Upload
tranduong
View
247
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO PERIODE 02 SEPTEMBER – 28 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
JAKA JUMAWAN, S.Farm. 1206329745
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO PERIODE 02 SEPTEMBER – 28 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
JAKA JUMAWAN, S.Farm 1206329745
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh :
NamaNPMProgram StudiJudul Laporan
Ditetapkan di
Tanggal
Depok
//- /- eo//
: Jaka Jumawan, S.Farm.:12O6329745:Apoteker: Laporan Prakrek Kerja Profesi Apoteker di Rumah SakitUmum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. CiptoMangunkusumo Periode 02 September - 28 Oktober2A13
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelarApoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi, universitas
t -
tttlt'
DEWAI{ PENGUJI
Pembimbing I : Dewi Febrianti, S.Si., MARS.,
Pembimbins II Santi Purna Sari, M.Si., Apt
4lrzrrtfu,
Penguji II h./:t,/p , ilfirk
Penguji III ?T Aro lluftoru,.I0 tgrn,fpt.
lll
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumbcr baik yang dikutip rmupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
NPM
Tanda Tangan
Tanggal
: JakaJumawan, S. Farm.
z 12M329745n,lU
"/TIMI
: 11 Januari 2014
1V
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
(RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah dilaksanakan pada tanggal 02
September – 28 Oktober 2013, serta dapat menyelesaikan laporan tugas umum ini
dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
(1) Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia;
(2) Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. selaku Pejabat sementara Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013;
(3) Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia, pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi
Universitas Indonesia dan selama melaksanakan PKPA;
(4) Ibu Dewi Febrianti, S.Si., Apt, MARS dan Ibu Meritha Sofia, S.Si., Apt.
selaku pembimbing luar yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis serta
membimbing penulis selama pelaksanaan PKPA di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo dan selama penyusunan laporan ini;
(5) Ibu Santi Purnasari, M.Si., Apt. selaku pembimbing dalam yang telah
bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis selama penyusunan
laporan ini;
(6) Ibu Dra. Yulia Trisna, M.Pharm., Apt. selaku kepala Instalasi Farmasi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk dapat menggali ilmu sebanyak-banyaknya selama PKPA;
(7) Seluruh apoteker dan staf di Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo atas waktu, pengarahan, dan bimbingannya selama penulis
menjalani PKPA di sana;
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
vi
(8) Seluruh staf pengajar dan bagian Tata Usaha program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, atas ilmu, dukungan, dan bantuan
yang telah diberikan kepada penulis selama ini;
(9) Keluarga dan orang-orang terdekat penulis yang selama ini tidak pernah
berhenti memberikan dukungan dan doa;
(10) Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 77 Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia, atas kerja sama, dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah
terjalin selama menempuh pendidikan di program profesi apoteker; dan
(11) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan
dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan di dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk
menerima saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki penulisan
laporan penulis ke depannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat, baik bagi diri
penulis maupun pihak lain yang terlibat dan membaca laporan ini.
Penulis
2014
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
HALAMAh{ PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTIJK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesi4 saya yang bertandatangan di
bawah ini:
Nama : Jaka Jumawan, S. Farm
NPM :1206329745
Program Studi : Profesi Apoteker
Fakultas :Farmasi
Jenis karya : Laporan Praktek Kerja
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RT'MAH
sAKrT UMUM PUSAT NASTONAL (RSUPN) DR. CIPTO
MANGT]NKUSUMO PERIOI}E 02 SEPTEMBER - 28 OKTOBER 2013
beserta perangkat yang ada (ika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimparq mengalihmedia /
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (darabase), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan narur saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Padatanggal : 11 Januari 2014
Yang menyatakan
tl//w,,4lN)"
(JakaJumawan, S. Farm)
vii
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
viii
ABSTRAK Nama : Jaka Jumawan, S. Farm. NPM : 1206329745 Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum
Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Periode 02 September - 28 Oktober 2013
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo bertujuan untuk memahami tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit, yaitu peran manajerial dan pelayanan farmasi klinis di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo. Tugas khusus yang diberikan yaitu estimasi kebutuhan obat sitostatika pada pasien yang menjalani kemoterapi di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo bulan oktober 2013. Tugas khusus ini bertujuan untuk memperkirakan kebutuhan obat sitostatika pada pasien yang menjalani kemoterapi di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo bulan Oktober 2013 agar proses kemoterapi tidak terhambat. Kata kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker, Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo, apoteker, sitostatika, kemoterapi
Tugas umum : xiii + 100 lembar; 13 lampiran Tugas khusus : iv + 36 lembar; 23 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 6 (2004-2009) Daftar Acuan Tugas Khusus : 7 (2005-2011)
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
ix
ABSTRACT Name : Jaka Jumawan, S. Farm. NPM : 1206329745 Program Study : Apothecary profession Title : Report of Pharmacist Internship Program at Dr. Cipto
Mangunkusumo National Center General Hospital Period September 2nd - October 28th 2013
Pharmacist Internship Program at Dr. Cipto Mangunkusumo National Center General Hospital aims to understand the basic tasks of a pharmacist at the hospital, the managerial role and service of clinical pharmacy at Dr. Cipto Mangunkusumo National Center General Hospital. special assignment given that the estimate the needs drug sitostatica in patients undergoing chemotherapy in surgery clinic Dr. Cipto Mangunkusumo National Center General Hospital October 2013. The aim of special assignment to estimate the needs drug sitostatica sitostatica in patients undergoing chemotherapy in surgery clinic Dr. Cipto Mangunkusumo National Center General Hospital October 2013 in order the process of chemotherapy was not inhibited. Keywords : Pharmacist Internship Program, Dr. Cipto Mangunkusumo
National Center General Hospital, pharmacist, sitostatica, chemotherapy
General Assignment : xiii + 100 lembar; 13 lampiran Specific Assignment : iv + 36 lembar; 23 lampiran Bibliography of General Assigment : 6 (2004-2009) Bibliography of Specific Assigment : 7 (2005-2011)
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................... iv KATA PENGANTAR ......................................................................................... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................. vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................ ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
2 TINJAUAN UMUM ....................................................................................... 3
2.1 Rumah Sakit ........................................................................................... 3 2.2 Tenaga Kesehatan .................................................................................. 6 2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit................................................................ 7 2.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) ........................................................... 9 2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.................................... 12 2.6 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit .................................... 20
3 TINJAUAN KHUSUS .................................................................................... 25
3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ............................................... 25 3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .................... 26 3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit ........................... 29 3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .................. 33
4 PEMBAHASAN ............................................................................................. 38 4.1 Sub Instalasi Produksi ............................................................................. 38 4.2 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) ........................................ 43 4.3 Satelit Farmasi Pusat .............................................................................. 53 4.4 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) ................................................. 57 4.5 Satelit Intensive Care Unit (ICU) ............................................................ 68 4.6 Satelit Kirana .......................................................................................... 72 4.7 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat .......................................................... 77
5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 83
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 83 5.2 Saran ...................................................................................................... 83
DAFTAR ACUAN ............................................................................................. 87
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Alur Defekta Satelit Farmasi IGD ............................................... 45 Gambar 4.2 Alur Pelayanan Resep Individual ................................................ 48
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di Kedua Depo ..... 44 Tabel 4.2 Aturan Pengiriman Obat di IGD ..................................................... 50 Tabel 4.3 Jadwal Pengambilan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Pusat .. 55 Tabel 4.4 Pembagian Ruang Rawat Gedung A ............................................... 58
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Timeline Kegiatan PKPA ........................................................... 88 Lampiran 2. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .............. 89 Lampiran 3. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi .......................................... 90 Lampiran 4. Struktur Organisasi Koordinator Administrasi dan Keuangan ..... 91 Lampiran 5. Struktur Organisasi Koordinator Produksi dan Diklitbang .......... 92 Lampiran 6. Struktur Organisasi Koordinator Pelayanan Farmasi ................... 93 Lampiran 7. Contoh Etiket ............................................................................. 94 Lampiran 8. Contoh Klip Plastik Obat Unit Dose ........................................... 95 Lampiran 9. Contoh Stiker Obat ..................................................................... 96 Lampiran 10.Contoh Blanko Kartu Stok ......................................................... 97 Lampiran 11.Formulir Konseling Obat Pasien Pulang ..................................... 98 Lampiran 12.Lembar Monitoring Pengobatan Pasien Rawat Inap .................... 99 Lampiran 13.Formulir Medication History Taking Pasien ............................... 100
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi (Republik Indonesia, 2009a). Untuk mewujudkan keadaan tersebut,
manusia dapat melakukan berbagai upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Untuk
melaksanakan upaya kesehatan tersebut diperlukan fasilitas kesehatan yang
memadai sehingga dapat dilaksanakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif
(penyembuhan penyakit), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Rumah sakit
yang merupakan salah satu dari fasilitas pelayanan kesehatan, merupakan rujukan
pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan
yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2004).
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah
Sakit yang menunjang upaya pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal ini
dikarenakan pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinis yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2004).
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan bagian yang berwenang
untuk menyelenggarakan pelayanan obat di Rumah Sakit yang dipimpin oleh
seorang apoteker. Kegiatan yang dilakukan oleh IFRS meliputi pengelolaan
perbekalan farmasi seperti produksi, pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian serta pelayanan kefarmasian terkait
penggunaan obat dan alat kesehatan yang habis pakai. Untuk memaksimalkan
pelayanan obat di Rumah Sakit, sangat diperlukan profesionalisme apoteker.
Apoteker bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat yang rasional,
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
2
Universitas Indonesia
efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien dengan menerapkan pengetahuan,
keterampilan, dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya (Siregar, 2004).
Seiring perkembangan zaman, profesionalisme apoteker semakin
diperlukan, karena pekerjaan kefarmasian tidak lagi berorientasi pada produk
semata (product oriented), tetapi cenderung berorientasi pada pasien (patient
oriented). Perubahan orientasi pekerjaan tersebut menuntut apoteker untuk
memiliki pengetahuan yang luas dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian,
baik dalam pengelolaan perbekalan farmasi maupun pelayanan farmasi klinis.
Salah satu upaya untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya,
maka Fakultas Farmasi Universitas Indonesia menyelenggarakan program Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi mahasiswa Program Pendidikan Apoteker
yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta yang berlangsung selama dua bulan.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah
untuk memahami tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit, yaitu peran
manajerial dan pelayanan farmasi klinis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga dapat didefinisikan
sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap
mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah Sakit
diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,
etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial
(Republik Indonesia, 2009a).
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit
mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna,
untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit mempunyai
fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit,
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis,
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
4
Universitas Indonesia
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit
Suatu sistem klasifikasi rumah sakit diperlukan untuk memberi
kemudahan mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan
pemilik serta evaluasi golongan rumah sakit. Rumah sakit dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan rumah
sakit pendidikan.
2.1.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dapat digolongkan menjadi:
a. Rumah sakit umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan, rumah sakit umum digolongkan menjadi:
1) Rumah sakit umum kelas A
Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, lima
pelayanan spesialis penunjang medik, duabelas pelayanan medik spesialis lain,
dan tiga belas pelayanan medik subspesialis.
2) Rumah sakit umum kelas B
Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, empat
pelayanan spesialis penunjang medik, delapan pelayanan medik spesialis lainnya,
dan dua pelayanan medik subspesialis dasar.
3) Rumah sakit umum kelas C
Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar dan empat
pelayanan spesialis penunjang medik.
4) Rumah sakit umum kelas D
Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit dua pelayanan medik spesialis dasar.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
5
Universitas Indonesia
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit khusus digolongkan menjadi:
1) Rumah Sakit khusus kelas A
2) Rumah Sakit khusus kelas B
3) Rumah Sakit khusus kelas C
2.1.3.2 Berdasarkan Pengelola
Berdasarkan pengelolanya, rumah sakit dapat digolongkan menjadi :
a. Rumah sakit publik
Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah
sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Rumah sakit privat
Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk Persero Terbatas atau Persero.
2.1.3.3 Rumah Sakit Pendidikan
Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi
kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga
kesehatan lainnya.
2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit
Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Menurut UU No.44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit, organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas
kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
6
Universitas Indonesia
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga
medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit.
2.1.5 Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Indikator berguna untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mutu dan
efisiensi pelayanan rumah sakit, antara lain :
a. Bed Occupancy Ratio (BOR): persentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu.
b. Length of Stay (LOS): rata-rata lama rawat pasien.
c. Bed Turn Over (BTO): frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
d. Turn Over Interval (TOI): rata-rata hari di mana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
2.2 Tenaga Kesehatan
Menurut UU No.36 tahun 2009, tenaga kesehatan merupakan setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga
kesehatan juga harus memiliki kualifikasi minimum, memenuhi ketentuan kode
etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi
profesi masing-masing.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No.32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi;
b. Tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan;
c. Tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten
apoteker;
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
7
Universitas Indonesia
d. Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan,
entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan,
administrator kesehatan, dan sanitarian;
e. Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisian;
f. Tenaga keterapian medik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan
terapi wicara; dan
g. Tenaga keteknisian teknis yang meliputi radiographer, radioterapis, teknisi
gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis, optisien, ototik
prostetik, teknisi transfusi darah, dan perekam medis.
2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.3.1 Definisi IFRS
Instalasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan, dan
pemeliharaan sarana rumah sakit. Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek
kefarmasian yang dilakukan rumah sakit. Jadi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS) adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat
penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk
keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar, 2004).
2.3.2 Tujuan IFRS
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004,
tujuan pelayanan farmasi ialah:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia;
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi;
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai obat;
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan
evaluasi pelayanan;
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
8
Universitas Indonesia
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan
evaluasi pelayanan; serta
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
2.3.3 Tugas dan Tanggung Jawab IFRS
Tugas utama IFRS adalah pengelolaan yang dimulai dari perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada
penderita hingga pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan
digunakan oleh pasien rawat inap, rawat jalan, maupun semua unit di rumah sakit.
Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, IFRS harus menyediakan terapi obat yang
optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan bermutu tinggi dengan
biaya minimal. IFRS juga bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan
farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi
kebutuhan berbagai bagian/unit diagnosa dan terapi, unit pelayanan keperawatan,
staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasien
yang lebih baik (Siregar, 2004).
2.3.4 Ruang Lingkup Fungsi IFRS
IFRS mempunyai berbagai fungsi yang dapat digolongkan menjadi fungsi
klinik dan non-klinik. Fungsi non-klinik meliputi perencanaan, penetapan
spesifikasi produk dan pemasok, pengadaan, pengendalian, produksi,
penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi, dan pengendalian
semua perbekalan kesehatan yang beredar (Siregar, 2004).
Ruang lingkup farmasi klinis mencakup fungsi farmasi yang dilakukan
dalam program rumah sakit yaitu pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi
penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitotoksik, pelayanan di unit
perawatan kritis, penelitian, pengendalian infeksi rumah sakit, sentra informasi
obat, pemantauan reaksi obat merugikan (ROM), sistem pemantauan kesalahan
obat, buletin terapi obat, program edukasi ‘in-service’ bagi Apoteker, dokter, dan
perawat, serta investigasi obat, konseling, pemantauan kadar obat dalam darah,
ronde/visite pasien, pengkajian resep, dan penggunaan obat (Siregar, 2004).
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
9
Universitas Indonesia
2.3.5 Struktur Organisasi IFRS
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1197/Menkes/SK/X/2004, pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi,
tujuan, dan bagan organisasi yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan
filosofi pelayanan kefarmasian. Bagan organisasi adalah bagan yang
menggambarkan pembagian tugas, koordinasi, dan kewenangan serta fungsi.
Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan
perbekalan, pelayanan farmasi klinis dan manajemen mutu, serta harus selalu
dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai
harapan pelanggan.
Struktur organisasi dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat puncak,
tingkat menengah, dan garis depan. Manajer tingkat puncak bertanggung jawab
untuk perencanaan, penerapan, dan peningkatan efektifitas fungsi dari sistem
mutu secara menyeluruh. Manajer tingkat menengah sebagian besar merupakan
kepala bagian/unit fungsional yang bertanggung jawab untuk mendesain dan
menerapkan berbagai kegiatan pelayanan yang diinginkan. Manajer garis depan
terdiri atas personil pengawas yang secara langsung memantau dan
mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu pelayanan. Setiap personil
IFRS harus mengetahui lingkup, tanggung jawab, kewenangan fungsi mereka,
dampaknya pada pelayanan, dan bertanggung jawab untuk mencapai mutu produk
dan pelayanan (Siregar, 2004).
2.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2004).
2.4.1 Definisi PFT
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili
hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi sehingga
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di
rumah sakit dan Apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan
lainnya.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
2.4.2 Fungsi dan Ruang Lingkup PFT
Berikut adalah beberapa fungsi PFT, yaitu:
a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok, dan produk obat
yang sama;
b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf
medis;
c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang
termasuk dalam kategori khusus;
d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di
rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional;
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan obat secara rasional;
f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat; dan
g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis
dan perawat.
2.4.3 Struktur Organisasi PFT
Susunan organisasi PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah
sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat.
a. PFT harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) dokter, Apoteker, dan
perawat. Untuk rumah sakit yang besar, tenaga dokter bisa lebih dari 3 (tiga)
orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada;
b. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah
sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua berasal
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
11
Universitas Indonesia
dari bidang Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi farmasi
atau Apoteker yang ditunjuk;
c. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali
dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat PFT
dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit
yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT;
d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,
termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat; dan
e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
2.4.4 Tugas Apoteker Dalam Panitia Farmasi dan Terapi
Apoteker dalam panitia farmasi dan terapi memili tugas antara lain:
a. Menjadi salah seorang anggota panitia (wakil ketua/sekretaris);
b. Menetapkan jadwal pertemuan;
c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan;
d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan;
e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada
pimpinan rumah sakit;
f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak yang terkait;
g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan.
h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan
antibiotika, dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain;
i. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT;
j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan;
k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat; dan
l. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan
obat pada pihak terkait.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
12
Universitas Indonesia
2.4.5 Formularium Rumah Sakit
Formularium adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui oleh
Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi
pada setiap batas waktu yang ditentukan. Komposisi formularium terdiri dari
halaman judul, daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), daftar isi,
informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat, produk obat yang
diterima untuk digunakan, dan lampiran. Sistem yang dipakai adalah suatu sistem
dimana prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara
formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak Panitia Farmasi dan
Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang
ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien.
2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008 dan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2004)
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan
farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari perencanaan sampai
evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi.
2.5.1 Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan
dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan perencanaan
perbekalan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tahapan
perencanaan kebutuhan farmasi meliputi:
a. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola
penyakit di rumah sakit. Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada
Formularium RS, Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai kelas rumah sakit
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
13
Universitas Indonesia
masing-masing, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar
Plafon Harga Obat (DPHO) Askes, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
b. Kompilasi Penggunaan
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui
penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan
selama setahun dan sebagai pembanding bagi stok optimum.
c. Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan kebutuhan obat dilakukan untuk menghindari masalah
kekosongan obat atau kelebihan obat. Metode yang biasa digunakan dalam
perhitungan kebutuhan obat, antara lain :
1) Metode Konsumsi
Secara umum, metode konsumsi menggunakan data konsumsi obat
individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan data
konsumsi tahun sebelumnya. Dasarnya adalah data riil konsumsi obat per periode
yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
2) Metode Morbiditas
Metode morbiditas menggunakan data jumlah pasien pengguna fasilitas
kesehatan yang ada dan tingkat morbiditas (frekuensi masalah kesehatan yang
umum) untuk membuat rencana kesehatan obat yang dibutuhkan. Dasarnya adalah
jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan. Metode morbiditas
membutuhkan sebuah daftar tentang masalah kesehatan umum, sebuah daftar
obat-obatan yang penting mencakup terapi untuk masalah-masalah tersebut dan
satu set pengobatan standar untuk tujuan perhitungan (berdasarkan pada Praktek
rata-rata atau pedoman pengobatan).
3) Metode Kombinasi
Pada kasus tertentu digunakan metode morbiditas atau epidemiologi,
selain itu dihitung dengan menggunakan metode konsumsi. Misalnya metode
morbiditas digunakan untuk meghitung obat-obat yang digunakan untuk kasus
demam berdarah berdasarkan angka prevalensinya, sisanya dihitung dengan
menggunakan metode konsumsi.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
14
Universitas Indonesia
d. Evaluasi Perencanaan
Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun
yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan dan idealnya diikuti
dengan evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara atau teknik seperti analisa
nilai ABC untuk evaluasi aspek ekonomi, kriteria VEN untuk evaluasi aspek
medik atau terapi, kombinasi ABC dan VEN, dan revisi daftar perbekalan farmasi.
2.5.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi atau pembuatan
sediaan farmasi dan sumbangan/droping/hibah. Tujuan pengadaan adalah untuk
mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga layak, mutu yang baik, serta
pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar, dan tidak
memerlukan tenaga dan waktu berlebihan.
a. Pembelian
Pembelian adalah rangakaian proses pengadaan untuk mendapatkan
perbekalan farmasi. Terdapat empat metode pada proses pembelian, yaitu :
1) Pelelangan (tender) Terbuka
Berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan. Pada penentuan harga metode ini lebih menguntungkan.
Pelaksanaannya memerlukan staf yang kuat, waktu lama, dan perhatian penuh.
2) Tender Terbatas
Tender terbatas sering disebut juga sebagai lelang tertutup. Hanya
dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang
baik. Harga masih dapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih ringan bila
dibandingkan dengan lelang terbuka.
3) Pembelian dengan Tawar-menawar
Metode dilakukan bila item tidak penting, tidak banyak dan biasanya
dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
15
Universitas Indonesia
4) Pembelian Langsung
Pembelian dilakukan dalam jumlah kecil untuk item yang perlu segera
tersedia. Harga untuk item tertentu relatif lebih mahal dibanding pada pembelian
dengan metode lain.
b. Produksi
Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan mengemas
kembali sediaan farmasi steril atau non-steril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah :
1) Sediaan Farmasi dengan Formula Khusus;
2) Sediaan Farmasi dengan Harga Murah;
3) Sediaan Farmasi dengan Kemasan yang Lebih Kecil;
4) Sediaan Farmasi yang Tidak Tersedia di Pasaran;
5) Sediaan Farmasi untuk Penelitian;
6) Sediaan Nutrisi Parenteral;
7) Rekonstruksi Sediaan Obat Kanker; dan
8) Sediaan Farmasi yang Harus Dibuat Baru.
Jenis sediaan farmasi yang diproduksi :
1) Produksi Steril
Persyaratan teknis untuk produksi steril, antara lain :
a) Ruangan aseptis;
b) Peralatan, contohnya laminar air flow (horizontal dan vertikal), autoclave,
oven, cytoguard, dan alat pelindung diri; serta
c) Sumber daya manusia merupakan petugas yang terlatih.
Kegiatan produksi steril meliputi :
a) Nutrisi (TPN)
TPN adalah nutrisi dasar untuk pemberian secara intravena yang
diperlukan bagi penderita yang kebutuhan nutrisinya tidak dapat terpenuhi secara
enteral. Contoh TPN adalah campuran sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin,
dan mineral untuk kebutuhan individual dan dikemas ke dalam kantong khusus
untuk nutrisi.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
16
Universitas Indonesia
b) Pencampuran Obat Suntik / Sediaan Intravena (IV admixture)
IV admixture adalah pencampuran sediaan steril ke dalam larutan
intravena secara aseptis untuk menghasilkan suatu sediaan steril. Contoh kegiatan
IV admixture adalah mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus dan
melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai.
c) Pengemasan kembali (re-packing)
d) Rekonstitusi sediaan sitostatika
2) Produksi Non-Steril
Kegiatan produksi non-steril meliputi :
a) Pembuatan sirup
Contoh sirup yang umum dibuat di rumah sakit adalah OBH (Obat Batuk
Hitam).
b) Pembuatan salep
Contoh : salep AAV.
c) Pembuatan puyer
Contoh : obat racikan
d) Pengemasan kembali (re-packing)
Contoh : Alkohol, Povidon Iodine
e) Pengenceran
Contoh : H2O2 3%.
Sediaan farmasi yang diproduksi oleh IFRS harus akurat dalam identitas,
kekuatan, kemurnian, dan mutu. Oleh karena itu, harus ada pengendalian proses
dan produk untuk semua sediaan yang diproduksi atau pembuatan sediaan ruah
dan pengemasan yang memenuhi syarat. Formula induk dan batch harus
terdokumentasi dengan baik (termasuk hasil pengujian produk).
c. Sumbangan/droping/hibah
Pada prinsipnya pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/sumbangan
mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi reguler. Perbekalan
farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk menunjang pelayanan kesehatan di saat
situasi normal.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
17
Universitas Indonesia
2.5.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian. Staf farmasi merupakan bagian
dari tim penerimaan perbekalan farmasi. Pedoman dalam penerimaan perbekalan
farmasi :
a. Setiap produk jadi yang telah di produksi oleh pabrik harus mempunyai
certificate of analysis (CA);
b. Barang harus bersumber dari distributor utama;
c. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk kategori bahan-
bahan berbahaya;
d. Khusus untuk alat kesehatan atau kedokteran harus mempunyai certificate of
origin (CO); dan
e. Waktu kadaluarsa minimal 2 tahun.
2.5.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan
penyimpanan, antara lain:
a. Memelihara mutu sediaan farmasi;
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab;
c. Menjaga ketersediaan; dan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FIFO dan FEFO, dan
disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak
gudang dengan pemakai agar efisien.
2.5.5 Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
18
Universitas Indonesia
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan distribusi adalah
tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, tepat
jenis, dan jumlah. Distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit dapat dilakukan
dengan berbagai sistem distribusi yang dirancang atas dasar kemudahan
dijangkau pasien dengan mempertimbangkan :
a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada;
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi; dan
c. Sistem total floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.
Beberapa kategori sistem pendistribusian perbekalan farmasi, antara lain :
a. Sistem Persediaan Lengkap Di Ruangan (Total Floor Stock)
Pada sistem total floor stock, sejumlah perbekalan farmasi disimpan dalam
ruang rawat untuk memenuhi kebutuhan di ruang tersebut. Pendistribusian
perbekalan farmasi menjadi tanggung jawab perawat ruangan. Perbekalan yang
disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh
petugas farmasi . Sistem distribusi ini hanya digunakan untuk kebutuhan gawat
darurat dan bahan dasar habis pakai.
Beberapa keuntungan dari sistem total floor stock adalah :
1) Obat yang dibutuhkan cepat tersedia;
2) Meniadakan retur obat;
3) Pasien tidak harus membayar obat berlebih; dan
4) Mengurangi jumlah personil farmasi.
Beberapa kelemahan dari sistem total floor stock adalah :
1) Kesalahan obat tinggi (salah order dari dokter, salah peracikan oleh perawat,
atau salah etiket obat);
2) Persediaan obat di ruangan menjadi banyak;
3) Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar; dan
4) Menambah beban kerja bagi perawat.
b. Sistem Resep Perorangan (Resep Individual)
Pada distribusi dengan sistem resep individual, perbekalan farmasi
disiapkan dan didistribusikan kepada pasien sesuai dengan yang tertulis di resep.
Pendistribusian perbekalan farmasi dengan sistem resep individual dilakukan
melalui instalasi farmasi. Beberapa keuntungan dari sistem ini adalah :
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
19
Universitas Indonesia
1) Resep dapat dikaji terlebih dahulu oleh apoteker;
2) Ada interaksi antara apoteker, dokter, dan perawat; dan
3) Ada pengendalian persediaan.
Kelemahan dari sistem ini adalah :
1) Bila obat berlebih, pasien tetap harus membayar;
2) Obat dapat terlambat sampai ke pasien;
3) Masih memerlukan tenaga perawat untuk menyiapkan obat sebelum diberikan
ke pasien; dan
4) Kehilangan dan kesalahan penggunaan obat masih cukup besar karena tidak
adanya proses pengawasan ganda.
c. Sistem Unit Dosis
Pada sistem unit dosis, pendistribusian obat dilakukan melalui resep
perorangan yang disiapkan, diberikan atau digunakan, dan dibayar dalam unit
untuk penggunaan satu kali dosis. Penyiapan dan pengendalian obat dilakukan
oleh instalasi farmasi untuk tiap waktu penggunaan dalam sehari. Selanjutnya,
obat diserahkan kepada perawat untuk diberikan ke pasien. Sistem unit dosis
hanya dapat dilakukan untuk pasien rawat inap, bukan untuk pasien rawat jalan.
Keuntungan dari sistem distribusi unit dosis, antara lain :
1) Pasien hanya membayar obat yang telah dipakainya;
2) Tidak ada kelebihan obat atau obat yang tidak terpakai di ruang perawatan;
3) Semua obat dipersiapkan oleh farmasi sehingga perawat mempunyai waktu
yang lebih untuk merawat pasien;
4) Menciptakan sistem pengawasan ganda yaitu oleh farmasi ketika membaca
resep dokter, sebelum dan sesudah menyiapkan obat serta oleh perawat ketika
membaca formulir instruksi obat sebelum memberikan obat kepada pasien.
Hal ini akan mengurangi kesalahan pengobatan (medication error);
5) Memperbesar kesempatan komunikasi antara farmasi, perawat, dan dokter
serta pasien;
6) Memungkinkan farmasi mempunyai profil farmasi penderita yang dibutuhkan
untuk drug use review (pengkajian penggunan obat); dan
7) Memudahkan pengendalian dan pemantauan penggunaan persediaan farmasi.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
20
Universitas Indonesia
Kelemahan dari sistem distribusi unit dosis adalah :
1) Membutuhkan banyak tenaga farmasi;
2) Harus segera siap sebelum jam makan pasien; dan
3) Menggunakan lebih banyak bungkus obat.
2.6 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Kementerian
Republik Indonesia, 2004)
2.6.1 Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari skrining resep
meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.
Persyaratan administrasi meliputi :
a. Nama, tanggal lahir, nomor rekam medis, jenis kelamin, dan berat badan
pasien;
b. Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter;
c. Tanggal resep; dan
d. Ruangan atau unit asal resep.
Kesesuaian farmasetik meliputi :
a. Bentuk dan kekuatan sediaan;
b. Dosis dan jumlah obat;
c. Stabilitas dan ketersediaan; dan
d. Aturan, cara, dan teknik penggunaan.
Pertimbangan klinis meliputi :
a. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat;
b. Duplikasi pengobatan;
c. Alergi, interaksi, dan efek samping obat;
d. Kontraindikasi; dan
e. Efek aditif.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
21
Universitas Indonesia
2.6.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada tenaga
kesehatan dan pasien. Tujuan PIO meliputi :
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
dilingkungan rumah sakit;
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi
(PFT);
c. Meningkatkan profesionalisme Apoteker; dan
d. Menunjang terapi obat yang rasional.
Kegiatan yang termasuk dalam PIO meliputi :
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan
pasif;
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat, atau tatap muka;
c. Membuat buletin, leaflet, dan label obat;
d. Menyediakan informasi bagi PFT sehubungan dengan penyusunan
formularium rumah sakit;
e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga
kesehatan lainnya; dan
f. Mengoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.
2.6.3 Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
Pemantauan dan pelaporan ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis,
dan terapi. Tujuan monitoring ESO yakni menemukan ESO sedini mungkin
(terutama yang berat, tidak dikenal, atau frekuensinya jarang), menentukan
frekuensi dan insiden ESO, dan mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan atau mempengaruhi timbulnya ESO. Kegiatan monitoring efek
samping obat meliputi :
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
22
Universitas Indonesia
a. Menganalisa laporan ESO;
b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami ESO;
c. Mengisi formulir ESO; dan
d. Melaporkan ke Panitia ESO Nasional.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring ESO yakni
kerjasama dengan PFT dan ruang rawat serta ketersediaan formulir monitoring
ESO. Apoteker yang ingin memulai atau menerapkan program tersebut, dapat
mengusulkan beberapa metode kepada PFT. Usulan ini mencakup pelaporan
sukarela oleh praktisi individu, mengaji kartu pengobatan pasien, surveilans obat
individu, dan surveilans unit pasien.
2.6.4 Pengkajian Penggunaan Obat (Drug Use Review)
Pengkajian penggunaan obat adalah alat untuk mengidentifikasi
permasalahan terkait penggunaan obat seperti dosis yang tidak benar, reaksi efek
samping yang bisa dihindari, pemilihan obat yang tidak tepat, dan kesalahan
dalam penyiapan dan pemberian obat. Pengkajian penggunaan obat merupakan
program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk
menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau
oleh pasien. Tujuan dari pengkajian penggunaan obat adalah:
a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada
pelayanan kesehatan/dokter tertentu;
b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter
satu dengan yang lain;
c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik; dan
d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Alat yang digunakan dalam pengkajian penggunaan obat adalah
a. Indikator peresepan, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
1) Rata-rata jumlah obat per pasien;
2) Persentase obat yang diresepkan menggunakan nama generik;
3) Persentase pasien yang diresepkan antibiotik;
4) Persentase pasien yang diresepkan injeksi; dan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
23
Universitas Indonesia
5) Persentase obat yang diresepkan dari daftar obat esensial.
b. Indikator pelayanan pasien, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
1) Rata-rata waktu konsultasi;
2) Rata-rata waktu dispensing;
3) Persentase obat aktual yang disiapkan;
4) Persentase pelabelan yang benar; dan
5) Persentase pasien yang memiliki pemahaman yang benar tentang obat.
c. Indikator fasilitas, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
1) Ketersediaan daftar obat-obat esensial
2) Ketersediaan obat-obat esensial.
2.6.5 Konseling
Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat pasien rawat jalan dan
rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat,
efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan interaksi
dengan penggunaan obat-obat lain. Konseling dapat dilakukan untuk pasien
dengan kriteria sebagai berikut :
a. Pasien rujukan dokter,
b. Pasien dengan penyakit kronis,
c. Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi,
d. Pasien geriatrik, dan
e. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
Konseling terdiri dari beberapa kegiatanm di antaranya :
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode open-ended question, mencakup :
1) Apa yang dikatakan dokter mengenai obat
2) Bagaimana cara pemakaiannya
3) Efek yang diharapkan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
24
Universitas Indonesia
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
d. Melakukan verifikasi akhir yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
2.6.6 Ronde/Visite Pasien
Ronde merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim
dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk :
a. Pemilihan obat,
b. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapeutik,
c. Menilai kemajuan pasien, dan
d. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan ronde adalah sebagai berikut :
a. Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan
tersebut kepada pasien;
b. Untuk pasien yang baru dirawat, apoteker harus menanyakan terapi obat
terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi;
c. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin
penggunaan obat yang benar; dan
d. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat, yang akan berguna untuk
pemberian obat.
Setelah kunjungan, apoteker membuat catatan mengenai permasalahan dan
penyelesaian masalah dalam buku yang digunakan bersama antara apoteker
sehingga dapat menghindari pengulangan kunjungan.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
25 Universitas Indonesia
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS
3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
3.1.1 Sejarah Singkat
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo
didirikan pada tanggal 19 November 1919 dengan nama Centrale Burgerlijke
Ziekenhuis (CBZ). Bulan Maret 1942, pada masa pendudukan Jepang di
Indonesia, CBZ dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Ika Daigaku Byongin).
CBZ diubah namanya menjadi Rumah Sakit Oemoem Negeri (RSON) yang
dipimpin oleh Prof. Dr. Asikin Widjaya Koesoema dan delanjutnya dipimpin oleh
Prof. Tamija pada tahun 1945. Pada tahun 1950, RSON berubah nama menjadi
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) diresmikan menjadi Rumah Sakit
Tjipto Mangunkusumo (RSTM) oleh Menteri Kesehatan pada masa itu, Prof. Dr.
Satrio, yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1964. Sejalan dengan
perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia, RSTM diubah menjadi RSCM. Pada
tanggal 13 Juni 1994, sesuai SK Menkes Nomor 553/Menkes/SK.VI/1994, rumah
sakit ini berubah namanya menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN)
Dr. Cipto Mangunkusumo hingga saat ini.
Berdasarkan PP No. 116 tahun 2000, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta dan dalam perkembangan selanjutnya, status Perjan RSCM diubah
menjadi Badan Layanan Umum (BLU) berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005,
dengan harapan RSCM mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
3.1.2 Visi
RSCM memiliki visi “Menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan
nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014”.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
26
Universitas Indonesia
3.1.3 Misi
RSCM memiliki misi antara lain:
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat.
2. Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang
mandiri.
3.1.4 Pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia
RSCM dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi lima
direktorat, yaitu Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Pengembangan
dan Pemasaran, Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan, Direktorat
Keuangan, dan Direktorat Umum dan Operasional yang terkait dengan pelayanan
rumah sakit. Struktur organisasi RSCM dapat dilihat secara lebih jelas pada
Lampiran 1.
3.1.5 Klasifikasi
RSCM merupakan rumah sakit umum pemerintah pusat kelas A yang
merupakan pusat rujukan nasional. RSCM juga merupakan rumah sakit
pendidikan yang bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya bekerjasama
dengan Universitas Indonesia dalam melaksanakan program pendidikan dibidang
kesehatan. Misalnya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai
mitra penyelenggara program pendidikan Spesialis dan Sub Spesialis dan Fakultas
Farmasi (FFUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan profesi
Apoteker.
3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Instalasi Farmasi RSCM merupakan satuan kerja fungsional sebagai pusat
pendapatan di lingkungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang berada di
bawah Direktorat Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi dipimpin oleh
seorang Apoteker pejabat yang disebut Kepala Instalasi Farmasi.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
27
Universitas Indonesia
3.2.1 Visi
Instalasi Farmasi RSCM memiliki visi “Menjadi penyelenggara pelayanan
farmasi yang komprehensif dengan kualitas terbaik dan mengutamakan kepuasan
pelanggan di Asia Pasifik pada tahun 2014”.
3.2.2 Misi
Instalasi Farmasi RSCM memiliki misi antara lain:
a. Menyelenggarakan pelayanan farmasi prima untuk kepuasan pelanggan.
b. Menyelenggarakan manajemen perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
c. Menyelenggarakan pelayanan farmasi klinis untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan mencapai hasil terapi obat yang optimal.
d. Menunjang penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
e. Memproduksi sediaan farmasi tertentu yang dibutuhkan RSCM sesuai
persyaratan mutu.
f. Berperan serta dalam peningkatan pendapatan rumah sakit.
g. Berperan serta dalam program pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan farmasi.
3.2.3 Nilai Budaya
RSCM memiliki 5 nilai budaya Profesionalisme, Integritas, Kepedulian,
Penyempurnaan Berkesinambungan serta Belajar dan Mendidik.
3.2.4 Tujuan Umum
Menyelenggarakan pelayanan farmasi yang profesional, berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etika profesi, bekerjasama dengan dokter, perawat, dan
tenaga kesehatan lain yang terkait dalam rangka meningkatkan penggunaan obat
yang rasional.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
28
Universitas Indonesia
3.2.5 Tujuan Khusus
a. Aspek manajemen, antara lain mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan
efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan, mewujudkan sistem
informasi tepat guna dan berdaya guna, meningkatkan kemampuan tenaga
kesehatan farmasi melalui pendidikan dan pelatihan, serta mengawasi,
mengendalikan dan mengevaluasi mutu pelayanan farmasi.
b. Aspek klinik, antara lain mengkaji instruksi pengobatan, mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat, memantau
efektifitas dan keamanan penggunaan obat, menjadi pusat informasi obat bagi
tenaga kesehatan, pasien/keluarga dan masyarakat, melaksanakan konseling
pada pasien, melakukan pengkajian obat, melakukan penanganan obat-obat
kanker, melakukan perencanaan, penerapan dan evaluasi obat, bekerjasama
dengan tenaga kesehatan lain, dan berperan serta dalam tim/kepanitiaan di
rumah sakit seperti Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) serta Pelaksana
Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA).
3.2.6 Tugas Pokok dan Fungsi
Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki tugas
melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi yang optimal, meliputi
perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi dan
produksi sediaan farmasi, serta melaksanakan pelayanan farmasi klinis sesuai
prosedur kefarmasian dan etika profesi. Selain itu, Instalasi Farmasi juga
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian di bidang
Farmasi. Untuk menjalankan tugasnya tersebut, Instalasi Farmasi RSCM
berfungsi dalam:
a. Penyusunan standar, kriteria, prosedur dan indikator kinerja pelayanan
kefarmasian
b. Pengkoordinasian perencanaan perbekalan farmasi
c. Pengelolaan perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
d. Penyelenggaraan produksi sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
29
Universitas Indonesia
e. Penyelenggara pengkajian instruksi pengobatan dan resep pasien.
f. Pengidentifikasian masalah dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
g. Pencegahan dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan terhadap efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
h. Pemberian informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.
i. Pemberian konseling kepada pasien / keluarga.
j. Pelaksanaan pencampuran obat suntik, dispensing, dosis unit.
k. Penyelenggaraan supervisi terhadap pelayanan farmasi.
l. Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian terhadap jaminan mutu
pengelolaan pelayanan kefarmasian.
m. Pengembangan profesi SDM kefarmasian.
n. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.
3.2.7 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Instalasi Farmasi RSCM bertanggung jawab langsung kepada Direktorat
Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi berpusat di Gedung Central Medical
Unit (CMU) 2 lantai 3 dan dipimpin oleh seorang apoteker selaku Kepala Instalasi
Farmasi RSCM yang membawahi :
a. Koordinator Administrasi dan Keuangan (Adminkeu);
b. Koordinator Produksi dan Diklitbang; dan
c. Koordinator Pelayanan Farmasi
3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit
3.3.1 Pelaksana pengendalian resistensi antimikroba (PPRA)
PPRA merupakan suatu tim pelaksana yang dibentuk rumah sakit dengan
tujuan:
a. Tercapainya peningkatan mutu dalam pemakaian antibiotik di rumah sakit
melalui kerja sama dengan empat pilar yang terdiri dari Panitia Farmasi dan
Terapi, Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS), Tim
Mikrobiologi Klinik dan Tim Farmasi Klinik.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
30
Universitas Indonesia
b. Terlaksananya pengawasan, pemantauan, dan pengendalian prosedur
pemakaian antibiotik di masing-masing unit, agar tidak menyimpang dari
prosedur yang telah ditetapkan.
c. Terlaksananya evaluasi pelaksanaan pemakaian antibiotik.
d. Terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam pengendalian
resistensi antimikroba.
Tim PPRA melaksanakan pengawasan dan pengendalian penggunaan
antimikroba secara bijak (meliputi efikasi, biaya, keamanan, kenyamanan) di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Tim PPRA terdiri dari:
a. Tim inti yaitu:
1) Perwakilan dari Panitia Farmasi dan Terapi.
2) PPIRS.
3) Spesialis Farmasi Klinik.
4) Spesialis Mikrobiologi Klinik.
b. Perwakilan dari Departemen Patologi Klinik.
c. Perwakilan Departemen Penyakit Dalam, Departemen Bedah, Departemen
Kebidanan dan Kandungan, dan Departemen Ilmu Kesehatan Anak.
d. Perwakilan Divisi Penyakit Tropik Dept. Ilmu Penyakit Dalam.
e. Perwakilan Bidang Pelayanan Medik dan bidang Keperawatan
Organisasi PPRA meliputi Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota
yang terdiri dari unsur klinis (mewakili Departemen/UPT/Instalasi terkait),
perawat, apoteker, spesialis Mikrobiologi Klinik, spesialis Patologi Klinik,
spesialis Farmakologi Klinik, dan Konsultan Penyakit Tropik Infeksi. Dalam
melaksanakan tugasnya, Tim PPRA dibantu oleh Pokja PPRA dari berbagai
departemen/UPT/instalasi yang pelayanannya berhubungan dengan penggunaan
antimikroba. Pokja departemen terdiri dari Ketua, yang merangkap sebagai
anggota tim PPRA, dan beberapa orang anggota. Pokja PPRA tingkat
departemen/instalasi/UPT sebagai berikut (SK No.10281/TU.K/34/VI/2011) :
a. Departemen Penyakit Dalam.
b. Departemen Bedah.
c. Departemen IKA.
d. Departemen Obstetri dan Ginekologi.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
31
Universitas Indonesia
e. Departemen Kulit dan Kelamin.
f. Departemen Gigi dan Mulut.
g. Departemen Bedah Syaraf.
h. Departemen Mata.
i. Departemen Neurologi.
j. Departemen Urologi.
k. Departemen THT.
l. ICU.
m. Unit Pelayanan Luka Bakar.
n. Pelayanan Jantung terpadu.
o. Instalasi Gawat Darurat.
Tugas pokok Tim PPRA adalah melaksanakan pengendalian resistensi
antimikroba PPRA memilki fungsi, antara lain:
a. Menetapkan kebijakan pengendalian penggunaan antibiotik.
b. Menerapkan kebijakan di bidang pengendalian resistensi antimikroba melalui
koordinasi empat pilar.
c. Menyusun Program Kerja Tim PPRA dan Pokja PPRA
Departemen/UPT/Instalasi.
d. Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman serta kesadaran tentang
prinsip pengendalian resistensi antimikroba yang terkait dengan penggunaan
antibiotik secara bijak.
e. Sebagai konsultan dalam pemilihan antibiotik lini 3.
f. Melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik, pola resistensi
kuman, insiden MRSA.
Tim PPRA menyelenggarakan ronde klinik setiap minggu dan pertemuan
berkala secara terencana minimal satu bulan sekali. Kegiatan ini untuk membahas
program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam PPRA dan menyampaikan
rekomendasi hasil keputusan rapat secara tertulis kepada Direktur Medik dan
Keperawatan dan pihak terkait (Departemen/UPT/Instalasi Pelayanan dan empat
pilar PPRA). Adapun 4 pilar yang berkoordinasi dengan Tim PPRA yaitu, Tim
Mikrobiologi Klinik yang berkoordinasi dengan Departemen Patologi Klinik,
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
32
Universitas Indonesia
Panitia Farmasi Terapi, Tim Farmasi Klinik, dan Tim Panitia Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS).
3.3.2 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
Panitia Farmasi dan Terapi adalah panitia ahli di bawah Komite Medik
yang membantu Direktur Utama dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan
dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.
Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah berdasarkan pengusulan
dari Kepala Departemen/Bidang/Instalasi dan disahkan oleh Direktur Utama.
Keanggotaannya diperbarui maksimal setiap 5 tahun sekali. Anggota PFT tidak
boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi manapun. Ketua,
sekretaris dan 2 (dua) anggota PFT ditetapkan sebagai pengurus harian. Setiap
departemen memiliki PFT tingkat departemen yang terdiri atas ketua, sekretaris
dan 2-3 orang anggota. Ketua PFT tingkat departemen menjadi anggota ex officio
PFT tingkat RSCM. PFT menyusun program kerja tentang pemilihan dan
penyusunan formularium. PFT juga mengajukan anggaran setiap tahun guna
mendukung program kerjanya.
Tugas PFT mencakup :
a. Sebagai penasehat bagi pimpinan RSCM dan tenaga kesehatan dalam semua
masalah yang ada kaitannya dengan perbekalan farmasi.
b. Menyusun kebijakan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.
c. Menyusun formularium obat, daftar alat kesehatan, dan reagensia; dan
memperbaharuinya secara berkala. Seleksi obat, alat kesehatan, dan reagensia
didasarkan pada kemanjuran, keamanan, kualitas dan harga. PFT harus
mampu meminimalkan jenis obat yang nama generiknya sama atau jenis obat
yang indikasinya sama.
d. Memantapkan dan melaksanakan program dan agenda kegiatan yang
menjamin berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman dan hemat
biaya.
e. Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan dan penyebaran
informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seleksi, pengadaan dan
penggunaan obat kepada staf medis RSCM.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
33
Universitas Indonesia
f. Berperan aktif dalam penjaminan mutu pemilihan, pengadaan dan
penggunaan perbekalan farmasi.
g. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi efek samping obat yang terjadi
di RSCM.
h. Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization review) dan
mengumpanbalikkan hasil tinjauan itu ke seluruh staf medis.
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, PFT perlu mengadakan rapat
rutin sekurang-kurangnya satu bulan sekali untuk membicarakan implementasi
dari kebijakan dan peraturan tentang seleksi, pengadaan, penyimpanan, dan
penggunaan perbekalan farmasi. Keputusan rapat pleno yang menyangkut
kebijakan diambil berdasarkan musyawarah. Bila musyawarah tidak berhasil,
maka dapat dilakukan pemungutan suara. Setiap anggota PFT dalam pengambilan
keputusan harus bebas dari kepentingan pribadi atau kelompok, dan semata-mata
adalah untuk kepentingan pasien.
3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Kondisi steril melalui sterilisasi merupakan prinsip dasar untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial. Sterilisasi menjadi langkah awal untuk
terlaksananya patient safety melalui pemutusan mata rantai penyebaran
mikroorganisme. Pelaksanaan sterilisasi membutuhkan perangkat dan sistem yang
utuh dalam pelaksanaannya dengan petugas khusus dengan ketrampilan khusus
sebagai first step to quality. Oleh karena itu, instalasi sterilisasi pusat menjadi unit
yang sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk memenuhi ketersediaan atas barang-
barang steril untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Alat kesehatan steril
menjadi produk akhir sterilisasi di instalasi sterilisasi pusat.
3.4.1 Definisi Instalasi Sterilisasi Pusat
Instalasi sterilisasi pusat merupakan suatu unit kerja yang bertugas
menyediakan barang-barang dan peralatan steril, seperti perbekalan farmasi dasar,
instrumen steril, linen steril, dan lain-lain, yang dibutuhkan oleh departemen,
instalasi atau unit kerja lainnya di RSCM.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
34
Universitas Indonesia
3.4.2 Visi dan Misi Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM
Visi dari instalasi sterilisasi pusat adalah menjadi instalasi sterilisasi pusat
yang terkemuka di Asia Pasifik Tahun 2014. Misi dari instalasi sterilisasi pusat
adalah:
a. Menyelenggarakan pusat pelayanan sterilisasi yang aman dan bermutu;
b. Menjadi penyedia alat kesehatan steril untuk jejaring pelayanan kesehatan;
c. Meningkatkan kompetensi SDM dibidang sterilisasi;
d. Menyedikan sarana dan prasarana yang handal; dan
e. Menyediakan tempat pendidikan / pelatihan dan penelitian / pengembangan
di bidang sterilisasi.
3.4.3 Tujuan dan Strategi Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM
Tujuan dari instalasi sterilisasi pusat RSCM adalah tercapainya pelayanan
pusat sterilisasi dengan pergeseran posisi menjadi revenue center. Strategi yang
digagas adalah :
a. Meningkatkan efisiensi produktivitas;
b. Meningkatkan profesionalisme;
c. Menciptakan restrukturisasi;
d. Menerapkan sistem managemen keuangan;
e. Menetapkan tarif pelayanan sterilisasi berdasarkan perhitungan unit cost; dan
f. Meningkatkan mutu pemantauan dan evaluasi.
3.4.4 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Instalasi Sterilisasi
Pusat RSCM
Instalasi sterilisasi pusat RSCM dikepalai oleh Kepala Instalasi Pusat
Sterilisasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Umum dan Operasional. Struktur organisasi instalasi sterilisasi pusat
RSCM dapat dilihat pada Lampiran 4. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi
membawahi empat Penanggungjawab sebagai berikut :
a. Penanggungjawab SDM & Keuangan;
b. Penanggungjawab Peralatan & Pelayanan;
c. Penanggungjawab Administrasi dan Rumah Tangga; dan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
35
Universitas Indonesia
d. Penanggungjawab Logistik dan Inventaris.
Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi juga membawahi dua kepala bagian,
yaitu Kepala Sub Instalasi Operasional dan Kepala Sub Instalasi Mutu. Kepala
bagian tersebut masing-masing memiliki tiga penanggungjawab yang menjadi
pelaksana kegiatan. Kepala Sub Instalasi Operasional membawahi
Penanggungjawab Dekontaminasi, Penanggungjawab Pengemasan & Labeling,
dan Penanggungjawab Proses Sterilisasi, sedangkan Kepala Sub Instalasi Mutu
membawahi Penanggungjawab Penyimpanan dan Distribusi, Penanggungjawab
Quality Control, dan Penanggungjawab Audit Mutu. Sumber daya manusia
instalasi sterilisasi pusat RSCM harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, seperti
terlatih, tidak mempunyai luka terbuka, tidak mempunyai penyakit yang menular,
disiplin memakai alat pelindung diri dalam tugas operasional dan mematuhi
aturan sterilisasi.
3.4.5 Ruang dan Sarana Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM
Ruang instalasi sterilisasi pusat RSCM memiliki suhu 18-220C dan
kelembaban 35-72%. Pertukaran udara dilakukan minimal 10 kali per jam dan
pada setiap ruangan harus memiliki exhaust/ hepafilter. Alat yang digunakan
untuk membantu sterilisasi yaitu ultrasonic, washer automatic, dry heat
sterilisator, autoclave sterilisator, dan plasma sterilisator. Instalasi sterilisasi
pusat RSCM memiliki tiga jenis area, yaitu:
a. Area unclean
Area bertekanan negatif sebagai tempat proses dekontaminasi.
b. Area clean
Tempat dilakukannya proses pengemasan, labeling, dan sterilisasi.
c. Area steril
Area bertekanan positif untuk pelaksanaan uji visual, penyimpanan, dan
distribusi barang steril.
3.4.6 Sistem Pelayanan Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM
Sistem pelayanan ISP terbagi dua, yaitu sistem pelayanan yang
tersentralisasi dan desentralisasi. Sistem pelayanan tersentralisasi mencakup
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
36
Universitas Indonesia
dalam hal manajemen (SDM, SOP, perencanaan) dan pelayanan sterilisasi
perbekalan farmasi dasar steril. Untuk sistem pelayanan desentralisasi mencakup
dalam hal khusus seperti pelayanan sterilisasi instrumen, linen, dan lain-lain.
Pelaksanaan sterilisasi di RSCM tersentralisasi di instalasi sterilisasi pusat.
Keuntungan sentralisasi tersebut diantaranya yaitu peningkatan efisiensi ruangan,
SDM, peralatan, dan waktu. Mutu dari alat kesehatan steril juga akan terjamin
karena adanya prosedur indikator mutu. Pelayanan yang diberikan akan lebih
cepat dan dapat mengurangi beban kerja SDM di unit pemakai. Selain itu,
instalasi sterilisasi pusat juga akan lebih mudah untuk diawasi dan lebih terkendali
serta dapat mencegah duplikasi dalam proses sterilisasi.
3.4.7 Kegiatan Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh instalasi sterilisasi pusat, yaitu:
a. Alur perpindahan barang satu arah
Instalasi sterilisasi pusat RSCM memiliki alur dalam perpindahan barang.
Alur tersebut berupa alur satu arah, dari area kotor ke area bersih dan akhirnya ke
area steril. Pada area kotor, barang non steril diterima serta dipilih dan di sortir.
Barang direndam, dibersihkan, dibilas, dan dikeringkan sebelum dibawa ke area
bersih. Pada area bersih, barang diterima dan dikemas. Barang yang dikemas
kemudian diberi label, disusun dan diuji secara mekanik, kimia, dan biologi, lalu
barang akan melalui proses sterilisasi. Setelah proses sterilisasi, barang akan
masuk ke area steril dan disimpan.
b. Alur Aktivitas Fungsional
Terdapat dua subjek yang ditangani oleh ISP, yaitu supplier dan customer.
Supplier memberikan barang bersih yang ditempatkan pada loket barang bersih
ISP. Berbeda dengan supplier, barang kotor yang berasal dari customer diserahkan
melalui loket barang kotor. Barang kotor diseleksi dan dilakukan dekontaminasi
lalu dikemas dan diberi label. Sebelum dilakukan pengemasan & pemberian label,
petugas akan melakukan uji mutu pada sebagian barang. Barang bersih yang lolos
uji mutu dapat memasuki tahap pengemasan dan labeling. Setelah dikemas dan
diberi label, barang diuji mutunya sebelum memasuki proses sterilisasi. Pada
proses sterilisasi, barang steril yang rusak akan dilakukan proses ulang dengan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
37
Universitas Indonesia
mengulang proses sterilisasi dari awal. Sedangkan barang yang kondisinya
memenuhi persyaratan akan ditempatkan di penyimpanan barang steril. Barang-
barang di penyimpanan barang steril kemudian didistribusikan melalui loket
distribusi dan akan diawasi mutunya oleh customer.
c. Proses Sterilisasi Perbekalan Farmasi Dasar
Barang bersih memasuki tahap kontrol spesifikasi sebelum pengemasan
dan labeling. Selain itu, barang diuji secara mekanik, kimia, dan biologi. Setelah
dikemas dan diberi label, barang disusun dengan baik sebelum sterilisasi.
Sterilisasi menggunakan suhu tinggi atau suhu rendah. Setelah proses sterilisasi,
barang akan melalui uji visual, dan ditempatkan pada bagian penyimpanan barang
steril untuk didistribusikan.
d. Proses Sterilisasi Barang Medis Ulang Pakai
Proses sterilisasi barang medis ulang pakai ISP RSCM harus melalui
proses dekontaminasi terlebih dahulu dan lolos uji mekanik, kimia, dan biologi
sebelumnya. Barang yang didekontaminasi dikeringkan dan dilakukan kontrol
spesifikasi, lalu memasuki tahap pengemasan, labeling dan penyusunan. Setelah
penyusunan barang disterilisasi dengan suhu tinggi atau suhu rendah. Barang diuji
secara visual dan ditempatkan di bagian penyimpanan barang steril untuk
didistribusikan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
38
BAB 4 PEMBAHASAN
PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) dilakukan di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo yang merupakan Rumah Sakit Tipe A. Kegiatan ini dilaksanakan
selama 2 bulan, periode 2 September – 28 Oktober 2013. Adapun timeline
kegiatan selama PKPA berlangsung dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut
merupakan uraian mengenai kegiatan di Instalasi Farmasi tempat dilaksanakan
PKPA.
4.1 Sub Instalasi Produksi
Sub Instalasi Produksi merupakan salah satu fasilitas kegiatan pengadaan
perbekalan farmasi di RSCM. Sumber daya manusia yang terdapat di Sub
Instalasi Produksi, terdiri dari 3 Apoteker, 24 asisten apoteker, dan 4 pekarya. Sub
Instalasi Produksi melayani antara lain :
a. Produksi sediaan farmasi, dimana produksi sediaan farmasi yang dilakukan ini
merupakan produksi lokal untuk keperluan RSCM sendiri. Produksi sediaan
farmasi yang dilakukan di RSCM terdiri dari sediaan steril dan non-steril.
Kriteria sediaan farmasi yang diproduksi antara lain:
1) Sediaan dengan formula khusus,
2) Sediaan dengan kemasan yang lebih kecil (repacking),
3) Sediaan yang tidak ada di pasaran,
4) Sediaan dengan harga yang lebih murah,
5) Produk yang harus selalu dibuat segar, dan
6) Sediaan untuk keperluan penelitian.
b. Pelayanan aseptic dispensing, lokasi untuk pelayanan aseptic dispensing di
RSCM, antara lain terdapat di :
1) Central Medical Unit (CMU) 2 lantai 3: melakukan pencampuran obat
suntik (IV admixture), pencampuran obat kemoterapi, dan repacking
sediaan serbuk steril.
2) Perinatologi : melakukan pencampuran obat suntik (IV admixture) dan
TPN.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
39
Universitas Indonesia
3) Gedung A lantai 8: melakukan pencampuran obat kemoterapi.
4) Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA): melakukan pencampuran obat
kemoterapi.
Sub Instalasi Produksi dan Perinatologi beroperasi dalam 2 shift yaitu pada
pukul 08.00 – 20.00 WIB dari hari Senin hingga Sabtu. Gedung A lantai 8
beroperasi dalam 2 shift yaitu pukul 08.00 - 19.30 WIB untuk hari senin
hingga jumat sedangkan untuk hari sabtu dan minggu hanya 1 shift mulai
pukul 09.00 – 15.00 WIB. Departemen IKA beroperasi hanya 1 shift pada
pukul 08.00 – 15.30 WIB dari hari senin hingga jumat.
c. Pelatihan mengenai kegiatan aseptic dispensing.
Sub Instalasi Produksi di gedung CMU 2 lantai 3 memiliki fasilitas untuk
melaksanakan kegiatan produksi agar selalu sesuai standar dan terjamin mutunya.
Fasilitas disesuaikan dengan kegiatan produksi yang dilakukan dalam ruangan
tersebut. Terdapat beberapa ruangan di dalamnya, yaitu :
a. Ruang karantina sebagai tempat untuk menyimpan alat yang baru masuk
sebelum digunakan pada proses produksi.
b. Ruang pencucian sebagai tempat untuk membersihkan alat dan kemasan yang
akan digunakan dalam proses produksi.
c. Ruang bahan baku sebagai tempat penyimpanan bahan baku obat yang akan
digunakan dalam proses produksi. Penyimpanan bahan baku disimpan
berdasarkan rute penggunaannya, yaitu bahan baku untuk sediaan oral dan
obat luar.
d. Ruang peracikan sediaan farmasi non-steril yang terdiri dari ruangan tempat
dilakukannya peracikan obat oral dan peracikan sediaan obat luar.
e. Ruang produksi steril sebagai tempat dilakukannya kegiatan produksi steril
dan repacking.
f. Ruang uji mutu sebagai tempat dilakukannya kegiatan pengujian kualitas
produk yang dihasilkan.
g. Ruang penyiapan aseptic, terdiri dari:
1) Ruang Sitostatika, merupakan ruangan tempat dilakukannya peracikan
dan pencampuran (dispensing) obat-obat kemoterapi. Prinsip tekanan
dalam ruangan ini adalah tekanan negatif sehingga tekanan di luar
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
40
Universitas Indonesia
ruangan lebih besar dari tekanan di dalam ruangan. Dengan prinsip
seperti ini, diharapkan zat-zat yang bersifat sitostatik tidak menyebar
keluar ruangan sehingga petugas yang di luar ruang terhindar dari efek
paparan obat sitostatika.
2) Ruang Obat Suntik dan Nutrisi Parenteral, merupakan ruangan tempat
dilakukan peracikan dan pencampuran (dispensing) sediaan obat suntik
atau nutrisi parenteral. Prinsip tekanan dalam ruangan adalah tekanan
positif sehingga tekanan dalam ruangan lebih besar dibanding luar
ruangan. Hal ini bertujuan agar ruangan dalam tidak terkontaminasi dari
partikel yang terdapat di luar ruangan.
Produksi steril dan non-steril yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi
menghasilkan sekitar 142 jenis sediaan dengan berbagai konsentarasi dan volume
yang bermacam – macam yang terdiri dari obat dalam 29 item, obat luar 105 item
dan obat steril 8 item. Produk steril yang diproduksi, antara lain sediaan salep
kemicetin, kloramfenikol tulle, dan metilen blue. Sementara sediaan non-steril
yang dihasilkan, yaitu sediaan obat oral seperti kapsul dan serbuk bungkus,
sediaan obat luar, seperti salep dan salicyl talk, hand rub, alkohol 70%, dan
povidone iodine.
PKPA yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi berlokasi di gedung
CMU 2 lantai 3 dan berlangsung selama tiga hari. Beberapa kegiatan yang diamati
dan diikuti mahasiswa, antara lain :
a. Mengamati kegiatan rekonstitusi obat sitostatika pasien rawat jalan
Alur pelayanan dispensing obat kemoterapi yang dilakukan di Sub
Instalasi Produksi dimulai dari penerimaan resep berupa formulir pelayanan
pencampuran obat sitostatika dari pihak satelit farmasi pusat oleh petugas
rekonstitusi obat sitostatika. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dispensing,
formulir juga dilengkapi dengan salinan/copy protokol kemoterapi yang ditulis
oleh dokter. Petugas yang akan melakukan rekonstitusi kemudian melakukan
skrining resep dengan memeriksa kesesuaian pasien dan dosis obat untuk
menjamin keamanan pasien. Petugas juga memeriksa obat-obatan yang diserahkan
beserta cairan infus dan spuit yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah yang tertulis
dalam formulir permintaan rekonstitusi. Apabila pasien tidak jadi atau
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
41
Universitas Indonesia
berhalangan melakukan kemoterapi, maka obat disimpan di Depo Sitostatika
sebagai obat titipan pasien.
Persiapan pencampuran obat sitostatika meliputi penyiapan cairan, obat
sitostatika, dan spuit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, juga
dilakukan pembuatan etiket yang berisi nama pasien, nomor rekam medik (NRM),
jumlah obat yang dioplos beserta jumlah cairan pelarutnya, rute pemberian,
tanggal dan waktu pembuatan, serta tanggal dan waktu kedaluwarsa. Seluruh obat,
cairan, spuit, dan etiket yang diperlukan ditempatkan di dalam kotak obat dan
didistribusikan melalui pass box yang terhubung ke dalam ruang steril tempat
penyiapan obat secara aseptis. Sebelum masuk keruangan steril dan melakukan
rekonstitusi, petugas terlebih dahulu menggunakan alat pelindung diri (APD)
sesuai ketentuan yang berlaku untuk keamanan bagi petugas sendiri dan menjamin
sterilitas produk yang dihasilkan. Persiapan tersebut meliputi pemakaian gown
dan APD lainnya, seperti penutup kepala, sarung tangan steril, masker N95,
penutup mata (goggle), dan penutup kaki. Sarung tangan yang digunakan untuk
prosedur aseptis pencampuran obat sitostatika adalah rangkap dua, sarung tangan
pertama digunakan di ruang ganti (gowning), sarung tangan yang kedua
digunakan petugas setelah masuk ke dalam ruang steril.
Selanjutnya, petugas masuk ke dalam ruang steril tempat pencampuran
yang di dalamnya terdapat Biological Safety Cabinet (BSC) yang merupakan
Laminar Air Flow (LAF) dengan aliran udara vertikal. Sebelum proses
rekonstitusi, perlu dilakukan pembersihan area kerja agar tercipta lingkungan
yang aseptik dengan cara mengelap bagian dalam BSC dengan alcohol 70% dan
gerakan yang searah, serta mengelap kemasan obat, cairan, dan spuit yang akan
dimasukkan ke dalam BSC dengan mengunakan alcohol 70%. Perlu disiapkan
juga tempat pembuangan khusus limbah sitostatika dan peralatan lain yang
dibutuhkan, seperti beaker glass. Adapun rekonstitusi obat sitostatika yang telah
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dimana dilakukan di ruang steril
dalam BSC serta dikerjakan dengan hati-hati dan teliti.
Setelah selesai direkonstitusi, sediaan sitostatika ditempeli etiket dan label
obat sitostatika. Pelabelan dan pemberian etiket juga dilakukan di dalam ruang
steril. Khusus obat yang tidak tahan cahaya, obat dikemas menggunakan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
42
Universitas Indonesia
aluminium foil. Sediaan akhir yang selesai dikerjakan kemudian dikeluarkan dari
ruang steril melalui pass box dan dikemas ke dalam plastik klip per pasien.
b. Mengamati proses aseptic dispensing
Mahasiswa mengamati kegiatan aseptic dispensing sediaan parenteral
berupa KCl premix dan kegiatan repacking sediaan serbuk steril. Alur yang
dilakukan pada aseptic dispensing adalah pengecekan permintaan yang dilakukan
secara online. Jika terdapat permintaan, akan dilakukan pengisian form
permintaan yang telah disediakan. Kemudian, disiapkan bahan-bahan lain yang
akan digunakan. Proses dispensing dilakukan di ruang aseptic dengan tekanan
udara positif, menggunakan APD lengkap serta pembersihan area kerja dengan
alcohol 70%. Dalam ruangan tersebut, dilakukan pengemasan dan pemberian
etiket pada sediaan yang telah siap. Obat yang telah siap akan diantarkan oleh
pekarya ke satelit atau unit kerja yang memesan sediaan tersebut.
c. Pembuatan Hand Rub
Hand Rub yang dibuat ini adalah contoh sediaan yang dibuat dengan
forumula khusus, dimana formula yang digunakan hanya diketahui oleh bagian
produksi. Pada pembuatan hand rub dilakukan proses quality control (QC) untuk
mengontrol mutu sediaan produk agar sesuai dengan standar dan pengerjaan
sesuai Standar Prosedur Operasional (SOP). Adapun proses pembuatan hand rub
yang teramati telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
d. Repacking pembuatan sediaan povidone iodine
Proses repacking dilakukan untuk mengemas kembali sediaan menjadi
kemasan yang lebih kecil dan ekonomis, meliputi kemsan 10 cc, 30 cc, dan 60 cc.
e. Pembuatan sirup omeprazole
Sirup omeprazole merupakan sediaan sirup yang tidak tersedia di pasaran
sehingga produksi sirup omeprazole ini dapat memenuhi kebutuhan di RSCM.
Umumnya, produksi sirup ini tidak banyak dan hanya diproduksi sesuai dengan
permintaan agar kestabilan obat tetap terjaga.
f. Pengisian kapsul
Pengisian kapsul yang dilakukan adalah pengisian kapsul NaCl. Sebelum
pengerjaan dilakukan, area kerja dan peralatan yang akan digunakan dibersihkan
menggunakan alkohol. Proses pengisian kapsul dilakukan dengan menggunakan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
43
Universitas Indonesia
alat. Setelahnya, kapsul dimasukkan ke dalam wadah dan diberi etiket berisi nama
obat, jumlah sediaan, tanggal pembuatan, dan tanggal kedaluwarsa.
g. Mengemas serbuk KCl
Serbuk KCl dikemas menggunakan kertas perkamen khusus yang nantinya
akan ditutup dengan menggunakan mesin press. Dalam proses pengemasan, harus
diperhatikan kebersihan tempat, peralatan, dan tangan petugas pengemas. Proses
pembagian serbuk dilakukan secara manual dan sesuai perkiraan sehingga dituntut
ketelitian dan ketepatan dalam pelaksanaannya. Setelah pengemasan selesai,
sediaan dimasukkan ke dalam plastik dan diberi etiket.
Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Sub Instalasi
Produksi, kegiatan produksi yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi telah
sesuai dengan prosedur dan telah memanfaatkan sumber daya yang ada dengan
maksimal. Hanya saja, terdapat beberapa masalah yang ditemukan, antara lain :
a. Pada proses pembuatan hand rub pengisian cairan ke dalam botol hand rub
dilakukan secara manual menggunakan keran, dimana dapat menyebabkan
pengisian volume yang tidak sama antara botol hand rub dan resiko
terjadinya tumpahan juga besar.
b. Terjadinya kekosongan bahan baku yang menyebabkan kegiatan produksi
tidak berjalan dengan baik.
4.2 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Satelit Farmasi IGD hanya melayani kebutuhan perbekalan farmasi di IGD
dan tidak menerima resep dari unit lain di RSCM. Satelit Farmasi IGD terdiri dari
satu satelit di lantai 1 dan satu satelit di lantai 4. Satelit lantai 1 melayani
kebutuhan perbekalan farmasi di lantai 1 hingga lantai 3 IGD, sementara satelit
lantai 4 hanya melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk ruang operasi di
lantai 4 IGD.
4.2.1 Kegiatan PKPA di satelit IGD
Mahasiswa bertugas di satelit IGD selama 3 hari. Selama berada di satelit
IGD, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
44
Universitas Indonesia
perbekalan farmasi dan melakukan pelayanan farmasi klinis. Beberapa kegiatan
tersebut, antara lain :
a. Melakukan verifikasi resep pasien
b. Monitoring pengobatan pasien ICU lantai 2
c. Membantu proses dispensing obat di satelit lantai 1
d. Menelusuri pasien IGD yang mendapat dekstromethorpan sediaan tunggal,
karena DMP sediaan tunggal sudah ditarik dari peredaran oleh BPOM.
4.2.2 Sumber Daya Manusia (SDM)
Satelit Farmasi IGD memiliki 2 orang Apoteker, yang masing-masing
bertanggung jawab untuk pelaksanaan kegiatan manajemen perbekalan farmasi
dan pelayanan farmasi klinis, 23 orang Asisten Apoteker, dan 5 orang Pekarya.
Pelayanan farmasi di satelit lantai 1 dan satelit lantai 4 setiap harinya dilakukan
dalam 3 shift selama 24 jam sehingga dapat selalu mengantisipasi kebutuhan
pasien IGD yang kondisinya dapat berubah-ubah setiap saat. Pembagian jumlah
Asisten Apoteker yang bertugas pada masing-masing shift adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Pembagian jumlah asisten apoteker tiap shift di satelit IGD
Pagi
(07.30 –14.30 WIB)
Siang
(14.00–21.00 WIB)
Malam
(21.00 –08.00 WIB)
Satelit lantai 1 9 orang 4 orang 4 orang
Satelit lantai 4 1 orang 1 orang 1 orang
Pembagian Jumlah Asisten Apoteker pada hari Sabtu dan Minggu untuk shift pagi
berjumlah 5 orang. Di samping pembagian kerja sesuai shift seperti di atas, 1
orang Asisten Apoteker bertugas di luar jadwal shift. Asisten Apoteker ini bekerja
di hari Senin hingga Jumat dari pukul 08.00 – 15.30 WIB dan bertugas dalam hal
pemesanan barang ke Gudang Pusat.
Petugas yang terdapat di satelit lantai 4 bukan petugas tetap, melainkan
petugas yang berasal dari satelit lantai 1. Dari 22 orang Asisten Apoteker yang
bertugas di satelit lantai 1, mereka akan secara bergantian menjadi petugas di
satelit lantai 4.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
45
Universitas Indonesia
4.2.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Perencanaan, pengadaan, dan penerimaan perbekalan farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi untuk satelit lantai 1 dan depo lantai 4
dilakukan secara terpisah. Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi
berdasarkan pada pola dan jumlah pemakaian di IGD menggunakan metode
konsumsi. Semakin banyak barang yang keluar dari stok, maka permintaan untuk
barang tersebut juga semakin besar. Perencanaan di IGD dilakukan setiap 6 bulan
sekali mengikuti jadwal perencanaan di RSCM. Satelit lantai 1 melakukan defekta
besar ke bagian gudang pusat RSCM dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari
Senin dan Kamis. Alur pelaksanaan defekta adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1. Alur defekta Satelit Farmasi IGD
Satelit IGD membuat entry data defekta yang di-posting melalui sistem IT
ke Gudang Pusat, bertujuan agar pihak gudang menyiapkan terlebih dahulu barang
yang diminta oleh Satelit IGD. Keesokan harinya, pekarya dan Asisten Apoteker
dari IGD datang ke Gudang Pusat untuk mengurus pengangkutan pengambilan
barang yang telah diminta. Pekarya akan melakukan pengambilan barang,
sementara Asisten Apoteker bersama dengan petugas gudang akan melakukan
pengecekan untuk menyesuaikan antara nama perbekalan farmasi, jenis, bentuk
sediaan, dan jumlah barang yang diambil dari Gudang Pusat dengan data defekta
dari IGD dan data yang di-entry pihak gudang ke dalam sistem IT-nya. Setelah
data sesuai, lembar defekta ditandatangani oleh pihak yang menyerahkan (pihak
gudang) dan pihak yang menerima barang (pihak Satelit IGD). Pihak Satelit IGD
akan mendapat satu copy lembar defekta tersebut. Apoteker Penanggungjawab
Entry data melaui sistem IT ke gudang
Gudang menyiapkan barang yang diminta
Pengambilan barang di gudang pusat
Verifikasi kesesuaian barang
Pengecekan kembali oleh apoteker penanggung jawab
Penambahan kedalam kartu stok dan IT
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
46
Universitas Indonesia
Satelit IGD akan mengecek kembali kesesuaian data dari lembar defekta dengan
barang yang diterima. Selanjutnya, penambahan stok barang di satelit IGD akan
diproses melalui sistem IT yang ada.
Defekta perbekalan farmasi dipisahkan, antara defekta obat, alat
kesehatan, dan narkotika. Maksud pemisahan tersebut adalah untuk
mempermudah pelaporan mutasi oleh pihak gudang. Permasalahan terkait defekta
yang sering terjadi adalah tidak terpenuhinya jumlah barang yang diminta Satelit
IGD dengan jumlah barang yang diberikan Gudang Pusat. Hal tersebut
menyebabkan defekta kecil juga sering dilakukan di luar hari defekta besar untuk
memenuhi kebutuhan barang yang belum terpenuhi.
Satelit lantai 1 juga menyediakan perbekalan farmasi untuk keperluan
depo lantai 4. Sistem pengadaan barang di depo lantai 4 dilakukan dengan
mengajukan defekta ke satelit lantai 1. Defekta besar dari depo lantai 4 juga
dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis.
b. Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD
Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD telah diatur
sesuai dengan persyaratan dan standar kefarmasian. Susunan penyimpanan dibuat
berdasarkan pembagian berikut :
1) Bentuk dan jenis perbekalan farmasi
a) Obat
Penyusunan obat dibedakan lagi berdasarkan bentuk sediaannya, yaitu
sediaan tablet, sediaan cair, sediaan topikal, injeksi, dan cairan infus.
b) Alat kesehatan
Penyusunan alat kesehatan dikelompokkan berdasarkan kegunaannya.
2) Suhu penyimpanan dan stabilitas
Obat-obat termolabil yang memerlukan penyimpanan di suhu dingin (2°–8°C)
disimpan pada lemari pendingin.
3) Susunan alfabetis
Obat disusun sesuai urutan alfabetis nama generik atau nama dagangnya.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
47
Universitas Indonesia
4) Sifat bahan
Bahan beracun dan berbahaya (B3) disimpan secara terpisah dalam lemari
yang terbuat dari bahan tahan api, serta dilengkapi dengan label bahan
berbahaya dan lembar Material Safety Data Sheet (MSDS).
5) Sistem FIFO dan FEFO
Perbekalan farmasi disusun dengan menempatkan barang yang pertama kali
masuk atau barang dengan tanggal daluwarsa paling dekat terletak di bagian
depan sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan lebih dulu.
6) Obat high alert dan LASA
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok obat high alert dan obat LASA di
Satelit Farmasi IGD disimpan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,
yaitu dengan menempelkan stiker merah bertuliskan high alert pada kemasan
primer dan stiker hijau bertuliskan LASA pada wadah penyimpanan. Obat
high alert disimpan dalam lemari khusus ditandai dengan plester berwarna
merah pada bagian tepinya. Sedangkan obat LASA diletakkan tidak
bersebelahan dengan obat pasangannya.
7) Sediaan narkotika dan psikotropika
Penyimpanan narkotika dan psikotropika dalam lemari khusus yang terletak
di bagian belakang satelit, terpisah dari lemari penyimpanan obat lain. Kedua
lemari tersebut selalu terkunci dan khusus untuk lemari narkotika, dilengkapi
dengan pintu ganda. Kunci lemari dikalungkan pada salah satu petugas
farmasi yang sedang bertugas. Kunci diserahterimakan kepada petugas
farmasi lainnya ketika pemegang kunci sebelumnya meninggalkan area kerja.
c. Pengontrolan stok perbekalan farmasi
Stock opname (SO) untuk semua perbekalan farmasi yang terdapat di
satelit lantai 1 dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pelaksanaan SO bertujuan
mengontrol stok perbekalan farmasi yang terdapat di Satelit Farmasi IGD sesuai
dengan data sistem IT. Langkah pengontrolan lainnya yang juga dilakukan adalah
dengan memisahkan penyimpanan produk obat-obat mahal, pengecekan stok
narkotika setiap satu minggu sekali, penerapan sistem sampling yang harus
dilakukan oleh semua AA setiap harinya untuk mengecek kesesuaian stok dari
data kartu stok dengan jumlah fisik barang di satelit, serta pengecekan stok
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
48
Universitas Indonesia
persediaan benang bedah setiap pergantian shift. Pengecekan benang bedah pada
setiap pergantian shift untuk meminimalisir terjadinya kehilangan.
d. Distribusi perbekalan farmasi
Sistem distribusi perbekalan farmasi yang diterapkan di Satelit Farmasi
IGD adalah berdasarkan dua sistem, yaitu sistem peresepan individu dan sistem
floor stock. Sistem peresepan individu adalah sistem penyiapan dan
pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan resep per pasien. Sistem
peresepan di IGD sebagian besar masih menggunakan resep manual.
Akan tetapi, saat ini telah dilakukan uji coba penggunaan peresepan online
menggunakan sistem Electronic Health Record (EHR) yang dimulai dari lantai 3
kemudian lantai 2 IGD. Selama masa uji coba, penerapan sistem EHR masih
mengalami beberapa masalah, yaitu :
1) Resep seringkali salah kirim ke gedung A yang juga sudah menjalankan
sistem peresepan secara online;
2) Belum semua dokter memiliki akun untuk mengoperasikan sistem peresepan;
3) Dokter seringkali memberikan akunnya kepada perawat dengan alasan untuk
mempercepat peresepan sehingga resep dapat dibuat oleh perawat; serta
4) Sistem bed management yang belum baik sehingga seringkali ruangan tujuan
resep tidak jelas.
Pola peresepan yang ditemui di IGD dapat berupa resep harian atau resep
untuk per satu kali pemakaian, tergantung asal ruangan resep tersebut. Alur
pelayanan untuk resep individu adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2. Alur pelayanan resep individual
Resep dari dokter akan diserahkan ke Nurse Station. Di Nurse Station
masing-masing lantai terdapat Pembantu Orang Sakit (POS) yang akan
mengantarkan resep tersebut ke Satelit Farmasi IGD lantai 1. Resep kemudian
diverifikasi oleh Apoteker. Apabila Apoteker tidak sedang berada di tempat, maka
verifikasi resep dilakukan oleh Asisten Apoteker. Verifikasi yang dilakukan
Resep dokter Nurse Station Satelit farmasi IGD
Ruang rawat pasien
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
49
Universitas Indonesia
meliputi skrining kelengkapan administratif resep, kesesuaian farmasetik, dan
pertimbangan klinis. Pemeriksaan kelengkapan resep meliputi nama dokter,
ruangan asal resep, nama pasien, nomor rekam medis, dan tanggal lahir pasien.
IGD sudah menerapkan sistem barcode untuk data pasien sehingga sebagian besar
data pasien sudah tercetak dalam bentuk label yang ditempelkan pada resep.
Dengan demikian, kelengkapan identitas pasien lebih terjamin dan mudah terbaca
oleh petugas farmasi. Verifikasi lainnya adalah untuk kesesuaian farmasetik yang
dilihat dari kesesuaian nama sediaan, bentuk sediaan, dan kekuatan sediaan.
Apabila terdapat ketidaklengkapan dari kedua aspek tersebut, petugas farmasi
yang melakukan verifikasi resep akan menuliskan temuannya pada lembar
checklist review resep obat pasien. Verifikasi dari segi klinis, antara lain berupa
pengecekan ada tidaknya status alergi pasien, dosis, serta frekuensi penggunaan
obat.
Petugas satelit selanjutnya akan memastikan bahwa barang yang diminta
tersedia dan menentukan jumlah barang yang akan diberikan. Jika stok obat
tersedia di satelit, data dari resep akan di-input ke dalam sistem IT farmasi dan
diberi harga. Setelah seluruh prosedur verifikasi selesai, barang akan disiapkan
sesuai resep. Setiap melakukan pengambilan barang dari stok di satelit, petugas
harus mencatat mutasinya pada kartu stok barang yang sesuai. Barang yang telah
diambil lalu diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah
dilengkapi dengan nama pasien. Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara
diantar ke ruang rawat atau diambil langsung oleh perawat, dokter, atau keluarga
pasien di satelit farmasi lantai 1. Ketentuan pengiriman obat di IGD yaitu:
a. Apabila CITO, maka harus diselesaikan dalam waktu < 15 menit
b. Apabila tidak CITO, maka mengikuti aturan pengiriman Obat sebagai
berikut:
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
50
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Aturan pengiriman obat di IGD
No. Waktu Antar Resep dari ruangan Waktu Resep Selesai dan diantar
Waktu Penyuntikan di
Ruangan 1 05.00 - 11.00 Max 11.00 12.00 - 13.00 2 13.00 - 17.00 Max 17.00 18.00 - 19.00 3 18.00 - 23.00 Max 23.00 24.00 - 01.00 4 01.00 - 05.00 Max 05.00 06.00 - 07.00 5 Simvastatin dan Simarc Max 20.00 21.00 - 22.00 6 Untuk antibiotika, disesuaikan
jam masuk awal penyuntikan
c. Tugas shift pagi : Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi,
resep ICU dan penyiapan resep untuk penyuntikan pukul 12.00 dan 18.00
(jika resep sudah datang)
d. Tugas Shift Sore: Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi,
resep ICU pasien baru dan penyuntikan resep untuk penyuntikan pukul 18.00
e. Tugas shift Malam: Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi,
resep ICU pasien baru dan penyiapan resep untuk penyuntikan pukul 24.00
dan 06.00
f. Untuk resep dari ruang boarding diberikan untuk satu hari
g. Untuk resep dari ruangan urgent observasi diberikan satu hari
h. Untuk ruang ICU dikirimkan pukul 14.00 WIB
Sementara itu, sistem distribusi floor stock diberlakukan untuk persediaan
paket tindakan, BMHP, dan persediaan perbekalan farmasi di troli emergensi.
a. Paket tindakan
Paket yang disiapkan oleh Satelit Farmasi IGD di lantai 1 dibedakan menjadi
2 jenis, yaitu paket yang termasuk dalam unit cost pasien dan paket yang
tidak termasuk dalam unit cost pasien. Paket untuk tindakan medis di bagian
urgent lantai 1 dan di ruang hemodialisa anak merupakan paket yang
termasuk dalam unit cost pasien sehingga setiap pasien pasti akan dibebani
biaya yang sama untuk paket ini, meskipun pasien tidak menggunakannya.
Paket yang tidak termasuk dalam unit cost, antara lain paket kebidanan (untuk
lantai 3 IGD) serta paket bedah dan paket anestesi (untuk lantai 4 IGD).
Biaya ketiga paket tersebut hanya dibebankan kepada pasien sesuai dengan
jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang digunakan.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
51
Universitas Indonesia
b. BMHP
BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) merupakan perbekalan farmasi dasar yang
disediakan oleh pihak farmasi di gudang penyimpanan di IGD. Stok BMHP
disalurkan setiap 1 minggu sekali ke gudang IGD, yaitu pada hari Senin.
c. Troli emergensi
Dalam rangka penanganan terhadap kemungkinan terjadinya kondisi
kegawatdaruratan medis di IGD, tersedia 6 buah troli emergensi yang masing-
masing terdapat di lantai 1 (ruang imet dan unit anak), lantai 2 (ICU dan RRA
(Ruang Rawat Akut)), lantai 3 (kebidanan), dan lantai 4 (OK). Isi dari troli
emergensi adalah OPH (Obat Penyelamat Hidup), alat untuk membuka jalan
napas (airway), alat bantu napas (breathing), alat untuk pengelolaan sirkulasi
darah (circulation), dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai).
Barang-barang di dalam troli emergensi diisi oleh pihak Satelit Farmasi
lantai 1 IGD. Isi troli disesuaikan dengan kebutuhan OPH dan alat kesehatan ABC
(alat untuk membuka jalan napas (airway), alat bantu napas (breathing), alat
untuk pengelolaan sirkulasi darah (circulation)) dari unit di mana troli tersebut
berada. Tanggal kadaluwarsa obat dan alat kesehatan yang dimasukkan ke dalam
troli harus dicatat pada lembar checklist troli emergensi yang tersedia. Setelah
troli terisi, pihak farmasi akan menguncinya menggunakan kunci disposable baru.
Dimana, Nomor seri kunci harus dicatat setiap kali terjadi penggantian kunci.
Petugas farmasi yang melakukan penguncian troli harus mengisi berita acara
penutupan troli yang berisi nama pembuka troli, tanggal pembukaan, alasan
pembukaan, dan nama pasien yang memerlukan. Berita acara tersebut
ditandatangani oleh petugas farmasi beserta perawat sebagai saksi.
Troli emergensi akan dibuka ketika terjadi code blue yang berarti terjadi
kondisi kegawatdaruratan medis. Setelah tindakan untuk pasien dilakukan, dokter
atau perawat menandai nama perbekalan farmasi dan jumlah yang digunakan dari
troli pada lembar checklist troli emergensi serta menuliskan nama pasien yang
menggunakan. Dokter membuat resep untuk penggantian perbekalan farmasi yang
telah digunakannya dari troli emergensi dan memberitahukan pihak Satelit lantai
1. Resep dibuat atas nama pasien yang menggunakan perbekalan farmasi dari troli
sehingga biaya penggantiannya akan ditagihkan kepada pasien tersebut. Petugas
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
52
Universitas Indonesia
farmasi dari Satelit lantai 1 akan menyiapkan barang pengganti sesuai resep
dokter beserta kunci baru untuk troli tersebut. Bersama dengan perawat, pihak
farmasi akan mengecek kembali kelengkapan seluruh isi troli.
Barang yang terdapat pada floor stock tidak perlu diresepkan kembali oleh
dokter karena telah tersedia di ruang rawat pasien. Apabila terdapat barang floor
stock pada resep dokter, maka pihak farmasi akan mengonfirmasi kepada dokter
yang bersangkutan untuk membatalkan peresepan barang tersebut. Saat verifikasi
resep, jika ditemui peresepan barang floor stock, maka kejadian tersebut dicatat di
dalam lembar checklist review resep obat pasien sebagai temuan masalah obat.
4.2.4 Pelayanan Farmasi Klinis
Kegiatan farmasi klinik di IGD telah berjalan dengan adanya seorang
Apoteker klinis. Pelayanan farmasi klinis dilakukan untuk melayani kebutuhan
pasien dari lantai 1 hingga lantai 3 IGD. Beberapa jenis pelayanan yang telah
dilakukan, antara lain :
a. Verifikasi resep : Apoteker klinis akan melakukan verifikasi resep sebelum
obat di-dispense. Akan tetapi, ketika Apoteker klinis tidak ada di satelit,
proses verifikasi dilakukan oleh AA;
b. Monitoring penggunaan obat : dilakukan dengan cara menyesuaikan antara
obat yang diresepkan oleh dokter dengan rencana pengobatan dalam status
pasien dan pemberian obat oleh perawat yang tercatat dalam kardeks;
c. Pemberian informasi obat pulang : dilakukan pada saat penyerahan obat
kepada pasien yang akan pulang. Pemberian informasi obat pulang di IGD
diutamakan untuk pasien dengan penggunaan obat khusus dan berkelanjutan.
Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit IGD,
terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas
pelayanan farmasi Satelit Farmasi IGD. Beberapa hal tersebut, antara lain :
a. Terdapat selisih di kartu stok dengan jumlah fisik obat
b. Etiket masih ditulis manual, terkadang ada tulisan yang tidak jelas. Penulisan
etiket secara manual juga memperlama respon time pelayanan kepada pasien
c. SDM yang kurang ramah dan pengetahuan yang masih minim tentang ruang
lingkup di Satelit IGD.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
53
Universitas Indonesia
4.3 Satelit Farmasi Pusat
Satelit Farmasi Pusat melaksanakan pelayanan kefarmasian selama 24 jam
pada hari Senin hingga Minggu yang masing-masing terbagi ke dalam tiga shift
kerja. Shift pertama dilakukan pada pukul 08.00 – 14.30 WIB, shift kedua
dilakukan pada pukul 14.00 – 21.00 WIB dan shift ketiga dilakukan pada pukul
21.00 – 08.00 WIB. Sumber Daya Manusia di Satelit Farmasi Pusat terdiri dari 1
Apoteker, 10 Asisten Apoteker, dan 2 juru resep. Pembagian dalam satu shift
terdiri dari 2 Asisten Apoteker dan 1 juru resep untuk shift pagi dan sore.
Sementara untuk shift malam, terdapat 2 Asisten Apoteker yang bertugas. Selain
itu, pada hari-hari pelayanan yang ramai (Selasa, Rabu, Jum’at) ditempatkan 2
AA dan 2 JR untuk shift pagi, 3 AA untuk shift sore, dan 2 AA untuk shift malam.
Satelit ini melayani pasien jaminan, baik berupa Jamkesmas, Jamkesda,
KJS Dinkes DKI Jakarta, Jampeltas, Jampersal, ASKES, dan Jaminan Perusahaan
serta pasien umum. Resep yang dilayani meliputi pasien rawat inap yang tidak
memiliki satelit farmasi ataupun satelit farmasi yang tidak buka 24 jam dan juga
resep pasien rawat jalan dari beberapa Poliklinik. Resep rawat inap yang dilayani
berasal dari rawat inap Bedah Anak (BCh), Paviliun Tumbuh Kembang (PTK),
Perinatalogi (PICU dan NICU), Unit Luka Bakar (ULB), Psikiatri (PKL, PKW,
PKA) dan Pelayanan Jantung Terpadu (pada shift kedua dan ketiga). Resep pasien
rawat jalan yang dilayani berasal dari Poliklinik Hemodialisa, semua Poliklinik
yang melakukan pembedahan (Bedah Vaskuler, Bedah Digestif, Bedah Tumor,
Bedah Orthopedi), Poliklinik Hematologi-Onkologi, Poliklinik Kebidanan
(khusus untuk kemoterapi), Poliklinik Radioterapi, dan Poliklinik Thalasemia.
Pengelolaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat dilakukan mulai
dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, serta pelaporan
kegiatan pelayanan. Perencanaan perbekalan farmasi Satelit Farmasi Pusat ke
Gudang Pusat dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu periode Januari – Juni
dan Juli – Desember. Perencanaan dilakukan berdasarkan data pemakaian barang
yang dilihat dari laporan mutasi barang pada periode sebelumnya.
Pada proses pengadaan, dilakukan defekta secara online 2 kali dalam
seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Selanjutnya, petugas gudang
memeriksa ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan. Keesokan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
54
Universitas Indonesia
harinya, petugas Satelit Farmasi Pusat akan datang ke Gudang Pusat untuk
melakukan penerimaan perbekalan farmasi. Setelah melakukan pengecekan
terhadap kesesuaian jenis dan jumlah barang yang diminta dengan yang diberikan
pihak gudang, petugas Satelit Farmasi Pusat akan menandatangani fomulir defekta
barang. Selanjutnya, petugas satelit farmasi akan mencatat jumlah barang yang
diterima pada kartu stok barang dan sistem IT di satelit, dan menyusun perbekalan
farmasi di tempat yang telah disediakan. Beberapa jenis perbekalan farmasi
disimpan di tempat terpisah sebagai buffer stock.
Selain melakukan defekta secara rutin, Satelit Farmasi Pusat juga
melaksanakan defekta cito saat stok kosong atau terdapat permintaan perbekalan
farmasi yang tidak terduga. Petugas tetap melakukan defekta secara online dan
akan datang langsung ke Gudang mengambil obat atau alat kesehatan yang
dibutuhkan.
Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Pusat disusun secara alfabetis
dengan sistem First In First Out (FIFO) atau First Expired First Out (FEFO)
dengan pemantauan suhu ruang penyimpanan 15-25oC yang dilakukan satu kali
sehari. Perbekalan farmasi disusun menurut jenisnya, yaitu obat, alat kesehatan
dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Penyimpanan obat disusun sesuai dengan bentuk sediaan, obat generik
ataupun obat nama dagang. Bentuk sediaan yang ada di Satelit Farmasi Pusat
antara lain oral, injeksi, cairan infus, nutrisi parenteral, sirup/drop serta obat luar.
Di Satelit Farmasi Pusat terdapat obat-obat dengan penyimpanan khusus meliputi:
a. Termolabil, disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 2°-8° C. Kualitas
perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu dijaga melalui pengecekan
lemari pendingin sebanyak tiga kali sehari
b. Obat sitostatika, ditempel stiker ungu untuk obat kanker
c. High Alert, di lemari berbeda yang dibatasi dengan lakban merah dan
ditempel stiker High Alert pada kemasan primer obat
d. Narkotika, disimpan dalam lemari kayu khusus yang terdiri dari 2 sekat
dengan kunci ganda
e. Psikotropika, di dalam lemari kayu khusus
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
55
Universitas Indonesia
f. Obat dengan penyimpanan terpisah, seperti sediaan nutrisi, obat ASKES, dan
obat mahal.
Berbeda dengan obat, penyimpanan alat kesehatan dilakukan berdasarkan
jenis dan fungsinya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses penyiapan
alat kesehatan. Penyimpanan B3 dilakukan dalam lemari tahan api. Selain itu,
terdapat pelabelan khusus untuk perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat
antara lain pelabelan obat-obat LASA dan obat yang mendekati tanggal
kadaluwarsa. Obat-obat LASA (Look Alike Sound Alike) disimpan dengan
ketentuan yang berlaku yakni dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang
tergolong LASA secara berdampingan dan terdapat stiker LASA berwarna hijau
yang ditempelkan pada wadah penyimpanan obat. Untuk obat-obat yang
mendekati kadaluwarsa dalam jangka waktu 3 bulan, dimasukkan ke dalam plastik
kuning dan diberi label bewarna kuning dengan mencantumkan bulan dan tahun
kadaluwarsa obat tersebut pada kemasan plastik dan wadah penyimpanan.
Pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan di Satelit Farmasi
Pusat menggunakan sistem distribusi peresepan individual. Resep yang diterima
oleh Satelit Farmasi Pusat terdiri dari resep manual dan resep online. Resep online
diperoleh dari rawat inap Bedah Anak (BCh), Unit Luka Bakar (ULB) dan
Psikiatri (PKL, PKW, PKA). Resep manual diperoleh dari Paviliun Tumbuh
Kembang (PTK), Perinatalogi (PICU dan NICU) dan Pelayanan Jantung Terpadu
(PJT) pada shift kedua dan ketiga. Perbekalan farmasi yang telah disiapkan akan
diambil oleh petugas dari masing-masing Unit Kerja.
Berikut jadwal pengambilan perbekalan farmasi yang diterima oleh Satelit Farmasi Pusat :
Tabel 4.3 Jadwal pengambilan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat
Waktu Resep Datang
Waktu Pengambilan Perbekalan Farmasi
≤ 09.00 11.00 15.00 (untuk Psikiatri dan Unit Luka Bakar)
> 09.00 19.00 19.00 09.00
Resep Cito < 15 menit
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
56
Universitas Indonesia
Khusus obat kemoterapi, pasien hanya menerima bon penitipan obat dan obat
kemoterapi yang telah disiapkan akan didistribusikan oleh petugas Satelit Farmasi
Pusat ke unit produksi tempat dilakukannya dispensing obat kemoterapi, atau
gedung A bagian sitostatika dan pada hari kemoterapi baru dilakukan
pencampuran.
Pada pasien rawat jalan diharuskan menggunakan resep dari dokter dan
hanya berlaku untuk 1 hari sesuai dengan tanggal SJP (Surat Jaminan Pelayanan)
yang berlaku. Apabila resep tidak sesuai dengan tanggal yang berlaku, maka resep
tersebut tidak akan dilayani. Resep yang datang akan diverifikasi terlebih dahulu.
Verifikasi resep meliputi verifikasi administratif, farmasetik, dan kelengkapan
lainnya, seperti syarat jaminan khusus untuk pasien jaminan, kuitansi untuk semua
pasien, protokol dan jadwal terapi, serta formulir pencampuran obat khusus untuk
pasien kemoterapi, dan hasil lab khusus untuk pasien pengguna obat mahal dan
antibiotik lini 2 dan 3. Setelah diverifikasi jumlah dan jenis obat dimasukkan
melalui sistem IT. Setelah dimasukkan dan diberi harga, resep diberikan kepada
petugas satelit lainnya untuk di-dispense. Bagi pasien yang membayar secara
tunai, dapat langsung membayar kepada petugas satelit, sedangkan pasien jaminan
wajib menyerahkan resep asli dan kelengkapan jaminan lainnya kepada petugas
satelit.
Petugas satelit yang melakukan dispensing mengambil obat dengan jenis
dan jumlah yang sesuai dan mencatatnya pada kartu stok. Selain dispensing obat,
Satelit Farmasi Pusat juga menerima resep racikan. Obat racikan diracik di ruang
racik secara manual dengan kertas perkamen khusus. Obat diberi label dan
dikemas. Kemudian obat diberikan oleh petugas setelah dilakukan pengecekan
terhadap kesesuaian jenis dan jumlah obat terhadap resep. Penyerahan obat
dilakukan oleh petugas yang berbeda dengan yang melakukan dispensing.
Pemberian obat pada pasien rawat inap dilakukan untuk pemakaian per
hari, pengecualian untuk psikiatri yakni untuk pemakaian selama 3 hari (untuk
obat oral) dan pemakaian per hari (untuk injeksi). Untuk pasien yang akan pulang,
diberikan untuk pemakaian selama 1 minggu, pengecualian untuk pasien ASKES
diberikan untuk pemakaian selama 3 hari. Pada pasien rawat jalan, jumlah obat
yang diberikan sesuai dengan jumlah yang tertulis pada resep. Pasien hemodialisa
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
57
Universitas Indonesia
yang menggunakan cairan dianeal, diberikan injeksi untuk kebutuhan satu bulan,
sedangkan pasien yang tidak menggunakan cairan Dianeal, cukup diberikan obat
untuk keperluan satu minggu dan tergantung pada keperluan pemakaian.
Sedangkan untuk pasien thalasemia, diberikan obat untuk pemakaian satu bulan
penuh.
Obat dapat diretur jika obat tidak digunakan oleh pasien dengan kondisi
obat yang masih layak pakai, dan obat berasal dari Satelit Farmasi Pusat. Prosedur
retur obat tidak dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan standar prosedur
operasional yang telah ditetapkan. Pengecekan obat retur akan dilakukan pada saat
pasien tersebut akan pulang. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi kerja bagi
petugas farmasi di Satelit Farmasi Pusat.
Kendala yang dihadapi di Satelit Farmasi Pusat, diantaranya adalah :
a. Penyusunan obat di rak penyimpanan yang masih bertumpuk ke belakang dan
bertumpuk ke atas, sehingga kotak obat seringkali saling menghalangi. Hal
ini dapat menyulitkan petugas dalam mencari obat.
b. Letak penyimpanan kartu stok yang tidak rapih/berantakan, terutama untuk
kartu stok yang sudah penuh pencatatannya disimpan tidak berdasarkan
alfabetis atau bulan pemakaiannya sehingga pada saat terjadi selisih stok sulit
dilakukan penelusuran karena kartu stok yang terselip dalam penyimpanan
dan sebagainya.
c. Beberapa unit kerja masih menggunakan resep manual dalam peresepan ke
Satelit Farmasi Pusat. Penggunaan resep manual ini memiliki kekurangan,
yaitu memungkinkan terjadinya kesalahan pembacaan resep oleh petugas
satelit dan memperlambat proses pelayanan resep.
d. Penulisan etiket secara manual juga memperlambat proses pelayanan resep.
4.4 Unit Rawat Inap Terpadu (Gedung A)
Gedung A merupakan ruang rawat inap terpadu bagi semua pasien yang
sedang menjalani pengobatan di RSCM. Gedung A terdiri dari 8 lantai yang pada
setiap lantainya terdiri dari dua zona, yaitu zona A dan zona B.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
58
Universitas Indonesia
Tabel 4.4 Pembagian ruang rawat Gedung A
Lantai Ruang Rawat Zona A Ruang Rawat Zona B
1 Anak Kelas khusus dewasa
2 Penyakit dalam dan kebidanan Kebidanan
3 Kelas khusus dewasa Kelas khusus dewasa
4 Bedah Bedah
5 Syaraf dan stroke Bedah syaraf, HCU
6 Kelas khusus dewasa HCU dewasa, ICU anak, penyakit dalam
7 Penyakit dalam dewasa Penyakit dalam dewasa, THT, mata
8 Hematologi dewasa, geriatri Hematologi dewasa
Tugas pokok dan peran Apoteker di Gedung A terdiri dari dua, yaitu
manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik.
4.4.1 Kegiatan PKPA di Gedung A
Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama PKPA untuk memahami
manajemen perbekalan farmasi di Gedung A, yaitu :
a. Memahami prosedur defekta dari depo ke Gudang Farmasi Basement dengan
membantu menyediakan dan mengemas perbekalan farmasi berdasarkan
defekta dari depo farmasi.
b. Membantu memeriksa kesesuaian penempelan stiker LASA pada rak obat
yang tergolong ke dalam obat LASA.
c. Memahami proses penyiapan obat racik di Gudang Farmasi Basement melalui
pengamatan proses peracikan yang dilakukan oleh juru racik dari awal
persiapan hingga proses peracikan selesai. Selain itu, mahasiswa juga
melakukan pengamatan terhadap alat pelindung diri (APD) yang digunakan
oleh juru racik hingga alat-alat yang digunakan selama proses peracikan.
d. Memahami proses dispensing obat di depo farmasi Gedung A dengan ikut
serta membantu proses dispensing obat dan berdiskusi bersama AA yang
bertugas di depo tersebut.
Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan mahasiswa PKPA di Gedung A
antara lain:
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
59
Universitas Indonesia
a. Melakukan monitoring dan pengambilan riwayat pengobatan pada formulir
yang tersedia, serta berdiskusi bersama apoteker klinik mengenai data yang
didapatkan.
b. Mengikuti diskusi dalam jurnal reading mengenai obat PPI pada pediatri dan
interaksi obat PPI dengan clopidogrel
c. Mengikuti rapat PFT bulan September 2013
d. Menyiapkan obat, menulis informasi obat pulang pada formulir yang telah
disediakan dan memberikan konseling obat untuk pasien yang akan pulang.
e. Melakukan pelayanan informasi obat dengan menjawab pertanyaan yang
diajukan melalui telepon yang masuk ke unit PIO. Mahasiswa mendapatkan
beberapa pertanyaan yang diajukan oleh petugas farmasi di depo dan dokter.
Dalam menjawab pertanyaan yang diterima, mahasiswa mencari informasi
dari literatur yang telah tersedia di ruangan, yaitu Drug Information
Handbook dan literatur lain, seperti MIMS serta literatur dari internet.
4.4.2 Manajemen perbekalan farmasi di Gedung A
Manajemen perbekalan farmasi dikelola oleh Satelit Farmasi yang terdiri
dari satelit farmasi di setiap lantai dan Gudang Farmasi Basement Gedung A.
Satelit farmasi bertugas melayani kebutuhan obat-obat pasien yang dirawat di
lantai tersebut. Sedangkan Gudang Farmasi Basement berfungsi menyediakan
kebutuhan perbekalan farmasi bagi semua satelit di lantai Gedung A, menyiapkan
obat racikan, dan melayani resep-resep tambahan pasien Gedung A pada malam
hari (di atas pukul 21.00 WIB). Gudang Farmasi Basement akan mendistribusikan
perbekalan farmasi ke setiap depo farmasi, kemudian depo farmasi tersebut yang
akan mendistribusikannya ke pasien melalui perawat.
Pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap Gedung A dilakukan selama 24
jam yang terbagi menjadi dua shift (pagi pukul 08.00 – 14.30 WIB dan sore pukul
14.00 – 21.00 WIB), dilayani di depo farmasi setiap lantai dan tiga shift dengan
penambahan shift malam pukul 21.00 – 08.00 WIB dikarenakan ada pengalihan
pelayanan dari depo tiap lantai ke Gudang Farmasi Basement Gedung A. Jumlah
SDM di satelit farmasi Gedung A saat ini (akhir bulan Oktober) terdiri dari 4
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
60
Universitas Indonesia
orang penanggung jawab, 2 orang apoteker dan 2 orang asisten apoteker senior,
69 orang asisten apoteker, 14 orang pekarya, dan 2 orang bagian administrasi.
Administrasi merupakan suatu bagian yang menangani kelengkapan
berkas-berkas penagihan obat bagi pasien jaminan agar dapat ditagihkan ke pihak
penjamin. Petugas administrasi ini bertugas di bagian keuangan di basement
Gedung A.
Pengelolaan perbekalan farmasi di Gudang Basement sama seperti
pengelolaan perbekalan farmasi di satelit farmasi lain, yaitu mulai dari
perencanaan perbekalan farmasi yang dibutuhkan hingga distribusinya ke pasien,
dan pelaporannya. Perencanaan Gudang Farmasi Basement berdasarkan pada
kebutuhan depo farmasi setiap lantai. Setelah pihak Gudang Basement
merekapitulasi jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan, maka akan dilakukan
pengadaan melalui defekta ke Gudang Pusat setiap tiga kali dalam seminggu,
yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Jumat menggunakan sistem online. Setelah
dilakukan pemesanan dan penyiapan barang oleh petugas Gudang Pusat, pekarya
dari Gudang Farmasi Basement Gedung A akan melakukan penerimaan
perbekalan farmasi di Gudang Pusat.
Perbekalan farmasi yang telah diterima dan diperiksa disimpan di Gudang
Basement. Perbekalan farmasi terdiri dari sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Sediaan farmasi disusun berdasarkan sistem alfabetis, bentuk sediaan,
generik/non-generik, kestabilan (obat termolabil), dan FIFO/FEFO, sedangkan
alat kesehatan disusun berdasarkan fungsinya. Beberapa sediaan farmasi harus
disimpan secara khusus atau terpisah dari sediaan lainnya antara lain:
a. Narkotika: disimpan di lemari khusus yang berkunci ganda. Lemari tersebut
harus selalu dikunci dan kuncinya dikalungkan pada petugas farmasi yang
bertanggung jawab pada saat itu.
b. Psikotropika: disimpan di lemari khusus yang berpintu. Lemari tersebut juga
harus selalu terkunci dan kuncinya dikalungkan pada petugas farmasi yang
bertanggungjawab pada saat itu. Kunci lemari psikotropika biasanya akan
digabung dengan kunci lemari narkotika.
c. Obat mahal: disimpan di lemari terpisah dengan sediaan lainnya agar dapat
memudahkan pengontrolan penggunaan obat tersebut.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
61
Universitas Indonesia
d. Obat LASA: yaitu obat yang memiliki bentuk atau penampilan dan pengejaan
yang hampir sama. Selain itu obat-obat LASA termasuk juga obat-obat yang
memiliki kekuatan dosis lebih dari satu. Obat jenis ini tidak dipisahkan
dengan sediaan lainnya, tetapi hanya diberi stiker LASA di bagian depan rak
penyimpanannya dan diberi jarak dengan obat pasangannya.
e. Obat High Alert: merupakan obat yang memiliki risiko tinggi jika terjadi
kesalahan dalam penggunaannya, sehingga harus digunakan secara hati-hati.
Obat jenis ini disimpan di lemari terpisah dan diberi stiker high alert pada
setiap satuan terkecil obat, sehingga setiap petugas medis yang menggunakan
obat tersebut akan lebih berhati-hati dalam menggunakannya. Lemari obat
high alert ditandai dengan garis merah menggunakan lakban yang memenuhi
semua bagian tepi/sisi lemari.
f. Obat sitostatika: yaitu obat yang digunakan untuk pasien kanker pada saat
menjalani kemoterapi. Obat sitostatika disimpan di lemari terpisah dan diberi
stiker ungu obat kemoterapi pada setiap satuan terkecil obat. Penanganan obat
ini harus sangat diperhatikan karena bahaya yang ditimbulkan akibat paparan
obat ini sangat besar. Lemari obat sitostatika ditandai garis merah
menggunakan lakban yang memenuhi semua bagian tepi/sisi dari lemari,
sama seperti lemari obat high alert.
g. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3): oleh karena sifatnya yang korosif,
mudah terbakar, dan sifat yang berbahaya lainnya, maka obat ini harus
disimpan di lemari besi yang tertutup rapat. Di bagian depan pintu harus
tertempel simbol B3 dan terdapat MSDS yang merupakan pedoman
penanganan untuk masing-masing B3 di dalam lemari tersebut.
h. Obat yang memiliki waktu daluwarsa tiga bulan ke depan akan dimasukkan
ke dalam plastik berwarna kuning dan ditempeli stiker kuning yang berisi
informasi bulan dan tahun daluwarsa.
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, Gudang Farmasi Basement
mendistribusikan perbekalan farmasi ke depo farmasi di setiap lantai berdasarkan
defekta dari depo. Depo di setiap lantai biasanya melakukan defekta ke Gudang
Farmasi Basement setiap hari sesuai dengan kebutuhan obat pasien. Perbekalan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
62
Universitas Indonesia
farmasi yang sudah disiapkan oleh petugas Gudang Basement akan dikirimkan ke
depo farmasi.
Obat-obat yang perlu diracik disiapkan di ruang peracikan khusus yang
tersedia di Gudang Farmasi Basement. Pada hari Senin dan Kamis, AA dari depo
lantai satu akan membantu penyiapan obat yang akan diracik di Gudang Farmasi
Basement karena dua hari tersebut adalah hari peresepan oleh dokter, sehingga
resep obat-obat racikan untuk pasien anak sangat banyak.
Sistem peresepan di Gedung A sudah menggunakan sistem online berupa
Electronic Health Record (EHR). Kelebihan penggunaan sistem ini adalah dapat
mengurangi kesalahan dalam membaca resep, sehingga kesalahan dalam
pemberian obat juga berkurang. Selain itu, kelengkapan administrasi resep secara
otomatis terpenuhi, resep lebih cepat sampai di depo farmasi, sehingga akan lebih
cepat untuk melakukan dispensing obat, serta tagihan pasien dapat diketahui
secara real time. Dokter mengirimkan resep pasien pada hari Senin untuk
penggunaan dari Senin sore hingga Kamis siang serta resep Kamis untuk
penggunaan dari Kamis sore hingga Senin siang. Akan tetapi, masih ada beberapa
dokter yang melakukan peresepan secara manual khususnya dokter konsulen yang
menangani pasien kelas khusus, resep manual tersebut kemudian di input ke
sistem IT oleh tenaga farmasi di depo.
Obat-obat yang sudah diresepkan kemudian disiapkan oleh farmasi di depo
dan didistribusikan ke pasien melalui perawat. Sistem distribusi yang digunakan,
yaitu daily dose, unit dose, dan peresepan individual. Sistem resep harian, yaitu
sistem distribusi obat yang disiapkan untuk penggunaan obat selama satu hari,
untuk obat oral akan dikemas berdasarkan unit dose. Sistem unit dose, yaitu
sistem distribusi obat yang disiapkan untuk setiap kali waktu minum obat, dimulai
dari sore hingga siang hari di hari berikutnya. Walaupun obat disiapkan secara
unit dose, namun penyerahan obat ke perawat tetap dilakukan satu kali sehari
untuk penggunaan secara satu hari, yaitu setiap sore hari sebelum pukul 17.00
WIB. Sistem unit dose ini hanya diberlakukan untuk obat oral, kecuali di depo
farmasi lantai 3 yang sudah menerapkan sistem unit dose untuk obat-obat
parenteral dan alat kesehatan. Sistem distribusi peresepan individu digunakan
untuk penyiapan obat bagi pasien yang akan pulang.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
63
Universitas Indonesia
Selain ketiga sistem distribusi tersebut, depo farmasi Gedung A juga
menerapkan sistem distribusi floor stock. Perbekalan farmasi yang didistribusikan
dengan metode floor stock, yaitu perbekalan farmasi yang diberikan tanpa melalui
verifikasi petugas farmasi. Perbekalan farmasi ini meliputi perbekalan farmasi
dasar (bahan medik habis pakai) dan troli emergensi. Perbekalan farmasi dasar
tersedia di ruang perawat (nurse station) untuk digunakan bersama-sama bagi
seluruh pasien di lantai tersebut dan merupakan tanggung jawab dari perawat di
lantai tersebut. Troli emergensi merupakan persediaan perbekalan farmasi pada
keadaan darurat, berisi obat-obat penyelamat hidup, cairan nutrisi, dan alat-alat
kesehatan penyelamat hidup (airways, breathing, circulation).
Setiap kegiatan manajemen perbekalan farmasi yang dilakukan harus
disertakan dengan laporan. Laporan yang disiapkan oleh Gudang Farmasi
Basement antara lain laporan mutasi, laporan pendapatan, laporan sasaran mutu,
laporan pemakaian antibiotik, laporan IKI pegawai, laporan barang exp.date,
laporan SO, laporan narkotika dan psikotropika. Laporan tersebut dibuat setiap
bulan dan dikirim maksimal tanggal 10 setiap bulannya ke Kepala Sub Instalasi
Perbekalan Farmasi, Kepala Sub Instalasi Adminkeu, dan Koordinator Pelayanan
Farmasi.
4.4.3 Farmasi Klinik Gedung A
Kegiatan farmasi klinik di Gedung A RSCM sudah berjalan cukup baik.
Farmasi klinik adalah pelayanan yang berorientasi kepada pasien yang bertujuan
untuk menjamin efektivitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat serta dalam
rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang
rasional adalah penggunaan obat yang tepat indikasi, tepat obat, tepat cara
pemberian, tepat waktu pemberian, dan tepat lama pemberian. Kegiatan farmasi
klinik di Gedung A meliputi verifikasi resep, monitoring pengobatan, visite,
diskusi kasus, pelayanan konseling, pelayanan informasi obat, dan pengambilan
riwayat pengobatan (medication history taking).
a. Verifikasi resep
Hal-hal yang dilakukan oleh apoteker selama verifikasi resep meliputi
pemeriksaan kesesuaian farmasetis dan pertimbangan klinis pasien. Pemeriksaan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
64
Universitas Indonesia
kelengkapan administrasi resep tidak dilakukan karena Gedung A sudah
menggunakan sistem EHR, sehingga kelengkapan administrasi resep telah
lengkap secara otomatis.
b. Monitoring pengobatan
Monitoring pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada
tidaknya diskrepansi (ketidaksesuaian pengobatan pasien) dan mengetahui
perkembangan pengobatan pasien. Hal-hal yang dilakukan selama monitoring
pengobatan pasien meliputi :
1) Melihat kesesuaian antara resep dokter di EHR dengan kardeks (laporan
pemberian obat oleh perawat) serta obat yang ditulis di status pasien (Medical
Record).
2) Kesuaian pemberian obat terhadap hasil laboratorium pasien.
3) Melihat kesesuaian dosis yang diberikan.
4) Interaksi obat yang terjadi karena polifarmasi.
c. Visite
Visite merupakan kunjungan yang dilakukan ke ruang rawat pasien yang
bertujuan untuk :
1) meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,
perkembangan kondisi klinik, dan rencana terapi secara komprehensif;
2) memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk
sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pada pasien; dan
3) memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam hal
pemilihan terapi dan monitoring terapi.
Visite dapat dilakukan oleh Apoteker secara mandiri maupun
berkolaborasi bersama tim medis lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dalam kegiatan visite, Apoteker berperan dalam memberikan rekomendasi
pengobatan pasien terkait kesesuaian obat dengan penyakitnya, kesesuaian dosis
dan sediaan obat, ketersediaan obat, harga obat, efek yang tidak diinginkan, serta
kemungkinan terjadinya interaksi obat.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
65
Universitas Indonesia
d. Diskusi kasus
Kegiatan yang dilakukan selama diskusi kasus dapat bermacam-macam
sesuai dengan kondisi unit yang melakukan diskusi kasus. Diskusi kasus dapat
meliputi :
1) Sharing informasi pasien atau ilmu baru yang didapat.
2) Ronde klinik PPRA untuk membahas kasus penggunaan antibiotik, baik
kasus yang berasal dari pasien maupun yang terjadi secara umum.
3) Ronde geriatri (geriatric meeting).
4) Ronde bersama (waktunya tidak pasti dan dilakukan minimal satu bulan
sekali).
5) Diskusi kasus lainnya sesuai kebutuhan pasien.
6) Pelayanan konseling
Konseling dilakukan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Konseling diprioritaskan bagi pasien geriatri (usia lanjut >60 tahun), pediatri
(anak-anak <12 tahun), pasien yang akan pulang, pasien yang mendapatkan lebih
dari 7 rejimen obat, pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit,
dan pasien yang mendapatkan efek obat yang tidak diharapkan dari penggunaan
obatnya.
Konseling yang diberikan bagi pasien yang akan pulang cukup informatif.
Umumnya, pasien telah terbiasa dengan cara penggunaan obat-obat tersebut
selama dirawat di rumah sakit sehingga tidak membutuhkan penjelasan yang
terlalu mendetail. Akan tetapi, apoteker sebaiknya meminta pasien untuk
mengulangi informasi yang telah disampaikan. Hal tersebut sebagai proses
evaluasi dan untuk memastikan bahwa informasi telah diterima dengan tepat oleh
pasien tanpa ada kesalahan dalam memahami informasi.
Selain itu, apoteker juga menuliskan informasi obat pada formulir
informasi obat pulang terlebih dahulu. Informasi yang diberikan kepada pasien
meliputi nama obat, jumlah obat yang diberikan, aturan dan waktu pemakaian
obat, serta informasi khusus. Formulir informasi obat pulang sangat membantu
bagi pasien karena biasanya obat yang diberikan kepada pasien lebih dari satu
jenis obat sehingga pasien dapat lebih mudah dalam meminum obat.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
66
Universitas Indonesia
Sebaiknya informasi obat yang tertera dalam etiket juga mencantumkan
cara penggunaan obat (sebelum/setelah makan). Walaupun pada saat konseling
oleh apoteker telah diberikan formulir informasi obat, namun pasien akan lebih
sering melihat aturan penggunaan obat pada etiket. Oleh karena itu, informasi ini
juga sangat penting tersedia di etiket obat agar pasien tidak salah dalam
penggunaan obat.
e. Pelayanan informasi obat (PIO)
PIO merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh apoteker secara
mandiri maupun berkelompok. PIO terdiri dari:
1) PIO pasif, yaitu berupa menjawab pertanyaan yang berasal dari tenaga
kesehatan di lingkungan RSCM. Saat ini kegiatan PIO pasif baru terlaksana
bagi tenaga medis di lingkungan Gedung A RSCM.
2) PIO aktif, yaitu berupa memberikan informasi secara aktif, seperti melalui
buku panduan, leaflet, brosur, dan media lainnya.
Dalam melakukan kegiatan PIO, Apoteker mencari informasi yang
dibutuhkan menggunakan buku-buku literatur terbaru maupun media elektronik
seperti internet yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Pertanyaan yang
diajukan oleh tenaga medis maupun pasien dapat berupa pertanyaan mengenai
kestabilan obat, substitusi obat, dosis obat untuk pasien dengan keadaan tertentu,
dan pertanyaan lainnya yang mungkin ditemukan selama pasien menjalani
perawatan. Laporan dari kegiatan PIO akan direkapitulasi dan dilaporkan setiap
bulan sehingga memudahkan pencarian kembali apabila pertanyaan serupa
ditanyakan kembali di lain waktu.
PIO aktif RSCM saat ini hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan, belum
dapat dilakukan secara rutin. Untuk kedepannya, kegiatan PIO aktif dapat
dilakukan secara lebih rutin dan tidak hanya ditujukan bagi pasien dan petugas
medis RSCM, tetapi juga dapat bermanfaat bagi pengunjung RSCM.
f. Pengambilan riwayat pengobatan (medication history taking)
Pengambilan riwayat penggunaan obat dilakukan bagi pasien yang baru
dirawat di Gedung A. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat alergi, melihat efek samping dari penggunaan obat sebelumnya,
dan menyesuaikan terapi sebelum perawatan dan saat perawatan di RSCM.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
67
Universitas Indonesia
Pengambilan riwayat penggunaan obat dilakukan dalam waktu 48 jam saat
pertama pasien datang. Ketika melakukan pengambilan riwayat pengobatan,
Apoteker menyiapkan lembar daftar obat sebelum perawatan dan menanyakan
tentang riwayat penggunaan obat pasien sebelum dirawat di rumah sakit, meliputi:
nama obat yang digunakan (nama generik/ nama dagang), cara perolehan (resep,
non-resep) termasuk obat herbal dan suplemen, dosis/aturan pakai, lama
penggunaan obat (kapan mulai menggunakan dan kapan dihentikan), kepatuhan
(dengan jadwal teratur, kadang-kadang, jika timbul gejala saja, dll), sumber obat,
dan jumlah obat tersisa. Selain itu, apoteker juga menanyakan riwayat alergi dan
efek samping obat yang pernah dialami pasien.
Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Gedung A,
terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas
pelayanan farmasi di Gedung A baik dari segi manajemen dan farmasi klinisnya.
Beberapa hal tersebut, antara lain :
a. Pada saat PKPA di gudang farmasi basement gedung A, terlihat ruangan
gudang ada yang bocor dibagian langit-langit yang dikhawatirkan dapat
merusak obat bila terkena air bocoran tersebut dan menghalangi kegiatan
pengambilan obat karena adanya tampungan ember untuk menampung air
bocoran tersebut.
b. Berdasarkan pengamatan ada tenaga farmasi yang kurang disiplin di gudang
karena ditemukan peletakan barang yang bukan pada tempatnya seperti
MSDS setelah digunakan tidak diletakkan kembali disamping lemari B3.
Sehingga petugas lain dapat mengalami kesulitan saat mencari perbekalan
farmasi tersebut. Masih ada kartu stok yang tidak diletakkan disamping obat.
c. Masih banyak petugas yang terlambat mengikuti briefing di pagi hari.
d. Pada saat melakukan konseling untuk pasien pulang, apoteker menggunakan
istilah yang sulit dimengerti oleh orang awam, dan terkadang apoteker tidak
meminta pasien untuk mengulang kembali informasi yang telah diberikan.
e. Apoteker belum terlibat langsung dalam visite bersama tenaga kesehatan lain
f. PIO yang dilaksanakan di RSCM belum maksimal.
g. Apoteker belum mengutamakan konseling pasien pulang.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
68
Universitas Indonesia
4.5 Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU)
Satelit Farmasi ICU merupakan salah satu unit yang melayani pasien
selama 24 jam setiap hari. Setelit ini beroperasi mulai pukul 07.30 – 14.30 untuk
shift pertama, pukul 14.00 – 21.00 untuk shift kedua, dan pukul 21.00 – 08.00
untuk shift ketiga. Pelayanan resep dilakukan untuk pasien jaminan maupun
pasien umum yang membayar secara tunai. Satelit ini melayani resep rawat inap
dari ICU dewasa, ICCU, dan juga menyiapkan paket tindakan endoskopi.
Pelayanan farmasi di Satelit Farmasi ICU dikelola oleh satu orang
Apoteker manajemen perbekalan farmasi dan satu orang Apoteker klinis, dibantu
oleh delapan orang Asisten Apoteker dan dua orang pekarya. Apoteker
manajemen perbekalan farmasi bertanggung jawab atas ketersediaan perbekalan
farmasi sedangkan Apoteker farmasi klinis bertanggung jawab atas perkembangan
pasien secara klinis. Kedua apoteker tersebut berada dibawah tanggung jawab
Koordinator Pelayanan Farmasi.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU meliputi
pengelolaan perbekalan kefarmasian, mulai dari perencanaan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian. Pelayanan farmasi klinis yang dilakukan di
Satelit Farnasi ICU meliputi parade pagi, visite pasien, pengkajian resep,
monitoring obat, konseling obat pasien pulang di ICCU dan pemberian informasi
obat.
4.5.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi ICU
Perencanaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU dilakukan 2 kali
dalam satu tahun berdasarkan pemeriksaan pada kartu stok dan banyaknya
kebutuhan perbekalan farmasi dari resep.
Pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU menggunakan
defekta online ke Gudang Pusat setiap hari Senin dan Kamis, sedangkan untuk
pengambilan barang dilakukan pada hari Selasa dan Jumat. Sama halnya dengan
satelit-satelit lain, satelit farmasi ICU melakukan pengadaan perbekalan farmasi
sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku.
Penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu
obat dan alat kesehatan. Penyimpanan obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
69
Universitas Indonesia
berdasarkan bentuk sediaan, generik atau nama dagang. Untuk alat kesehatan,
penyimpanan dilakukan berdasarkan fungsi dan penggunaannya. Sama halnya
dengan satelit-satelit lain, penyimpanan perbekalan farmasi sudah dilakukan
sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan, termasuk obat-
obat narkotika dan psikotropika, obat-obat high alert, serta obat-obat termolabil.
Di Satelit Farmasi ICU terdapat pelabelan khusus dalam penyimpanan
obat yaitu obat-obat LASA dan obat yang mendekati waktu daluwasa.
Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA secara berdampingan dan
diberikan stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada wadah
penyimpanan obat. Obat yang mendekati waktu daluwarsa dimasukkan ke dalam
plastik obat berwarna kuning dan diberi label warna kuning dengan
mencantumkan bulan dan tahun daluwarsa obat tersebut.
Sistem distribusi yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU meliputi
peresepan individual dan floor stock. Pada sistem distribusi peresepan individual,
dokter menuliskan resep obat secara manual. Resep biasanya diantar ke satelit
oleh perawat atau keluarga pasien. Petugas satelit akan melakukan verifikasi
terhadap resep yang diterima. Verifikasi resep, meliputi verifikasi administratif,
farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya, seperti kelengkapan persyaratan
jaminan pasien serta hasil lab untuk penggunaan obat-obat tertentu, seperti
albumin. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui sistem
IT dan diberi harga. Setelah itu, obat disiapkan oleh petugas satelit. Petugas
pelaksana dispensing mengambil obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai
dengan permintaan dalam resep, lalu dicatat mutasinya pada kartu stok.
Selanjutnya, obat dikemas dan diberi etiket. Setelah selesai dispensing, petugas
ruangan diinformasikan oleh pertugas Satelit Farmasi ICU untuk mengambilnya
di Satelit Farmasi ICU. Berbeda dengan resep harian, perawat atau dokter yang
telah menyerahkan resep cito ke Satelit ICU akan menunggu obat yang di
dispensing untuk segera dibawa ke ruang rawat.
Untuk sistem distribusi floor stock, Satelit Farmasi ICU mendistribusikan
perbekalan farmasi ke ruang rawat berupa troli emergensi. Prosedur penggunaan
barang pada troli emergensi sudah dilakukan sesuai dengan standar prosedur
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
70
Universitas Indonesia
operasional yang telah ditetapkan. Yang bertanggungjawab atas troli emergensi
adalah farmasi dan perawat. Farmasi bertanggungjawab dalam hal perbekalan
farmasi, sedangkan perawat bertanggungjawab dalam hal pengontrolan
kelengkapan dan penggunaan alat di dalam troli.
Obat pasien dapat diretur jika obat tidak digunakan, kondisinya masih
layak pakai, dan berasal dari Satelit Farmasi ICU. Prosedur retur obat tidak
dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah
ditetapkan. Prosedur retur obat yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU yaitu
perawat mengecek perbekalan farmasi yang diretur lalu menuliskan di form retur
dan menyerahkan ke satelit, petugas satelit mengecek kembali baik jenis maupun
jumlah perbekalan farmasi tanpa didampingi dengan perawat dan selanjutnya
petugas satelit mengembalikan perbekalan pada tempatnya dan menulis di kartu
stok.
4.5.2 Pelayanan Farmasi Klinik di Satelit Farmasi ICU
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di Satelit Farnasi ICU meliputi
parade pagi, visite pasien, pengkajian resep, monitoring obat, konseling obat
pasien pulang di ICCU dan pemberian informasi obat.
Apoteker klinis di Satelit Farmasi ICU melakukan parade pagi setiap
pukul 08.00 – 10.00 WIB bersama dokter, perawat, dan dietisian. Parade ini
bertujuan untuk membahas seputar permasalahan pasien, perkembangan pasien,
dan rencana tindakan atau pengobatan yang akan diberikan kepada pasien.
Apoteker akan memberikan rekomendasi mengenai obat yang dibutuhkan dalam
perawatan pasien, ketersediaan obat di Instalasi Farmasi, dosis obat yang sesuai
indikasinya, dan interaksi obat. Selain itu, perencanaan pengobatan pasien juga
disesuaikan dengan hasil laboratorium pasien.
Setelah parade pagi, apoteker klinis melaksanakan visite bersama dokter,
perawat, dan dietisian. Melalui kegiatan visite, tim tersebut dapat mengetahui
kondisi pasien yang sebenarnya. Pada saat melakukan visite, dapat terjadi
perubahan terapi ataupun tindakan. Peran apoteker pada saat itu adalah
memberikan rekomendasi dan berkoordinasi dengan dokter terkait rencana terapi
atau tindakan yang akan diterapkan.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
71
Universitas Indonesia
Selain itu, apoteker klinis juga melakukan pengkajian resep. Apoteker
mengkaji kesesuaian farmasetik dan klinis obat yang diresepkan oleh dokter. Jika
terdapat terapi yang kurang sesuai, apoteker meminta konfirmasi kepada dokter
yang bersangkutan dan memberi rekomendasi jika diperlukan. Monitoring obat
dilakukan oleh apoteker dengan memeriksa kesesuaian antara resep, kardeks, dan
status pasien serta menganalisis perkembangan pasien dengan terapi yang
diperoleh.
Pasien di ICU dengan kondisi yang telah stabil umumnya akan
dipindahkan ke ruang rawat inap di Gedung A, sedangkan pasien ICCU yang
kondisinya sudah baik dapat dipulangkan. Apoteker klinis juga melaksanakan
kegiatan farmasi klinis di ICCU, salah satunya adalah memberikan informasi obat
pada pasien yang akan pulang dengan melampirkan form informasi obat pulang
yang berisikan mengenai informasi obat-obat yang diberikan disertai dengan
indikasi, jumlah obat maupun aturan pemakaian. Apoteker juga mencantumkan
nomor telepon yang dapat dihubungi sehingga pasien dapat menanyakan hal-hal
yang kurang jelas terkait dengan terapi pengobatan pasien kepada apoteker di
rumah.
Selama pelaksanaan PKPA di Satelit Farmasi ICU, terdapat beberapa hal
yang diamati oleh mahasiswa. Berikut adalah hasil pengamatan serta beberapa
masukan untuk memperbaiki kinerja di Satelit Farmasi ICU :
a. Resep-resep yang diterima di Satelit ICU terkadang tidak memenuhi
kelengkapan syarat penulisan resep. Contohnya, seringkali ditemukan tidak
ada nama dokter, riwayat alergi, jenis sediaan, kekuatan sediaan, nomor
rekam medis (NRM) pasien, serta tanggal lahir pasien. Hal ini mungkin
disebabkan karena dokter lupa menulis, terburu-buru, atau karena dokter
menganggap bahwa petugas farmasi telah mengetahui obat ataupun data
administrasi yang dimaksud. Ketidaklengkapan syarat penulisan resep ini
dapat berpotensi menyebabkan terjadinya medication error.
b. Petugas Satelit Farmasi ICU harus menuliskan etiket manual dengan jumlah
yang sangat banyak dari setiap resep dan pengerjaannya dalam waktu yang
sesingkat mungkin.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
72
Universitas Indonesia
c. Satelit Farmasi ICU dilengkapi dengan lemari yang tingginya dapat mencapai
lebih dari dua meter. Terdapat beberapa perbekalan farmasi serta dokumen
yang diletakkan pada posisi yang cukup tinggi dan sulit dijangkau oleh
petugas. Biasanya petugas menggunakan alat bantu kursi untuk menjangkau
perbekalan farmasi serta dokumen yang diletakkan pada posisi tersebut. Hal
ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
d. Satelit Farmasi ICU terletak cukup jauh dari ruang tunggu keluarga pasien
sehingga petugas satelit harus berteriak keluar ruangan untuk memanggil
keluarga pasien saat pengurusan tagihan obat atau administrasi pasien.
e. Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU sudah tertata dengan
cukup baik. Akan tetapi, masih ditemukan beberapa produk obat tablet yang
disimpan tercampur dalam satu wadah. Penyimpanan obat tersebut berisiko
menimbulkan kesalahan dan menyulitkan pencarian obat saat proses
dispensing.
f. Prosedur retur obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan tidak sesuai dengan
standar prosedur operasional yang ditetapkan yakni petugas satelit tidak
langsung memeriksa jumlah dan jenis obat yang telah diretur oleh perawat.
g. Pelayanan farmasi klinis berupa konseling pasien pulang masih terdapat
sedikit kekurangan yakni pasien yang akan pulang harus menunggu cukup
lama untuk menerima konseling dari apoteker.
h. Tidak adanya petugas kasir khusus di ICU sehingga asisten apoteker ikut
dalam proses pengembalian barang dalam bentuk uang kepada keluarga
pasien jika barang tersebut tidak terpakai.
4.6 Satelit Farmasi Kirana
Satelit Farmasi Kirana dibuka oleh IFRS pada tahun 2011 dan ditujukan
khusus untuk pasien dengan diagnosis penyakit mata. Satelit yang terletak di
gedung Kirana, Jl. Kimia No.8, Jakarta Pusat ini memiliki dua depo farmasi, yaitu
depo farmasi lantai 1 dan lantai 3. Depo lantai 1 melayani pasien rawat jalan dan
rawat inap, sementara depo lantai 3 melayani paket operasi dan tambahan
kebutuhan perbekalan farmasi untuk tindakan operasi mata. Depo lantai 1 dan 3
beroperasi setiap hari Senin hingga Jumat dengan jadwal dua shift, shift pertama
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
73
Universitas Indonesia
mulai pukul 08.00-15.30 WIB, kemudian ada middle shift yang mulai pukul
10.00-18.00 WIB, untuk depo farmasi lantai 3 asisten harus menunggu sampai
semua tindakan operasi selesai dilakukan.
4.6.1 Kegiatan PKPA di Satelit Kirana
Mahasiswa bertugas di satelit Kirana selama 3 hari. Selama berada di
satelit Kirana, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain :
a. Mengamati alur pelayanan resep di depo lantai 1.
b. Mengecek dan mencatat perbekalan farmasi yang akan exp.date, dan
memisahkan barang yang sudah exp.date.
c. Membantu proses dispensing obat sesuai resep yang ada.
d. Mengamati alur pelayanan kefarmasian di depo lantai 3
e. Membantu menyiapkan paket operasi di depo lantai 3.
4.6.2 Sumber Daya Manusia (SDM)
Satelit Kirana memiliki dua orang penanggung jawab, yaitu satu orang
apoteker dan satu orang asisten apoteker senior. Di depo lantai 1 dibantu oleh 2
orang asisten apoteker, satu orang juru resep, dan satu orang pekarya, sedangkan
di depo lantai 3 dibantu oleh 2 orang asisten apoteker dan satu orang pekarya.
Selain obat mata, depo lantai satu juga menyediakan obat-obat lain, berupa obat
oral, injeksi, narkotika, dan psikotropika sebagai terapi penyerta di luar
pengobatan mata untuk pasien Kirana, karena sebagian besar pasien merupakan
geriatri yang terkadang memerlukan terapi lain disamping pengobatan untuk mata.
4.6.3 Kegiatan Satelit Kirana
Depo farmasi lantai 1 melayani pasien rawat jalan dari poli mata, rawat
jalan dari bagian VIP (Citra), pasien rawat inap, dan pasien pulang pasca-operasi,
sedangkan depo farmasi lantai 3 hanya melayani paket operasi dan tambahan
kebutuhan operasi. Bagian OK di Satelit Kirana memiliki 12 divisi mata dan
masing-masing menggunakan sistem paket untuk pendistribusian perbekalan
farmasinya. Dokumentasi mutasi barang, selain dengan sistem IT, juga dilakukan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
74
Universitas Indonesia
melalui pencatatan pada kartu stok. Pengeluaran barang dari depo lantai 3 akan
dicatat menggunakan lembar formulir permintaan paket tindakan yang telah
tersedia. Data pasien yang akan dioperasi dan jumlah paket yang diambil dari
depo oleh perawat atau dokter dari ruang bedah tercatat pada lembar tersebut.
Selain permintaan dalam bentuk paket, seringkali permintaan barang yang
sifatnya cito terjadi di tengah-tengah pelaksanaan tindakan operasi. Dokumentasi
permintaan cito dicatat pada formulir yang berbeda dengan mencantumkan nama
pasien, nama barang, dan jumlah yang diminta. Data permintaan cito tersebut
akan digabungkan dengan data yang terdapat pada formulir permintaan paket
tindakan sesuai nama pasien. Keseluruhan formulir permintaan paket (yang telah
dilengkapi juga dengan data permintaan cito pasien) direkap setiap harinya
sebagai dokumentasi mutasi di depo lantai 3.
4.6.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Kirana
dilakukan berdasarkan data pemakaian selama enam bulan terakhir dan trend
selama 3 bulan terakhir. Data perencanaan dikirim ke Gudang Pusat untuk
disiapkan pengadaannya. Depo lantai 3 membuat perencanaan untuk pemesanan
barang dan dikirimkan ke depo lantai 1. Defekta perbekalan farmasi di Satelit
Kirana dilakukan oleh pihak depo lantai 1 secara online pada hari Senin dan Rabu,
sedangkan pengambilan perbekalan farmasi dilakukan pada hari Selasa dan
Kamis. Satelit Kirana memiliki 2 orang pekarya, maka perbekalan farmasi yang
diminta akan diambil oleh pekarya depo lantai 1. Pada hari pengambilan barang
ke Gudang Pusat, dilakukan verifikasi terhadap kesesuaian perbekalan farmasi
yang diterima dengan defekta oleh petugas farmasi di Gudang Pusat. Kemudian,
perbekalan farmasi dimasukkan ke rak perbekalan farmasi dan dicatat
pemasukannya pada kartu stok. Untuk kebutuhan perbekalan farmasi depo lantai
3, barang akan diambil dari depo lantai 1 ke depo lantai 3 oleh pekarya di depo
lantai 3 setiap hari Selasa dan Kamis.
Khusus untuk pengadaan barang konsinyasi, seperti lensa mata,
perencanaan jumlah kebutuhan dan spesifikasi serta beberapa rekomendasi
vendor terbaik yang dipilih secara langsung diajukan oleh pihak Satelit Kirana ke
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
75
Universitas Indonesia
Direktur Pelayanan Medik, yang kemudian akan berdiskusi dengan Bagian
Keuangan RSCM. Jika disetujui, bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP) akan
melakukan sistem tender untuk menentukan vendor mana yang akan menangani
barang konsinyasi ini. Setelah diputuskan pemenangnya, maka pihak Unit Kerja
Kirana akan menghubungi vendor untuk melakukan pemesanan barang.
Dokumentasi penggunaan lensa di Satelit Kirana dilakukan pada buku
khusus pencatatan penggunaan lensa yang akan digunakan sebagai pedoman
untuk pembuatan laporan pemakaian lensa per bulan. Laporan tersebut
ditandatangani oleh Kepala Departemen Mata dan Kepala Sub Instalasi
Perbekalan Farmasi lalu diberikan ke bagian Instalasi Farmasi untuk dibuatkan
faktur. Faktur ini akan diserahkan ke bagian keuangan untuk dijadikan dasar
penagihan pembayaran bagi vendor dan acuan untuk pengadaan kembali. Lensa
dengan power yang sering digunakan akan di supplay lebih banyak, sedangkan
untuk stock opname lensa dilakukan oleh pihak vendor dan pihak depo lantai 5
setiap satu bulan sekali.
Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Kirana menggunakan sistem
FIFO dan FEFO yang disusun secara alfabetis dan dibedakan berdasarkan generik
dan nama dagang. Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit ini terbagi menjadi
tiga, yaitu penyimpanan obat, penyimpanan alat kesehatan, dan penyimpanan obat
khusus. Penyimpanan obat dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan
stabilitasnya, sedangkan penyimpanan alat kesehatan disimpan terpisah dari obat
dan diatur berdasarkan fungsi atau penggunaannya. Penyimpanan obat khusus di
Satelit Kirana, meliputi penyimpanan narkotika dan psikotropika, obat high alert,
obat sitostatika, obat termolabil, dan kit emergensi.
Obat-obat yang tergolong LASA diatur agar tidak terletak bersebelahan
dengan obat pasangannya dan telah dilakukan penempelan stiker LASA pada
wadah obat-obat tersebut. Obat-obat High Alert disimpan di lemari khusus yang
pada bagian tepinya ditandai dengan plester berwarna merah, serta pada tiap
kemasan primer obat diberi stiker merah High Alert. Obat kanker disimpan di
lemari terpisah yang diberi stiker ungu. Narkotika disimpan di lemari khusus yang
berkunci ganda. Kunci lemari narkotika dikalungkan pada AA yang bertugas di
satelit. Barang-barang dengan masa daluwarsa tiga bulan ke depan ditandai
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
76
Universitas Indonesia
dengan label kuning yang dilengkapi dengan data bulan dan tahun daluwarsa obat
tersebut. Obat-obat termolabil disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu
2o–8o C. Pengecekan suhu lemari pendingin serta suhu ruangan penyimpanan
Satelit Kirana dilakukan setiap hari, khusus untuk lemari pendingin pengecekan
dilakukan 3 kali. Sebagai langkah pengontrolan terhadap stok perbekalan farmasi
yang ada, dilakukan kegiatan stock opname (SO) di Satelit Kirana setiap tiga
bulan sekali, tetapi asisten apoteker di depo wajib melakukan sampling SO setiap
hari. Barang-barang yang diketahui telah mencapai tanggal daluwarsa atau rusak
akan dimusnahkan. Umumnya pemusnahan dilakukan dua kali dalam setahun oleh
panitia pemusnahan di bawah tanggung jawab IAL (Instalasi Administrasi dan
Logistik).
Sistem distribusi perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan dengan
dua cara, yaitu sistem peresepan individual dan sistem floor stock. Resep yang
diterima di satelit ini adalah resep manual, tetapi untuk resep dari beberapa dokter
di ruang OK VIP telah menggunakan sistem online. Peresepan individual untuk
pelayanan pasien rawat jalan, rawat inap, dan paket operasi. Untuk pasien rawat
jalan akan disiapkan secara daily dose oleh depo lantai 1, sedangkan paket operasi
akan disiapkan oleh depo lantai 3 satu hari sebelum operasi berdasarkan jadwal
rencana operasi masing-masing pasien. Sistem floor stock meliputi troli
emergency dan bahan medis habis pakai (BMHP). Troli emergency terletak di
OK, sehingga menjadi tanggung jawab depo lantai 3.
4.5.4 Alur Pelayanan Resep
a. Pasien umum (resep tunai)
Pasien umum cukup datang dengan membawa resep asli dari dokter. Resep
tersebut diverifikasi terlebih dahulu oleh petugas farmasi, meliputi verifikasi
kelengkapan resep, ketersediaan barang di satelit, dan jumlah obat yang akan
diberikan. Setelahnya, petugas satelit akan menginformasikan harga obat kepada
pasien untuk selanjutnya dilakukan transaksi di kasir, yang letaknya diluar depo
lantai 1. Kemudian, petugas satelit melakukan dispensing obat dan
menyerahkannya kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat. Alur
pelayanan di Satelit Kirana sesuai dengan standar VHDS (Verifikasi, Hargai,
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
77
Universitas Indonesia
Dispensing, Serahkan) yang berlaku di RSCM, yaitu mulai dari pelaksanaan
verifikasi, pemberian harga, dispensing obat, dan penyerahan obat.
b. Pasien jaminan
Perbedaan alur pelayanan resep pasien umum dengan pasien jaminan
terletak pada saat proses penerimaan resep. Pasien jaminan harus membawa resep
asli, fotokopi resep, dan surat jaminan. Untuk pasien jaminan Askes, petugas
satelit harus memastikan bahwa obat yang akan ditebus oleh pasien terdapat
dalam Buku DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) Askes. Jika obat yang akan
ditebus tidak terdapat dalam DPHO Askes, maka petugas harus
menginformasikan kepada pasien bahwa obat tersebut tidak dibayarkan oleh
Askes dan menjadi tanggungan pasien.
Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit Kirana,
terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas
pelayanan farmasi Satelit Farmasi Kirana. Beberapa hal tersebut, antara lain :
1. Komunikasi antar depo belum terjalin dengan baik
2. Retur perbekalan farmasi di depo lantai masih tinggi, sehingga menambah
beban pekerjaan petugas farmasi di depo tersebut
3. Tidak ada pintu akses yang terkunci untuk memisahkan petugas farmasi
dengan petugas lain di lantai 3 OK, sehingga petugas lain bebas keluar masuk
ruangan mengambil obat dan alkes
4. Pengerjaan kartu stock di depo lantai 3 baru mulai diterapkan dan yang
mengerjakan seorang pekarya, hal ini kurang efektif.
4.7 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat
Gudang Perbekalan Farmasi RSCM saat ini berada di bawah Instalasi
Administrasi dan Logistik (IAL). Gudang Perbekalan Farmasi Pusat RSCM terdiri
atas Gudang Farmasi I, Gudang Farmasi II, dan Gudang Gas Medis.
Waktu pelayanan Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, yaitu pukul 08.00
hingga 18.00 yang terbagi dalam 2 shift. Sumber daya manusia yang terdapat di
Gudang Pusat, yaitu sebanyak 20 orang yang terdiri dari 1 orang Apoteker, 1
orang Asisten Apoteker (AA) Penanggungjawab, 5 orang AA Bidang Pelaksana
Obat, 5 orang AA Bidang Pelaksana Alat Kesehatan, 4 orang AA Bidang
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
78
Universitas Indonesia
Pelaksana Administrasi, dan 4 orang Pekarya. Sedangkan di Gudang Gas Medis
terdapat 6 orang pekarya yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan
pengiriman ke Unit Kerja.
Kegiatan utama yang dilakukan di Gudang Perbekalan Farmasi Pusat
terdiri atas pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengawasan,
dan pelaporan perbekalan farmasi di Rumah Sakit. Pemesanan dilakukan
berdasarkan Surat Perintah Kerja (SPK) yang dikeluarkan oleh Unit Layanan
Pengadaan (ULP).
Dalam rangka menjaga ketersediaan perbekalan farmasi di RSCM,
Gudang Pusat melakukan permintaan perbekalan farmasi yang dibutuhkan.
Pemesanan dilakukan berdasarkan permintaan (defekta) perbekalan farmasi yang
dilakukan rutin dua kali dalam seminggu, serta dari permintaan mendesak/cito
yang dapat dilakukan setiap hari. Permintaan perbekalan farmasi dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan selama dua minggu hingga satu bulan.
Defekta yang telah dibuat oleh pihak Gudang Pusat selanjutnya dikirim ke
koordinator logistik, jika permintaan telah disetujui oleh koordinator logistik
maka petugas pemesanan akan menghubungi distributor terkait yang selanjutnya
akan dikirim ke Gudang Pusat. Setelah perbekalan farmasi diterima di Gudang
Pusat, selanjutnya dilakukan proses penerimaan barang yang dilakukan oleh
Panitia Penerimaan bersama dengan petugas gudang. Pada proses penerimaan,
dilakukan kegiatan pemeriksaan yang meliputi kesesuaian daftar pesanan, baik
jenis dan jumlah pesanan, dan penyesuaian dengan faktur penjualan melalui
komputer. Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan terhadap bentuk fisik, nama
perbekalan farmasi dan tanggal daluwarsa perbekalan farmasi yang akan diterima.
Apabila terdapat kemasan yang telah rusak atau ketidaksesuaian perbekalan
farmasi, maka dapat dilakukan penggantian barang ke distributor.
Khusus untuk perbekalan farmasi yang bersifat termolabil, pemeriksaan
juga dilakukan dengan melihat kesesuaian penyimpanan perbekalan farmasi,
misalnya dengan melihat proses penyimpanan perbekalan farmasi tersebut selama
proses distribusi dari distributor ke Gudang Pusat, yaitu dengan menyimpan
perbekalan farmasi tersebut di dalam cool box yang dilengkapi dengan
termometer dan dipastikan berada pada suhu yang sesuai (2o – 8o C). Pemeriksaan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
79
Universitas Indonesia
juga dilakukan terhadap dokumen-dokumen penyerta perbekalan farmasi,
misalnya Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya dan beracun
(B3).
Setelah pemeriksaan dilakukan dan perbekalan farmasi yang diterima telah
sesuai dengan pesanan, Panitia Penerimaan membubuhkan tanda tangan, nama
jelas dan stempel gudang farmasi, serta tanggal penerimaan pada faktur penjualan
dan salinan faktur. Lembar asli faktur dan salinannya diserahkan kepada petugas
gudang. Data dari lembar faktur tersebut akan di-input oleh petugas ke dalam
sistem komputer dan kartu stok manual, meliputi data spesifikasi produk, asal
distributor, jumlah, dan waktu daluwarsa.
Perbekalan Farmasi yang telah diterima disimpan di Gudang Pusat. Tujuan
penyimpanan perbekalan farmasi adalah menempatkan perbekalan farmasi yang
diterima dengan aman dan sesuai aturan kefarmasian agar terjamin kualitas dan
kuantitasnya. Penyimpanan yang sesuai dapat memudahkan kegiatan pencarian
barang untuk mempercepat pelayanan, dan memudahkan pengawasan dan
operasional penyimpanan.
Penyimpanan perbekalan farmasi disusun dengan sistem First In First Out
(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Selain itu, penyimpanan juga disusun
berdasarkan jenis perbekalan farmasi, yaitu alat kesehatan yang diletakkan di
Gudang Farmasi I ruang Alkes I, II, dan III; obat (oral atau injeksi) yang
diletakkan di Gudang Farmasi I ruang penyimpanan obat; bahan berbahaya dan
beracun (B3) diletakkan di Gudang Farmasi I ruang tahan api; cairan dan
hemodialisa diletakkan di Gudang Farmasi II, dan gas medis yang diletakkan di
Gudang Gas Medis.
Selain berdasarkan jenis perbekalan farmasi, penyimpanan juga didasarkan
pada bentuk sediaan, kestabilan perbekalan farmasi, sifat perbekalan farmasi (high
alert atau sitostatika), perbekalan farmasi Askes dan Non-Askes, rute pemberian
obat, obat produksi RSCM serta nama generik dan nama dagang. Penyimpanan
obat di Gudang Pusat juga disusun berdasarkan alfabetis dengan memperhatikan
penyusunan untuk obat yang tergolong Look Alike Sound Alike (LASA) untuk
menghindari kesalahan dispensing. Obat yang tergolong LASA memiliki bentuk
dan pengucapan yang mirip sehingga penyimpanannya dipisah dengan satu atau
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
80
Universitas Indonesia
dua obat lain, dan pada wadah penyimpanan diberi penandaan dengan stiker
LASA berwarna hijau. Obat-obat mahal, obat-obat high alert dan obat-obat
sitostatika disimpan pada lemari yang khusus. Untuk obat high alert, tempat
penyimpanan ditandai dengan lakban berwarna merah dan diberi label high alert
pada tiap kemasan terkecil obat. Penyimpanan obat sitostatika disimpan di lemari
terpisah dan diberi label berwarna ungu “Obat Kanker, Tangani dengan Hati-
hati”. Penyimpanan obat sudah tertata rapi dan baik dengan pemberian label
petunjuk pada setiap kelompok obat. Hal ini memudahkan dispensing obat
mengingat jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang banyak.
Untuk narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang
terpisah dari penyimpanan obat lainnya. Narkotika disimpan dalam lemari
berpintu dua dengan kunci ganda. Kunci lemari tersebut dipegang oleh Asisten
Apoteker yang bertugas pada tiap shift.
Penyimpanan alat kesehatan di Gudang Pusat terpisah dengan
penyimpanan obat-obatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan kesamaan jenis
misalnya kapas, alat pelindung diri, pouches dan indikator steril, serta kelompok
departemen pengguna, misalnya Departemen Bedah, Departemen Mata, dan
Departemen Pelayanan Jantung Terpadu (PJT). Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pengambilan barang.
Agar mutu perbekalan farmasi tetap terjaga, maka petugas gudang
melakukan stock opname (SO) setiap tiga bulan sekali untuk memudahkan
pengawasan perbekalan farmasi dengan mengetahui kesesuaian fisik perbekalan
farmasi yang ada dengan jumlah yang tertera pada kartu stok dan sistem IT.
Kegiatan stock opname juga dilakukan untuk mempermudah pengawasan
terhadap perbekalan farmasi yang mendekati waktu daluwarsa. Produk yang akan
daluwarsa dalam waktu tiga bulan ke depan akan diberi label berwarna kuning
yang dilengkapi dengan waktu daluwarsanya. Selain itu, dilakukan pula
pemantauan suhu pada lemari pendingin dan ruangan yang dilakukan setiap hari.
Pemantauan suhu lemari pendingin dilakukan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada
pukul 06.00, 14.00, dan 20.00 WIB, sedangkan pemantauan suhu ruangan
dilakukan satu kali sehari pada pukul 08.00 WIB.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
81
Universitas Indonesia
Gudang Pusat merupakan pusat pendistribusian perbekalan farmasi di
Rumah Sakit. Gudang melayani permintaan dari seluruh Satelit dan Unit Kerja.
Permintaan perbekalan farmasi ke Gudang Pusat dapat dilakukan secara rutin
sesuai jadwal yang telah ditetapkan untuk masing-masing Satelit dan Unit Kerja
ataupun permintaan cito setiap hari. Permintaan ke Gudang Pusat dapat dilakukan
dengan dua sistem, yaitu sistem online untuk Satelit Farmasi dan sistem manual
untuk Unit Kerja. Permintaan yang diajukan oleh Satelit Farmasi akan langsung
dicetak oleh Gudang Pusat dalam bentuk surat permintaan barang, sedangkan Unit
Kerja yang melakukan permintaan manual menggunakan formulir permintaan
barang farmasi dan harus mengantarkan formulir tersebut ke Gudang dua hari
sebelum pengambilan barang. Untuk defekta obat-obat narkotika dibuat dalam
formulir permintaan tersendiri.
Petugas Gudang Pusat akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta
serta melakukan pencatatan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang tertera pada
formulir permintaan. Petugas administrasi akan memproses formulir permintaan
tersebut untuk mendapatkan Form Distribusi Obat/Alkes bagi tiap
Satelit/Unit/Departemen terkait. Setelah perbekalan farmasi disiapkan, petugas
gudang akan menghubungi Satelit atau Unit Kerja terkait untuk memberitahukan
bahwa perbekalan farmasi sudah siap diambil.
Pada saat penyerahan, dilakukan pengecekan kembali oleh petugas gudang
dan pihak satelit atau unit kerja dengan membaca ulang dan memeriksa
perbekalan farmasi yang telah disiapkan serta melakukan pencatatan pada buku
serah terima yang terdapat di ruang pendistribusian Gudang Pusat. Setelah
dinyatakan bahwa barang yang diterima pihak satelit atau unit kerja sesuai dengan
permintaannya, lalu dilakukan penandatanganan bersama Form Distribusi
Obat/Alkes. Lembar form yang asli disimpan oleh pihak gudang, sedangkan
lembar copy diberikan kepada pihak satelit farmasi atau unit kerja.
Gudang Pusat juga melayani permintaan mendesak/cito setiap hari.
Perbekalan farmasi yang diambil untuk kebutuhan cito dicatat pada buku cito di
Gudang dan Unit terkait. Untuk memenuhi permintaan perbekalan farmasi di luar
jam operasional gudang, petugas satelit harus menghubungi Penanggungjawab
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
82
Universitas Indonesia
Gudang Pusat untuk mengambil perbekalan farmasi di Gudang dengan
didampingi satu orang saksi dan petugas keamanan untuk membuka pintu gudang.
Gudang Pusat juga melakukan kegiatan pemusnahan untuk perbekalan
farmasi yang telah daluwarsa maupun yang rusak. Untuk perbekalan farmasi yang
hampir daluwarsa maupun yang sudah daluwarsa, ataupun rusak diretur kembali
ke Gudang dari Satelit-satelit dan Unit Kerja. Pemusnahan dilakukan sesuai
perintah direktur dan dilakukan oleh Panitia Pemusnahan dan dibuat berita acara
pemusnahan.
Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Gudang
Pusat, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, antara lain:
a. Masih terdapat data kartu stok yang selisih dengan jumlah fisik dan jumlah
barang di IT dan urutan tanggal yang masih berantakan.
b. Masih terdapat lemari pendingin yang tidak memiliki daftar nama obat-obat
yang terdapat di dalamnya sehingga menyulitkan staf atau pegawai baru yang
akan menyiapkan permintaan perbekalan farmasi.
c. Masih ada obat-obat LASA yang penyimpanannya tidak sesuai
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
83 Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan apoteker di rumah sakit mencakup
kegiatan manajemen terkait pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit
dan pelayanan farmasi klinik untuk menjamin bahwa terapi yang diterima
oleh pasien rasional. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo sudah memenuhi persyaratan pelayanan kefarmasian
dari Kementerian Kesehatan RI dan standar akreditasi internasional dari JCI
(Joint Commission International). Akan tetapi, masih ditemui adanya aspek
pelayanan yang belum dilakukan secara maksimal karena faktor keterbatasan
jumlah SDM dan beberapa fasilitas penunjang.
b. Apoteker di rumah sakit berperan sebagai pelaksana pelayanan kefarmasian.
Dari segi manajemen, apoteker bertugas untuk memastikan bahwa perbekalan
farmasi yang memenuhi persyaratan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan
di rumah sakit selalu tersedia. Dari segi klinis, apoteker bertugas untuk
memantau pengobatan pasien serta memberikan informasi yang diperlukan
demi tercapainya tujuan pengobatan pasien dengan mengutamakan patient
safety. Selain itu, Apoteker juga berperan sebagai seorang manajer yang
bertugas melakukan pengelolaan sumber daya manusia (SDM), sarana dan
prasarana, serta berkontribusi dalam upaya peningkatan pendapatan rumah
sakit.
5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan selama PKPA di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, berikut adalah beberapa saran yang dapat kami sampaikan:
5.2.1 Sub Instalasi Produksi
a. Pengadaan mesin otomatis filling liquid untuk meminimalisir volume yang
tidak sama antara botol hand rub dan meminimalisir terjadinya tumpahan.
b. Instalasi Administrasi dan Logistik harus memperhatikan ketersediaan bahan
baku untuk produksi agar pelaksanaan produksi tidak terhambat.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
84
Universitas Indonesia
5.2.2 Instalasi Gawat Darurat (IGD)
a. Dilakukan pengecekan/koreksi jumlah obat dan alat kesehatan yang datang
saat defekta sebelum dimasukkan ke dalam kartu stok dan stok IT.
b. Pengadaan print label etiket agar dapat mempercepat dan mempermudah
petugas dalam proses dispensing obat sehingga pelayanan obat ke pasien akan
lebih cepat.
c. Mengadakan pelatihan dan motivasi untuk petugas satelit farmasi di IGD.
5.2.3 Satelit Farmasi Pusat
a. Dilakukan sistem penyusunan obat secara bertingkat pada rak penyimpanan
di satelit, sehingga kotak obat tidak saling menghalangi satu sama lain.
b. Dilakukan sistem penyimpanan kartu stok yang baik sehingga mempermudah
pada saat penulusuran akibat terjadinya selisish stok.
c. Penerapan resep elektronik (EHR) diharapkan dapat segera diaplikasikan di
seluruh unit kerja, khususnya Satelit Farmasi Pusat.
d. Pengadaan printer etiket di seluruh unit kerja dapat membantu mempercepat
proses pelayanan resep yang dilakukan pihak Satelit Farmasi Pusat.
5.2.4 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)
a. Dilakukan perbaikan ruangan yang bocor di Gudang Farmasi Basement
Gedung A sebelum kerusakan menjadi semakin parah.
b. Meningkatkan kedisplinan tenaga farmasi dalam melakukan pekerjaan
terutama pada saat meletakkan kartu stok dan lembar MSDS.
c. Meningkatkan kesadaran petugas farmasi akan pentingnya briefing di pagi
hari.
d. Pada saat memberikan konseling, apoteker meminta pasien untuk mengulang
kembali informasi yang telah dijelaskan, untuk memastikan informasi yang
diberikan sudah tepat.
e. Apoteker perlu mengikuti visite bersama sehingga akan lebih dikenal oleh
tenaga kesehatan lain.
f. Kegiatan PIO (Pelayanan Informasi Obat) yang dilakukan di Gedung A
RSCM sudah berjalan dengan baik, tetapi perlu dikembangkan menjadi PIO
formal sehingga dapat menjadi PIO sentral bagi seluruh departemen di RSCM
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
85
Universitas Indonesia
5.2.5 Satelit Intensive Care Unit (ICU)
a. Penerapan sistem peresepan online karena dengan sistem tersebut, data
administratif pasien pada resep dapat dilengkapi secara otomatis, mencegah
terjadinya medication error serta mempercepat pelayanan.
b. Pengadaan printer etiket agar mempercepat pelayanan kefarmasian dan data
pada etiket dapat terisi dengan lengkap dan jelas.
c. Penambahan fasilitas tangga lipat diperlukan untuk mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan kerja.
d. Pengadaan alat pengeras suara untuk memudahkan petugas dalam melakukan
pemanggilan keluarga pasien.
e. Penambahan wadah obat atau pemberian sekat pada wadah untuk membatasi
penyimpanan antara satu produk obat dengan produk obat lain dengan
pemantauan rutin dilakukan setiap harinya agar produk obat disimpan sesuai
dengan letak penyimpanannya.
f. Asisten Apoteker sebaiknya memeriksa jumlah dan jenis obat langsung
dihadapan perawat saat melakukan retur sehingga apabila terdapat hal yang
tidak sesuai dapat langsung dikonfirmasi kepada perawat tersebut.
g. Apabila apoteker tidak dapat memberikan konseling, formulir informasi obat
sebaiknya diisi dengan lengkap dan mendelegasikan kepada asisten apoteker
untuk memberikan penjelasan mengenai obat.
h. Penambahan tenaga kasir untuk mempermudah kegiatan pelayanan keuangan
di Satelit ICU.
5.2.6 Satelit Kirana
b. Menempatkan penanggung jawab di Satelit Kirana lantai 3 untuk
memudahkan koordinasi antar satelit lantai 1 dan 3.
c. Kegiatan briefing setiap pagi perlu dilakukan untuk membahas masalah yang
ada dan mencari solusinya sehingga terjalin kerjasama yang baik antara
apoteker, asisten apoteker, dan pekarya.
d. Dilakukan evaluasi paket bedah mata dengan melibatkan petugas farmasi,
perawat dan dokter untuk mengurangi retur barang, karena retur menambah
beban kerja. Selain itu dapat merugikan RSCM karena jika retur terlambat
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
86
Universitas Indonesia
maka perputaran uang juga akan terganggu yang mengakibatkan penurunan
omset RSCM.
e. Dibuat loket untuk pengambilan obat dan alat operasi, sehingga hanya
petugas farmasi yang berhak masuk ke dalam satelit lantai 3, yang bertujuan
untuk mencegah kehilangan perbekalan farmasi.
f. Kartu stok sebaiknya dikerjakan oleh asisten apoteker yang pada dasarnya
lebih mengerti tentang perbekalan farmasi. Tugas menyiapkan paket dapat
digantikan oleh pekarya karena relatif lebih mudah dilakukan.
5.2.7 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat
a. Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam masing-masing
lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu lemari pendingin yang
sesuai. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara berkala
sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang
terdapat di dalamnya.
b. Dilakukan pengecekan kembali saat melakukan penyimpanan perbekalan
farmasi agar penyimpanannya tepat dan memudahkan petugas dalam
pelayanan terutama pada obat-obat tergolong LASA.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
87 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman Pengelolaan
Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1197/ Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementrerian Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Permenkes RI No.
1672/Menkes/Per/XII/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang
Kesehatan. Jakarta : Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit. Jakarta : Sekretariat Negara.
Siregar, Lia Amalia. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
88
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Timeline kegiatan PKPA
Jadwal Hari 1 Kuliah + Diskusi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jam 08.00-09.00 Pengarahan Ka.Inst.Diklat
jam 09.10-10.00 Pengarahan Ka.Inst.Farmasi
jam 10.00 -11.00Pengarahan KaSub Farklindiklitbang
jam 11.00 - 12.00 Pengarahan PJ Diklitbangjam 13.00-selesai Orientasi Ke Lapangan
PIC SatelitCMU Produksi Farmasi C C C D D DSatelit Pusat D D D C C CSatelit IGD C CSatelit Kirana D DSatelit Gedung A (Managemen)Gudang Pusat CSSD
Perencanaan
IPD Lt7 Gd A (Farklin) D D D C C CLt 1 Gd A (Farklin) D D D C C CR Apoteker Klinik (PIO)Geriatri Gd A D D D C C CSatelit ICU (Farklin) C C C D D DHCU Lt6
Paediatri (bu Rina M)
SABTU
MINGGU
ORIENTASI PKPA
UI
Sep-13
SABTU
MINGGU
SABTU
MINGGU
SABTU
MINGGU
Jadwal Hari 1 Kuliah + Diskusi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Jam 08.00-09.00 Pengarahan Ka.Inst.Diklat
jam 09.10-10.00 Pengarahan Ka.Inst.Farmasi
jam 10.00 -11.00Pengarahan KaSub Farklindiklitbang
jam 11.00 - 12.00 Pengarahan PJ Diklitbangjam 13.00-selesai Orientasi Ke Lapangan
PIC SatelitCMU Produksi FarmasiSatelit PusatSatelit IGD C D D DSatelit Kirana D C C CSatelit Gedung A (Managemen) D D D C C C
Gudang Pusat D D D C C CCSSD D D C C C D
Perencanaan CD
IPD Lt7 Gd A (Farklin)Lt 1 Gd A (Farklin)R Apoteker Klinik (PIO) D D D C C CGeriatri Gd A Satelit ICU (Farklin)HCU Lt6
Paediatri (bu Rina M)
C Beta, Jaka, Kaniya
D Irvan, Meilina
Oktober 2013
MINGGU
MINGGU
IDUL ADHA
MINGGU
SABTU
SABTU
SABTU
CUTI BERSAMA
MINGGU
SABTU
PERSIAPAN PRESENTASI
PRESENTASI PKPA UI
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
89
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Struktur organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
[sumber : Permenkes RI No. 1672/Menkes/Per/XII/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, telah diolah kembali]
Direktur Utama
Direktur Medik dan Keperawatan
Departemen
Instalasi Farmasi
UPT
Direktur Pengembangan dan Pemasaran
Instalasi promkes
UPJM
Direktur Keuangan
Bagian Anggaran
Bagian Perbendaharaan
Bagian Akuntansi
Direktur SDM dan Pendidikan
Bagian Diklat
Bagian SDM
Bagian Hukor
Instalasi Pendidikan
Direktur Umum dan Operasional
Bagian Administrasi
Bagian Aset dan Inventaris
Bagian Teknik Pemeliharaan
Sarana dan Prasarana
Instalasi Medik
ULP
Unit Utilitas
Komite Medik, Komite Etik,
PPIRS, Komite Mutu
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
90
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Struktur organisasi instalasi farmasi
Direktorat Medik dan
Keperawatan
Kepala Instalasi Farmasi
Koordinator Administrasi dan
Keuangan
Koordinator Produksi dan
Ditlitbang
Koordinator Pelayanan Farmasi
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
91
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Struktur organisasi koordinator administrasi dan keuangan
Kepala Instalasi Farmasi
Koordinator Administrasi dan Keuangan
Penanggung JawabKeuangan
Penanggung JawabAkuntansi dan IT
Penanggung JawabSDM dan
Administrasi
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
92
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Struktur organisasi koordinator produksi dan diklitbang
Kepala Instalasi Farmasi
Koordinator Produksi dan Diklitbang
Penanggung JawabProduksi Sediaan
Farmasi
Pelaksana Produksi
Non Steril
Pelaksana Repacking
Sediaan Injeksi Serbuk
Penanggung Jawab Aseptik
Dispensing
Pelaksana Pencampuran
Obat Sitostatika
Pelaksana Pencampuran Obat Suntik
Pelaksana Repacking
Sediaan Injeksi Cair
Penanggung Jawab
Diklitbang
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
93
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Struktur organisasi ooordinator pelayanan farmasi
Kepala Instalasi Farmasi
Koordinator Pelayanan Farmasi
Penanggung Jawab Perencanaan
Perbekalan FarmasiPenanggung Jawab Pelayanan Farmasi
Penanggung Jawab Satelit
Satelit IGD
Satelit ICU
Satelit Pusat
Satelit Kirana
Satelit Gedung
A
Satelit Poli di URJT
Satelit Radio terapi
Satelit ULB
Satelit PJT
Satelit IBP
Penanggung Jawab Farmasi
Klinis
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
94
Universitas Indonesia
Lampiran 7. Contoh etiket
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
95
Universitas Indonesia
Lampiran 8. Contoh klip plastik obat unit dose
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
96
Universitas Indonesia
Lampiran 9. Contoh stiker obat
Stiker High Alert
Stiker LASA
Stiker Obat Termolabil
Stiker Obat Sitostatika
Stiker Obat yang Mendekati Tanggal Kadarluasa
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
97
Universitas Indonesia
Lampiran 10. Contoh blanko kartu stok
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
98
Universitas Indonesia
Lampiran 11. Formulir konseling obat pasien pulang
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
99
Universitas Indonesia
Lampiran 12. Lembar monitoring pengobatan pasien rawat inap
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
100
Universitas Indonesia
Lampiran 13. Formulir medication history taking pasien
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
ESTIMASI KEBUTUHAN OBAT SITOSTATIKA PADA PASIEN YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI POLI BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO BULAN OKTOBER 2013
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
JAKA JUMAWAN, S. Farm. 1206329745
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iv BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Tujuan .......................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
2.1 Kanker ......................................................................................... 3 2.2 Kemoterapi .................................................................................. 3 2.2 Perencanaan ................................................................................. 4
BAB 3. METODE PENGKAJIAN ............................................................... 7
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian ..................................................... 7 3.2 Metode Pengkaijan ....................................................................... 7
BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................... 9 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 12
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 12 5.2 Saran ............................................................................................ 12
DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 13
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Grafik sel kanker yang grafik sel kanker yang dihambat pertumbuhannya melalui proses kemoterapi ................................ 4
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel data pasien yang menjalani kemoterapi di bulan oktober 2013 ........................................................................................... 14 Lampiran 2. Tabel kebutuhan obat pasien yang menjalani kemoterapi di bulan
oktober 2013 ............................................................................... 20 Lampiran 3. Tabel rekapitulasi obat sitostatika yang dibutuhkan oleh pasien yang
menjalani kemoterapi di bulan oktober 2013 ............................... 36
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesakitan dan kematian
pada manusia adalah kanker. Kanker adalah penyakit paling berbahaya yang
ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali. Sel-sel tersebut mampu
menyerang jaringan biologis lainnya dengan pertumbuhan langsung di jaringan
yang bersebelahan (invasi) atau migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut menyebabkan mutasi di gen vital
yang mengendalikan pembelahan sel. Beberapa mutasi dapat mengubah sel
normal menjadi sel kanker. Mutasi dapat terjadi secara spontan ataupun
diwariskan. Penyakit kanker disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : virus,
kecanduan rokok, radiasi sinar ultraviolet, zat kimia, makanan berlemak, faktor
keturunan, dan lain-lain (Macdonald, dkk., 2005).
Beberapa jenis pengobatan penyakit kanker antara lain yakni bedah
(operasi), radioterapi, kemoterapi, terapi hormon, immunoterapi, dan kombinasi.
Kemoterapi adalah pemberian golongan obat-obatan tertentu dengan tujuan
menghambat pertumbuhan sel kanker dan bahkan ada yang dapat membunuh sel
kanker. Obat itu disebut "sitostatika atau obat anti-kanker”.
Keberhasilan terhadap pengobatan kanker meliputi ketaatan mengikuti
jadwal kemoterapi yang sudah ditetapkan sesuai dengan protokol pengobatan
yang dipilih dalam bentuk beberapa siklus yang harus diikuti. Siklus pengobatan
ini hendaknya diikuti sampai tuntas tanpa terputus karena sel-sel kanker adalah sel
yang sangat cepat mengalami perkembangan jauh melebihi sel-sel tubuh yang
normal. Jika proses pengobatannya tidak tuntas, sel-sel tersebut dapat berkembang
lagi menjadi lebih banyak. Dimana, dalam hal ini, ketersediaan obat haruslah
terpenuhi agar proses kemoterapi tidak terputus atau terhambat.
Oleh karena itu, maka perlu dilakukan pendataan mengenai jumlah pasien
yang menjalani kemoterapi dan regimen terapi obatnya agar dapat diketahui
perkiraan kebutuhan jumlah obat disetiap bulannya, yang mana pendataan tersebut
dapat digunakan untuk melakukan perencanaan dan memprediksi pengadaan obat
sitostatika disetiap bulannya.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
2
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Untuk memperkirakan kebutuhan obat sitostatika pada pasien yang
menjalani kemoterapi di Poli Bedah RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo bulan
Oktober 2013 agar proses kemoterapi tidak terhambat.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker
Kanker ialah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan
mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organisme
multiseluler. Sifat umum dari kanker ialah pertumbuhan berlebihan umumnya
berbentuk tumor, gangguan diferensiasi dari sel dan jaringan sehingga mirip
jaringan mudigah, bersifat invasif (mampu tumbuh di jaringan sekitarnya),
bersifat metastatik (menyebar ke tempat lain dan menyebabkan pertumbuhan
baru), memiliki heriditas bawaan (acquired heredity) yaitu turunan sel kanker juga
dapat menimbulkan kanker, dan pergeseran metabolism kea rah pembentukan
makromolekul dari nukleosida dan asam amino serta peningkatan katabolisme
karbohidrat untuk energi sel (Nafrialdi dan S. Gan, 2007).
2.2 Kemoterapi
Kemoterapi (juga disebut kemo) merupakan jenis pengobatan kanker yang
menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker. Kemoterapi merupakan
terapi sistemik dari penanganan kanker yang dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan atau untuk membunuh sel-sel kanker dengan obat sitostatika.
Kemoterapi digunakan untuk penanganan primer, atau tambahan dari terapi
radiasi atau pembedahan (Skeel, 2007). Kemoterapi adalah terapi sistemik yang
efeknya mempengaruhi seluruh tubuh. Aksi target dari kemoterapi tidak hanya
terbatas pada jaringan ganas, hal itu juga mempengaruhi sel-sel normal. Tingkat
keparahan efek samping tergantung pada agen tertentu, dosis, lamanya
pengobatan, obat yang digunakan, respon individu, dan status kesehatan saat ini.
Penggunaan waktu dan terapi yang tepat seperti antiemetic, antidiarrhe, agen
hematopoetik, dan antibiotik, serta perubahan pola makan, sangat penting
bagaimana mengatur efektivitasnya terkait dengan efek samping pengobatan
(Grant, 2008).
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Konsep Dasar Kemoterapi yakni meliputi (Tan, 2011):
a. Hipotesis kematian sel secara fraksional
Setiap kali pemberian pengulangan dosis kemoterapi, sejumlah proporsi
yang tetap, dari sel kanker akan mati.
b. Prinsip “3 log kill, 1 log regrowth”
Jika jumlah sel 1010, setiap siklus kemoterapi akan membunuh 103 (3 log)
sel, kemudian pemberian siklus selanjutnya membutuhkan beberapa minggu agar
pasien pulih dan selama waktu tersebut tumor tumbuh 101 (1 log).
Gambar 2.1. Grafik sel kanker yang dihambat pertumbuhannya melalui proses
kemoterapi
2.3 Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan
dalam proses pengadaan perbekalan farmasidi rumah sakit. Tujuan perencanaan
adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola
penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tahapan
perencanaan kebutuhan farmasi meliputi (Departemen Kesehatan RI, 2008) :
a. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit
di rumah sakit. Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas masing-masing rumah sakit,
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
5
Universitas Indonesia
Formularium RS, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin,
Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek).
b. Kompilasi Penggunaan
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui
penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan
selama setahun dan sebagai pembanding bagi stok optimum.
c. Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan kebutuhan obat dilakukan untuk menghindari masalah
kekosongan obat atau kelebihan obat. Metode yang biasa digunakan dalam
perhitungan kebutuhan obat, antara lain (Departemen Kesehatan RI, 2008) :
1) Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel
konsumsi perbekalan farmasi periode lalu, dengan berbagai penyesuaian dan
koreksi.
2) Metode Morbiditas
Dinamakan metode morbiditas karena dasar perhitungan adalah jumlah
kebutuhan perbekalan farmasi yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity
load) yang harus dilayani. Metode morbiditas adalah perhitungan kebubuhan
perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan
waktu tunggu (lead time).
3) Metode Kombinasi
Pada kasus tertentu digunakan metode morbiditas/epidemiologi, selain itu
dihitung dengan menggunakan metode konsumsi. Misalnya metode morbiditas
digunakan untuk meghitung obat-obat yang digunakan untuk kasus demam
berdarah berdasarkan angka prevalensinya, sisanya dihitung dengan menggunakan
metode konsumsi.
d. Evaluasi Perencanaan
Berdasarkan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun yang
akan datang, diperoleh jumlah kebutuhan dan idealnya diikuti dengan evaluasi.
Evaluasi dapat dilakukan dengan cara/teknik seperti analisis nilai ABC untuk
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
6
Universitas Indonesia
evaluasi aspek ekonomi, kriteria VEN untuk evaluasi aspek medik/terapi,
kombinasi ABC dan VEN, dan revisi daftar perbekalan farmasi.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
7 Universitas Indonesia
BAB 3 METODE PENGKAJIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian
Pengumpulan data pasien kemoterapi dilakukan pada tanggal 1-11
Oktober 2013 dan bertempat di Poli Bedah RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
3.2 Metode Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan menganalisis data secara retrospektif. Data
yang digunakan adalah data pasien yang didapatkan dari buku catatan perawat
mengenai jadwal pasien kemoterapi yang tersedia di Poli Bedah RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai
berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penyusunan tugas ini adalah adanya informasi
pasien meliputi nama pasien, NRM (Nomor Rekam Medik) pasien, regimen
kemoterapi, dan siklus kemoterapi pada buku catatan perawat mengenai jadwal
pasien kemoterapi yang tersedia di Poli Bedah RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo; dan pasien yang dosis regimen kemoterapinya terdapat pada
laporan penyiapan obat sitostatika RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penyusunan tugas ini adalah pasien yang tidak
tercantumnya informasi mengenai NRM pasien, regimen kemoterapi, atau siklus
kemoterapi; pasien yang dosis regimen kemoterapinya tidak terdapat pada laporan
penyiapan obat sitostatika RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; pasien yang baru
akan melakukan kemoterapi; dan Pasien yang mengalami pengubahan regimen
pengobatan dari pengobatan sebelumnya.
Tahapan-tahapan kerja dalam melakukan pengkajian tugas khusus ini yaitu
sebagai berikut :
a. Melakukan skrining pasien dengan mencari informasi pasien berupa nama
pasien, NRM pasien, regimen kemoterapi, dan siklus kemoterapi yang
didapatkan dari buku catatan perawat mengenai jadwal pasien kemoterapi
yang tersedia di Poli Bedah RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
8
Universitas Indonesia
b. Melakukan pencarian dosis regimen kemoterapi pasien pada Laporan
Penyiapan Obat Sitostatika RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
c. Melakukan penghitungan bentuk sediaan obat yang diperlukan berdasarkan
jenis sediaan yang tersedia dipasaran.
d. Melakukan pengolahan data menggunakan program Microsoft Office Exel
yang kemudian dilakukan Pivot Table. Tahapan-tahapan dalam melakukan
Pivot Table adalah sebagai berikut :
1) Dibuka lembar rekapitulasi kebutuhan obat pasien yang menjalani kemoterapi di bulan oktober 2013 yang telah dibuat sebelumnya pada Microsoft Office Excel.
2) Kemudian diblok semua data yang diperlukan atau Letakkan kursor pada salah satu sel dalam tabel kemudian tekan CTRL + SHIFT + *.
3) Selanjutnya dipilih menu insert, kemudian dipilih menu Pivot Table, diklik dan dipilih Insert Pivot Table.
4) Pada dialog yang muncul, dipilih New Worksheet, selanjutnya diklik tombol Ok.
5) Selanjutnya akan muncul lembar baru yang disertai suatu kotak/placeholder Pivot Table (Pivot Table Box). Selain itu, terdapat panel daftar field (Pivot Table Field List) pada posisi sebelah kanan worksheet yang berisi judul pada masing-masing kolom yang terdapat pada lembar rekapitulasi kebutuhan obat pasien yang menjalani kemoterapi di bulan oktober 2013.
6) Kemudian centang judul yang ingin ditampilkan yang terdapat pada panel daftar field (Pivot Table Field List). Selanjutnya judul yang dipilih akan tampil pada area PivotTable.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
9 Universitas Indonesia
BAB 4 PEMBAHASAN
Kemoterapi merupakan salah satu bagian dari penanganan kanker dengan
menggunakan suatu agen kimia yang dapat menghambat atau menghentikan
pertumbuhan sel-sel kanker. Proses kemoterapi dilakukan dengan pemberian obat-
obatan sitostatika secara oral dalam bentuk tablet atau dapat dilakukan dengan
injeksi/infus. Tindakan kemoterapi ini dilakukan dalam beberapa siklus
tergantung dari jenis regimen terapi yang diterima oleh pasien, sehingga
pemberian obat kemoterapi perlu perencaan dan jadwal yang baik. Komponen
penunjang yang sangat vital dalam kemoterapi adalah ketersediaan obat yang
harus tersedia agar proses kemoterapi tidak terputus atau terhambat. Apabila
terjadi hambatan yang mengakibatkan tertundanya jadwal kemoterapi, maka
pertumbuhan sel-sel kanker akan berkembang lebih banyak, hal ini dikarenakan
sel-sel kanker adalah sel yang sangat cepat mengalami perkembangan jauh
melebihi sel-sel tubuh yang normal.
Salah satu kendala umum yang dijumpai di rumah sakit dalam pengelolaan
obat adalah sumber anggaran yang terbatas. Penganggaran merupakan suatu
mekanisme penting dalam pengelolaan obat, dimana penganggaran sendiri
berkaitan dengan perencaan untuk pengadaan obat. Oleh karena itu, untuk dapat
melakukan perencaan dan pengadaan yang sesuai kebutuhan dengan anggaran
yang tersedia, maka diperlukan adanya suatu data pendukung yang memadai.
Penyusunan tugas kali ini bertujuan untuk memperkirakan kebutuhan obat
sitostatika pada pasien kemoterapi di Poli Bedah RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo bulan Oktober 2013 untuk mencegah terhambatnya proses
kemoterapi. Tahapan awal dalam penyusunan tugas ini yaitu melakukan skrining
pasien dengan mencari informasi pasien berupa nama pasien, NRM pasien,
regimen kemoterapi, dan siklus kemoterapi yang didapatkan dari buku jadwal
pasien kemoterapi yang tersedia di Poli Bedah RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Tahapan selanjutnya yaitu melakukan pencarian dosis regimen kemoterapi pasien
pada Laporan Penyiapan Obat Sitostatika RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Berdasarkan kedua tahapan yang telah dilakukan, didapatkan 62 pasien yang
memenuihi kriteria inklusi yang telah ditetapkan.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
Tahapan selanjutnya yaitu melakukan penghitungan bentuk sediaan obat
yang diperlukan berdasarkan jenis sediaan yang tersedia dipasaran. Penghitungan
ini dilakukan dengan mengkonversikan dosis yang diterima oleh pasien menjadi
bentuk sediaan yang tersedia dipasaran, apakah diperlukan bentuk sediaan dengan
dosis yang lebih kecil atau bentuk sediaan dengan dosis yang lebih besar.
Sehingga, dengan demikian dapat diketahui jenis dan berapa jumlah dari bentuk
sediaan yang diperlukan untuk setiap pasisen.
Tahapan selanjutnya yaitu melakukan pengolahan data dengan
menggunakan program Microsoft Office Exel yang kemudian dilakukan Pivot
Table. Pivot Table adalah cara membuat laporan atau meringkas informasi tabel
atau daftar data dalam excel sehingga diperoleh informasi yang ringkas
(Andayani, 2010). Pada pengolahan data ini, siklus kemoterapi yang diterima
pasien berguna untuk mengetahui sisa siklus terapi dari total siklus yang harus
dijalani pasien. Dengan demikian dapat diketahui batas waktu kebutuhan obat
untuk per individu pasien. Sehingga intalasi farmasi dapat melakukan perencanan
obat untuk pasien dengan baik sesuai skala prioritas jenis obat dan jumlah bentuk
sediaan agar masalah kekosongan obat dapat teratasi.
Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan di Poli Bedah
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, diperoleh hasil berupa data perkiraan
kebutuhan obat sitostatika untuk 62 pasien yang menjalani kemoterapi yang dapat
dilihat pada lampiran 1. Adapun rekapitulasi kebutuhan obat per pasien yang telah
terdata tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 dan rekapitulasi obat sitostatika
yang dibutuhkan dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan data tersebut dapat
dilihat perkiraan jumlah kebutuhan obat sitotostatika yang diperlukan untuk
melakukan kemoterapi di setiap bulannya. Data tersebut merupakan data
perkiraan kebutuhan obat pasien yang dijadwalkan menjalani kemoterapi pada
bulan Oktober 2013. Berdasarkan siklus yang diterima masing-masing pasien,
maka diperoleh perkiraan kebutuhan obat sitotatika untuk kemoterapi sampai
dengan Januari 2014.
Masalah yang ditemui dalam pengumpulan data ini yaitu tidak semua
pasien yang telah tercatat pada buku jadwal pasien kemoterapi dapat terdata. Hal
ini dikarenakan pencatatan jadwal pasien masih dilakukan secara manual dan
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
11
Universitas Indonesia
buku tersebut merupakan rangkuman catatan yang ditulis oleh perawat poli bedah.
Ketidakleng kapan data pasien yang ditemui meliputi tidak adanya nomor rekam
medik pasien, dosis pada regimen pengobatan, dan siklus terapi yang
direncanakan pada catatan buku jadwal pasien kemoterapi yang tersedia di Poli
Bedah RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Tidak terdatanya pasien juga dapat
dikarenakan adanya pasien yang baru akan melakukan kemoterapi sehingga data
regimen tidak tersedia pada laporan Laporan Penyiapan Obat Sitostatika RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo. Pasien yang mengalami pengubahan regimen
pengobatan dari pengobatan sebelumnya. Namun, sebenarnya data tersebut dapat
lihat pada rekam medik masing-masing pasien. Dikarenakan adanya keterbatasan
waktu yang dimiliki menyebabkan penelurusan pada rekam medik masing-masing
pasien tidak dilakukan.
Dengan adanya data ini, dapat diketahui perkiraan kebutuhan obat
sitostatika. Sehingga diharapakan data ini dapat membantu dalam hal perencanaan
kebutuhan obat, agar kebutuhan obat yang direncanakan dapat tepat jenis dan
tepat jumlah sesuai dengan anggaran yang ada, serta tepat waktu dan tersedia pada
saat dibutuhkan.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
12 Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Telah dilakukan pengkajian data kebutuhan obat sitostatika di Poli Bedah
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk kebutuhan obat sitostatika pasien pada
bulan Oktober 2013. Dimana diperoleh data kebutuhan obat disitostatika untuk 62
pasien yang menjalani kemoterapi. Berdasarkan siklus masing-masing yang
dijalani oleh pasien, diperoleh data perkiraan kebutuhan obat sitostatika sampai
dengan Januari 2014, dengan total keselurahan obat sitostatika yaitu sebanyak
1.220 untuk 26 jenis obat.
5.2 Saran
a. Untuk pasien baru sebaiknya setelah ditentukan regimen obat untuk
kemoterapi segera dilakukan pendataan kebutuhan obat setiap bulannya.
b. Untuk data pasien seperti dosis regimen terapi yang tidak ada pada buku
jadwal pasien kemoterapi dan pada Laporan Penyiapan Obat Sitostatika
Farmasi RSCM, sebaiknya dilakukan pemeriksaan di satelit farmasi pusat atau
buku rekam medik masing-masing pasien.
c. Dirancang suatu program khusus yang secara otomatis dapat mendata
kebutuhan obat pasien setiap bulannya.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
13 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Andayani, S. (2010, Juli 30-31). “Fungsi Dalam Excel Dan Pivot Table”. November 29, 2013. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/ sri-andayani-ssi-mkom/modul-excel.pdf.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Grant, Barbara. (2008). Medical Nutrition Therapy for Cancer Prevention, Treatment, and Recovery. Di dalam: Mahan LK, Stump SE, editor. krause’s Food, Nutrition,& Diet Therapy. USA: Saunders Elsevier.
Macdonald, F., Ford, C.H.J, dan Casson, A.G. (2005). Molecular Biology of Cancer, Second Edition. London : Garland Science/BIOS Scientific Publishers.
Nafrialdi dan S. Gan. (2007). Antikanker Dalam Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Skeel, Roland. (2007). Handbook of Cancer Chemotherapy. Seven Edition. Toledo: University of Toledo Medical Center.
Tan, Marina Chua. (2011, Januari 10). Principles Of Chemotherapy. Filipina : Ateneo School Of Medicine And Public Health, Medical School of Ateneo de Manila University. Oktober 20, 2013. http://xa.yimg.com/kq/ groups/22135553/1959514776/name/011011+Principles+of+Chemotherapy+%5BTeam+7%5D.docx.
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
14
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Tabel data pasien yang menjalani kemoterapi di bulan oktober 2013
No. Pasien Nama Obat Dosis (mg) Siklus ke Sisa
siklus Konversi ke sediaan Jumlah
1 ID Rit 600 3, tgl 1/10/13 3 Rit 100mg 1 Rit 500mg 1
2 E Cyc 800 3, tgl 1/10/13 3 Cyc 1g 1 Dox 80 Dox 50mg 2 Flu 800 Flu 500mg 2
3 AF Cyc 1000 6, tgl 1/10/13 0 Cyc 1g 1 Dox 70 Dox 10mg 2 Dox 50mg 1 Rit 500 Rit 500mg 1 Vin 1,9 Vin 2mg 1
4 R Cyc 700 1, tgl 1/10/13 5 Cyc 200mg 2 Cyc 500mg 1 Epi 90 Epi 50mg 2 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1
5 Y Cis 100 1, tgl 1/10/13 5 Cis 50mg 2 Pac 260 Pac 30mg 2 Pac 100mg 2
6 SR Cyc 800 3, tgl 1/10/13 3 Cyc 1g 1 Dox 80 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 800 Flu 500mg 2
7 NS Cyc 700 5, tgl 2/10/13 1 Cyc 200mg 2 Cyc 500mg 1 Dox 70 Dox 10mg 2 Dox 50mg 1 Flu 700 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1
8 U Cyc 700 3, tgl 2/10/13 3 Cyc 200mg 1 Cyc 500mg 1 Dox 70 Dox 10mg 2 Dox 50mg 1 Flu 700 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1
9 N Cyc 750 4, tgl 2/10/13 2 Cyc 1g 1 Dox 75 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 700 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
15
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
No. Pasien Nama Obat Dosis (mg) Siklus ke Sisa
siklus Konversi ke sediaan Jumlah
10 P Doce 100 4, tgl 2/10/13 2 Doce 20mg 1 Doce 80mg 1 Tras 280 Tras 440mg 1 11 OE Doce 100 2, tgl 3/10/13 4 Doce 20mg 1
Doce 80mg 1 Tras 240 Tras 440mg 1 12 P Cyc 800 5, tgl 3/10/13 1 Cyc 1g 1
Dox 80 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 13 ER Cyc 750 4, tgl 3/10/13 2 Cyc 1g 1
Dox 80 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 14 L Cyc 700 1, tgl 3/10/13 5 Cyc 200mg 1
Cyc 500mg 1 Dox 70 Dox 10mg 2 Dox 50mg 1 Flu 700 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 15 M Car 540 2, tgl 4/10/13 4 Car 150mg 1
Car 450mg 1 Doce 110 Doce 20mg 2 Doce 80mg 1 Tras 340 Tras 440mg 1 16 B Oxa 200 1, tgl 4/10/13 5 Oxa 100mg 2 17 F Cis 100 4, tgl 4/10/13 2 Cis 50mg 2
Pac 260 Pac 30mg 2 Pac 100mg 2 18 J Cyc 900 3. tgl 4/10/13 3 Cyc 1g 1
Dox 60 Dox 10mg 1 Dox 50mg 1 Rit 400 Rit 500mg 1 Vin 2 Vin 2mg 1 19 SM Cyc 800 3, tgl 7/10/13 3 Cyc 1g 1
Dox 80 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 800 Flu 500mg 2 20 D Cis 40 1, tgl 7/10/13 7 Cis 50mg 1
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
16
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
No. Pasien Nama Obat Dosis (mg) Siklus ke Sisa
siklus Konversi ke sediaan Jumlah
21 A Cis 40 3, tgl 7/10/13 5 Cis 50mg 1 22 S Cyc 700 1, tgl 8/10/13 5 Cyc 200mg 1
Cyc 500mg 1 Dox 70 Dox 10mg 2 Dox 50mg 1 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 23 IP Cyc 1300 3, tgl 8/10/13 3 Cyc 200mg 2
Cyc 1g 1 Dox 90 Dox 50mg 2 Rit 600 Rit 100mg 1 Rit 500mg 1 Vin 2 Vin 2mg 1 24 AS Cyc 750 1, tgl 8/10/13 5 Cyc 1g 1
Dox 75 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 25 AM Cis 130 2, tgl 9/10/13 6 Cis 10mg 3
Cis 50mg 2 26 S Cyc 1000 3, tgl 14/10/13 3 Cyc 1g 1
Dox 70 Dox 10mg 2 Dox 50mg 1 Rit 500 Rit 500mg 1 Vin 2 Vin 2mg 1 27 R Cyc 800 2, tgl 16/10/13 4 Cyc 1g 1
Dox 80 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 28 M Cyc 800 4, tgl 16/10/13 2 Cyc 1g 1
Rit 600 Rit 100mg 1 Rit 500mg 1 Vin 2 Vin 2mg 1 29 A Cyc 700 3, tgl 17/10/13 3 Cyc 200mg 1
Cyc 500mg 1 Dox 80 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 800 Flu 500mg 2
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
17
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
No. Pasien Nama Obat Dosis (mg) Siklus ke Sisa
siklus Konversi ke sediaan Jumlah
30 TR Cis 120 2, tgl 17/10/13 4 Cis 10mg 2 Cis 50mg 2 Pac 300 Pac 100mg 3 31 SS Doce 120 2, tgl 17/10/13 4 Doce 20mg 2
Doce 80mg 1 Tras 400 Tras 440mg 1 32 A Cis 100 2, tgl 17/10/13 4 Cis 50mg 2
Pac 260 Pac 30mg 2 Pac 100mg 2 33 D Cyc 800 3, tgl 18/10/13 3 Cyc 1g 1
Dox 80 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 34 EJ Cis 110 4, tgl 18/10/13 2 Cis 10mg 1
Cis 50mg 2 Pac 180 Pac 100mg 2 35 H Cis 100 2, tgl 9/10/13 4 Cis 50mg 2
Pac 260 Pac 30mg 2 Pac 100mg 2 36 M Cyc 700 4, tgl 9/10/13 2 Cyc 200mg 1
Cyc 500mg 1 Dox 75 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 37 M Cyc 700 1, tgl 9/10/13 5 Cyc 200mg 1
Cyc 500mg 1 Dox 70 Dox 10mg 2 Dox 50mg 1 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 38 S Cis 110 2, tgl 9/10/13 4 Cis 10mg 1
Cis 50mg 2 Pac 280 Pac 100mg 3 39 SM Cyc 750 4, tgl 9/10/13 2 Cyc 1g 1
Dox 75 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
18
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
No. Pasien Nama Obat Dosis (mg) Siklus ke Sisa
siklus Konversi ke sediaan Jumlah
40 S Cyc 600 3, tgl 10/10/13 3 Cyc 200mg 3 Epi 60 Epi 10mg 1 Epi 50mg 1 Flu 600 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 41 CS Cyc 750 2, tgl 10/10/13 4 Cyc 1g 1
Dox 75 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 42 R Cyc 800 3, tgl 10/10/13 3 Cyc 1g 1
Dox 80 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 43 IR Cis 100 1, tgl 10/10/13 5 Cis 50mg 2
Pac 240 Pac 30mg 2 Pac 100mg 2 44 ES Cis 110 2, tgl 11/10/13 4 Cis 10mg 1
Cis 50mg 2 Pac 300 Pac 100mg 3 45 S Cis 90 2, tgl 11/10/13 4 Cis 50mg 2
Pac 230 Pac 30mg 1 Pac 100mg 2 46 MS Cyc 1200 2, tgl 11/10/13 4 Cyc 200mg 1
Cyc 1g 1 Dox 100 Dox 50mg 2 Rit 750 Rit 100mg 3 Rit 500mg 1 Vin 2 Vin 2mg 1 47 TW Cyc 1300 5, tgl 16/10/13 1 Cyc 200mg 2
Cyc 1g 1 Dox 90 Dox 50mg 2 Vin 2 Vin 2mg 1 48 I Doce 110 3, tgl 17/10/13 3 Doce 20mg 2
Doce 80mg 1 Gem 1800 Gem 1g 2 Gem 1800 Gem 1g 2
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
19
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
No. Pasien Nama Obat Dosis (mg) Siklus ke Sisa
siklus Konversi ke sediaan Jumlah
49 H Cyc 800 5. tgl 17/10/13 1 Cyc 1g 1 Dox 80 Dox 10mg 3 Dox 50mg 1 Flu 800 Flu 500mg 2 50 S Cis 100 3, tgl 16/10/13 3 Cis 50mg 2
Pac 260 Pac 30mg 2 Pac 100mg 1
51 E Elo 200 3, tgl 17/10/113 3 Elo 100mg 2
52 LP Gem 1600 3, tgl 18/10/13 3 Gem 200mg 3 Gem 1g 1 Pac 240 Pac 30mg 2 Pac 100mg 2 Gem 1600 Gem 200mg 3 Gem 1g 1 53 S Cyc 650 1, tgl 18/10/13 5 Cyc 200mg 1
Cyc 500mg 1 Dox 65 Dox 10mg 2 Dox 50mg 1 Flu 650 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1 54 R Doce 110 2, tgl 21/10/13 4 Doce 20mg 2
Doce 80mg 1 Gem 1700 Gem 1g 2 Gem 1700 Gem 1g 2 55 DW Doce 150 4, tgl 21/10/13 2 Doce 80mg 2
Tras 360 Tras 440mg 1 56 R Cyc 550 3, tgl 21/10/13 3 Cyc 200mg 3
Dox 55 Dox 10mg 1 Dox 50mg 1 Flu 500 Flu 500mg 1 57 S Doce 110 2, tgl 21/10/13 4 Doce 20mg 2
Doce 80mg 1 Tras 300 Tras 440mg 1 58 ZN Cyc 700 1, tgl 21/10/13 5 Cyc 200mg 1
Cyc 500mg 1 Dox 70 Dox 10mg 2 Dox 50mg 1 Flu 750 Flu 250mg 1 Flu 500mg 1
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
20
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
No. Pasien Nama Obat Dosis (mg) Siklus ke Sisa
siklus Konversi ke sediaan Jumlah
59 HB Cis 100 1, tgl 22/10/13 5 Cis 50mg 2 Pac 245 Pac 30mg 2 Pac 100mg 2 60 F Oxa 200 5, tgl 3/10/13 1 Oxa 100mg 2 61 YR Cis 120 1, tgl 3/10/13 5 Cis 10mg 2
Cis 50mg 2 Gem 2100 Gem 200mg 1 Gem 1g 2 Gem 2100 Gem 200mg 1 Gem 1g 2 62 S Elo 150 2, tgl 8/10/13 4 Elo 50mg 1
Elo 100mg 1
Keterangan :
Rit : Rituximab
Cyc : Cyclophosphamid
Dox : Doxorubisin
Flu : Flurouracil
Vin : Vincristin
Epi : Epirubicin
Cis : Cisplatin
Pac : Paclitaxel
Doc : Docetaxel
Tras : Trastuzumab
Car : Carboplatin
Oxa : Oxaliplatin
Gem : Gemcitabin
Elo : Eloxatin
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
21
Lampiran 2. Tabel rekapitulasi kebutuhan obat pasien yang menjalani kemoterapi di bulan oktober 2013
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
1 ID Rit 100mg 1 1 1 1 3 0 0 0 Rit 500mg 1 1 1 1 3 1 1 1 1 0
2 E Cyc 1g 1 1 1 1 1 1 1 0 Dox 50mg 2 2 2 2 2 2 2 0 Flu 500mg 2 2 2 2 2 2 2 0
3 AF Cyc 1g 1 0 0 0 0 Dox 10mg 2 0 0 0 0 Dox 50mg 1 0 0 0 0 Rit 500mg 1 0 0 0 0 Vin 2mg 1 0 0 0 0
4 R Cyc 200mg 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 Cyc 500mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Epi 50mg 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 Flu 250mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Flu 500mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
5 Y Cis 50mg 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 Pac 30mg 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 Pac 100mg 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
22
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
6 SR Cyc 1g 1 1 1 1 1 1 1 0 Dox 10mg 3 3 3 3 3 3 3 0 Dox 50mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Flu 500mg 2 2 2 2 2 2 2 0
7 NS Cyc 200mg 2 2 2 0 0 0 Cyc 500mg 1 1 1 0 0 0 Dox 10mg 2 2 2 0 0 0 Dox 50mg 1 1 1 0 0 0 Flu 250mg 1 1 1 0 0 0 Flu 500mg 1 1 1 0 0 0
8 U Cyc 200mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Cyc 500mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Dox 10mg 2 2 2 2 2 2 2 0 Dox 50mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Flu 250mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Flu 500mg 1 1 1 1 1 1 1 0
9 N Cyc 1g 1 1 1 1 1 0 0 Dox 10mg 3 3 3 3 3 0 0
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
23
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
Dox 50mg 1 1 1 1 1 0 0 Flu 250mg 1 1 1 1 1 0 0 Flu 500mg 1 1 1 1 1 0 0 10 P Doce 20mg 1 1 1 1 1 0 0 Doce 80mg 1 1 1 1 1 0 0 Tras 440mg 1 1 1 1 1 0 0 11 OE Doce 20mg 1 1 1 1 1 1 1 2 0 Doce 80mg 1 1 1 1 1 1 1 2 0 Tras 440mg 1 1 1 1 1 1 1 2 0 12 P Cyc 1g 1 1 1 0 0 0 Dox 10mg 3 3 3 0 0 0 Dox 50mg 1 1 1 0 0 0 Flu 250mg 1 1 1 0 0 0 Flu 500mg 1 1 1 0 0 0 13 ER Cyc 1g 1 1 1 1 1 0 0 Dox 10mg 3 3 3 3 3 0 0 Dox 50mg 1 1 1 1 1 0 0 Flu 250mg 1 1 1 1 1 0 0
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
24
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
Flu 500mg 1 1 1 1 1 0 0 14 L Cyc 200mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Cyc 500mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Dox 10mg 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 Dox 50mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Flu 250mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Flu 500mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 15 M Car 150mg 1 1 1 1 1 1 1 2 0 Car 450mg 1 1 1 1 1 1 1 2 0 Doce 20mg 2 2 2 2 2 2 2 4 0 Doce 80mg 1 1 1 1 1 1 1 2 0 Tras 440mg 1 1 1 1 1 1 1 2 0 16 B Oxa 100mg 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 17 F Cis 50mg 2 2 2 2 2 0 0 Pac 30mg 2 2 2 2 2 0 0 Pac 100mg 2 2 2 2 2 0 0 18 J Cyc 1g 1 1 1 1 1 1 1 0 Dox 10mg 1 1 1 1 1 1 1 0
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
25
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
Dox 50mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Rit 500mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Vin 2mg 1 1 1 1 1 1 1 0 19 SM Cyc 1g 1 1 1 1 1 1 1 0 Dox 10mg 3 3 3 3 3 3 3 0 Dox 50mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Flu 500mg 2 2 2 2 2 2 2 0 20 D Cis 50mg 1 1 1 1 3 1 1 1 1 4 0 0 21 A Cis 50mg 1 1 1 1 3 1 1 2 0 0 22 S Cyc 200mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Cyc 500mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Dox 10mg 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 Dox 50mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Flu 250mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Flu 500mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 23 IP Cyc 200mg 2 2 2 2 2 2 2 0 Cyc 1g 1 1 1 1 1 1 1 0 Dox 50mg 2 2 2 2 2 2 2 0
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
26
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
Rit 100mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Rit 500mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Vin 2mg 1 1 1 1 1 1 1 0 24 AS Cyc 1g 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Dox 10mg 3 3 3 3 3 3 3 6 3 3 Dox 50mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Flu 250mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Flu 500mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 25 AM Cis 10mg 3 3 3 3 9 3 3 3 9 0 0 Cis 50mg 2 2 2 2 6 2 2 2 6 0 0 26 S Cyc 1g 1 0 1 1 2 1 1 0 Dox 10mg 2 0 2 2 4 2 2 0 Dox 50mg 1 0 1 1 2 1 1 0 Rit 500mg 1 0 1 1 2 1 1 0 Vin 2mg 1 0 1 1 2 1 1 0 27 R Cyc 1g 1 0 1 1 2 1 1 1 1 Dox 10mg 3 0 3 3 6 3 3 3 3 Dox 50mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
27
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
Flu 250mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 Flu 500mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 28 M Cyc 1g 1 0 1 1 2 0 0 Rit 100mg 1 0 1 1 2 0 0 Rit 500mg 1 0 1 1 2 0 0 Vin 2mg 1 0 1 1 2 0 0 29 A Cyc 200mg 1 0 1 1 2 1 1 0 Cyc 500mg 1 0 1 1 2 1 1 0 Dox 10mg 3 0 3 3 6 3 3 0 Dox 50mg 1 0 1 1 2 1 1 0 Flu 500mg 2 0 2 2 4 2 2 0 30 TR Cis 10mg 2 0 2 2 4 2 2 2 2 Cis 50mg 2 0 2 2 4 2 2 2 2 Pac 100mg 3 0 3 3 6 3 3 3 3 31 SS Doce 20mg 2 0 2 2 4 2 2 2 2 Doce 80mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 Tras 440mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 32 A Cis 50mg 2 0 2 2 4 2 2 2 2
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
28
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
Pac 30mg 2 0 2 2 4 2 2 2 2 Pac 100mg 2 0 2 2 4 2 2 2 2 33 D Cyc 1g 1 0 1 1 2 1 1 0 Dox 10mg 3 0 3 3 6 3 3 0 Dox 50mg 1 0 1 1 2 1 1 0 Flu 250mg 1 0 1 1 2 1 1 0 Flu 500mg 1 0 1 1 2 1 1 0 34 EJ Cis 10mg 1 0 1 1 2 0 0 Cis 50mg 2 0 2 2 4 0 0 Pac 100mg 2 0 2 2 4 0 0 35 H Cis 50mg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Pac 30mg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Pac 100mg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36 M Cyc 200mg 1 1 1 1 1 0 0 Cyc 500mg 1 1 1 1 1 0 0 Dox 10mg 3 3 3 3 3 0 0 Dox 50mg 1 1 1 1 1 0 0 Flu 250mg 1 1 1 1 1 0 0
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
29
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
Flu 500mg 1 1 1 1 1 0 0 37 M Cyc 200mg 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Cyc 500mg 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Dox 10mg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 Dox 50mg 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Flu 250mg 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Flu 500mg 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 38 S Cis 10mg 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Cis 50mg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Pac 100mg 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 SM Cyc 1g 1 1 1 1 1 0 0 Dox 10mg 3 3 3 3 3 0 0 Dox 50mg 1 1 1 1 1 0 0 Flu 250mg 1 1 1 1 1 0 0 Flu 500mg 1 1 1 1 1 0 0 40 S Cyc 200mg 3 3 3 3 3 3 3 0 Epi 10mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Epi 50mg 1 1 1 1 1 1 1 0
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
30
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
Flu 250mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Flu 500mg 1 1 1 1 1 1 1 0 41 CS Cyc 1g 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Dox 10mg 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Dox 50mg 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Flu 250mg 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Flu 500mg 1 1 1 1 1 1 1 1 1 42 R Cyc 1g 1 1 1 1 1 1 1 0 Dox 10mg 3 3 3 3 3 3 3 0 Dox 50mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Flu 250mg 1 1 1 1 1 1 1 0 Flu 500mg 1 1 1 1 1 1 1 0 43 IR Cis 50mg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 Pac 30mg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 Pac 100mg 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 44 ES Cis 10mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 Cis 50mg 2 0 2 2 4 2 2 2 2 Pac 100mg 3 0 3 3 6 3 3 3 3
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
31
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
45 S Cis 50mg 2 0 2 2 4 2 2 2 2 Pac 30mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 Pac 100mg 2 0 2 2 4 2 2 2 2 46 MS Cyc 200mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 Cyc 1g 1 0 1 1 2 1 1 1 1 Dox 50mg 2 0 2 2 4 2 2 2 2 Rit 100mg 3 0 3 3 6 3 3 3 3 Rit 500mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 Vin 2mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 47 TW Cyc 200mg 2 0 2 2 0 0 Cyc 1g 1 0 1 1 0 0 Dox 50mg 2 0 2 2 0 0 Vin 2mg 1 0 1 1 0 0 48 I Doce 20mg 2 0 2 2 4 2 2 0 Doce 80mg 1 0 1 1 2 1 1 0 Gem 1g 2 0 2 2 4 2 2 0 Gem 1g 2 0 2 2 2 2 4 0 49 H Cyc 1g 1 0 1 1 0 0
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
32
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
Dox 10mg 3 0 3 3 0 0 Dox 50mg 1 0 1 1 0 0 Flu 500mg 2 0 2 2 0 0 50 S Cis 50mg 2 0 2 2 4 2 2 0 Pac 30mg 2 0 2 2 4 2 2 0 Pac 100mg 1 0 1 1 2 1 1 0 51 E Elo 100mg 2 0 2 2 4 2 2 0 52 LP Gem 200mg 3 0 3 3 6 3 3 0 Gem 1g 1 0 1 1 2 1 1 0 Pac 30mg 2 0 2 2 4 2 2 0 Pac 100mg 2 0 2 2 4 2 2 0 Gem 200mg 3 0 3 3 3 3 6 0 Gem 1g 1 0 1 1 1 1 2 0 53 S Cyc 200mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 2 Cyc 500mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 2 Dox 10mg 2 0 2 2 4 2 2 2 2 4 Dox 50mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 2 Flu 250mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 2
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
33
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
Flu 500mg 1 0 1 1 2 1 1 1 1 2 54 R Doce 20mg 2 0 2 2 2 2 4 2 2 Doce 80mg 1 0 1 1 1 1 2 1 1 Gem 1g 2 0 2 2 2 2 4 2 2 Gem 1g 2 0 2 2 2 2 4 2 2 55 DW Doce 80mg 2 0 2 2 2 2 0 Tras 440mg 1 0 1 1 1 1 0 56 R Cyc 200mg 3 0 3 3 3 3 6 0 Dox 10mg 1 0 1 1 1 1 2 0 Dox 50mg 1 0 1 1 1 1 2 0 Flu 500mg 1 0 1 1 1 1 2 0 57 S Doce 20mg 2 0 2 2 2 2 4 2 2 Doce 80mg 1 0 1 1 1 1 2 1 1 Tras 440mg 1 0 1 1 1 1 2 1 1 58 ZN Cyc 200mg 1 0 1 1 1 1 2 1 1 Cyc 500mg 1 0 1 1 1 1 2 1 1 Dox 10mg 2 0 2 2 2 2 4 2 2 Dox 50mg 1 0 1 1 1 1 2 1 1
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
34
(Lanjutan)
No.
Pasie
n
Kon
vers
i ke
sedi
aan
Jum
lah
Jumlah Obat Yang Dibutuhkan
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l OK
TOBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l NO
VEM
BER
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l DES
EMBE
R
Min
ggu-
1
Min
ggu-
2
Min
ggu-
3
Min
ggu-
4
Min
ggu-
5
Tota
l JA
NU
AR
I
Flu 250mg 1 0 1 1 1 1 2 1 1 Flu 500mg 1 0 1 1 1 1 2 1 1 59 HB Cis 50mg 2 0 2 2 2 2 4 2 2 Pac 30mg 2 0 2 2 2 2 4 2 2 Pac 100mg 2 0 2 2 2 2 4 2 2 60 F Oxa 100mg 2 2 2 0 0 0 61 YR Cis 10mg 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 Cis 50mg 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 Gem 200mg 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 Gem 1g 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 Gem 200mg 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Gem 1g 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 62 S Elo 50mg 1 1 1 1 1 1 1 2 0 Elo 100mg 1 1 1 1 1 1 1 2 0
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
35
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Keterangan :
Rit : Rituximab
Cyc : Cyclophosphamid
Dox : Doxorubisin
Flu : Flurouracil
Vin : Vincristin
Epi : Epirubicin
Cis : Cisplatin
Pac : Paclitaxel
Doc : Docetaxel
Tras : Trastuzumab
Car : Carboplatin
Oxa : Oxaliplatin
Gem : Gemcitabin
Elo : Eloxatin
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014
36
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Tabel rekapitulasi obat sitostatika yang dibutuhkan oleh pasien yang menjalani kemoterapi di bulan oktober 2013
No. Values
Total Oktober
2013 - Januari
2014 Row Labels
Sum of Total
OKTOBER
Sum of Total NOVEMBER
Sum of Total DESEMBER
Sum of Total
JANUARI
1 Carboplatin 150mg 1 1 2 0 4
2 Carboplatin 450mg 1 1 2 0 4
3 Cisplatin 10mg 12 20 8 6 46
4 Cisplatin 50mg 24 50 28 22 124
5 Cyclophosphamid 1gr 12 23 13 4 52
6 Cyclophosphamid 200mg 14 24 26 10 74
7 Cyclophosphamid 500mg 7 11 12 8 38
8 Docetaxel 20mg 4 16 18 6 44
9 Docetaxel 80mg 3 11 12 3 29
10 Doxorubisin 10mg 41 68 50 23 182
11 Doxorubisin 50mg 20 37 28 12 97
12 Eloxatin 100mg 1 5 4 0 10
13 Eloxatin 50mg 1 1 2 0 4
14 Epirubisin 10mg 1 1 1 0 3
15 Epirubisin 50mg 3 3 5 2 13
16 Flurouracil 250mg 15 20 18 11 64
17 Flurouracil 500mg 21 33 28 11 93
18 Gemcitabin 1g 4 17 23 10 54
19 Gemcitabin 200mg 2 11 12 3 28
20 Oxaliplatin 100mg 4 2 4 2 12
21 Paclitaxel 100mg 11 43 28 23 105
22 Paclitaxel 30mg 8 24 19 13 64
23 Rituximab 100mg 4 9 4 3 20
24 Rituximab 500mg 5 9 5 1 20
25 Trastuzumab 440 mg 3 7 8 2 20
26 Vincristin 2mg 2 9 4 1 16
Grand Total 1220
Laporan praktek…., Jaka Jumawan, FFar UI, 2014