40
i UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (PENYAKIT TUBERKULOSIS ) DALAM PENANGGULANGAN KASUS DI KABUPATEN MAGELANG PADA HALAMAN JUDUL TESIS Diajukan Oleh: ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI NIM : 171103616 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA 2018 STIE Widya Wiwaha Jangan Plagiat

UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

i

UPAYA PENINGKATAN KINERJA

SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN

PENYAKIT MENULAR

(PENYAKIT TUBERKULOSIS )

DALAM PENANGGULANGAN KASUS

DI KABUPATEN MAGELANG

PADA HALAMAN JUDUL TESIS

Diajukan Oleh:

ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI

NIM : 171103616

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA

YOGYAKARTA

2018

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 2: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

ii

UPAYA PENINGKATAN KINERJA

SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN

PENYAKIT MENULAR

(PENYAKIT TUBERKULOSIS )

DALAM PENANGGULANGAN KASUS

DI KABUPATEN MAGELANG

TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Dalam mencapai derajat sarjana S2

Program Magister Manajemen Widya Wiwaha

Diajukan oleh :

ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI

NIM : 171103616

Kepada

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA

YOGYAKARTA2018

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 3: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama Penyusun : ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI

NIM : 171103616

Program Studi : MAGISTER MANAJEMEN

Judul Tesis : UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (PENYAKIT TUBERKULOSIS) DALAM PENANGGULANGAN KASUS

DI KABUPATEN MAGELANG Dosen Pembimbing : 1. Dr.Ir. Meidi Syaflan,M.P

2. Drs.Jazuli Akhmad,MM

Yogyakarta, Maret 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Ir Meidi Syaflan,MP Drs.Jazuli Akhmad, MM

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 4: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

iv

HALAMAN PENGESAHAN

TESIS

UPAYA PENINGKATAN KINERJA

SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

MENULAR ( TUBERKULOSIS )

DALAM PENANGGULANGAN KASUS

DI KABUPATEN MAGELANG

Oleh :

ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI

NIM : 171103616

Tesis ini telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji

Pada tanggal : ………………….

Dosen Penguji I

………………………………….

Dosen Pembimbing I

Dr.Ir.Meidi Syaflan.M.P

Dosen Penguji II/Pembimbing II

Drs.Jazuli Akhmad,M.M

dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Magister

Yogyakarta, ……………………………

Mengetahui,

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA

DIREKTUR

Dr. John Suprihanto MIM.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 5: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 2019

ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 6: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat, dan

hidayah-Nya penulis telah dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari benar, bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan

dorongan dari semua pihak tentunya tesis ini tidak dapat terselesaikan. Oleh

karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu kelancaran penulisan tesis ini, diantaranya kepada :

1. Yang terhormat Bapak Dr. John Suprihanto MIM selaku Direktur Program

Magister Manajemen, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menimba ilmu di Program MM STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.

2. Bapak Dr.Ir.Meidi Syaflan,M.P. dan Drs.Jazuli Akhmad,M.M. selaku Dosen

Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam

penyusunan tesis ini.

3. Yang terhormat Bapak Ibu Guru Dosen Program Magister Manajemen STIE

Widya Wiwaha Yogyakarta, yang telah memberikan ilmu di STIE Widya

Wiwaha Yogyakarta.

4. Yang terhormat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang yang telah

memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan penelitian.

5. Yang terhormat Bapak Ibu petugas Tuberkulosis paru se Kabupaten

Magelang yang telah membantu dan memberikan keterangan dan data-data

yang kami perlukan dalam penulisan tesis.

Dengan selesainya penulisan tesis ini, selanjutnya penulis mohon kritik

dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya tesis ini

Magelang,……………….. 2019

ANASTASIA ERNI BUDI KRISTIANI

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 7: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ……………………………… ii

PENGESAHAN TESIS ………………………………………......... iii

PERNYATAAN …………………………………………………… iv

KATA PENGANTAR ……………………………………………... v

DAFTAR ISI ……………………………………………………… vi

DAFTAR TABEL ………………………………………………….. vii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………......... viii

INTISARI…………………………………………………… …….. ix

BAB I PENDAHULUAN …………………………………….............................. 1

A.Latar Belakang Masalah ………………………….. 1 - 7

B.Rumusan Masalah ……………………………….. 8

C.Pertanyaan Penelitian …………………………….. 8

D.Tujuan Penelitian …………………………………. 8

E. Manfaat Penelitian ………………………………… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………. 10

A. Kinerja ………………………………… 10

1.Pengertian kinerja ……………………… 10

2.Faktor mempengaruhi kinerja……………….. . 11

3.Indikator kinerja…………………………………. … 12

B. Gambaran Umum Penyakit

1.Definisi……………………………………………. 13

2. Faktor Resiko……………………………………. 15

3.Diagnosa……………………………………. 17

4.Penularan……………………………………………………5.Pedoman penemuan ……………………………………….

18

18-19

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 8: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

viii

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………

A. Metode Pengumpulan…………………………… 20

B.Data Yang Diperlukan …………………………….. 21

C.Kerangka Penelitian ……………………………… 22

D.Subyek dan Obyek ……………………………… 24

E.Metode Analisis ………………………………….. 24-27

F.Waktu dan Tempat ……………………………….. 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………… 28

A. Gambaran Umum …………………………………. 28-57

B. Gambaran Responden penelitian …………………. 58-60

C. Permasalahan dan isu-isu strategis …………….. 60

D. Hasil Deskripsi ……………………………….. 60-68

E. Hasil Analisi…………………………...................... 69-77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………....................... 78

A. Kesimpulan ……………………………………….. 78-79

B. Saran ………………………………………………. 79-80

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 81

LAMPIRAN 82

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 9: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Tabel target penemuan penderita 6

Tabel 4.2 Frekuensi Jenis kelamin Responden 68

Tabel 4.3 Frekeunsi Usia Responden 68

Tabel 4.4 Frekuensi Pendidikan Responden 69

Tabel 4.5 Deskripsi penyebab TBC 69

Tabel 4.6 Deskripsi Cara penularan 69

Tabel 4.7 Deskripsi Kriteria TBC 70

Tabel 4.8 Deskripsi Penemuan kasus 71

Tabel 4.9 Deskripsi Target penemuan 71

Tabel 4.10 Deskripsi tatalaksana kasus 72

Tabel 4.11 Deskripsi Cara melakukan diagnose 72

Tabel 4.12 Deskripsi Tujuan Pengobatan 73

Tabel 4.13 Deskripsi Kendala petugas 73

Tabel 4.14 Deskripsi Komitmen 74

Tabel 4.15 Deskripsi Kerjasama Linsek 75

Tabel 4.15 Deskripsi cara penemuan penderita 75

Tabel 4.17 Deskripsi Pengetahuan 76

Tabel 4.18 Deskripsi Pemeriksaan suspek 77

Tabel 4.19 Deskripsi ketelitian pemeriksaan Laboratorium 77

Tabel 4.20 Deskripsi kontak potensial tertular 77

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 10: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

x

DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian………………………

Gambar 4.1 Peta Kabupaten …………………………… 39

Gambar 4.2 Luas Wilayah ……………………………… 40

Gambar 4.3 Jumlah penduduk Kecamatan ……………. . 41

Gambar 4.4 Proporsi penduduk ………………………… 42

Gambar 4.5 Struktur Organisasi………………………… 44

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 11: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian …………………………………

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 12: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

xii

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Upaya Peningkatan Kinerja Petugas Tuberkulosis Puskesmas di Kabapaten Magelang. Penelitian di laksanakan pada bulan Januari sampai dengan Pebruari 2019. Jenis Penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif menggunakan pengumpulan data dengan wawancara dan observasi serta kuesioner yang dibagikan kepada responden dalam hal ini Petugas Tuberkulosis di Puskesmas kemudian hasil wawancara di analisa sehingga dapat diambil kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja program Tuberkulosis di Puskesmas Kabupaten Magelang masih rendah hal ini dibuktikan dengan rendahnya komitmen dari pemengku kebijakan setempat serta kurang kerjasama lintas sektor di wilayah masing – masing dan belum seluruh tatalaksana program di laksanakan sesuai dengan prosedur . Oleh karena itu di sarankan kepada pengambil kebijakan setempat unruk dapat membangun komitmen dalam kegiatan program tuberkulosis dengan semua sectr di wilayah masing – masing dan pelaksanaan program sesuai dengan tatalaksana penanggulangan tuberkulosis

Kata Kunci : Peningkatan Kinerja Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular , Penemuan Kasus Tuberkulosis

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 13: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

ABSTRACT

This Research aims to know the efforts of performance-improvement officer of tuberculosis in Kabapaten. Research conducted in January to Pebruary 2019. This type of research is descriptive research using qualitative data collection with interviews and observations as well as a questionnaire distributed in the respondents in this case in the relevant manner in later interviews So the conclusion to be pulled

The results showed that the performance of the program of tuberculosis in Maas Regency of clinics continues to be low it was proven by the low level of commitment of local policy pemixing ku and less cross-sector cooperation in each region and However, the entire Tatalaksana programme financed in accordance with the procedures. Therefore, recommend local policy makerst The UNITED Kingdom can build devotion in the tuberculosis program activities with all partyoR at each area and the implementation of the Programme in accordance with the Tuberculosis prevention Tatalaksana

Keywords: Sexy performance enhancement of prevention and erasure of infectious diseases, the discovery of a case of tuberculosis

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 14: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

2

BAB IPENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penanggulangan TB dilaksanakan melalui penggalangan kerjasama

dan kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan

masyarakat melalui Forum Koordinasi TB.

Pelaksanaan program menerapkan prinsip dan nilai inklusif, proaktif, efektif,

responsif, profesional dan akuntabel Penguatan Kepemimpinan Program

ditujukan untuk meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan pusat

terhadap keberlangsungan program dan pencapaian target strategi global

penanggulangan TB yaitu eliminasi TB tahun 2035.

Penemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui

serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terhadap terduga pasien TB,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, menentukan

diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB. Setelah

diagnosis ditetapkan dilanjutkan pengobatan yang adekuat sampai sembuh,

sehingga tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain. Kegiatan ini

membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan keluhan dan

gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan

yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan keluhan

tersebut.

Program pemberantasan Tuberkulosis di Puskesmas merupakan

upaya promotif dan preventif. Kabupaten Magelang melaksanakan

penanggulangan penyakit TBC sejak tahun 1999 .Pengawasan langsung

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 15: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

3

menelan obat (DOT = Directly Observed Treatment) Paduan pengobatan

yang dianjurkan akan menyembuhkan sebagian besar pasien TB baru tanpa

memicu munculnya kuman resistan obat. Agar hal tersebut tercapai, sangat

penting memastikan bahwa pasien menelan seluruh obat yang diberikan

sesuai anjuran, dengan pengawasan langsung oleh seorang PMO (Pengawas

Menelan Obat) untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Pilihan tempat

pemberian pengobatan sebaiknya disepakati bersama pasien agar dapat

memberikan kenyamanan. Pasien bisa memilih datang ke fasyankes terdekat

dengan kediaman pasien atau PMO datang berkunjung kerumah pasien.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh bakteri TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar

bakteri TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Sumber penularan adalah pasien TB BTA (Basil Tahan Asam) positif. TB

paru dinyatakan pada responden berdasarkan diagnosis yang ditegakkan oleh

tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak, foto toraks atau keduanya

(Permenkes no.67 tahun 2016)

Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi

dalam kerangka otonomi daerah dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat

manajemen program, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring

dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana

dan prasarana). Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan

pedoman standar nasional Penemuan dan pengobatan untuk penanggulangan

TB dilaksanakan oleh seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

yang meliputi Puskesmas, Klinik, dan Dokter Praktik Mandiri (DPM) serta

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 16: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

4

Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) yang meliputi: Rumah

Sakit Pemerintah, non pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP),

Balai Besar/Balai Kesehatan Paru Masyarakat (B/BKPM).Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB disediakan oleh pemerintah

dan diberikan secara cuma cuma. Keberpihakan kepada masyarakat dan

pasien TB. Pasien TB tidak dipisahkan dari keluarga, masyarakat dan

pekerjaannya. Pasien memiliki hak dan kewajiban sebagaimana individu yang

menjadi subyek dalam penanggulangan TB

Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB

telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995.

Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta

kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan

1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari

kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian

320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan

Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru,

diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000

kematian/tahun.

Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015,

diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)

dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan

63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka

Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 17: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

5

sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,

diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi

HIV diantara pasien TB diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO

diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari

kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang.

Program pemberantasan Tuberkulosis di Puskesmas merupakan upaya

promotif dan preventif. Kabupaten Magelang melaksanakan penanggulangan

penyakit TBC sejak tahun 1999 .Pengawasan langsung menelan obat (DOT =

Directly Observed Treatment) Paduan pengobatan yang dianjurkan akan

menyembuhkan sebagian besar pasien TB baru tanpa memicu munculnya

kuman resistan obat. Agar hal tersebut tercapai, sangat penting memastikan

bahwa pasien menelan seluruh obat yang diberikan sesuai anjuran, dengan

pengawasan langsung oleh seorang PMO (Pengawas Menelan Obat) untuk

mencegah terjadinya resistensi obat. Pilihan tempat pemberian pengobatan

sebaiknya disepakati bersama pasien agar dapat memberikan kenyamanan.

Pasien bisa memilih datang ke fasyankes terdekat dengan kediaman pasien

atau PMO datang berkunjung kerumah pasien.

Pusat Kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perorangan dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajad masyarakat yang

setingi tingginya di wilayah kerjanya. (Permenkes No.75 tahun 2014)

Dalam Rencana Strategi Kabupaten Magelang tahun 2014 sampai

dengan 2019 disebutkan bahwa potensi dan permasalahan kesehatan antara

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 18: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

6

Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah dan Kementerian Kesehatan terdapat beberapa kesamaan yaitu

penanganan kasus Tuberkolusa dan HIV AIDS, yang masih jauh dari target

MDG’s dan masih diperlukan sumber daya manusia yang kompeten. Secara

umum terjadi penurunan angka kesakitan, namun penularan infeksi penyakit

menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menonjol.

Disamping terjadi peningkatan penyakit menular yang berkontribusi besar

terhadap kesakitan dan kematian. Pergeseran pola penyakit dari penyakit

inveksius ke pola penyakit degeneratif yang menyangkut pola hidup yang

buruk perlu peningkatan upaya preventif dan promotif seiring dengan upaya

kuratif dan rehabilitatif.

Belum optimalnya pelaksanaan program TB selama ini diakibatkan

karena masih kurangnya komitmen pelaksana pelayanan, pengambil

kebijakan, dan pendanaan untuk operasional, bahan serta sarana prasarana.

Belum memadainya tata laksana TB terutama di fasyankes yang belum

menerapkan layanan TB sesuai dengan standar pedoman nasional dan ISTC

seperti penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan obat yang tidak

baku, tidak dilakukan pemantauan pengobatan, tidak dilakukan pencatatan

dan pelaporan yang baku. Masih kurangnya keterlibatan lintas program dan

lintas sektor dalam penanggulangan TB baik kegiatan maupun pendanaan.

(Permenkes no.67 tahun 2016)

Indikator kinerja Pembangunan Kesehatan berdasarkan peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 741/Menkes/Per/VII/2008

tentang Standart Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan, terdiri dari 18

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 19: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

7

SPM dan 22 indikator dengan rincian dan target pada tahun 2019 salah

satunya adalah cakupan penemuan dan penanganan penyakit Tuberkulosis

paru target 100% (Renstra Kab Magelang tahun 2014-2019).

Cakupan program penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Magelang di

masih kurang dari target yang seharusnya , dari penemuan yang di targetkan

sejumlah 1.766 oleh kementerian Kesehatan , puskesmas di Kabupaten

Magelang baru mencapai 448 penemuan ( 25%) Seperti dilihat pada data di

bawah ini

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 20: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

8

Tabel.1

TARGET PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017

No Puskesmas Penemuan Kasus Target Kasus

CDR (%)

1 Bandongan 35 81 43,2

2 Borobudur 35 82 42,6

3 Candimulyo 8 69 11,6

4 Dukun 7 68 10,2

5 Grabag 1 32 94 34,1

6 Grabag 2 9 36 25,2

7 Kajoran 1 16 49 32,8

8 Kajoran 2 11 34 32,0

9 Kaliangrik 26 86 30,3

10 Kota Mungkid 13 26 49,8

11 Mertoyudan 1 12 72 16,6

12 Mertoyudan 2 7 61 11,5

13 Mungkid 17 93 18,4

14 Muntilan 1 11 39 28,0

15 Muntilan 2 18 66 27,2

16 Ngablak 4 59 6,8

17 Ngluwar 9 46 19,7

18 Pakis 0 79 0,0

19 Salam 16 63 25,3

20 Salaman 1 20 62 32,0

21 Salaman 2 9 41 22,2

22 Sawangan 1 3 42 7,1

23 Sawangan 2 6 40 14,9

24 Secang 1 24 68 35,4

25 Secang 2 22 39 57,1

26 Srumbung 15 66 22,8

27 Tegalrejo 31 70 44,2

28 Tempuran 18 66 27,1

29 Windusari 14 69 20,2

TOTAL 448 1.766 25

Sumber data : DinKes Kab.Magelang tahu 2017

Melihat data di atas bahwa penemuan kasus Tuberkulosis oleh puskesmas di

Kabupaten Magelang masih belum mencapai target karena semua puskesmas

belum bisa mencapai target yang ditetapkan olek Kementrian Kesehatan

Kemungkinan hal ini disebabkan karena kinerja yang kurang dari Seksi

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 21: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

9

Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular (Penyakit Tuberkulosis )

puskesmas . Oleh karena itu tulisan ini berfokus pada bagaimana upaya

peningkatan kinerja seksi Pengendalian Penyakit Dan Pemberantasan Penyakit

Menular ( Tuberkulosis ) pada penanggulangan kasus Tuberkulosis yang rendah

B.PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas tentang kinerja

petugas tuberkulosis paru Puskesmas dalam penemuan kasus di Kabupaten

Magelang maka permasalahan dapat di rumuskan sebagai berikut : “kinerja

seksi pengendalian penyakit dan pemberantasan penyakit menular

(Tuberkulosis) dalam penanggulangan kasus belum sesuai dengan target yang

diharapkan “

C. PERTANYAAN PENELITIAN

Dari latar belakang permasalahan kinerja petugas tuberculosis paru

dalam penemuan kasus di puskesmas Kabupaten Magelang maka timbul

pertanyaan dalam penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana Gambaran kinerja seksi Pengendalian Penyakit dan Pemberantasan

Penyakit Menular (Tuberkulosis) di Kabupaten Magelang dalam

penanggulangan kasus yang belum sesuai dengan target yang diharapkan “

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan dari penelitian ini

maka tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui gambaran kinerja Seksi Pengendalian dan Pemberantasan

Penyakit Menular (Tuberkulosis) dalam penemuan kasus di Kabupaten

Magelang yang belum sesuai dengan target yang diharapkan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 22: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

10

E.MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan penelitian ini diatas penulis berharap penelitian ini dapat

memberikan manfaat :

1. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa diharapakan penelitian ini sebagai wahana untuk

menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dibangku kuliah.

2. Bagi Instansi

Bagi instansi diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam melakukan peningkatan kinerja seksi pengendalian Dan

Pemberantasan Penyakit Menular (Tuberkulosis) serta pengambilan

kebijakan tentang praktek manajemen kinerja pada organisasi pelayanan

kesehatan

3. Bagi Pembaca

Bagi pembaca sebagai bahan pertimbangan bila menghadapi atau

menemukan permasalahan yang sama serta sebagai bahan referensi bagi

pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

permasalahan ini.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 23: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kinerja

Kinerja organisasi sangat ditentukan oleh kinerja sumber daya manusia

yang dimilikinya. Untuk itu pemerintah harus mampu mengembangkan

berbagai faktor keberhasilan pelaksanaan organisasi yang dikontribusikan

oleh keandalan sumber daya manusianya. Faktor keberhasilan tersebut harus

mampu menterjemahkan visi, misi, dan strategi organisasi ke dalam ukuran-

ukuran kinerja yang memberikan kerangka pada sistem pengukuran yang

strategis dalam manajemen organisasi.

1.Pengertian kinerja

Kinerja berasal dari kata performance yang sering diartikan sebagai hasil

kerja atau prestasi kerja. Sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas

bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan

berlangsung atau dengan kata lain kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan

dan bagaimana cara mengerjakannya (Wibowo, 2010).

Kinerja (performance) mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas

yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja merefleksikan seberapa

baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan (Henry Simamora,

2006).

Pengertian kinerja menurut Amstrong dan Baron yang dikutip Wibowo

(2010) merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan

tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi

ekonomi. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 24: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

12

memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan. Kinerja

organisasi juga ditunjukkan oleh bagaimana proses berlangsungnya kegiatan

untuk mencapai tujuan tersebut.

Pengertian kinerja menurut penulis adalah hasil kerja/prestasi karyawan

selama proses berlangsung untuk mencapai tujuan organisasi yang strategis,

kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

2.Faktor mempengaruhi kinerja

Dalam organisasi modern penilaian kinerja merupakan mekanisme

penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan standar

kinerja dan memotivasi kinerja individu di waktu berikutnya. Penilaian

kinerja merupakan salah satu elemen kunci untuk mengembangkan organisasi

secara efektif dan efisien. Hal ini karena adanya kebijakan atau program

penilaian prestasi kerja berarti organisasi telah memanfaatkan secara baik

sumber daya manusia yang ada. Untuk instansi pemerintah, diperlukan

adanya informasi tentang prestasi masing-masing individu yang relevan,

reliabel, berkualitas dan valid.

Menurut Mahmudi (2006) kinerja sebagai suatu kontruksi atau

konsepsi yang multidimensional dimana pengukuran kinerja sangat

bervariasi tergantung pada jenis dan faktor-faktor yang ada dalam kinerja

yang perlu diambil sebagai bahan pertimbangan dan perhitungan. Faktor-

faktor tersebut adalah:

a. Faktor personal/individu, yaitu keterampilan (skill) individu,

kompetensi, motivasi, komitmen dan kepercayaan diri yang

dimiliki individu;

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 25: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

13

b. Faktor kepemimpinan, yaitu kualitas dorongan dari pimpinan,

panduan, bimbingan dan arahan serta dukungan yang

diberikan oleh para manajer dan pimpinan kelompok;

c. Faktor tim, yaitu kualitas dukungan dan semangat yang

diberikan oleh kolega dalam satu tim, kekompakan dan

keeratan anggota tim;

d. Faktor sistem, yaitu sistem kerja, fasilitas dan infrastruktur

yang disediakan oleh organisasi, proses organisasi, kultur

kinerja dalam organisasi

e. Faktor kontekstual atau situasional, yaitu tekanan dan

perubahan lingkungan internal dan eksternal.

3.Indikator Kinerja Karyawan

Menurut Robbins ( 2006) untuk mengukur kinerja karyawan secara

individu ada enam indikator, yaitu :

a. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas

pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap

keterampilan dan kemampuan karyawan.

b.Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah

seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.

c.Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal

waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output

serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 26: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

14

d.Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi

(tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud

menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.

e.Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan

dapat menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu

tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi

dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik suatu

pemahaman mengenai konsep kinerja yaitu: segala sesuatu yang

dihasilkan oleh seseorang, kelompok atau organisasi yang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berhubungan dan

berpengaruh satu sama lainnya terhadap kinerja pegawai dan organisasi.

Artinya setinggi apapun salah satu faktor dalam mendukung kinerja,

tidak akan menghasilkan kinerja yang optimal bila faktor yang lain tidak

ada atau kurang mendukung. Keseluruhan faktor tersebut saling

berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain terhadap tingkat

kinerja.

B,GAMBARAN UMUM PENYAKIT TUBERKULOSIS

1. Definisi kasus TB terdiri dari dua, yaitu;

1.1. Pasien TB yang terkonfirmasi Bakteriologis:

Adalah pasien TB yang terbukti positif pada hasil pemeriksaan contoh

uji biologinya (sputum dan jaringan) melalui pemeriksaan mikroskopis

langsung, TCM TB, atau biakan.

Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 27: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

15

1) Pasien TB paru BTA positif

2) Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif

3) Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif

4) Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik dengan

BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan yang terkena.

5) TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.

Semua pasien yang memenuhi definisi tersebut di atas harus dicatat.

1.2. Pasien TB terdiagnosis secara Klinis

Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara

bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter, dan

diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.

Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:

1) Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto toraks

mendukung TB.

2) Pasien TB paru BTA negatif dengan tidak ada perbaikan klinis

setelah diberikan antibiotika non OAT, dan mempunyai faktor

risiko TB

3) Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun

laboratoris dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.

4) TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.

Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudian

terkonfirmasi bakteriologis positif (baik sebelum maupun setelah

memulai pengobatan) harus diklasifikasi ulang sebagai pasien TB

terkonfirmasi bakteriologis.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 28: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

16

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat

beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M.tuberculosis,

M.africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai

Bakteri Tahan Asam (BTA) bakteri ini berbentuk :

Batang tipis

Lurus dan agak bengkok

Bergranular/tidak

Tunngal atau berpasangan

Berkelompok

Ukuran 0,5 μ x 0,3 – 0,6 μ

Tidak bersepon

Tidak mempunyai selubung

Mempunyai laisan luar tebal terdiri dari lipoid (terutama

asam alcohol)

Kuman penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosis (M.tb).

Seorang pasien TB, khususnya TB paru pada saat dia bicara, batuk

dan bersin dapat mengeluarkan percikan dahak yang mengandung

M.tb. Orang-orang disekeliling pasien TB tsb dapat terpapar dengan

cara mengisap percikan dahak. Infeksi terjadi apabila seseorang yang

rentan menghirup percik renik yang mengandung kuman TB melalui

mulut atau hidung, saluran pernafasan atas, bronchus hingga mencapai

alveoli.

2.Faktor risiko terjadinya TB

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 29: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

17

2.1. Kuman penyebab TB.

a. Pasien TB dengan BTA positif lebih besar risiko menimbulkan

penularan dibandingkan denganBTA negatif.

b.Makin tinggi jumlah kuman dalam percikan dahak, makin besar

risiko terjadi penularan.

c.Makin lama dan makin sering terpapar dengan kuman, makin besar

risiko terjadi penularan.

2.2. Faktor individu yang bersangkutan.

Beberapa faktor individu yang dapat meningkatkan risiko menjadi

sakit TB adalah:

a. Faktor usia dan jenis kelamin:

1) Kelompok paling rentan tertular TB adalah kelompok usia

dewasa muda yang juga merupakan kelompok usia produktif.

2) Menurut hasil survei prevalensi TB, Laki-laki lebih banyak

terkena TB dari pada wanita.

b. Daya tahan tubuh:

Apabila daya tahan tubuh seseorang menurun oleh karena sebab

apapun, misalnya usia lanjut, ibu hamil, ko-infeksi dengan HIV,

penyandang diabetes mellitus, gizi buruk, keadaan immuno-

supressive, bilamana terinfeksi dengan M.tb, lebih mudah jatuh

sakit.

c. Perilaku:

1) Batuk dan cara membuang dahak pasien TB yang tidak sesuai

etika akan meningkatkan paparan kuman dan risiko penularan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 30: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

18

2) Merokok meningkatkan risiko terkena TB paru

3) Sikap dan perilaku pasien TB tentang penularan, bahaya, dan

cara pengobatan.

d. Status sosial ekonomi:

TB banyak menyerang kelompok sosial ekonomi lemah.

2.3. Faktor lingkungan:

a. Lingkungan perumahan padat dan kumuh akan memudahkan

penularan TB.

b. Ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang baik dan tanpa

cahaya matahari akan meningkatkan risiko penularan.

3.Diagnosis

Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil anamnesis,

pemeriksaan klinis, pemeriksaan labotarorium dan pemeriksaan

penunjang lainnya.

Keluhan dan hasil anamnesis meliputi:

Keluhan yang disampaikan pasien, serta wawancara rinci berdasar

keluhan pasien.

Pemeriksaan klinis berdasarkan gejala dan tanda TB yang meliputi:

3.1. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu

atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak

bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan

menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa

kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien

dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TB

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 31: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

19

yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu

atau lebih.

3.2. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru

selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru,

dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih

tinggi, maka setiap orang yang datang ke fasyankes dengan gejala

tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasien TB, dan

perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.

3.4. Selain gejala tersebut, perlu dipertimbangkan pemeriksaan pada orang

dengan faktor risiko, seperti : kontak erat dengan pasien TB, tinggal di

daerah padat penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan

orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berrisiko menimbulkan

paparan infeksi

4.Penularan TB

Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang

mengandung kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin,

pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet

nuclei / percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup

udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk dapat

menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung kuman

sebanyak 0-3500 M.tuberculosis. Sedangkan kalau bersin dapat

mengeluarkan sebanyak 4500 – 1.000.000 M.tuberculosis.

5.Pedoman Penemuan dan Penanganan Kasus TB

a.Penemuan kasus TB dilakukan secara aktif dan pasif.

1.Penemuan kasus TB secara aktif dilakukan melalui:

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 32: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

20

a. Investigasi kontak pada paling sedikit 10 - 15 orang kontak erat dengan

pasien TB.

b. Penemuan di tempat khusus: Lapas/Rutan, tempat kerja, asrama, pondok

pesantren, sekolah, panti jompo.

c. Penemuan di populasi berisiko: tempat penampungan pengungsi,

daerah kumuh

2. Penemuan kasus TB secara pasif dilakukan melalui pemeriksaan pasien

yang datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

3.Penemuan kasus TB ditentukan setelah dilakukan penegakan diagnosis,

penetapan klasifikasi dan tipe pasien TB.

b.Penanganan kasus dalam Penanggulangan TB dilakukan melalui kegiatan tata

laksana kasus untuk memutus mata rantai penularan dan/atau pengobatan

pasien.

1.Tata laksana kasus terdiri atas:

a.Pengobatan dan penanganan efek samping di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan

b. Pengawasan kepatuhan menelan obat

c. Pemantauan kemajuan pengobatan dan hasil pengobatan

d. Pelacakan kasus mangkir.

2.Penemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melalui

serangkaian kegiatan mulai dari

a.Penjaringan terhadap terduga pasien TB,

b.Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan,

c.Menentukan diagnosis,

d.Menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB.

e.Diagnosis

f.Pengobatan

Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan

keluhan dan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga

kesehatan yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan

keluhan tersebut.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 33: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

BAB IIIMETODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN

A.Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk pengumpulan

data meliputi: pengambilan data primer, penelitian menggunakan metode

wawancara, berupa instrumen penelitian yang berisikan pertanyaan.

Pengertian Wawancara - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

Wawancara adalah sebuah kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh

pewawancara sebagai penanya dan narasumber sebagai orang yang ditanya.

Kegiatan ini dilakukan untuk mencari informasi, meminta keterangan, atau

menanyai pendapat tentang suatu permasalahan kepada seseorang. Dengan

kata lain, bisa disimpulkan bahwa wawancara adalah kegiatan menggali

informasi dari narasumber dengan cara tanya jawab.

Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode

primer, pelengkap atau sebagai kriterium (Hadi, 1992 dalam

httpl://www.perpusku.com/2016/06/metode-pemgumpul–data-data dengan

metode wawancara interview.html). Sebagai metode primer, data yang

diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab

pemasalahan penelitian. Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi

sebagai pelengkap metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data

pada suatu penelitian.

Beberapa jenis wawancara adalah sebagi berikut :

1. Wawancara berencana

Pada wawancara berencana terdapat suatu daftar petanyaan yang

telah direncanakan atau disusun sebelumnya.Semua responden diberi

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 34: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

22

pertanyaan yang sama dengan kata –kata dan urutan yang

seragam.Wawancara berencana berupa kuesioner yang diajukan secara

lisan . Pewawancara dilengkapi dengan pertanyaan tetapi dijawab secara

lisan oleh responden setelah pertayaan dibacakan

2. Wawancara tidak berencana

Jenis wawancara yang tidak menggunakan daftar pertanyaan

dengan susunan kata dan tata urut yang harus dipatuhi pewawancara Pada

penelitian ini menggunakan cara dengan melakukan wawancara berencana

pada responden, melakukan perpaduan antara hasil wawancara dengan

data tuberkulosis puskesmas , membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara

petugas yang satu dengan petugas yang lain

Pertanyaan yang dituangkan dalam kuesioner adalah yang

berhubungan dengan kompetensi dan kinerja petugas Tuberkulosis paru

Puskemas di Kabupaten Magelang. Penyusunan kuesioner dikembangkan

sendiri oleh penulis dengan mengacu pada beberapa literatur dan hasil

penelitian sebelumnya. Pertanyaan dalam kuesioner penelitian disusun

secara terbuka, Kuesioner penelitian dibagikan kepada responden untuk

diisi. Hasil pengisian wawancara dikumpulkan kembali untuk dianalisa

B.Data Yang Diperlukan

Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Data Primer

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 35: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

23

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari Puskesmas yang

mempunyai cakupan rendah di Kabupaten Magelang untuk memperoleh

kinerja petugas tuberkulosis paru yang diperoleh melalui :

a) Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek

penelitian

b) Wawancara yaitu untuk mendapatkan informasi dan data yang

relevan dari petugas tuberkulosis paru puskesmas melalui

pertanyaan terbuka yang diajukan kepada petugas tuberkulosis

puskesmas.

2.Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data –data di Dinas Kesehatan,

laporan dari Puskesmas, buku-buku literature, hasil penelitian,

jurnal dan sumber informasi dari internet

C.Kerangka Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian

diskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk

menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan

antara fenomena yang diuji. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah

menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok,

menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan

gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan

informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori

dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 36: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

24

tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi yang bersifat

kontradiktif mengenai subjek penelitian.

Kerangka penelitan dapat digambarkan pada bagian dibawah ini:

Gambar 3.1 : Kerangka Penelitian

ldentifikasi Permasalahan

Perumusan Masalah

Studi Pustaka

Pengumpulan Data (wawancara, kuesioner ,observasi

Pengolahan Data

Analisa Penyebab masalah

Kesimpulan dan Saran

Pembahasan

Selesai

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 37: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

25

D.Subyek dan obyek

Teknik pengambilan sampel rnenggunakan teknik Total Sampling

Subyek dalam penelitian ini adalah semua petugas Tuberkulosis puskesmas

yang berjumlah 29 orang dijadikan sampel

Obyek dalam penelitian ini adalah peningkatan penemuan kasus

tuberkulosis

E. Metode Analisis

Penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Metode penelitian deskriptif

adalah suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia, suatu obyek,

suatu kondisi, suatu sistim pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang.

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-

fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh. Nasir,

2006). Menurut Supardi (2005) penelitian deskriptif dilakukan pada taraf

kajian dan analisis, dimana peneliti semata-mata ingin mengungkapkan

gejala atau pertanda dan keadaan sebagaimana adanya. Hasil penelitian dan

kesimpulan yang diambil semata-mata menggambarkan / membeberkan

suatu gejala atau peristiwa seperti apa adanya yang nyata-nyata terjadi.

Metode ini dipilih agar dapat menggambarkan kondisi dan

mengungkap fakta-fakta pada masa sekarang yang berkaitan dengan kinerja

Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (Tuberkulosis) di

Kabupaten Magelang, sehingga didapatkan informasi tentang keadaan yang

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 38: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

26

nyata dan berdasarkan fakta-fakta di lapangan sebagai bahan dalam

penyelesaian masalah.

Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung. Dalam menganalisis data peneliti

menggunakan model Miles and Huberman yang mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif yang

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas

Proses analisis data interaktif menurut Miles and Huberman meliputi

4 tahapan, diantaranya:

1. Pengumpulan data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian

yaitu deskriptif dan reflektif. Catatan deskriptif adalah catatan alami

(catatan tentang apa yang dilihat, didengar, disaksikan dan dialami

sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari peneliti

terhadap fenomena yang dialami. Catatan reflektif adalah catatan yang

berisi kesan, komentar, pendapatan, dan penafsiran peneliti tentang

temuan yang dijumpai dan merupakan bahan rencana pengumpulan data

dan untuk tahap berikutnya.

2. Reduksi Data

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dibuat reduksi data, guna

memilih data yang relevan dan bermakna, mengfokuskan data yang

mengarah untuk memecahkan masalah, penemuan, pemaknaan atau

menjawab pertanyaan penelitian. Kemudian menyederhanakan dan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 39: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

27

menyusun secara sistematis dan menjabarkan hal-hal penting tentang

hasil temuan dan maknanya. Pada proses reduksi data, hanya temuan

data atau temuan yang berkenaan dengan permasalahan penelitian saja

yang direduksi. Sedangkan data yang tidak berkaitan dengan masalah

penelitian dibuang. Dengan kata lain reduksi data digunakan untuk

analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan

membuang yang tidak penting, serta mengorganisasikan data, sehingga

memudahkan peneliti untuk menarik kesimpulan.

3. Penyajian data

Setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Data tersebut dapat berupa bentuk tulisan dan kata-kata, gambar,

grafik dan tabel. Tujuan penyajian data adalah untuk menggabungkan

informasi-injformasi sehingga dapat menggambarkan keadaan yang telah

terjadi. Dalam hal ini dimaksudkan agar peneliti tidak mengalami

kesulitan dalam penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau

bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian sehingga peneliti harus

membuat naratif, matrik atau grafik untuk memudahkan penguasaan

informasi atau data tersebut.

Dengan demikian peneliti dapat tetap menguasai data dan tidak

tenggelam dalam sekumpulan informasi yang dapat membosankan. Hal

ini dilakukan karena data yang terpencar-pencar dan kurang tersusun

dengan baik dapat mempengaruhi peneliti dalam bertindak secara

ceroboh dan mengambil kesimpulan yang memihak, tersekat-sekat dan

tidak mendasar.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 40: UPAYA PENINGKATAN KINERJA SEKSI PENGENDALIAN DAN

28

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung

seperti halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai

maka selanjutnyadiambil kesimpulan sementara, dan setelah data

E. WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian dimulai pada Januari sd Pebruari 2019 yang dilakukan

di semua Puskesmas di Kabupaten Magelang yang berjumlah 29

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at