62
UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS GUNADARMA

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG ...ekapebi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68089/PIF...obat jadi maupun bahan baku narkotika Narkotika hanya dapat dipublikasikan pada

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • UNDANG-UNDANG

    NOMOR 35 TAHUN 2009

    TENTANG NARKOTIKAPROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS GUNADARMA

  • UUD 1945

    Pasal 5 Ayat (1) Dan Pasal 20

    UU Nomor 8 Tahun 1976 Tentang

    Pengesahan Konvensi Tunggal Narkotika

    1961 Beserta Protokol Tahun 1972 Yang

    Mengubahnya (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor

    36, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 3085)

    Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang

    Pengesahan United Nations Convention

    Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and

    Psychotropic Substances, 1988 (Konvensi

    Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

    Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika

    dan Psikotropika, 1988) (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 17,

    Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 3673);

    PANCASILA

    DASAR

    HUKUM

  • 1. Keadilan

    2. Pengayoman

    3. Kemanusiaan

    4. Ketertiban

    5. Perlindungan

    6. Keamanan

    7. nilai-nilai ilmiah

    8. kepastian hukum

    ASAS

    TUJUAN

    1. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan

    pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi

    2. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa

    indonesia dari penyalahgunaan narkotika

    3. Memberantas peredaran gelap narkotika dan

    prekursor narkotika

    4. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan

    sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika

    RUANG

    LINGKUP

    Meliputi segala bentuk kegiatan dan/atau perbuatan yang

    berhubungan dengan narkotika dan prekursor narkotika

  • Narkotika

    Zat atau obat yang berasal dari tanaman

    atau bukan tanaman, baik sintetis

    maupun semisintetis, yang dapat

    menyebabkan penurunan atau perubahan

    kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

    sampai menghilangkan rasa nyeri, dan

    dapat menimbulkan ketergantungan

  • Dilarang Digunakan Untuk Kepentingan Pelayanan Kesehatan

    Penggolongan Narkotika

    Hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan & tidak digunakan dalam

    terapi, mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan

    Contoh:

    • Tanaman Papaver Somniferum

    • Opium (mentah dan masak)

    • Tanaman koka (Genus Erythroxylon)

    • Tanaman Cannabis/ganja

    • Heroina

    • LSD

    • TIOFENTANIL

    • Meskalina

    • AMFETAMINA

    Golongan I

    Dalam jumlah terbatas digunakan untuk

    kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta

    reagensia laboratorium setelah mendapatkan

    persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala

    Badan Pengawas Obat dan Makanan

    Permenkes No. 7 TAHUN 2018

    “Perubahan penggolongan Narkotika”

    (147)

    (65)

  • Golongan II

    Berkhasiat pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir & dapat digunakan dalam terapi dan/atau

    untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan

    Contoh:

    • Fentanil

    • Petidina 86 91

    • Metadona

    • Morfina

    Berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengembangan ilmu

    pengetahuan, potensi ringan mengakibatkan ketergantungan

    Contoh:

    • Kodein

    • Etilmorfina

    • Buprenorfina

    • Campuran sediaan difenoksin/difenoksilat+bahan bukan narkotika 14 15

    Golongan III

  • Kebutuhan dalam negeri diperoleh dari impor, produksi dalam negeri, dan/atau sumber lain

    Produksi adalah kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat, dan

    menghasilkan Narkotika secara langsung atau tidak langsung melalui

    ekstraksi atau nonekstraksi dari sumber alami atau sintetis kimia atau

    gabungannya, termasuk mengemas dan/atau mengubah bentuk Narkotika

    Industri farmasi tertentu diberikan izin khusus untuk

    memproduksi Narkotika setelah diaudit oleh Badan

    Pengawas Obat dan Makanan

    Badan Pengawas Obat dan Makanan

    melakukan pengawasan terhadap bahan

    baku, proses produksi, dan hasil akhir dari

    produksi Narkotika sesuai dengan rencana

    kebutuhan tahunan Narkotika

    Narkotika Golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi, kecuali dalam

    jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

  • Lembaga ilmu pengetahuan yang berupa lembaga pendidikan dan

    pelatihan serta penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan oleh

    pemerintah ataupun swasta dapat memperoleh, menanam, menyimpan,

    dan menggunakan Narkotika untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan

    teknologi setelah mendapatkan izin Menteri

  • • Industri Farmasi

    • Pedagang Besar Farmasi

    • Sarana Penyimpanan Sediaan Farmasi Pemerintah

    • Apotek,

    • Rumah Sakit

    • Pusat Kesehatan Masyarakat

    • Balai Pengobatan

    • Dokter

    • Lembaga Ilmu Pengetahuan

    Narkotika

    Disimpan

    secara khusus

    Membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai

    pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya

  • Menteri memberi izin kepada 1 (satu) perusahaan pedagang besar farmasi milik negara yang telah

    memiliki izin sebagai importir/eksportir sesuai dengan ketentuan dan dalam keadaan tertentu,

    dapat memberi izin kepada perusahaan lain dari perusahaan milik negara yang memiliki izin

    sebagai importir/ekportir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk

    melaksanakan impor/ekspor Narkotika

    Setiap pengangkutan impor/ekspor Narkotika wajib

    dilengkapi dengan dokumen atau surat persetujuan

    impor/ekspor Narkotika yang sah sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundangundangan

  • Transito Narkotika harus dilengkapi dengan dokumen atau Surat Persetujuan Ekspor Narkotika yang sah

    dari pemerintah negara pengekspor dan dokumen atau Surat Persetujuan Impor Narkotika yang sah dari

    pemerintah negara pengimpor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

    negara pengekspor dan pengimpor.

    Dokumen tersebut memuat keterangan:

    1. Nama serta alamat pengekspor dan pengimpor narkotika

    2. Jenis, bentuk, dan jumlah narkotika

    3. Negara tujuan ekspor narkotika

    Setiap terjadi perubahan negara tujuan ekspor Narkotika pada Transito Narkotika

    hanya dapat dilakukan setelah adanya persetujuan dari:

    1. Pemerintah negara pengekspor narkotika

    2. Pemerintah negara pengimpor narkotika

    3. Pemerintah negara tujuan perubahan ekspor narkotika

    Pemerintah yang dalam

    hal ini adalah BPOM

    melakukan pemeriksaan

    atas kelengkapan

    dokumen impor, ekspor,

    dan/atau Transito

    Narkotika

  • Peredaran Narkotika meliputi setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan

    Narkotika, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan, untuk

    kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

    Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat

    diedarkan setelah mendapatkan izin edar

    Setiap kegiatan peredaran Narkotika wajib dilengkapi dengan dokumen yang sah

    Narkotika Golongan II dan Golongan III yang berupa bahan baku, baik alami maupun

    sintetis, yang digunakan untuk produksi obat diatur dengan Peraturan Menteri

  • Narkotika hanya dapat disalurkan oleh Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan

    sediaan farmasi pemerintah yang memiliki izin khusus penyaluran Narkotika sesuai dengan ketentuan UU

    1. Pedagang Besar Farmasi Tertentu

    2. Apotek

    3. Sarana Penyimpanan Sediaan Farmasi Pemerintah Tertentu

    4. Rumah Sakit

    1. Pedagang Besar Farmasi Tertentu Lainnya

    2. Apotek

    3. Sarana Penyimpanan Sediaan Farmasi Pemerintah Tertentu

    4. Rumah Sakit

    5. Lembaga Ilmu Pengetahuan;

    Industri Farmasi

    Pedagang Besar Farmasi

    Narkotika Golongan I hanya dapat disalurkan

    oleh pedagang besar farmasi tertentu kepada

    lembaga ilmu pengetahuan tertentu untuk

    kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan

    dan teknologi

    1. Rumah Sakit Pemerintah

    2. Pusat Kesehatan Masyarakat

    3. Balai Pengobatan Pemerintah Tertentu

    Sarana penyimpanan sediaan farmasi

    pemerintah tertentu

  • Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh:

    1. Apotek

    2. Rumah Sakit

    3. Pusat Kesehatan Masyarakat

    4. Balai Pengobatan

    5. Dokter

    Apotek 1. Rumah Sakit

    2. Pusat Kesehatan Masyarakat

    3. Apotek Lainnya

    4. Balai Pengobatan

    5. Dokter

    6. Pasien

    Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan

    balai pengobatan hanya dapat menyerahkan Narkotika

    kepada pasien berdasarkan resep dokter

  • Dokter 1. Menjalankan praktik dokter dengan memberikan narkotika melalui

    suntikan

    2. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan memberikan

    narkotika melalui suntikan

    3. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek

    Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang

    diserahkan oleh dokter hanya dapat diperoleh di apotek

  • Industri farmasi wajib mencantumkan label

    pada kemasan narkotika, baik dalam bentuk

    obat jadi maupun bahan baku narkotika

    Narkotika hanya dapat dipublikasikan pada

    media cetak ilmiah Kedokteran atau media

    cetak ilmiah farmasi

  • Pengaturan prekursor bertujuan:

    1. Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan prekursor narkotika

    2. Mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor narkotika

    3. Mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan prekursor narkotika

    Pemerintah menyusun rencana kebutuhan tahunan Prekursor Narkotika berdasarkan jumlah

    persediaan, perkiraan kebutuhan, dan penggunaan Prekursor Narkotika secara nasional untuk

    kepentingan industri farmasi, industri nonfarmasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi

    PREKURSOR

    Pengadaan prekursor narkotika dilakukan melalui produksi dan impor hanya dapat digunakan untuk

    tujuan industri farmasi, industri nonfarmasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi

    Zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang

    dapat digunakan dalam pembuatan narkotika

  • TABEL I

    1. Acetic Anhydride.

    2. N-Acetylanthranilic Acid.

    3. Ephedrine.

    4. Ergometrine.

    5. Ergotamine.

    6. Isosafrole.

    7. Lysergic Acid.

    8. 3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propanone.

    9. Norephedrine.

    10. 1-Phenyl-2-Propanone.

    11. Piperonal.

    12. Potassium Permanganat.

    13. Pseudoephedrine.

    14. Safrole.

    TABEL II

    1.Acetone.

    2.Anthranilic Acid.

    3. Ethyl Ether.

    4. Hydrochloric Acid.

    5. Methyl Ethyl Ketone.

    6. Phenylacetic Acid.

    7. Piperidine.

    8. Sulphuric Acid.

    9.Toluene

    GOLONGAN DAN JENIS PREKURSOR

  • PENGOBATAN DAN REHABILITASI

    Pasien harus mempunyai bukti yang sah

    bahwa Narkotika yang dimiliki, disimpan,

    dan/atau dibawa untuk digunakan diperoleh

    secara sah sesuai dengan ketentuan UU

    Pecandu narkotika dan korban

    penyalahgunaan narkotika wajib

    menjalani rehabilitasi medis dan

    rehabilitasi sosial

    Untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis, dokter dapat

    memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III dalam jumlah terbatas dan sediaan

    tertentu kepada pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

    Pasien dapat memiliki, menyimpan,

    dan/atau membawa Narkotika

    untuk dirinya sendiri

  • Pembinaan meliputi upaya:

    1. Memenuhi ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan

    ilmu pengetahuan dan teknologi

    2. Mencegah penyalahgunaan narkotika

    3. Mencegah generasi muda dan anak usia sekolah dalam penyalahgunaan narkotika, termasuk dengan

    memasukkan pendidikan yang berkaitan dengan narkotika dalam kurikulum sekolah dasar sampai

    lanjutan atas

    4. Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi di bidang narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

    5. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi pecandu narkotika, baik yang

    diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

  • Pengawasan meliputi:

    1. Narkotika dan prekursor narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau

    pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

    2. Alat-alat potensial yang dapat disalahgunakan untuk melakukan tindak pidana narkotika dan

    prekursor narkotika

    3. Evaluasi keamanan, khasiat, dan mutu produk sebelum diedarkan

    4. Produksi

    5. Impor dan ekspor

    6. Peredaran

    7. Pelabelan

    8. Informasi

    9. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

  • 1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan

    penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

    2. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

    3. Berkoordinasi dengan kepala kepolisian negara republik indonesia dalam pencegahan dan

    pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

    4. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika, baik

    yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat

    TUGAS BNN

    Badan Narkotika Nasional (BNN)

    Lembaga pemerintah nonkementerian yang berkedudukan

    di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden

    PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

  • 5. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

    prekursor narkotika

    6. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan

    dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

    7. Melakukan kerja sama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional, guna mencegah

    dan memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

    8. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor narkotika

    9. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara penyalahgunaan dan

    peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

    10.Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang

  • UNDANG-UNDANG NOMOR 5

    TAHUN 1997 TENTANG

    PSIKOTROPIKA

  • Tujuan

    1. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan

    2. Kesehatan dan ilmu pengetahuan

    3. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika

    4. Memberantas peredaran gelap psikotropika

    Hanya dapat digunakan untuk

    kepentingan pelayanan Kesehatan

    dan/atau ilmu pengetahuan

    PSIKOTROPIKA

    Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

    narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui

    pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

    menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

    mental dan prilaku

  • PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA

    GOLONGAN I

    GOLONGAN II

    Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu

    pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai

    potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan

    Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam

    terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

    potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan

    Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan

    dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

    mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan

    GOLONGAN III

    Psikotropika yang Berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan

    dalam Terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

    mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma Ketergantungan

    GOLONGAN IV

  • Produksi adalah kegiatan atau proses menyiapkan,

    mengolah, membuat, menghasilkan, mengemas,

    dan/atau mengubah bentuk psikotropikaPsikotropika hanya dapat diproduksi oleh pabrik obat

    yang telah memiliki izin sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku

    Psikotropika golongan I dilarang diproduksi

    dan/atau digunakan dalam proses produksi

    Psikotropika, yang diproduksi untuk diedarkan berupa obat, harus

    memenuhi standar dan/atau persyaratan farmakope Indonesia atau buku

    standar lainnya

  • Pedagang besar farmasi adalah perusahaan

    berbadan hukum yang memiliki izin dari

    untuk melakukan kegiatan penyaluran sediaan

    farmasi, termasuk psikotropika dan alat

    kesehatan

    Perdagangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian

    kegiatan dalam rangka pembelian dan/atau penjualan,

    termasuk penawaran untuk menjual psikotropika, dan

    kegiatan lain berkenaan dengan pemindahtanganan

    psikotropika dengan memperoleh imbalan

    Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian

    kegiatan penyaluran atau penyerahan psikotropika,

    baikdalam rangka perdagangan, bukan perdagangan

    maupun pemindahtanganan

    Psikotropika yang berupa obat hanya

    dapat diedarkan setelah terdaftar pada

    departemen yang bertanggung jawab di

    bidang kesehatanSetiap pengangkutan dalam rangka

    peredaran psikotropika, wajib dilengkapi

    dengan dokumen pengangkutan psikotropika

  • Penyaluran psikotropika dalam rangka peredaran hanya

    dapat dilakukan oleh :

    1. Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah,

    rumah sakit, dan Lembaga penelitian dan/atau lembaga Pendidikan

    2. Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi lainnya, apotek, sarana penyimpanan sediaan

    farmasi Pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/atau lembaga Pendidikan

    3. Sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah kepada rumah sakit Pemerintah, puskesmas dan balai

    pengobatan Pemerintah

    Psikotropika golongan I hanya dapat disalurkan oleh

    pabrik obat dan pedagang besar farmasi kepada

    lembaga penelitian dan/atau Lembaga pendidikan guna

    kepentingan ilmu pengetahuan

  • Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit,

    balai pengobatan, puskesmas hanya dapat

    dilakukan kepada pengguna/ pasien

    berdasarkan resep dokter

    PENYERAHAN PSIKOTROPIKA

    Apotek 1. Apotek lain

    2. Rumah Sakit

    3. Puskesmas

    4. Balai Pengobatan

    5. Dokter

    6. Pasien

    Penyerahan adalah setiap kegiatan memberikan psikotropika, baik antar-penyerah maupun kepada pengguna

    dalam rangka pelayanan kesehatan dan hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, balai pengobatan,

    puskesmas dan dokter

    1. Menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan

    2. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat

    3. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek

    Dokter

    Hanya Dapat

    Diperoleh Dari Apotek

  • 1. Ekspor psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat atau pedagang besar farmasi yang telah

    memiliki izin sebagai eksportir

    2. Impor psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat atau pedagang besar farmasi yang telah memiliki

    izin sebagai importir, serta lembaga penelitian atau lembaga pendidikan

    3. Lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan dilarang untuk mengedarkan psikotropika yang diimpornya

    Eksportir/Importir psikotropika harus memiliki surat persetujuan ekspor/impor

    psikotropika untuk setiap kali melakukan kegiatan ekspor/impor psikotropika

    Surat persetujuan impor psikotropika golongan I hanya

    dapat diberikan untuk kepentingan ilmu pengetahuan

  • Setiap transito psikotropika harus dilengkapi surat persetujuan surat

    psikotropika yang terlebih dahulu telah mendapat persetujuan dari

    dan\atau dikeluarkan oleh pemerintah negara pengekspor psikotropika

    Surat persetujuan ekspor psikotropika memuat keterangan tentang :

    1. Nama dan alamat pengekspor dan pengimpor psikotropika

    2. Jenis, bentuk dan jumlah psikotropika

    3. Negara tujuan ekspor psikotropika

    Pemerintah melakukan pemeriksaan atas kelengkapan

    dokumen ekspor, impor dan/atau transito psikotropika

  • Pabrik obat wajib mencantumkan label pada kemasan psikotropika

    Label psikotropika adalah setiap keterangan

    mengenai psikotropika yang dapat berbentuk

    tulisan, kombinasi gambar dan tulisan, atau bentuk

    lain yang disertakan pada kemasan atau dimasukkan

    dalam kemasan, ditempelkan, atau merupakan

    bagian dari wadah dan/atau kemasannya

    Setiap tulisan berupa keterangan yang dicantumkan pada

    label psikotropika harus lengkap dan tidak menyesatkan

  • Pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana

    penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, apotek,

    rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter,

    lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan, wajib

    membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan

    masing-masing yang berhubungan dengan psikotropika

    Pengawasan

    Dan

    Pemeriksaan

    Pelaporan Pencatatan Berkala

  • Pengguna psikotropika hanya dapat memiliki, menyimpan,

    dan/atau membawa psikotropika untuk digunakan dalam

    rangka pengobatan dan/atau perawatan dan harus

    mempunyai bukti bahwa psikotropika yang dimiliki, disimpan,

    dan/atau dibawa untuk digunakan, diperoleh secara sah

    Pengguna psikotropika yang menderita

    sindrom ketergantungan berkewajiban untuk

    ikut serta dalam pengobatan dan/atau

    perawatan yang dilakukan pada fasilitas

    rehabilitasi

    Pemilikan psikotropika dalam jumlah tertentu oleh wisatawan asing atau warga

    negara aing yang memasuki wilayah negara Indonesia dapat dilakukan sepanjang

    digunakan hanya untuk pengobatan dan/atau kepentingan pribadi dan yang

    bersangkutan harus mempunyai bukti bahwa psikotropika berupa obat dimaksud

    diperoleh secara sah

  • Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diarahkan untuk :

    1. Terpenuhinya kebutuhan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu

    pengetahuan;

    2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika

    3. Melindungi masyarakat dari segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan gangguan

    dan/atau bahaya atas terjadinya penyalahgunaan psikotropika

    4. Memberantas peredaran gelap psikotropika

    5. Mencegah pelibatan anak yang belum cukup berumur 18 (delapan belas) tahun dalam kegiatan

    penyalahgunaan dan/atau peredaran gelap psikotropika

    6. Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian dan/atau pengembangan teknologi di bidang

    psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan

  • Dalam rangka pengawasan, Pemerintah berwenang :

    1. Melaksanakan pemeriksaan setempat dan/atau pengambilan contoh pada sarana produksi, penyaluran,

    pengangkutan,

    2. Penyimpanan, sarana pelayanan kesehatan dan fasilitas rehabilitasi

    3. Memeriksa surat dan/atau dokumen yang berkaitan dengan kegiatan di bidang psikotropika

    4. Melakukan pengamanan terhadap psikotropika yang tidak memenuhi standar dan persyaratan

    5. Melaksanakan evaluasi terhadap hasil pemeriksaan

    Pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal :

    1. Berhubungan dengan tindak pidana

    2. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat

    digunakan dalam proses produksi Psikotropika

    3. Kadaluarsa

    4. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan

    ilmu pengetahuan

  • Masyarakat mempunyai kesempatan yang

    seluas-luasnya untuk berperan serta

    membantu pencegahan dan pemberantasan

    penyalahgunaan dan peredaran gelap

    Narkotika/ Psikotropika dan Prekursor

    Tindakan administratif terhadap pelanggaran pada undang-undang, dapat berupa :

    1. Teguran lisan

    2. Teguran tertulis

    3. Penghentian sementara kegiatan

    4. Denda administratif

    5. Pencabutan izin praktek

  • PERMENKES NO. 3 TAHUN 2015 TENTANG

    PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN,

    DAN PEL APORAN

    NARKOTIKA , PSIKOTROPIKA , DAN

    PREKURSOR FARMASI

  • Penyaluran

    Narkotika,

    Psikotropika, Dan

    Prekursor Farmasi

    Surat Pesanan

    (SP)

    Laporan pemakaian

    dan lembar

    permintaan obat

    (LPLPO)Khusus Puskesmas

    Narkotika

    Psikotropika

    Prekursor

    1 SP 1 Jenis

    1 SP

    1 atau 1 Jenis

  • Pengiriman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang dilakukan oleh Industri

    Farmasi, PBF, atau Instalasi Farmasi Pemerintah harus dilengkapi dengan:

    1. Surat pesanan

    2. Faktur dan/atau surat pengantar barang, paling sedikit memuat:

    a. Nama narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi

    b. Bentuk sediaan

    c. Kekuatan

    d. Kemasan

    e. Jumlah

    f. Tanggal kadaluarsa

    g. Nomor batch

  • Penyerahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor

    Farmasi hanya dapat dilakukan dalam bentuk obat jadi

    APOTEKER

    TTK

    Prekursor Farmasi

    yang termasuk

    golongan obat

    bebas terbatas di

    Toko Obat

    Kecuali

  • PENYIMPANAN

    Gudang LemariRuangan

    Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan

    untuk menyimpan barang selain Narkotika

    Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan

    untuk menyimpan barang selain Psikotropika

    Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan

    baku dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain

    Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku

    KHUSUS

  • 1. Dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang dilengkapi

    dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda

    2. Langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji besi

    3. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi

    4. Gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin apoteker

    penanggung jawab

    5. Kunci gudang dikuasai oleh apoteker penanggung jawab dan pegawai lain

    yang dikuasakan

    Gudang KhususGudang KhususBahan Baku

    Gudang Khusus

    Obat Jadi

    INDUSTRI FARMASI dan PBF

  • 1. Dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat

    2. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi

    3. Mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda

    4. Kunci ruang khusus dikuasai oleh apoteker penanggung jawab/apoteker

    yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan

    5. Tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin apoteker penanggung

    jawab/apoteker yang ditunjuk

    Ruangan Khusus

    INSTALASI FARMASI PEMERINTAH

  • 1. Terbuat dari bahan yang kuat

    2. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda

    3. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk instalasi farmasi pemerintah

    4. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk apotek, instalasi

    farmasi rumah sakit, puskesmas, instalasi farmasi klinik, dan lembaga ilmu pengetahuan

    5. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker penanggung jawab/apoteker yang ditunjuk dan

    pegawai lain yang dikuasakan

    Lemari Khusus

    APOTEK, INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT, PUSKESMAS, INSTALASI FARMASI KLINIK,

    LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN DAN INSTALASI FARMASI PEMERINTAH

  • Dokter praktik perorangan yang menggunakan

    Narkotika atau Psikotropika untuk tujuan

    pengobatan harus menyimpan Narkotika atau

    Psikotropika di tempat yang aman dan memiliki

    kunci yang berada di bawah penguasaan dokter

  • PEMUSNAHAN

    1. Industri Farmasi

    2. PBF

    3. Instalasi Farmasi Pemerintah

    4. Apotek

    5. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

    6. Instalasi Farmasi Klinik

    7. Lembaga Ilmu Pengetahuan

    8. Dokter

    9. Toko Obat

    Untuk narkotik/psikotropik/

    precursor di Puskesmas harus

    dikembalikan ke Instalasi

    Farmasi Pemerintah Daerah

    setempat

    Instansi pemerintah yang Berwenang

    1. Diproduksi tanpa memenuhi

    standar dan persyaratan yang

    berlaku dan/atau tidak dapat diolah

    kembali

    2. Telah kadaluarsa

    3. Tidak memenuhi syarat untuk

    digunakan pada pelayanan

    kesehatan dan/atau untuk

    pengembangan ilmu pengetahuan,

    termasuk sisa penggunaan

    5. Berhubungan dengan tindak pidana

    4. Dibatalkan izin edarnya

    1. TIDAK MENCEMARI LINGKUNGAN

    2. TIDAK MEMBAHAYAKAN KESEHATAN

    MASYARAKAT

  • A. Penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian/pimpinan

    lembaga/dokter praktik perorangan menyampaikan surat pemberitahuan dan permohonan saksi

    kepada:

    1. Kementerian kesehatan dan badan pengawas obat dan makanan, bagi instalasi farmasi

    pemerintah pusat

    2. Dinas kesehatan provinsi dan/atau balai besar/balai pengawas obat dan makanan setempat, bagi

    importir, industri farmasi, PBF, lembaga ilmu pengetahuan, atau instalasi farmasi pemerintah

    provinsi

    3. Dinas kesehatan kabupaten/kota dan/atau balai besar/balai pengawas obat dan makanan

    setempat, bagi apotek, instalasi farmasi rumah sakit, instalasi farmasi klinik, instalasi farmasi

    pemerintah kabupaten/kota, dokter, atau toko obat

    Tahapan Pemusnahan

  • B. Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan Provinsi, Balai

    Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    menetapkan petugas di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai dengan surat permohonan

    sebagai saksi

    C. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan

    D. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku, produk antara, dan produk

    ruahan harus dilakukan sampling untuk kepentingan pengujian oleh petugas yang berwenang sebelum

    dilakukan pemusnahan

    E. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi harus dilakukan pemastian

    kebenaran secara organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan pemusnahan

    Apabila Pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga, wajib disaksikan oleh pemilik Narkotika,

    Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dan saksi-saksi sesuai ketentuan

  • PENCATATAN

    1. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi

    2. Jumlah persediaan

    3. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan

    4. Jumlah yang diterima

    5. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan

    6. Jumlah yang disalurkan/diserahkan

    7. Nomad batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan

    8. Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk

    DISIMPAN 3 TAHUN

  • PELAPORAN

    Setiap Bulan

    Dapat menggunakan sistem

    pelaporan secara elektronik

    Paling lambat setiap tanggal

    10 bulan berikutnya

  • Industri

    Farmasi

    Laporan

    Produksi Dan Penyaluran

    Direktur Jenderal

    dengan tembusan Kepala Badan

    PBFLaporan

    Pemasukan Dan PenyaluranDinas Kesehatan Provinsi dengan

    tembusan Kepala Badan/Kepala Balai

    Instalasi

    Farmasi

    Pemerintah

    Pusat

    Laporan

    Pemasukan Dan Penyaluran

    Direktur Jenderal

    dengan tembusan Kepala Badan

    Instalasi

    Farmasi

    Pemerintah

    Daerah

    Laporan

    Pemasukan Dan Penyaluran

    Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

    atau Kabupaten/Kota setempat

    dengan tembusan kepada Kepala

    Balai setempat

  • 1. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan narkotika, psikotropika,

    dan/atau prekursor farmasi

    2. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan

    3. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan

    4. Jumlah yang diterima

    5. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran;

    6. Jumlah yang disalurkan

    7. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran

    dan persediaan awal dan akhir

    Isi Pelaporan

  • Laporan

    Pemasukan Dan

    Penyerahan/Penggunaan

    Kepala Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota dengan tembusan

    Kepala Balai setempat

    1. Apotek

    2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

    3. Instalasi Farmasi Klinik

    4. Lembaga Ilmu Pengetahuan,

    5. Dokter praktik perorangan

    1. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan narkotika, psikotropika,

    dan/atau prekursor farmasi

    2. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan

    3. Jumlah yang diterima

    4. Jumlah yang diserahkan