4

Click here to load reader

UNISDR DISCUSSION PAPER 10 October 2011 · PDF fileUNISDR DISCUSSION PAPER 10 October 2011 PERSIAPAN MENUJU RIO+20: Mengartikan Kembali Pembangunan Berkelanjutan 1. Secara global,

  • Upload
    votram

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNISDR DISCUSSION PAPER 10 October 2011 · PDF fileUNISDR DISCUSSION PAPER 10 October 2011 PERSIAPAN MENUJU RIO+20: Mengartikan Kembali Pembangunan Berkelanjutan 1. Secara global,

UNISDR DISCUSSION PAPER

10 October 2011

PERSIAPAN MENUJU RIO+20: Mengartikan Kembali Pembangunan Berkelanjutan

1. Secara global, risiko bencana mengalami peningkatan. Serial bencana pada tahun 2011 mengingatkan kita bahwa risiko-risiko bencana akibat bahaya-bahaya seperti siklon tropis, banjir, gempa, kekeringan, tsunami, serta kegagalan teknologi menjadi tantangan-tantangan terberat terhadap pembangunan. Ketika negara-negara berkembang dan masyarakat miskin di dunia kerap menjadi pihak yang menanggung risiko terberat, gempa besar yang disertai tsunami yang melanda kawasan timur Jepang pada Maret 2011 mengingatkan kita bahwa negara-negara maju pun sebenarnya tidak lepas dari ancaman bencana berisiko tinggi.

2. Meningkatnya ancaman bencana justru disertai dengan semakin banyaknya masyarakat berikut dengan aset-aset produktifnya yang berada di lokasi-lokasi yang memiliki risiko yang tinggi. Dalam tiga dekade terakhir, populasi penduduk dunia meningkat hampir 87%. Proporsi penduduk yang hidup di bantaran sungai yang rentan terhadao banjir meningkat 114%, demikian pula dengan populasi yang hidup di kawasan bibir pantai yang rentan ancaman badai siklon yang meningkat hampir 192%.1 Lebih dari setengah kota-kota besar di dunia, dengan populasi yang berkisar antara dua sampai 15 juta jiwa, berada di area dengan risiko akibat aktivitas kegempaan yang tinggi.2 Sayangnya, pengetahuan dan pemahaman jangka panjang – lebih dari 10 tahun – mengenai konsekuensi sosial dari bencana terhadap komunitas masih cukup rendah.

3. Risiko kerugian ekonomi pun meningkat. Sejak 1980, risiko kerugian ekonomi akibat banjir meningkat lebih dari 160% dan akibat siklon tropis meningkat 265% di negara-negara anggota OECD. Kerugian ekonomi akibat banjir dan badai di negara-negara anggota OECD tumbuh lebih cepat dari pada pertumbuhan GDP per-kapita. Hal ini berarti risiko hilangnya harta benda akibat bencana-bencana yang disebabkan perkembangan cuaca mencapai tingkat yang melampaui penciptaan kekayaan ekonomi. Kerugian akibat bencana yang dialami negara-negara berkembang, rata-rata berkisar antara 2 sampai 15% per tahun, bergantung pada profil negara dan intensitas kejadian bencana.

4. Tingkat risiko bencana didorong oleh beberapa faktor, diantaranya variabilitas iklim, kemiskinan, perencanaan dan pengelolaan tata guna lahan yang buruk, dan degradasi ekosistem. Faktor-faktor pendorong risiko di atas juga diakui sebagai sebagian dari tantangan-tantangan yang menghambat pertumbuhan dan kemajuan pembangunan yang berkelanjutan.

1 UNISDR, 2011 : Revealing Risk, Redefining Development. Global Assessment Report on Disaster Risk Reduction

2011. Geneva: UNISDR. 2 UNDP. April 2011. “Supercities face high quake risk”. Newsroom UNDP. Accessed: 4 October 2011.

http://content.undp.org/go/newsroom/2011/april/supercities-face-high-quake-risk-says-undp-expert.en

Page 2: UNISDR DISCUSSION PAPER 10 October 2011 · PDF fileUNISDR DISCUSSION PAPER 10 October 2011 PERSIAPAN MENUJU RIO+20: Mengartikan Kembali Pembangunan Berkelanjutan 1. Secara global,

Upaya-upaya untuk mendorong pengurangan risiko bencana secara signifikan memberikan kontribusi pada realisasi pembangunan berkelanjutan.

PRB membawa Manfaat Ganda bagi Pembangunan Berkelanjutan

5. Aplikasi praktis, dalam hal komitmen-komitmen politik, pendanaan, dan teknologi untuk pengurangan risiko bencana perlu didorong sebagai komponen inti pembangunan berkelanjutan dan adaptasi iklim dalam rangka mencapai tujuan yang tertera dalam Kerangka Kerja untuk Aksi Hyogo 2005-2015 (Hyogo Framework for Action 2005-2015): Membangun resiliensi bangsa dan komunitas terhadap Bencana. Upaya ini sangatlah penting dalam proses-proses internasional seperti KTT Bumi Rio+20, peninjauan implementasi MDGs, dan Kerangka Kerja UNFCCC Adaptasi Cancun (UNFCCC Cancún Adaptation Framework).3

6. Pengurangan risiko bencana dapat menghasilkan manfaat-manfaat ganda pada aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Sebagai contoh, peningkatan pengelolaan air adalah sebuah upaya yang efektif untuk mengatasi risiko kekeringan dan pada saat yang sama bermanfaat meningkatkan penyediaan sumberdaya pembangkit listrik tenaga air, kapasitas cadangan air untuk pemanfaatan pertanian, dan penyediaan air minum domestik. Serupa dengan itu, ekosistem dapat dimanfaatkan sebagai sebuah benteng dan penyangga perlindungan atas ancaman-ancaman fisik, dus menyelamatkan jiwa, harta, dan melindungi penghidupan.4

7. Upaya-upaya pengurangan risiko bencana secara positif berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi melalui pengurangan kerugian akibat bencana dan berkontribusi pada pengentasan kemiskinan melalui perlindungan terhadap penghidupan, pemanfaatan yang efektif atas program-program jaring pengaman sosial dan pembukaan potensi modal sosial dan aset-aset baru untuk pembangunan.

8. Investasi pengurangan risiko bencana. Investasi pada sumberdaya manusia, keuangan dan teknologi dalam pengurangan risiko bencana akan membawa manfaat yang lebih besar daripada biaya dan outcome-outcome negatif akibat kerugian dan dampak bencana. Sebagai contoh, dalam sebuah studi yang diselenggarakan di Kolombia, dimasukkannya pertimbangan-pertimbangan risiko bencana dalam perencanaan tata ruang dan bangunan memakan biaya empat kali lebih ringan daripada membangun atau memperbaiki kerusakan-kerusakan infrastruktur akibat bencana. Langkah-langkah perbaikan seperti retrofitting atau relokasi memang memakan biaya sedikit lebih besar namun dapat mengurangi angka kematian akibat bencana sebesar 40%.5 Dalam hal ini, perlindungan atas bangunan-bangunan sekolah dan rumah sakit secara khusus sangatlah penting.

Rekomendasi-Rekomendasi kebijakan

9. Pengurangan risiko bencana dalah esensial untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Setiap kerangka kerja untuk pembangunan yang akan disusun di masa depan perlu memasukan preskripsi yang jelas dan aplikasi yang praktis atas pengelolaan risiko bencana dan iklim. Setara dengan itu, pengentasan kemiskinan dan pengurangan kerentanan adalah hal

3 FCCC/CP/2010/7/Add.1

4 UNISDR, 2011 : Revealing Risk, Redefining Development. Global Assessment Report on Disaster Risk Reduction

2011. Geneva: UNISDR. 5 Ibid

Page 3: UNISDR DISCUSSION PAPER 10 October 2011 · PDF fileUNISDR DISCUSSION PAPER 10 October 2011 PERSIAPAN MENUJU RIO+20: Mengartikan Kembali Pembangunan Berkelanjutan 1. Secara global,

yang integral untuk pengelolaan risiko yang efektif. Rekomendasi-rekomendasi di bawah ini memberikan highlight tentang peluang-peluang kunci dan area-area aksi pemerintah.

(a) Mengetahui risiko dan menghidung kerugian bencana: - Memperkirakan kehilangan berulang adalah penting didalam menentukan peningkatan investasi dalam pengurangan risiko bencana. Pembentukan database kerugian bencana nasional yang menjelaskan semua kerugian bencana dan kerusakan serta penilaian risiko probabilistik dapat memungkinkan negara untuk memperkirakan kemungkinan kerugian maksimum, memperkirakan biaya, serta manfaat dari strategi manajemen risiko yang berbeda dan pilihan.

(b) Mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam investasi publik dan rencana pembangunan berkelanjutan: proyek-proyek investasi publik dibentuk melalui sejumlah proses perencanaan yang meliputi perencanaan penggunaan lahan dan manajemen, perencanaan pembangunan, perencanaan sektor investasi dan investasi.6 Memfaktorkan dan menerapkan risiko bencana ke dalam keputusan investasi publik secara langsung menangani faktor-faktor penyebab risiko kritis dan mengecilkan potensi bencana yang berhubungan dengan kerugian dan biaya pada skala yang tidak mungkin dicapai melalui berdiri sendiri manajemen risiko bencana. Melalui penerapan bencana penurunan kualitas risiko, dan kesinambungan belanja publik ditingkatkan dan selanjutnya memberikan kontribusi untuk pembangunan sosial dan ekonomi.7

(c) Memanfaatkan pengurangan risiko bencana sebagai instrumen untuk mencapai ekonomi (hijau) yang lebih berkelanjutan: Memastikan bahwa infrastruktur fisik memenuhi standar desain tahan bencana sangat penting. Pemaparan dan kerentanan infrastruktur membawa arti yang signifikan pada perekonomian negara-negara yang terkena dampak bencana dan daerah. Ketika bangunan dan jembatan yang rusak akibat bencana, pemulihan lebih lanjut menghambat dan kemampuan usaha untuk membawa pekerja kembali bekerja pada skala penuh akan berkurang. Mengatasi faktor ini dapat mengurangi skala kerugian dan memperkuat ketahanan ekonomi lokal. Usaha-usaha ekonomi - baik kecil dan besar - semakin terencana untuk ketahanan melalui perencanaan kelangsungan usaha dan perlindungan rantai pasokan.

LAMPIRAN: Penjelasan Tambahan

Telah banyak pemerintah yang mengakui bahwa pengurangan risiko bencana dan pengelolaan risiko melalui aksi-aksi konkret dan komitmen politik dapat mempercepat pembangunan, melindungi investasi, dan mengurangi kemiskinan. Pengakuan ini tertuang dala outcome KTT MDGs 2010 (A/RES/65/1), Program Aksi Istambul untuk Negara-Negara Terbelakang 2011 - the 2011 Istanbul Programme of Action for the Least Developed Countries (A/Conf/219/3), Pertemuan Review Tingkat Tinggi tentang Implemetasi Strategi Mauritius untuk Implementasi Lebih Lanjut atas Program Aksi untuk Pembangunan Berkelanjutan di Negara-Negara berkembang kepulauan kecil - the High-Level Review Meeting on the Implementation of the Mauritius Strategy for the Further Implementation of the Programme of Action for the sustainable development of Small Island Developing States (A/RES/65/2). Lebih lanjut, sesi Ketiga Global Platform for Disaster Risk Reduction (Mei 2011) menyerukan untuk strategi pengurangan risiko bencana yang melindungi investasi pembangunan dan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan.

6 Ibid

7 Ibid

Page 4: UNISDR DISCUSSION PAPER 10 October 2011 · PDF fileUNISDR DISCUSSION PAPER 10 October 2011 PERSIAPAN MENUJU RIO+20: Mengartikan Kembali Pembangunan Berkelanjutan 1. Secara global,

Kerangka Kerja untuk Aksi Hyogo - The Hyogo Framework of Action (HFA) 2005-2015 – Membangun Resiliensi Bangsa dan Komunitas atas Bencana yang disepakati dalam Konferensi Dunia tentang Pengurangan Risiko Bencana di Kobe, Hyogo, Jepang pada tahun 2005 yang didukung oleh Majelis Umum PBB.8 Kerangka Kerja untuk Aksi Hyogo telah merumuskan sebuah harapan hasil yang jelas – “pengurangan kerugian bencana yang substansial, dalam hal jiwa dan aset-aset sosial, ekonomi dan lingkungan untuk komunitas dan negara” – dan memberikan susunan yang detail tentang prioritas-prioritas yang perlu dicapai pada 2015.

Kemajuan besar telah dilaporkan oleh berbagai pemerintah berkaitan dengan pelaksanaan HFA terutama dalam memperkuat manajemen bencana dan pengaturan hukum kelembagaan dan mekanisme yang menegakkan itu. Regional dan sub-regional strategi, kerangka kerja,9 rencana dan program telah dikembangkan. Inisiatif pemerintah nasional dan lokal memimpin juga telah menjamur dan telah menunjukkan kontribusi besar untuk mengurangi kerugian bencana dan meningkatkan ketahanan bencana serta melindungi aset publik dan mata pencaharian. Salah satu contoh adalah (i) tindakan perlindungan sosial seperti bantuan tunai yang telah berhasil diadaptasi di Chili dan Nikaragua sebagai strategi untuk mengurangi kerentanan rumah tangga terhadap bencana sambil menanggulangi kemiskinan struktural. Similar program perlindungan sosial telah diadopsi di negara lain di Amerika Latin dan kawasan Karibia yang mengulurkan tangan untuk lebih dari 114 juta orang.

Beberapa pemerintah juga telah mengambil langkah konkret untuk mengintegrasikan pengurangan bencana di investasi publik dan rencana pembangunan berkelanjutan. Sebuah negara seperti (ii) Peru telah sistematis dipadukan pengurangan risiko ke dalam sistem investasi publik, di mana lebih dari US $ 10 miliar disalurkan pada tahun 2008 saja, (iii) Indonesia telah mengembangkan Data Bencana Bahasa Indonesia dan Informasi Manajemen Database yang sekarang digunakan nasional, kebijakan terencana dan penganggaran manajemen risiko bencana dan (iv) Provinsi Albay di Filipina telah mengadopsi kebijakan korban nol dan telah mengalokasikan 4,5 persen tahun 2010 anggaran untuk risiko pengurangan dan adaptasi perubahan iklim.

Informasi lebih lanjut silakan kunjungi:

United Nations International Strategy for Disaster Reduction

www.unisdr.org, www.preventionweb.net/english/

8 UN General Assembly resolution 60/195

9 Regional platforms are multi-stakeholder forums that reflect the commitment of governments to improve

coordination and implementation of disaster risk reduction activities while linking to international and national efforts. To know more about existing regional platforms: http://www.unisdr.org/we/coordinate/regional-platforms