Dental Journal2001; 6(1): 1-5

9. Mitchell DA, Mitchell L. Oxfordhandbook of clinical dentistry (e-book).New York: Oxford; 2005. p. 686.

10. Basker RM. Perawatan prostodontik bagipasien tak bergigi edisi ke-3. Alih bahasa:Soebekti TS, Arsil H. Jakarta: EGC; 1994,h. 70-1; 131-2.

11. Joseph WO, editor. Dental materials andtheir selection 3rd ed. Chicago:Quintessence Publishing Co, Inc.; 2002. p.90, 96.

12. Imbery TA, Nehring J, Janus C, Moon PC.Accuracy an Dimensional Stability ofExtended-pour and Conventional AlginateImpression Material. J Am Dent Assoc,2010; 141: 32-9.

13. M Powers, Jhon & C Wataha Jhon. Dentalmaterial: Properties and Manipulation.

14. Nichols PV. An Investigation of theDimensional Stability of Dental Alginates.Dissertation. Australia : University ofSydney, 2006 : 23-5.

15. Powers JM, Sakaguchi RL. Craig’sRestorative Dental Materials. 12th ed. St.Louis: Mosby Elsevier, 2006: 272-9.

16. http://enwikipedia.org/wiki/Sodium_hypochlorite

17. Centre For Disease and Control andPreventing. Guidline for Disinfection andSterilization Healrcare Facilities. 2008.http://www.cdc.gov/hicpac/disinfection_sterilization/6_0disinfection.html

18. https://encrypted-tbn1.gstatic.com/image19. Porta Sheila R.S, Gomes Vanderlei. L,

Pavanin Luis.A, Souza Carla C.B.Analysis of three disinfectants afterimmersion of irreversible hydrocolloid andZOE paste impressions;Braz J Oral Sci.July-September 2006 - Vol. 5 - Number 18

20. Muzaffar D, Ahsan SH, Afaq A.Dimensional Changes in AlginateImpression During Immersion in a

Disinfectant Solution. J PakMedAssoc2011; 61: 756-59.

21. Garg Sushan, dkk. A Study on Imbibitionand Syneresis in Four CommerciallyAvailable Irreversible Hydrocolloid(Alginate) Impression Material. Jp-Journal-10019-1037

22. Saito S, Ichimaru T, Araki Y. FactorsAffecting Dimensional Instability ofAlginate Impression duri ng Immersion inthe Fixing and Disinfectant Solutions. JDent Material 1998; 4: 294-300

23. Walker MP, Burckhard J, Mitts DA,Williams KB. Dimensional change overtime of extended-storage alginateimpression material.

Page 34: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

98

TINGKAT PENGETAHUAN DOKTER GIGI MUDA TERHADAPPENANGANAN TRAUMA DENTOALVEOLAR DI RUMAH SAKIT GIGI

MULUT UNIVERSITAS SYIAH KUALA

KNOWLEDGE LEVEL AGAINTS DENTAL STUDENTS HANDLINGDENTOALVEOLAR TRAUMA AT RSGM SYIAH KUALA UNIVERSITY

Teuku Ahmad Arbi, Cut Fera Novita, Mulya

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

AbstrakPenanganan trauma dentoalveolar merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorangdokter gigi. Dibutuhkan pengetahuan dokter gigi yang memadai agar dapat menghasilkan perawatanyang efektif dan menghindari konsekuensi yang serius dalam penanganan kasus trauma dentoalveolar,Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa mayoritas dokter gigi memiliki tingkat pengetahuanpenanganan trauma dentoalveolar yang tidak memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuitingkat pengetahuan dokter gigi muda terhadap penanganan trauma dentoalveolar di Rumah SakitGigi Mulut Univesitas Syiah Kuala. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desaincross sectional. Cara pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner dengan jumlah subjeksebanyak 256 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dokter gigi mudaterhadap penanganan trauma dentoalveolar mayoritas adalah sedang berjumlah 196 orang (sebesar76,56%) dan tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 58 orang (sebesar 22,66%), serta pengetahuanrendah hanya berjumlah 2 orang (sebesar 0,78%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwatingkat pengetahuan dokter gigi muda terhadap penanganan trauma dentoalveolar di RSGM Unsyiahdikategorikan sedang dengan jumlah 196 orang (sebesar 76,56%).Kata kunci: Trauma dentoalveolar, tingkat pengetahuan

AbstractHandling dentoalveolar trauma is a competence that must be owned by a dentist. In dealing withdentoalveolar trauma cases, adequate knowledge of the dentist is needed in order to produce aneffective treatment and avoid the serious consequences that can occur in treatment. Previous studystates that the majority of dentists have the knowledge level handling dentoalveolar trauma inadequateto do treatment. The purpose of this study was to determine the knowledge level dental students fortreatment dentoalveolar trauma at RSGM Syiah Kuala University. This study is descriptive reasearchusing cross sectional study design with a number of subjects as much as 256 people. The datacollected through questionnaires. The results showed that the knowledge level of dental students todentoalveolar trauma treatment at RSGM Syiah Kuala University majority moderate the number of196 people (76.56%) and the high knowledge level numbering 58 people (22.66%), and low onlyaccount for 2 persons (0 , 78%). From the results of this study concluded that the knowledge level ofdental students to dentoalveolar trauma treatment at RSGM Syiah Kuala University moderatecategorized by the number of 196 people (76.56%).Keywords: Trauma dentoalveolar, knowledge level

Page 35: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

99

PENDAHULUANTrauma dentoalveolar adalah

trauma yang melibatkan tiga komponenjaringan yaitu jaringan periodontal, gigi, dantulang alveolar yang dapat terjadi secaraterpisah atau bersamaan. Traumadentoalveolar dapat mengakibatkan terjadinyadisplacement (luksasi), avulsi, fraktur gigi,serta trauma tulang alveolar maksila,mandibula dan jaringan lunak disekitar lokasitrauma.1,2 Kasus trauma dentoalveolarmenjadi salah satu masalah yang serius dalamkedokteran gigi yang bahkan prevalensiinsidensinya mencapai 647 pasien antaratahun 2003-2005 di pusat penanganan traumadentoalveolar Pontifical Catholic University,Parana, Brazil.3

Trauma dentoalveolar dapat terjadipada berbagai kelompok usia, mulai darianak-anak, remaja, hingga dewasa. Pada masakanak-kanak, penyebab utamanya biasanyaadalah jatuh, terutama pada usia 2-4 dan 8-10tahun.4,5 Kasus Trauma dentoalveolar dapatdisebabkan oleh berbagai faktor yangbervariasi di setiap daerah. Penyebab umumtrauma adalah karena terjatuh saat bermain,kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga,perkelahian dan kecelakaan industri, selain itujuga terdapat faktor pendukung traumadentoalveolar seperti maloklusi. 2,3,6

Hasil Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas, 2007) menunjukkan bahwaprevalensi jumlah korban trauma mengalamikenaikan yang cukup signifikan dari tahun2004 (56.818 kasus) ke tahun 2005 (72.281kasus), rata-rata pasien trauma akibatkecelakaan sepeda motor yang masuk keInstalasi Gawat Darurat (IGD) di rumah sakitdi Indonesia sekitar 80–85 orang tiap bulan.Trauma akibat kecelakaan sepeda motorberkontribusi 70% dari Road TrafficAccidents (RTA).7 Meningkatnya prevalensitrauma menjadi ancaman terhadapmeningkatnya trauma dentoalveolar yanglebih signifikan sehingga dibutuhkan tenagamedis dengan pengetahuan yang memadai danberkompeten agar terciptanya penanganantrauma dentoalveolar yang efektif untukmeminimalisir konsekuensi yang serius padahasil perawatan.1,8

Maloklusi dapat menjadi faktorpendukung terjadinya trauma dentoalveolar.Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan

terjadinya trauma adalah gigi anterior yangprotrusif pada maloklusi kelas I tipe II ataukelas II divisi I. Insidensi pada anak dengankondisi tersebut dua kali lebih besardibandingkan anak dengan kondisi oklusinormal. Anak dengan overjet berlebih jugadapat memiliki faktor risiko lebih tinggiterjadi trauma dibandingkan dengan anakdengan overjet normal.9

Dari hasil penelitian Glendor (2009),laporan tahun 1999-2009 telah dipublikasikandengan hasil yang mengecewakan sepertikurangnya pengetahuan dokter gigi terhadappenanganan Traumatic Dental Injury (TDI).8

Penelitian Thai dan Parashos (2008) diAustralia, menyatakan bahwa dari hasil surveitingkat pengetahuan keseluruhan dokter gigidikategorikan rendah, dan mereka memilikipengalaman mengobati anak-anak dengantrauma gigi permanen dan sulung yang sangatrendah.10

Kasus trauma dentoalveolarmerupakan suatu standar kompetensi yangharus dimiliki oleh seorang dokter gigi. Sudahseharusnya seorang dokter gigi memilikipengetahuan yang mencukupi dalampenanganan trauma dentoalveolar.2,10,11 Doktergigi muda di Rumah Sakit Gigi Mulut(RSGM) Universitas Syiah Kuala telahmendapatkan pengetahuan mengenaipenanganan trauma dentoalveolar selamapendidikan pra-klinik sehingga diharapkanmampu menerapkannya di masa kepaniteraanklinik dengan efektif. Berdasarkan kondisidan paparan di atas membuat penulis merasaperlu untuk melakukan penelitian mengenaitingkat pengetahuan dokter gigi mudaterhadap penanganan trauma dentoalveolar diRumah Sakit Gigi Mulut Universitas SyiahKuala.

Tujuan penelitian ini adalah untukmendapatkan gambaran tingkat pengetahuandokter gigi muda terhadap penanganan traumadentoalveolar di Rumah Sakit Gigi MulutUniversitas Syiah Kuala agar dapat dijadikansebagai pertimbangan dan acuan dalammembuat kebijakan untuk peningkatankompetensi dokter gigi muda dalammenangani pasien darurat khususnyaterhadap pasien dengan traumadentoalveolar.

Page 36: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

100

BAHAN DAN METODEPenelitian ini merupakan penelitian

deskriptif dengan desain penelitian crosssectional. Jumlah populasi yang diambil padapenelitian ini adalah semua dokter gigi mudadi Rumah Sakit Gigi Mulut (RSGM)Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Peneliti akan mengumpulkan subjekpenelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi.Kemudian peneliti terlebih dahulumenjelaskan kepada subjek tentang penelitianyang akan dilakukan. Selanjutnya penelitimeminta kesediaan subjek untuk diteliti.Pengujian kuisioner dilakukan pada 20mahasiswa pre-klinik Fakultas KedokteranGigi Unsyiah yang telah mendapatkan materipembelajaran tentang trauma dentoalveolar.Kemudian setelah subjek menyetujui, penelitimemberikan kuisioner yang telah dirancangoleh peneliti untuk diisi dalam jangka waktulebih kurang 20 menit. Setelah selesai penelitimengumpulkan kuisioner untuk dilakukanproses analisis data. Uji validitas dan ujireliabilitas digunakan untuk mengetahuisejauh mana tingkat kesahihan dan kehandalanalat ukur.

HASILTabel 1. Distribusi frekuensi data demografi subjekpenelitian berdasarkan jenis kelamin.Jenis Kelamin Jumlah (%)

Laki-laki 58 (22,66%)Perempuan 198 (77,34%)

Total (%) 256 (100%)

Tabel 2 Menunjukkan bahwamayoritas subjek penelitian telah menjalanimasa kepaniteraan selama 1-2 tahun yangberjumlah 80 orang (31,3%) serta yang telahmenjalani masa kepaniteraan < 1 tahunberjumlah 73 orang (28,5%), masakepaniteraan 2-3 tahun berjumlah 60 orang(23,4%) dan masa kepaniteraan > 3 tahunberjumlah 43 orang (16,8%).

Tabel 2. Distribusi frekuensi data demografi subjekpenelitian berdasarkan lama kepaniteraan.

Lama Jumlah (%)Kepaniteraan

< 1 Tahun 73 (28,5%)1-2 Tahun 80 (31,3%)2-3 Tahun 60 (23,4%)> 3 Tahun 43 (16,8%)

Total(%) 256 (100%)

Tabel 2 Menunjukkan bahwamayoritas subjek penelitian telah menjalanimasa kepaniteraan selama 1-2 tahun yangberjumlah 80 orang (31,3%) serta yang telahmenjalani masa kepaniteraan < 1 tahunberjumlah 73 orang (28,5%), masakepaniteraan 2-3 tahun berjumlah 60 orang(23,4%) dan masa kepaniteraan > 3 tahunberjumlah 43 orang (16,8%).

Penelitian ini menunjukkan bahwamayoritas subjek memiliki pengetahuantentang penanganan trauma dentoalveolardalam kategori sedang berkaitan denganpendidikan yang didapat oleh dokter gigi(tabel 3 dan 4).

Tabel 3. Tingkat pengetahuan dokter gigi mudaterhadap penanganan trauma dentoalveolar diRSGM Unsyiah.

Tingkat Pengetahuan Jumlah (%)

Tinggi 58 (22,66%)Sedang 196 (76,56%)Rendah 2 (0,78%)

Total (%) 256 (100%)

Tabel 3 Menunjukkan bahwapengetahuan dokter gigi muda terhadappenanganan trauma dentoalveolar di RSGMUnsyiah mayoritas sedang dengan jumlah 196orang (76,56%) dan yang berpengetahuantinggi berjumlah 58 orang (22,66%), sertayang rendah hanya berjumlah 2 orang (0,78%).

Page 37: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

101

Tabel 4. Tingkat pengetahuan dokter gigi mudaterhadap penanganan trauma dentoalveolar pada

masing-masing bagian

Tabel 5. Tingkat pengetahuan dokter gigi mudaterhadap penanganan trauma dentoalveolarditinjau dari lama kepaniteraan.LamaKepani-teraan

Rendah(%)

Sedang(%)

Tinggi(%)

Total(%)

< 1 Tahun 0 (0%) 50 (68,5%) 23 (31,5%) 73 (100%)

1-2 Tahun 2(2,5%) 67 (83,8%) 11 (13,8%) 80 (100%)

2-3 Tahun 0(0%) 46 (76,7%) 14 (23,3%) 60 (100%)

> 3 Tahun 0(0%) 33 (76,7%) 10 (23,3%) 43 (100%)

Total (%) 22 (0,8%) 196 (76,6%) 558 (22,7%) 256(100%)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Prosedur Diagnosis Penanganan Fraktur Gigi Penanganan Trauma

periodontal

Penanganan Fraktur

Alveolar

Tinggi

Sedang

Rendah

Gambar 1. Diagram batang tingkat pengetahuanberdasarkan bagian

0

20

40

60

80

100

<1Tahun

2-3Tahun

Rendah

Sedang

Tinggi

Gambar 2. Diagram batang tingkat pengetahuandokter gigi muda terhadap penanganan traumadentoalveolar berdasarkan lama kepanitraan

PEMBAHASANTrauma dentoalveolar termasuk

kedalam salah satu masalah kesehatan yangsangat memprihatinkan, dikarenakan traumadentoalveolar dapat menyebabkan kerusakanyang signifikan pada jaringan keras gigi,periodontal dan tulang alveolar yang dapatmengganggu sistem stomatognatik, namuntidak hanya terjadi gangguan fisik saja, traumadentoalveolar juga merusak estetik yang dapatmenyebabkan masalah psikologis padapasien.1,12,13

Dalam menangani kasus traumadentoalveolar, pengetahuan dokter gigi yangmemadai sangat dibutuhkan untuk dapatmenghasilkan perawatan yang efektif danmenghindari konsekuensi yang serius yangdapat terjadi dalam perawatan.13,14 Tingkatpengetahuan terhadap penanganan traumadentoalveolar sangat mempengaruhikeberhasilan suatu perawatan, sehinggaevaluasi pengetahuan dokter gigi terhadappenanganan trauma dentoalveolar sangatdiperlukan, yang dapat dijadikan salah satulangkah dasar untuk mempertimbangkanpengembangan sistem pendidikan yangtepat.14,15

Tabel 3 Menunjukkan bahwamayoritas dari dokter gigi muda di RSGMUnsyiah memiliki pengetahun terhadappenanganan trauma dentoalveolar dalamkategori sedang yaitu (76,56%). Hasil inisesuai dengan penelitian sebelumnya olehKostopoulou dan Duggal (2005) menyatakanbahwa pengetahuan keseluruhan dokter gigidalam pengobatan darurat terhadap traumadentoalveolar tidak memadai. Hasil penelitianini dikonfirmasi oleh Hamilton dkk, bahwadokter gigi di sektor perawatan primer

TingkatPengetahuan

Tinggi(%)

Sedang(%)

Rendah(%)

Prosedurdiagnosis

212(82,81%)

43(16,80%) 1 (0,39%)

Penagananfraktur gigi

60(23,44%)

101(39,45%)95 (37,11%)

Penanganantraumaperiodontal

75(29,30%)

133(51,95%)

48(18,75%)

Penangananfraktur aveolar

135(52,73%)

93(36,33%)28 (10,94%)

Page 38: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

102

memiliki pengetahuan yang tidak cukup untukmenangani trauma gigi, dan sebagian besardokter gigi memiliki pengalaman yangminimal dalam menangani trauma gigi.10

Hasil penelitian ini yang menunjukkanbahwa mayoritas subjek memiliki pengetahuantentang penanganan trauma dentoalveolardalam kategori sedang berkaitan denganpendidikan yang didapat oleh dokter gigi. Thaidan Parashos (2007), menyatakan bahwakurangnya pendidikan lanjutan tentangpenanganan trauma gigi setelah masa sarjanamenyebabkan kurangnya pengetahuan dankemampuan dokter gigi.16

Tabel 4 dan Gambar 1 Menunjukkanbahwa dokter gigi muda mayoritas memilikipengetahuan yang rendah terhadappenanganan fraktur gigi dibandingkan denganketiga bagian penanganan traumadentoalveolar lainnya, hingga frekuensi doktergigi muda yang dikategorikan rendah padapenanganan fraktur gigi mencapai (37,11%)dan frekuensi kategori tinggi hanya (23,44%)yang merupakan nilai terendah dari tiga bagianlainnya. Hasil ini sesuai dengan penelitiansebelumnya oleh Glendor (2009), menyatakanbahwa beberapa laporan antara tahun 1999-2009 telah dipublikasikan dengan hasil yangmengecewakan bahwa pengetahuan doktergigi terhadap penanganan Traumatic DentalInjury (TDI) masih dikategorikan rendah.11

Talluri (2014) juga memaparkan hasilpenelitian yang sama bahwa tenaga medisyang menjadi subjek pada penelitiannyamemiliki pengetahuan terhadap penanganantrauma gigi yang tidak memadai untukmelakukan perawatan.17

Hasil ini berbanding terbalik denganpenelitian Red (2014) menyatakan bahwadokter gigi yang menjadi subjek padapenelitiannya memiliki tingkat pengetahuanyang tinggi terhadap penanganan traumagigi.18 Hal ini kemungkinan disebabkan olehperolehan pendidikan yang cukup terhadappenanganan trauma baik secara teori maupunpengalaman penanganan langsung pada pasienyang dapat meningkatkan pengetahuan.

Tabel 5 dan Gambar 2 Menunjukkanbahwa tingkat pengetahuan dokter gigi mudaterhadap penanganan trauma dentoalveolardengan kategori tinggi mayoritas terdapat padadokter gigi muda dengan masa kepaniteraankurang dari 1 tahun yakni 23 orang (31,5%)

dengan kondisi dokter gigi muda yang masakepaniteraannya semakin lama memilikipengetahuan yang semakin rendah yakni padadokter gigi muda dengan masa kepaniteraanlebih dari 3 tahun hanya terdapat 10 orang(23,3%) dengan kategori tinggi. Hasil inisesuai dengan penelitian Nuvvula (2011),menyatakan bahwa dokter gigi dengan masakerja lebih lama yakni diatas 10 tahunmemiliki tingkat pengetahuan tentangpenanganan trauma dentoalveolar yang lebihrendah dibandingkan dengan dokter gigi yangmasa kerjanya 1-5 tahun.19

Hal ini dapat berkaitan dengankurangnya pengalaman dan informasi doktergigi muda dalam menangani traumadentoalveolar, serta disebabkan oleh tidakadanya pembelajaran lebih lanjut tentangtrauma dentoalveolar pada dokter gigi mudasetelah masa sarjana. Thai dan Parashos(2007), menyatakan bahwa kurangnya paparandokter gigi terhadap penanganan trauma gigidan tidak ada pembelajaran lebih lanjut olehdokter gigi menyebabkan ilmu pengetahuantentang penanganan gigi yang telah diperolehsemakin berkurang dari waktu ke waktu.16

Pernyataan tersebut sesuai dengan Nuvvula(2011), yang menyatakan bahwa untukmendapatkan pengetahuan yang baikdibutuhan pembelajaran yang terus berlanjutserta meningkat frekuensi dalam menanganikasus trauma gigi secara langsung.19

Menurut peneliti penurunan tingkatpengetahuan pada dokter gigi muda di RSGMUnsyiah dapat berhubungan dengan perolehaninformasi terhadap penanganan traumadentoalveolar selama masa kepaniteraannya.Kurangnya perolehan informasi terhadappenanganan trauma dentoalveolar baik secarateori maupun pengalaman dalam melakukanpenanganan trauma dentoalveolar dapatmenyebabkan kurangnya pengetahuan untukmenguasainya.20 Hal ini sesuai dengan kondisidokter gigi muda di RSGM Unsyiah bahwamereka tidak melakukan semua tindakanperawatan terhadap trauma dentoalveolar danpembelajaran yang didapat hanya sebatas padamasa pre-klinik saja, namun hal ini dibutuhkanpenelitian lebih lanjut untuk mengetahuifaktor-faktor yang mempengaruhi kurangnyapengetahuan dokter gigi muda terhadapperawatan khususnya terhadap penanganantrauma dentoalveolar.

Page 39: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

103

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa mayoritas dokter gigimuda di RSGM Unsyiah memiliki tingkatpengetahuan terhadap penanganan traumadentoalveolar dalam kategori sedang yakni196 orang (76,56%). Dokter gigi muda diRSGM Unsyiah yang memiliki tingkatpengetahuan terhadap penanganan traumadentoalveolar dalam kategori tinggi berjumlah58 orang (22,66%) dan dalam kategori rendahberjumlah 2 orang (0,78%).

Penelitian selanjutnya diperlukan agardapat melakukan penelitian yang lebih spesifikterhadap faktor-faktor yang mempengaruhipengetahuan dokter gigi muda di RSGMUnsyiah khususnya tentang penanganantrauma dentoalveolar.

DAFTAR PUSTAKA1. Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker

MR. Contemporary Oral AndMaxillofacial Surgery:Soft Tissue andDento alveolar Injuries:Capture 23.4th ed.Mosby. 1998: 504-26

2. Mushtaq M, Baz Khan D. Age,Gender Distribution And Etiology OfDentoalveolar Fractures. PakistanOral & Dental Journal 2010;30;(2):303-5

3. Fernando L, Helena M, Dietzel VP,Everdan, Ulisses X, et al. Evaluationof care of dentoalveolar trauma. JAppl Oral Sci 2010;18(4):343-5

4. Turkistani J, Hanno A. Recent trendsin the management of dentoalveolartraumatic injuries to primary andyoung permanent teeth. DentalTraumatology 2011; 27: 46–54

5. Moara DR, Andiara DR, MussolinoA, Paulo NF. Management of aComplex DentoalveolarTrauma: ACase Report. Braz Dent J 2009;20(3):259-62

6. Jeni LI HO. Overview ofDentoalveolar Fractures. Hong KongMedical Diary 2013;18(11):20-4

7. Riyadina W. Pengembangan ModelDatabase Registrasi Trauma SebagaiPenunjang Sistem Surveilans Cedera.Pusat Penelitian Dan Pengembangan

Biomedis Dan Farmasi BadanPenelitian Dan PengembanganKesehatan Departemen Kesehatan Rl.2010. Hal.12 (Laporan Akhir)

8. Glendor U. Has the education ofprofessional caregivers and laypeople in dental trauma care failed?.Dental Traumatology 2009;25:12–8

9. Miloro M. Peterson's Principles Of

Oral And Maxillofacial Surgery. 2nd

ed. BC Decker Inc. Hamilton –London. 2004.p.384

10. Thai Y and Parashos P. Dentists’management of dental injuries anddental trauma in Australia: a review.Dental Traumatology 2008;24:268–71

11. Standar Kompetensi Dokter Gigi,Jakarta : Konsil KedokteranIndonesia. 2006

12. Alencar AHG, Bruno KF, FreireMCM, Moraes MR, Queroz LB.Knowledge And Attitudes Of PhysicalEducation Undergraduates RegardingDental Trauma. Dental Press Endod2012;2(1):74-9

13. Abidi SYA, Mumtaz A, Ahmed M,Qazi FU, Ghazali NZ. KnowledgeAbout The Management Of AvulsedTooth Among Karachi SchoolTeachers. Pakistan Oral and DentalJournal 2010;30(2):515-20

14. Antunes LAA, Pretti RT, Lima LF,Salgado VE, Almeida MH, AntunesLS. Traumatic Dental Injury inPrimary Teeth: Knowledge andManagement in Brazilian PreschoolTeachers. J. Dent. Oral Hyg2015;7(2);9-15

15. Pujita C, Nuvvula S, Shilpa G,Nirmala SVSG, Yamini V.Informative Promotional Outcome OnSchool Teachers’ Knowledge AboutEmergency Management Of DentalTrauma. Journal of ConservativeDentistry 2013;16(1);21-7

16. Talluri D, Bommireddy VS, Rao V,Ravoori S. Management Of DentalInjuries By South Indian MedicalProfessionals - A Hospital BasedQuestionnaire Design Study. IJADS2014; 1(1): 18-21

17. Red D, Augusti D, Paglia G, Augusti G,Cotti E. Treatment Of Traumatic Dental

Page 40: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):98-104

104

Injuries: Evaluation Of KnowledgeAmong Italian Dentists. European Journalof Paediatric Dentistry 2014;15(1);23-8

18. Yeng T, Parashos P. An Investigation IntoDentists’ Perceptions Of Barriers ToProviding Care Of Dental Trauma ToPermanent Maxillary Incisors InChildren In Victoria, Australia. ADJ2007;52(3);210-15

19. Nuvvula S, Dedeepya P, RekhalakshmiK. Knowledge Regarding EmergencyManagement Of Avulsed Teeth: A SurveyOf General Dentists In Nellore, AndhraPradesh. Journal of The IndianAssociation of Public Health Dentistry2011;17(2);560-3

20. Notoatmodjo S. Promosi kesehatandan ilmu perilaku. Jakarta: PT RinekaCipta. 2007; p. 143-7

Page 41: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110

105

STUDI DIAMETER TUBULUS DENTIN SETELAH PEMAPARANFLUORIDE 1500 ppm (GAMBARAN ATOMIC FORCE

MICROSCOPY)

THE STUDY OF TUBULAR DIAMETER OF DENTINE AFTERUSING FLOURIDE 1500 PPM (ATOMIC FORCE MICROSCOPY)

Abdillah Imron Nasution, Mursal, Iqbal Saputra

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAKFluoride sering terdapat di dalam pasta gigi dengan kadar 1500 ppm. Jika fluoride terpapar dengandentin, fluoride dapat mengubah struktur dan ukuran kristal Hidroksiapatit yang merupakanpembentuk dentin. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemaparan fluoride 1500 ppmterhadap diameter tubulus dentin. Penelitian ini menggunakan Atomic Force Microscopy dan ukurandiameter tubulus dentin dianalisis dengan software gwyddion v.2.30. Enam gigi premolar digunakansebagai spesimen dan dipotong pada area mahkota dekat CEJ kemudian dihaluskan. Spesimendikelompokkan ke dalam enam kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok yang dipaparkanlarutan fluoride 1500 ppm dengan durasi 1 menit, 3 menit, 5 menit, 8 menit dan 10 menit. Pemaparandengan fluoride dilakukan selama 7 hari. Sebanyak 5 tubulus dentin dari masing-masing spesimendihitung ukuran diameternya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa diameter tubulus dentin padakelompok kontrol memiliki ukuran rerata yang paling besar yaitu 4,41 µm. Sedangkan ukuran reratadiameter tubulus dentin pada kelompok perlakuan yaitu 2,63-3,53 µm. Hasil uji analisi statistik one-way ANOVA dan uji Tukey menunjukkan semua kelompok perlakuan memiliki perbedaan yangsignifikan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemaparan larutan fluoride1500 ppm dapat mengurangi diameter tubulus dentin secara signifikan walaupun belum mampumenutupi tubulus dentin yang terbuka dengan sempurna.Kata kunci: fluoride, diameter tubulus dentin,Atomic Force Microscopy.

ABSTRACTA concentration of 1500 ppm fluoride is often contained in toothpaste . If fluoride exposed to dentin,it can change the structure and size of hydroxyapatite crystals which is dentinal forming structure.This study aimed to analyze the effect of 1500 ppm fluoride exposure on dentinal tubules size. Thisstudy used Atomic Force Microscopy and the diameter size of dentinal tubules was analyzed bysoftware gwyddion v.2.30. The total of six premolars were prepared as specimens and was cut in onthe crown area near CEJ and afterwards was polished. Specimens were divided into six groups asfollows; control group and experimental group which was exposed to 1500 ppm fluoride solution aslong as 1 minute, 3 minutes, 5 minutes, 8 minutes and 10 minutes. Fluoride exposure was conductedfor 7 days. The diameter size of five dentinal tubules of each specimen was counted. The result of thisstudy showed that diameter size of dentinal tubules in control group had the highest mean value of4.41 µm. While the mean size of diameter of dentinal tubules in experimental group was 2.63 μm to3.53 μm. The statistical result of one-way ANOVA and Tukey test showed that all the control groupshad significant difference with the control group (p<0.05). It was concluded that exposure to 1500ppm fluoride solution could significantly reduce the diameter size of dentinal tubules, although it wasincapable to throughly cover the exposed dentin.Keyword: fluoride, dentinal tubules diameter, Atomic Force Microscopy

Page 42: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110

106

PENDAHULUANEmail, dentin, dan sementum

merupakan jaringan keras gigi yang tersusundari struktur mineral berupa kristalhidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Mineralhidroksiapatit dapat mengalami demineralisasidan larut jika terpapar dengan asam yangmenyebabkan kerusakan jaringan gigi sepertikaries atau erosi.1 Selain itu, struktur mineralini dapat tersubstitusi oleh ion fluoridemembentuk fluoroapatit (Ca10(PO4)6F) yangmembuat jaringan keras gigi seperti email dandentin lebih tahan terhadap asam, sehinggafluoride sering digunakan untuk mencegahkaries gigi.2,3,4

Selain untuk mencegah karies, fluoridejuga dapat digunakan sebagai salah satu bahandalam perawatan hipersensitivitas dentin.5,6,7

Hipersensitivitas dentin berkaitan eratdengan peningkatan permeabilitas tubulusdentin yang terbuka pada area permukaan gigi.8 Tubulus dentin dapat terbuka jika lapisanpelindung dentin berupa email dan sementumhilang karena karies, erosi, abrasi ataupunatrisi. Permeabilitas tubulus dentin yang tinggidapat menyebabkan cairan di dalam tubulusdentin bergerak karena respon dari suhu,sentuhan, ataupun perubahan tekanansehingga menganggu reseptor saraf didalamnya dan menimbulkan sensasi nyeri.9

Fluoride yang digunakan pada perawatanhipersensitivitas gigi dapat berpenetrasi kedalam tubulus dentin dan mengubah ukurandiameter tubulus dentin. Senyawa fluoridetersebut akan mengunci tubulus dentin yangterpapar dengan lingkungan rongga mulut danmenahan stimulus yang memicuhipersensitivitas dentin.10,11,12,13

Fluoride merupakan suatu ion yangberasal dari unsur fluor. Unsur fluor tidakterdapat dalam bentuk zat tunggal, tetapibergabung dengan unsur lain membentuksuatu senyawa fluor. Fluoride secara alamimerupakan mineral yang terdapat di dalambatuan dan air dalam jumlah yang kecil.14

Fluoride juga ditemukan dalam tubuh manusiadan biasanya bergabung dengan jaringan yangterkalsifikasi, misalnya pada tulang dan gigi.Dalam bidang kedokteran gigi, fluoride seringdigunakan sebagai salah satu bahan campurandalam produk pasta gigi dan obat kumur. 15,16

Kandungan fluoride dalam produk pastagigi untuk orang dewasa memiliki variasi, diAmerika Serikat biasanya berkisar antara

1000-1100 ppm, dan beberapa produk diEropa kandungannya mencapai 1500 ppm.15

Kandungan fluoride di Indonesia dan beberapanegara kawasan Asia Tenggara mencapai 1500ppm.17

Sediaan fluoride 1500 ppm bisadidapatkan dari senyawa natrium fluoride(NaF) yang merupakan sediaan fluoride yangsering digunakan pada beberapa produk pastagigi, sedangkan senyawa lain yang diizinkanoleh Food and Drug Association (FDA)sebagai sumber fluoride dalam produk pastagigi atau obat kumur adalah timah fluoride(SnF), atau sodium monofluorofosfat(Na2PO3F).3,18

BAHAN DAN METODE PENELITIANAdapun alat dan bahan yang digunakan

adalah Carborundum disc, Bur diamondfissure dan bur silindris, Mikromotor, Sondehalf moon, pemoles aluminium oxide, Gelasukur, timbangan analitik, Stopwatch, Wadahuntuk meletakkan specimen, inkubator(Heraeus), Atomic Force Microscopy(Nanosurf), Software Gwyddion version 2.30,Gigi, Asam sitrat 6%, aquades.

Penelitian ini merupakan penelitianeksperimental dengan desain post testonlycontrol group Penelitian dilakukan diLaboratorium Program Studi Kedokteran GigiFakultas Kedokteran, Laboratorium DasarTeknik Kimia Fakultas Teknik UniversitasSyiah Kuala, dan Laboratorium FisikaMaterial Fakultas MIPA Universitas SyiahKuala. Waktu penelitian dilaksanakan padaJanuari 2013.

Dengan menggunakan alat mikromotordan carborundum disc, gigi premolar yangtelah dipersiapkan dipotong lurus dari arahmesial ke arah distal pada mahkota gigi didekat garis Cementoenamel Junction (CEJ).

Setelah permukaan mahkota yangdipotong tersebut rata, spesimen gigi tersebutdihaluskan kembali dengan menggunakanpemoles aluminium oxide selama 20-30 detik.6

Setelah penghalusan, spesimen dibilas denganaquades. Setelah dipreparasi, spesimendirendam dengan larutan asam sitrat (C6H8O7)6% selama 1 menit.

Dentin gigi yang telah dipersiapkandikelompokkan ke dalam 6 kelompok.Kelompok pertama direndam dalam aquadestanpa dipaparkan dengan natrium fluoride(kelompok kontrol). Sedangkan sisanya

Page 43: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110

107

direndam dalam larutan NaF masing-masingselama 1 menit, 3 menit, 5 menit, 8 menit dan10 menit. Larutan natrium fluoride yang telahdipersiapkan di tempatkan dalam vial plastiksebanyak 10 ml untuk setiap spesimen dandiganti setiap kali perendaman. Setelahdipaparkan dengan larutan Fluoride, setiapspesimen ditempatkan dalam wadah berisiaquades dan disimpan dalam inkubator padasuhu 37±1oC. Perlakuan terhadap spesimentersebut diulangi selama 7 hari.

Area yang diperiksa adalah bagianpermukaan dentin dengan luas permukaanyang discan dengan AFM yaitu 20x20 µmsehingga akan memberikan gambaran yanglebih jelas terhadap keadaan tubulus dentin,dan dapat dilakukan pengamatan terhadapdiameternya.

Untuk mendapatkan panjang setiap garisdiameter yang akurat, pembuatan garis danperhitungan panjang garisnya menggunakantool measure distance and direction betweenpoints pada software analisis gambar AFMGwyddion version 2.30.

HASILHasil pengukuran diameter tubulus

dentin pada spesimen kontrol yang tidakdipaparkan larutan natrium fluoride 1500 ppmmemiliki nilai rerata yang paling tinggi yaitusebesar 4,41 µm. Nilai ini berbeda denganrerata kelompok perlakuan yaitu antara 2,63µm - 3,53 µm seperti yang terdapat padaTabel 1. Nilai rerata diameter tubulus dentincenderung mengalami penurunan sejalandengan kenaikan durasi perendaman.

Tabel 1 Ukuran rerata diameter tubulus dentin Diameter tubulusdentin (± SD)

Control 1 menit 3 menit 5 menit 8 menit 10 menit

4,41 (±0,22)

3,53 (±0,36)

3,26 (±0,38)

2,93 (±0,67)

2,69 (±0,52)

2,63 (±0,35)

Hasil uji normalitas data denganmenggunakan uji Shapiro Wilk menunjukkandata normal (P>0,05) pada semua kelompokspesimen. Uji homogenitas data jugamenunjukkan bahwa data homogen (P>0,05).Nilai P>0,05 telah memenuhi syarat untukdilakukan analisi ANOVA one way yangbertujuan untuk melihat apakah adaperbedaan yang signifikan antar kelompokspesimen. Hasil analisis ANOVAmenunjukkan paling tidak terdapat dua

kelompok yang berbeda secara signifikan(P<0,05). Dengan demikian pemaparanlarutan NaF 1500 ppm dapat mempengaruhiukuran diameter tubulus dentin.

Analisis post hoc denganmenggunakan uji Tukey dilakukan untukmelihat kelompok mana yang menunjukkanperbedaan yang bermakna. Hasil uji Tukey inidapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perbandingan nilai kemaknaan antarkelompok perlakuan

Kelompok pembanding P

kontrol 1 menit 0,041*

3 menit 0,005*

5 menit 0,000*

8 menit 0,000*

10 menit 0,000*

1 menit 3 menit 0,933

5 menit 0,315

8 menit 0,062

10 menit 0,038*

3 menit 5 menit 0,845

8 menit 0,343

10 menit 0,242

5 menit 8 menit 0,948

10 menit 0,876

8 menit 10 menit 1,000

Dari hasil uji analisis ANOVA danTukey menunjukkan bahwa pemaparan larutannatrium fluoride 1500 ppm pada beberapadurasi waktu dapat mengurangi ukurandiameter tubulus dentin secara signifikansehingga hipotesis dapat diterima. Berdasarkanuji tingkat lanjut antar kelompok spesimenmenunjukkan bahwa antar kelompokperlakuan yang memiliki perbedaan yangbermakna adalah kelompok spesimen yangdiberi perlakuan 1 menit dengan 10 menit.

PEMBAHASANHasil penelitian didapatkan bahwa

ukuran diameter tubulus dentin terbesarterdapat pada spesimen kontrol yaitu 4,41 µm.Beberapa penelitian sebelumnya diketahuibahwa ukuran diameter tubulus dentin normaldi area dekat dinding pulpa adalah 3-4 µm.Peningkatan ukuran diameter tubulus dentinini disebabkan oleh prosedur preparasi sepertiposisi pemotongan tubulus dentin yangdiamati. Penggunaan asam untuk

Page 44: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110

108

menghilangkan smear layer juga ikutmempengaruhi peningkatan diameter tubulusdentin. Hal ini disebabkan penetrasi asam kedalam tubulus dentin yang melarutkan mineralpada dinding tubulus dentin dan memperlebardiameter tubulus dentin.20,21

Penurunan diameter tubulus dentinmenunjukkan adanya perubahan pada tubulusdentin akibat pengaruh dari fluoride. Ionfluoride dalam larutan dapat berinteraksidengan mineral dentin dalam beberapa carayang berbeda. Interaksi antara ion fluoridedengan kalsium dalam tubulus dentin dapatmembentuk kalsium fluoride (CaF2) yangdapat menurunkan permeabilitas tubulusdentin. Pembentukan kalsium fluoride inimenjadi faktor penurunan diameter tubulusdentin dan penutupan tubulus dentin.Pembentukan kalsium fluoride juga dapatmemicu proses remineralisasi padahidroksiapatite. Menurut Aoba, pembentukankalsium fluoride dimungkinkan ketikakonsentrasi ion fluoride lebih dari 100 ppmdan jumlah kalsium fluoride yang terbentukakan meningkat sejalan dengan peningkatanaktifitas ion fluoride.4

Fluoride merupakan ion yang sangatreaktif. Skala Pauling untuk fluoride adalah3,98. Hal ini membuat fluoride memiliki sifatelektronegativitas yang tinggi sehingga akanmenimbulkan gaya tarik terhadap ion kalsiumyang berdekatan. Selain dapat membentukkalsium fluoride, fluoride juga secarafisikokimia dapat mengendap ke dalamstruktur kristal dentin. Fluoride dapatmengganti gugus hidroksida (OH-) padakristal hidroksiapatit yang terdapat padadentin. Penggantian gugus hidroksida denganfluoride akan membentuk fluorohidroksiapatitdan fluoroapatit serta mampu memicu prosesremineralisasi.4,47 Miglani juga berpendapatbahwa pemaparan larutan fluoride terhadapdentin dapat memicu pembentukan kristalfluoroapatit yang jauh lebih stabildibandingkan kalsium fluoride di dalamtubulus dentin.48

Berdasarkan hasil penelitian, walaupunterjadi penurunan ukuran diameter yangsignifikan pada spesimen perlakuandibandingkan spesimen kontrol, penggunaannatrium fluoride 1500 ppm sebagai bahanuntuk pengobatan hipersensitivitas dentintidak memberikan hasil yang optimal. Hal inidikarenakan masih adanya tubulus dentin yangterbuka meskipun pada durasi 10 menit.

Keadaan ini bisa saja disebabkan oleh waktupemaparan yang masih kurang lama.Pemakaian natrium fluoride untuk mengurangihipersensitivitas dentin juga tidak memberikanhasil yang signifikan, seperti penelitian yangdilakukan oleh Plagmann yang masihmenemukan respon hipersensitivitas setelahpemakaian pasta gigi yang mengandungfluoride 1400 ppm setelah 8 minggu. Responhipersensitivitas dentin yang masih timbul inimengindikasikan masih adanya tubulus dentinyang terbuka. 51

KESIMPULANPemaparan fluoride 1500 ppm pada

durasi waktu 1 menit, 3 menit, 5 menit, 8menit, dan 10 menit dapat mengurangidiameter tubulus dentin. Semakin lama durasipemaparan fluoride 1500 ppm akan semakinmengurangi ukuran diameter tubulus dentin

DAFTAR PUSTAKA1. Roveri N, Battistella E, Bianchi CL,

Foltran I, Foresti E, Lafisco M dkk.Surface enamel remineralization:biomimetic apatite nanocrystals andFluoride ions different Effects. Journal ofNanomaterials Volume 2009; 10:1-6.

2. Bizang M, Yong-hee P Chun, WinterfeldMT, Alterburger MJ, Wolfgang HM,Zimmer S. Effect of a 5000 ppm Fluoridetoothpaste and a 250 ppm Fluoride mouthrinse on the demineralisation of dentinsurfaces. BMC Research Notes 2009;147(2):1-6

3. Rakita PE. Dentifrice Fluoride. Journalof Chemical Education.http://www.jce.divched.org, 18September 2012.

4. Aoba T. The effect of fluoride on apatitestructure and growth. Crit Rev OralBiolMed 1997; 8(2):136-153.

5. Agarwal SK, Tandon R. Praveen G,Gupta S. Dentine hypersensitivity: a newvision on old dental science. IndianJournal of Dental Science 2010; 2(2):20-30.

6. Arrais AG, Micheloni CD, Giannini M,Chan D. Occluding Effect of Dentifriceson Dentinal Tubules. Journal of Dentistry2003; 31:577-8.

7. Ritter AV, Dias W, Miguez P, CaplanDJ, Swift EJ. Treating cervical dentinhypersensitivity with Fluoride varnish. A

Page 45: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110

109

randomized clinical study. JADA 2006;137:1013-1020

8. Bartold PM. Dentinal Hypersensitivity: aReview. Australian Dental Journal 2006;51(3):212-218.

9. Pinto SC, Silveira CMM, Pochapski MT,Pilatti GL, Santos FA. Effect ofdesensitizing toothpastes on dentin. BrazOral Res 2012; 26(5):410-417.

10. Arrais AG, Chan D, Giannini M. Effectof Desensitizing Agent on DentinalTubule Occlusion. J Appl Oral Sci 2004;12(2):144-8.

11. Rosing CK, Fiorini T, Liberman DN,Cavagni J. Dentin Hypersensistivity:Analisis of Self-Care Product. Braz OralRes 2009; 23(1):56-63.

12. Akca AE, Gokce S. Kurkcu M, OzdemirA. Clinical Assessment of Bond andFluoride in Dentin Hypersensitivity.Gulhane Military Medical AcademyCenterof Dental Sciences Department ofPeriodontology 2006; 30(4):92-100.

13. Vierra APGF, Hancock R, Dumitriu M,Limeback H, Grynpas MD. Fluoride’seffect on human dentin ultrasoundvelocity (elastic modulus) and tubulesize.Eur J Oral Sci 2006; 114:83-88.

14. Mc Ginley JS, Stoufflet MN.Fluoridation fact. American DentalAsosiation 2005:10.

15. U.S Departement of Health and HumanServis. Recommendation for UsingFluoride to Prevent and Control DentalCaries in the United State. 2001;50(14):13-21

16. Jones S, Burt BA, Petersen PE, LennonMA. The Effective Use of Fluorides inPublic Health. Bulletin of the WorldHealth Organization 2005; 83(9):670-676.

17. Kadir RA, Latif LA. Fluoride Level inDentistry. Annals of Dent Univ Malaya1998; 5:2-5

18. Badan Pengawasan Obat dan MakananIndonesia. Manfaat dan Resiko Fluoridedalam Pasta Gigi. 2009; 10(2):10.

19. Tseveenjaw B, Suominen AL, Housen A,Vehkalati MM. The role of sugar, xylitol,toothbrusing frequency, and use offluoride toothpaste in maintenance foadult’s health: finding from the FinnishNational Health 2000 survey. Eur JOralSci 2011; 119: 40-47

20. Riset Kesehatan Dasar 2007. DepartemenKesehatan RI, 2008.p.137.

21. Bray KK. Toothbrushing behaviorchange. American DentalHygienistAssosiation 2010.p.2.

22. Mjor IA. Ole Feejerskov. Human OralEmbriology and Histology. Alih bahasa:Siregar F. Jakarta: Widya Medika,1991.p.81-92.

23. Syngcuk K, Hayeraas J, Haug S.Structure and Function of the Dentin-PulpComplex.Http://www.4endo.net/9b63eccoe8, 21 Oktober 2012.

24. Balogh MB, Fehrenbach MJ. DentalEmbriology, Histology, and Anatomy. 2nd

ed. Missouri: Evolve Elsevier,2006.p.192-201.

25. Phashley, David H. Richard E.Walton.Harold.C.Slavkin. HistologyandPhysiologi of the Dental Pulp. InEndodentic. 5t h. Chapter 2. USA: BcDeckerInc, 2008.p.48-53.

26. Brand RW, Isselhard DE. Enamel,dentin, and pulp. In: Anatomy ofOrofacial Structure. 7th ed. Missouri:Mosby Elsevier, 2003.p. 271-273.

27. Nanci A. Dentin-pulp complex. In: TenCate’s Oral Histology Development,Structure and Function. 7t hed. Missouri:Mosby Elsevier, 2008.p.191-214.Avery JK, Chiego DJ Jr. Essential ofOral Histology and Embriology. AClinicalApproach. 3rded. Missouri:Mosby Elsevier, 2006.p.108-113.

29. Mjor IA. Dentine Permeability: TheBasis of Understanding Pulp Reactionand Adhesive Technology. Braz Dent J2009; 20(1):3-16.

30. Ghazali FB. Permeability of Dentin.Malaysian Journal of Oral Science 2003;10(1):27-36.

31. Leventouri T, Antonakos A, Kyriacou A,Venturelli R, Liarokapis E, PerdikatsisV. Crystal Structure Studies of HumanDental Apatite as FunctionAge.International Jurnal of Biomaterial2009;1-6. Leroy N, Bress E. Structureand Substitution in Fluoroapatite.European Celland Material 2001; 2:36-48.

32. Zurlinden K, Laup M, Jennisen HP.Chemical Functionalzation of aHydroxyapatite Base Bone ReplacementMaterial for the Immobilization of

Page 46: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):105-110

110

Protein.Werkstofftech 2005; 36(12):820-828.

33. Jena P. Synthesis and Charaterization ofHidroxyapatite. Rourkela:InstituteofTechnology, 2007.p.11. Thesis.

34. Tredwin CJ. Sol-gel DerivedHydroxyapatite, Fluorhidroxyapatite andFluoroapatite Coating fot TitaniumImplant. London:University CollegeLondon, 2009.P.27-29.Thesis\

35. Ki-Young K, Eddi W, Nofal M, Seung-wuk L. Microscopy Study ofHidroxyapatite Dissolution as Affected byFluoride Ion. LanguirArticle,2011;http://www.pubs.acs.org/Langmuir, 22 September 2012

35. Porto ICCM, Andrade AKM, MontesMAJR. Diagnosis and Treatment ofDentinal Hypersensitifity. Journal ofOral Science 2009; 5(3):323-332.

36. Assis JS, Rodrigues LK, Fonteles CR,Colares RCR, Souza AMB, Santiago SL.Dentin Hypersensitivity After TreatmentWith Desensitizing Agents: ARandomized, Double-Blind, Split-MouthClinical Trial. Braz Dent J2011;22(2):157-161.

37. Pinto SCS, Pochapski MT, Wambier DS,Pilatti GL, Santos FA. In Vitro and inVivo Analyse of The Effect ofDesensitizing Agents on DentinPermeability an Dentinal TubulesOcclusion. Journal of Oral Science 2010;32(1):23-32.

38. Petrou I, Heu R, Stranick , Lavender S,Zaidel R, Cummins D. A BreakthroughTherapy for Dentin Hipersensitivity: HowDental Product Containing 8% Arginineand Calcium Carbonate Work to DeliverEffective Relief of Sensitive Teeth. J ClinDent 2009; 20:23-31.

39. Lee SY, Kwon HK, Kim BI. Effect ofDentinal Tubules Occlusion byDentifrices Containing Nano CarbonatApatit. Journal of Oral Rehabilitation2008; 35:847-853.

42. Kubinek R, Zapletalova Z, Vujtek M,Novotny R, Kolarova H, Chmelickova H.Examination of Dentin Surface UsingAFM and SEM. Modern ResearchandEducation Topics in Microscopy2007; 593-598.

43. Cautinho ET, Moraes JR, Paciornic S.Evaluation of Microstructure Parameterof Human Dentin by Digital Image

Analysis. Material Reseach 2007;10(2):153-159.

44. Blanchard CR, AtomicForce Microscopy.The Chemical Educator 1996; 1(5):1-8.

45. Vilalta-clemente A, Gloystein K.Principles of Atomic Force (AFM).Greece:Aristotle University,2008.p.1-10.

46. Fantner G. Atomic Force Microscopy.Advanced bioengineering methodelaboratory.

47. Nasution, AI. Gambaran nanostrukturkristal hidroksi apatit pada email fluorisis.Jakarta: Universitas Indonesia, 2008.Thesis. H:39-40.

48. Miglani S, Aggarwal V, Ahuja B. Dentinhypersensitivity: recent trend inmanagement. J Conserv Dent 2010;13(4): 218-224.

49. Vierra A, Hancock R, Limback H,Schwartz M, Grynpas M. How doesfluoride concentration in the tooth affectapatite crystal size. J Dent Res 2003;82(11):909-913.

50. Markovic M, Takagi S, Chow LC,Frukhtbeyn S. Calsium Fluorideprecipitation and deposition from 12mmol/l fluoride solution with differentcalsium addition rate. J Res Natl 2009;114(5): 293-301.

51. Plagmann HC, konig J, Bernimoulin JP,Rudhart AC, Deschner J. A clinical studycomparing two high-fluoride dentifricesfor the treatment of dentinalhipersensitivity. QuintessenceInternasional 1997; 28(6):403-408.

Page 47: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116

111

EVALUASI KEKASARAN PERMUKAAN GLASS IONOMER CEMENT(GIC) KONVENSIONAL SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN

BERKARBONASI

EVALUATION OF SURFACE ROUGHNESS GLASS IONOMER CEMENTCONVENTIONAL AFTER IMMERSION IN CARBONATED BEVERAGE

Viona Diansari, Diana Setya Ningsih, Cindy Moulinda

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAKGlass Ionomer Cement (GIC) konvensional merupakan salah satu meterial restorasi di bidangkedokteran gigi yang memiliki banyak keuntungan, karena bersifat biokompatibel, mampu berikatandengan baik terhadap struktur gigi, dan melepaskan fluor. Namun, GIC konvensional juga memilikikekurangan yakni brittle dan mudah terkikis apabila terpapar cairan asam sehingga menyebabkankekasaran permukaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh minumanberkarbonasi terhadap kekasaran permukaan GIC konvensional yang ditinjau dari sebelum dan setelahperendaman. Spesimen berbentuk silinder dengan diameter 10 mm dan tebal 2 mm. Jumlah spesimen10 buah yang diberi perlakuan siklus perendaman 5 menit dalm minuman berkarbonasi dan 15 menitdalam aquades sebanyak 6 kali siklus selama 2 jam untuk 5 hari. Kekasaran permukaan sebelum dansesudah perendaman diukur menggunakan surface roughness tester Mitutoyo SJ 201. Data dianalisisdengan paired t-test untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan antara sebelum dan sesudahperendaman dalam minuman berkarbonasi. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaanbermakna antara kekasaran permukaan sebelum (Ra = 0,5363 µm) dan sesudah (Ra = 0,6368 µm)perendaman. Dapat disimpulkan bahwa minuman berkarbonasi dapat meningkatkan kekasaranpermukaan GIC konvensional.Kata kunci: GIC konvensional, minuman berkarbonasi, kekasaran permukaan

ABSTRACTConventional Glass Ionomer Cement (GIC) is one of restorative material in dentistry that very useful,such as biocompatible, good adhesive to tooth structure, and release of fluoride. However,conventional GIC has some limited include brittle and eroded if exposed of acid so that cause surfaceroughness. The objective of this study was to evaluate the effect of carbonated beverage on surfaceroughness of conventional GIC that reviewed before and after immersion. The specimen have acylinder shape with 10 mm of diameter and 2 mm of thickness. Total specimens was 10 that treatedwith cycling immersion 5 minutes in carbonated beverage and 15 minutes in deionized water, 6 cyclesfor 2 hours to 5 days. Surface roughness that reviewed before and after immersion were tested bysurface roughness tester Mitutoyo SJ 201. Data was analyzed with paired t-test to know thedifference of surface roughness that reviewed before and after immersion in carbonated beverage.Statistical test results showed there was a significantly difference of surface roughness value betweenbefore (Ra = 0,5363 µm) and after (Ra = 0,6368 µm) immersion. In conclusion, carbonated beverageincreasing surface roughness of conventional GIC.Key words: Conventional GIC, carbonated beverage, surface roughness

Page 48: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116

112

PENDAHULUANGlass Ionomer Cement (GIC)

konvensional pertama sekali diperkenalkanoleh Wilson dan Kent pada tahun 1972.1

Material ini secara umum terdiri atas powderyang mengandung kaca fluoroaluminosilikatdan liquid yang mengandung asampoliakrilik.1,2 Glass Ionomer Cement (GIC)konvensional sering digunakan di bidangkedokteran gigi sebagai material restorasikarena biokompatibel dengan jaringan pulpa,berikatan dengan baik terhadap strukturgigi, serta melepaskan fluor sebagai antikariogenik.3,4 Sifat lain dari GIC konvensionaladalah brittle dan mudah terkikis sehinggamenyebabkan peningkatan kekasaranpermukaan.5,6,7

Kekasaran permukaan merupakan suatubentuk ketidakteraturan permukaan material.8

Kekasaran permukaan dapat mempercepatkolonisasi bakteri dan maturasi plak gigisehingga berpotensial meningkatkan resikopenyakit mulut, menyebabkan iritasi gingiva,dan mengurangi estetik.9,10 Salah satu faktoryang dapat mempengaruhi kekasaranpermukaan GIC adalah terjadinya perubahanderajat keasaman (pH) di dalam rongga mulutakibat mengkonsumsi makanan dan minumanasam.11,12 Hal ini sesuai dengan penelitianLarasati AA yang menunjukkan bahwaperendaman GIC dalam minuman asamselama 108 jam dapat meningkatkan kekasaranpermukaan GIC.13 Hasil penelitian TanthanuchS menyatakan bahwa terjadi peningkatankekasaran permukaan yang signifikan padasemua material restorasi termasuk GIC setelahdilakukan perendaman di dalam minumanasam (anggur merah dan anggur putih).Perendaman tersebut dilakukan secara siklus,yakni spesimen direndam dalam anggurselama 25 menit dan di dalam saliva buatanselama 5 menit untuk 4 kali siklus.14 Adapunminuman lain yang bersifat asam adalahminuman berkarbonasi.15

Minuman berkarbonasi merupakanminuman yang dibuat dengan melarutkankarbondioksida (CO2) ke dalam air minum.Minuman berkarbonasi yang umumdipasarkan adalah pepsi, coca-cola, sprite,fanta, dan lain-lain.16 Minuman berkarbonasiumumnya mengandung asam sitrat.16,17 Asamsitrat lebih berpotensial menyebabkan erosidaripada asam fosfat.18 Hasil penelitian

Francisconi LF et al menunjukkan bahwaperendaman GIC dalam minuman cola selama5 menit yang dilakukan 3 kali sehari secarasiklus dengan perendaman dalam saliva buatanmenyebabkan erosi pada permukaan GIC.19

Berdasarkan latar belakang di atasdilakukan penelitian dengan tujuan untukmengetahui pengaruh minuman berkarbonasiterhadap kekasaran permukaan GICkonvensional setelah dilakukan perendamansecara siklus. Sampai dengan saat ini masihterbatas informasi mengenai pengaruhminuman berkarbonasi terhadap kekasaranpermukaan GIC konvensional. Oleh karena itu,untuk memperoleh informasi lebih lanjutdilakukan penelitian mengenai evaluasikekasaran permukaan Glass Ionomer Cement(GIC) konvensional setelah perendaman dalamminuman berkarbonasi.

BAHAN DAN METODEJenis penelitian ini adalah eksperimental

laboratories yang dilakukan di LaboratoriumCNC Politeknik Negeri Medan Jurusan TeknikMesin dan Laboratorium MikrobiologiFakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Spesimen penelitian berupa GICkonvensional (GC Fuji IX) berbentuk silinderdengan ukuran diameter 10 mm dan tebal 2mm. Jumlah spesimen 10 buah yang diberiperlakuan siklus perendaman selama 5 menitdalam pepsi dan 15 menit dalam aquades.Minuman berkarbonasi yang digunakan adalahpepsi dengan komposisi: air, CO2, gula, asamfosfat, asam sitrat, perisa rasa cola, natriumsitrat, kafein, pengawet natrium benzoat, gumarab, pewarna makanan biru berlian CI 42090,pewarna makanan merah alura CI 16095.

Spesimen dibuat dengan cara: powderdan liquid GIC dicampur di atas mixing slab(rasio 1:1 sesuai instruksi pabrik).2 Sebelumdiaduk, powder dibagi menjadi 2 bagian.Bagian pertama diaduk dengan liquid sampaihomogen menggunakan semen spatula plastik.Kemudian ditambahkan sisa powder, diadukdengan gerakan melipat (rolling) sampaikonsistensi seperti dempul (waktu pengadukansekitar 30 – 40 detik). Kemudian ditumpatkanke dalam cetakan menggunakan plastic fillinginstrument sampai cetakan penuh. Bagian atascetakan diletakkan milar strip, lalu kaca slidemikroskop diletakkan di atas milar strip

Page 49: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116

113

tersebut.3,9 Cetakan diberikan beban seberat 1kg selama 20 detik agar seluruh permukaanrata dan halus (dibiarkan sampai mengeras ± 3- 4 menit). Setelah mengeras, spesimendilepaskan dari cetakan lalu kelebihan semendipotong menggunakan scalpel. Spesimendimasukkan ke dalam inkubator pada suhu37ºC selama 24 jam.

Pengukuran derajat keasaman (pH) darilarutan perendaman pepsi menggunakanHanna portable 210 pH meter yang telahdikalibrasi terlebih dahulu denganmencelupkan elektroda ke dalam aquades (pHnetral = 7). Kemudian pH meter dinyalakandengan menekan tombol ON/OFF. Elektrodalalu dimasukkan ke dalam pepsi, diaduk agarlarutannya homogen. Untuk memulaipengukuran, ditekan tombol MEAS pada pHmeter, maka pada layar akan muncul tulisanHOLD (dibiarkan sesaat sampai tulisanHOLD di layar berhenti berkelap-kelip). NilaipH yang ditunjukkan di layar adalah nilai pHlarutan pepsi yang diuji. pH meter dimatikandengan menekan kembali tombol ON/OFF.Pengukuran pH ini dilakukan sebanyak 3 kalipengulangan dan nilai dirata-ratakan untukdidapat nilai pHnya.

Perendaman 10 spesimen dilakukansecara siklus dalam pepsi masing-masingsebanyak 20 ml dan aquades sebanyak 20 ml.Perendaman dalam pepsi selama 5 menit,lalu direndam dalam aquades selama 15 menit.Perendaman dilakukan dalam 6 kali siklusselama 2 jam setiap hari untuk 5 hari.Perlakuan siklus perendaman selama 5 haridiasumsikan dengan 30 kali konsumsiminuman berkarbonasi, dengan perhitunganbila dalam 1 jam 3 kali konsumsi minumanberkarbonasi, maka 2 jam 6 kali konsumsi (6x 5 hari = 30 kali konsumsi). Selamaperendaman spesimen dimasukkan ke dalaminkubator pada suhu 37ºC. Selama menungguhari perendaman selanjutnya, spesimendikondisikan dalam inkubator suhu 37ºC yangdilakukan dengan memasukkan spesimendalam wadah kosong tertutup, kemudianwadah kosong tersebut diletakkan dalamwadah yang berisi air agar menciptakansuasana moist selama 22 jam. Bahanperendaman diganti setiap harinya.

Sebelum spesimen direndam dalampepsi, terlebih dahulu dilakukan pengukuranawal kekasaran permukaan GIC konvensional,yakni ± 24 jam setelah pencampuran.Pengukuran awal kekasaran dilakukan

sebanyak 3 kali menggunakan alat SurfaceRoughness Tester pada permukaan atasspesimen. Setelah spesimen direndam dalampepsi, spesimen dikeluarkan lalu dibersihkandengan air dan dikeringkan dengan tisu.Kemudian dilakukan pengukuran kekasaranakhir sebanyak 3 kali pada setiap spesimen dipermukaan yang sama dengan permukaansaat pengukuran awal, n a m u n pada areayang berbeda. Cara pengukuran yakni denganmeletakkan spesimen di atas meja, kemudiandetektor mitutoyo SJ 201 diletakkan di atasspesimen dengan sudut 90º. Pengukurandilakukan dengan menggerakkan stylus mulaidari ujung spesimen yang telah ditandaidengan jarak masing-masing 2,5 mm,kecepatan 0,5 mm, tekanan 0,8 mN, danradius jarum 2-5 µm. Setelah dilakukanpengukuran, pada layar LCD alat akan terteraangka kekasaran permukaan spesimen.Pengukuran kekasaran permukaan dilakukandengan mengadaptasi metode rata - ratakekasaran permukaan, diukur pada tiappengukuran lalu setiap nilai yang didapatdirata-ratakan sebagai nilai kekasaranpermukaan.

Nilai rata-rata dari kekasaran permukaandianalisis menggunakan paired t-test untukmengetahui perbedaan kekasaran permukaanantara sebelum dan setelah perendaman dalamminuman berkarbonasi.

HASIL PENELITIANHasil penelitian menunjukkan nilai

kekasaran permukaan sesudah perendamanlebih kasar dibandingkan sebelum perendaman(Tabel 1.).

Tabel 1. Nilai rata-rata kekasaran permukaan GICkonvensional sebelum dan sesudah perendamandalam minuman berkarbonasi

Perlakuan Rerata KekasaranPermukaan GIC

p

Sebelum 0,5363 ± 0,10290,000*

Sesudah 0,6368 ± 0,1077*Terdapat perbedaan bermakna (paired t-test p<0,05)

Dalam penelitian ini juga dilakukanpengukuran pH dari larutan minumanberkarbonasi dengan hasil nilai pH rata-rataadalah 2,9.

PEMBAHASANKekasaran permukaan adalah suatu

bentuk ketidakteraturan permukaan material.

Page 50: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116

114

Pada penelitian ini, nilai kekasaranpermukaan GIC konvensional sebelumperendaman jauh lebih tinggi dibandingkannilai kekasaran permukaan penelitianterdahulu. Penelitian ini menunjukkan nilaikekasaran awal permukaan adalah 0,5363 µm.Penelitian sebelumnya oleh Tanthanuch S danGabriela MCM menunjukkan nilai kekasaranawal permukaan GIC masing-masing adalah0,0364 µm dan 0,21 µm.4,14 Nilai kekasaranpermukaan kritis untuk bakteri berkolonisasiadalah 0,2 µm. Kekasaran permukaan di atas0,2 µm berpotensi meningkatkan perlekatanbakteri dan maturasi plak gigi.9,11 Didugaperbedaan nilai kekasaran permukaan initerjadi karena pemakaian alat ukur kekasaranpermukaan yang berbeda antara penelitian inidan penelitian sebelumnya. Pada penelitiansebelumnya pengukuran kekasaran permukaanGIC dilakukan dengan menggunakan TaylorHobson Talysurf, sedangkan pada penelitianini menggunakan surface roughness testerMitutoyo SJ 201.14 Taylor Hobson Talysurfmemiliki keunggulan yakni dapat memberikaninformasi lebih cepat dan pengukuran yanglebih akurat.

Selain itu, perbedaan tersebut didugaterjadi karena perbedaan ukuran partikel GICantara penelitian ini dengan penelitiansebelumnya. Pada penelitian sebelumnya GICyang digunakan memiliki ukuran partikel <10mm, sementara penelitian ini GIC yangdigunakan memiliki ukuran partikel 10 mm.Perbedaan ukuran partikel ini diduga dapatmempengaruhi kekasaran permukaan.Semakin besar ukuran partikel maka semakintinggi pula kekasaran permukaan yangdihasilkan.3 Hal ini sesuai dengan penelitianBala O, dimana ukuran partikel yang lebihkecil akan menghasilkan kekasaran permukaanyang jauh lebih rendah dibandingkan partikelyang berukuran besar.3

Pada Tabel 1. terlihat nilai reratakekasaran permukaan GIC konvensional saatsebelum perendaman menunjukkan nilai yanglebih rendah daripada sesudah perendaman.Hal ini diduga karena GIC belum terpapardengan larutan asam sehingga menyebabkandemineralisasi yang terjadi pada GIC masihsedikit akibatnya nilai kekasaran GIC masihrendah. Sesuai penelitian Beresescu G et aldimana GIC konvensional yang belumterpapar saliva buatan dengan pH 3memiliki nilai kekasaran permukaan yang

lebih rendah dibandingkan setelahperendaman.20

Nilai kekasaran permukaan GICkonvensional setelah perendaman lebih tinggidibandingkan sebelum perendaman. Hal inididuga terjadi karena GIC telah terpapardengan larutan asam yakni minumanberkarbonasi yang memiliki pH cukup rendahyakni 2,9. Terpaparnya GIC dengan larutanasam diduga menyebabkan terlarutnya ion-iondari GIC konvensional yang akan membentukporus sehingga meningkatkan kekasaranpermukaan. Hal ini sesuai penelitianWongkhantee et al yang menyatakan bahwaminuman asam dengan pH≤5,5 (pH kritis)dapat menyebabkan erosi pada gigi maupunmaterial kedokteran gigi sehinggamenimbulkan kekasaran permukaan.21

Selain itu, penelitian Brown CJ et almenyatakan bahwa minuman berkarbonasibersifat erosif terhadap gigi.22 Daya erosifasam bergantung pada jenis asam yangterkandung di dalam minuman.23 Minumanberkarbonasi mengandung asam sitrat denganderajat keasaman yang cukup rendah yakni2,9. Asam sitrat memiliki daya erosif yangsangat tinggi.23 Adanya sifat erosif yang sangattinggi dari asam sitrat yang terdapat di dalamminuman berkarbonasi diduga menyebabkankelarutan ion-ion pada GIC sehingga terjadikekasaran permukaan. Dengan adanyapenambahan asam fosfat atau asam sitrat kedalam minuman berkarbonasi menyebabkanpH menjadi semakin rendah dan lebihmeningkatkan daya erosifnya.22 Hal ini sesuaipenelitian Francisconi LF et al menunjukkanbahwa terjadi peningkatan kekasaranpermukaan GIC setelah direndam secara siklusdalam minuman cola akibat dari terlepasnyakation-kation dari GIC tersebut.19

Glass Ionomer Cement (GIC)konvensional terdiri dari kaca aluminosilikatdan asam poliakrilat. Awalnya, saat ionhidrogen (H+) yang berasal dari minumanberkarbonasi masuk, maka ion H+ tersebutakan menyerang permukaan terluar partikelkaca yang masih halus. Hal ini menyebabkankation-kation pada permukaan kaca sepertiCa2+, Na+ dan Al3+ yang sebelumnyaberikatan dengan asam poliakrilat akanterlepas dan keluar dari GIC sehinggaterbentuk pori-pori kecil pada permukaankaca.24 Semakin lama direndam, maka akansemakin banyak ion H+ yang masuk ke dalampartikel kaca dan semakin banyak pula

Page 51: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116

115

kation-kation yang terlepas sehingga pori-poriakan semakin membesar dan kekasaranpermukaan akan semakin meningkat.25

Peningkatan nilai kekasaran permukaanini juga diduga akibat temperatur minumanberkarbonasi pada saat perendaman.Temperatur minuman bergantung pada suhuruangan, dimana minuman bila dalam kondisidingin akan menaikkan nilai pHnya sehinggamenurunkan daya erosifnya.26 Diduga kondisiminuman berkarbonasi dengan temperaturyang lebih tinggi (suhu ruangan) saatpengukuran pH dan saat perendaman yaknipada suhu 37ºC akan menyebabkan nilai pHmenjadi lebih rendah sehinggameningkatkan daya erosifnya dandemineralisasi yang terjadi pada GIC semakinmeningkat.

KESIMPULANDari hasil penelitian pengaruh minuman

berkarbonasi terhadap kekasaran permukaanGlass Ionomer Cement (GIC) konvensionaldapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaankekasaran permukaan Glass Ionomer Cement(GIC) konvensional yang signifikan (p<0,05)antara sebelum dan setelah perendaman dalamminuman berkarbonasi.

SARANMemberikan penjelasan kepada

masyarakat bahwa pepsi aman untukdikonsumsi, namun sebaiknya tidakdikonsumsi secara rutin dalam jangka waktulama karena akan meningkatkan kekasaranpermukaan bahan restorasi Glass IonomerCement (GIC) konvensional. Perlu dilakukanpenelitian lanjutan menggunakan alatScanning Electron Microscopy (SEM) atauAtommic Force Microscopy (AFM) untukmelihat topografi pada permukaan GIC akibatterpapar asam.

DAFTAR PUSTAKA1. Schmalz G, Arenholt-Bindslev D.

Biocompatibility of Dental Materials.Germany: Le-tex Publishing serviceOHG, 2009. p. 149.

2. Asti Meizarini, Irmawati. Kekerasanpermukaan semen ionomer kacakonvensional tipe II akibat lamapenyimpanan. Maj. Ked. Gigi. (Dent.J.) 2005; 38(3):146-150.

3. Bala O, Arisu HD, Yikilgan I, ArslanS, Gullu A. Evaluation of surface

roughness and hardness of differentglass ionomer cements. EuropeanJournal of Dentistry 2012; 6(1):79-86.

4. Gabriela MCM, Cristiane RdS, CarlosJPI, Molina C, Navarro RS, RibeiroSJL. “In Vitro” surface roughness ofdifferent glass ionomer cementsindicated for ART restorations. Braz JOral Sci. 2010; 9(2):77-80.

5. Tyas MJ. Clinical performance ofglass-ionomer cements. Journal ofMinimum Intervention in Dentistry 2008;1(2):88-94.

6. Tyas MJ. Clinical Evaluation of glass-ionomer cements restorations. Journalof Applied Oral Science 2006; 14(sp.Issue):10-3.

7. Curtis RV, Watson TF. DentalBiomaterials: Imaging, Testing, andModelling. England: WoodheadPublishing Limited, 2008. p. 171.

8. Song JF, Verburger TV. SurfaceTexture. National Institute of Standardsand Technology, 2010. p. 334-345.

9. R.C. da Silva, Zuanon ACC. Surfaceroughness of glass ionomer cementsindicated for Atraumatic RestorativeTreatment (ART). Braz Dent J 2006;17(2):106-109.

10. Bagheri R, Burrow MF, Tyas MJ.Surface characteristics of aestheticrestorative materials-an SEM study.Journal of Oral Rehabilitation 2007;34:68-76.

11. Helena FS, Fernandes AS, MichelonD, Piva E, Sergio MC, Fernando FD.Surface roughness of orthodontic bandcements with different compositions. JAppl Oral Sci. 2011; 19(3):223-7.

12. Craigh G. Robert, Powers M. John,Watahana G. John. Dental MaterialProperties and Manipulation, 8th ed.2004. p. 66-70, 197-199.

13. Larasati AA. Kekasaran PermukaanSemen Ionomer Kaca KonvensionalSetelah Perendaman Dalam Kefir.Skripsi. Surabaya: UniversitasAirlangga. 2011. Hal: 1.

14. Tanthanuch saijai, Patanapiradej visana.Effect of Thai wine on surfaceroughness and corrosion of varioustooth-coloured filling material. JournalDental Assoc Thai 2009; 59:100-107.

15. Sari AP. Kekasaran Permukaan SemenIonomer Kaca Konvensional dan

Page 52: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116

116

Modifikasi Resin Setelah PerendamanDalam Minuman Cola. Skripsi.Surabaya: Universitas Airlangga. 2011.Hal: 7.

16. Chandra EM. Gambaran UmumMinuman Ringan Berkarbonasi danPenerapan Cukai Minuman RinganBerkarbonasi di Negara Lain.Universitas Indonesia 2009. Hal: 41-53.

17. Universitas Sumatera Utara. SejarahMinuman Berkarbonasi.http://repository.usu.ac.id/bitstream/.../Chapter%20II.pdf.Diunduh tanggal 13 November 2012.

18. Machado C, Lacefield w, Catledge A.Human enamel nanohardness, elasticmodulus and surface integrity afterbeverage contact. Braz Dent J 2008;19(1):68-72.

19. Francisconi LF, Honorio HM, Rios D,Magalhaes AC, Machado MAAM,Buzalaf MAR. Effect of Erosive PhCycling on Different Restorativematerials and on Enamel Restored withThese Materials. Operative Dentistry2008; 33(2):203-208.

20. Beresescu G, Cristina LB. Effect ofartificial saliva on the surface roughnessof glass ionomer cement. ScientificBulletin of the “Petru Maior”University of Targu Mures. 2011;8(15):134-136.

21. Wongkhantee S, Patanapiradej V,Maneenut D, Tantbiroj D. Effect ofAcidic Food and Drinks on SurfaceHardness of Enamel, Dentine and Tooth-Coloured Filling Materials. Journal ofDentistry. 2005: 1-7.

22. Brown CJ, Smith G, Shaw L, Parry J,Smith AJ. The erosive potential offlavoured sparkling water drinks. Int JPaediatr Dent. 2007; 17(2):86-91.

23. Shakhashiri. Phosphoric Acid, H3PO4.Chemical of The Week. 2008;142:142-144.

24. Van Noort R. Introduction to DentalMaterials. 2nd ed. London: CV MosbyCompany, 2003. p. 127.

25. Zaki DYI, Hamzawi EMA, El HalimSA, Amer MA. Effect of simulatedgastric juice on surface characteristics ofdirect estetic restorations. AustralianJournal of Basic and Applied Sciences.2012; 6(3):686-694.

26. Ashton JJB, Geary L. The effect oftemperature on pH measurement.Technical Service Page. Ireland, 2006. p.1-7.

Page 53: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122

117

HUBUNGAN ANTARA STRES AKADEMIK DENGAN GINGIVITIS PADAMAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

SYIAH KUALA

CORRELATION BETWEEN ACADEMIC STRESS WITH GINIGIVITISIN DENTAL UNDERGRADUATE STUDENTS AT SYIAH KUALA

UNIVERSITY

Rizky Darmawan, Sunnati, Sri Rezeki

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

Abstrak

Stres akademik didefinisikan sebagai perasaan tertekan yang disebabkan oleh keterbatasan waktu danketidakmampuan mahasiswa dalam menguasai suatu bidang ilmu pengetahuan. Belum ada datamengenai pengaruh stres akademik yang dialami oleh mahasiswa terhadap gingivitis di UniversitasSyiah Kuala. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara stres akademik dengangingivitis pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi UniversitasSyiah Kuala. Penelitian inimerupakan penelitian analitik korelatif yang bersifat cross-sectional dengan menggunakanEducational Stress Scale for Adolescence (ESSA) untuk mengukur stres akademik pada mahasiswadan Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) untuk mengukur derajat gingivitis. Sebanyak 140mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala ikut serta dalam penelitian ini.Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara stres akademik dengangingivitis (p<0,05) dengan menggunakan uji Kendall-tau. Kekuatan hubungan antara stres akademikdengan gingivitis bersifat lemah (r=0,271) dengan arah positif. Kesimpulan penelitian ini adalahterdapat hubungan yang bermakna antara stres akademik dengan gingivitis pada mahasiswa ProgramStudi Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala, dan kekuatan hubungan bersifat lemah dengan arahyang positif.Kata kunci: Stres akademik, gingivitis

Abstract

Academic stress is feeling of distress due to limited time and unable of undergraduate students tomaster a subject. There is no data about correlation between academic stress on undergraduatestudents with gingivitis at Syiah Kuala University. The purpose of this research is to know thecorrelation between academic stress with gingivitis in dental undergraduate students at Syiah KualaUniversity. This is a correlative analitic research with cross-sectional design using Educational StressScale for Adolescents (ESSA) to measure academic stress on undergraduate students and ModifiedPapilla Bleeding Index to measure gingivitis level. 140 dental undergraduate students participated inthis research. The results show significant correlation between academic stress with gingivitis(p<0,05) using Kendall-tau test. The correlation is weak (r=0,271) with positive relationship. Itconcluded that there is significant correlation between academic stress with gingivitis in dentalundergraduate students at Syiah Kuala University, and the correlation is weak with positiverelationship.Keywords: Academic stress, gingivitis

Page 54: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122

118

PENDAHULUANMahasiswa adalah peserta didik yang

terdaftar dan belajar pada perguruan tinggitertentu.1 Mahasiswa dapat digolongkansebagai remaja akhir (usia 18-21 tahun) dandewasa awal (usia 22-24 tahun). Pada usiatersebut mahasiswa mengalami masa peralihandari remaja akhir ke dewasa awal. Masaperalihan tersebut mendorong mahasiswauntuk menghadapi berbagai tuntutan danpenyesuaian diri terhadap lingkungan yangbaru.2

Stres merupakan gangguan fisiologisdan metabolisme yang disebabkan olehberbagai faktor yang disertai dengan responindividu dalam menghadapinya,3 dapat bersifatpositif (eustress) dan negatif (distress).4 Stresakademik didefinisikan sebagai perasaantertekan yang disebabkan oleh keterbatasanwaktu dan ketidakmampuan dalam menguasaisuatu ilmu pengetahuan.5 Stres akademiksecara psikologis dapat melemahkan danmemiliki efek merusak performa akademikmahasiswa.6

Penelitian terakhir melaporkan adanyahubungan yang kuat antara stres danmahasiswa.7 Mahasiswa dilaporkanmengalami stres akademik pada waktu tertentudi setiap semester, dengan penyebab utamaberasal dari ujian akademik, persaingan meraihnilai yang baik, dan penguasaan materi kuliahdalam waktu yang singkat.8 Ujian akademikdapat menjadi salah satu penyebab stresakademik, termasuk didalamnya masapersiapan ujian dan ujian itu sendiri.9 Ujianakademik dapat meningkatkan risikoterjadinya gingivitis yang mungkinberhubungan dengan peningkatan akumulasiplak yang diinduksi oleh faktor stres.10

Gingivitis merupakan inflamasi padagingiva yang tidak menyebabkan kehilanganperlekatan gigi secara klinis,11 dan dapatdikatakan sebagai kondisi umum yang palingsering ditemui oleh dokter gigi.12 Penyebabutama gingivitis adalah akumulasi plakmikrobial di servikal gigi dan sekitarnya.13

Gingivitis memiliki tampilan klinis berwarnakemerahan, pembengkakan, hilangnya teksturgingiva bebas, dan biasanya tidakmenimbulkan rasa sakit.14 Rebelo dkk. (2009)melaporkan prevalensi gingivitis pada siswausia 15-19 tahun di Brazil mencapai 94,71%.15

Ababneh dkk. (2012) juga melaporkanprevalensi gingivitis pada orang dewasa diYordania bagian utara mencapai 75,8%.16

Salah satu indikator utama dalammendiagnosis gingivitis adalah perdarahanpada saat probing.13

Deinzer dkk. (2001) menyatakanterdapat hubungan antara stres psikologis daninflamasi gingiva.17 Stres akademik dilaporkandapat menyebabkan kebersihan rongga mulutmenjadi terabaikan dan meningkatkanakumulasi plak, serta dapat menjadi salah satufaktor penyebab terjadinya gingivitis danperiodontitis.9 Saat ini di Universitas SyiahKuala belum ada data mengenai pengaruh stresakademik yang dialami oleh mahasiswaterhadap gingivitis. Maka peneliti tertarikuntuk melakukan penelitian mengenaihubungan antara stres akademik dengangingivitis pada mahasiswa Program StudiKedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala.

BAHAN DAN METODEPenelitian ini menggunakan metode

penelitian analitik korelatif dan desainpenelitian analitik cross sectional. Penelitiandilakukan pada bulan Desember 2012 diProgram Studi Kedokteran Gigi UniversitasSyiah Kuala. Subjek penelitian adalahmahasiswa Program Studi Kedokteran GigiUniversitas Syiah Kuala yang belummenyelesaikan Pendidikan Strata 1 di ProgramStudi Kedokteran Gigi Universitas SyiahKuala. Penentuan subjek penelitian denganteknik stratified random sampling. Kriteriainklusi subjek yaitu mahasiswa PSKG Unsyiahangkatan 2009-2011 yang belum selesaiPendidikan Strata 1, masih memiliki gigi (16,11, 26, 36, 31, dan 46), dan bersedia menjadisubjek penelitian. Kriteria eksklusi subjekyaitu perokok, penderita penyakit diabetes,hamil atau menstruasi, dan ada gigi yanghilang dari gigi yang akan diperiksa.

Alat dan bahan yang digunakan yaituprob periodontal (UNC 15), kaca mulut nomor4, sonde half moon, pinset gigi, kapas, masker,sarung tangan, gelas disposable, senter, emberkecil, handuk kecil, alat tulis, lembarpengisian, larutan antiseptik (Dettol), dan geldisclosing plaque. Cara kerja penelitiandilakukan dengan cara melihat data mahasiswatermasuk usia, jenis kelamin, dan tahunangkatan. Pada subjek yang memenuhi kriteriainklusi maka akan diberikan informed consent,lembar pengisian data subjek, dan lembarpengisian Educational Stress Scale forAdolescents (ESSA) selanjutnya dilakukanpemeriksaan klinis terhadap subjek yaitu

Page 55: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122

119

pemeriksaan gingivitis dan OHI-S secarakalibrasi. Pemeriksaan dilakukan pada pagimenjelang siang hari pada saat subjekmasihdalam kondisi yang prima/tidakkelelahan. Subjek didudukkan di kursi dengansumber cahaya seperti lampu senter yangdiarahkan ke mulut subjek. Kepala subjekbersandar pada tempat duduk sedemikian rupasehingga kepala setengah menengadah.Kemudian subjek diminta untuk membukamulut untuk dilakukan pemeriksaan gingivitismenggunakan Indeks Perdarahan PapilaDimodifikasi (IPPD) dengan menggunakanprob periodontal dan kaca mulut sertapemeriksaan OHI-S dengan menggunakansonde half moon dan kaca mulut. Hasilpemeriksaan dicatat pada lembar pengisianyang telah tersedia.

Pemeriksaan stres akademikmenggunakan Educational Stress Scale forAdolescents (ESSA) yang dipelopori oleh Sundkk. Skala ini dikhususkan pada mahasiswaAsia yang memiliki beban akademik lebihberat dibandingkan dengan mahasiswa nonAsia. Skala terdiri dari 16 pernyataan yangmencakup 5 hal terkait dengan stres akademik,yaitu tekanan pada saat belajar, beban tugas,kecemasan terhadap nilai-nilai, cita-cita danharapan, dankemurungan. Format pernyataanESSA menggunakan skala 5 poin tipe Likert,dengan rentang nilai dari 1=sangat tidak setujusampai 5=sangat setuju. Skor stres akademikdidapat dengan menjumlahkan nilai setiappernyataan yang dijawab oleh subjekpenelitian.18

Gingivitis diukur dengan IndeksPerdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD). Probperiodontal diselipkan dari arah vestibular kecol sebelah mesial dari gigi yang diperiksa.Dengan tetap mempertahankan ujung probmenyentuh dasar sulkus, secara perlahan probdigerakkan sepanjang permukaan vestibulargigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkuspada sudut mesiovestibular gigi tetangganya.Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yangakan diukur indeks perdarahannya. Skordidapatkan dengan menjumlahkan skor darisemua gigi yang diperiksa dibagi jumlah gigiyang diperiksa.

Pemeriksaan oral hygiene menggunakanOral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dariGreene dan Vermillion. Pengukuran dilakukandengan menjumlahkan Debris Index (DI) danCalculus Index (CI) dari setiap subjekpenelitian yang diperiksa.Pemeriksaan debris

dilakukan dengan menggunakan Debris Index(DI). Sebelum pemeriksaan, kepada subjekdiaplikasikan disclosing agent ke permukaangigi subjek. Pemeriksaan dilakukan denganmenggunakan sonde half moon. Permukaangigi dibagi 3 bagian secara horizontal, yaitu1/3 servikal, 1/3 tengah, dan 1/3 insisal.Pemeriksaan dilakukan pada gigi indeks yaitugigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pemeriksaandimulai dari gigi 16 bagian bukal, gigi 11bagian labial, gigi 26 bagian bukal, gigi 36bagian lingual, gigi 31 bagian labial, dan gigi46 bagian lingual. Sonde half moonditempatkan pada 1/3 insisal gigi kemudiandigerakkan ke arah 1/3 servikal gigi. Hasilpemeriksaan dicatat di lembar yangtersedia.Pemeriksaan kalkulus dilakukandengan menggunakan Calculus Index (CI).Sebelum pemeriksaan, kepada subjekdiaplikasikan disclosing agent kepermukaangigi subjek. Pemeriksaan dilakukan denganmenggunakan sonde half moon. Permukaangigi dibagi 3 bagian secara horizontal, yaitu1/3 servikal, 1/3 tengah, dan 1/3 insisal.Pemeriksaan dilakukan pada gigi indeks yaitugigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pemeriksaandimulai dari gigi 16 bagian bukal, gigi 11bagian labial, gigi 26 bagian bukal, gigi 36bagian lingual, gigi 31 bagian labial, dangigi46 bagian lingual. Adanya kalkulussupragingiva juga dapat diobservasisecaralangsung. Hasil pemeriksaan dicatat dilembar yang tersedia.Bila ada kasus salah satugigi dari gigi tersebut tidak ada (telah dicabutatau hanya sisa akar), penilaian dilakukan padagigi pengganti yang sudah ditetapkan untukmewakilinya, yaitu: a) bila gigi M1 rahangatas atau rahang bawah tidak ada, makapenilaian dilakukan pada gigi M2 rahang atasatau rahang bawah; b) bila gigi M1 dan M2rahang atas atau rahang bawah tidak ada, makapenilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atasatau rahang bawah; c) bila gigi M1, M2, danM3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada,tidak dapat dilakukan penelitian; d) bila gigi I1kanan rahang atas tidak ada, maka penilaiandilakukan pada gigi I1 kiri rahang atas; e) bilagigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, makapenilaian dilakukan pada gigi I1 kanan rahangbawah; f) bila kedua gigi I1 rahang atas dankedua gigi I1 rahang bawah tidak ada, tidakdapat dilakukan penelitian.

Manajemen dan analisis datamnggunakan SPPS 17 dengan kemaknaan P <0,05. Untuk melihat sebaran data digunakan

Page 56: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122

120

dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan.Analisis statistik dengan uji Kendall-tau untukmelihat besar hubungan stres akademikdengangingivitis.

HASILSubjek berjumlah 140 orang yang

tersebar di angkatan 2009-2011, dengan subjeklaki-laki 37 orang dan perempuan 103 orang.Subjek paling banyak berusia 20 tahunsebanyak 50 orang. Subjek dengan stresakademik sedang merupakan yang terbanyakyaitu 104 orang. Subjek dengan gingiva sehatmerupakan subjek terbanyak yaitu 99 orang.Subjek dengan OHI-S baik sebanyak 108orang.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Subjek PenelitianAngkatan 2009-2011

TahunAngkatan

Jumlah Persentase (%)

Angkatan 2009 44 31,4Angkatan 2010 48 34,3Angkatan 2011 48 34,3

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin SubjekPenelitianJenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 37 26,4Perempuan 103 73,6

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Usia SubjekPenelitianUsia Subjek Jumlah Persentase (%)

18 tahun 6 4,319 tahun 40 28,620 tahun 50 35,721 tahun 38 27,122 tahun 5 3,623 tahun 1 0,7

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Stres AkademikMahasiswa

Skor StresAkademik

Jumlah Persentase (%)

Rendah 26 74,3Sedang 104 18,6Tinggi 10 7,2

Tabel 5. Distribusi Frekuensi GingivitisSkor

GingivitisJumlah Persentase (%)

Gingiva Sehat 99 70,7Gingivitis Ringan 40 28,6Gingivitis Sedang 1 0,7Gingivitis Berat 0 0

Tabel 6. Distribusi Frekuensi OHI-SSkor OHI-S Jumlah Persentase (%)

Baik 108 77,1Sedang 32 22,9Buruk 0 0

Berdasarkan hasil uji Kendall-tau,terdapathubungan yang bermakna antara stresakademik dengan gingivitis (p<0,05).Kekuatan hubungan stres akademik dengangingivitis bersifat lemah dalam arah yangpositif, yang ditunjukkan dengan koefisienkorelasi r=0,271.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi OHI-SVariabel Koefisien

Korelasi (r)Signifikansi (p)

Stresakademik-gingivitis

0,271 0,001*

Keterangan: * = Uji Kendall-tau, p<0,05

PEMBAHASANBerdasarkan hasil penelitian ini, subjek

dengan tingkat stres akademik sedangmerupakan subjek dengan jumlah terbanyakyaitu 104 orang (74,3%), dan subjek dengangingiva sehat merupakan subjek denganjumlah terbanyak yaitu 99 orang (70,7 %). Halini menunjukkan bahwa sebagian besar darisubjek penelitian memiliki tingkat stresakademik sedang dengan gingiva yang sehat.Hasil uji Kendall-tau pada 140 orang subjekpenelitian menunjukkan bahwa terdapathubungan yang bermakna antara stresakademik dengan gingivitis (p<0,05).Kekuatan hubungan stres akademik dengangingivitis bersifat lemah dengan arah positif(r=0,271), yang berarti semakin tinggi nilaistres akademik maka semakin tinggi jugakeparahan gingivitisnya. Hasil penelitian inisesuai dengan penelitian Johannsen dkk.(2010) yang menyatakan bahwa stresakademik dapat mengganggu kesehatanjaringan periodontal.9Hamissi dkk. (2010) jugamenyatakan bahwa stres psikososial dapatmeningkatkan risiko terkena penyakitperiodontal.19

Hubungan yang bermakna antara stresakademik dengan gingivitis pada penelitian inididuga karena terjadi perubahan kerja sistemendokrin. Pada mahasiswa yang mengalamistres akademik, terjadi peningkatan kortisolyang diaktifkan oleh tubuh sebagai responstres.9 Pada orang dengan fungsi imun yang

Page 57: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122

121

baik, sel-sel imun dan antibodi yang terdapatpada cairan krevikular gingiva dan saliva(seperti sIgA, IgG, dan neutrofil) akanmelindungi jaringan periodontal dari patogenpenyakit periodontal. Tetapi kadar kortisolyang berlebihan dapat menurunkan fungsi sel-sel imun dan antibodi tersebut, menyebabkanjaringan periodontal lebih rentan diserang olehpatogen penyakit periodontal.4Kekuatanhubungan stres akademik dengan gingivitisyang bersifat lemah (r=0,271) karena subjekpenelitian yang merupakan mahasiswaKedokteran Gigi, telah memiliki pengetahuantentang cara menjaga kesehatan gigi danmulutnya serta memiliki perhatian yang lebihbaik dibandingkan dengan mahasiswa jurusanlain. Berdasarkan hasil penelitian ini, subjekdengan OHI-S yang baik merupakan subjekdengan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 108orang (77,1 %). Hal ini juga dapat dilihat padasubjek dengan stres akademik sedang yangmerupakan jumlah subjek yang terbanyakyaitu sebanyak 104 orang (74,3 %), dan 79orang diantaranya memiliki OHI-S yang baik.Hal ini menunjukkan bahwa stres akademiktidak menyebabkan subjek mengabaikanmenjaga kesehatan gigi dan mulut. Hal inisesuai dengan penelitian Dabrowska dkk.(2006) yang menyatakan bahwa mahasiswaKedokteran Gigi memiliki kesehatan gigi danmulut yang baik,20 sehingga perubahanperilaku negatif yang disebabkan oleh stresakademik tidak membuat subjek padapenelitian ini mengabaikan kebersihan gigidan mulutnya.

Mahasiswa Kedokteran Gigi memilikikesadaran dan pengetahuan yang lebih baikdibandingkan dengan mahasiswa jurusan laindalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Halini telah dibuktikan oleh Kumar dkk. (2012)yang menyatakan bahwa terdapat perbedaanstatus kesehatan gigi dan mulut antaramahasiswa Kedokteran Gigi denganmahasiswa Farmasi di ArabSaudi.21Mahasiswa Kedokteran Gigi telahmemahami cara-cara menjaga kesehatan gigidan mulut dengan baik, mempelajari masalah-masalah kesehatan gigi dan mulut, sertaperawatannya secara berkesinambungan. Halini membuat mereka memahami akibatnyaapabila mengabaikan kesehatan gigi danmulut, sehingga dapat memotivasi mahasiswaKedokteran Gigi untuk menjaga kebersihangigi dan mulut. Hal-hal tersebutlah yang

menyebabkan hanya ditemukan hubunganyang lemah pada penelitian ini.

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian hubungan

antara stres akademik dengangingivitis padamahasiswa Program Studi Kedokteran GigiUniversitas Syiah Kuala dapat disimpulkanbahwa terdapat hubungan yang bermaknaantara stres akademik dengan gingivitis.Kekuatan hubungan stres akademik dengangingivitis bersifat lemah dengan arah yangpositif.

Perlu dilakukan penelitian selanjutnyapada subjek selain kedokteran gigi untukmelihat hubungan ini lebih jauh.

UCAPAN TERIMA KASIHKami mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu terwujudnyapenelitian ini yang tidak disebutkan satu-persatu.

DAFTAR PUSTAKA1. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi;Bab I Pasal 1.

2. Gunawati R, Hartati S, Listiara A.Hubungan antara efektivitas komunikasimahasiswa-dosen pembimbing utamaskripsi dengan stres dalam menyusunskripsi pada mahasiswa program studipsikologi fakultas kedokteran universitasdiponegoro. Jurnal Psikologi Undip2006; 3(2): 93-115.

3. Reners M, Brecx M. Stress andperiodontal disease. Int J Dent Hygiene2007; 5: 199-204.

4. Padma R, Bhutani N. Stress andperiodontal disease. AEDJ 2010; 2(4):190- 194.

5. Farghadani A, Mohammadi FS, Taraz Z,Niusha B. A survey on the effectivenss offordyce’s happiness-based cognitive-behavioral training on the stress due toacademic expectations of students,parents, teachers and the student’sacademic achievement and happiness.EJSR 2012; 78(3): 488-497.

6. Muirhead V, Locker D. Canadian dentalstudents’ perceptions of stress. JCDA2007; 73(4): 323-323e.

7. Pfeiffer D. Academic and environtmentalstress among undergraduate and graduate

Page 58: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):117-122

122

college students: a literature review.Menomonie: University of Wisconsin-Stout, 2001. 29 pp. Thesis.

8. Nandamuri PP, Ch G. Sources ofacademic stress – a study on managementstudents. JMS 2011; 1: 31-42.

9. Johannsen A, Bjurshammar N, GustaffsonA. The influence of academic stress ongingival inflammation. Int J DentHygiene 2010; 8: 22-27.

10. Dumitrescu AL, Toma C, Lascu V.Evaluation of inter-relationship betweenbehavioral inhibition, behavioralactivation, avoidance, daily stressor andoral health. Rom J Intern Med 2010;48(3): 281-290.

11. American Academy of PediatricDentistry. Treatment of plaque-inducedgingivitis, chronic periodontitis, and otherclinical conditions. Pediatric Dentistry2011; 33(6): 307-316.

12. Cope G. Gingivitis: symptoms, causesand treatment. Dental Nursing 2011; 7(8):436-439.

13. Fiorellini JP, Kim DM, Uzel NG. Clinicalfeatures of gingivitis. In: Newman MG,Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA.Carranza’s Clinical Periodontology. 11thed. St.Louis: Elsevier Saunders, 2012. p.76-83.

14. Lang NP, Schätzle MA, Löe H. Gingivitisas a risk factor in periodontal disease. JClin Periodontol 2009; 36: 3-8.

15. Rebelo MAB, Lopes MC, Vieira JMR,Parente RCP. Dental caries and gingivitis

among 15 to 19 year-old students inManaus, AM, Brazil. Braz Oral Res2009; 23(3): 248-254.

16. Ababneh KT, Hwaij ZMFA, Khader YS.Prevalence and risk indicators ofgingivitis and periodontitis in a multi-centre study in North Jordan: a crosssectional study. BMC Oral Health 2012;12(1): 1-8.

17. Deinzer R, Hilpert D, Bach K, SchwachtM, Herforth A. Effects of academic stresson oral hygiene – a potential link betweenstress and plaque associated disease?. JClin Periodontol 2001; 28: 459-464.

18. Sun J, Dunne MP, Hou X, Xu A.Educational stress scale for adolescents:development, validity, and reliability withChinese students. JPA 2011; 29(6):534-546.

19. Hamissi J, Kakaei S, Hamissi H.Psychological Stres and PeriodontalDisease. Pakistan Oral Dent J 2010;30(2): 464-467.

20. Dabrowska E, Letko R, Balunowska M.Assessment of dentition status and oralhygiene in first year dental students,Medical University of Bialystok.Advances in Medical Sciences 2006; 51:104-105.

21. Kumar S, Busaly IA, Tadakamadla J,Tobaigy F. Attitudes of dental andpharmacy students to oral healthbehaviour at Jazan University, Kingdomof Saudi Arabia. Arch Orofac Sci 2012;7(1): 9-13.

Page 59: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

123

GAMBARAN PENGGUNAAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS(INFORMED CONSENT) OLEH DOKTER GIGI MUDA DI RSGM UNSYIAH

AN OVERVIEW OF THE USE OF INFORMED CONSENTBY FRESH DENTIST AT RSGM UNSYIAH

Herwanda, Liana Rahmayani, Sarah Fadhilla

Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah

ABSTRAKInformed consent merupakan persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasarpenjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitandengannya. Pentingnya mendapatkan informed consent dalam kedokteran gigi semakin diakui untukmembuat rasa aman dalam tindakan medis pada pasien dan sebagai pembelaan diri terhadapkemungkinan adanya tuntutan atau gugatan dari pasien atau keluarganya apabila timbul akibat yangtidak dikehendaki. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gambaran penggunaanpersetujuan tindakan medis (informed consent) oleh dokter gigi muda di RSGM Unsyiah. Penelitianini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Metode pengambilan subjekdilakukan dengan teknik total sampling yang melibatkan 259 subjek yang merupakan dokter gigimuda di RSGM Unsyiah. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk mengetahuigambaran penggunaan informed consern oleh dokter gigi muda di RSGM Unsyiah. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa subjek penelitian yang menggunakan informed consent dengan kriteria baikadalah sebanyak 246 orang (95,0%), kriteria sedang sebanyak 12 orang (4,6%), dan kriteria buruksebanyak 1 orang (0,4%).Kata Kunci: Informed Consent, Dokter Gigi Muda, RSGM Unsyiah

ABSTRACTThe doctors and health institutions in the decision of informed consent usually ask patients to signingan informed consent. Informed consent is approved by patients or their families on the basis ofinformation about the disease, the medical action, what to do, and the risks associated with it. Theimportance of getting informed consent in dentistry is increasing recognized to create a sense ofsecurity in a medical procedure to patient and as a defense against possible claims or lawsuits frompatients or their families if arising from unintended. The purpose of this study to know description ofusing informed consent among young dentist at the Dental Hospital of unsyiah.This study is adescriptive study with cross-sectional study approach.The method of subject selection was done bypurposive sampling method involved 259 subject which is young dentists in the Dental Hospital ofunsyiah. This study used a questionnaire as a measure to describe the use of Informed Consent amongyoung dentist at the Dental Hospital of Syiah Kuala University. The result of this study showed thatyoung dentists was using informed consent with good criteria 246 persons (95.0%), fair criteria 12persons (4.6%), and poor criteria only 1 person (0.4%).Keywords: Informed consent, young dentist, dental hospital of Unsyiah

Page 60: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

124

PENDAHULUANInformed consent berasal dari dua kata,

yaitu informed yang berarti telah mendapatpenjelasan atau informasi dan consent yangberarti persetujuan atau memberi izin.1

Informed consent merupakan persetujuan yangdiberikan oleh pasien atau keluarganya atasdasar penjelasan mengenai tindakan medisyang akan dilakukan terhadap dirinya sertaresiko yang berkaitan dengannya.2

Pentingnya mendapatkan informedconsent dalam kedokteran gigi semakin diakuiuntuk membuat rasa aman dalam tindakanmedis pada pasien dan sebagai pembelaan diriterhadap kemungkinan adanya tuntutan ataugugatan dari pasien atau keluarganya apabilatimbul akibat yang tidak dikehendaki.3

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang PersetujuanTindakan Medis Pasal 1 sub (a) menyatakanbahwa Persetujuan tindakan medis (informedconsent) adalah persetujuan yang diberikanoleh pasien atau keluarganya atas dasarpenjelasan mengenai tindakan medis yangakan dilakukan terhadap pasien tersebut.4

Setiap tindakan kedokteran atau kedokterangigi yang akan dilakukan oleh dokter terhadappasien harus mendapatkan persetujuan, haltersebut diatur dalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang PraktikKedokteran. Persetujuan tersebut dilakukansetelah pasien mendapat penjelasan secaralengkap dari dokter mengenai diagnosis dantata cara tindakan medis, tujuan tindakanmedis yang dilakukan, alternatif tindakan laindan resikonya, resiko dan komplikasi yangmungkin terjadi dan prognosis terhadaptindakan yang dilakukan.5

Informed consent dapat dinyatakansecara lisan dan tertulis. Persetujuan lisandimana pasien menyatakan persetujuan pasienyang dinyatakan secara verbal dan tidakmenandatangani dalam bentuk tertulis,sedangkan persetujuan tertulis diperlukandalam kasus intervensi luas yang melibatkanresiko dimana anastesi atau sedasi digunakansebagai restoratif, prosedur invasif ataupembedahan, pemberian obat dengan risikotinggi.6

Peraturan menteri kesehatan RI No.290/Menkes/Per/III/2008 tentang persetujuantindakan kedokteran dinyatakan dalam pasal 2dan 3 yaitu Semua tindakan kedokteran yangakan dilakukan terhadap pasien harusmendapat peretujuan, persetujuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secaratertulis maupun lisan, persetujuansebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikansetelah pasien mendapat penjelasan yangdiperlukan tentang perlunya tindakankedokteran dilakukan.7

Pasal 3 menyatakan bahwa setiaptindakan kedokteran yang mengandung risikotinggi harus memperoleh persetujuan tertulisyang ditandatangani oleh yang berhakmemberikan persetujuan, tindakan kedokteranyang tidak termasuk dalam ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdiberikan dengan persetujuan lisan,persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dibuat dalam bentuk pernyataanyang tertuang dalam formulir khusus yangdibuat untuk itu, persetujuan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dapat diberikan dalambentuk ucapan setuju atau bentuk gerakanmenganggukkan kepala yang dapat diartikansebagai ucapan setuju, dalam hal persetujuanlisan yang diberikan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dianggap meragukan, makadapat dimintakan persetujuan tertulis.7

Menurut pengertian di atas terlihatdengan jelas bahwa Informed consentdilakukan sebelum pasien terikat perjanjianterapeutik, karena selayaknya pasienmendapatkan informasi terlebih dahulumengenai perawatan. Informed consentmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dariperjanjian. Keberadaan informed consent padahakikatnya merupakan penerapan asas setiapmanusia mempunyai hak untuk berperan sertadalam mengambil keputusan menyangkutdirinya sendiri. Asas ini dapat dijabarkan atasdua bagian yaitu pasien harus mempunyaiinformasi yang cukup untuk mengambilkeputusan mengenai perawatan terhadapdirinya dan pasien harus memberikanpersetujuan atas perawatan terhadapnya, baiksecara lisan maupun tulisan.8

Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalahrumah sakit yang menyelenggarakanpelayanan kesehatan gigi dan mulut, yang jugadigunakan sebagai sarana prasarana prosespembelajaran, pendidikan dan penelitian bagiprofesi tenaga kesehatan kedokteran gigi dantenaga kesehatan lainnya, dan terikat melaluikerja sama dengan Fakultas KedokteranGigi.9,10

Page 61: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

125

BAHAN DAN METODEJenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian deskriptif. Desain penelitian yangdigunakan adalah cross sectional. Penelitiancross sectional merupakan pengamatan yangdilakukan dalam satu waktu atau satu periodetertentu dengan ciri setiap subjek hanyadiamati atau diperiksa satu kali dalam satupenelitian. Penelitian ini dilaksanakan diRSGM Unsyiah pada bulan Agustus 2016.

Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh dokter gigi muda di RSGM Unsyiahgelombang 13-22 yang berjumlah 293 orang.Subjek penelitian adalah dokter gigi muda diRSGM Unsyiah yang memenuhi kriteriainklusi. Penentuan besar subjek dilakukandengan teknik total sampling yang sesuaidengan kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusisubjek penelitian yaitu seluruh dokter gigimuda gelombang 13-22 yang sedangmengikuti kepaniteraan klinik di RSGMUnsyiah, dokter gigi muda yang bersediamenjadi subjek penelitian.

ALAT DAN BAHAN PENELITIANPada penelitian ini alat dan bahan

yang digunakan adalah sebagai berikut: alattulis, lembar informed consent dan lembarkuisioner.

PENGUMPULAN DATAPenelitian ini dilakukan di Rumah

Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) UniversitasSyiah Kuala Banda Aceh pada tanggal 15-30Agustus 2016. Jenis penelitian yang digunakanpada penelitian ini adalah penelitian deskriptifdan subjek penelitian diambil dengan tekniktotal sampling dengan jumlah seluruh doktergigi muda gelombang 13-22 di RSGMUnsyiah sebanyak 293 orang, namun doktergigi Muda yang bersedia menjadi subjekpenelitian dan memenuhi kriteria inklusisebanyak 259 orang. Sebelum penelitiandilakukan, dokter gigi muda yang memenuhikriteria inklusi telah mengisi lembarpersetujuan menjadi responden. Penelitianyang dilakukan adalah mengenai gambaranpenggunaan informed consent oleh dokter gigimuda di RSGM Unsyiah. Teknikpengumpulan data dilakukan dengan carapembagian kuesioner.

Pada saat penelitian, peneliti terlebihdahulu mencari subjek sesuai dengan kriteriainklusi, kemudian meminta kesediaan waktudokter gigi muda menjadi subjek penelitian

setelah atau sebelum dokter gigi mudamelakukan perawatan pada pasien.Selanjutnya, peneliti menjelaskan maksud dantujuan peneliti. Jika subjek bersedia, penelitimeminta subjek untuk menandatanganiInformed consent dan menjelaskan prosedurpengisian kuisioner kepada subjek penelitian,kemudian peneliti meminta subjek untukmengisi kuisioner yang telah disediakan.Setelah subjek selesai mengisi kuisioner,peneliti akan mengumpulkan kuisioner yangtelah diisi untuk melakukan analisis data.

HASIL PENELITIANTabel 5.1. Distribusi Penggunaan PersetujuanTindakan Medis Berdasarkan Jenis Kelamin

Kategori Jumlah Subjek(N)

Persentase(%)

Laki-laki 43 16,6

Perempuan 216 83,

Total 259 100,0

Berdasarkan tabel 5.1. di atas dapatdilihat bahwa subjek dalam penelitian inisebanyak 259 orang dengan perempuanberjumlah 216 orang (83,4%) dan laki-laki 43orang (16,6%). Dari hasil penelitian di atasdapat disimpulkan bahwa mayoritas subjekdalam penelitian ini adalah perempuan.

Tabel 5.2. Gambaran Penggunaan PersetujuanTindakan Medis (Informed Consent)

Kategori Jumlah Subjek(N)

Persentase(%)

Baik 246 95,0

Sedang 12 4,6

Buruk 1 0,

Total 259 100,0

Berdasarkan tabel 5.2. menunjukkanbahwa subjek penelitian yang menggunakaninformed consent dengan kriteria baik adalahsebanyak 246 orang (95,0%), kriteria sedangsebanyak 12 orang (4,6%), dan kriteria buruksebanyak 1 orang (0,4%). Dari hasil penelitiandapat disimpulkan bahwa mayoritas subjekpenelitian yang memberikan infomed consentterhadap pasien di RSGM Unsyiah memilikikriteria baik.

Page 62: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

126

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihatbahwa subjek yang tidak membutuhkanpersetujuan tindakan medis sebanyak 2 orang(0,8%) kadang-kadang 31 orang (12,0%) dansubjek yang membutuhkan persetujuantindakan medis sebanyak 226 orang (87,3%).

Tabel 5.3. Gambaran Kebutuhan PersetujuanTindakan Medis di RSGM Unsyiah

Kategori Jumlah Subjek(N)

Persentase(%)

Tidak 2 0,8

Kadang-kadang 31 12,0

Ya 226 87,3

Total 259 100,0

Dari hasil penelitian dapat disimpulkanbahwa mayoritas subjek penelitian di RSGMUnsyiah membutuhkan infomed consent.

Tabel 5.4 Gambaran Kelengkapan PengisianFormulir Informed Consent di RSGM Unsyiah

Kategori Jumlah Subjek(N)

Persentase(%)

Tidak 8 3,1

Kadang-kadang 72 27,8

Ya 179 69,1

Total 259 100,0

Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihatbahwa subjek yang tidak melakukan pengisianformulir informed consent secara lengkapsebanyak 8 orang (3,1%), kadang-kadang 72orang (27,8%) dan subjek yang melakukanpengisian secara lengkap sebanyak 179 orang(60,1%). Dari hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa mayoritas subjekpenelitian di RSGM Unsyiah melakukanpengisian formulir infomed consent secaralengkap.

Tabel 5.5 Gambaran Pemberian Penjelasansebelum Melakukan Informed Consent

Kategori Jumlah Subjek(N)

Persentase(%)

Tidak 2 0,8

Kadang-kadang 21 8,1

Ya 236 91,1

Total 259 100,0

Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihatbahwa subjek yang tidak memberikanpenjelasan sebelum melakukan informedconsent sebanyak 2 orang (0,8%), kadang-kadang 21 orang (8,1) dan subjek yangmemberikan penjelasan sebanyak 236 orang(91,1%). Dari hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa mayoritas subjekpenelitian di RSGM Unsyiah memberikanpenjelasan sebelum melakukan infomedconsent.

Tabel 5.6. Gambaran Kebutuhan Informed Consentdalam Bedah Mulut

Kategori Jumlah Subjek(N)

Persentase(%)

Tidak 5 1,9

Kadang-kadang 22 8,5

Ya 232 89,6

Total 259 100,0

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihatbahwa subjek yang tidak membutuhkaninformed consent dalam bedah mulut sebanyak5 orang (1,9%), kadang-kadang 22 orang(8,5%) dan yang membutuhkan informedconsent dalam bedah mulut sebanyak 232orang (89,6%). Dari hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa mayoritas subjekpenelitian di RSGM Unsyiah membutuhkaninfomed consent dalam bedah mulut.

Tabel 5.7.Gambaran Persetujuan Tindakan Medisdari Pasien

Kategori Jumlah Subjek(N)

Persentase(%)

Tidak 6 2,3

Kadang-kadang 18 6,9

Ya 235 90,7

Total 259 100,0

Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwasubjek yang tidak mendapatkan persetujuantindakan medis dari setiap pasien yang dilakukanperawatan adalah sebanyak 6 orang (2,3%),kadang-kadang 18 orang (6,9%) dan yangmendapatkan persetujuan dari setiap pasiensebanyak 235 (90,7%). Dari hasil penelitiandapat disimpulkan bahwa mayoritas subjekpenelitian mendapatkan persetujuan tindakanmedis dari setiap pasien yang dilakukanperawatan di RSGM Unsyiah.

Page 63: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

127

Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihatbahwa subjek yang tidak menggunakanpersetujuan tindakan medis secara tertulisadalah sebanyak 47 orang (18,1%), kadang-kadang 113 orang (43,6%) dan yangmenggunakan persetujuan tindakan medissecara tertulis sebanyak 99 orang (38,2%).Tabel 5.8. Gambaran Penggunaan PersetujuanTindakan Medis secara Tertulis

Kategori Jumlah Subjek (N) Persentase(%)

Tidak 47 18,1Kadang-kadang

113 43,6

Ya 99 38,2Total 259 100,0

Dari hasil penelitian dapat disimpulkanbahwa subjek penelitian yang menggunkaninfomed consent secara tertulis sebanyak38,2%.

Tabel 5.9. Gambaran Persetujuan Tindakan Medissecara Lisan.

Kategori Jumlah Subjek(N)

Persentase(%)

Tidak 2 0,8

Kadang-kadang

45 17,4

Ya 212 81,9

Total 259 100,0

Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihatbahwa yang tidak menggunakan persetujuantindakan medis secara lisan adalah sebanyak 2orang (0,8%, kadang-kadang 45 orang (17,4%)dan yang menggunakan persetujuan tindakanmedis secara lisan sebanyak 212 orang (81,9).Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwamayoritas subjek penelitian di RSGM Unsyiahmenggunakan infomed consent secara lisan.

Tabel 5.10. Gambaran Persetujuan Orang Tuadalam Perawatan Anak

Kategori Jumlah Subjek(N)

Persentase(%)

Tidak 3 1,2

Kadang-kadang

47 18,1

Ya 209 80,7

Total 259 100,0

Berdasarkan tabel 5.10. dapat dilihatbahwa yang tidak mendapatkan persetujuan

orang tua dalam perawatan anak adalahsebanyak 3 orang (1,2%), kadang-kadang 47orang (18,1%) dan yang mendapatkanpersetujuan orang tua dalam perawatan anaksebanyak 209 orang (80,7%). Dari hasilpenelitian diatas dapat disimpulkan bahwamayoritas subjek di RSGM Unsyiahmelakukan persetujuan orang tua dalaminformed consent perawatan anak.

Tabel 5.11. Gambaran Pemberian PenjelasanPrognosis Perawatan.

Kategori Jumlah Subjek(N)

Persentase(%)

Tidak 2 0,8

Kadang-kadang

23 8,9

Ya 234 90,3

Total 259 100,0

Berdasarkan tabel 5.11. dapat dilihatbahwa yang tidak memberikan penjelasanprognosis sebelum melakukan informedconsent adalah sebanyak 2 orang (0,8%),kadang-kadang 23 orang (8,9%) dan yangmelakukan penjelasan prognosis sebelummelakukan informed consent sebanyak 234orang (90,3%). Dari hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa mayoritas subjekpenelitian di RSGM Unsyiah memberikanpenjelasan prognosis sebelum melakukaninformed consent.

Tabel 5.12.Gambaran Pemberian PenjelasanResiko Perawatan

Kategori Jumlah Subjek(N)

Persentase(%)

Tidak 1 0,4Kadang-kadang

32 12,4

Ya 226 87,3Total 259 100,0

Berdasarkan tabel 5.12. dapat dilihatbahwa yang tidak memberikan penjelaskanresiko yang akan terjadi sebelum melakukantindakan medis adalah sebanyak 1 orang(0,4%), kadang-kadang 32 orang (12,4%) danyang memberikan penjelasan sebelumtindakan medis sebanyak 226 orang (87,3%).Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwamayoritas subjek penelitian di RSGM Unsyiahmemberikan penjelasan resiko yang akanterjadi sebelum melakukan informed consent.

Page 64: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

128

PEMBAHASANSetiap tindakan medis diperlukan

informed consent, yaitu persetujuanyangdiberikan pasien atau keluarganyaberdasarkanpenjelasan mengenai tindakanmedis yang akan dilakukanterhadap pasientersebut.10

Berdasarkan penjelasan PeraturanMentri Kesehatan Republik Indonesia No.290/ MENKES/PER/ III/ 2008, informedconsent adalah pernyataan sepihak pasien atauyang sah mewakilinya yang isinya berupapersetujuan atas rencana tindakan kedokteranatau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokteratau dokter gigi, setelah menerima informasiyang cukup untuk dapat membuat persetujuanatau penolakan.30 Dalam hal ini,yang wajibmemberikan informasi adalah dokter yanghendak melakukan tindakan medis karenadokter tersebut yang mengetahui kondisipasien serta hal-hal yang berkaitan dengantindakan medis yang akan dilakukan, termasukdokter gigi muda yang melakukan pelayanankesehatan di RSGM Unsyiah.11

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa totalsubjek dalam penelitian ini berjumlah 259orang dengan 83,4% subjeknya adalahperempuan atau sebanyak 216 orang. Hal inidapat dihubungkan dengan jumlah dokter gigimuda gelombang 13-22 di RSGM Unsyiahyang lebih banyak perempuan dibanding laki-laki, yaitu perempuan sebanyak 228 orang danlaki-laki sebanyak 65 orang dengan totalseluruhnya adalah sebanyak 293 orang.

Tabel 5.2. menunjukkan bahwamayoritas subjek penelitian yangmemberikaninfomed consent terhadap pasiendi RSGM Unsyiah memiliki kriteria baik yaitumencapai 95%. Hal ini sesuai denganpenelitian Realita (2014) di Rumah Sakit IslamSultan Agung Semarang yang menunjukkanbahwa dari 9 responden terdapat 5 respondenyang melakukan persetujuan tindakan medis, 1responden kadang memberikan persetujuantindakan medis dan 3 responden tidakmemberikan persetujuan tindakan medissebelum melakukan tindakan kedokteran.Penelitian tersebut menunjukkan bahwamayoritas dokter yang melakukan pelayanankesehatan memberikan informed consentsebelum dilakukan perawatan. Kepatuhanpenggunaan informed consent dapatdihubungkan dengan beberapa faktor sepertifaktor sistem pelaksanaan informed consentyang ada di rumah sakit, faktor dokter yang

menangani pasien dan faktor pasien yangdiberikan informed consent tersebut.12

Di Indonesia hasil kajian timManajemen Patient Safety untuk pelayananrumah sakit diperoleh informasi bahwapemberian informed consent di berbagaiinstitusi pelayanan kesehatan belum dilakukandengan optimal, sebagian besar petugaskesehatan hanya meminta pasien dan keluargauntuk menandatangani lembar informedconsent tanpa memberikan penjelasan secararinci, kondisi ini tentunya sangat berpengaruhterhadap pengetahuan pasien dan keluarga,pengetahuan yang kurang baik dari pasien dankeluarga tentunya berpotensi menimbulkanpermasalahan jika seandainya terjadi hal-halyang tidak diinginkan.13

Tabel 5.3 menunjukkan bahwamayoritas subjek penelitian di RSGM Unsyiahmembutuhkan infomed consent yaitu mencapai87,3%. Hal ini sesuai dengan penelitian SriWahyuni (2015) di Rumah Sakit UmumGunung Jati Kota Cirebon yang menunjukkanbahwa 90% subjek membutuhkan persetujuantindakan medis dalam perawatan.14 Suratpersetujuan tindakan medis merupakanpedoman atau perlindungan hukum yangmengikat karena didalamnya terdapat catatantentang tindakan, pelayanan, waktu, tandatangan yang merawat dan tanda tangan pasienyang bersangkutan.15Menurut asumsi peneliti,informed consent diperlukan di RSGMUnsyiah karena RSGM Unsyiah merupakansalah satu pusat pelayanan kesehatan gigi danmulut yang dalam perawatannya dapatmenimbulkan resiko, baik resiko yang ringanhingga berat. Dengan adanya informed consenttersebut, maka rumah sakit sebagai pusatpelayanan kesehatan dan dokter sebagaipraktisi yang memberikan pelayanankesehatan tersebut dapat lebih aman dalammelaksanakan perawatan sehingga rumah sakitmaupun dokter terlindung dari tuntutan pasienatas hal-hal yang tidak dikehendaki.

Tabel 5.4. menunjukkan bahwamayoritas subjek penelitian di RSGM Unsyiahmelakukan pengisian formulir informedconsent secara lengkap yaitu sebanyak 60,1%.Hal ini sesuai dengan penelitian yangdilakukan di Rumah Sakit Umum BedahSurabaya (2013) menunjukkan bahwa yangmengisi formulir Informed consent secaralengkap sebanyak 70,84%.16Menurut penelitihal tersebut dapat dihubungkan dengankurangnya arahan dari dokter kepada pasien

Page 65: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

129

mengenai pengisian informed consent sertakurangnya pemahaman pasien mengenaipentingnya informed consent sehinggamenghambat pelaksanaan pengisian informedconsent tersebut. Indikator informed consentyang lengkap adalah kelengkapan nama dantanda tangan oleh dokter dan keluarga pasien.Keterangan waktu dan jenis tindakan jugatidak kalah pentingnya dalam pengisianlembar informed consent, karena hal ini dapatmenjelaskan kapan dan apa tindakan medisyang dilakukan terhadap pasien.Kelengkapanisi informed consent harus memuat data yanglengkap, sehingga pasien,dokter, dan rumahsakit dapat mencegah terjadinyakasus-kasushukum. Apalagi sekarang ini banyak terjadimalpraktek sehingga membuat pasien merasawaswas terhadap kasus tersebut.17

Tabel 5.5. menunjukkan bahwamayoritas subjek penelitian yang memberikanpenjelasan sebelum melakukan informedconsent memiliki kriteria baik 91,1%. Hal inisesuai dengan penelitian Ivvana (2005) diRumah Sakit Umun Adam Malik Medan yangmayoritas subjeknya memberikan informasisebelum melakukan tindakan, yaitu sebanyak31 orang (96,9%).18 Penelitian Pratita (2013)juga menunjukkan bahwa sebanyak 15responden (100%) selalu diberikan informasiyang lengkap sebelum melakukan tindakanmedis.19 Informasi medis harusdikomunikasikan dengan pasien atau keluargapasien dengan baik, agar pasien dan keluargapaham dengan kondisi kesehatannya dan sadardengan keputusannya untuk menerima ataumenolak diberikan tindakan medis. Joffedalam penelitiannya menyatakan bahwapemberian informasi medis secara jelas danlengkap membuat pasien merasa puas akanpelayanan. Kurangnya penjelasan informasiberakibat pada ketidakpahaman pasien tentangkondisinya dan jika terjadi kesalahan pada saattindakan, pasien dapat saja beranggapanbahwa dirinya adalah korban malpraktik.Dengan adanya persetujuan tersebut makainformed consent tersebut dapat dijadikansebagai suatu bukti bahwa pasien telahmemberikan persetujuannya dan dapatdijadikan sebagai bukti jika pasien ataukeluarga menuntut terhadap perawatan yangtelah dilakukan.18

Tabel 5.6. menunjukkan bahwamayoritas subjek penelitian yangmembutuhkan informed consent dalam bedahmulut yaitu sebanyak 89,6%. Menurut

penelitian Avramova (2011) penggunaaninformed consent terbanyak adalah padaperawatan bedah mulut.21Menurut asumsipeneliti perawatan bedah mulut banyakmengunakan informed consent karenaperawatan bedah mulut memiliki banyakresiko dan komplikasi akibat perawatannya.Informed consentselalu diperlukanuntuk setiaptindakan medis baik yang bersifat diagnostikmaupun terapeutik. Tindakan pembedahanmerupakan tindakan yang berisiko baikterhadap pasien maupun terhadap operatorbeserta staf. Risiko yang sering terjadi adalahkontaminsasi mikroorganisme baik bakterimaupun virus. Penularan dapat melalui darah,saliva, instrumen pembedahan. Selainkontaminasi mikroorganisme juga terdapatkomplikasi selama pembedahan darikomplikasi ringan sampai kepada kematianpasien. Dengan adanya resiko dan komplikasidari perawatan tersebut, maka informedconsent ini dibutuhkan dalam perawatan bedahmulut.22

Tabel 5.7. menunjukkan bahwamayoritas subjek penelitian mendapatkanpersetujuan dari setiap pasien yaitu sebanyak90,7%. Menurut asumsi peneliti, persetujuandari pasien didasarkan atas informasi yangdiberikan oleh dokter. Dengan penjelasan yanglengkap oleh dokter, pasien dapat menentukansendiri keputusannya sesuai dengan pilihan diasendiri (informed decision) karena pasienjugaberhak menolak tindakan medis yangdianjurkan.23

Jenis informed consent dapat dinyatakansecara lisan dan tertulis. Persetujuan lisanmerupakan persetujuan pasien yangdinyatakan secara verbal dan tidakditandatangani dalam bentuk tertulis,sedangkan persetujuan tertulis membutuhkantanda tangan dan diperlukan dalam kasusintervensi yang luas melibatkan resiko sepertianastesi atau sedasi, perawatan restoratif,prosedur invasif atau pembedahan, pemberianobat dengan risiko tinggi.6

Tabel 5.8. menunjukkan bahwamayoritas subjek penelitian yang melakukaninformed consent secara tertulis yaitusebanyak 38,2%. Hal ini sesuai denganpenelitian Nadia (2011) yang menunjukkanbahwa sebanyak 37,5% subjek penelitiannyamenggunakan informed consenttertulissebelum melakukan perawatan.21 PenelitianKotrashetti et al (2010) juga menunjukkanbahwa sebanyak 54% responden menggunakan

Page 66: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

130

informed consent tertulis.24 Menurut Fisherdan Oransky (2008), pentingnya informedconsent tertulis diperlukan untuk melepaskaninstansi rumah sakit dari tanggungjawabhukum.18

Tabel 5.9. menunjukkan mayoritassubjek penelitian menggunakan informedconsent secara lisan yaitu sebanyak 81,9%.Hal ini sesuai denga penelitian Yudha (2015)yang menunjukkan bahwa dari 20 tindakan,seluruhnya menggunakan persetujuan tindakansecara lisan yang diberikan oleh pasiensebelum dokter melakukan tindakan. Haltersebut dapat dihubungkan dengan jumlahpasien yang banyak, tindakan yang harusdilakukan dengan segera dan membutuhkanwaktu untuk meminta tanda tangan sehinggaumumnya dokter menggunakan informedconsent secara lisan.25 Dengan memberikaninformasi yang cukup dan jelas pada pasiendapat membantu pasien dan keluarga dalammengambil keputusan apakah pasien dankeluarga bersedia untuk menerimapengobatan atau menolak.18

Tabel 5.10. menunjukkan bahwamayoritas subjek dalam penelitian melibatkanorang tua dalam informed consent perawatananak memiliki kriteria baik 80,7%. Hal inisesuai dengan Avramova et al. (2011)menunjukkan bahwa sebanyak 70 responden(87.5%) meminta persetujuan orang tuasebelum perawatan anak pada semua kasus, 7responden (8,75%) hanya pada kasus tertentusaja dan 3 responen (3,75%) tidak memintapersetujuan orang tua. Berdasarkan penelitiansebelumnya juga menunjukkan sebanyak 90%responden mendapatkan persetujuan dari orangtua pada perawatan anak.21

Berdasarkan pasal 45 ayat 3 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 menyebutkanbahwa penjelasan informed consent yang harusdiberikan kepada pasien mencakup yaitudiagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuantindakan medis yang dilakukan, alternatiftindakan lain dan resikonya, resiko dankomplikasi yang mungkin terjadi danprognosis tindakan yang dilakukan.5

Tabel 5.11. menunjukkan bahwamayoritas subjek dalam penelitian di RSGMUnsyiah memberikan penjelasan prognosissebelum melakukan informed consentmemiliki kriteria baik 90,3%. Dan pada tabeltabel 5.12. menunjukkan bahwa mayoritassubjek penelitian di RSGM Unsyiahmemberikan penjelasan resiko yang akan

terjadi sebelum melakukan informed consentmemiliki kriteria baik 87,3%.

KESIMPULANBerdasarkan penelitian yang telah

dilakukan dengan jumlah subjek sebanyak 259orang di RSGM Unsyiah, maka dapatdisimpulkan bahwa mayoritas tingkatpengetahuan dokter gigi muda terhadappenggunaan informed consent di Rumah SakitGigi dan Mulut Unsyiah kriteria baik adalahsebanyak 246 orang (95,0%), kriteria sedangsebanyak 12 orang (4,6%), dan kriteria buruksebanyak 1 orang (0,4%).

DAFTAR PUSTAKA1. Farelya G, Nurrobikha. Etikolegal dalam

Pelayanan Kebidanan. Ed. 1.Yogyakarta: Deepublish. 2015. P. 48.

2. Kinanti AD, Permatasari DA, Shinta DC.Urgensi penerapan Mekanisme InformedConsent untuk Mencegah TuntunanMalpraktik dalam Perjanjian Terapeutik.Privat Law 2015;3(2):109-13.

3. Juliawati M. Pentingnya SuratPersetujuan Tindakan Medik (InformedConsent) pada Praktek Dokter Gigi.Jurnal PDGI 2014;63(2):46-53.

4. Kumpulan Peraturan PerundanganTentang Praktik Kedokteran, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29Tahun 2004. Yogyakarta: PustakaYustisia. 2006. P. 179.

5. Hanafiah MJ, Amir A. Etika Kedokterandan Hukum Kesehatan. Ed. 4. Jakarta:EGC. 2008. P. 74-5.

6. Kakar H, Gambhir RS, Singh S, Kaur A,Nanda T. Informed Consent CornerStone in Ethical Medical and DentalPractice. J Family Med Prim Care2014;3(1):68-71.

7. Menteri Kesehatan Republik IndonesiaTentang Persetujuan TindakanKedokteran. Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 290 Tahun 2008.

8. Iskandar D. Rumah Sakit, TenagaKesehatan, dan Pasien. Jakarta: SinarGrafika. 1998. P. 62-4.

9. Patel JY. Astudy on Evaluation of PatientSatisfaction with of Dental HealthServices andSatisfaction amongAdolescent Females in Riyadh City. TheSaudi Dental Journal 2010;22:19-25.

10. Oktarina. Kebijakan Informed Consentdalam Pelayanan Gigi di Indonesia.

Page 67: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):123-131

131

Jurnal Manajemen PelayananKesehatan2010;13(1):3-8.

11. Darmini N, Widyaningtyas RS. InformedConsent atas Tindakan Kedokteran diRumah Sakit Grhasia Pakem Yogyakarta.Mimbar Hukum 2014;26(7):234-46.

12. Realita F. Implementasi PersetujuanTindakan Medik (Informed Consent) padaKegiatan Bakti Sosial Kesehatan diRumah Sakit Islam Sultan AgungSemarang. Jurnal Involusi Kebidanan2014;4(7):25-39.

13. Kustiawan R, Lesharini E. PengalamanPemberian Informed Consent TindakanPembedahan pada Pasien Pre OperatifElektif di Ruang IIIA RSU KotaTasikmalaya. Jurnal Kesehatan BaktiTunas Husada 2014;11(1):68-80.

14. Wahyuni S. Pengaruh PemberianPersetujuan Tindakan Medis (InformedConsent) Kasus Pembedahan TerhadapPemahaman Tentang Tindakan Medispada Pasien Post Operasi di RuangMawar RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.Jurnal Keperawatan dan KesehatanMEDISINA AKPER YPIB Majalengka2015;1(2):1-12.

15. Naili YT, Sumarni T. Studi KelengkapanPersetujuan Tindakan Medik di RumahSakit Umum Ajibarang KabupatenBanyumas.pdf.

16. Rohmah M, Supriyanto S. KepatuhanPetugas Kesehatan dalam KelangkapanPengisian InformedConsent. JurnalAdministrasi Kesehatan Indonesia2014;2(2):128-37.

17. Herfiyanti L. Kelengkapan InformedConsent Tindakan Bedah MenunjangAkreditasi JCI Standar HPK 6 Pasien

Orthopedi. Jurnal Manajemen InformasiKesehatan Indonesia 2015;3(2):81-8.

18. Wardani I. Gambaran KelengkapanInformed Consent pada Tindakan Operasiyang Dilakukan di RSUP H.ADAMMalik Medan. FKM USU. P.20. Skripsi.

19. Pratita D. Tinjauan Pelaksanaan ProsedurInformed Consent Pasien Bedah Ortopedidi Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.FK UDINUS 2013. P. 31. Karya TulisIlmiah.

20. Satiti YR, Derwanto A, Susilo H.Penyampaian Informasi oleh Perawatandalam Persetujuan Tindakan Medis diRumah Sakit: Permasalahn dan Solusi.Jurnal Kedokteran Brawijaya2015;20(2):169-73.

21. Ikatan Alumni Universitas IndonesiaFakultas Kedokteran Tahun 1983.Kesehatan dan Ilmu Kedokteran. 2010.www.ilunifk83.com/t143p15-Informed–Consent.

22. Kasim A, Riawan L. Materi Kuliah BedahDento Alveolar. Bandung: Universitaspadjajaran 2007. P .1-7.

23. Oktarina. Kebijakan Informed Consentdalam Pelayanan Gigi di Indonesia. JurnalManajemen Pelayanan Kesehatan2010;13(1):3-8.

24. Kotrashetti V, KleAD, Hebbal M,Hallikerernth SR. Informed Consent: aSurve of General Dental Practitioners inBelgaum City. Indian Journal of MedicalEthics 2010;7(2):90-4.

25. Menteri Kesehatan Republik IndonesiaTentang Praktik Kedokteran. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29Tahun 2004.

Page 68: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

132

DAMPAK MALOKLUSI GIGI ANTERIOR PROTRUSIF TERHADAPSTATUS PSIKOSOSIAL REMAJA USIA 15-17 TAHUN MENGGUNAKAN

INDEKS PIDAQ (STUDI PADA 4 SMAN BANDA ACEH)

IMPACT OF SEVERAL ANTERIOR PROTRUSIVE MALOCCLUSIONCHARACTERISTIC ON THE PSYCHOSOCIAL STATUS OF

ADOLESCENCE AGED 15-17 YEARS BY USING PIDAQ INDEX (STUDYIN 4 SENIOR HIGH SCHOOL BANDA ACEH)

Rafinus Arifin, Sunnati, Rizky Kurniawan siregar

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

AbstrakMaloklusi adalah suatu anomali yang menyebabkan gangguan fungsi oral dan estetika sertamemerlukan perawatan jika sudah mengganggu seseorang baik secara fisik maupun emosional. Masaremaja adalah masa dimana seseorang mencari jati diri sehingga penampilan wajah dan gigi-geligisangat berpengaruh dengan hubungan sosial remaja tersebut. Berbagai penelitian telah menemukanmaloklusi gigi anterior atas berdampak negatif terhadap status psikosial sosial remaja. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui dampak maloklusi gigi anterior protrusif terhadap statuspsikososial remaja di Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik danpengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Sampel penelitian berasal dari empatSMA Negeri Banda Aceh yaitu SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3 serta SMAN 4, dengan total subjek 108siswa. Kepada subjek diberikan kuisioner PIDAQ untuk mengetahui dampak maloklusi gigi anteriorprotrusif terhadap status psikososial siswa tersebut. Data hasil penelitian tersebut kemudian dianalisismenggunakan SPSS dengan metode Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan maloklusi gigianterior protrusif berdampak negatif terhadap status psikososial remaja, sehingga penelitimenyimpulkan bahwa semakin berat derajat keparahan maloklusi gigi anterior protrusif makasemakin besar kemungkinannya berpengaruh terhadap status psikososial.Kata kunci: maloklusi gigi anterior, status psikososial, PIDAQ

AbstractMalocclusion is an anomaly caused oral function and aesthetics and required treatment if it disturbingsomeone by physically and emotionally. Adolescence is a period of a person looking for identity sothat the appearance of the face and teeth are very influential regard to their social relations. Severalstudies have found the role of upper anterior malocclusion in rendering negative impact on adolescentpsychosocial status. The aim of this research was to known the relation of anterior protrusivemalocclusion on psychosocial status of adolescent in Banda Aceh. This research is observationalanalytic research and selection sample by purposive sampling. The sample of this research came fromfour high school, there are SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3 and SMAN 4 with 108 total sample. Thenstudent asked to filling out the PIDAQ questionnaire to identify the relation of anterior protrusivemalocclusion on their psychosocial status. Data were analized by using SPSS (Chi-Square). The resultshowed anterior protrusive malocclusion in rendering negative impact on adolescent psychosocialstatus, so the conclusion of this study is that the more severety of the anterior protrusive malocclusionthe more likely effect on psychosocial status.Keyword: anterior protrusive malocclusion, psychosocial status, PIDAQ

Page 69: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

133

PENDAHULUANMasa remaja merupakan masa transisi

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yangditandai dengan perubahan fisik karenapubertas, perubahan kognitif, dan sosial.1 Padaremaja, penampilan wajah dan gigi-geligimemiliki peran yang sangat penting dalampembentukan konsep dan harga diri.2 Estetikadan susunan gigi-geligi yang kurang baikdapat memberikan pengaruh yang besar bagiremaja, terutama pada remaja menengah usia15-17 tahun. Hal ini dikarenakan pada fase inipara remaja sangat memperhatikan penampilanmereka dan sudah sangat perhatian terhadaplawan jenis.3,4

Menurut Tarwoto et al (2010) maloklusimerupakan salah satu masalah kesehatan gigidan mulut yang sering dialami oleh remaja.Namun, maloklusi bukanlah suatu penyakit,melainkan suatu keadaan dimana susunan gigi-geligi atas maupun bawah tidak harmonis yangberhubungan dengan bentuk rongga mulutataupun lainnya yang memiliki efek padapsikologis seseorang.6 Penyebab terjadinyamaloklusi bisa disebabkan karena faktorgenetik, faktor lingkungan atau yang biasanyaterjadi adalah kombinasi dari kedua faktortersebut yang terjadi secara bersamaan(multifaktor).7 Maloklusi dan deformitas gigisangat mempengaruhi estetika dan fungsi.Penampilan gigi yang buruk seperti crowdedparah pada gigi anterior, atau diastemamungkin dapat berpengaruh negatif padapenampilan dentofacial secara umum.8

Susunan gigi geligi anterior yang tidakrapi dapat dengan jelas terlihat saatberinteraksi dengan lawan bicara dan jugamudah disadari keberadaannya karena terdapatpada bagian depan mulut. Hal ini sesuaidengan peneltian yang dilakukan olehEduardo dan Carlos (2006) di Peru yangmenyimpulkan bahwa maloklusi gigi anteriorberpengaruh negatif terhadap penampilanwajah dan psiokologis seorang remajasehingga dibutuhkan perawatan orthodontiuntuk mengembalikan estetika dankepercayaan diri dari remaja tersebut.10

Maloklusi yang paling menonjol ataupaling banyak dalam sebuah penelitian adalahgigi anterior maksila protrusif, hal inidikarenakan gigi anterior protrusif sangatmudah dan cepat untuk dikenali. Hal ini sesuaidengan yang dilakukan oleh Johan et al yangmelakukan penelitian tentang aspek kesehatangigi dan mulut dengan menilai dampak

peningkatan overjet atau gigi protrusifterhadap kualitas hidup seseorang dankeluarga mereka. Mereka menemukan bahwahal ini tidak hanya berdampak negatif terhadapkualitas kehidupan si anak saja, namunkualitas hidup keluarga si anak jugaterpengaruh.11

Psikososial terdiri dari dua aspek yangsaling berkaitan satu sama lain, yakni aspekpsikologis dan sosial. Aspek psikologisberkaitan dengan perkembangan kognitif danemosi yang berhubungan dengan kemampuanbelajar, mengingat, membaca, memahami, danlainnya. Sedangkan aspek sosial berkaitandengan kemampuan seseorang berinteraksidengan orang lain.12 Penelitian mengenaidampak maloklusi terhadap status psikososialremaja masih jarang dilakukan di luar negeri.Namun salah satu penelitian tentang dampakmaloklusi terhadap status psikososial remaja diBrazil (Delcides et al) menyebutkan bahwamakin berat derajat keparahan maloklusi,maka semakin buruk dampaknya terhadapstatus psikososial remaja.5

Di Indonesia, khususnya di Banda Acehpenelitian tentang dampak maloklusi gigianterior protrusif terhadap status psikososialremaja usia 15-17 tahun belum pernahdilakukan, sehingga tidak diketahui secarapasti apakah maloklusi gigi anterior protrusifdapat berdampak langsung terhadap statuspsikososial remaja usia 15-17 di Banda Aceh.Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untukmengetahui dampak karakteristik maloklusigigi anterior terhadap status psikososial remajausia 15-17 tahun di Banda Aceh.

BAHAN DAN METODEPenelitian ini menggunakan metode

observasional analitik untuk mengkaji dampakmaloklusi gigi-geligi protrusif berdasarkantingkat keparahannya terhadap statuspsikososial remaja di Banda Aceh dengandesain penelitian cross-sectional.

Populasi dari penelitian ini adalahseluruh siswa dan siswi kelas 2 dari SMAN 1,SMAN 2, SMAN 3 dan SMAN 4 Banda Aceh.Sampel diambil secara random sampling.Besar sampel yang digunakan adalah jumlahpopulasi siswa dan siswi dari kelas 2 SMAN 1,SMAN 2, SMAN 3 dan SMAN 4 Banda Acehsebanyak 144 orang, Maka besar sampelpenelitian berdasarkan tabel Isaac & Michaeldalam sugiyono (2007) dengan nilai presisiyang dipakai sebesar 5% atau 0,5 adalah

Page 70: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

134

sebanyak 105 orang.30 Alat dan bahan yangdigunakan yaitu Lembar data kuisioner danalat tulis. Kaca mulut dan prob, baki, kameraautoklaf, Sarung tangan (Handscoon), masker,alkohol 75% tisu.

Cara kerja penelitian dilakukan dengancara pengumpulan data kemudian subjek yangsesuai kriteria inklusi peneliti diberikan suratpermohonan persetujuan (informed consent).Subjek yang telah terpilih kemudian dilakukanpengukuran dengan menggunakan prob padasaat subjek berada pada posisi didudukkan dikursi dan posisi subjek menghadap ke penelitidan kepala subjek setengah mengadah dengankondisi subjek diinstruksikan untuk membukamulut serta menelan ludah agar posisi oklusisubjek dalam keadaan oklusi sentrik. Setelahitu dilakukan pengelompokkan sesuai dengantingkat keparahan dari maloklusi subjek.Setelah itu kuisioner dibagikan kepada parasubjek penelitian dan diberikan penjelasanmengenai cara pengisian kuisioner tersebut.Pengumpulan data kuisioner dengan penilaianberdasarkan pertanyaan dari kuisioner PIDAQyang terdiri dari 23 pertanyaan. Setiappertanyaan diisi menggunakan skala Likert,yaitu 0 untuk jawaban tidak setuju, 1 untukjawaban netral, 2 untuk jawaban setuju.Setelah selesai pengisian seluruh pertanyaandari kuisioner maka dijumlahkan total skoruntuk pertanyaan dari masing-masing subjek(gigi protrusif) jika skor 0-23 dikategorikantidak berdampak, jika skor 24-46dikategorikan berdampak.

Data yang telah diperoleh dari ketigakelompok dianalisis dengan menggunakanSPSS dengan melakukan pengujian chi-squareuntuk menganalisis dampak dari ketigavariabel protrusif terhadap status psikososial.Pengambilan keputusan ada tidaknyahubungan berdasarkan nilai probabilitas.Apabila nilai probabilitas (p-value) lebih besardari 0,05, maka Ho diterima, sedangkan jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak.

HASILPenelitian ini dilakukan di SMAN 1,

SMAN 2, SMAN 3, dan SMAN 4 BandaAceh. Siswa yang dijadikan sampel adalahmurid kelas X dan XI. Total sampel adalah108 siswa/i. Berdasarkan hasil penelitian darike empat SMA Negeri Banda Aceh, diperolehgambaran mengenai karakteristik responden,disajikan pada tabel berikut :

Tabel 5.1. Karakteristik RespondenNo. Karakteristik Jumlah Persentase

1 Jenis Kelamina. Laki-Laki 46 42,6%b.Perempuan 62 57,4%

Jumlah 108 100%2 Umur

a.15 Tahun 19 17,6%b.16 Tahun 40 37,0%c.17 Tahun 49 45,4%Jumlah 100%

Tabel 5.1. menunjukkan bahwa jumlahkeseluruhan dari sampel adalah 108 orangdengan siswa laki-laki yang mengalami gigianterior protrusif baik ringan, sedang, maupunberat sebanyak 46 orang (42,6%), sedangkanyang berjenis kelamin perempuan sebanyak 62orang (57,4%). Dilihat dari tingkat umur,paling banyak adalah umur 17 tahun yaitu 49orang (45,4%), untuk umur 16 tahun sebanyak40 orang (37,0%), serta umur 15 tahunsebanyak 19 orang (17,6%).

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi maloklusi gigianterior protrusif berdasarkan tingkat keparahanpada remaja di empat SMA Negeri Banda Aceh

No. Derajat KeparahanMaloklusi Gigi

Anterior

Jumlah Presentase

1 Ringan 63 58,3%2 Sedang 31 28,7%3 Berat 14 13,0%

Jumlah 108 100%

Tabel 5.2. menggambarkan distribusifrekuensi sampel berdasarkan karakteristikderajat keparahan maloklusi gigi anteriorprotrusif yang dialami oleh subjek. Dimanasebanyak 63 orang (58,3%) mengalamimaloklusi protrusif ringan, kemudian sebanyak31 orang (28,7%) mengalami maloklusiprotrusif sedang dan sebanyak 14 orang(13,0%) mengalami maloklusi protrusif berat.

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi maloklusi gigianterior protrusif ringan dengan statuspsikososial remaja berdasarkan umurNo. Umur Remaja

(protrusifringan)

Berdampak TidakBerdampak

1 15 tahun 3(17,6%) 14(82,4%)2 16 tahun 2(9,5%) 19(90,5%)3 17 tahun 0(0%) 25(100%)

Jumlah 5(7,9%) 58(92,1%)

Page 71: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

135

Tabel 5.3. menggambarkan distribusistatus psikososial remaja umur 15, 16, dan 17tahun pada maloklusi gigi anterior protrusifringan. Dimana pada umur 15 tahun yangberdampak sebanyak 3 orang (17,6%) dan 14orang (82,4%) tidak berdampak, pada umur 16tahun sebanyak 2 orang (9,5%) berdampak dan19 orang (90,5%) tidak berdampak, serta padaumur 17 tahun tidak ada yang berdampak pada25 orang responden (100%).

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi maloklusi gigianterior protrusif sedang dengan statuspsikososial remaja berdasarkan umur

No. UmurRemaja(protrusifringan)

Berdampak TidakBerdampak

1 15 Tahun 1(50%) 1(50%)2 16 Tahun 11(73,3%) 4(26,7%)3 17 Tahun 8(57,1%) 6(42,9%)

Jumlah 20(64,5%) 11(35,5%)

Tabel 5.4. menggambarkan distribusistatus psikososial remaja umur 15, 16, dan 17tahun pada maloklusi gigi anterior protrusifsedang. Dimana pada umur 15 tahun yangberdampak sebanyak 1 orang (50%) dan 1orang (50%) tidak berdampak, pada umur 16tahun sebanyak 11 orang (73,3%) berdampakdan 4 orang (26,7%) tidak berdampak, sertapada umur 17 tahun sebanyak 8 orang (57,1%)berdampak dan 6 orang (42,9%) tidakberdampak pada status psikososial.

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi maloklusi gigianterior protrusif berat dengan status psikososialremaja berdasarkan umur

No. UmurRemaja(protrusifringan)

Berdampak TidakBerdampak

1 15 Tahun 1(100%) 0(0%)2 16 Tahun 2(66,7%) 1(33,3%)3 17 Tahun 9(90,0%) 1(10,0%)

Jumlah 12(85,7%) 2(14,3%)

Tabel 5.5. menggambarkan distribusistatus psikososial remaja umur 15, 16, dan 17tahun pada maloklusi gigi anterior protrusifberat. Dimana pada umur 15 tahun 100%berdampak karena hanya terdapat 1 subjek,pada umur 16 tahun sebanyak 2 orang (66,7%)berdampak dan 1 orang (33,3%) tidakberdampak, serta pada umur 17 tahunsebanyak 9 orang (90,0%) berdampak dan 1

orang (10,0%) tidak berdampak pada statuspsikososial.

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi maloklusi gigianterior protrusif terhadap status psikososialremaja laki-laki dan perempuan berdasarkan jeniskelamin

No.

Jenis KelaminRemaja

(protrusifringan)

BerdampakTidak

Berdampak

1 Laki-laki 20(43,5%) 26(56,5%)

2 Perempuan 18(29,0%) 44(71,0%)

Jumlah 38(35,2%) 70(64,8%)

Tabel 5.6. menunjukkan pada kelompoklaki-laki terlihat lebih perbandingan yang tidakterlalu signifikan antara yang berdampak dantidak berdampak yaitu sebanyak 20 orang(43,5%) berdampak dan sebanyak 26 orang(56,5%) tidak berdampak. Namun terdapatperbandingan yang signifikan antara yangberdampak dan tidak berdampak padaperempuan yaitu sebanyak 18 orang (29,0%)berdampak dan sebanyak 44 orang (71,0%)tidak berdampak terhadap status psikososial.

PEMBAHASANPada tabel 5.1. menunjukkan distribusi

data primer mengenai jenis kelamin dan umurpada setiap subjek. Terlihat pada karakteristikjenis kelamin perempuan memiliki jumlahyang lebih banyak yaitu 64 orang (57,4%)dibandingkan laki-laki sebanyak 46 orang(42,6%). Hal ini sejalan dengan penelitianEmad dan Mahmoud (2007) di Palestina yangdalam penelitiannya melihat tingkat prevalensimaloklusi protrusif pada 79 subjek. Jumlahperempuan yang mengalami maloklusiprotrusif memiliki distribusi yang lebih tinggiyaitu 54 subjek dibandingkan dengan jumlahlaki-laki yaitu 25 subjek sehingga disimpulkanprevalensi perempuan yang memiliki keadaanmaloklusi protrusif lebih tinggi dibandingkanlaki-laki.31 Pada karakteristik umur terlihatfrekuensi yang tertinggi adalah pada umur 17tahun yaitu sebanyak 49 orang (45,4%), diikutipada umur 16 tahun sebanyak 40 orang(37,0%) serta umur 15 tahun sebanyak 19orang (17,6%). Hal ini disebabkan pada saatmelakukan penelitian, peneliti berfokus padapengambilan kriteria sampel berdasarkanpengalaman maloklusi daripada pengambilansubjek berdasarkan sebaran umur.

Page 72: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

136

Pada tabel 5.2. menunjukkan sebaranderajat keparahan maloklusi protrusif di empatSMAN di Banda Aceh. Pada tabel tersebutmenunjukkan bahwa jumlah tertinggi untukderajat keparahan maloklusi protrusif adalahprotrusif ringan sebanyak 63 orang (58,3%),lalu protrusif sedang sebanyak 31 orang(28,7%) serta yang paling rendah itu adaprotrusif berat sebanyak 14 orang (13,0%). Halini sesuai dengan apa yang dituliskan dalambuku Contemporary Orthodontics mengenaijumlah penderita dari maloklusi protrusif,disebutkan bahwa protrusif ringan palingbanyak diderita oleh masyarakat dibandingkandengan protrusif sedang dan berat.17

Pada table 5.3. tidak terlihat bahwa padaumur 15, 16 maupun 17 tahun para siswamemiliki dampak psikososial terhadapmaloklusi gigi anterior protrusif ringan. Hal iniberbeda dengan studi yang telah dilakukanoleh Shaw (1981) yang menemukan bahwakeadaan gigi-geligi anterior protrusif seringmenimbulkan reaksi sosial yang negatif,dianggap kurang menarik, dan kurang diterimadi lingkungan sosial untuk dijadikan teman.18

Hal ini mungkin disebabkan karena kondisimaloklusi gigi-geligi mereka masih tidakterlalu mencolok sehingga bukan menjadipenghalang dalam sosialisasi. Pada penelitianKilpelainen et al (1993) menemukan bahwaseparuh dari remaja dengan jarak gigit atauoverjet yang besar mengalami ejekan karenakondisi ini.32 Hasil dari penelitian tersebutsejalan dengan apa yang didapat peneliti,terlihat pada tabel 5.4. dan tabel 5.5. yangmenunjukkan bahwa terdapatnya dampakpsikososial terhadap maloklusi siswa dengankeadaan protrusif sedang dan berat. Dampakpsikososial yang paling mencolok adalah padamaloklusi protrusif berat yang dapat dilihatpada tabel 5.5. Hasil yang didapat olehKilpelainen (1993) dan peneliti sama denganapa yang didapat oleh Bellot-Arcis et al (2013)yang menyebutkan semakin besarnya overjetmaka akan semakin menimbulkan resikoberdampaknya terhadap psikososial seseorang,dan lebih mempengaruhi kualitas hidupseseorang.33

Penilaian tentang dampak karakteristikmaloklusi gigi anterior protrusif berdasarkanjenis kelamin pada tabel 5.6. tidakmenunjukkan perbedaan baik laki-laki maupunperempuan. Secara keseluruhan sama-samatidak berdampak terhadap status psikosisal,namun pada tabel tersebut terlihat bahwa laki-

laki lebih berpengaruh terhadap statuspsikososial. Hal ini sesuai dengan penelitianArsie (2012) yang lakukan di Jakarta bahwalaki-laki memiliki dampak psikososial dalambidang estetika yang lebih besar dibandingperempuan. Dalam penelitiannya Arsie jugamengatakan kalau laki-laki lebih merasa tidakpuas dengan penampilan gigi-geligi saatbercermin, melihat foto maupun video dirisendiri.27 Hal ini jarang terjadi dan bertolakbelakang dengan hasil penelitian Peres et al(2008). Mereka menyatakan bahwa biasanyapara perempuan lebih memperhatikanpenampilan fisik mereka secara detail dancenderung selalu mengikuti standar kecantikandibanding laki-laki yang cenderung cuek akanpenampilannya sehingga perempuanseharusnya yang merasakan dampak yanglebih besar terhadap psikososial merekadibanding laki-laki.34

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan penelitian yang telah

dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapathubungan yang signifikan antara derajatkeparahan maloklusi gigi anterior protrusifterhadap status psikososial remaja usia 15-17tahun dengan menggunkaan indeks PIDAQ diempat SMA Negeri Banda Aceh.

Perlu dilakukan penelitian lanjutantentang dampak maloklusi gigi anteriorlainnya menurut derajat keparahannya (gigiberjejal, gigi bercelah) terhadap statuspsikososial remaja. Penelitian juga dapatdilakukan pada populasi remaja dengan usiayang lebih muda atau lebih tua dibandingkanyang peneliti lakukan dan pada berbagaitingkat sosial ekonomi dan budaya.

DAFTAR PUSTAKA1. Rogol AD, Roemich JN, Clark PA.

Growth at Puberty. J Adolesc Health2002;31(65):192-200.

2. Geld VD, Oosterveld P, Heck VG,Jagtman K. Smile Attractiveness: Self-Perception and Influence on Personality.Angle Orthod 2007;77:759-65.

3. Espeland LV,Odont C, Stenvik A, OdontL. Perception of Personal DentalAppearance in Young AdultsRelationship Between Occlusion,Awareness, and Satisfaction. AJO-DO1991;100(3):234-41.

Page 73: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

137

4. Batubara JRL. Adolescent Development(Perkembangan Remaja). Sari Pediatri2010;12:1.

5. Paula DF, Junior, Santos NC, Silva ET,Nunes MF, Leles CR. PsychosocialImpact of Dental Esthetics on Quality ofLife in Adolescent. Angle Orthod2009;79:1188-93.

6. Jayanto KD. Ortodonti Atasi Maloklusi.Majalah-Atasi Maloklusi. 2008.

7. Kumar DA, Varghese RK, Chaturvedi SS,Agrawal A, Fating C, Makkad RS.Prevalence of Malocclusion AmongChildren and Adolescents Residing inOrphanages of Bilaspur, Chattishgarh,India. JoAOR 2012;3(3):21-8.

8. Cavalcanti AL, Santos JAD, Aguiar YPC,Xavier AFC, Moura C. Prevalence andSeverity of Malocclusion in BrazilianAdolescents Using The Dental AestheticIndex (DAI). PODJ 2013;33(3):473.

9. Kareem FA, Mahmood TMA.Psychological Impact of DentalAesthetics for Kurdish AdolescentsSeeking Orthodontic Treatment. IJO2011:46.

10. Bernabe E, Flores C. OrthodonticTreatment Need in Peruvian YoungAdults Evaluated Through DentalAesthetic Index. Angle Orthod2006;76(3):417-21.

11. Dibiase AT, Sandler PJ. Malocclusion,Orthodontics and Bullying. Dent Update2001;28:464-6.

12. Loughry M, Eyber C PsychosocialConcept in Humanitarian Work withChildren: A Review of the Concept andRelated Literature. 2011."http://www.nap.edu/catalog/10698.html.". Accessed 17 November 2013.

13. Graber TM. Orthodontics Principles andPractice. 2 ed. Philadelphia, London:WB.Saunders Company. 1966. p. 121-3.

14. Hassan R, Rahimah AK. Occlusion,Malocclusion and Method ofMeasurements - an overview. RrchOrofac Sci 2007;2:3-9.

15. Iyyer BS. Orthodontics - The Art andScience. 3 ed. New Delhi: Arya (MEDI)Publishing House. 2003. p. 55.

16. Bishara SE. Textbook of Orthodontics.Philadelphia: WB.Saunders Company.2001. p. 90-2.

17. Proffit WR. Contemporary Orthodontics.4th ed. St. Louis: Mosby Elsevier. 2007.

18. Shaw WC, Addy M, Dummer PM, RayC, Frude N. Dental and Social Effects ofMalocclusion and Effectiveness ofOrthodontic Treatment: A Strategy forInvestigation. Community Dent OralEpidemiol 1986;14(1):60-4.

19. Waheed M, Rahbar MI. Dental Crowdingand Its Relationship to Tooth Size andArch Dimensions. PODJ 2005;25(1):47-52.

20. Howe RP, Mcnamara JA, O’Connor KA.An Examination of Dental Crowding andIts Relationship to Tooth Size and ArchDimension. Am J Orthod 1983;5:363-73.

21. Al-Rubayee MAH. Median Diastema in aCollege Students Sample in the BaghdadCity. MJB 2013;10(2):400-6.

22. Gkantidis N, Kolokitha OE, TopouzelisN. Management of Maxillary MidlineDiastema With Emphasis on Etiology. JClin Pediatr Dent 2008;32(4):265-72.

23. Kim YH, Cho YB. Diastema ClosureWith Direct Composite : ArchitecturalGingival Contouring. JKACD2011;36(6):515-20.

24. Liling DT. Hubungan Kasus MaloklusiGigi Anterior Dengan Status PsikososialPada Pelajar SMP di Makassar. Makassar.FKG UNHAS. 2013.

25. Jafar N. Pertumbuhan Remaja. Makassar: FKG UNHAS. 2005. P. 1-2.

26. Delcides Ferreira Paula DF, Silva ET,Campos ACV, Nunez MO, Leles CR.Effect of Anterior Teeth Display DuringSmiling on The Self-Perceived ImpactsofMalocclusion in Adolescents. AngleOrthod 2011;81(3):411-22.

27. Arsie RY. Dampak BerbagaiKarakteristik Oklusi Gigi AnteriorTerhadap Status Psikososial Remaja Awal(Penelitian Epidemiologi Pada RemajaSMP 51 dan SMP 195 di Jakarta Timur).Jakarta: FKG UI. 2012.

28. Bellot C, Ferrer M, Carrasco A, MontielJM, Almerich JM. Differences inPsychological Traits Between Lingualand Labial Orthodontic PatientsPerfectionism, Body Image, and theImpact of Dental Esthetics. Angle Orthod2013.

29. Susanti FR, Wanei GK. Hubungan AntaraKepercayaan Diri Dengan PenyesuaianSosial Siswa Kelas VIII SMP Santa MariaFatima. Jakarta. FKIP Unika Atma Jaya.2008:21-33.

Page 74: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

Cakradonya Dent J 2016; 8(2):132-138

138

30. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian.Bandung: CV.Alfabeta; 2007. Hal 69-71.

31. Hussein E, Mois MA. BimaxillaryProtrusion in the Palestinian Population.Angle Othod 2007;77(5):817-20.

32. Kilpelainen PVJ, Ceib Phillips, Joan FCTulloch. Anterior Tooth Position andMotivation For Early Treatment. AngleOrthod 1993;63:171-4.

33. Bellot C, Montiel JM, Almerich JM.Psychosocial Impact of Malocclusion inSpanish Adolescents. Korean J Orthod2013;43(4):193-200.

34. Peres KG, Barros AJ, Anselmi L, PeresMA, Barros FC. Does MalocclusionInfluence The Adolescent’s SatisfactionWith Appearance? A Cross-SectionalStudy Nested In A Brazilian Birth Cohort.Community Dent Oral Epidemiol 2008;36:137-43.

Page 75: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah

ISSN: 2085-546X

Petunjuk Bagi Penulis

Cakradonya Dental Journal (CDJ) adalah jurnal ilmiah yang

terbit dua kali setahun, Februari dan Agustus. Artikel yang

diterima CDJ akan dibahas para pakar dalam bidang keilmuan

yang sesuai (peer-review) bersama redaksi. Sekiranya peer-

review menyarankan adanya perubahan, maka penulis diberi

kesempatan untuk memperbaikinya.

CDJ menerima artikel konseptual dari hasil penelitian original

yang relevan dengan bidang kesehatan, kedokteran gigi dan

kedokteran. CDJ juga menerima literature review, dan

laporan kasus.

Artikel yang dikirim adalah artikel yang belum pernah

dipublikasi, untuk menghindari duplikasi CDJ tidak menerima

artikel yang juga dikirim pada jurnal lain pada waktu

bersamaan untuk publikasi. Penulis memastikan bahwa seluruh

penulis pembantu telah membaca dan menyetujui isi artikel.

1. Artikel Penelitian

Tatacara penulisan:

✓ Judul dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

✓ Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia & Inggris,

dalam bentuk tidak terstruktur dengan jumlah

maksimal 200 kata, harus mencerminkan isi artikel,

ringkas dan jelas, sehingga memungkinkan pembaca

memahami tentang aspek baru atau penting tanpa

harus membaca seluruh isi artikel. Diketik dengan

spasi tunggal satu kolom.

✓ Kata Kunci dicantumkan pada halaman yang sama

dengan abstrak. Pilih 3-5 buah kata yang dapat

membantu penyusunan indek.

✓ Artikel utama ditulis dengan huruf jenis Times New

Roman ukuran 11 point, spasi satu.

✓ Artikel termasuk tabel, daftar pustaka dan gambar

harus diketik 1 spasi pada kertas dengan ukuran 21,5

x 28 cm (kertas A4) dengan jarak dari tepi 2,5 cm,

jumlah halaman maksimum 12. Setiap halaman diberi

nomor secara berurutan dimulai dari halaman judul

sampai halaman terakhir.

✓ Laporan tentang penelitian pada manusia harus

memperoleh persetujuan tertulis (signed informed

consent).

✓ Sistematika penulisan artikel hasil penelitian, adalah

sebagai berikut:

▪ Judul

▪ Nama dan alamat penulis disertai pas photo

▪ Abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris

▪ Kata kunci

▪ Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar

belakang masalah dan sedikit tinjauan pustaka, dan

masalah/tujuan penelitian).

▪ Bahan dan Metode

▪ Hasil

▪ Pembahasan

▪ Kesimpulan dan Saran

▪ Ucapan terima kasih

▪ Daftar Pustaka.

2. Tinjauan pustaka/artikel konseptual (setara hasil

penelitian) merupakan artikel review dari jurnal dan atau

buku mengenai ilmu kedokteran gigi, kedokteran dan

kesehatan mutakhir memuat:

▪ Judul

▪ Nama penulis

▪ Abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris

▪ Pendahuluan (tanpa subjudul)

▪ Subjudul-subjudul sesuai kebutuhan

▪ Penutup (kesimpulan dan saran)

▪ Daftar pustaka

3. Laporan Kasus. Berisi artikel tentang kasus di klinik yang

cukup menarik, dan baik untuk disebarluaskan dikalangan

sejawat lainnya. Format terdiri atas: Pendahuluan,

Laporan kasus, Pembahasan dan Daftar pustaka.

4. Gambar dan tabel. Kirimkan gambar yang dibutuhkan

bersama makalah. Tabel harus diketik 1 spasi.

5. Metode statistik. Jelaskan tentang metode statistik secara

rinci pada bagian “metode”. Metode yang tidak lazim,

ditulis secara rinci berikut rujukan metode tersebut.

6. Judul ditulis dengan huruf besar 11 point, baik judul

singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk

huruf dan spasi. Diletakkan di bagian tengah atas dari

halaman pertama. Subjudul dengan huruf 11 point.

7. Nama dan alamat penulis disertai pas photo. Nama penulis

tanpa gelar dan alamat atau lembaga tempat bekerja ditulis

lengkap dan jelas. Alamat korespondensi, nomor telepon,

nomor facsimile, dan alamat e-mail. Pas photo terbaru

ukuran 3x4.

8. Ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih hanya untuk

para profesional yang membantu penyusunan naskah,

termasuk pemberi dukungan teknis, dana dan dukungan

umum dari suatu institusi.

9. Daftar pustaka. Daftar pustaka ditulis sesuai dengan

aturan penulisan Vancouver, diberi nomor urut sesuai

dengan pemunculan dalam keseluruhan teks ditulis secara

super script. Jumlah daftar pustaka minimal 10 referensi.

Disebutkan 5 nama pengarang kemudian at al.

- Jurnal: Hendarto H, Gray S. Surgical and non surgical

intervation for speech rehabilitation in Parkinson

disease. Med J Indonesia 2000; 9 (3): 168-74.

- Buku: Lavelle CLB. Dental plaque. In: Applied Oral

Physiology, 2nd ed. London: Wright. 1988:93-5.

- Book Section: Shklar G, Carranza FA. The Historical

Background of Periodontology. In: Carranza's Clinical

Periodontology (Newman MG, Takei HH, Klokkevold

PR, Carranza FA, eds), 10th ed. St. Louis: Saunders

Elsevier, 2006: 1-32.

- Website : Almas K. The antimicrobial effects of seven

different types of Asian chewing sticks. Available in

http://www.santetropicale.com/resume/49604.pdf

Accessed on April, 2004.

10. Artikel dikirim sebanyak 1 (satu) eksemplar, dalam

bentuk hard dan soft copy, tuliskan nama file dan program

yang digunakan, kirimkan paling lambat 2 (dua) bulan

sebelum bulan penerbitan kepada:

Ketua Dewan Penyunting

Cakradonya Dental Journal (CDJ)

Fakultas Kedokteran Gigi-Unsyiah

Darussalam Banda Aceh 23211

Telp/fax. 0651-7551843

11. Kepastian pemuatan atau penolakan artikel akan

diberitahukan secara tertulis. Penulis yang artikelnya

dimuat akan mendapat imbalan berupa nomor bukti

pemuatan sebanyak 1 (satu) eksemplar. Artikel yang tidak

dimuat tidak akan dikembalikan kecuali atas permintaan

penulis.

Page 76: Vol.: 8, No. 2, Dec 2016 ISSN 2085. 546X - Jurnal Unsyiah