Upload
vifianniezz
View
75
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 1/17
TINJAUAN PULPA GIGI: FUNGSI DANRESPON TERHADAP LUKA (RADANG)
TINJAUAN PULPA GIGI:
FUNGSI DAN RESPON TERHADAP LUKA (RADANG)
ABSTRAK
Pulpa gigi merupakan jaringan yang unik, peranannya dalam prognosis gigi jangka panjang
seringkali tidak diperhatikan oleh dokter gigi. Keunikannya adalah karena pulpa gigi berada di
ruang/ didalan jaringan keras yang memberikan dukungan mekanik yang kuat dan perlindungan
dari lingkungan mulut yang kaya akan mikroba. Jika jaringan keras ini kehilangan kesatuan
strukturnya, maka pulpa mendapat ancaman stimulus yang berbahaya dari mulut, seperti karies,
retak, patah, dan margin restorasi yang terbuka. Semua ini memberikan jalan bagi mikroorganisme
dan toksinnya untuk masuk ke pulpa. Pada mulanya pulpa akan merespon terhadap iritasi dengan
menjadioedema/inflamasi, jika tidak segera dirawat maka akan berkembang menjadi nekrosis pulpa
dan infeksi. Inflamasi ini juga akan menyebar ke tulang alveolar disekitarnya dan
mengakibatkan kelainan periapikal. Masalah terkait pulpa yang semakin membesar tidak boleh
dianggap remeh karena konsekuensinya yang paling serius adalah sepsis mulut, yang dapat
mengakibatkan kematian. Oleh karena itu diagnosis dan manajemen yang tepat sangat penting.
Dokter gigi harus memiliki pemahaman yang menyeluruh mengenai sifat-sifat fisiologis dan
pathologis pulpa gigi dan juga konsekuensi biologis dari intervensi perawatan.
Kata kunci: Pulpa gigi, penyakit pulpa, inflamasi, nekrosis.
Abreviasi dan akronim = CGRP: calcitonin generelated peptide; IL=interleukin; PBF = pulp
blood flow; SP = subtance P ; TTXr – tetrodotoxin-resistant ; TTXs = tetrodotoxin-sensitive.
PENDAHULUAN
Pulpa gigi berada dalam jaringan keras yang meliputi dentin, enamel, sementum, dan
memberikan dukungan mekanis yang kuat serta perlindungan dari lingkungan mulut yang kaya akan
mikroba. Meskipun demikian, jika pelindung yang keras ini kehilangan keutuhan strukturalnya, maka
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 2/17
pulpa akan berada dalam ancaman stimulus yang berbahaya dari mulut. Karies, retak, patah dan
margin restorasi yang terbuka memberikan jalur untuk mikroorganisme dan toksinnya masuk ke pulpa.
Respon dari pulpa terhadap iritasai adalah inflamasi dan jika tidak dirawat maka akhirnya akan
berkembang menjadi nekrosis pupla. Inflamasi dapat menyebar ke tulang alveolar disekitarnya serta
mengakibatkan pathosis periapical. Masalah terkait pulpa yang semakin membesar tidak boleh
dianggap remeh. Konsekuensi yang paling serius dari penyakit pulpa adalah sepsis mulut yang dapat
mengakibatkan kematian. Jika infeksi menyebar dari gigi maksila, maka dapat mengakibatkan sinusitis
bernanah, meningitis, abscess otak, cellulitis orbilat dancavernous sinus thrombosis, sedangkan infeksi
dari gigi mandibular dapat mengakibatkan angina Ludwig, abscess parapharingeal, mediastinitis,
pericarditis, emfisema, dan thrombophebitis jugular. Selain itu, jumlah gigi yang dicabut
mengakibatkan kerusakan gigi geligi, malnutrisi, dan masalah emosional yang munkin terjadi.
Sakit gigi merupakan keluhan umum di klinik dokter gigi, dan dianosis penyakit pulpa biasanya
sulit dilakukan karena gejala yang tidak jelas dan kesulitan mengakses pulpa untuk uji klinis. Kondisi
ini makin dipersulit oleh sakit gigi yang berasal dari jaringan selain pulpa. Diagnosis yang tidak tepat
dapat mengarah pada perawatan yang kurang layak sehingga berakibat menyulitkan pasien dan
membingunkan dokter giginya. Pemahaman histofisiologi terhadap pulpa yang sehat dan kemungkinan
proses pathologi yang mendasari pulpa yang sakit , penilaian seksama terhadap riwayat nyeri, dan
pemeriksaan klinis yang layak serta uji diagnosis dapat membantu dokter gigi dalam mencapai
diagnosis yang akurat dan hasil perawatan yang posistif.
Pulpa gigi dan sifatnya
Pulpa gigi berasal dari sel crest neural (ectomesenchyme). Proliferasi dan kondensasi sel-sel ini
mengarah pada pembentukan papilla gigi dari tempat dimana pulpa yang matang berasal. Pulpa yang
matang menyerupai jaringan konektif, dengan lapisan sel yang sangat khusus, odontoblas, bersama
dengan perifernya. Bungkus fisik pupla gigi, inervasi saraf sensor yang sering terjadi, serta komponen
yang kaya mikrosirkulatori membuat pupla gigi menjadi jaringan yang unik. Pengetahuan mengenai
fungsi pupla yang normal, komponen-komponennya serta interaksinya sangat diperlukan untuk
memberikan kerangaka guna memahami perubahan yang terjadi dalam pulpa yang terkena penyakit.
Fungsi pulpa gigi Pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah apakah pulpa gigi penting/diperlukan dalam
gigi yang terbentuk secara utuh. Orang dapat berpendapat bahwa gigi dapat terus berfungsi normal
setelah pulpa dicabut dan diganti dengan tambalan root canal. Dalam situasi seperti ini, sirkulasi dari
ligamen periodontal dan jaringan disekitarnya akan mendukung pulpless atau gigi yang dirawat secara
endodontik.
Penelitian saat ini mengenai invasi bakteri ke tubuli dentinal pada gigi manusia dengan atau
tanpa pulpa yang sehat telah menunjukkan bahwa gigi dengan pulpa lebih tahan terhadap invasi
bakteri ke tubuli dibandingkan dengan gigi dengan tambalan root canal. Nantinya, bakteri dapat masuk ke gigi dan mencapai sistem root canal dalam periode waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu, pulpa
memainkan peranan penting dalam proses pertahanan. Pada gigi dengan pulpa, tubuli dentinal
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 3/17
dikuasai oleh cairan dentinal dan proses odontoblastik, yang dapat berfungsi bersamaan sebagai
hidrogel muatan positif. Hidrogel dapat menangkap sejumlah bakteri yang masuk ke pulpa. Aliran
keluar dari cairan dentinal penting dalam pertahanan pulpa terhadap masuknya substansi berbahaya
karena dapat mempengaruhi tingkat pengaliran substansi toksik dari mulut ke tubuli dentinal. Selain
itu, antibodi atau agen antimikrobial lainnya mungkin terdapat dalam cairan dentinal sehubungan
dengan infeksi bakteri dentin. Kemungkinan pembentukan kompleksitas imun dan munculnya protein
plasma berat molekular, seperti fibrinogen, dalam cairan dentinal dapat mengurangi radius fungsional
dari tubuli dentinal dan oleh karena itu dapat mengurangi permeabilitas dentin.
Sel khusus pulpa, yaitu odontoblas dan mungkin sen mesenchymal yang tidak berbeda (yang
dapat membedakan ke sel pembentuk-dentin jika distimulasi), menahan kemampuan untuk
membentuk dentin disepanjang kehidupan. Kondisi ini memungkinkan pulpa yang sehat untuk
mengganti secara sebagian hilangnya enamel atau dentin yang disebabkan oleh karies gigi atau
keauasan gigi melalui pembentukan penghalang jaringan keras yang mengisolasi irritan dari jaringan
pulpa yang masih ada. Dentin sekunder disimpan secara circumferential pada tingkat yang sangat
lambat disepanjang kehidupan gigi yang normal. Odontoblas mensekresi matriks dentinal dan mundur
ke pusat pulpa. Odontoblas menjadi penuh dan arahnya dapat diubah. Dengan demikian dentin
menghasilkan “wavier” dan mengandung tubuli yang lebih sedikit. Odontoblas juga dapat membentuk
dentin sklerotik, dentin reaktionari, dan dentin reparatif sehubungan dengan stimuli yang berbahaya,
seperti caries atau prosedur operatif. Dalam dentin sklerotik, tubuli dentin menjadi terisi sebagian atau
keseluruhan dengan simpanan mineral yang mengandung hidroksiapatite dan kristal whitlockite,
sehingga mengakibatkan penurunan permeabilitas dentin. Meskipun demikian, agar terjadi sklerosis,
proses odontoblas yang sehat harus berlangsung dalam tubuli. Dalam dentin reaktionari, tubuli bersama dengan dentin primer terus ke bawah hingga odontoblas. Dentin reparatif terjadi pada
permukaan pulpa dentin primer atau sekunder dan akan terlokal di area iritasi. Dentin ini membentuk
secara proposional dengan jumlah dentin primer yang hancur. Tingkatnya berbanding terbalik dengan
tingkat serangan karies, yaitu semakin banyak dentin yang dibentuk terhadap lesi karies yang
perkembangannya lambat. Tubuli dalam dentin reparatif tidak beraturan atau sering absen, sehingga
membuatnya lebih tidak permeabel terhadap stimuli eksternal. Sel-sel yang membentuk dentin
reparatif dianggap bukan odontonblas primer tetapi berasal dari sel yang lebih dalam di pulpa seperti
fibroplas dalam zona yang kaya sel, sel endothelial atau pericyte vaskulatur darah yang dibedakan
terhadap stimulasi oleh faktor-β perkembangan jaringan. Dentin reparatif, terutama di zona perbatasan
antara dentin primer dengan sekunder mempunyai permeabilitas rendah dan dapat menghalangi
ingress irritan terhadap pulpa.
Pulpa dilengkapi dengan komponen selular yang dibutuhkan untuk pengenalan awal dan proses
antigen selanjutnya, maka dari itu dapat memunculkan reaksi pertahanan imun. Sel imun utama
dalam pulpa normal adalah sel T periferal (pembantu/inducer dan cytotoxic/suppressor). Sel utama
yang menghasilkan antigen dalam pulpa dental adalah sel dendritik yang umumnya berlokasi di lapisan
odontoblastik. Sel ini melakukan uptake, proses dan menghasilkan antigen sebagai antigen HLA-DR di
permukaan sel hingga T-limfosit CD4+. Sel penghasil antigen lainnya serupa dengan makrofag dan
berlokasi di bagian yang lebih pusat dari pulpa. Pada insisor tikus, antigen Class II mengaktifkan
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 4/17
makrofag dan empat kali lebih umum dibandingkan dengan sel dendritik. Perlu diperhatikan bahwa
pulpa gigi yang normal sepertinya tidak mempunyai sel-sel B.
Pulpa juga merupakan organ sensoris. Sensitifitasnya terhadap stimuli panas telah diketahui
dengan baik. Dengan mengabaikan sifatnya tehadap stimuli panas, seperti perubahan panas, deformasi
mekanik atau trauma, maka pulpa mendaftarkan impuls yang berbeda-beda sebagai sensasi umum,
yaitu nyeri. Kemampuan mendaftarkan nyeri semacam ini penting sebagai bagian dari mekanisme
pertahanan pulpa. Pasien dengan pulpa yang mengalami inflamasi cenderung mencari perawatan lebih
awal sementara lukanya terbatas di dalam gigi, sebaliknya pada mereka yang mempunyai tambalan
akar maka sensasi nyerinya tidak akan terasa hingga terjadu kerusakan penting dalam jaringan
disekitar akar. Selain itu, fungsi proprioseptif pulpa membatasi muatan yang dibebankan pada gigi oleh
otot mastikatori yang kemudian melindungi gigi dari luka.
Odontoblas
Odontoblas merupakan sel yang unik. Sementara tubuh sel dari sel penghasil mineral dekat
dengan proses sel dan berada dalam matriks mengapur (calcified ), proses sel odontoblas memanjang
hingga jarak tertentu ke matriks dentin dan mungkin hingga batas luar dentin dalam beberapa kasus
sementara tubuhnya tetap di pulpa, pada batas dalam dentin. Dengan kata lain, proses sel memanjang
dari pusat pengendali dan nutrisionalnya. Proses odontoblastik seangat baik dan terjadi dalam tubuli
dentinal, yang seperti pipa kapiler dengan diameter lebih kecil dari eritrosit. Mikrotubuli dan
mikrofilamen merupakan komponen penting dari proses yang memberikan infrastruktur untuk
transportasi dari tubuh sel ke proses sel yang terpencil.
Selain peranannya dalam pembentukan dentin, odontoblas dapat terlibat dalam transduksi
sensoris. Adanya sambungan yang sempit, melekat dan renggang dapat menekankan bahwa sel-sel ini berkomunikasi satu dengan lainnya. Dan jika salah satu terpengaruh, maka lainnya juga akan
terpengaruh. Sambungan ini terletak di antara dan pada odontoblas dan serabut saraf, mereka
memberikan jalur untuk hambatan elektrik yang rendah di antara dan pada odontoblas dan serabut
saraf. Efek hidrodinamik penggantian cairan dalam tubuli dentinal atau odontoblas dapat
mengaktifkan mekanoreseptor akson saraf sensoris. Odontoblas sendiri mampu melakukan
mekanotransduksi melalui saluran ion yang diaktifkan dengan rentangan dalam membran sel.
Odontoblas juga terimplikasi dalam pengaturan aliran darah pulpa dan dalam perkembangan inflamasi
pulpa. NADPH-diaforase enzim yang terlibat dalam produksi nitric oxide, vasodilator yang kuat, berada
dalam odontoblas. Kapasitasnya untuk mensintesis PGI2 mediator inflamatori telah ditunjukkan dan ia
dapat merangsang saraf dalam vicinity sehingga mengasilkan hiperalgesia singkat.
Walaupun terdapat banyak informasi mengenai aspek struktural odontoblas, tetapi sedikit yang
diketahui mengenai aspek dinamik sel-sel ini, terutama pulpa yang matang. Pembentukan dan
pemeliharan dentin melibatkan transportasi aktif ion kalsium, pelopor kolagen atau komponen matriks
ekstraselular dari pulpa yang tepat untuk proses yang panjang, yatu aktivitas yang sepertinya
membutuhkan energi dan oksigen. Penelitian respiratori in vitro yang menggunakan metode langsung
Warburg telah menunjukkan uptake oksigen yang cukup tinggi pada bagian periferal pulpa molar
bovine. Kondisi ini mengindikasikan bahwa odontoblas dapat mempunyai metabolisme oksidatif
yang tinggi. Penelitian mengenai sistem kultur in vitro telah menunjukkan bahwa oksigen dalam
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 5/17
jumlah besar penting untuk memelihara fungsi odontoblas yang baik. Penggunaan mikro-elektroda
sensitif oksigen telah menunjukkan bahwa sel odontoblas memerlukan oskigen dengan jumlah yang
relatif besar dalam pulpa insisor tikus in vivo. Rata-rata tingkat konsumsi oksigen odontoblas yang
didapatkan dari penelitian tersebut adalah 3,2 mL/O2/min/100g jaringan, sebanding dengan yang
terjadi di otak. Selanjutnya, penelitian mikroskop elektron transmisi telah menunjukkan bahwa
odontoblas merupakan sel yang paling sensitif terhadap ischaemia. Odontoblas pada tanduk pulpa
molar tikus dengan hipoksia yang dipengaruhi secara eksperimental menahan tritiated misonidazole,
penanda yang memberi label sel dengan hipoksia.
Tanda awal dari reaksi pulpa terhadap ganguan (seperti karies gigi) merupakan
perubahan morfologis dan penurunan keseluruhan dalam jumlah dan ukuran tubuh sel odontoblas.
Ganguan dalam lapisan sel odontoblas yang mendasari terjadi bahkan sebelum adananya perubahan
inflamatori di pulpa. Penelitan elektromikroskopik terhadap perubahan ultrastruktural pulpa ischaemik
yang dipengaruhi secara eksperimental oleh ekstrasi telah menunjukkan bahwa perubahan selular yang
jelas, seperti clumping kromatin, membran nuklar tidak beraturan, dan mitokondria yang bengkak,
muncul dalam odontoblas satu jam setelah ekstraksi. Walaupun tidak ada penjelasan terhadap
kerentanan odontoblas terhadap gangguan, tetapi dapat dispekulasi bahwa kurangnya oksigen karena
gangguan sirkulasi selama inflamasi pulpa dapat menjadi faktor kontribusi yang utama.
Mikrosirkulasi Pulpa
Kemampuan kembali ke keadaan semula terhadap gangguan berbahaya dan kemampuan
pemulihan dari pulpa gigi telah diketahui dengan baik. Karena pulpa relatif tidak dapat dimampatkan,
maka volume total darah dalam ruang pulpa tidak dapat tingkatkan secara signifikan. Oleh karena itu,
pengaturan aliran darah pulpa yang baik penting dan perubahan dalam mikrosirkulasi pulpa
merupakan yang pertama terjadi dalam onset inflamasi pulpa.
Secara umum, mikrosirkulasi pulpa disulplai melalui arteri maksilari yang merupakan cabang
arteri carotid eksternal. Arteri maksilari mengarah ke arteri gigi dan masuk ke gigi melalui arterioles
feeding masing2 mikrovaskulatur pulp individu. Pembuluh pulpa tersusun dalam sistem hierarki:
arterioles munuju ke atas secara terpusat dan bercabang-cabang untuk membentuk jaringan kapiler
pada perifer pulpa dan darah tertarik ke venules di pusat pulpa. Jaringan kapiler memberikan sumber
yang kaya nutrisi kepada odontoblas. Vaskularitas pulp merupakan jaringan serupa dengan yang ada
pada sebagian besar bagian vaskular otak dan lidah. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pulpa
merupakan jaringan yang sangat vaskular. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa pembuluh pulpa
pada monyet imun terhadap artherosklerosis.
Pulpa gigi mempunyai aliran darah yang relatif tinggi, yaitu diperkirakan 40-50 mk/min/100g
jaringan pupl pada gigi dewasa sebagaimana ditentukan melalui teknik mikrosphere radioaktif. Aliran
ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan yang ada pada jaringan mulut lainnya dan otot skeletal.
Banyak pembuluh shunt dalam pulpa gigi juga telah diteliti, walaupun fungsinya masih kurang
dipahami. Pembuluh ini dapat berupa anastomoses arteri-vena, anastomoses vena-vena, atau U-turn
loop. Pembuluh-pembuluh ini memberikan komunikasi secara langsung antara arterioles dan venules,
dan maka dari itu membypass bed kapiler. Shunting terjadi pada apical setengah dari pulpa. Saat
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 6/17
tekanan intrapulpal naik selama inflamasi, maka pembuluh shunt ini terbuka untuk mengurangi
tekanan intrapulpal sehingga aliran darah normal dapat dijaga.
Sifat khusus pulpa yang berhubungan dengan sirkulasinya
Pulpa gigi mempunyai kombinasi sifat-sifat yang tidak umum. Hal ini membuat sirkulasinya
sedikit unik. Pertama, komplians pulp rendah karena berada pada dinding berkapur yang keras dan
mendasari. Peningkatan yang hampir simultan pada tekanan jaringan pulpa telah dicatat sebagai hasil
dari vasodilatasi. Karena dilasi kapiler dan transudasi cairan yang meliputi tahap awal inflamasi
meningkatkan volume jaringan, seperti pembengkakan pada pulpa dental, maka cenderung
mengakibatkan peningkatan tekanan yang menstimulasi saraf pulpa untuk mendaftarkan nyeri. Kedua,
pulpa gigi merupakan jaringan konektif yang kokoh dan kuat, sebagian besar terdiri dari bahan
semacam gelatin, seperti proteoglikan dan glikoprotein lainnya, dan diperkuat selirihnya oleh serabut
kolagen yang menyilang dan tersusun secara tidak beraturan. Substansi dasar yang kuat membatasi
tekanan intrapulpal ke bagian iritasi, dan tidak dikirimkan keseluruh ruang pulpa. Perbedaan tekanan
yang signifikan telah diteliti pada bagian-bagian yang hanya terpisah 1 hingga 2 mm. Tekanan dari
cairan jaringan yang meningkat merobohkan pembuluh darah/vein berdinding tipis dan venules hanya
pada area jaringan pulpa yang terpengaruh, sehingga menghasilkan kematian selular lokal. Matriks
ekstraselular ber-gelatin juga dapat bertindak sebagai penghalang terhadap penyebaran mikro-
organisme dan produk berbahaya. Meskipun demikian, proses inflamatori dan perubahan tekanan
intrapulpal yang dihasilkan dapat berkembang secara apical melalui penambahan secara
sirkumferensial dari kompartemen ke kompartemen. Saat kesatuan struktural jaringan pulpa hilang
karena inflamasi yang parah, maka tekanan jaringan yang menurun dapat menyebar dan menghasilkantekanan pembuluh darah di apex dan mengakibatkan nekrosis. Ketiga, walaupun pulpa gigi merupakan
jaringan yang kaya vaskular, tetapi arteri terminal yang menyuplainya jatuh dalam jarak diameter
mikrosirkulatori. Tidak seperti jaringan pada umumnya, sirkulasi pulpa kekurangan suplai darah
kolateral murni. Sumber darah yang terbatas ini dapat disimpulkan membatasi suplai darah ke pulpa
gigi, sehingga membuatnya kurang mampu mengatasi iritan yang parah dibandingkan dengan jaringan
yang disuplai dengan lebih baik. Keempat, karena jembatan/bridge gigi antara lingkungan steril
bakteriologis dari tulang rahang dengan lingkungan mulut yang sangat terkontaminasi melalui
membran epithelial mulut, maka penyakit di pulpa akan tanpa kecuali mencapai foramen apical hingga
daerah sekitar tulang, mengakibatkan masalah lebih lanjut.
Sebagai konsekuensi dari sifat-sifat ini, tingkat inflamasi pulpa tidak perlu parah untuk dapat
menyebabkan kematian pulpa, dan jika tidak dirawat maka perkembangan tulang alveolar disekitarnya
juga akan terjadi. Maka dari itu, pengaturan mikrosirkulasi pulpa yang baik sangatlah penting untuk
menjaga fungsi pulpa. Fakta bahwa sebagian besar pulpa dapat bertahan selama pemaparan yang
sangat lama terhadap berbagai serangan yang berbahaya menekankan adanya mikrosirkulasi yang
diatur dengan baik di dalam pulpa.
Fungsi mikrosirkulasi pulpa
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 7/17
Fungsi utama dari mikrosirkulasi pulpa secara umum dengan semua sirkulasi dalam tubuh
adalah untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke sel penyusunnya, dan juga memberikan jalan keluar
untuk produk sisa metabolisme dari jaringan. Darah dibawa ke jaringan melalui arterioles pulpa.
Oksigen, nutrisi, dan sisa meabolisme bertukar dalam kapilari melalui difusi, dan produk sisa dibuang
oleh venule pulpa. Secara umum, tingkat aliran darah ke organ manapun harus cukup tinggi untuk
memastikan suplai oksigen dan nutrisi yang memadai. Di sisi lain, tingkat aliran darah yang berlebihan
tidak diharapkan karena akan mengarah pada pembuangan energi. Maka dari itu masuk akal bahwa
tujuan utama dari aliran darah yang relatif tinggi dalam pulpa adalah untuk melayani sel-sel pulpa,
mungkin pada umumnya adalah odontoblas dengan nutrisi penting dalam konsentrasi yang cukup
tinggi di bed kapilari.
Mikrosirkulasi pulpa juga bertindak untuk menjaga tekanan intraluminal dalam vaskulatur
pulpa yang selaras dengan tekanan jaringan pulpa. Penelitan yang menggunakan teknik servo-nulling
telah menunjukkan bahwa pupla gigi mempunyai tekanan jaringan yang relatif tinggi tetapi lebih
rendah dibandingkan dengan tekanan darah di dalam pembuluh. Kumpulan aliran cairan terdapat
disepanjang dinding kapilari untuk distribusi cairan ekstraselular. Tekanan filtrasi kapiler net positif
mengarah ke kumpulan aliran cairan diluar kapilari ke ruang jaringan ekstraluminal, yang nantinya
diseimbangkan oleh kembalinya limphatik yang setara. Oleh karena itu, volume cairan jaringan di
pulpa tetap konstan. Tekanan jaringan pulpa yang relatif tinggi menghasilkan aliran cairan keluar di
tubuli dentinal yang membantu mengencerkan toksin dan membuang bakteri.
Pengendalian aliran darah pulpa
Ada beberapa ketidaksepahaman mengenai apakah mikrosirkulasi pulpa mampu melaksanakan
pengaturan fungsional. Aliran darah pulpa pada hewan yang sedang berada di bawah pengaruh
anastesi tergantung pada perubahan tekanan darah sistemik. “Pencurian” perfusi jaringan di daerah
sekitar telah diimplikasikan dalam penurunan paradoxical di aliran darah pulpa sebagai tanggapan atas
infusi arterial dari vasodilator yang diketahui dengan baik dalam sirkulasi lainnya. “pencurian” suplai
darah ke pulpa gigi dianggap terjadi saat vasodilasi jaringan tetangga menurunkan tekanan perfusi
pulpa, sehingga menghasilkan penurunan dalam aliran darah ke pulpa. Meskipun demikian,
pandangan yang pasif mengenai mikrosirkulasi pulpa telah ditantang oleh sekumpulan data in vivo:
aplikasi penting atau injeksi bolus intra-arterial dekat dari berbagai substansi vasoaktif mengubahaliran darah pulpa sementara tekanan darah sistemik tidak berubah. Aliran darah pulpa pada hewan
yang berada di bawah pengaruh anastesi dari beberapa spesimen berada dalam pengaruh impuls saraf
lokal yang tidak berhubungan dengan haemodinamis sistemik. Serabut saraf simpatis perivaskular
membebaskan neuropeptida Y yang bersifat noradrenalin dan memungkinkan sehingga mengakibatkan
penurunan aliran darah pulpa, sementara sarat sensoris membebaskan neuropeptida sehingga
mengakibatkan peningkatan aliran darah pulpa. Eksitasi refleks sistem saraf simpatis menyebabkan
vasokonstriksi pulpa dan penurunan aliran darah pulpa. Aktivasi refleks akson sensoris menyebabkan
vasodilatasi pulpa yang menyebar hingga area yang terstimulasi sebagai akibat dari percabangan akson
sensoris. Terminal saraf yang menyerupai kancing ditemukan berhubungan erat dengan otot halus di
dinding arterioles dan venules. Ujung-ujung saraf peri-vaskular serabut saraf sebelum-ganglionik
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 8/17
adrenergik yang mengandung substansi P atau peptida terkait-gen kalsitonin. Oleh karena itu aliran
darah pulpa dianggap berkuasa dalam kendali neural.
Belakangan ini, keberadaan pengaturan vaskular lokal yang memungkinkan dalam pulpa telah
telah diajukan. Dalam sirkulasi yang terbatas penting bagi tone mikrovaskular untuk termodulasi
secara lokal guna memenuhi kebutuhan jaringan dan aliran nutrisi. Dengan menggunakan preparasi
arteriole pulp yang diisolasi dan dikombinasikan dengan pengukuran in vitro aliran darah pulpa dan
tegangan oksigen pulpa, maka telah ditunjukkan bahwa vaskulatur pulpa mampu merespon sejumlah
mediator vasoaktif dan mikrosirkulasi pulpa dapat dikedalikan secara lokal oleh faktor-faktor terkait-
endothelium, faktor-faktor metabolis (terkait-jaringan), dan juga faktor-faktor humoral (berasal dari
darah).
Penting untuk meneliti mikrosirkulasi pulpa karena “keberaniannya” tetapi sedikit keberhasilan
yang dicapai terkait luka di lingkungan terbatas dengan kepatuhan rendah. Penelitian terhadap
tegangan oksigen dalam jaringan dan sifat-sifat individu dari pembuluh pulpa akan membantu
memahami mekanisme yang mengarah pada nekrosis di hipoksia dan anoksia yang mengikuti
hancurnya pembuluh setelah penyebaran yang progresif dalam tekanan cairan intersitial yang
meningkat. Dua hasil praktek dari pemahaman ini adalah penemuan agen therapeutik dan strategi yang
dapat membantu pulpa bertahan, dan pengembangan teknik untuk mengukur aliran darah pulpa secara
klinis seperti diagnosis keberadaan atau perpanjangan inflamasi pulpa yang dapat dilakukan. Kedua
hasil ini memungkinkan para dokter untuk mendiagnosis dan merawat penyakit pulpa pada tahap awal.
Saraf pulpa
Pulpa gigi mengandung saraf sensoris dan autonomik untuk memenuhi fungsi vasomotor dan
pertahanan.
Saraf sensoris
Saraf sensoris yang terlibat dalam perasa nyeri pulpa dan transduksi merupakan cabang dari
bagian maksila dan mandibular saraf trigeminal. Cabang yang kecil masuk ke foramina apikal dan
berkembang secara koronal dan periferal mengukuti rute pembuluh darah. Cabangnya memanjang ke
daerah yang kaya sel, membentuk pleksus Raschkow. Pleksus mengandung baik serabut A-δ dan A-β
ter-myelinasi (2-5 µm). Di sekitar tingkat daerah yang kaya sel, serabut ter-myelinasi melepas sarung
myelinnya. Di daerah bebas-sel, serabut ter-myelinasi membentuk jaringan kaya serabut saraf yang
merupakan reseptor khusus nyeri. Dari sini, terminal saraf bebas dapat masuk ke lapisan odontoblastik,
dan menembus ke daerah predentin atau dentin bagian dalam setelah proses sel odontoblastik, tetapi
tidak setiap tubuli dentinal akan mengandung ujung saraf. Saraf ter-myelinasi tidak mencapi
perkembangan maksimalnya dan masuk ke pulpa hingga gigi terbentuk sempurna. Hal ini menjelaskan
mengapa gigi muda lebih sensitif daripada gigi dewasa. Percabangan akson saraf telah diteliti tidak
hanya dalam pulpa tetapi juga terjadi dalam bagian periapikal dimana akson ini dapat bercabang untuk
meyuplai pulpa gigi yang bersebelahan sebelum masuk ke pulpa. Telah didalilkan bahwa serabut A-δ dan A-β menghasilkan nyeri awal yang tajam dan cepat
sebagai respon terhadap stimuli eksternal tanpa adanya luka jaringan karena lokasi periferalnya,
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 9/17
ambang batas rendah dari excitability dan konduksi yang cepat. Di sisilain, serabut C yang lebih kecil
menyebabkan nyeri yang lambat, tumpul dan seperti memanjat terhadap kerusakan jaringan pulpa dan
proses inflamatori karena ambang batas excitability yang lebih tinggi dan konduksi yang lambat.
Hampir semua serabut A-δ terletak di bagian koronal pulpa, dengan kepadatan saraf terbesar di
tanduk/horn pulpa. Sebaliknya serabut C terletak di tepat pulpa, memanjang hingga area yang kaya-sel.
Pulp biasanya merespon terhadap berbagai macam stimuli sebagai satu sensasi, yaitu nyeri.
Meskipun demikian, mekanisme tepat yang mengirim stimuli melalui dentin untuk menginisiasi nyeri
masih belum diketahui.
Beberapa hipotesis mengenai pengiriman nyeri gigi telah diajukan, termasuk mekanisme
hidrodinamik, transduksi odontoblastik, dan inervasi dentin.
Dari semua hipotesis ini, teori hidrodinamik adalah yang paling terkenal. Ujung saraf bebas
pada perifer pulpa sangat sensitif terhadap perubahan tekanan tiba-tiba dan pergerakan cairan. Dentin
mengandung ribuan tubuli seperti-kapiler yang diisi dengan cairan dentin semacam air. Stimulus
semacam dingin atau tekanan air akan mengekstrak cairan tubular dari permukaan luarnya dan
mengakibatkan aliran keluar, sementara stimuli lainnya seperti panas atau tekanan mengunyah atau
lepasnya tambalan, akan mengarahkan cairan tubular ke dalam pulpa. Gerakan cairan yang cepat ini,
baik keluar atau kedalam, mendesak deformasi mekanik secara langsung pada serabut A-δ ambang
batas rendah dalam tubuli atau dalam jaringan pulpa subjacent . Pergerakan cairan juga dapat
menyebabkan pergerakan odontoblas, yang nantinya mengubah serabut saraf dalam hubungannya
dengan prosesnya atau tubuh sel. Membran sel yang berubah meningkatkan permeabilitasnya terhadap
ion Na+. Gerakan ke dalam yang cepat dari sodium men-depolarisasi membran serabut A-δ, dan aksi
yang potensial (impuls nyeri) dimulai.
Teori inervasi dentin mendalilkan bahwa ujung-ujung saraf memasuki dentin dan memanjang
ke perbatasan dentino-enamel. Stimulasi mekanik secara langsung saraf-safat ini akan mengawali aksi
potensial. Saraf bebas ditunjukkan masuk ke dalam dentin, tetapi terbatas pada sepertiga dentin bagian
dalam. Selain itu, nyeri yang menghasilkan substansi seperti kegagalan bradykinin untuk
mempengaruhi nyeri saat diaplikasikan ke dentin, dan merendam dentin dengan larutan anesthetik
lokal tidak akan mencegah rasa nyeri.
Teori transduksi menyatakan bahwa odontoblas dapat mentransduksi stimulus mekanik dan
mentransfer sinyal tersebut ke terminal saraf hampir berlawanan. Odontoblas berasal dari
puncak/crest saraf dan proses selularnya memanjang hingga tubuli dentinal yang memanjang ke
sambungan dentino-enamel. Odontoblas berkomunikasi satu dengan lainnya melalui sambungan
gap/pemisah, dan berhubungan erat dengan terminal saraf. Meskipun demikian, odontoblas
merupakan sel pembentuk matriks dan maka dari itu odontoblas tidak dianggap sebagai sel yang dapat
dirangsang/exitable, dan tidak ada sinapsis yang terdapat diantara odontoblas dan terminal saraf. Oleh
karena itu, odontoblas tidak mempunyai carea untuk transmisi kimiawi.
Nyeri gigi juga dimodulasi dan dipengaruhi oleh pusat-pusat yang lebih tinggi di dalam tubuh.
Nyeri ini merupakan pengalaman yang bersifat subjektif dan perpanjangannya bergantung padafenomena psikologis. Mekanisme yang tepat dari transmisi rasa nyeri dan jalur spesifiknya ke pusat
yang lebih tinggi belum sepenuhnya dipahami. Teori gate control telah diajukan, tetapi masih bersifat
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 10/17
spekulatif. Teori ini menyatakan bahwa terdapat mekanisme seperti pintu masuk/gating dalam
gelatinosa substantia urat saraf tulang belakang/spinal cord dan brainstem dimana serabut saraf
periferal dan pengaruh pusat menurunnya menggunakan efek mereka dalam pengalaman rasa nyeri.
Berdasarkan tingkat aktivitas dalam serabut saraf afferent dengan diameter besar dan kecil, mekanisme
gating menghalangi dan memfasilitasi transimisi impuls: serabut diameter besar diaktivkan oleh
stimuli tidak berbahaya dan menutup gate, sementara serabut diameter kecil diaktivkan oleh stimuli
berbahaya dan membuka gate. Mekanisme control menurun dari pusat saraf sentral yang lebih tinggi,
seperti proses kognitif, motivasional dan afektif, dan juga memodulasi gate. Jalur nyeri yang naik, jalur
diskriminatif-sensoris, memungkinkan lokalisasi rasa nyeri dan jalur informasi retikulum berurusan
dengan aspek nyeri yang bersifat emosional, tidak menyenangkan, dan menentang.
Saraf simpatis
Kontrol vaskular adrenergik simpatis dalam pulpa gigi. Mediator-mediator yang saat ini
diketahui adalah moradrenalin dan neuropeptida Y. Serabut saraf simpatis berasal dari ganglion
simpatis servikal, dan setelah bergabung dengan saraf trigeminal sebagai ganglionnya. Sebagian besar
dari serabut saraf ini mengikuti alur saraf sensoris ke gigi, atau mungkin juga melakukan “perjalanan”
melalui pembuluh darah. Vasokonstriksi simpatis biasanya diaktifkan oleh stimuli stress dan oleh
stimuli yang menyakitkan yang diarahkan pada hampir semua bagian tubuh. Vasokonstriksi simpatis
dapat memodulasi excitability saraf sensoris. Dalam pulpa yang bersangkutan, vasokonstriksi
dilemahkan. Vasodilasi sensoris lokal menjadi dominan, sehingga dapat mendukung perkembangan
inflamasi pulpa.
Inflamasi Neurogenik
Aktivasi saraf sensoris di pulpa (baik oleh stimulasi elektrik saraf alveolar inferior atau secara
langsung pada mahkota gigi) mempengaruhi peningkatan aliran darah yang berlangsung lama di pulpa
dan permeabilitas vaskular yang ditingkatkan. Selanjutnya, ekscitasi serabut A-δ sepertinya
mempunyai efek yang signifikan terhadap aliran darah pulpa ( pulp blood flow/ PBF), sementara
aktivasi serabut C mengakibatkan peningkatan PBF. Proses inflamasi neurogenik dianggap telah
dimediasi oleh neuripeptida yang dilepaskan dari saraf sensoris, seperti substansi P (SP)
dan calcitonin-gene-related-peptides (CGRP), dan mungkin juga spesies reaktif-oksigen di daerah
inflamasi. Meskipun demikian, sedikit yang diketahui mengenai hubungan antara gejala dan tingkat
neuropeptida di dalam pulpa kecuali jumlah peningkatan SP dengan perkembangan karies.
Selain itu, ekspresinya lebih tinggi secara signifikan pada pulpa yang sakit dengan lesi karies
yang besar dibandingkan pada pulpa asimptomatik dengan lesi karies yang berukuran serupa. Untuk
melepaskan CGRP, rangsangan asam amino sudah disarankan dengan cara mengaktifkan saraf
sensoris.
Neuropeptida juga mungkin memiliki beberapa peran modulatoris dalam sistem pertahanankekebalan pulpa. Sel-sel pulpa dendritik dapat berinteraksi dengan limfosit T pada generasi sitokin,
yang sampai meregulasi ekspresi dari molekul adhesi pada sel endotelial vaskular untuk memfasilitasi
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 11/17
infiltrasi kekebalan selular. Sel-sel tersebut dapat menginduksi migrasi transendotelial dari sel-sel
imunokompeten, seperti sel CD43+ pada saat inflamasi neurogenik akut.
Penyakit Pulpa
Pulpa gigi dapat terkena berbagai iritasi yang berbahaya bagi kesehatan pulpa dan
membahayakan fungsi pulpa. Bisa saja iritasi ini ditemui dalam bentuk salah satu iritasi konstan atau
peristiwa tertentu yang mengganggu pasokan darah pulpa (Tabel 1). Iritasi dapat diklasifikasikan
sebagai jangka pendek, jangka panjang atau karena trauma. Setiap jenis iritasi atau cedera akan
memiliki efek yang berbeda pada pulpa – efek pada umumnya berupa inflamasi akut, inflamasi kronis
atau nekrosis (Tabel 2). Iritasi jangka pendek biasanya akan menyebabkan inflamasi akut yang
kemudian akan diikuti dengan resolusi inflamasi dan memperbaiki jaringan selama iritasi tidak
bertahan atau tidak lagi muncul. Contoh umum iritasi jangka pendek adalah mengeringkan gigi
berlubang saat persiapan dan cedera traumatis yang tidak kehilangan gigi sehingga pasokan darah
apikal belum terganggu. Sebaliknya, iritasi jangka panjang yang tipikal adalah karies gigi, kerusakan
restorasi, retak, erosi dan zat kimia yang semuanya mengakibatkan struktur gigi hilang. Jika dibiarkan
cukup lama, iritasi jangka panjang akan menyebabkan inflamasi kronis pada pulpa dan pulpa nekrosis
yang kemudian akan diikuti oleh infeksi ruang pulpa karena bakteri akan memiliki jalur yang bisa
masuk ke gigi. Dalam situasi ini, struktur gigi yang telah hilang akan menjadi jalur masuk bagi bakteri.
Trauma yang menyebabkan perpindahan (luksasi atau avulsi) pada gigi akan mengakibatkan
pemutusan pembuluh darah apikal. Pembuluh darah tersebut seringkali tidak dapat menyembuhkan
dan mevaskularisasikan pulpa kembali pada gigi dengan akar yang sepenuhnya berkembang. Oleh
karena itu, dalam kasus ini respon pulpa terhadap luka adalah nekrosis langsung. Kemudian, pulpanekrotik bisa terinfeksi tapi hal ini membutuhkan suatu jalur untuk masuknya bakteri seperti melalui
retak atau fraktur. Retak atau fraktur mungkin terbuat dalam insiden traumatis yang sama dan
menyebabkan hilang gigi sehingga infeksi tidak lazim dalam kasus ini. Tidak peduli apa penyebabnya,
setelah pulpa mengalami nekrosis dan menjadi terinfeksi, dalam semua kasus seperti bakteri dalam
sistem kanal akar akan mencerna dan membuang pulpa nekrotik sehingga kemudian gigi menjadi tanpa
pulpa.
Bakteri Infeksi bakteri adalah penyebab yang paling sering ditemui pada pulpa dan penyakit periapikal.
Bakteri dapat memasuki gigi melalui karies, anomali gigi (misalnya, lubang ivaginatus, lingual dalam,
dan lekukan palatal), kanal lateral yang terbuka atau rusaknya seme akibat penyakit periodontal, gigi
retak atau fraktur, dan kerusakan marjinal pada antarmuka restorasi gigi. Infeksi bakteri dari ruang
pulpa terdiri dari campuran mikroorganisme dan sebagian besar flora anaerobik. Telah di temukan
bahwa Streptococcus mutans dengan sendirinya tidak akan menyebabkan inflamasi pulpa. Meskipun
beberapa jenis bakteri yang telah diidentifikasi, tidak ada hubungan yang absolut dengan tanda dan
gejala klinis; dan perlu dicatat bahwa pulpa bisa mengalami inflamasi jauh sebelum bakteri fisik
mencapainya. Karies superfisial dalam lubang dan celah dapat menyebabkan inflamasi pulpa. Zat
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 12/17
seperti toksin bakterial, enzim, antigen, kemotoksin, asam organik dan produk dari kerusakan jaringan
dapat menyebar melalui tubulus dentin untuk menimbulkan iritasi pulpa.
Respon pulpa terhadap bakteri tergantung pada banyak faktor, seperti kecepatan masuknya
bakteri dan kecepatan perkembangan karies, yang bisa lambat, cepat atau benar-benar tidak aktif
(karies cenderung menjadi proses intermetin, dengan periode aktivitas cepat bergantian dengan
periode keadaan tidak bergerak). Karies berlangsung cepat melalui demineralisasi email, tetapi akan
berkembang lebih lambat pada demineralisasi dan dentin organik. Pada gigi muda, bakteri dapat
menyebabkan kematian awal odontoblasts, dan tubulus dentin tersebut tanpa proses sel odontoblasts
menjadi saluran mati. Saluran ini sangat permeabel, dan karena itu mereka adalah ancaman potensial
bagi integritas pulpa. Untungnya, pulpa yang sehat merespon dengan mendeposisi lapisan dentin
reparatif di atas permukaan pulpa, sehingga membentenginya. Respon pulpa juga terkait dengan
ketebalan dan derajat klasifikasi dari dentin yang tersisa, karena permeabilitas dentin dapat dikurangi
dengan sklerosis dentin dan pembentukan dentin reparatif. Jika jarak karies dan pulpa adalah 1.1mm
atau lebih, mungkin inflamasi pulpa dapat diabaikan. Ketika karies mencapai 0.5 mm pada pulpa, ada
peningkatan yang signifikan dalam tingkat inflamasi, tetapi pulpa menjadi inflamasi akut hanya ketika
dentin reparatif diinvasi oleh iritasi seperti bakteri atau toksinnya.
Masuknya bakteri melalui kantong periodontal cenderung labih kecil menyebabkan inflamasi
pulpa kecuali foramine apikal utama terlibat dalam kantong yang berisi plak bakteri.
Trauma
Trauma dari kecelakaan atau bruksisme dapat menyebabkan inflamasi pulpa. Fraktur mahkota
gigi dapat memberikan jalur untuk invasi mikroba yang dapat menyebabkan nekrosis pulpa dan infeksipada sistem kanal akar. Fraktur akar mempengaruhi pulpa secara berbeda karena mereka dapat
mengganggu pasokan pulpa vaskular di dalam bagian gigi yang koronal ke baris fraktur dan ini dapat
menyebabkan nekrosis pada p[ulpa dalam segmen gigi. Namun, tingkat kelangsungan hidup pada
pulpa mengikuti fraktur akar adalah tingi dan pulpa dapat mengawali pembentukan seperti kalus
penyembuhan pada situs fraktur, terutama pada gigi dewasa. Dampak trauma dapat menghentikan
pembuluh darah pada puncak gigi dan menyebabkan gangguan sementara pada aliran darah,
mengakibatkan stasis vaskular dengan perkembangan selanjutnya pada hipoksia dan iskemia. Namun,
gigi muda dengan foramen apikal yang lebar dapat pulih dengan membentuk kembali aliran darah.
Dampak yang parah (seperti intrusi) dapat merusak pembuluh pulpa pada foramen apikal dan
menyebabkan nekrosis pulpa. Tetapi, bergantung pada parahnya pengaruh usia pasien dan status
kesehatan pulpa sebelumnya, revaskularisasi dapat terjadi, terutama pada gigi dewasa. Hal ini biasanya
mengakibatkan pengapuran kanal akar dalam jangka panjang tapi terkadang resorpsi internal telah
diamati.
Trauma dari oklusi dapat berperan dalam inisiasi dan perkembangan inflamasi pulpa, namun
perubahan inflamasi cenderung bersifat sementara.
Faktor iatrogenik
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 13/17
Secara paradoks, perawatan gigi merupakan salah satu hal dapat membuat kerusakan pada
pulpa gigi. Preparasi kavitas adalah penyebab umum inflamasi pulpa. Pemotongan dengan kecepatan
tinggi lebih baik dibangkan dengan kecepatan rendah bahkan ketika pendingin udara atau air
digunakan tetapi beberapa tingkat iritasi pulpa tetap akan muncul. Panas, kedalaman pemotongan
(0.5mm pada pulpa) dan dehidrasi menyebabkan kerusakan pada pulpa. Insersi pin dapat memecahkan
dentin dan mempengaruhi gigi terhadap infeksi bakteri. Restorasi besar dapat menyebabkan keretakan
pada gigi ketika berada di bawah beban. Tekanan dari mengkondensasi bahan restorasi dapat
mengintensifkan respon pulpa yang disebabkan oleh prosedur pemotongan. Mengetsa asam, prosedur
umum dalam kedokteran gigi adhesif, menghilangkan lapisan smear dan ini memungkinkan bakteri
untuk memasuki tubulus dentin. Gerakan ortodentik, kuretase periodontal, dan manipulasi
prostodontik juga dapat menyebabkan inflamasi pulpa. Prosedur medis, seperti rinoplasti, dapat
merusak pulpa yang berdekatan dengan area bedah atau dapat mengganggu suplai darah ke pulpa.
Teknik bedah Caldwell-Luc, yang melibatkan eliminasi lapisan antrum rahang atas, dapat juga
menyebabkan inflamasi pulpa, nekrosis, atau anestesi.
Kimia
Sebagian besar bahan restoratif saat ini relatif inert. Namun, biasanya bakteri menembus
margin restorasi yang menyebabkan inflamasi pulpa, bukan bahan kimia itu sendiri.
Lain-lain
Pulpa berusia! Dengan usia, saraf dan suplai darah ke pulpa cenderung menurun, dan pulpa
menjadi lebih berserat dan kurang selular. Akibatnya, pulpa menjadi kurang lengkap untuk
melancarkan reaksi defensif terhadap cedera. Namun, permeabilitas dentin berkurang bersama dengan
usia sebagai akibat dari pengurangan progresif dengan diameter pipa dan peningkatan dalam
pembentukan dentin peritubular. Ini memberikan lingkungan yang lebih protekif bagi pulpa.
Pulpa gigi biasanya tetap memiliki dinding yang terdiri dari lapisan dentin dan predentin
sampai akhir dalam proses penyakit resorpsi invasif eksternal. Invasi sekunder mikroorganisme
kedalam pulpa akan menimbulkan inflamasi pulpa ketika beberapa dentin sudah banyak dihancurkan.
Beberapa penyakit sistemik memiliki anomali gigi. Dalam hipofosfatemia turun-menurun,
ukuran tanduk pulpa cenderung meningkat dan dentin lebih rentan terhadap masuknya bakteri. Pasien
dengan anemia sel sabit cenderung lebih sering sakit gigi yang mungkin disebabkan oleh aliran darah
abnormal ke pulpa.
Patogenesis
Cedera ringan dan sedang pada prosesus sel odontoblasts bisa menghasilkan sklerosis tubular
dan dentin reparatif, tapi iritasi lama atau parah dapat menyebabkan kematian odontoblasts dan
inisiasi dari suatu respon inflamasi. Dinamika inflamasi pulpa tidak berbeda dengan inflamasi pada
jaringan periapikal yang lain. Tergantung pada parahnya dan durasi iritasi, rentang respon pulpa dari
pulpitis reversibel ireversibel, lalu nekrosis parsial yang mengarah ke nekrosis total. Hal ini dapat
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 14/17
terjadi tanpa rasa sakit. Pulpa gigi juga dapat merespon iritasi dengan berbagai perubahan degeneratif
termasuk fibrosis dan klasifikasi.
Inflamasi
Sel inflamasi awal menyusup terutama yang terdiri dari limfosit, sel plasma, dan makrofag.
Berbagai mediator non-spesifik dari inflamasi seperti histamin, bradikinin, serotonin, interleukin (IL)
dan metabolit asam arakhidonat dilepaskan sebagai respon terhadap invasi bakteri dan luka jaringan.
Selain itu banyak neuropeptida, misalnya, substansi P (SP) dan gen kalsitonin yang terkain peptida
(CGRP), juga terlibat dan dapat berinteraksi dengan mediator yang dihasilkan selama inflamasi.
Sel produksi IL-1 dan IL-2 terletak dalam stroma jaringan konektif ada pulpa. Sel mast, yang
merupakan sumber utama histamin, ditemukan dalam pulpa yang mengalami inflamasi. Peningkatan
empat kali lipat dapat dilihat pada level pulpa histamin dalam waktu 30 menit dari cedera termal,
memberi kesan bahwa histamin dapat memainkan peran dalam tahap awal inflamasi pulpa. Agregasi
platelet dalam pembuluh melepaskan serotonin, yang bersama dengan mediator inflamasi lainnya
meyebabkan suatu keadaan hiperalgesia pada nosiseptor pulpa. Plasma atau jaringan kallikreins
menyentuh kinogen menyebabkan produksi bradikinin dan kinin lainnya untuk menghasilkan banyak
tanda dan gejala inflamasi. Fosfolipase A 2 menyebabkan pelepasan asam arakidonat dari membran sel,
menghasilkan pembentukan prostaglandin, tromboksan, dan leukotrin.
Sistem ketahanan kekebalan tubuh
Selain reaksi inflamasi non-spesifik, respon imunologis juga dapat memulai dan melestarikan
penyakit pulpa. Sudah dilaporkan bahwa pasien dengan imunodefisiensi gabungan turun-menurun,
karies yang mendalam hanya menghasilkan inflamasi ringan dan kerusakan yang relatif sedikit dari
pulpa meskipun adanya sejumlah besar bakteri. Dalam inflamasi ringan sampai moderat, Imunitas
diperantai sel dominan. Dalam inflamasi yang parah, munculnya sel B dan sel plasma menunjukkan
produksi antibodi lokal, maka dominasi imunitas humoral. IgG spesifik telah ditemukan pada pulpa
dengan karies yang mendalam. Zat bakteri dapat memicu sistem pelengkap melalui kompleks antigen
dan antibodi, yang menjadi kemotaktik untuk leukosit polimorfonuklear. Ada perbedaan jelas antara
limfosit T-helper dan T-supresor pada pulpitis reversibel dan ireversibel. Sel T-supresos predominan
mampu menekan proses inflamasi dan membalikkan kondisi pulpa.
Odontoblasts
Sebagaimana disebutkan di atas, tanda awal inflamasi pulpa adalah gangguan pada lapisan
odontoblastik. Bahkan sebelum munculnya perubahan inflamasi pada pulpa, ada pengurangan secara
keseluruhan dalam jumlah dan ukuran tubuh sel odontoblasts. Nukleus sel bisa diaspirasikan ke dalam
tubulus dentinkarena arus keluar cairan tubular, atau mungkin sel ireversibel rusak yang menyebabkan
pelepasan faktor cedera jaringan yang mempengaruhi odontoblasts sekitarnya dan jaringan konektif
yang mendasarinya. Sel dapat mengalami vakualisasi, degenerasi ballooning mitokondria, dan
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 15/17
pengurangan pada jumlah dan ukuran retikulum edoplasma. Namun, masih belum diketahui apakah
odontoblasts mati karena apoptosis atau nekrosis.
Laju penyakit
Dua komponen yang penting pada inflamasi pulpa adalah mikrosirkulasi dan kegiatan saraf
sensoris. Luka pada pulpa dapat mengaktifkan saraf sensoris intradental untuk melepaskan
neuropeptida, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan dari hemodinamik mikrosirkulatori.
Respon saraf sensoris terhadap rangsangan tergantung pada tingkat keparahan cedera pulpa
dan tahap inflamasi. Dalam beberapa menit pertama cedera, kerusakan dan gangguan serabut saraf
pada dentin yang terluka dan pulpa terjadi, diikuti oleh hipersensivitas dari serat saraf yang masih
hidup dan pelepasan neuropeptida ke pulpa. Mediator inflamasi, seperti bradikinin dan prostaglandin
E2, juga dapat membangkitkan neurosekresi CGRP.
Neuropeptida ini menyebabkan vasoladitasi dan permeabilitas pembuluh darah meningkat,
maka terjadi inflamasi neurogenik. Jaringan tersebut menjadi edema sebagai akibat filtrasi protein
serum dan cairan dari pembuluh. Dalam lingkungan rendah pulpa, peningkatan baik volume cairan
interstisial dan volume darah menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, yang pada gilirannya
menyebabkan kompresi dari venula berdinding tipis, mengakibatkan penurunan aliran darah dan
peningkatan hambatan aliran di venula. Aliran stasis menyebabkan agregasi sel darah merah dan
peningkatan viskositas darah. Itu juga memproduksi jaringan hipoksia atau iskemia, yang menekan
metabolisme seluler di daerah yang terkena pulpa. Hal ini menyebabkan nekrosis jaringan. Peningkatan
karbondioksida dan penurunan tingkat pH mengubah lingkungan mikro lokal, dan dapat menyebabkan
vasodilatasi di daerah yang berdekatan dan penyebaran inflamasi bertahap.
Namun, harus diingat bahwa pulpa mampu melokalisasi inflamasi dan jaringan yang
berdekatan kepada lesi inflamasi yang mungkin benar-benar normal. Jika penyembuhan
menguntungkan, peningkatan tekanan jaringan dapat membuka pembuluh shunt dan yang kemudian
mengarahkan darah sebekum mencapai daerah yang dikenai inflamasi pada pulpa. Hal ini mencegah
peningkatan lebih lanjut dalam aliran darah dan tekanan jaringan. Selain itu peningkatan tekanan
jaringan dapat melakukan peningkatan aliran getah bening dan penyerapan cairan ke kapiler di sekitar
jaringan yang tidak dikenai inflamasi. Semua faktor-faktor ini akan mengangkut cairan jauh dari bagian
yang terinfeksi dan keluar dari gigi yang konsekuensinya akan menurunkan tekanan jaringan.
Selanjutnya, peningkatan tekanan jaringan akan mendorong aliran keluar cairan melalui tubulus dentin
yang terbuka dan dengan demikian mambantu melindungi pulpa terhadap masuknya zat berbahaya.
Percabangan (sprouting) pada terminal sensoris dan upregulation dari neuropeptida juga dapat
terjadi. Akan diperkirakan bahwa saraf-saraf berpartisipasi dalam proses inflamasi oleh peningkatan
pelepasan neuropeptida. Faktor pertumbuhan saraf yang dihasilkan oleh fibroblas pulpa dapat
memediasi reaksi sprouting syaraf.
Jika iritasi dihilangkan atau menjadi tidak aktif, granulasi jaringan menjadi dominan karena
menggantikan inflamasi dan saraf tumbuh mereda ketika dentin reparatif menutupi daerah luka. Adaproliferasi pembuluh darah kecil dan fibroblas bersama dengan pengendapan serat kolagen.
5/11/2018 Untitled 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/untitled-1-55a0ce3084217 16/17
Sebagai alternatif, jika iritasi mengungguli kemampuan pertahanan pulpa, aliran darah ke
daerah tersebut berhenti dan jaringan nekrosis mengalami luka. Neutrofil di daerah tersebut merosot
dan pelepasan enzim intraseluler lisosomal untuk mencerna jaringan sekitarnya, membentuk jaringan
nekrotik. Mikrosirkulasi pulpa juga dapat terpengaruh luka kecelakaan atau kejadian yang
menyebabkan gangguan jangka panjang pada suplai darah ke pulpa.
Sebagaimana waktu berjalan, jaringan pulpa nekrotik akan terinfeksi oleh mikroorganisme oral
yang melakukan penetrasi ke dalam sistem saluran akar melalui karies, retak atau kerusakan marjinal
restorasi. Mikroba akan bermigrasi secara apikal melalui akar gigi dan mencerna jaringan pulpa yang
membuat gigi tanpa pulpa.
Trombus dalam pembuluh darah pulpa dan selubung kolagen di sekitar dinding pembuluh
dapat menjadi nidi untuk mineralisasi, menghasilkan klasifikasi pulpa. Klasifikasi kanal pulpa adalah
mekanisme pelindung terhadap trauma, atau rangsangan terus-menerus lainnya (seperti karies). Ini
mungkin juga merupakan respon fisiologis normal terhadap penuaan dan predisposisi genetik mungkin
memainkan peran.
Selama masa transisi dari pulpitis ke nekrosis pulpa, inflamasi di pulpa dap[at mengubahnya
menjadi jaringan inflamasi vascularized dan bisa menginisiasi resorpsi dari jaringan keras yang
berdekatan dengan pembentukan dan aktivasi dentinoklasts. Sel-sel ini diyakini berasal dari sel
jaringan konektif cadangan yang tidak dibedakan dalam stroma pulpa atau mungkin direkrut dari
darah dalam sirkulasi umum. Sel-sel ini bergabung untuk membentuk sel yang mengalami
multinuklear klastik yang menisap dinding dentin, bergerak maju melalui dentin dari dinding saluran
akar menuju pinggiran sampai perforasi akar terjadi.
Rasa sakit
Rasa sakit akan muncul ketika jaringan rusak atau inflamasi terjadi, bukan setelah kerusakan
selesai. Mediator inflamasi menurunkan batas saraf sensoris. Tekanan peningkatan bekerja langsung
pada reseptor saraf sensoris. Peningkatan aliran darah menyebabkan eksitasi pulpa dari kedua serat A-
δ dan C melalui peningkatan tekanan jaringan, sedangkan pengularan aliran darah memiliki efek
penghambatan pada serat A-δ keran hipoksia, tetapi tidak ada efek yang jelas terhadap aktivitas serat
C. Sebagai akibatnya, gerbang tetap terbuka dan rangsangan yang tidak berbahaya terhadap pulpa
normal (seperti panas dan dingin) memicu respon yang lebih menyakitkan karena aktivitas serat kecil(serat unmyelinated C).
Selama inflamasi neurogenik, ekspresi saluran sodium bergeser dari tetrodotoksin-sensitif
(TTXs) ke tetrodotoksin-resistan (TTXr), mengarah pada hiperalgesia serat C. Saluran sodium TTXr ini
relatif tahan terhadap anestesi lokal dibandingkan dengan saluran TTXs. Dalam situasi ini, bupivikaine
mungkin merupakan anestesi pilihan karena ditemukan menjadi lebih kuat dibandingkan lidokain
dalam memblokir saluran TTXr.
Kesimpulan Pulpa gigi adalah jaringan unik dan penting dalam prognosis jangka panjang gigi yang sering
diabaikan oleh klinisi. Saat mengejar kesempurnaan teknis pada endodontik, penting bahwa klinisi