101
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI RSAL Dr. MINTOHARDJO TUGAS AKHIR Tiiz Luspyantrini 0706231212 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM DIPLOMA III FARMASI KEKHUSUSAN RUMAH SAKIT DEPOK JUNI 2010 Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA … · universitas indonesia laporan praktek kerja lapangan di rsal dr. mintohardjo tugas akhir tiiz luspyantrini 0706231212 fakultas matematika

  • Upload
    others

  • View
    41

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI RSAL Dr. MINTOHARDJO

TUGAS AKHIR

Tiiz Luspyantrini

0706231212

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM DIPLOMA III FARMASI KEKHUSUSAN RUMAH SAKIT

DEPOK

JUNI 2010

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI RSAL Dr. MINTOHARDJO

TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Farmasi

Tiiz Luspyantrini

0706231212

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM DIPLOMA III FARMASI KEKHUSUSAN RUMAH SAKIT

DEPOK JUNI 2010

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

 

 

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan

di RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar akademik Program Diploma III Farmasi Rumah Sakit Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Selain itu, Praktek

Kerja Lapangan di rumah sakit juga memberikan pengalaman kepada mahasiswa

mengenai rumah sakit dan segala kegiatannya khususnya kegiatan kefarmasian

sehingga mahasiswa dapat memperoleh wawasan dan bekal mengenai peran Ahli

Madya Farmasi di rumah sakit.

Penulis menyadari bahwa Praktek Kerja Lapangan ini tidak dapat terlaksana

dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.Dengan demikian pada

kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Kapten Dadang Mulya Santosa, S.Si., Apt selaku Pembimbing PKL yang

telah menyediakan waktu, perhatian dan kesabarannya dalam membimbing

selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

2. Ibu Dra. Sri Suwardani, M.Si., Apt selaku Pembimbing Farmasi Klinis yang

dengan sepenuh hati dalam membimbing dan memberikan pengetahuan tentang

Farmasi Klinis.

3. Bapak Kolonel Laut (K) Drs. Ruswanto, MM., Apt selaku Kepala Departemen

Farmasi RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat yang telah membantu dalam

pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.

4. Ibu Dra. Juheini Amin, MSi. selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapangan

Program Diploma III Farmasi Rumah Sakit Fakultas Matematika dan Ilmu

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

 

vi

Pengetahuan Alam Universitas Indonesia yang telah mamberikan arahan serta

dorongan kepada penulis.

5. Ibu Dra. Azizahwati, M.Si., Apt selaku Ketua Program Diploma III Farmasi

Rumah Sakit Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Indonesia.

6. Ibu Dra. Yahdiana Harahap, M.Si.,Apt selaku Ketua Departemen Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

7. Ibu Dr. Katrin,Apt.,MS.selaku Pembimbing Akademis yang telah banyak

memberikan nasehat-nasehat dan bimbingannya.

8. Orangtua, saudara dan sahabat-sahabat penulis tercinta yang selalu memberikan

semangat dan doa yang diberikan kepada penulis.

9. Seluruh staf RSAL Dr. Minthohardjo yang telah membantu melancarkan kegiatan

penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

10. Seluruh staf akademis Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

11. Teman-teman Mahasiswa Program Diploma III Farmasi Rumah Sakit Angkatan

2007 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan dan

dukungan yang diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama

pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.

Dengan segala kerendahan hati, disadari sepenuhnya bahwa Laporan Praktek

Kerja Lapangan ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan

dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik

dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan Praktek Kerja

Lapangan ini dapat bermanfaat bagi RSAL Dr. Mintohardjo, Almamater dan

mahasiswa seprofesi serta sejawat.

Jakarta, Juni 2010

Penulis

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………... ii HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………... iii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….……… iv KATA PENGANTAR…………………………………………….……… v DAFTAR ISI……………………………………………………………... vii DAFTAR GAMBAR…………………………………………….……….. viii DAFTAR RUMUS……………………………………………………….. ix DAFTAR TABEL………………………………………………………... x DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………... xi BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang……………………………………………….. 1 1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan….. 2 1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan……………………………... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………... 3 2.1 Rumah Sakit………………………………………………… 3 2.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit……………………………... 10 BAB 3 GAMBARAN UMUM RSAL Dr. MINTOHARDJO…. 20 3.1 Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo……………… 20 3.2 Departemen Farmasi………………………………………... 26 BAB 4 PEMBAHASAN………………………………………………… 37 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… 41 5.1 Kesimpulan………………………………………………….. 41 5.2 Saran…………………………………………………………. 41 DAFTAR REFERENSI………………………………………………….. 43

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Minimal Instalasi Farmasi Rumah Sakit …………………………..………

13

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

ix

DAFTAR RUMUS

Rumus 3.1 Bed Occupancy Rate (BOR) ........................................................... 22 Rumus 3.2 Turn Over Interval (TOI) ................................................................. 22 Rumus 3.3 Length Of Stay (LOS) ..................................................................... 22 Rumus 3.4 Bed Turn Over (BTO) ..................................................................... 22

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Personil RSAL Dr. Mintohardjo ............................................. 21 Tabel 3.2 Kinerja Efisiensi RSAL Dr. Mintohardjo .......................................... 23

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo ........................... 45 Lampiran 2 Denah Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo ............................... 46 Lampiran 3 Daftar Singkatan ............................................................................. 47 Lampiran 4 Struktur Jabatan Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo .............. 49 Lampiran 5 Struktur Jabatan Depfar Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo ... 50 Lampiran 6 Denah Departemen Farmasi .......................................................... 51 Lampiran 7 Denah Gudang Departemen Farmasi ............................................. 52 Lampiran 8 Denah Apotek Dinas ...................................................................... 53 Lampiran 9 Alur Pelayanan Resep di Apotek Dinas ........................................ 54 Lampiran 10 Denah Apotek Yanmasum ........................................................... 56 Lampiran 11 Alur Resep di Apotek Yanmasum ............................................... 57 Lampiran 12 Denah Apotek ASKES ................................................................ 58 Lampiran 13 Alur Pelayanan Resep di Apotek ASKES ................................... 59 Lampiran 14 Kartu Persediaan Meja ................................................................. 60 Lampiran 15 Kartu Lokasi Persediaan ............................................................... 61 Lampiran 16 Insenerasi Limbah Padat Medis ................................................... 62 Lampiran 17 Sistem Unit IPAL ........................................................................ 63

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

 

 

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan UU Nomor. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik

secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk

hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Setiap masyarakat mempunyai hak

yang sama untuk memperoleh derajat kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap

kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit

(preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat (Azwar,1996). Pengertian

pelayanan kesehatan lainnya, dikemukakan oleh Gani (1995) bahwa pelayanan

kesehatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berupa tindakan penyembuhan,

pencegahan, pengobatan, dan pemulihan fungsi organ tubuh seperti sedia kala.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 tahun 2002, rumah sakit

sebagai satu diantara sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan

derajat kesehatan masyarakat, dengan demikian rumah sakit dituntut untuk

memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan

dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan satu diantara kegiatan di rumah

sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas

dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/XI/2004 tentang

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

 

 

Universitas Indonesia

Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyatakan pelayanan farmasi rumah sakit

adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit

yang utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,

termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Perubahan paradigma dalam pelayanan kefarmasian yang semula drug

oriented menjadi patient oriented membuat praktisi farmasi berlomba-lomba untuk

meningkatkan dan memperbaiki pelayanan kefarmasian bukan hanya untuk

mendapatkan keuntungan semata namun lebih untuk memberikan manfaat yang

optimal bagi pasien.

Pelayanan kefarmasian akan berjalan baik bila didukung oleh SDM yang

berkualitas dan potensial. Mengingat besarnya tangggung jawab farmasis, maka

pendidikan kefarmasian bagi calon Ahli Madya Farmasi sangat diperlukan dalam

melaksanakan kegiatan kefarmasian. Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit TNI

Angkatan Laut Dr. Mintohardjo merupakan kegiatan akademis, yang dimaksudkan

menjadi sarana pembelajaran bagi calon Ahli Madya Farmasi agar menjadi tenaga

ahli yang terampil dan profesional.

1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan dilakukan selama dua bulan, mulai tanggal 1 Febuari

2010 sampai dengan tanggal 26 Maret 2010 di RSAL Dr. Mintohardjo, Jl. Bendungan

Hilir No.17 Jakarta Pusat.

1.3 Tujuan

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan dengan tujuan, yaitu memahami

kegiatan kefarmasian yang dilakukan oleh rumah sakit; membandingkan teori

pelayanan yang didapatkan dalam perkuliahan dengan praktek nyata di rumah sakit;

mendapatkan pengalaman langsung tentang pelayanan kefarmasian di rumah sakit;

meningkatkan kemampuan dalam memberikan komunikasi, informasi, edukasi

tentang penggunaan obat kepada pasien.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

  

 3   

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical Care:

“The Hospital is an integral part of social and medical organization, the function

of which is to provide for the population complete health care, both curative and

preventive and whose outpatient service reach out to the family and its home

environment; the hospital is also a centre for the training of health workers and

for biosocial research”, yang dalam Bahasa Indonesia berarti suatu bagian

menyeluruh dari organisasi dan medis yang berfungsi menyediakan pelayanan

kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif. Output

layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, disamping itu rumah

sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta penelitian biososial.

Rumah Sakit berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit Bab 1 Pasal 1 adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.159/B/Menkes/PER/II/1998, Rumah Sakit merupakan sarana upaya kesehatan

yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta di manfaatkan untuk

pendidikan kesehatan dan penelitian.

Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan

personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik

modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk

pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004,

p.7).

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

4  

Universitas Indonesia  

2.1.2 Tugas Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 Bab

III Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan

kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

2.1.3 Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 Bab

III Pasal 5, untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,

Rumah Sakit memiliki fungsi, antara lain penyelenggaraan pelayanan pengobatan

dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan

yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; penyelenggaraan

penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam

rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu

pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

983/Menkes/SK/IX/1992, pola organisasi rumah sakit pemerintah tergantung pada

besarnya rumah sakit. Rumah Sakit dipimpin oleh seorang direktur dan

membawahi satu sampai empat wakil direktur. Wakil direktur pada umumnya

terdiri atas wakil direktur pelayanan medik, penunjang medik, keperawatan,

keuangan dan administrasi. Staf Medik Fungsional (SMF) berada dibawah

koordinasi komite medik. SMF terdiri atas dokter umum, dokter gigi dan dokter

spesialis yang ada di suatu rumah sakit.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

5  

Universitas Indonesia  

2.1.5 Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Pasal 12, Rumah Sakit

harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis, tenaga penunjang medis,

tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen farmasi rumah sakit,

dan tenaga non-kesehatan. Tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit terdiri dari

tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi; tenaga keperawatan yang

meliputi perawat dan bidan; tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker, analisis

farmasi dan asisten apoteker; tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi

epidemiolog kesehatan, entomologi kesehatan, mikrobiolog kesehatan,

administrator kesehatan dan sanitarian; tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan

dietisien; tenaga keterapian fisik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan

terapis wicara; tenaga keteknisian medis yang meliputi radiographer, radioterapis,

teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis potisien, otorik

prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.

2.1.6 Fasilitas dan Peralatan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1197/MENKES/SK/X/2004

fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan

perundang-undangan kefarmasian yang berlaku, antara lain lokasi harus menyatu

dengan sistem pelayanan rumah sakit; terpenuhinya luas yang cukup untuk

penyelenggaraan manajemen; pelayanan langsung pada pasien; dispensing serta

ada penanganan limbah; dipisahkan juga antara jalur steril bersih dan daerah abu-

abu; bebas kontaminasi dan persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan,

kelembaban, tekanan dan keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat.

Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk

perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun sediaan cair

untuk pemakaian luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada

pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan

tertentu setiap tahun. Peralatan minimal yang tersedia di IFRS, antara lain

peralatan untuk penyimpanan; peracikan dan pembuatan obat baik non steril

maupun aseptik; peralatan kantor untuk administrasi dan arsip; kepustakaan yang

memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat; lemari penyimpanan

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

6  

Universitas Indonesia  

khusus untuk narkotika; lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil,

penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik serta

alarm.

2.1.7 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Bab VI pasal 18, Rumah

Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya, yaitu:

2.1.7.1 Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan

a. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang

dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum, antara lain Rumah Sakit

Umum Kelas A merupakan Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medis spesialitis luas dan subspesialitis luas; Rumah Sakit

Umum Kelas B merupakan Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialitis dan subspesialitis

terbatas; Rumah Sakit Umum Kelas C merupakan Rumah Sakit Umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialitis dasar; Rumah

Sakit Umum Kelas D merupakan Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medis dasar.

b. Rumah Sakit Khusus

Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau

satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ

tubuh, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus,

Antara Lain Rumah Sakit Khusus Kelas A; Rumah Sakit Khusus Kelas B; Rumah

Sakit Khusus Kelas C.

2.1.7.2 Berdasarkan pengelolaanya

a. Rumah Sakit Publik

Dikelola oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah, diselenggarakan

berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum Daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan tidak dapat dialihkan menjadi

rumah sakit privat.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

7  

Universitas Indonesia  

b. Rumah Sakit Privat

Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan

Terbatas (Persero).

2.1.7.3 Berdasarkan Afiliasi Pendidikan

a. Rumah Sakit Pendidikan

Rumah sakit yang telah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit

pendidikan dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan. Rumah sakit ini,

menyelenggarakan program pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam

bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan dan

pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

b. Rumah Sakit Non-Pendidikan

Merupakan rumah sakit yang tidak menyelenggarakan program pendidikan

dan penelitian.

2.1.7.4 Klasifikasi Rumah Sakit Tentara Nasional Indonesia (TNI)

a. Rumah Sakit Tingkat I

Dikepalai oleh seorang Jenderal Bintang I/Laksamana Pertama untuk TNI

Angkatan Laut. Rumah sakit ini mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medis spesialistis dan subspesialistis yang lengkap. Contohnya RSAL Dr.

Ramelan di Surabaya, RSPAD Gatot Soebroto di Jakarta dan RSAU di Malang.

b. Rumah Sakit Tingkat II

Dikepalai oleh seorang Kolonel. Rumah sakit ini mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medis spesialistik dan subspesialistik yang tidak selengkap

rumah sakit tingkat I. Contohnya RSAL Dr. Mintohardjo di Jakarta, RS Ridwan di

Jakarta, RS Yudhistira di Bandung, RS Supraun di Malang, RSAD Kesdam Jaya

dan RSAU Salamun di Bandung.

c. Rumah Sakit Tingkat III

Dikepalai oleh seorang letnan Kolonel. Rumah Sakit ini mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dan subspesialistik yang

terbatas. Contohnya RSAU Yogyakarta, RSAL Marinir Cilandak, dan RSAU

Halim Jakarta.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

8  

Universitas Indonesia  

d. Rumah Sakit tingkat IV

Dikepalai oleh seorang Mayor. Rumah Sakit ini mempunyai dokter umum,

dokter spesialis dan dokter gigi. Contohnya RSAL Ambon Mataram dan RSAD

Bandung.

2.1.8 Akreditasi Rumah Sakit

2.1.8.1 Definisi Akreditasi

Pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena telah

memenuhi standar pelayanan yang telah ditentukan.

2.1.8.2 Tujuan Akreditasi

a. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran seberapa jauh rumah sakit di Indonesia telah

memenuhi berbagai standar yang telah ditentukan, dengan demikian mutu

pelayanan rumah sakit dapat dipertanggungjawabkan.

b. Tujuan Khusus

Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah

mencapai tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang ditetapkan;

memberikan jaminan kepada petugas rumah sakit bahwa semua fasilitas tenaga

dan lingkungan yang diperlukan tersedia, sehingga dapat mendukung upaya

penyembuhan dan pengobatan pasien dengan sebaik-baiknya; memberikan

jaminan dan kepuasan kepada customer dan masyarakat bahwa pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit diselenggarakan sebaik mungkin.

2.1.8.3 Manfaat Akreditasi

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai forum komunikasi dan konsultasi antara rumah sakit dengan

badan akreditasi; adanya self evaluation, yaitu rumah sakit dapat mengetahui

pelayanan yang masih berada dibawah standar dan melakukan peningkatan;

penting untuk penerimaan pegawai untuk mengatasi turn over staf rumah sakit

(tenaga medis, paramedis non medis); sebagai alat negosiasi dengan perusahaan

asuransi; alat pemasaran pada masyarakat; untuk meningkatkan citra rumah sakit

dan kepercayaan masyarakat atas rumah sakit; dapat menggunakan untuk

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

9  

Universitas Indonesia  

kepentingan pengajuan anggaran dan perencanaan atau pengembangan rumah

sakit dengan mengetahui kekurangan yang ada rumah sakit.

b. Bagi Pemerintah

Sebagai suatu pendekatan untuk membudayakan dan konsep mutu

pelayanan rumah sakit melalui pembinaan terarah dan berkesinambungan;

gambaran keadaan perumahsakitan di Indonesia dalam pemenuhan standar yang

ditentukan sebagai bahan masukan untuk masa yang akan datang.

c. Bagi Perusahaan Asuransi

Untuk negosiasi klaim asuransi kesehatan dengan rumah sakit dan

mendapat gambaran rumah sakit yang dapat dijadikan mitra kerja.

d. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat memilih rumah sakit yang telah dianggap baik

pelayanannya dan masyarakat merasa lebih aman mendapat pelayanan rumah

sakit yang telah diakreditasi.

e. Bagi Pemilik

Memiliki rasa bangga bila rumah sakitnya telah diakreditas dan pemilik dapat

menilai efisiensi dan efektifitas layanan yang dilakukan oleh manajemen dan seluruh

tenaga yang ada.

f. Bagi Pegawai

Pegawai akan merasa aman bila bekerja pada rumah sakit yang telah

diakreditasi; bila nilainya baik pegawai akan mendapat imbalan (materi/non

materi); self acsessment yaitu menambah kesadaran akan pentingnya pemenuhan

standard an peningkatan mutu sehingga pegawai termotivasi untuk bekerja lebih

baik.

2.1.8.4 Tahapan Akreditasi

Tahap 1 mencakup pelayanan dasar yaitu administrasi dan manajemen;

pelayanan medis; pelayanan gawat darurat; pelayanan keperawatan; rekam medis.

Tahap 2 mencakup pelayanan penunjang yaitu kamar operasi; pelayanan perinatal

resiko tinggi; pelayanan radiologi; pelayanan laboratorium; pelayanan farmasi;

pengendalian infeksi di rumah sakit; keselamatan kerja, kebakaran dan

kewaspadaan bencana. Tahap 3 mencakup pelayanan anastesi dan reaminasi;

pelayanan rehabilitasi medis; pelayanan gizi; pelayanan intensif; pelayanan

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

10  

Universitas Indonesia  

sterilisasi sentral; pemeliharaan sarana dan pelayanan lain seperti askes, bank

donor dan perpustakaan.

2.1.8.5 Keputusan Akreditasi

a. Tidak dapat diakreditasi

Bila rumah sakit dianggap belum mampu memenuhi standar yang

ditetapkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (skor kurang dari 65%).

b. Akreditasi bersyarat

Bila rumah sakit telah memenuhi kriteria minimal yang ditetapkan oleh

Komisi Akreditasi Rumah Sakit tetapi belum cukup untuk memenuhi syarat

akreditasi penuh (skor minimal 65% dan setiap bidang pelayanan tidak

mempunyai nilai kurang 60%). Akreditasi ini berlaku dalam satu tahun dan dalam

satu tahun tersebut harus mengajukan akreditasi lagi untuk mendapatkan

akreditasi penuh.

c. Akreditasi penuh

Bila rumah sakit telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh

komisi Akreditasi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya (total skor minimal

75% dan masing-masing bidang pelayanan skor tidak ada yang kurang dari 60 %).

Setelah masa tiga tahun rumah sakit dapat mengajukan akreditasi lagi yaitu tiga

bulan sebelum masa berlaku status akreditasi berakhir.

d. Akreditasi Istimewa

Bila rumah sakit telah memenuhi standar secara penuh selama tiga periode

berturut-turut akan mendapatkan status akreditasi istimewa untuk masa lima

tahun.

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

2.2.1 Definisi IFRS

Suatu unit atau bagian di rumah sakit, tempat atau fasilitas penyelenggaran

semua fungsi pekerjaan kefarmasian yang mengelola semua aspek obat mulai dari

produksi, pengembangan, pelayanan farmasi untuk semua individu pasien,

profesional kesehatan dan program rumah sakit disebut sebagai Instalasi Farmasi

Rumah Sakit (Siregar dan Amalia, 2004, p.25).

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

11  

Universitas Indonesia  

2.2.2 Tujuan IFRS

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004, tujuan IFRS adalah untuk melangsungkan pelayanan

farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun keadaan gawat darurat

sesuai dengan keadaan pasien dan fasilitas yang tersedia; menyelenggarakan

kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik

profesi; melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai obat;

menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;

melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi

pelayanan; mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telah dan

evaluasi pelayanan; mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan

metode.

2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi IFRS

2.2.3.1 Tugas Pokok

Instalasi Farmasi Rumah Sakit memiliki beberapa tugas pokok, antara lain

melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal; menyelenggarakan kegiatan

pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi;

melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE); memberi pelayanan

yang bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan

farmasi; melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi; mengadakan

penelitian dan pengembangan di bidang farmasi; memfasilitasi dan mendorong

tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit (Kepmenkes RI No

1197/MENKES/SK/X/2004, p.6 ).

2.2.3.2 Fungsi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit juga memiliki fungsi, antara lain

pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat

dan alat kesehatan.

Pengelolaan Perbekalan Farnasi memiliki bagian-bagian fungsi, antara lain

memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit;

merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal; mengadakan

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

12  

Universitas Indonesia  

perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai

ketentuan yang berlaku; memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit; menerima perbekalan farmasi

sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku; menyimpan perbekalan

farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian; mendistribusikan

perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan yang

juga memiliki bagian-bagian fungsi sendiri, meliputi mengkaji instruksi

pengobatan atau resep pasien; mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan

penggunaan obat dan alat kesehatan; mencegah dan mengatasi masalah yang

berkaitan dengan obat dan alat kesehatan; memantau efektifitas dan keamanan

penggunaan obat dan alat kesehatan; memberikan informasi kepada petugas

kesehatan, pasien atau keluarga; memberi konseling kepada pasien/keluarga;

melakukan pencampuran obat suntik; melakukan penyiapan nutrisi parenteral;

melakukan penanganan obat kanker; melakukan penentuan kadar obat dalam

darah; melakukan pencatatan setiap kegiatan; melaporkan setiap kegiatan.

(Kepmenkes RI No 1197/MENKES/SK/X/2004, p.6-7 ).

2.2.4 Organisasi IFRS

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004, struktur minimal organisasi IFRS memiliki kepala

IFRS, bagian administrasi, bagian pengelolaan perbekalan, bagian farmasi klinik

dan bagian manajemen mutu. Struktur ini bersifat dinamis dan harus disesuaikan

dengan situasi serta kondisi rumah sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dipimpin

oleh Apoteker. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker,

yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.

Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja. Pada

pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D-3) dan

Tenaga Menengah Farmasi (AA).

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

13  

Universitas Indonesia  

Gambar 2.1 Contoh Struktur Organisasi minimal Instalasi

Farmasi Rumah Sakit

2.2.5 Sumber Daya Manusia IFRS

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004, Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah

sumber daya manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang

termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan persyaratan, antara lain

terdaftar di Departeman Kesehatan; terdaftar di Asosiasi Profesi; mempunyai izin

kerja dan mempunyai SK penempatan.

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi

profesional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan

baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan

jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap

keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan

Kepala IFRS

Administrasi IFRS

Pelayanan Farmasi Klinik Manajemen Mutu Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

14  

Universitas Indonesia  

pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan

keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit.

Adapun jenis ketenagaan yang dibutuhkan di IFRS berdasarkan

Kepmenkes RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, antara lain untuk pekerjaan

kefarmasian dibutuhkan tenaga apoteker, sarjana farmasi, asisten apoteker (AMF,

SMF); untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga administrasi, operator

komputer atau teknisi yang memahami kefarmasian dan pembantu pelaksana.

Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik, dalam penentuan

kebutuhan tenaga harus dipertimbangkan kualifikasi pendidikan disesuaikan

dengan jenis pelayanan/tugas fungsi, penambahan pengetahuan disesuaikan

dengan tanggung jawab dan peningkatan keterampilan disesuaikan dengan tugas.

2.2.6 Ruang Lingkup IFRS

Ruang lingkup IFRS digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu lingkup fungsi

farmasi non klinik dan klinik. Lingkup fungsi farmasi non klinik meliputi

perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan pemasok, pengadaan, pembelian,

produksi, penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi dan

pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah

sakit secara keseluruhan.

Lingkup fungsi farmasi klinik mencangkup fungsi farmasi yang dilakukan

dalam program rumah sakit meliputi Pemantauan Terapi Obat (PTO), Evaluasi

Penggunaan Obat (EPO), penanganan bahan sitotostik, pelayanan di unit

perawatan kritis, pemeliharan formularium, penelitian, pengendalian infeksi di

rumah sakit, Pelayanan Informasi Obat (PIO), pemantauan dan Pelaporan Reaksi

Obat Merugikan (ROM), sistem formularium, Panitia Farmasi dan Terapi., sistem

pemantauan kesalahan obat, buletin terapi obat, program edukasi, “in service”

bagi apoteker, dokter, perawat, investigasi obat, dan Unit Gawat Darurat (Siregar

dan Amalia, 2004, p.33-35).

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

15  

Universitas Indonesia  

Selain itu, IFRS juga dapat dibedakan atas beberapa organisasi, antara lain

(Siregar dan Amarila, 2004, p.347-349):

2.2.6.1 IFRS sebagai Organisasi Produksi

Dalam hal ini ruang lingkup fungsi IFRS terutama menyediakan dan

menjamin mutu produk yang dihasilkan, serta berupaya memastikan terapi obat

yang efektif, aman dan rasional. Selain itu, IFRS juga mengadakan pengendalian

penggunaan serta sistem distribusi obat yang tanggap dan akurat bagi seluruh

pasien.

2.2.6.2 IFRS sebagai Organisasi Jasa

Dalam hal ini, suatu organisasi pelayanan dengan sistem keterampilan,

kompetensi dan fasilitas yang terorganisasi sehingga memberikan manfaat

sebesar-besarnya serta kepuasan pada konsumen (pasien dan profesional

pelayanan kesehatan).

2.2.6.3 IFRS sebagai Organisasi Pengembangan

Dalam hal ini wajib mengikuti dan menerapkan perkembangan ilmu

kedokteran, farmasi, penyakit, perawatan dalam pelayanannya di rumah sakit,

agar selalu sepadan dengan kemajuan pelayanan medis dan keperawatan.

IFRS sebagai organisasi pengembangan juga harus aktif dalam edukasi

tentang obat bagi profesional kesehatan, agar mereka dapat menyempurnakan

penulisan serta penggunaan obat yang tepat, aman dan rasional. Pendidikan

tentang obat juga merupakan kewajiban IFRS, guna meningkatkan pengertian

serta kepatuhan pasien menggunakan obatnya dengan tepat.

2.2.7 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004, pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses

yang merupakan siklus kegiatan dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan,

administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan

pelayanan.

Tujuan pengelolaan perbekalan farmasi, antara lain mengelola perbekalan

farmasi yang efektif dan efesien; menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan;

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

16  

Universitas Indonesia  

meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi; mewujudkan sistem

informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna dan melaksanakan

pengendalian mutu pelayanan.

Seleksi merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan

yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,

menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi

sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah

dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan

antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan

epidemiologi yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian yang bisa secara tender dan

secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi atau rekanan;

produksi atau pembuatan sediaan farmasi yang memproduksi steril dan non steril;

sumbangan/dropping/hibah.

Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan

kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang

telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian di rumah sakit.

Penyimpanan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyimpan

perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan, antara lain menurut

bentuk sediaan dan jenisnya; suhunya; kestabilannya; mudah tidaknya meledak

atau terbakar; tahan atau tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem FEFO

(First Expired First Out), FIFO (First In First Out) dan Alphabet.

Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi

di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat

inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi

dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

17  

Universitas Indonesia  

mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; metode

sentralisasi atau desentralisasi; sistem floor stock, resep individu, sistem dosis unit

atau kombinasi.

2.2.8 Sistem Distribusi Obat

Tatanan jaringan sarana, personil, prosedur dan jaminan mutu yang serasi,

terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat

beserta informasinya kepada penderita disebut sistem distribusi obat. Sistem ini,

digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:

2.2.8.1 Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Jalan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004, merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan

atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan (Individual Prescribing) oleh

apotek.

2.2.8.2 Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Inap

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004, merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

pasien rawat inap yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi

dengan sistem persediaan lengkap di ruangan (Floor Stock), sistem resep

perorangan (Individual Prescribing), sistem dosis unit (Unit Dose Dispensing)

dan sistem kombinasi oleh Satelit farmasi.

Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan bervariasi

dari rumah sakit ke rumah sakit, dan hal itu tergantung pada kebijakan rumah

sakit, kondisi dan keberadaan fasilitas fisik, personil dan tata ruang rumah sakit.

Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap mencakup penghantaran sediaan

obat yang telah di dispensing apotek ke tempat perawatan pasien dengan

keamanan dan ketepatan obat; ketepatan pasien; ketepatan jadwal, tanggal, waktu,

dan metode pemberian dan ketepatan tenaga kesehatan pemberi obat kepada

pasien serta keutuhan mutu obat (Siregar dan Amalia, 2004, p.121).

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

18  

Universitas Indonesia  

2.2.9 Pelayanan Farmasi Klinik

2.2.9.1 Definisi

Farmasi klinik dapat didefiniskan sebagai suatu keahlian khas ilmu

kesehatan, bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan

sesuai pada pasien, melalui penerapan pengetahuan dan berbagai fungsi

terspesialisasi pada perawatan pasien yang memerlukan pendidikan khusus

(spesialisasi) dan/atau pelatihan terstruktur tertentu. Keahlian ini mensyaratkan

penggunaan pertimbangan dalam pengumpulan dan interpretasi data pasien, serta

keterlibatan khusus pasien dan interaksi langsung antar professional. (Charles J.P.

Siregar, 2006, p.5)

2.2.8.2 Tujuan Farmasi Klinik

Tujuan utama pelayanan farmasi klinik adalah meningkatkan keuntungan

terapi obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses enggunaan

obat. Karena itu, misi farmasi klinik adalah meningkatkan dan memastikan

kerasionalan, pemanfaatan dan keamanan terapi obat. Praktisi professional lain

pun berbagi fungsi dalam melaksanakan misi ini, tetapi hal ini bukan merupakan

perhatian intensif mereka. (Charles J.P. Siregar, 2006, p.6)

2.2.8.3 Kegiatan Farmasi Klinik

Berdasarkan KepMenkes RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, kegiatan

farmasi klinik, meliputi pengkajian resep; dispensing; pemantauan dan pelaporan

efek samping obat; pelayanan informasi obat; konseling; pemantauan kadar obat

dalam darah; ronde atau visite pasien dan pengkajian penggunaan obat.

Pengkajian Resep merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang

dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan

klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap

validasi, interpretasi, menyiapkan atau meracik obat, memberikan label atau

etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai

sistem dokumentasi.

Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat merupakan kegiatan

pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

19  

Universitas Indonesia  

yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan

profilaksis, diagnosis dan terapi.

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan

oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini

kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi

dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan

penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

Pemantauan kadar obat dalam darah dengan melakukan pemeriksaan kadar

beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks

terapi yang sempit.

Ronde atau visite pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat

inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan

obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang

digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

  

 20   

BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT

Dr. MINTOHARDJO

3.1 Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo

3.1.1 Aspek Sejarah

Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo berawal dari perawatan

sementara yang merupakan Poliklinik Dinas Kesehatan Komando Daerah Maritim

Djakarta (KDMD). Pada tahun 1957 dibangun rumah sakit dengan nama Rumah

Sakit Angkatan Laut Djakarta (RSALD) dan diresmikan pada tanggal 1 Agustus

1957.

Dengan adanya pergantian pimpinan TNI-AL dan pimpinan RSALD serta

sejalan dengan berkembangnya negara Indonesia, maka rumah sakit ini pada

tanggal 15 Mei 1974 berubah namanya menjadi RSAL Dr. Mintohardjo yang

mempunyai UGD, poliklinik-poliklinik umum, spesialis dan sub spesialis serta

Kesehatan Udara Bertekanan Tinggi yang hanya satu-satunya di Jakarta.

RSAL Dr. Mintohardjo merupakan rumah sakit rujukan wilayah Indonesia

bagian barat khususnya anggota TNI-AL beserta keluarganya. Sebagai Rumah

Sakit Umum tipe B, RSAL Dr. Mintohardjo bertanggung jawab kepada Dinas

Kesehatan Angkatan Laut (DISKESAL) dan negara. Tugas utamanya adalah

melakukan pelayanan kesehatan baik anggota TNI beserta keluarganya maupun

masyarakat umum serta dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan calon dokter,

calon apoteker, calon perawat, calon ahli gizi, calon radiologi dan lain-lain.

Rumah sakit ini dilengkapi juga dengan bagian uji kesehatan (medical check up)

yang ditunjang dengan unit rawat inap dan unit penunjang lainnya.

RSAL Dr. Mintohardjo adalah Rumah Sakit TNI tingkat II yang setara

dengan Rumah Sakit Kelas B, yaitu rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medis spesialis dan sub spesialis terbatas dan digunakan

sebagai tempat pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

983/Menkes/SK/IX/1992.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

21  

Universitas Indonesia  

3.1.2 Visi, Misi dan Motto RSAL Dr. Mintohardjo

3.1.2.1 Visi

Menjadi rumah sakit rujukan TNI Angkatan Laut wilayah Barat yang

bermutu, dicintai anggota, keluarga dan masyarakat.

3.1.2.2 Misi

Membina dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia; memberikan

pelayanan kesehatan yang bermutu; memberikan dukungan kesehatan.

3.1.2.3 Motto

“Lebih Perduli dan Terpecaya”

3.1.3 Struktur Organisasi RSAL Dr. Mintohardjo

Struktur organisasi RSAL Dr. Mintohardjo tersusun atas 4 (empat) unsur,

yaitu unsur pemimpin yang terdiri dari Kepala Rumah Sakit (Karumkit), Wakil

Kepala Bidang Pembinaan (Wakabin), Wakil Kepala Bidang Medis (Wakamed);

unsur pembantu pemimpin yang terdiri dari Kelompok Ahli (Pokli); unsur staf

dan pelayanan yang terdiri dari Sekretariat (Set), Pemegang Kas (Pekas), Satuan

Markas (Satma); unsur pelaksana yang terdiri dari Departemen Kesehatan dan

Keselamatan (Kesla); Gigi dan Mulut (Gilut); Bedah; Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA); Penyakit Dalam (Kitlam); Syaraf, Jiwa dan Rehabilitasi (Saware); Kulit,

Telinga, dan Mata (Kutema); Penunjang Klinik (Janklin); Perawatan (Wat);

Farmasi (Far); Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan (Bangdiklat).

3.1.4 Jumlah Sumber Daya Manusia RSAL Dr. Mintohardjo

Jumlah SDM/personil RSAL Dr. Mintohardjo adalah 1.119 orang dengan

perincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar Personil RSAL Dr. Mintohardjo

No Profesi Militer PNS PHL Jumlah

1 Medis 51 28 5 84

2 Paremedis 118 322 98 538

3 Non-Medis 88 98 209 497

Jumlah 257 550 312 1.119

Sumber bagian personalia RSAL Dr. Mintohardjo

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

22  

Universitas Indonesia  

Keterangan: PNS ( Pegawai Negeri Sipil)

PHS (Pekerja Harian Lepas/Honorer)

3.1.5 Kinerja Efisiensi RSAL Dr. Mintohardjo menurut Barber-Johnson

Satu diantara indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja rumah

sakit adalah melalui penilaian efisiensi pengelolaan rumah sakit yang menetapkan

4 (empat) parameter dasar dalam penghitungan, yaitu:

3.1.5.1 Bed Occupancy Rate (BOR)

Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa banyak tempat tidur di

rumah sakit yang digunakan pasien dalam satu masa.

3.1.5.2 Turn Over Interval (TOI)

Indikator ini digunakan untuk menghitung waktu rata-rata suatu tempat

tidur kosong.

3.1.5.3 Length Of Stay (LOS)

Indikator ini digunakan untuk menghitung lama hari perawatan bagi 1

(satu) pasien selama 1 (satu) tahun.

 

3.1.5.4 Bed Turn Over (BTO)

Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa kali 1 (satu) tempat tidur

ditempati pasien dalam 1 (satu) tahun. Data-data pengunjung yang harus

dilengkapi dalam penghitungan tingkat efisiensi tersebut adalah rata-rata jumlah

tempat tidur per tahun; jumlah hari perawatan pasien selama 1 (satu) tahun;

jumlah pasien keluar rawat inap dalam keadaan hidup dan meninggal selama 1

(satu) tahun.

Rumus BOR = x 100% (3.1)

Rumus TOI = (3.2)

Rumus LOS =                                                         (3.3) 

Rumus BTO =       (3.4)

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

23  

Universitas Indonesia  

Tabel 3.2 Kinerja Efisiensi RSAL Dr. Mintohardjo

Periode 2006 s.d 2009

NO Uraian Nilai Ideal

Tahun (2006)

Tahun (2007)

Tahun (2008)

Tahun (2009)

1 Jumlah Tempat Tidur

255 267 267 267

2 Hari Perawatan Pasien

51.564 50.256 49.634 49.738

3 BOR (%) 75-85% 55,50 51,57 51,96 51,81 4 LOS (Hari) 6-9 5,28 5,26 5,68 5,50 5 BTO > 30 38,37 33,80 33,45 34,41 6 TOI (Hari) 1-3 4,23 5,23 5,26 5,11 7 Total Pasien Rawat

Jalan/Tahun 107.31

6 101.41

3 105.19

3 101.42

3 8 Total Pasien Keluar

Rawat Inap/Tahun 9.784 9.025 8.731 9.050

3.1.6 Fasilitas Bangunan RSAL Dr. Mintohardjo

RSAL Dr. Mintohardjo memiliki luas tanah 42.586 m2 dan memiliki luas

bangunan 36.846 m2, yang terdiri dari gedung perkantoran, gedung

poliklinik/rawat jalan, gedung rawat inap, gedung penunjang (ruang operasi,

dapur dan apotek). RSAL Dr. Mintohardjo juga memiliki luas gedung sarana

4.844 m2, yang terdiri dari pos penjagaan, gudang, bengkel, kamar mesin,

akademi perawatan Hangtuah, auditorium/gedung serba guna, wc umum, instalasi

limbah cair dan asrama/mess.

3.1.7 Fasilitas Pelayanan RSAL Dr. Mintohardjo

3.1.7.1 Pelayanan Medis

a. Pelayanan Gawat Darurat

Kegiatan ini memberikan pelayanan 24 jam dengan pelayanan medis dan

non medis secara cepat, tepat dan akurat. UGD dilayani oleh tenaga professional,

meliputi dokter umum, paramedis dengan berbagai kualifikasi kegawatdaruratan

serta dokter spesialis dan sub spesialis yang terkait dengan pelayanan UGD.

Fasilitas pelayanan UGD, meliputi emergensi 24 jam, ambulan, disaster dan

bencana, observasi, bedah minor, kasus non emergensi diluar poliklinik dan lain-

lain. Fasilitas Penunjang UGD, antara lain laboratorium, radiologi, CT Scan, bank

darah, kamar bedah, apotek dan helipad.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

24  

Universitas Indonesia  

b. Pelayanan Unit Rawat Jalan

Gedung Unit Rawat Jalan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Gedung Unit

Rawat Jalan A Lantai I dan II, menampung poliklinik bedah, poliklinik bedah

orthopedi, poliklinik bedah urologi, poliklinik bedah plastik, poliklinik anak,

poliklinik ibu dan anak, poliklinik akupunktur, poliklinik KB/kebidanan dan

penyakit kandungan, poliklinik jantung; Gedung Unit Rawat Jalan B Lantai I dan

II, menampung poliklinik penyakit dalam, poliklinik alergi, poliklinik syaraf dan

jiwa, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik mata, poliklinik THT, poliklinik paru-

paru, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik gizi, optik.

c. Pelayanan Rawat Inap

RSAL Dr. Mintohardjo memiliki kelas yang bervariasi dan ditata secara

baik sesuai dengan kebutuhan perawatan untuk melayani pasien rawat inap, mulai

kelas VVIP sampai kelas III yang dilaksanakan oleh Departemen Rawat Inap.

d. Pelayanan Rawat Intensif

Kegiatan ini diperuntukan bagi pasien yang dalam keadaan sakit parah, di

koordinir oleh dokter anestesi khusus intensif care. Pelayanan ini merupakan

intensif care unit tersier, karena mampu memberikan pelayanan tertinggi dan

tunjangan hidup dalam jangka panjang, yaitu melakukan pemantauan secara terus

menerus, menegakkan diagnosa pada keadaan kritis, memberikan bantuan alat

penunjang hidup, memberikan tunjangan renal plus pemantauan kardiovaskular,

memiliki dukungan laboratorium dan radiologi 24 jam. Kapasitas tempat tidur

perawatan intensif RSAL Dr. Mintohardjo berjumlah 10 (sepuluh) tempat tidur.

e. Pelayanan Bedah

Kegiatan ini merupakan sarana pelayanan terpadu yang meliputi tindakan

operatif berencana maupun darurat serta tindakan diagnostik. Pelayanan bedah

terdiri dari poliklinik bedah dan instalasi bedah. Instalasi bedah memiliki 6 (enam)

kamar operasi yang dilengkapi ruang persiapan operasi dan ruang pulih sadar

(recovery room) yang semuanya dilayani oleh staf berpengalaman yang terdiri

dari dokter spesialis dan sub spesialis, perawat spesialis serta tenaga non medis

bersertifikat keahlian khusus. Instalasi bedah RSAL Dr. Mintohardjo, terdiri dari

bedah umum, bedah kebidanan, bedah sayaraf, bedah mata, bedah gigi dan mulut,

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

25  

Universitas Indonesia  

bedah THT, bedah orthopedi, bedah urologi, bedah plastik dan rekonstruksi,

bedah laser, laparaskopi, anasthesi.

f. Pelayanan Kamar Bersalin

RSAL Dr. Mintohardjo memberikan pertolongan persalinan baik normal

maupun dengan penyulit, pemeriksaan penunjang diagnostik, tindakan medis yang

bersifat diagnostik, terapi dan operatif, ruang observasi, ruang bersalin, ruang

tindakan untuk USG, kuret, hyndrotubasi serta resusitasi, pelayanan darah dan

obat, ruang persiapan dan pasca tindakan, penyuluhan gizi dan ASI, pemeriksaan

Cardio Topo Grafi (CTG).

3.1.7.2 Pelayanan Khusus

a. Hyperbaric Chamber

Kegiatan ini merupakan terapi dengan cara pengobatan dimana pasien

masuk pada suatu ruangan yang dinamakan Ruang Udara Bertekanan Tinggi

(RUBT) kemudian diberi tekanan lebih besar dari tekanan udara normal, yaitu

lebih dari 1 (satu) atm (atmosfer) dan bernafas dengan oksigen murni (100%).

RUBT di RSAL Dr. Mintohardjo mulai didirikan pada tahun 1981.

Hyperbaric center memiliki 2 (dua) tempat RUBT, yaitu 1 (satu) ruangan

untuk pengobatan dan 1 ruangan untuk kebugaran. Terapi ini, selain digunakan

untuk penyakit akibat menyelam, juga sangat berguna untuk meningkatkan dan

memelihara kebugaran dan diyakini bisa menjadi awet muda. Dalam aplikasi

klinis, terapi ini membantu mempercepat proses penyembuhan berbagai penyakit,

misalnya: gangren, luka bakar, anemia dan kelumpukan akibat stroke.

b. Aesthetic Center

Dalam kegiatan ini RSAL Dr. Mintohardjo memberikan pelayanan “one

stop service” untuk berbagai penyakit kulit pada umumnya dan menjaga

kesehatan kulit dengan pengobatan dari luar serta melakukan proses peremajaan

kulit. Pelayannya, meliputi facial treatment, skin rejuvenation, chemical peeling,

botox, augmention, mesotherapi, breast lift treatment dan lain-lain.

c. I-con Integrated Medical and Psychological Service

Kegiatan ini memberikan pelayanan, meliputi pelayanan psikologi klinis,

psikologi pendidikan, psikologi industri dan organisasi dan bidang medis Pre-

employment medical check up.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

26  

Universitas Indonesia  

3.1.7.3 Pelayanan Krisis Terpadu

Kegiatan ini memberikan pelayanan kesehatan dalam bidang medis dan

psikologis anak akibat korban kekerasan dalam rumah tangga, korban perkosaan

dan korban kekerasan terhadap anak.

3.1.7.4 Pelayanan Penunjang

Dalam hal ini, meliputi pelayanan laboratorium patologi klinik,

laboratorium patologi anatomi, radiologi, farmasi, unit gizi, unit sterilisasi sentral,

unit laundry dan kamar jahit.

3.1.7.5 Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan

Medical Check Up berada di gedung Unit Rawat Jalan A lantai III.

Digunakan untuk memeriksa kesehatan secara berkala dan membantu mendeteksi

penyakit secara dini.

3.2 Departemen Farmasi

3.2.1 Definisi Departemen Farmasi

Unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan kegiatan kefarmasian

disebut depatemen farmasi, yang memegang peranan sangat penting mengingat

perannya berhubungan langsung dengan kualitas hidup pasien yang berkaitan

dengan obat.

3.2.2 Fungsi Departemen Farmasi

Dalam melaksanakan tugas sebagai pelaksana kegiatan farmasi,

departemen farmasi memiliki fungsi-fungsi, antara lain merumuskan menyusun

dan menyiapkan kebijaksanaan dalam kegiatan farmasi rumah sakit; menyusun

dan menyiapkan petunjuk-petunjuk dalam rangka pelaksaan kegiatan di bidang

farmasi; merencakan kebutuhan biaya operasional bidang farmasi dan pengolahan

material kesehatan yang menjadi ruang lingkupnya; menyelenggarakan fungsi staf

dalam bidang pembinaan kefarmasian di lingkungan RSAL Dr. Mintohardjo atas

dasar pengembangan ilmu dan teknologi masing-masing sub departemen;

merencanakan kebutuhan pengadaan peralatan dan bekal kesehatan yang menjadi

ruang lingkupnya; menyelenggarakan pengumpulan, pengolahan, pemeliharaan

serta penyimpanan data yang diperlukan dalam rangka pelaksaan pembinaan

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

27  

Universitas Indonesia  

farmasi rumah sakit; melaksanakan koordinasi dengan unsur, badan dan instansi

baik di dalam maupun di luar RSAL Dr. Mintohardjo untuk kepentingan

pelaksanaan tugasnya sesuai tingkat dan lingkup kewenangannya; mengawasi,

mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan program kefarmasian guna

menjamin pencapaian tujuan sasaran programnya secara berhasil guna dan

berdaya guna; mengajukan saran kepada Kepala RSAL Dr. Mintohardjo

khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tugasnya.

3.2.3 Visi, Misi dan Motto Departemen Farmasi

3.2.3.1 Visi

Teciptanya pelayanan farmasi yang profesional dan paripurna.

3.2.3.2 Misi

Melaksanakan manajemen farmasi yang efektif dan efisien, mengacu pada

kaidah farmakoekonomi; memberikan pelayanan farmasi klinik yang

komprehensif demi meningkatkan kualitas hidup pasien; menyelenggarakan

pelayanan farmasi pada unit rawat jalan secara tepat, cepat, aman dan memuaskan

juga pada unit rawat inap dengan sistem UDD yang terpadu dan menyeluruh;

menyelenggarakan dukungan material kesehatan secara optimal dan satu pintu;

meningkatkan kualitas sumber daya manusia tenaga kefarmasian sehingga mampu

melaksanakan pelayanan kefarmasian yang profesional dan prima.

3.2.3.3 Motto

Profesional , ramah, cepat, tepat dan aman.

3.2.4 Struktur Organisasi

Departemen farmasi di pimpin oleh Kepala Departemen Farmasi di singkat

Kadepfar, Kadepfar RSAL Dr. Mintohardjo di jabat oleh seorang Perwira

Menegah TNI-AL berpangkat Kolonel, yang melaksanakan tugas dan

kewajibannya bertanggung jawab kepada kepala RSAL Dr. Mintohardjo, dalam

pelaksanaan tugas sehari-sehari di bawah koordinasi dan pengarahan Wakabin

RSAL Dr. Mintohardjo.

Dalam melaksanakan tugasnya Kadepfar di bantu oleh 5 (lima) sub

departemen. Masing-masing Kasubdep dalam Departemen Farmasi dijabat oleh

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

28  

Universitas Indonesia  

seorang Perwira Menegah TNI AL berpangkat Letkol. Sub departemen terdiri

dari:

3.2.4.1 Sub Departemen Pembinaan Farmasi (Subdep Binfar)

Sub Departemen Pembinaan Farmasi bertugas membantu Departemen

Farmasi dalam menyelenggarakan pembinaan farmasi rumah sakit serta

pelaksanaan pembinaan personil dan material, yang ada di lingkungan Subdep

Binfar.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdep Binfar menyelenggarakan

fungsi-fungsi, antara lain menyusun, menyiapkan petunjuk dan perangkat lunak

pelaksanaan pembinaan farmasi rumah sakit serta pembinaan material kesehatan;

melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data pengguna atau pemakaian bekal

kesehatan untuk penyusunan buku formularium rumah sakit; memantau

penggunaan atau pemakaian bekal kesehatan untuk menanggulangi efek samping,

toksisitas dan interaksi bekal kesehatan; melaksanaan pemeriksaan atau pengujian

mutu bekal kesehatan; membuat laporan pelaksanaan tugas Subdep Binfar;

menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan unsur, badan dan instansi

lain di dalam maupun di luar RSAL Dr. Mintohadjo untuk pelaksanaan

kepentingan tugas dan kewajiban sesuai tingkat dan lingkup kewenangannya.

Subdep Binfar di pimpin oleh Kepala Sub Departemen Pembinaan Farmasi

di singkat Kasubdep Binfar. Dalam melaksanakan tugasnya, Kasudep Binfar

bertanggung jawab kepada Kadepfar.

3.2.4.2 Sub Departemen Pengendalian Farmasi (Subdep Dalfar)

Subdep Dalfar bertugas membantu Departemen Farmasi dalam

menyelenggarakan pengendalian rumah sakit serta pelaksanaan pembinaan

material kesehatan, yang ada di lingkungan Sub Departemen Pengendalian

Farmasi.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdep Dalfar menyelenggarakan

fungsi-fungsi, antara lain menyusun rencana pengadaan dan pemeliharaan

material kesehatan terjadwal; membantu melaksanakan pengadaan material

kesehatan; melaksanakan pemeliharaan alat kesehatan; menyusun dan

menyiapkan perkiraan kebutuhan material kesehatan; melaksanakan pengendalian

dan pengawasan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran meterial kesehatan;

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

29  

Universitas Indonesia  

melaksanakan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran material kesehatan;

melaksanakan pengadaan administrasi, penyimpanan dan penyaluran material

kesehatan; menyalurkan bekal diagnostik kepada unit pelaksana diagnostik;

menyusun laporan penerimaan dan penyaluran material kesehatan serta pengajuan

material kesehatan (PUT) secara periodik; menyelenggarakan koordinasi

kerjasama dengan badan dan instansi lain di dalam maupun di luar RSAL Dr.

Mintohardjo, untuk kepentingan pelaksanaan tugas sesuai tempat dan lingkup

kewenangannya.

Sub Departemen Pengendalian Farmasi dipimpin oleh Kepala Sub

Departemen Pengendalian Farmasi disingkat Kasubdep Dalfar. Dalam

melaksanakan tugasnya, Kasubdep Dalfar bertanggung jawab kepada Kadepfar.

3.2.4.3 Sub Departemen Apotek (Subdep Apotek)

Subdep Apotek bertugas membantu dan pelaksana Departemen Farmasi

dalam menyelenggarakan penyaluran bekal kesehatan farmasi rumah sakit

Dalam melaksanakan tugas kewajiban tersebut diatas Subdep Apotek

menyelenggarakan fungsi-fungsi, antara lain melaksanakan pelayanan bekal

kesehatan kepada penderita rawat mondok, rawat jalan, gawat darurat dan unit

perawatan; melaksanakan penyuluhan tentang khasiat dan efek samping obat

kepada penderita dalam rangka “Drug Information”; melaksanakan

pembuatan/produksi obat/bekal kesehatan; membantu memberikan saran

pemilihan dan pemakaian obat dalam rangka “Drug Consultant”;

menyelenggarakan administrasi penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bekal

kesehatan; membuat pelaksanaan tugas Subdep Apotek secara periodik;

menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan badan dan instansi lain di

dalam maupun di luar Rumkital Dr. Mintohardjo untuk kepentingan pelaksanaan

tugas kewajibannya sesuai tingkat dan lingkup kewenangannya.

Subdep Apotek dipimpin oleh Kepala Subdep Apotek disingkat Kasubdep

Apotek. Dalam melaksanakan tugasnya Kasubdep Apotek bertanggung jawab

kepada Kadepfar.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

30  

Universitas Indonesia  

3.2.4.4 Sub Departemen Alat Kesehatan (Subdep Alkes)

Subdep Alkes bertugas membantu Departemen Farmasi dalam

menyelanggarakan pengendalian dan pengawasan Alkes.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdep Alkes menyelenggarakan

fungsi-fungsi, antara lain menyusun rencana pengembangan alkes di rumah sakit;

menyusun jadwal pemeliharaan alkes secara terpadu; mengkoordinir pelaksanaan

perbaikan alkes; menyelenggarakan pembinaan inventaris kekayaan negara alat-

alat kesehatan RSAL Dr. Mintohardjo; melaksanakan evaluasi, pencatatan dan

kerjasama dengan unsur, badan dan instansi lain di dalam maupun di luar RSAL

Dr. Mintohardjo untuk kepentingan pelaksanaan tugas sesuai tingkat dan

lingkungan kewenangannya.

Subdep Alkes di pimpin oleh Kepala Subdep Alkes disingkat Kasubdep

Alkes. Dalam melaksanakan tugasnya, bertanggung jawab kepada Kadepfar.

3.2.4.5 Sub Departemen Farmasi Klinik (Subdep Farklin)

Subdep Farklin bertugas membantu Departemen Farmasi dalam bidang

penyelenggaraan fungsi farmasi klinik dan kebijaksanaan pemakaian obat.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdep Farklin menyelenggarakan

fungsi-fungsi, antara lain menyiapkan petunjuk dan memberikan informasi

penanganan obat sitostatika secara benar; melaksanakan konseling, informasi obat

kepada pasien; melaksanakan pemantauan terapi obat selanjutnya membuat

laporan pelaksanaan tugas Subdep Farklin secara periodik; membuat Laporan

Subdep Farklin.

Subdep Farklin dipimpin oleh Kepala Subdep Farklin disingkat Kasubdep

Farklin. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kadepfar.

3.2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Depfar

3.2.5.1 Perencanaan

Perbekalan farmasi di RSAL Dr. Mintohardjo direncanakan berdasarkan

pada perkiraan kebutuhan rata-rata, mengajukan permintaan, stok yang ada di

gudang, skala prioritas, dropping dari Dinkes TNI (Dinas Kesehatan Tentara

Nasional Indonesia) dan Puskes TNI (Pusat Kesehatan Tentara Nasional

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

31  

Universitas Indonesia  

Indonesia) dan sumbangan. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan setiap 3

(tiga) bulan (triwulan).

Alokasi dana yang digunakan dapat berasal dari, Anggaran Rutin Belanja

Negara (APBN), Rutin Bekal Kesehatan (RBK) dan Dana Pendapatan Hasil

Penggunaan Fasilitas Dinas (DPHP Fasdin)

3.2.5.2 Pengadaan

Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merealisasikan perencanaan

yang telah ditetapkan. Sumber pengadaan obat, meliputi pembelian ke PBF,

produksi, penukaran (barter), sumbangan/hibah dari luar negeri dan dari Dinkes,

dropping (Diskesal, Puskes TNI dan DepKes). Pengadaan dilakukan setiap

triwulan.

3.2.5.3 Produksi

RSAL Dr. Mintohardjo memproduksi sediaan non steril yang di bagi,

menjadi sediaan obat non obat dan obat produksi non obat seperti karbol, bayclin,

pengenceran H2O2, alkohol, formalin, sedangkan produksi obat seperti betadin

gargarisma, salep kulit dan lain-lain.

3.2.5.4 Penerimaan

Barang akan diterima oleh Tim Penerima Barang, kemudian akan di

periksa kelengkapan administrasi barang seperti faktur, surat jalan, jenis, jumlah,

no. batch, tanggal kadaluarsa, tanggal produksi. Jika sudah lengkap maka barang

di terima, di tulis di dalam pembukuan dan dimasukkan ke dalam gudang.

3.2.5.5 Penyimpanan

Perbekalan farmasi di RSAL Dr. Mintohardjo disimpan kedalam 5 (lima)

gudang, yaitu gudang 1 (satu) untuk obat-obatan Non-LAFIAL; gudang 2 (dua)

untuk sediaan injeksi; gudang 3 (tiga) untuk Alkes dan Matkes; gudang 4 (empat)

untuk obat-obatan LAFIAL; gudang tambahan untuk B3 (Bahan Beracun

Berbahaya)

3.2.5.6 Pendistribusian

Perbekalan farmasi RSAL Dr. Mintohardjo sesuai dengan permintaan

perbekalan farmasi dari apotek, baik pelayanan rawat inap dan rawat jalan, ruang

perawatan, ruang operasi dan ruang unit gawat darurat (UGD), laboratorium dan

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

32  

Universitas Indonesia  

radiologi. Pendistribusian barang biasanya dilakukan seminggu 2 (dua) kali sesuai

dengan permintaan.

3.2.5.7 Pencatatan

Kegiatan ini dilakukan secara manual setiap barang datang dan keluar di

catat ke dalam kartu stok. Pencatatan lain juga dilakukan pada barang yang telah

kadaluarsa/rusak.

3.2.5.8 Pelaporan

Dalam hal ini, dilaporkan kepada DISKESAL yang dilakukan setiap

triwulan untuk penggunaan barang dalam bentuk item barang, sedangkan untuk

laporan semester dalam bentuk jumlah harga perbekalan farmasi yang telah

digunakan. Pelaporan kepada DINKES yang dilakukan setiap bulan berupa

laporan penggunaan narkotika, psikotropika dan obat HIV.

3.2.5.9 Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan terhadap resep yang lebih dari 3 (tiga) tahun di

simpan dan obat-obatan yang telah kadaluarsa. Pemusnahan dilakukan dengan

menggunakan insenerator. Penghapusan dilakukan terhadap alat-alat kesehatan,

yang secara fisik dan fungsional sudah tidak dapat dipergunakan dan diperbaiki

lagi (rusak) atau tidak memiliki nilai pakai, tidak laku jual, sudah ketinggalan

jaman atau sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Pemusnahan

alat kesehatan dilakukan dengan cara dibakar, ditanam atau dihancurkan.

3.2.5.10 Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk menjaga agar alat kesehatan

tetap dalam kondisi baik. Selain pemeliharaan Depfar RSAL Dr. Mintohardjo juga

melakukan perbaikan alat dan pengkalibrasian alat. Perbaikan alat dilakukan oleh

Tim TEKMED sedangkan pengkalibrasian alat dilakukan sekurang-kurangnya

setahun sekali oleh institusi penguji/tim TEKMED, yang telah memiliki sertifikat

pengkalibrasian untuk menjaga agar kondisi alat tetap baik dan siap digunakan.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

33  

Universitas Indonesia  

3.2.6 Pelayanan Apotek di RSAL Dr. Mintohardjo

Pelayanan apotek di RSAL Dr. Mintohardjo digolongkan menjadi 3 (tiga)

macam, yaitu:

3.2.6.1 Apotek Dinas

Apotek ini khusus melayani pasien dinas TNI-AL dan PNS-AL beserta

keluarganya baik untuk rawat jalan maupun rawat inap. Apotek Dinas rawat jalan

ini melayani pasien dinas TNI-AL beserta keluarganya dan PNS -AL beserta

keluarganya.

a. Pelayanan Resep Rawat Jalan Apotek Dinas

Dalam melakukan pelayanan obat pasien rawat jalan, Apotek Dinas

menggunakan sistem Individual Prescription.

Didalam pelayanan resep terkadang Apotek Dinas harus merestitusi resep,

yaitu resep anggota TNI-AL yang tidak dapat dilayani di Apotek Dinas dan telah

mendapat persetujuan dari tim restitusi, dapat dilayani di Apotek Yanmasum

tanpa dipungut biaya dari anggota. Untuk penagihan biaya dari resep restitusi

dapat diperoleh dari dana APBN dan lain-lain yang bisa dilakukan setiap 3 (tiga)

bulan sekali atau sesuai keadaan. Biaya untuk resep restitusi dibuat laporan

penagihan resep restitusi setiap 1 (satu) bulan sekali.

b. Pelayanan Resep Rawat Inap Apotek Dinas

Kegiatan ini dilakukan dengan dua sistem, yaitu UDD dan Floor Stock.

Unit dose dispensing (UDD) merupakan sistem distribusi ini dimaksudkan untuk

mengurangi kesalahan obat dimana adanya sistem pemeriksaan ganda.

Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan (Floor Stock), sistem

distribusi ini bertujuan agar kebutuhan obat bagi pasien segera tersedia.

3.2.6.2 Apotek Yanmasum

Apotek ini melayani resep pasien umum, resep dari pasien

langganan/perusahaan, resep dari TNI dan PNS non AL, resep pasien ASKES,

resep dari GAKIN (Keluarga Miskin) dan resep restitusi dari Apotek Dinas.

Sistem pelayanan di apotek Yanmasum di bagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu

resep tunai dan resep kredit. Resep tunai diterima oleh petugas apotek kemudian

langsung diberikan harga dan di bayar oleh konsumen, setelah di bayar kemudian

obat disiapkan dan diberikan etiket, di periksa kembali untuk menghindari

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

34  

Universitas Indonesia  

kesalahan kemudian diserahkan kepada pasien. Untuk resep kredit di bagi menjadi

2 (dua), yaitu resep restitusi dari pasien dinas dan resep kredit dari perusahaan.

Resep restitusi, yaitu resep pasien TNI-AL yang tidak dapat dilayani oleh Apotek

Dinas. Resep restitusi dapat diterima di Apotek Yanmasum apabila telah disetujui

oleh tim restitusi. Untuk penagihan resep restitusi dapat diperoleh dari dana

APBN, yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali atau sesuai dengan kondisi.

Penagihan resep restitusi di buat laporan setiap sebulan sekali. Sedangkan untuk

resep kredit perusahaan, yaitu resep dari perusahaan yang telah melakukan

kerjasama dengan RSAL Dr. Mintohardjo seperti PT. Pos Indonesia, penagihan

resep dilakukan per bulan. Untuk pasien UGD obat dapat langsung di ambil oleh

perawat di lemari obat yang ada di UGD dan untuk proses pembayarannya

melalui Minmed setiap hari

3.2.6.3 Apotek ASKES

Apotek ini melayani pasien ASKES, JAMKESMAS, pensiunan TNI dan

PNS. Obat-obatan yang terdapat di Apotek ASKES, yaitu obat-obatan yang

tercantum di dalam Daftar Plafon Harga Obat (DPHO).

3.2.7 Farmasi Klinik RSAL Dr. Mintohardjo

Farmasi klinik adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab

dalam menjamin penggunaan obat yang rasional, efektif, aman dan terjangkau

oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan perilaku

apoteker serta bekerjasama denngan profesi kesehatan lainnya.

Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di RSAL Dr. Mintohardjo, yaitu:

3.2.7.1 Pengkajian Resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi

persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk

pasien rawat jalan maupun rawat inap di sebut sebagai pengkajian resep.

Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan persyaratan sebuah

resep yang meliputi 3 (tiga) hal, yaitu persyaratan administrasi (Nama, umur, jenis

kelamin dan berat badan pasien; nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;

tanggal resep dan ruangan/unit asal resep), persyaratan farmasi (Bentuk dan

kekuatan sediaan; dosis dan Jumlah obat; stabilitas dan ketersediaan dan aturan,

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

35  

Universitas Indonesia  

cara dan teknik penggunaan) dan persyaratan klinis (Ketepatan indikasi, dosis dan

waktu penggunaan obat; duplikasi pengobatan alergi; interaksi dan efek samping

obat; kontra indikasi; serta efek aditif.

3.2.7.2 PIO

Kegiatan pemberian informasi obat kepada pelayan kesehatan atau

masyarakat umum, yang dilakukan dengan 2 (dua) jenis kegiatan pemberian

informasi obat secara aktif dan secara pasif.

Pemberian informasi obat aktif merupakan pelayanan pemberian informasi,

yang dilakukan dengan cara membuat seminar untuk staf kesehatan di lingkungan

rumah sakit, misalnya perawat, dokter dan tenaga medis lainnya.

Pemberian informasi obat pasif merupakan pelayanan informasi obat yang

dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan yang diajukan.

3.2.7.3 Konseling Pasien Rawat Jalan

Kegiataan ini merupakan pemantauan kepatuhan penggunaan obat pasien

rawat jalan. Biasanya pasien yang mendapatkan konseling adalah pasien-pasien

yang menderita penyakit kronis, yang memerlukan penggunaan obat secara

kontinu, sehingga kepatuhan penggunaan obat oleh pasien perlu di pantau agar

tercapai efek terapi yang diinginkan serta pasien-pasien dengan kebutuhan khusus

lainnya.

3.2.7.4 Ronde/visite pasien

Kegiatan ini dilakukan oleh apoteker yang dilaksanakan di ruang rawat inap

yang bekerjasama dengan mahasiswa PKPA dan PKL. Dalam kegiatan ini

apoteker menanyakan kepada pasien tentang penyebab sakit pasien tersebut.

Selain itu juga memberikan kepastian kepada pasien tentang penggunaan obat

yang sesuai aturan, lalu apoteker melakukan pengkajian terhadap catatan perawat

terhadap pasien tersebut yang berguna dalam pemberian obat.

3.2.7.5 Seleksi sediaan obat

Merupakan diskusi apoteker dengan dokter tentang penetapan obat yang

tepat bagi pasien. Kegiatan ini dilakukan agar pasien mendapatkan obat yang

sesuai dengan penyakit yang di derita dan tidak terjadi salah pemberian obat yang

dapat mengakibatkan kegagalan dalam menyembuhkan penyakit atau malah

memperburuk keadaan pasien.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

36  

Universitas Indonesia  

3.2.7.6 Pemantauan terapi obat (PTO)

Kegiatan ini dilakukan oleh Depfar yang bekerja sama dengan mahasiswa

PKPA, yaitu mencatat semua rekam medik di ruang rawat inap. Kegiatan ini

dilakukan untuk mengetahui obat-obat yang sudah diberikan kepada pasien dalam

menyembuhkan penyakitnya.

3.2.7.7 KIE

Kegiatan in dilakukan pada saat penyerahan obat pada pasien di apotek,

pembuatan leaflet dan pemberian konseling di ruang rawat inap pada saat pasien

akan pulang. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada konsumen

mengenai obat yang diberikan kepada pasien.

3.2.7.8 Pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan (ROM)

Kegiatan ini dilakukan depfar bekerja sama dengan unit gawat darurat, yaitu

melakukan monitoring efek samping obat, menganalisa laporan efek samping

obat, agar bila terjadi efek samping obat yang tidak diinginkan terhadap pasien

dapat langsung diatasi agar tidak terjadi lagi. Selain itu juga mengidentifikasi

obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping

obat agar pasien tidak merasakan efek samping obat yang tidak diinginkan.

Setelah itu mengisi formulir efek samping obat dan melaporkan ke panitia efek

samping obat nasional.

3.2.7.9 Partisipasi dalam sistem formularium rumah sakit

Formularium Rumah Sakit adalah himpunan obat yang diterima atau

disetujui oleh Komite Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan

dapat di revisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.

3.2.5.10 Pengendalian infeksi

Kegiatan ini dilakukan oleh komite penanggulangan infeksi nosokomial di

RSAL Dr. Mintohardjo.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

37

BAB 4 PEMBAHASAN

RSAL Dr. Mintohardjo adalah rumah sakit umum yang berada di bawah naungan

Departemen Pertahanan, merupakan rumah sakit TNI AL tipe II yang dengan status akreditasi

penuh.

RSAL Dr. Mintohardjo memiliki pelayanan yang sangat lengkap meliputi pelayanan

medis, pelayanan medis khusus, pelayanan penunjang medis dan pelayanann penunjang umum.

Pelayanan medis mencakup, Pelayanan Unit Gawat Darurat; Pelayanan Rawat Jalan;

Pelayanan Rawat Inap; Pelayanan Rawat Intensif; Pelayanan Bedah; Pelayanan Bersalin.

Pelayanan medis khusus mencakup, Hyperbaric Center; Aesthetic Center; I-Cons Intergrated

Medical and Psychological Service; dan Pelayanan Krisis Terpadu.

Pelayanan penunjang medis mencakup, Laboratorium Patologi Klinik; Laboratorium

Patologi Anatomi; Radiologi; Fisioterapi; Farmasi; Unit Gizi; Kesehatan Lingkungan dan K3

(Kesehatan Keselamatan Kerja); Unit Laundry dan Kamar Jahit; Pelayanan Pemeliharaan

Kesehatan (Medical Check Up). Pelayanan penunjang lain mencakup, Customer Service;

Pelayanan Rohani; Ambulance; Pemulasaran Jenazah; Inecerator dan IPAL; Departemen

Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan.

Departemen Farmasi di RSAL Dr. Mintohardjo bertanggung jawab atas semua kegiatan

kefarmasian bagi rumah sakit. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Departemen Farmasi

dibantu oleh lima orang Kepala Sub Departemen yaitu Sub Departemen Pembinaan Farmasi

(Sub Dep Binfar); Sub Departemen Pengendalian Farmasi (Sub Dep Dalfar); Sub Departemen

Apotek (Sub Dep Apotek); Sub Departemen Alkes; dan Sub Departemen Farmasi Klinis (Sub

Dep Farklin).

Apotek di RSAL Dr. Mintohardjo ada tiga yaitu Apotek Dinas yang melayani pasien TNI

AL dan PNS AL beserta keluarganya. Apotek Yanmasum melayani pasien umum, dan melayani

resep restitusi untuk obat-obat yang tidak ada di apotek lainnya. Apotek ASKES yang melayani

pasien yang tergabung dalam asuransi PT.ASKES.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

38

Universitas Indonesia

Apotek Dinas melayani resep untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Sistem

distribusi obat yang digunakan bagi pasien rawat jalan adalah sistem individual prescription.

Pada sistem ini pasien mendapatkan jumlah obat seluruhnya, sesuai resep yang diberikan dokter

dan pasien membayar semua obat yang diberikan.

Keuntungan dari sistem individual prescription adalah semua pesanan obat langsung

diperiksa oleh farmasis; memungkinkan interaksi antara farmasis, dokter, perawat, dan pasien;

meningkatkan pengawasan obat-obatan dengan lebih teliti; memberikan cara yang cocok

melaksanakan pembayaran obat-obatan yang digunakan pasien.

Kerugiannya adalah pasien akan mendapatkan obat yang lebih banyak sehingga tidak

bernilai ekonomis bagi pasien karena harus menebus semua jenis obat yang ada diresepkan;

pemberian KIE oleh farmasis kepada pasien memungkinkan terjadi hanya sekali, sehingga

pengontrolan terapi pasien tidak efektif; dan tingkat kepatuhan pasien akan berkurang karena

pasien menjalani pengobatan sendiri tanpa ada kontrol dari farmasis.

Bagi pasien rawat inap digunakan sistem distribusi gabungan antara sistem floor stock

dengan sistem unit dose dispensing (UDD). Sistem floor stock berarti semua obat yang

dibutuhkan pasien terdapat dalam lemari penyimpanan di setiap ruangan termasuk obat-obat life

saving dan kebutuhan dasar ruangan kecuali obat-obat yang jarang digunakan dan harganya

sangat mahal.

Keuntungan sistem floor stock adalah obat yang diperlukan cepat tersedia bagi pasien dan

tidak terlalu banyak personil farmasi yang dibutuhkan.

Kerugiannya antara lain, kesalahan obat dapat terjadi karena resep tidak dikaji terlebih

dahulu oleh apoteker; membutuhkan tempat penyimpanan yang besar di ruang rawat dan dapat

mengganggu aktifitas perawatan; membutuhkan dana tambahan untuk membuat tempat

penyimpanan; membutuhkan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat.

Sistem UDD berarti obat diberikan kepada pasien dalam kemasan dosis unit tunggal

untuk dalam jumlah persedian yang cukup untuk penggunaan selama waktu tertentu. Keuntungan

sistem ini antara lain, kesalahan obat dapat dihindari dengan adanya pemeriksaan ganda oleh

personil farmasi dan perawat; semua obat yang diperlukan disiapkan oleh personil farmasi jadi

perawat dapat fokus memberikan perawatan; menghemat ruangan di unit perawatan; pasien

hanya membayar obat yang digunakan saja, jadi pasien tidak menbuang-buang uang untuk obat

yang tidak perlu (cost effective).

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

39

Universitas Indonesia

Di RSAL Dr. Mintohardjo sistem UDD dilakukan secara sentralisasi yaitu semua

kegiatan dispensing obat untuk pasien rawat inap dipusatkan di Apotek Dinas.. Kemudian

petugas akan mengirimkan obat ke setiap ruang rawat dan diserahkan ke perawat untuk

kemudian diserahkan ke pasien. Setiap pengiriman obat akan dicatat dalam buku khusus yang

dipantau oleh perawat ruangan dan petugas farmasi. Obat diberikan untuk pemakain selama satu

hari dalam kemasan satu kali pemakaian dengan interval waktu penggunaan obat siang-malam-

pagi hari

Sistem UDD yang dilakukan sudah baik tetapi masih terdapat kerugian dari sistem yang

diterapkan sebab dispensing bagi seluruh ruang rawat masih dilakukan terpusat di Apotek Dinas

sehingga beban kerja staf farmasi menjadi lebih berat. Selain itu, tidak ada interaksi langsung

antara farmasis dengan pasien karena obat diserahkan oleh perawat bukan langsung oleh

farmasis.

Secara keseluruhan, pelayanan ketiga apotek belum optimal. Perlu peningkatan kecepatan

waktu penyiapan obat, karena beberapa pasien mengeluhkan lamanya proses penyiapan obat.

Keramahan petugas juga perlu diperhatikan agar pasien nyaman dan puas dengan pelayanan

yang diberikan.

Departemen farmasi RSAL Dr. Mintohardjo memiliki lima jenis gudang perbekalan

farmasi yaitu gudang obat LAFIAL, gudang obat non-LAFIAL, gudang obat injeksi, gudang alat

kesehatan, dan gudang bahan beracun berbahaya. Perbekalan farmasi dari gudang-gudang

tersebut didistribusikan untuk keperluan Apotek Dinas, kamar operasi dan kebutuhan floor stock

di setiap ruangan, sedangkan untuk apotek-apotek yang lain memiliki gudang tersendiri yang

terdapat di dalam ruangan apotek.

Sistem penyimpanan yang digunakan adalah gabungan antara sistem alfabet dan sistem

First Expired First Out (FEFO). Masih ada kekurangan dalam pelaksanaan penyimpanan

perbelakan farmasi misalnya, ada beberapa obat yang diletakkan tidak sesuai abjad sehingga

menimbulkan kesulitan dalam mencari obat yang dibutuhkan. Sebaiknya digunakan juga sistem

First In First Out (FIFO) agar penyimpanan perbekalan farmasi menjadi lebih teratur.

Adapula obat yang telah kadaluarsa tetapi belum dipisahkan dari obat yang masih layak

pakai. Hal ini terjadi karena kuangnya tempat penyimpanan, padahal apabila obat yang telah

kadaluarsa dibiarkan berada dekat dengan obat yang masih layak pakai dapat menimbulkan salah

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

40

Universitas Indonesia

pengambilan obat. Kebersihan gudang juga belum baik karena ada beberapa kemasan obat yang

bagian luarnya telah berdebu.

Kegiatan farmasi klinis yang diselenggarakan di RSAL Dr. Mintohardjo meliputi

Pelayanan Informasi Obat, Pengkajian Resep, Konseling, Visite Pasien Rawat Inap, Seleksi

Sediaan Obat, Pemantauan Terapi Obat, KIE, Pemantauan Dan Pelaporan Reaksi Obat Yang

Berlebihan (ROM), Partisipasi Dalam Formularium Rumah Sakit, Dan Pengendalian Infeksi.

Pelaksanaan kegiatan farmasi klinis ini belum semuanya berjalan dengan baik

dikarenakan kurangnya sumber daya manusia dan sarana yang ada. Untuk mengatasi hal

tersebut, pihak Departemen Farmasi melakukan kerjasama dengan mahasiswa Praktek Kerja

Lapangan dalam melaksanakan beberapa kegiatan farmasi klinis yaitu pemantauan terapi obat,

wawancara sejarah pengobatan pasien, pembuatan profil pengobatan pasien, pelayanan informasi

obat dan pengkajian resep. Hal ini juga dimaksudkan sebagai sarana pembelajaran bagi

mahasiswa Praktek Kerja Lapangan.

Pelayanan informasi obat yang diadakan di RSAL Dr. Mintohardjo mencakup kegiatan

pemberian informasi aktif dan pasif. Kegiatan pasif dilakukan dengan menjawab pertanyann

yang diajukan ke PIO oleh masyarakat rumah sakit dan pasien. Kegiatan aktif dilakukan dengan

cara mengadakan seminar tentang informasi yang berhubungan dengan dunia kefarmasian untuk

tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit. Pelayanan informasi obat yang dijalankan belum

optimal terutama kegiatan pelayanan informasi obat secara aktif. Selain itu, sosialisasi

keberadaan dan fungsi PIO di rumah sakit belum optimal.

Selain itu dilakukan juga konseling bagi pasien rawat jalan. Konseling diberikan untuk

pasien yang membutuhkan pengarahan khusus seperti pasien penderita penyakit kronis yang

harus meminum obatnya terus-menerus sehingga kepatuhan pasien perlu dipatau agar terapi yang

diberikan berhasil.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

 

 

41 

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diuraikan sebelumnya disimpulkan bahwa RSAL

Dr. Mintohardjo memiliki fasilitas pelayanan medis khusus, pelayanan penunjang,

pelayanan pemeliharaan kesehatan dan fasilitas penunjang umum terapi.

Pelayanan resep untuk pasien rawat jalan dan rawat inap, dilakukan oleh

apotek dinas untuk pasien TNI dan keluarganya, apotek yanmasun untuk pasien

umum, apotek askes untuk pasien askes.

Pelayanan resep di apotek dinas belum optimal karena pasien menunggu lama,

khususnya untuk resep obat racikan.

Sistem distribusi yang digunakan adalah Individual Prescription untuk pasien

rawat jalan, Unit Dose Dispensing dan Floor Stock untuk pasien rawat inap. Sistem

yang digunakan sudah baik, namun pelayanan belum dilakukan secara optimal karena

kurangnya personil.

RSAL Dr. Mintohardjo memiliki ruang khusus untuk pemberian Pelayanan

Informasi Obat, namun kegiatan Pelayanan Informasi Obat belum dijalankan secara

optimal.

5.2 Saran

Agar semua kegiatan kefarmasian dapat berjalan dengan maksimal maka perlu

diadakan penambahan personil farmasi terutama untuk menjalankan kegiatan farmasi

klinis, PIO dan pelayanan di apotek.

Agar pelayanan apotek menjadi lebih baik, perlu diadakan upaya peningkatan

kecepatan waktu dalam proses dispensing obat untuk pasien.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

42 

 

 

Universitas Indonesia

Agar memudahkan dalam pencarian perbekalan farmasi yang dibutuhkan

perlu diadakan penataan gudang yang lebih rapi sesuai sistem alfabet, FEFO dan

FIFO.

Agar obat yang masih layak pakai tidak tercampur dengan obat yang telah

kadaluarsa perlu ditetapkan satu ruangan untuk menempatkan obat yang telah

kadaluarsa sebelum obat tersebut dimusnahkan.

Agar PIO dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh personil rumah sakit dan

pasien, perlu diadakan promosi keberadaan serta fungsi PIO.

Agar kualitas pelayanan informasi obat dapat optimal perlu diadakan

panambahan literatur dan pamasangan internet untuk memudahkan pencarian

informasi. Selain itu, PIO harus lebih aktif dalam memberikan informasi dapat

dilakukan pembuatan brosur atau pamflet mengenai informasi obat.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

 

 

 

43 

DAFTAR REFERENSI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Kepmenkes RI Nomor 228/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Minimal Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

-------------------------------------------------------. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan

RI No 1197/Menkes/SK/XI/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

------------------------------------------------------. (2009). Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Jonirasmanto. (2009, 4 Mei). Mutu pelayanan kesehatan ambivalensi antara

kewajiban dan keinginan penyelenggara dan pemilik. Mei 4, 2010. http://artikelindonesia.com/hal-mutu-pelayanan-rumah-sakit.html

“Sejarah Promosi Kesehatan”. (2007). Pusat Promosi Kesehatan. Maret 8, 2010.

http://www.promosi kesehatan.com/?act=article&id=225 Sidik M, Dadang. dkk. Informasi Pelayanan Rumkital Dr. Mintohardjo. Jakarta:

Rumkital Dr. Mintohardjo Siregar, Charles J.P. (2003). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC. Siregar, Charles J.P, dan Endang Kumolosasi. (2006). Farmasi Klinik Teori dan

Penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Utama, Surya. (2003). Memahami Fenomena Kepuasan Pasien Rumah Sakit. Maret

8,2010.http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3670/1/fkm-surya1.pdf 

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

LAMPIRAN

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

45

Lampiran 1

RSAL Dr. Mintohardjo

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

46

Lampiran 2

Denah RSAL Dr. Mintohardjo

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

47

Lampiran 3

Daftar Singkatan

Karumkit : Kepala Rumah Sakit Wakamed : Wakil Kepala Bidang Medik Wakabin : Wakil Kepala Bidang Pembinaan PPIRS : Penanggulangan Penyakit Infeksi Rumah Sakit K3 : Kesehatan dan keselamatan kerja SK Peningk Mutu Yan Pas : Sub Komite Peningkatan Mutu Pelayanan Pasien SK Rekmed : Sub Komite rekam medic SK Farthera : Sub Komite Farmasi dan Terapi SK Peningk Mutu Prof : Sub Komite Peningkatan Mutu Profesi SK Mutu Yan Kep : Sub Komite Pelayanan Keperawatan SK Bang SDM Kep : Sub Komite Pengembangan Sumber Daya Manusia

Keperawatan SK PPI Kep : Sub Komite Penanggulangan Penyakit Infeksi

Keperawatan SK PPI Lingk : Sub Komite Penanggulangan Penyakit Infeksi

Lingkungan Kesja : Keselamatan Kerja Kesling : Keselamatan Lingkungan Dan Satma : Komandan Satuan Markas Pekas : Pemegang Kas Kaset : Kepala Sekertaris Kabag Minu : Kepala Bagian Administrasi Umum Kabag MinMed : Kepala Bagian Administrasi Medik Kadep Kesla : Kepala Departemen Kesehatan Keangkatan Lautan Kadep Gilut : Kepala Departemen Gigi dan Mulut Kadep KIA : Kepala Departemen Kesehatan Ibu dan Anak Kadep Kitlam : Kepala Departemen Penyakit Dalam Kadep Saware : Kepala Departemen Saraf, Jiwa dan Rehabilitasi Kadep Kutema : Kepala Departemen Kulit, Telinga dan Mata Kadep Jangklin : Kepala Departemen Penunjang Klinik Kadep Wat : Kepala Departemen Keperawatan Kadep Far : Kepala Departemen Farmasi Kadep bangdiklat : Kepala Departemen Pengembangan Pendidikan dan

Pelatihan KSD Dukkes : Kepala Sub Departemen Dukungan Kesehatan KSD UGD : Kepala Sub Departemen Unit Gawat Darurat KSD KUBT : Kepala Sub Departemen Kamar Udara Bertekanan

Tinggi KSD Dokgium : Kepala Sub Departemen Kedokteran Gigi dan Umum KSD Bedmul : Kepala Sub Departemen Bedah Mulut KSD Perio : Kepala Sub Departemen Priodonti

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

48

(Lanjutan) KSD Bedum : Kepala Sub Departemen Bedah Umum KSD Bedplas : Kepala Sub Departemen Bedah Plastik KSD Bidkan : Kepala Sub Departemen Kebidanan dan Kandungan KSD KKB : Kesehatan Keluarga Berencana KSD Kitlam : Kepala Sub Departemen Penyakit Dalam KSD Kukel : Kepala Sub Departemen Klit dan Kelamin KSD THT : Kepala Sub Departemen Telinga Hidung dan

Tenggorokan KSD Patkin : Kepala Sub Departemen Patologi Klinik KSD Patanat : Kepala Sub Departemen Patologi Anatomi KSD Watjln : Kepala Sub Departemen Rawat Jalan KSD Wat inap : Kepala Sub Departemen Rawat Inap KSD Binfar : Kepala Sub Departemen Pembinaan Farmasi KSD Dalfar : Kepala Sub Departemen Pengendalian Farmasi KSD Alkes : Kepala Sub Departemen Alat Kesehatan KSD Farklin : Kepala Sub Departemen Farmasi Klinik KSD Litbang : Kepala Sub Departemen Penelitian dan Pengembangan KSD Diklat : Kepala Sub Departemen Pendidikan dan Pelatihan KSD Infomedmat : Kepala Sub Departemen Informasi Medis dan Material

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

49

Lampiran 4

Struktur Jabatan RSAL Dr. Mintohardjo

Komite medis

Komite Kep

Komite PPIRS

Komite K3

Komite KPRS

KARUMKITAL WAKA MED/BIN

- SK Peningk Mutu Yanpas - SK RekMed - SK Kredential - SK Etik Medis Disiplin

Profesi - SK Onko - SK Transfusi Darah - SK Farthera - SK Peningk. Mutu Profesi - SMF

- SK Etik Kep -SK Mutu Yan

Kep -SK Bang

SDM Kep

SK PPI Kep SK PPI Ling

- KESJA - KESLING - KEBAKARAN &

WASPADAAN BENCANA

- SK Pelayanan KPRS

- SK Peningk. Mutu KPRS

KEPALA AHLI KELOMPOK

KASET PEKAS DAN SATMA

KABAG HARMAT KABAG ANGKUTAN KABAG URDAL KABAG MINPERS KABAG BEK

KBAG PROGAR KABAG MINU KABAG MINMED

KADEP KESLA

KADEP GILUT

KADEP BEDAH

KSD bedum KSD urologi KSD Ortoped KSD Bedplas KSD Anestesi

KSDdokgium KSD bedmum KSDP Perio

KSD dukkes KSD UGD

KSDP KUBT

KADEP KIA

KADEP KITLAM

KADEP SAWARE

KSD Syaraf KSDjiwai KSD rehab

KSD Bedplas

KSD kitlam KSD jantung KSDP paru KSD alergi

KSD anak KSD bidkan KSDP KKB

KADEP KUTEMA

KADEP JANGKLIN

KADEP WAT

KSD watjln KSD watinap

KSD radiologi

KSD patklin KSD patant KSD gizi

KSD kukel KSD THT KSD mata

KADEP FAR

KADEP BANGDIKLAT

KSD litbang KSD diklat

KSD pustaka KSD

infomedmat

KSD binfar KSD dalfar KSD apotik KSD farklin KSD Alkes

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

50

Lampiran 5

Struktur Jabatan Departemen Farmasi

RSAL Dr. Mintohardjo

Kedep Farmasi

Kasubdep Binfar

Kasubdep Alkes

Kasubdep Farklin

Kasi Uji Mutu

Kasi Evalap

Kasi Ren Ada

Kasi gudang

Ur Uji Mutu Alkes dan

Bekkes

Ur Evalap

Ur Ren Ada

Alkes & Bekkes

Ur Simpan Ur Distribusi

Alkes & Bekkes

Kasi Har Alkes

Kasi Ada Alkes

Ur Ada Alkes

Kaur Har Alkes Kaur IKN Alkes Ur IKN Alkes

Kasubdep Dalfar

Kasi Apotik Rawat Jalan

Kasi Apotik Rawat Inap

Apoteker pertama Ass Apoteker Penyelia Ass Apoteker Pelaksana Lanjt Ass Apoteker Pelaksana Ur Apoteker Rawat Jalan 1 Ur Apoteker Rawat Jalan 2 Ur Apoteker Rawat Jalan 3 Ur Apoteker Rawat Jalan 4 Ur Apoteker Rawat Jalan 5

Ass Apoteker Rwt Inap 1 Ass Apoteker Rwt Inap 2

Kasubdep Apotek

Apoteker Madya

Kasi Yan Langsung

Ur Sitostatika dan SIO

Kasi Yan Tdk Langsung

Kaur Panitia Far & Terapi Ur PTO

Kaur TU

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

51

Lampiran 6

Denah Departemen Farmasi

Lantai 1 Lantai 2

Keterangan : 1. Ruang gudang Alkes 11. Ruang TU gudang 2. Ruang kelas 12. Gudang 1 (obat non LAFIAL) 3. Ruang Kasubdep 13. Gudang 2 (Obat injeksi) 4. Dapur 14. Gudang 3 (Alat kesehatan) 5. Ruang Kadep 15. Gudang 4 (obat LAFIAL) 6. Ruang Teknik Produksi Medik 7. Ruang Produksi 8. Mushola 9. Ruang Tata Usaha 10. Ruang Produksi

10

7

6

9

9

5

4

9

3

8

2

1

15

14

13

12

11

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

52

Lampiran 7

Denah Gudang Departemen Farmasi

A B

C D

Keterangan : A. Gudang 1 B. Gudang 2 C. Gudang 3 D. Gudang 4 1. Rak obat 2. Lemari obat 3. Kulkas

1 1

12

1

2

1

11

3

2

2

11 1

1

12

1 1 1 1

1

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

53

Lampiran 8

Denah Apotek Dinas

Keterangan : 1. Ruangan PIO 2. Leamari abat narkotika 3. Tempat sholat 4. Tempat penerimaan resep rawat jalan 5. Tempat penyerahan obat rawat jalan 6. Tempat penerimaan resep rawat inap 7. Meja 8. Meja penyiapan obat UDD 9. Lemari obat Racikan 10. Lemari obat UDD 11. Meja penyediaan obat jadi 12. Meja restitusi obat 13. Meja Racikan 14. Lemari obat 15. Kulkas 16. WC

3

1

2

16 13

1414

14 11

12

8

9

9

10

14

14

14

14

14

7

15

4 5 6

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

54

Lampiran 9

Alur Pelayanan Resep di Apotek Dinas

Resep rawat jalan

1. Cek : nama, Satuan kerja, pangkat, No. Tlp dll 2. Diberi nomer dan kartu: kartu biru untuk pasien RSALdan

keluarganya, kartu merah untuk pasien TNI Angkatan Laut dan keluarganya dan kartu hijau untuk resep racikan

3. Waktu datang resep

Pemilahan resep kalau ada masalah tanya ke dokter penulis resep

Obat jadi Obat racikan Obat tidak ada di Apotik (Restitusi)

Obat disiapkan Dibungkus diberiberi etiket diberi paraf dan waktu

Diracik di meja racikan

Ke meja penyerahan obat

Dibungkus, diberi etiket

Dipanggil berdasarkan no urut dan paisien

diberi penjelasan ttng obatnya

Bila pasien tidak ada no. Di tempel di dinding

Masuk formularium

Tdk masuk formularium

Di catat kemudian obat diambil di

apotik Yanmasum dan diberi etiket

ACC Karumkit

bila ≥ 500rb atau

ACC Waka bila

Tanya ke dokter utk mengganti

obat yg sejenis

Tdk ada pengganti

Ada pengganti

Diberi obat yg ada di dinas

Tdk di acc

ACC, di ctt kemudian obt

diambil di apotik yanmasum dan

diberi etiket Beli sendiri

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

55

(Lanjutan)

Resep rawat inap

Di cek nama dan ruangan

Skrining resep

Resep non racikan Resep racikan

Penyediaan obat Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir

Penyediaan obat peracikan Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir

Pengecekan ulang obat

Didistribusikan ke ruang perawatan

Resep non racikan Resep racikan

Penyediaan obat peracikan Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir

Penyediaan obat Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir

Resep non racikan Resep racikan

Penyediaan obat peracikan Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

56

Lampiran 10

Denah Apotek Yanmasum

Keterangan 1. Tempat Penerimaan Resep 2. Tempat Penyerahan obat 3. Meja penyediaan obat jadi 4. Lemari obat 5. Kulkas 6. Meja Racikan 7. Meja 8. Ruang sholat 9. Gudang

8

9

4

4 4

4454

4

4

4

4

4

4

3

6 7

44

12

7

7

7 7

7

7

77

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

57

Lampiran 11

Alur Pelayanan Resep di Apotek Yanmasum

Resep rawat jalan/inap

Skrining resep

Diberi harga

Bayar tunai kredit

Dilakukan pencatatan

Penyediaan obat Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir

Resep non racikan Resep racikan

Penyediaan obat peracikan Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir

Pengecekan ulang obat

Diserahkan ke pasien/pengambil obat

Resep rawat jalan/inap

Skrining resep

Resep rawat jalan/inap

Skrining resep

Diberi harga

Resep rawat jalan/inap

Skrining resep

Resep non racikan

Penyediaan obat Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir

Resep racikan

Penyediaan obat peracikan Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir

Resep non racikan

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

58

Lampiran 12

Denah Apotek ASKES

Keterangan : 1. Tempat menerima resep 2. Tempat penyerahan resep 3. Meja staf 4. Meja penyediaan obat 5. Lemari obat 6. Lemari obat injeksi

7. Meja peracikan 8. Lemari es 9. Lemari obat infuse 10. Lemari gudang 11. Tempat sholat 12. WC

12

7 5

5

5

8

3

6

4

4

10 10 10

9

3 33

3

3

1

2

3

11

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

59

Lampiran 13

Alur Pelayanan Resep di Apotek ASKES

Resep diserahkan ke Apoteker/AA

Resep rawat jalan/inap

Resep di entry dan diverifikasi olah

petugas askes

Skrining resep

Pengecekan ulang obat

Diserahkan ke pasien/pengambil obat

dan diberikan konseling

Penyediaan obat Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir

Resep racikan

Penyediaan obat peracikan Pemberian etiket Pewadahan Pemeriksaan akhir

Resep non racikan

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

60

Lampiran 14

Kartu Persediaan Meja

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

DINAS KESEHATAN TNI AL RUMKITAL DR, MINTOHARJO

DEPARTEMEN FARMASI

TEMPAT PENYIMPANAN GUDANG DEPARTEMEN FARMASI

KARTU PERSEDIAAN

Nama Material :…….…………………………………………………….………………………… Kode/Seri :…………………………………..………………………………………………… Satuan : ……………………………………………………………………………………..... Merk / Mutu :………………………………………...………golongan ……….………………. Harga Satuan : …..........………………………………………………………………………….. Tempat Disimpan :Gudang No ……..…………………………. Almari / Rak …………………………

Tanggal Nomor Uraian

(dari/kepada)

Jumlah Keterangan Bukti

penerimaan Bukti

pengeluaran Diterima Dikeluarkan Sisa

Dipindahkan ke kartu ke : ___________________________ ………………………………………….. Tgl ……………………………………….. Kepala Gudang / Bendaharawan Nama : ………………………………………………………………………………. Pangkat : ……………………………………………………………………………

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

61

LAMPIRAN 15

KARTU LOKASI PERSEDIAAN

KOP LAMPIRAN : 17 JUKNIK DIRBEKAL ............................................................ NOMOR : JUKNIK/2/VI/1997/DITBEKAL

......................................... TANGGAL : 30 JUNI 1997______________

KARTU LOKASI PERSEDIAAN

NAMA BEKAL NOMOR KODE SATUAN JATAH NO. KARTU

LOKASI NO. GUDANG BARIS RAK TINGKAT/PALLET

BOX

TGL DARI /

KEPADA NO. DOKUMEN MASUK KELUAR

SISA KET

BAIK RUSAK

DIREKTUR PEMBEKALAN TNI ANGKATAN LAUT

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

62

LAMPIRAN 16

INSENERASI LIMBAH PADAT MEDIS

MESIN IPAL

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

63

LAMPIRAN 17

SISTEM UNIT IPAL

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

TUGAS KHUSUS

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

UNIVERSITAS INDONESIA

PELAYANAN INFORMASI OBAT DI RSAL Dr. MINTOHARDJO

TUGAS KHUSUS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Farmasi

TIIZ LUSPYANTRINI

0706231212

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM DIPLOMA III FARMASI KEKHUSUSAN RUMAH SAKIT

DEPOK JUNI 2010

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3 2.1 Pelayanan Informasi Obat Berdasarkan Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit ................................ 3 BAB 3 Gambaran Umum Pelayanan Informasi Obat di RSAL Dr. Mintohardjo ................................................................. 9 3.1 Kegiatan Pelayanan Informasi Obat ........................................... 9 3.2 Data Evaluasi Pelayanan Informasi Obat di RSAL Dr. Mintohardjo Periode Triwulan IV Tahun 2009 ........ 10

BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................ 15

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 18

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 18 5.2 Saran ............................................................................................... 18

DAFTAR REFERENSI ................................................................................. 19

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Menjawab Pertanyaan Pelayanan Informasi Obat .............. 4 Gambar 3.2a Grafik Prosentase Penanya PIO ................................................... 10 Gambar 3.2b Grafik Prosentase Materi Pertanyaan PIO ................................... 12 Gambar 3.2c Grafik Prosentase Persiapan Jawaban PIO .................................. 13 Gambar 3.2d Grafik Prosentase Penyampaian Jawaban PIO............................. 13 Gambar 3.2e Grafik Prosentase Cara Penyampaian Jawaban PIO ................... 14

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2a Database Penanya PIO ...................................................................... 10 Tabel 3.2b Materi Pertanyaan PIO ...................................................................... 11 Tabel 3.2c Penyampaian Jawaban PIO ............................................................... 12

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kerja Pelayanan Informasi Obat (PIO)……………... ..... 2 Lampiran 2 Standar Operasional Pelayanan Informasi Obat Di RSAL Dr. Mintohardjo………... .............................................. 3

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

  

1  

   

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 228/2002 tentang

Pedoman Penyusunan Standar Minimal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan

Daerah, rumah sakit sebagai satu diantara sarana kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam

mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dengan demikian rumah

sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang

ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Pelayanan yang diberikan rumah sakit tidak hanya sebatas layanan medis dan

keperawatan saja, tetapi rumah sakit dituntut memberikan layanan penunjang seperti

layanan radiologi, laboratorium, farmasi dan layanan penunjang lainnya sebagai

pelengkap.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit,

pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,

penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau

bagi semua lapisan masyarakat. Hal tersebut dan tuntutan masyarakat akan mutu

pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama

drug oriented menjadi paradigma baru patient oriented. Hal ini meningkatkan

kebutuhan akan pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang berkualitas sesuai

perkembangan dunia kefarmasian.

Mengacu pada paradigma baru, farmasis perlu meningkatkan perhatian

tehadap keselamatan dan kepentingan pasien. Dengan demikian diperlukan suatu

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

2  

Universitas Indonesia

pelayanan informasi obat yang memberikan informasi obat yang independen, akurat,

komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang

memerlukan di rumah sakit. Informasi yang tepat mengenai terapi obat sangat

diperlukan oleh pasien agar terapi yang diberikan memberi hasil yang maksimal.

Ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan terapi dapat mengakibatkan kegagalan

terapi. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang

obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat yang diterima.

Pada praktek pelayanan kesehatan di rumah sakit disamping pasien dan

masyarakat, pemberian informasi obat juga diperlukan oleh praktisi medis untuk

memperoleh informasi terbaru secara terus menerus mengenai apapun yang berkaitan

dengan bidangnya termasuk tentang obat-obatan. Informasi yang diterima umumnya

berasal dari industri farmasi yang tidak lepas dari promosi dan komersil. Pendapat

lain yang objektif, diperlukan untuk membantu praktisi medis dalam menentukan

pilihan obat yang digunakan untuk menunjang terapi.

Dengan alasan-alasan tersebut maka di rumah sakit perlu diadakan pelayanan

informasi obat yang terkini, objektif dan akurat mengenai obat-obatan bagi praktisi

medis, pasien maupun masyarakat rumah sakit lainnya. Berdasarkan hal-hal tersebut

penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan informasi obat di RSAL Dr.

Mintohardjo.

1.2 Tujuan

Tugas khusus ini bertujuan untuk memahami pelaksanaan kegiatan pelayanan

informasi obat di RSAL Dr. Mintohardjo.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

3   

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Informasi Obat Berdasarkan Pedoman Pelayanan Informasi

Obat di Rumah Sakit

2.1.1 Definisi

Pelayanan informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan

pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif,

terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang memerlukan di

rumah sakit.

2.1.2 Tujuan

Diadakannya pelayanan informasi obat di rumah sakit bertujuan untuk

menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi kepada

pasien, tenaga kesehatan dan pihak lain; menyediakan dan memberikan informasi

obat kepada pasien, tenaga kesehatan dan pihak lain; menyediakan informasi untuk

membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat bagi KFT/PFT.

2.1.3 Ruang Lingkup Pelayanan

2.1.3.1 Pelayanan pemberian informasi

Kegiatan pelayanan informasi obat berupa penyediaan dan pemberian

informasi obat yang bersifat aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker

pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu

pertanyaan melainkan aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin,

brosur, leaflet, seminar dan lain-lain.

Pelayanan besifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat

memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima.

Menjawab pertanyaan mengenai obat merupakan kegitaan rutin suatu pelayanan

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

4  

Universitas Indonesia  

informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapat disampaikan secara melalui telepon,

tatap muka atau tertulis.

Gambar 2.1. ALUR MENJAWAB PERTANYAAN

PELAYANAN INFORMASI OBAT

 

Dengan demikian kegiatan yang dilakukan secara keseluruhan meliputi:

menjawab pertanyaan; menerbitkan bulletin; membantu unit lain dalam mendapatkan

informasi obat; menyiapkan materi untuk brosur informasi obat, mendukung kegiatan

Komite Farmasi dan Terapi dalam merevisi dan menyusun formularium.

PENANYA

PIO

ISI FORMULIR KLASIFIKASI • PENANYA • PERTANYAAN

INFORMASI LATAR BELAKANG

KUMPUL DATA & EVALUASI DATA

FORMULIR JAWABAN

KOMUNIKASI

DOKUMENTASI

UMPAN BALIK

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

5  

Universitas Indonesia  

2.1.3.2 Pendidikan

Kegiatan pendidikan oleh suatu pelayanan informasi obat dapat bervariasi dan

disesuaikan dengan masing-masing rumah sakit antara lain, memberikan dan

mengkoordinasikan program pendidikan berkelanjutan bagi apoteker, asisten

apoteker, perawat, mahasiswa, atau profesi kesehatan lainnya; menyajikan informasi

terbaru mengenai obat dan atau penggunaan obat dalam bentuk seminar, simposium

dan lain-lain; membimbing dan mengajar apoteker magang/ mahasiswa yang sedang

praktek kerja lapangan mengenai keterampilan dalam pelayanan informasi obat;

program pendidikan ini dapat dilakukan di dalam atau di luar rumah sakit dengan

memberikan kuliah atau mempublikasikan topik-topik yang berhubungan dengan

pelayanan informasi obat.

2.1.3.3 Penelitian

Kegiatan penelitian yang dapat dilakukan dalam pelayanan informasi obat

antara lain: melakukan penelitian evaluasi penggunaan obat; melakukan penelitian

penggunaan obat baru; melakukan penelitian lain yang berkaitan dengan penggunaan

obat, baik secara mandiri atau bekerja sama dengan pihak lain; melakukan kegiatan

program jaminan mutu.

2.1.4 Sasaran Informasi Obat

Kegiatan pelayanan informasi obat diadakan dengan sasaran meliputi pasien

atau keluarga pasien; tenaga kesehatan yaitu dokter, dokter gigi, apoteker, perawat,

bidan, asisten apoteker, dan lain-lain; pihak lain yaitu manajemen, tim/ kepanitiaan

klinik, dan lain-lain.

2.1.5 Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana

Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalankan pelayanan informasi

obat meliputi apoteker, asisten apoteker dan staf kefarmasian lainnya. Persyaratan

sumber daya manusia antara lain, mempunyai kemampuan mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan dengan mengikuti pendidikan pelatihan yang

berkelanjutan; menunjukkan kompetensi profesional dalam penelusuran,

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

6  

Universitas Indonesia  

penyeleksian, dan evaluasi sumber informasi; mengetahui tentang fasilitas

perpustakaan di dalam dan di luar rumah sakit, metodologi pengunaan data

elektronik; memiliki latar belakang pengetahuan tentang terapi obat; memiliki

kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Sarana dan prasarana pelayanan informasi obat disesuaikan dengan kondisi

rumah sakit. Jenis dan jumlah perlengkapan bervariasi tergantung ketersediaan dan

perkiraan kebutuhan akan perlengkapan dalam pelaksanaan pelayanan informasi obat.

Sarana ideal untuk pelayanan informasi obat antara lain: ruang kantor; ruang rapat;

perpustakaan; komputer; faximili dan telepon; jaringan internet; in house data base

dan lain-lain

2.1.6 Pustaka Sumber Informasi

Pustaka ilmiah, internet, brosur-brosur obat dan lembaga-lembaga kesehatan

seperti BPOM, Departemen Kesehatan merupakan sumber informasi. Semua sumber

informasi yang digunakan diusahakan terbaru dan disesuaikan dengan tingkat dan

tipe pelayanan. Pustaka ilmiah digolongkan dalam tiga kategori yaitu pustaka primer,

pustaka sekunder, dan pustaka tersier.

Pustaka primer berupa artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti,

informasi yang terdapat di dalamnya berupa laporan hasil penelitian, laporan khusus,

studi evaluatif, atau laporan deskriptif yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Contoh

pustaka primer : Journal of the American Medical Association; British Medical

Journal.

Pustaka sekunder berupa indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari

berbagai macam artikel jurnal. Contoh sumber informasi sekunder: Medline, yang

berisi abstrak tentang terapi obat; International Pharmaceutical Abstract, yang berisi

abstrak penelitian kefarmasian.

Pustaka tersier berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia atau

pedoman praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi materi

yang umum, lengkap dan mudah dipahami. Contoh pustaka tersier: Extra

Pharmacopoea Martindale; Farmakope Indonesia; Handbook of Injectable Drugs.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

7  

Universitas Indonesia  

Alur penggunaan pustaka yaitu dengan menggunakan pustaka tersier lebih dulu

setelah itu meningkat ke pustaka sekunder kemudian pustaka primer.

2.1.7 Dokumentasi

Pendokumentasian sangat penting karena dapat membantu menelusuri kembali

data informasi yang dibutuhkan dalam waktu yang relatif lebih singkat. Manfaat

dokumentasi antara lain: mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang

diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan lengkap; sumber informasi apabila

ada pertanyan serupa; catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya;

media pelatihan tenaga farmasi; basis data penelitian, analisis, evaluasi dan

prencanaan layanan; bahan audit dalam melaksanakan Quality Assurance dari

pelayanan informasi obat.

2.1.8 Evaluasi Kegiatan

Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan informasi obat di rumah sakit, harus

dilakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan secara berkala. Evaluasi ini digunakan

untuk menilai/ mengukur keberhasilan pelayanan informasi obat itu sendiri dengan

cara membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan

pelayanan informasi obat.

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan dengan mengumpulkan data dari awal

dan mendokumentasiakn pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, serta jawaban dan

pelayanan yang diberikan kemudian dibuat laporan tahunan. Laporan ini dievaluasi

dan berguna untuk memberikan masukan kepada pimpinan dalam membuat kebijakan

di waktu mendatang.

Indikator, diperlukan untuk mengukur tingkat keberhasilan. Indikator itu

bersifat valid dan dapat diukur. Indikator keberhasilan pelayanan informasi obat

mengarah kepada pencapaian penggunaan obat secara rasional di rumah sakit.

Indikator yang dapat digunakan antara lain: meningkatnya jumlah pertanyaan yang

diajukan; menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab; meningkatnya

kualitas pelayanan; meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan (leaflet, brosur,

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

8  

Universitas Indonesia  

buletin); meningkatnya pertanyaan berdasar jenis pertanyaan dan tingkat kesulitan;

menurunnya keluhan atas pelayanan.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

9  

BAB 3 GAMBARAN UMUM PELAYANAN INFORMASI OBAT DI

RSAL Dr.MINTOHARDJO

3.1 Kegiatan Pelayanan Informasi Obat

Ruang pelayanan informasi obat (PIO) di RSAL Dr. Mintohardjo terletak di

sebelah Apotek Dinas dan memiliki ruang tunggu dan dua ruangan apoteker.

Kegiatan PIO di RSAL Dr. Mintohardjo meliputi pelayanan aktif, pelayanan

pasif, konseling pasien rawat jalan, dokumentasi dan evaluasi.

Pemberian informasi obat, dilakukan secara aktif dan pasif. Pemberian informasi

obat aktif merupakan pelayanan pemberian informasi yang dilakukan dengan cara

membuat seminar untuk staf kesehatan di lingkungan rumah sakit misalnya, perawat,

dokter, dan tenaga medis lainnya. Pemberian informasi obat pasif merupakan

pelayanan informasi obat yang dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan yang

diajukan.

Pada kegiatan menjawab pertanyaan mula-mula pertanyaan yang diterima dicatat

dalam Form Pelayanan Informasi Obat kemudian pertanyaan dikelompokkan sesuai

kelompok yang ada yaitu farmasetika, farmakokinetika, farmakoterapi, dan lain-lain.

Pencarian jawaban tahap pertama dalam in house data base dengan menggunakan

katalog. Bila tidak ditemukan pencarian dilanjutkan ke pustaka. Hasil pencarian

jawaban dikumpulkan dan dianalisa. Kemudian jawaban pertanyaan ditulis ke dalam

form dan kelengkapan form diisi. Jawaban bisa disampaikan secara lisan, pertelepon

atau tertulis. Waktu penyampaian jawaban dicatat dan dilakukan umpan balik kepada

penanya.

Konseling berkelanjutan pasien rawat jalan merupakan kegiataan pemantauan

kepatuhan penggunaan obat pasien rawat jalan. Kriteria pasien yang mendapatkan

konseling adalah pasien yang menderita penyakit kronis yang memerlukan

penggunaan obat secara kontinu sehingga kepatuhan penggunaan obat oleh pasien

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

 

 

 

perlu dipa

pasien den

Doku

memudahk

kembali.

perkemban

3.2 Data E

Triwu

Tabel 3.2a

NO

1 Do2 Do3 Per4 Pen5 Ap6 La To

Gambar 3

0204060

Pr

atau terus-m

ngan kebutu

mentasi di

kan dalam

Kegiatan

ngan dan ke

Evaluasi P

ulan IV Tah

a Database

PROF

okter okter gigi rawat nderita

poteker ain – lain

otal

3.2a Grafi

rosentasi 

menerus aga

uhan khusus

ilakukan u

pencarian r

evaluasi

eberhasilan

elayanan I

hun 2009

e Penanya P

FESI

k Prosenta

Penanya P

ar tercapai

s lainnya.

untuk mem

referensi ap

pelaksanaa

PIO di ling

nformasi O

PIO

JUML

ase Penanya

PIO

efek terapi

mperkaya in

pabila ada p

an PIO d

gkungan rum

Obat di RS

LAH KORE

0 0 1 4 1118

34

a PIO

U

yang diing

n house d

pertanyaan y

dilakukan

mah sakit.

SAL Dr. Mi

ESPONDEN

Universitas I

ginkan serta

data base

yang sama

untuk me

intohardjo

N PROS

135

10

    

Indonesia 

a pasien-

sehingga

diajukan

engetahui

Periode

SENTASE (%) 0 0

2.94 11.76 32.35 52.94

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

11  

     

Universitas Indonesia  

Tablel 3.2b Materi Pertanyaan PIO

NO KLASIFIKASI PERTANYAAN JUMLAH

PERTANYAAN

PROSENTASE

(%)

1 Reaksi obat yang merugikan 9 13,24

2 Ketersediaan 1 1,47

3 Ketersatukan/stabilitas kimia 0 0,00

4 Farmasetik/kelarutan,dll 0 0,00

5 Peracikan/ formulasi 4 5,88

6 Interaksi obat 7 10,29

7 Obat-penyakit, obat-makanan 5 7,35

8 Obat pilihan/terapetik/farmakologi 9 13,24

9 Metode pemberian 10 14,71

10 Farmakodinamik 1 1,47

11 Farmakokinetik 3 4,41

12 Kehamilan/menyusui/teratogenisitas 6 8,82

13 Keracunan/toksikologi 2 2,94

14 Bahan obat asing dan obat bebas

(obat yang ditelti, vitamin, tanaman,

zat kimia)

4 5,88

15 Lain-lain 7 10,29

Total 68

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

 

 

 

Gambar 3

Tabel 3.2c

NO PA

1 Per

a. <

b. 5

c. 1

d. >

Tot

3.2b Grafik

c Penyamp

0,002,004,006,008,00

10,0012,0014,0016,00

Pros

ARAMETER

rsiapan jawa

< 5 menit

5-15 menit

15-60 menit

> 60 menit

tal

k Prosentas

paian Jawa

sentase 

R

aban

t

se Materi P

ban PIO

Materi

JUMLAH

3

14

4

7

28

Pertanyaan

 Pertan

PROSEN

(%)

10,7

50,00

14,29

25,00

U

n PI

yaan PI

TASE

)

1

0

9

0

Universitas I

O

12

    

Indonesia 

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

 

 

 

(Lanjutan)

2 Peb

3 Cajaw

b

Gambar 3

Gambar 3

0,0020,0040,0060,00

P

0,00

50,00

100,00

)

nyampaian b. 15-60 mec. 1-4 jam d. 4-24 jame. > 1 hari Total

ara penyampwaban a. Lisan b. Pertelepoc. Tertulis Total

3.2c Grafik

3.2d Grafik

a. < 5 menit

b

ProsentaJa

a. 15‐60 menit

b.ja

PPenyam

jawaban enit

paian

on

k Prosentas

k Prosentas

b. 5‐15 menit

c. 1m

ase Persawaban

1‐4 am

c. 4‐24 jam

Prosentmpaian

  

24 0 2 1

27

14 2

13

29

se Persiapa

se Penyamp

15‐60 menit

d. > me

siapan 

d. > 1 hari

To

tase  Jawaba

88.80.07.43.7

48.26.9

44.8

an Jawaban

paian Jawa

60 nit

otal

an

U

89 0 1 0

28 0

83

n

aban

Universitas I

13

    

Indonesia 

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

 

 

 

Gambar

0,00

20,00

40,00

60,00

P

3.2e Grafi

a. Lisan

ProsePenyam

ik Prosenta

b. Pertele

entase Cpaian Ja

ase Cara Pe

pon c. Ter

Cara awaban

enyampaian

rtulis

n

U

n Jawaban

Universitas I

n

14

    

Indonesia 

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

15  

BAB 4 PEMBAHASAN

Pelayanan Informasi Obat di RSAL Dr.Mintohardjo merupakan pelayanan

yang berada di bawah Sub Departemen Farmasi Klinik. Dalam pelaksanaannya, PIO

dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh tenaga ahli madya farmasi.

Pelayanan PIO mencakup dua hal yaitu pelayanan yang bersifat pasif dengan

menjawab pertanyaan yang diajukan ke PIO oleh tenaga kesehatan ataupun pasien

dan pelayanan PIO yang bersifat aktif yaitu pelayanan secara kontinu memberikan

informasi dari PIO kepada masyarakat rumah sakit tanpa menunggu adanya

pertanyaan terlebih dahulu.

Pelayanan pemberian informasi secara pasif sudah berjalan dengan baik dan

sesuai dengan Standar Operasional Prosedur Pelayanan Informasi Obat di RSAL Dr.

Mintohardjo.

Pelayanan pemberian informasi secara aktif sudah dilakukan dengan cukup

baik dengan mengadakan seminar di lingkungan rumah sakit tentang informasi yang

berhubungan dengan dunia kefarmasian untuk semua tenaga kesehatan dan konseling

bagi pasien rawat jalan namun kegiatan ini belum dilakukan secara optimal. Selama

ini seminar yang dibuat diperuntukkan bagi praktisi kesehatan saja. Bagi pasien dan

masyarakat, perlu dibuat sebuah seminar khusus untuk memberikan pengetahuan

tentang obat dan meningkatkan ketaatan penggunaan obat.

Program pembuatan brosur dan leaflet tentang informasi obat di RSAL Dr.

Mintohardjo tidak berjalan dengan baik dikarenakan kurangnya jumlah sumber daya

manusia . Brosur dapat dibaca oleh semua orang yang berada di lingkungan rumah

sakit sehingga pemberian informasi menjadi lebih luas.

Kegiatan pelatihan tentang PIO secara langsung kepada staf kefarmasian tidak

dilakukan oleh Departemen Farmasi melainkan dilakukan oleh Departemen

Pengembangan Dan Pelatihan RSAL Dr. Mintohardjo. Departemen Farmasi

memberikan pendidikan tentang PIO diberikan kepada mahasiswa yang melakukan

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

16  

Universitas Indonesia  

praktek kerja di RSAL Dr. Mintohardjo. Akan lebih baik bila pelatihan tentang PIO

bagi staf diberikan langsung oleh Departemen Farmasi sehingga kinerja PIO di RSAL

Dr.Mintohardjo dapat optimal.

Kegiatan penelitian berupa program jaminan mutu, dilakukan untuk menilai

kebehasilan penyelenggaraan PIO. Menurut data Evaluasi Pelayanan Informasi Obat

triwulan IV tahun 2009, pelayanan pemberian informasi secara pasif masih belum

optimal. Menurut data orang yang bertanya (penanya), selama triwulan ini hanya ada

34 orang penanya. Tidak ada pertanyaan dari dokter maupun dokter gigi, 1 (satu)

pertanyaan diajukan oleh perawat (2,94%), penderita 4 (empat) pertanyaan (11,76%),

apoteker 11 (sebelas) pertanyaan (32,35%), dan penanya dengan latar belakang

lainnya senanyak 18 (delapan belas) pertanyaan (52,94%).

Hal ini menunjukkan bahwa PIO belum dimanfaatkan secara optimal oleh

seluruh tenaga kesehatan yang ada. Hal ini bisa disebabkan sosialisasi keberadaan

PIO di RSAL Dr. Mintohardjo belum maksimal dan tingkat kesadaran pengguna akan

informasi obat masih kurang. Dengan demikian, perlu diadakan sosialisai pelayanan

informasi obat kepada seluruh staf dan tenaga kesehatan di RSAL Dr. Mintohardjo

berupa pembuatan brosur tentang PIO beserta manfaatnya dan sosialisasi keberadaan

PIO dalam temu ilmiah.

Klasifikasi pertanyaan yang diajukan meliputi reaksi obat yang merugikan

13,24%; ketersediaan 1,47%; peracikan/ formulasi 5,88%; interaski obat 10,29%;

obat-penyakit/obat-makanan 7,35%; obat pilihan/terapetik/farmakologi 13,24%;

metode pemberian 14,71%; farmakodinamik 1,47%; farmakokinetik 4,41%;

kehamilan/ menyusui/ teratogenitas 8,82%; keracunan/toksikologi 2,94%; bahan obat

asing dan obat bebas 5,88%; lain-lain 10,29%.

Klasifikasi pertanyaan yang diajukan sangat beragam. Seorang penanya, dapat

mengajukan lebih dari satu pertanyaan setiap kali bertanya. Hal ini mengindikasikan

antusiasme penanya terhadap informasi yang jelas dan lengkap mengenai obat.

Waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan jawaban kurang dari 5 menit

10,71%; 5-15 menit 50%; 15-60 menit 14,29%; lebih dari 60 menit 25%, berarti staf

PIO masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

17  

Universitas Indonesia  

Dengan demikian perlu dilakukan penambahan literatur baik textbook maupun

pemasangan internet untuk mengoptimalkan kualitas pelayanan.

Waktu penyampaian jawaban 15-60 menit 88,89%; 4-24 jam 7,41%; dan lebih

dari 1 hari 3,70%. Lamanya waktu penyampaian jawaban ini tergantung pada

banyaknya pertanyaan yang diajukan dan tingkat pemahaman penanya terhadap

penjelasan yang diberikan. Penyampaian jawaban dilakukan dengan cara lisan

48,28%, pertelepon 6,90% dan tertulis 44,83%. Penyampaian secara lisan dilakukan

bila penanya dapat bertemu langsung dengan staf dan mendengarkan penjelasan yang

diberikan dan bila penanya tidak dapat bertemu langsung maka penyampaian jawaban

dapat dilakukan melalui telepon ataupun tertulis. Semua form pertanyaan PIO disertai

dengan penjelasan tertulis untuk didokumentasikan.

Untuk memperoleh data yang akurat, maka beberapa kelalaian seperti seperti

tidak mencantumkan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan

jawaban, tidak mencantumkan waktu penyampaian jawaban dan cara penyampaian

jawaban, diusahakan seminimal mungkin. Dengan demikian kegiatan evaluasi dapat

berjalan optimal.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

18  

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pelayanan informasi obat yang dilakukan di RSAL Dr. Mintohardjo adalah

pelayanan pasif dan aktif. Pemberian pelayanan informasi obat secara pasif berupa

menjawab pertanyaan yang diajukan sudah dilakukan dengan baik. Pelayanan

informasi obat secara aktif yang sudah dilakukan yaitu membuat seminar bagi

praktisi kesehatan di lingkungan RSAL Dr. Mintohardjo.

Pemanfaatan pelayanan informasi obat di RSAL Dr. Mintohardjo masih

belum optimal. Kinerja staf PIO yang ada di RSAL Dr. Mintohardjo sudah cukup

baik karena tidak ada pertanyaan yang tidak dapat dijawab dan waktu yang

dibutuhkan untuk mempersiapkan jawaban tidak terlalu lama.

5.2 Saran

Agar PIO di RSAL Dr. Mintohadjo dapat dimanfaatkan secara maksimal perlu

dibuat sosialisasi tentang pelayanan informasi obat berupa pembuatan brosur tentang

manfaat PIO dan keberadaannya dalam temu ilmiah.

Agar pelayanan informasi obat secara aktif lebih optimal, perlu dibuat brosur,

leaflet atau bulletin mengenai informasi terkini.

Agar kualitas pelayanan PIO di RSAL Dr. Mintohardjo dapat lebih optimal

dibutuhkan penambahan sumber daya manusia yang kompeten.

Agar staf PIO mudah mendapatkan informasi yang diperlukan perlu diadakan

penambahan sarana pustaka , baik dalam bentuk buku maupun pemasangan internet.

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

19  

DAFTAR REFERENSI

Departemen Farmasi RSAL Dr.Mintohardjo. (2009). Standar Operasional Prosedur Pelayanan Informasi Obat. Jakarta: RSAL Dr. Mintohardjo.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Kepmenkes RI Nomor

228/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Minimal Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

-------------------------------------------------------. (2004). Keputusan Menteri

Kesehatan RI No 1197/Menkes/SK/XI/2004. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen

Kesehatan RI. (2004). Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Utama, Surya. (2003). Memahami Fenomena Kepuasan Pasien Rumah Sakit.

Maret 8,2010. http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3670/ 1/fkm-surya1.pdf

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

20  

LAMPIRAN

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.

21  

Lampiran 1 LEMBAR KERJA

PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO) No. Tanggal: Waktu: Metode: Lisan/Tulisan/Telefon

1. IDENTITAS PENANYA Nama : Alamat : Telepon : Profesi :

Dokter Perawat Penderita Apoteker Lain-lain: ………

2. KLASIFIKASI INFORMASI Reaksi obat yang merugikan Metode pemberian Ketersediaan Farmakodinamik Ketersatukan/stabilitas kimia Farmakokinetik Farmasetik. Kelarutan,dll Kehamilan/menyusui/teratogenitas Peracikan/ formulasi Keracunan/Toksikologi Interaksi obat Bahan obat asing dan obat bebas (obat Obat- penyakit, obat- makanan yang diteliti,vitamin,tanaman,zat kimia) Obat pilihan/terapetik/farmakologi Lain- lain : …………..

3. PERTANYAAN

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

4. JAWABAN: ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5. LITERATUR: …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

6. PENYAMPAIAN JAWABAN: a. Waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan jawaban:

{<5 menit} {5-15 menit} {15-60 menit} {>60 menit ( jam)} b. Waktu yang diperlukan untuk menyampaikan jawaban:

{15-60 menit} {1-3jam} {4-24 jam} {> 1hari ( hari)} c. Metode penyampaian jawaban : Lisan/ pertelepon/ tertulis

Lisan Pertelepon Tertulis

Pelayanan informasi..., Tiiz Luspyantrini, FMIPA UI, 2010.