Upload
truongkiet
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
URGENSITAS PEMBUKAAN KONSENTRASI KEPENGHULUAN
DI FAKULTAS SYAR’IAH DAN HUKUM UIN JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Iis Nawati
NIM : 104044201469
KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKSHIYAH
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
KATA PENGANTAR
������ �� �� �������
��������
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada tuhan pengatur dan
pemelihara semesta alam, Allah SWT yang maha kuasa. Atas kehendak dan kuasa-
Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula
penulis panjatkan kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW, suri tauladan dalam
setiap aktivitas kehidupan beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui hambatan dan
cobaan. Namun, penulis berusaha menghadapinya dengan ikhtiar dan tawakal.
Alhamdulillah atas rahmat Allah SWT. Serta berkat do'a dan dukungan orang-orang
yang sangat penulis cintai dan sayangi yaitu kedua orang tua, keluarga, sahabat serta
teman-teman. Sehingga segala hambatan dan cobaan dapat penulis hadapi dan dari
lubuk hati yang paling dalam, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak
terhingga kepada segenap pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan
baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini. Sehingga rasa syukur,
penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA dan Bapak H. Ah. Azharudin Latief
M.Ag, MH selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu luang,
tenaga serta Pikiran untuk memberikan ilmu, pengarahan dan bimbingan
kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Program Studi, Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA., Sekretaris Program
Studi Kamarusdiana S.Ag, MH. dan seluruh dosen yang telah membimbing
dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis selama
menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Semoga penulis dapat mengamalkan ilmu yang telah
bapak dan ibu berikan
4. Kepala Kantor Departemen Agama Kota Bogor beserta staf dan jajarannya
yang telah membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data yang
diperlukan untuk penelitian ini.
5. Kepala Kantor Urusan Agama Bogor Barat dan Kepala Kantor Urusan
Agama Kemang beserta staf dan jajarannya yang telah membantu proses
kelancaran dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.
6. Pimpinan beserta staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan
perpustakaan utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam memenuhi
studi pustaka.
7. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Mad Husen dan Sumiati atas pengorbanan dan
cinta kasihnya baik berupa moril dan materil, serta doa yang tak terhingga
sepanjang masa untuk keberhasilan studi penulis. Segala hormat penulis
persembahkan
8. Saudara-saudaraku tersayang Nuraini, Candra Supriatin, Heni Purwanti,
Asep Mulyana, Hidayat, serta Vira Hidayah keponakanku yang selalu
memberikan canda tawa di hari-hari penulis. "
9. Rekan-rekan seperjuangan (AKI '04) Rieda, Yuni, Rizka, Eva, Diah, Riyani,
Puji, Ade, Farida, Lilis, serta rekan lainnya yang tidak bisa di sebutkan satu
persatu, bersama kalian hidup jadi berwarna.
10. Teman-teman ASPI 2004, Ika, Indah, Ida, Ita, Lia, Ela, Ayu, yang selalu
mengingatan penulis di kala gundah gulana,
11. Keluarga besar Irwan Setiawan, STP terima kasih atas dorongan doa dan
semangatnya
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis hingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan khazanah keilmuan yang ada khususnya dalam bidang perkawinan.
Penulis
(Iis Nawati)
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 7
D. Metode Penelitian .................................................................. 8
E. Sistematika Penulisan ............................................................ 10
BAB II : FUNGSIONALISASI JABATAN PENGHULU
A. Pengertian Penghulu ............................................................. 11
B. Tugas Penghulu ..................................................................... 12
C. Fungsi Penghulu .................................................................... 19
D. Penghulu Dalam Lintas Sejarah ............................................. 19
BAB III : PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKSHIYAH DI
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
A. Sejarah Berdirinya ................................................................. 37
B. Visi, Misi, dan Kompetensi Lulusan Ahwal-Syaksyiyyah ...... 40
C. Kurikulum Ahwal Al-Syakshiyah yang terakhir ..................... 47
D. Kondisi Mahasiswa dan Alumni Saat ini ................................ 50
BAB IV : ANALISA PELAKSANAAN JABATAN PENGHULU SAAT INI
DI KANTOR URUSAN AGAMA
A. Fungsionalisasi Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penghulu
pada saat ini dan Respon para Penghulu terhadap
Fungsionalisasi Jabatan Mereka ............................................ 52
B. Arah Kebijakan yang akan diambil Departement Agama terkait
dengan Pembinaan Penghulu.................................................. 54
C. Analisa SWOT Pembukaan Konsentrasi Kepenghuluan di Fakultas
Syariah dan Hukum ............................................................... 55
D. Persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Kepenghuluan
yang Ideal .............................................................................. 60
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 62
B. Saran ..................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN
1.Kurikulum Ahwal Al-Syakshiyah 2007......................................................... 66
2.Wawancara Penghulu di Bogor ..................................................................... 71
3.Wawancara Kepala Seksi Urusan Agama Islam Kota Bogor ......................... 78
4.Wawancara Ketua Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum............................... 80
5.Wawancara Ketua Program Studi Ahwal Al-Syakshiyah............................... 81
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan lembaga
pemerintahan di tingkat kecamatan yang memiliki peran dan fungsi
yang strategis dalam pembinaan, dan pengembangan
keberagamaan umat Islam di Indonesia. Sejarah pertumbuhan dan
perkembangan KUA telah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia. Misalnya Kerajaan Mataram di Jawa pada saat itu
telah menempatkan bidang agama sebagai bagian dari
pemerintahan umum. Jabatan keagamaan di tingkat desa di sebut
kaum, amil, modin, koyim dan sebagainya. Pada tingkat kecamatan
selalu ada penghulu naib, yang pada saat ini menjadi kepala Kantor
Urusan Agama (KUA) atau Pejabat Pencatat Nikah (PPN). Pada
tingkat kabupaten, seorang Bupati didampingi oleh seorang patih
untuk bidang-bidang pemerintahan umum dan seorang pengulu
Kabupaten untuk bidang-bidang agama. Sedangkan pada tingkat
pemerintahan pusat Kerajaan Mataram, baik untuk Surakarta maupun
Yogyakarta diangkat Kanjeng Penghulu atau Penghulu Ageng yang
selain sebagai penasehat raja dalam bidang-bidang agama juga
berfungsi sebagai hakim pada pengadilan surambi (embrio
pengadilan agama)1.
Pada zaman penjajahan Belanda tugas-tugas penghulu mendapatkan perhatian
yang lebih intens juga dari pemerintahan kolonial Belanda. Hal ini terbukti dengan
adanya beberapa Staatsblad dan Perundang-Undangan yang mengatur tugas–tugas
penghulu. Secara umum tugas penghulu pada zaman itu yaitu: 1). Sebagai imam
masjid 2). Sebagai kepala pegawai pencatat nikah 3). Bertindak sebagai wali hakim
4). Penasehat bupati dalam masalah-masalah keagamaan 5). Penasehat pada landraat
6). Dan sebagai ketua pengadilan agama2.
Sebagai penasehat bupati berdasarkan pasal 178 (IS) para
penghulu diberi tugas membantu bupati dalam urusan-urusan
keagamaan yang ada di masyarakat. Seperti pengawasan dan
pembinaan terhadap kegiatan pengajian, madrasah dan pesantren,
urusan haji, dan penetapan awal ramadhan dan syawal. sedangkan
Tugas lain yang terkait dengan pengadilan adalah kedudukan
penghulu sebagai penasehat pada Landraad (mohammedansche
1 Daniel S. Lev, Peradilan Agama Islam di Indonesia, (Terjemah) H. Zaini
Ahmad Noeh (Jakarta: PT. Intermasa, 1986), cet. 2, h. 3
2 G.P. Pijper, Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, (Terjemah) Tujimah
(Jakarta: UI Press, 1985), Cet. 2, h. 76-82
advisour) berdasarkan pasal 7 dari R.O. dalam kedudukan ini ia
ditunjuk sebagai “Ketua pengadilan Agama” Namun sejak timbulnya
aliran hukum adat yang dipelopori C. van Vollenhoven dan Teer Haar,
kedudukan penghulu di Pengadilan hanya sebagai juru sumpah3.
Melihat peran dan fungsi penghulu tersebut maka tidak mengherankan kalau
kemudian penghulu memperoleh kedudukan yang terhormat di mata masyarakat.Apalagi
pada zaman kerajaan-kerajaan Islam para pengulu adalah tokoh-tokoh agama yang disegani
oleh masyarakat dan dikenal juga sebagai penyebar Agama islam, seperti Sunan
Kudus dan sunan Kalijaga. Namun demikian pada zaman Penjajahan belanda citra
penghulu di mata masyarakat mulai ditempatkan pada posisi yang dualistis. Satu sisi,
ia dipandang sebagai imam syar’i dan pemuka masyarakat Islam karena terkait
dengan tugasnya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan hukum syara’,
seperti tugasnya sebagai wali hakim, penentuan awal ramadhan, dan juga terkait
dengan tanggung jawabnya dalam melayani masyarakat dalam pencatatan nikah,
talak, cerai dan rujuk. Namun demikian, pada sisi yang lain para penghulu disebut
juga sebagai “ndoro penghulu atau kanjeng tuan penghulu” sebutan ini terkait
dengan kedudukannya sebagai “ambsteaar” yaitu, menjadi alat pemerintahan
kolonial. Oleh karena itu, kadang kala aktivis pergerakan Islam memberikan julukan
kepada mereka sebagai oportunis-oportunis penjajah belanda. Terlepas dari
penghormatan dan mungkin kecaman dari sebagian masyarakat, lembaga
3 Zaini Ahmad Noeh, Sedjarah Peradilan Agama, (Jakarta: Departemen
Agama, 1971), h. 33
kepenghuluan pada zaman kerajaan Islam dan penjajahan belanda memiliki peranan
yang besar dan strategis dalam pembinaan urusan keagamaan umat baik dari sisi
administratif maupun segi pengembangan wawasan dan pengamalan keagamaan
umat.
Peran lembaga kepenghuluan yang besar dan strategis ini
dalam perkembangannya mengalami penyempurnaan-
penyempurnaan terutama sejak zaman kemerdekaan. Berdasarkan
Resolusi Konferensi Jawatan Agama seluruh Jawa dan Madura pada
tanggal 12-16 Nopember 1947, Menteri agama mengeluarkan
penetapan No. 6 tahun 1947 tentang pemisahan pengadilan agama
dari penghulu kabupaten. Dengan demikian sejak saat itu terjadi
pemisahan fungsi dan tugas antara penghulu kabupaten sebagai
kepala pegawai pencatat nikah dan urusan-urusan kepenghuluan
lainnya, dengan penghulu hakim, yakni hakim ketua pengadilan
agama.Hal ini dilakukan karena tugas-tugas kepenghuluan di bidang
pencatatan NTR semakin meningkat.4 Dengan pemisahan ini, tugas
lembaga kepenghuluan sebagai lembaga yang menyelesaikan
perselisihan dibidang hukum keluarga (talah/cerai) di alihkan ke
lembaga peradilan, yaitu Pengadilan Agama. Walaupun demikian
4 Ibid., h. 42
sebelum lahirnya UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama
Lembaga Kepenghuluan atau Sekarang lebih di kenal dengan KUA
masih berwenang mengeluarkan kutipan buku pendaftaran talak dan
Cerai, dan sejak berlakunya UU tersebut maka KUA (Pegawai
pencatat Nikah) hanya bertugas melaksanankan pelayanan nikah
dan rujuk serta melaksanakan pembinaan Kehidupan beragama Islam
di desa5.
Oleh karena itu, berdasarkan pasal 730 Keputusan menteri
Agama No. 2 tahun 1989 disebutkan bahwa KUA mempunyai fungsi
atau tugas untuk: 1) Menyelenggarakan statistik, dokumentasi, surat
menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan dan rumah
tangga KUA, 2). Menyelenggarakan bimbingan dan pelayanan nikah
dan rujuk 3). Menyelenggarakan pengurusan dan pembinaan
kemasjidan , zakat, wakaf, ibadah sosial dan baitul maal,
kependudukan dan membina kesejahteraan keluarga sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Direktur Bimbingan masyarakat
Islam dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Maka atas dasar KMA ini, Peran atau tugas KUA sebagai
5 Departemen Agama RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN), (Jakarta:
Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, 2003), h. 2
lembaga yang berwenang mengeluarkan kutipan buku pendaftaran
talak dan Cerai ditiadakan dan dialihkan menjadi wewenang
Pengadilan Agama.
Seiring dengan semangat reformasi, Departemen Agama RI
melalui Keputusan menteri Agama Republik Indonesia Nomor 301
Tahun 2004 telah melakukan penataan ulang terhadap tugas dan
fungsi penghulu dalam organisasi Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan. Penataan ini dimaksudkan sebagai upaya peningkatan
profesionalisme penghulu dalam menjalankan tugas kepenghuluan
yang meliputi perencanaan, bimbingan, pencatatan dan pelayanan
di bidang nikah/rujuk, pembinaan keluarga sakinah, hisab rukyat,
pelayanan fatwa hukum munakahat, bimbingan muamalat, dan
pengembangan kepenghuluan.
Berkaitan pembinaan profesionalisme jabatan penghulu dalam pelaksanaan
tugasnya, Departemen Agama menetapkan standar kompetensi jabatan fungsional
penghulu sebagai berikut:1). Menguasai substansi dan aplikasi hukum munakahat,
dan teknik administrasi pencatatan nikah dan rujuk, dan teknik bimbingan dan
pelayanan nikah dan rujuk; 2). Memiliki ketrampilan administrasi pencatatan
dan penyusunan data dan pelaporan nikah dan rujuk; 3). Mampu melakukan
monitoring dan pengkajian terhadap legalitas nikah dan rujuk; 4). Mampu
memberikan bimbingan, penasihatan dalam rangka pembentukan keluarga
sakinah; 5). Mampu memberikan fatwa hukum; dan 6). Mampu melakukan
evaluasi kegiatan kepenghuluan secara komprehensif.
Atas dasar standart kompetensi yang ditetapkan tersebut, tentu
saja diperlukan upaya yang serius dalam menyiapkan calon-calon
pengulu yang kompeten, di antaranya adalah tuntutan agar
perguruan tinggi seperti Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN khususnya
program studi akhwal al-syakhsyiyah yang selama ini banyak
melahirkan calon-calon penghulu agar lebih meningkatan kualitas
pembelajarannya sehingga calon-calon lulusan/alumninya mampu
menduduki peran penghulu sesuai dengan standart kompetensi yang
saat ini diperlukan. Untuk itu, wacana pembukaan konsentrasi
kepenghuluan di Fakultas Syari’ah dan Hukum perlu mendapatkan
apresiasi dan dukungan dari semua pihak.
Di samping itu, sebelum konsentrasi ini dibuka penting diadakan
studi pendahuluan, guna memperoleh masukkan tentang seberapa
penting/urgensitas dan visibilitas dari pembukaan konsentrasi tersebut.
Atas dasar latar belakang di atas, penelitian dengan judul Urgensitas Pembukaan
Konsentrasi Kepenghuluan Di Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Jakarta penting dilakukan
untuk mengetahui urgensitas dan visibilitas pembukaan konsentrasi ini.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di
atas, maka yang menjadi pokok masalah adalah Fakultas Syari’ah
dan Hukum adalah Universitas yang melahirkan calon-calon
penghulu, tetapi kenyataannya di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Jakarta belum memiliki jurusan khusus untuk kepenghuluan, maka di
rumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan jabatan fungsional penghulu di KUA
pada saat ini dan respon para penghulu terhadap jabatan
funsional mereka?
2. Bagaimana komentar para pengambil kebijakan dan para
penghulu terhadap struktur kurikulum Fakultas Syari’ah dan Hukum
khususnya Prodi Akhwal Syakhshiyyah dalam konteks penyiapan
calon-calon penghulu?
3. Apakah pendidikan/konsentrasi khusus kepenghuluan diperlukan
untuk menduduki jabatan penghulu saat ini?
4. Apakah Fakultas Syari’ah dan Hukum telah siap membuka
prodi/konsentrasi kepenghuluan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1 Mengetahui pelaksanaan jabatan fungsional penghulu di KUA
pada saat ini dan mengetahui tanggapan/respon penghulu
terhadap fungsionalisasi jabatan mereka.
2 Mengetahui arah kebijakan yang akan diambil Departemen
Agama terkait dengan pembinaan penghulu dalam kaitannya
dengan struktur kurikulum Fakultas Syari’ah dan Hukum khususnya
Prodi Akhwal Syakshiyyah.
3 Mengetahui tingkat urgensitas pembukaan konsentrasi khusus
kepenghuluan.
4 Mengetahui tentang kesiapan Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk
membuka prodi/konsentrasi kepenghuluan.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Tekhnik Pengumpulan Data.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif yang
menggunakan pendekatan survei sosial. Tehnik pengumpulan data
yang akan digunakan adalah studi dokumen, dan wawancara
mendalam (indepth interview).
Studi dokumen dilakukan untuk memperoleh data tentang
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan fungsionalisasi
jabatan penghulu dan data yang terkait dengan kurikulum di Fakultas
Syari’ah dan Hukum.
Sedangkan wawancara mendalam (indepth interview),
digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan respon
para penghulu terhadap fungsionalisasi jabatan mereka, arah
kebijakan pengembangan kepenghuluan, dan juga respon mereka
terhadap kurikulum kurikulum Fakultas Syari’ah dan Hukum khususnya
Prodi Akhwal Syakshiyyah
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen dan key-
informants atau responden. Dokumen yang diperlukan berupa arsip-
arsip yang terkait dengan kepenghuluan, yaitu antara lain; arsip surat
keputusan, surat edaran, petunjuk pelaksanaan. Direktorat Urusan
Agama Islam dan lain-lain yang terkait dengan kepenghuluan.
Sedangkan responden penelitian ini terdiri dari: 1). Kepala Seksi Urusan
Agama Islam Kota Bogor 2). Kepala KUA dan para penghulu di
Wilayah Bogor. 3). Dekan dan Ketua Program Studi akhwal
Syakhsyiyyah Fakultas Syari’ah dan Hukum
3. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul akan dinalisis secara kualitatif, yaitu akan
didiskripsikan dan ditafsirkan melalui tahapan-tahapan berikut ini:
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dilapangan akan cek kelengkapannya
dan kemudian dipilah-pilah berdasarkan satuan konsep, kategori,
atau tema tertentu. Dalam hal ini data yang tidak diperlukan
disisihkan sehingga hanya yang diperlukan saja yang akan
dipakai.
b. Display Data
Mengingat banyaknya data yang harus dianalisis dan untuk
mengurangi tingkat kesulitan dalam pemaparan dan penagasan
kesimpulan, maka perlu dibuat sketsa sehingga keseluruhan data
dan bagian-bagian rinciannya dapat dipetakan secara jelas.
c. Kesimpulan
Data yang telah dipolakan dan disusun secara sistematik,
baik melalui penentuan tema maupun yang telah dibuat sketsa
akan diambil kesimpulan sehingga makna data dapat
ditemukan.
E. Sistematika Penulisan
Laporan penelitian ini disusun ke dalam lima bab yang
kemudian setiap bab dibagi-bagi lagi menjadi beberapa sub bab
bahasan dengan rincian sebagai berikut:
Bab I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
pembatasan dan ruang lingkup masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan laporan
Bab II adalah memaparkan tentang pengertian penghulu, tugas
dan fungsi penghulu, dan penghulu dalam lintas sejarah.
Bab III adalah Memaparkan sejarah berdirinya Program studi ahwal syakshiyyah di
fakultas Syariah dan Hukum, visi dan misinya, Kompetensi lulusan ahwal syakshiyyah,
kurikulum ahwal-syakshiyyah (yang terakhir),dan kondisi mahasiswa dan alumni sat ini
Bab IV adalah analisis fungsionalisasi jabatan penghulu, pelaksanaan jabatan
fungsional penghulu di KUA pada saat ini dan respon para penghulu terhadap fungsional
jabatan mereka, arah kebijakan yang akan di ambil Departemen Agama terkait dengan
pembinaan penghulu, Pembukaan konsentrasi kepenghuluan di Fakultas Syariah dan hukum,
dan persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) jabatan kepenghuluan yang ideal.
Bab V Penutup yang membahas dua hal yaitu kesimpulan hasil penelitian dan saran.
BAB II
FUNGSIONALISASI JABATAN PENGHULU
A. Pengertian
Penghulu menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kepala/ketua,
kampung/negeri, kepala adat, kepala urusan Agama Islam di kabupaten/kotamadya,
atau penasehat urusan Agama Islam di Pengadilan Negeri/kadi’6.
Penghulu adalah tokoh agama yang bertugas mengurusi hukum perkawinan,
waris, cerai dan gugat, dan penasihat masalah- masalah keagamaan bagi sultan atau
raja7.
Penghulu adalah Pegawai Negeri Sipil sebagai Pegawai Pencatat Nikah yang
diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh Mentri Agama
atau pejabat yang di tunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk melakukan pengawasan nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan
kepenghuluan8.
6 Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-
3”, ( Balai Pustaka, 2001), h. 850 7 Departemen Agama RI, “Tanya Jawab Seputar Kepenghuluan”, (Jakarta,
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Haji, 2003) h. 1-2 8 Peraturan Menteri Pendahyagunaan Aparatur Negara Nomor :
PER/62/M.PAN/6/2005, Tentang Jabatan Fungsional Penghulu dan Angka Kreditnya
Istilah penghulu tidak di ketahui persis lahirnya namun pada masa
Pemerintahan Belanda lembaga kepenghuluan sudah ada dan di akui sebagai bagian
dari sistem administrasi pemerintahan. Lembaga penghulu di beri nama kantor Voor
Inlandansche Zaken yang kemudian menjadi bagaian dari Departement Agama.
B. Tugas Penghulu
Subdit kepenghuluan mempunyai tugas melaksanakan bimbingan dan
pelayanan masyarakat di bidang nikah rujuk serta pemberdayaan Kantor Urusan
Agama berdasarkan kebijakan yang di tetapkan oleh Direktur Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelanggaraan Haji9.
Kegiatan penghulu adalah kegiatan pelayanan dan konsultasi nikah/rujuk serta
pengembangan kepenghuluan. Pelayanan dan Konsultasi Nikah rujuk adalah kegiatan
atau upaya yang dilakukan oleh penghulu meliputi perencanaan kegiatan
kepenghuluan, pengawasan pencatatan nikah/rujuk, pelaksanaan pelayananan nikah
dan rujuk, pemantauan pelanggaran ketentuan nika/rujuk, pelayanan fatwa hokum
munakahat dan bimbingan muamala, pembinaan keluarga sakinah, serta pemantauan
dan evaluasi kegiatan kepenghuluan.10
Pengembangan kepenghuluan, adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan
penghulu meliputi pengkajian masalah hukum munakahat (bahsul masail munakahat
9 Departemen Agama RI, Tanya Jawab Seputar Kepenghuluan h.1 10 Ibid
dan ahwal-syakshiyyah), pengembangan metode penasehatan, konseling dan
pelaksanaan nikah/rujuk, pengembangan perangkat, dan standar pelayanan
nikah/rujuk, penyusunan fatwa hukum munakahat, serta koordinasi kegiatan lintas
sektoral di bidang nikah dan rujuk11
.
Tugas pokok penghulu adalah melakukan perencanaan kegiatan
kepenghuluan/pengawasan pencatatan nikah/rujuk, pelaksanaan pelayanan
nikah/rujuk, penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk, pemantauan pelanggaran
ketentuan nikah/rujuk, pelayanan fatwa hukum munakahat dan bimbingan muamalah,
pembinaan keluarga sakinah, serta pemantauan dan evaluasi kegiatan kepenghuluan
dan pengembangan kepenghuluan12.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 301 tahun
2004 Ruang lingkup tugas setiap jenjang penghulu adalah :
a. Penghulu Ula/pertama
Penghulu Ula bertugas melakukan administrasi/ pencatatan dan memberikan
bimbingan dan pelayanan peristiwa nikah/rujuk sesuai dengan data dan
ketentuan yang berlaku13
.
b. Penghulu Wustha/Muda
Penghulu Wustha bertugas melakukan penelitian/ pengujian legalitas
nikah/rujuk, memberikan bimbingan dan pelayanan peristiwa nikah/rujuk dan
11 Ibid 12 Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Penghulu, 2004 h.12-13 13 Ibid h. 13
memantau pelaksanannnya serta memberikan/ menyiapkan materi
penasehatan/ pelayanan fatwa hukum munakahat dan pembinaan keluarga
sakinah14
.
c. Penghulu Ulya/Madya
Penghulu Ulya bertugas memberikan bimbingan dan pelayanan peristiwa
nikah/rujuk, evaluasi kegiatan kepenghuluan dan melakukan pembinaan serta
pengembangan system kepenghuluan15
.
Rincian tugas penghulu sesuai dengan jenjang jabatan :
a. Penghulu Ula/pertama
1. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan.
2. Menyusun rencana kerja operasional kegiatan kepenghuluan.
3. Melakukan pendaftaran dan meneliti kelengkapan administrasi pendftaran
kehendak nikah/rujuk.
4. Mengolah dan memverifikasi data calon pengantin.
5. Menyiapkan bukti pendaftaran nikah/rujuk.
6. Membuat materi pengumuman peristiwa nikah/rujuk dan
mempublikasikan melalui media.
14 Ibid h.13 15 Ibid h.13
7. Menolah dan menganalisis tanggapan masyarakat terhadap pengumuman
peristiwa nikah/rujuk.
8. Memimpin pelaksanaan akad nikah/rujuk melalui proses menguji
kebenaran syarat dan rukun nikah/rujuk dan menetapkan legalitas akad
nikah dan rujuk.
9. Menerima dan melaksanakan taukil wali nikah/tauliyah wali hakim.
10. Memberikan khutbah/nasihat doa nikah dan rujuk.
11. Memandu pembacaan sighat taklik talak.
12. Mengumpulkan data kasus pernikahan.
13. Memberikan penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk.
14. Mengidentifikasi kondisi keluarga pra sakinah.
15. Mengidentifikasi kondisi keluarga sakinah I.
16. Membentuk kader Pembina keluarga sakinah.
17. Melatih kader Pembina keluarga sakinah.
18. Melakukan konseling kepada kelompok keluarga sakinah.
19. Memantau dan mengevaluasi kegiatan kepenghuluan.
20. Melakukan koordinasi kegiatan lintas sektoral di bidang kepenghuluan16
.
b. Penghulu Muda/Wustha
1. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan.
2. Menyusun rencana kerja operasional kegiatan kepenguhuluan.
16 Ibid h.14
3. Meneliti kebenaran data calon pengantin, wali nikah dan saksi dib alai
nikah.
4. Meneliti kebenaran data calon pengantin, wali nikah,dan saksi di Balai
Nikah.
5. Meneliti kebenaran data pasangan rujuk dan saksi.
6. Melakukan penetapan dan aau penolakan kehendak nikah/rujuk dan
menyampaikannya.
7. Menganalisa pengantin, kebutuhan konseling/penasihatan calon.
8. Menyusun materi dan desain pelaksanaan konseling/penasihatan calon
pengantin.
9. Mengarahkan/memberikan materi konseling/penasihatan calon pengantin.
10. Mengevaluasi rangkaian kegiatan konseling/penasihatan calon pengantin.
11. Memimpin pelaksanaan akad nikah/rujuk melalui proses menguji
kebenaran syarat dan rukun nikah/rujuk dan menetapkan legalitas akad
nikah dan rujuk.
12. Menerima dan melaksanakan taukil wali nikah/tauliyah wali hakim.
13. Memberikan khutbah/nasehat/doa nikah/rujuk.
14. Memandu pembacaan sighat thalik talak.
15. Mengidentifikasi, memverifikasi, dan memberikan solusi terhadap
pelanggaran ketentuan nikah/rujuk.
16. Menyusun monografi kasus.
17. Menyusun jadwal penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk.
18. Memberikan penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk.
19. Mengidentifikasi permasalahan hukum munakahat.
20. Menyusun bimbingan hokum muamalah.
21. Membentuk kader pembimbing muamalah.
22. Mengidentifikasi kondisi keluarga sakinah II.
23. Mengidentifikasi kondisi keluarga sakinah III.
24. Menyusun materi pembinaan keluarga sakinah.
25. Membentuk kader Pembina keluarga sakinah.
26. Melatih kader Pembina keluarga sakinah.
27. Melakukan konseling kepada kelompok keluarga sakinah.
28. Memantau dan mengevaluasi kegiatan kepenghuluan.
29. Menyusun materi bahsul masail munakahat dan ahwal as syakhsiyah.
30. Melakukan uji coba hasil pengembangan metode penasihatan, konseling
dan pelaksanaan nikah/rujuk.
31. Melakukanuji coba hasil pengembangan perangkat dan standar pelayanan
nikah/rujuk.
32. Melakukan koordinasi kegiatan lintas sektoral di bidang kepenghuluan17
c. Penghulu Madya/Ulya
1. Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan.
2. Menyusun rencana kerja operasional kegiatan kepenghuluan.
17 Ibid h.15-16
3. Memimpin pelaksanaan akad nikah/rujuk melalui proses menguji
kebenaran syarat dan rukun nikah/rujuk menetapkan legalitas akad nikah
dan rujuk.
4. Menerima dan melaksanakan taukil wali nikah.
5. Memberikan khutbah/ nasehat/doa nikah/rujuk.
6. Memandu pembacaan sighat taklik talak.
7. Menganalisis kasus dan problematika rumah tangga.
8. Menyusun materi dan metode penasihatan dan konsulltasi.
9. Memberikan penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk.
10. Melakukan identifikasi pelanggaran peraturan perundangan nikah/rujuk.
11. Melakukan verifikasi pelanggaran
12. Melakukan pemantauan pelaksanaan nikah/rujuk di luar system.
13. Melakukan pengamanan/penyitaan dokumen nikah/rujuk.
14. Melakukan telaahan dan pemecahan masalah nikah di luar system.
15. Melaporkan pelanggaran kepada pihak yang berwenang.
16. Melakukan penertiban dan melaporkan kejadian hidup bersama di luar
nikah dan pernikahan di bawah tangan bersama aparat terkait.
17. Mengidentifikasi kondisi keluarga sakinah III plus.
18. Menganalisis bahan/data pembinaan keluarga sakinah.
19. Membentuk kader Pembina keluarga sakinah.
20. Melatih kader Pembina keluarga sakinah.
21. Melakukan konseling kepada kelompok keluarga sakinah.
22. Menganalisis dan menetapkan fatwa hukum.
23. Melatih kader Pembimbing Muamalah.
24. Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan kepenghuluan.
25. Melakukan bahsul masail dan ahwal as syakshiyah.
26. Mengembangkan metode penasehatan.
27. Merekomendasi hasil pengembangan penasehatan.
28. Mengembangkan metode penasehatan perangkat pelayanan nikah/rujuk.
29. Merekomendasi hasil pengembangan metode penasehatan perangkat
pelayanan nikah/rujuk.
30. Mengembangkan sistim pelayanan nikah/rujuk.
31. Mengembangkan instrument pelayanan nikah/rujuk.
32. Menyusun kompilasi fatwa hukum munakahat.
33. Melakukan kegiatan lintas sektoral di bidang kepenghuluan18
.
C Fungsi Penghulu
Fungsi Subdit Kepenghuluan adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data di bidang kepenghuluan.
b. Pelaksanaan pelayanan kepenghuluan.
c. Penyiapan bahan bimbingan dan penyuluhan di bidang kepenghuluan.
18 Ibid h.16-17
d. Optimalisasi peran dan fungsi KUA dan pemberdayaan pegawai pencatat
nikah.
e. Evaluasi terhadap kegiatan bimbingan dan penyuluhan kepenghuluan19
.
D. Penghulu Dalam Lintas Sejarah
Penghulu mempunyai kedudukan menonjol sebagai pelaksana dalam bidang
kehakiman yang menyangkut hukum (syariat) Islam. Dari aspek perspektif historis,
penghulu sudah ada sejak berabad-abad lamanya. Mereka adalah ulama-ulama yang
hidup pada waktu sebelum periode para Wali20
.
Berdasarkan surat keputusan raja Belanda yang di abadikan dalam Stattblaad
no 152. 1882 yang berkenaan dengan penarikan kalangan ulama ke dalam birokrasi
pemerintahan Belanda yang sebelumnya merupakan bagian dari lingkungan dan
struktur kekuasaan pribumi21
.
Keterlibatan penguasa kolonial Belanda terhadap ulama pejabat Negara
(penghulu) membawa dampak yang positif seperti : sistem administrasi modern
dalam pengadilan agama yang baik, tertib, teratur dan tercatat dengan teliti22
.
19 Departement Agama, Tanya Jawab Seputar Kepenghuluan, h. 1 20 Al-Farabi, “ Penghulu pada Masa Kolonial di Betawi pada Akhir Abad XIX,
Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h.2 21 Ibid h.2 22 Ibid h.2
Hal yang mendorong semangat baru dalam kehidupan masyarakat Islam yang
di tandai dengan maraknya semangat kebangkitan Islam dan berkembangnya
modernisme Islam di awal abad ke-20, sehingga menimbulkan kesadaran akan
kebangsaan (sense of awareness) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan apa yang dilakukan oleh pihak kolonial. Belanda yang berkaitan dengan
penerapan politik Islam Belanda pada saat itu.23
. Sebelum abad ke-19, sudah ada
pemimpin Agama seperti penghulu. Tetapi kedudukannya selaku pegawai agama
tertinggi dalam struktur kabupaten. Yang bertindak sebagai pemimpin agama pada
kabupaten adalah Bupati. Sementara penghulu berada di bawahnya. Bupati (kepala
agama) harus mengawasi semua petugas agama, seperti imam, modin, dan lain
sebagainya Bupati beranggapan bahwa selain sebagai bupati juga sebagai pemimpin
agama merupakan suatu pekerjaan yang paling penting pada tingkat kabupaten24
.
Pada akhir abad ke-19, gelar pemimpin agama yang melekat pada bupati
mulai bergeser dan terlepas darinya. Beralih kepada penghulu. Penghulu langsung
berada di bawah Gubernur Jendral. Di bawah penghulu ada penghulu tingkat
kabupaten dan penghulu tingkat kecamatan. Dahulu jabatan penghulu tingkat
kecamatan itu sebagai penghulu onderdistrick25
.
23 G.F. Pijfer, ‘ Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950.
(Terjemah) Tujimah, (Jakarta : UI Press, 1985), h. 87 24 Ibid h.63 25 Ibid h.63
Kebanyakan yang di angkat sebagai penghulu itu adalah adalah orang yang
telah menunaikan ibadah haji. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga seorang haji
menjabat sebagai imam, merbot, amil atau sebagai guru agama. Jika seorang haji
menjabat sebagai seorang mandor pasar dan polisi di tanah partikulir, mereka
mendapat gaji dari Pemerintah. Selain daripada itu para haji yang tidak menjabat
tetap menjadi petani dan pedagang26
.
Perhatian masyarakat terhadap pelaksanaan ajaran agama Islam dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Ini terbukti dari tahun 1886 terjadi perubahan pengamalan
ajaran Islam yang lenih intensif tahun 1989, terutama dalam menjalankan shalat lebih
cermat dan aktif pergi ke langgar untuk sholat berjamaah.27
Dalam kitab al-Qawanin di kemuukakan ada empat kesalahan yang sering
dilakukan oleh para penghulu yaitu, seorang penghulu suka melakukan perceraian
antara suami istri tanpa mempertimbangkan alas an mengapa sampai terjadi
perceraian itu28
.
Dalam bab ke-14 (Qawanin) memberikan peringatan kepada penghulu tentang
pentingnya penetapan jadwal penanggalan bagi keperluan keagamaan, terutama awal
bulan Ramadhan. Jadi penghulu bertugas untuk menentukan awal bulan puasa. Dalam
26 Ibid h.64 27 ANRI, Algemeene Verslag, Residentie Batavia tahun 1889, No. 353/9 28 Sayyid Usman bin Abdullah bin Aqil al-Alawi, AL-Qawanin as-Sar’iyyah li-ahl
al-majali al-Hukumiyyah bi Tahqiqi al-Masa’il Li Tamyizi lahum al-Haq minal-bathil,
(Batavia 1881)
menetapkan aturan terkadang penghulu bekerja mengutamakan keinginannya sendiri
daripada bersandar pada agama.29
Dalam perjalanan peradilan agama, sering bertumpu kepada penghulu. Karena
itu pendapat penghulu harus di hormati. Pengangkatan penghulu dilakukan secara
lebih cermat, mengingat pekerjaan penghulu bukan hanya sekedar menelaah beberapa
kitab dan memakai sorban, melainkan juga pendidikan umum dan pengalaman yang
luas.30
Akibat dari pada lambatnya proses penyebaran Islam berakibat sedikitnya
orang-orang yang dapat menduduki jabatan penghulu. Bahkan boleh jadi menjadi
Kadi, Penata keuangan dan Kepala Masjid. Dampak daripada itu, seorang penghulu
menganggap seluruh pekerja di masjid di anggap bawahannya. Sesungguhnya adalah
suatu kekecualian, seorang penghulu juga dapat bertindak sebagai Imam atau Khatib
waktu Shalat, sehingga mempunyai kedudukan penting di kalangan masyarakat.31
Pada masa kolonial Belanda, para anggota dan panitera tidak menerima gaji
tetap ( kecuali ketua) mereka menerima honor yang diambilkan dari ongkos perkara
yang di bayaroleh para berperkara.32
Pengadilan Agama berwenang memeriksa
29 Kumpulan karangan Snouck Hurgronje, jilid VIII, (Jakarta: INIS, 1993), h. 42-45 30 Ibid, jilid X, (Jakarta: INIS, 1994), h.50 31 E. Gobee dan C. Adriansee, (terj); nasehat-nasehat C Snouck Hurgronje
Semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1899-1936, Seri
Khusus, (Jakarta: INIS, Jilid V, 1991), h.815 32 Noto Susanto; Organisasi dan Yurispudensi Peradilan Agama di Indonesia,
(Jogyakarta: Yayasan Badan Penerbit, Gajah Mada, 1963), h.17
perkara dan memberi keputusan hanya bila di hadiri paling tidak oleh tiga orang
anggota termasuk ketua.
Merupakan realitas sejarah, bahwa setiap Pengadilan Agama mempunyai
peranan penting dalam pembinaan hukum Agama. Penghulu Agama adalah orang-
orang yang bernaung di Pengadilan Agama, ia sebagai orang yang memberi petunjuk
pelaksanaan hukum agama kepada masyarakat.33
Jabatan penghulu sudah ada sejak berabad-abad lamanya, tetapi
perkembangannya secara sempurna baru terjadi pada abad ke-19 dan abad ke-20
dahulu penghulu di terjemahkan dalam bahasa Belanda “Priester” tetapi
terjemahannya ini berdasarkan suatu kesalahpahaman karena agama Islam
tidakmengenal “pendeta”, kesalahpahaman orang-orang Belanda ini dapat di
mengerti jika dipikirkan hal-hal berikut ini :
1. Bahwa penghulu itu mengerjakan tugas-tugas yang dalam agama lain di
kerjakan oleh pendeta.
2. Bahwa penghulu itu berbeda dengan orang-orang biasa dalam segi
pakaiannya, kebanyakan mereka memakai pakaian arab seperti : sorban dan
jas panjang34
.
33 M. Idris Ramulyo. “ Beberapa Masalah tentnag Hukum Acara Perdata
Peradilan Agama dan Hukum Perkawinan Islam” (IND-HILL,CO,1985), h.99 34 Ibid h. 71
Jabatan tertinggi dalam hal mengurusi soal-soal agama adalah penghulu, di
ibukota penghulu di sebut penghulu kepala, dibawahnya terdapat pegawai-pegawai
yang lebih rendah, yaitu “Penghulu Districk” dan “Penghulu Onderdisrick”35
.
Penghulu-penghulu rendah tidak semuanya terpelajar, tetapi kalau mendapat
kesulitan mereka minta bantuan para kiyai-kiyai, penghulu yang pada umumnya
sibuk dengan pekerjaan-pekerjaannya dalam mengurusi masyarakat Islam36
.
Pada hari raya Islam, seperti hari lahir Nabi Muhammad saw (dalam bahasa
arab; Mawlid al-Nabi, bahasa Jawa dan Sunda; Mulud, dalam bahasa Betawi; Maulid)
dan hari Isra Miraj, yang menjadi pemimpin dalam upacara itu adalah Penghulu,
perayaan tersebut dilaksanakan di masjid, di rumah penghulu atau di tempat lain.37
Campur tangan Pemerintahan Belanda dalam soal Pengadilan Agama dan
upaya penertiban pengadilan agama setelah di keluarkanya stbl 1882 tentang
pembentukan pengadilan agama di Jawa dan Madura ini mendapat kecaman dari ahli
hukum adat. Snouck Hurgronje ia mengatakan bahwa pembentukan pengadilan
agama itu merupakan kesalahan yang patut disesalkan sebab seharusnya pengadilan
35 Ibid h. 71 36 Ibid h. 72 37 G.F Pijfer , Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950.
(Terjemah) Tujimah h. 87
agama ini di biarkan berjalan liar tanpa ada bantuan dan campur tangan pemerintah
sehingga keputusan-keputusan tidak perlu memperoleh kekuatan undang-undang.38
Pentingnya jabatan penghulu terutama yang diketahui ialah penghulu ibukota
kabupaten, kadang-kadang di sebut penghulu kepala, penghulu dapat dilihat dari
peranannya di masyarakat. Kedudukan dan peran penghulu itu adalah sebagai berikut:
1. Sebagai Kadi’
Sebagaimana di tempat lain dengan kewenangan hukum yang dipersempit
namun tetap mengacu kepada hukum peradilan yang sebenarnya dan
peradilan sukarela, selama itu di dasarkan hukum Islam.
2. Sebagai Mufti
Yaitu orang yang memberi penerangan tentang hukum Islam, karena di
dalam masyarakat dan kehidupan perorangan kerap kali timbul
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah agama, dan mereka
sangat membutuhkan bimbingan dan petunjuk dari seorang yang pandai
dan ahli di dalam masalah hukum Islam, maka dari itu di bentuk suatu
Mufti Agama untuk siapa saja yang memerlukan nasehat-nasehat
keagamaan.
38 Zaini A. Noeh Abd Basit Adnan “Sejarah Singkat Pengadilan Agama di
Indonesia”, (Surabaya : Bina Ilmu 1983), h. 34
3. Juru Nikah
Dengan tugas untuk mengawasi pelaksanaan akad nikah yang benar,
sesuai dengan aturan, dan pendaftaran perkara perceraian karena
penjatuhan talak. Tugas dalam kedudukan itu tidak termasuk dalam
wewenang hukum peradilan yang sebenarnya maupun yang sukarela,
karena hukum Islam tidk mengenal pengawasan atas perkara pernikahan
dan perceraian. Kebutuhan akan kepastian hukum tidak mengenal
pengawasan atas perkara pernikahan dan perceraian.Kebutuhan akan
kepastian hukum maka maka di setiap kota dan kampung selalu di
temukan juru nikah atau penghulu terabaikan.39
4. Mengepalai Mesjid
Di samping sebagai mengepalai mesjid, penghulu juga sebagai kepala
seluruh pegawainya. Kedua tugas inilah yang memberi gambaran kepada
orang-orang luar tentang tugas penghulu. Penghulu sebagai wakil tertinggi
dalam soal-soal agama dan ia di Bantu oleh beberapa pegawai mesjid
bawahanya.
Sebagai kepala mesjid, penghulu mengatur soal-soal peribadatan, ia juga
berhak bertindak sebagai imam, dan khotib, tetapi biasanya ia
39 Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje, Jilid VII, h. 83-84
melimpahkan tugas ini kepada bawahannya. Selain itu juga penghulu
mengurus kas masjid40
Sebagai kepala personil masjid, penghulu mengatur peran bawahannya,
seperti imam pada waktu sholat, khotib yang mengucapkan khutbah, hari
raya Islam, Muadzin, dan marbut41
Perannya sebagai imam masjid atau kepala pegawai kemasjidan, ia
bertanggung jawab atas pemeliharaan masjid maupun gaji bagi para
pegawainya diambil dari dana kas masjid yang di bentuk di setiap
kabupaten yang di bawah pengawsan Bupati.
Dana kas masjid di peroleh dari ongkos pembayaran pencatatan nikah,
talak, dan ruju’, ongkos perkara di pengadilan Agama, wakaf maupun
bagian zakat dan dan ritrah, kas masjid itu di urus oleh sebuah komisi
yang di bentuk dan bertanggung jawab kepada Bupati.42
5. Mengurus dan Mencatat Pernikahan, Perceraian, dan Ruju
40 Pijfer, Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950.
(Terjemah) Tujimah h.78 41 Marbut (atau disebut Merbot) adalah pelayan mesjid atau orang yang
mengurusi segala kebutuhan mesjid, dan menyangkut kebersihan dan keamanan
masjid 42 Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Ulama di Indonesia Abad ke-
19, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984), cet 1 h. 225
Menurut Hukum Islam, untuk menghindari dari penyalahgunaan dan
kekacauan, penghulu sebagai ahli hukum Islam termasuk dalam kategori
ahli yang ditugaskan mengurusi pernihkahan, perceraian dan ruju.
Dalam pelaksanaan tugas di bidang Dalam pelaksanaan tugas di bidang
NTR (Nikah, Talak, Ruju) serta segalasesuatu yang ada sangkut pautnya
dengan masalah tersebut dapat dilaksanakan oleh petugas-petugas di
daerah tersebut. Dan mana kala timbul hal-hal yang tidak terselesaikan
oleh petugas dan kewedaan atau di kecamatan itu secara baik ataupyn
kalau timbul pertentangan pendapat di antara petugas di daerah itu dengan
masyarakat barulah beliau turun tangan turut menyelesaikan sengketa
yang timbul itu bertindak selaku juru pendamai dan yang menyelesaikan
masalah yang timbul itu.
Biasanya kalau penghulu sudah turun tangan dalam masalah-masalah yang
timbul dalam masyarakat, ia segera mengeluarkan fatwa-nya atas nama
Allah maka segeralah pihak-pihak yang bersangkutan itu tunduk dan taat
atas ketetapan dan fatwa tersebut. Jarang sekali fatwa yang dikeluarkan
oleh penghulu mendapat sanggahan atau kritikan dari masyarakat, karena
penghulu di angkat bukan sembarangan, tapi dengan proses dan prosedur
tertentu. Disamping cakap, alim dan bijaksana maka faktor pemilihan
tentu juga diperhatikan, biasanya sesudah itu menurun kepada anak-
anaknya yang memenuhi syarat-syarat tertentu.43
6. Penasehat pada Landrad
Dalam masa-masa sebelum kemerdekaan penghulu merupakan pejabat
merupakan pejabat yang menetukan, sehingga dalam bidang peradilan pun
mereka ikut menentukan dalam rangka menjaga agar hukum Islam dapat
di terapkan dalam hal-hal yang di tentukan oleh Pengadilan Negeri. Hanya
saja saying dalam pelaksananya, para penghulu kurang mengikuti derap
langkah dari pengetahuan Hakim Pengadilan Agama Negeri yang
memakai Hukum Barat sebagai sumber hukumnya. Sehingga Pada masa
belakangan para penghulu dalam pengadilan negeri bukan lagi sebagai
pihak yang menentukan sebaliknya merupakan pihak yang ditentukan.
Tugasnya tinggal menyumpah para pihak-pihak yang berperkara di dalam
persidangan.44
Sebagai penghulu landrad ia bertugas untuk memberi nasehat mengenai
pandangan Islam terhadap perkara yang diadili dan juga bertindak sebagai
43 Proyek Peningkatan Survey Keagamaan Departemen Agama RI. "Laporan
Bagian Proyek Penelitian Jurispudensi Peradilan Agama" (Jakarta, Direktorat
Peradilan Agama 1970), h. 38-39 44 Ibid, h. 40
pengambil sumpah terhadap pihak yang diperlukan, untuk itu ia mendapat
gaji tertentu dari pemerintah Belanda.
Pengangkatan penghulu sebagai penasehat landrad, di karenakan
pemerintah Belanda masih menganggap hukum yang berlaku di kalangan
orang Islam adalah hokum Islam, namun sikap ini di ubah oleh Snouck
Hurgronje dengan mengatakan bahwa hukum yang berlaku di Indonesia
adalah hukum adat45
.
7. Sebagai Penasehat Pejabat Pemerintah
Penghulu dalam hal ini pula merupakan bagian dalam struktur
Pemerintahan, bahkan adalah merupakan pejabat tinggi dalam
Pemerintahan di bidang keagamaan. Karena itu segala ketentuan yang
akan di ambil atau di laksnakan dalam pemerintahan selalulah lebih
dahulu dimintakan pertimbangan para penghulu guna menentukan apakah
ketentuan tersebut dapat dijalankan dan tidak bertentangan dengan
ketentuan keagamaan. Dalam hal inilah fungsi penghulu bertindak sebagai
penasehat dan pejabat pemerintah.46
8. Sebagai Ketua Pengadilan Agama
45 Husni Rahim, “ Sistem Otoritas dan Administrasi Islam : Studi Tentang Pejabat
Agama Masa Kesultanan dan Kolonial di Palembang: (Jakarta, Logis 1998), cet I, h.
126 46 Proyek Peningkatan Survey Keagamaan Departemen Agama R.I, "Laporan
Bagian Proyek Penelitian Jurispudensi Peradilan Agama" , h. 39
Dalam hal ini penghulu juga mendapat peran memeriksa dan memutus
manakala di kalangan umat terdapat perselisihan faham atau pendapat baik
dalam masalah NTR (Nikah, Talak, Rujuk), Mawaris, Mahar, Hadhonah,
Ta’lik talak, dan sebagainya, maka biasanya kalau pada timgkat
Kecamatan atau Kewedaan tidak terselesaikan maka barulah diajukan
kepada penghulu. Dalam hal mana, maka penghulu tentu segera
mengadakan pemeriksaan dan penumpulan data dan fakta-fakta yang
diperlukan. Dan kemudian diadakanlah pemicaraan dengan para anggota
atau pegawainya guna mengadakan penyelesaian akan perkara tersebut.
Dalam persidangan mana masalah tersebut di bahas dan dipertimbangkan
secara mendalam menurut ketentuan atau qaidah fiqhiyyah dan segera
diambil jalan keluarnya kemudian barulah di ambil keputusan yang
setepat-tepatnya dan sebenar-benarnya. Keputusan segera diumumkan dan
disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Persidangan-persidangan para penghulu di saat sebelum kemerdekaan
banyak dilakukan dirumah-rumah penghulu sendiri atau di serambi
masjid.
Sehingga pada waktu itu terkenalah istilah pengadilan serambi. Baru
sesudah kemerdekaan sidang-sidang dari penghulu ini mengambil tempat
pada kantor atau ruangan khusus yang telah ditentukan.
Karena penghulu yang bertindak pula sebagai Ketua Pengadilan Agama
maka segala keputusan dan ketetapan beliau ini terus di taati dan
dilaksanakan oleh masyarakat dan pihak-pihak yang bersangkutan.
9. Membantu Pencatatan Penduduk
Dalam hal ini penghulu mendapat tugas tambahan, di samping mencatat
perkawinan, ia juga di minta mencatat kematian, tugas tambahan ini lebih
mudah dikerjakan oleh penghulu dari pada oleh pasirah atau pegawainya,
karena bila seseorang meninggal tentu yang diberiahu terlebih dahulu
adalah penghulu, karena penghulu dalam mengurus jenazah sangat
diperlukan.
10. Mengawasi Pendidikan Agama
Statblaad 1905 menyebutkan bahwa siapa saja yang akan memberi
pelajaran Agama, harus mendapatkan izin tertulis dari pemerintah
setempat. Disamping itu guru-guru harus membawa daftar dari murid-
muridnya menurut bentuk tertentu dan mengirimkannya secara berkala
kepada kepala daerah setempat. Izin tersebut dapat di tarik kembali
apabila ia berulang-ulang melanggar peraturan atau memiliki perilaku
yang tidak baik.
11. Sebagai Wali Hakim
Masalah pihak perempuan yang akan melakukan perkawinan tidak
mempunyai wali tapi tidak ada ditempat atau ada yang menghalangi
menjadi wali, ataupun wali yang berhak tapi adhal (enggan) mengawinkan
pihak perempuan tersebut , maka menurut ketentuan syar’I dapat
dipindahkan hakmewalikan itu kepada wali hakim.
Didalam pemindahan kewalian kepada wali hakim dijelaskan terlebih
dahulu tentang prosedur pemindahan dimana kedua pihak perlu di periksa
lebih dahulu terutama tentang wali yang adhal (enggan) untuk menikahkan
perempuan yang harus di walikan itu.
Manakala wali yang bersangkutan tetap adhal (enggan) tanpa alas an yang
sah menurut syara’ maka barulah kewalian itu dipindahkan kepada wali
hakim.Yang ditentukan bertindak sebagai wali hakim. Yang ditentukan
bertindak sebagai wali hakim adalah pejabat-pejabat yang telah ditentukan
yang pada umumnya adalah para Penghulu Naib atau penghulu pada
Kantor Urusan Agaka kabupaten.47
12. Pejabat Urusan Zakat
47 Ibid, h. 39-40
Seorang penghulu bertugas mengumpulkan dan membagikan zakat kepada
yang berhak. Boleh jadi tugas itu dilaksanakan sendiri oleh penghulu atau
diserahkan kepada bawahannya. Dari tugas ini penghulu memperoleh
penghasilan sesuai aturan yang ditetapkan ajaran Islam.
13. Pegawai Tata Usaha dan Kepala Masjid
Dan tentu juga orang-orang bawahan yang diangkatnya sendiri dan
bekerja secara teratur, memiliki hak untuk bertindak sendiri selaku imam
atau khatib di mesjid.
Syarat menjadi seorang penghulu menurut atau wakil menurut Karel A
Steenbrink bahwa ada tiga aliran yang menentukan kebijaksanaan pengangkatan
penghulu baru dalam politik pemerintah kolonial.48
.
Pertama. Sebagian besar pegawai pemerintah termasuk para residen dan
gubernur jendral berpendapat, bahwa jabatan penghulu adalah jabatan agama,
sehingga harus bebas dari campur tangan dari pemerintah Belanda. Bupati boleh saja
mengangkat seorang keponakan, yang sama sekali tidak tahu agama, menjadi
48 E. Gobee dan C. Adrianse, nasehat-nasehat C Snouck Hurgronje Semasa
Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1899-1936, Seri Khusus, , h.
818
penghulu. Satu-satunya syarat yang dicantumkan dalam korespondensi para pejabat
tentang pengangkatan penghulu baru adalah bahwa calon penghulu bukan pemakai
tentang madat.
Kedua, sikap yang agak pasif juga yang datang dari Holle dan beberapa tokoh
lain. Mereka berpendapat, bahwa pemerintah harus mempertahankan agar para
penghulu tidak di angkat dari kelompok orang Islam yang terlalu fanatic atau yang
turut dalam satu aliran tarekat. Credit point perlu diberikan kepada para penghulu jika
mereka giat memperbaiki pertanian, melaksanakan proyek irigasi, membasmi tikus,
membantu proyek suntikan penyakit cacar dan lain-lain.
Dalam beberapa laporan, Holle juga secara konsekwen maengajukan agar
penghulu masjid dan pengulu landraad dijabat oleh seorang pejabat saja, sehingga
pemerintah bisa menetapkan siapa pejabat Islam yang paling penting di suatu daerah
(pemerintah tidak berhak memilih penghulu masjid, hanya penghulu landraad).
Ketiga, dipelopori oleh Snouck Hurgronje dan bersifat aktif, Snouck
menandaskan, bahwa penghulu harus di angkat pemerintah dan pemerintah harus
bertindak tegas terhadap penghulu yang korup atau yang sama sekali tidak
mengetahui hukum Islam dan mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan hukum
itu.
Lebih dari itu menurut Snouck Hurgronje adalah.
1. Tamat dengan hasil baik dari sebuah kursus mengeni kitab-kitab yang
paling lazim termasuk yang mengenai fiqih
2. Mempunyai sekedar pengetahuan bukan agama yang diperlukan untuk
secara tepat menjalankan pejabat penghulu, seperti pengetahuan tentang
tugas dan kewenangan majlis-majlis ulama menurut undang-undang. Begitu
juga pengetahuan tentang tugas penghulu sebagai penasehat pada
pengadilan negeri, pengeahuan tentang peraturan pemerintah daerah yang
dalam peresmian pernikahan atau penerimaan berita mengenai perceraian
harus ditaati, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan ini tidak ada seorang
penghulu pun yang sama sekali tidak mempunyai pengetahuan yang dapat
diperoleh pada sekolah pemerintah untuk pribumu.
3. Syarat-syarat tertentu mengenai watak, sifat sholeh dan jujur sedapat
mungkin juga syarat mengenai kedudukan didalam masyarakat.49
Jabatan Hakim Agama Islam kini menjadi fungsi-fungsi yang bersifat khusus,
seperti yang terjadi pada keseluruhan birokrasi agama. Secara tradisionil, jabatan
Hakim Agama biasanya berada pada “Penghulu”, seorang administrator masjid yang
juga mempunyai tugas, peran dan tanggung jawab didalam masyarakat Islam. Kini,
fungsi-fungsi itu di pisah-pisahkan, dan hakim agam akan menjadi “hakim” dengan
sedikit tambahan tugas. Dengan pemisahan ini, mungkin hakim Agama akan
49 Ibid h. 837
menurun kedudukannya di mata masyarakat dan menyempit pula kewibawaan
hukumnya.50
Peran lembaga kepenghuluan yang besar dan strategis ini
dalam perkembangannya mengalami penyempurnaan-
penyempurnaan terutama sejak zaman kemerdekaan. Berdasarkan
Resolusi Konferensi Jawatan Agama seluruh Jawa dan Madura pada
tanggal 12-16 Nopember 1947, Menteri agama mengeluarkan
penetapan No. 6 tahun 1947 tentang pemisahan pengadilan agama
dari penghulu kabupaten. Dengan demikian sejak saat itu terjadi
pemisahan fungsi dan tugas antara penghulu kabupaten sebagai
kepala pegawai pencatat nikah dan urusan-urusan kepenghuluan
lainnya, dengan penghulu hakim, yakni hakim ketua pengadilan
agama. Hal ini dilakukan karena tugas-tugas kepenghuluan di bidang
pencatatan NTR semakin meningkat.51 Dengan pemisahan ini, tugas
lembaga kepenghuluan sebagai lembaga yang menyelesaikan
perselisihan dibidang hukum keluarga (talah/cerai) di alihkan ke
lembaga peradilan, yaitu Pengadilan Agama. Walaupun demikian
sebelum lahirnya UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama
Lembaga Kepenghuluan atau Sekarang lebih di kenal dengan KUA
masih berwenang mengeluarkan kutipan buku pendaftaran talak dan
50 H. Zaini A. Noeh, “ Peradilan Agama Islam di Indonesia : Suatu Studi
tentang Landasan Politk Lembaga-lembaga Hukum” (Jakarta, PT. Internusa 1980),
cet 1, h.131-132 51 Ibid., h. 42
Cerai, dan sejak berlakunya UU tersebut maka KUA (Pegawai
pencatat Nikah) hanya bertugas melaksanankan pelayanan nikah
dan rujuk serta melaksanakan pembinaan Kehidupan beragama Islam
di desa.52
Oleh karena itu, berdasarkan pasal 730 Keputusan menteri
Agama No. 2 tahun 1989 disebutkan bahwa KUA mempunyai fungsi
atau tugas untuk: 1) Menyelenggarakan statistik, dokumentasi, surat
menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan dan rumah
tangga KUA, 2). Menyelenggarakan bimbingan dan pelayanan nikah
dan rujuk 3). Menyelenggarakan pengurusan dan pembinaan
kemasjidan , zakat, wakaf, ibadah sosial dan baitul maal,
kependudukan dan membina kesejahteraan keluarga sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Direktur Bimbingan masyarakat
Islam dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Maka atas dasar KMA ini, Peran atau tugas KUA sebagai
lembaga yang berwenang mengeluarkan kutipan buku pendaftaran
talak dan Cerai ditiadakan dan dialihkan menjadi wewenang
Pengadilan Agama.
Seiring dengan semangat reformasi, Departemen Agama RI
melalui Keputusan menteri Agama Republik Indonesia Nomor 301
Tahun 2004 telah melakukan penataan ulang terhadap tugas dan
fungsi penghulu dalam organisasi Kantor Urusan Agama (KUA)
52 Departemen Agama RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN),
(Jakarta: Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, 2003), h. 2
Kecamatan. Penataan ini dimaksudkan sebagai upaya peningkatan
profesionalisme penghulu dalam menjalankan tugas kepenghuluan
yang meliputi perencanaan, bimbingan, pencatatan dan pelayanan
di bidang nikah/rujuk, pembinaan keluarga sakinah, hisab rukyat,
pelayanan fatwa hukum munakahat, bimbingan muamalat, dan
pengembangan kepenghuluan.
BAB III
PROGRAM STUDI AHWAL-SYAKSHIYYAH
DI FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
A. Sejarah Berdirinya Program Studi Ahwal-Syakshiyyah (Hukum Keluarga
Islam)
Gagasan untuk mendirikan Fakultas Sya’riah di Jakarta di mulai pada
akhir tahun 1966. Sebelumnya IAIN Syarif Hidayatullah telah mengelola Fakultas
Syari’ah di Serang, Jawa Barat. Untuk itu dilakukan persiapan-persiapan sehingga
dibentuklah suatu tim yang dipimpin langsung oleh rektor pada saat itu, Prof. Drs.
H. Soenardjo.
Karena sarana dan prasarananya belum siap dan belum memadai,maka
fakultas Syari’ah Jakarta baru menerima mahasiswa mulai tahun ajaran 1968.
Untuk tahap awal pimpinan fakultas di rangkap oleh rector dan pelaksana
hariannya adalah Drs. H. Peunoh Daly, yang merangkap sebagai ketua Jurusan
Ilmu Agama di Fakultas Tarbiyah, selanjutanya rector mengangkat K.H.M Syukri
Ghazali sebagai dekan Fakultas Syari’ah. Fakultas Syari’ah pertama.Jakarta
sendiri resmi berdiri berdasarkan SK Menteri Agama No. 159 Tahun 1967.
Sepanjang sejarahnya, tokoh-tokoh yang pernah memimpin Fakultas
Sya’riah semenjak konversi IAIN ke UIN menjadi Fakultas Syari’ah dan Hukum
sebagai dekan adalah sebagai berikut : K.H.M Syukri Ghozali (1968-1972), Drs.
H. Peunoh Daly (1972-1975, 1983-1986, dan 1986-1991), Drs. Amir Syarifuddin
(1975-1977 dan 1977-1979), H.A. Wasit Aulawi, MA (1979-1982 dan 1982-
1983), Drs. A. Mustadjib, MA (1991-1994), Drs. H.A. Chairuddin, SH (1994-
1998), Prof.Dr. H. Muhammad Amin Suma SH, MA (1998-2002 dan 2006-2010),
dan Prof.Dr. Hasanuddin AF (2002-2006),
Visi dan Misi Fakultas Syariah dan Hukum
Visi Fakultas Syariah dan Hukum adalah mewujudkan Fakultas Sya’riah
dan Hukum sebagai fakultas yang unggul, handal, dan terdepan dalam pengkajian,
pengembangan, dan pengintegrasian serta penerapan ilmu Syari’ah,ilmu hukum,
dan ilmu ekonomi Islam yang berorientasi pada nila-nilai keIslaman,
kemanusiaan, dan keindonesiaan.
Misi Fakultas Syari’ah dan Hukum
1. Melaksanakan pengajaran dan pendidikan yang integratife dalam ilmu
syar’iah, ilmu hukum, dan ilmu ekonomi Islam baik bersifat teoritis maupun
praktis.
2. Mengembangkan dan menerapkan ilmu Syari’ah, ilmu hukum, danilmu
ekonomi Islamyang berbasis penelitian (research based university)
3. Memberikan landasan akhlak dan moral terhadap pengembangan dan praktik
ilmu Syari’ah, ilmu hukum, dan ilmu ekonomi Islam di masyarakat
4. Mengembangkan dan membina kehidupan civitas akademika yang
menjunjung tinggi kebenaran, keterbukaan,kritis, kreatif,dan inovatif, serta
tanggap terhadap perubahan-perubahan social,baik dalam skala nasional
maupun global.
5. Menyelanggarakan manajement modern perguruan tinggi yang berorientasi
pada mutu, profesionalisme, dan keterbukaan, serta memiliki daya saing yang
tinggi dan kuat.
6. Memupuk dan menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan
lembaga-lembaga pemerintah maupun non pemerintah, perguruan tinggi,
industri dan lain-lain, baik dalam maupun luar negeri.
7. Memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap upaya implementasi
syari’ah Islam dalam konteks keindonesiaan.53
Secara historis dapat di kemukakan bahwa Program Studi Ahwal
Syaksyiyah pada mulanya bernama Jurusan al-Qadha. Lalu, dalam
perkembangannya berubah nama menjadi Jurusan Peradilan Agama. Seiring
dengan perubahan regulasi pendidikan tinggi agama Islam, ia kemudian berubah
menjadi Program Studi Ahwal- Syakhshiyyah yang memiliki 2 (dua) konsentrasi,
yaitu Konsentrasi Peradilan Agama dan Konsentrasi Administrasi Keperdataan
53 UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman akademik Universitas IslamNegeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007-200, h.154-155
Islam. Dalam perkembangannya yang terkini (2007), Program Studi ini di
sempurnakan namanya menjadi Program Studi Ahwal Syakhsiyyah (Hukum
Keluarga Islam) dengan 2 (dua) Konsentrasi tersebut.54
B. Visi, Misi, dan Kompetensi Lulusan Ahwal-Syakshiyyah
Program Studi ini Memiliki Visi dan Misi sebagai berikut :
Visi :
Terwujudnya Program Studi Ahwal Syakshiyyah (Hukum Keluarga
Islam) sebagai Program Studi yang unggul, handal, dan terdepan dalam
Pengkajian, Pengembangan, Pengintegrasian dan Penerapan Ilmu Hukum
Keluarga yang berorientasi Keislaman, Kemanusiaan dan Keindonesiaan.
Misi :
a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang integratife dalam ilmu Syariah
khususnya bidang Hukum Keluarga, baik yang bersifat teoritis maupun
praktis.
b. Mengembangkan dan menerapkan ilmu-ilmu Syariah khususnya bidang
Hukum Keluarga
c. Menghasilkan Sarjana yang memiliki keilmuan Syariah khususnya bidang
Hukum Keluarga
54 Serial Buku Pedoman Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) No. 2, Buku
Pedoman Akademik, h. 19
d. Memberikan landasan moral dan akhlak yang terpuji bagi pengembangan dan
praktisi ilmu-ilmu Syariah, khususnya bidang Hukum Keluarga, dalam
kehidupan Bermasyarakat
e. Membina dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan keterbukaan, dan kesetaraan,
dengan tetap kritis, kreatif, inovatif, dan respontif, terhadap perubahan social,
baik dalam skala local, nasional, maupun global.
f. Menyelenggarakan manajement modern Program Studi yang berorientasi pada
kualitas, tranparasi, akuntabilitas, dan profesionalitas.
g. Menjalin kerjasama yang saling menguntunkan dengan lembaga-lembaga
pemerintah dan non-pemerintah, baik dalam maupun luar negeri.
h. Memberikan perhatian terhadap upaya implementasi Syariah Islam,
khususnya bidang Hukum Keluarga, dalam konteks keIndonesiaan.
Program Studi ini memilki 2 (dua) konsentrasi :
1. Konsentrasi Peradilan Agama
Konsentrasi ini memiliki visi dan misi sebagai berikut :
Visi :
Terwujudnya Konsentrasi Peradilan Agama sebagai konsentrasi yang
unggul, handal dan terdepan dalam Pengkajian, Pengintegrasian, dan Penerapan
Ilmu Hukum Peradilan yang berorientasi Keislaman, Kemanusiaan dan
Keindonesiaan
Misi :
a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang integrative dalam ilmu
Syariah, khususnya bidang Hukum Peradilan baik yang bersifat teoritis
maupun praktis
b. Mengembangkan dan menerapkan ilmu-ilmu Syariah khususnya bidang
Hukum Peradilan
c. Menghasilkan Sarjana yang memiliki keilmuan Syariah khususnya bidang
Hukum Keluarga
d. Memberikan landasan moral dan akhlak yang terpuji bagi pengembangan
dak praksis ilmu-ilmu Syariah, khususnya bidang Hukum Peradilan, dalam
kehidupan Bermasyarakat
e. Membina dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan keterbukaan, dan kesetaraan,
dengan tetap kritis, kreatif, inovatif, dan respontif, terhadap perubahan
sosial, baik dalam skala local, nasional, maupun global.
f. Menyelenggarakan manajement modern konsentrasi yang berorientasi pada
kualitas, tranparasi, akuntabilitas, dan profesionalitas.
g. Menjalin kerjasama yang saling menguntunkan dengan lembaga-lembaga
pemerintah dan non-pemerintah, baik dalam maupun luar negeri.
h. Memberikan perhatian terhadap upaya implementasi Syariah Islam,
khususnya bidang Hukum Peradilan, dalam konteks keIndonesiaan.
2. Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam
Konsentrasi ini memiliki visi dan misi sebagai berikut :
Visi :
Terwujudnya Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam sebagai
konsentrasi yang unggul, handal dan terdepan dalam Pengkajian,
Pengembangan, Pengintegrasian dan Penerapan Ilmu Administrai
Keperdataan yang berorientasi KeIslaman, Kemanusiaan dan KeIndonesiaan.
Misi :
a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang integratife dalam ilmu
Syariah khususnya bidang Ilmu Administrasi Keperdataan, baik yang
bersifat teoritis maupun praktis.
b. Mengembangkan dan menerapkan ilmu-ilmu Syariah khususnya bidang
Administrasi Keperdataan yang berbasis penelitian
c. Menghasilkan Sarjana yang memiliki kompetensi keilmuan Syariah
khususnya bidang Administrasi Keperdataan
d. Memberikan landasan moral dan akhlak yang terpuji bagi pengembangan
dak praksis ilmu-ilmu Syariah, khususnya bidang Administrasi
Keperdataan, dalam kehidupan Bermasyarakat
e. Membina dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan keterbukaan, dan kesetaraan,
dengan tetap kritis, kreatif, inovatif, dan respontif, terhadap perubahan
sosial, baik dalam skala lokal, nasional, maupun global.
f. Menyelenggarakan manajement modern Konsentrasi yang berorientasi
pada kualitas, tranparasi, akuntabilitas, dan profesionalitas.
g. Menjalin kerjasama yang saling menguntunkan dengan lembaga-lembaga
pemerintah dan non-pemerintah, baik dalam maupun luar negeri.
h. Memberikan perhatian terhadap upaya implementasi Syariah Islam,
khususnya bidang Administrasi Keperdataan, dalam konteks
keIndonesiaan55
.
Kompetensi Lulusan
Tujuan Perguruan Tinggi Agama Islam adalah Menghasilkan sarjana
Muslim yang memiliki kemampuan atau (kompetensi) akademik dan
professional dalam bidang agama Islam serta mampu menerapkan di
masyarakat serta menghasilkan sarjana muslim yang ahli dan mampu menjadi
praktisi di bidang administrasi keprdataan dan peradilan agama Islam.
55 Ibid. h.20
KURIKULUM INTI PTAI
PROGRAM STUDI AHWAL SYAKSHIYYAH
TUJUAN PTAI KOMPETENSI LULUSAN INDIKATOR KOMPETENSI
Menghasilkan sarjana
Muslim
1. Memiliki kemampuan
tentang Islam secara
kompherensif
Memahami ajaran Islam yang
normatife dan
yang memiliki kemampuan
(kompetensi)
empiris akidah, syariah,
akhlak,serta sejarah
akademik dan profesional
dalam bidang ilmu peradaban Islam
agama Islam serta mampu
menerapkannya 2. General knowledge
memahami pokok-pokok Ilmu
Pengetahuan
di masyarakat Sosial, IPA, dan humaniora
3. Beriman takwa dan akhlak
yang mulia
a. Menjalan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya
b. Berfikir,berbicara,dan bertindak
sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam
c. Memiliki rasa tanggung jawab,
harga diri, integritas,
mampu bersosialisasi, saling
menghormati
4. Berkepribadian Indonesia
Beragama,memiliki rasa
kebhinekaan, demokratis,
rasa solidaritas social
5. Sikap ilmiah
Cinta ilmu pengetahuan, cinta
kebenaran, rasional,
kritis, obyektif, menghargai
pendapat orang lain
6. Professional
Mampu melaksanakan pekerjaan
secara efektif dan
efisien serta memiliki komitmen
terhadap mutu hasil
Pekerjaan
7. Kewirausahaan
Inovatif, ulet, kreatif, pantang
menyerah, adaptif,
respontif,mandiri, mempunyai
keinginan untuk maju,
berani menanggung resiko
8. Memiliki keterampilan
a. Mampu menyajikan isi fikiran
secara lisan dan
berbahasa Indonesia sistematis dan mudah dipahami
b. Mampu menulis karya ilmiah
dengan sistematis dan
menggunakan bahasa Indonesia
yang baku
9. Memiliki keterampilan
berbahasa
Mampu memahami isi buku teks
berbahasa
Arab dan Inggris
Arab/Inggris tanpa banyak
kesulitan
10. Memiliki keterampilan
dalam berfikir
a. Berfikir ilmiah: mampu
memecahkan masalah melalui
pendekatan ilmiah
b. Berfikir kreatif: mampu
menemukan alternative baru
dalam memecahkan masalah
c. Mengambil keputusan: mampu
memilih salah satu dari
Alternatife
11. Memiliki keterampilan
dalam mengolah
Mampu mencari mengolah dan
menyajikan informasi
informasi
secara sistematis, kritis, dan
obyektif
12. Memiliki keterampilan
dalam mengelola
Mampu mengelola waktu, manusia,
uang, dan barang
sumber daya
13. memiliki keterampilan
dalam bekerjasama
Mampu bekerja tim,memimpin, dan
bergaul dengan
dengan orang lain Masyarakat
14. Memiliki kemampuan
dalam memanfaatkan
Mampu memilih mengoperasikan
dan memelihara perangkat
teknologi Teknologi
B. Kompetensi Hasil Belajar Program Studi Ahwal
Syakhshiyyah
TUJUAN PRODI KOMPETENSI LULUSAN INDIKATOR KOMPETENSI
Menghasilkan 1. Memahami seluk beluk a. Mampu menjelaskan dan menguraikan
sarjana muslim ilmu aspek-aspek
yang ahli dan
mampu menjadi
administrasi keperdataan
dan
administrasi keperdataan dan peradilan
agama Islam, sejarah
praktisi di bidang
administrasi peradilan agama Islam
kebijakan, teori, tokoh dan pemikirannya,
metodelogi dan institusi
keperdataan dan
b. Mampu menjelaskan dan menguraikan
seluk beluk management
peradilan agama
Islam
administrasi keperdataan dan peradilan
agama Islam
2. Menjadi tenaga
administrasi a. Mengkritisi berbagai pendapat
keperdataan dan peradilan
agama b. Menjunjung tinggi rasa keadilan
Islam yang yang obyektif
dan
menunjang keadilan
3. Menjadi tenaga
administrasi a. Bekerja berdasarkan kompetensinya
keperdataan professional b.Mencintai bidang tugasnya
4.Menjadi tenaga
administrasi
a. Berusaha untuk mengembangkan
kemampuan akademiknya
keperdataan dan peradilan
yang
b. Berusaha melanjutkan studi ke jenjang
yang lebih tinggi
mencintai ilmu pengetahuan
5. Menjadikan tenaga
administrasi a. Berusaha mengembangkan tugas-tugas
keperdataan dan peradilan b. Berusaha menciptakan kreasi-kreasi
agama Islam baru di bidangnya
yang mempunyai sikap
inovatif, kreatif,
c. Tanggap terhadap peradilan umum dan
Islam
dan responsife
6. Memiliki keterampilan
dalam
a. Dapat mengaplikasiakan teori-teori
keperdataan dan peradilan
mengimplementasikan
aspek-aspek
agama Islam dalam penyelenggaraan
pengadilan
administrasi keperdataan
dan peradilan
b. Dapat mengembangkan teori-teori
keperdataan dan peradilan Islam
Islam
7. Memiliki keterampilan
dalam manajemen
keperdataan
a. Dapat mengelola administrasi
peradilan dengan efektif dan efisiaen56
dan peradilan agama Islam
C. Kurikulum Jurusan Ahwal Al-Syakshiyah (yang terakhir)
Kurikulum Perguruan Tinggi Agama Islam terdiri atas :
1. Kurkulum Inti
Kurikulum ini meliputi Kompetensi Dasar dan Kompetensi utama.
Kompetensi Dasar berlaku pada semua Program Studi (lintas program studi)
56 Arsip Sekretaris Jurusan Ahwal AL-Syakshiyyah
pada PTAI yang penyusunnya di koordinir dan di fasilitasi oleh Diperta Islam
dan Ditjen Bagais Departement Agama RI57
.
2. Kurikulum Institusi
Kurikulum ini meliputi Kompetensi Dasar (tambahan), Kompetensi Utama
(tambahan) dan kompetensi lainnya58
.
Mata kuliah dan bobot SKS
Jenis mata kuliah dan bobot SKS ditetapkan sepenuhnya oleh masing-
masing PTAI. Menurut SK Mendiknas No. 234/U/2000 beban studi oleh
masing-masing program studi Sarjana (S1) minimal 144 dan maksimal 160
SKS.59
Kurikulum Jurusan Ahwal Syakshiyyah terbagi menjadi 2 yaitu,
distribusi mata kuliah menurut komponennya dan penjabaran rumpun mata
kuliah.Distribusi mata kuliah menurut komponennya terdiri dari Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata Kuliah Berkehidupan
Bermasyarakat (MKB), Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)
57 Ibid 58 Ibid 59 Ibid
Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) Mata Kuliah Prilaku Berkarya
(MPB)60
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian terdiri atas : Ilmu kalam
(aqidah), Ulumul Qur’an, Ulumul Hadist, Akhlak Tasawuf, Sejarah Peradaban
Islam, Filsafat Umum, Pendidikan Kewarganearaan, Fiqh dan Praktek
Ibadah61
.
Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat terdiri atas : Bahasa Arab,
Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ilmu Sosial Dasar, dan Sosiologi Hukum62
.
Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan terdiri atas : Fiqih
Munakahat 1-2, MM Fil Munakahat, Fiqih Mawaris, Fiqih Muamalat, Fiqih
Jinayah, Fiqih Siyasah, Tafsir Ahkam, Hadist Ahkam, Masail Fiqhiyyah,
Tarikh Tasyri, Ilmu Falak 1-2, Hukum Perikatan Islam, Hukum Perwakafan,
Peradilan Islam, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Pengantar Ilmu Hukum
dan Hukum Indonesia, Hukum Pidana, Hukum Perdata, Ilmu Perundang-
undangan, Hukum Acara Perdata, hukum Acara Peradilan Agama, Hukum
Keluarga di Negara Muslim, Hukum Tata Negara. Mata Kuliah Peminatan
Peradilan Agama terdiri atas : Praktek Hukum Islam di Indonesia,Hukum
Keluarga Kontemporer,Administrasi dan Manajemen Peradilan Agama, Ilmu
60 Serial Buku Pedoman Fakultas Syari’ah dan Hukum (FSH), No. 2, Buku
Pedoman Akademik h. 22 61 Ibid h.22 62 Ibid h.22
Ekonomi, Ekonomi Syariah Bank dan Keuangan Syariah.. Mata Kuliah
Peminatan Administrasi Keperdataan Islam : Ilmu Administrasi, Manajemen
dan Administrasi, Perkantoran urusan Keagamaan, Kepenghuluan,
Manajemen Masjid, Administrasi Zakat dan Wakaf, Penyuluhan Hukum
keluarga, Bimbingan Penasehatan, Penyuluhan dan Penyelesaian
Perkawinan63
.
Mata Kuliah Pilihan terdiri dari : Hukum Lingkungan, Hukum
Dagang, Hukum Tata Usaha Negara, Politik Hukum Islam di Indonesia,
Hukum Acara Pidana, Legal Drafting, dan Keadvokatan Mata Kuliah
Berkarya terdiri dari : Praktikum KUA, Praktikum PA, dan Praktikum PN64
.
Mata Kuliah Perilaku Berkarya terdiri dari : Metode Penelitian Hukum
Ushul Fiqih 1-2 Qawaid Fiqhiyyah, Filsafat Hukum Islam, Ilmu Mantiq,
Kuliah Kerja Sosial (KKS), dan skripsi.65
D. Kondisi Mahasiswa dan Alumni Saat ini
Alumni fakultas Syariah dan Hukum tersebar ke berbagai departement;
departement agama, departement hukum dan hak asasi manusia, departement luar
63 Ibid 23 64 Ibid h.24 65 Ibid h.24
negeri mahkamah agung, kejaksaan agung, kementerian informasi dan
komunikasi dan lain-lain.
Diantara alumni yang telah menduduki jabatan setingkat eselon dua, baik
sebagai direktur atau kepala pusat maupun asisten dupati. Dari sekian alumni
yang menduduki jabatan eselon dua hanya satu dari kalangan perempuan yaitu
Dra. Nurhayati Djamas, MA. Sementara yang lainnya mayoritas laki-laki.
Kondisi ini bisa di akibatkan karena sedikitnya perempuan yang kuliah di fakultas
Syari’ah dan sehingga alumninya pun tidak banyak. Atau karena sebab-sebab
lain.
Dari hasil penelitian terungkap bahwa mayoritas dari alumni yang
menduduki jabatan tinggi adalah para aktifis selama menjadi mahasiswa, baik
menjadi aktifis di intra kampus seperti di senat atau dewan mahasiswa maupun di
eksta kampus seperti HMI, PMII maupun IMM.
Aktifitas mereka selama di kampus adalah modal bagi kesuksesan mereka
saat ini. Sedikit banyak aktifitas mereka di kampus membawanya kepada
kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Aktif di organisasi
memberikan kemudahan setelah mereka keluar dari kampus. 66
Berdasarkan buku alumni yang ada di fakultas Syariah dan Hukum jumlah
lulusan alumni Syariah dari tahun 1970-1999 adalah sebagai berikut :
66 Arsip Sekretaris Jurusan Ahwal-Syakshiyyah
Alumni Tahun 1970-1979 = kurang lebih ada 56 orang
Alumni Tahun 1980-1989 = kurang lebih ada 357 orang
Alumni Tahun 1990-1999 = kurang lebih ada 325 orang
Alumni Tahun 1999-2004 = kurang lebih ada 1514 orang.67
Alumni Tahun 2004-2009 = sedang di bukukan (masih dalam proses).
67 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Profil Alumni
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah 1970-2004
BAB IV
ANALISA PELAKSANAAN JABATAN PENGHULU
SAAT INI DI KANTOR URUSAN AGAMA
A. Fungsionalisasi dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penghulu di KUA pada
Saat ini dan Respon para Penghulu terhadap Fungsionalisasi Jabatan
Mereka
Fungsionalisasi jabatan penghulu menurut hasil wawancara yang
dilakukan penulis dengan para penghulu di wilayah Bogor ada beranekaragam
jawaban yang diperoleh, tapi intinya adalah jabatan penghulu adalah suatu
amanah yang diamanati kepada mereka agar di laksanakan dengan penuh
tanggung jawab. Dengan didukung oleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas
dan berkompetensi di bidangnya sehingga jabatan fungsional penghulu dapat
terlaksana dengan baik68
.
Perubahan jabatan penghulu dari struktural ke fungsional diharapkan
menjadi suatu acuan dan dorongan bagi para penghulu untuk senantiasa
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) mereka dengan banyak membaca
68 Wawancara Pribadi dengan Penghulu Bogor Barat dan Kemang, 27 November
2008
buku atau pedoman yang terkait dengan profesi di bidangnya ataupun dengan
peraturan-peraturan baru yang telah ditetapkan oleh Departemen Agama69
.
Pelaksanaan jabatan fungsional saat ini menurut hasil wawancara sudah
dilaksanakan dengan baik dan kwalifikasi yang dibutuhkan pun sesuai dengan
seharusnya yaitu Sarjana Syariah, tapi ada di beberapa KUA, jabatan penghulu
bukan dari Fakultas Syariah tapi dengan adanya inpassing (peneyesuaian) dan
pendidikan serta pelatihan yang diberikan maka penghulu yang bukan dari
jurusan Syariah berkompetensi untuk menjabat sebagai penghulu70
.
Respon mereka terhadap jabatan fungsional penghulu sangat positif
karena dengan adanya Keputusan Menteri no 301 tahun 2004 tugas dan
kedudukan mereka semakin jelas dan arahan yang sesuai dengan kompetensi yang
mereka saat ini tertuang pada pasal-pasal yang ada dalam Keputusan Menteri no
301 tahun 2004 tersebut71
.
Dari hasil wawancara di lapangan mereka merespon cukup baik dan
mengaku siap dengan apapun konsekuensi yang di berlakukan oleh pihak
Departemen Agama72
.
69 Ibid 70 Ibid 71 Ibid 72 Ibid
Adapun beberapa masukan dari para penghulu guna meningkatkan
kompetensi penghulu agar menambahkan bidang mata kuliah khusus keahlian
seperti fiqih munakahat, tafsir, dan pembelajaran kitab kuning guna menunjang
bidang keahlian yang harus di miliki oleh penghulu yang ideal73
.
Menurut penulis sendiri jabatan fungsional penghulu itu sangat berat dan
memang semestinya diberikan tunjangan yang lebih baik sehingga diharapkan
mereka akan lebih menghargai profesi mereka dan senantiasa selalu
meningkatkan potensi dirinya. Penghulu sangat merespon baik tentang jabatan
fungsional yang terdapat dalam Keputusan Menteri No. 301 tahun 2004 karena
jabatan mereka sebagai penghulu selain sangat penting sebanding dengan yang
mereka dapatkan yaitu berupa tunjangan.
B. Arah Kebijakan yang akan diambil Departement Agama terkait dengan
Pembinaan Penghulu
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Ketua Seksi Urusan
Agama Islam kota Bogor, beliau mengatakan kebijakan yang akan di ambil
Departement Agama terkait masalah penghulu adalah dengan memberikan
tunjangan khusus (angka kredit) kepada para penghulu sesuai dengan Keputusan
73 Ibid
Menteri Agama Republik Indonesia No. 301 tahun 2004 karena tugas dan
amanahnya sangat berat74
Sebelum adanya Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 301
tahun 2004, penghulu tidak di berikan tunjangan khusus karena hanya sebagai
jabatan struktural saja. Tujuan di berikannya jabatan fungsional kepada penghulu
adalah untuk memacu dan meningkatkan kinerja dan eksistensinya sebagai
penghulu75
.
Menurut penulis memang baik sekali apabila ada jurusan khusus untuk
jabatan penghulu karena jurusan khusus tentunya akan melahirkan calon penghulu
yang emang benar-benar ahli di bidangnya tentunya.
C. Analisa SWOT Pembukaan Konsentrasi Kepenghuluan di Fakultas Syari’ah
dan Hukum
Analisis SWOT adalah suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan
eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam pengoptimalan usaha yang lebih
menguntungkan. Dalam analisis faktor-faktor internal dan eksternal akan ditentukan
aspek-aspek yang menjadi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), kesempatan
(Opportunities), dan yang menjadi ancaman (Treathment)76
.
74 Wawancara Pribadi dengan Sufyan Suri, Jakarta, 29 Januari 2009 75 Ibid
76 http://en.wikipedia.org/wiki/SWOT_analysis
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalisasi kekuatan, peluang. Namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan dana ancaman77
.
Hampir setiap perusahaan maupun pengamat bisnis dalam pendekatan
menggunakan analisis SWOT, kecenderungan ini nampaknya akan terus semakin
meningkat terutama pada era globalisasi, yang satu sama lain saling berhubungan dan
saling tergantung, penggunaan analisis SWOT ini sebenarnya telah muncul ribuan
tahun lalu dari bentuk sederhana, dipakai dalam menyusun strategi untuk
mengalahkan musuh dalam pertempuran78
.
Dalam rangka pembukaan konsentrasi kepenghuluan di fakultas Syari’ah dan
Hukum ini memerlukan perencanaan yang akurat sehingga dapat memusatkan
perhatian posisi, mengetahui ke arah mana konsentrasi kepenghuluan akan pergi,
bagaimana mencapainya serta tindakan apa yang perlu dilakukan agar dapat
memaksimalkan kekuatan dan merebut peluang yang ada sehingga berhasil, karena itu
perencanaan pembukaan konsentrasi kepenghuluan yang baik merupakan alat yang sangat
berguna untuk menjalankan misi fakultas untuk memajukan mahasiswa dan
mahasiswinya secara efektif dan efisien. Untuk lebih jelas tentang analisa SWOT
77 Karnaen A Perwaatmaja, Membumikan Etika Ekonomi Di Indonesia,
(Jakarta: PT. Usaha Kami,1994). h. 70. 78 Fredi Rangkuti, Analisis SWOT Tehnik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT.
Gramedia Pusat Utama, November Cet. Ke VIII, 2007), h. 18.
tentang urgensitas pembukaan konsentrasi kepenghuluan di fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Jakarta.
Kekuatan (Strengths)
• Adanya Keputusan Menteri No 301 tahun 2004 ini tentang fungsionalisasi
penghulu mendorong untuk para penghulu agar meningkatkan professional kerja
mereka sesuai dengan keahliannya
• Akan terjalin kerjasama yang baik antara UIN Jakarta dengan Departemen Agama
untuk rekruitmen jabatan penghulu, sehingga memudahkan Departemen Agama
dalam mencari penghulu yang siap untuk terjun langsung ke KUA
• Adanya dukungan dari semua pihak tentang pembukaan konsentrasi
kepenghuluan ini.
• Peran Penghulu sangat di butuhkan oleh masyarakat
• Kekuatan peran penghulu bagi masyarakat sangat penting menyebabkan
pentingnya pembukaan konsentrasi kepenghuluan ini.
• Bagi KUA penghulu merupakan SDM yang sangat penting dan di butuhkan oleh
masyarakat.
Kelemahan (weaknesses)
• Mahasiswa/mahasiswi peminat jurusan kepenghuluan ini akan didominasi oleh
pria mengingat jabatan penghulu sampai dengan sekarang hanya di jabat oleh
kaum pria saja
• Minimnya masyarakat yang mengetahui peran dan fungsi secara luas tentang
penghulu, akan berpengaruh terhadap pemilihan jurusan
• Masyarakat cenderung memilih jurusan yang lagi tren sehingga sulit untuk
meyakinkan pentingnya jabaatan penghulu.
Peluang (Opportunities)
• Mempermudah Departemen Agama mencari calon-calon penghulu yang sudah
siap terjun langsung di lapangan.
• Jurusan yang lebih khusus akan melahirkan kualitas Sumber Daya Manusia yang
lebih kompeten.
• Akan terjalin kerjasama antara UIN Syarif Hidayatullan dengan Departemen
Agama dalam penyiapan penghulu yang benar-benar di siapkan untuk jabatan
penghulu.
Ancaman (Threats)
• Meminimalisir kesempatan lulusan Syari’ah khususnya Ahwal Al-Syakshiyah
yang telah memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Syari’ah dan Hukum dan di
Perguruan Tinggi Islam lain yang bukan dari jurusan kepenghuluan.
• Bagi para penghulu yang belum Sarjana, akan dianjurkan mengambil jurusan
kepenghuluan agar ilmu yang di dapat sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
Di fakultas Syariah dan Hukum belum memiliki konsentrasi khusus untuk
kepenghuluan, maka dari itu di adakan penelitian mengenai hal ini karena penulis
tertarik membahas bahasan ini mengingat pentingnya jabatan penghulu untuk
masyarakat secara luas.
Pentingnya di adakan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesiapan
fakultas terhadap persiapan-persiapan lahirnya penghulu yang idealis dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat saat ini sehingga penghulu-penghulu yang lahir itu
benar-benar memiliki kemampuan dan keahlian di bidangnya itu.
Menurut survey yang terdapat di lapangan pembukaan konsentrasi
kepenghuluan di perlukan, karena memang bidang yang lebih khusus akan
melahirkan kwalitas Sumber Daya Manusia yang jauh lebih baik.
Menurut Bapak H. A. Basiq Djalil yang penulis wawancarai mengatakan
bahwa di fakultas Syariah dan Hukum memang belum ada program studi
kepenghuluan, beliau berpendapat perlu di adakan konsentrasi kepenghuluan ini,
mengingat banyaknya Kantor Urusan Agama (KUA) yang tersebar di seluruh
Indonesia dan begitu banyak pula penghulu yang di butuhkan tentunya. Orang
terkadang salah menanggapi tentang penghulu, Orang sering beranggapan bahwa
penghulu itu adalah orang yang menikahkan, padahal sebenarnya penghulu hanya
bertugas mencatatakan pernikahan yang syah menurut agama maupun menurut
Negara, tetap saja yang menikahkan adalah walinya, mengingat peristiwa
pernikahan terjadi secara terus-menerus dari zaman ke zaman maka diperlukan
adanya program studi/konsentrasi khusus kepenghuluan, tentunya dengan
dukungan dari semua pihak.79
.
Menurut Bapak H. Muhammad Amin Suma, Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum yang penulis wawancarai mengatakan perlu ada di adakan program
studi/konsentrasi kepenghuluan di Fakultas Syari’ah dan Hukum dengan beberapa
alasan :
1. Adanya jabatan fungsional penghulu saat ini yang ada dalam Keputusan
Menteri No 301 tahun 2004
2. Adanya jurusan yang lebih khusus akan jauh lebih baik hasilnya
79 Wawancara Pribadi dengan Basiq Djalil, Jakarta, 16 Maret 2009
3. Adanya banyak Kantor Urusan Agama yang tersebar di Indonesia ini yang
membutuhkan penghulu tentuya80
.
Tapi apabila program studi/konsentrasi kepenghuluan ini di buka, apakah
ada peminatnya, hal ini yang harus di pertimbangkan lagi.81
Menurut penulis sendiri kurikulum yang ada di fakultas Syari’ah jurusan
Ahwal Syakshiyyah sudah cukup baik, tetapi belum memenuhi standar untuk
melahirkan penghulu yang ideal dan mempunyai kompetensi yang di butuhkan
masyarakat saat ini. Namun perlu di pertimbangakan banyak dampak positif jika
di buka konsentrasi kepenghuluan. Karena konsentrasi ini memang lebih khusus
untuk menduduki jabatan penghulu, akan tetapi perlu adanya pertimbangan yang
sangat matang apabila konsentrasi ini memang penting untuk di adakan di
fakultas Syariah dan Hukum. Jika konsentrasi ini di buka pun akan
mempermudah Departement Agama untuk mengambil calon-calon penghulu yang
memang benar-benar siap terjun ke lapangan dan bisa terjalin hubungan
kerjasama antara UIN Syarif Hidayatullah dengan Departement Agama untuk
persiapan calon penghulu.
C. Persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Jabatan Kepenghuluan yang ideal
80Wawancara Pribadi dengan Muhammad Amin Suma, Jakarta, 20 Maret 2009 81 Ibid
Kurikulum yang ada di fakultas Syariah dan Hukum (terlampir pada
lampiran 1). Persiapan Sumber Daya Manusia yang berkompetensi telah di
siapkan oleh Fakultas Syariah khususnya program studi Ahwal Syakshiyyah
khususnya program studi/konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam karena
setiap mata kuliah dan bobot Sistem Kredit Semester (SKS) yang ada pada
program studi/konsentrasi ini, namun menurut saya belum cukup mendukung
lahirnya lulusan-lulusan yang mempunyai keahlian dan kompetensi bidang yang
di butuhkan oleh kriteria penghulu, mengingat banyaknya bidang yang harus
dikuasai oleh penghulu saat ini dengan jabatan fungsionalnya tersebut.
Adapun pembukaan program studi/konsentrasi memang di perlukan untuk
menunjang lahirnya calon-calon penghulu yang profesional dan ideal, namun
apakah peminatnya akan program studi/konsentrasi ini akan banyak, perlu
pertimbangan yang serius untuk pembukaan konsentrasi kepenghuluan ini.
Fakultas Syari’ah dan Hukum mempunyai konsentrasi Administrasi
Keperdataan Islam yang telah di siapkan untuk dapat menduduki jabatan-jabatan
yang ada di Kantor Urusan Agama, akan tetapi belum ada konsentrasi khusus
untuk jabatan penghulu, maka menurut penulis fakultas Syari’ah dan Hukum
perlu membuka konsentrasi kepenghuluan agar lulusan yang di hasilkan benar-
benar siap untuk menduduki jabatan penghulu.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jabatan penghulu sebagai jabatan fungsional adalah suatu amanah yang
harus dijalani dengan serius dan penuh dengan rasa tanggung jawab
sehingga bisa dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para
pengambil kebijakan. Para penghulu di wilayah Bogor telah siap
melaksanakan segala kebijakan yang di berlakukan oleh para pengambil
kebijakan. Tanggapan para penghulu terhadap jabatan fungsional ini sangat
sus yang mereka miliki dan meningkatkan kualitas kerja dengan maksimal
sehingga memperoleh hasil yang optimal.
2. Arah kebijakan yang akan di ambil oleh Departemen Agama dalam hal
jabatan fungsionan tersebut adalah memberikan tunjangan khu sesuai
dengan aturan yang ditetapkan Menteri Agama Republik Indonesia No. 301
tahun 2004. Karena dahulu penghulu hanya menjabat sebagai jabatan
struktural saja karena sekarang penghulu menjabat sebagai jabatan
fungsional.
3. Pembukaan konsentrasi kepenghuluan memang di perlukan di fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Jakarta, mengingat banyakanya KUA yang
tersebar di setiap kecamatan di Indonesia serta adanya jabatan fungsional
yang terdapat dalam Keputusan Menteri No 301 tahun 2004
4. Persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) belum disiapkan baik oleh fakultas
Syari’ah dan Hukum karena belum adanya konsentrasi khusus untuk
kepenghuluan. Menurut hasil wawancara dengan nara sumber yang ada di
fakultas, program studi/konsentrasi kepenghuluan siap saja di adakan
mengingat jabatan fungsional yang di jabat penghulu saat ini sangat di
butuhkan oleh masyarakat..
B. Saran
1. Meningkatkan Sosialisasi tentang Keputusan Menteri No. 301 tahun tahun
2004 kepada para penghulu khususnya, agar mereka lebih memahami akan
pentingnya jabatan mereka terutama untuk masayarakat.
2. Perlu adanya Konsentrasi kepenghuluan di fakultas Syari’ah dan Hukum agar
jurusan lebih khusus dan harapan yang di capai sesuai dengan yang di
harapkan oleh masyarakat
3. Mahasiswa/mahasiswi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta lebih meningkatkan kembali pengetahuan kitab-kitab kuning agar
lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
ANRI, Algemeene Verslag, Residentie Batavia tahun 1889, No. 353/9
Basiq Djalil, Ketua Jurusan Ahwal-Syakshiyyah Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Jakarta, wawancara pribadi, Ciputat, 16 Maret 2009
Daniel S. Lev, Peradilan Agama Islam di Indonesia, (Terjemah) H. Zaini
Ahmad Noeh (Jakarta: PT. Intermasa, 1986), cet.ke- 2.
Departemen Agama RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN),
(Jakarta: Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan
Haji, 2003)
Departemen Agama RI, Tanya Jawab SeputarKepenghuluan,
(Jakarta: Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan
Haji, 2003)
Departement Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi ke-3”, Balai Pustaka, 2001
E. Gobee dan C. Adriansee, (terj); nasehat-nasehat C Snouck
Hurgronje Semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia
Belanda 1899-1936, Seri Khusus, (Jakarta: INIS, Jilid V, 1991)
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Profil
Alumni Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah 1970-
2004
G.F. Pijfer, Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-
1950. (Terjemah) Tujimah, (Jakarta : UI Press, 1985)
H. Zaini A. Noeh, “ Peradilan Agama Islam di Indonesia : Suatu Studi
tentang Landasan Politk Lembaga-lembaga Hukum” (Jakarta,
PT. Internusa 1980), cet 1
Http://en.wikipedia.org/wiki/SWOT_analysis
Husni Rahim, “ Sistem Otoritas dan Administrasi Islam : Studi Tentang
Pejabat Agama Masa Kesultanan dan Kolonial di Palembang:
(Jakarta, Logis 1998), cet I
Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Ulama di Indonesia
Abad ke-19, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984), cet 1
Keputusan Menteri No 301 tahun 2004 tentang jabatan fungsional
Penghulu
Kumpulan karangan Snouck Hurgronje, jilid VIII, (Jakarta: INIS, 1993)
Kumpulan karangan Snouck Hurgronje, jilid X, (Jakarta: INIS, 1994)
M. Idris Ramulyo. “ Beberapa Masalah tentnag Hukum Acara Perdata
Peradilan Agama dan Hukum Perkawinan Islam” (IND-
HILL,CO,1985)
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Peraturan Menteri
Pendayagunaan Negara Nomor : PER/62/M.PAN/6/2005
tentang Jabatan Fungsional Penghulu, 2005
Muhammad Amin Suma, Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Jakarta, wawancara pribadi, Ciputat, 20 Maret 2009
Noto Susanto; Organisasi dan Yurispudensi Peradilan Agama di
Indonesia, (Jogyakarta: Yayasan Badan, Penerbit, Gajah Mada,
1963
Penghulu-penghulu di wilayah Bogor, wawancara pribadi, 27
November 2008
Perwaatmaja A Karnaen, Membumikan Etika Ekonomi Di Indonesia,
(Jakarta: PT. Usaha Kami,1994).
Proyek Peningkatan Survey Keagamaan Departemen Agama RI.
"Laporan Bagian Proyek Penelitian Jurispudensi Peradilan
Agama" (Jakarta, Direktorat Peradilan Agama 1970)
Rangkuti fredi, Analisis SWOT Tehnik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta:
PT. Gramedia Pusat Utama, November Cet. Ke VIII, 2007
Sayyid Usman bin Abdullah bin Aqil al-Alawi, AL-Qawanin as-Sar’iyyah
li-ahl al-majali al-Hukumiyyah bi Tahqiqi al-Masa’il Li Tamyizi
lahum al-Haq minal-bathil, Batavia, 1881
Sufyan Suri, wawancara pribadi, Kepala Urusan Agama Islam Depag
Kota Bogor, 29 Januari 2009
UIN Syarif Hidayatullah Pedoman Akademik Fakultas Syariah dan
Hukum, Jakara, 2008
Zaini A. Noeh Abd Basit Adnan “Sejarah Singkat Pengadilan Agama di
Indonesia”, (Surabaya : Bina Ilmu 1983)
Zaini Ahmad Noeh, Sejarah Peradilan Agama, (Jakarta: Departemen
Agama, 1971)
.
Kurikulum Ahwal Syakshiyyah (yang terakhir)
KURIKULUM PROGRAM STUDI AHWAL SYAKSHIYYAH (HUKUM KELUARGA)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
TAHUN 2007
Tabel 1 : Distribusi Mata Kuliah menurut Komponennya
No Kode Kurikulum Inti SKS % Jenis
1 MPK Mata Kuliah Pengembangan kepribadian 14 9 KP/KL
2 MBB Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat 18 12 KP
3 MKK Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan 110 68 KU
4 MKB Mata Kuliah Keahlian Berkarya 2 3 KU
5 MPB Mata Kuliah Prilaku Berkarya 14 8 KP/KL
Jumlah 158 100
KU = Kompetensi Utama, KP = Kompetensi Pendukung, KL = Kompetensi Lainnya
Tabel 2 : Penjabaran Rumpun Mata Kuliah
A. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
No Kode Mata Kuliah SKS Status Sifat
1 MPK Ilmu Kalam (Aqidah) 2 Kurikulum Inti Wajib
2 MPK Ulumul Qur'an 3 Kur. Institusional Wajib
3 MPK Ulumul Hadist 3 Kur. Institusional Wajib
4 MPK Akhlak Tasawuf 2 Kurikulm Inti Wajib
5 MPK Sejarah Peradaban Islam 2 Kurikulum Inti Wajib
6 MPK Filsafat Umum 2 Kurikulum Inti Wajib
7 MPK Pendidikan Kewarganearaan 2 Kurikulum Inti Wajib
8 MPK Praktek Qira'ah 0 Kurikulum Inti Wajib
9 MPK Fiqh dan Praktek Ibadah 2 Kurikulum Inti Wajib
Jumlah 18
B. Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB)
No Kode Mata Kuliah SKS Status Sifat
1 MBB Bahasa Arab 6 Kur.Institusional Wajib
2 MBB Bahasa Inggris 6 Kur.Institusional Wajib
3 MBB Bahasa Indonesia 2 Kur.Institusional Wajib
4 MBB Ilmu Sosial Dasar 2 Kur.Institusional Wajib
5 MBB Sosiologi Hukum 2 Kur.Institusional Wajib
Jumlah 18
C. Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)
No Kode Mata Kuliah SKS Status Sifat
1 MKK Fiqih Munakahat 1-2 6 Kur. Institusional Wajib
2 MKK MM Fil Munakahat 3 Kur. Institusional Wajib
3 MKK Fiqih Mawaris 3 Kur. Institusional Wajib
4 MKK Fiqih Muamalat 2 Kur. Institusional Wajib
5 MKK Fiqih Jinayah 2 Kur. Institusional Wajib
6 MKK Fiqih Siyasah 2 Kur. Institusional Wajib
7 MKK Tafsir Ahkam 3 Kur. Institusional Wajib
8 MKK Hadist Ahkam 3 Kur. Institusional Wajib
9 MKK Masail Fiqhiyyah 3 Kur. Institusional Wajib
10 MKK Tarikh Tasyri 2 Kur. Institusional Wajib
11 MKK Ilmu Falak 1-2 6 Kur. Institusional Wajib
12 MKK Hukum Perikatan Islam 2 Kur. Institusional Wajib
13 MKK Hukum Perwakafan 3 Kur. Institusional Wajib
14 MKK Peradilan Islam 2 Kur. Institusional Wajib
15 MKK Hukum Perdata Islam di Indonesia 3 Kur. Institusional Wajib
16 Pengantar Ilmu Hukum 3 Kur. Institusional Wajib
dan Hukum Indonesia
17 MKK Hukum Pidana 3 Kur. Institusional Wajib
18 MKK Hukum Perdata 3 Kur. Institusional Wajib
19 MKK Ilmu Perundang-undangan 3 Kur. Institusional Wajib
20 MKK Hukum Acara Perdata 3 Kur. Institusional Wajib
21 MKK hukum Acara Peradilan Agama 3 Kur. Institusional Wajib
22 MKK Hukum Keluarga di Negara Muslim 3 Kur. Institusional Wajib
23 MKK Hukum Tata Negara 2 Kur. Institusional Wajib
Jumlah 68
Mata Kuliah Peminatan Peradilan Agama
No Kode Mata Kuliah SKS Status Sifat
1 MKK Peradilan Agama di Indonesia 3 Kur. Institusional Wajib
2 MKK Praktek Hukum Islam di Indonesia 3 Kur. Institusional Wajib
3 MKK Hukum Keluarga Kontemporer 3 Kur. Institusional Wajib
4 MKK Administrasi dan 3 Kur. Institusional Wajib
Manajemen Peradilan Agama 3 Kur. Institusional Wajib
5 MKK Ilmu Ekonomi 3 Kur. Institusional Wajib
6 MKK Ekonomi Syariah 3 Kur. Institusional Wajib
7 MKK Bank dan Keuangan Syariah 3 Kur. Institusional Wajib
Jumlah 21 Kur. Institusional Wajib
Mata Kuliah Peminatan Administrasi Keperdataan Islam
No Kode Mata Kuliah SKS Status Sifat
1 MKK Ilmu Administrasi 3 Kur. Institusional Wajib
2 MKK Manajemen dan Administrasi 3 Kur. Institusional Wajib
Perkantoran urusan Keagamaan
3 MKK Kepenghuluan 3 Kur. Institusional Wajib
4 MKK Manajemen Masjid 3 Kur. Institusional Wajib
5 MKK Administrasi Zakat dan Wakaf 3 Kur. Institusional Wajib
6 MKK Penyuluhan Hukum keluarga 3 Kur. Institusional Wajib
7 MKK Bimbingan Penasehatan, Penyuluhan, 3 Kur. Institusional Wajib
dan Penyelesaian Perkawinan
Mata Kuliah Pilihan
No Kode Mata Kuliah SKS Status Sifat
1 MKP Hukum Lingkungan 2 Kur. Intitusional Pilihan
2 MKP Hukum Dagang 2 Kur. Intitusional Pilihan
3 MKP Hukum Tata Usaha Negara 2 Kur. Intitusional Pilihan
4 MKP Politik Hukum Islam di Indonesia 2 Kur. Intitusional Wajib
5 MKP Hukum Acara Pidana 2 Kur. Intitusional Wajib
6 MKP Legal Drafting 2 Kur. Intitusional Pilihan
7 MKP Keadvokatan 2 Kur. Intitusional Pilihan
Jumlah 10
* MKK yang harus di ambil adalah ialah 6 sks dari mata kuliah di atas atau dari mata kuliah
program studi dan/atau peminatan lain yang ada di Fakultas Syariah dan Hukum
D. Mata Kuliah Berkarya (MKB)
No Kode Mata Kuliah SKS Status Sifat
1 MKB Praktikum KUA 2 Kur. Institusional Wajib
2 MKB Praktikum PA 2 Kur. Institusional Wajib
3 MKB Praktikum PN 0 Kur. Institusional Wajib
Jumlah 4
* Pengembalian Mata Kuliah MKB sebanyak 2 SKS
E. Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB)
No Kode Mata Kuliah SKS Status Sifat
1 MPB Metode Penelitian Hukum 4 Kur. Institusional Wajib
2 MPB Ushul Fiqih 1-2 6 Kur. Institusional Wajib
3 MPB Qawaid Fiqhiyyah 3 Kur. Institusional Wajib
4 MPB Filsafat Hukum Islam 3 Kur. Institusional Wajib
5 MPB Ilmu Mantiq 2 Kuikulum Inti Wajib
6 MPB Kuliah Kerja Sosial (KKS) 3 Kur. Institusional Wajib
7 MPB Skripsi 6 Kur. Institusional Wajib
Jumlah 27
HASIL WAWANCARA
PERTANYAAN!
1. Bagaimana respon bapak terhadap jabatan fungsional penghulu saat ini?
2. Bagaimana pelaksanaan jabatan fumgsional penghulu saat ini?
3. Apakah penghulu di sini siap dengan konsekuensi yang di berlakukan oleh
Departemen Agama terkait dengan jabatan fungsional tersebut?
4. Apakah keadaan SDM di sini sudah mendukung dengan tuntutan
profesionalisme jabatan fungsional penghulu saat ini?
5. Langkah apa yang di lakukan untuk peningkatan kualitas SDM penghulu
terkait dengan profesionalisme jabatan fungsional yang bapak jabat saat ini?
6. Apakah kurikulum yang ada di fakultas syariah program studi ahwal-
syakshiyyah sudah cukup menunjang lahirnya penghulu-penghulu yang ideal
dan professional?
7. Adakah masukan dari para penghulu untuk menambahkan mata kuliah sebagai
penunjang kurikulum yang ada guna melahirkan penghulu yang professional
di bidangnya?
8. Menurut bapak Apakah perlu di adakan prodi/konsentrasi khusus
kepenghuluan untuk jabatan penghulu?
JAWABAN
Nama : Bpk. E. Junaedi S.Ag
Jabatan : Penghulu
Lokasi : KUA Bogor Barat
1. Jabatan penghulu adalah suatu amanah
2. Penghulu bertugas hanya mengawasi dan mencatat nikah dan rujuk serta
menandatangani berkas nikah serta melakukan pembinaan/bimbingan dan
pelayanan kepenghuluan
3. Penghulu siap dengan segala konsekuensi yang berlaku
4. Sudah mendukung dan sesuai denganaturan yang di tentukan
5. Untuk peningkatan kwalitas penghulu
a. Diberikan pendidikan/Diklat Kepenghuluan
b. Diberikan motivasi dari atasan
c. Adanya hasil karya tulis dari penghulu
6. Sudah cukup
7. Setelah melihat dan membaca kurikulum yang terlampir rupanya mata kuliah
yang ada di fakultas Syariah jurusan Ahwal-Syaksiyyah sudah cukup
menunjang dengan yang di butuhkan penghulu tinggal peningkatan penghulu
masing-masing individu
8. Tidak di perlukan adanya konsentrasi baru tapi sekedar masukan untuk
menambahkan pengetahuan di bidang kepenghuluan
Nama : Bpk. Suganda SAg
Jabatan : Penghulu
Lokasi : KUA Bogor Barat
1. Karena tugas penghulu sangat berat, alangkah baiknya penghulu di jadikan
pejabat fungsional
2. Belum efektif 100%
3. Siap
4. Sudah menunjang
5. Dengan Diklat kepenghuluan berupa
• Penambahan-penambahan berupa bukti fisik
• Pembinaan Kerja
• Adanya Modul dan sosialisasi
6. Cukup, tapi perlu di adakan penambahan SKS pada mata kuliah fiqih Munakahat
7. Sudah Cukup
8. Tidak perlu di adakan konsentrasi kepenghuluan karena mata kuliah yang ada di
fakultas Syariah dan Hukum sudah cukup
Nama : Bpk.Sobari .S.Ag
Jabatan : Penghulu
Lokasi : KUA Bogor Barat
1. Biasa saja
2. Berjalan sesuai aturan yang berlaku
3. Siap
4. Sudah
5. Dengan Diklat Kepenghuluan yang dilakukan oleh balai Diklat
6. Sudah Cukup
7. Penambahan Mata kuliah Psikologi Sosial
8. Perlu, karena smekin khusus itu akan menjadi lebih baik
Nama : Bpk. Tatang Sukanda S.PdI
Jabatan : Penghulu
Lokasi : KUA Bogor Barat
1. Biasa saja
2. Sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Siap melaksanakan tugas sesuai dengan amanah
4. Sudah mendukung sesuai dengan pendidikan dan pengalaman yang dimiliki
5. Diklat (Pendidikan latihan) yang dilakukan Departement Agama
6. Psikologi Sosial dan kepenghuluan
7. Cukup memadai
8. Perlu, agar lebih terarah dan khusus
Nama : Bpk. H. Istikhori M.Ag
Jabatan : Penghulu
Lokasi : KUA Kemang
1. Sangat mendukung dengan catatan harus disiapkan kwalitas SDM yang sesuai
dengan tuntutan perundang-undangan
2. Belum sepenuhnya dapat melaksanakan sesuai dengan juklak jakung
kepenghuluan
3. Harus senantiasa siap
4. Belum sepenuhnya mendukung
5. Mengikuti berbagai Diklat yang dilakukan Depag
6. Cukup, tinggal menambah materi perkuliahan yang berhubungan dengan
kepenghuluan
7. Materi khusus kepenghuluan + UU nya
- Tafsir Qur’an
- Menambah jumalah SKS Fiqih Munakahat
8. Tidak perlu, karena materi sebagian besar sudah tercover di jurusan Ahwal-
Syaksiyyah tinggal menambahkanya saja.
Nama : Bpk. H. Hasan Fazri
Jabatan : Penghulu
Lokasi : KUA Kemang
1. Jabatan fungsional penghulu pada saat ini sangat dibutuhkan karena di setiap
KUA masih kekurangan penghulu
2. Pelaksanaan penghulu saat ini sangat dinantikan namun belum sepenuhnya
dilaksanakan
3. Semua penghulu siap dengan konsekuensi yang dieberlakukan oleh Departement
Agama sesuai dengan peraturan yang berlaku
4. Keadaan SDM di sini sudah mendukung namun kurang sosialisasinya kepada
masyarakat.
5. Meningkatkan kwalitas SDM dengan mengikuti latihan yang dilakukan
6. Kurikulum yang ada di fakultas Syariah sudah cukup menunjang lahirnya
penghulu yang idelais.
7. Pembacaan kitab kuning
8. Perlu, karena materi sebagian besar sudah tercover di jurusan Ahwal-Syaksiyyah
tinggal menambahkanya saja.
HASIL WAWANCARA
Nama : Drs. H. Sufyan Suri
Jabatan : Kepala Seksi Urusan Agama Islam Kota Bogor
Lokasi : Departement Agama Bogor
PERTANYAAN
1. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai jabatan fungsional penghulu saat ini?
2. Apakah perbedaan jabatan penghulu sebagai jabatan fungsional dengan jabatan
penghulu terdahulu?
3. Apakah kurikulum fakultas syariah jurusan ahwal-syaksyiyyah konsentrasi
administrasi keperdataan Islam telah memenuhi standar keahlian tuntutan profesi
penghulu saat ini?
4. Bagaimana respon bapak tehadap kurikulum yang ada di fakultas Syariah?
5. Adakah masukan dari bapak untuk menambahkan mata kuliah yang kurang atau
tidak ada dalam kurikulum fakultas Syariah dan Hukum yang diperlukan untuk
jabatan penghulu?
6. Menurut bapak Apakah perlu di adakan prodi/konsentrasi khusus kepenghuluan
untuk jabatan penghulu?
JAWABAN
1. Saya menanggapi respon jabatan fungsional penghulu itu adalah sesuatu yang
amat baik karena dengan adanya jabatan fungsional penghulu sebagai jabatan
fungsional adalah acuan untuk para penghulu guna meningkatkan kinerja dan
kemampuan dalam bidangnya.
2. Dahulu jabatan fungsional hanya sebagai jabatan struktural yang hanya bertugas
menikahkan saja, tapi saat ini di berikan jabatan fungsional dengan di berikan
tunjangan atau angka kredit karena penghargaan terhadap tugasnya yang berat
yang tidak hanya bertugas menikahkan saja, tapi juga harus menguasai fiqih
munakahat dan administrasinya.
3. Kurikulum yang ada di fakultas Syari;ah dan Hukum Jurusan ahwal syakshiyyah
terlalu umum dan spesifik dan menurut saya kurang cukup untuk memenuhi
standar profesi penghulu.
4. Kurikulum yang ada sudah cukup baik
5. Masukan saya untuk menambahkan mata kuliah yang terkait dengan administrasi
kepenghuluan khususnya praktikum.
6. Menurut saya perlu diadakan konsentrasi kepenghuluan karena dengan adanya
konsentrasi kepenghuluan akan memudahkan Departement Agama untuk
menyaring lulusan kepenghuluan yang memang benar-benar di siapkan untuk
profesi penghulu
HASIL WAWANCARA
Nama : Bapak Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
Jabatan : Dekan Fakultas Syari;ah dan Hukum
Lokasi : UIN Jakarta
PERTANYAAN
1. Adakah di perlukan program studi/konsentrasi khusus kepenghuluan di
Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk menduduki jabatan penghulu saat ini?
2. Bagaimana model desain kurikulum yang diperlukan untuk mencapai standart
kompetensi penghulu?
JAWABAN
1. Program studi atau konsentrasi kepenghuluan di perlukan untuk menduduki
jabatan penghulu karena adanya Keputusan Menteri No 301 tahun 2004
mengenai kedudukan penghulu yang menjabat sebagai jabatan fungsional,
adanya pengkhususan jurusan akan jauh lebih baik di banding secara umum
saja, selain itu pula ada sekitar 4089 KUA (terdapat di situs internet) di
Indonesia, jadi penghulu memang sangat di butuhkan sekali untuk saat ini.
2. Model desain kurikulum yang diperlukan apabila akan di adakan konsentrasi
kepenghuluan di fakultas Syari’ah dan Hukum akan di musyawarahkan
terlebih dahulu tentunya dengan pihak-pihak yang terkait. Tetapi untuk saat
ini emang perlu di adakan konsentrasi kepenghuluan tetapi apakah akan ada
peminatnya apabila konsentrasi kepenghuluan itu di buka di fakultas Syari’ah
dan Hukum, perlu banyak pertimbangan-pertimbangan apabila konsentrasi
kepenghuluan ini akan di adakan di fakultas Syari’ah dan Hukum.
HASIL WAWANCARA
Nama : Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA.,
Jabatan : Katua Jurusan Ahwal-Syaksyiyyah UIN Jakarta
Lokasi : UIN Jakarta
PERTANYAAN
1. Adakah di perlukan program studi/konsentrasi khusus kepenghuluan di
fakultas Syari’ah dan Hukum untuk menduduki jabatan penghulu saat ini?
2. Siapkah Fakultas Syari’ah dan Hukum membuka Konsentrasi Kepenghuluan?
3. Bagaimana model desain kurikulum yang diperlukan untuk mencapai standart
kompetensi penghulu
JAWABAN
1. Program studi/konsentrasi kepenghuluan di fakultas Syari;ah dan Hukum di
perlukan untuk menduduki jabatan penghulu, mengingat banyaknya KUA di
setiap Kecamatan di seluruh Indonesia, pastinya jabatan penghulu akan sangat
di butuhkan. Akan tetapi tanggapan orang terhadap penghulu terkadang salah
tanggap, mereka berargumentasi bahwa yang bertugas menikahkan adalah
penghulu padahal argumentasi itu tidak benar, yang benar adalah penghulu
bertugas mencatatkan perkawinan secara syah menurut Agama dan
Negara,yang menikahkan sebenarnya adalah wali. Tapi karena pengalaman
penghulu maka masyarakat sering mengatakan penghulu adalah orang yang
menikahkan, padahal sebenarnya penghulu hanya membantu mencatatkan,
yang menikahkan tetap walinya.
2. Fakultas Syari’ah dan Hukum siap membuka Program studi/kepenghuluan di
Fakultas Syari’ah dan Hukum dengan dukungan semua pihak tentunya.
3. Model desain kurikulum yang diperlukan apabila akan di adakan konsentrasi
kepenghuluan di fakultas Syari’ah dan Hukum akan di musyawarahkan
terlebih dahulu dengan pihak-pihak yang terkait dan melalui prosedur sesuai
dengan aturan yang berlaku.