127
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK PERIODE 01APRIL 30 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEKVITA ARA, S. Farm. 1306343441 ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JULI 2014 Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

PERIODE 01APRIL – 30 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DEKVITA ARA, S. Farm.

1306343441

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JULI 2014

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

PERIODE 01APRIL – 30 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

DEKVITA ARA, S. Farm.

1306343441

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JULI 2014

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

iii

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

iv

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamin, puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang

Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan kegiatan dan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di

Rumah Sakit Marinir Cilandak Periode 01 April – 30 Mei 2014.

Laporan ini merupakan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker

di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Setelah mengikuti kegiatan PKPA ini,

diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja.

Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia;

2. Dr. Hayun, M.Si., Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan arahan

kepada penulis selama penulis melaksanakan PKPA;

3. Letnan Kolonel Laut (K) Drs. Agusman, MM., Apt., selaku Kepala Bagian

Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.

4. Mayor Laut Mayannaria Simarmata, M.Farm., Apt., selaku Pembimbing I di

Rumah sakit Marinir Cilandak, yang telah memberikan bimbingan, ilmu,

saran, motivasi dan bantuan lainnya yang sangat bermanfaat selama

penyusunan laporan ini;

5. Dra. Retnosari Andrajati, MS., Ph.D., Apt., sebagai pembimbing Praktek

Kerja Profesi Apoteker dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;

6. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia;

7. Terima kasih kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu mendukung

penulis walau dari jauh. Kakak penulis Maida ayu ara dan abang penulis

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

vi

Arani muhdi dan keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan, doa,

semangat dan kasih sayang yang tiada henti;

8. Suamiku tercinta Alfian DR, terima kasih atas pengertian, semangat dan

dukungannya;

9. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 78, khususnya Rita, Dewi, Gita,

Qiqi, Lala, Mutia, Irma yang telah mendukung dan bekerja sama selama

perkuliahan hingga pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker

10. Semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan

PKPA ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala

kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis

harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada

khususnya.

Penulis,

Juli 2014

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

vii

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

viii

ABSTRAK

Nama : Dekvita Ara

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Rumah Sakit

Marinir Cilandak Periode 01april – 30 Mei 2014

Apoteker merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang berperan dalam

memberikan pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit. Untuk mengetahui

dan memahami peran apoteker serta kendala dalam menjalankan kefarmasian di

Rumah sakit, maka Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia bekerja sama

dengan Rumah Sakit Marinir Cilandak menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi

sApoteker periode 1 April – 30 Mei 2014. Berdasarkan pengamatan selama

praktek kerja di Rumah Sakit, peran apoteker diantaranya memberikan pelayanan

kefarmasian dalam bentuk Pelayanan Informasi Obat kepada pasien serta

mengatur manajemen inventori perbekalan farmasi. Selain itu, apoteker juga

berperan dalam Panitia Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit. Kendala yang

dihadapi dalam menjalankan pelayanan kefarmasian yaitu Pelayanan farmasi

klinik belum berjalan secara optimal karena keterbatasan Sumber Daya Manusia

di bidang farmasi, khususnya profesi apoteker, belum diterapkannya sistem

distribusi obat rawat inap secara dosis unit, belum optimalnya peran Panitia

Farmasi dan Terapi dalam menetapkan dan mengawasi kebijakan penggunaan

obat di lingkungan Rumah sakit. Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Pada

Pasien Dispepsia Syndrom Melalui Penelusuran Rekam Medis Pada Tanggal 10

Mei – 14 Mei 2014 Di Ruang Flamboyan Bawah Rumah Sakit Marinir Cilandak,

merupakan tugas khusus yang diberikan pada Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.

Kata Kunci : Apoteker, Praktek Kerja, Peran, Kendala, Rumah Sakit

Laporan Tugas Umum : xii + 80 halaman; 25 lampiran

Laporan Tugas Khusus : v + 29 halaman; 1 lampiran

Daftar Acuan Laporan Tugas Umum : 8 (1996-2010)

Daftar Acuan Laporan Tugas Khusus : 11 (1990-2013)

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

ix

ABSTRACT

Name : Dekvita Ara

Program Study : Apothecary

Title : Report of Apothecary Professional Internship at Marinir

Hospital Cilandak in April 1 st – Mei 30 th 2014

Pharmacist is one of health professional who give health service for patient in

hospital. Therefore, The Professional of Apothecary Program University of

Indonesia in collaboration with Marinir Hospital Cilandak held a Professional

Field Work of Apothecary, period of April 1 st – Mei 30 th 2014. Based on an

observation, Pharmacist roles including providing pharmaceutical services in the

form of Drug Information Services to patients and to manage pharmaceutical

inventory management. In addition, pharmacists also play a role in the Pharmacy

and Therapeutics Committee at the Hospital. Constraints faced in implementing

pharmacy services ie clinical pharmacy services not running optimally due to

limited human resources in the field of pharmacy, the pharmacist profession in

particular, has not been the implementation of inpatient drug distribution system

in dosage unit, not optimal role of Pharmacy and Therapeutics Committee in

establishing and overseeing drug use policies in the hospital environment.

Identification of Drug Related Problems (DRPs) Dyspepsia Syndrome In Patients

With Medical Record Search By Date 10 May to 14 May 2014 in the Flamboyan

Room Bottom at Marinir Hospital Cilandak is special assignment report which

given in this Professional Field Work of Apothecary.

Key Words : Pharmacist, Field Work, Role, Problem, Hospital.

General Assignment Report : xii + 80 pages; 25 appendix

Special Assignment Report : v + 29 pages; 1 appendix

General Assignment Report Bibliography : 8 (1996-2010)

Special Assignment Report Bibliography : 11 (1990-2013)

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 LatarBelakang ................................................................................ 1

1.2 Tujuan ............................................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4

2.1 Rumah Sakit ................................................................................... 4

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ....................................................... 15

BAB 3. TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK . 19

3.1 Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak .......... 19

3.2 Tujuan,Visi,Misi,Motto dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak .. 21

3.3Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak ....................................... 22

3.4Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak ....................................... 22

3.5 Instalasi Rawat Jalan ...................................................................... 22

3.6 Instalasi Rawat Inap ....................................................................... 23

3.7 Fasilitas Penunjang ......................................................................... 23

3.8 Rekam Medis .................................................................................. 24

3.9 Formularium ................................................................................... 25

3.10 Unit Sterilisasi (Sterilization Unit) ............................................... 25

3.11 Pengolahan Limbah RS Marinir Cilandak ................................... 26

BAB 4. TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI

RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK ...................................... 28

4.1 Struktur Organisasi Departemen Farmasi RS Marinir Cilandak .... 28

4.2 Fungsi dan Tugas Pokok Departemen Farmasi .............................. 31

4.3 Uraian Tugas Departemen Farmasi ................................................ 31

4.4 Gudang Farmasi .......................................................................... 33

4.5 Apotek PC .................................................................................. 35

4.6 Apotek BPJS ............................................................................... 37

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

xi

BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................ 45

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53

6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 53

6.2 Saran ............................................................................................... 53

DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 55

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak .............. 56

Lampiran 2. Struktur Organisasi Bagian Farmasi RSMC .......................... 57

Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi RSMC ................................. 58

Lampiran 4. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC ........................................ 59

Lampiran 5. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC ......................................... 60

Lampiran 6. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC .................................... 61

Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Jalan & Rawat Inap di

Apotek PC RSMC ................................................................... 62

Lampiran 8. Alur Resep Pasien Rawat Inap & Rawat Jalan

di Apotek BPJS ........................................................................ 63

Lampiran 9. Surat Pesanan Obat Apotek BPJS dan PC ............................. 64

Lampiran 10. Surat Pesanan Narkotika ...................................................... 65

Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropika .................................................. 66

Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Obat ........................................... 67

Lampiran 13. Laporan Hasil Pengujian Limbah......................................... 68

Lampiran 14. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di RSMC ... 69

Lampiran 15. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RSMC .... 70

Lampiran 16. Formulir Pendaftaran Pasien Baru ....................................... 71

Lampiran 17. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan ........................................ 72

Lampiran 18. Lembar Resep Rumah Sakit Marinir Cilandak .................... 73

Lampiran 19. Salinan Resep Apotek Yanmasum RSMC ........................... 74

Lampiran 20. Salinan Resep Apotek BPJS RSMC ..................................... 75

Lampiran 21. Etiket Obat RSMC ............................................................... 76

Lampiran 22. Persyaratan Administrasi Klain Obat BPJS

Kesehatan RSMC 1 ............................................................... 77

Lampiran 23. Persyaratan Administrasi Klaim Obat BPJS

Kesehatan RSMC 3 ............................................................... 78

Lampiran 24. Print Out SIMAK BMN Persediaan Barang per Item .......... 79

Lampiran 25. Print Out SIMAK BMN Neraca RSMC .............................. 80

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

Universitas Indonesia

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang dapat diartikan sebagai

keadaan sehat, baik secara fisik, mental spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

(Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

2009). Oleh karena itu, setiap manusia memiliki hak yang sama untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang paripurna sesuai dengan kebutuhan.

Pelayanan kesehatan yang paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi

pendekatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan

penyakit (kuratif), dan pemulihan penyakit (rehabilitatif) yang dilaksanakan

secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan (Undang – Undang Republik

Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009). Mengingat pentingnya

kesehatan, maka Pemerintah Republik Indonesia memasukkan kesehatan sebagai

salah satu prioritas dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional

2010 – 2014 melalui peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan untuk

meningkatkan angka harapan hidup pada tahun 2015 (Rancangan Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014) .

Sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

paripurna salah satunya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu

dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi –

tigginya. Fungsi utama rumah sakit yakni menyelenggarakan upaya kesehatan

yang bersifat kuratif dan rehabilitatif bagi pasien. Rumah sakit dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatannya menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan unit gawat darurat (Undang – Undang Republik Indonesia No. 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009).

Dalam rangka melakukan upaya kesehatan tersebut, rumah sakit perlu

didukung oleh semua bagian yang ada didalamnya termasuk tenaga kesehatan.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

2

Universitas Indonesia

Tenaga kefarmasian merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang berperan

dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien di rumah sakit. Pelayanan

kefarmasian di rumah sakit, diatur dan dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah

Sakit (IFRS) dan merupakan pelayanan utama di rumah sakit, karena hampir

seluruh pelayanan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit berkaitan dengan

persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Keberadaan pelayanan farmasi yang

baik akan berpengaruh pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan, penurunan

biaya kesehatan, dan peningkatan perilaku rasional dari seluruh tenaga kesehatan,

pasien, keluarga pasien, dan masyarakat lain. Tenaga kefarmasian di rumah sakit

memiliki fungsi untuk mengelola perbekalan farmasi dan melakukan pelayanan

kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan (Departemen Kesehatan,

2004). Peran apoteker lainnya dalam farmasi rumah sakit adalah memberikan

solusi dari masalah obat yang digunakan untuk diberikan kepada tim medis yang

telah melakukan diagnosis yang tepat, oleh karena itu apoteker diharapkan

memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan

kefarmasian.

Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka Program

Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan RS Marinir Cilandak

menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 1 April – 30

Mei 2014. Melalui kegiatan PKPA ini mahasiswa calon apteker diharapkan

memiliki bekal pengetahuan tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit sehingga

dapat mengabdikan diri sebagai apoteker yang profesional dan handal dimasa

yang akan datang.

1.2 Tujuan

Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Marinir Cilandak adalah :

1. Mengetahui struktur organisasi, tugas, peran, dan fungsi manajemen Rumah

Sakit Marinir Cilandak dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat,

2. Mengetahui dan memahami tugas, peranan, fungsi, serta tanggung jawab

apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

3

Universitas Indonesia

3. Mengetahui permasalahan atau kendala yang terjadi dalam menjalankan

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Marinir Cilandak serta ikut mencari

alternatif solusi yang tepat.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

Universitas Indonesia

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan instalasi gawat darurat. Pelayanan Kesehatan

Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif (Kementerian Kesehatan, 2009).

Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit

adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi

menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah Sakit

juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

2.1.2.1 Tugas

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna (Kementerian Kesehatan, 2009).

2.1.2.2 Fungsi

Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengaan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

5

Universitas Indonesia

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe kepemilikan, tipe

pelayanan, lama tinggal, fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur, afiliasi

pendidikan dan status akreditasi(Siregar Charles, 2003):

2.1.3.1 Kepemilikan

Rumah sakit berdasarkan kepemilikannya dapat digolongkan menjadi:

a. Rumah sakit pemerintah

Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah

baik pusat maupun daerah dan diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan,

Kementrian Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara

(BUMN). Rumah sakit ini umumnya bersifat nonprofit, tidak mencari keutungan

semata. Sebagai contoh: Rumah Sakit Umum Pemerintah, Rumah Sakit Angkatan

Laut (RSAL), Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD), Rumah Sakit Angkatan

Udara (RSAU), Rumah Sakit Polisi Republik Indonesia (RS POLRI).

b. Rumah sakit non pemerintah (swasta)

Rumah sakit swasta, adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan

oleh yayasan, organisasi keagamaan, atau oleh badan hukum lain dan dapat juga

bekerja sama dengan institusi pendidikan.

a) Rumah sakit swasta berdasarkan tujuan :

1) Rumah sakit profit

Rumah sakit tipe ini yaitu, rumah sakit yang dimiliki dan dikelola oleh

yayasan atau badan yang bukan milik pemerintah, dengan tujuan mencari

keuntungan.

2) Rumah sakit non profit

Rumah sakit tipe ini yaitu, rumah sakit yang biasanya dimiliki oleh

organisasi atau yayasan keagamaan, kekeluargaan, dan tidak mencari keuntungan.

b) Rumah sakit swasta berdasarkan pelayanan :

1) Rumah sakit swasta pratama, yaitu rumah sakit umum swasta yang

memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit

pemerintah kelas D.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

6

Universitas Indonesia

2) Rumah sakit swasta madya, yaitu rumah sakit umum swasta yang

memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4

cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C.

3) Rumah sakit swasta utama, yaitu rumah sakit umum swasta yang

memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan

subspesialistik, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B.

2.1.3.2 Jenis Pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanaan yang diberikan, rumah sakit dapat

digolongkan menjadi:

1) Rumah sakit umum

Pelayanaan kesehatan yang diberikan rumah sakit umumbersifat dasar,

spesialitik, dan sub spesialitik. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada

berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis

dan terapi untuk berbagi kondisi medik, ibu hamil dan lain sebagainya.

2) Rumah sakit khusus

Rumah sakit khusus, adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

khusus bagi penderita dengan spesialisasi dan pelayanan sub spesialis khusus,

misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit paru-paru, rumah sakit mata, rumah sakit

kanker, rumah sakit jantung.

2.1.3.3 Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur

Berdasarkan kapasitas tempat tidurnya, rumah sakit pemerintah dibagi

menjadi lima kelas, yaitu :

1) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A

RSU Kelas A adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialistik Dasar, 5

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik Spesialis Lain, dan 13

Pelayanan Medik Sub Spesialis, serta memiliki kapasitas tempat tidur minimal

400 buah.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

7

Universitas Indonesia

2) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B

RSU Kelas B adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis dasar, 4 Pelayanan

Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialis Lainnya, dan 2

Pelayanan Medik Subspesialis Dasar, serta memiliki kapasitas tempat tidur

minimal 200 buah.

3) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas C

RSU Kelas C adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 Spesialis Dasar dan 4 Pelayanan Spesialis

Penunjang Medik, serta memilki kapasitas tempat tidur minimal 100 buah.

4) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas D

RSU Kelas D adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medic paling sedikit 2 Pelayanan Medik Spesialis Dasar serta memiliki

kapasitas tempat tidur minimal 50 buah.

2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Rumah Sakit (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.1197, 2004)

2.1.4.1 Bangunan

Fasilitas bangunan, ruangan, dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan

perundang-undangan kefarmasian yang berlaku, yaitu :

a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.

b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian

di rumah sakit.

c. Dipisahkannya antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,

pelayanan langsung pada pasien, dispensing, serta ada penanganan limbah.

d. Dipisahkannya juga antara jalur steril, bersih, dan daerah abu-abu, bebas

kontaminasi.

e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan, dan

keamanan binatang pengerat.

f. Fasilitas peralatan memenuhi pesyaratan yang ditetapkan terutama untuk

perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair

untuk obat luar atau dalam.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

8

Universitas Indonesia

2.1.4.2 Pembagian Ruangan

a. Ruang Kantor

a) Ruang pimpinan

b) Ruang staf

c) Ruang kerja/administrasi

d) Ruang pertemuan

b. Ruang Produksi

Lingkungan kerja ruang produksi harus rapi, tertib, dan efisien untuk

meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara :

a) Ruang produksi sediaan non steril

b) Ruang produksi sediaan steril

c. Ruang Penyimpanan

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur,

sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan

keamanan petugas yang terdiri dari :

a) Kondisi umum untuk ruangan penyimpanan obat jadi, obat produksi,

bahan baku obat, alat kesehatan, dll.

b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan obat termolabil, alat

kesehatan dengan suhu rendah, obat mudah terbakar, obat/bahan obat

berbahaya, dan barang karantina.

d. Ruang Distribusi/Pelayanan

Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegiatan farmasi rumah sakit :

a) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (apotek)

b) Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan

penyimpanan barang

c) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)

d) Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan

e) Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan

penyimpanan barang

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

9

Universitas Indonesia

f) Dilengkapi kereta dorong trolley

e. Ruang Konsultasi

Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi pada

pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien.Ruang

konsultasi ini untuk pelayanan rawat jalan (apotek) dan pelayanan rawat inap.

f. Ruang Informasi Obat

Sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan teknologi komunikasi

dan penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah pelayanan

informasi obat. Luas ruang yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat

tergantung dari jumlah tempat tidur yang dimiliki oleh rumah sakit, yaitu :

a) 200 tempat tidur : 20 m2

b) 400-600 tempat tidur : 40 m2

c) 1300 tempat tidur : 70 m2

g. Arsip Dokumen

Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan

menyiapkan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sesuai hukum,

aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.

h. Peralatan

Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk

perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk

obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran

dan memenuhi persyaratan, penaraan, dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap

tahun. Peralatan minimal yang harus tersedia :

a) Peralatan untuk penyimpanan, peracikan, dan pembuatan obat baik non

steril maupun aseptik

b) Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip

c) Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat

d) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

10

Universitas Indonesia

e) Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil

f) Penerangan, sarana air, ventilasi, dan sistem pembuangan limbah yang

baik

2.1.5 Penilaian Kinerja Rumah Sakit

Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja rumah sakit

adalah melalui penilaian efisiensi pengelolahan rumah sakit yang menetapkan 4

(empat) parameter dasar dalam perhitungan, yaitu :

1. Bed Occupancy Rate (BOR)

Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa banyak tempat tidur di

Rumah Sakit yang digunakan pasien dalam satu periode. Nilai ideal BOR menurut

Depkes (2001) adalah antara 70%-85%.

Rumus : BOR =

2. Turn Over Interval (TOI)

Indikator ini digunakan untuk menghitung waktu rata-rata suatu tempat

tidur kosong. Idealnya adalah 2 sampai 3 hari.

Rumus : TOI =

3. Length of Stay (LOS)

Indikator ini digunakan untuk menghitung lama hari perawatan bagi 1

(satu) pasien selama 1 (satu) tahun. Idealnya adalah 6 sampai 9 hari.

Rumus : LOS =

4. Bed Turn Over (BTO)

Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa kali satu tempat tidur

ditempati pasien dalam satu tahun. Idealnya adalah 40 sampai 50 kali. Data-data

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

11

Universitas Indonesia

pengunjung yang harus dilengkapi dalam perhitungan tingkat efisiensi tersebut

adalah :

a. Rata-rata jumlah tempat tidur per tahun

b. Jumlah hari perawatan pasien selama 1 (satu) tahun

c. Jumlah pasien keluar rawat inap dalam keadaan hidup dan meninggal

selama 1 (satu) tahun.

Rumus : BTO =

2.1.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan

akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala atau direktur

rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis,

komite medis, satuan pemeriksa internal, serta administrasi umum dan keuangan

(Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

2009).

2.1.7 Ketenagaan Rumah Sakit

Tenaga kesehatan di rumah sakit terdiri dari (Undang-Undang Republik

Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, 2009):

a. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.

b. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

c. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (sarjana

farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah

farmasi/asisten apoteker).

d. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entemolog

kesehatan, mikrobiolog, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan,

sanitarian.

e. Tenaga gizi meliputi nutrition, dietician.

f. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, terapis wicara.

g. Tenaga keteknisian medis : radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi

elektromedia, analis kesehatan, dokter mata, tehnik transfusi, perekam medis.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

12

Universitas Indonesia

2.1.8 Panitia Farmasi dan Terapi

2.1.8.1 Definisi

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) merupakan badan penghubung antara

staf medis dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga anggotanya terdiri dari

dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan

apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.

Selain itu juga membuat kebijaksanaan tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan penilaian dan pemilihan obat di rumah sakit agar didapat penggunaan

yang rasional (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197, 2004).

PFT dipimpin oleh seorang dokter, sedangkan Apoteker dari Instalasi Farmasi

sebagai sekretaris. Tugas utama panitia ini adalah menyeleksi obat yang

memenuhi standar kualitas terapi obat yang efektif, mengevaluasi data klinis obat

baru atau bahan yang diusulkan untuk dipakai di rumah sakit, mencegah duplikasi

pengadaan obat, menganjurkan penambahan-penambahan dan penghapusan obat

dari formularium rumah sakit dan mempelajari reaksi obat yang tidak diinginkan

(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197, 2004).

2.1.8.2 Tujuan

Adapun tujuan dari Panitia Farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut:

a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan dan penggunaan

obat secara rasional serta evaluasinya.

b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan

terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai

dengan kebutuhan.

c. Meningkatkan efektivitas, keamanan, dan nilai ekonomis dari penggunaan

obat di rumah sakit.

2.1.8.3 Struktur Organisasi dan Kegiatan

Susunan kepanitian PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi setiap rumah

sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat.

Ketentuan umum bagi PFT di antaranya :

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

13

Universitas Indonesia

a. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) terdiri dari sekurang-kurangnya tiga

orang yaitu dokter, apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar

tenaga dokter bisa melebihi 3 orang yang mewakili semua staf medis

fungsional yang ada.

b. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada dalam kepanitiaan dan jika rumah

sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka farmakolog yang

dipilih sebagai ketua. Sekretaris adalah apoteker dari instalasi farmasi atau

apoteker yang ditunjuk.

c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 bulan sekali dan

untuk rumah sakit yang besar diadakan sebulan sekali. Rapat PFT dapat

mengundang pakar-pakar dari dalam maupun luar rumah sakit yang dapat

memberikan masukan bagi pengelolaan PFT.

d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,

termasuk persiapan dan hasil-hasil rapat.

e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang

sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.

2.1.8.4 Fungsi dan Ruang Lingkup PFT

a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan

obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi

secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga

harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat

yang sama.

b. Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis

obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit yang

termasuk dalam kategori khusus.

d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat

di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun

nasional.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

14

Universitas Indonesia

e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan

mengkaji rekam medik dan dibandingkan dengan standar diagnosa dan

terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus

menerus penggunaan obat secara rasional.

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf

medis dan perawat melalui media berkomunikasi.

2.1.8.5 Peran dan Tugas Apoteker dalam PFT

Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua

kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit

di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Tugas apoteker dalam PFT adalah

sebagai berikut:

a. Menjadi sekretaris PFT

b. Menetapkan jadwal pertemuan

c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan

d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk

pembahasan dalam pertemuan khususnya tentang obat

e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada

pimpinan rumah sakit

f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada

seluruh pihak yang terkait

g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam

pertemuan

h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman

penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi

lain

i. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT

j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan

k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat

l. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan

obat pada pihak terkait

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

15

Universitas Indonesia

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.1 Definisi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit di

suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu

oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional. IFRS juga merupakan

tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh

pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna,

mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan

kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat

inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan penggunaan

seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, serta pelayanan farmasi klinik yang

mencakup layanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan

program rumah sakit secara keseluruhan.

2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.2.1 Manajemen

a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.

c. Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga kesehatan Farmasi dan

staf melalui pendidikan.

d. Mewujudkan sistem informasi manajemen tepat guna, mudah dievaluasi dan

berdaya guna untuk pengembangan.

e. Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk peningkatan

mutu pelayanan.

2.2.2.2 Farmasi Klinik

a. Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk

pencegahan dan rehabilitasinya.

b. Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat baik potensial

maupun kenyataan.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

16

Universitas Indonesia

c. Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui kerja

sama pasien dan tenaga kesehatan lain.

d. Merancang, menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk

menyelasaikan masalah yamg berhubungan dengan obat.

e. Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta

tenaga kesehatan rumah sakit.

f. Melaksanakan konseling obat pada pasien, keluarga dan masyarakat serta

tenaga kesehatan rumah sakit.

g. Melakukan pengkajian obat secara prospektif maupun reprospektif.

h. Melakukan pelayanan Total Parenteral Nutrition.

i. Memonitor kadar obat dalam darah.

j. Melayani konsultasi keracunan.

k. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait dalam perencanaan, penerapan

dan evaluasi pengobatan.

2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.3.1 Tugas Pokok IFRS

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi.

c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi.

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit.

2.2.3.2 Fungsi IFRS

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

17

Universitas Indonesia

2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan

yang berlaku.

6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian.

7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah

sakit.

b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.

2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alat kesehatan.

3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan.

4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.

5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.

6) Memberi konseling kepada pasien / keluarga.

7) Melakukan pencampuran obat suntik.

8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

9) Melakukan penanganan obat kanker.

10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

12) Melaporkan setiap kegiatan.

2.2.4 Staf dan Pimpinan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Ketentuan bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit antara lain :

a. IFRS dipimpin oleh Apoteker.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

18

Universitas Indonesia

b. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker yang

mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.

c. Apoteker telah terdaftar di Departemen Kesehatan dan mempunyai surat ijin

kerja.

d. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh tenaga ahli madya farmasi (D3)

dan tenaga menengah farmasi/ asisten apoteker.

e. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan

peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun

administrasi barang farmasi.

f. Setiap saat harus ada Apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan

mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang

bertanggung jawab bila apoteker berhalangan.

g. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.

h. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan

kebutuhan.

i. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau

tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk Apoteker yang memiliki

kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.

Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait

dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang

dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

Universitas Indonesia

19

BAB 3

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

3.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak

Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) sebelumnya merupakan suatu

poliklinik kecil yang menempati sebuah ruang dinas bintara KKO. Poliklinik ini

dipindahkan ke lokasi rumah sakit saat ini pada tahun 1961 dan dikembangkan

menjadi balai pengobatan yang dipimpin oleh Kapten Laut (K) dr. O.M. Sianipar.

Berdasarkan S.Kep. Panglima KKO AL No. 5401/5/1968 pada tanggal 22

Maret 1968, status Rumah Sakit diubah menjadi Rumah Sakit Korps Komando

TNI AL (RSKO wilayah barat), yang berlokasi di tempat sekarang ini. Tanggal 22

Maret diresmikan sebagai hari jadi Rumah Sakit Marinir Cilandak. Komandan

Rumah Sakit yang pertama adalah Mayor Laut (K) dr. Foead Arief Tirtohusodo.

Berdasarkan ketetapan Menhankam/Pangab S.Kep. No. 226/11/1977 Rumah

Sakit AL Lanmar ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat IV dan

mengganti istilah Komandan Rumah Sakit menjadi Kepala Rumah Sakit (Ka

Rumkit). Penerbitan S.Kep. Kasal No 813/IV/1979 membawa perubahan pada

rumah sakit melalui Surat Keputusan Panglima Daerah No 3 S.Kep/42/VII/1979

tentang perubahan nama RS TNI AL tingkat IV Lanmar Jakarta Cilandak menjadi

RS TNI AL Daerah 3 (Rumkital Daerah 3 Cilandak).

Pada tahun 1980, rumah sakit telah memiliki 2 orang dokter umum dan 2

orang dokter gigi. Status rumah sakit meningkat menjadi Rumah Sakit ABRI

tingkat III dengan 60 tempat tidur melalui penerbitan S.Kep. Menhankam/Pengab

No. 226a/II/1980. Kedudukan Rumkit AL Cilandak di bawah Suriak Teklap

Diskes daerah 3 yang ditetapkan melalui S.Kep. Kasal No 609/II/1980.

Pada tanggal 24 Maret 1990, jabatan Kepala Rumkital Cilandak

diserahterimakan ke Mayor Laut drg. Moeryono Aladin. Peningkatan pelayanan

kesehatan di rumah sakit terus dilaksanan. Berbagai perbaikan terus dilakukana

baik dari segi sarana rumah sakit maupun kemampuan sumber daya manusia yang

dituangkan melalui “Tiga Perintah Harian” yang berbunyi :

a. Tingkatkan profesionalisme dan semangat pengabdian seluruh jajaranRSMC

b. Ciptakan lingkungan bersih, nyaman dan asri di RSMC.

c. Tingkatkan dukungan dan pelayanan kepada prajurit dan keluarganya.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

20

Universitas Indonesia

Pada tanggal 24 Maret 1990, RSMC ditetapkan sebagai kawasan bebas

rokok dan merupakan rumah sakit pertama di Indonesia yang memberlakukan

larangan merokok di lingkungan rumah sakit. Pada tahun 1992, RSMC menjadi

rumah sakit terbersih se-DKI Jakarta dan menjadi juara II untuk tingkat nasional.

Berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Kep/42/VII/1997 dan No.

SKEP/22/III/1998, Rumah Sakit Marinir Cilandak secara bertahap mengalami

perubahan organisasi, saarana, dan prasarana sesuai persyaratan yang ada sebagai

Rumah Sakit TNI AL tingkat II. Pada tanggal 18 Juni 1998, Rumah Sakit Marinir

Cilandak ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat II B dan sebagai unsur

komando pelaksana fungsi Korps Marinir di Bidang Kesehatan yang

berkedudukan langsung di bawah Korps Marinir.

Pada tahun 1990, akreditasi rumah sakit tingkat dasar berhasil dilaksanakan.

Berdasarkan S.Kep Depkes RI No. YM.00.03.3.5.400, Rumah Sakit TNI AL

Marinir Cilandak telah mendapatkan status akreditasi penuh tingkat dasar pada

tanggal 14 Februari 2000.

Pada tanggal 21 Desember 2000, jabatan Kepala Rumkital diserahkan

kepada Kolonel Laut (K) dr. Musana, Sp.KJ. Peningkatan kemampuan fasilitas

dan pelayanan rumah sakit dilaksanakan dengan moderenisasi peralatan yang ada

serta melengkapi sarana dan prasarana kesehatan. Upaya peningkatan fasilitas

rumah sakit memanfaatkan hasil pelayanan masyarakat umum yang dikelola

dengan baik oleh Rumkital Marinir Cilandak. Kegiatan renovasi diawali dengan

melengkapi kendaraan operasional dan peralatan kesehatan yang canggih,

kemudian dilanjutkan dengan perbaikan registrasi keuangan dan komputerisasi

rekam medik pasien.

Pada tahun 2003, pengembangan fasilitas penunjang pelayanan kesehatan

lain dilakukan berupa pembangunan ruang serbaguna, ruang kebidanan dan

kandungan, ruang bayi, ruang bersalin, ruang kesehatan ibu dan anak (KIA),

ruang tunggu rawat jalan, renovasi radiologi dan penyelesaian pembangunan

gedung rawat inap kelas III dengan bantuan dari Departemen Pertahanan. Untuk

meningkatkan pelayanan yang lebih baik, Rumah Sakit Marinir Cilandak

memberikan bantuan keringanan perawatan atau subsidi nonmaterial kepada

pasien miskin dan tidak mampu.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

21

Universitas Indonesia

Unsur pelayanan di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi pelayanan

rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan unit gawat darurat, penunjang medis

dan pelaksanaan pelayanan medis. Selain memberikan pelayanan kesehatan,

Rumah Sakit Marinir Cilandak juga menjadi tempat prakek kerja dari beberapa

institusi pendidikan di Jakarta, seperti Fakultas Kedokteran Universitas

Pembangunan Nasional, Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan,

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia seta beberapa Akademi Keperawatan,

Akademi Kebidanan, Akademi Fisioterapi dan Akademi Farmasi.

3.2 Tujuan, Visi, Misi, Motto, dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak

3.2.1 Tujuan

a. Tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi personil militer

TNI AL khususnya marinir agar selalu siap operasional.

b. Terpeliharanya kesiapan Rumah Sakit Marinir Cilandak agar selalu siap dalam

memberikan dukungan kesehatan pada operasi Korps Marinir.

c. Terlaksananya pelayanan kesehatan secara profesional bagi anggota dan

keluarganya serta masyarakat umum, tanpa memandang agama, golongan,

kedudukan, dan pangkat.

3.2.2 Visi

Menjadi Rumah Sakit TNI AL yang berkualitas dan mampu melaksanakan

dukungan kesehatan pada operasi militer dan pelayanan kesehatan yang

profesional.

3.2.3 Misi

a. Menyiapkan sarana dan prasarana guna terlaksananya dukungan dan pelayanan

kesehatan.

b. Meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mencapai sasaran program

secara berhasil guna dan berdaya guna.

3.2.4 Motto

“Keselamatan pasien prioritas layanan kami.”

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

22

Universitas Indonesia

3.2.5 Tugas Pokok

Rumah Sakit Marinir Cilandak bertugas melaksanakan dukungan kesehatan

dan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik terbatas bagi personil

militer dan Pegawai Negeri Sipil TNI AL beserta keluarganya di wilayah barat.

3.3. Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak

Struktur organisasi RS Marinir Cilandak dipimpin oleh seorang Komandan

Rumah Sakit disingkat dengan Dan Rumkit, dibantu oleh Wakil Komandan

Rumkit disingkat WaDan Rumkit. Setelah itu Wakil Komandan Rumkit dibantu

oleh Kepala Departemen Kesehatan Kelautan (Kesla); Kepala Departemen

Penyakit Dalam, Paru, Jantung, Jiwa dan Saraf (P2J2S); Kepala Departemen Gigi

dan Mulut (Gilut); Kepala Departemen Bedah; Kepala Departemen Kulit, Telinga,

dan Mata (Kutema); Kepala Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Kepala Departemen

Penunjang Klinik; Kepala Departemen Farmasi; dan Kepala Departemen

Perawatan (Lampiran 1).

3.4. Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak

Sumber daya manusia merupakan aset terpenting bagi rumah sakit untuk

dapat melaksanakan upaya pelaksa kesehatan. Tenaga profesional yang dimiliki

oleh Rumah Sakit Marinir Cilandak saat ini terdiri dari:

a. Dokter Umum

b. Dokter Gigi Umum dan Spesialis

c. Dokter Spesialis: Kesehatan Anak, Kebidanan dan Kandungan, Penyakit

Dalam, Jantung, Paru, Bedah Umum, Bedah Plastik, Bedah Tulang, Bedah

Urologi, Bedah Syaraf, THT, Mata, Kulit dan Kelamin, Saraf, Anastesi,

Radiologi, Patologi Klinik, dan Jiwa

3.5. Instalasi Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan yang tersedia di RS Marinir Cilandak terdiri dari:

a. Poliklinik Penyakit Dalam (internist)

b. Poliklinik Penyakit Bedah: Umum, Tulang, Saraf, Plastik, dan Urologi

c. Poliklinik Paru

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

23

Universitas Indonesia

d. Poliklinik Jantung

e. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan

f. Poliklinik Kesehatan Anak

g. Poliklinik Mata

h. Poliklinik Saraf

i. Poliklinik THT

j. Poliklinik Kulit dan Kelamin

k. Poliklinik Fisioterapi

l. Poliklinik Umum

m. Poliklinik Gigi Umum

n. Poliklinik Gigi Spesialis

o. Poliklinik Akupuntur

3.6. Instalasi Rawat Inap

Pelayanan rawat inap adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang

membutuhkan perawatan secara intensif di rumah sakit sehingga mengharuskan

pasien untuk tinggal di rumah sakit sampai kesehatannya membaik. Instalasi

rawat inap RSMC memiliki kemampuan dalam menyiapkan tempat rawat inap

pasien sebanyak 190 tempat tidur terpasang yang meliputi:

a. Rawat Inap Paviliun A (Anyelir) : Khusus pasien kebidanan

b. Rawat Inap Paviliun B (Bougenvile) : Khusus pasien bedah

c. Rawat Inap Paviliun C (Cempaka) : Khusus pasien penyakit dalam

d. Rawat Inap Paviliun D (Dahlia) : Khusus pasien anak

e. Rawat Inap Paviliun E (Edelweis) : Khusus pasien VVIP, VIP, Kelas I

f. Rawat Inap Paviliun F (Flamboyan) : Pasien campuran

3.7. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang yang terdapat pada Rumah Sakit Marinir Cilandak

adalah:

a. Laboratorium

b. Radiologi

c. Farmasi

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

24

Universitas Indonesia

d. Gizi

e. High Care Unit (HCU)

f. Medical Check Up (MCU)

g. Intensif Care Unit (ICU)

h. Unit Gawat Darurat (UGD)

i. Kamar Operasi (OK)

3.8. Rekam Medis

Rekam medis merupakan alat komunikasi antara pasien, dokter, perawat,

dan apoteker. Rekam medis atau catatan medis adalah kumpulan data medis dan

sosial dari seorang pasien baik rawat inap maupun rawat jalan sejak pasien masuk

rumah sakit hingga pasien sembuh dan pulang (Depkes, 2008).

Penulisan rekam medis di RS Marinir Cilandak dimulai pada saat pasien

mendaftar di tempat pendaftaran, kemudian menuliskan identitas lengkap seperti

nama, umur, alamat, pendidikan, tempat tanggal lahir, dan sebagainya. Kemudian

data-data tersebut akan disimpan dalam file berdasarkan nomor dan warna dan

tidak ada perbedaan antara pasien anggota dan pasien umum. Isi dari rekam medis

adalah:

a. Identitas pasien

b. Ringkasan riwayat klinis

c. Kartu pasien

d. Pemeriksaan lab, terdiri dari analisa gas darah, darah rutin, kultur, atau

resistensi

e. Ringkasan masuk darurat yang terdiri dari: anamnesis, pemeriksaan fisik,

diagnosis

f. Pengukuran denyut nadi, suhu tubuh, tekanan darah (untuk rawat inap)

g. Catatan perkembangan pasien dan instruksi dokter

h. Rencana tindakan perawatan

i. Catatan terapi terdiri dari: nama pasien, tanggal masuk, ruang rawat, nama

obat (dosis, tanggal pemberian, waktu pemberian)

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

25

Universitas Indonesia

3.9. Formularium

Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki formularium rumah sakit yang

berisi kelas terapi obat, nama obat, sediaan, nama dagang, dan nama produsen

obat. Susunan daftar obat dievaluasi tiap setahun sekali oleh tim komite medik

berdasarkan kualitas, potensi, dan harga obat.

3.10. Unit Sterilisasi (Sterilization Unit)

Pelaksanaan proses sterilisasi RSMC belum dilakukan di unit sterilisasi

yang terpusat atau Central Sterile Supply Department (CSSD). Proses sterilisasi

dilakukan di setiap ruangan seperti rawat inap, kamar operasi, unit gawat darurat,

dan lain-lain.

Untuk proses sterilisasi ruangan, langkah awal yang dilakukan adalah

ruangan harus dibersihkan lalu disterilkan dengan cara disinari dengan sinar UV.

Setiap 6 bulan sekali dilakukan pengujian terhadap keberadaan bakteri. Apabila

bakteri melebihi ambang batas, maka ruangan harus dibersihkan dengan

disinfektan dan setelah itu di-fogging.

Sterilisasi alat-alat kedokteran dilakukan berdasarkan jenis bahannya, yaitu

menggunakan cara sebagai berikut:

a. Sterilisasi dengan panas kering

Sterilisasi panas kering digunakan untuk mensterilkan alat-alat logam

seperti gunting bedah, tong spatel, pisau bedah, jarum bedah, dan alat-alat

bedah lainnya. Cara sterilisasi yang dilakukan yaitu memasukkan alat ke

dalam oven dengan suhu 150°C selama 2 jam. Setelah selesai proses

sterilisasi, alat-alat yang sudah steril disimpan di dalam lemari yang disusun

berdasarkan jenis tindakan operasi (bedah umum, bedah ortopedi, bedah

kandungan, dan bedah urologi).

b. Sterilisasi dengan panas basah

Sterilisasi dengan autoklaf digunakan untuk mensterilkan linen/ kain katun,

dressing kain kasa, dan perban. Cara yang dilakukan adalah dengan

memasukkan alat dan bahan ke dalam autoklaf dengan suhu 121°C selama

15 menit. Setelah selesai proses sterilisasi, alat dan bahan disimpan di

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

26

Universitas Indonesia

lemari dalam ruangan yang telah disterilisasi menggunakan formaldehid

yang diencerkan.

3.11 Pengolahan Limbah RSMC

Pengolahan limbah RSMC meliputi limbah padat dan cair.

3. 11.1. Pengolahan Limbah Cair

Limbah cair berasal dari berbagai unit, seperti ruang perawatan,

laboratorium, dapur, dan laundry. Pemantauan pengolahan limbah RSMC

dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan mengirim sampel ke BPLHD (Badan

Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) untuk melihat aman tidaknya limbah

tersebut dibuang ke sungai Krukut. Parameter pemeriksaan limbah cair adalah

kadar klorin, kesadahan, senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand

(COD) dan Biological Oxygen Demand (Lampiran 18). Pada proses pengolahan

limbah, semua limbah cair dialirkan ke dalam bak penampungan yaitu bak

pertama dan kedua untuk pemrosesan limbah dan proses aerasi dengan alat

blower. Bak ketiga untuk sedimentasi yang bertujuan memisahkan antara lumpur

dengan air yang bersih, bak keempat untuk proses penyaringan limbah. Bak

kelima adalah proses pertumbuhan bakteri aerob untuk menguraikan limbah serta

pengobatan dengan kaporit lalu dialirkan ke sungai Krukut.

3. 11.2. Pengolahan Limbah Padat

Limbah padat dibedakan menjadi limbah medis dan limbah non medis.

Limbah medis merupakan limbah yang berasal dari ruangan perawatan,

laboratorium, kamar operasi, UGD, misalnya kassa, jarum suntik, botol infus,

vial, ampul, kapas, dan perban. Penanganan untuk alat-alat yang tajam

dimasukkan dalam wadah khusus seperti jirigen. Limbah padat yang tidak bersifat

infeksius dimasukkan ke dalam plastik hitam sedangkan limbah yang bersifat

infeksius dimasukkan ke dalam plastik kuning. Semua limbah dibakar

menggunakan incinerator dengan suhu 800°C - 1200°C.

Limbah non medis merupakan limbah yang berasal dari dapur, kertas, botol

plastik, botol infus, vial, dan ampul. Penanganan limbah non medis dilakukan

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

27

Universitas Indonesia

dengan pengumpulan oleh petugas kesehatan kemudian dua kali dalam seminggu

diambil oleh petugas kebersihan setempat.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

Universitas Indonesia

28

BAB 4

TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI

RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

4.1 Struktur Organisasi Bagian Farmasi RS Marinir Cilandak

Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan suatu unit

fungsional yang mengelola semua perbekalan farmasi yang digunakan oleh

RSMC yang dipimpin oleh seorang Kepala Departemen Farmasi (Kadep Far)

yang secara struktural berada di bawah Komandan Rumah Sakit. Tenaga

personalia Departemen Farmasi RSMC terdiri dari 6 apoteker, 23 orang asisten

apoteker, dan 13 orang non asisten apoteker. Struktur Organisasi Departemen

Farmasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.1.1. Kepala Bagian Farmasi

Kepala Bagian Farmasi bertugas dalam membantu Komandan Rumah

Sakit (Dan Rumkit) yang berada di bawah koordinasi dan pengawasan Wakil

Komandan Rumah Sakit (Wadan Rumkit) yang bertugas dalam

menyelenggarakan pelayanan farmasi di RSMC. Dalam menjalankan tugasnya,

Kabag Far bertanggung jawab langsung kepada Dan Rumkit atau melalui Wadan

Rumkit.

Dalam kegiatan administrasi Kabag Far dibantu oleh Urusan Tata Usaha

(Ur TU) dengan uraian tugas dan pekerjaan sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan ketatausahaan di Departemen Farmasi dan kegiatan surat

menyurat sesuai dengan petunjuk administrasi yang berlaku

b. Melaksanakan agenda/ ekspedisi serta penyimpanan arsip

c. Menyediakan bahan dan alat-alat kebutuhan surat-menyurat bagi keperluan

Bagian Farmasi

d. Melaksanakan pencatatan, pengawasan, pemeliharaan, dan pengamanan

material/ dokumen serta inventaris yang ada dalam Bagian Farmasi

e. Mengadakan koordinasi dengan sekretariat RSMC tentang surat-menyurat

yang berasal dari dan ditujujkan untuk Bagian Farmasi

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

29

Universitas Indonesia

4.1.2. Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi

Kabag Far dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Kepala Sub

Bagian Pengendalian Farmasi. Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi (Ka

Subbag Dalfar) memiliki tugas sebagai berikut:

a. Menyusun dan menyiapkan perkiraan kebutuhan material kesehatan

b. Membantu melaksanakan pengadaan material kesehatan

c. Melaksanakan pemeliharaan alat kesehatan

d. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pengadaan, penyimpanan, dan

penyaluran material kesehatan

e. Merancang sistem penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran material

kesehatan

f. Melaksanakan administrasi, penyimpanan, dan penyaluran material

g. Merancang bekal diagnostik kepada unit pelaksana diagnostik

h. Menyusun laporan penerimaan dan penyaluran material kesehatan serta

pengajuan material kesehatan secara periodik

Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi dalam melaksanakan tugasnya

bertanggung jawab kepada Kabag Far dan dibantu oleh petugas:

4.1.2.1. Kepala Urusan Pengendalian Farmasi (Kaur Dalfar)

Kepala urusan pengendalian farmasi memiliki tugas sebagai berikut:

a. Membuat perencanaan laporan tentang obat-obatan yang sudah habis

b. Menyusun kebutuhan obat berdasarkan sisa stok barang

c. Menyelenggarakan stock opname pada setiap akhir tahun anggaran

d. Memberikan laporan pemakaian narkotika dan obat psikotropika setiap

bulan

e. Membuat administrasi penghapusan

f. Membuat evaluasi dan pelaporan dari perencanaan, pengadaan, dan

pembayaran setiap bulan kepada Ka Subbag Dalfar

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

30

Universitas Indonesia

4.1.3. Kepala Sub Bagian Apotek

Selain dibantu oleh Ka Subbag Dalfar, Kabag Far juga dibantu oleh

seorang Kepala Sub Bagian Apotek (Ka Subbag Apotek) yang memiliki tugas

sebagai berikut:

a. Melaksanakan pelayanan bekal kesehatan kepada pasien rawat inap, rawat

jalan, ruang bedah, gawat darurat, dan unit-unit perawatan

b. Melaksanakan penyuluhan tentang khasiat dan efek samping obat kepada

pasien dalam rangka pemberian informasi obat

c. Menyelenggarakan administrasi penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran

material kesehatan

d. Membuat laporan pelaksanaan tugas Sub Bag Apotek secara periodik

e. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kabag Far

Kepala Sub Bagian Apotek dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:

4.1.3.1. Kepala Urusan Apotek (Kaur Apotek)

Kepala urusan apotek memiliki tugas sebagai berikut:

a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat untuk pasien rawat jalan dan

rawat inap

b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat, sarana, dan prasarana di

pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap

c. Melaksanakan tertib administrasi yang menyangkut seluruh kegiatan

pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap

d. Memberikan konseling kepada pasien tentang obat yang digunakannya

e. Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan

lainnya

f. Membuat laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan/ pelayanan

pasien rawat jalan dan rawat inap secara periodik

g. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat jalan

dan rawat inap

h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup apotek rawat jalan dan

rawat inap

i. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Ka Subbag

Apotek

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

31

Universitas Indonesia

Kepala Urusan Apotek dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:

4.1.3.1.1. Kepala Urusan Apotek Rawat Jalan (Kaur Apotek Wat Jalan)

Kepala urusan apotek rawat jalan memiliki tugas sebagai berikut:

a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat untuk pasien rawat jalan

b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat, sarana, dan prasarana di

pelayanan pasien rawat jalan

c. Melaksanakan tertib administrasi yang menyangkut seluruh kegiatan

pelayanan pasien rawat jalan

d. Memberikan konseling kepada pasien tentang obat yang digunakannya

e. Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan

lainnya

f. Membuat laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan/ pelayanan

pasien rawat jalan secara periodik

g. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat jalan

h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Apotek Wat Jalan

4.1.3.1.2. Kepala Urusan Apotek Rawat Inap (Kaur Apotek Wat Inap)

Kepala urusan apotek rawat inap memiliki tugas sebagai berikut:

a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat dan suplai medis untuk pasien

rawat inap

b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat dan suplai medis beserta sarana

dan prasarana di unit-unit pelayanan pasien rawat inap

c. Memantau dan mengawasi penggunaan obat dan suplai medis di ruang

perawatan

d. Membuat laporan yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan pasien rawat

inap secara periodik

e. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat inap

f. Melaksanakan, memeriksa, dan mengendalikan pelayanan obat dan suplai

medis yang diadakan melalui sistem resitusi

g. Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran narkotika dan psikotropika

setiap bulan

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

32

Universitas Indonesia

h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup bagian Apotek Wat Inap

4.2. Fungsi dan Tugas Pokok Bagian Farmasi

4.2.1. Fungsi

a. Melaksanakan perencanaan kebutuhan barang farmasi

b. Melaksanakan pengadaan barang farmasi sesuai ketentuan yang berlaku

c. Mengatur sistem penyimpanan barang farmasi sesuai peraturan yang

berlaku

d. Mengatur sistem pendistribusian barang farmasi ke seluruh poli di RSMC

yang membutuhkan

e. Melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di lingkungan rumah sakit

f. Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang pelayanan farmasi

4.2.2. Tugas Pokok

Sebagai salah satu unsur pelaksana utama Dan Rumkit, Kepala Bagian

Farmasi bertugas membantu Dan Rumkit atau Wadan Rumkit untuk

menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh

kegiatan dan kebutuhan pelayanan farmasi yang meliputi obat, alat kesehatan, alat

kedokteran dan alat perawatan, bekal kesehatan, gas medik, dan barang kimia

lainnya di RSMC.

4.3. Uraian Tugas Bagian Farmasi

a. Menyiapkan semua data di Bagian Farmasi untuk disajikan kepada Dan

Rumkit baik secara langsung maupun melalui Wadan Rumkit

b. Memberikan saran mengenai bidang kefarmasian baik diminta maupun

tidak diminta kepada Dan Rumkit baik secara langsung maupun melalui

Wadan Rumkit

c. Menyusun program kerja Bagian Farmasi sebagai bahan penyusunan

program kerja RSMC

d. Mengajukan kebutuhan personel, peralatan, dan anggaran biaya kepada

Dan Rumkit dalam rangka kelancaran tugas dan pengembangan Bagian

Farmasi

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

33

Universitas Indonesia

e. Merumuskan dan menyiapkan kebijakan dalam kegiatan farmasi rumah

sakit

f. Menyusun dan menyiapkan petunjuk – petunjuk dalam rangka pelaksanaan

kegiatan di Bagian Farmasi

g. Menyelenggarakan fungsi staf dalam bidang pembinaan kefarmasian di

lingkungan RSMC atas dasar pengembangan ilmu dan teknologi masing –

masing sub bagian

h. Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap tata tertib, disiplin,

kebersihan, keamanan, dan kelancaran tugas di lingkungan Bagian Farmasi

i. Mengatur dan mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua

peralatan dan sarana yang ada di Bagian Farmasi, agar selalu dalam

keadaan baik, lengkap, dan siap pakai

j. Menyiapkan dan meneliti surat – surat yang berhubungan dengan Bagian

Farmasi sebelum ditandatangani Dan Rumkit

k. Melaksanakan koordinasi di lingkungan Bagian Farmasi dengan unit kerja

lain di luar Bagisn Farmasi dalam rangka penyusunan prosedur kerja

pelayanan farmasi di RSMC

l. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Kepala Bagian dan unit

kerja lain yang terkait dalam rangka merencanakan kebutuhan obat, alat

kesehatan, alat kedokteran dan alat perawatan, pengembangan pelayanan

farmasi di bagian atau unit kerja yang bersangkutan

m. Melaksanakan koordinasi dengan unsur, badan, dan instansi baik di dalam

maupun di luar RSMC untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya sesuai

tingkat dan lingkup kewenangannya

n. Mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan penerimaan,

penyimpanan, dan pendistribusian barang – barang farmasi guna menjamin

pencapaian tujuan sasaran program kerjanya berhasil guna dan berdaya

guna

o. Membuat uraian tugas bagi para pelaksana yang bekerja di lingkungan

Bagian Farmasi

p. Mengawasi dan bertanggung jawab agar semua kegiatan di lingkungan

Bagian Farmasi berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan peraturan

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

34

Universitas Indonesia

yang berlaku dan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan. Membuat laopran kepada Dan Rumkit atau Wadan

Rumkit baik secara langsung maupun secara tertulis

q. Membuat laporan berkala meliputi: pengadaan dan penggunaan obat, alat

kesehatan, alat kedokteran dan bekal kesehatan setiap bulan, per triwulan,

dan setiap akhir tahun anggaran, menyiapkan data penggunaan obat

narkotika, stock opname setiap akhir triwulan dan akhir tahun anggaran,

menyelenggarakan usaha – usaha yang bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan farmasi sesuai dengan tuntutan masyarakat pengguna jasa

rumah sakit, dan kemampuan rumah sakit tugas pokok Bagian Farmasi

dapat dilaksanakan secara optimal

r. Selalu mengadakan koordinasi dan kerja sama serta memelihara hubungan

baik dengan bagian lain untuk menunjang tercapainya tugas pokok dan

fungsi Bagian Farmasi

s. Mengadakan kegiatan lain sesuai dengan pengarahan Dan Rumkit atau

Wadan Rumkit

4.4 Gudang Farmasi

Tugas dari gudang farmasi adalah menerima, menyimpan, dan

mendistribusikan perbekalan kesehatan untuk pasien BPJS Kesehatan baik

rawat jalan maupun rawat inap. Perbekalan kesehatan yang dimaksud meliputi

material kesehatan yang berupa obat-obatan dan barang habis pakai serta alat

kesehatan.

4.4.1 Jam Kerja

Gudang farmasi buka setiap hari kerja yaitu Senin-Jumat pada jam 07.00-

15.30 WIB dan istirahat pada pukul 12.00-13.00 WIB.

4.4.2 Personalia

Tenaga personalia di bagian gudang farmasi RSMC berjumlah 6

orang yang terdiri dari 1 apoteker, 2 asisten apoteker, dan 3 non asisten apoteker.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

35

Universitas Indonesia

4.4.3 Kegiatan Gudang Farmasi

1. Penerimaan Perbekalan Farmasi

Setiap penerimaan obat harus didukung dengan bukti penerimaan.

Penerima barang harus memeriksa kesesuaian antara fisik barang dengan

dokumen pengantar kiriman barang. Dokumen bukti pemeriksaan tersebut harus

ditandatangani oleh petugas penerima barang, yang menyerahkan barang, serta

diketahui oleh Kepala Bagian Farmasi dan dibubuhi stempel. Untuk jenis barang

yang diadakan melalui pembelian sendiri, bila terjadi ketidaksesuaian antara

fisik barang dengan dokumen, maka dilakukan pengembalian barang (retur)

dan dicatat di buku berita acara.

2. Penyimpanan (Pergudangan)

Penyimpanan barang dikelompokkan berdasarkan ruangan yang

membutuhkan, seperti OK dan UGD. Setiap jenis barang yang terdapat di gudang

dilengkapi dengan kartu stok yang menunjukkan jumlah dan tanggal pemasukan

serta pengeluaran dari setiap barang. Sistem pengeluaran obat atau barang

dilakukan menurut metode First In First Out (FIFO) dan First Expired First

Out (FEFO).

3. Pendistribusian

Sistem pendistribusian di gudang farmasi meliputi distribusi untuk ruang

rawat inap, ruang ICU, Ruang OK, UGD, dan laboratorium berupa material

kesehatan seperti kasa, perban, desinfektan, alkohol, reagen, cairan infus, obat

gawat darurat, dan alat kesehatan yang dilakukan dengan sistem yang disebut

“amprahan”.

4. Pelayanan Rutin

Setiap minggunya gudang farmasi melayani amprahan ke Apotek BPJS,

poli rawat jalan, paviliun rawat inap, OK, UGD, ICU, dan laboratorium.

Sebelumnya setiap ruangan mengajukan permintaan mengenai jenis dan jumlah

perbekalan farmasi yang diperlukan kepada gudang farmasi. Gudang farmasi

kemudian membuat jadwal untuk amprahan secara rutin setiap minggunya.

Petugas dari ruangan mendatangi gudang sesuai jadwal yang telah ditentukan

untuk mengambil amprahan. Jadwal pemberian amprahan di gudang farmasi

selama seminggu adalah sebagai berikut:

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

36

Universitas Indonesia

a. Senin : Paviliun Flamboyan atas dan bawah, OK, serta poli kandungan.

b. Selasa : Paviliun Bougenville.

c. Rabu : Paviliun Cempaka 1 dan 2, serta UGD.

d. Kamis : Ruang bayi, paviliun Dahlia.

e. Jumat : Paviliun Edelweis, OK, dan ICU.

Setiap barang yang diambil dari gudang farmasi kemudian dicatat jenis

dan jumlahnya pada buku khusus amprahan tiap ruangan. Apabila perbekalan

farmasi di ruangan telah habis, maka ruangan dapat mengambil amprahan di luar

jadwal yang sudah ditentukan. Gudang juga melayani pengisian gas medik

seperti NO2, O2 dan perbaikan alat kesehatan.

5. Pelaporan

Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak melakukan pelaporan

mengenai sirkulasi/mutasi barang masuk maupun keluar dengan menggunakan

aplikasi SIMAK BMN oleh staf Gudang Farmasi. Aplikasi ini digunakan untuk

mencatat dan mengorganisir barang milik negara, mulai dari pembelian, transfer

masuk-keluar antar instansi, sampai penghapusan dan pemusnahan barang milik

Negara (Anonim, 2009). Aplikasi SIMAK BMN mulai digunakan sejak tahun

2009 di Bagian Farmasi yang kegiatan pelaporannya dilakukan berkala tiap

semester kepada Kementerian Pertahanan, namun sejak tahun 2012 kegiatan

pelaporan menggunakan SIMAK BMN dilakukan kepada Kementerian Keuangan

dengan tembusan Kementerian Pertahanan.

Penggunaan aplikasi SIMAK BMN bertujuan untuk menginventaris serta

melihat sirkulasi/mutasi barang/kekayaan rumah sakit umumnya atau Bagian

Farmasi khususnya. Barang-barang yang berada di bawah tanggung jawab Bagian

Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak dikelompokkan menjadi dua, yaitu

aset/harta tetap dan barang/persediaan habis pakai. Harta tetap dapat berupa alat

kesehatan inventaris seperti mesin rontgen, tensimeter, dan lain-lain sedangkan

persediaan habis pakai meliputi obat, alat kesehatan habis pakai, dan

perlengkapan-perlengkapan administratif seperti alat tulis kantor dan lain-lain.

Pelaporan sirkulasi barang dilakukan setiap semester (6 bulan) dimana print out

dari hasil input menggunakan SIMAK BMN dilaporkan kepada Kementerian

Keuangan dengan tembusan Kementerian Pertahanan. Staf Gudang Farmasi

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

37

Universitas Indonesia

melakukan penginputan tiap item barang menggunakan aplikasi SIMAK BMN

meliputi jumlah barang yang masuk maupun barang keluar berdasarkan stok awal

persediaan. Barang masuk bisa berasal dari pembelian langsung, hibah, maupun

tender sedangkan barang keluar kemugkinan dari kegiatan penjualan,

penghapusan, pemusnahan, dan lain-lain. Aplikasi akan mengumpulkan hasil

input data terian Keuangan dengan tembusan Kementerian Pertahanan.

Penggunaan aplikasi SIMAK BMN bertujuan untuk menginventaris serta

melihat sirkulasi/mutasi barang/kekayaan rumah sakit umumnya atau Bagian

Farmasi khususnya. Barang-barang yang berada di bawah tanggung jawab Bagian

Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak dikelompokkan menjadi dua, yaitu

aset/harta tetap dan barang/persediaan habis pakai. Harta tetap dapat berupa alat

kesehatan inventaris seperti mesin rontgen, tensimeter, dan lain-lain sedangkan

persediaan habis pakai meliputi obat, alat kesehatan habis pakai, dan

perlengkapan-perlengkapan administratif seperti alat tulis kantor dan lain-lain.

Pelaporan sirkulasi barang dilakukan setiap semester (6 bulan) dimana print out

dari hasil input menggunakan SIMAK BMN dilaporkan kepada Kementerian

Keuangan dengan tembusan Kementerian Pertahanan. Staf Gudang Farmasi

melakukan penginputan tiap item barang menggunakan aplikasi SIMAK BMN

meliputi jumlah barang yang masuk maupun barang keluar berdasarkan stok awal

persediaan. Barang masuk bisa berasal dari pembelian langsung, hibah, maupun

tender sedangkan barang keluar kemugkinan dari kegiatan penjualan,

penghapusan, pemusnahan, dan lain-lain. Aplikasi akan mengumpulkan hasil

input data tersebut menjadi daftar inventaris barang. Selain itu, aplikasi ini juga

dapat membuat rekapitulasi dari tiap ruangan yang melaporkan kekayaan menjadi

sebuah neraca yang memuat informasi seluruh kekayaan yang dimiliki rumah

sakit. Neraca kekayaan tersebut pada umumnya dibuat satu tahun sekali saat tutup

buku/akhir tahun.

4.5 Apotek YANMASUM ( Pelayanan Masyarakat Umum )

Apotek YANMASUM merupakan salah satu apotek yang berada di

bawah struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Apotek YANMASUM dapat

melayani seluruh obat untuk pasien umum maupun obat untuk pasien BPJS

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

38

Universitas Indonesia

Kesehatan yang tidak ditanggung oleh Apotek BPJS RSMC, baik melalui

mekanisme restitusi untuk pasien anggota TNI AL dan keluarga maupun

pembelian sendiri oleh pasien BPJS Kesehatan. Apotek YANMASUM dapat

melayani obat untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

4.5.1 Jam Kerja

Apotek Y A N M A S U M RS Marinir Cilandak memberi pelayanan

selama 24 jam setiap harinya. Pelayanan dilaksanakan dengan pembagian shift

kerja di Apotek YANMASUM yaitu dengan adanya shift jaga di luar shift normal

setiap harinya. Shift normal apotek adalah pada pukul 07.00 – 15.00 WIB. Di

luar jam tersebut, terdapat tiga orang petugas jaga yang bertugas pada shift

jaga pukul 15.00– 21.00 WIB serta dua orang bertugas jaga mulai pukul 21.00 –

07.00 WIB.

4.5.2 Personalia

Tenaga personalia di Apotek YANMASUM RSMC terdiri dari 1

apoteker, 9 asisten apoteker, dan 4 non asisten apoteker

4.5.3 Jenis Pelayanan

Apotek YANMASUM melayani pasien umum rawat jalan dan rawat

inap, pasien yang terdaftar sebagai anggota asuransi tertentu (pasien jaminan),

pasien gawat darurat dan juga pelayanan restitusi untuk pasien TNI AL dan

keluarganya. Untuk pasien jaminan, apotek YANMASUM melakukan kerjasama

dengan beberapa perusahaan asuransi. R e s e p pasien rawat inap dapat dibeli

langsung oleh keluarga pasien atau melalui hospital pharmacy dimana pasien

tidak membeli langsung ke apotek tetapi melalui perawat.

4.5.4 Pengadaan obat

Pengadaan obat di RSMC dilakukan oleh bagian Dalfar (Pengendalian

Farmasi) dan diadministrasikan secara terpisah untuk Apotek YANMASUM

dan Apotek BPJS. Prosedur pemesanan obat dilakukan dengan memesan

langsung ke distributor. Petugas apotek yang bertanggung jawab atas tugas

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

39

Universitas Indonesia

defekta melihat stok barang yang perlu dipesan dan mencatatnya pada buku

defekta. Kemudian daftar barang yang perlu dipesan diserahkan pada Kepala Sub

Bagian Pengendalian Farmasi (Ka Sub Bag Dalfar). Setelah disetujui, barang

dapat dipesan langsung ke distributor menggunakan surat pesanan. Surat

pesanan khusus narkotika dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dengan

menyertakan tanda tangan dari APA (Apoteker Pengelola Apotek). Barang yang

dipesan kemudian diantarkan langsung oleh distributor ke Apotek

YANMASUM. Faktur diserahkan ke apotek oleh distributor, namun mekanisme

pembayaran obat dilakukan melalui bagian Pekas ( Pemegang Kas) Rumah Sakit

menurut ketentuan Rumah Sakit Marinir Cilandak.

4.5.5 Penyimpanan

Pengelompokan barang di Apotek YANMASUM dilakukan berdasarkan

bentuk dan jenis sediaan. Sediaan padat dan cair serta alat kesehatan dipisahkan

dalam penyimpanan. Terdapat lemari khusus untuk menyimpan obat injeksi dan

refrigerator untuk menyimpan jenis-jenis obat yang termolabil seperti

supositoria dan vaksin. Lemari khusus untuk menyimpan sediaan cair memiliki

pemisahan tersendiri untuk jenis sirup antibiotik. Setelah pengelompokan

berdasarkan bentuk dan jenis sediaan, obat disusun secara alfabetis. Apotek

YANMASUM tidak memiliki ruangan khusus untuk menyimpan persediaan obat

dan alat kesehatan (gudang) sehingga persediaan disimpan pada lemari tersendiri

yang terdapat di ruangan Apotek YANMASUM. Pencatatan stok obat dan alat

kesehatan yang masuk dan keluar dicatat pada kartu stok.

4.5.6 Pelayanan farmasi

Kegiatan pelayanan di Apotek YANMASUM meliputi pelayanan

pemberian obat berdasarkan resep dan non resep kepada pasien umum

serta pemberian obat restitusi kepada pasien T N I A L d a n k e lu a r g a .

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

40

Universitas Indonesia

4.6 Apotek BPJS

Apotek ini dibentuk atas dasar kerjasama antara Rumah Sakit Marinir

Cilandak (RSMC) dengan BPJS Kesehatan. Apotek BPJS RSMC berfungsi

untuk memberikan pelayanan kepada peserta BPJS Kesehatan sesuai dengan

Formularium Nasional yang digunakan untuk pelayanan obat bagi peserta BPJS

Kesehatan, baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap.

4.6.1 Jam Kerja

Pelayanan di Apotek BPJS dilakukan setiap hari selama 24 jam. Dibagi

menjadi dua shift yaitu pukul 07.00 – 15.00 WIB dan pukul 15.00 – 07.00 WIB.

4.6.2 Personalia

Tenaga personalia di Apotek BPJS terdiri dari 1 apoteker, 11 asisten

apoteker, 3 non asisten apoteker.

4.6.3 Jenis Pelayanan

Apotek BPJS hanya melayani pasien yang terdaftar sebagai peserta

BPJS Kesehatan.

4.6.4 Pengadaan Obat

Perencanaan pengadaan obat dilakukan setiap minggu. Prosedur

pengadaan obat di Apotek BPJS adalah dengan mencatat obat-obatan yang

stoknya minimum dalam buku defekta. Buku defekta tersebut

kemudian diserahkan kepada Ka Sub Bag Dalfar. Setelah diperiksa oleh Ka Sub

Bag Dalfar, buku defekta diserahkan kepada Ka Bag Far dan jika disetujui

selanjutnya Ka Sub Bag Dalfar akan membuat surat pemesanan atau Purchase

Order (PO) dengan persetujuan BPJS Kesehatan. Purchase Order dikirim ke

PBF (Pedagang Besar Farmasi) dan PBF akan mengirimkan barang berdasarkan

PO yang telah dibuat.

4.6.5 Penyimpanan

Obat di apotek BPJS dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya,

kemudian disusun secara alfabetis. Setiap pemasukan dan pengeluaran obat

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

41

Universitas Indonesia

dicatat dalam kartu stok obat.

4.6.6 Pelayanan farmasi

Pemberian obat dan atau material kesehatan dilakukan berdasarkan resep

dokter untuk pasien BPJS Kesehatan baik pasien rawat inap atau pasien rawat

jalan. Pelayanan obat yang diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan sesuai

dengan Formularium Nasional. Kebutuhan obat-obatan di luar paket Indonesia

Case Based Group's (INA-CBG's) tetap dapat diklaim oleh fasilitas kesehatan

yang mengeluarkan obat untuk pasien. Ketetapan ini dikeluarkan menanggapi

permasalahan pengadaan obat di luar paket yang ditanggung INA-CBG's. Meski

demikian, pengadaan obat tetap mengacu pada standar JKN yaitu Formularium

Nasional (Fornas). Khusus untuk pelayanan obat kronis, bila kondisi pasien

dengan penyakit kronis belum stabil, maka fasilitas kesehatan tingkat lanjutan

dapat mengeluarkan tambahan resep. Tambahan obat dikeluarkan sesuai indikasi

medis sampai jadwal kontrol berikutnya.Sesuai ketetapan ini maka pasien akan

menerima 2 resep untuk kebutuhan 30 hari, yaitu resep sesuai komponen INA-

CBG's untuk kebutuhan minimal 7 hari yang disediakan rumah sakit dan resep di

luar paket INA-CBG's untuk kebutuhan 23 hari sesuai hasil diagnosa dokter

terkait, yang bisa diambil di instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) atau apotik yang

ditunjuk. Selanjutnya, IFRS atau apotik dapat menagih biaya yang keluar secara

fee for services kepada BPJS Kesehatan.

4.6.7 Administrasi Penagihan

a. Ketentuan Klaim BPJS Kesehatan

Obat-obat non kronik diklaim menggunakan sistem paket INA CBG’s

melalui rumah sakit sedangkan obat kronik diklaim setelah melalui mekanisme

sebagai berikut : Dilakukan skrining terhadap resep setelah mendapatkan

legalisasi dari BPJS Kesehatan, obat untuk 7 hari pertama diklaim dengan sistem

paket INA CBG’s seperti obat non kronik sedangkan sisanya diinput ke aplikasi

BPJS Kesehatan. Setelah selesai melakukan penginputan selama periode 1 bulan,

resep tersebut diverifikasi oleh verifikator BPJS Kesehatan. Klaim obat Bagian

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

42

Universitas Indonesia

Farmasi RSMC ke BPJS Kesehatan dapat dilakukan dengan menyerahkan

persyaratan administrasi:

a. Kwitansi yang ditandatangani atas nama Kabag Farmasi RSMC

b. Kwitansi KU-17

c. Surat Tagihan Obat Kronik 23 Hari Rawat Jalan

d. Umpan balik dari BPJS Kesehatan yang ditandatangani Dan Rumkit Marinir

Cilandak

e. Lampiran resep kronik yang sudah dilegalisasi BPJS Kesehatan

f. SEP asli pasien.

Setelah klaim dilakukan, dana dikirim oleh BPJS Kesehatan melalui rekening

RSMC. Obat-obat kronik yang dapat diklaim adalah obat-obat peserta BPJS rawat

jalan yang masuk dalam 10 golongan obat kronik di bawah ini:

a. DM (insulin dll)

b. Hipertensi (Amlodipine, bisoprolol)

c. Jantung

d. Asma

e. Paru

f. Epilepsi

g. Skizoprenia

h. Sirosis Hepatik

i. Stroke

j. Sindrom Lupus

4.7 Depo Kamar Operasi

Depo kamar operasi merupakan salah satu depo farmasi yang berada di

bawah struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Depo ini berfungsi

menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk kepentingan operasi.

4.7.1 Jam Kerja

Depo kamar operasi memberi pelayanan selama jam kerja dan juga

setiap hari kerja oleh petugas farmasi yaitu pukul 07.00 – 15.30. Selanjutnya

untuk hari libur dan di luar jam kerja yang bertugas dan bertanggung jawab

menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan yaitu perawat jaga kamar

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

43

Universitas Indonesia

operasi.

4.7.2 Personalia

Tenaga farmasi di depo ini terdiri dari 2 orang asisten apoteker.

4.7.3 Pengadaan

Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilakukan setiap 1 minggu

sekali atau jika stoknya sudah minimum di ruang operasi. Prosedur pengadaannya

adalah dengan mencatat obat-obatan yang stoknya minimum dalam buku

defekta, kemudian buku tersebut ditandatangani oleh kepala ruang operasi untuk

kemudian sediaan farmasi dan alat kesehatan diambil di gudang farmasi.

4.7.4 Penyimpanan

Untuk penyimpanan, di ruang operasi terdapat ruangan berukuran sekitar

2x2 m. Di dalam ruang operasi terdapat tiga kamar operasi yang masing-masing

kamar juga terdapat lemari untuk menyimpan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

4.7.5 Jenis Pelayanan

Depo ini berfungsi menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk

kepentingan operasi. Setiap harinya petugas akan mengisi lemari di setiap kamar

operasi untuk sediaan farmasi dan alat kesehatan yang stoknya sudah menipis.

4.8 Depo UGD

Depo UGD merupakan salah satu depo farmasi yang berada di bawah

struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Depo ini berfungsi menyediakan

sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk kepentingan pasien UGD.

4.7.1 Jam Kerja

Depo UGD memberi pelayanan selama 24 jam setiap hari.

4.8.2 Personalia

Tenaga personalia farmasi di depo ini belum tersedia karena keterbatasan

jumlah anggota farmasi, tetapi setiap harinya terdapat satu petugas farmasi yang

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

44

Universitas Indonesia

bertugas memeriksa stok sediaan farmasi dan alat kesehatan di depo ini.

4.8.3 Pengadaan

Pemeriksaan stok dilakukan setiap hari. Depo ini memiliki persediaan

sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam jumlah yang tetap. Pengadaan dilakukan

jika terdapat sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan jumlah

tetap.

4.8.4 Jenis Pelayanan

Depo ini berfungsi menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk

pasien UGD. Pasien akan menerima tindakan dari sediaan farmasi dan alat

kesehatan yang tersedia di UGD terlebih dahulu. Keluarga pasien kemudian akan

menebus resep ke apotek untuk mengganti sediaan farmasi dan alat kesehatan

yang tadi telah digunakan.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

Universitas Indonesia

45

BAB 5

PEMBAHASAN

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan rujukan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit

mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas

Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya

guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta

pelaksanaan upaya rujukan (Presiden RI, 2009b). Rumah Sakit Marinir Cilandak

(RSMC) merupakan Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir yang digolongkan

sebagai Rumah Sakit tipe B, yaitu Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas

pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, dan

pelayanan medik subspesialis dasar.. Rumah sakit ini memiliki berbagai unit

fasilitas mulai dari rawat inap, rawat jalan, bedah sentral, Intensive Care Unit

(ICU), unit gawat darurat serta berbagai fasilitas penunjang medik lainnya seperti

instalasi farmasi.

Kegiatan pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi

kegiatan farmasi klinik dan non klinik. Pelayanan farmasi klinik meliputi

pelayanan resep dan pemberian informasi obat yang dilakukan di dua apotek yaitu

Apotek BPJS, dan apotek Yanmasum, sedangan pelayanan farmasi non klinik

yang dilakukan berupa pengelolaan perbekalan farmasi meliputi perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pengawasan, produksi

administrasi dan pelaporan.

Pelayanan farmasi non klinik yang dilakukan berupa pengelolaan

perbekalan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

distribusi, pengawasan, administrasi dan pelaporan. Perencanaan perbekalan

farmasi di RSMC dilakukan berdasarkan permintaan atau kebutuhan dari setiap

unit. Hal ini dapat dilihat dari hasil konsumsi rata-rata setiap semester atau setiap

tahunnya dari masing-masing unit. Pengadaan perbekalan farmasi di RSMC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

46

Universitas Indonesia

dilakukan dengan sistem satu pintu yaitu seluruh pemesanan perbekalan farmasi

harus melalui bagian pengadaan dan administrasi di Bagian Farmasi

Pengadaan perbekalan farmasi kedua apotek di RSMC memiliki sistem

pengadaan yang berbeda-beda. Sumber barang di Apotek BPJS berasal dari sisa

dropping tahun 2013 dari Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal), Pusat

Kesehatan TNI (Puskes TNI) dan dari pembelian langsung yang dananya berasal

dari hasil operasional Apotek Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum) rumah

sakit dan Dana Pemeliharaan Kesehatan (DPK) pertriwulan melalui tender.

Sedangkan pengadaan di Apotek Yanmasum dilakukan dengan pembelian

langsung melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF). Pengadaan di Apotek

Yanmasum dilaksanakan berdasarkan formularium RSMC.

Penerimaan, penyimpanan, pendataan defecta barang dan pengelolaan

barang di Apotek BPJS dilakukan oleh gudang farmasi, sedangkan untuk Apotek

Yanmasum dilakukan oleh apotek Yanmasum sendiri. Seluruh daftar defekta yang

berasal dari kedua apotek kemudian diserahkan kepada Kepala Sub Bagian

Pengendalian Farmasi yang memiliki kewenangan dalam hal pengendalian bidang

perencanaan dan distribusi. Dengan demikian pengelolaan perbekalan farmasi di

RSMC menerapkan sistem satu pintu. Sistem satu pintu ini secara teori baik untuk

menjamin pengawasan peredaran perbekalan farmasi di rumah sakit. Hal ini

karena seluruh perbekalan farmasi di seluruh unit rumah sakit dikendalikan dan

diawasi oleh gudang farmasi.

Gudang farmasi di RSMC berfungsi untuk menerima, menyimpan,

memelihara, mendistribusikan dan mengadministrasikan perbekalan farmasi ke

Apotek BPJS dan semua unit RSMC. Untuk setiap kegiatan penerimaan maupun

pendistribusian perbekalan farmasi, di gudang farmasi dibentuk suatu tim

berdasarkan Surat Perintah Komandan Rumah Sakit. Setiap kegiatan yang telah

dilakukan dibuat pencatatan serta pelaporannya. Perbekalan farmasi yang diterima

dicocokkan kembali dengan daftar permintaan serta dilihat waktu

kadaluwarsanya. Setelah itu perbekalan farmasi tersebut disimpan di dalam

gudang. Perbekalan farmasi kemudian disusun berdasarkan bentuk sediaan,

sumber penerimaan, dan tujuan distribusi. Selanjutnya, gudang farmasi akan

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

47

Universitas Indonesia

melakukan kegiatan distribusi setiap minggu ke unit-unit yang berada di Rumah

Sakit sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, termasuk ke Apotek BPJS.

Gudang farmasi RSMC telah memenuhi beberapa syarat gudang yang baik

seperti terdiri dari satu lantai sehingga memberi kemudahan dalam lalu lintas dan

pengawasan perbekalan farmasi, dilengkapi dengan pendingin ruangan untuk

menjamin stabilitas perbekalan farmasi selama penyimpanan, terdapat lemari

penyimpanan obat narkotika dan psikotropika, adanya rak untuk menyusun

perbekalan farmasi, adanya tabung pemadam kebakaran yang berfungsi dengan

baik, dan lokasi dekat dengan unit pemakaian. Beberapa hal yang perlu menjadi

perhatian adalah belum sesuainya persyaratan gudang yang baik diantaranya

tempat penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar tidak dipisahkan atau

ditempatkan pada tempat yang khusus dari perbekalan kesehatan yang lainnya,

kurangnya sirkulasi udara dalam gudang, luas gudang yang kurang memadai

untuk menyimpan perbekalan farmasi, ukuran rak tidak sesuai dengan kemasan

perbekalan farmasi yang disimpan sehingga kurang efektif.

Apotek BPJS melayani pasien peserta BPJS Kesehatan yang terdiri dari

anggota Angkatan Laut / Pegawai Negeri Sipil TNI beserta keluarganya yang

terdiri atas suami atau istri dan 3 orang anak berusia di bawah 21 tahun, Pegawai

Negeri Sipil, Polri, Pejabat Negara, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah non

Pegawai Negeri dan Pegawai swasta beserta keluarganya yang terdiri atas suami

atau istri dan 3 orang anak berusia di bawah 21 tahun atau belum menikah dan

tidak mempunyai penghasilan sendiri. Namun jikalau anak tersebut melanjutkan

pendidikannya hingga Perguruan Tinggi maka akan tetap mendapatkan jaminan

kesehatan hingga usia 25 tahun dengan syarat harus disertai dengan surat aktif

kuliah dari institusinya.

Pelayanan di Apotek BPJS telah berjalan dengan baik, pelayanan resep

dapat diselesaikan dengan cepat sehingga pasien tidak menunggu lama. Setiap

resep dilakukannya pengecekan berulang dari resep yang dilayani, mulai dari

screening, pemberian harga, peracikan dan proses penyerahan. Hal ini dilakukan

untuk memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan permintaan dalam

resep, sehingga akan terwujud sistem tepat obat, tepat dosis, tepat indikasi dan

tepat pasien. Namun, tidak tertutup kemungkinan dengan banyaknya resep yang

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

48

Universitas Indonesia

masuk terdapat kesalahan pemberian obat pada pasien. Resep yang ditebus oleh

pasien akan dicocokkan pangkat kesatuan, usia serta nama lengkap pasien sesuai

yang tertera pada resep serta tanda tangan dan nomor telepon bukti penyerahan

obat kepada pasien.

Apotek Yanmasum melayani pasien umum yang merupakan seluruh

masyarakat umum yang berobat di RSMC atau pasien BPJS Kesehatan yang tidak

ditanggung Apotek BPJS, baik melalui mekanisme restitusi maupun pembelian

sendiri oleh pasien. Apotek Yanmasum tidak memiliki gudang penyimpanan obat,

sehingga obat-obat disimpan di rak-rak yang terdapat di apotek tersebut. Hal ini

menyebabkan berkurangnya area di dalam apotek sehingga berkurang pula ruang

gerak bagi para petugas apotek dalam melakukan pelayanan resep terutama saat

peracikan dan atau pengemasan, namun hal ini tidak mengurangi pelayanan yang

optimal yang dilakukan oleh Apotek Yanmasum. Untuk itu disarankan penataan

perbekalan farmasi yang lebih teratur di Apotek Yanmasum.

Sistem distribusi obat bagi pasien rawat inap di RSMC menggunakan

sistem sentralisasi dimana seluruh perbekalan kefarmasian di ruangan rawat inap

tertuju kepada Apotek BPJS dan Apotek YANMASUM serta tidak memiliki stok

di ruangan. Persediaan di ruangan hanya terbatas untuk obat-obat emergency dan

perbekalan farmasi dasar. Tidak terdapat depo farmasi di ruangan untuk melayani

obat dan perbekalan farmasi lainnya, sehingga memudahkan dalam pengawasan

dan pengendalian obat-obat yang digunakan. Sedangkan untuk pasien, sistem

peresepan yang digunakan adalah sistem peresepan individual dengan dosis sehari

(one daily dose).

Pelayanan farmasi klinik di RSMC berupa PIO (Pelayanan Informasi

Obat). Pelayanan Informasi Obat dilakukan dengan memberikan informasi

mengenai obat dan penggunaannya kepada pasien rawat jalan atau rawat inap

yang mengambil obat di apotek ataupun kepada tenaga kesehatan lain. PIO yang

dilakukan kepada pasien rawat inap dan rawat jalan masih belum terlaksana

dengan baik, karena tidak adanya pemisahan tempat penyerahan obat untuk pasien

rawat jalan dan rawat inap sehingga pelaksanaan PIO tidak maksimal sedangkan

PIO untuk tenaga kesehatan lainnya dapat dilakukan melalui telepon (on call).

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

49

Universitas Indonesia

Fungsi pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh Bagian Farmasi

RSMC masih sangat terbatas karena masih kurangnya kebijakan yang mendukung

dan sumber daya manusia seperti tenaga profesi apoteker yang jumlahnya masih

belum memadai serta sarana dan prasarana seperti ruangan untuk konseling yang

kurang memadai. Fungsi pelayanan farmasi klinik tersebut diantaranya yaitu

pelayanan informasi obat, konseling, proses pengawasan terhadap penggunaan

obat, Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan atau pengamatan terhadap

Drug Related Problem’s. Hal ini menyebabkan kegiatan kefarmasian lebih banyak

terpusat pada kegiatan yang bersifat non klinik yang lebih berfungsi dalam

kegiatan manajemen atau pengelolaan perbekalan farmasi. Sedangkan menurut

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit idealnya 1 orang apoteker berbanding 30 tempat tidur pasien.

Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 190

tempat tidur, menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit maka idealnya

memiliki 6 orang tenaga apoteker. Untuk rawat jalan setiap apotek memiliki 1

apoteker sehingga Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki 2 apoteker untuk 2

apotek, untuk peran manajerial farmasi diperlukan 2 apoteker yaitu sebagai

Kepala Bagian Farmasi dan Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi. Saat ini

Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki 6 orang tenaga apoteker. Untuk

memaksimalkan peranan apoteker dalam kegiatan farmasi klinik dapat disarankan

kepada pimpinan Rumah Sakit Marinir Cilandak untuk penambahan tenaga

profesi apoteker terutama apoteker yang berfokus pada kegiatan farmasi klinik di

ruang rawat inap.

Proses sterilisasi di Rumah Sakit Marinir Cilandak dilakukan di setiap

ruangan, seperti ruang rawat inap dan kamar operasi, oleh karena itu dapat

disarankan perlunya CSSD (Centralized Sterile Supply Bagiant) yang

tersentralisasi di suatu tempat dengan penanggung jawab khusus agar proses

sterilisasi semua alat kesehatan dapat terkendali dengan baik. Manfaat lain yang

didapatkan dari diterapkannya CSSD adalah efisiensi penggunaan sarana dan

peralatan sehingga mampu menghemat biaya investasi, operasional serta

pemeliharaan, selain itu dengan adanya CSSD maka tenaga paramedis yang

berada pada masing-masing unit kerja tidak perlu melakukan kegiatan sterilisasi

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

50

Universitas Indonesia

dan yang terpenting adalah adanya standardisasi prosedur kerja dan jaminan mutu

hasil sterilisasi. Sterilisasi merupakan hal yang penting di suatu rumah sakit

karena sterilisasi merupakan suatu tindakan pencegahan terhadap terjadinya

infeksi nosokomial.

Penghubung antara staf medik dan farmasi di rumah sakit adalah Panitia

Farmasi dan Terapi (PFT). Peran apoteker dalam PFT sangat strategis dan penting

karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di

seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam PFT ini. PFT di RSMC telah

terbentuk dan apoteker dari Bagian Farmasi telah masuk ke dalam struktur PFT

sebagai wakil ketua, sekretaris dan juga sebagai anggota PFT. Salah satu kegiatan

PFT dalam menunjang pelayanan medis di rumah sakit adalah dengan mengkaji

dan menyusun formularium. Rumah Sakit Marinir Cilandak telah memiliki

formularium rumah sakit yang menjadi acuan bagi staf medik dan kefarmasian di

rumah sakit dalam hal peresepan ataupun pengadaan perbekalan farmasi.

Pengadaan perbekalan farmasi yang sesuai dengan formularium sangat

bermanfaat karena dengan adanya formularium, pengelolaan dana dan pengadaan

perbekalan farmasi menjadi lebih terarah. Walaupun formularium sudah dibuat,

namun kondisi di lapangan memperlihatkan bahwa pola peresepan masih ada

yang tidak mengikuti formularium. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya

kepatuhan dokter dalam penulisan resep dan pemahamam dokter tentang

Formularium. Peranan PFT untuk mengetahui apakah penerapan formularium

sudah berjalan dengan baik dan benar, dan perlu dilakukan evaluasi secara

berkala, selain itu perlu disarankan untuk membuat formularium yang handy

seperti membuat formularium dalam ukuran buku saku sehingga mudah dibawa

oleh staf medik maupun farmasis.

Rumah sakit ini juga telah dilengkapi dengan sistem pengolahan limbah

baik limbah padat maupun limbah cair. Untuk pengelolaan limbah cair dilakukan

pengujian secara berkala untuk memastikan limbah cair RSMC sesuai standar

yang telah ditetapkan. Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin,

ammonia, kesadahan, senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand

(COD) dan Biological Oxygen Demand. Indikator akhir pengecekan tersebut

dilakukan dengan menggunakan indikator pencemaran ikan Emas yang sensitif

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

51

Universitas Indonesia

terhadap adanya pencemaran. Air limbah sebelum di alirkan ke Sungai Krukut

sebaiknya dialirkan terlebih dahulu ke kolam tempat ikan Emas untuk memastikan

limbah yang dibuang bebas dari pencemaran. Berdasarkan pemeriksaan yang

dilakukan ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah). Pengolahan

hasil limbah cair RSMC sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan atau di bawah

standar yang diterapkan. Hasil pemeriksaan limbah cair bisa dilihat pada lampiran

13.

Pengelolaan limbah perbekalan farmasi dalam bentuk padat seperti wadah

gelas, kaca, plastik dan suntikan (syringe) di RSMC dilakukan dengan

menggunakan incinerator yang sudah memiliki efisiensi penghancuran

(degradasi) dan efisiensi pembakaran yang baik. Hasil pembakaran berupa gas

juga tidak menimbulkan polusi ke wilayah sekitarnya, abunya juga dapat langsung

dibuang secara biasa ke tempat sampah. Menurut operator yang bertugas,

incinerator yang digunakan oleh RSMC termasuk yang terbaik, sehingga banyak

Rumah Sakit sekitar yang juga ikut menggunakan incinerator ini untuk proses

pengolahan limbah padatnya. Proses pembakaran incinerator RSMC

menggunakan suhu 1200oC dilakukan 3-4 kali dalam seminggu yang dilakukan

pada sore hari. Untuk sekali pembakaran incenerator ini mampu memproses 100

kg limbah padat.

Sistem Manajemen dan Akuntasi (SIMAK) di Rumah Sakit Marinir

Cilandak terhubung langsung (online) ke Dinas Kesehatan Angkatan Laut

(Diskesal). Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak wajib membuat

laporan setiap triwulan, semester dan tahunan ke Dinas Kesehatan Angakatan

Laut (Diskesal) mengenai penerimaan atau pemakaian material kesehatan.

Laporan bukan hanya dalam bentuk penggunaan jumlah item perbekalan

kesehatan saja namun juga dalam bentuk rupiah untuk mengetahui jumlah dana

yang digunakan.

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir

Cilandak yang dilaksanakan selama lebih kurang 8 minggu dapat dirasakan

manfaatnya untuk memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang

bagaimana mengelola kegiatan kefarmasian klinik dan non klinik secara

komprehensif di suatu rumah sakit, serta mempelajari permasalahan-permasalahan

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

52

Universitas Indonesia

dalam menjalankan kegiatan kefarmasian di rumah sakit serta berupaya mencari

solusi dari setiap permasalahan yang mungkin timbul. Praktek Kerja Profesi ini

diharapkan dapat menjadi bekal sebelum memasuki dunia kerja nantinya.

Sehingga para calon apoteker mampu melihat kondisi nyata di bidang kefarmasian

dan mempersiapkan diri dalam menghadapi pekerjaan profesinya, terutama dalam

lingkup pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

Universitas Indonesia

53

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

a. Peran apoteker di RSMC diantaranya memberikan pelayanan kefarmasian

(pelayanan klinik) dalam bentuk Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada

pasien serta mengatur manajemen inventori perbekalan farmasi (pelayanan

non klinik). Selain itu, apoteker juga berperan dalam Panitia Farmasi dan

Terapi (PFT), salah satu perannya yaitu mengkaji dan menyusun formularium

Rumah Sakit.

b. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelayanan kefarmasian di RSMC,

yaitu:

1) Pelayanan farmasi klinik belum berjalan secara optimal karena

keterbatasan Sumber Daya Manusia di bidang farmasi, khususnya profesi

apoteker.

2) Belum adanya kebijakan yang mendukung serta belum diterapkannya

sistem distribusi obat rawat inap secara dosis unit.

3) Belum optimalnya peran Panitia Farmasi dan Terapi dalam menetapkan

dan mengawasi kebijakan penggunaan obat di lingkungan RSMC.

6.2 Saran

a. Dilakukan peningkatan pelayanan farmasi klinik seperti konseling kepada

pasien dengan kriteria khusus, monitoring efek samping obat, pengkajian dan

evaluasi penggunaan obat, kunjungan ke ruang perawatan, Therapeutic Drug

Monitoring (TDM) dan Total Parenteral Nutrition (TPN).

b. Perlu diterapkannya distribusi obat rawat inap secara dosis unit agar terapi

obat pasien menjadi lebih optimal.

c. Perlunya penambahan tenaga farmasi, terutama profesi apoteker, yang

memiliki tanggung jawab dan wewenang agar pekerjaan kefarmasian di

RSMC dapat berjalan lebih optimal, dan kegiatan kefarmasian yang

berlangsung di RSMC dapat diawasi langsung oleh apoteker.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

54

Universitas Indonesia

d. Dalam hal kegiatan farmasi nonklinik disarankan untuk dilakukannya

pembenahan dalam hal penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar agar

dipisahkan atau ditempatkan pada tempat yang khusus dari perbekalan

kesehatan yang lainnya.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

Universitas Indonesia

55

DAFTAR ACUAN

Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di

Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang

RekamMedis.2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan. 2009. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan. 2009. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Peraturan Menteri

Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar

PelayananKefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen

KesehatanRepublik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan. 1996. Jakarta.

Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

Tentang Kesehatan dan Gizi Masyarakat BerdasarkanPerpres No.5Tahun

2010. Jakarta.

Siregar, Charles J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

56

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

57

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Struktur Organisasi Bagian Farmasi RSMC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

58

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi RSMC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

59

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

60

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

61

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

62

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di Apotek PC

RSMC

Penerimaan Resep

Pengecekan &

Penghargaan

Pasien

Penyerahan &

KIE

Pengecekan

Resep

Pemberian

Etiket

Sediaan Jadi Peracikan

Pembayaran

Obat

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

63

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Alur Resep Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inapdi Apotek BPJS

Pasien

Pemberian Harga

Klaim BPJS

Pengecekan Kelengkapan

Persyaratan

Pengecekan

Pemberian Etiket

Peracikan Sediaan Jadi

Penyerahan

Pemberian

Nomor

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

64

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Surat Pesanan Obat BPJS dan PC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

65

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Surat Pesanan Narkotika

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

66

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropika

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

67

Universitas Indonesia

Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Obat

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

68

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Laporan Hasil Pengujian Limbah

1

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

69

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di RSMC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

70

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RSMC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

71

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Formulir Pendaftaran Pasien Baru

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

72

Universitas Indonesia

Lampiran 17. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

73

Universitas Indonesia

Lampiran 18. Lembar Resep Rumah Sakit Marinir Cilandak

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

74

Universitas Indonesia

Lampiran 19. Salinan Resep ApotekYanmasum RSMC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

75

Universitas Indonesia

Lampiran 20. Salinan Resep Apotek BPJS RSMC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

76

Universitas Indonesia

Lampiran 21.Etiket Obat RSMC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

77

Universitas Indonesia

Lampiran 22.Persyaratan Administrasi Klaim Obat BPJS Kesehatan RSMC 1

xxxxxxxxxxxxxxx

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

78

Universitas Indonesia

Lampiran 23.Persyaratan Administrasi Klaim Obat BPJS Kesehatan RSMC 3

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

xxxxxxxxxx

xxxxxxxxxx

xxxxxxxxxx

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

79

Universitas Indonesia

Lampiran 24.Print Out SIMAK BMN Persediaan Barang per Item

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

80

Universitas Indonesia

Lampiran 25.Print Out SIMAK BMN Neraca RSMC

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

UNIVERSITAS INDONESIA

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA

PASIEN DISPEPSIA SYNDROM MELALUI PENELUSURAN

REKAM MEDIS PADA TANGGAL 10 MEI – 14 MEI 2014

DI RUANG FLAMBOYAN BAWAH

RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DEKVITA ARA, S.Farm.

1306343441

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JULI 2014

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Tujuan ........................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3

2.1 Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems) ....................... 3

2.2 Dyspepesia Syndrome ................................................................ 4

2.3 Propil Obat Pasien ..................................................................... 9

BAB 3 STUDI KASUS ................................................................................ 12

3.1 Data Diri Pasien ......................................................................... 12

3.2 Keluhan Utama ......................................................................... 12

3.3 Perkembangan Pasien ................................................................ 13

3.4 Pemeriksaan Laboratorium ........................................................ 15

3.5 Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 15

3.6 Regimen Pengobatan ................................................................. 16

3.7 Identifikasi dan Rekomendasi Masalah Terkait Obat ................ 17

BAB 4 PEMBAHASAN .............................................................................. 19

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 25

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 25

5.2 Saran .......................................................................................... 25

DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 26

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. 28

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Algoritma Diagnosa Dyspepsia .................................................. 7

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Propil Obat Pasien ........................................................................ 9

Tabel 3.1 Pemeriksaan Fisik Pasien ............................................................. 12

Tabel 3.2 Riwayat Pengobatan Pasien ......................................................... 13

Tabel 3.3 Data Perkembangan Pasien .......................................................... 13

Tabel 3.4 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ................................................. 15

Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan USG Abdomen .............................................. 15

Tabel 3 6 Data Regimen Pengobatan ........................................................... 16

Tabel 3.7 Identifikasi DRPs pada Regimen Pengobatan pasien ................. 17

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Algoritma Terapi Untuk Osteoarthritis ...................................... 28

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah

sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu dengan mencakup

semua aspek upaya kesehatan, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. Pelayanan

farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan

kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat

yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua

lapisan masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2004). Tuntutan pasien dan

masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan

pelayanan dari paradigma lama drug oriented (berorientasi produk) dengan filosofi

pharmaceutical care (pelayanan kefarmasian), dimana apoteker dapat memberikan

peranan yang berdampak pada pengobatan serta kualitas hidup pasien.

Farmasi klinik dideskripsikan sebagai praktek kefarmasian yang berorientasi

kepada pelayanan pasien lebih dari orientasi kepada produk. Farmasi klinik

berkaitan dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu

memaksimalkan efek obat dan meminimalkan efek toksik obat bagi pasien secara

individu. Tujuannya untuk memaksimalkan efek terapeutik yang meliputi tepat

indikasi, tepat pemilihan obat, tepat pengaturan dosis sesuai dengan kebutuhan

dan kondisi pasien dan evaluasi hasil terapi, meminimalkan reaksi obat yang tidak

diinginkan, meminimalkan biaya pengobatan, dan mampu menghormati pilihan

pasien (Aslam Mohammed, et al., 2003).

Kegiatan farmasi klinik salah satunya adalah pengamatan terhadap masalah

terkait obat (drug related problems) yang disingkat dengan DRPs. Masalah terkait

obat merupakan isu yang membutuhkan perhatian serius dari pihak dokter,

apoteker, dan keluarga pasien terlebih untuk pasien dengan riwayat penyakit

kronik, pasien dengan usia di atas 65 tahun, pasien yang mendapatkan pengobatan

dengan indeks terapi sempit, dan pasien dengan kegagalan terapi terdahulu.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

2

Universitas Indonesia

Tanggung jawab seorang apoteker salah satunya adalah mengidentifikasi masalah

terkait obat yang nyata atau berpotensi terjadi dan memberikan rekomendasi

penanganan atau pencegahannya.

Dalam rangka menerapkan pelayanan kefarmasian dirumah sakit dan

meningkatkan penggunaan obat yang rasional untuk mengatasi Drug Related

Problems maka mahasiswa apoteker perlu diberi pembekalan dan pengalaman dalam

bentuk pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan

menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan

pasien. Berdasarkan hal tersebut, studi kasus masalah terkait obat dilakukan

terhadap seorang pasien di salah satu ruang rawat inap di Rumah Sakit Marinir

Cilandak melalui penelusuran rekam medis pasien.

Pasien yang dilakukan pengamatan adalah pasien dengan usai 56 tahun

dengan riwayat mual yang sudah pernah dialami sebelumnya. Pasien juga

memiliki riwayat osteoarthritis knee yang pengobatannya dapat mempengaruhi

kondisi gastrointestinal. Pasien mendapatkan rejimen terapi yang beragam

sehingga berpotensi untuk dilakukan analisis mengenai DRPs untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi mengenai pengobatannya. Kegiatan ini diharapkan

mampu memberikan gambaran kepada tenaga kesehatan khususnya apoteker

dalam melakukan kegiatan farmasi klinik terutama dalam hal identifikasi,

pencegahan, dan pemecahan masalah DRPs agar tercipta sistem pelayanan

kesehatan yang optimal untuk mendapatkan derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya.

1.2. Tujuan

a. Mengidentifikasi masalah terkait obat (Drug Related Problem) yang terjadi

pada rejimen pengobatan pasien Ny. NS di Paviliun Flamboyan Bawah

Rumah Sakit Marinir Cilandak melalui penelusuran rekam medis pasien pada

tanggal 10 – 14 April 2014.

b. Memberikan rekomendasi penanganan masalah terkait obat (Drug Related

Problems) yang terjadi pada rejimen pengobatan pasien Ny. NS di Paviliun

Flamboyan Bawah Rumah Sakit Marinir Cilandak pada tanggal 10 – 14 April

2014.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems)

2.1.1 Definisi (Winslade, 1996)

Masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan

sebagai suatu keadaan yang tidak diinginkan yang terjadi pada pasien yang

disebabkan oleh terapi obat dan secara nyata atau potensial mengurangi efek

terapi yang diharapkan.

2.1.2 Klasifikasi (Hepler & Strand, 1990)

Masalah terkait obat yang perlu diperhatikan antar lain :

a. Indikasi yang tidak memperoleh terapi (untreated indication), yaitu pasien

mempunyai masalah medis yang memerlukan pengobatan, tetapi tidak

menerima obat yang sesuai dengan indikasi tersebut.

b. Pemilihan obat tidak tepat (improper drug selection), yaitu pasien mendapatkan

obat yang tidak sesuai dengan kondisi medis yang dialaminya.

c. Dosis terlalu rendah (subtherapeutic dose), yaitu pasien mempunyai masalah

medis dan menerima obat yang sesuai, namun dosis yang diberikan terlalu

rendah.

d. Dosis terlalu tinggi (over dose), yaitu pasien mendapatkan masalah medis

karena penggunaan obat yang berlebihan.

e. Efek samping obat (adverse drug reactions), yaitu pasien mendapat masalah

medis karena efek yang tidak dikehendaki atau efek samping obat.

f. Interaksi obat (drug interactions), yaitu pasien mendapat masalah medis karena

adanya interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, dan obat dengan uji

laboratorium.

g. Kegagalan menerima pengobatan (failure to receive medication), yaitu pasien

mempunyai masalah medis akan tetapi secara farmasetik, psikologis, atau

sosioekonomis perderita tersebut gagal mendapatkan obat.

h. Penggunaan obat tanpa indikasi (medication use without medication), yaitu

pasien menggunakan obat tanpa indikasi medis yang jelas.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

4

Universitas Indonesia

Ketika ditemukan sebuah masalah terkait obat, apoteker harus

merencanakan cara mengatasinya. Apoteker harus memberikan skala prioritas

untuk masalah terkait obat tersebut, yang didasarkan pada resiko yang mungkin

diperoleh penderita. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menentukan skala

prioritas masalah terkait obat:

a. Masalah mana yang harus diselesaikan lebih dahulu dan masalah mana yang

dapat dieselesaikan kemudian.

b. Masalah yang merupakan tanggung jawab apoteker.

c. Masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat oleh apoteker.

d. Masalah yang dalam penyelesaiannya memerlukan bantuan dari tenaga

kesehatan lainnya (dokter, perawat, keluarga penderita, dan lain-lain).

2.2 Dyspepsia Syndrome

2.2.1 Definisi

Dyspepsia bukan merupakan suatu penyakit melainkan suatu gejala

terhadap suatu penyakit. Istilah dyspepsia digunakan untuk mendeskripsikan rasa

tidak nyaman pada bagian atas abdomen, biasanya berkaitan dengan jumlah

makanan dan alkohol yang dikonsumsi (Greene dan Harris, 2008). Rasa tidak

nyaman didefinisikan sebagai perasaan negatif yang bersifat subjektif yang bukan

merupakan rasa nyeri dan termasuk dalam gejala dari rasa kenyang lebih awal,

kembung, merasa “penuh” pada bagian atas abdomen, atau mual.

“The Canadian dyspepsia working group” mendefinisikan dyspepsia

sebagai gejala yang kompleks dari nyeri aepigastrik atau ketidaknyamanan pada

bagian atas saluran pencernaan dan dapat mencakup beberapa gejala berikut:

heartburn, regurgitasi asam, sendawa yang berlebihan, kembung, mual, rasa

pencernaan yang abnormal, atau rasa kenyang lebih awal. Definisi ini dianggap

lebih sesuai digunakan dalam keadaan klinis (Duvnjak ed., 2011).

2.2.2 Gejala dan Subgrup Gejala (Duvnjak ed., 2011)

Komite Investigasi Klinis International (Komite Rome III) menetapkan

dyspepsia dengan beberapa gejala berikut:

a. Perasaan penuh pada bagian postprandial

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

5

Universitas Indonesia

b. Rasa kenyang lebih awal (dalam artian tidak bisa menghabiskan makanan

dalam porsi normal)

c. Nyeri epigastrik atau rasa terbakar

Pasien dengan gejala dyspepsia yang tidak menjalani pemeriksaan apapun

disebut dengan uninvestigated dyspepsia. Melalui pemeriksaan seperti endosopi,

uji laboratorium, dan X-ray, ditemukan bahwa 40% - 60% tidak ditemukan

kelainan sehingga dikelompokkan menjadi functional dyspepsia, dan lainnya

dikelompokkan menjadi organic atau structural dyspepsia.

2.2.2.1. Functional dyspepsia

Functional dyspepsia didefinisikan sebagai gejala dyspepsia paling tidak

selama 3 bulan tanpa adanya penyebab organik, sistemik, atau metabolik yang

dapat menjelaskan gejala yang dialami. Patofisiologi dari FD tidak jelas. Gejala

spesifik pada subgroup ini tidak ditemukan. Stress psikologi, termasuk

penyiksaan, dapat diikuti oleh dyspepsia, tetapi hubungan penyebab dan efek yang

terjadi belum dapat dipastikan. Gejala spesifik FD yang dirasakan pada daerah

gastroduodenal adalah rasa penuh pada bagian postprandial, rasa kenyang lebih

awal, nyeri epigastik, rasa terbakar pada bagian epigastik.

2.2.2.2. Organic atau structural dyspepsia

Pada pasien dengan organic atau structural dyspepsia memiliki penyebab

yang jelas. Beberapa penyebabnya adalah:

a. Gastroesophageal reflux disease (GERD)

b. Peptic ulcer disease

c. Kanker pada bagian gastric atau esophagus

d. Biliary pain

e. Obat (termasuk suplemen kalium, digitalis, besi, teofilin, antibiotic oral

khususnya ampicillin dan eritrmisin, NSAID, kostikosteroid, niasin,

gemfibrozil, narkotik, kolkisin, kuinidin, estrogen, dan levodopa)

f. Gastroparesis

g. Pancreatitis

h. Malabsorpsi karbohidrat

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

6

Universitas Indonesia

i. Penyakit infiltrative pada lambung (e.g. Crohn’s disease, sarcoidosis)

j. Gangguan metabolik (hiperkalemia, hiperkalsemia)

k. Hepatoma

l. Ischemic bowel disease

m. Gangguan sistemik (diabetes mellitus, gangguan tiroid dan paratiroid,

connective tissue disease)

n. Parasit di saluran pencernaan

o. Kanker abdominal, khususnya kanker pancreas

Penyebab yang paling sering ditemukan adalah GERD baik dengan atau

tanpa esfagitis (25%), peptic ulcer disease (5% - 15%), dan malignancy.

Konsensus Rome II membagi kembali pasien dengan dyspepsia menjadi

tiga subgroup:

a. Ulcer-like dyspepsia

Rasa nyeri terpusat pada bagian atas abdomen.

b. Dysmotility-like dyspepsia

Sensasi bukan nyeri yang tidak nyaman yang terpusat pada bagian atas

abdomen. Sensasi ini dapat dikarakterisasi atau diikuti dengan rasa penuh

pada bagian atas abdomen, rasa kenyang lebih awal, sendawa, atau mual.

c. Nonspecific dyspepsia

Pasien simptomatik dengan gejala yang tida termasuk pada kriteria ulcer-like

dyspepsia dan dysmotility-like dyspepsia.

2.2.3 Diagnosa

Dyspepsia dapat didagnosa menggunakan beberapa pemeriksaan yang

berbeda dan satu pemeriksaan tertentu belum tentu dapat digunakan pada semua

kasus. Algoritma diagnosa dyspepsia ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

7

Universitas Indonesia

Gambar 2.1. Algoritma diagnosa dyspepsia

Pasien dyspepsia dengan umur lebih dari 55 tahun atau dengan faktor

penanda seperti pendarahan, anemia, rasa kenyang lebih awal, berkurangnya berat

badan tanpa sebab yang jelas (> 10% BB), dysphagia yang progresif,

odynophagia, muntah terus-menerus, riwayat keluarga dengan kanker saluran

pencernaan, sebelumnya pernah mengalami esophagogastric malignancy, peptic

ulcer, lymphadenopathy, harus menjalani endoskopi untuk mengetahui peptic

ulcer, esophagogastric malignancy, dan penyakit saluran pencernaan lainnya yang

jarang terjadi.

Pada pasien dibawah 55 tahun tanpa faktor penanda, petugas kesehatan

dapat melakukan dua tindakan:

a. Uji dan penanganan untuk H. pylori menggunakan uji noninvasif yang telah

divalidasi dan penekanan asam jika eradikasi berhasil namun gejala tidak

teratasi

b. Uji empiris untuk penekanan asam dengan proton pump inhibitor (PPI)

selama 4 – 8 minggu.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

8

Universitas Indonesia

Tes untuk mendeteksi H. pylori dapat dilakukan dengan cara endoskopi dan

non-endoskopi.

a. Tes endoskopi

1) Histopatologi

Merupakan tes mikrobiologi menggunakan beberapa strain bakteri.

Sensitifitas tes histologi secara umum adalah 90 – 95%. Tes ini

menggunakan biopsi dari bagian lambung.

2) Rapid Urea Test

Tes ini dilakukan berdasarkan aktivitas enzim urease yang memecah

reagen urea tes untuk membentuk ammonia. Enzim urease ini dihasilkan

oleh H. pylori. Sampel pada tes ini diambil dari biopsi korpus dan antrum.

Sampel biopsi ini akan dites menggunakan test pack yang khusus untuk

mendeteksi H. pylori. Jika terjadi perubahan warna, maka dalam contoh

biopsi tersebut terdapat H. pylori.

3) Kultur

Biopsi kultur merupakan teknik diagnostik standar yang bersifat invasif.

Kultur dilakukan pada media agar yang mengandung darah kuda 10% v/v

dan diinkubasi selama 10 hari pada suhu 36°C dibawah kondisi

mikroaerofilik (4% O2, 5% CO2, 86% N2, dan 5% H), kemudian dilihat

apakah terdapat pertumbuhan H. pylori.

b. Tes non-endoskopi

1) Urea Breath Test

Merupakan tes untuk mendeteksi adanya aktivitas urease yang secara tidak

langsung mengindikasikan adanya H. pylori. Tes ini dilakukan

menggunakan sampel nafas dari pasien.

2) Tes Deteksi Antibodi Serologi (Serology Test)

Pemeriksaan serologi dilakukan menggunakan metode ELISA untuk

melihat adanya antibodi IgG terhadap H. pylori.

3) Tes Antigen Feses (Stool Antigen Test)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah ada antigen yang dapat

memicu sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi H. pylori pada feses.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

9

Universitas Indonesia

2.2.4 Terapi Dyspepsia (Talley dan Vakil, 2005; Ingle dan Abraham, 2012)

Dyspepsia dapat ditangani dengan merubah gaya hidup dan menggunakan

obat atau penanganan secara klinis (terapi farmakologi). Perubahan gaya hidup

yang diperlukan antara lain :

a. Makan tepat waktu

b. Menghindari makanan yang berat/ berlemak

c. Mengurangi asupan makanan pedas, asam, rokok, kofein

d. Mengurangi penggunaan NSAID

Sedangkan terapi farmakologi untuk mengatasi dyspepsia adalah eradikasi

H. pylori, antagonis H2 (simetidin, famotidin), proton pump inhibitor (omeprazol,

lansoprazol), agen mukoprotektif (sukralfat), agen prokinetik (cisapride), antasida,

dan agen prikotropik (SSRI / SNRI).

2.3 Profil Obat Pasien

Obat-obat yang diberikan kepada pasien yaitu :

Tabel 2.1 Profil Obat Pasien

Inpepsa Syrup Ulsidex Tablet (Sukralfat)

Indikasi Terapi jangka pendek untuk duodenal ulcer, terapi

maintenance untuk duodenal ulcer

Mekanisme Kerja Membentuk kompleks dengan berikatan dengan protein

pada eksudat, membentuk suatu substansi yang viskos dan

adesif. Bentuk ini akan melindungi dan melapisi mukosa

lambung terhadap asam lambung, pepsin, dan garam

empedu.

Dosis dewasa 1 g 4 kali/hari, 1 jam sebelum makan selama 4 – 8 minggu,

dapat digunakan juga 2 g 2 kali sehari

Efek samping Konstipasi (2%); pusing, sakit kepala, mual, muntah,

insomnia, hipersensitivitas, vertigo (<1%)

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

10

Universitas Indonesia

Polisilane Syrup

(Magnesium Hidroksida 200 mg, Aluminium Hidroksida 200 mg,

Dimetikon 80 mg)

Indikasi Penanganan sementara pada hiperasiditas yang diikuti

dengan adanya gas pada lambung

Mekanisme Kerja Mg (OH)2 pengosongan lambung dengan cara retensi

cairan osmotic yang menyebabkan aktivitas peristaltik

pada kolon meningkat, bereaksi dengan asam hidroklorida

di lambung membentuk magnesium klorida

Al (OH)3 menetralkan asam hidroklorida di lambung

Dimetikon menurunkan tegangan permukaan antara

gelembung gas sehingga menghilangkan dan mencegah

penumpukan gas di lambung

Dosis Dewasa 10 – 20 mL 4 – 6 kali/ hari

Efek Samping Konstipasi, penurunan motilitas lambung (>10%); mual,

muntah (1-10%); hipopospatemia, hipomagnesemia,

dehidrasi (<1%)

Ondancetron

Indikasi Pencegahan mual dan muntah pada kemoterapi kanker

Mekanisme Kerja Selektif antagonis reseptor 5-HT3 dan menghambat

serotonin secara peripheral dan sentral pada saraf vagal

pada zona trigger kemoreseptor

Dosis Dewasa 0,15 mg/ kg 3 kali/ hari (IV); 8 mg setiap 8 jam (oral)

Efek Samping Sakit kepala, malaise, konstipasi, pusing, diare

Omeprazol

Indikasi Terapi jangka pendek untuk penyakit duodenal ulcer atau

gastic ulcer tahap awal, penanganan pada heartburn dan

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

11

Universitas Indonesia

gejala lain yang diikuti dengan gastoesophageal reflux

disease (GERD)

Mekanisme Kerja Menghambat pompa proton (proton pump inhibitor)

Dosis Dewasa 20 mg/ hari selama 4 – 8 minggu untuk aktif duodenal

ulcer, 40 mg/ hari selama 4 – 8 minggu untuk (gastric

ulcer)

Efek Samping Rash pada kulit, urtikaria, mulut kering, mual, konstipasi

Ranitidin

Indikasi Terapi jangka pendek pada duodenal ulcer, gastric ulcer,

gastroesofageral reflux, ulcer pada keadaan awal, kondisi

hipersekretori patologis

Mekanisme Kerja Menghambat histamin pada reseptor H2 secara kompetitif

pada sel parietal lambung

Dosis Dewasa 150 mg 2 kali/ hari atau 300 mg 1 kali/ hari

Efek Samping Sakit kepala, pusing, rasa tidak nyaman pada abdomen,

konstipasi, diare, mual, muntah

Ringer Laktat (Na Laktat 3,1 g. NaCl 6 g, KCl 0,3 g, CaCl2 0,2 g,

air untuk injeksi ad 1000 mL)

Indikasi Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada

dehidrasi

Mekanisme Kerja -

Dosis Dewasa Infus IV dosis sesuai dengan kondisi pasien

Efek Samping Panas, infeksi pada tempat penyuntikan, thrombosis

vena, atau flebitis yang meluas dari tempat

penyuntikan, ekstravasasi

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

12 Universitas Indonesia

BAB 3

STUDI KASUS

3.1 Data Diri Pasien

a. Nama Pasien : Ny.NS

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. Usia : 59 tahun

d. Asuransi Kesehatan : Asuransi Kesehatan BPJS

3.2 Keluhan Utama

Ny. NS dengan umur 59 tahun masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada

tanggal Tgl 10 Mei 2014, jam datang 18.20 dan jam periksa 18.25. Keluhan utama

pasien adalah mual, muntah, lemas dan pusing. Sekitar satu bulan yang lalu pasien

juga mengalami mual-mual namun sekarang kambuh lagi, sudah 15 hari sulit

konsumsi nasi, nafsu makan menurun, setiap kali makan pasien akan muntah,

nyeri di epigastrium. Pasien juga mengalami mencret sebanyak 2x pada pagi hari,

riwayat hipertensi (+), alergi obat (+) tetapi tidak diketahui obat apa, pengapuran

tulang dikaki (+) sehingga diberi obat dan diduga obat membuat pasien mual,

BAB lancar, BB pasien turun (73 kg ke 67 kg). Hasil pemeriksaan fisik pasien

dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3.1 Pemeriksaan fisik pasien.

Tekanan darah 120/80 mmHg

Frekuensi nadi 62 kali / rmenit

Suhu tubuh 36oC

Pernafasan 20 kali / menit

Kesadaran CM (Compos Mentis = Kesadaran penuh)

Abdomen Supel, nyeri tekan (+), BU (+)N

Ekstremitas Akral hangat

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

13

Universitas Indonesia

Diagnosa sementara dokter terhadap pasien adalah dispepsia syndrom.

Pasien diberi terapi infus Ringer Laktat 20 tetes/menit, Ondansetron Injeksi 3x8

mg (iv), Omeprazol injeksi 2x10 mg (iv) dan Inpepsa syrup 3x1 C (per oral).

Sebelumnya pasien pernah mengalami pengobatan rawat jalan sekitar bulan maret

dan april 2014 dengan riwayat pengobatan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Riwayat pengobatan pasien

Rawat Jalan

30 Maret 2014 Demam (4 hari), mual (+),

muntah (+), nafsu makan ↓,

BAK/BAB (N), batuk (-),

pilek (-), pusing (+)

Cefixim 2x200 mg

Sanmol 3x500 mg

Omeprazol 2x1

Polysilane syrup 3x1 C (ac)

Captopril 2x12,5 mg

7 April 2014 • Nyeri kedua lutut

• OA knee (D/5)

Meloxicam 2x7,5 mg

Ranitidin 2x150 mg

3.3 Perkembangan Pasien

Data perkembangan Ny. NS selama dirawat di ruang Flamboyan bawah

rumah sakit marinir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Data Perkembangan Pasien

Tanggal Subjective

(S)

Objective

(O)

Assesment

(A)

Planning

(P)

10/5-14 Mual, nafsu

makan

menurun ,

setiap kali

makan akan

muntah,

nyeri di

epigastrium.

TD : 120/80

Nadi : 62x /m

RR : 20 x/m

Suhu : 36oC

Ext : Akral

hangat

Dispepsia Pasien rawat inap

Terapi :

Infus RL 20 tetes/menit

Ondansentron Inj 3 x 8

mg (iv)

Omeprazol Inj 2x1 mg

(iv)

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

14

Universitas Indonesia

Inpepsa syrup 3x1

(diganti Ulsidex tab 3

x500 mg → acc dokter)

11/5-14 Lemas (+),

mual (+)

TD : 120/80

Nadi : 82x/m

RR : 20x/m

T : 36oC

Ext : Akral

hangat

Dispepsia Terapi dilanjutkan

12/5-14 mual (+),

lemas (+)

TD : 130/90

Nadi : 80x/m

RR : 18x/m

T : 36oC

Nyeri tekan (+)

Ext : Akral

hangat

Dispepsia Polysilane 3 x 1 C 1

jam (pc)

Rencana USG

abdomen (persiapan

puasa)

Terapi lain dilanjutkan

13/5-14 Mual

berkurang ,

lemas (+)

TD : 130/90

Nadi : 86x/m

RR : 20x/m

T : 36oC,

Nyeri tekan (-)

Ext : Akral

hangat

USG :

gastritis

Ondancentron Inj ganti

tablet 3x8 mg

Terapi lain dilanjutkan

14/5-14 Mual

berkurang

TD : 130/80

Nadi : 82x/m

RR : 20x/m

T : 36oC

Ext : Akral

hangat

USG :

gastritis

Omeprazol tab. 2x20

mg

Ondancentron tab.

3x8 mg

Ranitidin tab 2x150

mg

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

15

Universitas Indonesia

3.4 Pemeriksaan Laboratorium

Data hasil pemeriksaan laboratorium Ny. NS dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 3.4 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Jenis pemeriksaan Nilai normal Hasil pemeriksaan

Darah Rutin

10/05-14

Hemoglobin P : 13-17 gr/dl;

W : 12-16 gr/dl 13.6

Hematokrit 37 – 54 % 41 %

Leukosit 5.000 – 10.000/µl 9.100/µl

Trombosit 150.000 – 400.000/µl 358.000/µl

3.5 Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan USG Abdomen di RSMC tanggal 12 Mei 2014

menunjukkan :

Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan USG Abdomen

Hepar

Tampak membesar, permukaan rat, tepi tajam,

echoparenchim meningkat, pembuluh darah/sal. Empedu

intrahepatal melebar, tak tampak masa

Kandung empedu Besar normal, dinding tidak menebal, tak tampak

batu/sludge

Pankreas Besar normal, echoparenchim homogen, tak tampak lesi

focal

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

16

Universitas Indonesia

Lien Besar normal, echoparenchim homogen, tak tampak lesi

focal

Ginjal kanan dan

kiri

Besar kedua ginjal normal, cortex dan medulla baik, tak

tampak batu/pelebaran kedua kalises

Vesica urinaria Besar normal, dinding tidak menebal, tak tampak batu

Uterus dan

adnexa Tak tampak kelainan

Gas lambung Banyak, nyeri abdomen atas (+)

Kesan :

Fatty liver

Curiga gastritis

3.6 Regimen Pengobatan

Regimen pengobatan pasien Ny. NS selama dilakukan perawatan di ruang

Flamboyan bawah rumah sakit marinir Cilandak dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Data Regimen Pengobatan

NAMA OBAT

ORAL DOSIS

Tgl : 11 Mei

'14

Tgl : 12 Mei

'14

Tgl : 13 Mei

'14

Tgl : 14 Mei

'14

P SI SO M P SI SO M P SI SO M P SI SO M

Inpepsa Syp

(Ulsidex tab) 3 x 1 V

Polisilane

Syrup (1 jam

pc)

3 x C 1

Ondansetron

Tab 3 x 8 mg

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

17

Universitas Indonesia

OBAT

SUNTIK/

LAIN - LAIN

DOSIS

Tgl : 11 Mei

'14

Tgl : 12 Mei

'14

Tgl : 13 Mei

'14

Tgl : 14 Mei

'14

P SI SO M P SI SO M P SI SO M P SI SO M

Ondancetron

(IV) 3 x 8

Omeprazole

(IV) 2 x 1

INFUS

TRANFUSI

RL 20 tetes

/m -

3.7 Identifikasi dan Rekomendasi Masalah Terkait Obat

Hasil identifikasi masalah yang terkait obat (Drug Related Problems) pada

regimen pengobaran pasien Ny. NS.

Tabel 3.7 Identifikasi DRPs pada Regimen Pengobatan Pasien

No Jenis DRPs Nama Obat Permasalahan Rekomendasi

1. Untreated

indication

(Ada indikasi

yang tidak

tertangani)

- Pasien mengalami

pengapuran pada

kaki dengan

diagnosis terakhir

OA lutut,

diberikan obat

namun

memperparah

kondisi pasien

(mual) sehingga

pengobatan

dihentikan.

Pasien diberikan NSAID

golongan COX-2

(Celecoxib) yang dapat

mengatasi nyeri pada

kasus OA tanpa

memperparah kondisi

dispepsia pasien.

Dosis : 100 mg tiap 12

jam

Pasien sebaiknya

melakukan pemeriksaan

kembali terhadap kondisi

kakinya untuk

mendapatkan

penatalaksanaan yang

lebih efektif

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

18

Universitas Indonesia

2. Improper

drug

selection

(Pemilihan

obat yang

tidak tepat)

Ondansetron

injeksi

Ondansetron

hanya digunakan

untuk gejala mual

/ muntah pada

penetalaksanaan

terapi kanker /

pasca operasi.

Belum ada

publikasi ilmiah

tentang efficacy

ondansetron

untuk mual /

muntah pada

kasus gangguan

gastrointestinal.

Ondansetron diganti

dengan Metoklopramid

injeksi untuk mengatasi

rasa mual pasien.

Sediaan injeksi diganti

dengan tablet jika gejala

mual sudah membaik.

Dosis : Injeksi (1 ampul /

10 mg tiap 8 jam), tablet

(10 mg tiap 8 jam ½ jam

sebelum makan)

3. Duplikasi

Obat

Ranitidin

tablet dan

Omeprazol

kapsul

Asam lambung

pasien disupresi

dengan pemberian

lebih dari 1 obat

yang tujuan

kerjanya sama

(pemborosan

terapi).

Berikan salah satu saja,

misalnya tablet Ranitidin

Dosis : 2 x 150 mg 2 jam

setelah makan jika

sebelumnya sudah

meminum obat anti mual

(metoklopramid)

4. Subtherapeut

ic dose

(Dosis obat

terlalu

rendah)

Ulsidex

(Sukralfat)

tablet

Pasien hanya

diberikan

sukralfat 500 mg

3 x sehari untuk

melindungi

lapisan lambung

pasien.

Dosis ditingkatkan

menjadi 2 tablet tiap 6

jam 1 jam sebelum

makan.

5. Pasien gagal

mendapatkan

Obat

Ulsidex tab

(3x1)

Ondancetron

Tab (3x1)

Polysilane

syr (3xC1)

Ondacetron

Inj (3x1)

Pasien seharusnya

mendapatkan 3x

regimen obat,

tetapi cuma

diberikan 2x oleh

perawat.

• Pasien takut minum

obat, beri edukasi kepada

pasien

• Perawat lupa

mencheklist lembar

regiment/lupa

memberikan obat →

perawat langsung

mengisi lembar regimen

setelah memberikan obat

kepada pasien.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

19

Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien,

penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik. Praktek

pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan

mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat (Drug

Related Problems) dan masalah yang berkaitan dengan kesehatan.

Masalah yang terkait obat (drug related problems) didefinisikan sebagai

suatu keadaan yang tidak diinginkan yang dialami oleh pasien yang berkaitan atau

diduga berkaitan dengan terapi dan secara nyata atau potensial mempengaruhi

hasil terapi pasien. Seorang apoteker harus dapat memastikan bahwa pasien

mendapat terapi obat yang tepat, efektif, dan aman. Mahasiswa diberikan

kesempatan pada saat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir

Cilandak, untuk melakukan identifikasi Drug Related Problems (DRPs) pada

pengobatan seorang pasien Ny. NS melalui penelusuran rekam medis pada

tanggal 10 April 2014 – 14 April 2014.

Ny. NS dengan umur 59 tahun masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada

tanggal 10 April 2014 pukul 18.20. Keluhan utama pasien adalah mual, muntah,

lemas, dan pusing. Berdasarkan anamnesa yang dilakukan, 1 bulan yang lalu

pasien mual-mual dan sekarang kambuh lagi, sudah 15 hari sulit konsumsi nasi,

nafsu makan berkurang, setiap kali makan akan muntah dan merasa nyeri di

bagian epigastrium. Pasien mengatakan sudah mencret sebanyak 2 kali pada pagi

hari. Pasien memiliki riwayat hipertensi, alergi obat namun tidak diketahui obat

apa, memiliki riwayat pengapuran tulang di kaki dan sudah pernah diberi obat

yang diduga membuat pasien merasa mual. Pasien juga mengalami penurunan

berat badan.

Pemeriksaan tanda-tanda vital pasien menunjukkan tekanan darah yang

sedikit tinggi yaitu 120/ 80 mmHg, dengan denyut nadi sebanyak 62 kali/ menit.

Laju pernapasan pasien normal yaitu 20 kali/ menit dan suhu tubuh pasien juga

normal 36°C. Hasil pemeriksaan kesadaran pasien saat masuk, pasien dalam

19

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

20

Universitas Indonesia

keadaan kesadaran penuh dan memiliki rasa nyeri tekan postif pada bagian

abdomen dengan bunyi usus positif normal. Berdasarkan hasil anamnesa tersebut,

dokter mendiagnosa penyakit Ny. NS sebagai dyspepsia syndrome.

Ny. NS memiliki riwayat pengobatan rawat jalan pada tanggal 30 Maret

2014 dengan keluhan utama demam (4 hari), mual, muntah, nafsu makan

menurun, dan pusing. Riwayat pengobatan ini dapat dijadikan pegangan bahwa

pasien mengalami riwayat dyspepsia syndrome sebelumnya. Pada tanggal 7 April

2014, pasien kembali menjalani pemeriksaan rawat jalan dengan keluhan utama

nyeri pada kedua lutut dan didiagnosa sebagai Osteroarthritis knee dan diberi obat

meloxicam dan ranitidin.

Meloxicam merupakan obat analgesik golongan NSAID yang bekerja

dengan menghambat enzim COX-1 dan COX-2. Meloxicam memiliki efek

samping pada saluran pencernaan dapat meningkatkan resiko iritasi pada saluan

pencernaan, inflamasi, ulcerasi, pendarahan, dan dapat menyebabkan dyspepsia.

Obat ini biasanya diberikan bersamaan dengan obat yang dapat menjaga lambung

sehingga dapat meminimalkan resiko efek samping pada saluran pencernaan. Pada

kasus Ny. NS, pasien memiliki riwayat dyspepsia sehingga pemberian meloxicam

sebagai obat OA diberikan bersamaan dengan ranitidin. Berdasarkan anamnesa

pada pasien, setelah mengonsumsi obat tersebut, pasien merasa mual sehingga

menghentikan penggunaan obat tersebut dan masuk unit gawat darurat tiga hari

setelah melakukan rawat jalan terakhir. Mahasiswa menduga bahwa obat ini yang

memperparah kondisi lambung pasien.

Pada saat dirawat di Rumah Sakit Marnir Cilandak, pasien terus dipantau

kesehatannya terutama kondisi mual, rasa nyeri, dan tanda-tanda vital pasien

selalu diukur setiap hari. Perkembangan pasien selalu dicatat setiap hari untuk

mengetahui kemajuan kesehatan pasien selama dirawat di rumah sakit. Pada

catatan perkembangan pasien terdapat 4 kategori yang meliputi kolom Subjectif,

Objectif, Assesment, dan Planning yang disingkat menjadi SOAP. SOAP

merupakan catatan harian perkembangan pasien berdasarkan hasil pengamatan

yang dilakukan oleh dokter setiap harinya.

Pasien mendapat berbagai macam obat dengan multi regimen selama

perawatan. Pasien mendapatkan obat oral maupun injeksi sebanyak 4 jenis per

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

21

Universitas Indonesia

harinya. Banyaknya obat yang diberikan kepada pasien selama perawatan

memungkinkan terjadinya masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (Drug

Related Problems).

Analisis terhadap penggunaan obat oleh Ny. NS adalah indikasi yang tidak

memperoleh terapi, pemilihan obat yang tidak tepat, duplikasi obat, dosis terlalu

rendah dan pasien gagal mendapatkan obat.

a. Indikasi yang tidak memperoleh terapi (untreated indication)

Pada pemeriksaan rawat jalan terakhir sebelum pasien masuk ke unit

gawat darurat, pasien mengalami pengapuran pada kaki dan didiagnosis

sebagai OA lutut. Pasien diberikan obat untuk mengatasi OA lutut, namun

memperparah kondisi mual pasien sehingga pengobatan pasien dihentikan.

Selama pasien dirawat di rumah sakit, pengapuran pada kaki pasien belum

ditangani karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi kondisi mual pasien saat

itu. Oleh karena itu, pasien sebaiknya melakukan pemeriksaan kembali

terhadap kondisi pengapuran pada kakinya untuk mendapatkan

penatalaksanaan yang lebih efektif. Pasien dapat disarankan untuk diberi

NSAID golongan COX-2 (e.g Celecoxib) yang dapat mengatasi rasa nyeri pada

kasus OA tanpa memperparah kondisi dyspepsia pasien. Algoritma terapi

untuk osteoarthritis dapat dilihat pada Lampiran 1.

b. Pemilihan obat yang tidak tepat (improper drug selection)

Pasien didiagnosis mengalami dyspepsia syndrome dengan salah satu

keluhan utama pasien adalah mual. Rejimen terapi pertama kali yang diberikan

untuk mengatasi keadaan ini adalah injeksi ondancetron. Berdasarkan literatur,

ondancetron hanya digunakan untuk gejalan mual/ muntah pada

penatalaksanaan terapi kanker/ pasca operasi. Belum ada publikasi ilmiah

mengenai efficacy ondancetron untuk mual/ muntah pada kasus gangguan

gastrointestinal. Oleh karena itu, penggunaan ondancetron dapat diganti dengan

metoklopramid yang merupakan salah satu obat untuk mengatasi mual/ muntah

pada gangguan gastrointestinal. Pada pemberian pertama, pasien dapat diberi

metoklopramid injeksi dengan dosis 1 ampul/ 10 mg setiap 8 jam. Jika kondisi

mual pasien sudah mulai membaik, injeksi metoklopramid dapat diganti

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

22

Universitas Indonesia

menjadi tablet dengan dosis 10 mg setiap 8 jam diminum ½ jam sebelum

makan.

c. Duplikasi obat

Pada tanggal 14 April 2014, pasien telah diizinkan oleh dokter

penanggung jawabnya untuk meninggalkan rumah sakit. Pasien diresepkan

obat pulang untuk mempertahankan kondisi kesehatannya saat itu. Berdasarkan

skrinning resep secara farmakologi yang dilakukan terhadap resep pulang

pasien ditemukan adanya duplikasi obat. Duplikasi obat yang ditemukan adalah

antara ranitidin tablet dan omeprazol kapsul. Kedua obat tersebut walaupun

memiliki mekanisme kerja yang berbeda namun memiliki tujuan kerja yang

sama yaitu sebagai pensupresi asam lambung sehingga hal ini dapat dikatakan

sebagai pemborosan terapi. Oleh karena itu, disarankan untuk memberikan

salah satu obat saja dari kedua obat tersebut.

d. Dosis terlalu rendah (subtherapeutic dose)

Rejimen terapi yang diterima pasien salah satunya adalah Inpepsa syrup

dengan dosis 3 kali 1 sendok makan (15 mL). Inpepsa syrup menganduk

sukralfat sebanyak 500 mg/5 mL sehingga sekali minum pasien menerima

1500 mg sukralfat. Dosis dewasa yang dianjurkan adalah 1 g 4 kali/ hari (setiap

6 jam). Pasien merupakan pasien BPJS sehingga hanya akan mendapatkan

obat-obat sesuai dengan daftar obat dan peraturan yang dibuat oleh BPJS. Pada

saat perawatan, Inpepsa syrup diganti menjadi Ulsidex tablet yang memiliki zat

aktif yang sama yaitu sukralfat. Ulsidex tablet diberikan dengan dosis 500 mg

3 kali sehari sehingga pasien hanya mendapatkan 500 mg sukralfat. Jika

dibandingkan dengan literatur yang digunakan, dosis ulsidex tablet yang

diberikan terlalu rendah. Oleh karena itu, dosis ulsidex tablet sebaiknya

ditingkatkan menjadi 2 tablet (1 g) 4 kali/ hari (setiap 6 jam) diminum sebelum

makan.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

23

Universitas Indonesia

e. Pasien gagal mendapatkan obat

Masalah yang berkaitan dengan obat (drug related problems) berupa

pasien gagal mendapatkan obat dapat terjadi karena pasien dan/ atau tenaga

kesehatan yang berwenang. Selama menjalani rawat inap di rumah sakit, setiap

perkembangan dan pengobatan pasien selalui dicatat/ didokumentasikan

termasuk waktu dan dosis obat yang diberikan pada pasien setiap hari.

Berdasarkan catatan tersebut, terlihat ada pemberian obat yang tidak sesuai

dengan yang seharusnya. Contohnya, pada pemberian ulsidex tablet seharusnya

diberikan sebanyak 3 kali sehari, namun pada catatan rekam medis hanya

terlihat diberikan sebanyak 2 kali. Hal ini dapat terjadi karena pasien takut

meminum obat yang diberikan sehingga perlu diberikan edukasi pada pasien

agar pasien mendapat hasil terapi yang maksimal. Kealpaan perawat untuk

men-check list lembar regimen juga merupakan salah satu penyebab adanya

hipotesis bahwa pasien gagal mendapatkan obat. Oleh karena itu, sebaiknya

perawat langsung mengisi lembar regimen pemberian obat setelah memerikan

obat kepada pasien.

Pasien juga menjalani pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

penunjang berupa USG abdomen selama rawat inap. Hasil laboratorium berupa

pemeriksaan darah lengkap memberikan hasil normal. Hasil pemeriksaan

penunjang yang dilakukan menunjukkan pasien dicurigai menderita gastritis. Oleh

karena itu, pada saat pulang pasien diberikan resep pulang untuk mengatasi

kondisi pasien yang dicurigai gastritis.

Penegakan diagnosa gastritis pada pasien Ny. NS ini dilakukan

berdasarkan pemeriksaan USG. Penegakan diagnosa gastritis tidak hanya

dilakukan dengan menggunakan USG yang termasuk ke dalam tes radiologi tetapi

juga dengan melakukan tes untuk mendeteksi pendarahan dengan menilai

hematokrit, hemoglobin, dan hemoccult test yang berguna untuk mendeteksi

adanya darah dalam feses. Tes lain yang juga dapat dilakukan adalah tes untuk

deteksi Helicobacter pylori. Tes ini perlu dilakukan untuk mengetahui rejimen

terapi yang tepat untuk diberikan. Jika bakteri ini ditemukan, maka dalam rejimen

terapinya diperlukan antibiotik agar pengobatan pasien dapat maksimal.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

24

Universitas Indonesia

Helicobacter pylori adalah sejenis bakteri yang hidup dalam saluran

pencernaan. Bakteri ini menyebabkan ulkus pada lambung dengan merusak

lapisan mukosa yang melindungi lambung dan duodenum. Kerusakan lapisan

mukosa lambung memungkinkan asam lambung bisa masuk ke lapisan yang lebih

sensitive di bawahnya. Secara bersamaan, asam lambung dan Helicobacter pylori

mengiritasi lapisan lambung atau duodenum dan menyebabkan nyeri.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

25 Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Hasil identifikasi DRPs (Drug Related Problems) yang dilakukan melalui

penelusuran rekam medis terhadap pasien Ny. NS di ruang Flamboyan bawah

Rumah Sakit Marinir Cilandak didapatkan bahwa permasalahan terkait obat

terhadap pasien tersebut, diantaranya yaitu Ada indikasi yang tidak tertangani

dimana pasien mengalami pengapuran pada kaki tetapi pasien tidak

mendapatkan terapi. Pemilihan obat yang tidak tepat, pasien menerima terapi

ondacetron untuk mual/muntah sedangkan ondacetron hanya digunakan pada

penatalaksanaan terapi kanker/pasca operasi. Adanyan duplikasi obat dimana

diberikan ranitidin dan omeprazol untuk mengatasi asam lambung dan dosis

yang terlalu rendah pada penggunaan ulsidex tablet 3 kali sehari 1 tablet yang

seharusnya menjadi 2 tablet tiap 6 jam.

b. Rekomendasi terhadap regimen pengobatan yang diterima pasien Ny. NS

terhadap kondisi pengapuran pada kaki dapat diberikan terapi NSAID

golongan COX-2 dan untuk mengatasi mual/muntah pada gangguan

gastrointestinal dapat diberi metoklopramid. Untuk duplikasi obat yang

diterima pasien, sebaiknya pilih salah satu obat saja, misalnya ranitidin tablet

serta menaikkan dosis dari ulsidex tablet menjadi 2 tablet ( 1 g) 4 kali/hari

(setiap 6 jam).

5.2 Saran

a. Perlu adanya pembenahan dalam hal dokumentasi riwayat pasien (penyakit

pasien dan keluarga, pengobatan, alergi obat, dan lain-lain). Data tersebut dapat

dijadikan dasar, baik untuk dokter dalam menentukan penatalaksanaan yang

tepat, maupun bagi apoteker untuk mengevaluasi serta memberikan

rekomendasi yang tepat dalam pengobatan pasien.

b. Adanya pemeriksaan kembali terkait kondisi pengapuran pada kaki pasien dan

terkait obat yang pernah digunakan pasien.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

26

Universitas Indonesia

c. Perlu adanya pemeriksaan lebih lanjut lagi terkait gejala mual/ muntah dan

gangguan gastrointestinal yang diderita Ny. NS untuk mendeteksi apakah

terdapat Helicobacter pylori sehingga dapat diberikan terapi yang lebih tepat.

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

27 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Aslam Mohammed, Tan Chik Kaw, Prayitno Adji. (2003). Farmasi Klinis.

Jakarta: PT. Elex media Computindo

Duvnjak, M., ed. (2011). Dyspepsia in Clinial Practice. London: Springer

Science+Business Media

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta. Depkes RI

Dipiro, J.T., et all. (2008). Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach

Seventh Edition. United States : The McGraw Hill Companies.

Grainger, R. J., and Cicuttini, F.M., (2004). Medical Management of Osteoarhritis

of The Knee and Hip Joints. MJA (180). 232-236.

Greene, R. J., & Harris, N. D. (2008). Pathology and Therapeutics for

Pharmacists (3rd

ed.). United States : Pharmaceutical Press.

Hepler, C.D. & Strand, L.M. (1990). Opportunities and Responsibilities

inPharmaceutical Care. Am J Hosp Pharm; 47:533-43

Ingle, M. and Abraham, P. (2012). Management of Functional Dyspepsia.

Supplement To Japi, Vol. 60.

Talley, N. J., et al. (2005). Guidelines for the Management of Dyspepsia.

American Journal of Gastroenterology (100), 2324 – 2337. doi:

10.1111/j.1572-0241.2005.00225.x.

Papadakis, M. A., Mc. Phee, S. J., & Rabow., M. W. (2013). Current Medical

Diagnosis & Treatment Fifty-Second Edition. United States : The McGraw Hill

Companies.

Winslade NE, et al,. (1996). Pharmacist Management of Drug Related Problems,

Tool for Teaching and Providing Pharmaceuical Care. Pharmacotherapy,

16(5).

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

LAMPIRAN

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-10/20390703-PR-Dekvita Ara.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi

29

Lampiran 1. Algoritma terapi untuk osteoarthritis

Laporan praktek…, Dekvita Ara, FFar UI, 2014