Upload
others
View
41
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI RSAL Dr. MINTOHARDJO
TUGAS AKHIR
Tiiz Luspyantrini
0706231212
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM DIPLOMA III FARMASI KEKHUSUSAN RUMAH SAKIT
DEPOK
JUNI 2010
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI RSAL Dr. MINTOHARDJO
TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Farmasi
Tiiz Luspyantrini
0706231212
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM DIPLOMA III FARMASI KEKHUSUSAN RUMAH SAKIT
DEPOK JUNI 2010
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan
di RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar akademik Program Diploma III Farmasi Rumah Sakit Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Selain itu, Praktek
Kerja Lapangan di rumah sakit juga memberikan pengalaman kepada mahasiswa
mengenai rumah sakit dan segala kegiatannya khususnya kegiatan kefarmasian
sehingga mahasiswa dapat memperoleh wawasan dan bekal mengenai peran Ahli
Madya Farmasi di rumah sakit.
Penulis menyadari bahwa Praktek Kerja Lapangan ini tidak dapat terlaksana
dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.Dengan demikian pada
kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Kapten Dadang Mulya Santosa, S.Si., Apt selaku Pembimbing PKL yang
telah menyediakan waktu, perhatian dan kesabarannya dalam membimbing
selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
2. Ibu Dra. Sri Suwardani, M.Si., Apt selaku Pembimbing Farmasi Klinis yang
dengan sepenuh hati dalam membimbing dan memberikan pengetahuan tentang
Farmasi Klinis.
3. Bapak Kolonel Laut (K) Drs. Ruswanto, MM., Apt selaku Kepala Departemen
Farmasi RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat yang telah membantu dalam
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.
4. Ibu Dra. Juheini Amin, MSi. selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapangan
Program Diploma III Farmasi Rumah Sakit Fakultas Matematika dan Ilmu
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
vi
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia yang telah mamberikan arahan serta
dorongan kepada penulis.
5. Ibu Dra. Azizahwati, M.Si., Apt selaku Ketua Program Diploma III Farmasi
Rumah Sakit Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
6. Ibu Dra. Yahdiana Harahap, M.Si.,Apt selaku Ketua Departemen Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
7. Ibu Dr. Katrin,Apt.,MS.selaku Pembimbing Akademis yang telah banyak
memberikan nasehat-nasehat dan bimbingannya.
8. Orangtua, saudara dan sahabat-sahabat penulis tercinta yang selalu memberikan
semangat dan doa yang diberikan kepada penulis.
9. Seluruh staf RSAL Dr. Minthohardjo yang telah membantu melancarkan kegiatan
penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
10. Seluruh staf akademis Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
11. Teman-teman Mahasiswa Program Diploma III Farmasi Rumah Sakit Angkatan
2007 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan dan
dukungan yang diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.
Dengan segala kerendahan hati, disadari sepenuhnya bahwa Laporan Praktek
Kerja Lapangan ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan Praktek Kerja
Lapangan ini dapat bermanfaat bagi RSAL Dr. Mintohardjo, Almamater dan
mahasiswa seprofesi serta sejawat.
Jakarta, Juni 2010
Penulis
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………... ii HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………... iii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….……… iv KATA PENGANTAR…………………………………………….……… v DAFTAR ISI……………………………………………………………... vii DAFTAR GAMBAR…………………………………………….……….. viii DAFTAR RUMUS……………………………………………………….. ix DAFTAR TABEL………………………………………………………... x DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………... xi BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang……………………………………………….. 1 1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan….. 2 1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan……………………………... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………... 3 2.1 Rumah Sakit………………………………………………… 3 2.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit……………………………... 10 BAB 3 GAMBARAN UMUM RSAL Dr. MINTOHARDJO…. 20 3.1 Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo……………… 20 3.2 Departemen Farmasi………………………………………... 26 BAB 4 PEMBAHASAN………………………………………………… 37 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… 41 5.1 Kesimpulan………………………………………………….. 41 5.2 Saran…………………………………………………………. 41 DAFTAR REFERENSI………………………………………………….. 43
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Minimal Instalasi Farmasi Rumah Sakit …………………………..………
13
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
ix
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Bed Occupancy Rate (BOR) ........................................................... 22 Rumus 3.2 Turn Over Interval (TOI) ................................................................. 22 Rumus 3.3 Length Of Stay (LOS) ..................................................................... 22 Rumus 3.4 Bed Turn Over (BTO) ..................................................................... 22
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Personil RSAL Dr. Mintohardjo ............................................. 21 Tabel 3.2 Kinerja Efisiensi RSAL Dr. Mintohardjo .......................................... 23
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo ........................... 45 Lampiran 2 Denah Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo ............................... 46 Lampiran 3 Daftar Singkatan ............................................................................. 47 Lampiran 4 Struktur Jabatan Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo .............. 49 Lampiran 5 Struktur Jabatan Depfar Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo ... 50 Lampiran 6 Denah Departemen Farmasi .......................................................... 51 Lampiran 7 Denah Gudang Departemen Farmasi ............................................. 52 Lampiran 8 Denah Apotek Dinas ...................................................................... 53 Lampiran 9 Alur Pelayanan Resep di Apotek Dinas ........................................ 54 Lampiran 10 Denah Apotek Yanmasum ........................................................... 56 Lampiran 11 Alur Resep di Apotek Yanmasum ............................................... 57 Lampiran 12 Denah Apotek ASKES ................................................................ 58 Lampiran 13 Alur Pelayanan Resep di Apotek ASKES ................................... 59 Lampiran 14 Kartu Persediaan Meja ................................................................. 60 Lampiran 15 Kartu Lokasi Persediaan ............................................................... 61 Lampiran 16 Insenerasi Limbah Padat Medis ................................................... 62 Lampiran 17 Sistem Unit IPAL ........................................................................ 63
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan UU Nomor. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Setiap masyarakat mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh derajat kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap
kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit
(preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat (Azwar,1996). Pengertian
pelayanan kesehatan lainnya, dikemukakan oleh Gani (1995) bahwa pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berupa tindakan penyembuhan,
pencegahan, pengobatan, dan pemulihan fungsi organ tubuh seperti sedia kala.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 tahun 2002, rumah sakit
sebagai satu diantara sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, dengan demikian rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan satu diantara kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/XI/2004 tentang
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
2
Universitas Indonesia
Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyatakan pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Perubahan paradigma dalam pelayanan kefarmasian yang semula drug
oriented menjadi patient oriented membuat praktisi farmasi berlomba-lomba untuk
meningkatkan dan memperbaiki pelayanan kefarmasian bukan hanya untuk
mendapatkan keuntungan semata namun lebih untuk memberikan manfaat yang
optimal bagi pasien.
Pelayanan kefarmasian akan berjalan baik bila didukung oleh SDM yang
berkualitas dan potensial. Mengingat besarnya tangggung jawab farmasis, maka
pendidikan kefarmasian bagi calon Ahli Madya Farmasi sangat diperlukan dalam
melaksanakan kegiatan kefarmasian. Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit TNI
Angkatan Laut Dr. Mintohardjo merupakan kegiatan akademis, yang dimaksudkan
menjadi sarana pembelajaran bagi calon Ahli Madya Farmasi agar menjadi tenaga
ahli yang terampil dan profesional.
1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan dilakukan selama dua bulan, mulai tanggal 1 Febuari
2010 sampai dengan tanggal 26 Maret 2010 di RSAL Dr. Mintohardjo, Jl. Bendungan
Hilir No.17 Jakarta Pusat.
1.3 Tujuan
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan dengan tujuan, yaitu memahami
kegiatan kefarmasian yang dilakukan oleh rumah sakit; membandingkan teori
pelayanan yang didapatkan dalam perkuliahan dengan praktek nyata di rumah sakit;
mendapatkan pengalaman langsung tentang pelayanan kefarmasian di rumah sakit;
meningkatkan kemampuan dalam memberikan komunikasi, informasi, edukasi
tentang penggunaan obat kepada pasien.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical Care:
“The Hospital is an integral part of social and medical organization, the function
of which is to provide for the population complete health care, both curative and
preventive and whose outpatient service reach out to the family and its home
environment; the hospital is also a centre for the training of health workers and
for biosocial research”, yang dalam Bahasa Indonesia berarti suatu bagian
menyeluruh dari organisasi dan medis yang berfungsi menyediakan pelayanan
kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif. Output
layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, disamping itu rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta penelitian biososial.
Rumah Sakit berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit Bab 1 Pasal 1 adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.159/B/Menkes/PER/II/1998, Rumah Sakit merupakan sarana upaya kesehatan
yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta di manfaatkan untuk
pendidikan kesehatan dan penelitian.
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik
modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk
pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004,
p.7).
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
4
Universitas Indonesia
2.1.2 Tugas Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 Bab
III Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
2.1.3 Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 Bab
III Pasal 5, untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
Rumah Sakit memiliki fungsi, antara lain penyelenggaraan pelayanan pengobatan
dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam
rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
983/Menkes/SK/IX/1992, pola organisasi rumah sakit pemerintah tergantung pada
besarnya rumah sakit. Rumah Sakit dipimpin oleh seorang direktur dan
membawahi satu sampai empat wakil direktur. Wakil direktur pada umumnya
terdiri atas wakil direktur pelayanan medik, penunjang medik, keperawatan,
keuangan dan administrasi. Staf Medik Fungsional (SMF) berada dibawah
koordinasi komite medik. SMF terdiri atas dokter umum, dokter gigi dan dokter
spesialis yang ada di suatu rumah sakit.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
5
Universitas Indonesia
2.1.5 Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Pasal 12, Rumah Sakit
harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis, tenaga penunjang medis,
tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen farmasi rumah sakit,
dan tenaga non-kesehatan. Tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit terdiri dari
tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi; tenaga keperawatan yang
meliputi perawat dan bidan; tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker, analisis
farmasi dan asisten apoteker; tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi
epidemiolog kesehatan, entomologi kesehatan, mikrobiolog kesehatan,
administrator kesehatan dan sanitarian; tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan
dietisien; tenaga keterapian fisik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan
terapis wicara; tenaga keteknisian medis yang meliputi radiographer, radioterapis,
teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis potisien, otorik
prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.
2.1.6 Fasilitas dan Peralatan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1197/MENKES/SK/X/2004
fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundang-undangan kefarmasian yang berlaku, antara lain lokasi harus menyatu
dengan sistem pelayanan rumah sakit; terpenuhinya luas yang cukup untuk
penyelenggaraan manajemen; pelayanan langsung pada pasien; dispensing serta
ada penanganan limbah; dipisahkan juga antara jalur steril bersih dan daerah abu-
abu; bebas kontaminasi dan persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan,
kelembaban, tekanan dan keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat.
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun sediaan cair
untuk pemakaian luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada
pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan
tertentu setiap tahun. Peralatan minimal yang tersedia di IFRS, antara lain
peralatan untuk penyimpanan; peracikan dan pembuatan obat baik non steril
maupun aseptik; peralatan kantor untuk administrasi dan arsip; kepustakaan yang
memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat; lemari penyimpanan
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
6
Universitas Indonesia
khusus untuk narkotika; lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil,
penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik serta
alarm.
2.1.7 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Bab VI pasal 18, Rumah
Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya, yaitu:
2.1.7.1 Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan
a. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang
dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum, antara lain Rumah Sakit
Umum Kelas A merupakan Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesialitis luas dan subspesialitis luas; Rumah Sakit
Umum Kelas B merupakan Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialitis dan subspesialitis
terbatas; Rumah Sakit Umum Kelas C merupakan Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialitis dasar; Rumah
Sakit Umum Kelas D merupakan Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis dasar.
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ
tubuh, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus,
Antara Lain Rumah Sakit Khusus Kelas A; Rumah Sakit Khusus Kelas B; Rumah
Sakit Khusus Kelas C.
2.1.7.2 Berdasarkan pengelolaanya
a. Rumah Sakit Publik
Dikelola oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah, diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan tidak dapat dialihkan menjadi
rumah sakit privat.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
7
Universitas Indonesia
b. Rumah Sakit Privat
Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan
Terbatas (Persero).
2.1.7.3 Berdasarkan Afiliasi Pendidikan
a. Rumah Sakit Pendidikan
Rumah sakit yang telah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit
pendidikan dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan. Rumah sakit ini,
menyelenggarakan program pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam
bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan dan
pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
b. Rumah Sakit Non-Pendidikan
Merupakan rumah sakit yang tidak menyelenggarakan program pendidikan
dan penelitian.
2.1.7.4 Klasifikasi Rumah Sakit Tentara Nasional Indonesia (TNI)
a. Rumah Sakit Tingkat I
Dikepalai oleh seorang Jenderal Bintang I/Laksamana Pertama untuk TNI
Angkatan Laut. Rumah sakit ini mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medis spesialistis dan subspesialistis yang lengkap. Contohnya RSAL Dr.
Ramelan di Surabaya, RSPAD Gatot Soebroto di Jakarta dan RSAU di Malang.
b. Rumah Sakit Tingkat II
Dikepalai oleh seorang Kolonel. Rumah sakit ini mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesialistik dan subspesialistik yang tidak selengkap
rumah sakit tingkat I. Contohnya RSAL Dr. Mintohardjo di Jakarta, RS Ridwan di
Jakarta, RS Yudhistira di Bandung, RS Supraun di Malang, RSAD Kesdam Jaya
dan RSAU Salamun di Bandung.
c. Rumah Sakit Tingkat III
Dikepalai oleh seorang letnan Kolonel. Rumah Sakit ini mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dan subspesialistik yang
terbatas. Contohnya RSAU Yogyakarta, RSAL Marinir Cilandak, dan RSAU
Halim Jakarta.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
8
Universitas Indonesia
d. Rumah Sakit tingkat IV
Dikepalai oleh seorang Mayor. Rumah Sakit ini mempunyai dokter umum,
dokter spesialis dan dokter gigi. Contohnya RSAL Ambon Mataram dan RSAD
Bandung.
2.1.8 Akreditasi Rumah Sakit
2.1.8.1 Definisi Akreditasi
Pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena telah
memenuhi standar pelayanan yang telah ditentukan.
2.1.8.2 Tujuan Akreditasi
a. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran seberapa jauh rumah sakit di Indonesia telah
memenuhi berbagai standar yang telah ditentukan, dengan demikian mutu
pelayanan rumah sakit dapat dipertanggungjawabkan.
b. Tujuan Khusus
Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah
mencapai tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang ditetapkan;
memberikan jaminan kepada petugas rumah sakit bahwa semua fasilitas tenaga
dan lingkungan yang diperlukan tersedia, sehingga dapat mendukung upaya
penyembuhan dan pengobatan pasien dengan sebaik-baiknya; memberikan
jaminan dan kepuasan kepada customer dan masyarakat bahwa pelayanan yang
diberikan oleh rumah sakit diselenggarakan sebaik mungkin.
2.1.8.3 Manfaat Akreditasi
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai forum komunikasi dan konsultasi antara rumah sakit dengan
badan akreditasi; adanya self evaluation, yaitu rumah sakit dapat mengetahui
pelayanan yang masih berada dibawah standar dan melakukan peningkatan;
penting untuk penerimaan pegawai untuk mengatasi turn over staf rumah sakit
(tenaga medis, paramedis non medis); sebagai alat negosiasi dengan perusahaan
asuransi; alat pemasaran pada masyarakat; untuk meningkatkan citra rumah sakit
dan kepercayaan masyarakat atas rumah sakit; dapat menggunakan untuk
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
9
Universitas Indonesia
kepentingan pengajuan anggaran dan perencanaan atau pengembangan rumah
sakit dengan mengetahui kekurangan yang ada rumah sakit.
b. Bagi Pemerintah
Sebagai suatu pendekatan untuk membudayakan dan konsep mutu
pelayanan rumah sakit melalui pembinaan terarah dan berkesinambungan;
gambaran keadaan perumahsakitan di Indonesia dalam pemenuhan standar yang
ditentukan sebagai bahan masukan untuk masa yang akan datang.
c. Bagi Perusahaan Asuransi
Untuk negosiasi klaim asuransi kesehatan dengan rumah sakit dan
mendapat gambaran rumah sakit yang dapat dijadikan mitra kerja.
d. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memilih rumah sakit yang telah dianggap baik
pelayanannya dan masyarakat merasa lebih aman mendapat pelayanan rumah
sakit yang telah diakreditasi.
e. Bagi Pemilik
Memiliki rasa bangga bila rumah sakitnya telah diakreditas dan pemilik dapat
menilai efisiensi dan efektifitas layanan yang dilakukan oleh manajemen dan seluruh
tenaga yang ada.
f. Bagi Pegawai
Pegawai akan merasa aman bila bekerja pada rumah sakit yang telah
diakreditasi; bila nilainya baik pegawai akan mendapat imbalan (materi/non
materi); self acsessment yaitu menambah kesadaran akan pentingnya pemenuhan
standard an peningkatan mutu sehingga pegawai termotivasi untuk bekerja lebih
baik.
2.1.8.4 Tahapan Akreditasi
Tahap 1 mencakup pelayanan dasar yaitu administrasi dan manajemen;
pelayanan medis; pelayanan gawat darurat; pelayanan keperawatan; rekam medis.
Tahap 2 mencakup pelayanan penunjang yaitu kamar operasi; pelayanan perinatal
resiko tinggi; pelayanan radiologi; pelayanan laboratorium; pelayanan farmasi;
pengendalian infeksi di rumah sakit; keselamatan kerja, kebakaran dan
kewaspadaan bencana. Tahap 3 mencakup pelayanan anastesi dan reaminasi;
pelayanan rehabilitasi medis; pelayanan gizi; pelayanan intensif; pelayanan
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
10
Universitas Indonesia
sterilisasi sentral; pemeliharaan sarana dan pelayanan lain seperti askes, bank
donor dan perpustakaan.
2.1.8.5 Keputusan Akreditasi
a. Tidak dapat diakreditasi
Bila rumah sakit dianggap belum mampu memenuhi standar yang
ditetapkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (skor kurang dari 65%).
b. Akreditasi bersyarat
Bila rumah sakit telah memenuhi kriteria minimal yang ditetapkan oleh
Komisi Akreditasi Rumah Sakit tetapi belum cukup untuk memenuhi syarat
akreditasi penuh (skor minimal 65% dan setiap bidang pelayanan tidak
mempunyai nilai kurang 60%). Akreditasi ini berlaku dalam satu tahun dan dalam
satu tahun tersebut harus mengajukan akreditasi lagi untuk mendapatkan
akreditasi penuh.
c. Akreditasi penuh
Bila rumah sakit telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
komisi Akreditasi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya (total skor minimal
75% dan masing-masing bidang pelayanan skor tidak ada yang kurang dari 60 %).
Setelah masa tiga tahun rumah sakit dapat mengajukan akreditasi lagi yaitu tiga
bulan sebelum masa berlaku status akreditasi berakhir.
d. Akreditasi Istimewa
Bila rumah sakit telah memenuhi standar secara penuh selama tiga periode
berturut-turut akan mendapatkan status akreditasi istimewa untuk masa lima
tahun.
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
2.2.1 Definisi IFRS
Suatu unit atau bagian di rumah sakit, tempat atau fasilitas penyelenggaran
semua fungsi pekerjaan kefarmasian yang mengelola semua aspek obat mulai dari
produksi, pengembangan, pelayanan farmasi untuk semua individu pasien,
profesional kesehatan dan program rumah sakit disebut sebagai Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (Siregar dan Amalia, 2004, p.25).
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
11
Universitas Indonesia
2.2.2 Tujuan IFRS
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, tujuan IFRS adalah untuk melangsungkan pelayanan
farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun keadaan gawat darurat
sesuai dengan keadaan pasien dan fasilitas yang tersedia; menyelenggarakan
kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik
profesi; melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai obat;
menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;
melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan; mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telah dan
evaluasi pelayanan; mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan
metode.
2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi IFRS
2.2.3.1 Tugas Pokok
Instalasi Farmasi Rumah Sakit memiliki beberapa tugas pokok, antara lain
melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal; menyelenggarakan kegiatan
pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi;
melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE); memberi pelayanan
yang bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan
farmasi; melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi; mengadakan
penelitian dan pengembangan di bidang farmasi; memfasilitasi dan mendorong
tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit (Kepmenkes RI No
1197/MENKES/SK/X/2004, p.6 ).
2.2.3.2 Fungsi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit juga memiliki fungsi, antara lain
pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat
dan alat kesehatan.
Pengelolaan Perbekalan Farnasi memiliki bagian-bagian fungsi, antara lain
memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit;
merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal; mengadakan
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
12
Universitas Indonesia
perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai
ketentuan yang berlaku; memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit; menerima perbekalan farmasi
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku; menyimpan perbekalan
farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian; mendistribusikan
perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan yang
juga memiliki bagian-bagian fungsi sendiri, meliputi mengkaji instruksi
pengobatan atau resep pasien; mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan
penggunaan obat dan alat kesehatan; mencegah dan mengatasi masalah yang
berkaitan dengan obat dan alat kesehatan; memantau efektifitas dan keamanan
penggunaan obat dan alat kesehatan; memberikan informasi kepada petugas
kesehatan, pasien atau keluarga; memberi konseling kepada pasien/keluarga;
melakukan pencampuran obat suntik; melakukan penyiapan nutrisi parenteral;
melakukan penanganan obat kanker; melakukan penentuan kadar obat dalam
darah; melakukan pencatatan setiap kegiatan; melaporkan setiap kegiatan.
(Kepmenkes RI No 1197/MENKES/SK/X/2004, p.6-7 ).
2.2.4 Organisasi IFRS
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, struktur minimal organisasi IFRS memiliki kepala
IFRS, bagian administrasi, bagian pengelolaan perbekalan, bagian farmasi klinik
dan bagian manajemen mutu. Struktur ini bersifat dinamis dan harus disesuaikan
dengan situasi serta kondisi rumah sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dipimpin
oleh Apoteker. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker,
yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.
Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja. Pada
pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D-3) dan
Tenaga Menengah Farmasi (AA).
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
13
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Contoh Struktur Organisasi minimal Instalasi
Farmasi Rumah Sakit
2.2.5 Sumber Daya Manusia IFRS
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah
sumber daya manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang
termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan persyaratan, antara lain
terdaftar di Departeman Kesehatan; terdaftar di Asosiasi Profesi; mempunyai izin
kerja dan mempunyai SK penempatan.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi
profesional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan
baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan
jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan
Kepala IFRS
Administrasi IFRS
Pelayanan Farmasi Klinik Manajemen Mutu Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
14
Universitas Indonesia
pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan
keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit.
Adapun jenis ketenagaan yang dibutuhkan di IFRS berdasarkan
Kepmenkes RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, antara lain untuk pekerjaan
kefarmasian dibutuhkan tenaga apoteker, sarjana farmasi, asisten apoteker (AMF,
SMF); untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga administrasi, operator
komputer atau teknisi yang memahami kefarmasian dan pembantu pelaksana.
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik, dalam penentuan
kebutuhan tenaga harus dipertimbangkan kualifikasi pendidikan disesuaikan
dengan jenis pelayanan/tugas fungsi, penambahan pengetahuan disesuaikan
dengan tanggung jawab dan peningkatan keterampilan disesuaikan dengan tugas.
2.2.6 Ruang Lingkup IFRS
Ruang lingkup IFRS digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu lingkup fungsi
farmasi non klinik dan klinik. Lingkup fungsi farmasi non klinik meliputi
perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan pemasok, pengadaan, pembelian,
produksi, penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi dan
pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah
sakit secara keseluruhan.
Lingkup fungsi farmasi klinik mencangkup fungsi farmasi yang dilakukan
dalam program rumah sakit meliputi Pemantauan Terapi Obat (PTO), Evaluasi
Penggunaan Obat (EPO), penanganan bahan sitotostik, pelayanan di unit
perawatan kritis, pemeliharan formularium, penelitian, pengendalian infeksi di
rumah sakit, Pelayanan Informasi Obat (PIO), pemantauan dan Pelaporan Reaksi
Obat Merugikan (ROM), sistem formularium, Panitia Farmasi dan Terapi., sistem
pemantauan kesalahan obat, buletin terapi obat, program edukasi, “in service”
bagi apoteker, dokter, perawat, investigasi obat, dan Unit Gawat Darurat (Siregar
dan Amalia, 2004, p.33-35).
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
15
Universitas Indonesia
Selain itu, IFRS juga dapat dibedakan atas beberapa organisasi, antara lain
(Siregar dan Amarila, 2004, p.347-349):
2.2.6.1 IFRS sebagai Organisasi Produksi
Dalam hal ini ruang lingkup fungsi IFRS terutama menyediakan dan
menjamin mutu produk yang dihasilkan, serta berupaya memastikan terapi obat
yang efektif, aman dan rasional. Selain itu, IFRS juga mengadakan pengendalian
penggunaan serta sistem distribusi obat yang tanggap dan akurat bagi seluruh
pasien.
2.2.6.2 IFRS sebagai Organisasi Jasa
Dalam hal ini, suatu organisasi pelayanan dengan sistem keterampilan,
kompetensi dan fasilitas yang terorganisasi sehingga memberikan manfaat
sebesar-besarnya serta kepuasan pada konsumen (pasien dan profesional
pelayanan kesehatan).
2.2.6.3 IFRS sebagai Organisasi Pengembangan
Dalam hal ini wajib mengikuti dan menerapkan perkembangan ilmu
kedokteran, farmasi, penyakit, perawatan dalam pelayanannya di rumah sakit,
agar selalu sepadan dengan kemajuan pelayanan medis dan keperawatan.
IFRS sebagai organisasi pengembangan juga harus aktif dalam edukasi
tentang obat bagi profesional kesehatan, agar mereka dapat menyempurnakan
penulisan serta penggunaan obat yang tepat, aman dan rasional. Pendidikan
tentang obat juga merupakan kewajiban IFRS, guna meningkatkan pengertian
serta kepatuhan pasien menggunakan obatnya dengan tepat.
2.2.7 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses
yang merupakan siklus kegiatan dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.
Tujuan pengelolaan perbekalan farmasi, antara lain mengelola perbekalan
farmasi yang efektif dan efesien; menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan;
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
16
Universitas Indonesia
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi; mewujudkan sistem
informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.
Seleksi merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan
yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi
sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian yang bisa secara tender dan
secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi atau rekanan;
produksi atau pembuatan sediaan farmasi yang memproduksi steril dan non steril;
sumbangan/dropping/hibah.
Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan
kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian di rumah sakit.
Penyimpanan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyimpan
perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan, antara lain menurut
bentuk sediaan dan jenisnya; suhunya; kestabilannya; mudah tidaknya meledak
atau terbakar; tahan atau tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem FEFO
(First Expired First Out), FIFO (First In First Out) dan Alphabet.
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi
di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat
inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi
dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
17
Universitas Indonesia
mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; metode
sentralisasi atau desentralisasi; sistem floor stock, resep individu, sistem dosis unit
atau kombinasi.
2.2.8 Sistem Distribusi Obat
Tatanan jaringan sarana, personil, prosedur dan jaminan mutu yang serasi,
terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat
beserta informasinya kepada penderita disebut sistem distribusi obat. Sistem ini,
digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:
2.2.8.1 Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Jalan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan
atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan (Individual Prescribing) oleh
apotek.
2.2.8.2 Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Inap
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004, merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat inap yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi
dengan sistem persediaan lengkap di ruangan (Floor Stock), sistem resep
perorangan (Individual Prescribing), sistem dosis unit (Unit Dose Dispensing)
dan sistem kombinasi oleh Satelit farmasi.
Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan bervariasi
dari rumah sakit ke rumah sakit, dan hal itu tergantung pada kebijakan rumah
sakit, kondisi dan keberadaan fasilitas fisik, personil dan tata ruang rumah sakit.
Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap mencakup penghantaran sediaan
obat yang telah di dispensing apotek ke tempat perawatan pasien dengan
keamanan dan ketepatan obat; ketepatan pasien; ketepatan jadwal, tanggal, waktu,
dan metode pemberian dan ketepatan tenaga kesehatan pemberi obat kepada
pasien serta keutuhan mutu obat (Siregar dan Amalia, 2004, p.121).
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
18
Universitas Indonesia
2.2.9 Pelayanan Farmasi Klinik
2.2.9.1 Definisi
Farmasi klinik dapat didefiniskan sebagai suatu keahlian khas ilmu
kesehatan, bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan
sesuai pada pasien, melalui penerapan pengetahuan dan berbagai fungsi
terspesialisasi pada perawatan pasien yang memerlukan pendidikan khusus
(spesialisasi) dan/atau pelatihan terstruktur tertentu. Keahlian ini mensyaratkan
penggunaan pertimbangan dalam pengumpulan dan interpretasi data pasien, serta
keterlibatan khusus pasien dan interaksi langsung antar professional. (Charles J.P.
Siregar, 2006, p.5)
2.2.8.2 Tujuan Farmasi Klinik
Tujuan utama pelayanan farmasi klinik adalah meningkatkan keuntungan
terapi obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses enggunaan
obat. Karena itu, misi farmasi klinik adalah meningkatkan dan memastikan
kerasionalan, pemanfaatan dan keamanan terapi obat. Praktisi professional lain
pun berbagi fungsi dalam melaksanakan misi ini, tetapi hal ini bukan merupakan
perhatian intensif mereka. (Charles J.P. Siregar, 2006, p.6)
2.2.8.3 Kegiatan Farmasi Klinik
Berdasarkan KepMenkes RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, kegiatan
farmasi klinik, meliputi pengkajian resep; dispensing; pemantauan dan pelaporan
efek samping obat; pelayanan informasi obat; konseling; pemantauan kadar obat
dalam darah; ronde atau visite pasien dan pengkajian penggunaan obat.
Pengkajian Resep merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang
dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan
klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
validasi, interpretasi, menyiapkan atau meracik obat, memberikan label atau
etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai
sistem dokumentasi.
Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
19
Universitas Indonesia
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi.
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan
oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi
dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan
penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Pemantauan kadar obat dalam darah dengan melakukan pemeriksaan kadar
beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks
terapi yang sempit.
Ronde atau visite pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat
inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan
obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
20
BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT
Dr. MINTOHARDJO
3.1 Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo
3.1.1 Aspek Sejarah
Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo berawal dari perawatan
sementara yang merupakan Poliklinik Dinas Kesehatan Komando Daerah Maritim
Djakarta (KDMD). Pada tahun 1957 dibangun rumah sakit dengan nama Rumah
Sakit Angkatan Laut Djakarta (RSALD) dan diresmikan pada tanggal 1 Agustus
1957.
Dengan adanya pergantian pimpinan TNI-AL dan pimpinan RSALD serta
sejalan dengan berkembangnya negara Indonesia, maka rumah sakit ini pada
tanggal 15 Mei 1974 berubah namanya menjadi RSAL Dr. Mintohardjo yang
mempunyai UGD, poliklinik-poliklinik umum, spesialis dan sub spesialis serta
Kesehatan Udara Bertekanan Tinggi yang hanya satu-satunya di Jakarta.
RSAL Dr. Mintohardjo merupakan rumah sakit rujukan wilayah Indonesia
bagian barat khususnya anggota TNI-AL beserta keluarganya. Sebagai Rumah
Sakit Umum tipe B, RSAL Dr. Mintohardjo bertanggung jawab kepada Dinas
Kesehatan Angkatan Laut (DISKESAL) dan negara. Tugas utamanya adalah
melakukan pelayanan kesehatan baik anggota TNI beserta keluarganya maupun
masyarakat umum serta dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan calon dokter,
calon apoteker, calon perawat, calon ahli gizi, calon radiologi dan lain-lain.
Rumah sakit ini dilengkapi juga dengan bagian uji kesehatan (medical check up)
yang ditunjang dengan unit rawat inap dan unit penunjang lainnya.
RSAL Dr. Mintohardjo adalah Rumah Sakit TNI tingkat II yang setara
dengan Rumah Sakit Kelas B, yaitu rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesialis dan sub spesialis terbatas dan digunakan
sebagai tempat pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
983/Menkes/SK/IX/1992.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
21
Universitas Indonesia
3.1.2 Visi, Misi dan Motto RSAL Dr. Mintohardjo
3.1.2.1 Visi
Menjadi rumah sakit rujukan TNI Angkatan Laut wilayah Barat yang
bermutu, dicintai anggota, keluarga dan masyarakat.
3.1.2.2 Misi
Membina dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia; memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu; memberikan dukungan kesehatan.
3.1.2.3 Motto
“Lebih Perduli dan Terpecaya”
3.1.3 Struktur Organisasi RSAL Dr. Mintohardjo
Struktur organisasi RSAL Dr. Mintohardjo tersusun atas 4 (empat) unsur,
yaitu unsur pemimpin yang terdiri dari Kepala Rumah Sakit (Karumkit), Wakil
Kepala Bidang Pembinaan (Wakabin), Wakil Kepala Bidang Medis (Wakamed);
unsur pembantu pemimpin yang terdiri dari Kelompok Ahli (Pokli); unsur staf
dan pelayanan yang terdiri dari Sekretariat (Set), Pemegang Kas (Pekas), Satuan
Markas (Satma); unsur pelaksana yang terdiri dari Departemen Kesehatan dan
Keselamatan (Kesla); Gigi dan Mulut (Gilut); Bedah; Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA); Penyakit Dalam (Kitlam); Syaraf, Jiwa dan Rehabilitasi (Saware); Kulit,
Telinga, dan Mata (Kutema); Penunjang Klinik (Janklin); Perawatan (Wat);
Farmasi (Far); Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan (Bangdiklat).
3.1.4 Jumlah Sumber Daya Manusia RSAL Dr. Mintohardjo
Jumlah SDM/personil RSAL Dr. Mintohardjo adalah 1.119 orang dengan
perincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Daftar Personil RSAL Dr. Mintohardjo
No Profesi Militer PNS PHL Jumlah
1 Medis 51 28 5 84
2 Paremedis 118 322 98 538
3 Non-Medis 88 98 209 497
Jumlah 257 550 312 1.119
Sumber bagian personalia RSAL Dr. Mintohardjo
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
22
Universitas Indonesia
Keterangan: PNS ( Pegawai Negeri Sipil)
PHS (Pekerja Harian Lepas/Honorer)
3.1.5 Kinerja Efisiensi RSAL Dr. Mintohardjo menurut Barber-Johnson
Satu diantara indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja rumah
sakit adalah melalui penilaian efisiensi pengelolaan rumah sakit yang menetapkan
4 (empat) parameter dasar dalam penghitungan, yaitu:
3.1.5.1 Bed Occupancy Rate (BOR)
Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa banyak tempat tidur di
rumah sakit yang digunakan pasien dalam satu masa.
3.1.5.2 Turn Over Interval (TOI)
Indikator ini digunakan untuk menghitung waktu rata-rata suatu tempat
tidur kosong.
3.1.5.3 Length Of Stay (LOS)
Indikator ini digunakan untuk menghitung lama hari perawatan bagi 1
(satu) pasien selama 1 (satu) tahun.
3.1.5.4 Bed Turn Over (BTO)
Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa kali 1 (satu) tempat tidur
ditempati pasien dalam 1 (satu) tahun. Data-data pengunjung yang harus
dilengkapi dalam penghitungan tingkat efisiensi tersebut adalah rata-rata jumlah
tempat tidur per tahun; jumlah hari perawatan pasien selama 1 (satu) tahun;
jumlah pasien keluar rawat inap dalam keadaan hidup dan meninggal selama 1
(satu) tahun.
Rumus BOR = x 100% (3.1)
Rumus TOI = (3.2)
Rumus LOS = (3.3)
Rumus BTO = (3.4)
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
23
Universitas Indonesia
Tabel 3.2 Kinerja Efisiensi RSAL Dr. Mintohardjo
Periode 2006 s.d 2009
NO Uraian Nilai Ideal
Tahun (2006)
Tahun (2007)
Tahun (2008)
Tahun (2009)
1 Jumlah Tempat Tidur
255 267 267 267
2 Hari Perawatan Pasien
51.564 50.256 49.634 49.738
3 BOR (%) 75-85% 55,50 51,57 51,96 51,81 4 LOS (Hari) 6-9 5,28 5,26 5,68 5,50 5 BTO > 30 38,37 33,80 33,45 34,41 6 TOI (Hari) 1-3 4,23 5,23 5,26 5,11 7 Total Pasien Rawat
Jalan/Tahun 107.31
6 101.41
3 105.19
3 101.42
3 8 Total Pasien Keluar
Rawat Inap/Tahun 9.784 9.025 8.731 9.050
3.1.6 Fasilitas Bangunan RSAL Dr. Mintohardjo
RSAL Dr. Mintohardjo memiliki luas tanah 42.586 m2 dan memiliki luas
bangunan 36.846 m2, yang terdiri dari gedung perkantoran, gedung
poliklinik/rawat jalan, gedung rawat inap, gedung penunjang (ruang operasi,
dapur dan apotek). RSAL Dr. Mintohardjo juga memiliki luas gedung sarana
4.844 m2, yang terdiri dari pos penjagaan, gudang, bengkel, kamar mesin,
akademi perawatan Hangtuah, auditorium/gedung serba guna, wc umum, instalasi
limbah cair dan asrama/mess.
3.1.7 Fasilitas Pelayanan RSAL Dr. Mintohardjo
3.1.7.1 Pelayanan Medis
a. Pelayanan Gawat Darurat
Kegiatan ini memberikan pelayanan 24 jam dengan pelayanan medis dan
non medis secara cepat, tepat dan akurat. UGD dilayani oleh tenaga professional,
meliputi dokter umum, paramedis dengan berbagai kualifikasi kegawatdaruratan
serta dokter spesialis dan sub spesialis yang terkait dengan pelayanan UGD.
Fasilitas pelayanan UGD, meliputi emergensi 24 jam, ambulan, disaster dan
bencana, observasi, bedah minor, kasus non emergensi diluar poliklinik dan lain-
lain. Fasilitas Penunjang UGD, antara lain laboratorium, radiologi, CT Scan, bank
darah, kamar bedah, apotek dan helipad.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
24
Universitas Indonesia
b. Pelayanan Unit Rawat Jalan
Gedung Unit Rawat Jalan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Gedung Unit
Rawat Jalan A Lantai I dan II, menampung poliklinik bedah, poliklinik bedah
orthopedi, poliklinik bedah urologi, poliklinik bedah plastik, poliklinik anak,
poliklinik ibu dan anak, poliklinik akupunktur, poliklinik KB/kebidanan dan
penyakit kandungan, poliklinik jantung; Gedung Unit Rawat Jalan B Lantai I dan
II, menampung poliklinik penyakit dalam, poliklinik alergi, poliklinik syaraf dan
jiwa, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik mata, poliklinik THT, poliklinik paru-
paru, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik gizi, optik.
c. Pelayanan Rawat Inap
RSAL Dr. Mintohardjo memiliki kelas yang bervariasi dan ditata secara
baik sesuai dengan kebutuhan perawatan untuk melayani pasien rawat inap, mulai
kelas VVIP sampai kelas III yang dilaksanakan oleh Departemen Rawat Inap.
d. Pelayanan Rawat Intensif
Kegiatan ini diperuntukan bagi pasien yang dalam keadaan sakit parah, di
koordinir oleh dokter anestesi khusus intensif care. Pelayanan ini merupakan
intensif care unit tersier, karena mampu memberikan pelayanan tertinggi dan
tunjangan hidup dalam jangka panjang, yaitu melakukan pemantauan secara terus
menerus, menegakkan diagnosa pada keadaan kritis, memberikan bantuan alat
penunjang hidup, memberikan tunjangan renal plus pemantauan kardiovaskular,
memiliki dukungan laboratorium dan radiologi 24 jam. Kapasitas tempat tidur
perawatan intensif RSAL Dr. Mintohardjo berjumlah 10 (sepuluh) tempat tidur.
e. Pelayanan Bedah
Kegiatan ini merupakan sarana pelayanan terpadu yang meliputi tindakan
operatif berencana maupun darurat serta tindakan diagnostik. Pelayanan bedah
terdiri dari poliklinik bedah dan instalasi bedah. Instalasi bedah memiliki 6 (enam)
kamar operasi yang dilengkapi ruang persiapan operasi dan ruang pulih sadar
(recovery room) yang semuanya dilayani oleh staf berpengalaman yang terdiri
dari dokter spesialis dan sub spesialis, perawat spesialis serta tenaga non medis
bersertifikat keahlian khusus. Instalasi bedah RSAL Dr. Mintohardjo, terdiri dari
bedah umum, bedah kebidanan, bedah sayaraf, bedah mata, bedah gigi dan mulut,
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
25
Universitas Indonesia
bedah THT, bedah orthopedi, bedah urologi, bedah plastik dan rekonstruksi,
bedah laser, laparaskopi, anasthesi.
f. Pelayanan Kamar Bersalin
RSAL Dr. Mintohardjo memberikan pertolongan persalinan baik normal
maupun dengan penyulit, pemeriksaan penunjang diagnostik, tindakan medis yang
bersifat diagnostik, terapi dan operatif, ruang observasi, ruang bersalin, ruang
tindakan untuk USG, kuret, hyndrotubasi serta resusitasi, pelayanan darah dan
obat, ruang persiapan dan pasca tindakan, penyuluhan gizi dan ASI, pemeriksaan
Cardio Topo Grafi (CTG).
3.1.7.2 Pelayanan Khusus
a. Hyperbaric Chamber
Kegiatan ini merupakan terapi dengan cara pengobatan dimana pasien
masuk pada suatu ruangan yang dinamakan Ruang Udara Bertekanan Tinggi
(RUBT) kemudian diberi tekanan lebih besar dari tekanan udara normal, yaitu
lebih dari 1 (satu) atm (atmosfer) dan bernafas dengan oksigen murni (100%).
RUBT di RSAL Dr. Mintohardjo mulai didirikan pada tahun 1981.
Hyperbaric center memiliki 2 (dua) tempat RUBT, yaitu 1 (satu) ruangan
untuk pengobatan dan 1 ruangan untuk kebugaran. Terapi ini, selain digunakan
untuk penyakit akibat menyelam, juga sangat berguna untuk meningkatkan dan
memelihara kebugaran dan diyakini bisa menjadi awet muda. Dalam aplikasi
klinis, terapi ini membantu mempercepat proses penyembuhan berbagai penyakit,
misalnya: gangren, luka bakar, anemia dan kelumpukan akibat stroke.
b. Aesthetic Center
Dalam kegiatan ini RSAL Dr. Mintohardjo memberikan pelayanan “one
stop service” untuk berbagai penyakit kulit pada umumnya dan menjaga
kesehatan kulit dengan pengobatan dari luar serta melakukan proses peremajaan
kulit. Pelayannya, meliputi facial treatment, skin rejuvenation, chemical peeling,
botox, augmention, mesotherapi, breast lift treatment dan lain-lain.
c. I-con Integrated Medical and Psychological Service
Kegiatan ini memberikan pelayanan, meliputi pelayanan psikologi klinis,
psikologi pendidikan, psikologi industri dan organisasi dan bidang medis Pre-
employment medical check up.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
26
Universitas Indonesia
3.1.7.3 Pelayanan Krisis Terpadu
Kegiatan ini memberikan pelayanan kesehatan dalam bidang medis dan
psikologis anak akibat korban kekerasan dalam rumah tangga, korban perkosaan
dan korban kekerasan terhadap anak.
3.1.7.4 Pelayanan Penunjang
Dalam hal ini, meliputi pelayanan laboratorium patologi klinik,
laboratorium patologi anatomi, radiologi, farmasi, unit gizi, unit sterilisasi sentral,
unit laundry dan kamar jahit.
3.1.7.5 Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan
Medical Check Up berada di gedung Unit Rawat Jalan A lantai III.
Digunakan untuk memeriksa kesehatan secara berkala dan membantu mendeteksi
penyakit secara dini.
3.2 Departemen Farmasi
3.2.1 Definisi Departemen Farmasi
Unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan kegiatan kefarmasian
disebut depatemen farmasi, yang memegang peranan sangat penting mengingat
perannya berhubungan langsung dengan kualitas hidup pasien yang berkaitan
dengan obat.
3.2.2 Fungsi Departemen Farmasi
Dalam melaksanakan tugas sebagai pelaksana kegiatan farmasi,
departemen farmasi memiliki fungsi-fungsi, antara lain merumuskan menyusun
dan menyiapkan kebijaksanaan dalam kegiatan farmasi rumah sakit; menyusun
dan menyiapkan petunjuk-petunjuk dalam rangka pelaksaan kegiatan di bidang
farmasi; merencakan kebutuhan biaya operasional bidang farmasi dan pengolahan
material kesehatan yang menjadi ruang lingkupnya; menyelenggarakan fungsi staf
dalam bidang pembinaan kefarmasian di lingkungan RSAL Dr. Mintohardjo atas
dasar pengembangan ilmu dan teknologi masing-masing sub departemen;
merencanakan kebutuhan pengadaan peralatan dan bekal kesehatan yang menjadi
ruang lingkupnya; menyelenggarakan pengumpulan, pengolahan, pemeliharaan
serta penyimpanan data yang diperlukan dalam rangka pelaksaan pembinaan
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
27
Universitas Indonesia
farmasi rumah sakit; melaksanakan koordinasi dengan unsur, badan dan instansi
baik di dalam maupun di luar RSAL Dr. Mintohardjo untuk kepentingan
pelaksanaan tugasnya sesuai tingkat dan lingkup kewenangannya; mengawasi,
mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan program kefarmasian guna
menjamin pencapaian tujuan sasaran programnya secara berhasil guna dan
berdaya guna; mengajukan saran kepada Kepala RSAL Dr. Mintohardjo
khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugasnya.
3.2.3 Visi, Misi dan Motto Departemen Farmasi
3.2.3.1 Visi
Teciptanya pelayanan farmasi yang profesional dan paripurna.
3.2.3.2 Misi
Melaksanakan manajemen farmasi yang efektif dan efisien, mengacu pada
kaidah farmakoekonomi; memberikan pelayanan farmasi klinik yang
komprehensif demi meningkatkan kualitas hidup pasien; menyelenggarakan
pelayanan farmasi pada unit rawat jalan secara tepat, cepat, aman dan memuaskan
juga pada unit rawat inap dengan sistem UDD yang terpadu dan menyeluruh;
menyelenggarakan dukungan material kesehatan secara optimal dan satu pintu;
meningkatkan kualitas sumber daya manusia tenaga kefarmasian sehingga mampu
melaksanakan pelayanan kefarmasian yang profesional dan prima.
3.2.3.3 Motto
Profesional , ramah, cepat, tepat dan aman.
3.2.4 Struktur Organisasi
Departemen farmasi di pimpin oleh Kepala Departemen Farmasi di singkat
Kadepfar, Kadepfar RSAL Dr. Mintohardjo di jabat oleh seorang Perwira
Menegah TNI-AL berpangkat Kolonel, yang melaksanakan tugas dan
kewajibannya bertanggung jawab kepada kepala RSAL Dr. Mintohardjo, dalam
pelaksanaan tugas sehari-sehari di bawah koordinasi dan pengarahan Wakabin
RSAL Dr. Mintohardjo.
Dalam melaksanakan tugasnya Kadepfar di bantu oleh 5 (lima) sub
departemen. Masing-masing Kasubdep dalam Departemen Farmasi dijabat oleh
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
28
Universitas Indonesia
seorang Perwira Menegah TNI AL berpangkat Letkol. Sub departemen terdiri
dari:
3.2.4.1 Sub Departemen Pembinaan Farmasi (Subdep Binfar)
Sub Departemen Pembinaan Farmasi bertugas membantu Departemen
Farmasi dalam menyelenggarakan pembinaan farmasi rumah sakit serta
pelaksanaan pembinaan personil dan material, yang ada di lingkungan Subdep
Binfar.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdep Binfar menyelenggarakan
fungsi-fungsi, antara lain menyusun, menyiapkan petunjuk dan perangkat lunak
pelaksanaan pembinaan farmasi rumah sakit serta pembinaan material kesehatan;
melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data pengguna atau pemakaian bekal
kesehatan untuk penyusunan buku formularium rumah sakit; memantau
penggunaan atau pemakaian bekal kesehatan untuk menanggulangi efek samping,
toksisitas dan interaksi bekal kesehatan; melaksanaan pemeriksaan atau pengujian
mutu bekal kesehatan; membuat laporan pelaksanaan tugas Subdep Binfar;
menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan unsur, badan dan instansi
lain di dalam maupun di luar RSAL Dr. Mintohadjo untuk pelaksanaan
kepentingan tugas dan kewajiban sesuai tingkat dan lingkup kewenangannya.
Subdep Binfar di pimpin oleh Kepala Sub Departemen Pembinaan Farmasi
di singkat Kasubdep Binfar. Dalam melaksanakan tugasnya, Kasudep Binfar
bertanggung jawab kepada Kadepfar.
3.2.4.2 Sub Departemen Pengendalian Farmasi (Subdep Dalfar)
Subdep Dalfar bertugas membantu Departemen Farmasi dalam
menyelenggarakan pengendalian rumah sakit serta pelaksanaan pembinaan
material kesehatan, yang ada di lingkungan Sub Departemen Pengendalian
Farmasi.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdep Dalfar menyelenggarakan
fungsi-fungsi, antara lain menyusun rencana pengadaan dan pemeliharaan
material kesehatan terjadwal; membantu melaksanakan pengadaan material
kesehatan; melaksanakan pemeliharaan alat kesehatan; menyusun dan
menyiapkan perkiraan kebutuhan material kesehatan; melaksanakan pengendalian
dan pengawasan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran meterial kesehatan;
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
29
Universitas Indonesia
melaksanakan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran material kesehatan;
melaksanakan pengadaan administrasi, penyimpanan dan penyaluran material
kesehatan; menyalurkan bekal diagnostik kepada unit pelaksana diagnostik;
menyusun laporan penerimaan dan penyaluran material kesehatan serta pengajuan
material kesehatan (PUT) secara periodik; menyelenggarakan koordinasi
kerjasama dengan badan dan instansi lain di dalam maupun di luar RSAL Dr.
Mintohardjo, untuk kepentingan pelaksanaan tugas sesuai tempat dan lingkup
kewenangannya.
Sub Departemen Pengendalian Farmasi dipimpin oleh Kepala Sub
Departemen Pengendalian Farmasi disingkat Kasubdep Dalfar. Dalam
melaksanakan tugasnya, Kasubdep Dalfar bertanggung jawab kepada Kadepfar.
3.2.4.3 Sub Departemen Apotek (Subdep Apotek)
Subdep Apotek bertugas membantu dan pelaksana Departemen Farmasi
dalam menyelenggarakan penyaluran bekal kesehatan farmasi rumah sakit
Dalam melaksanakan tugas kewajiban tersebut diatas Subdep Apotek
menyelenggarakan fungsi-fungsi, antara lain melaksanakan pelayanan bekal
kesehatan kepada penderita rawat mondok, rawat jalan, gawat darurat dan unit
perawatan; melaksanakan penyuluhan tentang khasiat dan efek samping obat
kepada penderita dalam rangka “Drug Information”; melaksanakan
pembuatan/produksi obat/bekal kesehatan; membantu memberikan saran
pemilihan dan pemakaian obat dalam rangka “Drug Consultant”;
menyelenggarakan administrasi penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bekal
kesehatan; membuat pelaksanaan tugas Subdep Apotek secara periodik;
menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan badan dan instansi lain di
dalam maupun di luar Rumkital Dr. Mintohardjo untuk kepentingan pelaksanaan
tugas kewajibannya sesuai tingkat dan lingkup kewenangannya.
Subdep Apotek dipimpin oleh Kepala Subdep Apotek disingkat Kasubdep
Apotek. Dalam melaksanakan tugasnya Kasubdep Apotek bertanggung jawab
kepada Kadepfar.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
30
Universitas Indonesia
3.2.4.4 Sub Departemen Alat Kesehatan (Subdep Alkes)
Subdep Alkes bertugas membantu Departemen Farmasi dalam
menyelanggarakan pengendalian dan pengawasan Alkes.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdep Alkes menyelenggarakan
fungsi-fungsi, antara lain menyusun rencana pengembangan alkes di rumah sakit;
menyusun jadwal pemeliharaan alkes secara terpadu; mengkoordinir pelaksanaan
perbaikan alkes; menyelenggarakan pembinaan inventaris kekayaan negara alat-
alat kesehatan RSAL Dr. Mintohardjo; melaksanakan evaluasi, pencatatan dan
kerjasama dengan unsur, badan dan instansi lain di dalam maupun di luar RSAL
Dr. Mintohardjo untuk kepentingan pelaksanaan tugas sesuai tingkat dan
lingkungan kewenangannya.
Subdep Alkes di pimpin oleh Kepala Subdep Alkes disingkat Kasubdep
Alkes. Dalam melaksanakan tugasnya, bertanggung jawab kepada Kadepfar.
3.2.4.5 Sub Departemen Farmasi Klinik (Subdep Farklin)
Subdep Farklin bertugas membantu Departemen Farmasi dalam bidang
penyelenggaraan fungsi farmasi klinik dan kebijaksanaan pemakaian obat.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdep Farklin menyelenggarakan
fungsi-fungsi, antara lain menyiapkan petunjuk dan memberikan informasi
penanganan obat sitostatika secara benar; melaksanakan konseling, informasi obat
kepada pasien; melaksanakan pemantauan terapi obat selanjutnya membuat
laporan pelaksanaan tugas Subdep Farklin secara periodik; membuat Laporan
Subdep Farklin.
Subdep Farklin dipimpin oleh Kepala Subdep Farklin disingkat Kasubdep
Farklin. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kadepfar.
3.2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Depfar
3.2.5.1 Perencanaan
Perbekalan farmasi di RSAL Dr. Mintohardjo direncanakan berdasarkan
pada perkiraan kebutuhan rata-rata, mengajukan permintaan, stok yang ada di
gudang, skala prioritas, dropping dari Dinkes TNI (Dinas Kesehatan Tentara
Nasional Indonesia) dan Puskes TNI (Pusat Kesehatan Tentara Nasional
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
31
Universitas Indonesia
Indonesia) dan sumbangan. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan setiap 3
(tiga) bulan (triwulan).
Alokasi dana yang digunakan dapat berasal dari, Anggaran Rutin Belanja
Negara (APBN), Rutin Bekal Kesehatan (RBK) dan Dana Pendapatan Hasil
Penggunaan Fasilitas Dinas (DPHP Fasdin)
3.2.5.2 Pengadaan
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merealisasikan perencanaan
yang telah ditetapkan. Sumber pengadaan obat, meliputi pembelian ke PBF,
produksi, penukaran (barter), sumbangan/hibah dari luar negeri dan dari Dinkes,
dropping (Diskesal, Puskes TNI dan DepKes). Pengadaan dilakukan setiap
triwulan.
3.2.5.3 Produksi
RSAL Dr. Mintohardjo memproduksi sediaan non steril yang di bagi,
menjadi sediaan obat non obat dan obat produksi non obat seperti karbol, bayclin,
pengenceran H2O2, alkohol, formalin, sedangkan produksi obat seperti betadin
gargarisma, salep kulit dan lain-lain.
3.2.5.4 Penerimaan
Barang akan diterima oleh Tim Penerima Barang, kemudian akan di
periksa kelengkapan administrasi barang seperti faktur, surat jalan, jenis, jumlah,
no. batch, tanggal kadaluarsa, tanggal produksi. Jika sudah lengkap maka barang
di terima, di tulis di dalam pembukuan dan dimasukkan ke dalam gudang.
3.2.5.5 Penyimpanan
Perbekalan farmasi di RSAL Dr. Mintohardjo disimpan kedalam 5 (lima)
gudang, yaitu gudang 1 (satu) untuk obat-obatan Non-LAFIAL; gudang 2 (dua)
untuk sediaan injeksi; gudang 3 (tiga) untuk Alkes dan Matkes; gudang 4 (empat)
untuk obat-obatan LAFIAL; gudang tambahan untuk B3 (Bahan Beracun
Berbahaya)
3.2.5.6 Pendistribusian
Perbekalan farmasi RSAL Dr. Mintohardjo sesuai dengan permintaan
perbekalan farmasi dari apotek, baik pelayanan rawat inap dan rawat jalan, ruang
perawatan, ruang operasi dan ruang unit gawat darurat (UGD), laboratorium dan
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
32
Universitas Indonesia
radiologi. Pendistribusian barang biasanya dilakukan seminggu 2 (dua) kali sesuai
dengan permintaan.
3.2.5.7 Pencatatan
Kegiatan ini dilakukan secara manual setiap barang datang dan keluar di
catat ke dalam kartu stok. Pencatatan lain juga dilakukan pada barang yang telah
kadaluarsa/rusak.
3.2.5.8 Pelaporan
Dalam hal ini, dilaporkan kepada DISKESAL yang dilakukan setiap
triwulan untuk penggunaan barang dalam bentuk item barang, sedangkan untuk
laporan semester dalam bentuk jumlah harga perbekalan farmasi yang telah
digunakan. Pelaporan kepada DINKES yang dilakukan setiap bulan berupa
laporan penggunaan narkotika, psikotropika dan obat HIV.
3.2.5.9 Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan terhadap resep yang lebih dari 3 (tiga) tahun di
simpan dan obat-obatan yang telah kadaluarsa. Pemusnahan dilakukan dengan
menggunakan insenerator. Penghapusan dilakukan terhadap alat-alat kesehatan,
yang secara fisik dan fungsional sudah tidak dapat dipergunakan dan diperbaiki
lagi (rusak) atau tidak memiliki nilai pakai, tidak laku jual, sudah ketinggalan
jaman atau sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Pemusnahan
alat kesehatan dilakukan dengan cara dibakar, ditanam atau dihancurkan.
3.2.5.10 Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk menjaga agar alat kesehatan
tetap dalam kondisi baik. Selain pemeliharaan Depfar RSAL Dr. Mintohardjo juga
melakukan perbaikan alat dan pengkalibrasian alat. Perbaikan alat dilakukan oleh
Tim TEKMED sedangkan pengkalibrasian alat dilakukan sekurang-kurangnya
setahun sekali oleh institusi penguji/tim TEKMED, yang telah memiliki sertifikat
pengkalibrasian untuk menjaga agar kondisi alat tetap baik dan siap digunakan.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
33
Universitas Indonesia
3.2.6 Pelayanan Apotek di RSAL Dr. Mintohardjo
Pelayanan apotek di RSAL Dr. Mintohardjo digolongkan menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu:
3.2.6.1 Apotek Dinas
Apotek ini khusus melayani pasien dinas TNI-AL dan PNS-AL beserta
keluarganya baik untuk rawat jalan maupun rawat inap. Apotek Dinas rawat jalan
ini melayani pasien dinas TNI-AL beserta keluarganya dan PNS -AL beserta
keluarganya.
a. Pelayanan Resep Rawat Jalan Apotek Dinas
Dalam melakukan pelayanan obat pasien rawat jalan, Apotek Dinas
menggunakan sistem Individual Prescription.
Didalam pelayanan resep terkadang Apotek Dinas harus merestitusi resep,
yaitu resep anggota TNI-AL yang tidak dapat dilayani di Apotek Dinas dan telah
mendapat persetujuan dari tim restitusi, dapat dilayani di Apotek Yanmasum
tanpa dipungut biaya dari anggota. Untuk penagihan biaya dari resep restitusi
dapat diperoleh dari dana APBN dan lain-lain yang bisa dilakukan setiap 3 (tiga)
bulan sekali atau sesuai keadaan. Biaya untuk resep restitusi dibuat laporan
penagihan resep restitusi setiap 1 (satu) bulan sekali.
b. Pelayanan Resep Rawat Inap Apotek Dinas
Kegiatan ini dilakukan dengan dua sistem, yaitu UDD dan Floor Stock.
Unit dose dispensing (UDD) merupakan sistem distribusi ini dimaksudkan untuk
mengurangi kesalahan obat dimana adanya sistem pemeriksaan ganda.
Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan (Floor Stock), sistem
distribusi ini bertujuan agar kebutuhan obat bagi pasien segera tersedia.
3.2.6.2 Apotek Yanmasum
Apotek ini melayani resep pasien umum, resep dari pasien
langganan/perusahaan, resep dari TNI dan PNS non AL, resep pasien ASKES,
resep dari GAKIN (Keluarga Miskin) dan resep restitusi dari Apotek Dinas.
Sistem pelayanan di apotek Yanmasum di bagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu
resep tunai dan resep kredit. Resep tunai diterima oleh petugas apotek kemudian
langsung diberikan harga dan di bayar oleh konsumen, setelah di bayar kemudian
obat disiapkan dan diberikan etiket, di periksa kembali untuk menghindari
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
34
Universitas Indonesia
kesalahan kemudian diserahkan kepada pasien. Untuk resep kredit di bagi menjadi
2 (dua), yaitu resep restitusi dari pasien dinas dan resep kredit dari perusahaan.
Resep restitusi, yaitu resep pasien TNI-AL yang tidak dapat dilayani oleh Apotek
Dinas. Resep restitusi dapat diterima di Apotek Yanmasum apabila telah disetujui
oleh tim restitusi. Untuk penagihan resep restitusi dapat diperoleh dari dana
APBN, yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali atau sesuai dengan kondisi.
Penagihan resep restitusi di buat laporan setiap sebulan sekali. Sedangkan untuk
resep kredit perusahaan, yaitu resep dari perusahaan yang telah melakukan
kerjasama dengan RSAL Dr. Mintohardjo seperti PT. Pos Indonesia, penagihan
resep dilakukan per bulan. Untuk pasien UGD obat dapat langsung di ambil oleh
perawat di lemari obat yang ada di UGD dan untuk proses pembayarannya
melalui Minmed setiap hari
3.2.6.3 Apotek ASKES
Apotek ini melayani pasien ASKES, JAMKESMAS, pensiunan TNI dan
PNS. Obat-obatan yang terdapat di Apotek ASKES, yaitu obat-obatan yang
tercantum di dalam Daftar Plafon Harga Obat (DPHO).
3.2.7 Farmasi Klinik RSAL Dr. Mintohardjo
Farmasi klinik adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab
dalam menjamin penggunaan obat yang rasional, efektif, aman dan terjangkau
oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan perilaku
apoteker serta bekerjasama denngan profesi kesehatan lainnya.
Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di RSAL Dr. Mintohardjo, yaitu:
3.2.7.1 Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi
persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat jalan maupun rawat inap di sebut sebagai pengkajian resep.
Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan persyaratan sebuah
resep yang meliputi 3 (tiga) hal, yaitu persyaratan administrasi (Nama, umur, jenis
kelamin dan berat badan pasien; nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
tanggal resep dan ruangan/unit asal resep), persyaratan farmasi (Bentuk dan
kekuatan sediaan; dosis dan Jumlah obat; stabilitas dan ketersediaan dan aturan,
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
35
Universitas Indonesia
cara dan teknik penggunaan) dan persyaratan klinis (Ketepatan indikasi, dosis dan
waktu penggunaan obat; duplikasi pengobatan alergi; interaksi dan efek samping
obat; kontra indikasi; serta efek aditif.
3.2.7.2 PIO
Kegiatan pemberian informasi obat kepada pelayan kesehatan atau
masyarakat umum, yang dilakukan dengan 2 (dua) jenis kegiatan pemberian
informasi obat secara aktif dan secara pasif.
Pemberian informasi obat aktif merupakan pelayanan pemberian informasi,
yang dilakukan dengan cara membuat seminar untuk staf kesehatan di lingkungan
rumah sakit, misalnya perawat, dokter dan tenaga medis lainnya.
Pemberian informasi obat pasif merupakan pelayanan informasi obat yang
dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan yang diajukan.
3.2.7.3 Konseling Pasien Rawat Jalan
Kegiataan ini merupakan pemantauan kepatuhan penggunaan obat pasien
rawat jalan. Biasanya pasien yang mendapatkan konseling adalah pasien-pasien
yang menderita penyakit kronis, yang memerlukan penggunaan obat secara
kontinu, sehingga kepatuhan penggunaan obat oleh pasien perlu di pantau agar
tercapai efek terapi yang diinginkan serta pasien-pasien dengan kebutuhan khusus
lainnya.
3.2.7.4 Ronde/visite pasien
Kegiatan ini dilakukan oleh apoteker yang dilaksanakan di ruang rawat inap
yang bekerjasama dengan mahasiswa PKPA dan PKL. Dalam kegiatan ini
apoteker menanyakan kepada pasien tentang penyebab sakit pasien tersebut.
Selain itu juga memberikan kepastian kepada pasien tentang penggunaan obat
yang sesuai aturan, lalu apoteker melakukan pengkajian terhadap catatan perawat
terhadap pasien tersebut yang berguna dalam pemberian obat.
3.2.7.5 Seleksi sediaan obat
Merupakan diskusi apoteker dengan dokter tentang penetapan obat yang
tepat bagi pasien. Kegiatan ini dilakukan agar pasien mendapatkan obat yang
sesuai dengan penyakit yang di derita dan tidak terjadi salah pemberian obat yang
dapat mengakibatkan kegagalan dalam menyembuhkan penyakit atau malah
memperburuk keadaan pasien.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
36
Universitas Indonesia
3.2.7.6 Pemantauan terapi obat (PTO)
Kegiatan ini dilakukan oleh Depfar yang bekerja sama dengan mahasiswa
PKPA, yaitu mencatat semua rekam medik di ruang rawat inap. Kegiatan ini
dilakukan untuk mengetahui obat-obat yang sudah diberikan kepada pasien dalam
menyembuhkan penyakitnya.
3.2.7.7 KIE
Kegiatan in dilakukan pada saat penyerahan obat pada pasien di apotek,
pembuatan leaflet dan pemberian konseling di ruang rawat inap pada saat pasien
akan pulang. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada konsumen
mengenai obat yang diberikan kepada pasien.
3.2.7.8 Pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan (ROM)
Kegiatan ini dilakukan depfar bekerja sama dengan unit gawat darurat, yaitu
melakukan monitoring efek samping obat, menganalisa laporan efek samping
obat, agar bila terjadi efek samping obat yang tidak diinginkan terhadap pasien
dapat langsung diatasi agar tidak terjadi lagi. Selain itu juga mengidentifikasi
obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping
obat agar pasien tidak merasakan efek samping obat yang tidak diinginkan.
Setelah itu mengisi formulir efek samping obat dan melaporkan ke panitia efek
samping obat nasional.
3.2.7.9 Partisipasi dalam sistem formularium rumah sakit
Formularium Rumah Sakit adalah himpunan obat yang diterima atau
disetujui oleh Komite Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan
dapat di revisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.
3.2.5.10 Pengendalian infeksi
Kegiatan ini dilakukan oleh komite penanggulangan infeksi nosokomial di
RSAL Dr. Mintohardjo.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
37
BAB 4 PEMBAHASAN
RSAL Dr. Mintohardjo adalah rumah sakit umum yang berada di bawah naungan
Departemen Pertahanan, merupakan rumah sakit TNI AL tipe II yang dengan status akreditasi
penuh.
RSAL Dr. Mintohardjo memiliki pelayanan yang sangat lengkap meliputi pelayanan
medis, pelayanan medis khusus, pelayanan penunjang medis dan pelayanann penunjang umum.
Pelayanan medis mencakup, Pelayanan Unit Gawat Darurat; Pelayanan Rawat Jalan;
Pelayanan Rawat Inap; Pelayanan Rawat Intensif; Pelayanan Bedah; Pelayanan Bersalin.
Pelayanan medis khusus mencakup, Hyperbaric Center; Aesthetic Center; I-Cons Intergrated
Medical and Psychological Service; dan Pelayanan Krisis Terpadu.
Pelayanan penunjang medis mencakup, Laboratorium Patologi Klinik; Laboratorium
Patologi Anatomi; Radiologi; Fisioterapi; Farmasi; Unit Gizi; Kesehatan Lingkungan dan K3
(Kesehatan Keselamatan Kerja); Unit Laundry dan Kamar Jahit; Pelayanan Pemeliharaan
Kesehatan (Medical Check Up). Pelayanan penunjang lain mencakup, Customer Service;
Pelayanan Rohani; Ambulance; Pemulasaran Jenazah; Inecerator dan IPAL; Departemen
Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan.
Departemen Farmasi di RSAL Dr. Mintohardjo bertanggung jawab atas semua kegiatan
kefarmasian bagi rumah sakit. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Departemen Farmasi
dibantu oleh lima orang Kepala Sub Departemen yaitu Sub Departemen Pembinaan Farmasi
(Sub Dep Binfar); Sub Departemen Pengendalian Farmasi (Sub Dep Dalfar); Sub Departemen
Apotek (Sub Dep Apotek); Sub Departemen Alkes; dan Sub Departemen Farmasi Klinis (Sub
Dep Farklin).
Apotek di RSAL Dr. Mintohardjo ada tiga yaitu Apotek Dinas yang melayani pasien TNI
AL dan PNS AL beserta keluarganya. Apotek Yanmasum melayani pasien umum, dan melayani
resep restitusi untuk obat-obat yang tidak ada di apotek lainnya. Apotek ASKES yang melayani
pasien yang tergabung dalam asuransi PT.ASKES.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
38
Universitas Indonesia
Apotek Dinas melayani resep untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Sistem
distribusi obat yang digunakan bagi pasien rawat jalan adalah sistem individual prescription.
Pada sistem ini pasien mendapatkan jumlah obat seluruhnya, sesuai resep yang diberikan dokter
dan pasien membayar semua obat yang diberikan.
Keuntungan dari sistem individual prescription adalah semua pesanan obat langsung
diperiksa oleh farmasis; memungkinkan interaksi antara farmasis, dokter, perawat, dan pasien;
meningkatkan pengawasan obat-obatan dengan lebih teliti; memberikan cara yang cocok
melaksanakan pembayaran obat-obatan yang digunakan pasien.
Kerugiannya adalah pasien akan mendapatkan obat yang lebih banyak sehingga tidak
bernilai ekonomis bagi pasien karena harus menebus semua jenis obat yang ada diresepkan;
pemberian KIE oleh farmasis kepada pasien memungkinkan terjadi hanya sekali, sehingga
pengontrolan terapi pasien tidak efektif; dan tingkat kepatuhan pasien akan berkurang karena
pasien menjalani pengobatan sendiri tanpa ada kontrol dari farmasis.
Bagi pasien rawat inap digunakan sistem distribusi gabungan antara sistem floor stock
dengan sistem unit dose dispensing (UDD). Sistem floor stock berarti semua obat yang
dibutuhkan pasien terdapat dalam lemari penyimpanan di setiap ruangan termasuk obat-obat life
saving dan kebutuhan dasar ruangan kecuali obat-obat yang jarang digunakan dan harganya
sangat mahal.
Keuntungan sistem floor stock adalah obat yang diperlukan cepat tersedia bagi pasien dan
tidak terlalu banyak personil farmasi yang dibutuhkan.
Kerugiannya antara lain, kesalahan obat dapat terjadi karena resep tidak dikaji terlebih
dahulu oleh apoteker; membutuhkan tempat penyimpanan yang besar di ruang rawat dan dapat
mengganggu aktifitas perawatan; membutuhkan dana tambahan untuk membuat tempat
penyimpanan; membutuhkan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat.
Sistem UDD berarti obat diberikan kepada pasien dalam kemasan dosis unit tunggal
untuk dalam jumlah persedian yang cukup untuk penggunaan selama waktu tertentu. Keuntungan
sistem ini antara lain, kesalahan obat dapat dihindari dengan adanya pemeriksaan ganda oleh
personil farmasi dan perawat; semua obat yang diperlukan disiapkan oleh personil farmasi jadi
perawat dapat fokus memberikan perawatan; menghemat ruangan di unit perawatan; pasien
hanya membayar obat yang digunakan saja, jadi pasien tidak menbuang-buang uang untuk obat
yang tidak perlu (cost effective).
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
39
Universitas Indonesia
Di RSAL Dr. Mintohardjo sistem UDD dilakukan secara sentralisasi yaitu semua
kegiatan dispensing obat untuk pasien rawat inap dipusatkan di Apotek Dinas.. Kemudian
petugas akan mengirimkan obat ke setiap ruang rawat dan diserahkan ke perawat untuk
kemudian diserahkan ke pasien. Setiap pengiriman obat akan dicatat dalam buku khusus yang
dipantau oleh perawat ruangan dan petugas farmasi. Obat diberikan untuk pemakain selama satu
hari dalam kemasan satu kali pemakaian dengan interval waktu penggunaan obat siang-malam-
pagi hari
Sistem UDD yang dilakukan sudah baik tetapi masih terdapat kerugian dari sistem yang
diterapkan sebab dispensing bagi seluruh ruang rawat masih dilakukan terpusat di Apotek Dinas
sehingga beban kerja staf farmasi menjadi lebih berat. Selain itu, tidak ada interaksi langsung
antara farmasis dengan pasien karena obat diserahkan oleh perawat bukan langsung oleh
farmasis.
Secara keseluruhan, pelayanan ketiga apotek belum optimal. Perlu peningkatan kecepatan
waktu penyiapan obat, karena beberapa pasien mengeluhkan lamanya proses penyiapan obat.
Keramahan petugas juga perlu diperhatikan agar pasien nyaman dan puas dengan pelayanan
yang diberikan.
Departemen farmasi RSAL Dr. Mintohardjo memiliki lima jenis gudang perbekalan
farmasi yaitu gudang obat LAFIAL, gudang obat non-LAFIAL, gudang obat injeksi, gudang alat
kesehatan, dan gudang bahan beracun berbahaya. Perbekalan farmasi dari gudang-gudang
tersebut didistribusikan untuk keperluan Apotek Dinas, kamar operasi dan kebutuhan floor stock
di setiap ruangan, sedangkan untuk apotek-apotek yang lain memiliki gudang tersendiri yang
terdapat di dalam ruangan apotek.
Sistem penyimpanan yang digunakan adalah gabungan antara sistem alfabet dan sistem
First Expired First Out (FEFO). Masih ada kekurangan dalam pelaksanaan penyimpanan
perbelakan farmasi misalnya, ada beberapa obat yang diletakkan tidak sesuai abjad sehingga
menimbulkan kesulitan dalam mencari obat yang dibutuhkan. Sebaiknya digunakan juga sistem
First In First Out (FIFO) agar penyimpanan perbekalan farmasi menjadi lebih teratur.
Adapula obat yang telah kadaluarsa tetapi belum dipisahkan dari obat yang masih layak
pakai. Hal ini terjadi karena kuangnya tempat penyimpanan, padahal apabila obat yang telah
kadaluarsa dibiarkan berada dekat dengan obat yang masih layak pakai dapat menimbulkan salah
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
40
Universitas Indonesia
pengambilan obat. Kebersihan gudang juga belum baik karena ada beberapa kemasan obat yang
bagian luarnya telah berdebu.
Kegiatan farmasi klinis yang diselenggarakan di RSAL Dr. Mintohardjo meliputi
Pelayanan Informasi Obat, Pengkajian Resep, Konseling, Visite Pasien Rawat Inap, Seleksi
Sediaan Obat, Pemantauan Terapi Obat, KIE, Pemantauan Dan Pelaporan Reaksi Obat Yang
Berlebihan (ROM), Partisipasi Dalam Formularium Rumah Sakit, Dan Pengendalian Infeksi.
Pelaksanaan kegiatan farmasi klinis ini belum semuanya berjalan dengan baik
dikarenakan kurangnya sumber daya manusia dan sarana yang ada. Untuk mengatasi hal
tersebut, pihak Departemen Farmasi melakukan kerjasama dengan mahasiswa Praktek Kerja
Lapangan dalam melaksanakan beberapa kegiatan farmasi klinis yaitu pemantauan terapi obat,
wawancara sejarah pengobatan pasien, pembuatan profil pengobatan pasien, pelayanan informasi
obat dan pengkajian resep. Hal ini juga dimaksudkan sebagai sarana pembelajaran bagi
mahasiswa Praktek Kerja Lapangan.
Pelayanan informasi obat yang diadakan di RSAL Dr. Mintohardjo mencakup kegiatan
pemberian informasi aktif dan pasif. Kegiatan pasif dilakukan dengan menjawab pertanyann
yang diajukan ke PIO oleh masyarakat rumah sakit dan pasien. Kegiatan aktif dilakukan dengan
cara mengadakan seminar tentang informasi yang berhubungan dengan dunia kefarmasian untuk
tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit. Pelayanan informasi obat yang dijalankan belum
optimal terutama kegiatan pelayanan informasi obat secara aktif. Selain itu, sosialisasi
keberadaan dan fungsi PIO di rumah sakit belum optimal.
Selain itu dilakukan juga konseling bagi pasien rawat jalan. Konseling diberikan untuk
pasien yang membutuhkan pengarahan khusus seperti pasien penderita penyakit kronis yang
harus meminum obatnya terus-menerus sehingga kepatuhan pasien perlu dipatau agar terapi yang
diberikan berhasil.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
41
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diuraikan sebelumnya disimpulkan bahwa RSAL
Dr. Mintohardjo memiliki fasilitas pelayanan medis khusus, pelayanan penunjang,
pelayanan pemeliharaan kesehatan dan fasilitas penunjang umum terapi.
Pelayanan resep untuk pasien rawat jalan dan rawat inap, dilakukan oleh
apotek dinas untuk pasien TNI dan keluarganya, apotek yanmasun untuk pasien
umum, apotek askes untuk pasien askes.
Pelayanan resep di apotek dinas belum optimal karena pasien menunggu lama,
khususnya untuk resep obat racikan.
Sistem distribusi yang digunakan adalah Individual Prescription untuk pasien
rawat jalan, Unit Dose Dispensing dan Floor Stock untuk pasien rawat inap. Sistem
yang digunakan sudah baik, namun pelayanan belum dilakukan secara optimal karena
kurangnya personil.
RSAL Dr. Mintohardjo memiliki ruang khusus untuk pemberian Pelayanan
Informasi Obat, namun kegiatan Pelayanan Informasi Obat belum dijalankan secara
optimal.
5.2 Saran
Agar semua kegiatan kefarmasian dapat berjalan dengan maksimal maka perlu
diadakan penambahan personil farmasi terutama untuk menjalankan kegiatan farmasi
klinis, PIO dan pelayanan di apotek.
Agar pelayanan apotek menjadi lebih baik, perlu diadakan upaya peningkatan
kecepatan waktu dalam proses dispensing obat untuk pasien.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
42
Universitas Indonesia
Agar memudahkan dalam pencarian perbekalan farmasi yang dibutuhkan
perlu diadakan penataan gudang yang lebih rapi sesuai sistem alfabet, FEFO dan
FIFO.
Agar obat yang masih layak pakai tidak tercampur dengan obat yang telah
kadaluarsa perlu ditetapkan satu ruangan untuk menempatkan obat yang telah
kadaluarsa sebelum obat tersebut dimusnahkan.
Agar PIO dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh personil rumah sakit dan
pasien, perlu diadakan promosi keberadaan serta fungsi PIO.
Agar kualitas pelayanan informasi obat dapat optimal perlu diadakan
panambahan literatur dan pamasangan internet untuk memudahkan pencarian
informasi. Selain itu, PIO harus lebih aktif dalam memberikan informasi dapat
dilakukan pembuatan brosur atau pamflet mengenai informasi obat.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
43
DAFTAR REFERENSI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Kepmenkes RI Nomor 228/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Minimal Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
-------------------------------------------------------. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan
RI No 1197/Menkes/SK/XI/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
------------------------------------------------------. (2009). Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Jonirasmanto. (2009, 4 Mei). Mutu pelayanan kesehatan ambivalensi antara
kewajiban dan keinginan penyelenggara dan pemilik. Mei 4, 2010. http://artikelindonesia.com/hal-mutu-pelayanan-rumah-sakit.html
“Sejarah Promosi Kesehatan”. (2007). Pusat Promosi Kesehatan. Maret 8, 2010.
http://www.promosi kesehatan.com/?act=article&id=225 Sidik M, Dadang. dkk. Informasi Pelayanan Rumkital Dr. Mintohardjo. Jakarta:
Rumkital Dr. Mintohardjo Siregar, Charles J.P. (2003). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC. Siregar, Charles J.P, dan Endang Kumolosasi. (2006). Farmasi Klinik Teori dan
Penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Utama, Surya. (2003). Memahami Fenomena Kepuasan Pasien Rumah Sakit. Maret
8,2010.http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3670/1/fkm-surya1.pdf
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
47
Lampiran 3
Daftar Singkatan
Karumkit : Kepala Rumah Sakit Wakamed : Wakil Kepala Bidang Medik Wakabin : Wakil Kepala Bidang Pembinaan PPIRS : Penanggulangan Penyakit Infeksi Rumah Sakit K3 : Kesehatan dan keselamatan kerja SK Peningk Mutu Yan Pas : Sub Komite Peningkatan Mutu Pelayanan Pasien SK Rekmed : Sub Komite rekam medic SK Farthera : Sub Komite Farmasi dan Terapi SK Peningk Mutu Prof : Sub Komite Peningkatan Mutu Profesi SK Mutu Yan Kep : Sub Komite Pelayanan Keperawatan SK Bang SDM Kep : Sub Komite Pengembangan Sumber Daya Manusia
Keperawatan SK PPI Kep : Sub Komite Penanggulangan Penyakit Infeksi
Keperawatan SK PPI Lingk : Sub Komite Penanggulangan Penyakit Infeksi
Lingkungan Kesja : Keselamatan Kerja Kesling : Keselamatan Lingkungan Dan Satma : Komandan Satuan Markas Pekas : Pemegang Kas Kaset : Kepala Sekertaris Kabag Minu : Kepala Bagian Administrasi Umum Kabag MinMed : Kepala Bagian Administrasi Medik Kadep Kesla : Kepala Departemen Kesehatan Keangkatan Lautan Kadep Gilut : Kepala Departemen Gigi dan Mulut Kadep KIA : Kepala Departemen Kesehatan Ibu dan Anak Kadep Kitlam : Kepala Departemen Penyakit Dalam Kadep Saware : Kepala Departemen Saraf, Jiwa dan Rehabilitasi Kadep Kutema : Kepala Departemen Kulit, Telinga dan Mata Kadep Jangklin : Kepala Departemen Penunjang Klinik Kadep Wat : Kepala Departemen Keperawatan Kadep Far : Kepala Departemen Farmasi Kadep bangdiklat : Kepala Departemen Pengembangan Pendidikan dan
Pelatihan KSD Dukkes : Kepala Sub Departemen Dukungan Kesehatan KSD UGD : Kepala Sub Departemen Unit Gawat Darurat KSD KUBT : Kepala Sub Departemen Kamar Udara Bertekanan
Tinggi KSD Dokgium : Kepala Sub Departemen Kedokteran Gigi dan Umum KSD Bedmul : Kepala Sub Departemen Bedah Mulut KSD Perio : Kepala Sub Departemen Priodonti
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
48
(Lanjutan) KSD Bedum : Kepala Sub Departemen Bedah Umum KSD Bedplas : Kepala Sub Departemen Bedah Plastik KSD Bidkan : Kepala Sub Departemen Kebidanan dan Kandungan KSD KKB : Kesehatan Keluarga Berencana KSD Kitlam : Kepala Sub Departemen Penyakit Dalam KSD Kukel : Kepala Sub Departemen Klit dan Kelamin KSD THT : Kepala Sub Departemen Telinga Hidung dan
Tenggorokan KSD Patkin : Kepala Sub Departemen Patologi Klinik KSD Patanat : Kepala Sub Departemen Patologi Anatomi KSD Watjln : Kepala Sub Departemen Rawat Jalan KSD Wat inap : Kepala Sub Departemen Rawat Inap KSD Binfar : Kepala Sub Departemen Pembinaan Farmasi KSD Dalfar : Kepala Sub Departemen Pengendalian Farmasi KSD Alkes : Kepala Sub Departemen Alat Kesehatan KSD Farklin : Kepala Sub Departemen Farmasi Klinik KSD Litbang : Kepala Sub Departemen Penelitian dan Pengembangan KSD Diklat : Kepala Sub Departemen Pendidikan dan Pelatihan KSD Infomedmat : Kepala Sub Departemen Informasi Medis dan Material
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
49
Lampiran 4
Struktur Jabatan RSAL Dr. Mintohardjo
Komite medis
Komite Kep
Komite PPIRS
Komite K3
Komite KPRS
KARUMKITAL WAKA MED/BIN
- SK Peningk Mutu Yanpas - SK RekMed - SK Kredential - SK Etik Medis Disiplin
Profesi - SK Onko - SK Transfusi Darah - SK Farthera - SK Peningk. Mutu Profesi - SMF
- SK Etik Kep -SK Mutu Yan
Kep -SK Bang
SDM Kep
SK PPI Kep SK PPI Ling
- KESJA - KESLING - KEBAKARAN &
WASPADAAN BENCANA
- SK Pelayanan KPRS
- SK Peningk. Mutu KPRS
KEPALA AHLI KELOMPOK
KASET PEKAS DAN SATMA
KABAG HARMAT KABAG ANGKUTAN KABAG URDAL KABAG MINPERS KABAG BEK
KBAG PROGAR KABAG MINU KABAG MINMED
KADEP KESLA
KADEP GILUT
KADEP BEDAH
KSD bedum KSD urologi KSD Ortoped KSD Bedplas KSD Anestesi
KSDdokgium KSD bedmum KSDP Perio
KSD dukkes KSD UGD
KSDP KUBT
KADEP KIA
KADEP KITLAM
KADEP SAWARE
KSD Syaraf KSDjiwai KSD rehab
KSD Bedplas
KSD kitlam KSD jantung KSDP paru KSD alergi
KSD anak KSD bidkan KSDP KKB
KADEP KUTEMA
KADEP JANGKLIN
KADEP WAT
KSD watjln KSD watinap
KSD radiologi
KSD patklin KSD patant KSD gizi
KSD kukel KSD THT KSD mata
KADEP FAR
KADEP BANGDIKLAT
KSD litbang KSD diklat
KSD pustaka KSD
infomedmat
KSD binfar KSD dalfar KSD apotik KSD farklin KSD Alkes
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
50
Lampiran 5
Struktur Jabatan Departemen Farmasi
RSAL Dr. Mintohardjo
Kedep Farmasi
Kasubdep Binfar
Kasubdep Alkes
Kasubdep Farklin
Kasi Uji Mutu
Kasi Evalap
Kasi Ren Ada
Kasi gudang
Ur Uji Mutu Alkes dan
Bekkes
Ur Evalap
Ur Ren Ada
Alkes & Bekkes
Ur Simpan Ur Distribusi
Alkes & Bekkes
Kasi Har Alkes
Kasi Ada Alkes
Ur Ada Alkes
Kaur Har Alkes Kaur IKN Alkes Ur IKN Alkes
Kasubdep Dalfar
Kasi Apotik Rawat Jalan
Kasi Apotik Rawat Inap
Apoteker pertama Ass Apoteker Penyelia Ass Apoteker Pelaksana Lanjt Ass Apoteker Pelaksana Ur Apoteker Rawat Jalan 1 Ur Apoteker Rawat Jalan 2 Ur Apoteker Rawat Jalan 3 Ur Apoteker Rawat Jalan 4 Ur Apoteker Rawat Jalan 5
Ass Apoteker Rwt Inap 1 Ass Apoteker Rwt Inap 2
Kasubdep Apotek
Apoteker Madya
Kasi Yan Langsung
Ur Sitostatika dan SIO
Kasi Yan Tdk Langsung
Kaur Panitia Far & Terapi Ur PTO
Kaur TU
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
51
Lampiran 6
Denah Departemen Farmasi
Lantai 1 Lantai 2
Keterangan : 1. Ruang gudang Alkes 11. Ruang TU gudang 2. Ruang kelas 12. Gudang 1 (obat non LAFIAL) 3. Ruang Kasubdep 13. Gudang 2 (Obat injeksi) 4. Dapur 14. Gudang 3 (Alat kesehatan) 5. Ruang Kadep 15. Gudang 4 (obat LAFIAL) 6. Ruang Teknik Produksi Medik 7. Ruang Produksi 8. Mushola 9. Ruang Tata Usaha 10. Ruang Produksi
10
7
6
9
9
5
4
9
3
8
2
1
15
14
13
12
11
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
52
Lampiran 7
Denah Gudang Departemen Farmasi
A B
C D
Keterangan : A. Gudang 1 B. Gudang 2 C. Gudang 3 D. Gudang 4 1. Rak obat 2. Lemari obat 3. Kulkas
1 1
12
1
2
1
11
3
2
2
11 1
1
12
1 1 1 1
1
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
53
Lampiran 8
Denah Apotek Dinas
Keterangan : 1. Ruangan PIO 2. Leamari abat narkotika 3. Tempat sholat 4. Tempat penerimaan resep rawat jalan 5. Tempat penyerahan obat rawat jalan 6. Tempat penerimaan resep rawat inap 7. Meja 8. Meja penyiapan obat UDD 9. Lemari obat Racikan 10. Lemari obat UDD 11. Meja penyediaan obat jadi 12. Meja restitusi obat 13. Meja Racikan 14. Lemari obat 15. Kulkas 16. WC
3
1
2
16 13
1414
14 11
12
8
9
9
10
14
14
14
14
14
7
15
4 5 6
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
54
Lampiran 9
Alur Pelayanan Resep di Apotek Dinas
Resep rawat jalan
1. Cek : nama, Satuan kerja, pangkat, No. Tlp dll 2. Diberi nomer dan kartu: kartu biru untuk pasien RSALdan
keluarganya, kartu merah untuk pasien TNI Angkatan Laut dan keluarganya dan kartu hijau untuk resep racikan
3. Waktu datang resep
Pemilahan resep kalau ada masalah tanya ke dokter penulis resep
Obat jadi Obat racikan Obat tidak ada di Apotik (Restitusi)
Obat disiapkan Dibungkus diberiberi etiket diberi paraf dan waktu
Diracik di meja racikan
Ke meja penyerahan obat
Dibungkus, diberi etiket
Dipanggil berdasarkan no urut dan paisien
diberi penjelasan ttng obatnya
Bila pasien tidak ada no. Di tempel di dinding
Masuk formularium
Tdk masuk formularium
Di catat kemudian obat diambil di
apotik Yanmasum dan diberi etiket
ACC Karumkit
bila ≥ 500rb atau
ACC Waka bila
Tanya ke dokter utk mengganti
obat yg sejenis
Tdk ada pengganti
Ada pengganti
Diberi obat yg ada di dinas
Tdk di acc
ACC, di ctt kemudian obt
diambil di apotik yanmasum dan
diberi etiket Beli sendiri
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
55
(Lanjutan)
Resep rawat inap
Di cek nama dan ruangan
Skrining resep
Resep non racikan Resep racikan
Penyediaan obat Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir
Penyediaan obat peracikan Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir
Pengecekan ulang obat
Didistribusikan ke ruang perawatan
Resep non racikan Resep racikan
Penyediaan obat peracikan Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir
Penyediaan obat Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir
Resep non racikan Resep racikan
Penyediaan obat peracikan Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
56
Lampiran 10
Denah Apotek Yanmasum
Keterangan 1. Tempat Penerimaan Resep 2. Tempat Penyerahan obat 3. Meja penyediaan obat jadi 4. Lemari obat 5. Kulkas 6. Meja Racikan 7. Meja 8. Ruang sholat 9. Gudang
8
9
4
4 4
4454
4
4
4
4
4
4
3
6 7
44
12
7
7
7 7
7
7
77
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
57
Lampiran 11
Alur Pelayanan Resep di Apotek Yanmasum
Resep rawat jalan/inap
Skrining resep
Diberi harga
Bayar tunai kredit
Dilakukan pencatatan
Penyediaan obat Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir
Resep non racikan Resep racikan
Penyediaan obat peracikan Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir
Pengecekan ulang obat
Diserahkan ke pasien/pengambil obat
Resep rawat jalan/inap
Skrining resep
Resep rawat jalan/inap
Skrining resep
Diberi harga
Resep rawat jalan/inap
Skrining resep
Resep non racikan
Penyediaan obat Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir
Resep racikan
Penyediaan obat peracikan Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir
Resep non racikan
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
58
Lampiran 12
Denah Apotek ASKES
Keterangan : 1. Tempat menerima resep 2. Tempat penyerahan resep 3. Meja staf 4. Meja penyediaan obat 5. Lemari obat 6. Lemari obat injeksi
7. Meja peracikan 8. Lemari es 9. Lemari obat infuse 10. Lemari gudang 11. Tempat sholat 12. WC
12
7 5
5
5
8
3
6
4
4
10 10 10
9
3 33
3
3
1
2
3
11
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
59
Lampiran 13
Alur Pelayanan Resep di Apotek ASKES
Resep diserahkan ke Apoteker/AA
Resep rawat jalan/inap
Resep di entry dan diverifikasi olah
petugas askes
Skrining resep
Pengecekan ulang obat
Diserahkan ke pasien/pengambil obat
dan diberikan konseling
Penyediaan obat Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir
Resep racikan
Penyediaan obat peracikan Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir
Resep non racikan
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
60
Lampiran 14
Kartu Persediaan Meja
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
DINAS KESEHATAN TNI AL RUMKITAL DR, MINTOHARJO
DEPARTEMEN FARMASI
TEMPAT PENYIMPANAN GUDANG DEPARTEMEN FARMASI
KARTU PERSEDIAAN
Nama Material :…….…………………………………………………….………………………… Kode/Seri :…………………………………..………………………………………………… Satuan : ……………………………………………………………………………………..... Merk / Mutu :………………………………………...………golongan ……….………………. Harga Satuan : …..........………………………………………………………………………….. Tempat Disimpan :Gudang No ……..…………………………. Almari / Rak …………………………
Tanggal Nomor Uraian
(dari/kepada)
Jumlah Keterangan Bukti
penerimaan Bukti
pengeluaran Diterima Dikeluarkan Sisa
Dipindahkan ke kartu ke : ___________________________ ………………………………………….. Tgl ……………………………………….. Kepala Gudang / Bendaharawan Nama : ………………………………………………………………………………. Pangkat : ……………………………………………………………………………
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
61
LAMPIRAN 15
KARTU LOKASI PERSEDIAAN
KOP LAMPIRAN : 17 JUKNIK DIRBEKAL ............................................................ NOMOR : JUKNIK/2/VI/1997/DITBEKAL
......................................... TANGGAL : 30 JUNI 1997______________
KARTU LOKASI PERSEDIAAN
NAMA BEKAL NOMOR KODE SATUAN JATAH NO. KARTU
LOKASI NO. GUDANG BARIS RAK TINGKAT/PALLET
BOX
TGL DARI /
KEPADA NO. DOKUMEN MASUK KELUAR
SISA KET
BAIK RUSAK
DIREKTUR PEMBEKALAN TNI ANGKATAN LAUT
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
62
LAMPIRAN 16
INSENERASI LIMBAH PADAT MEDIS
MESIN IPAL
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
UNIVERSITAS INDONESIA
PELAYANAN INFORMASI OBAT DI RSAL Dr. MINTOHARDJO
TUGAS KHUSUS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Farmasi
TIIZ LUSPYANTRINI
0706231212
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM DIPLOMA III FARMASI KEKHUSUSAN RUMAH SAKIT
DEPOK JUNI 2010
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3 2.1 Pelayanan Informasi Obat Berdasarkan Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit ................................ 3 BAB 3 Gambaran Umum Pelayanan Informasi Obat di RSAL Dr. Mintohardjo ................................................................. 9 3.1 Kegiatan Pelayanan Informasi Obat ........................................... 9 3.2 Data Evaluasi Pelayanan Informasi Obat di RSAL Dr. Mintohardjo Periode Triwulan IV Tahun 2009 ........ 10
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................ 15
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 18
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 18 5.2 Saran ............................................................................................... 18
DAFTAR REFERENSI ................................................................................. 19
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Menjawab Pertanyaan Pelayanan Informasi Obat .............. 4 Gambar 3.2a Grafik Prosentase Penanya PIO ................................................... 10 Gambar 3.2b Grafik Prosentase Materi Pertanyaan PIO ................................... 12 Gambar 3.2c Grafik Prosentase Persiapan Jawaban PIO .................................. 13 Gambar 3.2d Grafik Prosentase Penyampaian Jawaban PIO............................. 13 Gambar 3.2e Grafik Prosentase Cara Penyampaian Jawaban PIO ................... 14
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2a Database Penanya PIO ...................................................................... 10 Tabel 3.2b Materi Pertanyaan PIO ...................................................................... 11 Tabel 3.2c Penyampaian Jawaban PIO ............................................................... 12
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Kerja Pelayanan Informasi Obat (PIO)……………... ..... 2 Lampiran 2 Standar Operasional Pelayanan Informasi Obat Di RSAL Dr. Mintohardjo………... .............................................. 3
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 228/2002 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Minimal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan
Daerah, rumah sakit sebagai satu diantara sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dengan demikian rumah
sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Pelayanan yang diberikan rumah sakit tidak hanya sebatas layanan medis dan
keperawatan saja, tetapi rumah sakit dituntut memberikan layanan penunjang seperti
layanan radiologi, laboratorium, farmasi dan layanan penunjang lainnya sebagai
pelengkap.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit,
pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat. Hal tersebut dan tuntutan masyarakat akan mutu
pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama
drug oriented menjadi paradigma baru patient oriented. Hal ini meningkatkan
kebutuhan akan pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang berkualitas sesuai
perkembangan dunia kefarmasian.
Mengacu pada paradigma baru, farmasis perlu meningkatkan perhatian
tehadap keselamatan dan kepentingan pasien. Dengan demikian diperlukan suatu
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
2
Universitas Indonesia
pelayanan informasi obat yang memberikan informasi obat yang independen, akurat,
komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang
memerlukan di rumah sakit. Informasi yang tepat mengenai terapi obat sangat
diperlukan oleh pasien agar terapi yang diberikan memberi hasil yang maksimal.
Ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan terapi dapat mengakibatkan kegagalan
terapi. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang
obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat yang diterima.
Pada praktek pelayanan kesehatan di rumah sakit disamping pasien dan
masyarakat, pemberian informasi obat juga diperlukan oleh praktisi medis untuk
memperoleh informasi terbaru secara terus menerus mengenai apapun yang berkaitan
dengan bidangnya termasuk tentang obat-obatan. Informasi yang diterima umumnya
berasal dari industri farmasi yang tidak lepas dari promosi dan komersil. Pendapat
lain yang objektif, diperlukan untuk membantu praktisi medis dalam menentukan
pilihan obat yang digunakan untuk menunjang terapi.
Dengan alasan-alasan tersebut maka di rumah sakit perlu diadakan pelayanan
informasi obat yang terkini, objektif dan akurat mengenai obat-obatan bagi praktisi
medis, pasien maupun masyarakat rumah sakit lainnya. Berdasarkan hal-hal tersebut
penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan informasi obat di RSAL Dr.
Mintohardjo.
1.2 Tujuan
Tugas khusus ini bertujuan untuk memahami pelaksanaan kegiatan pelayanan
informasi obat di RSAL Dr. Mintohardjo.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Informasi Obat Berdasarkan Pedoman Pelayanan Informasi
Obat di Rumah Sakit
2.1.1 Definisi
Pelayanan informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif,
terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang memerlukan di
rumah sakit.
2.1.2 Tujuan
Diadakannya pelayanan informasi obat di rumah sakit bertujuan untuk
menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi kepada
pasien, tenaga kesehatan dan pihak lain; menyediakan dan memberikan informasi
obat kepada pasien, tenaga kesehatan dan pihak lain; menyediakan informasi untuk
membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat bagi KFT/PFT.
2.1.3 Ruang Lingkup Pelayanan
2.1.3.1 Pelayanan pemberian informasi
Kegiatan pelayanan informasi obat berupa penyediaan dan pemberian
informasi obat yang bersifat aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker
pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu
pertanyaan melainkan aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin,
brosur, leaflet, seminar dan lain-lain.
Pelayanan besifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat
memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima.
Menjawab pertanyaan mengenai obat merupakan kegitaan rutin suatu pelayanan
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
4
Universitas Indonesia
informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapat disampaikan secara melalui telepon,
tatap muka atau tertulis.
Gambar 2.1. ALUR MENJAWAB PERTANYAAN
PELAYANAN INFORMASI OBAT
Dengan demikian kegiatan yang dilakukan secara keseluruhan meliputi:
menjawab pertanyaan; menerbitkan bulletin; membantu unit lain dalam mendapatkan
informasi obat; menyiapkan materi untuk brosur informasi obat, mendukung kegiatan
Komite Farmasi dan Terapi dalam merevisi dan menyusun formularium.
PENANYA
PIO
ISI FORMULIR KLASIFIKASI • PENANYA • PERTANYAAN
INFORMASI LATAR BELAKANG
KUMPUL DATA & EVALUASI DATA
FORMULIR JAWABAN
KOMUNIKASI
DOKUMENTASI
UMPAN BALIK
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
5
Universitas Indonesia
2.1.3.2 Pendidikan
Kegiatan pendidikan oleh suatu pelayanan informasi obat dapat bervariasi dan
disesuaikan dengan masing-masing rumah sakit antara lain, memberikan dan
mengkoordinasikan program pendidikan berkelanjutan bagi apoteker, asisten
apoteker, perawat, mahasiswa, atau profesi kesehatan lainnya; menyajikan informasi
terbaru mengenai obat dan atau penggunaan obat dalam bentuk seminar, simposium
dan lain-lain; membimbing dan mengajar apoteker magang/ mahasiswa yang sedang
praktek kerja lapangan mengenai keterampilan dalam pelayanan informasi obat;
program pendidikan ini dapat dilakukan di dalam atau di luar rumah sakit dengan
memberikan kuliah atau mempublikasikan topik-topik yang berhubungan dengan
pelayanan informasi obat.
2.1.3.3 Penelitian
Kegiatan penelitian yang dapat dilakukan dalam pelayanan informasi obat
antara lain: melakukan penelitian evaluasi penggunaan obat; melakukan penelitian
penggunaan obat baru; melakukan penelitian lain yang berkaitan dengan penggunaan
obat, baik secara mandiri atau bekerja sama dengan pihak lain; melakukan kegiatan
program jaminan mutu.
2.1.4 Sasaran Informasi Obat
Kegiatan pelayanan informasi obat diadakan dengan sasaran meliputi pasien
atau keluarga pasien; tenaga kesehatan yaitu dokter, dokter gigi, apoteker, perawat,
bidan, asisten apoteker, dan lain-lain; pihak lain yaitu manajemen, tim/ kepanitiaan
klinik, dan lain-lain.
2.1.5 Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana
Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalankan pelayanan informasi
obat meliputi apoteker, asisten apoteker dan staf kefarmasian lainnya. Persyaratan
sumber daya manusia antara lain, mempunyai kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dengan mengikuti pendidikan pelatihan yang
berkelanjutan; menunjukkan kompetensi profesional dalam penelusuran,
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
6
Universitas Indonesia
penyeleksian, dan evaluasi sumber informasi; mengetahui tentang fasilitas
perpustakaan di dalam dan di luar rumah sakit, metodologi pengunaan data
elektronik; memiliki latar belakang pengetahuan tentang terapi obat; memiliki
kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
Sarana dan prasarana pelayanan informasi obat disesuaikan dengan kondisi
rumah sakit. Jenis dan jumlah perlengkapan bervariasi tergantung ketersediaan dan
perkiraan kebutuhan akan perlengkapan dalam pelaksanaan pelayanan informasi obat.
Sarana ideal untuk pelayanan informasi obat antara lain: ruang kantor; ruang rapat;
perpustakaan; komputer; faximili dan telepon; jaringan internet; in house data base
dan lain-lain
2.1.6 Pustaka Sumber Informasi
Pustaka ilmiah, internet, brosur-brosur obat dan lembaga-lembaga kesehatan
seperti BPOM, Departemen Kesehatan merupakan sumber informasi. Semua sumber
informasi yang digunakan diusahakan terbaru dan disesuaikan dengan tingkat dan
tipe pelayanan. Pustaka ilmiah digolongkan dalam tiga kategori yaitu pustaka primer,
pustaka sekunder, dan pustaka tersier.
Pustaka primer berupa artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti,
informasi yang terdapat di dalamnya berupa laporan hasil penelitian, laporan khusus,
studi evaluatif, atau laporan deskriptif yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Contoh
pustaka primer : Journal of the American Medical Association; British Medical
Journal.
Pustaka sekunder berupa indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari
berbagai macam artikel jurnal. Contoh sumber informasi sekunder: Medline, yang
berisi abstrak tentang terapi obat; International Pharmaceutical Abstract, yang berisi
abstrak penelitian kefarmasian.
Pustaka tersier berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia atau
pedoman praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi materi
yang umum, lengkap dan mudah dipahami. Contoh pustaka tersier: Extra
Pharmacopoea Martindale; Farmakope Indonesia; Handbook of Injectable Drugs.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
7
Universitas Indonesia
Alur penggunaan pustaka yaitu dengan menggunakan pustaka tersier lebih dulu
setelah itu meningkat ke pustaka sekunder kemudian pustaka primer.
2.1.7 Dokumentasi
Pendokumentasian sangat penting karena dapat membantu menelusuri kembali
data informasi yang dibutuhkan dalam waktu yang relatif lebih singkat. Manfaat
dokumentasi antara lain: mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang
diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan lengkap; sumber informasi apabila
ada pertanyan serupa; catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya;
media pelatihan tenaga farmasi; basis data penelitian, analisis, evaluasi dan
prencanaan layanan; bahan audit dalam melaksanakan Quality Assurance dari
pelayanan informasi obat.
2.1.8 Evaluasi Kegiatan
Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan informasi obat di rumah sakit, harus
dilakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan secara berkala. Evaluasi ini digunakan
untuk menilai/ mengukur keberhasilan pelayanan informasi obat itu sendiri dengan
cara membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan
pelayanan informasi obat.
Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan dengan mengumpulkan data dari awal
dan mendokumentasiakn pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, serta jawaban dan
pelayanan yang diberikan kemudian dibuat laporan tahunan. Laporan ini dievaluasi
dan berguna untuk memberikan masukan kepada pimpinan dalam membuat kebijakan
di waktu mendatang.
Indikator, diperlukan untuk mengukur tingkat keberhasilan. Indikator itu
bersifat valid dan dapat diukur. Indikator keberhasilan pelayanan informasi obat
mengarah kepada pencapaian penggunaan obat secara rasional di rumah sakit.
Indikator yang dapat digunakan antara lain: meningkatnya jumlah pertanyaan yang
diajukan; menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab; meningkatnya
kualitas pelayanan; meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan (leaflet, brosur,
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
8
Universitas Indonesia
buletin); meningkatnya pertanyaan berdasar jenis pertanyaan dan tingkat kesulitan;
menurunnya keluhan atas pelayanan.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
9
BAB 3 GAMBARAN UMUM PELAYANAN INFORMASI OBAT DI
RSAL Dr.MINTOHARDJO
3.1 Kegiatan Pelayanan Informasi Obat
Ruang pelayanan informasi obat (PIO) di RSAL Dr. Mintohardjo terletak di
sebelah Apotek Dinas dan memiliki ruang tunggu dan dua ruangan apoteker.
Kegiatan PIO di RSAL Dr. Mintohardjo meliputi pelayanan aktif, pelayanan
pasif, konseling pasien rawat jalan, dokumentasi dan evaluasi.
Pemberian informasi obat, dilakukan secara aktif dan pasif. Pemberian informasi
obat aktif merupakan pelayanan pemberian informasi yang dilakukan dengan cara
membuat seminar untuk staf kesehatan di lingkungan rumah sakit misalnya, perawat,
dokter, dan tenaga medis lainnya. Pemberian informasi obat pasif merupakan
pelayanan informasi obat yang dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan yang
diajukan.
Pada kegiatan menjawab pertanyaan mula-mula pertanyaan yang diterima dicatat
dalam Form Pelayanan Informasi Obat kemudian pertanyaan dikelompokkan sesuai
kelompok yang ada yaitu farmasetika, farmakokinetika, farmakoterapi, dan lain-lain.
Pencarian jawaban tahap pertama dalam in house data base dengan menggunakan
katalog. Bila tidak ditemukan pencarian dilanjutkan ke pustaka. Hasil pencarian
jawaban dikumpulkan dan dianalisa. Kemudian jawaban pertanyaan ditulis ke dalam
form dan kelengkapan form diisi. Jawaban bisa disampaikan secara lisan, pertelepon
atau tertulis. Waktu penyampaian jawaban dicatat dan dilakukan umpan balik kepada
penanya.
Konseling berkelanjutan pasien rawat jalan merupakan kegiataan pemantauan
kepatuhan penggunaan obat pasien rawat jalan. Kriteria pasien yang mendapatkan
konseling adalah pasien yang menderita penyakit kronis yang memerlukan
penggunaan obat secara kontinu sehingga kepatuhan penggunaan obat oleh pasien
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
perlu dipa
pasien den
Doku
memudahk
kembali.
perkemban
3.2 Data E
Triwu
Tabel 3.2a
NO
1 Do2 Do3 Per4 Pen5 Ap6 La To
Gambar 3
0204060
Pr
atau terus-m
ngan kebutu
mentasi di
kan dalam
Kegiatan
ngan dan ke
Evaluasi P
ulan IV Tah
a Database
PROF
okter okter gigi rawat nderita
poteker ain – lain
otal
3.2a Grafi
rosentasi
menerus aga
uhan khusus
ilakukan u
pencarian r
evaluasi
eberhasilan
elayanan I
hun 2009
e Penanya P
FESI
k Prosenta
Penanya P
ar tercapai
s lainnya.
untuk mem
referensi ap
pelaksanaa
PIO di ling
nformasi O
PIO
JUML
ase Penanya
PIO
efek terapi
mperkaya in
pabila ada p
an PIO d
gkungan rum
Obat di RS
LAH KORE
0 0 1 4 1118
34
a PIO
U
yang diing
n house d
pertanyaan y
dilakukan
mah sakit.
SAL Dr. Mi
ESPONDEN
Universitas I
ginkan serta
data base
yang sama
untuk me
intohardjo
N PROS
135
10
Indonesia
a pasien-
sehingga
diajukan
engetahui
Periode
SENTASE (%) 0 0
2.94 11.76 32.35 52.94
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
11
Universitas Indonesia
Tablel 3.2b Materi Pertanyaan PIO
NO KLASIFIKASI PERTANYAAN JUMLAH
PERTANYAAN
PROSENTASE
(%)
1 Reaksi obat yang merugikan 9 13,24
2 Ketersediaan 1 1,47
3 Ketersatukan/stabilitas kimia 0 0,00
4 Farmasetik/kelarutan,dll 0 0,00
5 Peracikan/ formulasi 4 5,88
6 Interaksi obat 7 10,29
7 Obat-penyakit, obat-makanan 5 7,35
8 Obat pilihan/terapetik/farmakologi 9 13,24
9 Metode pemberian 10 14,71
10 Farmakodinamik 1 1,47
11 Farmakokinetik 3 4,41
12 Kehamilan/menyusui/teratogenisitas 6 8,82
13 Keracunan/toksikologi 2 2,94
14 Bahan obat asing dan obat bebas
(obat yang ditelti, vitamin, tanaman,
zat kimia)
4 5,88
15 Lain-lain 7 10,29
Total 68
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
Gambar 3
Tabel 3.2c
NO PA
1 Per
a. <
b. 5
c. 1
d. >
Tot
3.2b Grafik
c Penyamp
0,002,004,006,008,00
10,0012,0014,0016,00
Pros
ARAMETER
rsiapan jawa
< 5 menit
5-15 menit
15-60 menit
> 60 menit
tal
k Prosentas
paian Jawa
sentase
R
aban
t
se Materi P
ban PIO
Materi
JUMLAH
3
14
4
7
28
Pertanyaan
Pertan
PROSEN
(%)
10,7
50,00
14,29
25,00
U
n PI
yaan PI
TASE
)
1
0
9
0
Universitas I
O
12
Indonesia
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
(Lanjutan)
2 Peb
3 Cajaw
b
Gambar 3
Gambar 3
0,0020,0040,0060,00
P
0,00
50,00
100,00
)
nyampaian b. 15-60 mec. 1-4 jam d. 4-24 jame. > 1 hari Total
ara penyampwaban a. Lisan b. Pertelepoc. Tertulis Total
3.2c Grafik
3.2d Grafik
a. < 5 menit
b
ProsentaJa
a. 15‐60 menit
b.ja
PPenyam
jawaban enit
paian
on
k Prosentas
k Prosentas
b. 5‐15 menit
c. 1m
ase Persawaban
1‐4 am
c. 4‐24 jam
Prosentmpaian
24 0 2 1
27
14 2
13
29
se Persiapa
se Penyamp
15‐60 menit
d. > me
siapan
d. > 1 hari
To
tase Jawaba
88.80.07.43.7
48.26.9
44.8
an Jawaban
paian Jawa
60 nit
otal
an
U
89 0 1 0
28 0
83
n
aban
Universitas I
13
Indonesia
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
Gambar
0,00
20,00
40,00
60,00
P
3.2e Grafi
a. Lisan
ProsePenyam
ik Prosenta
b. Pertele
entase Cpaian Ja
ase Cara Pe
pon c. Ter
Cara awaban
enyampaian
rtulis
n
U
n Jawaban
Universitas I
n
14
Indonesia
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
15
BAB 4 PEMBAHASAN
Pelayanan Informasi Obat di RSAL Dr.Mintohardjo merupakan pelayanan
yang berada di bawah Sub Departemen Farmasi Klinik. Dalam pelaksanaannya, PIO
dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh tenaga ahli madya farmasi.
Pelayanan PIO mencakup dua hal yaitu pelayanan yang bersifat pasif dengan
menjawab pertanyaan yang diajukan ke PIO oleh tenaga kesehatan ataupun pasien
dan pelayanan PIO yang bersifat aktif yaitu pelayanan secara kontinu memberikan
informasi dari PIO kepada masyarakat rumah sakit tanpa menunggu adanya
pertanyaan terlebih dahulu.
Pelayanan pemberian informasi secara pasif sudah berjalan dengan baik dan
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur Pelayanan Informasi Obat di RSAL Dr.
Mintohardjo.
Pelayanan pemberian informasi secara aktif sudah dilakukan dengan cukup
baik dengan mengadakan seminar di lingkungan rumah sakit tentang informasi yang
berhubungan dengan dunia kefarmasian untuk semua tenaga kesehatan dan konseling
bagi pasien rawat jalan namun kegiatan ini belum dilakukan secara optimal. Selama
ini seminar yang dibuat diperuntukkan bagi praktisi kesehatan saja. Bagi pasien dan
masyarakat, perlu dibuat sebuah seminar khusus untuk memberikan pengetahuan
tentang obat dan meningkatkan ketaatan penggunaan obat.
Program pembuatan brosur dan leaflet tentang informasi obat di RSAL Dr.
Mintohardjo tidak berjalan dengan baik dikarenakan kurangnya jumlah sumber daya
manusia . Brosur dapat dibaca oleh semua orang yang berada di lingkungan rumah
sakit sehingga pemberian informasi menjadi lebih luas.
Kegiatan pelatihan tentang PIO secara langsung kepada staf kefarmasian tidak
dilakukan oleh Departemen Farmasi melainkan dilakukan oleh Departemen
Pengembangan Dan Pelatihan RSAL Dr. Mintohardjo. Departemen Farmasi
memberikan pendidikan tentang PIO diberikan kepada mahasiswa yang melakukan
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
16
Universitas Indonesia
praktek kerja di RSAL Dr. Mintohardjo. Akan lebih baik bila pelatihan tentang PIO
bagi staf diberikan langsung oleh Departemen Farmasi sehingga kinerja PIO di RSAL
Dr.Mintohardjo dapat optimal.
Kegiatan penelitian berupa program jaminan mutu, dilakukan untuk menilai
kebehasilan penyelenggaraan PIO. Menurut data Evaluasi Pelayanan Informasi Obat
triwulan IV tahun 2009, pelayanan pemberian informasi secara pasif masih belum
optimal. Menurut data orang yang bertanya (penanya), selama triwulan ini hanya ada
34 orang penanya. Tidak ada pertanyaan dari dokter maupun dokter gigi, 1 (satu)
pertanyaan diajukan oleh perawat (2,94%), penderita 4 (empat) pertanyaan (11,76%),
apoteker 11 (sebelas) pertanyaan (32,35%), dan penanya dengan latar belakang
lainnya senanyak 18 (delapan belas) pertanyaan (52,94%).
Hal ini menunjukkan bahwa PIO belum dimanfaatkan secara optimal oleh
seluruh tenaga kesehatan yang ada. Hal ini bisa disebabkan sosialisasi keberadaan
PIO di RSAL Dr. Mintohardjo belum maksimal dan tingkat kesadaran pengguna akan
informasi obat masih kurang. Dengan demikian, perlu diadakan sosialisai pelayanan
informasi obat kepada seluruh staf dan tenaga kesehatan di RSAL Dr. Mintohardjo
berupa pembuatan brosur tentang PIO beserta manfaatnya dan sosialisasi keberadaan
PIO dalam temu ilmiah.
Klasifikasi pertanyaan yang diajukan meliputi reaksi obat yang merugikan
13,24%; ketersediaan 1,47%; peracikan/ formulasi 5,88%; interaski obat 10,29%;
obat-penyakit/obat-makanan 7,35%; obat pilihan/terapetik/farmakologi 13,24%;
metode pemberian 14,71%; farmakodinamik 1,47%; farmakokinetik 4,41%;
kehamilan/ menyusui/ teratogenitas 8,82%; keracunan/toksikologi 2,94%; bahan obat
asing dan obat bebas 5,88%; lain-lain 10,29%.
Klasifikasi pertanyaan yang diajukan sangat beragam. Seorang penanya, dapat
mengajukan lebih dari satu pertanyaan setiap kali bertanya. Hal ini mengindikasikan
antusiasme penanya terhadap informasi yang jelas dan lengkap mengenai obat.
Waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan jawaban kurang dari 5 menit
10,71%; 5-15 menit 50%; 15-60 menit 14,29%; lebih dari 60 menit 25%, berarti staf
PIO masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
17
Universitas Indonesia
Dengan demikian perlu dilakukan penambahan literatur baik textbook maupun
pemasangan internet untuk mengoptimalkan kualitas pelayanan.
Waktu penyampaian jawaban 15-60 menit 88,89%; 4-24 jam 7,41%; dan lebih
dari 1 hari 3,70%. Lamanya waktu penyampaian jawaban ini tergantung pada
banyaknya pertanyaan yang diajukan dan tingkat pemahaman penanya terhadap
penjelasan yang diberikan. Penyampaian jawaban dilakukan dengan cara lisan
48,28%, pertelepon 6,90% dan tertulis 44,83%. Penyampaian secara lisan dilakukan
bila penanya dapat bertemu langsung dengan staf dan mendengarkan penjelasan yang
diberikan dan bila penanya tidak dapat bertemu langsung maka penyampaian jawaban
dapat dilakukan melalui telepon ataupun tertulis. Semua form pertanyaan PIO disertai
dengan penjelasan tertulis untuk didokumentasikan.
Untuk memperoleh data yang akurat, maka beberapa kelalaian seperti seperti
tidak mencantumkan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan
jawaban, tidak mencantumkan waktu penyampaian jawaban dan cara penyampaian
jawaban, diusahakan seminimal mungkin. Dengan demikian kegiatan evaluasi dapat
berjalan optimal.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
18
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pelayanan informasi obat yang dilakukan di RSAL Dr. Mintohardjo adalah
pelayanan pasif dan aktif. Pemberian pelayanan informasi obat secara pasif berupa
menjawab pertanyaan yang diajukan sudah dilakukan dengan baik. Pelayanan
informasi obat secara aktif yang sudah dilakukan yaitu membuat seminar bagi
praktisi kesehatan di lingkungan RSAL Dr. Mintohardjo.
Pemanfaatan pelayanan informasi obat di RSAL Dr. Mintohardjo masih
belum optimal. Kinerja staf PIO yang ada di RSAL Dr. Mintohardjo sudah cukup
baik karena tidak ada pertanyaan yang tidak dapat dijawab dan waktu yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan jawaban tidak terlalu lama.
5.2 Saran
Agar PIO di RSAL Dr. Mintohadjo dapat dimanfaatkan secara maksimal perlu
dibuat sosialisasi tentang pelayanan informasi obat berupa pembuatan brosur tentang
manfaat PIO dan keberadaannya dalam temu ilmiah.
Agar pelayanan informasi obat secara aktif lebih optimal, perlu dibuat brosur,
leaflet atau bulletin mengenai informasi terkini.
Agar kualitas pelayanan PIO di RSAL Dr. Mintohardjo dapat lebih optimal
dibutuhkan penambahan sumber daya manusia yang kompeten.
Agar staf PIO mudah mendapatkan informasi yang diperlukan perlu diadakan
penambahan sarana pustaka , baik dalam bentuk buku maupun pemasangan internet.
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
19
DAFTAR REFERENSI
Departemen Farmasi RSAL Dr.Mintohardjo. (2009). Standar Operasional Prosedur Pelayanan Informasi Obat. Jakarta: RSAL Dr. Mintohardjo.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Kepmenkes RI Nomor
228/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Minimal Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
-------------------------------------------------------. (2004). Keputusan Menteri
Kesehatan RI No 1197/Menkes/SK/XI/2004. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. (2004). Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Utama, Surya. (2003). Memahami Fenomena Kepuasan Pasien Rumah Sakit.
Maret 8,2010. http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3670/ 1/fkm-surya1.pdf
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.
21
Lampiran 1 LEMBAR KERJA
PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO) No. Tanggal: Waktu: Metode: Lisan/Tulisan/Telefon
1. IDENTITAS PENANYA Nama : Alamat : Telepon : Profesi :
Dokter Perawat Penderita Apoteker Lain-lain: ………
2. KLASIFIKASI INFORMASI Reaksi obat yang merugikan Metode pemberian Ketersediaan Farmakodinamik Ketersatukan/stabilitas kimia Farmakokinetik Farmasetik. Kelarutan,dll Kehamilan/menyusui/teratogenitas Peracikan/ formulasi Keracunan/Toksikologi Interaksi obat Bahan obat asing dan obat bebas (obat Obat- penyakit, obat- makanan yang diteliti,vitamin,tanaman,zat kimia) Obat pilihan/terapetik/farmakologi Lain- lain : …………..
3. PERTANYAAN
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4. JAWABAN: ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5. LITERATUR: …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
6. PENYAMPAIAN JAWABAN: a. Waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan jawaban:
{<5 menit} {5-15 menit} {15-60 menit} {>60 menit ( jam)} b. Waktu yang diperlukan untuk menyampaikan jawaban:
{15-60 menit} {1-3jam} {4-24 jam} {> 1hari ( hari)} c. Metode penyampaian jawaban : Lisan/ pertelepon/ tertulis
Lisan Pertelepon Tertulis
Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.