Upload
yunindyo-sasmito
View
467
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
1. Sebab-sebab terjadinya utang luar negeri
a. Thailand
Krisis finansial Asia adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di
Thailand, dan memengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset
lainnya di beberapa negara Asia. Dari 1985 ke 1995, Ekonomi Thailand
tumbuh rata-rata 9%. Pada 14 May dan 15 May 1997, mata uang baht,
terpukul oleh serangan spekulasi besar. Pada 30 Juni, Perdana Mentri
Chavalit Yonchaiyudh berkata bahwa dia tidak akan mendevaluasi baht,
tetapi administrasi Thailand akhirnya mengambangkan mata uang lokal
tersebut pada 2 Juli. Pada 1996, "dana hedge Amerika telah menjual $400
juta mata uang Thai. Dari 1985 sampai 2 Juli 1997, baht dipatok pada 25
kepada dolar. Baht jatuh tajam dan hilang setengah harganya. Baht jatuh
ke titik terendah di 56 ke dolar pada Januari 1998. Pasar saham Thailand
jatuh 75% pada 1997. Finance One, perusahaan keuangan Thailand
terbesar bangkrut. Pada 11 Agustus, IMF membuka paket penyelamatan
dengan lebih dari 16 miliar dolar AS (kira-kira 160 trilyun Rupiah). Pada
20 Agustus IMF menyetujui, paket "bailout" sebesar 3,9 miliar dolar AS.
b. Indonesia
Pada Juni 1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand,
Indonesia memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari
900 juta dolar, persediaan mata uang luar yang besar, lebih dari 20 miliar
dolar, dan sektor bank yang baik. Tapi banyak perusahaan Indonesia yang
meminjam dolar AS. Pada tahun berikut, ketika rupiah menguat terhadap
dolar, praktisi ini telah bekerja baik untuk perusahaan tersebut -- level
efektifitas hutang mereka dan biaya finansial telah berkurang pada saat
harga mata uang lokal meningkat. Pada Juli, Thailand megambangkan
baht, Otoritas Moneter Indonesia melebarkan jalur perdagangan dari 8
persen ke 12 persen. Rupiah mulai terserang kuat di Agustus. Pada 14
Agustus 1997, pertukaran floating teratur ditukar dengan pertukaran
floating-bebas. Rupiah jatuh lebih dalam. IMF datang dengan paket
bantuan 23 miliar dolar, tapi rupiah jatuh lebih dalam lagi karena
ketakutan dari hutang perusahaan, penjualan rupiah, permintaan dolar
yang kuat. Rupiah dan Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada
bulan September. Moody's menurunkan hutang jangka panjang Indonesia
menjadi "junk bond". Meskipun krisis rupiah dimulai pada Juli dan
Agustus, krisis ini menguat pada November ketika efek dari devaluasi di
musim panas muncul pada neraca perusahaan. Perusahaan yang meminjam
dalam dolar harus menghadapi biaya yang lebih besar yang disebabkan
oleh penurunan rupiah, dan banyak yang bereaksi dengan membeli dolar,
yaitu: menjual rupiah, menurunkan harga rupiah lebih jauh lagi.
Tingginya utang luar negeri dari banyak negara berkembang, termasuk
Indonesia disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor yaitu :
- Defisit Transaksi Berjalan (TB)
- Meningkatnya kebutuhan investasi
- Meningkatnya inflasi
- Struktur perekonomian tidak efisien
c. Cina
Di era reformasi, china mengalami 3 kasus skala besar
masalah keuangan public. Pada akhir tahun 1970-an china
menghadapi deficit fiscal yang melemah. Lembaga
keuangan yang terbebani oleh kredit macet yang
dihasilkan olehperusahaan milik Negara.Sekarang china
mengalami resiko utang yang sangat tinggi, ditandai
dengan tingginya tingkat utang daerah pemerintah, yang
pasti keseimbangan nasional china dalam beberapa tahun
berakhir ini mengalami peningkatan yang signifikan.
Namundalam rangka untuk menilai resiko keuangan ,
pembuat kebijakan dan ekonom harus memperhatikan
asset Negara dan kewajiban yang tidak disertakan pada
neraca. Pada masalah saat ini berakar pada respon
pemerintah terhadap krisis keuangan global pada tahun
2008. Pertama masalah fiscal, didukung oleh pelonggaran
kredit yang menyebabkan pemerintah daerah dan sector
keuangan untuk meningkatkan rasio. Akibatnya pada
tahun 2010, keseluruhan rasio naik sebesar 30 persen.
2. Perbandingan jumlah utang luar pemerintahnya
a. Thailand
The World Bank (Bank Dunia) baru saja merilis 'International Debt
Statistic 2013' atau 'Statistik Utang Internasional 2013'. Dalam laporan
tersebut, Thailand mempunyai utang luar negeri mencapai US$ 172,02
miliar.
b. Indonesia
Utang luar negeri Pemerintah Indonesia meningkat tajam. Berdasarkan
data Bank Indonesia tahun 2012, apabila tahun 2006 total utang luar negeri
Indonesia sebesar 132,63 miliar dollar AS, pada 2011 utang luar negeri
Indonesia telah membengkak menjadi 221,60 miliar dollar AS.
c. Cina
Memasuki tahun 2013, sejumlah negara-negara di dunia masih terbelit
utang yang besar. Ada beberapa negara tersebut selama ini dikenal sebagai
negara yang kaya raya, seperti Cina. Negara tersebut berpotensi
mengalami krisis berkepanjangan jika tak segera mengambil cara
mengatasi kondisi di negaranya. Menilik dari jumlah utang, Cina
merupakan salah satu dari 12 negara yang memiliki banyak utang. Cina
memiliki jumlah utang yang lebih besar dari Produk Domestik Bruto
(PDB). Rinciannya adalah sebagai berikut :
Utang negara US$ 1,337 triliun
Utang per kapita US$ 1.005,81
Populasi penduduk 1.329.153.005
Rasio utang ke PDB 15,9 persen
3. Lembaga yang memberi utang
a. Thailand
- IMF (International Monetary Found)
- ADB (Asian Developmend Bank)
- World Bank
b. Indonesia
- Islamic Development Bank (IDB)
Pemerintah Indonesia mempunyai utang Rp 4,33 triliun kepada IDB
per September 2012 lalu. Jumlah utang ini naik tipis dari jumlah di
akhir 2011 sebesar Rp 4,23 triliun.
- ADB
Jumlah utang Indonesia ke ADB sampai akhir September 2012 adalah
Rp 97,18 triliun. Utang tersebut turun tipis jika dibandingkan di akhir
2011 yang nilainya Rp 97,92 triliun.
- Bank Dunia
Utang Indonesia ke Bank Dunia hingga akhir September 2012
mencapai Rp 116,47 triliun. Jumlah ini naik dari akhir 2011 yang
nilainya Rp 107,73 triliun.
c. Cina
Pada tahun 2011, Cina membeli surat utang AS dalam dua bulan berturut-
turut sejak awal tahun ini. Bagi AS, naiknya minat Cina atas surat
utangnya itu sangat penting demi membantu pembiayaan anggaran negara,
yang kembali bakal defisit lebih dari US$1 triliun. Menurut stasiun berita
BBC, mengutip data dari Departemen Keuangan AS, Beijing kembali
membeli obligasi mereka sebesar US$12,7 miliar. Dengan demikian
hingga Februari lalu, kepemilikan China atas surat utang AS sudah
mencapai lebih dari US$1,17 triliun.
4. Tujuan utang pemerintah
a. Thailand
Krisis yang terjadi di Asia Tenggara pada tahun 1997-1998
menyebabkan perekonomian Thailand mengalami
keterpurukan. Hal tersebut mengakibatkan Thailand harus
bergantung pada Negara kaya seperti Negara AS untuk
menyetabilkan perekonomian di negaranya. Sejak saat itu
perekonomian Thailand mulai mengalami kemajuan
dengan berhutang keluar negeri. Pemanfaatan sektor
pariwisata sebagain besar merupakan sumber devisa
Negara. Oleh karena itu Thailand terus mengembangkan
sector pariwisatanya dan hal itu membutuhkan modal yang
besar. Modal tersebut selain diperoleh dari APBN juga
merupakan hasil dari pinjaman luar negeri.
b. Indonesia
- Tujuan Jangka Panjang:
Mengamankan Kebutuhan Pembiayaan APBN melalui utang dengan
biaya minimal pada tingkat risiko terkendali, sehingga kesinambungan
fiskal dapat terpelihara.
Mendukung upaya untuk menciptakan pasar surat berharga negara
(SBN) yang dalam, aktif dan likuid
- Tujuan Jangka Pendek:
Memastikan tersedianya dana untuk menutup defisit dan pembayaran
kewajiban pokok utang secara tepat waktu dan efisien.
c. Cina
Tujuan China melakukan hutang luar negeri adalah untuk
mengimbangi laju pertumbuhan ekonomi di negaranya.
Laju pertumbuhan perekonomian yang tinggi diberbagai
sector, secara tidak langsung akan mempengaruhi
stabilitas ekonomi di Negara tersebut. Dikarenakan
pertumbuhan ekonomi harus diimbangi dengan
pertumbuhan modal yang tinggi. Akibatnya China harus
mengambil kebijakan untuk meminjam dana dari luar
negeri.
5. Dampak nasional dari utang luar negeri
a. Thailand
Utang luar negeri tidak hanya menghambat tumbuhnya
kemandirian ekonomi negara-negara penghutang. Hal
tersebut mengakibatkan Thailand memiliki ketergantungan
terhadap Negara Peminjaman. Terbukti hingga sekarang
hutang Thailand terus mengalami peningkatan sampai
angka US$ 172,02 miliar. Selain itu hutang luar negeri
memicu kesenjangan social antara golongan
berpenghasilan tinggi dan golongan berpenghasilan
rendah karena jika tidak dikelola dan diawasi dengan baik
akan memicu timbulnya korupsi. Jika hal itu terjadi maka
rakyat tidak akan percaya lagi dengan pemerintahan
sehingga menyebabkan kekacauan dalam negeri.
b. Indonesia
- Dampak negatif:
Pertama, rakyat pembayar pajak, yang saat ini sedang gencar-
gencarnya digalakan oleh Ditjen Pajak, harus merelakan sebagian
pajak yang dibayarkannya dipergunakan oleh pemerintah untuk
membayar cicilan pokok utang dan bunga.
Kedua, utang akan menyuburkan lahan korupsi bagi aparat birokrasi
terkait di negara penerima.
Ketiga, rendahnya nilai tambah utang sebagai sumber dana
pembangunan
Keempat, dampak yang teramat serius adalah ancaman terampasnya
kedaulatan dalam pengelolaan ekonomi Indonesia.
- Dampak positif:
Percepatan pembangunan nasional dan daerah akan tercapai di
karenakan dana sudah terjamin yang berhasil dari luar negri, karena
ABN kurang mencukupi untuk tercapainya pembangunan nasional
yang ditargetkan serta kemakmuran masyarakat segera terwujud.
c. Cina
Utang luar negeri tidak hanya menghambat tumbuhnya
kemandirian ekonomi negara-negara penghutang. Hutang
juga mengakibatkan kontraksi belanja sosial, merosotnya
kesejahteraan rakyat, dan melebarnya kesenjangan
ekonomi (Pearson : 1969, Kindleberger dan Herrick : 1997,
Todaro : 1987).
6. Dampak internasional dari utang luar negeri
Dampak internasional utang luar negeri pada 3 negara tersebut yakni
Thailand, Indonesia dan China adalah dengan adanya suatu negara
melakukan utang ialah menjadi pemicu meningkatnya ketergantungan negara
tersebut kepada modal asing, dan pada pembuatan utang luar negeri (kreditur)
secara berkesinambungan. Utang luar negeri diyakini telah dipakai oleh
negara-negara pemberi pinjaman (kreditur)─Amerika, sebagai sarana untuk
menyebarluaskan kapitalisme neoliberal ke seluruh penjuru dunia. Hutang luar
negri juga meningkatkan ketergantungan negara-negara dunia ke tiga pada
pasar luar negri, modal asing, dan juga pada tradisi pembuatan hutang luar
negri secara berkesinambungan (Rayer : 1974, Gelinas : 1998).
Dari sisi kelembagaan, lembaga keuangan multilateral penyalur hutang luar
negri, seperti IMF, Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB) sendiri
dinilai tidak transparan dan tidak akuntabel. Mereka dianggap sebagai
kepanjangan tangan negara-negara maju pemegang saham utama lembaga-
lembaga tersebut, untuk mengintervensi negara-negara penghutang (Rich :
1999, Stiglitz : 2002, Pircus dan Winters : 2004).Dari sisi ideologi hutang luar
negri dituding telah dipakai negara-negara kreditor, terutama Amerika Serikat,
sebagai sarana untuk meyebarluaskan kapitalisme neoliberal ke seluruh
penjuru dunia dan "menguras dunia" (Erlerm : 1989). Dari sisi implikasi
sosial politik hutang luar negri dicurigai sengaja dikembangkan oleh negara-
negara kreditor untuk mengintervensi negara-negara penghutang.
7. Kebijakan yang sesuai untuk melunasi utang
a. Thailand
- Kebijakan Thaksinomics (kebijakan ekonomi yang didasarkan pada
pemikiran Thaksin Sinawatra Perdana Menteri Thailand).
- Pembenahan dalam berbagai bidang, seperti hukum, pemerintahan, dan
pemberantasan banditisme, termasuk mafia narkoba. Kredibilitas
pemerintahan PM Thaksin terus dibangun dengan mengembangkan
good governance, antara lain dengan memberantas praktik korupsi.
- Melakukan pembenahan dengan memberantas korupsi, dan
menegakkan hukum. Kepastian hukum telah menumbuhkan
kredibilitas.
- Mendorong ekspor dan memperkuat fondasi perekonomian dalam
negeri. Pemerintah menyediakan kredit besar bagi pengusaha kecil dan
menengah di pedesaan, yang diyakini akan menjadi penyangga utama
perekonomian nasional.
- Kebijaksanaan pemberdayaan ekonomi kerakyatan
Pemerintah Thailand mengalihkan pelunasan hutang
sebesar 1,1 triliun baht baik bunga maupun pokok utang
dari dana talangan pasca krisis 1997 kepada bank of
Thailand.
b. Indonesia
- Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan
ekonomi pedesaan dan pemberian modal usaha kecil seluasnya.
- Meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang mewah dan
impor. Realitas yang ada saat ini pemerintah mengambil pajak barang
mewah.
- Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut dan
mengarah pada satu titik maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional,
melepaskan secara bertahap ketergantungan utang luar negeri.
- Menggalakan kebanggaan akan produksi dalam negeri, meningkatkan
kemauan dan kemampuan ekspor produk unggulan dan membina jiwa
kewirausahaan masyarakat. Negeri Indonesia ini sebenarnya kaya akan
Sumber daya alam unggulan sehingga bila kita manfaatkan secara
maksimal maka akan memberikan devisa negara.
- Mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan
kesejateraan yang berkeadilan dan merata.
c. Cina
Kebijakan China yang saat ini diterapkan sudah tepat yaitu
dengan memberikan hukuman yang tegas terhadap para
pelaku korupsi dengan begitu utang ataupun sumber dana
yang lain tidak disalah gunakan oleh para pemegang
kekuasaan. Selain itu peningkatan efisiensi produksi di
setiap sektor akan memacu pertumbuhan ekonomi terus
meningkat. Disektor lain yaitu hubungan dengan pihak luar
seperti CAFTA akan berdampak luar biasa bagi
perekonomian China, dengan begitu China dimungkinkan
bisa melunasi hutang hutangnya bahkan dapat mmberikan
pinjaman kepada pihak lain yang membutuhkan.
8. Sistem pelunasan yang cocok
a. Thailand
Sistem pelunasan utang luar negeri secara umum yaitu
debt for nature swap (DNS) dan debt for development swap
(DDS). DNS adalah suatu mekanisme pembatalan sebagian
utang dengan cara menukarkannya dengan komitmen
debitur untuk konservasi alam, sedangkan DDS adalah
suatu mekanisme pembatalan sebagian utang dengan cara
menukarkannya dengan komitmen debitur untuk
pembangunan. Menurut saya, dilihat dari kondisi Negara
Thailand, mekanisme pelunasan seperti DNS lebih baik
dilakukan daripada DDS.
b. Indonesia
Pertama, Debt swap. Solusi yang paling sederhana mengatasi utang luar
negeri adalah dengan mengoptimalkan restrukturisasi utang, khususnya
melalui skema debt swap, di mana sebagian utang luar negeri tersebut
dikonversi dalam bentuk progran yang berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat, pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya.
Kedua, Diplomasi ekonomi masalah utang luar negeri tidak bisa lagi
diselesaikan dengan terapi fiskal dan teknis ekonomi belaka. Potensi
internal ekonomi kita tidak cukup kuat untuk melayani utang luar negeri
yang salah dalam pengelolaannya. Suatu pendekatan diplomasi ekonomi
politik harus terus menerus dijadikan program aksi untuk menghadapi
lembaga dan negara donor. Diplomasi ekonomi juga penting
dilembagakan dengan sasaran untuk memperoleh keringanan dan
penghapusan sebagian utang sehingga proses pengurasan sumberdaya
dapat dihambat.
Ketiga, harus ada keberanian untuk menggugat dan tidak membayar sesuai
jadwal karena pada kenyataanya Indonesia tidak dapat membayar kembali
utang dan bunga yang jatuh tempo. Hutang tersebut hanya bisa dibayar
dengan cara melikuidasi kekayaan negara. Dalam hal utang dalam negeri,
supaya menarik kembali OR yang masih dalam penguasaan pemerintah
melalui bank-bank yang masih milik pemerintah.
Keempat, adalah cara yang datang dari potensi internal pemerintah sendiri
yaitu dengan menjaga kinerja makro-ekonomi dalam posisi yang stabil dan
menghentikan utang baru.
c. Cina
Sistem pelunasan utang luar negeri secara umum yaitu debt for nature
swap (DNS) dan debt for development swap (DDS). DNS adalah suatu
mekanisme pembatalan sebagian utang dengan cara menukarkannya
dengan komitmen debitur untuk konservasi alam, sedangkan DDS adalah
suatu mekanisme pembatalan sebagian utang dengan cara menukarkannya
dengan komitmen debitur untuk pembangunan. Menurut saya, dilihat dari
kondisi Negara China, mekanisme pelunasan seperti DDS lebih baik
dilakukan daripada DNS.