Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SINTESIS DAN KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABLE DARI
CAMPURAN GLUKOMANAN PORANG (Amorphophallus oncophillus Pr.) DAN
PATI SINGKONG (Manihot esculenta) DENGAN PLASTICIZER GLISEROL
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
oleh
Muhammad Abdurrozaq
4311411037
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Semarang
Semarang, 1 Desember 2015
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Sri Mursiti, M.Si Prof. Dr. Supartono, M.S
NIP 196709131999032001 NIP 195412281983031003
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, 18 Desember 2015
Muhammad Abdurrozaq
NIM 4311411037
iv
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Sintesis dan Karakterisasi Plastik Biodegradable dari Campuran Glukomanan
Porang (Amorphophallus oncophillus Pr.) dan Pati Singkong (Manihot
esculenta) Dengan Plasticizer Gliserol
disusun oleh
Muhammad Abdurrozaq
4311411037
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
tanggal 11 Desember 2015
Panitia:
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si., Akt Dra. Woro Sumarni, M.Si
NIP 196412231988031001 NIP 196507231993032001
Ketua Penguji
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si
NIP 196601231992031003
Anggota Penguji / Pembimbing I
Anggota Penguji / Pembimbing II
Dr. Sri Mursiti, M.Si Prof. Dr. Supartono, M.S
NIP 196709131999032001 NIP 195412281983031003
v
MOTTO
Bermimpilah yang besar, karena dengan bermimpi besar akan menghasilkan semangat
yang luar biasa untuk mencapai hal besar tersebut.
Menciptakan pekerjaan lebih baik dari pada mencari kerja
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain.
Hidup sementara (dunia) untuk mencari bekal hidup selamanya (akhirat), maka
carilah bekal sebanyak-banyaknya.
PERSEMBAHAN
Untuk Ayah, Ibu dan Adik-adiku tersayang
serta orang-orang yang berjuang mewujudkan
ilmunya menjadi suatu karya yang bermanfaat
bagi umat.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Atas keberhasilan penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.
2. Ketua jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Sri Mursiti, M.Si dan Prof. Dr. Supartono, M.S selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran.
4. Prof. Dr. Sudarmin, M.Si selaku penguji yang telah memberikan koreksi dan
masukan.
5. Ayah dan ibu tercinta yang telah mengorbankan segala-galanya demi
tercapainya cita-cita ananda.
6. Teman-teman yang telah membantu selama penyusunan skripsi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha maksimal demi
memberikan yang terbaik, namun penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan lapang dada menerima kritik dan
saran yang membangun.
Demikian dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca serta Nusa dan Bangsa
pada umumnya. Mudah-mudahan skripsi ini dapat menjadi kontribusi dari anak bangsa
yang berguna dalam terobosan pembangunan dalam rangka membangun Nusa dan
Bangsa.
Semarang, 18 Desember 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
Abdurrozaq, Muhammad. 2015. Sintesis dan Karakterisasi Plastik Biodegradable dari
Campuran Glukomanan Porang (Amorphophallus oncophillus Pr.) dan Pati Singkong
(Manihot esculenta) Dengan Plasticizer Gliserol. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas
Matematika Universitas Negeri Semarang. Pembimbing utama Dr. Sri Mursiti, M.Si
dan pembimbing pendamping Prof. Dr. Supartono, M.S.
Kata kunci: gliserol, glukomanan, lingkungan, pati dan plastik biodegradable.
Penggunaan plastik sintetis sebagai bahan pengemas menimbulkan persoalan karena
tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroorganisme yang berakibat pada
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang
plastik yang dapat diuraikan secara alami supaya dapat menggantikan plastik sintetik.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi terbaik plastik biodegradable
dari campuran glukomanan porang dan pati singkong dengan plasticizer gliserol serta
mengetahui karakteristiknya. Penelitian ini dimulai dengan ekstraksi glukomanan
porang secara kimiawi menggunakan garam dapur 10% dan etanol 50% yang
dilanjutkan dengan proses pembuatan plastik biodegradable dengan metode
pencetakan dan penguapan pelarut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum
penambahan glukomanan dapat meningkatkan nilai kekuatan tarik, namun
menurunkan persen pemanjangan. Penambahan gliserol 25% dapat meningkatkan nilai
kuat tarik, persen pemanjangan dan degradabillitas. Hasil FTIR pada masing-masing
sampel menunjukkan adanya gugus C-O ester dan C=O karbonil yang menandakan
plastik bersifat biodegradable. Hasil XRD sampel dengan formulasi 30% glukomanan,
70% pati dan 25% gliserol menunjukkan bahwa sampel tersebut berada pada fase
paling amorf dibandingkan dengan sampel lain yang berarti memiliki kekuatan yang
paling tinggi. Formulasi terbaik dari penelitian ini adalah campuran 30% glukomanan,
70% pati dan 25% gliserol. Sampel tersebut memiliki nilai kekuatan tarik sebesar 9,3
MPa, persen pemanjangan 44,68%, penyerapan air 136,73% dan waktu terdegradasi
20 hari, 11 jam.
viii
ABSTRACT
Abdurrozaq, Muhammad. 2015. Synthesis and Characterization of Glucomannan
(Amorphophallus oncophillus Pr.)/Starch Cassava (Manihot esculenta) Blend
Biodegradable Plastic With Plasticizer Glycerol. Undergraduate Thesis, Department
of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Semarang State
University. Primary Supervisor: Dr. Sri Mursiti, M.Si, Supervising Companion: Prof.
Dr. Supartono, M.S.
Keywords: biodegradable plastic, environmental, glucomannan, glycerol and starch
The use of synthetic plastics as packaging materials cause a problem because it can’t
be decomposed naturally by microorganism that result in pollution and environmental
damage. So it is necessary to research on plastics that can be decomposed naturally
in order to replace the synthetic plastics. This research aims to get the best formulation
of biodegradable plastics from a blend of porang glucomannan and cassava starch
with the plasticizer glycerol and know its characteristics. This research begins with
the extraction of porang glucomannan chemically using salt 10% and etanol 50%,
followed by the synthesis of biodegradable plastics by a casting and solvent
evaporation method. The results showed in general the addition of glucomannan can
improve tensile strength, but lower the percent elongation values. The addition of 25%
glycerol can increase of tensile strength, percent elongation and degradability values.
FTIR results on each sample showed the C-O ester and C=O carbonyl group
indicating biodegradable plastics. XRD results of samples with formulations 30%
glucomannan, 70% starch and 25% glycerol showed the sample is at least an
amorphous phase compared to another sample which means it has the highest
strength. Best formulation of this research is a blend of 30% glucomannan, 70% starch
and 25% glycerol. The sample has a value of 9.3 MPa tensile strength, percent
elongation of 44.68%, water absorption of 136.73 and degraded time of 20 days, 11
hours.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................
PRAKATA......................................................................................................
ABSTRAK......................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah…..……………...…………………………………
1.3 Tujuan...................................................................................................
1.4 Manfaat.................................................................................................
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik..................................................................................................
2.2 Pati.......................................................................................................
2.3 Glukomanan Porang.............................................................................
2.4 Pati Singkong.......................................................................................
2.5 Plasticizer............................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xi
xii
xiii
1
4
4
5
6
7
9
10
11
x
2.6 Karakterisasi Plastik Biodegradable...................................................
3. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian.............................................................................
3.2 Bahan dan Alat Penelitian............................................................................
3.3 Prosedur Penelitian.......................................................................................
3.4 Karakterisasi Plastik......................................................................................
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian...................................................................................
4.2 Pembahasan.........................................................................................
5. PENUTUP
5.1 Simpulan................................................................................................
5.2 Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................
15
19
19
20
21
24
33
46
46
47
51
81
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
Karakteristik Fisik Plastik Biodegradable................................................
Pengaruh Persentase Glukomanan dan Pati Terhadap Sifat Mekanik.......
Pengaruh Persentase Gliserol dan Pati Terhadap Sifat Mekanik...............
Pengaruh Penambahan Gliserol Terhadap Penyerapan Air.......................
Karakterisasi Gugus Fungsi Plastik Biodegradable..................................
Pengaruh Penambahan Plasticizer Gliserol Terhadap Degradabilitas......
26
27
28
30
31
33
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1
2.2
2.3
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
Struktur Amilosa dan amilopektin....................................................
Tanaman Porang...............................................................................
Struktur Glukomanan........................................................................
Tepung Glukomanan Hasil Ekstraksi................................................
Granula Glukomanan yang Diamati Menggunakan Mikroskop.......
Ikatan Hidrogen Antara Glukomanan, Pati dan Gliserol..................
Plastik Biodegradable Campuran Glukomanan dan Pati..................
Uji Kuat Tarik...................................................................................
Persen Pemanjangan.........................................................................
Pengaruh Persentase Gliserol Terhadap Kuat Tarik.........................
Pengaruh Gliserol Terhadap Persen Pemanjangan............................
Pengaruh Konsentrasi Gliserol Terhadap Penyerapan Air..............
Difraktogram Plastik Biodegradable................................................
Spektra FTIR Plastik Biodegradable................................................
Pengaruh Gliserol Terhadap Persen Kehilangan Berat.....................
8
9
10
24
24
25
26
28
28
29
29
30
31
32
33
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
Diagram Alir Prosedur Penelitian..............................................
Penentuan Variabel Penelitian...................................................
Perhitungan Rendemen Glukomanan.........................................
Hasil Uji Kuat Tarik...................................................................
Analisis Data Hasil Uji Penyerapan Air......................................
Hasil Uji Gugus Fungsi..............................................................
Analisis Data Uji Biodegradabilitas...........................................
Dokumentasi Kegiatan...............................................................
51
55
56
57
62
68
75
78
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas menghadapi berbagai
persoalan lingkungan, yaitu tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroba di
dalam tanah, panas matahari maupun curah hujan, sehingga terjadi penumpukan
sampah plastik yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Kelemahan lain adalah bahan utama pembuat plastik berasal dari minyak bumi.
Minyak bumi sebagai bahan dasar plastik sintetis merupakan sumber daya tak
terbarukan (Juari, 2006).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang
ditimbulkan oleh plastik tersebut adalah dengan membuat plastik yang mudah
diuraikan oleh alam. Plastik ini dinamakan plastik biodegradable. Jenis plastik ini
sesuai dengan siklus karbon alami, karena ketika dibuang ke lingkungan akan
diuraikan oleh mikroorganisme sehingga dihasilkan CO2. Peristiwa biodegradasi
dapat terjadi di semua lingkungan, baik pada kondisi aerob maupun anaerob, dan
di dalam tubuh hewan. Bila plastik biodegradable dibakar, hasil pembakaran
tersebut merupakan senyawa tidak beracun (Handayani et al., 2009).
Plastik biodegradable memiliki beberapa keunggulan dibandingkan plastik
sintetis. Selain sifatnya yang mudah terurai, proses pembuatan plastik
biodegradable juga menghasilkan lebih sedikit emisi karbon dibandingkan proses
pembuatan plastik biasa dan lebih aman digunakan sebagai kemasan makanan.
Plastik biodegradable dapat dibuat dari berbagai macam bahan alami seperti pati,
1
2
limbah kulit buah-buahan dan limbah kitosan. Selain itu, pembuatan plastik
biodegradable relatif mudah sehingga dapat diterapkan oleh masyarakat
(Rahmawati et al., 2011).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam pembuatan plastik
biodegradable adalah plastik berbahan dasar pati singkong, pati ubi jalar, pati
kentang dan ganggang. Sedangkan yang memanfaatkan dari limbah adalah eceng
gondok, tongkol jagung, biji nangka, kitosan, dan kulit jeruk sebagai bahan aditif
(Juari, 2006).
Pati merupakan salah salah satu polimer alami dari ekstraksi tanaman yang
dapat digunakan untuk memproduksi material biodegradable karena sifatnya yang
ramah lingkungan, mudah terdegradasi, ketersediaan yang besar, dan terjangkau
(Song, 2008; Gonzalez-Gutierrez, 2010; Domenek, 2004). Namun, pati memiliki
beberapa kekurangan seperti kekuatan perilaku hidrofilik dan sifat mekanis yang
lebih buruk jika dibandingkan dengan polimer sintetis. Pati juga sebagian besar
larut dalam air dan tidak dapat diproses melalui proses pelelehan karena akan lebih
dulu terdekomposisi sebelum mengalami proses gelatinisasi. Secara umum, ada dua
solusi untuk mengatasi kekurangan ini. Solusi pertama adalah mencampurkan pati
dengan polimer lain dengan sifat yang diinginkan (Godbole et al., 2003). Solusi
kedua adalah membuat turunan pati dengan mengganti gugus hidrofilik -OH pada
pati dengan gugus-gugus hidrofobik melalui reaksi esterifikasi, asetilasi, sterifikasi
atau oksidasi (Aburto et al., 1999).
Manan (glukomanan) merupakan polisakarida yang tersusun oleh satuan-
satuan D-glukosa dan D-mannosa. Hasil analisa dengan cara hidrolisa asetolisis dari
manan dihasilkan suatu trisakarida yang tersusun oleh dua D-mannosa dan satu D-
3
glukosa. Oleh karena itu dalam satu molekul manan terdapat D-manosa sejumlah
67 % dan D-glukosa sejumlah 33 %. Sedangkan hasil analisa dengan cara metilasi
menghasilkan 2,3,4-trimetilmannosa, 2,3,6-trimetilmannosa dan 2,3,4-
trimetilglukosa. Berdasarkan hal ini, maka bentuk ikatan yang menyusun polimer
manan adalah β-1,4-glikosida dan β-1,6-glikosida (Koswara, 2009).
Umbi porang mengandung glukomanan atau biasanya disebut dengan
manan yang merupakan polimer dari D-mannosa dan D-glukosa. Umbi porang
jarang digunakan untuk konsumsi langsung, biasanya dibuat gaplek atau tepung.
Tepung manan merupakan tepung yang dibuat dari umbi porang yang mempunyai
kandungan glukomanan lebih tinggi dari pada komponen lain yang terdapat dalam
tepung tersebut (Koswara, 2009).
Salah satu jenis porang yang mempunyai kandungan glukomanan tinggi
adalah Amorphophallus oncophyllus Pr., yaitu sekitar 55% (basis kering),
sedangkan jenis lain yang mengandung glukomanan dalam jumlah cukup tinggi
adalah Amorphophallus variabilis Bl. dengan kandungan glukomanan sekitar 44%
(basis kering) (Koswara, 2009).
Glukomanan mempunyai beberapa sifat yang istimewa diantaranya adalah
dapat membentuk larutan yang kental dalam air, dapat mengembang dengan daya
mengembang yang besar, dapat membentuk gel, dapat membentuk lapisan tipis
dengan penambahan NaOH atau gliserin membentuk lapisan yang kedap air
(Koswara, 2009).
Porang merupakan tanaman liar yang tumbuh dihutan maupun di
pekarangan rumah. Umbi porang sulit diolah sebagai bahan pangan secara
4
langsung, karena pada umbi porang terdapat kandungan kristal kalsium oksalat
yang dapat menimbulkan gatal-gatal. Sehingga, umbi ini jarang digunakan sebagai
bahan pangan di Indonesia (Pradipta et al., 2012). Padahal potensi porang di
Indonesia sangat besar, sehingga perlu adanya terobosan dalam pemanfaatannya.
Dengan berbagai keunggulan yang dimilikinya, pemanfaatan glukomanan porang
(Amorphophallus oncophillus Pr.) sebagai campuran pembuatan plastik
biodegradable merupakan suatu cara alternatif dalam memanfaatkan umbi porang
dan pengurangan plastik sintetis secara efektif.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah
a. Bagaimana formula terbaik dari campuran glukomanan porang dan pati singkong
untuk menghasilkan plastik biodegradable?
b. Bagaimana karakteristik plastik hasil formula terbaik dari campuran glukomanan
porang dan pati singkong?
1.3 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah
a. Mendapatkan formula terbaik pada pembuatan plastik berbahan campuran
glukomanan porang dan pati singkong.
b. Mengetahui karakteristik plastik hasil formula terbaik dari campuran
glukomanan porang dan pati singkong.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
a. Dapat ikut serta dalam pengembangan plastik biodegradable.
b. Dapat dipakai sebagai salah satu dasar dan pengembangan plastik biodegradable.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik
2.1.1 Plastik Sintetis
Plastik sintetis merupakan plastik yang terbuat dari polimer turunan minyak
bumi, yang tidak dapat terurai dengan mudah oleh lingkungan dan makhluk hidup.
Intensitas penggunaan plastik sebagai kemasan semakin meningkat karena plastik
sintetis memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu simpel, tidak mudah pecah, jauh
lebih ringan dibandingkan bahan kemasan lain, dan mudah dibentuk.
Pemanfaatan plastik sintetis menimbulkan masalah lingkungan global
karena plastik tidak dapat terurai. Hal ini dikarenakan bahan baku plastik yang
terbuat dari minyak bumi tidak dapat diuraikan secara alami dan cepat. Pembuatan
plastik dengan jumlah total konsumsi plastik dalam satu tahun dibutuhkan 12 juta
barel minyak dan 14 juta batang pohon sebagai bahan baku dasarnya (Normisyanti,
2011).
2.1.2 Plastik Biodegradable
Nama biodegradable dapat diartikan dari tiga kata yaitu bio yang berarti
makhluk hidup, degra yang berarti terurai dan able berarti dapat. Jadi, plastik
biodegradable adalah plastik yang dapat terurai oleh mikroorganisme. Plastik ini,
biasanya digunakan sebagai bahan pengemas (Mahalik, 2009).
Plastik biodegradable merupakan plastik yang terbuat dari polimer alami,
sehingga mudah diuraikan oleh lingkungan maupun makhluk hidup. Polimer dapat
6
7
berubah menjadi biomassa, H2O, CO2 dan atau CH4 melalui tahapan depolimerisasi.
Depolimerisasi terjadi karena kerja enzim ekstraseluler (terdiri atas endo dan ekso
enzim). Endo enzim memutus ikatan internal pada rantai utama polimer secara
acak, dan ekso enzim memutus unit monomer pada rantai utama secara berurutan.
Bagian-bagian oligomer yang terbentuk dipindahkan ke dalam sel dan menjadi
mineralisasi. Proses mineralisasi membentuk CO2, CH4, N2, air, garam-garam,
mineral dan biomassa. Definisi polimer biodegradable dan hasil akhir yang
terbentuk dapat beragam bergantung pada polimer, organisme, dan lingkungan
(Ardiansyah, 2011).
2.2 Pati
Pati merupakan suatu senyawa karbohidrat kompleks dengan ikatan α-
glikosidik. Pati dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa
(sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Pati yang diproduksi secara
komersial biasanya didapatkan dari jagung, gandum, beras, dan tanaman-tanaman
umbi seperti kentang, singkong, dan ubi jalar. Jumlah produksi pati di dunia dalam
tiap tahunnya sekitar 60 juta MT dan diperkirakan akan meningkat sekitar 10 juta
MT pada tahun 2011 (Wajira, 2009). Jagung (Zea mays L.), singkong/tapioka
(Manihot esculenta C.), ubi jalar (Ipomoea batatas L.), gandum (Triticumaestivum
L.), dan kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan sumber utama dari pati,
sedangkan padi (Oryza sativa L.), gandum (Hordeum vulgare L.), sagu (Cycas
spp.), garut (Tacca leontopetaloides L.) memberikan kontribusi dalam jumlah yang
lebih kecil terhadap total produksi global.
8
Gambar 2.1 Struktur Amilosa dan amilopektin
Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi
terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin. Struktur amilosa
merupakan struktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa. Amilopektin terdiri dari
struktur bercabang dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa dan titik percabangan
amilopektin merupakan ikatan α-(1,6). Oleh karena itu pati memiliki tiga gugus
hidroksil bebas di setiap cincin glikosida. Amilosa memberikan sifat keras
sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Kadar kedua komponen ini
nantinya akan mempengaruhi sifat mekanik dari polimer alami yang terbentuk.
Sebagai bahan baku terbarukan dengan biaya rendah, pati menjanjikan
untuk diaplikasikan di bidang industri, seperti plastik biodegradable (Huang & Yu,
2005). Sayangnya, material campuran berbasis pati memiliki sifat mekanik yang
buruk. Beberapa laporan menunjukkan sulit untuk mendapatkan kekuatan tarik dan
daya regang yang baik secara bersamaan. Secara umum, ada dua pendekatan untuk
mengatasi kekurangan ini. Pendekatan pertama adalah mencampur pati dengan
polimer lain dengan sifat yang diinginkan (Wang, Yang, & Wang, 2004).
Pendekatan lain adalah membuat turunan pati dengan mengganti gugus hidrofilik
OH dengan gugus hidrofobik melalui reaksi esterifikasi (Wesslén & Wesslén,
2002).
9
2.3 Glukomanan Porang
Klasifikasi tanaman porang adalah kingdom: plantae (tumbuhan),
subkingdom: tracheobionta (tumbuhan berpembuluh), super divisi: spermatophyta
(menghasilkan biji), divisi: magnoliophyta (tumbuhan berbunga), kelas: liliopsida
(berkeping satu / monokotil), sub kelas: arecidae, ordo: arales, famili: araceae (suku
talas-talasan), genus: amorphophallus, spesies: Amorphophallus oncophyllus Prain
Gambar 2.2 Tanaman Porang
Tanaman porang (Amorphophallus oncophyllus) tergolong dalam famili
Araceae. Tamanan ini memiliki umbi yang mengandung glukomanan cukup tinggi
(15–64% basis kering). Zhang et al., (2005) menjelaskan bahwa umbi porang telah
digunakan sebagai bahan baku makanan dan industri sejak 1.000 tahun yang lalu di
Jepang dan China. Tingginya kandungan glukomanan dalam umbi porang membuat
tanaman ini banyak dicari terutama industri pangan dan kesehatan.
Komponen utama umbi porang adalah glukomanan yang merupakan
hidrokoloidal polisakarida yang memiliki rantai β-1,4-D-glucopyranosyl dan β-1,4-
10
D-mannopyranosyl. Glukomanan mengandung 60 % D-mannosa dan 40 % D-
glukosa (Mikkonen, 2009). Menurut Harsojuwono (2011) keberadaan monomer D-
glukosa dan D-manosa dalam glukomanan, menyebabkan glukomanan berpotensi
sama dengan pati untuk dijadikan campuran polimer.
Gambar 2.3 Struktur Glukomanan (Keithley, 2013)
2.4 Pati Singkong
Klasifikasi tanaman singkong adalah kingdom: plantae (tumbuhan),
subkingdom: tracheobionta (tumbuhan berpembuluh), super divisi: spermatophyta
(menghasilkan biji), divisi: magnoliophyta (tumbuhan berbunga), kelas:
magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), sub kelas: rosida, ordo: euphorbiales,
famili: euphorbiaceae, genus: manihot, spesies: Manihot esculenta Crantz.
Ketela pohon memiliki bentuk granula pati bulat, bulat terpotong dan elips
dengan ukuran berkisar antara 5-25 pm. Suhu gelatinisasi berkisar 65-69 oC dan
daya pengembangan pati berkisar antara 1,42 - 26,65 (Murtiningrum et al., 2012).
Ketela pohon mempunyai kemampuan untuk membentuk gel melalui proses
pemanasan (90 oC atau lebih) sebagai akibat pecahnya struktur amilosa dan
amilopektin. Dengan terbentuknya gel ini, ketela mampu menjebak udara dan air
bebas. Pemecahan ikatan amilosa dan amilopektin akan menyebabkan terjadinya
11
perubahan lebih lanjut seperti peningkatan molekul air yang mengakibatkan terjadi
penggelembungan molekul, pelelehan kristal, dan terjadi peningkatan viskositas
(Deman, 1993).
Menurut hasil penelitian Murtiningrum et al., (2012) menunjukkan bahwa
kadar pati singkong antara 81,40% sampai 89,55%. Kadar amilosa pati berkisar
antara 12,28% sampai 27,38% sedangkan kadar amilopektin berkisar antara
72,61% sampai 87,71%. Perbedaan rasio amilosa dan amilopektin dalam pati,
berpengaruh terhadap sifat fisik dan kimia pati.
Pati dengan kandungan amilosa tinggi, memiliki kemampuan menyerap air
dan mengembang lebih besar karena amilosa memiliki kemampuan membentuk
ikatan hidrogen yang lebih besar dari pada amilopektin. Selain itu, pati dengan
kandungan amilosa tinggi bersifat kurang rekat dan kering, sedangkan pati yang
memiliki kandungan amilopektin tinggi bersifat rekat dan basah (Hidayat et al.,
2007).
2.5 Plasticizer
Plasticizer adalah bahan tambahan yang ditambahkan pada polimer alami
sebagai bahan plasticizer, karena campuran polimer alami murni akan
menghasilkan sifat yang getas dan rapuh sehingga akan mengurangi fleksibilitas
dan menghindarkan polimer dari retakan. Menurut penelitian sebelumnya, antara
plasticizer sorbitol dan gliserol, dihasilkan film plastik dengan sifat yang lebih baik
pada penggunaan plasticizer gliserol (Cheng et al, 2006), dimana konsentrasi
gliserol akan berpengaruh pada sifat mekanis produk akhir yang dihasilkan, yang
merupakan sifat penting pada produk plastik (Pradipta & Mawarani, 2012).
12
Kekuatan tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh film
plastik selama pengukuran berlangsung. Kekuatan tarik dipengaruhi oleh bahan
plasticizer yang ditambahkan dalam proses pembuatan film plastik. Sedangkan
persen pemanjangan merupakan perubahan panjang maksimum film plastik
sebelum terputus. Berlawanan dengan itu, elastisitas akan semakin menurun seiring
dengan meningkatnya jumlah bahan pemlastis dalam film plastik. Elastisitas
merupakan ukuran dari kekuatan film plastik yang dihasilkan.
Berbagai penelitian tentang material pembuatan plastik biodegradable telah
dilakukan. Penggunaan gliserol dan kelompok poliol lainnya sebagai agen
plasticizer pembentuk plastik biodegradable pun juga sudah dilaporkan.
Penggunaan matriks dari bahan alami pun telah dilakukan. Diantaranya adalah
dengan kombinasi pengisi sebagai berikut: pati jagung dan asam laurat dengan
teknik pelelehan (Wang Ning, 2008), pati kentang dan gliserol (Gonzalez, 2011)
maupun dengan menggunakan pengisi protein (Shaomin Sun, 2008).
Kondisi yang harus dimiliki plasticizer adalah (1) mampu berinteraksi
secara molekuler dengan polimer; (2) mempunyai Tg (glass transition temperature)
yang cukup rendah untuk menurunkan Tg polimer; (3) mempunyai bobot molekul
yang cukup tinggi untuk menjaga agar bobot molekul polimer tetap tinggi.
2.5.1 Gliserol sebagai Plasticizer
Gliserol mempunyai peranan cukup penting dalam pembuatan plastik
biodegradable. Gliserol merupakan bahan yang umum digunakan sebagai material
plastisasi dalam proses pembuatan plastik biodegradable. Hal ini karena gliserol
merupakan bahan yang murah, sumbernya mudah diperoleh, dapat diperbaharui,
13
dan juga akrab dengan lingkungan karena mudah didegradasi oleh alam. Pati yang
merupakan polimer alam yang tidak mahal dan terbarukan yang hadir dalam bentuk
butiran tidak dapat diproses menjadi material plastik biodegradable karena kuatnya
ikatan hidrogen intermolekular dan intramolekular. Tetapi dengan adanya air dan
plasticizer gliserol, pati dapat diolah menjadi polimer biodegradable yang biasa
disebut thermoplastic starch (Ardiansyah, 2011).
Material plastisasi umumnya merupakan molekul kecil yang larut dalam
struktur amorf diantara molekul-molekul polimer yang lebih besar. Material
plastisasi memacu proses pencetakan dan meningkatkan fleksibilitas produk.
Diperlukan pencampuran sempurna untuk memperoleh distribusi homogen (Zhong,
2008).
Pengaruh penambahan gliserol sebagai plasticizer pada pati telah diteliti
oleh Kruiskamp (2001). Kruiskamp menggunakan bahan pati kentang dengan
komposisi amilopektin yang lebih besar dari pada amilosa. Kruiskamp mereaksikan
gliserol dan etilena glikol dengan amilopektin dan membandingkan entalpi
keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, gliserol dan etilen glikol mampu
berinteraksi dengan amilopektin, namun mekanisme reaksi dan immobilisasi
plasticizer belum bisa dijelaskan karena belum ada penelitian lebih lanjut. Ada
kemungkinan plasticizer ikut andil dalam mekanisme substitusi, sehingga
menurunkan mobilitas keseluruhannya.
Pengaruh penambahan gliserol sebagai plasticizer juga telah diteliti oleh
Chen et al (2008). Chen menggunakan bahan campuran dari pati dan glukomanan
konjak, dengan komposisi pati kacang, glukomanan konjak dan gliserol. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi plasticizer
14
gliserol, kekuatan tarik menurun, sedangkan daya perpanjangan meningkat. Secara
keseluruhan, nilai σb (daya regang) dan εb (daya pemanjangan) film meningkat
dengan peningkatan komponen glukomanan konjak.
Komposisi berat glukomanan konjak 70%, σb (daya regang) mencapai nilai
maksimum 68,1 MPa dalam campuran pati, glukomanan konjak dan gliserol
masing-masing 30%, 70% dan 10%; sedangkan εb (daya pemanjangan) mencapai
nilai maksimum 59,0% dalam film 30%, 70% dan 15%. Nilai σb (daya regang) dan
εb (daya pemanjangan) film campuran lebih tinggi dari pada film pati murni dengan
komposisi gliserol yang sama. Hal ini disebabkan oleh pemutusan ikatan hidrogen
antar molekul dan pembentukan interaksi intramolekuler antara pati dan
glukomanan konjak.
2.5.2 Mekanisme Plastisasi
Interaksi antara polimer dengan plasticizer dipengaruhi oleh sifat afinitas
kedua komponen, jika polimer plasticizer tidak terlalu kuat maka akan terjadi
plastisasi antara struktur (molekul plasticizer hanya terdistribusi di antara struktur).
Plastisasi ini hanya mempengaruhi gerakan dan mobilitas struktur (Ardiansyah,
2011).
Jika terjadi interaksi polimer-polimer cukup kuat maka molekul plasticizer
akan terdifusi ke dalam rantai polimer. Dalam hal ini molekul plasticizer akan
berada di antara rantai polimer dan mempengaruhi mobilitas rantai yang dapat
meningkatkan plastisasi sampai batas kompatibilitas yaitu sejumlah yang dapat
terdispersi (terlarut) dalam polimer. Jika jumlah plasticizer melebihi batas ini, maka
15
akan terjadi sistem yang heterogen dan plastisasi tidak efisien lagi (Ardiansyah,
2011).
2.6 Karakterisasi Plastik Biodegradable
Kualitas plastik biodegradable yang dibuat dapat diketahui dari hasil
karakterisasi. Beberapa karakterisasi yang dapat menentukan kualitas plastik
biodegradable adalah uji mekanik menggunakan tensile strength, uji penyerapan
air, karakterisasi kristalinitas menggunakan XRD, karakterisasi gugus fungsi
menggunakan FTIR dan uji biodegradabilitas.
2.6.1 Uji Mekanik
Sifat mekanik suatu bahan erat kaitannya dengan struktur kimia, terutama
struktur molekulnya. Struktur molekul yang mempengaruhi sifat mekanik suatu
bahan meliputi bentuk molekul, kekompakan molekul, kristalinitas, kekuatan
ikatan molekul, dan gaya antar molekul (Juari, 2006).
Kuat tarik adalah tegangan regangan maksimum yang dapat diterima bahan.
Sedangkan persen pemanjangan adalah perubahan panjang maksimum yang
dialami plastik pada saat pengujian kuat tarik. Menurut Stevens (2001), tegangan
tarik adalah gaya yang diaplikasikan (F) dibagi dengan luas penampang (A).
Pengujian kuat tarik akan menghasilkan kurva tegangan-regangan (stress-strain).
2.6.2 Uji Penyerapan Air
Uji penyerapan air diperlukan untuk mengetahui sifat plastik biodegradable
terhadap serapan air. Semakin sedikit air yang diserap berarti semakin baik plastik
biodegradable tersebut bila diaplikasikan sebagai wadah makanan yang
16
mengandung air. Uji penyerapan air sangat dipengaruhi oleh molekul penyusun
suatu plastik.
2.6.3 Karakterisasi Kristalinitas
Kristalin merupakan struktur molekul yang susunan keteraturannya tinggi.
Sedangkan struktur molekul yang susunannya tidak teratur disebut amorf. Polimer
plastik biodegradable yang kristalinitasnya tinggi, lebih resisten terhadap pelarut
dan meleleh lebih tajam pada suhu tinggi dari pada polimer amorf. Polimer dengan
kristalinitas tinggi mempunyai kekakuan yang tinggi, lebih rapuh dari pada polimer
amorf. Oleh karena itu Cullity dan Stock (2001) menyatakan bahwa derajat
kristalinitas menjadi penentu aplikasi dari bahan polimer tersebut.
Derajat kritalinitas dapat diukur dengan menggunakan Difraktometer sinar-
X (X-Ray Diffractometer, XRD). Menurut Sutiani (1997), difraktometer sinar-X
merupakan suatu alat yang dapat menentukan derajat kristalinitas suatu polimer.
Bagian kristalin dan amorf suatu polimer dapat berinteraksi dengan sinar-X dan
menunjukkan aktifitas difraksi yang spesifik. Derajat kristalinitas dapat ditentukan
bila difraksi kristalin dapat dipisahkan dari difraksi amorf. Derajat kristalinitas
diketahui dengan cara menghitung perbandingan luas difraksi kristalin terhadap
luas total difraksi (Juari, 2006).
Difraktometer sinar-X juga dapat memberikan informasi tentang
konfigurasi rantai dalam kristalit. Selain itu juga dapat digunakan untuk
memperkirakan ukuran kristalit dan perbandingan daerah kristalin dengan daerah
amorf (derajat kristalinitas) dalam sampel polimer.
17
2.6.4 Karakterisasi Gugus Fungsi
FTIR (Fourier Transform Infra-Red Spectroscopy) dapat digunakan untuk
analisa gugus fungsi pada suatu bahan. Menurut Sutiani (1997), spektroskopi
inframerah merupakan salah satu teknik identifikasi struktur baik untuk senyawa
organik maupun senyawa anorganik. FTIR dapat menganalisa gugus fungsi suatu
senyawa dengan kemampuan yang lebih baik dari pada IR konvensional, baik
dalam hal kecepatan, sensitivitas dan peningkatan pengolahan data.
Analisa FTIR merupakan metode semi empirik dimana kombinasi pita
serapan yang khas dapat diperoleh untuk menentukan struktur senyawa yang
terdapat pada suatu bahan. Infra merah merupakan gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang di atas daerah sinar tampak yaitu pada 700-3000 μm
(Juari, 2006).
Daerah inframerah berhubungan dengan energi dari kebanyakan vibrasi
molekul. Vibrasi inframerah dapat dideteksi dan diukur pada spektrum inframerah
bila vibrasinya menghasilkan perubahan momen dipol. Daerah inframerah dibagi
dalam tiga daerah, yaitu daerah dekat (12800-4000 cm-1), daerah sedang (4000-200
cm-1) dan daerah jauh (200-10 cm-1).
Radiasi inframerah yang penting dalam penentuan struktur atau analisa
gugus fungsi dan paling banyak digunakan adalah daerah inframerah sedang yaitu
pada bilangan gelombang antara 4000-650 cm-1 (Khopkar, 2002). Stevens (2001)
mengatakan bahwa spektrum-spektrum dari sebagian besar polimer komersial telah
diidentifikasi, sehingga indentifikasi kualitatif zat-zat yang belum diketahui
seringkali bisa diselesaikan melalui perbandingan.
18
2.6.5 Uji biodegradabilitas
Uji biodegradabilitas dilakukan untuk mengetahui laju degradasi sampel
dalam jangka waktu tertentu, sehingga diperoleh persentase kerusakan suatu
plastik. Dari persentase kerusakan dapat diperkirakan lamanya waktu yang
dibutuhkan oleh plastik biodegradable untuk terurai oleh alam secara sempurna
(Anggraini, 2013).
Biodegradasi ada dua macam, biodegradasi biotik dan abiotik. Biodegradasi
biotik adalah degradasi bahan polimer yang disebabkan oleh mikroorganisme
seperti bakteri, jamur dan ganggang yang menghasilkan karbondioksida dan air.
Sedangkan biodegradasi abiotik adalah degradasi kimia tanpa melibatkan aktivitas
biologis yang menghasilkan metana dan air (Stevens, 2002).
Biodegradasi tidak sepenuhnya material biodegradable akan selalu
terdegradasi. Biodegradasi menurut standar European Union menyatakan bahwa
plastik biodegradable harus terdekomposisi menjadi air, karbondioksida dan
humus dalam waktu maksimal enam sampai sembilan bulan (Sarka et al., 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarka et al., (2011) menggunkan pati dari
gandum, menunjukkan bahwa semakin banyak bagian patinya, plastik tersebut
semakin mudah terdegradasi. Sedangkan semakin banyak pati terasetilasi maka
semakin sulit terdegradasi.
46
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Formulasi terbaik untuk membuat plastik biodegradable adalah 30%
glukomanan, 70% pati dan 25% gliserol.
2. Karakteristik plastik biodegradable yang mengandung 30% glukomanan, 70%
pati dan 25% gliserol memiliki kekuatan tarik 9,3 MPa, persen pemanjangan
44,68%, penyerapan air 136,73 dan waktu terdegradasi 20 hari, 11 jam.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memodifikasi gugus hidrofilik
OH pada glukomanan dan pati dengan gugus-gugus hidrofobik melalui reaksi
esterifikasi, asetilasi, sterifikasi atau oksidasi supaya persen penyerapan air menjadi
lebih kecil.
46
47
DAFTAR PUSTAKA
Aburto, J., Alric, I., Thiebaud, S., Borredon, E., Bikiaris, D., & Prinos, J. 1999.
Synthesis, Characterization, and Biodegradability of Fatty-acid Esters of
Amylose and Starch. Journal of Applied Polymer Science, 74, 1440–1451.
Anggraini, F. 2013. Aplikasi Plasticizer Gliserol pada Pembuatan Plastik
Biodegradable dari Biji Nangka. Skripsi. Semarang: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Ardiansyah, R. 2011. Pemanfaatan Pati Umbi Garut Untuk Pembuatan Plastik
Biodegradable. Skripsi. Depok: Fakultas Teknik Departemen Teknik Kimia
Universitas Indonesia.
Chen, J., Liu, C., Chen, Y., Chen, Y., Chang, P.R. 2008. Structural Characterization
and Properties of Starch/Konjac Glucomanan Blend Films. Carbohydrate
Polymers, No. 74, Hal: 946–952.
Cheng, L.H., Karim, A.A., Norziah, M.H., & Seow, C.C. 2002. Modification of the
Microstructural and Physical Properties of Konjac Glucomannan-based Films
by Alkali and Sodium Carboxymethyl Cellulose. Food Research
International, 35, 829–836.
Deman, M.J. 1993. Kimia Makanan. Bandung: ITB.
Domenek, S. 2004. Biodegradability of Wheat Gluten Based Bioplastics.
Chemosphere. 54: 551-559.
Faridah, A., S. B. Widjanarko, A. Sutrisno dan B. Susilo. 2012. Optimasi Produksi
Tepung Porang dari Chip Porang. Jurnal Teknik Industri, 13(2): 158–166.
Godbole, S., Gote, S., Latkar, M., & Chakrabarti, T. 2003. Preparation and
Characterization of Biodegradable Poly-3-hydroxybutyrate-Starch Blend
Films. Bioresource Technology, 86, 33–37.
Gonzalez-Gutierrez. 2010. Development of Highly-transparent Protein/ Starch
Based Bioplastics. Bioresource Technology. 101: 2007-2013.
Gonzalez-Gutierrez. 2011. Effect of Processing on the Viscoelastic, Tensile and
Optical Properties of Albumen/ Starch-based Bioplastics. Carbohydrate
Polymers. 84: 308-315.
Hadjar, M.M.I. 1987. Spektroskopi (1) Infra Merah, Resonansi Magnet Inti dan
Massa. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Handayani, D., Yulianto, M.E., Arifan, F., Arief, M., Lestari E., & Erlangga. 2009.
Pengembangan Sequenching Batch Bioreactor untuk Produksi Plastik
Biodegradable (Polihidroksialkanoat). Simposium Nasional RAPI VIII.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Harsojuwono, B.A. 2011. Penentuan Formula Campuran Plastik Biodegradable
Glukomanan dari Umbi Porang (Amorphophallus muelleri B) Ditinjau dari
Karakteristik Fisik dan Mekanis. The Excellence Research, hal 126-133.
48
Hidayat, B., Ahza, A.B., Sugiyono. 2007. Karakterisasi Tepung Ubi Jalar (Ipomea
batatas L.) Varietas Shiroyutaka serta Kajian Potensi Penggunaannya sebagai
Sumber Pangan Karbohidrat Alternatif. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. Vol 18, No. 1: 32-39.
Hidayat, M.K., Latifah & S. M. R. Sedyawati. 2013. Penggunaan Carboxy Methyl
Cellulose dan Gliserol Pada Pembuatan Plastik Biodegradable Pati Gembili.
Indo. J . Chem. Sci. 2(3): 254-258.
Huang, M.F., & Yu, J.G. 2005. High Performance Biodegradable Termoplastik
Starch-EMMT Nanoplastics. Polymer, 46: 3157–3162.
Intan, D.H., W. Aizan. 2011. Tensile and Water Absorption of Biodegradable
Composites Derived krom Cassava Skin/Polyvinyl Alcohol With Glicerol as
Plasticizer. Sains Malaysiana, 40(7):713-718.
Juari. 2006. Production and Characterization of Bioplastic from Poly-3-
Hydroxyalkanoate (PHA) Produced by Ralstonia Eutrophaon Hydrolyzed
Sago Starch with The Addition of Dimethyl Phthalate (DMP). Skripsi. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Keithley, J.K., B. Swanson, S.L. Mikolaitis, M. DeMeo, J.M. Zeller, L. Fogg, dan
J. Adamji. 2013. Safety and Efficacy of Glucomannan for Weight Loss in
Overweight and Moderately Obese Adults. Journal of Obesity, 1-7.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Umbi-umbian Bagian 2: Pengolahan
Umbi Porang. Bogor: Institute Pertanian Bogor.
Kruiskamp, P.H., ALM Smith, JJG Van Soest & JFG Vliegenthart. 2001.
Biodegradable Polymer and its Applications. International Journal
Bioscience, BioChemistry and Bioinformatics. 1(3): 173-176.
Listiyaningsih, D. 2013. Pembuatan dan Karakterisasi Biofilm Pati gembili-Kitosan
dengan Plasticizer Polivinil Alkohol (PVA). Skripsi. Semarang: FMIPA,
Universitas Negeri Semarang.
Mahalik, N.P. 2009. Processing and Packaging Automation System: A Review.
Jurnal Sains & Instrumental, 3:12-25.
Mathew, S.H., Brahmakumar, M., & Emilia Abraham, T. 2006. Microstructural
Imaging and Characterization of the Mechanical, Chemical, Thermal, and
Swelling Properties of Starch-Chitosan Blend Films. Biopolymers. 82: 176–
187.
Mikkonen, K.S. 2009. Mannans as Film Formers and Emulsion Stabilizers.
Dissertation. Department of Food Technology, University of Helsinki.
Helsinki, Finlandia.
Murtiningrum, Bosawer, E.F., & Istalaksana, P., Jading, A. 2012. Karakterisasi
Umbi dan Pati Lima Kultivar Ubi Kayu (Manihot esculenta). Jurnal
Agrotek. Vol 3. No.1.
49
Pradipta, I.M.D., & Mawarani, L.J. 2012. Pembuatan dan Karakterisasi Polimer
Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Glukomanan Umbi Porang. Jurnal Sains
dan Seni Pomits, Vol. 1, No. 1: 1-6.
Rahmawati, A., Widyaningrum, D., Rudjito, R.K., Kemalasari, F., Rudiansyah, I.
2011. Pemanfaatan Kulit Pisang Raja (Musa sapientum) dalam Pembuatan
Plastik Biodegradable dengan Plasticizer Gliserin dari Minyak Jelantah.
Laporan Kemajuan PKM. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Rindlav, A., M. Stading, A.M. Hermansson, & P. Gatenholm. 1998. Structure,
mechanical and barrier properties of amylose and amylopectin films.
Carbohydrate Polymers, 36, 217–224.
Sastrohamidjojo, H. 2001. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarya: Universitas
Gadjah Mada.
Šárka, E., Kruliš, Z., Kotek, J., Ruzek, L., Korbárová, A., Bubník, Z., Ruzková, M.
2011. Application of wheat B-starch in biodegradable plastic materials. Czech
Journal of Food Sciences, Vol. 29 No. 3 pp. 232-242.
Shakina J., Sathiya L.K. dan Allen G.R.G. 2012. Microbial Degradation of
Synthetic Polyesters from Renewable Resources. Indian Journal of Science.
1 (1): 21-28.
Shaomin Sun. 2008. Morphology and Mechanical Properties of Thermo-molded
Bioplastics Based on Glycerol-plasticized Wheat Gliadins. Journal of Cereal
Science. 48: 613-618.
Yihu, Song. 2008. Preparation and properties of thermo-molded bioplastics of
glutenin-rich fraction. Journal of Cereal Science. 48: 77–82.
Stevens, M.P. 2001. Kimia Polimer. Jakarta: PT. Pradya Paramita.
Stevens, E.S. 2002. Green plastics: an introduction to the new science of
biodegradable plastics. Princeton University Press the use of environmental
marketing claims, U.S. Federal Trade Commission, Washington D.C.,
Utilization Research.
Sutiani, A.1997. Biodegradasi Polyblend Polystirene-Pati. Bidang Khusus Kimia
Fisik. Program Studi Kimia, Program Pasca Sarjana ITB, Bandung.
Takigami, S. 2000. Handbook of Hydrocolloids: Konjak Mannan. CRC Press.
Washington DC.
Utami, M.R. Latifah., N. Widiarti. 2014. Sintesis Plastik Biodegradable Dari Kulit
Pisang dengan Penambahan Kitosan dan Plasticizer Gliserol. Indo. J . Chem.
Sci, 3 (2): 163-167.
Wajira S. Ratnayake and David S. Jackson. 2009. Starch Gelatinization. Advances
in Food and Nutrition Research, Volume 55.
Wang, X.L., Yang, K.K., & Wang, Y.Z. 2004. Crystallization and morphology of
anovel biodegradable polymer system: Poly(1,4-dioxan-2-one)/starch blends.
Acta Materialia, 52, 4899–4905.
Wang, Z.L. 2008. Toward self-powered nanosystems: From nanogenerators to
nanopiezotronics. Advanced Functional Materials, 18, 3553-3567.
50
Wesslén, K.B., & Wesslén, B. 2002. Synthesis of amphiphilic amylose and starch
derivatives. Carbohydrate Polymers, 47, 303–311.
Wypich, G. 2003. Platicizers Use And Selection For Specific Polymers. Toronto:
Chem Tec Laboratories.
Zhang, Y., Xie, B., dan Gan, X. 2005. Advance in Application of Konjac
Glucomannan and its Derivatives. Carbohydrate Polimers, 60, 27-31.
Zhong, Q.-P. X.-S. 2008. Physicochemical Properties of Edible and Preservative
Film from Chitosan/Cassava Starch/ Gelatin Blend Plasticizesd with
Glycerol. Food Techno Biotechnol, 46 (30): 262-269.