Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
PERIODE 01APRIL – 30 MEI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DEKVITA ARA, S. Farm.
1306343441
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JULI 2014
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
PERIODE 01APRIL – 30 MEI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
DEKVITA ARA, S. Farm.
1306343441
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JULI 2014
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
iii
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
iv
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil alamin, puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan kegiatan dan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di
Rumah Sakit Marinir Cilandak Periode 01 April – 30 Mei 2014.
Laporan ini merupakan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker
di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Setelah mengikuti kegiatan PKPA ini,
diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja.
Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia;
2. Dr. Hayun, M.Si., Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis selama penulis melaksanakan PKPA;
3. Letnan Kolonel Laut (K) Drs. Agusman, MM., Apt., selaku Kepala Bagian
Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.
4. Mayor Laut Mayannaria Simarmata, M.Farm., Apt., selaku Pembimbing I di
Rumah sakit Marinir Cilandak, yang telah memberikan bimbingan, ilmu,
saran, motivasi dan bantuan lainnya yang sangat bermanfaat selama
penyusunan laporan ini;
5. Dra. Retnosari Andrajati, MS., Ph.D., Apt., sebagai pembimbing Praktek
Kerja Profesi Apoteker dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;
6. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia;
7. Terima kasih kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu mendukung
penulis walau dari jauh. Kakak penulis Maida ayu ara dan abang penulis
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
vi
Arani muhdi dan keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan, doa,
semangat dan kasih sayang yang tiada henti;
8. Suamiku tercinta Alfian DR, terima kasih atas pengertian, semangat dan
dukungannya;
9. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 78, khususnya Rita, Dewi, Gita,
Qiqi, Lala, Mutia, Irma yang telah mendukung dan bekerja sama selama
perkuliahan hingga pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker
10. Semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan
PKPA ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala
kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis
harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada
khususnya.
Penulis,
Juli 2014
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
vii
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
viii
ABSTRAK
Nama : Dekvita Ara
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Rumah Sakit
Marinir Cilandak Periode 01april – 30 Mei 2014
Apoteker merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang berperan dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit. Untuk mengetahui
dan memahami peran apoteker serta kendala dalam menjalankan kefarmasian di
Rumah sakit, maka Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia bekerja sama
dengan Rumah Sakit Marinir Cilandak menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi
sApoteker periode 1 April – 30 Mei 2014. Berdasarkan pengamatan selama
praktek kerja di Rumah Sakit, peran apoteker diantaranya memberikan pelayanan
kefarmasian dalam bentuk Pelayanan Informasi Obat kepada pasien serta
mengatur manajemen inventori perbekalan farmasi. Selain itu, apoteker juga
berperan dalam Panitia Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit. Kendala yang
dihadapi dalam menjalankan pelayanan kefarmasian yaitu Pelayanan farmasi
klinik belum berjalan secara optimal karena keterbatasan Sumber Daya Manusia
di bidang farmasi, khususnya profesi apoteker, belum diterapkannya sistem
distribusi obat rawat inap secara dosis unit, belum optimalnya peran Panitia
Farmasi dan Terapi dalam menetapkan dan mengawasi kebijakan penggunaan
obat di lingkungan Rumah sakit. Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Pada
Pasien Dispepsia Syndrom Melalui Penelusuran Rekam Medis Pada Tanggal 10
Mei – 14 Mei 2014 Di Ruang Flamboyan Bawah Rumah Sakit Marinir Cilandak,
merupakan tugas khusus yang diberikan pada Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
Kata Kunci : Apoteker, Praktek Kerja, Peran, Kendala, Rumah Sakit
Laporan Tugas Umum : xii + 80 halaman; 25 lampiran
Laporan Tugas Khusus : v + 29 halaman; 1 lampiran
Daftar Acuan Laporan Tugas Umum : 8 (1996-2010)
Daftar Acuan Laporan Tugas Khusus : 11 (1990-2013)
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
ix
ABSTRACT
Name : Dekvita Ara
Program Study : Apothecary
Title : Report of Apothecary Professional Internship at Marinir
Hospital Cilandak in April 1 st – Mei 30 th 2014
Pharmacist is one of health professional who give health service for patient in
hospital. Therefore, The Professional of Apothecary Program University of
Indonesia in collaboration with Marinir Hospital Cilandak held a Professional
Field Work of Apothecary, period of April 1 st – Mei 30 th 2014. Based on an
observation, Pharmacist roles including providing pharmaceutical services in the
form of Drug Information Services to patients and to manage pharmaceutical
inventory management. In addition, pharmacists also play a role in the Pharmacy
and Therapeutics Committee at the Hospital. Constraints faced in implementing
pharmacy services ie clinical pharmacy services not running optimally due to
limited human resources in the field of pharmacy, the pharmacist profession in
particular, has not been the implementation of inpatient drug distribution system
in dosage unit, not optimal role of Pharmacy and Therapeutics Committee in
establishing and overseeing drug use policies in the hospital environment.
Identification of Drug Related Problems (DRPs) Dyspepsia Syndrome In Patients
With Medical Record Search By Date 10 May to 14 May 2014 in the Flamboyan
Room Bottom at Marinir Hospital Cilandak is special assignment report which
given in this Professional Field Work of Apothecary.
Key Words : Pharmacist, Field Work, Role, Problem, Hospital.
General Assignment Report : xii + 80 pages; 25 appendix
Special Assignment Report : v + 29 pages; 1 appendix
General Assignment Report Bibliography : 8 (1996-2010)
Special Assignment Report Bibliography : 11 (1990-2013)
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 LatarBelakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1 Rumah Sakit ................................................................................... 4
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ....................................................... 15
BAB 3. TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK . 19
3.1 Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak .......... 19
3.2 Tujuan,Visi,Misi,Motto dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak .. 21
3.3Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak ....................................... 22
3.4Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak ....................................... 22
3.5 Instalasi Rawat Jalan ...................................................................... 22
3.6 Instalasi Rawat Inap ....................................................................... 23
3.7 Fasilitas Penunjang ......................................................................... 23
3.8 Rekam Medis .................................................................................. 24
3.9 Formularium ................................................................................... 25
3.10 Unit Sterilisasi (Sterilization Unit) ............................................... 25
3.11 Pengolahan Limbah RS Marinir Cilandak ................................... 26
BAB 4. TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI
RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK ...................................... 28
4.1 Struktur Organisasi Departemen Farmasi RS Marinir Cilandak .... 28
4.2 Fungsi dan Tugas Pokok Departemen Farmasi .............................. 31
4.3 Uraian Tugas Departemen Farmasi ................................................ 31
4.4 Gudang Farmasi .......................................................................... 33
4.5 Apotek PC .................................................................................. 35
4.6 Apotek BPJS ............................................................................... 37
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
xi
BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................ 45
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 53
6.2 Saran ............................................................................................... 53
DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 55
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak .............. 56
Lampiran 2. Struktur Organisasi Bagian Farmasi RSMC .......................... 57
Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi RSMC ................................. 58
Lampiran 4. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC ........................................ 59
Lampiran 5. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC ......................................... 60
Lampiran 6. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC .................................... 61
Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Jalan & Rawat Inap di
Apotek PC RSMC ................................................................... 62
Lampiran 8. Alur Resep Pasien Rawat Inap & Rawat Jalan
di Apotek BPJS ........................................................................ 63
Lampiran 9. Surat Pesanan Obat Apotek BPJS dan PC ............................. 64
Lampiran 10. Surat Pesanan Narkotika ...................................................... 65
Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropika .................................................. 66
Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Obat ........................................... 67
Lampiran 13. Laporan Hasil Pengujian Limbah......................................... 68
Lampiran 14. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di RSMC ... 69
Lampiran 15. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RSMC .... 70
Lampiran 16. Formulir Pendaftaran Pasien Baru ....................................... 71
Lampiran 17. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan ........................................ 72
Lampiran 18. Lembar Resep Rumah Sakit Marinir Cilandak .................... 73
Lampiran 19. Salinan Resep Apotek Yanmasum RSMC ........................... 74
Lampiran 20. Salinan Resep Apotek BPJS RSMC ..................................... 75
Lampiran 21. Etiket Obat RSMC ............................................................... 76
Lampiran 22. Persyaratan Administrasi Klain Obat BPJS
Kesehatan RSMC 1 ............................................................... 77
Lampiran 23. Persyaratan Administrasi Klaim Obat BPJS
Kesehatan RSMC 3 ............................................................... 78
Lampiran 24. Print Out SIMAK BMN Persediaan Barang per Item .......... 79
Lampiran 25. Print Out SIMAK BMN Neraca RSMC .............................. 80
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang dapat diartikan sebagai
keadaan sehat, baik secara fisik, mental spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
2009). Oleh karena itu, setiap manusia memiliki hak yang sama untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang paripurna sesuai dengan kebutuhan.
Pelayanan kesehatan yang paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
pendekatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan penyakit (rehabilitatif) yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan (Undang – Undang Republik
Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009). Mengingat pentingnya
kesehatan, maka Pemerintah Republik Indonesia memasukkan kesehatan sebagai
salah satu prioritas dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2010 – 2014 melalui peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan untuk
meningkatkan angka harapan hidup pada tahun 2015 (Rancangan Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014) .
Sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
paripurna salah satunya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi –
tigginya. Fungsi utama rumah sakit yakni menyelenggarakan upaya kesehatan
yang bersifat kuratif dan rehabilitatif bagi pasien. Rumah sakit dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatannya menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan unit gawat darurat (Undang – Undang Republik Indonesia No. 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009).
Dalam rangka melakukan upaya kesehatan tersebut, rumah sakit perlu
didukung oleh semua bagian yang ada didalamnya termasuk tenaga kesehatan.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
2
Universitas Indonesia
Tenaga kefarmasian merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang berperan
dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien di rumah sakit. Pelayanan
kefarmasian di rumah sakit, diatur dan dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS) dan merupakan pelayanan utama di rumah sakit, karena hampir
seluruh pelayanan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit berkaitan dengan
persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Keberadaan pelayanan farmasi yang
baik akan berpengaruh pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan, penurunan
biaya kesehatan, dan peningkatan perilaku rasional dari seluruh tenaga kesehatan,
pasien, keluarga pasien, dan masyarakat lain. Tenaga kefarmasian di rumah sakit
memiliki fungsi untuk mengelola perbekalan farmasi dan melakukan pelayanan
kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan (Departemen Kesehatan,
2004). Peran apoteker lainnya dalam farmasi rumah sakit adalah memberikan
solusi dari masalah obat yang digunakan untuk diberikan kepada tim medis yang
telah melakukan diagnosis yang tepat, oleh karena itu apoteker diharapkan
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian.
Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka Program
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan RS Marinir Cilandak
menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 1 April – 30
Mei 2014. Melalui kegiatan PKPA ini mahasiswa calon apteker diharapkan
memiliki bekal pengetahuan tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit sehingga
dapat mengabdikan diri sebagai apoteker yang profesional dan handal dimasa
yang akan datang.
1.2 Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Marinir Cilandak adalah :
1. Mengetahui struktur organisasi, tugas, peran, dan fungsi manajemen Rumah
Sakit Marinir Cilandak dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
2. Mengetahui dan memahami tugas, peranan, fungsi, serta tanggung jawab
apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
3
Universitas Indonesia
3. Mengetahui permasalahan atau kendala yang terjadi dalam menjalankan
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Marinir Cilandak serta ikut mencari
alternatif solusi yang tepat.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan instalasi gawat darurat. Pelayanan Kesehatan
Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif (Kementerian Kesehatan, 2009).
Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah Sakit
juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
2.1.2.1 Tugas
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna (Kementerian Kesehatan, 2009).
2.1.2.2 Fungsi
Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengaan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
5
Universitas Indonesia
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe kepemilikan, tipe
pelayanan, lama tinggal, fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur, afiliasi
pendidikan dan status akreditasi(Siregar Charles, 2003):
2.1.3.1 Kepemilikan
Rumah sakit berdasarkan kepemilikannya dapat digolongkan menjadi:
a. Rumah sakit pemerintah
Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah
baik pusat maupun daerah dan diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan,
Kementrian Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Rumah sakit ini umumnya bersifat nonprofit, tidak mencari keutungan
semata. Sebagai contoh: Rumah Sakit Umum Pemerintah, Rumah Sakit Angkatan
Laut (RSAL), Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD), Rumah Sakit Angkatan
Udara (RSAU), Rumah Sakit Polisi Republik Indonesia (RS POLRI).
b. Rumah sakit non pemerintah (swasta)
Rumah sakit swasta, adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan
oleh yayasan, organisasi keagamaan, atau oleh badan hukum lain dan dapat juga
bekerja sama dengan institusi pendidikan.
a) Rumah sakit swasta berdasarkan tujuan :
1) Rumah sakit profit
Rumah sakit tipe ini yaitu, rumah sakit yang dimiliki dan dikelola oleh
yayasan atau badan yang bukan milik pemerintah, dengan tujuan mencari
keuntungan.
2) Rumah sakit non profit
Rumah sakit tipe ini yaitu, rumah sakit yang biasanya dimiliki oleh
organisasi atau yayasan keagamaan, kekeluargaan, dan tidak mencari keuntungan.
b) Rumah sakit swasta berdasarkan pelayanan :
1) Rumah sakit swasta pratama, yaitu rumah sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit
pemerintah kelas D.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
6
Universitas Indonesia
2) Rumah sakit swasta madya, yaitu rumah sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4
cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C.
3) Rumah sakit swasta utama, yaitu rumah sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan
subspesialistik, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B.
2.1.3.2 Jenis Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanaan yang diberikan, rumah sakit dapat
digolongkan menjadi:
1) Rumah sakit umum
Pelayanaan kesehatan yang diberikan rumah sakit umumbersifat dasar,
spesialitik, dan sub spesialitik. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada
berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis
dan terapi untuk berbagi kondisi medik, ibu hamil dan lain sebagainya.
2) Rumah sakit khusus
Rumah sakit khusus, adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
khusus bagi penderita dengan spesialisasi dan pelayanan sub spesialis khusus,
misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit paru-paru, rumah sakit mata, rumah sakit
kanker, rumah sakit jantung.
2.1.3.3 Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur
Berdasarkan kapasitas tempat tidurnya, rumah sakit pemerintah dibagi
menjadi lima kelas, yaitu :
1) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A
RSU Kelas A adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialistik Dasar, 5
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik Spesialis Lain, dan 13
Pelayanan Medik Sub Spesialis, serta memiliki kapasitas tempat tidur minimal
400 buah.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
7
Universitas Indonesia
2) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B
RSU Kelas B adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis dasar, 4 Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialis Lainnya, dan 2
Pelayanan Medik Subspesialis Dasar, serta memiliki kapasitas tempat tidur
minimal 200 buah.
3) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas C
RSU Kelas C adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 Spesialis Dasar dan 4 Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik, serta memilki kapasitas tempat tidur minimal 100 buah.
4) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas D
RSU Kelas D adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medic paling sedikit 2 Pelayanan Medik Spesialis Dasar serta memiliki
kapasitas tempat tidur minimal 50 buah.
2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Rumah Sakit (Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.1197, 2004)
2.1.4.1 Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan, dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundang-undangan kefarmasian yang berlaku, yaitu :
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian
di rumah sakit.
c. Dipisahkannya antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,
pelayanan langsung pada pasien, dispensing, serta ada penanganan limbah.
d. Dipisahkannya juga antara jalur steril, bersih, dan daerah abu-abu, bebas
kontaminasi.
e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan, dan
keamanan binatang pengerat.
f. Fasilitas peralatan memenuhi pesyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair
untuk obat luar atau dalam.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
8
Universitas Indonesia
2.1.4.2 Pembagian Ruangan
a. Ruang Kantor
a) Ruang pimpinan
b) Ruang staf
c) Ruang kerja/administrasi
d) Ruang pertemuan
b. Ruang Produksi
Lingkungan kerja ruang produksi harus rapi, tertib, dan efisien untuk
meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara :
a) Ruang produksi sediaan non steril
b) Ruang produksi sediaan steril
c. Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur,
sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas yang terdiri dari :
a) Kondisi umum untuk ruangan penyimpanan obat jadi, obat produksi,
bahan baku obat, alat kesehatan, dll.
b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan obat termolabil, alat
kesehatan dengan suhu rendah, obat mudah terbakar, obat/bahan obat
berbahaya, dan barang karantina.
d. Ruang Distribusi/Pelayanan
Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegiatan farmasi rumah sakit :
a) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (apotek)
b) Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang
c) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)
d) Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
e) Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
9
Universitas Indonesia
f) Dilengkapi kereta dorong trolley
e. Ruang Konsultasi
Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi pada
pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien.Ruang
konsultasi ini untuk pelayanan rawat jalan (apotek) dan pelayanan rawat inap.
f. Ruang Informasi Obat
Sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan teknologi komunikasi
dan penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah pelayanan
informasi obat. Luas ruang yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat
tergantung dari jumlah tempat tidur yang dimiliki oleh rumah sakit, yaitu :
a) 200 tempat tidur : 20 m2
b) 400-600 tempat tidur : 40 m2
c) 1300 tempat tidur : 70 m2
g. Arsip Dokumen
Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyiapkan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sesuai hukum,
aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
h. Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk
obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran
dan memenuhi persyaratan, penaraan, dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap
tahun. Peralatan minimal yang harus tersedia :
a) Peralatan untuk penyimpanan, peracikan, dan pembuatan obat baik non
steril maupun aseptik
b) Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
c) Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat
d) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
e) Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
f) Penerangan, sarana air, ventilasi, dan sistem pembuangan limbah yang
baik
2.1.5 Penilaian Kinerja Rumah Sakit
Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja rumah sakit
adalah melalui penilaian efisiensi pengelolahan rumah sakit yang menetapkan 4
(empat) parameter dasar dalam perhitungan, yaitu :
1. Bed Occupancy Rate (BOR)
Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa banyak tempat tidur di
Rumah Sakit yang digunakan pasien dalam satu periode. Nilai ideal BOR menurut
Depkes (2001) adalah antara 70%-85%.
Rumus : BOR =
2. Turn Over Interval (TOI)
Indikator ini digunakan untuk menghitung waktu rata-rata suatu tempat
tidur kosong. Idealnya adalah 2 sampai 3 hari.
Rumus : TOI =
3. Length of Stay (LOS)
Indikator ini digunakan untuk menghitung lama hari perawatan bagi 1
(satu) pasien selama 1 (satu) tahun. Idealnya adalah 6 sampai 9 hari.
Rumus : LOS =
4. Bed Turn Over (BTO)
Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa kali satu tempat tidur
ditempati pasien dalam satu tahun. Idealnya adalah 40 sampai 50 kali. Data-data
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
11
Universitas Indonesia
pengunjung yang harus dilengkapi dalam perhitungan tingkat efisiensi tersebut
adalah :
a. Rata-rata jumlah tempat tidur per tahun
b. Jumlah hari perawatan pasien selama 1 (satu) tahun
c. Jumlah pasien keluar rawat inap dalam keadaan hidup dan meninggal
selama 1 (satu) tahun.
Rumus : BTO =
2.1.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit
Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan
akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala atau direktur
rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis,
komite medis, satuan pemeriksa internal, serta administrasi umum dan keuangan
(Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
2009).
2.1.7 Ketenagaan Rumah Sakit
Tenaga kesehatan di rumah sakit terdiri dari (Undang-Undang Republik
Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, 2009):
a. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
b. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
c. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (sarjana
farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah
farmasi/asisten apoteker).
d. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entemolog
kesehatan, mikrobiolog, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan,
sanitarian.
e. Tenaga gizi meliputi nutrition, dietician.
f. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, terapis wicara.
g. Tenaga keteknisian medis : radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedia, analis kesehatan, dokter mata, tehnik transfusi, perekam medis.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
12
Universitas Indonesia
2.1.8 Panitia Farmasi dan Terapi
2.1.8.1 Definisi
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) merupakan badan penghubung antara
staf medis dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga anggotanya terdiri dari
dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan
apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Selain itu juga membuat kebijaksanaan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan penilaian dan pemilihan obat di rumah sakit agar didapat penggunaan
yang rasional (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197, 2004).
PFT dipimpin oleh seorang dokter, sedangkan Apoteker dari Instalasi Farmasi
sebagai sekretaris. Tugas utama panitia ini adalah menyeleksi obat yang
memenuhi standar kualitas terapi obat yang efektif, mengevaluasi data klinis obat
baru atau bahan yang diusulkan untuk dipakai di rumah sakit, mencegah duplikasi
pengadaan obat, menganjurkan penambahan-penambahan dan penghapusan obat
dari formularium rumah sakit dan mempelajari reaksi obat yang tidak diinginkan
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197, 2004).
2.1.8.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Panitia Farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut:
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan dan penggunaan
obat secara rasional serta evaluasinya.
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
dengan kebutuhan.
c. Meningkatkan efektivitas, keamanan, dan nilai ekonomis dari penggunaan
obat di rumah sakit.
2.1.8.3 Struktur Organisasi dan Kegiatan
Susunan kepanitian PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi setiap rumah
sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat.
Ketentuan umum bagi PFT di antaranya :
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
13
Universitas Indonesia
a. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) terdiri dari sekurang-kurangnya tiga
orang yaitu dokter, apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar
tenaga dokter bisa melebihi 3 orang yang mewakili semua staf medis
fungsional yang ada.
b. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada dalam kepanitiaan dan jika rumah
sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka farmakolog yang
dipilih sebagai ketua. Sekretaris adalah apoteker dari instalasi farmasi atau
apoteker yang ditunjuk.
c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 bulan sekali dan
untuk rumah sakit yang besar diadakan sebulan sekali. Rapat PFT dapat
mengundang pakar-pakar dari dalam maupun luar rumah sakit yang dapat
memberikan masukan bagi pengelolaan PFT.
d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,
termasuk persiapan dan hasil-hasil rapat.
e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
2.1.8.4 Fungsi dan Ruang Lingkup PFT
a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat
yang sama.
b. Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis
obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit yang
termasuk dalam kategori khusus.
d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat
di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun
nasional.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
14
Universitas Indonesia
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji rekam medik dan dibandingkan dengan standar diagnosa dan
terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus
menerus penggunaan obat secara rasional.
f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat melalui media berkomunikasi.
2.1.8.5 Peran dan Tugas Apoteker dalam PFT
Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua
kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit
di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Tugas apoteker dalam PFT adalah
sebagai berikut:
a. Menjadi sekretaris PFT
b. Menetapkan jadwal pertemuan
c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan khususnya tentang obat
e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada
pimpinan rumah sakit
f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak yang terkait
g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam
pertemuan
h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman
penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi
lain
i. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT
j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan
k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat
l. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan
obat pada pihak terkait
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
15
Universitas Indonesia
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.1 Definisi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit di
suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu
oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional. IFRS juga merupakan
tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna,
mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan
kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat
inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan penggunaan
seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, serta pelayanan farmasi klinik yang
mencakup layanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan
program rumah sakit secara keseluruhan.
2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.2.1 Manajemen
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.
c. Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga kesehatan Farmasi dan
staf melalui pendidikan.
d. Mewujudkan sistem informasi manajemen tepat guna, mudah dievaluasi dan
berdaya guna untuk pengembangan.
e. Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk peningkatan
mutu pelayanan.
2.2.2.2 Farmasi Klinik
a. Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk
pencegahan dan rehabilitasinya.
b. Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat baik potensial
maupun kenyataan.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
16
Universitas Indonesia
c. Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui kerja
sama pasien dan tenaga kesehatan lain.
d. Merancang, menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk
menyelasaikan masalah yamg berhubungan dengan obat.
e. Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta
tenaga kesehatan rumah sakit.
f. Melaksanakan konseling obat pada pasien, keluarga dan masyarakat serta
tenaga kesehatan rumah sakit.
g. Melakukan pengkajian obat secara prospektif maupun reprospektif.
h. Melakukan pelayanan Total Parenteral Nutrition.
i. Memonitor kadar obat dalam darah.
j. Melayani konsultasi keracunan.
k. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait dalam perencanaan, penerapan
dan evaluasi pengobatan.
2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.3.1 Tugas Pokok IFRS
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.
2.2.3.2 Fungsi IFRS
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
17
Universitas Indonesia
2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku.
6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit.
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.
6) Memberi konseling kepada pasien / keluarga.
7) Melakukan pencampuran obat suntik.
8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
9) Melakukan penanganan obat kanker.
10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
12) Melaporkan setiap kegiatan.
2.2.4 Staf dan Pimpinan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Ketentuan bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit antara lain :
a. IFRS dipimpin oleh Apoteker.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
18
Universitas Indonesia
b. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker yang
mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.
c. Apoteker telah terdaftar di Departemen Kesehatan dan mempunyai surat ijin
kerja.
d. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh tenaga ahli madya farmasi (D3)
dan tenaga menengah farmasi/ asisten apoteker.
e. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun
administrasi barang farmasi.
f. Setiap saat harus ada Apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan
mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang
bertanggung jawab bila apoteker berhalangan.
g. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
h. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebutuhan.
i. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau
tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk Apoteker yang memiliki
kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait
dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang
dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
19
BAB 3
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
3.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak
Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) sebelumnya merupakan suatu
poliklinik kecil yang menempati sebuah ruang dinas bintara KKO. Poliklinik ini
dipindahkan ke lokasi rumah sakit saat ini pada tahun 1961 dan dikembangkan
menjadi balai pengobatan yang dipimpin oleh Kapten Laut (K) dr. O.M. Sianipar.
Berdasarkan S.Kep. Panglima KKO AL No. 5401/5/1968 pada tanggal 22
Maret 1968, status Rumah Sakit diubah menjadi Rumah Sakit Korps Komando
TNI AL (RSKO wilayah barat), yang berlokasi di tempat sekarang ini. Tanggal 22
Maret diresmikan sebagai hari jadi Rumah Sakit Marinir Cilandak. Komandan
Rumah Sakit yang pertama adalah Mayor Laut (K) dr. Foead Arief Tirtohusodo.
Berdasarkan ketetapan Menhankam/Pangab S.Kep. No. 226/11/1977 Rumah
Sakit AL Lanmar ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat IV dan
mengganti istilah Komandan Rumah Sakit menjadi Kepala Rumah Sakit (Ka
Rumkit). Penerbitan S.Kep. Kasal No 813/IV/1979 membawa perubahan pada
rumah sakit melalui Surat Keputusan Panglima Daerah No 3 S.Kep/42/VII/1979
tentang perubahan nama RS TNI AL tingkat IV Lanmar Jakarta Cilandak menjadi
RS TNI AL Daerah 3 (Rumkital Daerah 3 Cilandak).
Pada tahun 1980, rumah sakit telah memiliki 2 orang dokter umum dan 2
orang dokter gigi. Status rumah sakit meningkat menjadi Rumah Sakit ABRI
tingkat III dengan 60 tempat tidur melalui penerbitan S.Kep. Menhankam/Pengab
No. 226a/II/1980. Kedudukan Rumkit AL Cilandak di bawah Suriak Teklap
Diskes daerah 3 yang ditetapkan melalui S.Kep. Kasal No 609/II/1980.
Pada tanggal 24 Maret 1990, jabatan Kepala Rumkital Cilandak
diserahterimakan ke Mayor Laut drg. Moeryono Aladin. Peningkatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit terus dilaksanan. Berbagai perbaikan terus dilakukana
baik dari segi sarana rumah sakit maupun kemampuan sumber daya manusia yang
dituangkan melalui “Tiga Perintah Harian” yang berbunyi :
a. Tingkatkan profesionalisme dan semangat pengabdian seluruh jajaranRSMC
b. Ciptakan lingkungan bersih, nyaman dan asri di RSMC.
c. Tingkatkan dukungan dan pelayanan kepada prajurit dan keluarganya.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
20
Universitas Indonesia
Pada tanggal 24 Maret 1990, RSMC ditetapkan sebagai kawasan bebas
rokok dan merupakan rumah sakit pertama di Indonesia yang memberlakukan
larangan merokok di lingkungan rumah sakit. Pada tahun 1992, RSMC menjadi
rumah sakit terbersih se-DKI Jakarta dan menjadi juara II untuk tingkat nasional.
Berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Kep/42/VII/1997 dan No.
SKEP/22/III/1998, Rumah Sakit Marinir Cilandak secara bertahap mengalami
perubahan organisasi, saarana, dan prasarana sesuai persyaratan yang ada sebagai
Rumah Sakit TNI AL tingkat II. Pada tanggal 18 Juni 1998, Rumah Sakit Marinir
Cilandak ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat II B dan sebagai unsur
komando pelaksana fungsi Korps Marinir di Bidang Kesehatan yang
berkedudukan langsung di bawah Korps Marinir.
Pada tahun 1990, akreditasi rumah sakit tingkat dasar berhasil dilaksanakan.
Berdasarkan S.Kep Depkes RI No. YM.00.03.3.5.400, Rumah Sakit TNI AL
Marinir Cilandak telah mendapatkan status akreditasi penuh tingkat dasar pada
tanggal 14 Februari 2000.
Pada tanggal 21 Desember 2000, jabatan Kepala Rumkital diserahkan
kepada Kolonel Laut (K) dr. Musana, Sp.KJ. Peningkatan kemampuan fasilitas
dan pelayanan rumah sakit dilaksanakan dengan moderenisasi peralatan yang ada
serta melengkapi sarana dan prasarana kesehatan. Upaya peningkatan fasilitas
rumah sakit memanfaatkan hasil pelayanan masyarakat umum yang dikelola
dengan baik oleh Rumkital Marinir Cilandak. Kegiatan renovasi diawali dengan
melengkapi kendaraan operasional dan peralatan kesehatan yang canggih,
kemudian dilanjutkan dengan perbaikan registrasi keuangan dan komputerisasi
rekam medik pasien.
Pada tahun 2003, pengembangan fasilitas penunjang pelayanan kesehatan
lain dilakukan berupa pembangunan ruang serbaguna, ruang kebidanan dan
kandungan, ruang bayi, ruang bersalin, ruang kesehatan ibu dan anak (KIA),
ruang tunggu rawat jalan, renovasi radiologi dan penyelesaian pembangunan
gedung rawat inap kelas III dengan bantuan dari Departemen Pertahanan. Untuk
meningkatkan pelayanan yang lebih baik, Rumah Sakit Marinir Cilandak
memberikan bantuan keringanan perawatan atau subsidi nonmaterial kepada
pasien miskin dan tidak mampu.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
21
Universitas Indonesia
Unsur pelayanan di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi pelayanan
rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan unit gawat darurat, penunjang medis
dan pelaksanaan pelayanan medis. Selain memberikan pelayanan kesehatan,
Rumah Sakit Marinir Cilandak juga menjadi tempat prakek kerja dari beberapa
institusi pendidikan di Jakarta, seperti Fakultas Kedokteran Universitas
Pembangunan Nasional, Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan,
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia seta beberapa Akademi Keperawatan,
Akademi Kebidanan, Akademi Fisioterapi dan Akademi Farmasi.
3.2 Tujuan, Visi, Misi, Motto, dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak
3.2.1 Tujuan
a. Tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi personil militer
TNI AL khususnya marinir agar selalu siap operasional.
b. Terpeliharanya kesiapan Rumah Sakit Marinir Cilandak agar selalu siap dalam
memberikan dukungan kesehatan pada operasi Korps Marinir.
c. Terlaksananya pelayanan kesehatan secara profesional bagi anggota dan
keluarganya serta masyarakat umum, tanpa memandang agama, golongan,
kedudukan, dan pangkat.
3.2.2 Visi
Menjadi Rumah Sakit TNI AL yang berkualitas dan mampu melaksanakan
dukungan kesehatan pada operasi militer dan pelayanan kesehatan yang
profesional.
3.2.3 Misi
a. Menyiapkan sarana dan prasarana guna terlaksananya dukungan dan pelayanan
kesehatan.
b. Meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mencapai sasaran program
secara berhasil guna dan berdaya guna.
3.2.4 Motto
“Keselamatan pasien prioritas layanan kami.”
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
22
Universitas Indonesia
3.2.5 Tugas Pokok
Rumah Sakit Marinir Cilandak bertugas melaksanakan dukungan kesehatan
dan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik terbatas bagi personil
militer dan Pegawai Negeri Sipil TNI AL beserta keluarganya di wilayah barat.
3.3. Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak
Struktur organisasi RS Marinir Cilandak dipimpin oleh seorang Komandan
Rumah Sakit disingkat dengan Dan Rumkit, dibantu oleh Wakil Komandan
Rumkit disingkat WaDan Rumkit. Setelah itu Wakil Komandan Rumkit dibantu
oleh Kepala Departemen Kesehatan Kelautan (Kesla); Kepala Departemen
Penyakit Dalam, Paru, Jantung, Jiwa dan Saraf (P2J2S); Kepala Departemen Gigi
dan Mulut (Gilut); Kepala Departemen Bedah; Kepala Departemen Kulit, Telinga,
dan Mata (Kutema); Kepala Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Kepala Departemen
Penunjang Klinik; Kepala Departemen Farmasi; dan Kepala Departemen
Perawatan (Lampiran 1).
3.4. Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak
Sumber daya manusia merupakan aset terpenting bagi rumah sakit untuk
dapat melaksanakan upaya pelaksa kesehatan. Tenaga profesional yang dimiliki
oleh Rumah Sakit Marinir Cilandak saat ini terdiri dari:
a. Dokter Umum
b. Dokter Gigi Umum dan Spesialis
c. Dokter Spesialis: Kesehatan Anak, Kebidanan dan Kandungan, Penyakit
Dalam, Jantung, Paru, Bedah Umum, Bedah Plastik, Bedah Tulang, Bedah
Urologi, Bedah Syaraf, THT, Mata, Kulit dan Kelamin, Saraf, Anastesi,
Radiologi, Patologi Klinik, dan Jiwa
3.5. Instalasi Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan yang tersedia di RS Marinir Cilandak terdiri dari:
a. Poliklinik Penyakit Dalam (internist)
b. Poliklinik Penyakit Bedah: Umum, Tulang, Saraf, Plastik, dan Urologi
c. Poliklinik Paru
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
23
Universitas Indonesia
d. Poliklinik Jantung
e. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan
f. Poliklinik Kesehatan Anak
g. Poliklinik Mata
h. Poliklinik Saraf
i. Poliklinik THT
j. Poliklinik Kulit dan Kelamin
k. Poliklinik Fisioterapi
l. Poliklinik Umum
m. Poliklinik Gigi Umum
n. Poliklinik Gigi Spesialis
o. Poliklinik Akupuntur
3.6. Instalasi Rawat Inap
Pelayanan rawat inap adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang
membutuhkan perawatan secara intensif di rumah sakit sehingga mengharuskan
pasien untuk tinggal di rumah sakit sampai kesehatannya membaik. Instalasi
rawat inap RSMC memiliki kemampuan dalam menyiapkan tempat rawat inap
pasien sebanyak 190 tempat tidur terpasang yang meliputi:
a. Rawat Inap Paviliun A (Anyelir) : Khusus pasien kebidanan
b. Rawat Inap Paviliun B (Bougenvile) : Khusus pasien bedah
c. Rawat Inap Paviliun C (Cempaka) : Khusus pasien penyakit dalam
d. Rawat Inap Paviliun D (Dahlia) : Khusus pasien anak
e. Rawat Inap Paviliun E (Edelweis) : Khusus pasien VVIP, VIP, Kelas I
f. Rawat Inap Paviliun F (Flamboyan) : Pasien campuran
3.7. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang yang terdapat pada Rumah Sakit Marinir Cilandak
adalah:
a. Laboratorium
b. Radiologi
c. Farmasi
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
24
Universitas Indonesia
d. Gizi
e. High Care Unit (HCU)
f. Medical Check Up (MCU)
g. Intensif Care Unit (ICU)
h. Unit Gawat Darurat (UGD)
i. Kamar Operasi (OK)
3.8. Rekam Medis
Rekam medis merupakan alat komunikasi antara pasien, dokter, perawat,
dan apoteker. Rekam medis atau catatan medis adalah kumpulan data medis dan
sosial dari seorang pasien baik rawat inap maupun rawat jalan sejak pasien masuk
rumah sakit hingga pasien sembuh dan pulang (Depkes, 2008).
Penulisan rekam medis di RS Marinir Cilandak dimulai pada saat pasien
mendaftar di tempat pendaftaran, kemudian menuliskan identitas lengkap seperti
nama, umur, alamat, pendidikan, tempat tanggal lahir, dan sebagainya. Kemudian
data-data tersebut akan disimpan dalam file berdasarkan nomor dan warna dan
tidak ada perbedaan antara pasien anggota dan pasien umum. Isi dari rekam medis
adalah:
a. Identitas pasien
b. Ringkasan riwayat klinis
c. Kartu pasien
d. Pemeriksaan lab, terdiri dari analisa gas darah, darah rutin, kultur, atau
resistensi
e. Ringkasan masuk darurat yang terdiri dari: anamnesis, pemeriksaan fisik,
diagnosis
f. Pengukuran denyut nadi, suhu tubuh, tekanan darah (untuk rawat inap)
g. Catatan perkembangan pasien dan instruksi dokter
h. Rencana tindakan perawatan
i. Catatan terapi terdiri dari: nama pasien, tanggal masuk, ruang rawat, nama
obat (dosis, tanggal pemberian, waktu pemberian)
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
25
Universitas Indonesia
3.9. Formularium
Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki formularium rumah sakit yang
berisi kelas terapi obat, nama obat, sediaan, nama dagang, dan nama produsen
obat. Susunan daftar obat dievaluasi tiap setahun sekali oleh tim komite medik
berdasarkan kualitas, potensi, dan harga obat.
3.10. Unit Sterilisasi (Sterilization Unit)
Pelaksanaan proses sterilisasi RSMC belum dilakukan di unit sterilisasi
yang terpusat atau Central Sterile Supply Department (CSSD). Proses sterilisasi
dilakukan di setiap ruangan seperti rawat inap, kamar operasi, unit gawat darurat,
dan lain-lain.
Untuk proses sterilisasi ruangan, langkah awal yang dilakukan adalah
ruangan harus dibersihkan lalu disterilkan dengan cara disinari dengan sinar UV.
Setiap 6 bulan sekali dilakukan pengujian terhadap keberadaan bakteri. Apabila
bakteri melebihi ambang batas, maka ruangan harus dibersihkan dengan
disinfektan dan setelah itu di-fogging.
Sterilisasi alat-alat kedokteran dilakukan berdasarkan jenis bahannya, yaitu
menggunakan cara sebagai berikut:
a. Sterilisasi dengan panas kering
Sterilisasi panas kering digunakan untuk mensterilkan alat-alat logam
seperti gunting bedah, tong spatel, pisau bedah, jarum bedah, dan alat-alat
bedah lainnya. Cara sterilisasi yang dilakukan yaitu memasukkan alat ke
dalam oven dengan suhu 150°C selama 2 jam. Setelah selesai proses
sterilisasi, alat-alat yang sudah steril disimpan di dalam lemari yang disusun
berdasarkan jenis tindakan operasi (bedah umum, bedah ortopedi, bedah
kandungan, dan bedah urologi).
b. Sterilisasi dengan panas basah
Sterilisasi dengan autoklaf digunakan untuk mensterilkan linen/ kain katun,
dressing kain kasa, dan perban. Cara yang dilakukan adalah dengan
memasukkan alat dan bahan ke dalam autoklaf dengan suhu 121°C selama
15 menit. Setelah selesai proses sterilisasi, alat dan bahan disimpan di
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
26
Universitas Indonesia
lemari dalam ruangan yang telah disterilisasi menggunakan formaldehid
yang diencerkan.
3.11 Pengolahan Limbah RSMC
Pengolahan limbah RSMC meliputi limbah padat dan cair.
3. 11.1. Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair berasal dari berbagai unit, seperti ruang perawatan,
laboratorium, dapur, dan laundry. Pemantauan pengolahan limbah RSMC
dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan mengirim sampel ke BPLHD (Badan
Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) untuk melihat aman tidaknya limbah
tersebut dibuang ke sungai Krukut. Parameter pemeriksaan limbah cair adalah
kadar klorin, kesadahan, senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand
(COD) dan Biological Oxygen Demand (Lampiran 18). Pada proses pengolahan
limbah, semua limbah cair dialirkan ke dalam bak penampungan yaitu bak
pertama dan kedua untuk pemrosesan limbah dan proses aerasi dengan alat
blower. Bak ketiga untuk sedimentasi yang bertujuan memisahkan antara lumpur
dengan air yang bersih, bak keempat untuk proses penyaringan limbah. Bak
kelima adalah proses pertumbuhan bakteri aerob untuk menguraikan limbah serta
pengobatan dengan kaporit lalu dialirkan ke sungai Krukut.
3. 11.2. Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat dibedakan menjadi limbah medis dan limbah non medis.
Limbah medis merupakan limbah yang berasal dari ruangan perawatan,
laboratorium, kamar operasi, UGD, misalnya kassa, jarum suntik, botol infus,
vial, ampul, kapas, dan perban. Penanganan untuk alat-alat yang tajam
dimasukkan dalam wadah khusus seperti jirigen. Limbah padat yang tidak bersifat
infeksius dimasukkan ke dalam plastik hitam sedangkan limbah yang bersifat
infeksius dimasukkan ke dalam plastik kuning. Semua limbah dibakar
menggunakan incinerator dengan suhu 800°C - 1200°C.
Limbah non medis merupakan limbah yang berasal dari dapur, kertas, botol
plastik, botol infus, vial, dan ampul. Penanganan limbah non medis dilakukan
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
27
Universitas Indonesia
dengan pengumpulan oleh petugas kesehatan kemudian dua kali dalam seminggu
diambil oleh petugas kebersihan setempat.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
28
BAB 4
TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI
RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
4.1 Struktur Organisasi Bagian Farmasi RS Marinir Cilandak
Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan suatu unit
fungsional yang mengelola semua perbekalan farmasi yang digunakan oleh
RSMC yang dipimpin oleh seorang Kepala Departemen Farmasi (Kadep Far)
yang secara struktural berada di bawah Komandan Rumah Sakit. Tenaga
personalia Departemen Farmasi RSMC terdiri dari 6 apoteker, 23 orang asisten
apoteker, dan 13 orang non asisten apoteker. Struktur Organisasi Departemen
Farmasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.1.1. Kepala Bagian Farmasi
Kepala Bagian Farmasi bertugas dalam membantu Komandan Rumah
Sakit (Dan Rumkit) yang berada di bawah koordinasi dan pengawasan Wakil
Komandan Rumah Sakit (Wadan Rumkit) yang bertugas dalam
menyelenggarakan pelayanan farmasi di RSMC. Dalam menjalankan tugasnya,
Kabag Far bertanggung jawab langsung kepada Dan Rumkit atau melalui Wadan
Rumkit.
Dalam kegiatan administrasi Kabag Far dibantu oleh Urusan Tata Usaha
(Ur TU) dengan uraian tugas dan pekerjaan sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan ketatausahaan di Departemen Farmasi dan kegiatan surat
menyurat sesuai dengan petunjuk administrasi yang berlaku
b. Melaksanakan agenda/ ekspedisi serta penyimpanan arsip
c. Menyediakan bahan dan alat-alat kebutuhan surat-menyurat bagi keperluan
Bagian Farmasi
d. Melaksanakan pencatatan, pengawasan, pemeliharaan, dan pengamanan
material/ dokumen serta inventaris yang ada dalam Bagian Farmasi
e. Mengadakan koordinasi dengan sekretariat RSMC tentang surat-menyurat
yang berasal dari dan ditujujkan untuk Bagian Farmasi
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
29
Universitas Indonesia
4.1.2. Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi
Kabag Far dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Kepala Sub
Bagian Pengendalian Farmasi. Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi (Ka
Subbag Dalfar) memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyusun dan menyiapkan perkiraan kebutuhan material kesehatan
b. Membantu melaksanakan pengadaan material kesehatan
c. Melaksanakan pemeliharaan alat kesehatan
d. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran material kesehatan
e. Merancang sistem penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran material
kesehatan
f. Melaksanakan administrasi, penyimpanan, dan penyaluran material
g. Merancang bekal diagnostik kepada unit pelaksana diagnostik
h. Menyusun laporan penerimaan dan penyaluran material kesehatan serta
pengajuan material kesehatan secara periodik
Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada Kabag Far dan dibantu oleh petugas:
4.1.2.1. Kepala Urusan Pengendalian Farmasi (Kaur Dalfar)
Kepala urusan pengendalian farmasi memiliki tugas sebagai berikut:
a. Membuat perencanaan laporan tentang obat-obatan yang sudah habis
b. Menyusun kebutuhan obat berdasarkan sisa stok barang
c. Menyelenggarakan stock opname pada setiap akhir tahun anggaran
d. Memberikan laporan pemakaian narkotika dan obat psikotropika setiap
bulan
e. Membuat administrasi penghapusan
f. Membuat evaluasi dan pelaporan dari perencanaan, pengadaan, dan
pembayaran setiap bulan kepada Ka Subbag Dalfar
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
30
Universitas Indonesia
4.1.3. Kepala Sub Bagian Apotek
Selain dibantu oleh Ka Subbag Dalfar, Kabag Far juga dibantu oleh
seorang Kepala Sub Bagian Apotek (Ka Subbag Apotek) yang memiliki tugas
sebagai berikut:
a. Melaksanakan pelayanan bekal kesehatan kepada pasien rawat inap, rawat
jalan, ruang bedah, gawat darurat, dan unit-unit perawatan
b. Melaksanakan penyuluhan tentang khasiat dan efek samping obat kepada
pasien dalam rangka pemberian informasi obat
c. Menyelenggarakan administrasi penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran
material kesehatan
d. Membuat laporan pelaksanaan tugas Sub Bag Apotek secara periodik
e. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kabag Far
Kepala Sub Bagian Apotek dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
4.1.3.1. Kepala Urusan Apotek (Kaur Apotek)
Kepala urusan apotek memiliki tugas sebagai berikut:
a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat untuk pasien rawat jalan dan
rawat inap
b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat, sarana, dan prasarana di
pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap
c. Melaksanakan tertib administrasi yang menyangkut seluruh kegiatan
pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap
d. Memberikan konseling kepada pasien tentang obat yang digunakannya
e. Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
lainnya
f. Membuat laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan/ pelayanan
pasien rawat jalan dan rawat inap secara periodik
g. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat jalan
dan rawat inap
h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup apotek rawat jalan dan
rawat inap
i. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Ka Subbag
Apotek
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
31
Universitas Indonesia
Kepala Urusan Apotek dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:
4.1.3.1.1. Kepala Urusan Apotek Rawat Jalan (Kaur Apotek Wat Jalan)
Kepala urusan apotek rawat jalan memiliki tugas sebagai berikut:
a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat untuk pasien rawat jalan
b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat, sarana, dan prasarana di
pelayanan pasien rawat jalan
c. Melaksanakan tertib administrasi yang menyangkut seluruh kegiatan
pelayanan pasien rawat jalan
d. Memberikan konseling kepada pasien tentang obat yang digunakannya
e. Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
lainnya
f. Membuat laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan/ pelayanan
pasien rawat jalan secara periodik
g. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat jalan
h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Apotek Wat Jalan
4.1.3.1.2. Kepala Urusan Apotek Rawat Inap (Kaur Apotek Wat Inap)
Kepala urusan apotek rawat inap memiliki tugas sebagai berikut:
a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat dan suplai medis untuk pasien
rawat inap
b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat dan suplai medis beserta sarana
dan prasarana di unit-unit pelayanan pasien rawat inap
c. Memantau dan mengawasi penggunaan obat dan suplai medis di ruang
perawatan
d. Membuat laporan yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan pasien rawat
inap secara periodik
e. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat inap
f. Melaksanakan, memeriksa, dan mengendalikan pelayanan obat dan suplai
medis yang diadakan melalui sistem resitusi
g. Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran narkotika dan psikotropika
setiap bulan
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
32
Universitas Indonesia
h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup bagian Apotek Wat Inap
4.2. Fungsi dan Tugas Pokok Bagian Farmasi
4.2.1. Fungsi
a. Melaksanakan perencanaan kebutuhan barang farmasi
b. Melaksanakan pengadaan barang farmasi sesuai ketentuan yang berlaku
c. Mengatur sistem penyimpanan barang farmasi sesuai peraturan yang
berlaku
d. Mengatur sistem pendistribusian barang farmasi ke seluruh poli di RSMC
yang membutuhkan
e. Melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di lingkungan rumah sakit
f. Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang pelayanan farmasi
4.2.2. Tugas Pokok
Sebagai salah satu unsur pelaksana utama Dan Rumkit, Kepala Bagian
Farmasi bertugas membantu Dan Rumkit atau Wadan Rumkit untuk
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh
kegiatan dan kebutuhan pelayanan farmasi yang meliputi obat, alat kesehatan, alat
kedokteran dan alat perawatan, bekal kesehatan, gas medik, dan barang kimia
lainnya di RSMC.
4.3. Uraian Tugas Bagian Farmasi
a. Menyiapkan semua data di Bagian Farmasi untuk disajikan kepada Dan
Rumkit baik secara langsung maupun melalui Wadan Rumkit
b. Memberikan saran mengenai bidang kefarmasian baik diminta maupun
tidak diminta kepada Dan Rumkit baik secara langsung maupun melalui
Wadan Rumkit
c. Menyusun program kerja Bagian Farmasi sebagai bahan penyusunan
program kerja RSMC
d. Mengajukan kebutuhan personel, peralatan, dan anggaran biaya kepada
Dan Rumkit dalam rangka kelancaran tugas dan pengembangan Bagian
Farmasi
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
33
Universitas Indonesia
e. Merumuskan dan menyiapkan kebijakan dalam kegiatan farmasi rumah
sakit
f. Menyusun dan menyiapkan petunjuk – petunjuk dalam rangka pelaksanaan
kegiatan di Bagian Farmasi
g. Menyelenggarakan fungsi staf dalam bidang pembinaan kefarmasian di
lingkungan RSMC atas dasar pengembangan ilmu dan teknologi masing –
masing sub bagian
h. Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap tata tertib, disiplin,
kebersihan, keamanan, dan kelancaran tugas di lingkungan Bagian Farmasi
i. Mengatur dan mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua
peralatan dan sarana yang ada di Bagian Farmasi, agar selalu dalam
keadaan baik, lengkap, dan siap pakai
j. Menyiapkan dan meneliti surat – surat yang berhubungan dengan Bagian
Farmasi sebelum ditandatangani Dan Rumkit
k. Melaksanakan koordinasi di lingkungan Bagian Farmasi dengan unit kerja
lain di luar Bagisn Farmasi dalam rangka penyusunan prosedur kerja
pelayanan farmasi di RSMC
l. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Kepala Bagian dan unit
kerja lain yang terkait dalam rangka merencanakan kebutuhan obat, alat
kesehatan, alat kedokteran dan alat perawatan, pengembangan pelayanan
farmasi di bagian atau unit kerja yang bersangkutan
m. Melaksanakan koordinasi dengan unsur, badan, dan instansi baik di dalam
maupun di luar RSMC untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya sesuai
tingkat dan lingkup kewenangannya
n. Mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan penerimaan,
penyimpanan, dan pendistribusian barang – barang farmasi guna menjamin
pencapaian tujuan sasaran program kerjanya berhasil guna dan berdaya
guna
o. Membuat uraian tugas bagi para pelaksana yang bekerja di lingkungan
Bagian Farmasi
p. Mengawasi dan bertanggung jawab agar semua kegiatan di lingkungan
Bagian Farmasi berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan peraturan
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
34
Universitas Indonesia
yang berlaku dan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Membuat laopran kepada Dan Rumkit atau Wadan
Rumkit baik secara langsung maupun secara tertulis
q. Membuat laporan berkala meliputi: pengadaan dan penggunaan obat, alat
kesehatan, alat kedokteran dan bekal kesehatan setiap bulan, per triwulan,
dan setiap akhir tahun anggaran, menyiapkan data penggunaan obat
narkotika, stock opname setiap akhir triwulan dan akhir tahun anggaran,
menyelenggarakan usaha – usaha yang bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan farmasi sesuai dengan tuntutan masyarakat pengguna jasa
rumah sakit, dan kemampuan rumah sakit tugas pokok Bagian Farmasi
dapat dilaksanakan secara optimal
r. Selalu mengadakan koordinasi dan kerja sama serta memelihara hubungan
baik dengan bagian lain untuk menunjang tercapainya tugas pokok dan
fungsi Bagian Farmasi
s. Mengadakan kegiatan lain sesuai dengan pengarahan Dan Rumkit atau
Wadan Rumkit
4.4 Gudang Farmasi
Tugas dari gudang farmasi adalah menerima, menyimpan, dan
mendistribusikan perbekalan kesehatan untuk pasien BPJS Kesehatan baik
rawat jalan maupun rawat inap. Perbekalan kesehatan yang dimaksud meliputi
material kesehatan yang berupa obat-obatan dan barang habis pakai serta alat
kesehatan.
4.4.1 Jam Kerja
Gudang farmasi buka setiap hari kerja yaitu Senin-Jumat pada jam 07.00-
15.30 WIB dan istirahat pada pukul 12.00-13.00 WIB.
4.4.2 Personalia
Tenaga personalia di bagian gudang farmasi RSMC berjumlah 6
orang yang terdiri dari 1 apoteker, 2 asisten apoteker, dan 3 non asisten apoteker.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
35
Universitas Indonesia
4.4.3 Kegiatan Gudang Farmasi
1. Penerimaan Perbekalan Farmasi
Setiap penerimaan obat harus didukung dengan bukti penerimaan.
Penerima barang harus memeriksa kesesuaian antara fisik barang dengan
dokumen pengantar kiriman barang. Dokumen bukti pemeriksaan tersebut harus
ditandatangani oleh petugas penerima barang, yang menyerahkan barang, serta
diketahui oleh Kepala Bagian Farmasi dan dibubuhi stempel. Untuk jenis barang
yang diadakan melalui pembelian sendiri, bila terjadi ketidaksesuaian antara
fisik barang dengan dokumen, maka dilakukan pengembalian barang (retur)
dan dicatat di buku berita acara.
2. Penyimpanan (Pergudangan)
Penyimpanan barang dikelompokkan berdasarkan ruangan yang
membutuhkan, seperti OK dan UGD. Setiap jenis barang yang terdapat di gudang
dilengkapi dengan kartu stok yang menunjukkan jumlah dan tanggal pemasukan
serta pengeluaran dari setiap barang. Sistem pengeluaran obat atau barang
dilakukan menurut metode First In First Out (FIFO) dan First Expired First
Out (FEFO).
3. Pendistribusian
Sistem pendistribusian di gudang farmasi meliputi distribusi untuk ruang
rawat inap, ruang ICU, Ruang OK, UGD, dan laboratorium berupa material
kesehatan seperti kasa, perban, desinfektan, alkohol, reagen, cairan infus, obat
gawat darurat, dan alat kesehatan yang dilakukan dengan sistem yang disebut
“amprahan”.
4. Pelayanan Rutin
Setiap minggunya gudang farmasi melayani amprahan ke Apotek BPJS,
poli rawat jalan, paviliun rawat inap, OK, UGD, ICU, dan laboratorium.
Sebelumnya setiap ruangan mengajukan permintaan mengenai jenis dan jumlah
perbekalan farmasi yang diperlukan kepada gudang farmasi. Gudang farmasi
kemudian membuat jadwal untuk amprahan secara rutin setiap minggunya.
Petugas dari ruangan mendatangi gudang sesuai jadwal yang telah ditentukan
untuk mengambil amprahan. Jadwal pemberian amprahan di gudang farmasi
selama seminggu adalah sebagai berikut:
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
36
Universitas Indonesia
a. Senin : Paviliun Flamboyan atas dan bawah, OK, serta poli kandungan.
b. Selasa : Paviliun Bougenville.
c. Rabu : Paviliun Cempaka 1 dan 2, serta UGD.
d. Kamis : Ruang bayi, paviliun Dahlia.
e. Jumat : Paviliun Edelweis, OK, dan ICU.
Setiap barang yang diambil dari gudang farmasi kemudian dicatat jenis
dan jumlahnya pada buku khusus amprahan tiap ruangan. Apabila perbekalan
farmasi di ruangan telah habis, maka ruangan dapat mengambil amprahan di luar
jadwal yang sudah ditentukan. Gudang juga melayani pengisian gas medik
seperti NO2, O2 dan perbaikan alat kesehatan.
5. Pelaporan
Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak melakukan pelaporan
mengenai sirkulasi/mutasi barang masuk maupun keluar dengan menggunakan
aplikasi SIMAK BMN oleh staf Gudang Farmasi. Aplikasi ini digunakan untuk
mencatat dan mengorganisir barang milik negara, mulai dari pembelian, transfer
masuk-keluar antar instansi, sampai penghapusan dan pemusnahan barang milik
Negara (Anonim, 2009). Aplikasi SIMAK BMN mulai digunakan sejak tahun
2009 di Bagian Farmasi yang kegiatan pelaporannya dilakukan berkala tiap
semester kepada Kementerian Pertahanan, namun sejak tahun 2012 kegiatan
pelaporan menggunakan SIMAK BMN dilakukan kepada Kementerian Keuangan
dengan tembusan Kementerian Pertahanan.
Penggunaan aplikasi SIMAK BMN bertujuan untuk menginventaris serta
melihat sirkulasi/mutasi barang/kekayaan rumah sakit umumnya atau Bagian
Farmasi khususnya. Barang-barang yang berada di bawah tanggung jawab Bagian
Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak dikelompokkan menjadi dua, yaitu
aset/harta tetap dan barang/persediaan habis pakai. Harta tetap dapat berupa alat
kesehatan inventaris seperti mesin rontgen, tensimeter, dan lain-lain sedangkan
persediaan habis pakai meliputi obat, alat kesehatan habis pakai, dan
perlengkapan-perlengkapan administratif seperti alat tulis kantor dan lain-lain.
Pelaporan sirkulasi barang dilakukan setiap semester (6 bulan) dimana print out
dari hasil input menggunakan SIMAK BMN dilaporkan kepada Kementerian
Keuangan dengan tembusan Kementerian Pertahanan. Staf Gudang Farmasi
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
37
Universitas Indonesia
melakukan penginputan tiap item barang menggunakan aplikasi SIMAK BMN
meliputi jumlah barang yang masuk maupun barang keluar berdasarkan stok awal
persediaan. Barang masuk bisa berasal dari pembelian langsung, hibah, maupun
tender sedangkan barang keluar kemugkinan dari kegiatan penjualan,
penghapusan, pemusnahan, dan lain-lain. Aplikasi akan mengumpulkan hasil
input data terian Keuangan dengan tembusan Kementerian Pertahanan.
Penggunaan aplikasi SIMAK BMN bertujuan untuk menginventaris serta
melihat sirkulasi/mutasi barang/kekayaan rumah sakit umumnya atau Bagian
Farmasi khususnya. Barang-barang yang berada di bawah tanggung jawab Bagian
Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak dikelompokkan menjadi dua, yaitu
aset/harta tetap dan barang/persediaan habis pakai. Harta tetap dapat berupa alat
kesehatan inventaris seperti mesin rontgen, tensimeter, dan lain-lain sedangkan
persediaan habis pakai meliputi obat, alat kesehatan habis pakai, dan
perlengkapan-perlengkapan administratif seperti alat tulis kantor dan lain-lain.
Pelaporan sirkulasi barang dilakukan setiap semester (6 bulan) dimana print out
dari hasil input menggunakan SIMAK BMN dilaporkan kepada Kementerian
Keuangan dengan tembusan Kementerian Pertahanan. Staf Gudang Farmasi
melakukan penginputan tiap item barang menggunakan aplikasi SIMAK BMN
meliputi jumlah barang yang masuk maupun barang keluar berdasarkan stok awal
persediaan. Barang masuk bisa berasal dari pembelian langsung, hibah, maupun
tender sedangkan barang keluar kemugkinan dari kegiatan penjualan,
penghapusan, pemusnahan, dan lain-lain. Aplikasi akan mengumpulkan hasil
input data tersebut menjadi daftar inventaris barang. Selain itu, aplikasi ini juga
dapat membuat rekapitulasi dari tiap ruangan yang melaporkan kekayaan menjadi
sebuah neraca yang memuat informasi seluruh kekayaan yang dimiliki rumah
sakit. Neraca kekayaan tersebut pada umumnya dibuat satu tahun sekali saat tutup
buku/akhir tahun.
4.5 Apotek YANMASUM ( Pelayanan Masyarakat Umum )
Apotek YANMASUM merupakan salah satu apotek yang berada di
bawah struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Apotek YANMASUM dapat
melayani seluruh obat untuk pasien umum maupun obat untuk pasien BPJS
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
38
Universitas Indonesia
Kesehatan yang tidak ditanggung oleh Apotek BPJS RSMC, baik melalui
mekanisme restitusi untuk pasien anggota TNI AL dan keluarga maupun
pembelian sendiri oleh pasien BPJS Kesehatan. Apotek YANMASUM dapat
melayani obat untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
4.5.1 Jam Kerja
Apotek Y A N M A S U M RS Marinir Cilandak memberi pelayanan
selama 24 jam setiap harinya. Pelayanan dilaksanakan dengan pembagian shift
kerja di Apotek YANMASUM yaitu dengan adanya shift jaga di luar shift normal
setiap harinya. Shift normal apotek adalah pada pukul 07.00 – 15.00 WIB. Di
luar jam tersebut, terdapat tiga orang petugas jaga yang bertugas pada shift
jaga pukul 15.00– 21.00 WIB serta dua orang bertugas jaga mulai pukul 21.00 –
07.00 WIB.
4.5.2 Personalia
Tenaga personalia di Apotek YANMASUM RSMC terdiri dari 1
apoteker, 9 asisten apoteker, dan 4 non asisten apoteker
4.5.3 Jenis Pelayanan
Apotek YANMASUM melayani pasien umum rawat jalan dan rawat
inap, pasien yang terdaftar sebagai anggota asuransi tertentu (pasien jaminan),
pasien gawat darurat dan juga pelayanan restitusi untuk pasien TNI AL dan
keluarganya. Untuk pasien jaminan, apotek YANMASUM melakukan kerjasama
dengan beberapa perusahaan asuransi. R e s e p pasien rawat inap dapat dibeli
langsung oleh keluarga pasien atau melalui hospital pharmacy dimana pasien
tidak membeli langsung ke apotek tetapi melalui perawat.
4.5.4 Pengadaan obat
Pengadaan obat di RSMC dilakukan oleh bagian Dalfar (Pengendalian
Farmasi) dan diadministrasikan secara terpisah untuk Apotek YANMASUM
dan Apotek BPJS. Prosedur pemesanan obat dilakukan dengan memesan
langsung ke distributor. Petugas apotek yang bertanggung jawab atas tugas
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
39
Universitas Indonesia
defekta melihat stok barang yang perlu dipesan dan mencatatnya pada buku
defekta. Kemudian daftar barang yang perlu dipesan diserahkan pada Kepala Sub
Bagian Pengendalian Farmasi (Ka Sub Bag Dalfar). Setelah disetujui, barang
dapat dipesan langsung ke distributor menggunakan surat pesanan. Surat
pesanan khusus narkotika dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dengan
menyertakan tanda tangan dari APA (Apoteker Pengelola Apotek). Barang yang
dipesan kemudian diantarkan langsung oleh distributor ke Apotek
YANMASUM. Faktur diserahkan ke apotek oleh distributor, namun mekanisme
pembayaran obat dilakukan melalui bagian Pekas ( Pemegang Kas) Rumah Sakit
menurut ketentuan Rumah Sakit Marinir Cilandak.
4.5.5 Penyimpanan
Pengelompokan barang di Apotek YANMASUM dilakukan berdasarkan
bentuk dan jenis sediaan. Sediaan padat dan cair serta alat kesehatan dipisahkan
dalam penyimpanan. Terdapat lemari khusus untuk menyimpan obat injeksi dan
refrigerator untuk menyimpan jenis-jenis obat yang termolabil seperti
supositoria dan vaksin. Lemari khusus untuk menyimpan sediaan cair memiliki
pemisahan tersendiri untuk jenis sirup antibiotik. Setelah pengelompokan
berdasarkan bentuk dan jenis sediaan, obat disusun secara alfabetis. Apotek
YANMASUM tidak memiliki ruangan khusus untuk menyimpan persediaan obat
dan alat kesehatan (gudang) sehingga persediaan disimpan pada lemari tersendiri
yang terdapat di ruangan Apotek YANMASUM. Pencatatan stok obat dan alat
kesehatan yang masuk dan keluar dicatat pada kartu stok.
4.5.6 Pelayanan farmasi
Kegiatan pelayanan di Apotek YANMASUM meliputi pelayanan
pemberian obat berdasarkan resep dan non resep kepada pasien umum
serta pemberian obat restitusi kepada pasien T N I A L d a n k e lu a r g a .
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
40
Universitas Indonesia
4.6 Apotek BPJS
Apotek ini dibentuk atas dasar kerjasama antara Rumah Sakit Marinir
Cilandak (RSMC) dengan BPJS Kesehatan. Apotek BPJS RSMC berfungsi
untuk memberikan pelayanan kepada peserta BPJS Kesehatan sesuai dengan
Formularium Nasional yang digunakan untuk pelayanan obat bagi peserta BPJS
Kesehatan, baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap.
4.6.1 Jam Kerja
Pelayanan di Apotek BPJS dilakukan setiap hari selama 24 jam. Dibagi
menjadi dua shift yaitu pukul 07.00 – 15.00 WIB dan pukul 15.00 – 07.00 WIB.
4.6.2 Personalia
Tenaga personalia di Apotek BPJS terdiri dari 1 apoteker, 11 asisten
apoteker, 3 non asisten apoteker.
4.6.3 Jenis Pelayanan
Apotek BPJS hanya melayani pasien yang terdaftar sebagai peserta
BPJS Kesehatan.
4.6.4 Pengadaan Obat
Perencanaan pengadaan obat dilakukan setiap minggu. Prosedur
pengadaan obat di Apotek BPJS adalah dengan mencatat obat-obatan yang
stoknya minimum dalam buku defekta. Buku defekta tersebut
kemudian diserahkan kepada Ka Sub Bag Dalfar. Setelah diperiksa oleh Ka Sub
Bag Dalfar, buku defekta diserahkan kepada Ka Bag Far dan jika disetujui
selanjutnya Ka Sub Bag Dalfar akan membuat surat pemesanan atau Purchase
Order (PO) dengan persetujuan BPJS Kesehatan. Purchase Order dikirim ke
PBF (Pedagang Besar Farmasi) dan PBF akan mengirimkan barang berdasarkan
PO yang telah dibuat.
4.6.5 Penyimpanan
Obat di apotek BPJS dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya,
kemudian disusun secara alfabetis. Setiap pemasukan dan pengeluaran obat
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
41
Universitas Indonesia
dicatat dalam kartu stok obat.
4.6.6 Pelayanan farmasi
Pemberian obat dan atau material kesehatan dilakukan berdasarkan resep
dokter untuk pasien BPJS Kesehatan baik pasien rawat inap atau pasien rawat
jalan. Pelayanan obat yang diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan sesuai
dengan Formularium Nasional. Kebutuhan obat-obatan di luar paket Indonesia
Case Based Group's (INA-CBG's) tetap dapat diklaim oleh fasilitas kesehatan
yang mengeluarkan obat untuk pasien. Ketetapan ini dikeluarkan menanggapi
permasalahan pengadaan obat di luar paket yang ditanggung INA-CBG's. Meski
demikian, pengadaan obat tetap mengacu pada standar JKN yaitu Formularium
Nasional (Fornas). Khusus untuk pelayanan obat kronis, bila kondisi pasien
dengan penyakit kronis belum stabil, maka fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
dapat mengeluarkan tambahan resep. Tambahan obat dikeluarkan sesuai indikasi
medis sampai jadwal kontrol berikutnya.Sesuai ketetapan ini maka pasien akan
menerima 2 resep untuk kebutuhan 30 hari, yaitu resep sesuai komponen INA-
CBG's untuk kebutuhan minimal 7 hari yang disediakan rumah sakit dan resep di
luar paket INA-CBG's untuk kebutuhan 23 hari sesuai hasil diagnosa dokter
terkait, yang bisa diambil di instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) atau apotik yang
ditunjuk. Selanjutnya, IFRS atau apotik dapat menagih biaya yang keluar secara
fee for services kepada BPJS Kesehatan.
4.6.7 Administrasi Penagihan
a. Ketentuan Klaim BPJS Kesehatan
Obat-obat non kronik diklaim menggunakan sistem paket INA CBG’s
melalui rumah sakit sedangkan obat kronik diklaim setelah melalui mekanisme
sebagai berikut : Dilakukan skrining terhadap resep setelah mendapatkan
legalisasi dari BPJS Kesehatan, obat untuk 7 hari pertama diklaim dengan sistem
paket INA CBG’s seperti obat non kronik sedangkan sisanya diinput ke aplikasi
BPJS Kesehatan. Setelah selesai melakukan penginputan selama periode 1 bulan,
resep tersebut diverifikasi oleh verifikator BPJS Kesehatan. Klaim obat Bagian
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
42
Universitas Indonesia
Farmasi RSMC ke BPJS Kesehatan dapat dilakukan dengan menyerahkan
persyaratan administrasi:
a. Kwitansi yang ditandatangani atas nama Kabag Farmasi RSMC
b. Kwitansi KU-17
c. Surat Tagihan Obat Kronik 23 Hari Rawat Jalan
d. Umpan balik dari BPJS Kesehatan yang ditandatangani Dan Rumkit Marinir
Cilandak
e. Lampiran resep kronik yang sudah dilegalisasi BPJS Kesehatan
f. SEP asli pasien.
Setelah klaim dilakukan, dana dikirim oleh BPJS Kesehatan melalui rekening
RSMC. Obat-obat kronik yang dapat diklaim adalah obat-obat peserta BPJS rawat
jalan yang masuk dalam 10 golongan obat kronik di bawah ini:
a. DM (insulin dll)
b. Hipertensi (Amlodipine, bisoprolol)
c. Jantung
d. Asma
e. Paru
f. Epilepsi
g. Skizoprenia
h. Sirosis Hepatik
i. Stroke
j. Sindrom Lupus
4.7 Depo Kamar Operasi
Depo kamar operasi merupakan salah satu depo farmasi yang berada di
bawah struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Depo ini berfungsi
menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk kepentingan operasi.
4.7.1 Jam Kerja
Depo kamar operasi memberi pelayanan selama jam kerja dan juga
setiap hari kerja oleh petugas farmasi yaitu pukul 07.00 – 15.30. Selanjutnya
untuk hari libur dan di luar jam kerja yang bertugas dan bertanggung jawab
menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan yaitu perawat jaga kamar
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
43
Universitas Indonesia
operasi.
4.7.2 Personalia
Tenaga farmasi di depo ini terdiri dari 2 orang asisten apoteker.
4.7.3 Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilakukan setiap 1 minggu
sekali atau jika stoknya sudah minimum di ruang operasi. Prosedur pengadaannya
adalah dengan mencatat obat-obatan yang stoknya minimum dalam buku
defekta, kemudian buku tersebut ditandatangani oleh kepala ruang operasi untuk
kemudian sediaan farmasi dan alat kesehatan diambil di gudang farmasi.
4.7.4 Penyimpanan
Untuk penyimpanan, di ruang operasi terdapat ruangan berukuran sekitar
2x2 m. Di dalam ruang operasi terdapat tiga kamar operasi yang masing-masing
kamar juga terdapat lemari untuk menyimpan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
4.7.5 Jenis Pelayanan
Depo ini berfungsi menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk
kepentingan operasi. Setiap harinya petugas akan mengisi lemari di setiap kamar
operasi untuk sediaan farmasi dan alat kesehatan yang stoknya sudah menipis.
4.8 Depo UGD
Depo UGD merupakan salah satu depo farmasi yang berada di bawah
struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Depo ini berfungsi menyediakan
sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk kepentingan pasien UGD.
4.7.1 Jam Kerja
Depo UGD memberi pelayanan selama 24 jam setiap hari.
4.8.2 Personalia
Tenaga personalia farmasi di depo ini belum tersedia karena keterbatasan
jumlah anggota farmasi, tetapi setiap harinya terdapat satu petugas farmasi yang
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
44
Universitas Indonesia
bertugas memeriksa stok sediaan farmasi dan alat kesehatan di depo ini.
4.8.3 Pengadaan
Pemeriksaan stok dilakukan setiap hari. Depo ini memiliki persediaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam jumlah yang tetap. Pengadaan dilakukan
jika terdapat sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan jumlah
tetap.
4.8.4 Jenis Pelayanan
Depo ini berfungsi menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk
pasien UGD. Pasien akan menerima tindakan dari sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang tersedia di UGD terlebih dahulu. Keluarga pasien kemudian akan
menebus resep ke apotek untuk mengganti sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang tadi telah digunakan.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
45
BAB 5
PEMBAHASAN
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan rujukan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit
mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas
Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya
guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
pelaksanaan upaya rujukan (Presiden RI, 2009b). Rumah Sakit Marinir Cilandak
(RSMC) merupakan Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir yang digolongkan
sebagai Rumah Sakit tipe B, yaitu Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas
pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, dan
pelayanan medik subspesialis dasar.. Rumah sakit ini memiliki berbagai unit
fasilitas mulai dari rawat inap, rawat jalan, bedah sentral, Intensive Care Unit
(ICU), unit gawat darurat serta berbagai fasilitas penunjang medik lainnya seperti
instalasi farmasi.
Kegiatan pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi
kegiatan farmasi klinik dan non klinik. Pelayanan farmasi klinik meliputi
pelayanan resep dan pemberian informasi obat yang dilakukan di dua apotek yaitu
Apotek BPJS, dan apotek Yanmasum, sedangan pelayanan farmasi non klinik
yang dilakukan berupa pengelolaan perbekalan farmasi meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pengawasan, produksi
administrasi dan pelaporan.
Pelayanan farmasi non klinik yang dilakukan berupa pengelolaan
perbekalan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, pengawasan, administrasi dan pelaporan. Perencanaan perbekalan
farmasi di RSMC dilakukan berdasarkan permintaan atau kebutuhan dari setiap
unit. Hal ini dapat dilihat dari hasil konsumsi rata-rata setiap semester atau setiap
tahunnya dari masing-masing unit. Pengadaan perbekalan farmasi di RSMC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
46
Universitas Indonesia
dilakukan dengan sistem satu pintu yaitu seluruh pemesanan perbekalan farmasi
harus melalui bagian pengadaan dan administrasi di Bagian Farmasi
Pengadaan perbekalan farmasi kedua apotek di RSMC memiliki sistem
pengadaan yang berbeda-beda. Sumber barang di Apotek BPJS berasal dari sisa
dropping tahun 2013 dari Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal), Pusat
Kesehatan TNI (Puskes TNI) dan dari pembelian langsung yang dananya berasal
dari hasil operasional Apotek Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum) rumah
sakit dan Dana Pemeliharaan Kesehatan (DPK) pertriwulan melalui tender.
Sedangkan pengadaan di Apotek Yanmasum dilakukan dengan pembelian
langsung melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF). Pengadaan di Apotek
Yanmasum dilaksanakan berdasarkan formularium RSMC.
Penerimaan, penyimpanan, pendataan defecta barang dan pengelolaan
barang di Apotek BPJS dilakukan oleh gudang farmasi, sedangkan untuk Apotek
Yanmasum dilakukan oleh apotek Yanmasum sendiri. Seluruh daftar defekta yang
berasal dari kedua apotek kemudian diserahkan kepada Kepala Sub Bagian
Pengendalian Farmasi yang memiliki kewenangan dalam hal pengendalian bidang
perencanaan dan distribusi. Dengan demikian pengelolaan perbekalan farmasi di
RSMC menerapkan sistem satu pintu. Sistem satu pintu ini secara teori baik untuk
menjamin pengawasan peredaran perbekalan farmasi di rumah sakit. Hal ini
karena seluruh perbekalan farmasi di seluruh unit rumah sakit dikendalikan dan
diawasi oleh gudang farmasi.
Gudang farmasi di RSMC berfungsi untuk menerima, menyimpan,
memelihara, mendistribusikan dan mengadministrasikan perbekalan farmasi ke
Apotek BPJS dan semua unit RSMC. Untuk setiap kegiatan penerimaan maupun
pendistribusian perbekalan farmasi, di gudang farmasi dibentuk suatu tim
berdasarkan Surat Perintah Komandan Rumah Sakit. Setiap kegiatan yang telah
dilakukan dibuat pencatatan serta pelaporannya. Perbekalan farmasi yang diterima
dicocokkan kembali dengan daftar permintaan serta dilihat waktu
kadaluwarsanya. Setelah itu perbekalan farmasi tersebut disimpan di dalam
gudang. Perbekalan farmasi kemudian disusun berdasarkan bentuk sediaan,
sumber penerimaan, dan tujuan distribusi. Selanjutnya, gudang farmasi akan
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
47
Universitas Indonesia
melakukan kegiatan distribusi setiap minggu ke unit-unit yang berada di Rumah
Sakit sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, termasuk ke Apotek BPJS.
Gudang farmasi RSMC telah memenuhi beberapa syarat gudang yang baik
seperti terdiri dari satu lantai sehingga memberi kemudahan dalam lalu lintas dan
pengawasan perbekalan farmasi, dilengkapi dengan pendingin ruangan untuk
menjamin stabilitas perbekalan farmasi selama penyimpanan, terdapat lemari
penyimpanan obat narkotika dan psikotropika, adanya rak untuk menyusun
perbekalan farmasi, adanya tabung pemadam kebakaran yang berfungsi dengan
baik, dan lokasi dekat dengan unit pemakaian. Beberapa hal yang perlu menjadi
perhatian adalah belum sesuainya persyaratan gudang yang baik diantaranya
tempat penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar tidak dipisahkan atau
ditempatkan pada tempat yang khusus dari perbekalan kesehatan yang lainnya,
kurangnya sirkulasi udara dalam gudang, luas gudang yang kurang memadai
untuk menyimpan perbekalan farmasi, ukuran rak tidak sesuai dengan kemasan
perbekalan farmasi yang disimpan sehingga kurang efektif.
Apotek BPJS melayani pasien peserta BPJS Kesehatan yang terdiri dari
anggota Angkatan Laut / Pegawai Negeri Sipil TNI beserta keluarganya yang
terdiri atas suami atau istri dan 3 orang anak berusia di bawah 21 tahun, Pegawai
Negeri Sipil, Polri, Pejabat Negara, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah non
Pegawai Negeri dan Pegawai swasta beserta keluarganya yang terdiri atas suami
atau istri dan 3 orang anak berusia di bawah 21 tahun atau belum menikah dan
tidak mempunyai penghasilan sendiri. Namun jikalau anak tersebut melanjutkan
pendidikannya hingga Perguruan Tinggi maka akan tetap mendapatkan jaminan
kesehatan hingga usia 25 tahun dengan syarat harus disertai dengan surat aktif
kuliah dari institusinya.
Pelayanan di Apotek BPJS telah berjalan dengan baik, pelayanan resep
dapat diselesaikan dengan cepat sehingga pasien tidak menunggu lama. Setiap
resep dilakukannya pengecekan berulang dari resep yang dilayani, mulai dari
screening, pemberian harga, peracikan dan proses penyerahan. Hal ini dilakukan
untuk memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan permintaan dalam
resep, sehingga akan terwujud sistem tepat obat, tepat dosis, tepat indikasi dan
tepat pasien. Namun, tidak tertutup kemungkinan dengan banyaknya resep yang
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
48
Universitas Indonesia
masuk terdapat kesalahan pemberian obat pada pasien. Resep yang ditebus oleh
pasien akan dicocokkan pangkat kesatuan, usia serta nama lengkap pasien sesuai
yang tertera pada resep serta tanda tangan dan nomor telepon bukti penyerahan
obat kepada pasien.
Apotek Yanmasum melayani pasien umum yang merupakan seluruh
masyarakat umum yang berobat di RSMC atau pasien BPJS Kesehatan yang tidak
ditanggung Apotek BPJS, baik melalui mekanisme restitusi maupun pembelian
sendiri oleh pasien. Apotek Yanmasum tidak memiliki gudang penyimpanan obat,
sehingga obat-obat disimpan di rak-rak yang terdapat di apotek tersebut. Hal ini
menyebabkan berkurangnya area di dalam apotek sehingga berkurang pula ruang
gerak bagi para petugas apotek dalam melakukan pelayanan resep terutama saat
peracikan dan atau pengemasan, namun hal ini tidak mengurangi pelayanan yang
optimal yang dilakukan oleh Apotek Yanmasum. Untuk itu disarankan penataan
perbekalan farmasi yang lebih teratur di Apotek Yanmasum.
Sistem distribusi obat bagi pasien rawat inap di RSMC menggunakan
sistem sentralisasi dimana seluruh perbekalan kefarmasian di ruangan rawat inap
tertuju kepada Apotek BPJS dan Apotek YANMASUM serta tidak memiliki stok
di ruangan. Persediaan di ruangan hanya terbatas untuk obat-obat emergency dan
perbekalan farmasi dasar. Tidak terdapat depo farmasi di ruangan untuk melayani
obat dan perbekalan farmasi lainnya, sehingga memudahkan dalam pengawasan
dan pengendalian obat-obat yang digunakan. Sedangkan untuk pasien, sistem
peresepan yang digunakan adalah sistem peresepan individual dengan dosis sehari
(one daily dose).
Pelayanan farmasi klinik di RSMC berupa PIO (Pelayanan Informasi
Obat). Pelayanan Informasi Obat dilakukan dengan memberikan informasi
mengenai obat dan penggunaannya kepada pasien rawat jalan atau rawat inap
yang mengambil obat di apotek ataupun kepada tenaga kesehatan lain. PIO yang
dilakukan kepada pasien rawat inap dan rawat jalan masih belum terlaksana
dengan baik, karena tidak adanya pemisahan tempat penyerahan obat untuk pasien
rawat jalan dan rawat inap sehingga pelaksanaan PIO tidak maksimal sedangkan
PIO untuk tenaga kesehatan lainnya dapat dilakukan melalui telepon (on call).
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
49
Universitas Indonesia
Fungsi pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh Bagian Farmasi
RSMC masih sangat terbatas karena masih kurangnya kebijakan yang mendukung
dan sumber daya manusia seperti tenaga profesi apoteker yang jumlahnya masih
belum memadai serta sarana dan prasarana seperti ruangan untuk konseling yang
kurang memadai. Fungsi pelayanan farmasi klinik tersebut diantaranya yaitu
pelayanan informasi obat, konseling, proses pengawasan terhadap penggunaan
obat, Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan atau pengamatan terhadap
Drug Related Problem’s. Hal ini menyebabkan kegiatan kefarmasian lebih banyak
terpusat pada kegiatan yang bersifat non klinik yang lebih berfungsi dalam
kegiatan manajemen atau pengelolaan perbekalan farmasi. Sedangkan menurut
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit idealnya 1 orang apoteker berbanding 30 tempat tidur pasien.
Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 190
tempat tidur, menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit maka idealnya
memiliki 6 orang tenaga apoteker. Untuk rawat jalan setiap apotek memiliki 1
apoteker sehingga Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki 2 apoteker untuk 2
apotek, untuk peran manajerial farmasi diperlukan 2 apoteker yaitu sebagai
Kepala Bagian Farmasi dan Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi. Saat ini
Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki 6 orang tenaga apoteker. Untuk
memaksimalkan peranan apoteker dalam kegiatan farmasi klinik dapat disarankan
kepada pimpinan Rumah Sakit Marinir Cilandak untuk penambahan tenaga
profesi apoteker terutama apoteker yang berfokus pada kegiatan farmasi klinik di
ruang rawat inap.
Proses sterilisasi di Rumah Sakit Marinir Cilandak dilakukan di setiap
ruangan, seperti ruang rawat inap dan kamar operasi, oleh karena itu dapat
disarankan perlunya CSSD (Centralized Sterile Supply Bagiant) yang
tersentralisasi di suatu tempat dengan penanggung jawab khusus agar proses
sterilisasi semua alat kesehatan dapat terkendali dengan baik. Manfaat lain yang
didapatkan dari diterapkannya CSSD adalah efisiensi penggunaan sarana dan
peralatan sehingga mampu menghemat biaya investasi, operasional serta
pemeliharaan, selain itu dengan adanya CSSD maka tenaga paramedis yang
berada pada masing-masing unit kerja tidak perlu melakukan kegiatan sterilisasi
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
50
Universitas Indonesia
dan yang terpenting adalah adanya standardisasi prosedur kerja dan jaminan mutu
hasil sterilisasi. Sterilisasi merupakan hal yang penting di suatu rumah sakit
karena sterilisasi merupakan suatu tindakan pencegahan terhadap terjadinya
infeksi nosokomial.
Penghubung antara staf medik dan farmasi di rumah sakit adalah Panitia
Farmasi dan Terapi (PFT). Peran apoteker dalam PFT sangat strategis dan penting
karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di
seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam PFT ini. PFT di RSMC telah
terbentuk dan apoteker dari Bagian Farmasi telah masuk ke dalam struktur PFT
sebagai wakil ketua, sekretaris dan juga sebagai anggota PFT. Salah satu kegiatan
PFT dalam menunjang pelayanan medis di rumah sakit adalah dengan mengkaji
dan menyusun formularium. Rumah Sakit Marinir Cilandak telah memiliki
formularium rumah sakit yang menjadi acuan bagi staf medik dan kefarmasian di
rumah sakit dalam hal peresepan ataupun pengadaan perbekalan farmasi.
Pengadaan perbekalan farmasi yang sesuai dengan formularium sangat
bermanfaat karena dengan adanya formularium, pengelolaan dana dan pengadaan
perbekalan farmasi menjadi lebih terarah. Walaupun formularium sudah dibuat,
namun kondisi di lapangan memperlihatkan bahwa pola peresepan masih ada
yang tidak mengikuti formularium. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya
kepatuhan dokter dalam penulisan resep dan pemahamam dokter tentang
Formularium. Peranan PFT untuk mengetahui apakah penerapan formularium
sudah berjalan dengan baik dan benar, dan perlu dilakukan evaluasi secara
berkala, selain itu perlu disarankan untuk membuat formularium yang handy
seperti membuat formularium dalam ukuran buku saku sehingga mudah dibawa
oleh staf medik maupun farmasis.
Rumah sakit ini juga telah dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah
baik limbah padat maupun limbah cair. Untuk pengelolaan limbah cair dilakukan
pengujian secara berkala untuk memastikan limbah cair RSMC sesuai standar
yang telah ditetapkan. Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin,
ammonia, kesadahan, senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand
(COD) dan Biological Oxygen Demand. Indikator akhir pengecekan tersebut
dilakukan dengan menggunakan indikator pencemaran ikan Emas yang sensitif
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
51
Universitas Indonesia
terhadap adanya pencemaran. Air limbah sebelum di alirkan ke Sungai Krukut
sebaiknya dialirkan terlebih dahulu ke kolam tempat ikan Emas untuk memastikan
limbah yang dibuang bebas dari pencemaran. Berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah). Pengolahan
hasil limbah cair RSMC sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan atau di bawah
standar yang diterapkan. Hasil pemeriksaan limbah cair bisa dilihat pada lampiran
13.
Pengelolaan limbah perbekalan farmasi dalam bentuk padat seperti wadah
gelas, kaca, plastik dan suntikan (syringe) di RSMC dilakukan dengan
menggunakan incinerator yang sudah memiliki efisiensi penghancuran
(degradasi) dan efisiensi pembakaran yang baik. Hasil pembakaran berupa gas
juga tidak menimbulkan polusi ke wilayah sekitarnya, abunya juga dapat langsung
dibuang secara biasa ke tempat sampah. Menurut operator yang bertugas,
incinerator yang digunakan oleh RSMC termasuk yang terbaik, sehingga banyak
Rumah Sakit sekitar yang juga ikut menggunakan incinerator ini untuk proses
pengolahan limbah padatnya. Proses pembakaran incinerator RSMC
menggunakan suhu 1200oC dilakukan 3-4 kali dalam seminggu yang dilakukan
pada sore hari. Untuk sekali pembakaran incenerator ini mampu memproses 100
kg limbah padat.
Sistem Manajemen dan Akuntasi (SIMAK) di Rumah Sakit Marinir
Cilandak terhubung langsung (online) ke Dinas Kesehatan Angkatan Laut
(Diskesal). Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak wajib membuat
laporan setiap triwulan, semester dan tahunan ke Dinas Kesehatan Angakatan
Laut (Diskesal) mengenai penerimaan atau pemakaian material kesehatan.
Laporan bukan hanya dalam bentuk penggunaan jumlah item perbekalan
kesehatan saja namun juga dalam bentuk rupiah untuk mengetahui jumlah dana
yang digunakan.
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir
Cilandak yang dilaksanakan selama lebih kurang 8 minggu dapat dirasakan
manfaatnya untuk memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang
bagaimana mengelola kegiatan kefarmasian klinik dan non klinik secara
komprehensif di suatu rumah sakit, serta mempelajari permasalahan-permasalahan
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
52
Universitas Indonesia
dalam menjalankan kegiatan kefarmasian di rumah sakit serta berupaya mencari
solusi dari setiap permasalahan yang mungkin timbul. Praktek Kerja Profesi ini
diharapkan dapat menjadi bekal sebelum memasuki dunia kerja nantinya.
Sehingga para calon apoteker mampu melihat kondisi nyata di bidang kefarmasian
dan mempersiapkan diri dalam menghadapi pekerjaan profesinya, terutama dalam
lingkup pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
53
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
a. Peran apoteker di RSMC diantaranya memberikan pelayanan kefarmasian
(pelayanan klinik) dalam bentuk Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada
pasien serta mengatur manajemen inventori perbekalan farmasi (pelayanan
non klinik). Selain itu, apoteker juga berperan dalam Panitia Farmasi dan
Terapi (PFT), salah satu perannya yaitu mengkaji dan menyusun formularium
Rumah Sakit.
b. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelayanan kefarmasian di RSMC,
yaitu:
1) Pelayanan farmasi klinik belum berjalan secara optimal karena
keterbatasan Sumber Daya Manusia di bidang farmasi, khususnya profesi
apoteker.
2) Belum adanya kebijakan yang mendukung serta belum diterapkannya
sistem distribusi obat rawat inap secara dosis unit.
3) Belum optimalnya peran Panitia Farmasi dan Terapi dalam menetapkan
dan mengawasi kebijakan penggunaan obat di lingkungan RSMC.
6.2 Saran
a. Dilakukan peningkatan pelayanan farmasi klinik seperti konseling kepada
pasien dengan kriteria khusus, monitoring efek samping obat, pengkajian dan
evaluasi penggunaan obat, kunjungan ke ruang perawatan, Therapeutic Drug
Monitoring (TDM) dan Total Parenteral Nutrition (TPN).
b. Perlu diterapkannya distribusi obat rawat inap secara dosis unit agar terapi
obat pasien menjadi lebih optimal.
c. Perlunya penambahan tenaga farmasi, terutama profesi apoteker, yang
memiliki tanggung jawab dan wewenang agar pekerjaan kefarmasian di
RSMC dapat berjalan lebih optimal, dan kegiatan kefarmasian yang
berlangsung di RSMC dapat diawasi langsung oleh apoteker.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
54
Universitas Indonesia
d. Dalam hal kegiatan farmasi nonklinik disarankan untuk dilakukannya
pembenahan dalam hal penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar agar
dipisahkan atau ditempatkan pada tempat yang khusus dari perbekalan
kesehatan yang lainnya.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
55
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang
RekamMedis.2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan. 2009. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan. 2009. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Peraturan Menteri
Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
PelayananKefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen
KesehatanRepublik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan. 1996. Jakarta.
Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
Tentang Kesehatan dan Gizi Masyarakat BerdasarkanPerpres No.5Tahun
2010. Jakarta.
Siregar, Charles J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
56
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
57
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Struktur Organisasi Bagian Farmasi RSMC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
58
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi RSMC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
59
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
60
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
61
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
62
Universitas Indonesia
Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di Apotek PC
RSMC
Penerimaan Resep
Pengecekan &
Penghargaan
Pasien
Penyerahan &
KIE
Pengecekan
Resep
Pemberian
Etiket
Sediaan Jadi Peracikan
Pembayaran
Obat
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
63
Universitas Indonesia
Lampiran 8. Alur Resep Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inapdi Apotek BPJS
Pasien
Pemberian Harga
Klaim BPJS
Pengecekan Kelengkapan
Persyaratan
Pengecekan
Pemberian Etiket
Peracikan Sediaan Jadi
Penyerahan
Pemberian
Nomor
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
64
Universitas Indonesia
Lampiran 9. Surat Pesanan Obat BPJS dan PC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
65
Universitas Indonesia
Lampiran 10. Surat Pesanan Narkotika
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
66
Universitas Indonesia
Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropika
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
67
Universitas Indonesia
Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Obat
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
68
Universitas Indonesia
Lampiran 13. Laporan Hasil Pengujian Limbah
1
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
69
Universitas Indonesia
Lampiran 14. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di RSMC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
70
Universitas Indonesia
Lampiran 15. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RSMC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
71
Universitas Indonesia
Lampiran 16. Formulir Pendaftaran Pasien Baru
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
72
Universitas Indonesia
Lampiran 17. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
73
Universitas Indonesia
Lampiran 18. Lembar Resep Rumah Sakit Marinir Cilandak
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
74
Universitas Indonesia
Lampiran 19. Salinan Resep ApotekYanmasum RSMC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
75
Universitas Indonesia
Lampiran 20. Salinan Resep Apotek BPJS RSMC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
76
Universitas Indonesia
Lampiran 21.Etiket Obat RSMC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
77
Universitas Indonesia
Lampiran 22.Persyaratan Administrasi Klaim Obat BPJS Kesehatan RSMC 1
xxxxxxxxxxxxxxx
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
78
Universitas Indonesia
Lampiran 23.Persyaratan Administrasi Klaim Obat BPJS Kesehatan RSMC 3
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxx
xxxxxxxxxx
xxxxxxxxxx
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
79
Universitas Indonesia
Lampiran 24.Print Out SIMAK BMN Persediaan Barang per Item
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
80
Universitas Indonesia
Lampiran 25.Print Out SIMAK BMN Neraca RSMC
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA
PASIEN DISPEPSIA SYNDROM MELALUI PENELUSURAN
REKAM MEDIS PADA TANGGAL 10 MEI – 14 MEI 2014
DI RUANG FLAMBOYAN BAWAH
RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DEKVITA ARA, S.Farm.
1306343441
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2014
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................ 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
2.1 Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems) ....................... 3
2.2 Dyspepesia Syndrome ................................................................ 4
2.3 Propil Obat Pasien ..................................................................... 9
BAB 3 STUDI KASUS ................................................................................ 12
3.1 Data Diri Pasien ......................................................................... 12
3.2 Keluhan Utama ......................................................................... 12
3.3 Perkembangan Pasien ................................................................ 13
3.4 Pemeriksaan Laboratorium ........................................................ 15
3.5 Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 15
3.6 Regimen Pengobatan ................................................................. 16
3.7 Identifikasi dan Rekomendasi Masalah Terkait Obat ................ 17
BAB 4 PEMBAHASAN .............................................................................. 19
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 25
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 25
5.2 Saran .......................................................................................... 25
DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 26
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. 28
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Algoritma Diagnosa Dyspepsia .................................................. 7
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Propil Obat Pasien ........................................................................ 9
Tabel 3.1 Pemeriksaan Fisik Pasien ............................................................. 12
Tabel 3.2 Riwayat Pengobatan Pasien ......................................................... 13
Tabel 3.3 Data Perkembangan Pasien .......................................................... 13
Tabel 3.4 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ................................................. 15
Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan USG Abdomen .............................................. 15
Tabel 3 6 Data Regimen Pengobatan ........................................................... 16
Tabel 3.7 Identifikasi DRPs pada Regimen Pengobatan pasien ................. 17
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Algoritma Terapi Untuk Osteoarthritis ...................................... 28
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu dengan mencakup
semua aspek upaya kesehatan, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. Pelayanan
farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat
yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2004). Tuntutan pasien dan
masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan
pelayanan dari paradigma lama drug oriented (berorientasi produk) dengan filosofi
pharmaceutical care (pelayanan kefarmasian), dimana apoteker dapat memberikan
peranan yang berdampak pada pengobatan serta kualitas hidup pasien.
Farmasi klinik dideskripsikan sebagai praktek kefarmasian yang berorientasi
kepada pelayanan pasien lebih dari orientasi kepada produk. Farmasi klinik
berkaitan dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu
memaksimalkan efek obat dan meminimalkan efek toksik obat bagi pasien secara
individu. Tujuannya untuk memaksimalkan efek terapeutik yang meliputi tepat
indikasi, tepat pemilihan obat, tepat pengaturan dosis sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi pasien dan evaluasi hasil terapi, meminimalkan reaksi obat yang tidak
diinginkan, meminimalkan biaya pengobatan, dan mampu menghormati pilihan
pasien (Aslam Mohammed, et al., 2003).
Kegiatan farmasi klinik salah satunya adalah pengamatan terhadap masalah
terkait obat (drug related problems) yang disingkat dengan DRPs. Masalah terkait
obat merupakan isu yang membutuhkan perhatian serius dari pihak dokter,
apoteker, dan keluarga pasien terlebih untuk pasien dengan riwayat penyakit
kronik, pasien dengan usia di atas 65 tahun, pasien yang mendapatkan pengobatan
dengan indeks terapi sempit, dan pasien dengan kegagalan terapi terdahulu.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
2
Universitas Indonesia
Tanggung jawab seorang apoteker salah satunya adalah mengidentifikasi masalah
terkait obat yang nyata atau berpotensi terjadi dan memberikan rekomendasi
penanganan atau pencegahannya.
Dalam rangka menerapkan pelayanan kefarmasian dirumah sakit dan
meningkatkan penggunaan obat yang rasional untuk mengatasi Drug Related
Problems maka mahasiswa apoteker perlu diberi pembekalan dan pengalaman dalam
bentuk pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan
menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan
pasien. Berdasarkan hal tersebut, studi kasus masalah terkait obat dilakukan
terhadap seorang pasien di salah satu ruang rawat inap di Rumah Sakit Marinir
Cilandak melalui penelusuran rekam medis pasien.
Pasien yang dilakukan pengamatan adalah pasien dengan usai 56 tahun
dengan riwayat mual yang sudah pernah dialami sebelumnya. Pasien juga
memiliki riwayat osteoarthritis knee yang pengobatannya dapat mempengaruhi
kondisi gastrointestinal. Pasien mendapatkan rejimen terapi yang beragam
sehingga berpotensi untuk dilakukan analisis mengenai DRPs untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi mengenai pengobatannya. Kegiatan ini diharapkan
mampu memberikan gambaran kepada tenaga kesehatan khususnya apoteker
dalam melakukan kegiatan farmasi klinik terutama dalam hal identifikasi,
pencegahan, dan pemecahan masalah DRPs agar tercipta sistem pelayanan
kesehatan yang optimal untuk mendapatkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
1.2. Tujuan
a. Mengidentifikasi masalah terkait obat (Drug Related Problem) yang terjadi
pada rejimen pengobatan pasien Ny. NS di Paviliun Flamboyan Bawah
Rumah Sakit Marinir Cilandak melalui penelusuran rekam medis pasien pada
tanggal 10 – 14 April 2014.
b. Memberikan rekomendasi penanganan masalah terkait obat (Drug Related
Problems) yang terjadi pada rejimen pengobatan pasien Ny. NS di Paviliun
Flamboyan Bawah Rumah Sakit Marinir Cilandak pada tanggal 10 – 14 April
2014.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems)
2.1.1 Definisi (Winslade, 1996)
Masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan
sebagai suatu keadaan yang tidak diinginkan yang terjadi pada pasien yang
disebabkan oleh terapi obat dan secara nyata atau potensial mengurangi efek
terapi yang diharapkan.
2.1.2 Klasifikasi (Hepler & Strand, 1990)
Masalah terkait obat yang perlu diperhatikan antar lain :
a. Indikasi yang tidak memperoleh terapi (untreated indication), yaitu pasien
mempunyai masalah medis yang memerlukan pengobatan, tetapi tidak
menerima obat yang sesuai dengan indikasi tersebut.
b. Pemilihan obat tidak tepat (improper drug selection), yaitu pasien mendapatkan
obat yang tidak sesuai dengan kondisi medis yang dialaminya.
c. Dosis terlalu rendah (subtherapeutic dose), yaitu pasien mempunyai masalah
medis dan menerima obat yang sesuai, namun dosis yang diberikan terlalu
rendah.
d. Dosis terlalu tinggi (over dose), yaitu pasien mendapatkan masalah medis
karena penggunaan obat yang berlebihan.
e. Efek samping obat (adverse drug reactions), yaitu pasien mendapat masalah
medis karena efek yang tidak dikehendaki atau efek samping obat.
f. Interaksi obat (drug interactions), yaitu pasien mendapat masalah medis karena
adanya interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, dan obat dengan uji
laboratorium.
g. Kegagalan menerima pengobatan (failure to receive medication), yaitu pasien
mempunyai masalah medis akan tetapi secara farmasetik, psikologis, atau
sosioekonomis perderita tersebut gagal mendapatkan obat.
h. Penggunaan obat tanpa indikasi (medication use without medication), yaitu
pasien menggunakan obat tanpa indikasi medis yang jelas.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Ketika ditemukan sebuah masalah terkait obat, apoteker harus
merencanakan cara mengatasinya. Apoteker harus memberikan skala prioritas
untuk masalah terkait obat tersebut, yang didasarkan pada resiko yang mungkin
diperoleh penderita. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menentukan skala
prioritas masalah terkait obat:
a. Masalah mana yang harus diselesaikan lebih dahulu dan masalah mana yang
dapat dieselesaikan kemudian.
b. Masalah yang merupakan tanggung jawab apoteker.
c. Masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat oleh apoteker.
d. Masalah yang dalam penyelesaiannya memerlukan bantuan dari tenaga
kesehatan lainnya (dokter, perawat, keluarga penderita, dan lain-lain).
2.2 Dyspepsia Syndrome
2.2.1 Definisi
Dyspepsia bukan merupakan suatu penyakit melainkan suatu gejala
terhadap suatu penyakit. Istilah dyspepsia digunakan untuk mendeskripsikan rasa
tidak nyaman pada bagian atas abdomen, biasanya berkaitan dengan jumlah
makanan dan alkohol yang dikonsumsi (Greene dan Harris, 2008). Rasa tidak
nyaman didefinisikan sebagai perasaan negatif yang bersifat subjektif yang bukan
merupakan rasa nyeri dan termasuk dalam gejala dari rasa kenyang lebih awal,
kembung, merasa “penuh” pada bagian atas abdomen, atau mual.
“The Canadian dyspepsia working group” mendefinisikan dyspepsia
sebagai gejala yang kompleks dari nyeri aepigastrik atau ketidaknyamanan pada
bagian atas saluran pencernaan dan dapat mencakup beberapa gejala berikut:
heartburn, regurgitasi asam, sendawa yang berlebihan, kembung, mual, rasa
pencernaan yang abnormal, atau rasa kenyang lebih awal. Definisi ini dianggap
lebih sesuai digunakan dalam keadaan klinis (Duvnjak ed., 2011).
2.2.2 Gejala dan Subgrup Gejala (Duvnjak ed., 2011)
Komite Investigasi Klinis International (Komite Rome III) menetapkan
dyspepsia dengan beberapa gejala berikut:
a. Perasaan penuh pada bagian postprandial
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
5
Universitas Indonesia
b. Rasa kenyang lebih awal (dalam artian tidak bisa menghabiskan makanan
dalam porsi normal)
c. Nyeri epigastrik atau rasa terbakar
Pasien dengan gejala dyspepsia yang tidak menjalani pemeriksaan apapun
disebut dengan uninvestigated dyspepsia. Melalui pemeriksaan seperti endosopi,
uji laboratorium, dan X-ray, ditemukan bahwa 40% - 60% tidak ditemukan
kelainan sehingga dikelompokkan menjadi functional dyspepsia, dan lainnya
dikelompokkan menjadi organic atau structural dyspepsia.
2.2.2.1. Functional dyspepsia
Functional dyspepsia didefinisikan sebagai gejala dyspepsia paling tidak
selama 3 bulan tanpa adanya penyebab organik, sistemik, atau metabolik yang
dapat menjelaskan gejala yang dialami. Patofisiologi dari FD tidak jelas. Gejala
spesifik pada subgroup ini tidak ditemukan. Stress psikologi, termasuk
penyiksaan, dapat diikuti oleh dyspepsia, tetapi hubungan penyebab dan efek yang
terjadi belum dapat dipastikan. Gejala spesifik FD yang dirasakan pada daerah
gastroduodenal adalah rasa penuh pada bagian postprandial, rasa kenyang lebih
awal, nyeri epigastik, rasa terbakar pada bagian epigastik.
2.2.2.2. Organic atau structural dyspepsia
Pada pasien dengan organic atau structural dyspepsia memiliki penyebab
yang jelas. Beberapa penyebabnya adalah:
a. Gastroesophageal reflux disease (GERD)
b. Peptic ulcer disease
c. Kanker pada bagian gastric atau esophagus
d. Biliary pain
e. Obat (termasuk suplemen kalium, digitalis, besi, teofilin, antibiotic oral
khususnya ampicillin dan eritrmisin, NSAID, kostikosteroid, niasin,
gemfibrozil, narkotik, kolkisin, kuinidin, estrogen, dan levodopa)
f. Gastroparesis
g. Pancreatitis
h. Malabsorpsi karbohidrat
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
6
Universitas Indonesia
i. Penyakit infiltrative pada lambung (e.g. Crohn’s disease, sarcoidosis)
j. Gangguan metabolik (hiperkalemia, hiperkalsemia)
k. Hepatoma
l. Ischemic bowel disease
m. Gangguan sistemik (diabetes mellitus, gangguan tiroid dan paratiroid,
connective tissue disease)
n. Parasit di saluran pencernaan
o. Kanker abdominal, khususnya kanker pancreas
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah GERD baik dengan atau
tanpa esfagitis (25%), peptic ulcer disease (5% - 15%), dan malignancy.
Konsensus Rome II membagi kembali pasien dengan dyspepsia menjadi
tiga subgroup:
a. Ulcer-like dyspepsia
Rasa nyeri terpusat pada bagian atas abdomen.
b. Dysmotility-like dyspepsia
Sensasi bukan nyeri yang tidak nyaman yang terpusat pada bagian atas
abdomen. Sensasi ini dapat dikarakterisasi atau diikuti dengan rasa penuh
pada bagian atas abdomen, rasa kenyang lebih awal, sendawa, atau mual.
c. Nonspecific dyspepsia
Pasien simptomatik dengan gejala yang tida termasuk pada kriteria ulcer-like
dyspepsia dan dysmotility-like dyspepsia.
2.2.3 Diagnosa
Dyspepsia dapat didagnosa menggunakan beberapa pemeriksaan yang
berbeda dan satu pemeriksaan tertentu belum tentu dapat digunakan pada semua
kasus. Algoritma diagnosa dyspepsia ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
7
Universitas Indonesia
Gambar 2.1. Algoritma diagnosa dyspepsia
Pasien dyspepsia dengan umur lebih dari 55 tahun atau dengan faktor
penanda seperti pendarahan, anemia, rasa kenyang lebih awal, berkurangnya berat
badan tanpa sebab yang jelas (> 10% BB), dysphagia yang progresif,
odynophagia, muntah terus-menerus, riwayat keluarga dengan kanker saluran
pencernaan, sebelumnya pernah mengalami esophagogastric malignancy, peptic
ulcer, lymphadenopathy, harus menjalani endoskopi untuk mengetahui peptic
ulcer, esophagogastric malignancy, dan penyakit saluran pencernaan lainnya yang
jarang terjadi.
Pada pasien dibawah 55 tahun tanpa faktor penanda, petugas kesehatan
dapat melakukan dua tindakan:
a. Uji dan penanganan untuk H. pylori menggunakan uji noninvasif yang telah
divalidasi dan penekanan asam jika eradikasi berhasil namun gejala tidak
teratasi
b. Uji empiris untuk penekanan asam dengan proton pump inhibitor (PPI)
selama 4 – 8 minggu.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Tes untuk mendeteksi H. pylori dapat dilakukan dengan cara endoskopi dan
non-endoskopi.
a. Tes endoskopi
1) Histopatologi
Merupakan tes mikrobiologi menggunakan beberapa strain bakteri.
Sensitifitas tes histologi secara umum adalah 90 – 95%. Tes ini
menggunakan biopsi dari bagian lambung.
2) Rapid Urea Test
Tes ini dilakukan berdasarkan aktivitas enzim urease yang memecah
reagen urea tes untuk membentuk ammonia. Enzim urease ini dihasilkan
oleh H. pylori. Sampel pada tes ini diambil dari biopsi korpus dan antrum.
Sampel biopsi ini akan dites menggunakan test pack yang khusus untuk
mendeteksi H. pylori. Jika terjadi perubahan warna, maka dalam contoh
biopsi tersebut terdapat H. pylori.
3) Kultur
Biopsi kultur merupakan teknik diagnostik standar yang bersifat invasif.
Kultur dilakukan pada media agar yang mengandung darah kuda 10% v/v
dan diinkubasi selama 10 hari pada suhu 36°C dibawah kondisi
mikroaerofilik (4% O2, 5% CO2, 86% N2, dan 5% H), kemudian dilihat
apakah terdapat pertumbuhan H. pylori.
b. Tes non-endoskopi
1) Urea Breath Test
Merupakan tes untuk mendeteksi adanya aktivitas urease yang secara tidak
langsung mengindikasikan adanya H. pylori. Tes ini dilakukan
menggunakan sampel nafas dari pasien.
2) Tes Deteksi Antibodi Serologi (Serology Test)
Pemeriksaan serologi dilakukan menggunakan metode ELISA untuk
melihat adanya antibodi IgG terhadap H. pylori.
3) Tes Antigen Feses (Stool Antigen Test)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah ada antigen yang dapat
memicu sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi H. pylori pada feses.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
9
Universitas Indonesia
2.2.4 Terapi Dyspepsia (Talley dan Vakil, 2005; Ingle dan Abraham, 2012)
Dyspepsia dapat ditangani dengan merubah gaya hidup dan menggunakan
obat atau penanganan secara klinis (terapi farmakologi). Perubahan gaya hidup
yang diperlukan antara lain :
a. Makan tepat waktu
b. Menghindari makanan yang berat/ berlemak
c. Mengurangi asupan makanan pedas, asam, rokok, kofein
d. Mengurangi penggunaan NSAID
Sedangkan terapi farmakologi untuk mengatasi dyspepsia adalah eradikasi
H. pylori, antagonis H2 (simetidin, famotidin), proton pump inhibitor (omeprazol,
lansoprazol), agen mukoprotektif (sukralfat), agen prokinetik (cisapride), antasida,
dan agen prikotropik (SSRI / SNRI).
2.3 Profil Obat Pasien
Obat-obat yang diberikan kepada pasien yaitu :
Tabel 2.1 Profil Obat Pasien
Inpepsa Syrup Ulsidex Tablet (Sukralfat)
Indikasi Terapi jangka pendek untuk duodenal ulcer, terapi
maintenance untuk duodenal ulcer
Mekanisme Kerja Membentuk kompleks dengan berikatan dengan protein
pada eksudat, membentuk suatu substansi yang viskos dan
adesif. Bentuk ini akan melindungi dan melapisi mukosa
lambung terhadap asam lambung, pepsin, dan garam
empedu.
Dosis dewasa 1 g 4 kali/hari, 1 jam sebelum makan selama 4 – 8 minggu,
dapat digunakan juga 2 g 2 kali sehari
Efek samping Konstipasi (2%); pusing, sakit kepala, mual, muntah,
insomnia, hipersensitivitas, vertigo (<1%)
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
Polisilane Syrup
(Magnesium Hidroksida 200 mg, Aluminium Hidroksida 200 mg,
Dimetikon 80 mg)
Indikasi Penanganan sementara pada hiperasiditas yang diikuti
dengan adanya gas pada lambung
Mekanisme Kerja Mg (OH)2 pengosongan lambung dengan cara retensi
cairan osmotic yang menyebabkan aktivitas peristaltik
pada kolon meningkat, bereaksi dengan asam hidroklorida
di lambung membentuk magnesium klorida
Al (OH)3 menetralkan asam hidroklorida di lambung
Dimetikon menurunkan tegangan permukaan antara
gelembung gas sehingga menghilangkan dan mencegah
penumpukan gas di lambung
Dosis Dewasa 10 – 20 mL 4 – 6 kali/ hari
Efek Samping Konstipasi, penurunan motilitas lambung (>10%); mual,
muntah (1-10%); hipopospatemia, hipomagnesemia,
dehidrasi (<1%)
Ondancetron
Indikasi Pencegahan mual dan muntah pada kemoterapi kanker
Mekanisme Kerja Selektif antagonis reseptor 5-HT3 dan menghambat
serotonin secara peripheral dan sentral pada saraf vagal
pada zona trigger kemoreseptor
Dosis Dewasa 0,15 mg/ kg 3 kali/ hari (IV); 8 mg setiap 8 jam (oral)
Efek Samping Sakit kepala, malaise, konstipasi, pusing, diare
Omeprazol
Indikasi Terapi jangka pendek untuk penyakit duodenal ulcer atau
gastic ulcer tahap awal, penanganan pada heartburn dan
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
11
Universitas Indonesia
gejala lain yang diikuti dengan gastoesophageal reflux
disease (GERD)
Mekanisme Kerja Menghambat pompa proton (proton pump inhibitor)
Dosis Dewasa 20 mg/ hari selama 4 – 8 minggu untuk aktif duodenal
ulcer, 40 mg/ hari selama 4 – 8 minggu untuk (gastric
ulcer)
Efek Samping Rash pada kulit, urtikaria, mulut kering, mual, konstipasi
Ranitidin
Indikasi Terapi jangka pendek pada duodenal ulcer, gastric ulcer,
gastroesofageral reflux, ulcer pada keadaan awal, kondisi
hipersekretori patologis
Mekanisme Kerja Menghambat histamin pada reseptor H2 secara kompetitif
pada sel parietal lambung
Dosis Dewasa 150 mg 2 kali/ hari atau 300 mg 1 kali/ hari
Efek Samping Sakit kepala, pusing, rasa tidak nyaman pada abdomen,
konstipasi, diare, mual, muntah
Ringer Laktat (Na Laktat 3,1 g. NaCl 6 g, KCl 0,3 g, CaCl2 0,2 g,
air untuk injeksi ad 1000 mL)
Indikasi Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada
dehidrasi
Mekanisme Kerja -
Dosis Dewasa Infus IV dosis sesuai dengan kondisi pasien
Efek Samping Panas, infeksi pada tempat penyuntikan, thrombosis
vena, atau flebitis yang meluas dari tempat
penyuntikan, ekstravasasi
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
12 Universitas Indonesia
BAB 3
STUDI KASUS
3.1 Data Diri Pasien
a. Nama Pasien : Ny.NS
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Usia : 59 tahun
d. Asuransi Kesehatan : Asuransi Kesehatan BPJS
3.2 Keluhan Utama
Ny. NS dengan umur 59 tahun masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada
tanggal Tgl 10 Mei 2014, jam datang 18.20 dan jam periksa 18.25. Keluhan utama
pasien adalah mual, muntah, lemas dan pusing. Sekitar satu bulan yang lalu pasien
juga mengalami mual-mual namun sekarang kambuh lagi, sudah 15 hari sulit
konsumsi nasi, nafsu makan menurun, setiap kali makan pasien akan muntah,
nyeri di epigastrium. Pasien juga mengalami mencret sebanyak 2x pada pagi hari,
riwayat hipertensi (+), alergi obat (+) tetapi tidak diketahui obat apa, pengapuran
tulang dikaki (+) sehingga diberi obat dan diduga obat membuat pasien mual,
BAB lancar, BB pasien turun (73 kg ke 67 kg). Hasil pemeriksaan fisik pasien
dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3.1 Pemeriksaan fisik pasien.
Tekanan darah 120/80 mmHg
Frekuensi nadi 62 kali / rmenit
Suhu tubuh 36oC
Pernafasan 20 kali / menit
Kesadaran CM (Compos Mentis = Kesadaran penuh)
Abdomen Supel, nyeri tekan (+), BU (+)N
Ekstremitas Akral hangat
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
13
Universitas Indonesia
Diagnosa sementara dokter terhadap pasien adalah dispepsia syndrom.
Pasien diberi terapi infus Ringer Laktat 20 tetes/menit, Ondansetron Injeksi 3x8
mg (iv), Omeprazol injeksi 2x10 mg (iv) dan Inpepsa syrup 3x1 C (per oral).
Sebelumnya pasien pernah mengalami pengobatan rawat jalan sekitar bulan maret
dan april 2014 dengan riwayat pengobatan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Riwayat pengobatan pasien
Rawat Jalan
30 Maret 2014 Demam (4 hari), mual (+),
muntah (+), nafsu makan ↓,
BAK/BAB (N), batuk (-),
pilek (-), pusing (+)
Cefixim 2x200 mg
Sanmol 3x500 mg
Omeprazol 2x1
Polysilane syrup 3x1 C (ac)
Captopril 2x12,5 mg
7 April 2014 • Nyeri kedua lutut
• OA knee (D/5)
Meloxicam 2x7,5 mg
Ranitidin 2x150 mg
3.3 Perkembangan Pasien
Data perkembangan Ny. NS selama dirawat di ruang Flamboyan bawah
rumah sakit marinir dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Data Perkembangan Pasien
Tanggal Subjective
(S)
Objective
(O)
Assesment
(A)
Planning
(P)
10/5-14 Mual, nafsu
makan
menurun ,
setiap kali
makan akan
muntah,
nyeri di
epigastrium.
TD : 120/80
Nadi : 62x /m
RR : 20 x/m
Suhu : 36oC
Ext : Akral
hangat
Dispepsia Pasien rawat inap
Terapi :
Infus RL 20 tetes/menit
Ondansentron Inj 3 x 8
mg (iv)
Omeprazol Inj 2x1 mg
(iv)
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
14
Universitas Indonesia
Inpepsa syrup 3x1
(diganti Ulsidex tab 3
x500 mg → acc dokter)
11/5-14 Lemas (+),
mual (+)
TD : 120/80
Nadi : 82x/m
RR : 20x/m
T : 36oC
Ext : Akral
hangat
Dispepsia Terapi dilanjutkan
12/5-14 mual (+),
lemas (+)
TD : 130/90
Nadi : 80x/m
RR : 18x/m
T : 36oC
Nyeri tekan (+)
Ext : Akral
hangat
Dispepsia Polysilane 3 x 1 C 1
jam (pc)
Rencana USG
abdomen (persiapan
puasa)
Terapi lain dilanjutkan
13/5-14 Mual
berkurang ,
lemas (+)
TD : 130/90
Nadi : 86x/m
RR : 20x/m
T : 36oC,
Nyeri tekan (-)
Ext : Akral
hangat
USG :
gastritis
Ondancentron Inj ganti
tablet 3x8 mg
Terapi lain dilanjutkan
14/5-14 Mual
berkurang
TD : 130/80
Nadi : 82x/m
RR : 20x/m
T : 36oC
Ext : Akral
hangat
USG :
gastritis
Omeprazol tab. 2x20
mg
Ondancentron tab.
3x8 mg
Ranitidin tab 2x150
mg
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
15
Universitas Indonesia
3.4 Pemeriksaan Laboratorium
Data hasil pemeriksaan laboratorium Ny. NS dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.4 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Jenis pemeriksaan Nilai normal Hasil pemeriksaan
Darah Rutin
10/05-14
Hemoglobin P : 13-17 gr/dl;
W : 12-16 gr/dl 13.6
Hematokrit 37 – 54 % 41 %
Leukosit 5.000 – 10.000/µl 9.100/µl
Trombosit 150.000 – 400.000/µl 358.000/µl
3.5 Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan USG Abdomen di RSMC tanggal 12 Mei 2014
menunjukkan :
Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan USG Abdomen
Hepar
Tampak membesar, permukaan rat, tepi tajam,
echoparenchim meningkat, pembuluh darah/sal. Empedu
intrahepatal melebar, tak tampak masa
Kandung empedu Besar normal, dinding tidak menebal, tak tampak
batu/sludge
Pankreas Besar normal, echoparenchim homogen, tak tampak lesi
focal
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
16
Universitas Indonesia
Lien Besar normal, echoparenchim homogen, tak tampak lesi
focal
Ginjal kanan dan
kiri
Besar kedua ginjal normal, cortex dan medulla baik, tak
tampak batu/pelebaran kedua kalises
Vesica urinaria Besar normal, dinding tidak menebal, tak tampak batu
Uterus dan
adnexa Tak tampak kelainan
Gas lambung Banyak, nyeri abdomen atas (+)
Kesan :
Fatty liver
Curiga gastritis
3.6 Regimen Pengobatan
Regimen pengobatan pasien Ny. NS selama dilakukan perawatan di ruang
Flamboyan bawah rumah sakit marinir Cilandak dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.6 Data Regimen Pengobatan
NAMA OBAT
ORAL DOSIS
Tgl : 11 Mei
'14
Tgl : 12 Mei
'14
Tgl : 13 Mei
'14
Tgl : 14 Mei
'14
P SI SO M P SI SO M P SI SO M P SI SO M
Inpepsa Syp
(Ulsidex tab) 3 x 1 V
Polisilane
Syrup (1 jam
pc)
3 x C 1
Ondansetron
Tab 3 x 8 mg
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
17
Universitas Indonesia
OBAT
SUNTIK/
LAIN - LAIN
DOSIS
Tgl : 11 Mei
'14
Tgl : 12 Mei
'14
Tgl : 13 Mei
'14
Tgl : 14 Mei
'14
P SI SO M P SI SO M P SI SO M P SI SO M
Ondancetron
(IV) 3 x 8
Omeprazole
(IV) 2 x 1
INFUS
TRANFUSI
RL 20 tetes
/m -
3.7 Identifikasi dan Rekomendasi Masalah Terkait Obat
Hasil identifikasi masalah yang terkait obat (Drug Related Problems) pada
regimen pengobaran pasien Ny. NS.
Tabel 3.7 Identifikasi DRPs pada Regimen Pengobatan Pasien
No Jenis DRPs Nama Obat Permasalahan Rekomendasi
1. Untreated
indication
(Ada indikasi
yang tidak
tertangani)
- Pasien mengalami
pengapuran pada
kaki dengan
diagnosis terakhir
OA lutut,
diberikan obat
namun
memperparah
kondisi pasien
(mual) sehingga
pengobatan
dihentikan.
Pasien diberikan NSAID
golongan COX-2
(Celecoxib) yang dapat
mengatasi nyeri pada
kasus OA tanpa
memperparah kondisi
dispepsia pasien.
Dosis : 100 mg tiap 12
jam
Pasien sebaiknya
melakukan pemeriksaan
kembali terhadap kondisi
kakinya untuk
mendapatkan
penatalaksanaan yang
lebih efektif
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
18
Universitas Indonesia
2. Improper
drug
selection
(Pemilihan
obat yang
tidak tepat)
Ondansetron
injeksi
Ondansetron
hanya digunakan
untuk gejala mual
/ muntah pada
penetalaksanaan
terapi kanker /
pasca operasi.
Belum ada
publikasi ilmiah
tentang efficacy
ondansetron
untuk mual /
muntah pada
kasus gangguan
gastrointestinal.
Ondansetron diganti
dengan Metoklopramid
injeksi untuk mengatasi
rasa mual pasien.
Sediaan injeksi diganti
dengan tablet jika gejala
mual sudah membaik.
Dosis : Injeksi (1 ampul /
10 mg tiap 8 jam), tablet
(10 mg tiap 8 jam ½ jam
sebelum makan)
3. Duplikasi
Obat
Ranitidin
tablet dan
Omeprazol
kapsul
Asam lambung
pasien disupresi
dengan pemberian
lebih dari 1 obat
yang tujuan
kerjanya sama
(pemborosan
terapi).
Berikan salah satu saja,
misalnya tablet Ranitidin
Dosis : 2 x 150 mg 2 jam
setelah makan jika
sebelumnya sudah
meminum obat anti mual
(metoklopramid)
4. Subtherapeut
ic dose
(Dosis obat
terlalu
rendah)
Ulsidex
(Sukralfat)
tablet
Pasien hanya
diberikan
sukralfat 500 mg
3 x sehari untuk
melindungi
lapisan lambung
pasien.
Dosis ditingkatkan
menjadi 2 tablet tiap 6
jam 1 jam sebelum
makan.
5. Pasien gagal
mendapatkan
Obat
Ulsidex tab
(3x1)
Ondancetron
Tab (3x1)
Polysilane
syr (3xC1)
Ondacetron
Inj (3x1)
Pasien seharusnya
mendapatkan 3x
regimen obat,
tetapi cuma
diberikan 2x oleh
perawat.
• Pasien takut minum
obat, beri edukasi kepada
pasien
• Perawat lupa
mencheklist lembar
regiment/lupa
memberikan obat →
perawat langsung
mengisi lembar regimen
setelah memberikan obat
kepada pasien.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
19
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik. Praktek
pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat (Drug
Related Problems) dan masalah yang berkaitan dengan kesehatan.
Masalah yang terkait obat (drug related problems) didefinisikan sebagai
suatu keadaan yang tidak diinginkan yang dialami oleh pasien yang berkaitan atau
diduga berkaitan dengan terapi dan secara nyata atau potensial mempengaruhi
hasil terapi pasien. Seorang apoteker harus dapat memastikan bahwa pasien
mendapat terapi obat yang tepat, efektif, dan aman. Mahasiswa diberikan
kesempatan pada saat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir
Cilandak, untuk melakukan identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada
pengobatan seorang pasien Ny. NS melalui penelusuran rekam medis pada
tanggal 10 April 2014 – 14 April 2014.
Ny. NS dengan umur 59 tahun masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada
tanggal 10 April 2014 pukul 18.20. Keluhan utama pasien adalah mual, muntah,
lemas, dan pusing. Berdasarkan anamnesa yang dilakukan, 1 bulan yang lalu
pasien mual-mual dan sekarang kambuh lagi, sudah 15 hari sulit konsumsi nasi,
nafsu makan berkurang, setiap kali makan akan muntah dan merasa nyeri di
bagian epigastrium. Pasien mengatakan sudah mencret sebanyak 2 kali pada pagi
hari. Pasien memiliki riwayat hipertensi, alergi obat namun tidak diketahui obat
apa, memiliki riwayat pengapuran tulang di kaki dan sudah pernah diberi obat
yang diduga membuat pasien merasa mual. Pasien juga mengalami penurunan
berat badan.
Pemeriksaan tanda-tanda vital pasien menunjukkan tekanan darah yang
sedikit tinggi yaitu 120/ 80 mmHg, dengan denyut nadi sebanyak 62 kali/ menit.
Laju pernapasan pasien normal yaitu 20 kali/ menit dan suhu tubuh pasien juga
normal 36°C. Hasil pemeriksaan kesadaran pasien saat masuk, pasien dalam
19
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
20
Universitas Indonesia
keadaan kesadaran penuh dan memiliki rasa nyeri tekan postif pada bagian
abdomen dengan bunyi usus positif normal. Berdasarkan hasil anamnesa tersebut,
dokter mendiagnosa penyakit Ny. NS sebagai dyspepsia syndrome.
Ny. NS memiliki riwayat pengobatan rawat jalan pada tanggal 30 Maret
2014 dengan keluhan utama demam (4 hari), mual, muntah, nafsu makan
menurun, dan pusing. Riwayat pengobatan ini dapat dijadikan pegangan bahwa
pasien mengalami riwayat dyspepsia syndrome sebelumnya. Pada tanggal 7 April
2014, pasien kembali menjalani pemeriksaan rawat jalan dengan keluhan utama
nyeri pada kedua lutut dan didiagnosa sebagai Osteroarthritis knee dan diberi obat
meloxicam dan ranitidin.
Meloxicam merupakan obat analgesik golongan NSAID yang bekerja
dengan menghambat enzim COX-1 dan COX-2. Meloxicam memiliki efek
samping pada saluran pencernaan dapat meningkatkan resiko iritasi pada saluan
pencernaan, inflamasi, ulcerasi, pendarahan, dan dapat menyebabkan dyspepsia.
Obat ini biasanya diberikan bersamaan dengan obat yang dapat menjaga lambung
sehingga dapat meminimalkan resiko efek samping pada saluran pencernaan. Pada
kasus Ny. NS, pasien memiliki riwayat dyspepsia sehingga pemberian meloxicam
sebagai obat OA diberikan bersamaan dengan ranitidin. Berdasarkan anamnesa
pada pasien, setelah mengonsumsi obat tersebut, pasien merasa mual sehingga
menghentikan penggunaan obat tersebut dan masuk unit gawat darurat tiga hari
setelah melakukan rawat jalan terakhir. Mahasiswa menduga bahwa obat ini yang
memperparah kondisi lambung pasien.
Pada saat dirawat di Rumah Sakit Marnir Cilandak, pasien terus dipantau
kesehatannya terutama kondisi mual, rasa nyeri, dan tanda-tanda vital pasien
selalu diukur setiap hari. Perkembangan pasien selalu dicatat setiap hari untuk
mengetahui kemajuan kesehatan pasien selama dirawat di rumah sakit. Pada
catatan perkembangan pasien terdapat 4 kategori yang meliputi kolom Subjectif,
Objectif, Assesment, dan Planning yang disingkat menjadi SOAP. SOAP
merupakan catatan harian perkembangan pasien berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan oleh dokter setiap harinya.
Pasien mendapat berbagai macam obat dengan multi regimen selama
perawatan. Pasien mendapatkan obat oral maupun injeksi sebanyak 4 jenis per
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
21
Universitas Indonesia
harinya. Banyaknya obat yang diberikan kepada pasien selama perawatan
memungkinkan terjadinya masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (Drug
Related Problems).
Analisis terhadap penggunaan obat oleh Ny. NS adalah indikasi yang tidak
memperoleh terapi, pemilihan obat yang tidak tepat, duplikasi obat, dosis terlalu
rendah dan pasien gagal mendapatkan obat.
a. Indikasi yang tidak memperoleh terapi (untreated indication)
Pada pemeriksaan rawat jalan terakhir sebelum pasien masuk ke unit
gawat darurat, pasien mengalami pengapuran pada kaki dan didiagnosis
sebagai OA lutut. Pasien diberikan obat untuk mengatasi OA lutut, namun
memperparah kondisi mual pasien sehingga pengobatan pasien dihentikan.
Selama pasien dirawat di rumah sakit, pengapuran pada kaki pasien belum
ditangani karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi kondisi mual pasien saat
itu. Oleh karena itu, pasien sebaiknya melakukan pemeriksaan kembali
terhadap kondisi pengapuran pada kakinya untuk mendapatkan
penatalaksanaan yang lebih efektif. Pasien dapat disarankan untuk diberi
NSAID golongan COX-2 (e.g Celecoxib) yang dapat mengatasi rasa nyeri pada
kasus OA tanpa memperparah kondisi dyspepsia pasien. Algoritma terapi
untuk osteoarthritis dapat dilihat pada Lampiran 1.
b. Pemilihan obat yang tidak tepat (improper drug selection)
Pasien didiagnosis mengalami dyspepsia syndrome dengan salah satu
keluhan utama pasien adalah mual. Rejimen terapi pertama kali yang diberikan
untuk mengatasi keadaan ini adalah injeksi ondancetron. Berdasarkan literatur,
ondancetron hanya digunakan untuk gejalan mual/ muntah pada
penatalaksanaan terapi kanker/ pasca operasi. Belum ada publikasi ilmiah
mengenai efficacy ondancetron untuk mual/ muntah pada kasus gangguan
gastrointestinal. Oleh karena itu, penggunaan ondancetron dapat diganti dengan
metoklopramid yang merupakan salah satu obat untuk mengatasi mual/ muntah
pada gangguan gastrointestinal. Pada pemberian pertama, pasien dapat diberi
metoklopramid injeksi dengan dosis 1 ampul/ 10 mg setiap 8 jam. Jika kondisi
mual pasien sudah mulai membaik, injeksi metoklopramid dapat diganti
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
22
Universitas Indonesia
menjadi tablet dengan dosis 10 mg setiap 8 jam diminum ½ jam sebelum
makan.
c. Duplikasi obat
Pada tanggal 14 April 2014, pasien telah diizinkan oleh dokter
penanggung jawabnya untuk meninggalkan rumah sakit. Pasien diresepkan
obat pulang untuk mempertahankan kondisi kesehatannya saat itu. Berdasarkan
skrinning resep secara farmakologi yang dilakukan terhadap resep pulang
pasien ditemukan adanya duplikasi obat. Duplikasi obat yang ditemukan adalah
antara ranitidin tablet dan omeprazol kapsul. Kedua obat tersebut walaupun
memiliki mekanisme kerja yang berbeda namun memiliki tujuan kerja yang
sama yaitu sebagai pensupresi asam lambung sehingga hal ini dapat dikatakan
sebagai pemborosan terapi. Oleh karena itu, disarankan untuk memberikan
salah satu obat saja dari kedua obat tersebut.
d. Dosis terlalu rendah (subtherapeutic dose)
Rejimen terapi yang diterima pasien salah satunya adalah Inpepsa syrup
dengan dosis 3 kali 1 sendok makan (15 mL). Inpepsa syrup menganduk
sukralfat sebanyak 500 mg/5 mL sehingga sekali minum pasien menerima
1500 mg sukralfat. Dosis dewasa yang dianjurkan adalah 1 g 4 kali/ hari (setiap
6 jam). Pasien merupakan pasien BPJS sehingga hanya akan mendapatkan
obat-obat sesuai dengan daftar obat dan peraturan yang dibuat oleh BPJS. Pada
saat perawatan, Inpepsa syrup diganti menjadi Ulsidex tablet yang memiliki zat
aktif yang sama yaitu sukralfat. Ulsidex tablet diberikan dengan dosis 500 mg
3 kali sehari sehingga pasien hanya mendapatkan 500 mg sukralfat. Jika
dibandingkan dengan literatur yang digunakan, dosis ulsidex tablet yang
diberikan terlalu rendah. Oleh karena itu, dosis ulsidex tablet sebaiknya
ditingkatkan menjadi 2 tablet (1 g) 4 kali/ hari (setiap 6 jam) diminum sebelum
makan.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
23
Universitas Indonesia
e. Pasien gagal mendapatkan obat
Masalah yang berkaitan dengan obat (drug related problems) berupa
pasien gagal mendapatkan obat dapat terjadi karena pasien dan/ atau tenaga
kesehatan yang berwenang. Selama menjalani rawat inap di rumah sakit, setiap
perkembangan dan pengobatan pasien selalui dicatat/ didokumentasikan
termasuk waktu dan dosis obat yang diberikan pada pasien setiap hari.
Berdasarkan catatan tersebut, terlihat ada pemberian obat yang tidak sesuai
dengan yang seharusnya. Contohnya, pada pemberian ulsidex tablet seharusnya
diberikan sebanyak 3 kali sehari, namun pada catatan rekam medis hanya
terlihat diberikan sebanyak 2 kali. Hal ini dapat terjadi karena pasien takut
meminum obat yang diberikan sehingga perlu diberikan edukasi pada pasien
agar pasien mendapat hasil terapi yang maksimal. Kealpaan perawat untuk
men-check list lembar regimen juga merupakan salah satu penyebab adanya
hipotesis bahwa pasien gagal mendapatkan obat. Oleh karena itu, sebaiknya
perawat langsung mengisi lembar regimen pemberian obat setelah memerikan
obat kepada pasien.
Pasien juga menjalani pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang berupa USG abdomen selama rawat inap. Hasil laboratorium berupa
pemeriksaan darah lengkap memberikan hasil normal. Hasil pemeriksaan
penunjang yang dilakukan menunjukkan pasien dicurigai menderita gastritis. Oleh
karena itu, pada saat pulang pasien diberikan resep pulang untuk mengatasi
kondisi pasien yang dicurigai gastritis.
Penegakan diagnosa gastritis pada pasien Ny. NS ini dilakukan
berdasarkan pemeriksaan USG. Penegakan diagnosa gastritis tidak hanya
dilakukan dengan menggunakan USG yang termasuk ke dalam tes radiologi tetapi
juga dengan melakukan tes untuk mendeteksi pendarahan dengan menilai
hematokrit, hemoglobin, dan hemoccult test yang berguna untuk mendeteksi
adanya darah dalam feses. Tes lain yang juga dapat dilakukan adalah tes untuk
deteksi Helicobacter pylori. Tes ini perlu dilakukan untuk mengetahui rejimen
terapi yang tepat untuk diberikan. Jika bakteri ini ditemukan, maka dalam rejimen
terapinya diperlukan antibiotik agar pengobatan pasien dapat maksimal.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
24
Universitas Indonesia
Helicobacter pylori adalah sejenis bakteri yang hidup dalam saluran
pencernaan. Bakteri ini menyebabkan ulkus pada lambung dengan merusak
lapisan mukosa yang melindungi lambung dan duodenum. Kerusakan lapisan
mukosa lambung memungkinkan asam lambung bisa masuk ke lapisan yang lebih
sensitive di bawahnya. Secara bersamaan, asam lambung dan Helicobacter pylori
mengiritasi lapisan lambung atau duodenum dan menyebabkan nyeri.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
25 Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Hasil identifikasi DRPs (Drug Related Problems) yang dilakukan melalui
penelusuran rekam medis terhadap pasien Ny. NS di ruang Flamboyan bawah
Rumah Sakit Marinir Cilandak didapatkan bahwa permasalahan terkait obat
terhadap pasien tersebut, diantaranya yaitu Ada indikasi yang tidak tertangani
dimana pasien mengalami pengapuran pada kaki tetapi pasien tidak
mendapatkan terapi. Pemilihan obat yang tidak tepat, pasien menerima terapi
ondacetron untuk mual/muntah sedangkan ondacetron hanya digunakan pada
penatalaksanaan terapi kanker/pasca operasi. Adanyan duplikasi obat dimana
diberikan ranitidin dan omeprazol untuk mengatasi asam lambung dan dosis
yang terlalu rendah pada penggunaan ulsidex tablet 3 kali sehari 1 tablet yang
seharusnya menjadi 2 tablet tiap 6 jam.
b. Rekomendasi terhadap regimen pengobatan yang diterima pasien Ny. NS
terhadap kondisi pengapuran pada kaki dapat diberikan terapi NSAID
golongan COX-2 dan untuk mengatasi mual/muntah pada gangguan
gastrointestinal dapat diberi metoklopramid. Untuk duplikasi obat yang
diterima pasien, sebaiknya pilih salah satu obat saja, misalnya ranitidin tablet
serta menaikkan dosis dari ulsidex tablet menjadi 2 tablet ( 1 g) 4 kali/hari
(setiap 6 jam).
5.2 Saran
a. Perlu adanya pembenahan dalam hal dokumentasi riwayat pasien (penyakit
pasien dan keluarga, pengobatan, alergi obat, dan lain-lain). Data tersebut dapat
dijadikan dasar, baik untuk dokter dalam menentukan penatalaksanaan yang
tepat, maupun bagi apoteker untuk mengevaluasi serta memberikan
rekomendasi yang tepat dalam pengobatan pasien.
b. Adanya pemeriksaan kembali terkait kondisi pengapuran pada kaki pasien dan
terkait obat yang pernah digunakan pasien.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
26
Universitas Indonesia
c. Perlu adanya pemeriksaan lebih lanjut lagi terkait gejala mual/ muntah dan
gangguan gastrointestinal yang diderita Ny. NS untuk mendeteksi apakah
terdapat Helicobacter pylori sehingga dapat diberikan terapi yang lebih tepat.
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
27 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Aslam Mohammed, Tan Chik Kaw, Prayitno Adji. (2003). Farmasi Klinis.
Jakarta: PT. Elex media Computindo
Duvnjak, M., ed. (2011). Dyspepsia in Clinial Practice. London: Springer
Science+Business Media
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta. Depkes RI
Dipiro, J.T., et all. (2008). Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach
Seventh Edition. United States : The McGraw Hill Companies.
Grainger, R. J., and Cicuttini, F.M., (2004). Medical Management of Osteoarhritis
of The Knee and Hip Joints. MJA (180). 232-236.
Greene, R. J., & Harris, N. D. (2008). Pathology and Therapeutics for
Pharmacists (3rd
ed.). United States : Pharmaceutical Press.
Hepler, C.D. & Strand, L.M. (1990). Opportunities and Responsibilities
inPharmaceutical Care. Am J Hosp Pharm; 47:533-43
Ingle, M. and Abraham, P. (2012). Management of Functional Dyspepsia.
Supplement To Japi, Vol. 60.
Talley, N. J., et al. (2005). Guidelines for the Management of Dyspepsia.
American Journal of Gastroenterology (100), 2324 – 2337. doi:
10.1111/j.1572-0241.2005.00225.x.
Papadakis, M. A., Mc. Phee, S. J., & Rabow., M. W. (2013). Current Medical
Diagnosis & Treatment Fifty-Second Edition. United States : The McGraw Hill
Companies.
Winslade NE, et al,. (1996). Pharmacist Management of Drug Related Problems,
Tool for Teaching and Providing Pharmaceuical Care. Pharmacotherapy,
16(5).
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014
29
Lampiran 1. Algoritma terapi untuk osteoarthritis
Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014