91

upacara negget_NoRestriction

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: upacara negget_NoRestriction
Page 2: upacara negget_NoRestriction

Erlina Sembiring : Upacara Nengget Pada Masyarakat Suku Karo (Studi Deskriptif: Desa Saran Padang, Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten Simalungun), 2009.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 5

1.3. Lokasi Penelitian.................................................................................... 6

1.3.1. Letak Lokasi Dan Keadaan Penduduk Desa Saran Padang ........... 6

1.3.2. Latar Belakang Sosial Budaya ..................................................... 9

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .............................................................. 10

1.5. 1.4.1. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10

1..2. Manfaat Penelitian ..................................................................... 10

1.5. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 10

1.6. Metode Penelitian ................................................................................. 14

1.6.1. Tipe Penelitian ............................................................................ 14

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 15

1.6.1.1.Data Primer ............................................................................ 15

1.6.2.1.a. Observasi Atau Pengamatan .................................... 15

1.6.2.2.b. Informan ................................................................. 15

1.6.2.3.c. Wawancara ............................................................. 16

1.6.2.2.1. Wawancara Mendalam ................................ 16

1.6.2.2.2. Wawancara Bebas ....................................... 17

1.6.2.2. Data Sekunder ..................................................................... 17

1.6.3. Analisa Data ............................................................................... 17

BAB II MASYARAKAT KARO

2.1. Asal Usul Etnis dan Nama Karo ............................................................. 19

2.2. Daerah Wilayah Budaya Masyarakat Karo ............................................ 21

2.3. Sistem Sosial ......................................................................................... 22

Page 3: upacara negget_NoRestriction

Erlina Sembiring : Upacara Nengget Pada Masyarakat Suku Karo (Studi Deskriptif: Desa Saran Padang, Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten Simalungun), 2009.

2.3.1. Klen (Marga), dan Kampung Asal ............................................... 23

2.3.2. Senoiritas .................................................................................... 25

2.3.3. Asal Keturunan ............................................................................ 26

2.3.4.Masyarakat Desa dan Kepeminpinanya ......................................... 26

2.3.5. Sistem Politik ............................................................................... 27

2.4. Sistem Budaya Masyarakat Karo ............................................................ 29

2.4.1.Sistem Kekerabatan ....................................................................... 29

2.4.2.Sistem Kepercayaan ...................................................................... 35

2.4.3.Prinsip Hidup Masyarakat Karo ..................................................... 38

2.4.4.Sistem Gotong Royong .................................................................. 39

2.4.5. Perkawinan ................................................................................... 40

BAB III UPACARA NENGGET

3.1. Upacara Nengget.................................................................................... 47

3.2. Peralatan Dalam Pelaksanaan Upacara Nengget ..................................... 48

3.4. Pelaksana Upacara Nengget .................................................................. 49

3.4.1. Kalimbubu ................................................................................... 51

3.4.2. Anak Beru .................................................................................... 53

3.4.3. Sembyak/Senina ........................................................................... 56

3.5. Waktu dan Pelaksanaan Upacara Nengget .............................................. 59

3.6. Manfaat Pelaksanaan Upacara Nengget .................................................. 62

3.7. Kedudukan Upacara Nengget Di Tengah-Tengah Pengobatan Modern ... 63

BAB IV STUDI KASUS DALAM UPACARA NENGGET

4.1. Keluarga Yang Berhasil Mendapatkan Keturunan .................................. 66

4.1.1 Keluarga G. Tarigan Dengan R. br Bangun ................................... 66

4.1.2. Manfaat Yang Diperoleh Dari Upacara Nengget ........................... 68

4.2. Keluarga Yang Belum Berhasil Mendapatkan Keturunan ....................... 69

4.2.1. Keluarga M. Ginting Dengan B. br Sembiring .............................. 69

4.2.2. Manfaat Yang Diperoleh Dari Upacara Nengget ........................... 74

Page 4: upacara negget_NoRestriction

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 76

5.2. Saran ...................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 78

LAMPIRAN

Page 5: upacara negget_NoRestriction

ABSTRAK

Setiap kelompok masyarakat mempunyai berbagai jenis upacara kebudayaan dan upacara religi yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya. Proses dan pelaksanaanya juga berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali aneka jenis upacara kebudayaan yang terdapat di Indonesaia. Seperti halnya upacara nengget yang terdapat pada masyarakat Karo, upacara nengget adalah upacara yang dilakukan pada keluarga yang sudah lama menikah tetapi belum memiliki keturunan, upacara ini juga dapat dilakukan pada keluarga yang sudah memiliki keturunan akan tetapi semuanya laki-laki atau perempuan.

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan upacara nengget yang dilakukan masyarakat Karo yang hidup (tinggal) di Desa Saran Padang. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui manfaat upacara nengget dan untuk melihat sejauh mana kebertahanan upacara nengget sebagai salah satu upacara pengobatan tradisional yang berdampingan dengan pengobatan modern yang dewasa ini berkembang di desa-desa khususnya Kabupaten Karo.

Page 6: upacara negget_NoRestriction

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya,

sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat pendukungnya. Salah satu

wujud dari kebudayaan adalah adat istiadat sedangkan upacara merupakan wujud

nyata aktivitas dari adat istiadat yang berhubungan dengan segala aspek

kehidupan manusia baik itu aspek sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya.

Dalam masyarakat tradisional kegiatan mengaktifkan kebudayaan itu antara lain

diwujudkan dalam pelaksanaan beberapa upacara tradisional yang memang

menjadi sarana sosialisasi bagi kebudayaan yang telah dimantapkan lewat

pewarisan (transformasi) tradisi. Setiap tindakan manusia secara keseluruhan

disebut kebudayaan yang didalamnya terdapat unsur-unsur secara keseluruhan

bisa di dapatkan di dalam semua kebudayaan dari semua suku bangsa di Dunia.

Unsur-unsur ini di sebut dengan istilah unsur kebudayaan universal yang terdiri

dari tujuh unsur kebudayaan.Salah satu kebudayaan universal adalah sistem religi

(sistem kepercayaan) yang di dalamnya termuat sistem upacara, baik berupa

upacara tradisional maupun upacara modern merupakan suatu pranata yang di

perlukan. Masyarakat manusia sebagai usaha untuk memenuhi hasratnya untuk

melakukan komunikasi dengan kekuatan-kekuatan adi kodrati karena di dalamya

termuat simbol-simbol yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan mahluk

lain (Koentjaraningrat,1981;203-204).

Page 7: upacara negget_NoRestriction

Seperti halnya pada masyarakat Karo, terdapat berbagai bentuk upacara

yang berhubungan dengan kepercayaan religius mereka. Menurut Bangun

(1986:41) walaupun masyarakat Karo secara resmi telah dimasuki oleh ajaran

agama seperti agama Kristen Protestan, Islam, dan Katolik namun masih ditemui

pada pemeluk agama tersebut adanya keterikatan kepada kepercayaan

tradisionalnya, seperti kepercayaan pada roh-roh nenek moyang dan benda-benda

yang mereka anggap keramat.Masih banyak ditemukan perjimatan, pergi ke goa-

goa, penghormatan kepada roh-roh nenek moyang dengan berbagai jenis upacara,

adanya pengobatan-pengobatan tradisional dan lain sebagainya. Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat Karo tidak bisa meninggalkan kepercayaan

tradisionalnya, meskipun mereka telah memeluk agama yang melarang hal-hal

tersebut. Salah satu kepercayaan masyarakat Karo adalah Pemena, yang berarti :

kepercayaan suku bangsa Karo terhadap suatu benda-benda yang dianggap

mempunyai kekuatan gaib terhadap roh-roh yang berdiam disuatu temapat yang

mempunyai kekutan luar biasa.

Selain Pemena masih banyak jenis-jenis kepercayaan yang diyakini

masyarakat Karo. Mereka masih meyakininya sampai sekarang dan masih ada

sebagian yang masih dilaksanakan sampai sekarang meskipun sudah hampir

punah seiring dengan kemajuan jaman. Nengget adalah salah satu jenis upacara

yang sampai saat sekarang ini masih dilaksanakan atau masih diyakini oleh

masyarakat Karo. Nengget dilakukan dengan mengadakan kejutan terhadap

keluarga yang sudah lama berumah tangga tetapi belum memiliki keturunan.

Nengget juga bisa dilakukan terhadap keluarga yang suadah memiliki keturunan

namun semuanya perempuan supaya keluarga ini memiliki keturunan anak laki-

Page 8: upacara negget_NoRestriction

laki. Kepercayaan ini sudah ada sebelum pangaruh kebudayaan Hindu di tanah

Karo, namun sampai sekarang kepercayaan ini masih diyakini oleh beberapa

orang.

Nengget adalah salah satu jenis upacara religi yang sampai saat sekarang

ini masih dilaksanakan atau masih diyakini oleh masyarakat etnik Karo. Nengget

itu sendiri berarti mengadakan kejutan kepada keluarga yang sudah lama

menikah tetapi belum memiliki keturunan. Nengget secara harafiah berarti

membuat kejutan atau membuat orang terkejut. Dalam konteks Upacara, Nengget

erat kaitannya dengan adat istiadat Karo, dimana di dalam adat nggeluh (adat

orang hidup) Karo diatur berdasarkan merga silima ( lima marga pada

masyarakat Karo yaitu : Tarigan, Sembiring, Ginting, Karo-karo dan Perangin-

angin), rakut sitelu (tiga tingkatan silsilah dalam masyarakat Karo yaitu :

kalimbubu, anak beru dan senina), dan tutur siwaluh adalah : delapan jenis tutur

yang ada pada masyarakat Karo, diantaranya : puang kalimbubu, kalimbubu,

senina , sembuyak, senina sipemeren, senina sepengalon/sendalanen, anak beru.

Tutur adalah : tingkat hubungan persaudaraan antara satu dengan yang lainnya.

Ada tiga kelompok dalam masyarakat Karo yaitu: kalimbubu (pihak penerima

wanita), senina (saudara), dan anak beru (pihak pemberi wanita). Peranan

masing-masing yang telah diatur dan disesuaikan sedemikian rupa dan tidak

semua orang perorangan bebas berbicara dengan orang. Ada aturan-atuaran yang

telah dibuat, sebagai contoh seorang menantu laki-laki tidak bisa berbicara

langsung dengan ibu mertuanya, hal ini adalah pantang atau tabu. Ketiga

kelompok tersebut diatas memiliki peranan yang penting dalam pelaksanaan

upacara nengget. Sebelum upacara nengget dilaksanakan maka terlebih dahulu

Page 9: upacara negget_NoRestriction

ketiga kelompok harus berembuk untuk membicarakan pelaksanaan dari upacara

ini. Selain ketiga kelompok ini peranan dukun sangat diperlukan untuk

menentukan apa saja yang harus disediakan dan hari baik apa yang akan

digunakan sebagai pelaksanaan dari upacara ini.

Menurut Julianus (2006), ada berbagi jenis nengget berdasarkan fungsinya:

Nengget, yang dilakukan menurut adat Karo. Dengan melakukan kejutan bagi

keluarga yang belum memiliki keturunan dengan harapan agar keluarga ini

memperoleh keturunan (laki-laki dan perempuan). Lentarken, yaitu upacara

nengget yang dilakukan ketika ada yang meninggal dunia atau pada acara lainnya.

Pelaksanaanya dilakukan ketika sedang menari keluarga yang tidak memiliki

keturunan tiba-tiba ditangkap oleh turangkunya atau rebunya dia, kemudian diosei

(dipakaikan pakaian adat Karo secara terbalik) seperti pada acara nengget. Setelah

diosei dilakukan acara menari. Jera la mupus, yaitu upacara nengget yang

dilakukan pada acara memasuki rumah barunya, di depan pintu masuknya mereka

dihalangi rebunya (turangkunya)1

1 Hubungan yang tabu untuk berbicara secara langsung harus memakai perantara.

, sambil berkata “Majera kam la mupus ?”(

jeralah kau yang belum punya keturunan) maka yang oleh empunya rumah

menjawab “ jera !”. Hal ini dilakukan sebanyak empat kali, dan pada hitungan

yang ke-4 ini juga mempunyai makna yaitu selpat yang artinya: putus hubungan

dengan hal-hal yang tidak baik. Setelah empat kali ditanya maka mereka

diperbolehkan memasuki rumah barunya. Sengget yaitu terkejut ini mempunyai

proses yang mempunyai arti bagi masyarakat Karo. Misalnya seseorang yang

terkejut dapat menjadi sakit karena ditinggalkan oleh jiwa atau tendinya ini bisa

jadi kicat atau terjepit di sebuah batu, di sebuah tempat yang angker, dan

Page 10: upacara negget_NoRestriction

sebagainya. Untuk melepaskan tendi ini maka biasanya jug dilakukan upacara

melepas tendi ini seperti raleng tendi bisanya adalah manuk kahul (ayam

persembahan) yang dilepas. Acara ini masih dipercayai orang Karo sebagai salah

satu kegiatan upacara sekaligus sebagai sarana pengobatan bagi salah satu

keluarga yang belum memiliki keturunan, pada masa lalu bahkan sampai

sekarang. (http://www.tanahkaro.com/ simalem/ content/view/681/177/).

Pelaksana dari upacara nengget ini adalah dari keluarga pihak pemberi

dara (kalimbubu). Kalimbubu ini sendiri berarti pihak pemberi dara, dan

merupakan pihak yang harus benar-benar dihargai, dihormati dan juga dijaga

perasaannya jangan sampai dia merasa sakit hati. Suku karo meyakini apabila

kalimbubu marah karena merasa tidak dihoramati maka, hal itu akan

mengakibatkan hal-hal yang tidak di inginkan misalnya, padi tidak tumbuh, tidak

ada keturunan, anak sakit dan lain sebagainya. Kalimbubu sering juga disebut

sebagai Dibata Idah yang artinya Tuhan yang dapat dilihat. Kalimbubu

mempunyai perbedaan dari sukut/sembuyak, karena kalimbubu dibedakan secara

berjenjang mulai dari atas sampai ke bawah. Selain kalimbubu, anak beru juga

mempunyai peran yang penting dalam upacara ini, anak beru itu sendiri berati :

pihak keluarga laki-laki yang kawin atau mengambil anak perempuan suatu

keluarga, golongan anak beru yang sama dengan kalimbubu dalam hal jenjang

atau derajat berdasarkan keturunan. Oleh karena itu anak beru juga diberi nama

sesuai dengan jenjang atau tingkatannya untuk dapat membedakan satu dengan

yang lain.

Selain kalimbubu dan anak beru masih ada lagi yang lebih memiliki

paranan yang sangat penting dalam upacara ini yaitu turangku atau rebu. Yakni

Page 11: upacara negget_NoRestriction

dalam upacara ini dia sangat memiliki peranan yang sangat penting. Turangku

inilah yang nantinya akan menyiramkan air suci atau lau si malem-malem kepada

keluarga tersebut. Padahal sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari turangku ini

tidak dapat saling bertegor sapa dengan mereka (keluarga yang disengget). Hal

ini di pantangkan menurut adat karo yang disebut rebu.

1.2.Perumusan Masalah

Dalam kehidupan masyarakat Karo khususnya masyarakat Desa Saran

Padang upacara nengget adalah salah satu upacara yang berkaitan dengan

pengobatan tradisional yang sampai sekarang masih bertahan dan dipercayai oleh

masyarakat setempat, walaupun pengobatan tradisional sudah hampir punah oleh

pesatnya kemajuan jaman dan semakin berkembangnya pengobatan-pengobatan

modern. Sehubungan dengan itu yang menjadi masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan upacara nengget dilakukan

2. Apa manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan upacara ini?

3. Mengapa masyarakat karo masih mempercayai upacara nengget dan

mengapa upacara nengget masih bisa bertahan sampai sekarang,

sementara pengobatan-pengobatan modern semakin mudah di jumpai di

Kabupaten Karo bahkan di desa Saran Padang.

Page 12: upacara negget_NoRestriction

1.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Saran Padang , Kecamatan Dolok

Silau, Kabupaten Simalungun. Pertimbangan memilih lokasi penelitian ini adalah

karena penduduknya mayoritas suku bangsa Karo, dan upacara nengget masih

tetap dilaksanakan walaupun tidak terlalu sering. Selain itu, alasan penulis

memilih Desa ini sebagai lokasi penelitian karena penulis juga berdomisili di

daerah ini.

1.4.Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.4.1.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan

upacara nengget yang dilakukan masyarakat Karo yang hidup (tinggal) di Desa

Saran Padang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui manfaat upacara nengget.

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kebertahanan upacara nengget

sebagai salah satu upacara pengobatan tradisional berdampingan dengan

pengobatan modern yang dewasa ini berkembang di desa-desa Kabupaten Karo.

1.4.2.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah wacana dalam

memahami kehidupan masyarakat suku Karo terutama dalam pelaksanaan upacara

nengget dan untuk memperoleh data yang akurat terhadap suatu objek, sehingga

dapat memberi manfaat bagi masyarakat Karo khususnya yang masih meyakini

dan melaksanakan upacara nengget ini.

Page 13: upacara negget_NoRestriction

1.5.Tinjauan Pustaka

Masyarakat adalah pendukung suatu kebudayaan, baik itu masyarakat

pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Dimana dalam kenyataan hidup

bermasyarakat. Kebudayaan mempunyai arti penting dalam mempengaruhi

prilaku dan cara berpikir para anggotanya. Kebudayaan menurut Suparlan (1983)

adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang digunakan

untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapinya serta

untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Sikap pada dasarnya

berada pada diri seseorang individu, namun meskipun demikian sikap biasanya

juga dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya tersebut (Suparlan dalam

Koentjaraningrat, 1981:26).

Upacara tradisional merupakan salah satu manifestasi dari kreasi manusia

sebagai mahluk sosial, yang terlahir dalam bentuk upacara tardisional dengan

berbagai jenisnya seperti, kelahiran, kematian, dan perkawinan. Umunya

kepercayaan tradisional terdapat pada kalangan masyarakat pedesaan berkaitan

dengan peristiwa alam dan kepercayaan mereka. Upacara tradisional adalah

upacara yang diselenggarakan oleh warga masyarakat sejak dahulu kala sampai

sekarang dalam bentuk yang relatif tetapi dalam upacara tradisional merupakan

kegiatan nasional yang melibatkan para warga masyarakat, dalam usaha bersama

untuk mencapai tujuan keselamatan bersama (Koentjaraningrat, 1989:225).

Upacara tradisional banyak kita jumpai atau kita lihat dari lingkungan

masyarakat yang ada di sekitar kita. Dalam kaitannya dapat terbaca melalui

tingkah laku resmi warga masyarakat yang dilakukan dalam peristiwa-peristiwa

yang berhubungan dengan kekuatan supernatural atau gaib. Kekuatan itu dapat

Page 14: upacara negget_NoRestriction

berupa kekuatan roh-roh, mahluk-mahluk halus dan kekuatan sakti. Terutama

mengenai mengapa manusia percaya kepada sesuatu kekuatan yang lebih tinggi

dari padanya, dan mengapa manusia itu melakukan berbagai hal dan cara-cara

yang beraneka ragam untuk mencari hubungan denagan kekuatan yang

dipercayainya (Koentjaraningrat, 1981:251).

Hal itu terjadi pada masayrakat Ndembu, Upacara merupakan ikatan utama

antar orang dan antar kelompok. Menurut Victor Turner (1968:21) upacara-

upacara di masyarakat Ndembu dapat digolongkan ke dalam dua bagian,

diantaranya upacara krisis hidup dan upacara gangguan. Yang dimaksud dengan

upacara krisis hidup di sini adalah upacara-upacara yang diadakan untuk

mengiringi krisis-krisis hidup yang dialami oleh manusia karena ia beralih dari

satu tahap ke tahap berikutnya. Sedangkan upacara gangguan adalah: masyarakat

Ndembu menghubungkan nasib sial dalam kegiatan mereka sehari-hari seperti,

berburu, ketidak teraturan reproduksi pada kaum wanita dan bentuk panyakit

lainnya. Roh leluhur mengganggu mereka sehingga membawa nasib sial.

Upacara adat merupakan keperluan simbolis manusia yang mengharapkan

keselamatan. Upacara adat itu sendiri merupakan rangkaian tindakan yang ditata

oleh adat yang berlaku yang berhubungan dengan berbagai peristiwa (Subagyo,

1981:116). Sedangkan (Koentjaraningrat, 1977:241) berpendapat bahwa upacara

timbul karena adanya dorongan perasaan manusia untuk melakukan berbagai

perbuatan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib. Semua unsur

yang ada di dalamnya baik itu saat upacara, benda-benda yang digunakan, juga

orang-orang yang terlibat di dalamnya dianggap keramat.

Page 15: upacara negget_NoRestriction

Suatu upacara dapat dilihat sebagai suatu pertunjukan simbol, pertunjukan

simbol ini biasanya dilakukan melalui berbagai bentuk pertukaran yang pada

pokoknya melibatkan pihak pemberi dan pihak penerima. Namun pertukaran

bukan hanya berbentuk sifat ekonomis tetapi juga bersifat menyeluruh., yang

merangkum aspek-aspek kehidupan. Adapun aspek-aspek kehidupan tersebut

adalah : politik, religi,seni, pengetahuan, pertukaran berdasarkan pada klasifikasi

sosial dengan cara hubungan-hubungan sosial yang diperoleh baik melalui

keturunan, perkawinan, maupun transaksi-transaksi sosial lainnya. Demikian juga

melalui pertukaran mencoba mengupayakan kesehatan maupun keselamatan

secara umum yang pada prinsipnya bersumber dari pikiran-pikiran tentang adanya

hubungan sakral dari benda-benda yang dipertukarkan dengan kategori-kategori

sosial (Mauss, 1992:225).

Memahami upacara berarti juga harus mempelajari simbol-simbol yang

digunakan dalam upacara tersebut. Dalam hal ini simbol merupakan manifestasi

yang nampak dari ritus tersebut, simbol-simbol selalu digunakan dalam ritus.

Maka Victor Turner (1968) menegaskan bahwa tanpa mempelajari simbol yang

dipakai dalam suatu upacara maka kita akan merasa sulit untuk memahami

upacara tersebut dan masyarakat-masyarakatnya. Sedangkan untuk melihat

konsep tentang upacara nengget dari sudut pandang orang Karo peneliti harus

menguasai bahasa setempat. Sehubungan dengan penguasaan bahasa lokal,

Malinowski mengisyaratkan kepada para peneliti, hanya melalui kominikasi dari

warga masyarakat yang diteliti itulah seorang peneliti dapat memperoleh

pengertian yang mendalam tentang gejala-gejala sosial yang ditelitinya

(Malinowski dalam Koentjaraningrat 1987) Boas mengatakan “ jika tujuan kita

Page 16: upacara negget_NoRestriction

sungguh-sungguh untuk memahami pikiran suatu masyarakat maka seluruh

analisa pengalaman harus didasarkan pada konsep-konsep mereka, bukan konsep

kita” (Boas dalam Spradley 1997:28).

Beberapa penelitian yang pernah di lakukan berkatian dengan upacara

tradisional diantaranya adalah : upacara tolak bala yang di lakukan Elisabet

(1992). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Upacara tolak bala ini bertujuan

untuk menolak, melenyapkan atau penawar bencana yang menimpa warga

masyarakat yang bersangkutan. Diharapkan, setelah melaksanakan upacara tolak

bala akan tentram dan tenang. Selain upacara tolak bala masih ada lagi penelitian

yang berhubungan dengan pengobatan tradisioanal seperti, upacara cawir bulung

yang dilakukan Tarigan (1990). Upacara cabur bulung adalah perkawinan antara

seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Tetapi tidak sama halnya

dengan pasangan suami istri yang sah menjadi miliknya melainkan hanya sebagai

“simbol”. Tidak semua orang Karo mengalami perkawinan tersebut. Upacara

cabur bulung dilakukan karena anak yang akan di cabur bulungkan tersebut sering

sakit-sakitan, mendapat mimpi buruk, sehingga terasa menggangu hidupnya.

Menurut orang Karo, wajarlah bila upacara cabur bulung dilaksanakan agar anak

tersebut tidak sakit-sakitan lagi dan tidak lagi mendapat mimpi buruk (Tarigan

1990).

Sehubungan dengan upacara nengget ini menurut peneliti sangat menarik

untuk diteliti karena upacara nengget ini beda dari upacara-upacara lainnya yang

ada pada masyarakat suku Karo.Pada masyarakat Karo banyak sekali jenis-jenis

upacara yang dapat kita temui diantaranya: ndilo wari udan, erpangir kulau,

ngarkari, muncang, dan masih banyak lagi. Perbedaan dari upacara nengget dari

Page 17: upacara negget_NoRestriction

upacara-upacara lainnya adalah terlihat bahwa pada upacara nengget segala

sesuatu atau rencana pelaksanaanya sangat dirahasiakan dan apabila keluarga

yang akan disengget tersebut mengetahui tentang rencana pelaksanaan nengget ini

maka upacara ini dinyatakan batal. Karena jika upacara ini masih tetap

dilaksanakan juga namun keluarga tersebut sudah mengetahui rencana

pelaksanaan upacara tersebut maka upacara nengget ini dikatakan tidak berhasil

dan sia-sia.

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu memberikan

gambaran tentang upacara nengget. Yakni upacara tradisional masyarakat karo

yang berkaitan dengan pengobatan tradisional yang sampai saat ini masaih

mampu bertahan secara berdampingan dengan pengobatan modern. Menurut

Whitney (1960), penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam

masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi

tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-

pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh

dari suatu fenomena.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Ada dua macam data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu

data primer dan data sekunder.

1.6.2.1. Data Primer

Untuk mendapatkan data primer digunakan :

Page 18: upacara negget_NoRestriction

1.6.2.1.a. observasi atau pengamatan

Dalam melakukan observasi2

Informan dalam penelitian ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu: informan

pangkal, informan kunci, dan informan biasa. Informan pangkal adalah orang

yang mengetri suatu masalah, namun bukan ahlinya dan dari informan ini

biasanya kita bisa bisa mendapatkan informasi lain. Informan kunci adalah orang

yang mempunyai keahlian mengenai suatu masalah. Sedangkan informan biasa

adalah orang-orang yang mengenali suatu masalah penelitian tetapi tidak begitu

tahu akan penjelasan lebih dalam terhadap masalah yang dikaji. Spradley

atau pengamatan, peneliti perlu membuka

dan menjalin kerjasama yang baik dengan para informannya. Hal ini bertujuan

untuk menjalin kerjasama yang baik dengan para informan yang diteliti untuk

melakukan suatu perubahan yang mengarah perbaikan, sesuai dengan kehendak

dan kebutuhan. Peneliti harus terjun langsung ke lapangan tempat penelitian

sehingga data yang diharapkan dapat diperoleh secara akurat dan jelas. Dalam hal

ini peneliti sudah pernah menyaksikan secara langsung proses dan pelaksanaan

upacara nengget tersebut. Di sini peneliti dapat melihat bagaimana gambaran

tentang pelaksanaan upacara nengget tersebut . Paling jelas peneliti dapat melihat

adalah bagaimana keluarga yang belum memiliki keturunan dikejutkan dan

disiram dengan air si malem-malem.

1.6.2.1.b.Informan

2 observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Karena itu obserfasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakn pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dinbantu dengan panca indera lainnya. Seseorang yang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan panca indera mata saja tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh panca indera lainnya seperti apa yang Ia dengar, apayang Ia cicipi, apa yang Ia cium dari penciumannya dan bahkan dari apa yang Ia rasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya (Bungin, 2002:115).

Page 19: upacara negget_NoRestriction

mengidentifikasikan lima persyaratan minimal untuk memperoleh informasi yang

baik, yaitu: 1. enkulturasi penuh, maksudnya informan mengetahui budaya

mereka dengan baik tanpa harus memikirkannya. Mefeka melakukan berbagai hal

secara otomatis dari tahun ketahun. 2. keterlibatan langsung, maksudnya informan

harus terlibat dalam suasanakebudayaan mereka dan menerapkannya setiap hari.

3. suasana budaya yang tidak dikenal. 4. waktu yang cukup, maksudnya pada saat

melakukan wawancara waktu diharapkan sesuai dengan kondisi informan. 5. non

analitis, maksudnya informna yang baik memberikan penjelasan berdasarkan

konsep mereka, bukan konsep dari luar (Spradley, 1997:61-70). Dalam penelitian

ini yang menjadi informan pangkal adalah para pengetua adat atau orang-orang

yang dituakan di desa tersebut. Sedangkan untuk informan pokok adalah para

keluarga yang sudah pernah melaksanakan kegiatan upacara nengget. Sedangkan

untuk informan ke tiga adalah informan biasa yaitu warga masyarakat desa

setempat.

16.2.1.c. wawancara

Ada dua macam wawancara yang dilakuakn dalam penelitian ini yaitu :

wawancara mendalam (depth interview) dan wawancara bebas.

1.6.2.2.1. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam3

3 wawan cara mendalam secara umum adalah proses memperolej keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang akan diwawncarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawncara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian kekhasan wawancara mendalam adalah ketyerlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2002:108)

dilakukan dengan pedoman wawancara atau

interview guide yang di tujukan pada informan-informan kunci seperti tokoh adat,

kepala desa, serta anggota masyarakat di lokasi penelitian yang pernah melakukan

Page 20: upacara negget_NoRestriction

upacara nengget. Fungsi dari interview guide ini hanya sebagai panduan bagi

peneliti agar pertanyaan yang diajukan tidak lari dari pokok permasalahan.

1.6.2.2.2. Wawancara bebas

Wawancara yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang dapat

beralih dari satu pokok lain dan tidak terikat pada satu pusat pokok masalah

sehingga data yang terkumpul bersifat beraneka ragam (Suyono1985;437). Dalam

metode wawancara bebas, peneliti terlebih dahulu meneliti atau memasuki

lapangan penelitian dan melakukan pendekatan dengan masyarakat setempat

supaya mendapatkan hasil wawancara yang baik. Data yang didapat dari

wawancara dijadikan sebagai data tambahan sehingga data yang diperoleh

sebelumnya menjadi lebih lengkap dan akurat.

1.6.2.2. Data Sekunder

Data sekunder di kumpulkan melalui perpustakaan seperti, melalaui buku

(literatur), hasil-hasil penelitian, informasi dari internet dan catatan-catatan yang

ada pada lembaga terkait seperti kantor kecamatan dan kantor lurah setempat.

Data sekunder di perlukan untuk melengkapi data primer.

1.6.3 Analisa Data

Analisa data merupakan proses mengatur data, mengorganisasikannya ke

dalam suatu pola. Setelah data-data diperoleh dari lapangan akan diteliti kembali,

diedit untuk melihat kembali lengkapnya hasil wawancara dari daftar interview

guide. Setelah data dipelajari dan ditelaah, maka langkah selanjutnya adalah

diadakan reduksi data dengan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha

membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu

dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Tahap akhir dalam penelitian ini adalah

Page 21: upacara negget_NoRestriction

mengadakan keabsahan data. Pengolahan dan analisa data ini bertujuan untuk

menghasilkan data yang lebih lengkap dan akurat.

Page 22: upacara negget_NoRestriction

BAB II

JENIS-JENIS UPACARA YANG ADA PADA MASYARAKAT KARO

2.1. Letak Lokasi Dan Keadaan Penduduk Desa Saran Padang

Desa Saran Padang merupakan desa yang subur, mempunyai tanah yang

mempunyai unsur humus berwarna hitam dan juga banyak mengandung unsur

hara, luas tanah dan tata guna Desa Saran Padang sekitar 292 Ha.Desa Saran

Padang merupakan desa yang sudah maju dan desa yang mudah dijangkau dengan

prasarana transportasi darat. Pemanfaatan lahan desa Saran Padang terdiri dari:

ladang seluas kurang lebih ± 82 Ha, kebun 22 Ha, pemukiman 75 Ha, pekuburan

1 Ha, tanah kosong 102 Ha, dan sisanya pegunungan. Tanah di desa ini sebagian

bergelombang dan terjal, tanah yang datar atau areal yang lapang digunakan

sebagai tempat untuk perumahan dan juga untuk perladangan.

Desa Saran Padang terletak pada ketinggian kurang lebih ± 1.200 -1500

dpl (di atas permukaan laut), dan curah hujan rata-rata antara 2400 mm – 2600

mm, dengan hari hujan rata-rata 16 hari. Curah hujan seperti ini sanagat

mempengaruhi kualitas pertanian di desa ini. Musim kemarau hanya terjadi pada

bulan juli – agustus.Sedangkan kelembaban udara maksimum mencapai 95 % dan

minimum 85 % . hal ini pula yang menyebabkan daerah ini pada siang hari dan

malam hari terasa sangat dingin. Kelembaban udara sangat mendukung

perekonomian pada sektor pertanian. Temperatur pada siang hari berkisar antara

24 – 27 °C dan pada malam hari berkisar antara 18 - 20°C. Desa Saran Padang

mempunyai 4 dusun, masing-masing dusun I, dusun II, dusun III, dan dusun IV

yang pemukimannya menyatu. Masing-masing dusun dikepalai oleh kepala dusun,

Page 23: upacara negget_NoRestriction

yang berfungsi untuk mempercepat proses administrasi. Adapun batas-batas dari

desa Saran Padang adalah sebagai berikut:

• Utara : pegunungan Bukit Barisan

• Selatan : Desa Purba Tua

• Barat : Desa Paribuan

• Timur : Kabupaten Deli Serdang

Keadaan penduduk merupakan gambaran dari berbagai lapisan masyarakat

yang bermukim dan bertempat tinggal di suatu tempat. Penduduk desa Saran

padang terdiri dari 298 kepala keluarga (KK), dengan jumlah penduduk

keseluruhannya 1.325 jiwa, yang terdiri dari 657 jiwa laki-lakidan perempuan 668

jiwa, dan mayoritas penduduk desa ini adalah suku karo dan simalungun.

Demikan juga halnya dengan keyakinan yang dianut di Desa ini, mayoritas agama

Kristen protestan, Katolik, dan hanya sebagian kecil yang menganut agama Islam.

Jumlah penduduk yang beragama Kristen Protestan 1.218, sedangkan untuk

Katolik 96, dan untuk Islam hanya 39. Mayoritas penduduk Desa Saran Padang

ini bertani dan hanya sebagian kecil saja yang berpropesi sebagai pegawai Negri

dan Swasta. Masyarakat Desa Saran Padang mengenal berbagai sistem kesatuan

hidup setempat. Beberapa kesatuan hidup setempat seperti : sopo, rumah atau jabu

, kesain, dan kuta. Sopo adalah tempat untuk berteduh jika hari sedang hujan atau

hari sangat terik. Sopo ini biasanya berada di ladang atau di sawah. Selain itu sopo

juga dipergunkan sebagai gudang penyimpanan alat-alat untuk bekerja di ladang

atau di sawah. Selain untuk kegunaan diatas sopo juga digunakan sebagai tempat

tinggal para buruh tani yang berasal dari luar daerah ini dan kebanyakan beretnis

jawa.

Page 24: upacara negget_NoRestriction

Jabu atau rumah adalah keluarga inti yang kecil. Bentuk yang lebih besar

dari jabu adalah kesain atau pekarangan rumah yang merupakan kesatuan hidup.

Kumpulan dari kesain membentuk satu kuta dan dalam satu kuta ada satu

peminpin kuta yang disebut pangulu atau penghulu. Biasanya yang menjadi

pangulu adalah orang yang bermarga tarigan karena yang bermarga tarigan ini

diyakini sebagai oarang yang pertama kali mendiami atau membangun desa Saran

Padang ini. Akan tetapi karena kemajuan jaman dan sudah bercampurnya suku

bangsa yang mendiami desa ini maka kebiasaan itu hilang. Kondisi rumah bila

ditinjau dari segi bangunan maupun dari segi kesehatan sudah cukup baik.

Sebagian rumah sudah terbuat dari batu (permanen) dan sebagian lagi terdiri dari

papan (semi permanen), dan pada umumnya bentuk rumah di desa ini sudah

mengikuti bentuk rumah di kota. Tepat di tengah desa terdapat jambur atau losd

yang digunakan masyarakat setempat sebagai tempat untuk melaksanakan upacara

seperti pesata perkawinan, upacara kematian, dan juga sebagai tempat

musyawarah Desa.

2.1.1. Latar Belakang Sosial Budaya

a. Bahasa

bahasa yang digunakan penduduk setempat dalam kehidupan sehari-hari

adalah bahasa daerah. Bahasa daerah yang digunakan antara lain bahasa karo,

bahasa batak toba, dan bahasa simalungun. Masing-masing penduduk tau dan

dapat menggunakan ketiga bahasa ini, baik anak-anak, pemuda-pemudi, hingga

orang tua. Ketiga bahasa ini digunakn dalam segala aktivitas mereka untuk

memperlancar komunikasi. Sedangkan bahasa indonesia hanya digunakan di

Page 25: upacara negget_NoRestriction

sekolah, bahkan pada kantor pemerintah setempat yaitu kantor kepala desa,

bahasa yang digunakan pegawai kantor itu adalah bahasa daerah juga.

b. Seni

kesenian tradisional sudah jarang dilakukan sepenuhnya di desa ini,

dimana rumah tradisional tidak dapat lagi ditemukan, pada saat pesta adat seni

musik tradisional juga tidak digunakan lagi, kecuali untuk pakain ulos dan uis

gara pada pesta adat. Bentuk rumah di desa sudah hampir sama bentuknya

sehingga kita tidak dapat lagi membedakan rumah antar suku bangsa yang

berbeda. Tata dekorasi di dalam rumah dan halaman juga hampir sama untuk

keseluruhan.

c. Religi

Koentjaraningrat (1974:142) membedakan antara agama, relegi dan

kepercayaan. Agama adalah semua agama yang secara resmi diakui pemerintah,

relegi adalah sistem-sistem yang tidak atau belum diakui secera resmi seperti

Konghucu, dan berbagai aliran kebatinan, sedangkan kepercayaan mempunyai arti

yang khas ialah komponen kedua dalam tiap agama maupun relegi. Walaupun

Koentjaraningrat membedakan antara agama, relegi dan kepercayaan, perbedaan

ini hanyalah memudahkan pemahaman saja, sedangkan inti dari antara agama,

relegi dan kepercayaan, sama yaitu percaya akan adanya Yang Maha Tunggal

(Tuhan), sebagai Penguasa Tunggal. Menurut Rijoatmodjo (1953:110), pada suku

Batak terdapat tiga tingkatan kepercayaan; tingkatan pertama percaya akan

adanya Sang Pencipta Alam. Sang pencipta ini bersemayam di langit yang tinggi,

tingkatan kedua, tempat berdiamnya Batara Guru, Soripada, Manggala Bulan, dan

tingkatan ketiga tempat bersemayamnya para dewa dan ruh. Dalam masyarakat

Page 26: upacara negget_NoRestriction

Karo tingkatan kepercayaan ini, tingkat pertama disebut dengan Guru Butara,

tingkat kedua disebut Tuhan Padukah ni Aji dan tingkat ketiga disebut Tuhan

Banua Koling. Ketiganya disebut Satu Debata (Tuhan Yang Esa). Kepercayaan

seperti ini disebut juga agama Pelbegu. Dalam pandangan Tambun (1953), agama

Pelbegu ini banyak persamaannya dengan agama Hindu. Tetapi agama pelbegu ini

bukanlah agama Hindu, kemungkinan agama pelbegu ini dipengaruhi agama

Hindu besar sekali. Pandangan terhadap pelbegu ini kemudian berubah menjadi

negatif, malah dianggap sebagai bukti dari sebuah kebiadapan. Pelbegu

diidentikkan dengan "orang bodoh", orang bodoh yang tidak mengikut i aliran

zaman, penduduk 'pedalaman yang dalam segala hal tertinggal' demikian kata

Fischer (1954:122).

Agama Pelbegu disebut juga agama pemena. Pemena artinya adalah

pertama. Agama pertama yang masuk ke Indonesia adalah agama Hindu, maka

agama Hindu inilah agama universal yang pertama datang ke wilayah Nusantara

termasuk Karo. Inti dari ajaran agama ini adalah selain percaya akan adanya Yang

Maha Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa), sebagai pencipta langit dan bumi beserta

semua isinya, juga percaya masih ada kekuatan lain yang dapat membantu mereka

selama hidup di muka bumi ini. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka

menekankan pemujaan kepada kekuatan yang dianggap langsung dapat

mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka selain ingin hidup aman aman dan

damai di dunia, juga ingin selamat sampai ke akhirat. Dalam masyarakat Karo

percaya akan adanya Yang Maha Esa, suatu bukti, suatu kesadaran akan adanya

kekuatan-kekuatan di luar diri manusia, di luar kelompoknya. Kesadaran ini

mereka ekspresikan ke dalam beberapa perbuatan dan kegiatan. Bentuk ekspresi

Page 27: upacara negget_NoRestriction

kepercayaan mereka ini adalah: Silan, silan ini adalah suatu kepercayaan yang

menganggap pohon-pohon kayu yang besar atau batu yang besar dianggap ada

mahluk halus sebagai penghuinya. Agar penghuninya tidak mengganggu, maka

kepadanya disediakan persembahan. Pagar. Pagar adalah roh nenek moyang yang

menjadi pelindung keluarga.

Pagar ini merupakan pemujaan penduduk kampung sebagai pengormatan

kepada arwah leluhur. Letak pagar ini umumnya di sekeliling kampung. Buah

Huta-Huta. Buah Huta-Huta sama dengan pagar, bedanya, Buah Huta- Huta ini

lokasinya di tengah kampung. Ndilo Tendi, memanggil roh orang yang telah

memanggil dunia untuk diajak berdialog dengan keluarganya, melalui perantaraan

seorang dukun wanita. Erpangir Kulau. Erpangir Kulau adalah satu kebudayaan

masyarakat Karo yang bersifat kepercayaan, fungsinya untuk membersihkan diri,

agar terhindar dari berbagai kesulitan, malapetaka dan lain sejenisnya. Kegiatan

ini dapat dilakukan perorangan maupun bersama keluarga.

Pelaksanaan kegiatan ini dipimpin oleh seorang dukun yang disebut Guru

Sibaso. Perumah Begu. Perumah Begu adalah salah satu kepercayaan. Dalam

kepercayaan ini masyarakat Karo percaya orang yang telah meninggal dunia,

rohnya dapat dipangggil dan diajak berdialog, melalui seorang dukun (Guru

Sibaso). Untuk melaksanakan upacara, ada syarat-syarat tertentu yang harus

dipenuhi, dan ada tahap-tahap tertentu yang harus dilalui. Nengget. Nengget

adalah upacara yang dilakukan terhadap suami istri yang sudah lama berumah

tangga, tetapi belum juga dikarunia anak. Atau kepada pasang suami istri yang

jenis kelamin anaknya hanya wanita saja. Melalui upacara nengget (membuat

terkejut), diharapkan ada perubahan, bagi pasangan suami istri yang belum

Page 28: upacara negget_NoRestriction

dikarunia anak, diharapkan akan mendapat anak. Bagi pasangan suami istri yang

anaknya semua misalnya wanita saja, diharapkan akan segera mendapatkan anak

laki-laki, sebagai penerus klen suaminya.

Ngarkari adalah upacara untuk menghindarkan keluarga dari kemalangan

atau kesialan. Upacara ini dipimpin oleh seorang dukun yang disebut Guru

Sibaso. Perselihi adalah upacara untuk menghindari kemalangan yang mungkin

terjadi di `dalam sebuah keluarga. Ngulakken adalah upacara pengobatan dari

sesuatu penyakit. Ngeluncang, adalah upacara pengobatan terhadap sesuatu

penyakit yang dibuat oleh orang lain, atas bantuan si dukun, penyakit tersebut

dikembalikan kepada sipembuatnya. Njunjungi Beras Piher adalah upacara ritual

mengusir roh-roh jahat dari desa, sehingga masyarakat desa terhindar dari segala

malapetaka. Selain tersebut di atas masyarakat Karo juga percaya kepada

Jinujung. Jinujung adalah roh pelindung seseorang. Kemudian ada lagi yang

disebut Guru, guru ini adalah orang yang mempunyai indra keenam, fungsinya

selain sebagai "dokter" juga sebagai peramal. Demikian juga halnya di Desa Saran

Padang masih meyakini berbagai upacara religi. Walaupun Di Desa Saran Padang

ini sudah menganut agama modren namun penduduknya masih mempercayai atau

melakukan ritual kepercyaan kuno, seperti melakukan upacara nengget untuk

masyarakat karo.

2.2. Erpangir Ku Lau

Erpangir ku lau berasal dari kata pangir, yang berarti langir, oleh sebab itu

erpangir artinya adalah berlangir. Pada tulisan ini penulis tidak membahas

pengertian berlangir dalam keadaan biasa, misalnya : seperti mencuci rambut atau

Page 29: upacara negget_NoRestriction

keramas. Akan tetapi arti erpangir dalam upacara religius menurut kepercayaan

tradisional Karo. Jadi, erpangir adalah suatu upacara religius berdasarkan

kepercayaan tradisional suku Karo ( pemena ), dimana seseorang/keluarga tertentu

melakukan upacara berlangir dengan/tanpa bantuan dari guru, dengan maksud

tertentu. Pada masa lalu Kebudayaan Erpangir Ku Lau merupakan kegiatan

Sakral bagi masyarakat Suku Karo, yaitu mandi ke sungai dengan memberi

sesajen agar kelak di kemudian hari diberkati Tuhan Yang Maha Esa. Acara

erpangir ku lau samapi saat ini masih ada di beberapa tempat yang dilaksanakan

dalam upacara perkawinan, membuat nama anak dan menolak penyakit yag dibuat

oleh roh -roh jahat.

Erpangir merupakan suatu teknik penyembuhan pada orang Karo yakni

penyembuhan yang dilakukan dengan upacara yang di dalamnya mengakup

kesurupan, iringan mysik tradisional, nyanyian, penggunaan mantra, dan

memberikan ramuan dibagian tubuh. Erpangir berfungsi untuk menolak bala atau

menolak mara bahaya yang menimpa suatu keluarga atau individu. Adapun jenis

bala yang ditolak dalam upacara erpangir ku lau ini adalah:

1) Berasal dari luar individu, yaitu perbuatan seseorang iri hati terhadap

individu tersebut yang mungkin karena konflik atau masalah tertentu dan

mungkin karena adanya gangguan dari mahluk halus.

2) Berasal dari diri individu itu sendiri, yaitu karena kelalaian-kelalaian dari

individu. Sebagai contoh misalnya individu tersebut berguru kepada

seseorang untuk memperoleh ilmu kekebalan tubuh. Kenyataannya yang

diberikan oleh guru tempatnya berguru tersebut bukan hal yang baik

Page 30: upacara negget_NoRestriction

sehingga tubuhnya tidak dapat menerima ilmu tersebut dan menjadikannya

sakit.

Selain fungsinya sebagai penolak bala, erpangir juga berguna untuk

menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam menyembuhkan penyakit erpangir

tidak dapat dipisahkan dari praktek-paraktek penyembuhan yang ada pada

masyarakat Karo.

2.2.1. Alsan-alasan Erpangir

Ada beberapa alasan mengapa seseorang/keluarga tertentu mengadakan

upacara erpangir. Adapun alasan-alasan itu, adalah :

a) Upacara Terima Kasih Kepada Tuhan Atau Dibata

Dalam hal ini erpangir sebagai upacara terima kasih dan syukur kepada

Dibata (Tuhan) yang telah memberikan rahmat tertentu. Misalnya :

memperoleh keberuntungan, terhindar dari kecelakaan, memperoleh hasil

panen yang berlimpah, sembuh dari penyakit, dan lain sebagainya.

b) Menghindarkan suatu malapetaka yang mungkin terjadi.

Dalam hal ini orang Karo melakukan upacara erpangir sebagai upaya

untuk menghindarkan suatu malapetaka yang akan terjadi, itu biasanya

sudah terlebih dahulu diterka melalui firasat atau suatu mimpi yang buruk,

atau berdasarkan keterangan dan saran dari guru.

c) Menyembuhkan suatu penyakit .

Erpangir adakalanya juga diadakan sebagai upaya untuk mengobati suatu

jenis penyakit tertentu. Misalnya untuk mengobati orang gila, atau yang

diserang oleh begu atau roh jahat.

d) Mencapai maksdud tertentu.

Page 31: upacara negget_NoRestriction

Erpangir juga dilakukan sebagai upaya untuk memohon sesuatu kepada

Tuhan, misalnya agar cepat mendapatkan jodoh, mendpat keberuntungan,

memperoleh kedudukan yang baiak, dan lain sebagainya.

2.2.2. Jenis-jenis Erpangir

Upacara erpangir ku lau dapat dibedakan tiga jenis berdasarkan besar

kecilnya upacara tersebut dilakukan. Besar kecilnya jenis upacara ini terkait

dengan jumlah peserta upacara atau kerabat yang terlibat dalam upacara tersebut

dan jenis hewan yang disembelih. Disamping itu juga berpengaruh kepada tempat

pelaksanaan upacara. Meskipun sebenarnya kategori ini tidak sepenuhnya dipakai

khusus untuk upacara erpangir ku lau, tetapi biasa kegiatan erpangir ku lau

merupakan suatu runtutan dari upacara utama, misalnya kegiatan erpangir ku lau

diadakan karena akan dilaksanakan upacara perkawinan, dan sebagainya. Jadi

sebenarnya pengelompokan jenis yang dimaksud adalah pengelompokan

berdasarkan upacara perkawinan tersebut. Namun khusus untuk upacara erpangir

ku lau bisa saja dilakukan dalam bentuk besar sampai bentuk yang paling kecil,

yaitu ritual erpangir yang dilakukan oleh pribadi-pribadi. Adapun jenis-jenis dari

upacara erpangir ku lau ini adalah :

1. Pangir Selamsam

Pangir Selamsam adalah suatu pangir yang paling kecil, pangir Selamsam

biasanya disebut juga sebagai kerja singuda karena jenis upacaranya lebih kecil

dan singkat, dimana peralatannnya hanya terdiri dari : rimo (jeruk purut), baja

(getah kayu besi), minyak kelapa, dan sebuah mangkuk putih untuk tempat pangir.

Pertama-tama mangkuk diisi dengan air putih, kemudian belah jeruk purut dan

peras ke dalam mangkuk, lalu masukkan baja dan minyak ke dalam mangkuk

Page 32: upacara negget_NoRestriction

tersebut, maka pangir sudah jadi. Pangir selamsam ini biasanya dilakukan karena

mendapat mimpi buruk. Upacara ini biasanya cukup dihadiri oleh sangkep

nggeluh dari unsur-unsur anggota keluarga yang paling dekat saja, dimana

peranan masing-masing individu tersebut sangat penting dalam proses adat yang

berlaku bagi masyarakat Karo. Unsur-unsur telu sedalanen seperti kalimbubu,

anak beru dan senina, tidak semuanya terlibat.

Dalam upacara pangir Selamsam ini, biasanya hewan yang disembelih

cukup hanya hewan yang berkaki dua saja, misalnya ayam. Waktu dan

pelaksanaan upacara ini biasanya dilakukan pada saat hari belah purnama raya,

yaitu pada hari-hari ketika bulan purnama. Waktunya biasa dilakukan pada malam

hari dan sendirian di sebuah sungai atau di tempat pemandian umum pada malam

hari.

2. Pangir Sintengah.

Pangir sintengah adalah suatu sebutan untuk pesta atau upacara yang

sifatnya menengah. Upacara ini merupakan satu tingkat dibawah upacara yang

termasuk dalam kategori kerja sintua. Pada upacara jenis ini meskipun juga

melibatkan unsur-unsur sangkep nggeluh kerabat, namun tidak selengkap anggota

kerabat yang terlibat dalam upacara kerja sintua. Dalam kerja sintua hampir

melibatkan seluruh kerabat yang jauh dan dekat, serta penduduk kampung.

Namun dalam kerja sintengah unsur-unsur kerabat yang diundang pada umumnya

kerabat yang memang terlibat dalam kegiatan adat dalam sebuah keluarga

tertentu. Hal inilah yang menyebabkan sehingga upacara ini dinamakan kerja

sintengah.Hewan yang disembelih dalam upacara ini juga biasanya hewan yang

berkaki empat, hewan yang dimaksud berkaki empat dalam hal ini adalah

Page 33: upacara negget_NoRestriction

kambing, lembu, babi, dan kerbau. Adapun perlengkapan yang diperlukan dalam

pangir sintengah ini adalah terdiri dari : penguras, yakni ramuan dari air (air

kelapa muda), jeruk purut, baja, minyak kelapa.

a. Empat jenis jeruk, tetapi jeruk purut (rimo mukur) harus ada.

b. Kudin taneh (kuali yang terbuat dari tanah), sebagai tempat penguras

(pangir).

c. Dilakukan di lau sirang (di tempat air mengalir terbelah menjadi dua

aliran).

d. Memakai pertolongan guru.

3. Pangir Mbelin (Agung) Pangir mbelin disebut juga sebagai kerja (Pesta) sintua merupakan pesta

yang paling besar yang ada pada masyarakat Karo. Pada pesta ini harus

melibatkan seluruh sangkep nggeluh, yaitu orang-orang yang masih mempunyai

hubungan kekerabatan dengan yang empunya hajatan serta seluruh anak kampung

dimana pesta tersebut dilaksanakan. Pada upacara ini biasanya hewan yang

disembelih adalah sapi (lembu). Dalam kerja sintua ini seluruh kerabat yang

dikenal dengan sangkep nggeluh, yang terdiri dari tiga unsur yaitu kalimbubu

(pihak pemberi wanita), senina (saudara-saudara yang melakukan hajatan), dan

anak beru (pihak penerima wanita). Masing-masing pihak dalam tiga status sosial

tersebut mempunyai peranan masing-masing serta bagaimana mereka berlaku

dalam upacara tersebut. Misalnya anak beru biasanya mempersiapkan segala

sesuatunya seperti memasak makanan untuk seluruh peserta upacara tersebut, dan

mengatur segala sesuatunya untuk keberhasilan upacara pihak kalimbubunya.

Demikian juga dengan pihak senina dan kalimbubu mempunyai fungsi dan

Page 34: upacara negget_NoRestriction

peranan masing-masing dalam setiap upacara maupun dalam kegiatan sehari-hari.

Meskipun pelaksanaan upacara adat yang terkait dengan erpangir ku lau

dilangsungkan di Jambur, namun upacara erpangirnya sendiri tetap diadakan di

sungai.

Dalam kegiatan ini biasanya tidak hanya menggunakan alat musik yang

relatif kecil, yaitu gendang telu sedalanen saja, tetapi juga menggunakan gendang

yang lebih besar yang disebut dengan gendang lima sedalanen. Dalam upacara ini

juga diadakan landek (menari) sesuai dengan peranannya masing-masing dalam

upacara tersebut. Dalam pelaksanaan pangir ini juga memerlukaan peralatan-

peralatan sebagai berikut :

a. penguras

b. tujuh jenis jeruk, jeruk purut harus ada

c. wajan (belanga), sebagai tempat penguras (pangir).

d. Dilakukan di lau sirang.

e. Diletakkan di atas sagak (corong bambu) dan disampingnya diberi janur

(lambe).

f. Pada zaman dahulu jenis ini pangir diikuti dengan bunyi senapan.

g. Erkata gendang (memakai alat musik Karo).

Pada umumnya setiap pangir, selalu dimantrai (itabasi) atau disebut

imangmangi, tabas (mantra) ini biasanya diucapkan oleh guru dengan

menembangkannya atau dinyanyikan. Tabas ini dipercayai mempunyai kekuatan

magis untuk mempengaruhi atau menyembuhkan penyakit tertentu. Tabas

(mantra) dalam bahasa Karo, dimulai dengan berbagai jenis kata pembukaan.

Page 35: upacara negget_NoRestriction

2.2.3. Peralatan dan makna peralatan dalam pelaksanaan erpangir ku lau

Perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan upacara ku lau adalah :

a. Lau (sungai)

Untuk melakukan upacara erpangir ku lau mutlak membutuhkan lau

(sungai), karena bagi orang Karo pelaksanaan upacara ini harus di air yang

mengalir. Air mengalir ini juga mempunyai makna membawa hal-hal yang tidak

baik dalam tubuh seseorang. Sungai ini sendiri berbagai macam bentuknya, ada di

sungai yang mengalir tunggal, ada di sungai yang membentuk beberapa anak

sungai, dan ada juga yang dilakukan di sungai yang sudah dibangun menjadi

tempat khusus sebagai tempat erpangir.

b. Pangir (air keramas untuk ritual)

Bahan utama pangir ini biasanya adalah rimo mukur (jeruk purut) dan lau

(air), dan bahan-bahan dedaunan khusus yang diambil dari hutan, serta minyak

wangi. Minyak wangi yang digunakan biasanya adalah minyak wangi cap air mata

duyung. Banyaknya air pangir ini tergantung berapa banyak yang hendak ipangiri

atau yang mau dikeramasi secara ritual. Biasanya pangir ini ditaruh dalam

mangkuk mbentar atau mangkok putih yang terbuat dari bahan porselen dengan

ukurannya relative kecil saja kira-kira seukuran dengan mangkok bakso. Namun

apabila yang hendak erpangir berjumlah banyak, maka jumlah jeruk purut dan air

yang dibutuhkan juga cukup banyak, maka tempat pangir ini juga biasanya di

buat di dalam ember.

c. Guru (pembimbing atau pemimpin ritual).

Dalam upacara ritual erpangir dalam ketegori jenis upacara yang besar

sampaii kecil (kerja sintua, kerja sintengah dan kerja singuda) peran guru sangat

Page 36: upacara negget_NoRestriction

penting hadir dalam upacara tersebut sebagai mediator sekaligus pembimbing

jalannya upacara erpangir tersebut. Guru atau kadang juga disebut orang sebagai

dukun atau tabib adalah orang yang mempunyai keahlian khusus untuk melakukan

berbagai macam upacara ritual. Guru inilah yang kemudian berperan sebagai juru

pangir atau yang memandikan atau mengkeramasi individu-individu yang terlibat

dalam upacara tersebut. Guru diyakini dapat mengobati, menghilangkan hal-hal

yang tidak berkenan (kotor), penyakit yang ada pada manusia. Dalam erpangir

yang relative kecil, misalnya yang hanya dilakukan individu-individu saja,

misalnya acara erpangir untuk membersihkan tubuh karena ada roh-roh tertentu

yang berdiam dalam dirinya sebagai pelindung, misalnya begu jabu, maka

kehadiran guru dalam acara erpangir tidaklah terlalu penting. Acara erpangir

cukup dilakukan sendiri saja, karena dia sendiri telah mengerti apa permintaan

roh-roh atau spirit yang ada dalam tubuhnya itu. Hal ini juga karena sebelumnya

juga dia sudah melalui proses ipangiri oleh guru, sehingga dia juga dapat

melakukan erpangir bagi dirinya

d. Gendang Karo (musik pada masyarakat Karo)

Gendang Karo yang dimaksud disini adalah perangkat ensambel musik

yang dibutuhkan sebagai musik pengiring dalam pelaksanaan upacara tersebut.

Orang Karo selalu menyebut yang terkait dengan musik dengan kata gendang.

Oleh sebab itu pada masyarakat Karo kata gendang tersebut mempunyai makna

jamak. Setidaknya ada lima pengertian gendang tersebut sesuai dengan

konteksnya, yaitu: (1) gendang sebagai nama lagu: (2) gendang sebagai ensambel

musik; (3) gendang sebagai instrument musik; (4) gendang sebagai repertoar; dan

(5) gendang sebagai upacara. Gendang yang dimaksud dalam upacara erpangir ku

Page 37: upacara negget_NoRestriction

lau adalah gendang sebagai ensambel musik. Ensambel musik yang digunakan

dalam erpangir ku lau adalah gendang telu sedalanen, yaitu sering juga disebut

dengan gendang kulcapi. Ensambel musik ini dimainkan oleh tiga orang pemain

yang diberi gelar si erjabaten. Ensambel ini terdiri dari tiga buah instrument

musik, yaitu (1) kulcapi (long neck lute) sebagai pembawa melodi, yaitu gitar

tradisional Karo dengan senar dua buah dengan interval kwint; (2) keteng-keteng,

yaitu alat musik bersenar yang dipukul. Alat musik ini terbuat dari satu ruas

bamboo betung, dan dari badan bamboo itu sendiri dibuat senar dua buah sebagai

pengganti suara penganak (small gong) dan gung (gong); (3) mangkuk mbentar,

yaitu mangkok putih. Disamping ensambel musik gendang telu sedalanen

tersebut, sering juga digunakan gendang blobat.

e. Si man pangiren (orang yang diupacarakan).

Siman pangiren adalah orang yang hendak dikeramasi. Orang yang hendak

dikeramasi ini adalah individu-individu atau kelompok-kelompok masyarakat

yang ingin melakukan upcara ritual karena berbagai latar belakang. Namun

tujuannya adalah pembersihan dari hal-hal yang kotor atau yang tidak diinginkan

atau kemalemen ate.

f.Belo cawir

Belo cawir adalah sebutan untuk sirih yang sempurna, dalam arti daun

sirih yang paling bagus. Sirih yang disebut cawir adalah tidak mempunyai

robekan di daunnya, tidak berwarna bintik-bintik hitam, tidak daun sirih muda,

tetapi cukup “tua”. Sirih yang bagus juga, serat sisi belakang daunnya biasanya

berwarna ke merah-merahan, apabila warnanya hijau, maka itu tidak

dikategorikan sebagai sirih, tetapi disebut gatap. Selain itu daun sirih ini juga

Page 38: upacara negget_NoRestriction

dilengkapi dengan perlengkapan lainnya yang merupakan satu kesatuan, yaitu

mbako tabeh (tembakau), mayang (pinang yang sudah dibelah), kapur dan

gamber (gambir). Kadang-kadang juga dibutuhkan rokok, rokok ini biasa sebagai

persembahan kepada roh-roh yang diyakini datang di tempat upacara. Biasanya

rokok tersebut dihisap oleh sang medium atau guru. Dan ini pertanda bahwa roh

tersebut telah datang di tempat upacara. Sirih dan rokok seperti inilah yang

dibutuhkan sebagai salah satu perlengkapan upacara erpangir ku lau. Orang yang

mau dipangiri atau anggota kerabatnya juga biasanya memberikan belo cawir

tersebut kepada sang guru untuk meminta tolong agar dibantu dan melaksanakan

upacara erpangir tersebut.

g. Cimpa

Cimpa adalah kue tradisional khas karo yang terbuat dari tepung ketan di

campur dengan gula. Cimpa ini biasa sebagai makanan, namun juga dapat

dijadikan sebagai persembahan kepada roh-roh tertentu yang dianggap sakral dan

keramat.

2.2.4. Waktu dan tempat pelaksanaan. Untuk melakukan upacara erpangir ku lau, terlebih dahulu harus

dirembukkan dengan guru si meteh wari telu puluh, yaitu dukun yang mengetahui

hari yang baik dan buruk, yang mengetehaui kapan pelaksanaan upacara tersebut

yang paling baik dilaksanakan sehingga hasilnya juga diharapkan baik. Pada

masyarakat Karo hari yang baik untuk melakukan upacara erpangir dapat dilihat

berdasarkan sistem penanggalan orang Karo sendiri. Tidak semua hari dapat

dijadikan sebagai hari untuk melakukan upacara erpangir. Namun ada hari-hari

tertentu yang diyakini sebagai hari yang baik untuk melakukan upacara erpangir

Page 39: upacara negget_NoRestriction

(berkeramas). Masyarakat Karo mempunyai sistem penanggalan sendiri yang

disebut wari-wari Karo kelender Karo. Dalam Sistem penanggalan ini satu tahun

dibagi menjadi dua belas bulan, satu bulan (paka) dibagi tiga puluh hari, satu hari

dikelompokkan lagi menjadi bagian-bagian terkecil lagi yang tidak hanya

mengenal malam, pagi, siang, sore dan malam, namun lebih rinci dari jam per

jam. Berdasarkan hari-hari yang ada maka hari yang baik untuk melakukan

upacara erpangir adalah :

(1). Nggara si mbelin

(2). Adatia turun

(3). Beras pati tanggkep

(4). Cukera dudu (lau)

(5). Belah purnama raya

(6). Nggara enggo tula

(7) Aditia turun

Ketujuh hari tersebutlah merupakan hari yang baik menurut kepercayaan

sidekah atau kepercayaan orang zaman dulu kala, sebagai hari yang baik untuk

melakukan upacara erpangir Tempat upacara erpangir ku lau tergantung kepada

jenis upacara itu sendiri. Jika upacara ini merupakan upacara kerja sintua, maka

kegiatan erpangir sendiri biasanya dilaksanakan di sebuah sungai atau di sebuah

tempat di luar kampung yang telah ditentukan, tetapi upacara selanjutnua biasanya

diadakan di jambur (balai pertemuan).

2.2.5. Peserta Upacara.

Yang dimaksud peserta dalam kegiatan ini adalah orang-orang yang

terlibat dalam upacara erpangir ku lau tersebut. Yang menjadi peserta tentunya

Page 40: upacara negget_NoRestriction

adalah tergantung kepada jenis upacara yang dilakukan, besar kecilnya. Ini

berdampak kepada siapa-siapa saja yang akan terlibat di dalamnya selain orang

yang akan dipangiri. Jika upacara erpangir ku lau upacara kerja sintua maka

seluruh kerabat dan orang-orang kampung biasanya akan ikut terlibat dalam

kegiatan tersebut. Namun jika erpangir ku lau dalam skala yang relative kecil,

misalnya kerja singuda maka biasanya yang terlibat hanya kerabat-kerabat dekat

saja. Demikian juga jika erpangir dilakukan oleh individu-individu karena

mempunyai silengguri, yaitu jinujung yang hubungannya lebih bersifat pribadi,

maka pesertanya cukup individu yang mempunyai jinujung itu sendiri. Dan

pelaksanaannya juga cukup singkat saja, bahkan lebih rahasia, dan tidak diketahui

oleh masyarakat luas. Pelaksanaannya pun biasanya malam hari pada saat bulan

purnama dan sebagainya.

2.2.6. Pelaksanaan upacara erpangir ku lau.

Upacara erpangir ku lau biasanya dilakukan pada pagi hari, atau disebut

juga nangkih-nangkih matawari dalam bahasa Karo (naik-naik matawari)

berangkat dari rumah ke sungai. Anak beru dari orang yang akan melaksanakan

upacara tersebut membawa segala peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan

upacara tersebut. Tiba di sungai anak beru menggelarkan tikar untuk orang yang

akan dipangiri sebagai tempat duduk. Beberapa anak beru yang lain membuat

anjab (suatu tempat persembahan) yang terbuar dari bambu dengan kaki pencagak

sebanyak tiga buah, sehingga berbentuk meja yang berbentuk segitiga. Sedangkan

guru atau dukun membuat cagak (suatu tempat berdoa) dengan membuat

gundukan pasir sungai sebesar mangkok porselin, kemudian ditancapkan sebuah

Page 41: upacara negget_NoRestriction

ranting kayu di pasir tersebut untuk tempat kepitan sirih dan diatasnya dan

disebelahnya diletakkan mangkok berisi air ramuan jeruk purut.

Letak cagak dan ajab berdekatan, diatas ajab diletakkan berbagai jenis

persembahan untuk roh-roh gaib antara lain : ayam, makanan, sirih, kelapa muda,

dan kain putih. Kemudian guru membungkus kepalanya dengan kain putih dan

berdiri menghadap cagak dengan tangan mengapit sehelai sirih dalam posisi

menghormat sambil mengucap kata-kata persembahan kepada ro-roh gaib. Setelah

itu guru meminpin upacara kemudian memotong jeruk dengan berbagai bentuk

potongan yang kemudian dimasukkan kedalam sebuah baskom plastik yang berisi

air yang diambil anak beru dari sungai. Setelah campuran air jeruk (pangir) selesai

guru menyiram kepala yang akan dipangiri tersebut. Setelah selesai dipangiri

orang-orang yang hadir dalam upacara tersebut juga diberi kesempatan untuk

meminum air pangir, dan setelah acara erpangir selesai maka bersiap-siap untuk

kembali ke rumah. Saat mereka tiba di rumah mereka sudah disambut dengan

gendang.

2.3.Upacara Tolak Bala

Upacara Tolak Bala sebagai upacara tradisional, merupakan bagian dari

kebudayaan, yang melibatkan seluruh warga masyarakat pendukungnya, dalam

usaha untuk mencapai tujuan keselamatan bersama. Upacara tolak bala

berhubungan dengan lingkaran aktivitas mata pencaharian npenduduk setempat,

terutama menyangkut pertanian yang erat kaitannya dengan saat-saat tertentu pada

musim menanam atau musim panen. Upacara tolak bala berasal dari kata “tolak”

yang berarti kegiatan yang dilakukan manusia untuk menolak, mencegah, atau

Page 42: upacara negget_NoRestriction

menangkal segala bencana. Sedangkan kata “bala” ialah malapetaka atau bencana

alam lainnya yang menimpa kehidupan warga masyarakat seperti wabah penyakit

baik terhadap manusia, ternak maupun tanaman penduduk. Jadi pengertian tolak

bala adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan anggota masyarakat setempat

dalam upaya menolak, melenyapakan atau penawar bencana yang menimpa warga

masyarakat yang bersangkutan. Diharapkan setelah melakukan upacara tolak bala

ini akan kembali tenang dan tentram serta hasil pertanian penduduk desa yang

melaksanakan upacara tolak bala ini akan mendapatkan hasil yang baik juga.

2.3.1. Latar Belakang Pelaksanaan Upacara Tolak Bala

Pelaksanaan upacara tolak bala ini tidak terlepas dari sistem mata

pencaharian penduduk yang sebagian besar bertani. Upacara tolak bala ini

dilaksanakan sekali dalam setahun dan dalam pelaksanaanya seluruh anggota

masyarakat ikut ambil bagian dalam pelaksanaan upacara ini. biasanya

pelaksanaan upacara ini diadakan pada tempat-tempat pintu masuk kampunng

yang mempunyai simpang empat atau pada jalan utama masuk ke desa.

Kepercayaan yang terkandung dalam upacara tolak bala ini merupakan

kepercayaan tradisional, yang masih kuat pada masyarakat yang dilaksanakan

untuk keselamatan kampung, menagkal wabah penyakit, dan meminta

pertolongan pada kekuatan adikodrat agar mendapat rezeki.

Latar belakang dilaksanakannya upacara tolak bala berhubungan dengan

alam kepercayaan mereka, bahwa ada sesuatu yang harus mereka laksanakan agar

hasil dari pertanian mereka mendapatkan hasil yang baik. Dengan masukkya

inovasi pertanian, teknik tradisional mulai ditinggalkan masyarakat, maka

Page 43: upacara negget_NoRestriction

orientasi masyarakat desa adalah meningkatkan hasil produksi pertanian sekaligus

meningkatkan sistem perekonomian masyarakat.

2.3.2. Waktu dan Pelaksanaan Upacara Tolak Bala

Sebagaimana lazimnya penyelenggaran upacara diperlukan persiapan dan

perlengkapan upacara. Hal ini antara lain menyangkut petugas pelaksana upacara,

pemberitahuan dan tempat pelaksanaan upacara tolak bala tersebut, serta alat-alat

yang digunakan dalam pelaksanaan upacara tersebut yang kesemuanya ini perlu

dimusyawarahkan terlebih dahulu. Musyawarah pelaksanaan upacara tolak bala

ini biasanya diadakan pada pagi hari, hal ini dilakukan karena menurut

kepercyaan penduduk desa dan pengetua-pengetua adat, apabila suatu pekerjaan

itu dimulai pada saat matahari naik atau pada saat pagi hari maka akan membawa

hasil yang baik. Demikian juga halnya pada upacara tolak bala ini hari

pelaksanaanya tergantung pada hasil kesepakatan bersama dalam musyawarah.

Pelaksanaan upacara tolak bala diadakan setelah satu minggu musyawarah

tersebut, dan penetapan upacara tolak bala bisanya diadakan pada hari jumat

petang sekitar jam 6.45 sore. Waktu penyelenggaraan upacara biasanya

dilaksanakan pada saat petani mulai menanam padi.

2.3.3. Tempat Pelaksanaan Upacara Tolak Bala

Upacara tolak bala diadakan pada setiap pintu masuk kampung atau jalan

utama masuk desa dan tempat-tenpat pemabndian umum. Alasan mengapa tempat

ini yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan upacara tolak bala karena tempat ini

perlu dijaga acar roh-roh jahat segera menyingkir keluar dari desa, karena desa

tersebut sudah dijaga oleh kekuatan suci dari Tuhan.

Page 44: upacara negget_NoRestriction

2.3.4. Pelaksana Upacara Tolak Bala

Adapun pelaksana dari upacara tolak bala ini adalah terbagi kedalam dua

bagian yaitu pihak pelaksana utama dan pihak pembantu pelaksana upacara. Pihak

pelaksana utama ini adalah seorang dukun yang cukup terkenal di Desa terebut,

dalam pelaksanaan upacara ini dukun bertugas sebagai pemimpin jalannya

upacara mulai dari awal sampai selesainya upacara tersebut. Selain itu upacara ini

juga dibuka secara resmi oleh Kepala Desa. Sedangkan untuk pihak pembantu

pelaksana terdiri dari orang tua desa atau pengetua adat yang tau banyak

mengenai upacara tolak bala ini. dalam hal ini para petani juga mempunyai

peranan yang cukup penting dalam pelaksanan upacara tolak bala, karena dalam

hal ini mereka lah yang meminta agar upacara ini dilaksanakan. Dalam upacara

ini mereka memohon dan mengharapkan keberhasilan hasil pertanian mereka

kepada Tuhan, dan mencegah timbulnya bencana apapun yang dapat mengaggu

pertanian mereka.

2.3.5. Pelaksanaan Upacara Tolak Bala

Sebelum upacara dimulai dilakukan terlebih dahulu persiapan dengan

menyusun petugas utama dan pembantu dalam penyelenggaraan upacara dan

sekaligus membagi tugas apa yang harus dikerjakan dan apa-apa saja yang harus

disediakan oleh masing-masing pihak. Setelah selesai pembagian tugas maka hari

pelaksanaan upacara ditetapkan sesuai dengan kesepakatan bersama. Tepat pada

hari yang telah ditentukan maka seluruh warga dan pihak-pihak yang telah

ditentukan sebagi pelaksana upacara datang ke tempat pelaksanaan upacara.

Upacara tolak bala ini diawali dengan pembacaan doa setelah pembacaan

doa ini selesai maka para petani membawa segala jeis hasil pertaniannya dan

Page 45: upacara negget_NoRestriction

ditaruh di tengah tempat upacara untuk didiakan, dan hadirin yang lainnya yang

punya maksud lain dan harapan mereka ingin dikabulkan juga boleh turut

membawa sesajen lain. Setelah acara doa pembukaan selesai, lalu para pemuka

Desa terdiri dari para orang tua kampung yang sudah mengerti banyak tentang

pelaksanaan upacara tolak bala mulai menyalakan obor dan membakar kemenyan

dan merangkaikan tujuh kembang dan jeruk purut kemudian jeruk purut dipotong-

potong lalu dimasukkan atau dicampurkan kedalam air dalam guci tanah liat.

Maknanya sebagai obat penawar dan penangkal penyakit bagi yang

mengusapkannya ke kepalanya. Air ramuan tersebut ditaburkan ke sekeliling

tempat upacara berlangsung. Setelah semuanya selesai maka dilanjutkan dengan

acara makan bersama, yang sebelumnya telah disediakan oleh kaum ibu dari

rumahnya masing-masing secara sukarela. Acara makan bersama ini merupakan

ahir dari pelaksanaan upacara tolak bala dan seluruh peserta upacara dapat

kembali ke rumah masing-masing.

2.4. Upacara Caburken Bulung (Kawin Gantung)

Kata Caburken Bulung bersal dari dua kata yaitu Caburken dan Bulung,

Caburken berarti tebarkan sedangkan bulung berarti daun. Jadi pengertian

caburken bulung adalah tebarkan daun atau taburkan daun. Menurut masyarakat

Karo upacara ini diberi istilah caburkan bulung karena upacara ini merupakan

upacara perkawinan semasa anak-anak sehingga hanya bersifat simbolik saja.

Walaupun ada harapan-harapan untuk kelak hidup bersama menjadi suami istri

yang sebenarnya, upacara itu sendiri bukannlah merupakan suatu ikatan

perkawinan. Dalam pelaksanaan upacara ini tidak semua orang Karo dapat

Page 46: upacara negget_NoRestriction

melaksanakannya melainkan hanya orang yang yang bertutur impal4

4 Anak paman, perkawinan yang dianggap ideal bagi masyarakat Karo.

saja yang

boleh di caburken bulungkan. Upacara ini dianggap sah, namun setelah upacara

cabur bulung ini mereka tidak hidup bersama layaknya suami istri. Hal inilah

yang dimaksud dengan caburken bulung karena upacara ini diibaratkan dengan

menabur daun di tanah, walaupun ditabur sebanyak-banyak mungkin tak akan

mungkin tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya sepasang suami istri

yang akan membentuk keluarga yang baru.

2.4.1. Latar Belakang Pelaksanaan Upacara Caburken Bulung

Pelaksanannya pada mulanya ditujukan untuk memohon berkat atau pasu-

pasu dari pihak kalimbubu. Pihak kalimbubu bagi oarang Karo merupakan pihak

yang harus dihormatidan dianggap sebagai Dibata ni idah penjelmaan dari Tuhan

yang nampak, jadai mereka harus selalu menghormati kalimbubunya. Selain

disebabkan hal di atas upacara caburken bulung juga dapat dilaksanakan karena

mimpi buruk tentang si anak. Misalnnya orang tuanya bermimpi anaknya hilang

atau kawin dengan orang lain yang tidak dikenal, ataupun mimpi-mimpi lainnya

yang dianggap mengganggu ketentraman hidup si anak. Jadi menurut kepercayaan

orang Karo, datangnya mimpi buruk merupakan pertanda tidak baik bagi

keselamatan si anak. Sehingga harus dilaksanakan upacara caburken bulung untuk

mengembalikan keadaan semula. Karena secara umum caburken bulung mereka

anggap sebagai suatu upaya untuk mengikat tendi (roh) si anak dengan impalnya.

Sehingga maut yang selama ini sudah hampir menjemput si anak (karena tendinya

sudah pergi) tak akan berhasil karena tendinya sudah diikat dengan impalnya

(seseorang yang dianggap lebih ideal dan berhak untuk mengawininya).

Page 47: upacara negget_NoRestriction

2.4.2. Waktu dan Pelaksana Upacara Caburken Bulung

Waktu merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, pemilihan waktu

yang tepat akan membuat sesuatu keadaan menjadi serasi sehingga apa yang

menjadi tujuan pelaksanaan akan tercapai. Sebaliknya pelaksanaan yang

dilakukan tanpa perhitungan waktu akan kurang membawa hasil atau bahkan

mungkin bisa menjadi sesuatu yang tak punya arti apa-apa. Waktu pelaksanaan

upacara caburken bulung ini biasanya dilaksanakan pada hari budaha ngadep,

karena hari ini dianggap hari yang baik dan akan membawa keberuntungan serta

memberikan berkat.

Pelaksanaan upacara ini biasanya disarankan oleh orang tua dari anak yang

sakit ataupun orang tua yang mengalami mimpi buruk. Waktu pelaksanaan

upacara caburken bulung ditentukan oleh guru si meteh wari si telu puluh (guru

yang tahu memilih hari baik diantara 30 hari yang ada). Pelaksanaan upacara

caburken bulung dilakukan di rumah kalimbubu, hal ini dikarenakan karena pihak

kalimbubu adalah pihak yang harus dihormati. Namun apabila pelaksanaan

upacara ini dilakukan dengan mengundang semua kerabat jauh dan dekat

(sangkep nggeluh) maka pelaksanaanya dilakukan di jambur (balai Desa). Pihak-

pihak yang hadir dalam pelaksanaan upacara caburken bulung ini asalah, anak

beru sebagi pihak dari laki-laki, kalimbubu, dan kerabat dekat lainnya yang

mempunyai peranan penting dalam upacara ini.

2.4.3. Pelaksanaan Upacara Caburken Bulung

Setelah semua kerabat yang di undang datang maka pelaksanaan upacara

caburken bulung ini sudah dapat dimulai. Kedua anak yang akan dicaburken

bulung tersebut mengenakan pakaian adat Karo sama halnya seperti pakaian adat

Page 48: upacara negget_NoRestriction

pada pengantin Karo. Akan tetapi ada juga beberapa orang yang mengadakan

upacara caburken bulung tetapi tidak memakai pakaian adat Karo yang lengkap,

karena ini bukan suatu keharusan. Setelah semuanya selesai maka kedua anak

tersebut di bawa ke jambur, dan tempat duduknya disusun berdasarkan

kelompoknya. Anak yang dicaburken bulung tersebut di dudukkan di tengah-

tengah dengan posisi si perempuan berada disebelah kiri si laki-laki. Setelah

semua ini selesai maka pembicaraan dimulai oleh pihak kalimbubu, dengan

berkata pada si anak laki-laki :

“Ini piso pengambat, kuberikan untukmu sebagai pengikat tendimu dan impalmu,

supaya terikat tendimu. Sebab sudah diikat tendimu dengan impalmu supaya

kamu tidak sakit-sakit lagi. Dan mimpu buruk yang hendak mengganggu hidupmu

semuanya hilang dan berganti dengan kebaikan dan kesejahteraan”.

Setelah piso pengambat diberikankepada anak laki-laki maka kemudian

diangkat dan di letakkan di atas kepalanya, kemudian piso tersebut digigit oleh

anak laki-laki itu. Kemudian pembicaraan dilanjutkan oleh anak beru, ini

biasanya dilakukan oleh ibu dari anak laki-laki dengan berkata kepada si anak

perempuan :

“Enda permen (menantu) kuberikan cincin pengikat untuk mengikat tendi kamu

dengan impalmu, supaya kamupun sehat-sehat memakainya, jangan lagi kamu

sakit-sakitan dan semua keinginanmu dapat tercapai di hari-hari mendatang”.

Kemudian cincin tersebut dimasukkan ke dalam jari manis anak

perempuan tersebut, seterusnya diambil padang teguh (rumput ilalang) yang

sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh anak beru dan diikatkan pada tangan

mereka masing-masing. Setelah upacara tersebut maka acara selanjutnya adat

membayar utang untuk kalimbubu. Dalam acara membayar utang adat ini ada

Page 49: upacara negget_NoRestriction

yang dibayar penuh seperti adat perkawinan dan ada pula yang membayar

separuhnya, bahkan ada yang dibayar sebagian saja menurut keinginan mereka

yang mengadakan upacara. Setelah ini selesai maka upacara caburken bulung

dianggap sudah selasai.

2.5. Mesur-Mesuri (Tujuh Bulanan)

Mesur-mesuri sering juga disebut dengan maba manuk mbur, yaitu upacara

tujuh bulanan bagi seorang perempuan yang sedang hamil. Untuk anak pertama,

upacara ini bernama mesur-mesuri sementara untuk anak kedua dan seterusnya

disebut maba manuk mbur atau mecah-megah tinaruh. Adapun tujuan dari dari

upacara ini adalah untuk mempersiapakan si ibu melahirkan anak. Oleh karena

itu, masalah-masalah psikis harus diselesaikan terlebih dahulu agar si ibu dapat

melahirkan dengan selamat. Pihak-pihak yang hadir dalam upacara ini adalah :

orang tua dari sembuyak kalimbubu singalo bere-bere, kalimbubu singalo

perkempun, kalimbubu singalo perbibin, dan anak beru.

2.5.1. Pelaksanaan Mesur-mesuri (Tujuh Bulanan)

Pelaksanaan mesur-mesuri ini biasanya dilakukan hanya dalam acara yang

cukup sederhana saja, karena mansud dan tujuan diadakannya upacara ini

hanyalah semata-mata untuk mendoakan keselamatan dan kesehatan si ibu dan

calon anak yang akan dilahirkan. Dalam penentuan hari pelaksanaannya juga

tidak terlalu dipermasalahkan karena dalam hari apa saja juga upacara ini dapat

dilaksanakan. Pada hari yang telah ditentukan para rombongan pelaksana upacara

mesur-mesuri ini datang dengan membawa nasi serta ayam yang sudah

dipersiapkan sebelumnya. Sesampainya di rumah ibu yang sedang mengandung

Page 50: upacara negget_NoRestriction

tersebut duduk berdampingan dengan suaminya, dan kemudian mereka diberi

makan. Setelah itu barulah mereka didoakan supaya keluarganya selalu dalam

keadaan baik-baik saja, serta ibu yang sedang mengandung tersebut sehat dan

selamat sampai pada waktunya melahirkan dan anak yang dikandungnya juga

dapat lahir dalam keadaan sehat dan normal serta keluarganya juga selalu dalam

keadaan baik. Setelah acara berdoa selesai maka dilanjutkan dengan acara makan

bersama dengan semua rombongan yang ikut dalam acara tersebut. Akhir dari

acacara mesur-mesuri ini ditutup dengan doa juga dan kemudian para rombongan

dapat kembali ke rumah masing-masing, setelelah semua ini selesai maka acara

mesur-mesuri ini sudah selesai.

2.6. Ergunting (Menggunting Rambut Pertama Kali)

Dalam adat istiadat Karo mengunting rambut anak untuk pertama kali juga

dilakukan dengan suatu upacara yang disebut “ ergunting “. Upacara ergunting ini

dilakukan pada saat anak berusia satu satu hingga dua tahun (saat di sudah mulai

pandai berbicara) ergunting ini juga mempunyai tujuan untuk kesehatan si anak,

agar anak tersebut selalu sehat dan terhindar dari hal-hal buruk. Sebelum

ergunting berlangsung terlebih dahulu ditanyakan mengenai upah apa ataupun apa

saja permintaan si anak agar ia bersedia di pangkas. Seteleh upah diberitau, pada

hari yang telah ditentukan diundanglah mamana dan mamaina ( paman dan istri

paman tersebut ) ke kampung mereka supaya memangkas beberena (anak saudara

perempuannya).

Page 51: upacara negget_NoRestriction

2.6.1. Proses Pelaksanan Ergunting

Sebelum pelaksanaan ergunting ini terlebih dahulu dipersiapkan beberapa

peralatan yang dipakai dalam pelaksanaan ergunting ini dan kesemuanya ini harus

sudah dipersiapakn demi kelancaran proses pelaksanaan ergunting. Adapun

peralatan yang harus disediakan adalah : bulung-bulung simelias gelar5

Setelah dipotong mamana rambutnya sekali di potong langsung anak

tersebut digendong ibunya kerumah sambil duduk sebentar, kemudian kembali

lagi ke halaman, demikian hingga tiga kali berturut-turut. Setelah itu rambut

, lau

meciho, dua piso man pergunting, ditambah dengan upah yang telah dimintanya,

yakni bisa berupa pisang dan cimpa(maknan yang terbuat dari tepung beras yang

dicampur dengan gula merah). Setelah semua peralatan dipersiapkan maka acara

ergunting dapat dimulai.

Pada tempat pelaksanaan ergunting ini digelarkan tikar dan tikar putih

sebagai tempat duduk mamana (pamannya) dan ibunya sambil menggendong

anaknya dipangkuannya. Pertama ibunya memberi belo cawir (sirih) kepada

turangna (saudara laki-laki), agar dia bersedia menggunting rambut beberena dan

saudara perempuan suaminya (beruna) sebanyak sepuluh sada kali (sebelas kali),

dengan maksud gelah ersada tendi ku rumah (supaya bersatu roh ke rumah).

Rambut yang ada di piseren (putaran rambut di abgian atas kepala) si anak di

gulung dan diikat mamana dengan benang putih. Kemudian dibasuhnya kepala

dan rambut anak itu dengan air putih (lau meciho) dan bulung-bulung simalem-

malem sampai semuanya basah, kemudian mulai dipotong mamana dengan piso

sedikit demi sedikit dan rambut yang sudah dipotong disimpan oleh maminya.

5 Daun-daun yang bernama baik, air pitih, dua piso untuk memotong rambut.

Page 52: upacara negget_NoRestriction

beberena sudah bisa dipotong sampai habis, semua rambut yang sudah digunting

ditimbangkan dengan uang. Kalau timbangannya sesuai dengan rupiah maka

diberikanlah rupiah sebagai upah mamana, tapi kalau timbangan rambut sesuai

dengan uang maka diberikanlah uang sebagai upah mamana sesuai dengan berat

timbangan rambut tersebut. Setelah semuanya selesai maka acara ergunting sudah

dianggap selesai.

Page 53: upacara negget_NoRestriction

BAB III

UPACARA NENGGET

3.1.Upacara Nengget

Mendapatkan keturunan bagi masyarakat Batak, khususnya pada

masyarakat Batak Karo adalah suatau hal yang amat penting. Walaupun dengan

perkembangan pemikiran yang semakin maju masyarakat Karo lebih gembira lagi

apabila mempunyai anak laki-laki, karena ini berhubungan dengan penerus

keturunan dari klannya, dimana masyarakat Karo menganut garis keturunan

berdasarkan garis ayah. Namun akibat-akibat biologis dan non-biologis banyak

pasangan suami istri yang belum mendapat keturunan walaupun telah bertahun-

tahun membina hubungan rumah tangga. Salah satu upacara yang dipercayai dan

yang dilakukan masyrakat Karo untuk memperoleh keturunan adalah dikenal

dengan nengget, yaitu membuat sumi istri tersebut terkejut.

Nengget adalah suatu upacara yang dilakukakan menurut adat Karo, yaitu

dengan membuat kejutan (sengget) ke suatu keluarga tertentu, karena alasan

tertentu dan dengan tujuan tertentu. Di sini terdapat unsur kepercayaan bahwa

dengan mengejutkan keluarga itu akan tercapai keinginan. Oleh karena itu

pelaksanaanya pun dilakukan secara rahasia, keluarga yang isengget tidak boleh

mengetahui hal tersebut. Upacara nengget ini adalah: mengadakan kejutan kepada

keluarga yang sudah lama menikah tetapi belum memiliki keturunan. Kata

nengget itu sendiri berarti membuat terkejut salah satu pasangan suami istri yang

sudah lama menikah tetapi belum memiliki keturunan. Sampai saat sekarang

upacara ini masih tetap diyakini dan dipercayai oleh masayarak Karo khususnya

Page 54: upacara negget_NoRestriction

di Desa Saran Padang. Mereka menganggap upacara ini dapat memberi keturunan

pada mereka, selain ingin mendapat keturunan upacara ini juga biasanya

dilakukan pada keluarga yang sudah memiliki keturunan akan tetapi semuanya

perempuan, dalam kata lain ingin mendapatkan keturunan anak laki-laki. E

3.2. Latar Belakang Dan Tujuan Pelaksanaan Upacara Nengget

Upacara nengget yang di laksanakan di Desa Saran Padang ini tidak

terlepas dari unsur kepercayaan tradisional masyarakat Karo, dimana dalam

pelaksanaan upacara ini tidak ada sedikitpun terkandung unsur-unsur medis.

kepercayaan yang ada di belakang upacara nengget ini merupakan kepercayaan

tradisional, yang masih kuat pada masyarakat Karo khususnya di Desa Saran

Padang ini. Pada dasarnya pelaksanaan upacara nengget ini ditujukan untuk

memohon supaya keluarga yang sudah lama menikah tetapi belum keturunan

diberikan keturunan. Selain itu nengget ini juga bisa dilakukan kepada keluarga

yang sudah memiliki keturunan akan tetapi semuanya perempuan dimana pada

masyarakat Karo hal seperti ini dianggap tidak baik apabila tidak mempunyai

keturunan laki-laki, karena dianggap tidak ada yang akan meneruskan marganya

(klan). Upacara nengget juga dapat dilakaukan pada orang yang sakit karena

mengalami mimpi buruk atau juga orang yang terkejut di suatu tempat yang

dianggap keramat.

3.3. Peralatan-Peralatan Dalam Pelaksanaan Upacara Nengget

Seperti halnya dengan upacara-upacara lainnya upacara nengget ini juga

memerlukan berbagai jenis peralatan-peralatan yang semuanya harus sudah

Page 55: upacara negget_NoRestriction

disediakan sebelum upacara dilaksanakan, karena semua peralatan ini sangat

memiliki peranan yang sangat penting demi kelancaran upacara negget dan

apabila salah satu peralatan yang sudah ditentukan tidak ada pada saat

pelaksanaan upacara maka pelaksanaan upacara ini tidak sempurna.. Adapun

peralatan-peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan upacara ini adalah sebagai

berikut :

1. nasi dan lauk pauknya

2. uis arinteneng (salah satu jenis ulos pada masyarakat karo)

3. batu (anak batu) sebagai simbol anak

4. uis kapal/ ndawa (salah satu jenis ulos pada masyarakat karo)

5. gendang (tidak menjadi keharusan)

6. lau simalem-malem (air yang telah dicampurkan dengan berbagai ramuan)

jenis jenis yang terdapat pada ramuan tersebut adalah adalah :

a. air

b. ubung-ubung

c. lak-lak galuh sitabar

d. besi-besi sangka sempilat

e. beras-beras

f. sampe lulut

g. bunga sapa

h. bunga engkiong

Setiap peralatan-peralatan ini mempunyai makna dan fungsi masing-

masing, dan mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya. Apabila salah satu

dari perlengkapan ini tidak ada maka perlengkapan ini dikatan tidak sempurna.

Page 56: upacara negget_NoRestriction

Oleh sebab itu sebelum upacara nengget dilaksanakan maka, semua perlengkapan

ini sudah harus disediakan agar tepat pada hari pelaksanaanya semuanya sudah

lengkap tersedia sehingga pelaksanaan upacara dapat berjalan dengan lancar.

3. 4. Pelaksana Upacara Nengget

Orang Karo menganut sistem kekerabatan yang sifatnya patrineal tetapi

orang Karo juga mengenal sebutan untuk garis keturunan yang berasal dari pihak

ibu. Garis keturunan yang berasal dari pihak ibu ini disebut dengan bere-bere

sedangkan garis keturunan yang berasal dari pihak ayah disebut merga, untuk

kaum laki-laki dan beru untuk kaum perempuan. Maka, apabila seseorang itu

ayahnya bermarga sembiring dan ibunya tarigan maka anaknya bermarga

sembiring bere-bere tarigan. Artinya merga sembiring adalah nama kerluarga

yang didapat dari ayah, sedangkan bere-bere tarigan adalah nama yang didapat

dari pihak ibu. Setiap orang Karo mempunyai garis hubungan kekerabatan seperti:

- Merga/ Beru yakni nama keluarga yang diwarisi pihak ayah, laki-laki

disebut merga sedangkan perempuan disebut beru.

- Bere-bere yaitu nama keluarga yang didapat dari pihak ibu.

- Binuang adalah nama keluarga yang diwarisi seseorang dari pihak

nenekya (nenek dari pihak ibu)

- Kempu yakni nama keluarga yang diwarisi seseorang dari ibu neneknya

(dari pihak ibu)

- Soler yakni nama keluarga yang diwarisi seseorang dari ibu neneknya

(pihak ibu), (Prints,1985;42).

Page 57: upacara negget_NoRestriction

Selain hal tersebut di atas orang Karo juga mengenal lima jenis marga

induk yang biasanya disebut dengan merga si lima. Kelima marga tersebut adalah

sebagai berikut : Karo-karo, Sembiring, Ginting, Tarigan, dan Perangin-angin.

Masing-masing dari kelima marga ini masih terbagi lagi kedalam beberapa sub-

merga. Tinggi rendahnya kedudukan orang Karo didasarkan pada sistem

kekerabatan, bukan berdasarkan pangkat atau jabatan. Sistem kekerabatan ini

adalah sangkep si telu atau sering juga disebut daliken si telu, daliken si telu dapat

dilihat berdasarkan unsur pendukung daliken si telu itu yaitu kalimbubu,

senina/sembuyak dan anakberu. Sebagai sistem kekerabatan sifatnya terbuka.

Kedudukan seseorang, sebagai anakberu, atau kalimbubu, atau senina sembuyak,

bergantung kepada situasi dan kondisi. Sistem kekerabatan seperti ini bersifat

sangat demokratis. Dalam hal ini tugas dan peranan masing-masing antara

kalimbubu, senina, dan anak beru dalam suatu kegiatan upacara berbeda-beda.

Berdasarkan fungsinya, kalimbubu dalam struktur sangkep si telu adalah

sebagai pemegang keadilan dan kehormatan, ini diumpamakan sebagai badan

legislatif, pembuat undang-undang, atau sebagai dewan pertimbangan agung,

yang siap memberikan saran kalau diminta. Saran yang diberikannya, walaupun

dia dekat dengan salah seorang dari yang meminta saran, sarannya tetap bersifat

obyektif konstruktif. Hal ini maka pihak kalimbubu disebut juga Dibata Ni Idah

(Tuhan yang Kelihatan). Senina/sembuyak ini diumpamakan sebagai eksekutif,

kekuasaan pemerintahan. Mereka bertanggungjawab kepada setiap upacara adat

sembuyaksembuyaknya,baik ke dalam maupun keluar, dan bila perlu mengadopsi

anak yatim piatu dari saudara yang sesubklen. Mekanisme ini sesuai dengan

konsep sembuyak, sama dengan seperut, sama dengan saudara kandung.

Page 58: upacara negget_NoRestriction

Sesubklen sama dengan saudara kandung. Sedangkan anakberu diumpamakan

sebagai badan yudikatif, kekuasaan peradilan. Hal ini maka anakberu disebut pula

hakim moral, karena bila terjadi perselisihan dalam keluarga kalimbubunya,

anakberu menjadi juru pendamai bagi perselisihan yang ada.

Jadi rakut si telu adalah landasan sistem kekerabatan dan menjadi

landasan dari semua kegiatan, khususnya kegiatan yang berhubungan dengan

pelaksanaan upacara adat istiadat dan interaksi antar sesama masyarakat Karo.

Rakut si telu ini didukung oleh tiga aktor yang dikenal dengan : kalimbubu,

senina/sembuyak, dan anak beru. Atau dengan bahasa lain rakut si telu adalah

jaringan kerja sosial- budaya yang bersifat gotong royong dan kebersamaan yang

terdapat pada masyarakat Karo.

3.4.1. Kalimbubu

Kalimbubu adalah kelompok pihak pemberi wanita dan sangat dihormati

dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo. Masyarakat Karo menyakini bahwa

kalimbubu adalah pembawa berkat sehingga kalimbubu itu disebut juga dengan

dibata ni idah (Tuhan yang nampak). Sikap menentang dan menyakiti hati

kalimbubu sangat dicela. Kalau dahulu pada acara jamuan makan, pihak

kalimbubu selalu mendapat prioritas utama, para anakberu tidak akan berani

mendahului makan sebelum pihak kalimbubu memulainya, demikian juga bila

selesai makan, pihak anakberu tidak akan berani menutup piringnya sebelum

pihak kalimbubunya selesai makan, bila ini tidak ditaati dianggap tidak sopan.

Dalam hal nasehat, semua nasehat yang diberikan kalimbubu dalam suatu

musyawarah keluarga menjadi masukan yang harus dihormati.

Page 59: upacara negget_NoRestriction

Adapun orang-orang yang masuk ke dalam kelompok Kalimbubu ini

adalah ipar, mertua, mertua ayah, mertua kakek, mertua kakek ayah, dan ayah

mertua mertua kakek, paman dari ibu, anak perempuan paman (paman dari pihak

ibu) atau anak perempuan dari saudara laki-laki ibu, termasuk suami dari mereka

yang menjadi istri klen lain. Dalam acara-acara adat, masing-masing kelompok ini

mempunyai peranan masingmasing. Peranan ini tidak kaku, artinya bila seseorang

pada pesta si A berperan sebagai Kalimbubu, maka pada pesta si B, dia dapat

berperan sebagai Anakberu. Jadi kedudukan seseorang itu tergantung kepada

kedekatan hubungan kekerabatan dengan penyelenggara acara yang memang

masing termasuk dalam lingkungan keluarganya. Dalam banyak literatur tentang

masyarakat Karo, Kalimbubu ini didefinisikan adalah kelompok pemberi dara atau

gadis (Prints, 1986:66, Bangun, 1989:11).

Adapun peranan dan fungsi para Kalimbubu ini dalam struktur daliken si

telu adalah sebagai supremasi keadilan dan kehormatan. Oleh Darwan Prints

(Prints, 1986:67) diumpamakan sebagai legislatif, pembuat undang-undang. Oleh

Roberto Bangun, (Bangun, 1989:12) sebagai dewan pertimbangan agung, pemberi

saran kalau diminta. Dan sarannya, berpedoman kepada obyektif konstruktif

dalam kaitan keutuhan keluarga. Hal ini maka pihak kalimbubu disebut juga

Dibata Ni Idah (Tuhan yang Kelihatan). Dalam acara-acara adat, dia harus hadir,

dan masing-masing mendapat peran. Misalnya dalam acara upacara kematian,

ketika jenajah akan dikebumikan, bagian kepala dari jenajah dipanggul oleh pihak

kalimbubu dari yang meninggal. Dalam pesta sukacita, yang berperan sebagai

kalimbubu dilayani sebaik mungkin oleh pihak anakberu dalam hal ini adalah

penyelenggara pesta.

Page 60: upacara negget_NoRestriction

Hak kalimbubu ini dalam struktur (daliken si telu) rakut si telu:

1. Berhak mendapat segala kehormatan dari anakberunya (diprioritaskan).

2. Dapat memaksakan kehendaknya kepada pihak anakberunya.

Yang menjadi tugas dan kewajiban kalimbubu:

1. Memberikan saran-saran kalau diminta oleh anakberunya.

2. Sesuai dengan haknya dapat memaksakan kehendaknya kepada pihak

anak-berunya, maka kalimbubu berhak memaksakan bentuk

perdamaiannya kepada anakberunya yang saling berselisih dan ngotot. Hal

ini sesuai dengan julukan yang diberikan kepadanya yaitu Dibata Ni

Idah(Tuhan yang Kelihatan).

3. Sebagai lambang supremasi kehormatan keluarga.

4. Mengosei anak berunya (meminjamkan dan mengenakan pakaian adat) di

dalam acara-acara adat.

5. Berhak menerima ulu mas, bere-bere (bagian dari mahar) dari sebuah

perkawinan, maneh-maneh (tanda mata atau kenang-kenangan) dari salah

seorang anggota anakberunya.

3.4.2. Anak beru

Terjadi hubungan Kalimbubu Anakberu karena adanya perkawinan,perkawinan

ini boleh perkawinan langsung maupun tidak langsung. Hal ini maka anakberu

disebut penerima wanita. Dalam literatur dijelaskan, anakberu adalah para

pengambil anak dara atau penerima anak gadis untuk diperistri (Prints, 1986:64,

Bangun, 1981:109). Oleh Darwan Prints (Prints, 1986:67) anak beru ini

diumpamakan sebagai yudikatif, kekuasaan peradilan. Dalam hal ini maka

anakberu disebut pula hakim moral, karena bila terjadi perselisihan dalam

Page 61: upacara negget_NoRestriction

keluarga kalimbubunya, tugasnyalah mendamaikan perselisihan tersebut. Pada

dasarnya setiap individu Karo mempunyai anakberu, minimal anakberu merga

(subklen). Dalam acara adat pelaksanaan tugas seperti di atas adalah tugas

anakberu (Anakberu Mas Pedemuken beserta anakberu menteri dan anakberu

ngukuri), mereka sebagai pelaksana acara. Anakberu Singerana (Anakberu yang

Berbicara) bertugas sebagai protokol. Anakberu Cekoh Baka Tutup beserta

anakberu iangkip/iampu/darah, bertugas mengatur pembagian tugas. Demikian

pentingnya peran anakberu dalam acara-acara adat. Dalam pelaksanaan acara adat

Anakberulah yang pertama datang dan juga yang trakhir pulang. Lebih lanjut

dapat dijelaskan mengenai tugas anakberu tersebut dalam sutu kegiatan upacara,

adapun tugas anakberu tersebut adalaha sebagai berikut:

1. Mengatur jalannya pembicaraan runggu (musyawarah) adat.

2. Menyiapkan hidangan pada pesta.

3. Menyiapkan peralatan yang diperlukan pesta.

4. Menanggulangi sementara semua biaya pesta.

5. Mengawasi semua harta milik kalimbubunya yaitu wajib menjaga

danmengetahui harta benda kalimbubunya. Ia juga berhak membuka

rahasia kalimbubunya. Tugas seperti ini ditangani oleh Anakberu Cekoh

Baka.

6. Menjadwal pertemuan keluarga.

7. Memberi khabar kepada para kerabat yang lain bila ada pihak

kalimbubunya berduka cita.

Page 62: upacara negget_NoRestriction

8. Memberi pesan kepada puang kalimbubunya agar membawa ose (pakaian

adat) bagi kalimbubunya. Tugas seperti ini ditangani oleh Anakberu Cekoh

Baka.

9. Menjadi juru damai bagi pihak kalimbubunya.

Sedangkan hak Anak Beru adalah:

a) Berhak mengawini putri kalimbubunya, dan biasanya para

kalimbubu tidak berhak menolak.

b) Berhak mendapat warisan kalimbubu yang meninggal dunia

Anakberu berdasarkan tutur, terbagi atas:

Anakberu Tua. Anakberu Tua adalah pihak penerima anak wanita dalam

tingkatan nenek moyang yang secara bertingkat terus menerus minimal

tiga generasi. Tugas Anakberu (ditunjuk salah satu diantara yang ada)

adalah sebagai kordinator atau komandan dalam acara adat yang diadakan

oleh pihak kalimbubunya. Hal-hal mendasar yang selalu dihadapi dan

harus diselesaikannya secara adil adalah masalah perkawinan, pembagian

harta benda, mendirikan rumah dan sebagainya.

Anakberu Taneh, adalah penerima wanita pertama, ketika sebuah

kampung selesai didirikan.

Anakberu berdasarkan kekerabatan:

Anakberu Jabu (Cekoh Baka Tutup, dan Cekoh Baka Buka). Cekoh Baka

artinya orang yang langsung boleh mengambil barang simpanan

kalimbubunya. Dipercaya dan diberi kekuasaan seperti ini karena dia

merupakan anak kandung saudara perempuan ayah.

Page 63: upacara negget_NoRestriction

Anakberu Iangkip, adalah penerima wanita yang menciptakan jalinan

keluarga yang pertama karena di atas generasinya belum pernah

mengambil anak wanita dari pihak kalimbubunya yang sekarang.

Anakberu ini disebut juga anakberu langsung yaitu karena dia langsung

mengawini anak wanita dari keluarga tertentu. Masalah peranannya di

dalam tugas-tugas adat, harus dipilah lagi, kalau masih orang pertama

yang menikahi keluarga tersebut, dia tidak dibenarkan mencampuri urusan

warisan adat dari pihak mertuanya. Yang boleh mencampurinya hanyalah

anakberu jabu.

Anakberu Menteri. Anakberu Menteri adalah Anakberu dari Anakberu.

Fungsinya menjaga penyimpangan-penyimpangan adat, baik dalam

bermusyawarah maupun ketika acara adat sedang berlangsung. Anakberu

Menteri ini memberi dukungan kepada kalimbubunya yaitu anakberu dari

pemilik acara adat.

Anakberu Singukuri adalah anakberu dari anakberu menteri, fungsinya

memberi saran, petunjuk di dalam landasan adat dan sekaligus memberi

dukungan tenaga yang diperlukan.

3.4.3. Sembuyak/Senina

Senina adalah pertalian saudara senenek atau semerga. Fungsi senina

demikian penting, karena akan menjadi jaminan (sikaku) dan patner yang

partisipatif. Senina dan semua keluarganya akan ikut mendukung semua

pelaksanaan adat istiadat dan dahulu, juga ikut berperang melawan musuh

seninanya. Bahkan pada waktu tertentu akan menjadi jaminan sukut. Dalam

musyawarah adat, sukut/ sembuyak akan diwakili oleh senina. Senina dalam

Page 64: upacara negget_NoRestriction

musyawarah adat juga berfungsi sebagai penyambung lidah pihak sembuyak dan

juga sebagai dan penengah. Faktor inilah maka masyarakat Karo sangat

memelihara hubungannya dengan para seninanya, walau pun tidak sesubmerga

dan seketurunan yang jelas sejarahnya, namun mengingat kaitan semerga dan

saling membutuhkan itu mereka tetap saling membantu.

Dalam literatur dijelaskan senina adalah mereka yang bersaudara karena

mempunyai merga yang sama, namun bukan karena subklen sama. Pada dasarnya

setiap individu Karo mempunyai senina/sembuyak. Apakah itu senina si seh ku

sukut (senina yang berkerabat langsung dengan pemilik acara adat, disebut juga

senina langsung) dan gamet, senina erkelang ku sukut (senina yang berkerabat

berperantara dengan pemilik acara adat). Senina sukut (langsung) ada dua,

pertama disebut sembuyak, dalam acara pesta perkawinan ia menerima rudang-

rudang, dan kedua biak senina, dalam pesta perkawinan ia menerima senina

kuranan. Sedangkan senina berperantara terdiri dari 4 yaitu sepupu dari ibu

(sepemeren), dalam perkawinan dia menerima perbibin (nama mahar yang

diberikan kepada pihak saudara-saudara perempuan yang sesubklen dengan ibu

kandung pengantin), sepengambilan (siparibanen), dalam perkawinan dia

menerima "perbibin" yang berasal dari istrinya, sepengalon yang berasal dari

bebere/anakberu, dan sendalanen dari kalimbubu/singempoi impal, (Prints,

1986:67) senina/sembuyak ini diumpamakan sebagai eksekutif, kekuasaan,

pemerintahan.

Secara umum terjadinya hubungan perseninanaan ini disebabkan (1)

peratliandarah, (2) sesubklan (Semerga/seberu), (3) Sepemeren (ibu bersaudara),

(4) siperibanen (istri bersaudara), (5) mempunyai istri dari beru (sesubklen) yang

Page 65: upacara negget_NoRestriction

sama, (6) mempunyai suami yang bersaudara (kandung, gamet, atau seklen).

Adapun tugas senina/sembuyak adalah (1) mengawasi pelaksanaan tugas

paraanakberunya, (2) secara bersama-sama menanggung sementara semua biaya

pesta. Sedangkan hak senina dan sembuyak adalah (1) mendapat pembagian harta

(hanya yang bersembuyak, seibu seayah), (2) dalam hal anak wanita kawin,

berhak mendapat mas kawin (tukor).

Hubungan kekerabatan senina disebabkan seklen, atau hubungan lain yang

berdasarkan kekerabatan. Senina ini dapat dibagi dua bagian yaitu:

1) Senina berdasarkan tutur yaitu senina semerga. Mereka bersaudara karena

seklen (merga). Senina berdasarkan kekerabatan. Ini dapat dibagi lagi

atas:

Senina Siparibanen perkerabatan karena istri saling bersaudara.

Senina Sepemeren, mereka yang berkerabat karena ibu mereka

saling bersaudara, sehingga mereka mempunyai berebere (merga

ibu) yang sama.

Senina Sepengalon (Sendalanen) persaudaraan karena pemberi

wanita yang berbeda merga dan berada dalam kaitan wanita yang

sama. Atau mereka yang bersaudara karena sesubklen (beru) istri

mereka sama. Tetapi dibedakan berdasarkan jauh dekatnya

hubungan mereka dengan klen istri. Hal ini maka dalam

musyawarah adat, mereka tidak akan memberikan tanggapan atau

pendapat, apabila tidak diminta.

Senina Secimbangen (untuk wanita), mereka yang bersenina

karena suami mereka sesubklen (bersembuyak).

Page 66: upacara negget_NoRestriction

Tugas senina adalah memimpin pembicaraan dalam musyawarah, bila

dikondisikan dengan situasi sebuah organisasi adalah sebagai ketua dewan.

Fungsinya adalah sebagai sekaku, sekat dalam pembicaraan adat, agar tidak

terjadi friksi-friksi ketika akan memusyawarahkan pekerjaan yang akan

didelegasikan kepada anakberu. Jenis Sembuyak Sembuyak adalah mereka yang

sesubklen sama, atau orang-orang yang seketurunan (dilahirkan dari satu rahim),

tetapi tidak terbatas pada lingkungan keluarga batih, melainkan mencakup saudara

seketurunan di dalam batas sejarah yang masih jelas diketahui. Saudara

perempuan tidak termasuk sembuyak walaupun dilahirkan dari satu rahim, hal ini

karena perempuan mengikuti suaminya. Peranan sembuyak (yang seklen) adalah

bertanggungjawab kepada setiap upacara adat sembuyak-sembuyaknya, baik ke

dalam maupun keluar. Bila perlu mengadopsi anak yatim piatu dari saudara yang

seklen. Mekanisme ini sesuai dengan konsep sembuyak, sama dengan seperut,

sama dengan saudara kandung. Sesubklen sama dengan saudara kandung.

Sembuyak dapat dibagi menjadi dua bagian:

A. Sembuyak berdasarkan tutur. Mereka bersaudara karena sesubklen

(merga).

B. Sembuyak berdasarkan kekerabatan, ini dapat dibagi atas:

C. Sembuyak Kakek adalah kakek yang bersaudara kandung.

D. Sembuyak Bapa adalah bapak yang bersaudara kandung.

E. Sembuyak Nande adalah ibu yang bersaudara kandung.

Demikian juga halnya pada pelaksanaan upacara nengget, pada

pelaksanaan upacara ini dihadiri oleh seluruh kelompok kerabat dari masing-

masing pihak. Adapun pihak-pihak yang hadir dalam pelaksanaan upacara

Page 67: upacara negget_NoRestriction

nengget adalah: pihak kalimbubu atau pihak pemberi dara, senina/sembuyak, dan

anak beru ketiga pihak ini memiliki peranan yang berbeda-beda satu dengan yang

lainnya. Selain ketiga pihak ini masih ada lagi pihak yang paling berperan dalam

pelaksanaan upacara nengget yaitu turangku atau rebu, dimana turangku inilah

yang nantinya akan menyiramkan lau si malem-malem pada pasangan suami istri

yang belum memiliki keturunan tersebut. Padahal pada dasarnya dalam kehidupan

sehari-hari mereka tidak dapat saling bertegur sapa karena hal ini dipantangkan

bagi masyarakat Karo ini disebut dengan istilah rebu, apabila mereka ini ingin

mengatakan sesuatu maka harus melalui perantara.

Rebu itu sendiri artinya pantangan, dilarang, tidak boleh atau tidak

dibenarkan melakukan sesutu menurut adat Karo, bagi siapa yang melanggar

maka ini dikatakan tidak tau adat dan dicemooh oleh masyarakat. Istilah rebu

pada masyarakat Karo dapat dibedakan atas tiga pihak diantaranya adalah :

1. Antara mami (mertua wanita) dengan kela (menantu pria). Dalam

pengetian sempit mami adalah ibu dari istri kela, sedangkan kela

adalah suami dari anak wanita mami.

2. Antara bengkila (mertua pria) dengan permain (menantu wanita)

bengkila dalam pengertian sempit adalah ayah dari suami seorang

wanita.

3. Antara turangku dengan turangku.

Pengertian rebu dalam masyarakat Karo adalah dilarang berbicara,

dilarang duduk sebangku, misalnya dengan mertua yang berbeda jenis kelamin

dan dilarang berbicara dengan suami ipar atau ustri yang berbeda jenis kelamin.

Rebu ini sebagai tanda adanya batas kemerdekaan diri, adanya rasa diri

Page 68: upacara negget_NoRestriction

berkebebasan, melalaui perilaku seperti ini orang meningkatkan dan sadar akan

perinsip sosial dalam cara hidup berkerabat maka melalui rebu orang akan mampu

mengontrol prilaku dan perbuatannya sendiri. Rebu melahirkan mehangke atau

enggan dan dari enggan tersebut dapat melahirkan rasa hormat seseorang. Hormat

menimbulkan sopan santun, dan ini adalah unsur mendidik bagi masyarakat Karo.

3.5. Waktu Dan Pelaksanaan Upacara Nengget

Waktu merupakan suatu hal yang sangat perlu diperhatikan, pemilihan

waktu yang tepat akan membuat sesuatu keadaan menjadi serasi sehingga apa

yang menjadi tujuan pelaksanaan akan tercapai. Sebaliknya pelaksanaan yang

dilaksanakan yang dilakukan tanpa perhitungan waktu akan membawa hasil yang

kurang baik atau bahkan bisa menimbulkan hasil yang tidak berarti apa-apa.

Orang Karo sejak lama menyadari hal itu, setiap pekerjaan tidak pernah dilakukan

sesuka hati tanpa perhitungan. Semua pekerjaan akan selalu terlebih dahulu

dicarikan waktu yang tepat. Misalnya dalam memasuki rumah baru tidak semua

hari boleh dilakukan namun hari yang tepat dan diyakini dapat membawa berkat

bila kita menempati rumah tersebut adalah wari beras pati (hari beras pati).

Selanjutnya untuk upacara buang sial dilakukan pada wari aditia turun (hari aditia

turun) dan lain sebagainya.

Demikian juga sebaliknya pada upacara nengget waktu dan hari

pelaksanaanya juga harus ditentukan terlebih dahulu dan dicari hari yang tepat

sehingga pelaksanaan upacara nengget ini tidak sia-sia. Dalam pemilihan hari

pelaksanaan upacara ini biasanya disarankan oleh pihak yang akan melaksanakan

upacara nengget, selain itu dalam pemilihan hari ini juga dapat dibantu oleh

Page 69: upacara negget_NoRestriction

seorang dukun atau guru simeteh wari si telu puluh (guru yang tau memilih hari

yang baik di antara 30 hari yang ada pada hari-hari Karo). Pelaksanaan upacara

nengget ini biasanya dilakukan pada malam hari tepat pada saat keluarga tersebut

sedang beristrahat. Hal ini sangat menentukan dalam proses pelaksanaan upacara

nengget, karena apabila keluarga tersebut mengetahui rencana pelaksanaan

nengget tersebut maka upacara ini dikatakan tidak berhasil.

Proses pelaksanaan upacara nengget ini dilakukan secara sangat rahasia,

sebelum upacara nengget dilaksanakan maka kalimbubu dan anak beru

bermusyawarah untuk melakukan nengget. Apabila keluarga yang akan disengget

tersebut belum memiliki anak laki-laki maka inisiatif untuk melakukan upacara

adalah dari pihak kalimbubu. Sebaliknya, bila keluarga yang akan disengget

belum memiliki anak perempuan maka inisiatif untuk melaksanakan upacara

adalah dari pihak anak beru. Acara nengget ini biasanya dilakukan pada malam

hari, pada saat keluarga yang akan disengget sedang berkumpul. Tepat pada hari

yang telah ditentukan rombongan nengget berangkat dari satu tempat tertentu,

misalnya dari rumah kalimbubu atau anak beru dan semuanya harus berjalan

secara rahasia.

Pada malam pelaksanaan upacara nengget telah diatur siasat agar keluarga

yang akan disengget berda di rumahnya. Misalnya salah seorang kerluarga dekat

datang ke rumahnya membicarakan hal-hal yang penting, atau seorang tamu yang

sangat dihormatinya berjanji datang ke rumahnya pada malam itu untuk

membicarakan suatu hal. Peralatan-peralatan nengget dipersiapakan, seperti :

tumba beru-beru diisi lau simalem-malem (air yang telah dicampur dengan

berbagai ramua) dan diserahkan kepada turangku si dilaki (istri dari ipar suami)

Page 70: upacara negget_NoRestriction

dan turangku si diberu (suami dari adik kakak suaminya). Mereka ini dalam

kehidupan sehari-hari adalah rebu atau pantang untuk saling bertegor sapa secara

langsung, kemudian masing-masing turangku ini masuk ke rumah yang akan

disengget secara diam-diam. Dengan tiba-tiba masukalah turangku dengan

menyiramkan turangkunya dengan lau si malem-malem, sambil berkata “ e maka

mupus anak lah engko, adi lang la kita rebu rasa lalap “ yang artinya “ maka

jumpa keturunan lah engkau, kalau tidak sampai tua kita tidak rebu “. Pada waktu

yang bersamaan gong dipukul sehingga menimbulkan suara yang riuh dan kaum

perempuan menari. Kemudian semua rombongan masuik ke rumah, lalu keluarga

yang disengget diosei (dipakaikan pakaian adat) secara terbalik yang laki-laki

dipakaikan pakaian adat perempuan sedangkan yang perempuan dipakaikan

pakaian adat laki-laki. Setelah selesai diosei maka keluarga ini dipasangkan oleh

klsimbubu dan gendangpun dipukul untuk menari bersama.

Pada saat acara menari suami istri yang disengget disatukan dan makan

dalam satu piring pasu dengan nasi dan lauknya ayam (sangkep) yang khusus

dibuat oleh kalimbubu. Sesudah mereka makan barulah orang yang hadir dalam

upacara ini makan bersama-sama. Selesai acara makan maka diadakan

musyawarah atau runggu yang isinya menanyakan : unek-unek (manek-manek)

yang disengget kepada kalimbubu, kalau memang ada maka masalah itu harus

diselesaikan pada malam itu juga. Selain itu keluarga yang disengget tersebut juga

ditanyai apakah ia mempunyai keinginan tertentu, yang masih belum kesampaian

sampai sekarang sehingga hal ini dapat terus mengaggu pikiran keluarga tersebut.

selanjutnya ipalu gendang (gendang dipukul) dan diaturlah acara menari sebagai

berikut:

Page 71: upacara negget_NoRestriction

1. menari dari pihak sukut

2. menari dari pihak sembuyak/senina/sipemeren/siparibanaen/sedalanen

3. menari dari pihak anak rumah

4. menari dari pihak kalimbubu

5. menari dari pihak anak beru

Setelah acara menari selesai maka acara untuk upacara nengget telah

selesai dan boleh tidur atau bercakap-cakap. Besok paginya setelah selesai acara

makan pagi, runggupun dimulai lagi yaitu untuk bembayar uang jujuran (pedalen

emas) seperti pada acara kawin. Uang jujuran ini disesuaiakn dengan

daerah/tempat dilakukannya pelaksanaan upacara nengget. Untuk biaya dari

pelaksanaan nengget ini ditanggung oleh pihak yang berinisiatif melakukan

upacara, misalnya apabila inisitif pelaksanaan nengget dari pihak kalimbubu maka

biayanya ditanggung oleh kalimbubu. Sebaliknya apabila inisiatif nengget datang

dari pihak anak beru maka biayanya dari pihak anak beru.

3.6. Manfaat Pelaksanaan Upacara Nengget

Setiap upacara yang dilaksanakan akan memberikan manfaat bagi yang

melaksanakannya, baik itu memperoleh kesehatan, keselamatan dan bahkan

memperoleh ketenangan dalam kehidupannya. Demikian juga halnya pada

pelaksanaan upacara nengget akan memberikan manfaat bagi pelaksananya.

Walaupun kadang kala pelaksanaan upacara ini tidak memberikan hasil yang

diharapkan pada orang yang melaksanakannya. Akan tetapi banyak manfaat yang

didapatkan dari pelaksanaan upacara ini. Manfaat yang paling tampak dari

pelaksanaan ini adalah adanya rasa kekerabatan dari kedua belah pihak keluarga

Page 72: upacara negget_NoRestriction

yang disengget. Selain itu bagi keluarga yang disengget tersebut ada yang

mendapatkan keturunan sesuai dengan apa yang diharapkan, akan tetapi ada juga

yang tidak tercapai seperti apa yang diinginkan sebelumnya. Namun hal seperti ini

bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk melaksanakan upacara nengget

untuk kedua kalinya.

3.7. Kedudukan Upacara Nengget Di tengah-tengah Pengobatan Modern

Upacara nengget merupakan satu dari beberapa jenis upacara tardisional

yang ada pada masyarakat Karo. Sealin upacara nengget ini masih banyak lagi

jenis-jenis upacara lainnya. Namun walaupun demikian ada juga upacara yang

sudah hampir terlupakan karena kemajuan zaman dan semakin pesatnya

pengobatan modern. Lain halnya dengan upacara nengget ini yang sampai

sekarang masih tetap eksis walaupun pengobatan-pengobatan medis sudah

semakin modern dan berkembang pesat. Seperti halnya pada masayarakat di Desa

Saran Padang, upacara nengget ini masih tetap dilaksanakan pada keluarga yang

belum memiliki keturunan walaupun di Desa tersebut sudah ada tersedia sarana

pengobatan medis. Masyarakat Desa Saran Padang meyakini bahwa melalui

upacara nengget ini keluarga yang sudah lama berumah tangga tersebut dapat

memberikan keturunan kepada keluarga tersebut. Namun abila setelah melakukan

upacara ini tetapi keluarga tersebut belum juga mendapatkan keturunan maka

tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk melakukannya lagi untuk kedua

kalinya dan bahkan sampai beberapa kali.

Meskipun pengobatan-pengobatan modren telah berkembang pesat, tetapi

masyarakat Desa Saran Padang masih tetap meyakini upacara nengget ini. Dalam

Page 73: upacara negget_NoRestriction

hal ini bukan berarti masyarakat Desa Saran Padang tidak mengenal yang

namanya pengobatan medis akan tetapi bagi mereka upacara nengget ini

merupakan suatu tradisi yang wajar dilakukan apabila salah satu dari keluarga

mereka yang sudah lama berkeluarga dan belum dikaruniai anak. Kedudukan

upacara nengget di tengah-tengah perkembangan pengobatan modern tidak ada

perbedaannya, dengan kata lain hampir sama kedudukannya dan upacara nengget

ini diterima dengan baik oleh masyarakat Desa Saran Padang. Tanpa adanya

pandangan dari masyarakat setempat bahwa siapa yang melakukan upacara ini

dianggap tidak percaya dengan pengobatan medis. Bahkan tidak menutup

kemungkinan bagi mereka yang telah disengget untuk tidak berobat ketempat

pengobatan medis, karena tidak ada larangan bagi mereka apabila sudah

melakukan upacara nengget maka tidak boleh lagi berobat ketempat manapun.

Page 74: upacara negget_NoRestriction

BAB IV

STUDI KASUS DALAM UPACARA NENGGET

Setiap kali kelompok atau individu yang mengadakan sesuatu hal atau

pekerjaan, tentu saja mempunyai tujuan dan harapan baik itu berupa harapan

kesehatan, rezeki, keselamatan, dan juga keturunan seperti halnya pada upacara

nengget ini. Namun kadang kala apa yang telah kita kerjakan dan yang kita

harapkan itu tidak memberikan hasil yang baik seperti yang kita rencanakan

sebelumnya. Sama halnya dalam pelaksanaan upacara nengget ini tentunya

mempunyai tujuan dan maksud dari pelaksanaannya, dan setiap kelompok yang

melaksanakannya tentu saja mengharapkan hasil yang baik sesuai dengan apa

yang telah direncanakan. Akan tetapi ada juga kelompok yang tidak berhasil

mendapatkan atau tidak tercapai tujuannya seperti apa yang di inginkan

sebelumnya. Namun walupun demikian tidak menutup kemungkinan bagi mereka

untuk melaksanakannya kembali sampai maksud dan tujuannya itu tercapai.

Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai studi kasus dari

pelaksanaan upacara nengget yang dilaksanakan di Desa Saran Padang serta

manfaat apa saja yang diperoleh keluarga ini setelah melakukan upacara nengget

dan bagaiman tanggapan mereka tentang upacara nengget ini. Studi kasus ini

terjadi antara keluarga yang berhasil mendapatkan keturunan setelah mengadakan

upacara nengget yaitu : keluarga G. Tarigan dengan R. br Bangun dan keluarga

yang belum berhasil mendapatkan keturunan setelah mengadakan upacara nengget

yaitu : keluarga M. Ginting dengan B. br Sembiring.

Page 75: upacara negget_NoRestriction

4.1. Keluarga Yang Berhasil Mendapatkan Keturunan

4.1.1 Keluarga G. Tarigan dan R. br Bangun

Keluarga ini tinggal di Desa Saran Padang, Kecamatan Dolok Silau,

pekerjaan mereka sehari-hari adalah bertani. Mereka menikah pada tahun 2003,

tepatnya pada tanggal 20 nopember 2003. Setelah menikah mereka tidak langsung

memiliki rumah sendiri dan masih tinggal di rumah orang tua dari pihak laki-laki.

Hal ini dikarenakan pada saat itu mereka belum memiliki cukup tabungan untuk

membangun rumah sendiri. Sekitar enam bulan mereka tinggal di rumah orang tua

laki-laki dan pada saat itu pekerjaan mereka hanya bertani, modal untuk bertani

ini juga sebagian besar dari mertuanya ( ibu dari pihak laki-laki ).Hasil pertanian

mereka pada saat itu cukup membawa hasil sehingga mereka dapat membangun

rumah sendiri dan pisah dari mertuanya.

Selama satu tahun mereka tidak pernah berpikir masalah keturunan,

mereka sibuk dengan urusan ladang mereka yang semakin hari semakin

berkembang mereka hanya berusaha untuk terus menambah tabungan. Setelah

mereka berkeluarga selama dua tahun belum juga dikaruniai anak, berbagia

macam cara telah dilakukan baik itu berobat secara medis maupun secara non

medis bahkan beberapa keluarga dekat juga sudah banyak yang menyarankan

untuk berobat ke dokter maupun ke pengobatan alternatif. Tetapi hasilnya tetap

saja tidak ada. Dana yang mereka keluarkan untuk ini tidak sedikit, sampai-

sampai mereka putus asa dan berhenti berobat, yang mereka lakukan pada saat itu

hanya rajin berdoa dan beribadah. Keluarga dari kedua belah pihak juga sudah

hampir putus asa dan menyarankan kepada mereka agar mengadopsi anak saja.

Kata mereka “sekalian jadi pemancing” mana tau setelah mereka adopsi anak

Page 76: upacara negget_NoRestriction

mereka bisa dapat keturunan, karena di Desa Saran Padang ini ada juga yang

sudah melakukan itu dan memang benar mereka bisa dapat keturunan.

Sampai pada akhirnya orang tua dari pihak perempuan mendapat mimpi

bahwa mereka harus mengadakan upacara nengget pada anaknya tersebut dan

kalau ini tidak dilakukan maka anaknya tersebut sampai kapanpun tidak akan

mempunyai keturunan seperti apa yang mereka harapkan. Setelah mendapat

mimpi ini orang tua dari pihak sperempuan tersebut tidak langsung percaya

bahkan mengabaikannya mimpi itu begitu saja. Samapi pada malam berikutnya

dia kembali mendapat mimpi yang sama dan akhirnya dia menceritakan semua

mimpinya tersebut pada seluruh anggota keluarga dan keluarga dekat lainnya.

Setelah itu barulah mereka merencanakan untuk mengadakan upacara nengget

pada anaknya tersebut. Tak lupa juga mereka menceritakan maksud baik mereka

ini kepada keluarga dari pihak laki-laki mereka menyambut baik rencana dari

pelaksanaan upacara nengget ini.

Maka mulailah direncanakan kapan hari pelaksanaan dan siapa-siapa saja

yang diundang dalam upacara. Rencana pelaksanaan upacara ini benar-benar

dirahasiakan dari keluarga yang akan disengget tersebut. Semua kegiatan yang

menyangkut upacara ini harus benar-benar dirahasiakan dari keluarga yang akan

disengget karena apabila mereka sampai mengetahui rencana ini, maka

pelaksanaen upacara ini dikatakan gagal. Pada hari yang telah ditentukan para

rombongan yang telah diundang datang dan berkumpul di rumah yang telah

ditentukan tempatnya, dan mempersiapkan segala keperluan yang akan dibawa

pada saat pelaksanaan upacara.

Page 77: upacara negget_NoRestriction

Tepat pada jam satu malam para rombongan datang dan menggedor-gedor

pintu mereka, awalnya mereka takut untuk membuka pintu karena mereka

mengira kalau itu maling atau orang gila yang keluyuran malam hari. Tetapi

karena pintu terus digedor-gedor akhirnya mereka keluar juga dan pada saat

mereka membuka pintu mereka langsung disiram dengan lau simalrm-malem (air

yang telah dicampur dengan berbagai ramuan). Pada saat itu mereka berdua

terkejut dan langsung menangis sampai-sampai si istri pingsan karena terkejut.

Kemudian mereka disiram dengan lau si malem-malem secara bergantian oleh

rombongan sambil memberikan nasehat-nasehat supaya mereka cepat mendapat

keturunan. Setelah ini selesai maka dilanjutkan dengan acara makan bersama

namun sebelum itu terlebuh dahulu mereka dipakaikan pakaian adat secara

terbalik, yakni yang perempuan memakai bulang-bulang sedangkan yang laki-laki

memakai tudung. Pada sat makan mereka makan dalam satu piring, makanan ini

dibuat khusus oleh kalimbubu kepada mereka.

Beberapa bulan setelah diadakannya upacara nengget ini istri dari yang

disengget tersebut mengandung, pada awalnya mereka tidak percaya atas apa

yang terjadi sampai akhirnya mereka konsultasi ke dokter kandungan, dan

menyatakan bahwa si istri tersebut sedang mengadung dengan usia kandungannya

satu bulan. Setelah mengetahui bahwa si istri positif mengandung maka kabar

baik ini segara diberitahukan kepada keluarga lainnya. Kabar baik ini cukup

menggembirakan bagi seluruh anggota keluarga besar baik itu dari pihak laki-laki

maupun dari pihak perempaun. Mungkin karena terlalu merasa gembira dan

bersyukur maka keluarga ini mengadakan acara syukuran kecil-kecilan. Dalam hal

ini pelaksanaan nengget yang mereka laksanakan dikatakan berhasil dan

Page 78: upacara negget_NoRestriction

mendapatkan hasil yang baik karena secara kebetulan anak yang lahir juga anak

laki-laki. Dua tahun kemudian istrinya mengandung lagi dan melahirkan anak

perempuan.

4.1.2. Manfaat Yang Diperoleh Dari Upacara Nengget

Banyak manfaat yang mereka peroleh dari upacara nengget ini, salah satu

diantaranya adalah mereka mendapatkan keturunan seperti apa yang mereka

harapkan. Selain itu mereka juga semakin menyadari bahwa upacara nengget ini

benar-benar dapat membantu mereka dalam mendapatkan keturunan. Bagi

keluarga ini upacara nenggetlah yang telah membantu mereka sehingga mereka

mendapatkan keturunan. Selain itu keluarga ini juga sangat berterima kasih

kepada keluarga yang telah mengadakan upacara nengget kepada mereka, karena

upacara nengget tersebutlah yang membuat keluarga ini menjadi sempurna dan

mempunyai dua orang anak. Bukan hanya itu saja kekerabatan dengan seluruh

anggota keluarga juga semakin erat. Tanggapan keluarga ini terhadap upacara

nengget cukup baik, mereka sangat mendukung upacara ini dan mengharapkan

supaya upacara nengget ini tetap ada dan eksis walaupun pengobatan-pengobatan

modren sudah sangat banyak dan berkembang dengan pesat.

4.2. Keluarga Yang Belum Berhasil Mendapatkan Keturunan

4.2.1. Keluarga M. Ginting dan B. br Sembiring

Keluarga ini menikah pada tahun 2000 pada tanggal 19 oktober 2000, pada

awal mereka menikah mereka belum memiliki pekerjaan tetap dan tinggal di

rumah orang tua dari pihak laki-laki. Selama dua bulan mereka tinggal di rumah

orang tua dari pihak laki-laki, selanjutnya mereka tinggal di rumah kontrakan dan

Page 79: upacara negget_NoRestriction

mulai berusaha sendiri mulai membuka ladang sendiri dan mengusahakan

pekerjaan tambahan lainnya seperti membuka warung kecil-kecilan. Dilihat dari

keberuntungan rejekinya dapat dikatakan keluarga ini cukup berhasil karena hasil

dari pertanian mereka berhasil terus dan usaha kecil-kecilan mereka juga

mendapatkan penghasilan yang lumayan membantu. Tetapi dalam mendapatkan

keturunan keluarga ini tidak seberuntung seperti mereka mendapatkan rejeki.

Keluarga ini juga tinggal di Desa Saran Padang, Kecamatan Dolok Silau, selama

satu tahun berumah tangga mereka belum juga diberikan keturunan. Awalnya bagi

mereka ini wajar-wajar saja, mungkin belum saatnya hanya itu yang membuat

mereka tetap sabar.

Pada saat usia pernikahan mereka memasuki dua tahun, keluarga ini mulai

sadar bahwa mereka harus melakukan sesuatu supaya menadapatkan keturunan.

Mulailah berobat, awalnya mereka berobat ke dokter sepesialis kandungan tetapi

trtap saja tidak berhasil. Bukan hanya satu dokter saja yang mereka datangi

melainkan sudah sampai lima dokter yang mereka kunjungi. Hampir sampai satu

tahun mereka berobat ke dokter sepesialis kandungan tapi, hasilnya tetap saja

tidak ada. Hal ini tidak juga membuat keluarga ini putus asa, mereka tetap

mencoba berobat sampai ke pengobatan alternatif segala jenis ramuan sudah di

coba, dari yang asin, pahit, manis dan bahkan rasa yang cukup aneh di lidah juga

sudah mereka rasakan tetapi hasilnya tetap saja sama. Sampai akhirnya mereka

merasa bosan dan berhenti berobat.

Mungkin karena keluarga dari pihak mereka juga sudah putus asa, sempat

juga keluarga ini di anjurkan untuk mengadopsi anak dari panti asuhan atau dari

rumah sakit, tetapi mereka tidak mau dengan alasan takutnya nanti anak yang

Page 80: upacara negget_NoRestriction

mereka dapat tidak sesuai denagan apa yang diharapkan. Bukan hanya itu saja

bahkan anak dari abang suaminya juga pernah mereka asuh selama setengah

tahun, alasan kenapa dibuat seperti ini supaya dapat menjadi pemancing. Mana

tau selama mereka mengasuh anak abangnya tersebut keluarga ini mendapatkan

keturunan, tetapi hasilnya tetap saja tidak ada. Mulai saat itu keluarga ini mulai

berhenti berharap, keluarga dekat lainnya juga sudah pasrah dan menyerahkan

semuanya pada yang di atas.

Pada tahun 2004 ada inisiatif dari pihak anak beru untuk melakukan

upacara nengget kepada keluarga ini, dan maksud baik mereka diterima oleh

pihak kalimbubu. Semua persipan upacara dipersipakan oleh pihak anak beru

karena inisiatif untuk mengadakan upacara nengget datang dari pihak anak beru,

bahkan hari pelaksanaannya juga mereka yang tentukan sendiri. Malam pada saat

pelaksanaan upacara nengget akan dilaksanakan semua para rombongan yang

telah diundang datang dan berkumpul di rumah anak beru. Tepat pada pukul satu

dini hari rombongan datang dengan membawa segala perelengkapan upacara. Tata

cara upacaranya sama seperti upacara nengget lainnya, mereka di siram dengan air

suci (lau si malem-malem) secara bergantian oleh para rombongan dan kemudian

di pakaikan pakaian adat secara terbalik dan makan bersama. Dalam pelaksanaan

upacara ini tidak ada diiringi dengan gendang atau musik.

Setelah pelaksanaan upacara nengget ini selesai seluruh anggota keluarga

berharap supaya keluarga yang belum memiliki keturunan tersebut secepat

mungkin mendapatkan keturunan sehingga upacara yang mereka lakukan tidak

sia-sia begitu saja. Mungkin Tuhan berkehendak lain bukan seperti apa yang

mereka harapkan, selama enam bulan mereka menuggu hasil dari upacara nengget

Page 81: upacara negget_NoRestriction

tetapi hasilnya tetap saja tidak ada. Sampai-sampai keluarga yang belum

memiliki keturunan tersebut merasa malu dan meminta kepada keluarga besarnya

baik itu dari pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan supaya tidak terlalu

memikirkan mereka karena keadan mereka yang belum juga mendapat keturunan.

Tetapi yang namanya orang tua tidak akan pernah rela melihat anaknya sedih

karena tertekan perasaan oleh beban hidup yang dibawa anaknya apapun akan

dilakukannya supaya anaknya bahagia.

Sampai pada akhirnya bapak (orang tua laki-laki) dari istri yang belum

memiliki keturuan tersebut bermimpi bahwa mereka harus melakukan upacara

nengget untuk kedua kalinya akan tetapi tata cara upacara nengget yang akan

mereka lakukan bukan seperti upacara nengget yang biasa orang Karo lakukan,

melainkan harus di gabung dengan tata cara upacara nengget batak Toba. Pada

dasarnya pelaksanaan nengget untuk kedua kalinya dilkaukan tidak menjadi

masalah bagi mereka tetapi yang menjadi masalah adalah kenapa harus dilkaukan

juga dengan memakai adat batak Toba. Padahal keluarga dari pihak perempuan

asli bersal dari suku Karo tidak ada sedikitpun percampuran dengan suku Batak

Toba. Mungkin karena ini merupakan amanat yang diberikan oleh orang yang

telah mendahului mereka maka upacara nengget itu dilaksanakan juga sama

seperti apa yang telah dikatakan dalam mimpi tersebut.

Pelaksanaannya ternyata tidak semudah upacara nengget yang biasa

dilakukan oleh suku Karo, pelaksanaan nengget yang dilakukan dengan tata cara

suku Toba jauh lebih rumit. Biasanya pada pelaksanaan nengget yang dilakukan

suku Karo hanya dengan menyediakan satu ekor ayam yang dimasak secara utuh

dan ini yang nantinya diberikan kepada keluarga yang belum memilki keturunan

Page 82: upacara negget_NoRestriction

tersebut. Beda dengan Toba mereka harus menyediakan deke boru silalahi (ikan

yang khusus diberikan pada perempuan yang bermarga silalahi) ukuran serta

beratnya juga tidak boleh sembarangan dan warnanya juga harus benar-benar

hitam. Ikan ini nantinya akan di masak secara utuh dan dibalut dengan daun tebu.

Pada saat memasak ikan ini harus benar-benar dijaga agar jangan sampai

patah, karena apabila patah atau retak sedikit saja maka ikan ini tidak layak untuk

diberikan kepada boru silalahi tersebut. Selain ikan ini masih ada lagi yang harus

disediakan yautu nitak, nitak ini adalah makanan yang terbuat dari tepung beras

yang dibentuk sedemikian rupa dan bentuknya tersebut juga mempunyai makna

tertentu sehingga dalam pembuatannya juga tidak sembarangan orang yang tau.

Nitak ini tidak diberi campuran apa-apa hanya terbuat dari tepung beras dan

campuran air sedikit. setelah dibentuk sedemikian rupa maka nitak ini dimasak

dengan cara dikukus. Nitak ini akan diberika kepada istri dari pasangan yang

belum memiliki keturunan bersamaan dengan ikan boru silalahi yang telah

dimasak.

Waktu dan tata pelaksanaan dari upacara nengget ini dilakukan sama

seperti pelaksanaan upacara nengget yang dilakukan oleh suku Karo. Keluarga

yang belum memiliki keturunan di siram dengan air si malem-malem secara

bergantian oleh para rombongan. Setelah itu mereka di berikan pakaian adat Toba

walaupun tidak lengkap melainkan hanya memakai ulos saja yang diberikan oleh

pihak kalimbubu. Penutup dari upacara ini makan bersama dengan para

rombongan dan setelah semuanya selesai maka upacara ini dikatan sudah selesai

dan para rombongan dapat pulang ke rumah masing-masing. Satu tahun setelah

pelaksanaan upacara nengget yang dilakukan oleh pihak kalimbubu tidak juga

Page 83: upacara negget_NoRestriction

mendapatkan hasil seperti apa yang mereka harapkan. Mulai saat itu pihak

keluarga sudah mulai putus asa dan merasa tidak ada harapan lagi, dan bahkan

keluarga yang belum memiliki keturunan tersebut juga tidak berharap banyak lagi.

Segala macam cara sudah dilakukan tetapi hasilnya tetap sama tidak juga berhasil

seperti apa yang diharapkan.

Bukan hanya sampai disitu saja usaha yang mereka lakukan bahkan pada

saat ada acara (mengangkat tulang-tulang dari kuburan dan dipindahkan ketempat

lain yang telah disediakan) kakek (bulang) dari istri yang belum memiliki

keturunan, mereka juga sempat di sengget oleh bibinya (saudara perempuan dari

ayah) di kuburan. Dengan cara menyiramkan air secara tiba-tiba tanpa

sepengetahuan mereka, disini istri dari yang belum memiliki keturunan tersebut

sempat pingsan karena benar-benar terkejut. Setelah si istri ssadar seketika orang

yang berada disekitar tempat itu menari dan menarik-narik pasangan yang belum

memiliki keturunan tersebut agar ikut menari bersama mereka. Pasangan ini

dipasangkan dengan turangkunya yang perempuan dibuat berpasangan dengan

turangkunya yang laki-laki, sedangkan yang laki-laki dipasangkan dengan

turangkunya yang peremupuan padahal secara adat hal ini dianggap sangat tidak

wajar dan dipantangkan.

Pada saat menari mereka dikelilingi oleh bibinya sambil ersurak atau

berteriak sehingga suasana menjadi ramai. Pasangan ini tetap diajak menari

sampai mereka menjadi seluk atau tidak sadarkan diri. Pada saat pasangan ini

tidak sadarkan diri mereka ditanyai oleh bibinya apakah selama ini ada sura-sura

(keinginan) yang belum disampaikan oleh bibinya sehingga keluarga ini belum

juga mendapatkan keturunan, atau apakah ada perkataan dan tingkah laku bibinya

Page 84: upacara negget_NoRestriction

yang menyakitkan hati pasangan ini. Apabila ada keinginan dari pasangan ini

yang belum dismpaikan oleh bibinya maka secepat mungkin sura-sura

(keinginan) itu harus disampaikan. Biasanya sura-sura itu berupa cincin yang

terbuat dari suasah bagi perempuan dan rawit (pisau) bagi laki-laki. Pada saat itu

memang ada sura-sura pasangan ini untuk meminta cincin dari bibinya dan rawit

dari mamanya. Satu minggu setelah mereka disengget maka bibinya dan

mamanya datang mengantarkan cincin dan rawit tersebut kepada pasangan ini

dalam hal ini tidak ada acara khusus dan keluarga yang datang juga hanya sedikit.

Dengan tujuan supaya keluarga ini secepat mungkin mendapatkan keturunan

seperti apa yang diharapkan oleh semua keluarga. Tetapi semua usaha ini tetap

saja tidak berhasil karena sampai sekarang keluarga tersebut masih saja belum

memiliki keturunan, padahal mereka telah berkeluarga hampir selama sembilan

tahun.

4.2.2. Manfaat Yang Diperoleh Dari Upacara Nengget

Manfaat yang deperoleh keluarga ini dari upacara nengget tidak terlalu

banyak, karena setelah beberapa kali mereka disengget mereka tetap saja tidak

mendapatkan keturunan seperti apa yang mereka harapkan. Tetapi bagi mereka

upacara nengget ini adalah suatu upacara yang cukup membantu bagi keluarga

yang belum memiliki keturunan, karena setelah diadakannya upacara nengget ini

mereka tidak lagi putus asa dan tidak merasa malu dengan kata lain mereka dapat

mengatakan ini sebagai cobaan dan mungkin saja pada saat ini mereka belum

beruntung seperti apa yang dialami oleh pasangan ini. Menurut keluarga ini bukan

upacara nengget itu yang salah walaupun sudah beberapa kali mereka disengget

dan belum mendapatkan keturunan juga, bagi mereka ini hanya sebagai cobaan

Page 85: upacara negget_NoRestriction

dari yang di atas mungkin memang belum saatnya mereka mendapatkan

keturunan.

Selain daripada itu manfaat yang diperoleh dari upacara nengget ini adalah

bahwa mereka semakin sadar kalau bukan mereka saja yang merasa terbebani

karena belum memiliki keturunan, melainkan seluruh keluarga juga ikut merasa

terbebani dengan keadaan keluarga ini yang belum juga memiliki keturunan.

karena pada masyarakat Karo apabila tidak memiliki keturunan maka tidak akan

ada lagi yang akan meneruskan marganya. Tanggapan pasangan ini terhadap

upacara nengget sama seperti tanggapan keluarga G. Tarigan, yaitu mengharapkan

supaya upacara negget ini tetap ada dan tidak terlupakan karena kemajuan zaman.

Dan jangan pernah beranggapan bahwa upacara nengget ini adalah suatu jenis

upacara yang menentang ajaran agama.

Page 86: upacara negget_NoRestriction

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Mendapatkan keturunan bagi masyarakat Batak, khususnya pada

masyarakat Batak Karo adalah suatau hal yang amat penting. Walaupun dengan

perkembangan pemikiran yang semakin maju masyarakat Karo lebih gembira lagi

apabila mempunyai anak laki-laki, karena ini berhubungan dengan penerus

keturunan dari klannya, dimana masyarakat Karo menganut garis keturunan

berdasarkan garis ayah. Namun akibat-akibat biologis dan non-biologis banyak

pasangan suami istri yang belum mendapat keturunan walaupun telah bertahun-

tahun membina hubungan rumah tangga. Salah satu upacara yang dipercayai dan

yang dilakukan masyrakat Karo untuk memperoleh keturunan adalah dikenal

dengan nengget, yaitu membuat sumi istri tersebut terkejut.

Upacara Nengget adalah : mengadakan kejutan kepada salah satu keluarga

yang sudah lama berumah tangga tetapi belum memiliki keturuan. Nengget ini

tidak hanya ditujukan pada keluarga yang belum memiliki keturunan akan tetapi

upacara ini juga bisa dilakukan pada keluarga yang sudah memiliki keturunan

namun semuanya perempuan. Upacara Nengget adalah salah satu jenis upacara

religi yang sampai saat sekarang ini masih dilaksanakan atau masih diyakini oleh

masyarakat etnik Karo. Pelaksana dari upacara nengget ini bisanya dari pihak

kalimbubu, dan anak beru. Selain kalimbubu dan anak beru masih ada lagi yang

lebih memiliki peranan yang cukup penting dalam pelaksanaan upacara nengget

ini, yaitu turangku atau besan. . Turangku adalah: orang yang tabu untuk bertegor

Page 87: upacara negget_NoRestriction

sapa dalam kehidupan sehari-hari, apabila mereka ingin berbicara harus memakai

kata nina turangku atau dusebut sebagai kata istilah. Turangku inilah yang

pertama sekali menyiramkan air suci atau lau si malem-malem kepada keluarga

tersebut. Padahal sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari turangku ini tidak dapat

saling bertegor sapa dengan mereka (keluarga yang di sengget). Hal ini di

pantangkan menurut adat karo istilah ini disebut dengan istilah rebu.

Proses pelaksanaan upacara negget dilakukan pada malam hari, tepatnya

pada saat keluarga tersebut sedang beristrahat. Pada malam pelaksanaan upacara

para rombongan datang dengan membawa segala perlengkapan upacara yang

telah ditentukan sebelumnya. Sesampainya di rumah pasangan yang akan

disengget, para rombongan masuk kerumah dan menyiramkan lau si malem-

malem (air yang dicampurkan dengan beberapa ramuan) kepada pasangan tersebut

secara bergantian. Setelah itu pasangan dipakaikan pakaian adat Karo secara

terbalik laki-laki dipakaikan pakaian perempuan dan yang perempuan dipakaikan

pakaian laki-laki. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama dengan

para rombongan lainnya. Apabila setelah pelaksanaan upacara ini keluarga yang

telah disengget tersebut belum juga mendapatkan keturunan maka, tidak menutup

kemungkinan untuk melakukan upacara nengget untuk kedua kalinya. Adapun

yang menjadi tujuan dari pelaksanaan upacara nengget ini adalah untuk memohon

supaya keluarga tersebut mendapatkan keturunan.

Page 88: upacara negget_NoRestriction

5.2. SARAN

Untuk dapat terus mempertahankan upacara nengget maka disini penulis

menyarankan beberapa hal, diantaranya adalah:

1. Masyarakat Karo harus tetap mempertahankan keaneka ragaman jenis-

jenis upacara yang terdapat pada masyarakat Karo supaya tidak punah

akibat kemajuan zaman.

2. Masyarakat Karo khususnya di Desa Saran Padang harus tetap

mempertahankan upacara nengget supaya tetap eksis walaupun

pengobatan modern sudah berkembang pesat.

3. Perlunya pemahaman mengenai upacara nengget, bahwa upacara nennget

itu bukan suatu upacara yang ditentang oleh ajaran agama.

4. Memperkenalkan upacara nengget kepada masyarakat awam lainnya di

luar etnis Karo, sehingga mereka dapat lebih memahami apa sebenarnya

yang menjadi maksud dan tujuan upacara nengget.

Page 89: upacara negget_NoRestriction

DARTAR PUSTAKA

Bangun, Teridah.

1986. Perkawinan Masyarakat Batak Karo.

Jakarta : PT Kesaint Blanc

Bungin,Burhan.

2002. Metode penelitian kualitatif.

Surabaya: PT. Raja Grafindo

Persada.

Geertz, Clifford.

1992.

Kebudayaan dan agama.

Yogyakarta: Kanisius.

H.G, Tarigan.

1990. percikan budaya karo. Bandung :

Yayasan Merga Silima.

Koentjaraningrat.

1989.

Pengantar Ilmu Antropologi.

Jakarta: Rineka cipta.

1987.

Metode-metode Penelitian

Masyarakat. Jakarta : PT Gramedia

1981.

Sejarah Teori Antropologi. Jakarta :

UI Perss

Page 90: upacara negget_NoRestriction

Erlina Sembiring : Upacara Nengget Pada Masyarakat Suku Karo (Studi Deskriptif: Desa Saran Padang, Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten Simalungun), 2009.

Kessing, Roger M.

1992. Antropologi Budaya: Suatu

Prespektif Kontemporer. Erlangga.

Jakarta.

Mauss, Marcel.

1992. Pemberian (bentuk dan fungsi

pertukaran di masyarakat kuno) :

Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Perangin angin, Martin.L

2004. Orang Karo Diantara orang batak.

Jakarta: Sora mido.

Prinst, Darwan.

2004.

Adat Karo. Medan

1984.

Sejarah dan Kebudayaan Karo:

Yrama. Jakarta.

Suparlan, Parsudi.

1984. Manusia, Kebudayaan, dan

lingkungannya. Depdikbud. Jakarta.

Spradley, James P.

1997. Metode Etnografi. Tiara Wacana

Yogya. Yogyakarta

Saifuddin, Fedyani, Achmad.

2005. Antropologi Kontemporer (suatu

pengantar kritis mengenai

paradigma)

Page 91: upacara negget_NoRestriction

Sitepu sempa, sitepu bujur, sitepu A.G.

1996. Pilar Budaya Karo. Medan

Suyono, Ariyono.

1985. Kamus Antropologi. Jakarta:

Akademika pressindo.

<http://www.tanahkaro.com/simalem/content/view/681/17