24
PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI KOMODITAS (PADI - JERUK) BERBASIS AGRIBISNIS DI LAHAN PASANG SURUT PLG SEJUTA HEKTAR Development of Farming System Commodities (Paddy-Citrus) Base on Agribusiness in Tidal Swam Land Mega Rice Project Dedy Irwandi, Susilawati dan Masganti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jl. G. Obos Km. 5 Kotak Pos 122, Palangkaraya 73001, e-mail:[email protected] ABSTRACT Potential of tidal swam land in Mega Rice Project (PLG) to develop field crop expansion, vegetables and fruits reachs 623,000 hectares or around 60% of PLG area. However farmer income still low because (a) the farmers was not arranged to farming system model, (b) lack of institution support from farming system. Farmer income can be improved through introduction pre-eminent commodities, the existing potential of land, and institutional plant and improvement knowledge farmer. Project conducted in Petak Batuah Village (Dadahup A-2), Kapuas Murung Distric, Kapuas Regency, Central Kalimantan province. Study executed in two step, that is from 2005 to 2007. The first year (a) collects information bio-phisic and social economic, (b) land suitability study and commodities area, (c) administration study of pattern farming system paddy-citrus with surjan system (d) exploiting area of guludan with citrus crop, (e) increases paddy indek, (f) adoption innovation of technology farming sytem bases on commodities to non cooperating farmers. The second years through (a) membership extension of cooperator and exploits farm between citrus crop which has not yielded, (b) institution expansion of group of farmer through improvement of knowledge, attitude and practise. Research method applied are, survey and desk study. This study was using PRA method, observation, indepth interview and participation observation. Managed by 52 cooperating farmers during activity. The result showed that introduction model farming system base on agribusiness commodities (paddy local-introduction) citrus with surjan system had level of concordance if it is developed in PLG area. This model can increase indek cropping of paddy from once a year become twice a years of business area (guludan and tabukan). Exploiting land can be easy diversification of commodities towards farming system agribusiness, towards rural agribusiness unit. Key word : farming system, agribusiness, paddy-citrus, surjan system, swamp land ABSTRAK Potensi lahan pasang surut kawasan PLG untuk pengembangan tanaman pangan, sayuran dan buah-buahan mencapai 623.000 ha atau sekitar 60% luas wilayah kawasan PLG. Akan tetapi pendapatan petani di wilayah ini masih tergolong rendah antaranya dikarenakan (a) belum maksimalnya model sistim usahatani yang diterapkan petani, dan (b) kurangnya dukungan kelembagaan usahatani. Pendapatan petani dapat ditingkatkan melalui introduksi komoditas unggulan, optimalisasi pemanfaatan lahan, dan

usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI KOMODITAS (PADI - JERUK) BERBASISAGRIBISNIS DI LAHAN PASANG SURUT PLG SEJUTA HEKTAR

Development of Farming System Commodities (Paddy-Citrus) Base on Agribusiness in Tidal Swam Land Mega Rice Project

Dedy Irwandi, Susilawati dan Masganti

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan TengahJl. G. Obos Km. 5 Kotak Pos 122, Palangkaraya 73001, e-mail:[email protected]

ABSTRACT

Potential of tidal swam land in Mega Rice Project (PLG) to develop field cropexpansion, vegetables and fruits reachs 623,000 hectares or around 60% of PLG area.However farmer income still low because (a) the farmers was not arranged to farmingsystem model, (b) lack of institution support from farming system. Farmer income can beimproved through introduction pre-eminent commodities, the existing potential of land,and institutional plant and improvement knowledge farmer. Project conducted in PetakBatuah Village (Dadahup A-2), Kapuas Murung Distric, Kapuas Regency, CentralKalimantan province. Study executed in two step, that is from 2005 to 2007. The firstyear (a) collects information bio-phisic and social economic, (b) land suitability studyand commodities area, (c) administration study of pattern farming system paddy-citruswith surjan system (d) exploiting area of guludan with citrus crop, (e) increases paddyindek, (f) adoption innovation of technology farming sytem bases on commodities to noncooperating farmers. The second years through (a) membership extension of cooperatorand exploits farm between citrus crop which has not yielded, (b) institution expansion ofgroup of farmer through improvement of knowledge, attitude and practise. Researchmethod applied are, survey and desk study. This study was using PRA method,observation, indepth interview and participation observation. Managed by 52cooperating farmers during activity. The result showed that introduction model farmingsystem base on agribusiness commodities (paddy local-introduction) citrus with surjansystem had level of concordance if it is developed in PLG area. This model can increaseindek cropping of paddy from once a year become twice a years of business area(guludan and tabukan). Exploiting land can be easy diversification of commoditiestowards farming system agribusiness, towards rural agribusiness unit.

Key word : farming system, agribusiness, paddy-citrus, surjan system, swamp land

ABSTRAK

Potensi lahan pasang surut kawasan PLG untuk pengembangan tanaman pangan,sayuran dan buah-buahan mencapai 623.000 ha atau sekitar 60% luas wilayah kawasanPLG. Akan tetapi pendapatan petani di wilayah ini masih tergolong rendah antaranyadikarenakan (a) belum maksimalnya model sistim usahatani yang diterapkan petani, dan(b) kurangnya dukungan kelembagaan usahatani. Pendapatan petani dapat ditingkatkanmelalui introduksi komoditas unggulan, optimalisasi pemanfaatan lahan, dan

Page 2: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

2

penumbuhan kelembagaan serta peningkatan kualitas SDM petani. Pengembangan sistemusahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLGdilaksanakan di Desa Petak Batuah (Dadahup A-2), Kecamatan Kapuas Murung,Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Kegiatan pengkajian dilaksanakan dalam 2(dua) tahapan, yaitu dari tahun 2005-2007. Tahun pertama kegiatan (a) pengumpulaninformasi biofisik dan sosial ekonomi kawasan eks. PLG Dadahup A-2, (b) kajiankesesuaian lahan dan pewilayahan komoditas, (c) kajian pengaturan pola usahatani padi-jeruk dengan sistem surjan, (d) pemanfaatan lahan guludan dengan tanaman jeruk, (e)peningkatan indek pertanaman padi, (f) adopsi inovasi teknologi sistem usahataniberbasis komoditas ke petani non-koperator. Tahun kedua dilakukan melalui (1)perluasan keanggotaan kooperator dan pemanfaatan lahan di antara tanaman jeruk yangbelum menghasilkan, (2) pengembangan kelembagaan kelompok tani melaluipeningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani. Metode pengkajian yangdigunakan adalah on farm research, survei dan desk study. Pengumpulan data dilakukanmelalui metoda PRA (Partcipatory Rural Apprasial) observasi, wawancara mendalam(in-depth interview) dan pengamatan pelibatan (participation observasi). Petanikooperator yang terlibat selama kegiatan pengkajian berjumlah 52 orang. Hasilpengkajian menunjukkan bahwa introduksi model usahatani berbasis komoditasagribisnis padi (lokal-unggul) - jeruk dengan sistem surjan memiliki tingkat kesesuaianjika dikembangkan di lahan pasang surut PLG Dadahup A-2. Model ini mampumeningkatkan indek pertanaman padi dari satu kali menjadi dua kali setahun danmengoptimalkan fungsi lahan usaha (guludan dan tabukan). Pemanfaatan semua bagianlahan usahatani dapat mempermudah diversifikasi komoditas menuju usahataniagribisnis.

Kata kunci : sistem usahatani, agribisnis, padi-jeruk, sistem surjan, pasang surut

I. PENDAHULUAN

Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk.

Sementara itu produksi pangan sendiri cenderung stagnan. Dengan keadaan seperti itu

maka produksi pangan terutama beras yang sebagian besar masih bertumpu di pulau Jawa

tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan konsumsi akibat telah beralihnya fungsi lahan-

lahan pertanian produktif ke lahan non pertanian, sehingga peluang untuk

mengembangkan lahan pertanian ke luar pulau Jawa tampaknya harus menjadi pilihan,

yaitu dengan memanfaatkan lahan-lahan marginal seperti lahan pasang surut. Pilihan

lahan pasang surut sebagai sumber pertumbuhan baru produksi pertanian, melalui

Pengembangan Lahan Gambut (PLG) sejuta hektar di Kalimantan Tengah merupakan

upaya pemerintah untuk melestarikan swasembada beras, meningkatan pendapatan

petani, membuka lapangan kerja baru dan pemerataan penduduk.

Page 3: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

3

Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah didukung oleh ketersediaan

lahan pasang surut seluas 5,5 juta hektar, dimana 1.696.071 hektar terdapat di Kabupaten

Kapuas dan yang termasuk ke dalam wilayah PLG adalah 1.034.312 hektar (Puslitanak,

1998). Sekitar 623.000 hektar lahan tersebut berpotensi untuk pengembangan tanaman

pangan, sayuran, buah-buahan dan ternak.

Desa Petak Batuah Dadahup A-2 berada pada wilayah pasang surut dengan lahan

bertipologi potensial dan tipe luapan air B, berpotensi untuk ditanami padi pada lahan

tabukan, sayuran, buah-buahan dan palawija pada lahan surjan (SWAMPS–II, 1993).

Luas wilayahnya 1.640 hektar, dan sekitar 300 hektar telah diusahakan untuk tanaman

padi, sedangkan sisanya masih memiliki potensi dengan tingkat kesesuaian tinggi untuk

dikembangkan sebagai wilayah pengembangan (budidaya). Namun kondisi

masyarakatnya menunjukkan bahwa pendapatan petani di wilayah ini masih tergolong

rendah dan usahatani masih sering menghadapi berbagai kendala, hal ini disebabkan oleh

(1) belum maksimalnya model sistem usahatani yang diterapkan petani, berkaitan erat

dengan kondisi lahan yang tergolong marginal seperti: pH tanah rendah, kesuburan

rendah, terdapat lapisan pirit, sistem tata air belum berfungsi dengan baik, pola usahatani

masih tradisional hanya menanam padi lokal sekali dalam setahun, penggunaan varietas

unggul masih kurang, keragaman komoditas yang diusahakan petani sangat terbatas,

terjadi serangan hama penyakit tanaman akibat masih banyaknya lahan yang belum

dimanfaatkan secara optimal, dan terbatasnya tenaga kerja yang mampu mengelola lahan

pasang surut, dan (2) kurangnya dukungan kelembagaan usahatani. Pengembangan

usahatani di lahan pasang surut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani,

melalui penerapan teknologi komoditas unggulan dengan pola usahatani padi-jeruk,

optimalisasi pemanfaatan lahan, penumbuhan kelembagaan agribisnis dan peningkatan

pengetahuan, sikap dan keterampilan petani.

Introduksi komoditas jeruk di lahan pasang surut PLG Dadahup A-2, khususnya di

lahan guludan merupakan upaya mengoptimalkan fungsi lahan usahatani yang telah

tertata dengan sistem surjan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hampir 78%

lahan usaha yang telah tertata dengan sistem surjan baru dimanfaatkan pada bagian

tabukannya saja, sedangkan pada bagian guludan hanya dibiarkan menjadi semak belukar

dan berpeluang sebagai sumber perkembangan organisme pengganggu tanaman

Page 4: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

4

(Susilawati et al., 2003). Jeruk memiliki peluang keberhasilan yang cukup tinggi jika

diusahakan di lahan pasang surut, karena jeruk termasuk tanaman yang relatif tahan

terhadap pH rendah dan kadar salin tinggi. Salah satu tanaman jeruk yang banyak

diusahakan petani di Kalimanatan Selatan dan Kalimantan Tengah adalah tanaman jeruk

“Siam Banjar”, yang diambil dari nama daerah penghasilnya yaitu Kabupaten Banjar,

Kalimantan Selatan.

Pengkajian ini bertujuan untuk membangun model usahatani berbasis agribisnis di

lahan pasang surut tipe luapan B, yaitu dengan (a) mengembangkan pola usahatani padi-

jeruk melalui penerapan inovasi teknologi dan melakukan diversifikasi komoditas di

antara tanaman jeruk belum menghasilkan, dengan tanaman palawija ataupun sayuran,(b)

mengembangkan kelembagaan usahatani, dan (c) memberdayakan kelompok tani sebagai

pendukung agribisnis.

II. METODOLOGI

Pengkajian dilaksanakan di lahan pasang surut potensial tipe luapan air B,

kawasan eks PLG, yaitu di Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Dadahup A-2, desa

Petak Batuah Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas.

Kegiatan pengkajian dilaksanakan dalam 2 (dua) tahapan, yaitu dari tahun 2005-

2007. Tahun pertama kegiatan (a) pengumpulan informasi biofisik dan sosial ekonomi

kawasan PLG Dadahup A-2, (b) kajian kesesuaian lahan dan pewilayahan komoditas (c)

kajian pengaturan pola usahatani padi-jeruk dengan sistem surjan, (d) pemanfaatan lahan

guludan dengan tanaman jeruk, (e) peningkatan indek pertanaman padi, (f) adopsi inovasi

teknologi sistem usahatani berbasis komoditas ke petani non koperator. Tahun kedua

dilakukan melalui (a) perluasan keanggotaan petani kooperator dan memanfaatkan lahan

diantara tanaman jeruk yang belum menghasilkan, (b) pengembangan kelembagaan

kelompok tani melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani.

Metode pengkajian yang digunakan adalah on farm research, survei dan desk

study. Pengumpulan data melalui metoda PRA (Participatory Rural Apprasial),

observasi, wawancara mendalam (in-depth interview) dan pengamatan pelibatan

(participation observasi). Petani kooperator yang terlibat selama pengkajian berjumlah

52 orang.

Page 5: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

5

Data yang dikumpulkan meliputi: lingkungan biofisik dan geografik wilayah,

karakteristik petani, jenis komoditas usahatani, pola usahatani, data input-ouput,

komoditas yang telah dikembangkan, tingkat penerapan inovasi teknologi, sejarah

kecenderungan desa, kelembagaan usahatani, data sosial, ekonomi, dan budaya. Data

yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian

Desa Petak Batuah (Dadahup A-2) merupakan salah satu desa di Kec. Kapuas

Murung, Kab. Kapuas. Luas wilayahnya 1.640 hektar dengan potensi lahan pertanian

800 hektar dan sekitar 300 hektar telah diusahakan untuk tanaman padi pada lahan

sawahnya, sedangkan pada lahan guludannya sebagian ditanami tanaman buah-buahan

seperti pisang, mangga, rambutan, serta bermacam sayuran.

Lahan usahatani berkembang dari bahan endapan sungai yang diusahakan sebagai

sawah pasang surut dengan tipe luapan air B. Berada pada ketinggian 0 - 6 meter dpl,

topografi datar dengan jumlah curah hujan tahunan > 2.000 mm. Terletak pada

perpotongan sungai Kapuas Murung dan sungai Barito. Pada bagian barat berbatasan

dengan hutan rawa pasang surut, bagian timur dengan UPT Dadahup A-1, bagian selatan

dengan UPT Dadahup A-4, dan bagian utara dengan Desa Dadahup. Jarak desa dengan

ibu kota kecamatan 25 km, dan 50 km ke ibukota kabupaten.

Penduduk transmigran di daerah ini berasal dari Jawa Timur, Jawa Barat dan Nusa

Tenggara Barat. serta penduduk lokal (Banjar dan Dayak) dengan perbandingan 40:60

persen. Latar belakang sebagian besar transmigran dari luar adalah petani di lahan sawah

irigasi dan lahan kering. Pengalaman bertani pada agroekosistem pasang surut hanya

pada saat penempatan, namun umumnya sudah dapat beradaptasi dengan baik. Jumlah

penduduk di Desa Dadahup A-2 terdiri dari 317 kepala keluarga (KK) dengan 623 jiwa,

terdiri dari 16 Rukun Tetangga (RT) dan setiap RT memiliki satu kelompok tani. Rata-

rata jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang. Rasio laki-laki dan perempuan hampir

seimbang. Berdasarkan struktur umur anggota rumah tangga petani sekitar 16% keluarga

petani tergolong berusia non produktif (<13 tahun) dan sekitar 5% berusia lanjut (>60

Page 6: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

6

tahun), berarti sekitar 79% berusia produktif. Mata pencaharian penduduk desa pada

umumnya dari sektor pertanian, baik dari petani maupun buruh tani.

3.2. Identifikasi dan Karakterisasi Biofisik dan Sosial Ekonomi Usahatani di LahanPasang Surut eks PLG

3.2.1 Kondisi Biofisik dan Sumberdaya Lahan

Wilayah pengkajian termasuk agroekosistem pasang surut tipe B dan sebagian

mendekati tipe C. Lahan usahatani berkembang dari bahan endapan marine (aluvio

marine) yang diusahakan sebagai sawah pasang surut. Bentuk landform pada kawasan

yaitu landform group alluvial, yang terbentuk dari hasil proses fluviasi oleh sungai yang

umumnya berupa pengendapan baru (risen), dicirikan adanya bahan yang berlapis-lapis.

Bahan halus umumnya diendapkan di atas bahan kasar karena gravitasi, sedang bahan

yang berdekatan sungai lebih kasar dibanding dengan bahan yang diendapkan pada

daerah yang lebih jauh dari sungai (Puslittanak, 2000).

Ketersediaan air sangat tergantung dari gerakan pasang surut di permukaan sungai

dan curah hujan. Perbedaan tinggi air pada saat pasang besar dengan pasang kecil sekitar

2,0 m. Pada saat pasang besar, air terluapi ke permukaan sawah, sedang pada saat pasang

kecil, air tidak sampai ke persawahan. Jumlah curah hujan tahunan > 2.000 mm.

Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman termasuk zona agroklimat C2 dengan jumlah

bulan basah (>200 mm/bulan) berkisar antara 5-6 bulan dan jumlah bulan keringnya

(<100 mm/bulan) berkisar antara 2-3 bulan.

Jenis tanah didominasi ordo Histosols terbentuk dari bahan organik yang jenuh air.

Tanah dalam (> 1,5 meter) dan pada umumnya telah mengalami penghancuran lebih

lanjut, drainase tanah sangat terhambat, berwarna kelabu tua sampai hitam.

Faktor penghambat utama dalam pemanfatan sumberdaya lahan adalah air

genangan dan pirit (Karama, 1998). Air genangan dapat ditanggulangi dengan pembuatan

dan penataan saluran-saluran air baik primer, sekunder, tertier maupun kuarter.

Penghambat lainnya yaitu pirit, sangat langsung berpengaruh terhadap tanaman terutama

bila mencuat di permukaan tanah atau dekat dengan permukaan tanah. Pengaruh pirit

terhadap tanah adalah terjadinya kemasaman tanah yang tinggi dengan kriteria masam

sampai sangat masam. Kedalaman lapisan pirit di lokasi pengkajian adalah di atas 80 cm.

Page 7: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

7

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tingkat kesuburan tanah tergolong sedang,

yang dicirikan oleh kemasaman yang cukup tinggi (pH 3,25–4,27), kandungan C organik

sedang, N total rendah – sedang, P tersedia rendah, dan kation-kation basa rendah.

3.2.2. Pewilayan Komoditas Pertanian

Arahan pewilayahan komoditas yang disusun oleh Balai Besar Sumberdaya

Lahan Pertanian (BBSDLP, 2006), didasarkan hasil evaluasi lahan, prioritas komoditas

unggulan dan penggunaan lahan. Komoditas-komoditas pertanian yang menjadi unggulan

di Desa Dadahup A-2 adalah padi sawah, sawi, lombok, pisang dan jeruk. Komoditas lain

yang potensial dikembangkan adalah terong dan paria.

Berdasarkan hasil analisis, Desa Dadahup A2 termasuk dalam Zone VI yaitu

lahan sulfat masam dan terbagi dalam 3 (tiga) subzone agroekosistem (Tabel 1) :

Tabel 1. Luasan Pewilayahan Komoditas Pertanian di desa Petak Batuah Dadahup A2

Simbol Sistem Pertanian/Alternatif komoditas Luas (ha)Pertanian lahan basah, tanaman pangan

VI/Wr PadiPertanian lahan basah, tanaman pangan/hortikultura/tahunan

VI/Wrh1 Padi, sawi lombok, kacang panjang, terongVI/Wrh2 Padi, sawi, lombok, pisang, jeruk

Lain-lainX Jalan dan saluran air

153,86

1.482,955.022,63

196,56JUMLAH 6.856,00Sumber : BBSDLP, 2006

VI/Wr. Pertanian lahan basah dengan komoditas utama padi sawah, seluas 153 ha.Lahan-lahan ini mempunyai tipologi lahan Sulfat Masam Potensial (SMP-G/G1),dengan kedalaman bahan sulfidik <50 cm dan ketebalan gambut 20 – 100 cm. Daerahini merupakan bekas aliran sungai yang kondisinya lebih cekung dari daerahsekitarnya. Pada musim kemarau kondisi lahan basah dan macak-macak.

VI/Wrh1. Pertanian lahan basah dengan komoditas utama padi sawah, sawi lombok, terong dan paria, seluas 1.483 ha. Lahan-lahan ini mempunyai tipologi lahan SMP dan SMP-Gdengan kedalaman bahan sulfidik < 50 cm. Penataan lahan yang cocok diterapkanadalah sawah/surjan bertahap atau melakukan rotasi tanaman padi dan sayuran.

VI/Wrh2. Pertanian lahan basah dengan komoditas padi sawah, sawi, lombok, jeruk dan pisangseluas 197 ha. Lahan-lahan ini mempunyai tipologi lahan P1, dengan kedalamanbahan sulfidik > 50 cm. Penataan lahan yang cocokpada lahan ini adalah sawah/surjan, atau melakukan rotasi tanaman pangan, yaitu padi- sayuran/palawija.Sedangkan tanaman tahunan dapat ditempatkan pada bagian guludan surjan, atau padabedengan-bedengan sawah.

Page 8: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

8

3.3.3. Kesesuaian lahan

Berdasarkan evaluasi lahan yang dilakukan BBSDLP lahan-lahan di Desa Petak

Batuah Dadahup A2 cukup sesuai untuk dikembangkan sebagai daerah persawahan untuk

tanaman padi dengan asumsi bahwa telah dilakukan pengaturan tata air, pemupukan dan

penggunaan traktor tangan. Hal yang menjadi kendala dalam penanaman padi sawah

adalah potensi keracunan pirit akibat adanya bahan sulfidik dan reaksi tanah masam.

Disamping itu kendala banjir yang kadang-kadang datang pada saat musim penghujan

menjadi permasalahan tersendiri. Jika terendam terlalu lama, tanaman akan mati. Dengan

perbaikan tanggul-tanggul penahan diharapkan air bisa dicegah masuk ke lahan bila

terjadi kelebihan air di musim hujan, sehingga bahaya banjir tidak menjadi masalah bagi

pengembangan padi sawah.

3.3. Karakteristik Usahatani dan Sosial Ekonomi

3.3.1 Luas garapan.

Mengingat usahatani padi merupakan usahatani yang utama, maka yang menjadi

ukuran kemampuan adalah luas lahan garapan. Dari luas lahan yang diberikan pemerintah

(2 ha), umumnya petani hanya mampu menggarap maksimal seluas 1,82 ha untuk padi

lokal dan 1,25 ha untuk padi unggul. Kendalanya disebabkan petani tidak mampu

menyediakan saprodi dan tenaga kerja bila menggarap lahan yang lebih luas. Oleh sebab

itu upaya memaksimalkan luas lahan yang bisa dikelola harus didukung penguatan

kemampuan dalam membeli saprodi serta membayar upah tenaga kerja luar keluarga.

3. 3.2. Penerapan teknologi.

Secara umum petani telah menerapkan teknologi, khususnya pada usahatani padi

unggul, yaitu sejak persiapan bibit, pengolahan tanah, pemeliharaan sampai panen. Pada

pembibitan, penerapan teknologi dalam hal waktu dan pemeliharaan bibit. Pengolahan

tanah telah banyak yang melakukan dengan traktor tangan, terutama untuk tanaman padi

unggul. Teknologi pemupukan juga telah diterapkan, walaupun dosis sedikit dibawah dari

dosis yang dianjurkan petugas, hal ini lebih disebabkan terbatasnya modal. Pada masa

pemeliharaan tanaman umumnya petani telah menerapkan pemberantasan gulma maupun

hama dan penyakit.

Page 9: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

9

3.3.3. Pola Usahatani.

Kawasan eks. PLG lebih banyak dijadikan sebagai lahan sawah sehingga usahatani

dominan adalah padi. Dibeberapa lokasi dimana tipe luapan air pasang surutnya tipe B,

lahan sawahnya banyak ditata dengan sistem surjan. Pola tanam padi unggul dilakukan

pada musim April-September dan padi lokal pada musim Oktober-Maret. Tidak semua

petani di lokasi ini menanam padi unggul, namun pada umumnya mereka menanam padi

lokal. Padi unggul yang banyak ditanam adalah IR-66 dan padi lokal yang umum adalah

Siam.

Pertimbangan yang masih mengemuka mengapa petani lebih mengutamakan

menanam padi lokal adalah karena dua hal, pertama padi lokal tidak memerlukan

penanganan yang terlalu intensif sehingga tenaga kerja bisa dimanfaatkan untuk kegiatan

lain. Kedua harga jual padi lokal lebih mahal, bila harga padi unggul Rp.22.000,-/kaleng

(11 kg/kaleng), sedangkan harga padi lokal Rp.25.000,-

Usahatani yang memberikan penerimaan relatif merata sepanjang waktu adalah

pisang, yaitu pisang kepok. Panen pisang dapat dilakukan setiap setengah bulan dengan

hasil kurang lebih 8-10 tandan. Harga komoditas pisang kepok sangat bervariasi,

tergantung pada situasi dan kualitas produknya. Pisang dengan jumlah sisir 10-12 dibeli

oleh pedagang pengumpul dengan harga Rp 10.000-Rp 12.000/tandan. Daya tawar petani

dapat diperbaiki dengan teknik budidaya intensif seperti pengurangan jumlah anakan dan

pemupukan sehingga diperoleh produksi pisang dengan mutu baik dan seragam.

Dengan input rendah dan pemeliharaan yang tidak terlalu intensif, budidaya pisang

masih menguntungkan dengan nilai benefit cost ratio 1,09.

Tabel 2. Hasil Analisis Usaha Tani Beberapa Tanaman Tahunan di Desa Petak Batuah

KomoditasKomponen

Pisang Jeruk Mangga

GM (Gross Margin)BCR (Benefit Cost Ratio)IRR (Internal Rate of Return)NPV (Net Present Value)

556.8001.262.91

27.126,08

349.6001.09

15.04168.866,94

179.166,671.324.98

15415.56

Sumber : BBSDLP 2006, Karakterisasi Sosial ekonomi mendukung Prima Tani Dadahup-A2

Hewan ternak di Desa Petak Batuah adalah sapi dan kambing. Di samping itu,

hampir seluruh rumah tangga mempunyai ayam buras skala kepemilikan kecil (2-10

Page 10: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

10

ekor). Ayam buras dipelihara dengan sistem ektensif dan semi intensif. Perkembangan

populasi cenderung stabil. Penjualan ternak ayam buras sangat mudah dengan harga Rp

20.000 - Rp 30.000/ekor. Peranan ayam buras tersebut sangat penting dalam upaya

mendapatkan uang tunai dengan mudah dan cepat.

Ternak sapi merupakan komoditas rintisan bantuan Presiden pada tahun 2006 yaitu,

jenis sapi Bali untuk penggemukan berjumlah 20 ekor yang dibagikan kepada 20

kelompok. Dalam perkembangannya terjadi kematian sebanyak 4 ekor, kematian diduga

oleh pengaruh pakan (rumput lokal) yang diberikan. Rumput lokal pertanaman di lahan

pasang surut memiliki kandungan mineral Ca rendah, sehingga apabila dikonsumsi sapi

akan menyebabkan defisiensi mineral, sehingga untuk mendukung pengembangan ternak

sapi dan kambing di Desa Dadahup A-2 diintroduksikan hijauan makanan ternak jenis:

legum (gliricideaae, gamal, turi) dan rumput unggul Brachiaria humidicola var Tully,

Brachiaria sp molato, Taiwan gross, Glisirida, dan Setaria spacelata dipinggir galangan.

Berdasarkan hasil analisis usaha sapi (Tabel.3), pemeliharaan sapi dalam satu

tahun masih menguntungkan walaupun kecil (B/C ratio 1,014). Sedangkan kepemilikan

kambing hanya terdapat 25 ekor. Dengan skala pemeliharaan kambing 10 ekor, dalam

satu tahun usaha ternak ini masih cukup menguntungkan dengan nilai B/C ratio 1,26.

Tabel 3. Analiasi Usaha Ternak Sapi dan Kambing di Desa Petak Batuah

Sapi KambingUraian Jumh Harga (Rp) Nilai (Rp) Jumlah Harga (Rp) Nilai Rp)

A. Biaya-Hewan bakalan-Mencari rumput (HOK)

- Biaya modal (13%)- Penyusutan kandang- Biaya tdk terduga

173

2.000.00025.000

2.000.0001.825.000

260.00029.16775.000

1095

200.00025.000

2.000.000237.500234.000

37.500100.000

Jumlah biaya 4.189.167 4.746.500

B. Penerimaan- Biaya kotor- Pendapatan

B/C

1 4.250.000 4.250.00060.833

1.014

10 600.000 600.0001.253.500

1,260

3.3.4. Penggunaan tenaga kerja.

Petani mengandalkan tenaga kerja keluarga dalam melakukan usahataninya. Secara

umum tenaga kerja utama terdiri dari satu kepala keluarga dan ibu taninya. Ketersediaan

Page 11: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

11

tenaga kerja keluarga inilah yang membatasi kemampuan untuk memperluas

usahataninya. Bila harus membayar tenaga kerja upahan, harga upah harian cukup mahal

Rp 20.000,- - Rp 25.000,-/orang/hari. Pada kegiatan tanam dan panen, karena selang

waktunya relatif singkat, sebagian harus menggunakan tenaga kerja upahan, baik dengan

cara pembayaran tunai maupun bagi hasil. Upah bagi hasil umumnya dengan

perbandingan antara pemilik dengan pemanen adalah 4 : 1.

Berdasarkan kenyataan ini, upaya yang harus dilakukan adalah mengoptimalkan

pemanfaatan tenaga kerja keluarga dengan mengatur sistem usahatani yang memiliki

keterpaduan kuat, sehingga saling berkomplementer satu sama lainnya yang pada

akhirnya dapat meningkatkan efisiensi.

Lapangan menunjukkan bahwa ada masa-masa dimana kegiatan usahatani kurang

memerlukan tenaga kerja yaitu pada menunggu saat panen pada bulan Agustus. Sebagian

masyarakat pergi keluar desa, mengambil upah panen di daerah lain yang lebih dulu

panen padi. Perluasan lahan garapan akan menimbulkan konsekuensi kebutuhan tenaga

kerja yang besar. Keadaan ini memberi petunjuk bahwa untuk memanfaatkan lahan-lahan

yang terlantar perlu mendatangkan tenaga kerja dari luar disamping usaha meningkatkan

kemampuan daya garap lahan dengan introduksi alsintan.

3.3.5. Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani.

Perimbangan antara pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani dapat

menggambarkan bagaimana kemampuan petani menyediakan modal untuk menjalankan

usahataninya. Pendapatan rumah tangga petani di daerah ini bersumber dari pendapatan

usahatani sendiri, buruh tani dan usaha lainnyan (Tabel 4). Pendapatan usahatani utama

bersumber dari usahatani padi yang dilakukan dua kali setahun yaitu padi unggul dan

padi lokal serta tanaman palawija, sayuran dan buah-buahan.

Dengan pendapatan sebesar Rp 787.291,25 per bulan, jumlah ini relatif cukup untuk

sebuah keluarga di pedesaan. Pengeluaran meliputi keperluan bahan makanan, kesehatan,

pakaian, pendidikan berjumlah Rp 7.012.000. atau sekitar Rp 584.333,33 per bulan. Bila

dibandingkan dengan pendapatan per bulan Rp 787.291,25 sehingga ada kelebihan

pendapatan sebesar Rp.202.957,92.

Tabel 4 mengindikasikan bahwa kontribusi terbesar pendapatan petani adalah dari

usahatani padi dan buruh tani, sedangkan usahatani lainya kontribusinya masih kecil.

Page 12: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

12

Kondisi ini dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan lahan optimal dan perbaikan teknik

budidaya komoditas yang bernilai ekonomis.

Tabel 4. Pendapatan rumah tangga petani di daerah pengkajian (per-tahun)

Sumber Pendapatan (Rp) % petani Kontribusi terhadappendapatan (%)

1.Usahatani : Padi unggul Padi lokal

2.Usahatani palawija Jagung

Kacang tanah Ubi jalar Ubi kayu

3.Sayuran

4.Buah-buahan Pisang Mangga

3.Mencari ikan

4.Buruh tani

5.Lainnya

Jumlah

2.257.1142.565.381

120.000300.000

25.00020.000

200.000

600.000 100.000

100.000

1.600.000

1.500.000

9.447.495

73,3100

301030

86,7

23,3

100

63,3

23,3

87,7

10,0

23,927,2

1,33,20,30,2

2,1

6,4

1,0

1,0

16,9

15,9

3.3.6. Kelembagaan Pendukung Usahatani

Kelembagaan pendukung yang ada di desa ini terdiri dari kelompok tani, P3A, dan

tenaga penyuluh. Kinerja dari kelompok tani belum maksimal. Kelembagaan permodalan

belum tersedia, sehingga berdampak pada terbatasnya kemampuan menerapkan teknologi

anjuran seperti pemupukan, sedangkan kelompok wanita tani belum terbentuk, walaupun

aktivitas usahatani sangat banyak dilakukan wanita tani. Kegiatan produksi maupun

pemasaran hasil dapat berhasil bila faktor pendukung kelembagaan berfungsi yaitu

adanya kelembagaan keuangan dan permodalan serta informasi dan penyuluhan.

Keterbatasan modal menjadi salah satu kendala utama petani dalam mengembangkan

usahatani intensif dan ekstensif, sedangkan peran lembaga informasi dan penyuluhan

penting dalam penyediaan dan penyebaran informasi terkini dari berbagai aspek terkait

dengan pengembangan pertanian atau agribisnis di kawasan eks PLG.

Page 13: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

13

4. Model Introduksi Komoditas Jeruk dalam Pola Usahatani Padi – Jeruk diLahan Pasang Surut eks PLG

4.1. Pola Penataan Lahan di Desa Petak Batuah Dadahup A-2

Pola penataan lahan adalah dengan sistem surjan. Sistem surjan merupakan model

penataan lahan di lahan pasang surut dengan membagi lahan menjadi dua bagian yaitu

bagian yang disebut guludan (bagian yang ditinggikan) dan tabukan (bagian bawah).

Surjan dibuat dengan ukuran lebar 3 m dengan tinggi berkisar antara 50 - 60 cm

(tergantung tipe lahan), sedang jarak surjan (tabukan) 15 – 20 m. Keadaan ini sesuai

dengan hasil karakterisasi, dimana lokasi ini memiliki tipe luapan air B dan tergolong

lahan sulfat masam potensial, maka anjuran penataan lahannya adalah penataan lahan

dengan sistem surjan. Kondisi ini telah sesuai dengan sistem penataan lahan pasang surut

yang didasarkan atas tipologi lahan dan tipe luapan air, seperti dalam Tabel 5.

Tabel 5. Pola pemanfaatan lahan berdasar tipologi lahan dan tipe luapan air

Tipe Luapan Air

Tipologi Lahan A B C D

Potensial

Sulfat Masam

Bergambut

Gambut dangkal (0,5-1,0 m)

Gambut tengahan (1,0-2,0 m)

Gambut dalam (>2,0-3,0 m)

Gambut sangat dalam (>3,0 m)

Sawah

Sawah

Sawah

Sawah

-

-

-

Sawah/Surjan

Sawah/surjan

Sawah/surjan

Sawah

Konservasi

Konservasi

Konservasi

Sawah/surjan/tegalan

Sawah/surjan/tegalan

Sawah /tegalan

Tegalan/kebun

Tegalan/perkebunan

Tegalan/perkebunan

Konservasi

Sawah/tegalan/kebun

Sawah/tegalan/kebun

Sawah/tegalan/kebun

Tegalan/kebun

Perkebunan

Perkebunan

Konservasi

Sumber : (1) Alihamsyah, et al. (1998) dan (2) Widjaja-Adhi (1992)

Pengguna sistem surjan memungkinkan petani mempunyai akses yang lebih luas

dalam menentukan komoditas yang akan dikembangkan khususnya pada surjan, baik

untuk tanaman palawija (jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau) tanaman

sayuran, tanaman buah-buahan (jeruk), maupun tanaman perkebunan (kopi, dan kelapa).

Pada bagian tabukan karena kondisinya selalu berair, maka sesuai untuk pertanaman

padi. Terkait dengan hal ini, maka lahan yang telah ditata dengan sistem surjan harusnya

dapat ditanami dengan berbagai pilihan komoditas tersebut (SWAMPS–II, 1993).

Namun baru lahan tabukan yang secara terus menerus diusahakan untuk tanaman padi

lokal, sedangkan lahan guludan hanya sebagian yang memanfaatkan, terutama untuk

Page 14: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

14

tanaman buah-buahan seperti pisang kepok, mangga dan kelapa. Selain lahan belum

optimal dimanfaatkan, komoditas yang ditanampun terkesan seadanya, tanpa dipelihara.

Upaya perbaikan yang dilakukan terhadap usahatani pisang yang telah ada di lahan usaha

(guludan) diarahkan kepada upaya pembersihan tanaman dan membersihkan dari semak

yang berpeluang sebagai sumber perkembangan OPT.

4.2. Introduksi Komoditas Jeruk dan Optimalisasi Penggunaan Lahan

Lahan pasang surut mempunyai sifat yang sangat heterogen. Pengembangan jeruk

dapat dilakukan pada lahan yang memang sesuai untuk jeruk maupun lahan bermasalah

seperti lahan gambut, dan pasang surut. Tanaman jeruk memiliki peluang keberhasilan

yang cukup tinggi jika diusahakan di lahan pasang surut, karena jeruk termasuk tanaman

yang relatif tahan terhadap pH rendah dan kadar salin tinggi. Pengembangan jeruk pada

lahan berair tanah dangkal membutuhkan bibit dengan sistem perakaran yang tidak

terlalu dalam.

Jeruk yang banyak diusahakan petani adalah jeruk “Siam Banjar”. Bibit jeruk Siam

yang ditanam dalam pengkajian ini berasal dari dua jenis sistem perbanyakan tanaman

yaitu dari okulasi dan cangkok. Beberapa kelebihan dari kedua cara perbanyakan ini

antara lain: (a) bibit okulasi, jenis batang bawah yang digunakan tahan terhadap

genangan, salinitas tinggi, penyakit busuk akar dan mampu mendukung pertumbuhan dan

produksi yang optimal, sehingga prospektif dikembangkan di lahan pasang surut eks

PLG. Bibit okulasi ini memiliki batang bawah Japaniss Citroen (JC) yang diketahui

relatif tahan terhadap salinitas tinggi dan memberikan keragaan yang cukup memuaskan

di lahan pasang surut.

Berdasarkan hasil penelitian untuk daerah pasang surut yang air tanahnya dangkal,

dianjurkan menggunakan bahan tanaman yang mempunyai perakaran dangkal yang

umumnya dimiliki oleh bibit jeruk yang diperbanyak dengan sistem okulasi, (b) bibit

cangkok, penggunaan bibit yang berasal dari cangkok dipilih agar kualitas buah yang

dihasilkan serupa dengan induknya, karena bibit cangkok dibuat dengan cara memilih

bagian tanaman dari pohon induk yang berdaun rimbun dan tidak menguning, berbuah

lebat dan berkualitas baik.

Page 15: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

15

Pada lahan pasang surut bibit cangkok memiliki prospek yang baik untuk ditanam

terutama pada lahan dengan tingkat kedalaman piritnya > 50 cm. Hal ini disebabkan

sistem perakaran bibit cangkok memanjang ke bawah menyerupai akar tunjang sehingga

dikhawatirkan akan mengenai lapisan pirit yang kedalamannya < 50 cm. Penggunaan

bibit cangkok mempertimbangkan hasil survei tanah di Desa Dadahup A-2 yang

menunjukkan bahwa tingkat kedalaman lapisan pirit > 80 cm dan lahan tergolong

potensial, sehingga penggunaan bibit asal cangkokan tidak menjadi masalah.

Tabel 6. Komponen Teknologi Usahatani Jeruk di Lahan Pasang Surut, Dadahup A-2

Uraian JerukVarietas Siam MadangJenis Bibit Okulasi dengan jenis batang bawah JC dan CangkokKapur 5 kg/tan, diberikan 1-2 minggu sebelum tanamPupuk Kandang 5 kg/tan, diberikan 1-2 minggu sebelum tanamFuradan 15 g/tan, diberikan menjelang tanamUrea 50 g/tan/bln, diberikan selama 5 bulanSP-36 25 g/tan/bln, diberikan selama 5 bulanKCL 45 g/tan/bln, diberikan selama 5 bulan

Hasil pengkajian yang diperoleh pada tahun pertama menunjukkan bahwa

introduksi komoditas jeruk yang ditanam di lahan guludan telah meningkatkan jumlah

(luasan) lahan usaha yang telah dimanfaatkan. Data saat awal kegiatan/karakterisasi

terlihat bahwa dalam kawasan 38 ha, lahan guludan yang telah ditanami petani dengan

berbagai komoditas seperti pisang, mangga, kelapa, hanya terdapat 4 guludan saja atau

1,0 ha. Melalui introduksi komoditas jeruk, maka guludan yang sudah termanfaatkan

mencapai 19 guludan atau sekitar 4,75 ha, dengan populasi 3.000 tanaman jeruk dari

jenis okulasi dan cangkok.

Pengamatan terhadap karakteristik agronomis menunjukkan bibit yang berasal dari

bahan okulasi mempunyai perakaran yang sangat banyak, yang diamati pada saat

tanaman berumur satu bulan. Bibit okulasi ini juga mudah beradaptasi di lapangan dan

persentase kematian bibit di tingkat lapang hanya 2%. Kondisi ini sesuai dengan yang

ditulis Supriyanto dan Agus (2004), bahwa risiko kematian bibit yang berasal dari okulasi

lebih rendah dari bibit yang berasal dari cangkok, yaitu berkisar antara 0–5 %. Bibit yang

berasal dari cangkok, sebelum ditanam di lapangan perlu dilakukan domestikasi selama

Page 16: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

16

2–4 minggu akibat stress dalam pengangkutan. Risiko kematian bibit yang berasal dari

cangkokan lebih besar yaitu 5 – 10 %. Pada pengkajian ini persentase kematian bibit

yang berasal dari cangkokan mencapai 12%. Dari pengamatan diketahui bahwa sebagian

petani tidak melakukan domestikasi terhadap bibit yang tersedia. Segera setelah bibit

tanaman jeruk mereka terima, secara beramai-ramai mereka membawa bibit ke lahan

usaha untuk ditanam. Alasan yang dikemukakan petani adalah apabila pertanaman jeruk

mereka lakukan setelah masa pemulihan (domestikasi) yang waktunya sekitar 2 minggu,

maka telah datang masa (periode) petani penyiapan lahan untuk menanam padi, tetapi

bagi petani yang benar-benar melakukan domestikasi bahkan dengan menyemai ulang ke

suatu lahan, diperoleh hasil yang baik dengan tingkat kematian 0%. Dari pengamatan ini

dapat dicermati bahwa terbatasnya tenaga kerja rumah tangga dan ketidak mampuan

petani mengatur waktu dalam proses produksi usahatani dapat menyebabkan inovasi

teknologi menjadi lambat diterima dan berkembang, yang pada akhirnya akan diperoleh

hasil yang belum optimal.

Karakter pertumbuhan lain yang diamati adalah sifat pertumbuhan memanjang ke

atas untuk bibit yang berasal dari cangkok, sehingga cenderung lebih tinggi dan jumlah

cabang lebih sedikit. Bibit yang berasal dari okulasi tumbuh lebih rimbun dan banyak

menghasilkan cabang-cabang baru, serta pertumbuhan daun yang seragam.

Pengamatan lain yang juga dilakukan saat pengkajian berlangsung sangat terkait

dengan kemampuan petani dalam berusahatani jeruk di lahan pasang surut, serta

pengalaman-pengalaman petani berusahatani jeruk. Hasil pengamatan ini dapat dijadikan

perbandingan antara teknologi yang ada di tingkat petani dengan yang diintroduksikan.

Petani yang menanam jeruk Siam sebelum kegiatan ini cenderung tidak menggunakan

input produksi. Sumber bibit yang ditanam berasal dari Sulawesi Selatan. Umur tanaman

saat ini mencapai 2 tahun. Dalam kawasan yang sama juga terdapat petani yang memiliki

tanaman jeruk yang umurnya telah mencapai 4,5 tahun dan telah menghasilkan, tetapi

jumlah tanaman tersebut sangat terbatas yaitu 2-5 tanaman. Kondisi inilah yang

selanjutnya dapat dibandingkan terutama dalam hal penerapan teknologi usahatani jeruk

di lahan pasang surut (Tabel 7).

Page 17: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

17

Tabel 7. Perbandingan Teknologi Usahatani Jeruk pola Introduksi dan pola Petani

Uraian Pola Introduksi Pola PetaniVarietas Lokal Siam Madang Tidak diketahuiAsal bibit Kalimantan Selatan Sulawesi SelatanJenis bibit Okulasi dan Cangkok OkulasiJarak tanam 5 meter dalam guludan 3 meter dalam guludanPertanaman Dibuat tukungan di atas guludan Dibuat lubang tanamKapur 5 kg/tan -Pupuk kandang 5 kg/tan -Furadan 15 gr/tan -Urea 50 g/tan/bln diberikan 5 bulan 10 g/tan saat awal tanamSP-36 25 g/tan/bln diberikan 5 bulan 10 g/tan saat awal tanamKCL 45 g/tan/bln diberikan 5 bulan -

4.3. Perbaikan Usahatani Padi dan Model Usahatani Padi-Jeruk

Warga transmigrasi yang tinggal di Desa Petak Batuah Dadahup A-2 sebagian besar

berasal dari Jawa Barat dan NTB. Sejak kedatangan, mereka melakukan usahatani padi

unggul seperti di daerah asal mereka. Semua keperluan berusahatani terutama dalam hal

penyediaan sarana produksi seperti benih unggul, pupuk, dan pestisida mereka dapatkan

dalam bentuk bantuan pemerintah selama program PLG berlangsung. Varietas padi

unggul yang dibagikan saat itu kebanyakan IR-66, dengan produksi berkisar antara 3,5-

4,2 t/ha. Tingkat produksi yang cukup tinggi ini tidak berpengaruh banyak terhadap

pendapatan rumah tangga petani. Hal ini terjadi akibat padi varietas unggul sulit

dipasarkan di wilayah Kapuas. Penduduk Kabupaten Kapuas lebih memilih padi lokal,

karena padi lokal memiliki bentuk panjang dan ramping, rasa nasi pera dan berwarna

putih bersih. Karakteristik demikian sangat sesuai dengan selera masyarakat Banjar yang

banyak bermukim di Kapuas. Adapun padi unggul yang bentuknya agak bundar dan

pendek, rasa nasinya pulen, tidak sesuai dengan selera masyarakat sehingga kurang

diminati. Hasil panen padi unggul yang cukup banyak tersebut akhirnya hanya digunakan

untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Setelah bantuan proyek berakhir, maka

berbagai dampak dari masalah tersebut mulai nampak, seperti: (a) petani tidak lagi

mengusahakan lahannya 2 kali dalam setahun, karena hasil semusim dianggap cukup dan

dapat digunakan untuk sepanjang tahun, (b) lahan usahatani menjadi bera pada waktu

tertentu, (c) petani mulai meniru pola usahatani padi lokal yang memiliki prospek pasar

Page 18: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

18

dan nilai jual tinggi, (d) petani mulai terbiasa bertanam padi lokal sekali dalam setahun

dengan input rendah, (e) banyak waktu luang yang membuka kesempatan bagi petani

untuk berusaha non pertanian di luar desa, (f) aktivitas di luar desa meningkat bahkan (g)

terdapat warga yang meninggalkan desa.

Hingga saat ini petani sangat tergantung dengan usahatani padi lokal, namun

usahatani padi unggul juga sebagian mereka usahakan. Penggunaan varietas padi unggul

sudah mereka kombinasikan dengan cara-cara lokal, contohnya: varietas unggul yang

dikembangkan dengan cara semai, kebanyakan petani saat ini melakukan dengan cara

ditugal (mereka samakan dengan cara padi lokal).

Penerapan teknologi usahatani padi di lahan pasang surut, khususnya di lokasi

kegiatan diarahkan kepada upaya perbaikan terhadap pola usahatani padi yang dilakukan

petani. Pola yang dikembangkan dalam pengkajian ini adalah pola padi lokal – padi

unggul, yang diusahakan di tabukan dan budidaya jeruk di guludan. Model yang ingin

dihasilkan sejalan dengan optimalisasi pemanfaatan lahan yaitu padi (lokal-unggul) –

jeruk. Padi lokal diusahakan pada MT I (April-September), sedangkan padi unggul pada

MT II (Oktober-Maret). Varietas unggul yang ditanam pada pengkajian ini adalah IR-66,

IR-64 dan Ciherang. Komponen teknologi usahatani padi yang diterapkan di lahan

pasang surut meliputi beberapa komponen seperti dalam Tabel 8.

Hasil yang diperoleh dari renovasi usahatani padi menunjukkan bahwa pola tanam

padi dari sekali dalam setahun meningkat menjadi dua kali, khususnya di lokasi

pengkajian yang luasnya telah mencapai 52 ha (tahun ke tiga). Pola tanam padi dua kali

ini diharapkan dapat berkembang kembali di lahan eks PLG Dadahup A-2, dan jumlah

luasannya juga meningkat. Pola tanam padi lokal–padi unggul dapat meningkatkan

aktivitas dalam berusahatani dan lahan termanfaatkan secara optimal.

Tabel 9 menunjukkan bahwa dengan input penggunaan saprodi sesuai anjuran dapat

meningkatkan produksi padi sebanyak 3 ton/ha dibandingkan dengan teknologi yang

diterapkan petani. Dari data tersebut mengindikasikan ternyata petani tertarik pada

bagian-bagian paket teknologi anjuran tersebut, tetapi tidak secara penuh mengadopsinya.

Ketertarikan akan dilanjutkan dengan uji coba dan jika hasilnya seperti harapan mereka

barulah diadopsi Petani seringkali memodifikasi inovasi anjuran untuk disesuaikan

dengan pengetahuan, keperluan dan keterbatasan mereka yang mereka miliki.

Page 19: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

19

Tabel 8. Komponen Teknologi yang Dianjurkan pada Kegiatan Pengkajian

Komponen Teknologi KeteranganVarietas unggul IR-66, IR-64 dan CiherangPengolahan Tanah Dengan cara dirotari dengan traktor tangan hingga siap tanamPemberian furadan Diberikan dipersemaian dan di pertanaman, dosis diberikan 4

kg/haPengapuran Jenis kapur dolomit, diberikan dengan cara disebar di lahan sekitar

1 minggu sebelum tanam. Dosis yang diberikan sebanyak 0,5t/hadisesuaikan dengan hasil analisis tanah setempat

Persemaian Dilakukan dengan cara membuat bedengan seluas 4m2, lahansemaian diolah hingga macak dan diberikan furadan serta kapur.Penyebaran benih padi dilakukan 2-3 hari setelah pegapuran.Jumlah benih yang digunakan adalah 1-2kg per bedengan.

Tanam Dilakukan dengan jarak 20cm x 20cm dan setiap lubang tanamdiisi dua anakan

Pemupukan penggunaan dosis pupuk berdasarkan hasil analisis tanah yaitu 200kg urea, 150 kg SP-36 dan 100 kg KCl per hektar. Pemupukandilakukan sebanyak dua kali, pemupukan pertama dilakukan saatumur tanaman seminggu setelah tanam, dengan memberikan 100kg urea, 75 kg SP-36 dan 100 kg KCl. Pemupukan keduadiberikan saat tanaman berumur tiga minggu setelah tanam denganmemberikan sisa dosis yaitu 100 kg urea dan 75 kg SP-36.

Pengendalian OPT Dilakukan sejak masa persemaian hingga panen. Cara-carapengendalian berdasarkan konsep Pengelolaan Hama secaraTerpadu. Dalam pelaksanaan ini petani juga mengumpulkan danmematikan hama-hama yang langsung ditemukan, penggunaanlampu perangkap, penggunaan jaring perangkap, pengumpananserta pengendalian terakhir dengan pestisida.

Tabel 9. Penerapan Teknologi Usahatani Padi yang Dilakukan dengan Pola Introduksidan Pola Petani di Desa Petak Batuah Dadahup A2

Penerapan PeknologiKomponen TeknologiPola Petani Pola Introduksi

VarietasKeperluan Benih (kg/ha)Pengapuran (kg/ha)Jarak Tanam (cm)Jumlah tanaman (btg/lbg)Pemupukan :Urea (kg/ha)SP-36 (kg/ha)KCl (kg/ha)Furadan (kg/ha)Produksi (t/ha)

IR-6640-

20 x 203

1005050-

2,4

IR-6630

50020 x 20

2

200150100

43,0

Selama penerapan teknologi secara umum tidak terlihat gejala serangan hama,

sehingga belum diperlukan pengendalian yang khusus, tetapi cukup dilakukan dengan

Page 20: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

20

upaya pencegahan. Upaya pencegahan terhadap hama-hama yang berpotensi menyerang

pertanaman yang telah dilakukan petani antara lain dengan memagar tanaman padi

dengan menggunakan plastik dan mengumpan tikus dan klerat untuk menghindari tikus.

Hasil analisis finansial usahatani padi unggul yang dikembangkan menunjukkan bahwa

usahatani ini layak dikembangkan dengan R/C ratio 2,21 untuk padi unggul IR-66 ; 2, 38

untuk IR-64 dan 2,62 untuk varietas Ciherang (Tabel 10).

Tabel 10. Analisa usahatani padi varietas IR-66, IR 64 dan Ciherang, Dadahup A-2.

Biaya (Rp)Komponen

Jumlahkeperluan

(kg/ha)

HargaSatuan

(Rp) IR 66 IR 64 Ciherang

Sarana Produksi (kg/ha)Benih padi 30 5.000 150.000 150.000 150.000Furadan 3-G 3 13.000 39.000 39.000 39.000Kapur 500 500 250.000 250.000 250.000Urea 200 1.700 340.000 340.000 340.000SP-36 150 2.500 375.000 375.000 375.000KCl 100 3.000 300.000 300.000 300.000Pestisida 1 paket 200.000 200.000 200.000 200.000

Tenaga Kerja (OH/ha)Pengolahan tanah (ha) 1 450.000 450.000 450.000 450.000Tanam 10 25.000 250.000 250.000 250.000Pemeliharaan 5 15.000 75.000 75.000 75.000Panen & Pasca Panen 10 25.000 250.000 250.000 250.000Total biayaProduksi - - 2.679.000 2.679.000 2.679.000Penerimaan bersih (IR-66,IR 64,Ciherang)

(2,7 ; 2,9 ;3,2)

2.200 5.940.000 6.380.000 7.040.000

Keuntungan - - 3.311.000 3.751.000 4.411.000R/C Ratio - - 2,21 2,38 2,62

5. Peningkatan dan Penguatan Kualitas Sumberdaya Petani

Kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara non formal atas dasar

kesamaan lingkungan sosial, budaya, ekonomi, dan sumberdaya, mempunyai kepentingan

dan tujuan yang sama, yaitu ingin hidup lebih sejahtera. Kelompok tani yang ada di Desa

Petak Batuah sebanyak 16 kelompok tani, dan yang aktif hanya 11 kelompok tani atau

69%. Pembentukan kelompok berdasarkan hamparan. Pada bulan Juni 2007 telah

terbentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Jumlah anggota kelompok tani rata-rata

25 orang. Kelompok tani diharapkan berperan (1) sebagai wahana belajar bagi petani

Page 21: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

21

agar terjadi interaksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam

berusahatani, (2) sebagai unit produksi, kelompok tani merupakan kesatuan unit usaha

tani untuk mewujudkan kerjasama dalam mencapai usaha berskala ekonomi yang lebih

menguntungkan, dan (3) sebagai wahana kerjasama antar anggota dan antar

kelompoktani dengan pihak lain untuk memperkuat kerjasama dalam menghadapi

berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Menurut Hariadi (2004) faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan kelompok tani sebagai unit belajar, kerjasama,

produksi dan usaha adalah interaksi anggota, sikap terhadap propesi petani, kohesivitas,

norma kelompok, dan intensitas penyuluhan. Apabila ketiga fungsi tersebut telah berjalan

baik, kemudian dapat diarahkan menjadi unit kelompok usahatani atau agribisnis.

Kelompok tani yang terlibat dalam pengkajian ini adalah kelompok tani ”Sumber

Rezeki” yang terbentuk sejak tahun 2000. Aktivitas kelompok tani masih terbatas kepada

pelaksanaan usahatani dan pemenuhan syarat untuk penarikan kredit usahatani.

Pembentukan kelompok tani diharapkan bukan sebagai tujuan akhir, tetapi merupakan

sasaran antara untuk mencapai masyarakat tani yang mampu hidup sejahtera, mampu

berswasembada dan mampu menolong dirinya sendiri serta mampu memecahkan setiap

permasalahan yang dihadapi. Kegairahan kelompok tani dalam melakukan pengelolaan

usaha tani secara berkelompok dipengaruhi tokoh acuan seperti pamong desa dan

keberadaan penyuluh pertanian. Guna mengukur kemampuan kelompok tani dalam

mengelola usaha taninya, dapat dilakukan dengan merinci kriterianya (Tabel 11).

Tabel 11. Kriteria Kemampuan Kelompok Tani

Kriteria Nilai maks1. Kemampuan kelompok dalam merencanakan kegiatan untuk meningkat- kan produktivitas usahatani, termasuk pascapanen dan analisis usahatani dengan penerapan rekomendasi teknologi yang tepat dan s.daya alam 1002. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain. 2003. Kemampuan memupuk modal dan memanfaatkan pendapatan secara rasional. 1504. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antara kelompok tani dengan koperasi. 3005. Kemampuan mencari dan memanfaatkan informasi serta menggalang

kerjasama kelompok, yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dankesejahteraan anggota-anggota kelompok.

250

Total 1.000Sumber : Hariadi (2004).

Page 22: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

22

Berdasarkan nilai dari setiap kriteria, nilai kelas kelompok tani ditentukan:

a) Kelompok tani kelas pemula, batas nilai antara = 0 - 250

b) Kelompok Tani kelas lanjut, batas nilai antara = 251 - 500

c) Kelompok Tani kelas madya, batas nilai antara = 501 - 700

d) Kelompok Tani kelas utama, batas nilai antara = 701 - 1000

Mengacu pada kriteria tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok tani

”Sumber Rezeki” Desa Dadahup A-2 masih tergolong pada kelas pemula. Secara umum,

semakin tinggi kelas kelompok, maka semakin beragam aktivitas kelompok tani.

Kelompok dengan kelas terendah yakni kelas pemula aktivitasnya dicirikan lebih

banyak menggalang pertemuan seperti: pertemuan rutin, arisan/kegiatan keagamaan dan

simpan pinjam yang lebih banyak sebagai ikatan untuk menimbulkan kesadaran (aware),

menggugah minat (interest) dan membuka wawawasan (understanding) pentingnya

berkelompok. Pada kelompok yang lebih tinggi kelasnya, yaitu kelas lanjut, kegiatannya

meningkat terutama untuk peningkatan produksi pertanian seperti pengadaan sarana

produksi (pupuk, bibit), arisan kerja atau gotong royong bergantian mengerjakan lahan

pertanian anggota-anggota kelompok, pelaksanaan tanam, pembersihan saluran,

pengendalian HPT, panen serta kegiatan menambah modal kelompok, yaitu persewaan

peralatan non pertanian. Pada tahapan ini peran kelompok diarahkan pada usaha untuk

menciptakan ikatan (cohesivitas) dan rasa percaya (trust) antar anggota kelompok.

Kelompok tani yang tingkat kelasnya lebih tinggi lagi yaitu, kelas madya,

kegitannya semakin meningkat mengarah kepada agribisnis, seperti persewaan peralatan

pertanian, warung kelompok yang dikelola kelompok menjual kebutuhan hidup sehari-

hari. Pada tahapan ini peran kelompok sudah menginjak pada fase berprestasi

(rewarding), karena pada tahapan ini kelompok sudah dibekali dengan suasana hubungan

yang harmonis antar anggota, norma kelompok sudah disepakati, tujuan, tugas dan peran

kelompok telah disepakati, keterbukaan dalam berkomunikasi antar anggota serta inovasi

telah berkembang. Sedangkan pada kelompok yang kelasnya paling tinggi, yaitu kelas

utama, kegiatan agribisnis lebih berkembang lagi, yaitu usaha peternakan, atau perikanan

kelompok, bahkan ada kelompok yang bermitra kerja dengan perusahaan peternakan

ataupun perkebunan. Pada tahapan ini peran kelompok diarahkan pada usaha penguatan

(reinforcement) kelompok untuk berprestasi dengan hal-hal yang telah dicapai.

Page 23: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

23

Mengacu pada penjelasan indikator kelompok tani tersebut, maka diharapkan

kedepan pengembangan kelembagaan kelompok tani lahan pasang surut Desa Dadahup

A2 ditujukan kepada peningkatan kelas kelompok menuju pada kelompok yang lebih

maju dan mandiri, yaitu sebagai unit wahana belajar, sebagai unit produksi dan sebagai

wahana kerjasama antar anggota kelompok tani.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Potensi lahan pertanian di Desa Petak Batuah yang mencapai 800 ha, dapat

dimanfaatkan melalui penerapan inovasi teknologi yang bernilai ekonomis dan

berwawasan agribisnis. Pengembangan pola usahatani padi (lokal-unggul) di lahan

tabukan yang dipadukan dengan jeruk dan komoditas penunjang lainnya pada lahan

guludan, merupakan salah satu model pengembangan agribisnis industrial pedesaan yang

pendekatannya melalui optimalisasi pemanfaatan lahan dan diversifikasi usahatani.

Introduksi model usahatani berbasis komoditas agribisnis padi (lokal-unggul) -

jeruk dengan sistem surjan memiliki tingkat kesesuaian jika dikembangkan di lahan

pasang surut eks PLG Dadahup A-2. Model ini mampu meningkatkan indek pertanaman

padi dan mengoptimalkan fungsi lahan usaha (guludan dan tabukan). Pemanfaatan semua

bagian lahan usahatani selanjutnya dapat mempermudah diversifikasi komoditas menuju

usahatani agribisnis, sebagai cikal bakal unit agribisnis pedesaan.

Model kegiatan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menetapkan program

maupun kegiatan pengembangan usahatani berbasis agribisnis. Keberhasilan penerapan

model inovasi teknologi serta penguatan faktor-faktor pendukungnya diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kesejahteraan masyarakat petani setempat

yang pada akhirnya meningkatkan perekonomian daerah.

Page 24: usahatani jeruk PLG - Kementerian Pertaniankalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/sut_ padi...usahatani komoditas (padi-jeruk) berbasis agribisnis di lahan pasang surut PLG

24

DAFTAR PUSTAKA

Alihamsyah, T., A. M. Faggi., I. G. Ismail., E. Ananto. 1998. Pengembanganproduktivitas tanaman pangan berwawasan agribisnis pada lahan rawa sejutahektar. Prosiding Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian untuk MendukungPengembangan Lahan Gambut Sejuta Hektar di Kalteng. BPTP Palangkaraya.

BBSDLP. 2006. Laporan Akhir Identifikasi dan Evaluasi Potensi Lahan untukPewilayahan Komoditas Pertanian dalam Mendukung Prima Tani di Kec. KapuasMurung Kab. Kapuas. Prov. Kalimantan Tengah. Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian. Bogor.

Hariadi, S. 2004. Kajian Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap KeberhasilanKelompok Tani sebagai Unit Belajar, Kerjasama, Produksi dan Usaha (Disertasi)Program Studi Psikologi Sosial. Sekolah Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

Karama, A. S. 1998. Kesesuaian komoditas pertanian potensial untuk dikembangkanpada lahan rawa sejuta hektar. Prosiding Seminar Hasil Penelitian/Pengkajianuntuk Mendukung Pengembangan Lahan Rawa/Gambut Sejuta Hektar diKalimantan Tengah. BPTP Palangkaraya. (hal:86-99)

Puslittanak. 1998. Prosedur Baku untuk Evaluasi Lahan. Laporan Teknis No. 18 Versi3.0. Maret 1997. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Puslittanak. 2000. Atlas Sumberdaya Tanah Eskplorasi Indonesia Skala 1:1.000.000(Lembar Samarinda MA-50). Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Supriyanto, A. dan S. Agus. 2004. Okucang Teknologi Pembibitan Jeruk Lahan PasangSurut. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. PusatPenelitian dan Pengembangan Hortiultura. Loka Penelitian Tanaman Jeruk &Hortikultura Subtropik. Malang.

Susilawati, Sabran, Ramli, R, Deddy,D, Rukayah, Rustan,M dan Koesrini, 2003.Pengkajian Sistem Usahatani Terpadu Padi-Kedelai/Sayuran-Ternak di LahanPasang Surut. BPTP Kalimantan Tengah. Palangkaraya.

SWAMPS II. 1993. Pengelolaan Sistem Usahatani di Lahan pasang Surut. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian.Petunjuk Teknis.

Widjaja Adhi, IPG., K. Nugroho, D. Ardi, dan A. Syarifuddin. 1992. Sumberdaya LahanRawa: Potensi, Keterbatasan dan Pemanfaatan. Hal. 19-38. Dalam Partohardjono,S. dan M. Syam (eds). Risalah Seminar Pertemuan Nasional Pertanain Lahan RawaPasang Surut.