15
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pencemaran Air Tanah di Kawasan Padat Permukiman Pencemaran air definisikan sebagai masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. (PP No 82, 2001). Masukkan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar berupa buangan yang bersifat rutin (Warlina, 2004). Berdasarkan definisi pencemaran air tersebut, faktor penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Pada kawasan padat penduduk aspek pelaku pencemaran air tanah lebih disebabkan oleh aktivitas manusia yang melebihi daya dukung lingkungan kawasan tersebut. Bagi manusia, air merupakan hal pokok bagi konsumsi, sanitasi, dan untuk kegiatan produksi (Linsley dan Franzini, 1989). Pesat pertumbuhan penduduk mengakibatkan air bersih menjadi salah satu sumber daya alam yang sangat penting. Air tanah adalah salah satu sumber air bersih yang potensial dan sangat penting artinya bagi kehidupan manusia. Di lain pihak, terdapat kecenderungan terus menurunnya kualitas air karena meningkatnya pencemaran air oleh buangan permukiman,dan industri. Hampir semua kegiatan manusia mempengaruhi ling- kungan di sekitarnya. Daerah industri, permukiman maupun pertanian mempengaruhi sifat hidrolika dan hidrokimia air tanah (Putranto, 1998).

unud-194-1964463973-bab ii

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: unud-194-1964463973-bab ii

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Potensi Pencemaran Air Tanah di Kawasan Padat Permukiman

Pencemaran air definisikan sebagai masuk atau dimasukkannya mahluk

hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia

sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. (PP No 82, 2001). Masukkan tersebut

sering disebut dengan istilah unsur pencemar berupa buangan yang bersifat rutin

(Warlina, 2004).

Berdasarkan definisi pencemaran air tersebut, faktor penyebab terjadinya

pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain

ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Pada kawasan padat

penduduk aspek pelaku pencemaran air tanah lebih disebabkan oleh aktivitas

manusia yang melebihi daya dukung lingkungan kawasan tersebut. Bagi manusia, air

merupakan hal pokok bagi konsumsi, sanitasi, dan untuk kegiatan produksi (Linsley

dan Franzini, 1989). Pesat pertumbuhan penduduk mengakibatkan air bersih menjadi

salah satu sumber daya alam yang sangat penting.

Air tanah adalah salah satu sumber air bersih yang potensial dan sangat

penting artinya bagi kehidupan manusia. Di lain pihak, terdapat kecenderungan terus

menurunnya kualitas air karena meningkatnya pencemaran air oleh buangan

permukiman,dan industri. Hampir semua kegiatan manusia mempengaruhi ling-

kungan di sekitarnya. Daerah industri, permukiman maupun pertanian

mempengaruhi sifat hidrolika dan hidrokimia air tanah (Putranto, 1998).

Page 2: unud-194-1964463973-bab ii

6

Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan yang

merupakan sumber air bagi aktivitas kehidupan manusia di daratan. Air tanah

berasal dari air hujan dan air permukaan yang terkumpul pada zona jenuh air.

Pembentukan air tanah diawali dari proses infiltrasi air menuju zona tak jenuh (zone

of aeration) dan kemudian meresap semakin dalam (perlokasi) hingga mencapai

zona jenuh air dan menjadi air tanah (Wikipedia, 2010).

Air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah

dangkal, terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air

tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air yang pertama dalam suatu kedalaman

biasanya antara 100-300 m. Air tanah dangkal berada hingga kedalaman 15 m. Air

tanah dangkal banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber air baku dengan

membuat sumur gali atau sumur pompa. Profil permukaan air tanah dangkal

tergantung dari profil permukaan tanah dan lapisan tanah sendiri (Wulan, 2005).

Air tanah memiliki kualitas yang pada umumnya baik, akan tetapi banyak

tergantung kepada sifat lapisan tanahnya, apabila kondisi sanitasi lingkungan sangat

rendah maka banyak tercemar oleh bakteri. Apabila berdekatan dengan industri

dengan beban pencemaran tinggi dan tidak memiliki sistem pengendalian

pencemaran air maka akan terpengaruh rembesan pencemaran (Munif, 2009).

Tekanan terhadap sumber daya air tanah tidak hanya disebabkan tingkat

eksploitasi yang berlebihan, namun juga karena adanya degradasi kualitas

lingkungan. Pembuangan air limbah secara langsung (tanpa pengolahan), buangan

dari industri, limpasan dari pengairan sawah yang telah memperoleh perlakuan

dengan bahan pestisida dan herbisida merupakan sumber pencemaran secara

eskponensial menimbulkan dampak negatif pada sumber daya air (Achmadi, 2001).

Page 3: unud-194-1964463973-bab ii

7

Sumber pencemaran air tanah dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori

yaitu sumber langsung dan sumber tidak langsung. Sumber langsung adalah buangan

yang berasal dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau suatu kegiatan

dan limbah domestik berupa buangan tinja dan buangan air bekas cucian, serta

sampah. Sedangkan sumber sumber tidak langsung adalah kontaminan yang masuk

melalui air tanah akibat adanya pencemaran pada air permukaan baik dari limbah

industri maupun dari limbah domestik (Warlina, 2004). Masuknya bahan pencemar

ke dalam akuifer air tanah terjadi dengan cara perkolasi dari permukaan tanah,

melalui sumur, dan dari rembesan air permukaan.

Kepadatan dan penyebaran penduduk tinggi mengakibatkan terjadinya

akumulasi bahan pencemar di wilayah yang padat yang akibatnya akan menurunkan

kualitas air dan degradasi lingkungan. Hasil penelitian Purnamasari (2007) tentang

kajian hubungan antara aktivitas manusia dengan penurunan kualitas air

menunjukkan bahwa, aktivitas domestik, pertanian, dan industri merupakan tiga

sumber utama pencemaran limbah domestik.

Tingginya kadar zat pencemar grey water dan black water mempengaruhi

proses dekomposisi menimbulkan bau tidak sedap ke lingkungan, dan berpotensi

mencemari air tanah disekitarnya (Hidayat, 2007). Bentuk aktivitas permukiman

berupa industri, bengkel, pertokoan, transportasi, kegiatan rumah tangga (mandi, cuci

dan kakus) akan menghasilkan limbah yang sebagian besar bercampur dengan air

tanah, sehingga air tanah akan terpengaruh sifat-sifat biologi, kimia fisika, dan dari

jenis aktivitas tersebut.

Salah satu komponen pencemaran air yang berasal dari industri, rumah

tangga (permukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan

organik. Selanjutnya dijelaskan bahwa bahan buangan organik umumnya berupa

Page 4: unud-194-1964463973-bab ii

8

limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila

dibuang ke suatu badan perairan akan menaikkan populasi mikroorganisme. Kadar

BOD dalam hal ini akan naik (Warlina, 2004).

2.2. Pemilihan Parameter Pencemaran Air Tanah Di Kawasan Padat Penduduk.

Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari, persediaan air harus memenuhi

standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Menurut WHO,

standar-standar air minum yang harus dipenuhi agar suatu persediaan air dapat

dinyatakan layak sebagai air minum harus memenuhi persyaratan fisik, biologis, dan

kimia. Standar fisik kualitas air meliputi suhu, warna, bau, rasa, kekeruhan. Standar

biologis : kuman parasit, patogen, bakteri golongan Coliform, sedangkan standar

kimia : pH, jumlah zat padat, dan bahan kimia lain (Permenkes 416/ Menkes/Per/ IX,

1990).

Pada kawasan padat penduduk, pemilihan parameter pencemaran air tanah

berkaitan dengan karakteristik bahan pencemar yang berhubungan dengan aktivitas

penduduk pada kawasan tersebut. Menurut Putra (2009), pemilihan parameter

kualitas air di dasarkan pada jenis parameter yang akan diambil, yakni parameter

primer, parameter skunder dan parameter kunci, selanjutnya di sebutkan bahwa

parameter primer merupakan senyawa kimia yang masuk ke dalam lingkungan tanpa

bereaksi dengan senyawa lain. Parameter skunder merupakan transformasi yang

terbentuk akibat adanya interaksi, transformasi atau reaksi kimia antara parameter

primer menjadi senyawa lain. Sementara itu parameter kunci adalah parameter yang

dianggap dapat mewakiki kualitas lingkungan yang di sesuaikan dengan tujuan

pengambilan sampel.

Page 5: unud-194-1964463973-bab ii

9

2.2.1 Parameter Kunci Pencemaran Air Tanah

Faktor-faktor yang menjadi parameter kunci dalam penelitian air tanah di

kawasan padat permukiman adalah keberadaan bakteri indikator sanitasi. Hasil

penelitian dari Harmayani dan Konsukarta (2007) menunjukkan bahwa semakin

berkembangnya permukiman-permukiman yang kurang terencana dan sistem

pembuangan limbah rumah tangga yang tidak terkoordinasi dengan baik berakibat

pada timbulnya pencemaran air, sehingga air sumur tidak memenuhi standar untuk

dikonsumsi menjadi air minum. Permasalahan utama pencemaran air tanah adalah

terkontaminasinya air oleh bakteri yang dapat menyebabkan kesakitan maupun

kematian. Saat ini diperkirakan sekitar 70 % air tanah di perkotaan sudah tercemar

berat oleh bakteri yang berasal dari tinja, padahal separuh penduduk perkotaan masih

menggunakan air tanah (Munif, 2009). Kondisi perumahan dan lingkungan yang

padat (slum area) serta aktifitas dan berbagai kegiatan yang tanpa perencanaan

lingkungan menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Bakteri pencemar air tanah dapat berpindah secara horizontal dan vertikal ke

bawah bersama dengan air, air seni, atau air hujan yang meresap. Jarak perpindahan

bakteri akan sangat bervariasi, tergantung pada berbagai faktor, diantaranya yang

terpenting adalah porositas tanah. Bakteri dapat dilacak sampai jarak 15 m dari

sumur tempat dimasukkannya bakteri yang dicoba Perpindahan horizontal melalui

tanah dengan cara itu biasanya kurang dari 90 cm, dengan perpindahan kearah bawah

kurang dari 3 m pada lubang yang terbuka terhadap air hujan, dan biasanya kurang

dari 60 cm pada tanah berpori, bakteri dapat berpindah sampai jarak 30 m dari titik

pembuangannya dalam waktu 33 jam. Selain itu, terdapat penurunan cepat jumlah

bakteri sepanjang itu karena terjadi filtrasi yang efektif dan kematian bakteri.

(Soeparman, 2009).

Page 6: unud-194-1964463973-bab ii

10

Pencemaran air tanah mempunyai hubungan dengan jenis dan jumlah

mikroorganisme dalam perairan tersebut, air yang memenuhi syarat untuk air minum

adalah air yang tidak mengandung bakteri Coliform di setiap 100 ml air uji

(Kepmenkes No. 907, 2002).

2.2.2 Parameter Primer Pencemaran Air Tanah

Sifat kimia air tanah merupakan salah satu sifat utama air yang

mempengaruhi kualitas air tanah selain sifat fisik, biologi dan radioaktif. Sifat kimia

air tanah sangat berguna untuk penentuan kualitas air tanah.

Keberadaan bahan pencemar kimia merubah keadaan keseimbangan daur

materi dalam lingkungan baik keadaan struktur maupun fungsinya. Menurut

Susiloatmaja (2008), air tanah dapat terkontaminasi oleh bahan pencemar kimia

karena beberapa hal, yaitu:

a) Kecepatan hilangnya senyawa tertentu dari lingkungan lebih besar daripada

kecepatan masuknya senyawa pengganti.

b) Rusaknya atau putusnya alur siklus biokimia.

c) Kecepatan masuknya senyawa ke dalam lingkungan lebih besar daripada

kecepatan pengambilannya.

d) Masuknya senyawa yang tidak terdegredasi ke dalam lingkungan .

Sifat kimia yang dapat dijadikan indikator yang menentukan kualitas air

tanah adalah pH, konsentrasi dari zat-zat kalium, magnesium, mangan, besi, sulfida,

sulfat, amoniak, nitrit, nitrat, posphat, oksigen terlarut, minyak, lemak serta logam

berat. Jika dilihat dari sumber pencemarnya, karakteristik parameter pencemaran

primer pada kawasan padat penduduk merupakan berasal dari limbah rumah tangga

non kakus yaitu buangan yang berasal dari buangan kamar mandi, dapur yang

mengandung sisa makanan dan tempat cuci (grey water).

Page 7: unud-194-1964463973-bab ii

11

Grey water pada wilayah dengan sistem sanitasi yang belum terkoordinasi

dengan baik, cenderung dibuang langsung ke lingkungan tanpa diolah terlebih

dahulu. Kandungan unsur pencemar pada grey water, antara lain unsur N (Amonium,

Nitrat, Nitrit, Organik N), unsur P (Fosfat), zat organik detergen. Kadar zat pencemar

tersebut tinggi, sehingga mencemari air tanah disekitarnya (Hidayat, 2007). Pada

Tabel 1 disajikan baku mutu parameter yang akan digunakan dalam menentukan

kualitas air tanah menurut Peraturan Gubernur Propinsi Bali No 8 Tahun 2007.

Tabel 1. Baku Mutu Parameter Primer Air Tanah

Parameter Satuan Kelas

I II NH3-N mg/l 0,5 (-) Kadmium mg/l 0,01 0,01 Khrom (VI) mg/l 0,05 0,05 Khlorida mg/l 600 (-) Nitrit sebagai N mg/l 0,06 0,06 Sulfat mg/l 400 (-) Belerang sebagai H-2S

mg/l 0,002 0,002

Sumber : Pergub Propinsi Bali No 8 (2007)

Nitrogen amoniak (NH3-N), merupakan salah satu parameter dalam

menentukan kualitas air minum maupun air sungai, Amoniak berupa gas yang

berbau tidak enak sehingga kadarnya harus rendah (Azwir, 2006). Kadar amoniak

mengindikasikan konsentrasi bahan-bahan organik yang terkandung dalam air sumur,

pencemaran amoniak pada air sumur penduduk merupakan dampak dari sanitasi

yang buruk berupa peresapan limbah mandi, cuci dan kakus (MCK), limbah dapur,

industri rumah tangga serta limbah binatang peliharaan. Amoniak yang terdapat di

perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen

anorganik yang terdapat di dalam air tanah yang berasal dari dekomposisi bahan

Page 8: unud-194-1964463973-bab ii

12

organik yang berasal dari tumbuhan dan biota aquatik yang telah mati oleh mikroba

dan jamur (Azwir, 2006).

Kadmium (Cd) adalah suatu logam putih, mudah dibentuk, lunak dengan

warna kebiruan dan mudah terbakar, membentuk asap kadmium oksida. Keberadaan

kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam Pb dan Zn. Dalam

industri pertambangan Pb dan Zn, proses pemurniannya akan selalu memperoleh

hasil samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan. Kadmium masuk ke dalam

tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

(Sudarwin, 2008).

Krom atau Kromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit

dioksidasi meski dalam suhu tinggi. Kromium digunakan oleh industri : Metalurgi,

Kimia, Refractory (heat resistent application). Sumber dari pencemaran krom ini

adalah dari limbah yang dibuang ke badan air dan selanjutnya mencemari tanah.

Chromium terdapat stabil dalam 3 valensi. Berdasarkan urutan toksisitasnya adalah

Cr-O, Cr-III, Cr-VI. Kromium dalam air biasanya hadir sebagai trivalent atau

hexavalent ion. Kromium dapat menurunkan aktivitas biologi (Wyszkowska. 2001).

Kandungan sulfat (SO42-) terlarut merupakan parameter utama yang di-

gunakan untuk menentukan ada tidaknya proses oksidasi mineral sulfida terhadap

komposisi kimia air tanah. Sumber lain adalah dari mineral gipsum (CaSO4.2H2O)

dan mineral anhidrit (CaSO4) yang akan mudah terlarut oleh air menjadi Ca2+ dan

SO42- (Wiretes, 2010). Pencemaran air dari nitrat (NO2) dan nitrit (NO3) bersumber

dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari

pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok

Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah

menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah

Page 9: unud-194-1964463973-bab ii

13

membentuk metha-hemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen di dalam

tubuh (Wiretes, 2010).

Gas H2S adalah rumus kimia dari gas Hidrogen Sulfida yang terbentuk dari 2

unsur Hidrogen dan 1 unsur Sulfur. Gas H2S terbentuk akibat adanya penguraian zat-

zat organik oleh bakteri. Gas H2S mempunyai sifat dan karakteristik Tidak berwarna

tetapi mempunyai bau khas seperti telur busuk pada konsentrasi rendah, Merupakan

jenis gas beracun, Berat jenis gas H2S lebih berat dari udara sehingga gas H2S akan

cenderung terkumpul di tempat / daerah yang rendah, H2S mempunyai daya larut

dalam air dan bersifat korosif (Elnusa, 2010).

Tarigan (2003) menjelaskan bahwa kandungan bahan bahan kimia organik

dan anorganik air tanah mempengaruhi kejernihan/kekeruhan air, hal ini

mengindikasikan mengindikasikan bahwa air tersebut mengandung begitu banyak

partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur

dan kotor. Selajutnya, material yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat,

lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang

tersuspensi, residu terlarut merupakan zat padat yang mempunyai ukuran lebih kecil

dari pada padatan tersuspensi yang terdiri dari senyawa organik dan anoeganik yang

larut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Menurut Pergub Propinsi Bali No 8

(2007) baku mutu residu tersuspensi adalah 50 mg/l.

Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam

penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi

segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi

efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 1991).

Page 10: unud-194-1964463973-bab ii

14

2.2.3 Parameter Skunder Pencemaran Air Tanah

Secara utuh ekosistem terjadi karena interaksi antar komponen abiotik dan

komponen biotik. Adanya interaksi komponen-komponen ini dapat mengalami

perubahan akibat dari gangguan yang diterima oleh suatu badan air. Parameter

skunder merupakan transformasi yang terbentuk akibat adanya interaksi,

transformasi atau reaksi kimia antara parameter primer menjadi senyawa lain,

parameter yang digunakan adalah kadar COD (Chemical Oxygen Demand) dan

BOD(Biology Oxygen Demand). Baku mutu kadar COD dan BOD disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Baku Mutu Kadar COD dan BOD Air Tanah

Parameter Satuan Kelas

I II BOD mg/l 2 3 COD mg/l 10 25

Sumber : Pergub Propinsi Bali No 8 (2007)

BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme

dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang

ada dalam air menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi bahan

organik berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan McCarty (1978) dalam

Effendi (2003), proses penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi

oleh mikroorganisme atau oleh bakteri aerobik adalah sebagai berikut:

CnHaObNc + (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2 → n CO2 + (a/2 – 3c/2) H2O + cNH3

(Bahan organik) (oksigen) (bakteri aerob)

Sumber : Warlina, 2004

Gambar 1. Reaksi Kimia Oksidasi Oleh Mikroorganisme

Page 11: unud-194-1964463973-bab ii

15

Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat

kebersihan air. Air yang bersih relatif mengandung mikro-organisme lebih sedikit

dibandingkan yang tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang

bersifat antiseptik atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida,

insektisida dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga relatif sedikit.

COD atau kebutuhan oksigen untuk reaksi kimia, merupakan salah satu

parameter organik yang mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam

menjalankan reaksi-reaksi kimia (Wulan, 2005). Angka kimia merupakan ukuran

bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan

melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya kandungan O2

terlarut dalam air (Parwatha, 2010). Beberapa bahan pencemar yang yang menjadi

pendukung tingginya nilai COD pada air tanah adalah keberadaan bahan pencemar

protein, lemak, karbohidrat, minyak, deterjen dan sulfaktan di badan perairan.

2.3 Aplikasi Metode Indeks Pencemaran Dalam Penentuan Klasifikasi Staus Pecemaran Air Tanah.

Penentuan status mutu dengan Metoda Indeks Pencemaran (IP) digunakan

untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter yang diizinkan

(Kemeneg L.H. No.115, 2003). Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks

Pencemaran (IP) dapat memberikan masukan pada pengambil keputusan agar dapat

menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk

memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa

pencemar. Penentuan klasifikasi status pencmaran air tanah dengan menggunakan

Indeks Pencemaran ditentukan berdasarkan rumus persamaan berikut ini:

Pij = 2

)/()/( 22 RLijCimLijCi +

Page 12: unud-194-1964463973-bab ii

16

Keterangan :

Pij = indeks pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari

Ci/Lij;

Lij = konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku

mutu suatu peruntukan air (j);

Ci = menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari

analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan dari

suatu alur sungai;

(C1 / Lij) m = nilai, Ci/Lij maksimum

(C1 / Lij) R = nilai, Ci/Lij rata–rata

Penentuan nilai Ci/Lij untuk masing-masing parameter adalah sebagai berikut:

a) jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat

pencemaran meningkat, misal DO., maka nilai Ci/Lij hasil pengukuran

digantikan oleh nilai Ci/Lij baru dengan rumus sebagai berikut :

b) jika nilai baku Lij memiliki rentan, misal pH maka, nilai Ci/Lij hasil

pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij baru dengan rumus sebagai berikut :

(C/L)baru = Cim –C i (hasil pengukuran)

Cim -Lij

• Untuk C i≤ Lij rata-rata

(C/L)baru = [Ci – (Lij ) rata-rata ]

(Lij)minmum -(Lij)rata-rata

• Untuk C i> Lij rata-rata

(C/L)baru = [Ci – (Lij ) rata-rata ] (Lij)maksimum -(Lij)rata-rata

Page 13: unud-194-1964463973-bab ii

17

c) jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran lebih besar dari 1,0, maka nilai Ci/Lij hasil

pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij baru dengan rumus sebagai berikut

(Ci/Lij)baru = 1,0 + P.log(Ci/Lij).

P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan

disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan

yang dikehendaki untuk suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5)

evaluasi terhadap nilai Pij disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Evaluasi Terhadap Nilai Indeks Pencemaran (Pij)

Nilai Pi Status

0 – Pij – 1,0 memenuhi baku mutu 1,0 < Pij – 5,0 cemar ringan 5,0 < Pij – 10 cemar sedang

Pij > 10 cemar berat Sumber : Kemeneg L.H. No.115 (2003)

2.4 Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam Pemetaan Kualitas Air.

Aronoff (1989) dalam Romenah (2008) menjelaskan bahwa SIG adalah

sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan,

mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian. Sistem ini

mampu mnenangkap, mengecek, menintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan

menapilkan data secara spasial dalam teknik pemetaan.

Sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam

mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi

atau objek (Aini, 2007).

Informasi yang dihasilkan SIG merupakan informasi keruangan dan

kewilayahan, maka informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi data

keruangan yang berkaitan dengan sumber daya alam. SIG sebagai sebuah sistem

berbasis komputer bereferensi geografis mampu mengintegrasikan dan menganalisis

Page 14: unud-194-1964463973-bab ii

18

data. Hasil keluarannya (Output) adalah dalam bentuk sistem informasi yang dapat

digunakan untuk memantau, memprediksi sekaligus berguna untuk merencanakan

strategi dan mengambil keputusan untuk pembangunan yang berkaitan dengan

permasalahan keruangan (Aini, 2007) pada Gambar 2 disajikan model hubungan data

dan informasi dalam aplikasi SIG.

Sumber : Aini (2007)

Gambar 2. Model Hubungan Data dan Informasi Dalam Aplikasi SIG

Komponen SIG terdiri dari perangkat keras yang meliputi central procesing

unit, monitor, printer, digitizer scaner, sedangkan perangkat lunak terdiri dari

software programe (Arc View, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, Mapinfo), dan selanjutnya

adalah data, data berupa peta yang diperlukan dapat diperoleh dengan cara

mengunduh dari informasi yang telah tersedia, maupun dengan menjitasi data spasial

dari peta dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel dengan menggunakan

keyboard (Aini, 2007).

Menurut Romenah (2008), salah satu aplikasi SIG di bidang lingkungan

adalah di bidang pemantauan pencemaran (pencemaran sungai, pencemaran laut,

pencemaran danau, evaluasi pengendapan Lumpur baik di sungai, danau atau pantai,

pemodelan pencemaran udara, limbah berbahaya dan sebagainya). Yorhanita (2001)

menjelaskan bahwa penentuan daerah-daerah yang berpotensi terhadap terjadinya

pencemaran air dapat dilakukan melalui SIG dengan cara menumpangsusunkan peta

(Over Lay Method). Rizal (2009) menjelaskan bahwa, peta yang diperlukan dalam

Pengolahan, Pemrosesasan,

Konversi. Data Informasi

Page 15: unud-194-1964463973-bab ii

19

memetakan kualitas air tanah di suatu wilayah terdiri dari : Peta DAS dan

Administratif, Peta Topografi, Peta Hidrogeologi, Peta Sistem Lahan, Hasil

turnpang susun berupa peta potensi pencemaran air tanah. Untuk mengetahui

pencemaran aktual yang telah terjadi, dilakukan uji sampel air tanah pada lokasi

penelitian.