Upload
vuongkhanh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM
LEARNING PADA SISWA KELAS III
SD NEGERI SONDAKAN NO.11
SURAKARTA
SKRIPSI
Disusun Oleh:
MEYNITA SUCILLIA ANGGRAENI. S
K7106032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini
semakin pesat. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
disebabkan karena adanya tuntutan manusia untuk lebih berkembang dan maju
dalam segala bidang sesuai dengan perkembangan zaman. Tuntutan itu dapat
diperoleh dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan
merupakan suatu upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang unggul.
Dengan demikian kebutuhan manusia yang beragam akan terpenuhi. Selain itu,
dengan pendidikan akan membentuk manusia yang berakal dan berhati nurani.
Dewasa ini hampir semua orang mengukur tingkat keberhasilan
pendidikan berdasarkan hasil saja. Pembelajaran yang baik hendaknya bersifat
menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat
keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dilihat dari kualitas yang
telah dilakukan di sekolah-sekolah. Oleh sebab itu pembelajaran yang aktif
ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara
langsung. Akan tetapi hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru
lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum dibandingkan
dengan prosesnya.
Observasi awal pada siswa kelas III SDN Sondakan No. 11 Surakarta
menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran masih
rendah. Observasi kelas yang dilaksanakan selama satu jam pelajaran, didapatkan
bahwa ada beberapa siswa yang kurang siap mengikuti pembelajaran dengan
masuk kelas terlambat dan tidak membawa Lembar Kerja Siswa (LKS). Siswa
cenderung hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru. Saat guru
memberikan kesempatan untuk bertanya tidak ada siswa yang mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan oleh guru cenderung bersifat hafalan,
sehingga jawaban yang diberikan siswa berupa jawaban pendek. Hal ini
iii menjadikan siswa kurang termotivasi untuk menjawab pertanyaan yang diberikan
guru. Pada saat guru sedang menjelaskan materi, terlihat beberapa siswa
mengobrol dengan teman sebangku dan kurang memperhatikan penjelasan guru.
Berdasarkan angket yang disebarkan pada siswa kelas III, yaitu sebelum
diadakan penelitian yang terdiri dari 36 siswa, didapatkan bahwa sebanyak 55,5%
siswa kurang tertarik dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru kelas III SD Sondakan No. 11 Surakarta diperoleh informasi bahwa
pemilihan model pembelajaran dan media yang kurang tepat diduga merupakan
faktor utama yang berpengaruh terhadap rendahnya aktivitas belajar siswa.
Misalnya, pada pembelajaran IPA cuaca dan awan digunakan metode ceramah
yang dilanjutkan tanya jawab dan diskusi (biasa dikenal dengan metode
konvensional). Siswa kurang diarahkan dan dibawa untuk mengamati, berinteraksi
dengan obyek dan lingkungan dunia nyata siswa sehingga pembelajaran terkesan
monoton dan aktivitas belajar menjadi rendah.
Proses pembelajaran yang berlangsung selama ini pada umumnya kegiatan
didominasi oleh guru dan segala inisiatif datang dari guru, sementara guru
menjadikan siswa sebagai objek untuk menerima hal-hal yang dianggap penting
dan menghafal materi yang disampaikan oleh guru. Situasi seperti ini,
menunjukkan guru yang lebih aktif sehingga aktivitas siswa hanya terbatas pada
mendengarkan, mencatat dan menjawab pertanyaan. Sehingga proses
pembelajaran tidak melatih siswa untuk berfikir dan beraktivitas, bahkan siswa
cenderung bosan, siswa pasif dan menambah rasa takut. Guru jarang melakukan
pendekatan dan membimbing siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini
menunjukkan salah satu penyebab rendahnya aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Bahkan kadang-kadang dalam pembelajaran, ketika guru
menerangkan dan meminta siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas banyak
siswa yang tidak mau.
Selain itu pada saat guru mengajukan pertanyaan, banyak siswa hanya
diam dan guru tidak mengerti diamnya ini berarti paham atau tidak paham.
Kegiatan belajar mengajar IPA akan berlangsung baik apabila guru dapat
menciptakan suasana belajar yang membuat siswa menjadi bersemangat dalam
iv menghadapi suatu persoalan sehingga mereka mampu memecahkan
permasalahan, dan guru bisa mengaktifkan siswa untuk berfikir. Hal ini dilakukan
agar mereka berusaha memecahkan permasalahan itu dan guru membantu mereka
menemukan penyelesaian serta mengkaitkan dengan dunia nyata siswa.
Siswa akan lebih kreatif apabila terlibat aktif dalam pembelajaran IPA
sehingga akan lebih mudah memecahkan masalah IPA. Aktivitas siswa akan
muncul jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pola
pikirnya, mengembangkan gagasan-gagasan baru dan lain-lain. Oleh karena itu
pembelajaran IPA akan berhasil jika dilihat dari keberhasilan siswa mengikuti
kegiatan tersebut. Keberhasilan dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan
materi serta prestasi belajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dalam belajar adalah aktivitas siswa dalam belajar.
Agar pembelajaran IPA di kelas 1,2 dan 3 dapat memberikan pengalaman
yang bermakna bagi siswa maka guru harus dapat memilih model pembelajaran
yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yaitu kelas 1-3. Menurut
Piaget dalam S. Nasution ( 2000: 7) anak umur 5-6 tahun berada dalam fase pra-
operasional, sedangkan pada umur 7-12 tahun berada dalam fase operasi konkrit.
Tahap ini ditandai dengan adanya kemampuan untuk memperoleh data tentang
dunia dan mengubahnya dalam pikiran kita sehingga dapat disusun atau
diorganisasikan dan digunakan secara selektif dalam pemecahan masalah. Namun
dalam taraf ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya
secara nyata. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang menarik untuk
meningkatkan mutu KBM dengan penerapan model Quantum Learning dalam
pembelajaran. Dengan penerapan model Quantum Learning diharapkan
meningkatkan aktivitas belajar siswa yang selanjutnya meningkatkan hasil belajar
siswa.
Model Quantum Learning adalah suatu pendekatan yang terbukti efektif di
sekolah untuk semua tipe orang dan segala usia (Bobbi DePorter : 2005:14).
Quantum Learning merupakan salah satu cara membelajarkan siswa yang digagas
oleh Potter. Melalui Quantum Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana
yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam
v menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Dengan menggunakan
konsep TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan
Rayakan) yang melandasi Quantum Learning dapat membawa siswa menjadi
lebih tertarik dan berminat untuk belajar IPA.
Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat tumbuh berbagai
kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan belajar siswa. Dengan kata
lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai
penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau
yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif
dibandingkan guru. Dengan menerapkan Quantum Learning, maka akan
menjadikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan
kualitas pembelajaran IPA di pendidikan dasar dapat tercapai. Selain itu juga
dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan meningkatkan pemahaman
serta menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif , efektif dan menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA dengan
Menggunakan Model Quantum Learning Pada Siswa Kelas III SD Negeri
Sondakan No. 11 Surakarta”
B. Identifikasi Masalah
Setelah mengetahui latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah yang muncul antara lain:
1. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Siswa masih pasif dalam kegiatan belajar mengajar akibatnya siswa
kurang memperhatikan materi yang disampaikan.
3. Aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran cuaca dan awan masih
rendah karena siswa masih merasa malu untuk bertanya kepada guru
mengenai materi yang belum ia pahami. Siswa juga menganggap bahwa
pelajaran IPA itu sulit dan terasa membosankan.
vi
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dikaji dapat
terarah dan mendalam, maka perlu beberapa batasan pada:
1. Aktivitas belajar IPA dalam hal ini adalah kegiatan dalam proses belajar
mengajar di kelas materi cuaca dan awan.
2. Model Quantum Learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model
yang digunakan dalam pembelajaran IPA yang menekankan konsep
TANDUR.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
“Apakah penggunaan model Quantum Learning dapat meningkatkan
aktivitas belajar IPA pada siswa kelas III SDN Sondakan no.11 Surakarta?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian tindakan kelas ini
dibuat dengan tujuan yaitu:
“Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas III SDN
Sondakan No.11 Surakarta dengan menggunakan Quantum Learning.”
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Dapat memberikan sumbangan terhadap teori pembelajaran yang berkaitan
dengan materi cuaca dan awan.
b. Dapat memperkaya khasanah ilmu khususnya dalam bidang pengajaran.
c. Mendorong peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis yang lebih
luas dan mendalam.
vii 2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa
1) Siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan
model Quantum Learning.
2) Siswa akan lebih mudah menerima konsep IPA yang diberikan oleh
guru.
3) Siswa dapat memperkaya pengetahuan
b. Bagi Guru
1) Dapat mempermudah penyampaian pembelajaran IPA di SD
2) Memperbanyak metode pengajaran
3) Guru dapat mengembangkan kemampuan merencanakan dan
menggunakan model Quantum Learning dalam pembelajaran IPA
dengan kreatif dan efektif.
c. Bagi Sekolah
1) Pembelajaran IPA di SD akan lebih efektif dan menyenangkan.
2) Dapat menunjang bagi tercapainya pembelajaran IPA yang sesuai
dengan kurikulum pendidikan dasar.
viii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Aktivitas Belajar
a. Pengertian Aktivitas
Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang. Kegiatan ini bisa
saja dilakukan sekali-sekali, bisa saja dilakukan berkali-kali dan terus-menerus
(http://www.wikimu.com). Sedangkan menurut Haditono dkk tahun 1983
(http://uin-suka.info/ ejurnal/ index.php?option=com), aktivitas adalah melakukan
suatu kegiatan tertentu secara aktif. Aktivitas menunjukkan adanya kebutuhan
untuk aktif bekerja atau melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.
W.J.S Poerwadamita (1991 : 108) mengatakan bahwa “aktivitas adalah
kegiatan, kesibukan”. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2009: 171) dalam
pengajaran modern lebih menitikberatkan kepada aktivitas sejati, yaitu siswa
belajar dengan bekerja untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-
aspek tingkah laku lain, serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna
untuk hidup di masyarakat.
Leont'ev (1978) dalam Mlitwa menyatakan human activity is also socially
mediated. Too often though, focus is placed on human action. Maksud Mlitwa
tersebut adalah aktivitas manusia merupakan perantara sosial. Sosial ini lebih
ditekankan pada tindakan manusia. Dalam Martinis Yamin (2007: 76) disebutkan
bahwa dalam diri siswa terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan
bekerja sendiri. Prinsip inilah yang dapat mengendalikan siswa. Dengan kata lain,
untuk dapat mengendalikan (mengarahkan) siswa, dibutuhkan suatu aktivitas.
Dimyati juga menambahkan bahwa aktivitas pembelajaran siswa dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan
dapat memecahkan masalah (Martinis, 2007: 77). Sehingga aktivitas siswa sangat
berperan dalam pembelajaran.
ix
Siswa belajar aktif ditandai bukan hanya aktif secara fisik tetapi juga aktif
secara mental. Dan biasanya aktif secara mental inilah yang sangat penting dan
utama dalam pembelajaran. Karena dengan aktivitas pembelajaran dapat
tersimpan dalam memori sampai siswa dewasa.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan aktivitas
merupakan kegiatan yang dilakukan secara aktif untuk memperoleh pengetahuan,
pemahaman, atau keterampilan lain untuk hidup di masyarakat.
b. Pengertian Belajar
Inda Poetri Manroe (2005 : 33) mengatakan bahwa “belajar adalah
menuntut ilmu (kepandaian), melatih diri, berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman”. Sedangkan menurut Cronbach dalam Sardiman (2009 : 20)
memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience. Harold Spears dalam Sardiman (2009 : 20) memberikan batasan :
Learning is to observe, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction. Geoch dalam Sardiman (2009 : 20) mengatakan : Learning is a change
in performance as a result of practice.
Sardiman A.M. ( 2009 : 22 ) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses
interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud
pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Dalam proses interaksi ini terkandung dua
maksud yaitu: (1) Proses Internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.
(2) Proses ini dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera ikut berperan.
Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
c. Pengertian Aktivitas Belajar
Terdapat kesalahan pengertian yang sering muncul bahwa aktivitas dalam
pembelajaran disamakan dengan menyuruh siswa melakukan sesuatu. Tetapi
x aktivitas yang dimaksud itu jika siswa sendiri melakukan sesuatu ke arah
perkembangan jasmani dan kejiwaan. Sehingga ia tidak hanya menggunakan
telinga saja tetapi juga mata, tangan, ikut memikirkan, merasakan sesuatu, dan
sebagainya.
Aktivitas belajar meliputi :
…....sejumlah aktivitas belajar seperti mencari, mengolah, informasi,
menganalisis, mengidentifikasi, memecahkan, menyimpulkan, dan melakukan
transformasi belajar ( transfer of learning ) …….( Hernawan dkk, 2008 : 11.5 )
Aktivitas belajar adalah aktivitas jasmani maupun aktivitas mental yang
dapat digolongkan menjadi 5 macam aktivitas, yaitu: 1) aktivitas visual, 2)
aktivitas lisan, 3) aktivitas mendengarkan, 4) aktivitas gerak, dan 5) aktivitas
menulis (Moh. Uzer, 1995: 22).
Sardiman (2009: 99) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan suatu
kegiatan yang menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku
maupun kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang
bersifat konstan dan berbekas.
Gagne dan Briggs (1979) dalam Martinis Yamin (2007: 83) menjelaskan
rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas yang meliputi 9
aspek guna menumbuhkan aktivitas siswa. Masing – masing diantaranya :
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Menjelaskan tujuan instruksional ( kemampuan dasar ) kepada siswa
3) Mengingatkan kompetensi prasyarat
4) Memberikan stimulus ( masalah, topik dan konsep) yang akan dipelajari
5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya
6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
7) Memberikan umpan balik ( feed back )
8) Melakuakan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes sehingga kemampuan
siswa selalu terpantau dan terukur
9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran
xi
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah
serangkaian kegiatan yang melibatkan beberapa indra agar memperoleh
pengetahuan , pemahaman , aspek perilaku lain , dan memajukan keterampilan
yang dimiliki.
d. Jenis-jenis Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Paul D Dierich dalam Oemar Hamalik (2009: 172) ada 8
kelompok aktivitas belajar yaitu
1) Visual Activities, seperti : membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan
demonstrasi orang lain, mengamati eksperimen.
2) Oral Activities, seperti : mengatakan , merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi interupsi
3) Listening Activities, seperti : mendengarkan : penyajian bahan, diskusi, radio
4) Writing Activities, seperti : menulis : cerita, karangan, laporan, tes, angket,
menyalin, ringkasan.
5) Drawing Activities, seperti : menggambar, membuat grafik, peta, diagram dan
pola
6) Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, memilih alat, membuat
model, permainan
7) Mental Activities, seperti : menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan
8) Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, berani, gembira,
gugup, tenang
Sedangkan menurut Getrude M Whipple dalam Oemar Hamalik (2009:
173) membagi 7 kegiatan aktivitas belajar yaitu
1) Bekerja dengan alat-alat visual
a) Mengumpulkan gambar dan bahan ilustrasi lainnya
b) Mempelajari gambar, streograph slide film, khusus mendengarkan
penjelasan, mengajukan pertanyaan
c) Mengunjungi pameran
xii
d) Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang menarik minat, sambil mengamati
bahan visual
e) Memilih alat-alat visual ketika memberikan laporan lisan
f) Menyusun pameran, menulis tabel
g) Mengatur file material yang akan digunakan kelak
2) Ekskursi dan trip
a) Mengunjungi museum, akuarium, dan kebun binatang
b) Mengundang lembaga yang dapat memberikan keterangan dan bahan
c) Menyaksikan demonstrasi, seperti proses produksi di pabrik sabun, proses
penerbitan surat kabar, dan proses penyiaran televisi
3) Mempelajari masalah-masalah
a) Mencari informasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting
b) Mempelajari ensiklopedi dan referensi
c) Membawa buku-buku dari rumah dan perpustakaan umum untuk
melengkapi seleksi sekolah
d) Mengirim surat kepada badan-badan bisnis untuk memperoleh informasi
dan bahan-bahan
e) Melaksanakan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Guidance yang telah
disiarkan oleh guru
f) Membuat catatan-catatan sebagai persiapan diskusi dan laporan
g) Menafsirkan peta, menentukan lokasi-lokasi
h) Melakukan ekperimen, misalnya membuat sabun
i) Menilai informasi dari berbagai sumber, menentukan kebenaran atas
pertanyaan-pertanyaan yang bertentangan
j) Mengorganisasi bahan bacaan sebagai persiapan diskusi atau laporan lisan
k) Mempersiapkan dan memberikan laporan-laporan lisan yang menarik dan
bersifat informatif
l) Membuat rangkuman, menulis laporan dengan maksud tertentu
m) Mempersiapkan daftar bacaan yang digunakan dalam belajar
n) Men-skin bahan untuk menyusun subjek yang menarik untuk studi lebih
lanjut.
xiii 4) Mengapresiasi literatur
a) Membaca cerita-cerita yang menarik
b) Mendengarkan bacaan untuk kesenangan dan informasi
5) Ilustrasi dan konstruksi
a) Membuat chart dan diagram
b) Membuat blue print
c) Menggambar dan membuat peta, relief map, pictorial map
d) Membuat poster
e) Membuat ilustrasi, peta, dan diagram uuntuk sebuah buku
f) Menyusun rencana permainan
g) Menyiapkan suatu frieze
h) Membuat artikel untuk pameran
6) Bekerja menyajikan informasi
a) Menyarankan cara-cara penyajian informasi yang menarik
b) Mengedit bahan-bahan dalam buku-buku
c) Menyusun bulletin board secara up to date
d) Merencanakan dan melaksanakan suatu program assembly
e) Menulis dan menyajikan dramatisasi
7) Cek dan tes
a) Mengerjakan informal dan standardized test
b) Menyiapkan tes-tes untuk murid lain
c) menyusun grafik perkembangan
Sependapat dengan hal itu, Moh. Uzer (1995: 22) mengelompokkan
aktivitas pembelajaran menjadi 5 macam, yaitu
1) Visual activity
Aktivitas visual ini mencakup aktivitas yang melibatkan organ mata misalnya
membaca, melakukan percobaan, dan demonstrasi.
2) Oral activity
Aktivitas lisan ini meliputi aktivitas yang melibatkan organ mulut misalnya
bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, dan menyanyi.
3) Listening activity
xiv
Aktivitas mendengarkan biasanya mencakup aktivitas yang melibatkan organ
telinga sebagai sumbernya misalnya mendengarkan penjelasan guru,
mendengarkan pengarahan guru
4) Motor activity
Aktivitas gerak melibatkan seluruh anggota tubuh misalnya senam,
menggambar, melukis, dan mewarnai
5) Writing activity
Aktivitas menulis ini yang memegang peranan penting adalah tangan,aktivitas
ini seperti mengarang, membuat surat, membuat makalah
Sedangkan Ian Robertson mengemukakan bahwa aktivitas digolongkan
menjadi 3 generasi. Ketiga generasi itu adalah:
1) Aktivitas tingkat perorangan (activity at an individual level)
2) Aktivitas tingkat kolektif (activity at a collective level)
3) Jaringan aktivitas yang merealisasikan ide suatu batas objek (networked
activity and incorporates the idea of boundary objects)
Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengambil salah satu pendapat
yang dijadikan acuan, yakni pendapat Paul B. Diedrich yang mengelompokkan
aktivitas pembelajaran manjadi 8 macam, yakni: 1) Visual activities, 2) Oral
activities, 3) Listening activities, 4) Writing activities, 5) Drawing activities, 6)
Motor activities, 7) Mental activities, dan 8) Emotional activities.
e. Manfaat Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar siswa dapat memberikan banyak manfaat. Oemar
Hamalik (2010: 91) menyatakan adanya 8 manfaat aktivitas belajar yaitu:
1) Siswa mencari dan mendapatkan pengalaman sendiri
2) Dapat mengembangkan seluruh aspek diri siswa
3) Dapat meningkatkan kerjasama dengan siswa lain
4) Dapat mengatasi perbedaan individual karena siswa belajar dan bekerja sesuai
dengan minat dan kemampuannya
5) Menumbuhkan sikap-sikap positif seperti disiplin belajar dan musyawarah
xv 6) Dapat memupuk kerjasama antara sekolah dan orang tua siswa yang
bermanfaat dalam pendidikan siswa
7) Dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis sehingga pembelajaran
dilaksanakan secara realistic dan konkrit
8) Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih hidup
2. Hakikat IPA
a. Pengertian IPA
Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia.
Kata scientia yang berarti “saya tahu”. IPA merupakan singkatan dari Ilmu
Pengetahuan Alam yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu “Natural
Science atau Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau
sangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, IPA secara
harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari
peristiwa yang terjadi di alam (Srini M. Iskandar, 1996: 2).
Menurut Leo Sutrisno, dkk (2007:1-19) IPA merupakan kemampuan
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct)
pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan
dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul
(truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses adalah aktivitas manusia dalam
memahami alam semesta, prosedur adalah pengetahuan IPA dibangun melalui
pengamatan yang tepat dan prosedur yang benar, produk adalah hasil akhir atau
kesimpulan yang betul. Menurut The Liang Gie dalam (Leo Sutrisno, dkk , 2007
:1-16) menyatakan bahwa science dalah kumpulan sistematis dari pengetahuan.
Ilmu Pengetahuan Alam menurut Kurikulum Pendidikan Dasar Kelas III SD
(1994 : 53) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan
konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman
melalui serangkaian proses ilmiah.
For example, consider the image of Dr. Faustus: in this narrative, scientists willingly – too willingly – sell their souls to acquire youth and knowledge(1). Science seems to involve magical ability. Another image is
xvi
Dr. Strangelove: in this blackhumor caricature, scientists and engineers sign up – too readily – to create and buttress a military–industrial complex (2). Science seems to be motivated by unlimited curiosity and raw power, unrestrained by moral considerations. In the public mind today, the ‘‘two cultures’’ contrast the responsible engineer, physician, or citizen with a largely imaginary ‘‘mad scientist.’’ Such distorting images remain vivid in the public’s mind, and they persist in the visions of writers and flacks in Hollywood, on Madison Avenue, and among the literati criticized by Snow. (Rodney W. Nichols, 2010:18) Kutipan jurnal di atas mengemukakan bahwa contoh dari dr. Faustus: di
cerita ini, ilmuwan dengan sepenuh hati menjual jiwa-jiwa mereka untuk
memperoleh kemudahan dan pengetahuan(1). Ilmu pengetahuan sepertinya
meliputi kemampuan gaib. Pendapat lainnya yaitu dr. Strangelove: di dalam
karikatur humornya, ilmuwan dan insinyur menandatangani kontrak kesediaannya
membuat dalam kekuatan militer atau industri gabungan(2). Ilmu pengetahuan
sepertinya adalah motivasi dengan kecurigaan tidak terbatas dan kekuatan mentah,
tak dikendalikan dengan ganjaran moral. Orang-orang berfikiran hari ini, ‘‘two
cultures’’ atau dua kultur kontras yang bertanggung jawab antara insinyur, dokter,
atau penduduk kota dengan sebagian besar khayal ‘‘mad ilmuwan’’. Demikian
pendapat dari masyarakat, dan mereka tetap pada tuntutannya visi penulis dan
flack di hollywood, di Madison Avenue, dan di antara kritikan literatur oleh
Snow.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah
Pertama, pokok pembelajaran IPA memiliki materi yang memuat kajian dimensi
objek, tingkat organisasi objek dan tema atau persoalan aspek fisis, kimia dan
biologi. Pada aspek biologi, IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkait
dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup berbagai tingkat organisasi
kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan. Untuk aspek fisis, IPA
memfokuskan diri pada benda tak hidup. Untuk aspek kimia, IPA mengkaji
berbagai fenomena atau gejala kimia baik pada makhluk hidup maupun benda tak
hidup yang ada di alam semesta.
Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Menengah Atas dan perguruan tinggi
mempunyai istilah berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Alam di tingkat SD maupun
SMP. Kata IPA di Sekolah Menengah Atas dan perguruan tinggi lebih dikenal
xvii sebagai salah satu penjurusan kelas yang khususnya lebih memfokuskan ilmu-
ilmu eksakta.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA
adalah upaya untuk mencari pengetahuan dalam memahami fenomena alam atau
mencoba menerangkan fenomena alam melalui berbagai proses ilmiah.
b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains
Pengajaran IPA menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis
Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar (1994/1995: 53-54) bertujuan
agar siswa:
1) Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-sehari.
2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, dan ide tentang alam di sekitarnya.
3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta peristiwa di lingkungan sekitar.
4) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasama dan mandiri.
5) Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis (1992 :6) menyatakan bahwa
tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah sebagai berikut:
1) Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia
serta konsep – konsep IPA yang terkandung di dalamnya
2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu berupa keterampilan proses
atau metode ilmiah yang sederhana
3) Memiliki sikap ilmiah didalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan
masalah yang dihadapinya ; serta menyadari kebesaran penciptaNya
4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
xviii
Menurut kebijaksanaan umum kurikulum berbasis kompetensi (2006) dalam
(Leo Sutrisno, dkk, 2007:2-29) mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat.
3) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
4) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
c. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1) Pengertian Pembelajaran
Dalam TIM PGSD (2007: 6) dinyatakan bahwa pembelajaran adalah
membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Sedangkan menurut Dimyati
dan Mudjiyono dalam TIM PGSD (2007: 7-8), pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk menjadikan siswa belajar
secara aktif. Pengertian ini juga menekankan adanya sumber belajar.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihak guru selaku pendidik dan belajar dilakukan oleh peserta didik. UUSP
No.20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan
pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar (TIM PGSD, 2007:
8). Knirk dan Gustafson dalam TIM PGSD (2007: 8) menyatakan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan
pelaksanaan, dan evaluasi
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang dirancang secara terprogram yang melibatkan peserta
didik, pendidik dan sumber belajar melalui proses tahapan rancangan, pelaksanaan
dan evaluasi untuk memperoleh pengetahuan baru.
xix 2) Pembelajaran IPA di SD
Menurut Srini M. Iskandar (2001: 18-19) pelajaran IPA lebih mementingkan
kemampuan berpikir daripada kemampuan menghafal. Disamping itu
dipentingkan juga kemampuan mengadakan pengamatan secara teliti,
menggunakan prinsip, memecahkan percobaan sederhana, menyusun data,
mengemukakan dugaan .
Pembelajaran IPA merupakan media pengembangan potensi siswa SD yang
didasarkan pada karakteristik psikologis anak, memberikan kesenangan bermain
dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri, seluk beluk dan
teka-teki fenomena alam di sekitar dirinya, mengembangkan potensi saintis yang
terdapat dalam dirinya, memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang
fenomena alam, sambil membekali keterampilan dan membangun konsep-konsep
baru yang harus dikuasainya (http://www.scribd.com/doc/17087298/Karakteristik-
Pembelajaran-IPA-SD).
Teori belajar yang menonjol di dalam pendidikan IPA adalah teori piaget
dan teori konstruktivisme. Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari
masa bayi sampai masa dewasa. Sedangkan teori konstruktivisme menekankan
bahwa peserta didik tidak menerima begitu saja ide-ide dari orang lain.
Menurut teori Piaget “Mengenai Perkembangan Kognitif” dalam Srini M.
Iskandar (1996:22) berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan
intelektual anak seusia siswa SD maka penyajian konsep dan keterampilan dalam
pembelajaran IPA harus dimulai dari hal-hal nyata (konkrit) ke abstrak; dari
mudah ke sukar; dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh. Selain itu
memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, terpadu dan melalui
proses manipulatif. Dengan kata lain, mulailah dari apa yang ada di sekitar siswa
dan yang dikenal, diminati serta diperlukan siswa. Secara psikologis, anak usia
SD berada dalam dunia bermain. Tugas guru adalah menciptakan dan
mengelompokkan suasana bermain tersebut dalam kelas sehingga menjadi media
yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA.
Konstruktivisme menurut Srini M. Iskandar (1996: 31) adalah proses
membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
xx berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan memang berasal
dari luar tetapi dikonstruksi dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan
terbentuk oleh dua faktor penting yaitu: objek yang menjadi bahan pengamatan
dan kemampuan subjek untuk mengintepretasi objek tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
adalah sebagai media pengembangan potensi siswa SD seharusnya didasarkan
pada karakteristik psikologis anak; memberikan kesenangan bermain dan
kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri, seluk beluk dan
teka-teki fenomena alam di sekitar dirinya; mengembangkan potensi saintis yang
terdapat dalam dirinya; memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang
fenomena alam; sambil membekali keterampilan dan membangun konsep-konsep
baru yang harus dikuasainya.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta
didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan
pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru.
Pada kelas III SD, pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD kelas III semester I,
materi-materi yang ada di dalam silabus adalah:
1) Memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang
mempengaruhi perubahan pada makhluk hidup
2) Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan
upaya menjaga kesehatan lingkungan
3) Memahami sifat-sifat, perubahan sifat benda dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari
Sedangkan pada semester II, materi-materi IPAnya adalah:
1) Memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan energi dan
sumber energi.
2) Menerapkan konsep energi gerak
xxi 3) Memahami kenampakan permukaan bumi , cuaca dan pengaruhnya bagi
manusia, serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan
melestarikan alam.
Dalam standar kompetensi ini terdapat 4 kompetensi dasar yakni 1)
Mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar, 2)
Menjelaskan hubungan antara keadaan awan dan cuaca , 3) Mendeskripsikan
pengaruh cuaca bagi kegiatan manusia, dan 4) Mengidentifikasi cara manusia
dalam memelihara dan melestarikan alam di lingkungan sekitar. Materi
“Menjelaskan hubungan antara keadaan awan dan cuaca”, ada pada tema Gejala
Alam.
Dalam silabus kelas III sekolah dasar dijelaskan bahwa materi tersebut
terdapat 3 indikator pembelajaran, yakni 1) Menyebutkan cuaca berdasarkan hasil
pengamatan 2) Meramalkan cuaca yang akan terjadi berdasarkan keadaan langit
dan 3) Menggambarkan secara sederhana simbol yang biasa digunakan untuk
menunjukkan kondisi cuaca.
Tabel 1. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Kelas 3 semester 2
N
o
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok
Indikator
1. Memahami
kenampakan
permukaan bumi
,cuaca dan
pengaruhnya bagi
manusia, serta
hubungannya
dengan cara
manusia
memelihara dan
melestarikan alam.
Menjelaskan
hubungan
antara keadaan
awan dan cuaca
Keada
an
Cuaca
1. Menyebutkan cuaca
berdasarkan hasil
pengamatan.
2. Meramalkan cuaca
yang akan terjadi
berdasarkan keadaan
langit.
3. Menggambarkan
secara sederhana simbol
yang biasa digunakan
untuk menunjukkan
kondisi cuaca.
xxii
Cuaca adalah keadaan udara pada satu wilayah tertentu dalam jangka
waktu terbatas. Macam – macam kondisi cuaca antara lain :
1. Cuaca cerah ditunjukkan dengan keadaan langit yang bersih dan matahari
yang bersinar terang.
2. Cuaca berawan adalah cuaca yang menunjukkan bahwa di langit banyak
terdapat awan.
3. Cuaca panas ditunjukkan bila matahari menyinari bumi dan menghangatkan
udara di sekeliling bumi.
4. Cuaca dingin terjadi bila suhu udara rendah sehingga terasa dingin.
5. Cuaca hujan ditunjukkan dengan terjadinya hujan dari udara.
6. Cuaca badai ditunjukkan dengan terjadinya hujan disertai dengan halilintar
atau petir.
Proses terbentuknya hujan : Air yang ada di permukaan Bumi akan
menguap menjadi uap air. Hal ini terjadi karena panas matahari. Selanjutnya,
karena dingin uap air tersebut akan mengembun. Akibatnya, terbentuklah butiran
air. Butiran-butiran air yang terkumpul akan membentuk awan. Semakin lama
butiran-butiran air tersebut semakin besar. Butiran-butiran air yang semakin besar
akan saling bertabrakan. Hal ini akan menghasilkan tetesan air dan jatuh ke Bumi
sebagai hujan. Air hujan yang turun akan mengalami proses pembentukan hujan
lagi. Macam – macam awan ada tiga yaitu :
a. Awan sirus adalah awan yang berbentuk serabut – serabut halus berwarna
putih dan mengambang paling tinggi dari semua awan.
b. Awan kumulus adalah awan yang berbentuk gumpalan putih dengan bagian
atas menyerupai bunga koldan mengambang di bawah awan sirus.
c. Awan stratus adalah awan yang berbentuk lembaran yang berlapis-lapis dan
membentang mendatar dan mengambang paling dekat dengan permukaan
bumi.
xxiii
3. Hakikat Model Quantum Learning
a. Hakikat Model Pembelajaran
1) Pengertian Model Pembelajaran
Mills dalam Agus Suprijono (2009 : 45) mengemukakan bahwa
model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu. Sedangkan Dahlan dalam Isjoni (2010:49)
mengartikan model mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang sudah
direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di
kelasnya.
Winataputra dalam (Sugiyanto, 2008:7) mengungkapkan bahwa
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan suatu pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan pengajar dalam membuat rencana dan
melakukan kegiatan pembelajaran. Sedangkan Arends dalam Isjoni
(2009:73) mengemukakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan
yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pengelolaan kelas.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rancangan atau prosedur yang sistematis yang
dapat digunakan sebagai panduan dalam merencanakan pembelajaran
dengan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
tertentu.
2) Macam-Macam Model Pembelajaran
Sugiyanto (2008:7) menjelaskan bahwa ada beberapa model atau
strategi pembelajaran dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa antara lain:
xxiv
a). Model pembelajaran kontekstual
Merupakan konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk
menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-harinya.
b). Model pembelajaran kooperatif
Model kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan.
c). Model pembelajaran kuantum
Model ini merupakan ramuan dari berbagai teori pandangan
psikologi kognitif dan pemrograman neurologi yang mengandung konsep-
konsep teori otak kiri/kanan, teori otak truine pilihan modalitas, teori
kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman,
belajar dengan simbol, dan simulasi/permainan.
d). Model pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, menemukan konsep serta prinsip secara holistik dengan
memadukan beberapa pokok bahasan.
e). Model pembelajaran berbasis masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model
pembelajaran berbasis masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari
sehingga siswa belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya
sendiri.
b. Hakikat Quantum Learning
1) Lahirnya Konsep Quantum Learning
Menurut Porter dan Hernacki (2005: 15) Quantum Learning adalah
seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan
bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia. Quantum Learning pertama
kali digunakan di Supercamp. Di Supercamp ini menggabungkan rasa
xxv
percaya diri, keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam
lingkungan yang menyenangkan.
DePorter dalam http://www.newhorizons.org menyatakan sebagai
berikut:
Quantum Learning is a comprehensive model that covers both educational theory and immediate classroom implementation. It integrates research-based best practices in education into a unified whole, making content more meaningful and relevant to students' lives. Quantum learning is about bringing joy to teaching and learning with ever-increasing 'Aha' moments of discovery. It helps teachers to present their content a way that engages and energizes students. This model also integrates learning and life skills, resulting in students who become effective lifelong learners – responsible for their own education.
Menurut DePorter di atas dijelaskan bahwa pembelajaran quantum
adalah sebuah model kesatuan yang meliputi teori pembelajaran dan
implementasi ruang kelas saat ini. Pembelajaran quantum memadukan
penelitian berdasarkan praktek mengajar terbaik dalam pendidikan termasuk
kesatuan yang menyeluruh,membuat isi pelajaran lebih bermakna dan sesuai
dengan kehidupan siswa. Quantum Learning membuat belajar mengajar
menjadi menyenangkan. Hal ini membuat siswa sangat bersemangat dalam
belajar. Model ini juga memadukan pembelajaran dan keterampilan serta
menghasilkan siswa yang aktif dalam belajar.
Quantum Learning menurut Porter dan Hernacki (2005: 16)
didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika
kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi.
Atau sudah biasa dikenal dengan E=mc². Tubuh kita secara materi di
ibaratkan sebagai materi, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak
mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi
cahaya.
Porter dan Hernacki (2005: 14) menyatakan Quantum Learning
berakar dari upaya Lozanov, seorang pendidik yang berkebangasaan
Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai
xxvi
“Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti
dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun
memberikan sugesti positif ataupun negatif, ada beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk memberikan sugesti positif yaitu mendudukan murid secara
nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi
individu, menggunakan media pembelajaran untuk memberikan kesan besar
sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih.
Menurut De Porter dan Hernacki (2005: 16) Quantum Learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP
(Program neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri.
Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi
belajar yang lain seperti:
1) Teori otak kanan atau kiri.
2) Teori otak 3 in 1.
3) Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinetik).
4) Teori kecerdasan ganda.
5) Pendidikan holistik (menyeluruh).
6) Belajar berdasarkan pengalaman.
7) Belajar dengan simbol (Metaphoric Learning).
8) Simulasi atau permainan.
Suatu proses pembelajaran akan menjadi efektif dan bermakna
apabila ada interaksi antara siswa dan sumber belajar dengan materi, kondisi
ruangan, fasilitas, penciptaan suasana dan kegiatan belajar yang tidak
monoton diantaranya melalui penggunaan musik pengiring. Interaksi ini
berupa keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar.
Menurut De Porter dan Hernacki (2005: 12) dengan belajar
menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai manfaat yaitu:
1) Bersikap positif.
2) Meningkatkan motivasi.
3) Keterampilan belajar seumur hidup.
4) Kepercayaan diri.
xxvii
5) Sukses atau hasil belajar yang meningkat.
Menurut DePorter dalam http://www.learningforum.com,
menyatakan bahwa:
The perpetual question facing our education system is how to improve students' academic performance on standardized tests, enhance teachers' instructional techniques and increase student achievement overall. What's working and by what evidence? A recent study, Quantum Learning's Impact on Achievement in Multiple Settings, was completed by William Benn. Benn, an External Evaluator for Program Improvement Schools, approved by the California Department of Education, studied the impact of the Quantum Learning model on 18 schools in four states. The schools were chosen for their degree of commitment to Quantum Learning. All had implemented Quantum Learning over a number of years with a majority of their staff participating. High implementation and 'buy-in' from staff is a key component that correlates to the success of any method. New Lexington Elementary School in the El Monte School District in California was one of the schools chosen for the study. New Lexington began conducting the Quantum Learning school wide reform model during the 2001-2002 school year and have continued through 2003. The results of the Academic Performance Index (API) scores from 2001 and 2002 indicate that New Lexington made statistically and educationally significant gains in academic achievement compared to 44 comparison schools. It also showed gains based on SAT-9 results. New Lexington Principal, Karen Smith commented, "Quantum Learning strategies played a key role in raising our students' literacy levels. In addition, I'm seeing a renewed sense of energy and purpose in my teachers' classrooms that truly helps to 'hook' students. When I see students get excited about learning, I get excited too." In all 18 schools, Benn's study found that the Quantum Learning model demonstrated a consistent pattern of positive impact on student achievement. These outstanding results ranged from statistically and educationally significant gains in reading, mathematics, writing to more comprehensive measures of core academic achievement. Students whom attend schools that use the Quantum Learning model show a pattern of greater achievement than comparison sample students that have not been taught these strategies. (http://www.learningforum.com)
Menurut DePorter dalam http://www.learningforum.com di atas
dijelaskan bahwa pertanyaan tiada henti tentang sistem pendidikan kita
xxviii
adalah bagaimana meningkatkan prestasi akademik siswa pada tes yang
berstandar, bagaimana teknik intruksionalnya dan bagaimana meningkatkan
prestasi siswa secara keseluruhan, apa yang perlu dikerjakan dan dengan
bukti apa. Seorang peneliti yang bernama William Benn dalam studi atau
penelitiannya tentang “Quantum Learning’s Impact on Achievement in
Multiple setting”, telah meneliti dan mempelajari dampak dari pembelajaran
quantum learning pada18 sekolah di 4 negara bagian.
Hasilnya dari 18 sekolah tersebut, menunjukkan bahwa model
pembelajaran quantum memberlakukan pola pengaruh positif yang konsisten
terhadap prestasi siswa. Hasil yang memuaskan bergerak dari perolehan
yang dicapai secara statistik dan signifikan dalam bidang membaca,
matematika, menulis dan lain-lain. Siswa-siswa yang datang ke sekolah
yang menerapkan model pembelajaran quantum, menunjukkan pola prestasi
yang lebih besar dibandingkan dengan siswa yang tidak belajar dengan
model pembelajaran tersebut.
2) Karakteristik Pembelajaran Quantum
Menurut Sugiyanto (2008:69) pembelajaran Quantum Learning
memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan dan menguatkan
sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok
pembelajaran quantum adalah sebagai berikut:
a) Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai, b) Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, hewan-istis, dan atau nativistis, c) Pembelajaran Quantum lebih bersifat Konstruktivis, d) Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna, e) Pembelajaran quantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan yang tinggi, f) Pembelajaran quantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat, g) Pembelajaran quantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran, h) Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran, i) Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material, j) Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan
xxix
keyakinan sebagai bagian penting dalam proses pembelajaran, k) Pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban, l) Pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
3) TANDUR sebagai Kerangka Perencanaan Model Quantum
Learning
Menurut DePorter (2005: 89) untuk memudahkan mengingatnya
dan untuk keperluan konstruksional pembelajaran quantum dikenal dengan
konsep TANDUR yang merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Unsur-unsur ini
membentuk basis struktur yang melandasi model Quantum Learning.
Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan berminat
pada setiap pelajaran apapun mata pelajaran, tingkat kelas dengan beragam
budayanya, jika pada guru betul-betul menggunakan prinsip-prinsip atau
nilai-nilai pembelajaran model Quantum Learning. Kerangka ini juga
memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih dan
menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan akhirnya dapat
mencapai kesuksesan belajar.
Kerangka pembelajran TANDUR adalah sebagai berikut:
a) Tumbuhkan : Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan
mereka, buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang akan
kita ajarkan.
b) Alami : Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan
untuk mengetahui
c) Namai : Berikan data tepat saat minat memuncak mengenalkan konsep-
konsep pokok dan materi pelajaran.
d) Demonstrasikan : Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan
pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan
membuatnya sebagai pengalaman pribadi
xxx
e) Ulangi : Rekatkan gambaran keseluruhannya. Ini dapat dilakukan
melalui pertanyaan post tes, ataupun penugasan,atau membuat ikhtisar
hasil belajar.
f) Rayakan: Ingat, jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan.
Perayaan menambah belajar dengan asosiasi positif.
4) Penerapan Quantum Learning Dalam Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar di kelas, “Quantum Learning”
menggunakan berbagai macam metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
demonstrasi, kerja kelompok, eksperimen, dan metode pemberian tugas.
Menurut TIM PGSD (2007: 87), metode ceramah bertujuan untuk
menyampaikan bahan yang bersifat informasi (konsep, pengertian-
pengertian, prinsip-prinsip) yang banyak dan luas serta untuk penemuan-
penemuan yang langka dan belum meluas. Metode demonstrasi mengajarkan
prosedur yang harus dimiliki peserta didik, membuat informasi menjadi
lebih konkret serta mengembangkan kemampuan audio dan visual peserta
didik.
Menurut Moedjiono dalam PGSD (2007: 94) metode kerja
kelompok akan memupuk kerja sama peserta didik dan membuat peserta
didik aktif. Metode eksperimen membantu siswa mampu menyimpulkan
fakta-fakta, informasi atau data-data yang diperoleh, melatih peserta didik
melaksanakan dan melaporkan percobaan. Metode pemberian tugas akan
merangsang anak aktif belajar baik individual maupun kelompok.
Metode yang telah dipaparkan di atas tidak ada yang sempurna jika
diterapkan sendiri, sehingga harus digunakan secara bergantian untuk saling
melengkapi kelemahan-kelemahan yang ada. Penggunaan berbagai metode
secara bergantian akan membuat siswa menikmati kegiatan belajarnya dan
tidak merasakan kebosanan belajar serta merangsang siswa untuk belajar.
Menurut De Porter, langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran melalui konsep Quantum Lerning dengan cara:
xxxi
a) Kekuatan Ambak
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental
antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki
2005: 49). Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya
motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini
siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi penjelasan tentang
manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi.
b) Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan
lingkungan yang dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya,
dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah
kebosanan dalam diri siswa.
c) Memupuk sikap juara
Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam
belajar siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk
memberikan pujian pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi
jangan pula mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi.
Dengan memupuk sikap juara ini siswa akan lebih dihargai.
d) Bebaskan gaya belajarnya
Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya
belajar tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam Quantum
Learning guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada
siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja.
e) Membiasakan mencatat
Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika
sang siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan
kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan
ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan memberikan simbolsimbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh
siswa itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa tulisan.
xxxii
f) Membiasakan membaca
Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena
dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman,
menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru
hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran
maupun buku-buku yang lain.
g) Jadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba
dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan
mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.
h) Melatih kekuatan memori anak
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga
anak perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.
Pembelajaran Quantum Learning lebih mengutamakan keaktifan
peran serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca
inderanya baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan
pengecapan, sehingga hasil penelitian Quantum Learning terletak pada
modus berbuat yaitu Katakan dan Lakukan, dimana proses pembelajaran
Quantum Learning mengutamakan keaktifan siswa, siswa mencoba
mempraktekkan media melalui kelima inderanya dan kemudian
melaporkannya dalam laporan praktikum dan dapat mencapai daya ingat
90%. Semakin banyak indera yang terlibat dalam interaksi belajar, maka
materi pelajaran akan semakin bermakna.
Selain itu dalam proses pembelajaran perlu diperdengarkan musik
untuk mencegah kebosanan dalam belajarnya. Pemilihan jenis musik pun
harus diperhatikan, agar jangan musik yang diperdengarkan malah
mengganggu konsentrasi belajar siswa.
xxxiii
B. Penelitian Yang Relevan
1. Hermawan Widyastantyo (2007) melakukan penelitian yang berjudul
Penerapan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Mata Pelajaran IPA (SAINS) Bagi Siswa Kelas V SD Negeri Kebonsari
Kabupaten Temanggung. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa penerapan
metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA (SAINS). Peningkatan ini ditunjukkan oleh perbandingan rata-
rata hasil belajar yang dicapai antara siklus I (53,97), siklus II (65,74)
peningkatan prosentase 11,77% dan siklus III (73,24) peningkatan prosentase
7,5%. Pembelajaran dengan menerapkan metode Quantum Learning
mengalami peningkatan hasil belajar yang sangat baik sesuai dengan indikator
keberhasilan.
2. Yona Kristianto Mutiasmoro (2007) Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar
Siswa Dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad Pada
Pembahasan Materi Perbandingan Dan Fungsi Trigonometri Sub Pokok
Bahasan Aturan Sinus Cosinus Dan Luas Segitiga Pada Kelas X-2 di SMA
MASEHI 1 PSAK Semarang. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari
nilai rata-rata tes matematika semester 1 adalah 51 menjadi 74,44 pada pokok
bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus
cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas maka dapat disusun
suatu kerangka pemikiran. Pada awal pembelajaran guru yang masih
menggunakan pembelajaran konvensional. Guru lebih menekankan pada
terselesainya materi pelajaran daripada tingkat kemampuan siswa dalam
memahami materi. Hal ini membuat siswa menjadi mudah bosan dan informasi
yang disampaikan sulit diserap oleh siswa serta komunikasi pembelajaran hanya
satu arah sehingga membuat keaktifan siswa kurang dalam pembelajaran. Siswa
masih merasa malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum
xxxiv mereka pahami dan menjawab pertanyaan dari guru sehingga membuat siswa
kurang aktif dalam pembelajaran Akibat dari permasalahan tersebut menjadikan
aktivitas belajar IPA menjadi rendah.
Dengan kondisi tersebut, maka peneliti melaksanakan tindakan dengan
menerapkan model quantum learning untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
dalam pembelajaran IPA cuaca dan awan. Dari pemikiran di atas dapat
digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Aktivitas belajar IPA meningkat
Kondisi awal
Kondisi akhir
Tindakan
Pembelajaran Konvensional
Aktivitas belajar IPA rendah
Pembelajaran dengan Quantum Learning akan
menjadikan siswa :
1) Bersikap positif.
2) Meningkatkan motivasi.
3) Keterampilan belajar seumur hidup.
4) Kepercayaan diri.
5) Sukses atau hasil belajar yang meningkat
Siklus II Dengan target, aktivitas belajar siswa dapat meningkat mencapai 80%
Siklus I Dengan target, aktivitas belajar siswa dapat meningkat mencapai 70%
xxxv
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
“Ada peningkatan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas III dengan menggunakan
model Quantum Learning di SD negeri Sondakan no 11 Surakarta”.
xxxvi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sondakan No. 11
Surakarta. Tempat tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan diantaranya
lokasinya strategis, selain itu juga tempat peneliti melaksanakan PPL sehingga
memudahkan peneliti memperoleh data.
2. Waktu Penelitian
Rencananya tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan
dilakukan selama 6 bulan, yakni mulai bulan Februari sampai dengan Juli
2010.
Jenis kegiatan Bulan ( Tahun 2010 )
Februari Maret April Mei Juni Juli
Pembuatan proposal xx xx
Persiapan penelitian xx xx
Pelaksanaan Siklus I xx
Pelaksanaan Siklus II xx
Menyusun Laporan xx xx xx
Revisi xx
Tabel 2. Daftar Jadwal Kegiatan Penelitian
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah siswa kelas III SD Negeri Sondakan No. 11
Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 yang berjumlah 36 siswa, yang terdiri dari 18
putra dan 18 putri.
xxxvii
C. Sumber Data
Dalam penelitian ini ada tiga sumber data yang dapat digali untuk
mendapatkan berbagai informasi guna memperlancar penelitian, yaitu pertama
informan, yakni guru kelas III SDN Sondakan No. 11 yaitu Bp. Joko Purnawan,
S.Pd. Kedua, peristiwa yaitu proses belajar mengajar IPA yang terjadi serta sikap
guru dan siswa dalam aktivitas pembelajaran tersebut. Sumber yang terakhir yaitu
data yang berupa angket, dan lembar observasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah:
1. Teknik observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan. Observasi dilakukan oleh peneliti dan pengamat (guru kelas).
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti dan
pengamat melihat dan mengamati secara langsung kemudian mencatat
perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Tujuan
dilakukan observasi adalah untuk mengetahui aktivitas belajar IPA siswa
pada materi cuaca dan awan.
2. Metode angket
Angket berisi daftar pertanyaan yang diberikan kepada siswa.
Melalui angket dapat mengetahui aktivitas belajar yang dilakukan siswa
selama kegiatan pembelajaran. Pada pembuatan angket ini menggunakan
angket pilihan ganda. Pedoman penilaian angket ini (indikator angket diambil
dari Suharsimi Arikunto, 2006: 241-242) dapat dirinci sebagai berikut:
a. Pilihan jawaban (a) selalu mempunyai skor 4
b. Pilihan jawaban (b) sering mempunyai skor 3
c. Pilihan jawaban (c) kadang-kadang mempunyai skor 2
d. Pilihan jawaban (d) tidak pernah mempunyai skor 1
Total Skor Maksimal 100
xxxviii 3. Dokumentasi
Dengan melakukan pengamatan terhadap dokumen-dokumen dan catatan
sekolah mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa.
Digunakan untuk memperoleh data berupa nama siswa kelas III, data nilai
siswa, dan sejarah perkembangan SD Negeri Sondakan No. 11 Surakarta.
4. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan antar dua orang atau lebih secara
langsung. Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara dengan guru dan
siswa. Wawancara ini dimaksudkan sebagai pelengkap untuk mengetahui
aktivitas pembelajaran siswa dan untuk mengetahui penggunaan quantum
learning dalam pembelajaran.
E. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Data
Menurut model Analisis Interaktif Mattew B. Miles dan A. Michael
Huberman dalam Iskandar (2008: 222) dalam proses analisis data ada tiga
komponen yang harus disadari oleh peneliti. Tiga komponen tersebut adalah
1) data reduksi, 2) Penyajian data, 3) penarikan simpulan”. Langkah-langkah
tersebut adalah:
a. Reduksi data
Reduksi data adalah suatu proses pemilihan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi data yang telah muncul dari
beberapa catatan tertulis yang diperoleh di lapangan. Reduksi data
merupakan bentuk analisis yang menajamkan, membuang yang tidak
perlu, mengarahkan, menggolongkan, dan mengorganisasi data sehingga
diperoleh suatu kesimpulan.
b. Penyajian data (display data)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang telah tersusun dan
memberikan kemungkinan adanya penarikan suatu kesimpulan dan
xxxix
pengambilan tindakan. Penyajian data tersebut dengan menggabungkan
berbagai informasi yang telah didapat selama kejadian berlangsung.
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan suatu proses peninjauan kembali pada
benar tidaknya data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian.
Gambar 2. Bagan Teknik Analisis Data: Model Interaktif (Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman dalam Iskandar, 2008: 222) 2. Uji Validitas Data
Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan dua macam uji,
yaitu:
a. Triangulasi data yaitu membandingkan dan mengecek kembali derajat
kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda. Informasi dari narasumber yang satu dibandingkan dengan
informasi dari narasumber lainnya.
b. Triangulasi metode adalah mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan
menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
Misalnya wawancara dan observasi. Penggunaan metode pengumpulan
data yang berbeda ini untuk menguji kemantapan informasinya.
Pengumpulan data Sajian Data
Reduksi data Penarikan Kesimpulan
xl
F. Prosedur Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2008 : 16) dalam pelaksanaan PTK ini,
mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus yang tercakup empat
kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Gambar 3 Strategi Penelitian
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan ( planning )
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di
mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada tahap
perencanaan ini peneliti menentukan fokus peristiwa yang akan mendapat
penanganan khusus untuk diamati, kemudian membuat instrumen pengamatan
guna membantu peneliti merekam fakta atau hal-hal yang terjadi selama tindakan
dilaksanakan.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Membuat skenario pembelajaran
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengajar, misalnya
buku-buku penunjang, dan alat tulis
4) Menyiapkan peralatan dokumentasi, misalnya kamera
perencanaan
Siklus I
pengamatan
perencanaan
Siklus II
pengamatan
pelaksanaan
pelaksanaan
refleksi
refleksi
?
xli
5) Menyiapkan media yang dipakai yakni gambar cuaca dan awan, gelas,
es batu, air hangat, plastik.
6) Membuat teks lagu “Terjadinya Hujan” dengan menggunakan kertas
karton
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ( Acting )
Tahap ke-2 dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran Quantum
Learning
2) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model pembelajaran
Quantum Learning
3) Memantau perkembangan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
IPA
c. Tahap Observasi ( Observing )
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa
selama berlangsungnya PBM melalui lembar pengamatan terhadap aktivitas siswa
dan mengamati kesesuaian guru dalam mengajar dengan skenario pembelajaran
yang telah dilakukan melalui lembar kinerja guru. Kegiatan selanjutnya adalah
memberi tes siklus I untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan memberi angket
tanggapan siswa sesudah pembelajaran selesai. Di samping itu juga melakukan
pengamatan mengenai keefektivan penggunaan quantum learning dalam
pembelajaran IPA.
d. Tahap Refleksi ( Reflecting )
Dalam tahapan ini peneliti melakukan evaluasi terhadap tahapan-tahapan
yang telah dilalui. Menganalisis dan merefleksi proses kegiatan belajar mengajar,
keaktifan siswa, hasil belajar, dan tanggapan siswa untuk mengetahui perubahan
yang terjadi selama tindakan dengan menerapkan Quantum Learning dalam
pembelajaran. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan
siklus berikutnya, yakni untuk mengetahui hal mana yang perlu mendapat
perbaikan.
xlii 2. Rancangan Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan ( Planning )
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di
mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada tahap
perencanaan ini peneliti menentukan fokus peristiwa yang akan mendapat
penanganan khusus untuk diamati, kemudian membuat instrumen pengamatan
guna membantu peneliti merekam fakta atau hal-hal yang terjadi selama tindakan
dilaksanakan.
Adapun langkah – langkah yang dilaksanakan dalam rancangan ini adalah
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah
2) Membuat skenario pembelajaran
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
4) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengajar, misalnya
buku-buku penunjang, dan alat tulis
5) Menyiapkan peralatan dokumentasi, misalnya kamera
6) Menyiapkan media yang dipakai yakni slide cuaca, LCD, Laptop,
kabel Rol
7) Membuat teks lagu “hujan dan hujan gerimis ” dengan menggunakan
kertas karton
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ( Acting )
Tahap ke-2 dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas.
Adapun langkah- langkah pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Quantum
Learning
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan Quantum
Learning
xliii
4) Memantau perkembangan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
IPA
c. Tahap Observasi ( Observing )
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa
selama berlangsungnya PBM melalui lembar pengamatan terhadap aktivitas siswa
dan mengamati kesesuaian guru dalam mengajar dengan skenario pembelajaran
yang telah dilakukan melalui lembar kinerja guru. Kegiatan selanjutnya adalah
memberi tes siklus II untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan memberi angket
tanggapan siswa sesudah pembelajaran selesai. Di samping itu juga melakukan
pengamatan mengenai keefektivan penggunaan quantum learning dalam
pembelajaran IPA.
d. Tahap Refleksi ( Reflecting )
Dalam tahapan ini peneliti melakukan evaluasi terhadap tahapan-tahapan
yang telah dilalui. Menganalisis dan merefleksi proses kegiatan belajar mengajar,
keaktifan siswa, hasil belajar, dan tanggapan siswa untuk mengetahui perubahan
yang terjadi selama tindakan dengan menerapkan Quantum Learning dalam
pembelajaran. Hasil analisis tersebut digunakan untuk menentukan langkah
selanjutnya apakah masih perlu mendapat perbaikan atau tidak.
G. Indikator Ketercapaian
Penelitian ini dikatakan berhasil jika penerapan Quantum Learning dapat
meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas III SD Negeri Sondakan No. 11
yang meliputi Visual activities, Oral activities, Listening activities, Writing
activities, Drawing activities, Motor activities, Mental activities, Emosional
activities hingga mencapai 70% dari keseluruhan siswa pada siklus I, dan
akhirnya mencapai 80% kenaikan pada siklus II.
xliv
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal
Peneliti melakukan kegiatan survey awal pada siswa kelas III SDN
Sondakan No.11 Surakarta sebelum melaksanakan tindakan penelitian. Kegiatan
survey awal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari
informasi dan menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah dalam proses
pembelajaran IPA di sekolah tersebut khususnya kelas III. Setelah peneliti
melakukan pendekatan dengan guru kelas III dan mengamati keadaan siswa
melalui observasi pembelajaran dan pengisian angket di kelas, peneliti
menemukan bahwa pembelajaran IPA masih dirasa sulit oleh siswa. Hal ini
menyebabkan aktivitas belajar siswa menjadi kurang sehingga nilai pelajaran IPA
masih belum memuaskan.
Berdasarkan nilai observasi dan nilai angket sebelum tindakan, dapat
diketahui bahwa prosentase aktivitas belajar siswa tergolong rendah seperti
terlihat pada tabel 3 berikut ini :
Tabel 3 Nilai Aktivitas Belajar IPA Pada Kondisi Awal
No Res Nilai Observasi
Nilai Angket Rata-rata
1 42 46 44 2 70 72 71 3 51 67 59 4 72 70 71 5 61 67 64 6 46 64 55 7 41 51 46 8 70 72 71 9 48 60 54 10 48 64 56 11 74 72 73
xlv
12 68 70 69 13 70 74 72 14 48 44 46 15 52 64 58 16 67 75 71 17 69 75 72 18 64 78 71 19 68 76 72 20 54 66 60 21 45 51 48 22 67 75 71 23 72 70 71 24 49 55 52 25 52 56 54 26 46 56 51 27 78 72 75 28 71 75 73 29 68 74 71 30 54 70 62 31 74 76 75 32 41 55 48 33 44 52 48 34 50 66 58 35 54 56 55 36 41 47 44
Keterangan:
Skor 44-52 = sangat kurang
Skor 53-61 = kurang
Skor 62-70 = sedang
Skor 71-79 = baik
Skor 80-88 = sangat baik
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dibuat tabel distribusi frekuensi aktivitas
belajar IPA sebagai berikut :
xlvi
Tabel 4. Tabel Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar IPA Pada Kondisi Awal
No Interval Nilai
Frekuensi (Fi)
Nilai Tengah
(Xi) Fi.Xi Prosentase
(%) Keterangan
1 44-52 9 48 432 25 Sangat Kurang 2 53-61 9 57 513 25 Kurang 3 62-70 3 66 198 8.33 Sedang 4 71-79 15 75 1125 41.67 Baik 5 80-88 0 84 0 0 Sangat Baik
Jumlah 36 2268 100
Nilai Rata-rata = 2268 : 36 = 61,42
Ketuntasan Klasikal = 15 : 36 x 100% = 41,67%
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa aktivitas
belajar siswa masih sangat kurang yaitu mencapai 41,67%. Dari data dapat
diketahui bahwa sebanyak 15 siswa (41,67%) termasuk siswa yang aktivitas
belajarnya baik, 3 siswa (8,33%) termasuk siswa yang aktivitas belajarnya sedang,
9 siswa (25%) termasuk siswa yang aktivitas belajarnya kurang, dan sebanyak 9
siswa (25%) termasuk siswa yang sangat kurang aktivitas belajarnya. Nilai rata-
rata yang diperoleh adalah 61,42 dan ketuntasan aktivitas belajar klasikal
mencapai 41,67%.
Tabel distribusi frekuensi aktivitas belajar IPA siswa Kelas III SD
Negeri Sondakan No. 11 pada kondisi awal di atas dapat disajikan dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
xlvii
Grafik 1 Grafik Aktivitas Belajar IPA Pada Kondisi Awal
Berdasarkan data pada kondisi awal tersebut dapat terlihat bahwa aktivitas
belajar siswa kelas III SD Negeri Sondakan No. 11 pada mata pelajaran IPA
tergolong sangat kurang. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti berusaha
untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa khususnya pada materi cuaca dan
awan dengan mengadakan penelitian di kelas III yang menerapkan Quantum
Learning sehingga hasil pembelajarannya pun lebih memuaskan.
2. Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan
terdiri dari dua jam pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama satu
minggu yaitu pada tanggal 30 April 2010 dan 01 Mei 2010, yang diikuti oleh
siswa kelas III sebanyak 36 siswa. Dalam penelitian ini peneliti berperan langsung
sebagai guru yang melaksanakan pembelajaran IPA dengan menerapkan Quantum
Learning dan dibantu oleh seorang observer yaitu guru kelas III yang bernama
Bapak Joko Purnawan, S.Pd. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam
siklus I adalah sebagai berikut:
xlviii
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan peneliti melakukan observasi
(pengamatan) terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan
siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung,
penggunaan metode, model, strategi, serta media pembelajaran yang digunakan
oleh guru. Peneliti juga meminta siswa mengisi angket guna meminta tanggapan
siswa dalam pembelajaran selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan
guru sebagai pelengkap data guna mencatat hasil belajar yang diperoleh oleh
masing-masing siswa khususnya nilai IPA.
Berdasarkan pengamatan dan pengisian angket terhadap pembelajaran
tersebut diperoleh informasi sebagai data awal. Hasil pencatatan tersebut
menunjukkan bahwa dari 36 siswa kelas III SD Negeri Sondakan No.11, hanya 15
siswa atau 41,67 % siswa yang aktivitas belajarnya baik (mendapat nilai di atas
71). Sedangkan sebanyak 21 siswa atau 58,33% aktivitas belajarnya masih sangat
kurang. Berdasarkan dari kenyataan tersebut, peneliti mencari alternatif yang
dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa yaitu
menggunakan model Quantum Learning.
Selanjutnya peneliti melakukan langkah – langkah berikutnya. Dengan
berpedoman pada Silabus Sekolah Dasar Kelas III maka peneliti melakukan
langkah - langkah sebagai berikut :
1. Memilih dan menetapkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan
Indikator
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Mempersiapkan alat dan bahan percobaan
4. Mempersiapkan LKS, dan evaluasi pembelajaran
5. Mempersiapkan lembar observasi dan angket aktivitas belajar siswa.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dan
pertemuan kedua selama 2 x 35 menit. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai
xlix praktikan, sedangkan guru kelas bertindak sebagai observer. Dalam pembelajaran
guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Quantum Learning.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 30 April 2010 pada jam
pelajaran keempat dan kelima yaitu pukul 09.00-10.10 WIB. Pada pertemuan I
materi yang diajarkan adalah cuaca. Siklus I dilaksanakan 2x35 menit dalam dua
kali pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model Quantum
Learning. Media penunjang yang digunakan pembelajaran ini adalah
menggunakan mind mapping (peta pikiran) cuaca. Pembelajaran dilaksanakan
dengan menerapkan model Quantum Learning dengan konsep TANDUR, yang
meliputi: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.
Kegiatan diawali dengan berdo’a bersama-sama kemudian presensi siswa. Setelah
itu guru memeriksa kesiapan siswa belajar kemudian mengkondisikan siswa
sebaik mungkin sebelum masuk ke materi. Sesuai dengan konsep T
(Tumbuhkan) pada Quantum Learning untuk apersepsi, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran, kemudian guru melakukan tanya jawab kepada siswa
tentang cuaca hari ini. Guru bertanya “Bagaimana keadaan cuaca hari ini”, “Siapa
yang pernah melihat prakiraan cuaca di TV?”. Kegiatan dilanjutkan dengan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mengidentifikasi kondisi cuaca. Supaya
lebih bersemangat guru memberi motivasi kepada siswa dan mengajak siswa
bernyanyi “Bunyi Hujan”.
Langkah selanjutnya A (Alami) yaitu siswa ditunjukkan mind mapping
(peta pikiran) konsep cuaca. Disini siswa diberi peta konsep cuaca agar bisa
mendeskripsikan pengertian cuaca. Kemudian N (Namai) saat minat belajar siswa
memuncak, siswa dan guru bertanya jawab macam-macam kondisi cuaca dan
mengamati simbol–simbol prakiraan cuaca. Konsep Quantum Learning yang
selanjutnya yaitu D (Demonstrasikan), pada tahap ini beberapa siswa
demonstrasi di depan kelas menjelaskan simbol-simbol prakiraan cuaca.
Selanjutnya U (Ulangi), yaitu guru melakukan evaluasi yang dilakukan dengan
jalan meminta setiap siswa menggambar simbol-simbol prakiraan cuaca. Dan
yang terakhir perlu R (Rayakan), yaitu memberikan reward atau pujian terhadap
l siswa yang paling aktif dan yang mendapat nilai bagus. Setelah itu sebagai
penutupan di pertemuan pertama guru menarik kesimpulan dari pembelajaran,
memberikan evaluasi dan nasihat-nasihat kepada siswa sebagai refleksi.
Pembelajaran dibubarkan dengan menyanyikan lagu “sayonara” bersama-sama.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Mei 2010 pada jam
pelajaran ketiga dan keempat yaitu pada pukul 08.10-08.45 dan 09.00-09.35 WIB.
Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah awan dan peristiwa terjadinya
hujan. Siklus II dilaksanakan 2x35 menit dalam dua kali pertemuan. Pembelajaran
dilaksanakan dengan menerapkan model Quantum Learning. Media penunjang
yang digunakan pembelajaran ini adalah menggunakan gambar awan dan alat-alat
percobaan proses terjadinya hujan. Pembelajaran dilaksanakan dengan
menerapkan model Quantum Learning dengan konsep TANDUR, yang meliputi:
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Kegiatan
diawali dengan berdo’a bersama-sama kemudian presensi siswa. Setelah itu guru
memeriksa kesiapan siswa belajar kemudian mengkondisikan siswa sebaik
mungkin sebelum masuk ke materi. Sesuai dengan konsep T (Tumbuhkan) pada
Quantum Learning untuk apersepsi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
kemudian guru melakukan tanya jawab tentang materi yang lalu. Guru bertanya
tentang “Apakah yang dimaksud Cuaca? kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu identifikasi awan dan proses terjadinya hujan. Guru memberi
motivasi menyanyikan lagu “Bunyi Hujan” supaya perhatian siswa menjadi lebih
fokus dalam pembelajaran. Langkah selanjutnya A (Alami) yaitu siswa
memperhatikan gambar yang ditampilkan guru. Kemudian siswa dan guru
bertanya jawab mengenai macam – macam awan dikaitkan dengan dunia nyata.
Kemudian N (Namai) saat minat belajar siswa memuncak siswa menyebutkan
dan mendeskripsikan macam – macam awan. Konsep Quantum Learning yang
selanjutnya yaitu D (Demonstrasikan), pada tahap ini siswa di bagi menjadi
beberapa kelompok. Siswa melakukan percobaan mengamati proses terbentuknya
hujan. Guru membimbing siswa melakukan percobaan. Selanjutnya U (Ulangi),
yaitu guru melakukan evaluasi yang dilakukan dengan jalan memanggil setiap
li siswa maju kemudian meminta siswa menjelaskan proses terjadinya hujan. Selain
itu guru juga menyanyikan lagu “Terjadinya Hujan”. Dan yang terakhir perlu R
(Rayakan), yaitu memberikan reward atau pujian terhadap siswa yang paling
aktif dan yang mendapat nilai bagus. Setelah itu sebagai penutupan di pertemuan
pertama guru menarik kesimpulan dari pembelajaran, memberikan evaluasi dan
nasihat-nasihat kepada siswa sebagai refleksi. Pembelajaran dibubarkan dengan
menyanyikan lagu “sayonara” bersama-sama.
c. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran IPA dengan menggunakan
Quantum Learning. Pertemuan pertama berlangsung pada hari Jumat , 30 April
2010 pukul 09.00-10.10 WIB. Pertemuan kedua, pada hari Sabtu, 01 Mei 2010
pukul 08.10-08.45 dan 09.00-09.35. Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas
dalam melaksanakan observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Alat yang digunakan adalah lembar observasi,angket
dan kamera.
Pada pertemuan pertama, suasana kelas belum tertib karena ada beberapa
siswa yang masih di luar kelas meskipun jam istirahat sudah selesai. Guru
meminta siswa tersebut segera masuk kelas. Pada saat guru menerangkan, ada
siswa malah asyik berbicara sendiri. Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi
gaduh. Pada saat guru meminta beberapa siswa menjelaskan simbol kondisi cuaca
di depan, siswa masih cenderung malu hanya beberapa siswa yang berani maju
dan ada beberapa yang ditunjuk guru untuk maju. Kemudian pada saat siswa
ditugaskan menggambar simbol kondisi cuaca ada beberapa siswa yang sibuk
sendiri berjalan kesana kemari melihat pekerjaan temannya. Pada akhir kegiatan,
siswa mengerjakan tes dalam waktu 10 menit. Sebelum menutup pelajaran, guru
meminta siswa mengisi angket pada pertemuan I.
Pada pertemuan kedua ini, suasana kelas belum tertib karena ada
beberapa siswa yang masih gaduh sendiri meskipun jam pelajaran sudah mulai..
Saat guru memulai pelajaran dengan melakukan tanya jawab tentang
pembelajaran yang telah lalu, beberapa siswa tunjuk jari menjawab pertanyaan
dari guru. Hal ini membuktikan bahwa siswa masih ingat dengan pembelajaran
lii sebelumnya. Pada saat percobaan mengamati proses terjadinya hujan berlangsung,
terlihat aktivitas siswa, pembagian tugas oleh ketua kelompok mulai terlihat, ada
siswa yang melakukan percobaan, siswa yang mengamati percobaan dan ada
siswa yang menulis hasilnya. Walaupun masih ada pula beberapa anggota yang
sibuk sendiri. Kemudian, saat guru meminta beberapa kelompok menyampaikan
hasil diskusinya di depan, beberapa kelompok sudah mulai bersemangat maju
menyampaikan hasil percobaan. Sedangkan kelompok yang lain lebih
memperhatikan, walaupun masih ada beberapa siswa yang masih bingung dengan
apa yang disampaikan sehingga guru meminta siswa yang lain memperhatikan.
Pada akhir kegiatan, siswa mengerjakan tes dalam waktu 10 menit. Sebelum
menutup pelajaran, guru meminta siswa mengisi angket pada pertemuan II.
Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai tingkat keaktivan
belajar siswa dengan menggunakan Quantum Learning. Observasi ini dilakukan
oleh guru kelas dalam rangka mengamati aktivitas belajar siswa pada proses
belajar mengajar. Hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5. Nilai Aktivitas Belajar IPA Pada Siklus I
No Res
Nilai Observasi Nilai Angket Rata-rata Pertemuan
I Pertemuan
II Rata-rata
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata
1 54 62 58 63 61 62 60 2 65 77 71 76 82 79 75 3 71 83 77 63 83 73 75 4 67 79 73 64 74 69 71 5 67 77 72 75 81 78 75 6 63 69 66 65 71 68 67 7 50 64 57 68 74 71 64 8 73 77 75 79 75 77 76 9 62 74 68 78 78 78 73 10 71 81 76 79 77 78 77 11 76 84 80 83 85 84 82 12 73 83 78 80 80 80 79 13 65 75 70 76 72 74 72 14 60 64 62 66 74 70 66 15 67 79 73 82 84 83 78 16 77 71 74 79 85 82 78
liii
17 79 73 76 75 81 78 77 18 76 80 78 80 80 80 79 19 79 81 80 82 86 84 82 20 75 79 77 77 81 79 78 21 61 65 63 68 74 71 67 22 74 76 75 78 76 77 76 23 71 79 75 79 83 81 78 24 68 70 69 72 74 73 71 25 68 72 70 66 70 68 69 26 60 62 61 60 66 63 62 27 74 76 75 72 78 75 75 28 78 80 79 82 84 83 81 29 74 78 76 70 78 74 75 30 75 73 74 81 83 82 78 31 80 82 81 78 80 79 80 32 61 67 64 71 73 72 68 33 53 61 57 59 61 63 60 34 73 79 76 74 78 76 76 35 66 68 67 75 83 79 73 36 58 60 59 60 62 61 60
Keterangan:
Skor 44-52 = sangat kurang
Skor 53-61 = kurang
Skor 62-70 = sedang
Skor 71-79 = baik
Skor 80-88 = sangat baik
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dibuat tabel distribusi frekuensi aktivitas
belajar IPA sebagai berikut :
liv Tabel 6. Tabel Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar IPA Pada Siklus I
No Interval
Nilai Frekuensi
(Fi)
Nilai Tengah
(Xi) Fi.Xi
Prosentase (%) Keterangan
1 44-52 0 48 0 0 Sangat Kurang 2 53-61 3 57 171 8.33 Kurang 3 62-70 7 66 462 19.45 Sedang 4 71-79 22 75 1650 61.11 Baik 5 80-88 4 84 336 11.11 Sangat Baik Jumlah 36 2619 100
Nilai Rata-rata = 2619 : 36 = 73,14 Ketuntasan Klasikal = 26 : 36 x 100% = 72,22%
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa aktivitas
belajar siswa meningkat dari kondisi awal yaitu meningkat dari 41,67% menjadi
72,22% atau meningkat 30,55%. Dari data dapat diketahui bahwa sebanyak 4
siswa (11,11%) termasuk siswa yang aktivitas belajarnya sangat baik, 22 siswa
(61,11%) termasuk siswa yang aktivitas belajarnya baik, 7 siswa (19,45%)
termasuk siswa yang aktivitas belajarnya sedang, 3 siswa (8,33%) termasuk siswa
yang aktivitas belajarnya kurang, dan sebanyak 0 siswa (0%) termasuk siswa yang
sangat kurang aktivitas belajarnya. Nilai rata- rata yang diperoleh adalah 73,14
dan ketuntasan aktivitas belajar klasikal mencapai 72,22%.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi aktivitas belajar di atas dapat
disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut :
lv
Grafik 2. Grafik Aktivitas Belajar IPA Pada Siklus I
Peningkatan aktivitas belajar siswa juga diikuti oleh peningkatan hasil
belajar siswa. Hampir semua siswa telah memperoleh nilai yang baik yaitu di atas
standar Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu > 63.
d. Tahap Refleksi
Data hasil observasi yang diperoleh dari kolaborasi dengan guru kelas,
peneliti memperoleh temuan bahwa aktivitas belajar yang masih jarang dilakukan
oleh sebagian besar siswa adalah 1) Siswa belum terlihat adanya keberanian
bertanya tentang materi yang sedang diajarkan, 2) Siswa belum berani dalam
menjawab pertanyaan dari guru terutama pertanyaan yang dilontarkan secara
spontan dan secara lisan, 3) Siswa kurang memanfaatkan waktu diskusi
sebagamana mestinya, sehingga ketika diskusi, suasana kelas kurang hidup, 4)
Siswa masih belum berani melaporkan hasil diskusi atau hasil observasi di depan
kelas, siswa hanya berani jika ditunjuk oleh guru, 5) siswa belum dapat
menanggapi pernyataan dari guru/ teman, 6) masih ada beberapa siswa yang
belum menunjukkan keberanian dalam bertanya. Berdasarkan data tersebut,
peneliti bekerjasama dengan guru kelas membahas solusi dari permasalahan
lvi tersebut yakni 1) guru akan memberikan pernyataan yang kurang sesuai dari
materi supaya siswa terangsang untuk menanggapi dan membenarkan pernyataan
dari guru tersebut, 2) siswa diperbolehkan mengajak teman untuk melaporkan
hasil diskusi/ pengamatan supaya lebih berani, dan 3) guru akan memberikan
pertanyaan yang dijawab oleh siswa dengan ditunjuk secara acak, 4) guru akan
menggunakan media yang dapat menarik siswa untuk berani maju ke depan
memperagakannya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian dalam siklus I perlu
dilanjutkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berkaitan dengan hal
tersebut maka peneliti mengadakan tindakan untuk siklus berikutnya.
3. Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama
satu minggu yaitu pada tanggal 14 Mei 2010 dan 15 Mei 2010, yang diikuti oleh
siswa kelas III sebanyak 36 siswa. Dalam penelitian ini peneliti berperan langsung
sebagai guru yang melaksanakan pembelajaran IPA dengan menerapkan Quantum
Learning dan dibantu oleh seorang observer yaitu guru kelas III yang bernama
Bapak Joko Purnawan, S.Pd. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam
siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui bahwa
ada peningkatan aktivitas belajar siswa kelas III tetapi belum maksimal. Hal
tersebut ditunjukkan dengan masih ada 10 siswa yang belum tuntas dalam
pembelajaran IPA. Dengan berpedoman pada analisis dan hasil refleksi pada
siklus I maka tahap perencanaan pada siklus II ini meliputi:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2. Mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung
3. Mempersiapkan LKS, dan evaluasi pembelajaran
4. Mempersiapkan lembar observasi dan angket aktivitas belajar siswa.
lvii b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dan
pertemuan kedua selama 2 x 35 menit. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai
praktikan, sedangkan guru kelas bertindak sebagai observer. Dalam pembelajaran
guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Quantum Learning.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2010 pada jam
pelajaran keempat dan kelima yaitu pukul 09.00-10.10 WIB. Pada pertemuan ini
materi yang diajarkan adalah cuaca dan proses terjadinya hujan. Siklus I
dilaksanakan 2x35 menit dalam dua kali pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan
dengan menerapkan model Quantum Learning. Media penunjang yang digunakan
pembelajaran ini adalah menggunakan LCD Proyektor dan Laptop. Pembelajaran
dilaksanakan dengan menerapkan model Quantum Learning dengan konsep
TANDUR, yang meliputi: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi
dan Rayakan. Kegiatan diawali dengan berdo’a bersama-sama kemudian presensi
siswa. Setelah itu guru memeriksa kesiapan siswa belajar kemudian
mengkondisikan siswa sebaik mungkin sebelum masuk ke materi. Sesuai dengan
konsep T (Tumbuhkan) pada Quantum Learning untuk apersepsi, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru melakukan tanya jawab
kepada siswa tentang cuaca hari ini. Guru bertanya “Bagaimana keadaan cuaca
hari ini”, “Siapa yang pernah melihat prakiraan cuaca di TV?”. Kegiatan
dilanjutkan dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu
mengidentifikasi kondisi cuaca. Supaya lebih bersemangat guru memberi motivasi
kepada siswa dan mengajak siswa bernyanyi “Bunyi Hujan”.
Langkah selanjutnya A (Alami) yaitu siswa ditunjukkan slide konsep
cuaca. Kemudian siswa mendeskripsikan pengertian cuaca. Kemudian N (Namai)
saat minat belajar siswa memuncak, guru melakukan tanya jawab tentang macam-
macam kondisi cuaca. Kondisi cuaca ada 5 yaitu cuaca cerah, cuaca berawan,
cuaca panas, cuaca dingin, cuaca hujan. Kemudian siswa memperhatikan video
yang ditampilkan guru. Siswa mengamati video proses terjadinya hujan Konsep
Quantum Learning yang selanjutnya yaitu D (Demonstrasikan), pada tahap ini
lviii beberapa siswa demonstrasi di depan kelas menceritakan proses terjadinya hujan.
Selanjutnya U (Ulangi), yaitu guru melakukan evaluasi yang dilakukan dengan
jalan meminta semua siswa menyanyikan laguu “Terjadinya Hujan” yang
merupakan ringkasan dari proses terjadinya hujan. Dan yang terakhir perlu R
(Rayakan), yaitu memberikan reward atau pujian terhadap siswa yang paling
aktif dan yang mendapat nilai bagus. Setelah itu sebagai penutupan di pertemuan
pertama guru menarik kesimpulan dari pembelajaran, memberikan evaluasi dan
nasihat-nasihat kepada siswa sebagai refleksi. Pembelajaran dibubarkan dengan
menyanyikan lagu “sayonara” bersama-sama.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Mei 2010 pada jam
pelajaran ketiga dan keempat yaitu pada pukul 08.10-08.45 dan 09.00-09.35 WIB.
Pada pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan melanjutkan materi
yang telah lalu, yaitu awan dan simbol cuaca .Siklus II dilaksanakan 2x35 menit
dalam dua kali pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model
Quantum Learning. Media penunjang yang digunakan pembelajaran ini adalah
menggunakan LCD Proyektor dan Laptop. Pembelajaran dilaksanakan dengan
menerapkan model Quantum Learning dengan konsep TANDUR, yang meliputi:
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Kegiatan
diawali dengan berdo’a bersama-sama kemudian presensi siswa. Setelah itu guru
memeriksa kesiapan siswa belajar kemudian mengkondisikan siswa sebaik
mungkin sebelum masuk ke materi. Sesuai dengan konsep T (Tumbuhkan) pada
Quantum Learning untuk apersepsi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
kemudian guru melakukan tanya jawab tentang materi yang lalu. Guru bertanya
tentang “Apakah yang dimaksud Cuaca? kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu identifikasi awan dan proses terjadinya hujan. Guru memberi
motivasi menyanyikan lagu “Bunyi Hujan” supaya perhatian siswa menjadi lebih
fokus dalam pembelajaran.
Langkah selanjutnya A (Alami) yaitu siswa memperhatikan slide yang
ditampilkan guru. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai macam – macam
awan. Kemudian N (Namai) saat minat belajar siswa memuncak siswa
lix menyebutkan dan mendeskripsikan macam – macam awan. Konsep Quantum
Learning yang selanjutnya yaitu D (Demonstrasikan), pada tahap ini guru
menampilkan gambar simbol-simbol prakiraan cuaca di depan kelas. Siswa
diminta menjelaskan gambar simbol cuaca di depan kelas. Selanjutnya U
(Ulangi), yaitu siswa di bagi menjadi beberapa kelompok. Siswa diskusi
menggambar simbol cuaca hari ini. Dalam kegiatan ini, siswa dituntut
aktivitasnya dan kerjasama antar anggota. Dan yang terakhir perlu R (Rayakan),
yaitu memberikan reward atau pujian terhadap siswa yang paling aktif dan yang
mendapat nilai bagus. Setelah itu sebagai penutupan di pertemuan pertama guru
menarik kesimpulan dari pembelajaran, memberikan evaluasi dan nasihat-nasihat
kepada siswa sebagai refleksi. Pembelajaran dibubarkan dengan menyanyikan
lagu “sayonara” bersama-sama.
c. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran IPA dengan menggunakan
Quantum Learning. Pertemuan pertama berlangsung pada hari Jumat, 14 Mei
2010 pukul 09.00-10.10 WIB. Pertemuan kedua, pada hari Sabtu, 15 Mei 2010
pukul 08.10-08.45 dan 09.00-09.35. Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas
dalam melaksanakan observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Alat yang digunakan adalah lembar observasi, angket
dan kamera.
Pada pertemuan pertama, siswa sudah menempatkan diri di tempat duduk
masing-masing. Guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Saat
guru membuka pelajaran dengan menampilkan slide yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari, siswa menjadi tertarik dan memperhatikan slide. Pada saat
kegiatan tanya jawab dengan guru tentang materi yang lalu, siswa sudah mulai
berebut menjawab. Hal ini menunjukkan siswa masih ingat materi yang lalu. Pada
waktu guru menampilkan video proses terjadinya hujan, siswa memperhatikan
dan mengamati video dengan seksama. Kemudian guru meminta siswa untuk
menceritakan proses terjadinya hujan, siswa tanpa disuruh sudah berani maju di
depan kelas menceritakan proses terjadinya hujan. Hal ini menyebabkan suasana
kelas menjadi lebih kondusif dari sebelumnya.
lx
Pada pertemuan kedua ini, suasana kelas sudah tertib. Kemudian saat
guru memulai pelajaran dengan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran
yang telah lalu, terlihat lebih banyak siswa berebut tunjuk jari menjawab
pertanyaan dari guru. Hal ini membuktikan bahwa siswa selalu mengingat
pembelajaran sebelumnya. Pada saat diskusi berlangsung, aktivitas siswa
meningkat dari sebelumnya, pembagian tugas oleh ketua kelompok jelas, ada
siswa yang melakukan pengamatan di luar kelas, siswa yang melakukan
percobaan dan ada siswa yang menulis hasilnya. Guru meminta beberapa
kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan, semua kelompok
bersemangat maju menyampaikan hasil diskusinya. Pada saat penyampaian hasil
percobaan kelompok yang lain lebih memperhatikan.
Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai aktivitas belajar
siswa dengan menggunakan Quantum Learning. Observasi ini dilakukan oleh
guru kelas dalam rangka mengamati aktivitas belajar siswa pada proses belajar
mengajar. Hasil aktivitas belajar siswa pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 7. Nilai Aktivitas Belajar IPA Pada Siklus II
No Res
Nilai Observasi Nilai Angket Rata-rata Pertemuan
I Pertemuan
II Rata-rata
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata
1 68 72 70 68 72 70 70 2 80 84 82 78 86 82 82 3 80 84 82 82 78 80 81 4 78 80 79 82 84 83 81 5 78 80 79 81 81 81 80 6 73 79 76 79 73 76 76 7 76 80 78 80 80 80 79 8 83 85 84 83 85 84 84 9 81 77 79 80 78 79 79 10 78 80 79 80 82 81 80 11 86 84 85 88 82 85 85 12 78 88 83 82 80 81 82 13 76 80 78 83 85 84 81 14 67 69 68 70 74 72 70 15 77 81 79 82 84 83 81
lxi
16 79 81 80 83 85 84 82 17 81 83 82 79 81 80 81 18 78 80 79 81 85 83 81 19 86 88 87 82 88 85 86 20 77 79 78 81 79 80 79 21 67 69 68 70 74 72 70 22 79 83 81 82 84 83 82 23 84 86 85 82 80 81 83 24 79 77 78 81 79 80 79 25 78 80 79 82 84 83 81 26 70 78 74 72 72 72 73 27 78 80 79 80 86 83 81 28 84 86 85 82 88 85 85 29 82 78 80 80 84 82 81 30 75 79 77 78 84 81 79 31 80 82 81 84 86 85 83 32 77 81 79 81 85 83 81 33 66 70 68 71 73 72 70 34 77 79 78 84 88 86 82 35 77 79 78 83 85 84 81 36 68 70 69 70 72 71 70
Keterangan:
Skor 44-52 = sangat kurang
Skor 53-61 = kurang
Skor 62-70 = sedang
Skor 71-79 = baik
Skor 80-88 = sangat baik
Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat tabel distribusi frekuensi skor
aktivitas belajar siswa sebagai berikut :
lxii Tabel 8. Tabel Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar IPA Pada Siklus II
No Interval Nilai
Frekuensi (Fi)
Nilai Tengah
(Xi) Fi.Xi Prosentase Keterangan
1 44-52 0 48 0 0 Sangat Kurang 2 53-61 0 57 0 0 Kurang 3 62-70 5 66 330 13.89 Sedang 4 71-79 7 75 525 19.44 Baik 5 80-88 24 84 2016 66.67 Sangat Baik Jumlah 36 2871 100
Nilai Rata-rata = 2871 : 36 = 79,47 Ketuntasan Klasikal = 31 : 36 x 100% = 86,11%
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa aktivitas
belajar siswa meningkat dari siklus I yaitu meningkat dari 72,22% menjadi
86,11% atau meningkat 13,89%. Dari data dapat diketahui bahwa sebanyak 24
siswa (66,67%) termasuk siswa yang aktivitas belajarnya sangat baik, 7 siswa
(19,45%) termasuk siswa yang aktivitas belajarnya baik, 5 siswa (13,89%)
termasuk siswa yang aktivitas belajarnya sedang, 0 siswa (0%) termasuk siswa
yang aktivitas belajarnya kurang dan sangat kurang. Nilai rata- rata yang
diperoleh adalah 79,47 dan ketuntasan aktivitas belajar klasikal mencapai 86,11%.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat disajikan dalam bentuk
grafik 3 sebagai berikut :
lxiii
Grafik 3. Grafik Aktivitas Belajar IPA Pada Siklus II
Peningkatan aktivitas belajar siswa juga diikuti oleh peningkatan hasil
belajar siswa. Hampir semua siswa telah memperoleh nilai yang baik yaitu di atas
standar Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu > 63.
d. Tahap Refleksi
Hasil analisis data dan diskusi antara peneliti dan guru kelas terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Quantum Learning pada siklus
II, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan, dimana aktivitas
guru dalam melaksanakan pembelajaran pada materi cuaca dan awan dengan
menggunakan Quantum Learning semakin dapat mengaktivkan siswa. Aktivitas
pembelajaran siswa juga meningkat, mereka lebih berani bertanya dan menjawab
pertanyaan guru, tanpa ditunjuk oleh guru, bahkan para siswa juga lebih berani
untuk berbicara dan beraktivitas di depan kelas. Dengan aktivitas belajar siswa
yang semakin meningkat maka proses kegiatan belajar mengajar pun lebih
menyenangkan.
Dari analisis hasil observasi pada siklus II diketahui didapat bahwa tingkat
keaktivan siswa mencapai indikator ketercapaian yaitu 80%. Dengan kata lain,
semua aspek aktivitas belajar siswa telah meningkat seperti yang diharapkan.
Demikian juga dengan hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan. Atas
lxiv dasar ketentuan tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada data observasi dan
angket maka pembelajaran yang menggunakan Quantum Learning yang
dilaksanakan pada siklus II dikatakan berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan
pada siklus berikutnya.
B. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis berdasarkan hasil temuan yang
dikaji sesuai dengn rumusan masalah yang selanjutnya dikaitkan dengan teori
yang ada. Proses analisis data ditujukan untuk menemukan suatu hasil atau hal apa
saja yang terjadi di lokasi penelitian, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan
dari penelitian tersebut yang pada akhirnya peneliti dapat mengambil pelajaran
dan memberikan masukan kepada pihak yang terkait di dalamnya.
1. Kondisi Awal
Dari hasil pengamatan aktivitas belajar siswa kelas III SDN Sondakan
No.11 sebelum dilakukan tindakan yang telah diolah menjadi tabel distributif
frekuensi dan grafik nilai dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa masih
sangat kurang yaitu mencapai 41,67%. Dari data dapat dilihat bahwa sebanyak 15
siswa (41,67%) termasuk siswa yang aktivitas belajarnya baik, 3 siswa (8,33%)
termasuk siswa yang aktivitas belajarnya sedang, 9 siswa (25%) termasuk siswa
yang aktivitas belajarnya kurang, dan sebanyak 9 siswa (25%) termasuk siswa
yang sangat kurang aktivitas belajarnya.
Dengan demikian siswa yang dikatakan aktivitas belajarnya baik hanya
berjumlah 15 siswa atau 41,67%, sedangkan siswa yang aktivitas belajarnya
sangat kurang ada 21 siswa atau 58,33%. Bertolak dari hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa kelas III SDN Sondakan No.11 masih
tergolong kurang dengan perolehan rata-rata kelas 61,42 dan prosentase
ketuntasan kelas yang hanya mencapai 41,67% dari jumlah keseluruhan siswa.
2. Siklus I
Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa aktivitas
belajar siswa meningkat dari kondisi awal yaitu meningkat dari 41,67% menjadi
lxv 72,22% atau meningkat 30,55%. Dari data dapat diketahui bahwa sebanyak 4
siswa (11,11%) termasuk siswa yang aktivitas belajarnya sangat baik, 22 siswa
(61,11%) termasuk siswa yang aktivitas belajarnya baik, 7 siswa (19,45%)
termasuk siswa yang aktivitas belajarnya sedang, 3 siswa (8,33%) termasuk siswa
yang aktivitas belajarnya kurang, dan sebanyak 0 siswa (0%) termasuk siswa yang
sangat kurang aktivitas belajarnya. Nilai rata- rata yang diperoleh adalah 73,14
dan ketuntasan aktivitas belajar klasikal mencapai 72,22%.
Dengan demikian dikatakan siswa yang aktivitas belajarnya masih kurang
ada 10 siswa atau 27,78%. Rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I ini adalah
72,75. Bertolak dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
siswa kelas III SDN Sondakan No.11 tergolong baik dan mengalami peningkatan
menjadi 72,22% dari jumlah keseluruhan siswa atau meningkat 30,55% dari
kondisi awal dan telah mencapai indikator ketercapaian yaitu 70%.
3. Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan, modifikasi pembelajaran dengan
pendekatan Quantuml Learning khususnya pada siswa yang kurang aktif pada
siklus I untuk membangkitkan peran aktif siswa ternyata dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Dari tabel distribusi frekuensi di
atas dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus I yaitu
meningkat dari 72,22% menjadi 86,11% atau meningkat 13,89%. Dari data dapat
diketahui bahwa sebanyak 24 siswa (66,67%) termasuk siswa yang aktivitas
belajarnya sangat baik, 7 siswa (19,45%) termasuk siswa yang aktivitas belajarnya
baik, 5 siswa (13,89%) termasuk siswa yang aktivitas belajarnya sedang, 0 siswa
(0%) termasuk siswa yang aktivitas belajarnya kurang dan sangat kurang. Nilai
rata- rata yang diperoleh adalah 79,75 dan ketuntasan aktivitas belajar klasikal
mencapai 86,11%.
Dengan demikian dikatakan siswa yang aktivitas belajarnya kurang ada 5
siswa atau 13,89%. Rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus II ini adalah 79,47.
Bertolak dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa
kelas III SDN Sondakan No.11 tergolong baik dan mengalami peningkatan
menjadi 86,11% dari jumlah keseluruhan siswa atau meningkat 13,89% dari siklus
lxvi I dan telah mencapai indikator ketercapaian yaitu 80% meskipun masih ada
beberapa siswa yang masih kurang aktivitas belajarnya. Hal ini berarti modifikasi
pembelajaran dengan pendekatan Quantum Learning merupakan salah satu
alternatif pemecahan pembelajaran yang inovatif, yang secara langsung menjadi
sarana peningkatan aktivitas belajar pada diri siswa.
4. Hubungan Antar Siklus
Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan sebelum
tindakan atau kondisi awal sampai setelah tindakan yang meliputi siklus I dan II.
Dari hasil yang disajikan dalam bentuk tabel daftar perbandingan nilai dari
sebelum tindakan hingga sesudah tindakan yang meliputi siklus I dan II akan
diketahui hubungan peningkatan aktivitas belajar siswa. Adapun hasil rekapitulasi
aktivitas belajar siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II adalah sebagai
berikut:
Tabel 9. Daftar Perbandingan Aktivitas Belajar IPA Dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No Res Nilai
Kondisi Awal Siklus I Siklus II 1 44 60 70 2 71 75 82 3 59 75 81 4 71 71 81 5 54 75 80 6 55 67 76 7 46 64 79 8 71 76 84 9 54 73 79 10 56 77 80 11 73 82 85 12 69 79 82 13 72 72 81 14 46 66 70 15 58 78 81 16 71 78 82 17 72 77 81 18 71 79 81 19 72 82 86 20 60 78 79 21 48 67 70 22 71 76 82
lxvii
23 71 78 83 24 52 71 79 25 54 69 81 26 51 62 73 27 75 75 81 28 73 81 85 29 71 75 81 30 62 78 79 31 75 80 83 32 48 68 81 33 48 60 70 34 58 76 82 35 55 73 81 36 54 60 70
Rata-rata 61.42 73.14 79.47
Dari daftar perbandingan nilai aktivitas belajar siswa di atas dapat
disajikan dalam bentuk tabel distributif frekuensi dan grafik seperti berikut ini:
Tabel 10. Perbandingan Perolehan Aktivitas Belajar IPA Dari Kondisi Awal
Sampai Siklus II
No Interval Nilai Frekuensi
Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
1 44-52 9 0 0 2 53-61 9 3 0 3 62-70 3 7 5 4 71-79 15 22 7 5 80-88 0 4 24
Dari daftar perbandingan perolehan aktivitas belajar siswa di atas dapat
disajikan dalam bentuk grafik seperti berikut ini:
lxviii
Grafik 4. Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Siswa pada Kondisi Awal,
Siklus I dan Sikus II.
Berdasarkan tabel dan grafik perbandingan perolehan aktivitas belajar IPA
di atas dapat dilihat adanya hubungan antar siklus yaitu mengenai aktivitas belajar
IPA yang semakin meningkat dari sebelum tindakan hingga sesudah tindakan.
Peningkatan aktivitas belajar IPA tersebut dapat terjadi karena dilaksanakan
pembelajaran IPA melalui model Quantum Learning yang semakin baik dari siklus
ke siklus.
Hubungan peningkatan aktivitas belajar IPA antar siklus dapat dibuktikan
melalui hasil yang dijabarkan berikut ini: siswa yang memperoleh nilai pada
interval 44-52 mengalami penyusutan, yaitu kondisi awal 9 siswa, siklus I
berkurang dan di siklus II tidak ada yang mendapat nilai pada interval tersebut.
Siswa yang memperoleh nilai pada kelas interval 53-61 yaitu kondisi awal ada 9
siswa, di siklus I ada 3 siswa dan di siklus II tidak ada yang mendapat nilai pada
interval tersebut. Siswa yang memperoleh nilai 62-70 pada kondisi awal ada 3
siswa, siklus I ada 7 siswa dan siklus II ada 5 siswa. Sedangkan yang memperoleh
nilai pada kelas interval 71-79 pada kondisi awal ada 15 siswa, siklus I ada 22
lxix siswa dan di siklus II menjadi 7 siswa. Yang memperoleh nilai 80-88 pada kondisi
awal ada 0 siswa, di siklus I menjadi 4 siswa, di siklus II meningkat menjadi 24
siswa.
Dari analisis data hasil observasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh
observer (guru kelas) maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa
dalam pembelajaran IPA melalui model Quantum Learning secara individual dan
kelompok, dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan aktivitas
yang sangat baik. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang ada, dapat
dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Peningkatan
aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain:
a. Siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan dari guru (visual activity)
b. Siswa lebih aktif bertanya, menjawab pertanyaan dari guru, berdiskusi, dan
melaporkan hasil diskusi/ hasil pengamatan (oral activity)
c. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru baik penjelasan mengenai materi
pelajaran maupun penjelasan tentang cara pelaksanaan suatu percobaan
(listening activity)
d. Siswa lebih aktif dalam mengerjakan tugas tertulis dari guru, aktif dalam
membuat rangkuman, dan siswa aktif menulis suatu laporan hasil diskusi/
hasil percobaan (writing activity)
e. Siswa aktif dalam membuat suatu karya, misalnya gambar. Bahkan siswa
berani menggambar di papan tulis tanpa ditunjuk oleh guru (drawing activity)
f. Siswa berperan aktif dalam melakukan suatu percobaan (motor activity)
g. Siswa lebih berani bertanya tentang materi yang belum diketahui, berani
menjawab pertanyaan dari guru (mental activity)
h. Siswa menjadi lebih senang dan tertarik dalam pembelajaran IPA serta tidak
merasa bosan mengikuti pembelajaran. (emotional activity)
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas III SD Negeri Sondakan No. 11
yaitu dengan menerapkan pembelajaran Quantum Learning. Hal ini terjadi karena
pembelajaran dengan Quantum Learning dapat membuat siswa belajar dengan
suasana menyenangkan sehingga siswa tertarik mengikuti pembelajaran dan pada
lxx akhirnya aktivitas belajar IPA terjadi dengan baik dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar IPA siswa juga menjadi lebih baik pula.
lxxi
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus tersebut , ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya.
Dengan menerapkan model Quantum Learning dapat meningkatkan aktivitas
belajar IPA pada siswa kelas III SD Negeri Sondakan No.11 Surakarta tahun
pelajaran 2009/2010. Hal ini terbukti pada siklus I aktivitas belajar IPA siswa
rata-rata kelas 73,14 dengan ketuntasan klasikal 72,22% dan siklus II aktivitas
belajar IPA siswa rata-rata kelas meningkat menjadi 79,47 dengan ketuntasan
klasikal 86,11%. Dengan demikian penerapan Quantum Learning dapat
dilaksanakan untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas III SD
Negeri Sondakan No.11 Surakarta.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diketahui bahwa penggunaan Quantum Learning efektif untuk
meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa, pada siswa kelas III Sekolah Dasar.
Dengan demikian, implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Terdapat beberapa macam alternatif metode pembelajaran dapat digunakan
untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran di SD. Aktivitas dapat dicapai
secara optimal jika pembelajaran diberikan dengan metode yang bervariasi,
penggunaan pembelajaran Quantum Learning dapat menjadi salah satu
alternatifnya.
2. Pembelajaran Quantum Learning membuat siswa merasa senang dalam
mengikuti pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan penelitian
yang akan datang, di samping itu dapat pula digunakan sebagai acuan dalam
lxxii
upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPA.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka
ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan aktivitas belajar
IPA siswa pada mata pelajaran IPA, maka dapat disampaikan saran-saran:
1. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan
pembelajaran khususnya pembelajaran IPA untuk menerapkan model
Quantum Learning sehingga pembelajaran menjadi lebih optimal dan aktivitas
belajar siswa menjadi meningkat lebih baik..
2. Bagi Guru
Guru dalam mengajar hendaknya harus melibatkan siswa secara aktif
dengan menggunakan model Quantum Learning agar siswa merasa lebih
dihargai dan diperhatikan sehingga akan meningkatkan perilaku belajar yang
baik. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya siswa dimotivasi untuk mampu
mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa
akan mampu mengkonstruksikan pengalamannya ke dalam konsep pelajaran
yang sedang dipelajarinya. Guru dalam mengajar hendaknya berperan sebagai
fasilitator dan motivator yang mampu menyediakan pengalaman belajar yang
memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam melakukan proses belajar.
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran atau
meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran, selalu mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat
memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Bagi Orang Tua
Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan
pendidikan anak, sebab bersama orang tualah anak lebih lama tinggal dari
pada di sekolah. Tanpa bantuan orang tua, apapun usaha guru tidak akan
lxxiii
berhasil secara maksimal. Oleh karena itu bimbingan orang tua di rumah,
masukan, informasi tentang kemajuan dan kekurangan anak tersebut,
sangatlah diperlukan guru guna menunjang keberhasilan pendidikan anak.
Untuk itu kerjasama dan jalinan kekeluargaan antara orang tua dan sekolah
harus selalu dibina.
lxxiv
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bronto Suseno. 2007. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Sejarah dengan Menerapkan Pendekatan Pembelajaran
Inquiry di Kelas XII Bahasa Semester I SMAN 12 Semarang. Skripsi :
UNNES
DEPDIKBUD. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar Garis – Garis Program
Pengajaran ( GBPP ). Jakarta: DIKTI
De Porter, Mark Reardon and Sarah Singer. 2005. Quantum Teaching. Bandung:
Kaifa
De Porter and Mike Hernacki. 2005. Quantum Learning. Bandung: Kaifa
De Porter. (http://www.learningforum.com) diakses tanggal 23 april 2010
De Porter. (http://www.newhorizons.org) diakses tanggal 23 april 2010
Haditono. (http://uin-suka.info/ejurnal/index.php?option=com) diakses 12 Januari
2010
Hermawan Widyastantyo. 2007. Penerapan Metode Quantum Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA (SAINS) Bagi Siswa
Kelas V SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung. Skripsi : UNNES
Herry Hernawan, dkk . 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta : Universitas Terbuka
Hidayati M dan Anwar S. 2009. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta :
Dirjendikti Depdiknas
Ian Robertson. International Education Journal Sustainable e-learning, activity
theory and professional development. RMIT University, Melbourne
Inda Putri Manroe. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya : Greisinda Press
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
. 2010. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial ( Kuantitatif dan
Kualitatif ). Jakarta : GP Press
lxxv Leo Sutrisno, Hery Kresnadi dan Kartono. 2007. Pengembangan IPA di SD.
Jakarta : Departeman Pendidikan Nasional
Martinis Yamin. 2007. Kiat membelajarkan Siswa. Jakarta : GP Press
Mlitwa. 2007. International Education Journal Technology for teaching and
learning in higher education contexts: Activity theory and actor network
theory analytical perspectives. Cape Peninsula University of Technology
(CPUT). Afrika Selatan
Moh. Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
NN. (http://www.wikimu.com). Diakses tanggal 16 oktober 2009
NN. (http://www.scribd.com/doc/17087298/Karakteristik-Pembelajaran-IPA-SD
diakses tanggal 6 Desember 2009
NN. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_Pengetahuan_Alam) diakses tanggal 16
oktober 2009
Oemar Hamalik. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Rodney W. Nichols. 2010. Journal Technology in Society: Ethical currents in a
career in science and technology “A case study” diunduh dari
http://www.sciencedirect.com diakses tanggal 14 Mei 2010
S. Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta : Bumi Aksara
Sardiman A. M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rajawali Press
Srini M Iskandar. 1996. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: C.V
Maulana
Suharsimi Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta
Sugiyanto . 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13
TIM PGSD. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Universitas Surakarta.
lxxvi W.J.S Poerwadarmita. 1991. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Yona Kristianto Mutiasmoro. 2007. Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa
Dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Pada
Pembahasan Materi Perbandingan Dan Fungsi Trigonometri Sub Pokok
Bahasan Aturan Sinus Cosinus Dan Luas Segitiga Pada Kelas X-2 Di Sma
Masehi 1 Psak Semarang. Skripsi : UNNES