Unand Prpsal

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    1/34

    1

    I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

    Kakao (Theobroma cacaoL.) paling terkenal dengan produk turunannya,

    berupa coklat. Produk-produk ini dikonsumsi di seluruh dunia, diminati karena

    rasa yang unik dan aroma yang tidak bisa digantikan oleh produk tanaman

    lainnya. Kakao merupakan sumber makanan yang kaya polifenol dan dilaporkan

    memiliki aktivitas antioksidan tinggi daripada teh dan anggur merah. Kakao dan

    produk turunannya mengandung polifenol yang bervariasi dan memiliki berbagai

    tingkat potensi antioksidan. Beberapa efek menguntungkan dari polifenol adalah

    seperti anti-karsinogenik, anti-aterogenik, anti-maag, anti-trombotik, anti-

    inflamasi, kekebalan modulasi, anti-mikroba, efek vasodilatasi dan analgesik (Hii,

    Suzannah, Misnawi dan Cloke, 2009).

    Tanaman kakao merupakan komoditi ekspor non migas yang cukup berarti

    bagi perekonomian Indonesia. Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah

    dengan kakao dunia, bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita

    rasa setara dengan kakao yang berasal dari Ghana dan kakao Indonesia

    mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai

    untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao

    Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan

    kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu

    pendorong pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan cukup terbuka.

    Permasalahan yang dihadapi untuk meningkatkan produksi kakao nasional

    adalah tanaman kakao yang ada saat ini sebagian besar sudah berumur sekitar 30

    tahunan, sehingga produktivitasnya sudah menurun. Selain itu penurunan

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    2/34

    2

    produktivitas kakao juga disebabkan oleh meluasnya serangan hama dan penyakit

    (Penggerek Buah Kakao/PBK dan Vascular Streak Dieback/VSD). Pada

    perkebunan rakyat penurunan produktivitas diindikasikan terjadi karena mutu

    benih yang digunakan rendah, banyak petani yang menggunakan benih tidak

    bersertifikat dan teknik budidaya tidak sesuai standar.

    Walaupun telah dilakukan upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut

    namun hasilnya belum optimal karena masih dilakukan secara parsial dan dalam

    skala kecil. Oleh karena itu Pemerintah melalui Kementerian Pertanian melakukan

    upaya percepatan peningkatan produktivitas tanaman dan mutu hasil kakao

    nasional dengan memberdayakan secara optimal seluruh potensi pemangku

    kepentingan serta sumber daya yang ada melalui kegiatan Gerakan Peningkatan

    Produksi dan Mutu Kakao Nasional (GERNAS) 2009 - 2011.

    Kegiatan GERNAS kakao tentunya membutuhkan benih kakao bermutu

    yang bersertifikat dan berlabel dalam jumlah yang besar. Untuk mendapatkan

    benih bermutu yang bersertifikat dan berlabel tentunya para petani harus

    mendatangkan benih dari perkebunan yang telah ditunjuk pemerintah sebagai

    penyedia benih bersertifikat. Jika daerah petani konsumen jauh dari perkebunan

    penyedia benih, ini merupakan suatu masalah. Permasalahan yang dihadapi dalam

    pengiriman benih kakao adalah sifat benih yang rekalsitran. Copeland dan

    McDonald (1995), mengemukakan bahwa benih rekalsitran mempunyai masa

    hidup yang singkat dan sukar untuk disimpan, karena kadar airnya yang tinggi

    menyebabkan benih mudah terkontaminasi mikroba dan lebih cepat mengalami

    kemunduran.

    Kandungan air benih dan kelembaban ruang penyimpanan merupakan

    kendala utama dalam penyimpanan benih kakao yang bersifat rekalsitran.

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    3/34

    3

    Perlakuan pengeringan untuk menurunkan kadar air dan kondisi penyimpanan

    dengan kelembaban yang rendah dapat merusak dan menurunkan viabilitas benih

    di penyimpanan, bahkan dapat menyebabkan kematian benih. Pengaruh merugikan

    dari penurunan kadar air di bawah kritis disebabkan oleh dua faktor yaitu secara

    langsung akan menyebabkan stress fisik karena kehilangan air dan kerusakan

    psikokimiawi jaringan sebagai akibat dari gangguan metabolik pada saat

    pengeringan (Liang dan Sun, 2002).

    Penyimpanan benih rekalsitran memiliki tantangan tersendiri. Benih ini

    dapat mati dalam beberapa hari, namun jika diupayakan penyimpanannya dapat

    bertahan lebih lama dan itu pun hanya beberapa minggu saja. Kunci umur benih

    ditentukan oleh sejauh mana kadar air benih dapat dipertahankan tetap tinggi

    yakni diatas 25% (King dan Robert, 1980).

    Salah satu usaha untuk mempertahankan kadar air benih agar tetap optimal

    adalah melapisi benih dengan kitosan. Menurut Pramuliono (1999), kitosan

    merupakan salah satu jenis pelapis edible dari kelompok polisakarida selain

    selulosa, pektin, pati, karagenan dan gum. Menurut Khochta dalam

    Anityoningrum (2005) edible coating adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan

    yang dapat dimakan dan digunakan di atas atau di dalam lapisan produk pangan

    yang berfungsi sebagai penahan (barrier) perpindahan massa (uap air, O2 dan

    CO2) atau sebagai pembawa makanan tambahan, seperti zat antimikrobial dan

    antioksidan.

    Kitosan termasuk salah satu jenis polisakarida yang dapat bersifat sebagai

    penghalang (barrier) yang baik karena pelapis polisakarida dapat membentuk

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    4/34

    4

    matrik yang kuat dan kompak (Grenner dan Fennema dalam Susanto, 1998).

    Kitosan menginduksi tanaman untuk meningkatkan biosintesis lignin dan

    lignifikasi dinding sel tanaman sehingga menjadi lebih kuat dan menghambat

    penetrasi cendawan pengganggu (Reddy, Arul, Angers, dan Couture, 1999).

    Kitosan menyebabkan disorganisasi (mengacaukan) sel-sel cendawan secara

    cepat, seperti meningkatnya vakuolasi, penebalan dinding sel, distorsi hifa dan

    agregasi sitoplasma (Laflamme, Benhamou, Bussieres, dan Dessureault, 1999).

    Kitosan selain berperan khusus sebagai anti jamur juga dapat memperkuat sistem

    akar dan batang berperan sebagai pupuk yang dapat memperkuat perkecambahan

    dan pertumbuhan (Wulandini, 2002).

    Berbagai penelitian untuk menentukan kadar air kritis dan

    mempertahankan viabilitas benih kakao telah dilakukan, namun masih diperlukan

    penelitian lanjutan untuk mendapatkan berapa sebenarnya kadar air kritis benih

    kakao yang sesungguhnya. Karena dari penelitian terdahulu didapatkan hasil yang

    beragam. Kadar air perlakuan akan dipertahankan dengan pemberian kitosan.

    Berdasarkan latar belakang di atas penulis bermaksud melakukan penelitian

    dengan judul Pengaruh Pemberian beberapa Konsentrasi Kitosan dan

    Tingkat Kadar Air Benih terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kakao

    Selama Dalam Penyimpanan.

    1.2. Identifikasi dan Rumusan MasalahBerdasarkan permasalahan yang diidentifikasi dapat dirumuskan masalah

    sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah pengaruh Kitosan dalam mempertahankan kadar air benihkakao selama dalam penyimpanan.

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    5/34

    5

    2. Berapakah kadar air benih kakao yang optimal untuk penyimpanan3. Bagaimanakah pengaruh pemberian kombinasi perlakuan Kitosan dan

    tingkat kadar air terhadap viabilitas benih kakao selama dalam

    penyimpanan.

    1.3. Tujuan PenelitianTujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

    1. untuk mengetahui pengaruh pemberian Kitosan terhadap kadar air dankandungan kimia benih kakao selama dalam penyimpanan.

    2. untuk mengetahui kadar air benih kakao yang optimal untuk penyimpanan3. untuk mengetahui pengaruh kombinasi perlakuan terhadap viabilitas benih

    kakao selama dalam penyimpanan.

    1.4. Kegunaan PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi alternatif untuk

    mempertahankan viabilitas benih kakao selama dalam penyimpanan, sehingga

    dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi petani atau perusahaan benih kakao

    dalam teknik penyimpanan benih kakao saat benih akan didistribusikan ke tempat

    yang membutuhkan.

    1.5. Kerangka PemikiranBenih kakao yang tergolong benih rekalsitran tidak memiliki masa

    dormansi, sehingga setelah dikeluarkan dari buahnya benih harus segera di

    kecambahkan. Hal ini menjadi masalah ketika benih harus dikirim ke suatu tempat

    yang jauh dari tempat benih diproduksi, yang mungkin membutuhkan waktu

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    6/34

    6

    berminggu-minggu. Menurut Susanto (1994), penyimpanan benih kakao yang

    baik adalah di dalam buahnya sendiri. Namun itupun hanya bertahan sekitar 20

    hari saja dan bila untuk dikirim ke tempat yang jauh cara ini kurang

    menguntungkan, karena butuh tempat yang banyak dan terlalu berat.

    Cara penyimpanan benih yang praktis dan murah dapat diupayakan

    asalkan tetap memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya

    viabilitas benih, seperti suhu, kelembaban relatif, kadar air benih, aerasi dan

    aktifitas jamur. Benih yang bersifat rekalsitran ketika masak fisiologis memiliki

    kadar air yang tinggi, yaitu lebih dari 40% sehingga tidak tahan disimpan lama.

    Jika kadar air benih diturunkan dari ambang batas sekitar 25%, maka benih akan

    mengalami kerusakan atau viabilitasnya akan menurun (Pusat Penelitian Kopi dan

    Kakao Indonesia, 2004). Hasil penelitian Esrita (2000), menunjukan bahwa pada

    kadar air 17% diperoleh daya kecambah 50% (titik kritis kadar air), kadar air 18%

    daya kecambah 64,9%, dan kadar air > 35% daya kecambah 98,7%. Untuk

    mendapatkan kadar air optimal penyimpanan penulis akan melakukan penelitian

    dengan range kadar air dari 22% sampai 43%.

    Viabilitas dari benih yang disimpan dengan kadar air yang tinggi akan

    cepat sekali mengalami kemunduran, karena sifat benih yang higroskopis, benih

    sangat mudah menyerap uap air dari udara di sekitarnya sampai kandungan airnya

    seimbang dengan lingkungan sekitar. Kandungan air yang tinggi akan

    meningkatkan kegiatan enzim-enzim yang akan mempercepat proses respirasi,

    sehingga perombakan bahan cadangan makanan menjadi makin besar. Akhirnya

    benih akan kehabisan bahan bakar pada jaringan-jaringan yang penting

    (meristem). Energi yang terhambur dalam bentuk panas ditambah keadaan yang

    lembab akan merangsang perkembangan mikroorganisme yang dapat merusak

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    7/34

    7

    benih (Sutopo, 2002). Oleh karena itu perlu dilakukan suatu upaya untuk

    mempertahankan kandungan air benih agar benih dapat mempertahankan

    viabilitasnya. Salah satunya adalah dengan melapisi benih dengan kitosan.

    Kitosan adalah senyawa organik turunan kitin, berasal dari biomaterial

    kitin yang dewasa ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain

    membersihkan dan menjernihkan air, immobilasi enzim sel bakteri, dan pengawet

    bahan makanan. Kitosan dapat digunakan sebagai pengawet karena sifat-sifat

    yang dimilikinya yaitu dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak

    dan sekaligus melapisi produk yang diawetkan sehingga terjadi interaksi yang

    minimal antara produk dan lingkungannya.

    Beberapa hasil penelitian menggunakan kitosan menunjukan hasil yang

    beragam. Pelapis kitosan dapat menghambat laju pengeringan buah pada stroberi

    (Harianingsih, 2010), kitosan 1,5% merupakan bahan pelapis terbaik yang mampu

    mempertahankan daya simpan buah manggis (Inayati, 2009), kitosan 3%

    merupakan konsentrasi yang terbaik pada viabilitas benih dan pertumbuhan awal

    bibit kakao (Kurniawan, 2011), kitosan 2 % merupakan konsentrasi terbaik dalam

    mempertahankan viabilitas benih kedele selama dalam penyimpanan (Hadmoko,

    2011).

    1.6. HipotesisHipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

    1. Perbedaan konsentrasi Kitosan yang diberikan akan mempengaruhiviabilitas dan daya simpan benih kakao

    2. Penyimpanan benih kakao pada tingkat kadar air yang berbeda akanmempengaruhi viabilitas dan daya simpan benih kakao.

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    8/34

    8

    3. Interaksi antara konsentrasi Kitosan dan tingkat kadar air benih akanmempengaruhi viabilitas dan daya simpan benih kakao.

    II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Botani Tanaman Kakao

    Theobroma cacao L. adalah nama yang diberikan ke pohon kakao,

    termasuk dalam family Sterculiaceae. Pohon kakao ditemukan liar di hutan hujan

    pada belahan bumi barat dari 18 N ke 15 S, yaitu dari Meksiko sampai ke ujung

    selatan dari hutan Amazon. Theobroma cacao adalah satu-satunya spesies yang

    dibudidayakan secara komersial di negara-negara penghasil utama seperti Pantai

    Gading, Ghana, Nigeria, Kamerun, Brasil, Ekuador, Indonesia dan Malaysia (Hii,

    et al, 2009).

    Kakao diklasifikasikan dalam dua jenis, kakao bulk dan kakao fine

    flavour. Kakao bulk atau kakao lindak berasal dari pohon-pohon forastero yang

    ditemukan di seluruh Afrika Barat dan Brasilia, sedangkan kakao fine flavour

    pada umumnya berasal dari pohon-pohon Criollo dan Trinitario yang ditemukan

    di Karibia, Venezuela, Indonesia dan Papua Nugini (Spillina , 1995).

    Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh cepat dari

    panjang 1 cm pada umur satu minggu, mencapai 16-18 cm pada umur satu bulan,

    dan 25 cm pada umur tiga bulan. Setelah itu laju pertumbuhannya menurun dan

    untuk mencapai panjang 50 cm memerlukan waktu dua tahun. Pada saat

    berkecambah, hipokotil memanjang dan mengangkat kotiledon yang masih

    menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini disebut dengan fase serdadu. Fase

    kedua ditandai dengan membukanya kotiledon diikuti dengan memanjangnya

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    9/34

    9

    epikotil dan tumbuhnya empat lembar daun pertama. Keempat daun tersebut

    sebetulnya tumbuh dari setiap ruasnya, tetapi buku-bukunya sangat pendek

    sehingga tampak tumbuh dari satu ruas. Pertumbuhan berikutnya berlangsung

    secara periodik dengan interval waktu tertentu (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

    Indonesia, 2004).

    Pertumbuhan batang kakao bersifat dimorfisme yang berarti memiliki dua

    macam bentuk pertumbuhan vegetatif. Pertama, kecambah yang membentuk

    batang utama yang bersifat ortotrop pada umur tertentu akan membentuk

    perempatan atau jorquette dengan 4-6 cabang primer tumbuh ke samping atau

    yang disebut cabang plagiotrop (Poedjiwidodo, 1996).

    Daun kakao memiliki dua persendian atau cartilation yang terikat pada

    pangkal dan tangkai daun. Tangkai daun bersisik halus dan membentuk sudut 30-

    60o dan berbentuk silinder. Warna daun muda kemerahan sampai merah

    bergantung pada varietasnya (Siregar, Riyadi, dan Nuraeni, 2000). Pada tunas

    ortotrop, tangkai daunnya panjang yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas

    plagiotrop, panjang tangkai daunnya hanya 2,5 cm. Tangkai daun berbentuk

    silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Susanto, 1994).

    Jumlah bunga tanaman kakao dalam satu pohon mencapai antara 5000-

    12000 bunga dalam satu tahun. Akan tetapi jumlah bunga matang yang dihasilkan

    hanya 1% saja. Bunga kakao terdiri dari dari 5 helai daun kelopak dan 10 helai

    benang sari. Diameter bunga 1,5 cm dan panjang tangkai bunga 2-5 cm (Wood

    and Lass, 1987).

    Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua

    macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    10/34

    10

    masak berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah,

    setelah masak berwarna jingga (oranye). Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan

    dangkal yang letaknya berselang-seling. Buah akan masak setelah berumur 6

    bulan dan akan berukuran 10-30 cm, tergantung kultivarnya (Pusat Penelitian

    Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

    2.2. Benih kakaoPada umur 143-170 hari buah telah mencapai ukuran maksimal dan mulai

    masak yang ditandai dengan perubahan warna kulit buah yang semula berwarna

    hijau muda dan hijau akan berubah menjadi kuning sedang buah yang berwarna

    merah atau merah muda berubah menjadi jingga. Lamanya pemasakan buah

    tergantung jenis kakao dan ketinggian tempat tumbuhnya (Poedjiwidodo, 1996).

    Benih kakao termasuk golongan benih rekalsitran, sehingga memerlukan

    penanganan yang khusus. Arti dari benih rekalsitran sebagai berikut: ketika masak

    fisiologis kadar airnya tinggi, yakni lebih dari 40 %; viabilitas benih akan hilang

    di bawah ambang kadar air yang relatif tinggi (lebih dari 25%); sifat benih ini

    tidak mengikuti kaidah Harrington yang berbunyi Pada kadar air 4-15%,

    peningkatan kadar air 1% dapat menurunkan periode hidup benih setengahnya.

    Demikian pula halnya dengan suhu, peningkatan 5oC pada kisaran 0-50oC dapat

    menurunkan umur simpan benih setengahnya; untuk bertahan dalam penyimpanan

    memerlukan kadar air yang tinggi (sekitar 30%) (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

    Indonesia, 2004).

    Kelemahan fisiologis benih rekalsitran yang tidak tahan kering adalah

    pada ketidak mampuan pengembalian organel selnya (recovery dan repairing

    mechanism) yang mengalami deformasi akibat menurunnya kadar air benih

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    11/34

    11

    (Berjak dan Pammenter, 2004). Ketidak mampuan ini berdampak pada kegagalan

    sel melakukan metabolisme untuk keperluan pemeliharaan dirinya (maintenance)

    maupun proses perkecambahan (McDonald, 2004).

    Untuk budidaya kakao perbanyakan tanaman kakao secara generatif

    dengan menggunakan benih yang berasal dari sembarang biji tidak dibenarkan.

    Benih diambil dari tanaman kakao yang sudah berproduksi, baik dari pertanaman

    kakao klonal maupun kakao hibrida. Biji kakao yang baik untuk benih adalah

    berukuran besar, bernas (tidak kosong), bebas dari hama penyakit dan biji tidak

    kadaluarsa (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

    2.3. Penyimpanan benih KakaoUntuk mendapatkan benih yang baik, sebelum disimpan biji harus benar-

    benar masak di pohon dan sudah mencapai kematangan fisiologis. Karena selama

    masa penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari viabilitas awal

    tersebut, yang tidak dapat dihentikan lajunya (Sutopo, 1985).

    Kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup biji.

    Meningkatnya kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup, tetapi

    beberapa biji dapat hidup lama bila terendam dalam air (misalnya juncus sp.

    terbenam selama tujuh tahun atau lebih). Berbagai biji lokal seperti biji kapri dan

    kedelai, tetap mampu tumbuh lebih lama bila kandungan airnya diturunkan dan

    biji disimpan pada suhu rendah. Penyimpanan dalam botol pada suhu sedang

    sampai tinggi biasanya menyebabkan biji kehilangan air, dan sel akan pecah bila

    biji diberi air. Pecahnya sel melukai embrio dan melepaskan hara yang merupakan

    bahan yang baik bagi pertumbuhan patogen (Salisbury and Ross, 1995).

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    12/34

    12

    Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling

    mempengaruhi masa hidupnya. Oleh karena itu benih yang sudah masak dan

    cukup kering penting untuk segera dipanen, atau benihnya masih berkadar air

    tinggi yang juga harus segera dipanen. Kehilangan viabilitas benih Kentucky

    blugrassyang baru dipanen berkorelasi dengan kadar air benihnya serta lamanya

    benih disimpan pada suhu tertentu. Benih berkadar air 54% disimpan pada suhu

    30oC selama 45 jam kehilangan daya kecambah sebanyak 20%. Tetapi benih

    berkadar air 44% akan tahan pada suhu 45oC selama 36 jam tanpa kehilangan

    viabilitasnya. Benih berkadar air 22% dan 11% tidak menunjukkan kehilangan

    viabilitas pada suhu 50oC selama 45 jam (Justice dan Bass, 1994).

    Pengiriman benih kakao yang banyak dilakukan adalah dengan

    menghilangkan daging buah (pulp), menyucihamakan dan mencampurnya dengan

    serbuk arang lembab, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang diberi

    lubang aerasi. Dengan cara seperti ini, ternyata masih banyak benih yang

    berkecambah selama penyimpanan atau pengiriman. Penyebabnya adalah faktor

    lingkungan seperti air dan oksigen masih berpengaruh (Pusat Penelitian Kopi dan

    Kakao Indonesia, 2004).

    Benih sebagai organisme hidup, penyimpanannya sangat ditentukan oleh

    kadar air benih, jenis benih, tingkat kematangannya serta temperatur

    penyimpanan. Jadi dalam penyimpanannya (sebagai organisme hidup yang

    melakukan respirasi), dimana respirasi ini menghasilkan panas dan air dalam

    benih maka makin tinggi kadar airnya respirasi dapat berlangsung dengan cepat

    yang dapat berakibat: berlangsungnya perkecambahan, karena didukung oleh

    kelembaban lingkungan yang besar atau tinggi; kelembaban lingkungan yang

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    13/34

    13

    tinggi merupakan lingkungan yang cocok bagi organisme perusak misalnya jamur,

    dengan demikian benih akan banyak mengalami kerusakan (Kartasapoetra, 2003).

    Selama dalam penyimpanan benih akan mengalami kemunduran yang

    dapat menyebabkan turunnya kualitas dan sifat benih, jika dibandingkan pada saat

    benih tersebut mencapai masak fisiologinya. Kemunduran benih merupakan

    proses penurunan mutu secara berangsur-anngsur dan kumulatif serta tidak dapat

    balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor

    dalam. Kemunduran benih beragam, baik antarjenis, antarvarietas, antarlot,

    bahkan antarindividu dalam suatu lot benih. Kemunduran benih dapat

    menimbulkan perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada

    berkurangnya viabilitas benih (kemampuan benih berkecambah pada keadaan

    yang optimum) atau penurunan daya kecambah. Proses penuaan atau mundurnya

    vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan

    jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field

    emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman,

    meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat

    menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985).

    Menurut Sadjad (1977), indikasi fisiologis benih yang mengalami

    kemunduran adalah terjadinya perubahan warna benih, tertundanya

    perkecambahan, menurunnya toleransi terhadap kondisi lingkungan sub optimum

    selama perkecambahan, rendahnya toleransi terhadap kondisi simpan yang kurang

    sesuai, peka terhadap radiasi, menurunnya pertumbuhan kecambah, menurunnya

    daya berkecambah dan meningkatnya jumlah kecambah abnormal. Gejala

    fisiologis ini dipengaruhi oleh aktivitas enzim yang menurun, respirasi menurun,

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    14/34

    14

    bocoran metabolit meningkat (menjadikan nilai daya hantar listrik meningkat dan

    gula terlarut meningkat), kandungan Asam Lemak Bebas meningkat (benih kapas

    dengan kandungan Asam Lemak Bebas 1% sudah tidak mampu berkecambah).

    Indikasi biokimia dalam benih yang mengalami kemunduran viabilitas

    adalah perubahan aktivitas enzim, perubahan laju respirasi, perubahan di dalam

    cadangan makanan, perubahan di dalam membran, kerusakan kromosom dan

    akumulasi bahan toksin (Baki dan Anderson, 1972 dalam Yuniarti, Naning,

    Dida,dan Aam, 2008). Menurut Toruan (1986), indikasi kemunduran benih secara

    biokimia yang disebabkan oleh penurunan kadar air adalah terjadinya peningkatan

    asam lemak bebas dan terjadinya kebocoran membran.

    2.4. KitosanKitosan merupakan senyawa kimia yang berasal dari bahan hayati kitin,

    suatu senyawa organik yang melimpah di alam ini setelah selulosa. Kitin ini

    umumnya diperoleh dari kerangka hewan invertebrata dari kelompok Arthopoda

    sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, dan beberapa dari

    kelompok jamur. Selain dari kerangka hewan invertebrate, juga banyak ditemukan

    pada bagian insang ikan, trachea, dinding usus dan pada kulit cumi-cumi. Sebagai

    sumber utamanya ialah cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, kepiting,

    dan hewan yang bercangkang lainnya, terutama asal laut (Shofyan, 2010).

    Kitosan dapat larut dalam beberapa larutan asam organik tetapi tidak larut

    dalam pelarut organik. Kitosan tidak larut dalam air, larutan basa kuat dan larutan

    yang mengandung konsentrasi ion hidrogen diatas pH 6.5, tetapi kitosan dapat

    larut dalam asam hidroklorat dan asam nitrat pada konsentrasi 0.15-1.1 % dan

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    15/34

    15

    tidak larut pada konsentrasi asam 10 %. Kitosan juga tidak larut dalam asam

    sulfur tetapi larut sebagian pada asam ortofosfat dengan konsentrasi 0.5 %

    (Ornum dalam Ferdiansyah, 2005). Menurut Knorr (1982) pelarut kitosan yang

    baik dan umum digunakan adalah asam asetat dengan konsentrasi 1-2 %.

    Menurut Pramuliono (1999) kitosan merupakan salah satu jenis pelapis

    edible dari kelompok polisakarida selain selulosa, pektin, pati, karagenan dan

    gum. Menurut Khochta dalam Anityoningrum (2005) edible coating adalah

    lapisan tipis yang terbuat dari bahan yang dapat dimakan dan digunakan di atas

    atau di dalam lapisan produk pangan yang berfungsi sebagai penahan (barrier)

    perpindahan massa (uap air, O2 dan CO2) atau sebagai pembawa makanan

    tambahan, seperti zat antimikrobial dan antioksidan. Kitosan termasuk salah satu

    jenis polisakarida yang dapat bersifat sebagai penghalang (barrier) yang baik

    karena pelapis polisakarida dapat membentuk matrik yang kuat dan kompak

    (Grenner dan Fennema dalam Susanto, 1998).

    Kitosan mempunyai banyak kegunaan diantaranya, dalam industri pangan,

    kitin dan kitosan bermanfaat sebagai pengawet dan penstabil warna produk.

    Beberapa contoh aplikasi kitin dan kitosan dalam bidang nustrisi (suplemen dan

    sumber serat), pangan (flavor, pembentuk tekstur, emulsifier, penjernih

    minuman), medis (mengobati luka, contact lens, membran untuk dialisis darah,

    antitumor), kesehatan kulit dan rambut), lingkungan dan pertanian (penjernih air,

    menyimpan benih, fertilizer dan fungisida) dan lain- lain seperti proses finishing

    kertas, menyerap warna pada produk cat (Hidayat, 2007).

    Penggunaan khitosan sebagai bahan pengawet dan edible coating yang

    efektif untuk mencegah kerusakan kualitas dan memperpanjang umur simpan

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    16/34

    16

    produk pangan sangatlah potensial (No, Meyers, Prinyawiwatkul, dan Xu, 2007).

    Kitosan bersifat hidrofobik, dimana ia mampu mengikat air sehingga kandungan

    air dapat dipertahankan. Oleh karena itu Kitosan banyak diteliti kegunaannya

    sebagai pelapis buah-buahan atau benih.

    III. BAHAN DAN METODE

    3.1. Tempat dan WaktuPenelitian ini akan dilaksanakan di Labor Teknologi Benih, labor

    Teknologi dan Hasil Pertanian dan Rumah Kawat Fakultas Pertanian Universitas

    Andalas Padang, dari bulan November 2011 sampai Februari 2012. Jadwal

    pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

    3.2. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao Klon ICS

    60 yang dibeli dari PT Inang Sari, abu gosok, asam asetat 1-2%, kitosan, air steril

    (aquades), tanah, fungisida Delsene MX-200.

    Alat yang digunakan adalah neraca analitik, oven, gelas ukur, spatula,

    tabung reaksi, cawan aluminium, pisau, polibag hitam, kemasan plastik tidak

    berlubang, karung goni sebagai media perkecambahan, sprayer, label, amplop

    kertas dan kardus karton. Ruang simpan yang digunakan adalah ruang simpan

    tidak terkendali (ambient condition) dengan kisaran suhu 2530 C.

    3.3. Rancangan PercobaanRancangan percobaan yang digunakan adalah Faktorial dalam Rancangan

    Acak Lengkap. Faktor pertama yaitu taraf kadar air benih kakao yaitu:

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    17/34

    17

    A1 = 22% - 25%

    A2 = 28% - 31%

    A3 = 34% - 37%

    A4 = 40% - 43%

    Faktor yang kedua adalah taraf konsentrasi kitosan yaitu:

    B1 = 0%

    B2 = 1,5%

    B3 = 3%

    B4 = 4,5%

    Total kombinasi perlakuan adalah 16 kombinasi dan diulang sebanyak 3

    kali sehingga diperoleh 48 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan

    terdiri dari 75 benih, disimpan selama 6 minggu, diuji setiap satu minggu sekali,

    sehingga total kebutuhan benih adalah 21.600 benih.

    Data dianalis dengan uji F, apabila hasilnya menunjukkan pengaruh yang

    nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

    dan dilanjutkan dengan polinomial ortogonal.

    3.4. Pelaksanaan Penelitian3.4.1. Persiapan

    a. Persiapan BenihBenih yang akan digunakan berasal dari tanaman yang sehat dan buah

    yang telah masak fisiologis. Ciri-ciri buah yang masak fisiologis antara

    lain, kulit buah sudah kuning merata, jika diguncang menimbulkan bunyi

    yang menandakan biji kakao telah terlepas dari kulit bauh. Buah yang akan

    digunakan dipecah dengan alat pemukul kayu agar biji tidak terluka, biji

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    18/34

    18

    yang dipakai berupa biji bernas pada 2/3 bagian tengah. Daging buah atau

    pulp dibuang dengan menggunakan abu gosok. Benih dicampur dengan

    abu gosok dan diremas-remas agar pulpnya terlepas dari benih, setelah itu

    testa (kulit bagian dalam benih) dikupas, dibilas dengan air bersih dan

    langsung dikeringkan dengan kain lap.

    b. Mengukur Kadar Air AwalBenih yang telah bersih dan dikeringkan dengan kain lap dimasukkan ke

    dalam cawan aluminium sebanyak 5 benih, ditimbang untuk mendapatkan

    bobot basahnya (BB), kemudian cawan yang berisi benih tersebut dioven

    selama 24 jam pada suhu 105oC, setelah itu didinginkan dalam desikator

    dan ditimbang bobot keringnya (BK). Perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

    Kadar air benih dihitung dengan rumus :

    Kadar air = BBBK x 100%

    BK

    c. Persiapan PerlakuanKitosan yang akan dijadikan sebagai perlakuan dibuat dalam 4 konsentrasi

    yaitu 0%, 1,5%, 3% dan 4,5%. Untuk mendapatkan larutan kitosan dengan

    konsentrasi 1,5% dilakukan dengan cara, serbuk kitosan ditimbang

    sebanyak 1,5 gram dan dilarutkan dalam larutan asam asetat 1-2%

    secukupnya, kemudian ditambah air steril sampai 100 ml dan begitu

    seterusnya.

    3.4.2. Pemberian Perlakuana. Penetapan Kadar Air Benih

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    19/34

    19

    Benih yang telah dicuci bersih ditetapkan kadar airnya masing-masing

    menjadi 22-25%, 28-31%, 34-37% dan 40-43%. Penetapan kadar air ini

    dilakukan dengan cara benih yang siap dicuci dikeringkan dengan lap,

    ditimbang berat basahnya, kemudian dikeringkan dengan oven. Untuk

    menentukan lamanya waktu pengeringan dan suhu yang diberikan akan

    dilakukan percobaan pendahuluan.

    b. Aplikasi KitosanBenih yang telah ditetapkan kadar airnya dicelupkan ke dalam larutan

    kitosan dengan konsentrasi sesuai perlakuan sampai seluruh bagian benih

    terlapisi selama lebih kurang 30 detik, kemudian benih ditiriskan dan

    dikering anginkan. Setelah kering benih dimasukkan ke dalam kantong

    plastik yang telah disiapkan.

    3.4.3. PenyimpananBenih yang telah diberi perlakuan akan disimpan dalam wadah kantong

    plastik bening berklip berukuran 10x15 cm tanpa dilobangi. Masing-

    masing kantong akan diisi 75 benih. Kantong-kantong berisi benih

    disimpan dalam kotak karton. Satu kotak berisi 6 kantong benih. Kotak

    diletakkan dalam ruangan tidak terkendali dengan kisaran suhu 25 30oC.

    Penyimpanan dilakukan selama 6 minggu. Pengujian viabilitas dan vigor

    dilakukan setiap 1 minggu sekali.

    3.4.4. Pengamatana. Daya Berkecambah sebelum disimpan

    Sebelum disimpan dilakukan uji daya berkecambah benih. Benih yang

    sudah dibersihkan dan ditetapkan kadar airnya langsung dikecambahkan

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    20/34

    20

    pada media karung goni yang dibasahkan dan telah direndam dalam

    larutan fungisida. Jumlah benih yang dikecambahkan adalah 10 benih

    untuk masing - masing kadar air. Daya berkecambah benih dihitung pada

    hari ke-12 setelah benih dikecambahkan dengan rumus:

    DB = Jumlah benih berkecambah normal x 100%

    Jumlah benih dikecambahkan

    b. Peubah setelah PenyimpananPeubah yang diamati setelah penyimpanan adalah :

    1. Kadar Air Benih (%)Kadar air benih dari masing-masing perlakuan setelah disimpan akan

    diukur dengan menggunakan metode oven. Berat basah (BB)

    ditimbang, kemudian benih dioven selama 24 jam pada suhu 105oC

    untuk mendapatkan berat keringnya (BK). Kadar air benih dihitung

    dengan rumus :

    KA = BBBK x 100%BK

    2. Persentase Benih yang Berkecambah Selama Penyimpanan (%)Penghitungan persentase benih berkecambah dari masing-masing

    perlakuan dilakukan dengan menghitung seluruh benih yang

    berkecambah selama penyimpanan dan dihitung dengan rumus :

    Persentase berkecambah = Jumlah benih berkecambah x 100%

    Jumlah benih yang disimpan

    c. Peubah pada saat pengecambahan dan setelah penanaman1. Viabilitas Benih1.1 Daya Berkecambah (DB)

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    21/34

    21

    Daya berkecambah adalah tolak ukur untuk viabilitas potensial benih.

    Daya berkecambah menunjukan jumlah kecambah normal yang

    dihasilkan benih pada kondisi lingkungan tertentu. Daya berkecambah

    dihitung berdasarkan % benih yang berkecambah normal terhadap

    banyaknya benih yang ditabur (Sutopo, 2004). Sebanyak 10 benih dari

    masing-masing perlakuan dikecambahkan pada media karung goni

    basah yang telah direndam dalam larutan fungisida. Daya berkecambah

    benih dihitung pada hari ke-12 setelah benih dikecambahkan

    Penghitungan DB dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

    DB = Jumlah benih berkecambah normal x 100%

    Jumlah benih dikecambahkan

    2. Vigor Benih2.1 Uji Hitung Pertama

    Tujuannya adalah untuk mengetahui kekuatan tumbuh (vigor) dan

    daya kecambah benih melalui kecepatan atau kekuatan berkecambah

    benih pada hari pertama pengamatan. Pengamatan dilakukan hanya

    satu kali yaitu pada hari ke-4 setelah benih dikecambahkan (benih

    kakao mulai berkecambah umur 4-5 hari setelah dikecambahkan, Pusat

    penelitian kopi dan kakao Indonesia, 2004). Kecambah yang diamati

    adalah kecambah normal. Uji hitung pertama dihitung dengan rumus :

    DB = Jumlah benih berkecambah normal x 100%

    Jumlah benih dikecambahkan

    2.2 Nilai IndeksTujuannya adalah untuk menentukan kekuatan tumbuh benih. Benih

    dikecambahkan seperti uji viabilitas, pengamatan dilakukan setiap hari

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    22/34

    22

    terhadap kecambah normal mulai hari kedua setelah dikecambahkan

    sampai tidak ada lagi benih yang berkecambah. Nilai indeks dihitung

    dengan rumus :

    Nilai Indeks = Jumlah kecambah normal

    Hari berkecambah

    2.3 Panjang Akar dan Batang Kecambah (mm)Pengamatan terhadap panjang akar dan batang berguna untuk

    menentukan kecepatan pertumbuhan bibit. Kecambah dari uji

    viabilitas diukur panjang akar dan batangnya. Panjang akar diukur dari

    leher akar sampai ke ujung akar terpanjang dan panjang batang diukur

    dari leher akar sampai ke titik tumbuh. Pengamatan dilakukan setiap 2

    hari sekali mulai hari ke-2 setelah benih dikecambahkan sampai hari

    ke-12. Data hasil pengamatan akan ditampilkan dalam bentuk grafik.

    2.4 Uji Muncul TanahTujuannya adalah untuk menentukan kekuatan tumbuh benih pada

    medium tanah. Sebanyak 10 benih dari masing-masing perlakuan

    dikecambahkan dalam polibag.Pengamatan dilakukan pada hari ke-12

    setelah benih dikecambahkan, karena sebagian besar benih kakao

    telah berkecambah dalam waktu 12 hari sejak dikecambahkan (Pusat

    Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Pengamatan dilakukan

    dengan cara menghitung jumlah bibit yang telah muncul kepermukaan

    tanah setinggi 0,5-1 cm. Uji muncul tanah ini dihitung dengan rumus :

    DB = Jumlah benih berkecambah normal x 100%

    Jumlah benih dikecambahkan

    2.5 Pertumbuhan Bibit

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    23/34

    23

    Benih untuk uji muncul tanah langsung ditanam dalam polibag yang

    telah diisi tanah dan disusun di bawah naungan di dalam rumah kawat.

    Setelah pengamatan uji muncul tanah, bibit dibiarkan tumbuh untuk

    melihat perkembangan pertumbuhannya. Pengamatan pertumbuhan

    bibit dilakukan pada hari ke-28 setelah tanam terhadap tinggi bibit dan

    jumlah daun.

    d. Peubah kandungan kimia benihPengujian kandungan kimia dilakukan untuk mengetahui tingkat

    kemunduran benih akibat respirasi yang terjadi di dalam benih selama

    disimpan. Pengujian kandungan kimia dilakukan sebelum benih disimpan

    dan setelah penyimpanan terhadap sampel benih kakao pada perlakuan

    kadar air benih tertinggi dan kadar air terendah. Kandungan yang diuji

    adalah kadar asam lemak bebas. Uji kandungan kimia benih dilakukan di

    labor Teknologi dan Hasil Pertanian.

    Prosedur kerja uji asam lemak bebas (FFA) (Mehlenbacher, 1960

    dalam Sudarmadji, S., Bambang, H., dan Suhardi, 1984)

    1. Benih dihaluskan, bahan halus diaduk merata dan berada dalamkeadaan cair pada waktu diambil contohnya.

    2. Timbang sebanyak 28,2 0,2 g contoh dalam Erlenmeyer3. Tambahkan 50 ml alkohol netral yang panas dan 2 ml indikator

    phenolphthalein (pp).

    4. Titrasilah dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah distandarisir sampaiwarna merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 30 detik.

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    24/34

    24

    5. Persen asam lemak bebas dinyatakan sebagai oleat pada kebanyakanminyak dan lemak.

    6. Asam lemak bebas dinyatakan sebagai % FFA :% FFA = ml NaOH x N x Berat molekul asam lemak x 100

    Berat contoh x 1000

    Untuk merubah % FFA menjadi angka asam, kalikan % FFA dengan

    faktor : Berat molekul KOH

    Berat molekul asam lemak/10

    Angka asam = mgKOH yang dibutuhkan untuk menetralkan 1 g

    contoh.

    IV. ANALISIS STATISTIKA

    Percobaan ini menggunakan Faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap

    (RAL) dengan tiga ulangan. Faktor pertama terdiri atas empat taraf dan faktor

    kedua terdiri dari tiga taraf, sehingga didapatkan 36 satuan percobaan, mempunyai

    model linier : Yijk= + i+ j + ()ij+ ijk

    i = 1,2,..,4; j = 1,2,3; k = 1,2,3

    Dengan :

    Yijk : observasi pada taraf ke i faktor A , taraf ke j faktor B dan ulangan ke k

    : rataan umumi : pengaruh taraf ke i faktor A

    j : pengaruh taraf ke j faktor B

    ()ij : pengaruh interaksi taraf ke i faktor A dan taraf ke j faktor B

    ijk : pengaruh galat percobaan.

    Digunakan model tetap dengan asumsi :

    ii =0 ; jj= 0 ; i()ij= j()ij= 0

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    25/34

    25

    ijk menyebar normal dengan rata-rata 0 dan variansi . Hasil pengamatan

    dianalisis dengan Uji F dan jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata

    Jujur (BNJ) pada taraf 5 % dan dilanjutkan dengan uji polinomial orthogonal.

    Tabel 1. Sidik Ragam

    Sumber

    keragamanDb JK KT F hit

    F tab

    5% 1%

    Faktor A (A-1) = 3 JK A KTA KTA/KTS 3.01 4.72

    Faktor B (B-1) = 2 JK B KTB KTB/KTS 3.44 5.67

    Interaksi (AB) (A-1) (B-1) = 6 JK (AB) KT(AB) KT(AB)/KTS 2.51 3.67

    Sisa AB (r-1) = 24 JK S KTSTotal (ABr -1) =35 JK T

    Tabel 2. Dasar Faktorial dalam RAL

    Kombinasi

    Perlakuan

    Ulangan

    Total Rata-rataI II III

    A1B1 X111 X112 X113 X11.

    X11.

    A1B2 X121 X122 X123 X12.X12.

    A1B3 X131 X132 X133 X13.

    X13.

    A2B1 X211 X212 X213 X21.

    X21.

    A2B2 X221 X222 X223 X22.

    X22.

    A2B3 X231 X232 X233 X23.

    X23.

    A3B1 X311 X312 X313 X31. X31.

    A3B2 X321 X322 X323 X32.

    X32.

    A3B3 X331 X332 X333 X33.

    X33.

    A4B1 X411 X412 X413 X41.

    X41.

    A4B2 X421 X422 X423 X42.

    X42.

    A4B3 X431 X432 X433 X43.

    X43.

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    26/34

    26

    Total X

    X

    Tabel 2. Dua Arah

    Perlakuan Taraf B Total Rata-rataB1 B2 B3

    A

    A1 X11. X12. X13. X1.. X1..

    A2 X21. X22. X23. X2.. X2..

    A3 X31. X32. X33. X3.. X3..

    A4 X41. X42. X43. X4.. X4..

    Total X.1. X.2. X.3 X X

    Rata-rata X.1. X.2. X.3 X

    Perhitungan

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    27/34

    27

    15. Lihat table F untuk taraf nyata 5 % dan 1 %

    16. Bandingkan dengan F table untuk taraf nyata 5 % dan 1 %

    17. Tarik kesimpulan, jika :

    F hit. > F table 5 % = berbeda nyata, H0 ditolak F hit. > F table 5 % = tidak berbeda nyata, H0 diterima F hit. > F table 1 % = berbeda sangat nyata, (* *)

    18. Tentukan koefisien keragaman (KK) = x 100Apabila hasil perhitungan terhadap pengaruh yang berbeda nyata

    dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf 5 %.

    BNJ 5% = Q0,05(p:db sisa)x

    Setelah didapat nilai BNJ 5%, cari selisih masing-masing rata-rata perlakuan dan

    bandingkan dengan nilai BNJ 5% tersebut, kemudian dibuat tabel kesimpulan.

    Susun rata-rata perlakuan dari yang besar sampai yang kecil.

    Prosedur Uji Polinomial Ortogonal

    Berdasarkan tabel 1 dapat ditentukan faktor mana saja yang nyata

    (significant) yang mempengaruhi respon yang diamati. Faktor yang nyata tersebut

    kemudian dilakukan uji kontras orthogonal untuk menentukan regresi polinomial

    orthogonal pendekatannya.

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    28/34

    28

    Bila faktor A nyata, maka dapat dibentuk 3 buah kontras arthogonal yaitu

    Linier (AL), Kuadratik (AK), dan Qubic (AC). Koeffisien dari kontras-kontras

    dapat ditentukan berdasarkan tabel koeefisien polinomial orthogonal.

    Jumlah kuadrat faktor A (JKA) dapat dipecah menjadi JKAL, JKAK, dan JKAC

    yang masing-masing berderajat bebas satu dan dicari dengan cara sebagai berikut :

    Total taraf faktor A

    Koeffisien kontras orthogonal

    Linier Kuadratik Qubic

    Y1..

    Y2..

    Y3..

    Y4..

    -3

    -1

    1

    3

    +1

    -1

    -1

    +1

    -1

    +3

    -3

    1

    Effect : Ci. Yi.. EAL EAK EAC

    JK= (effect) / (b.n.

    Ci2)

    (EAL) /(3x3x

    20)

    (EAk) /(3x3

    x4)

    (EAC) /(3x3x

    20)

    Bila faktor B nyata, maka dapat dibentuk dua buah kontras rothogonal

    yaitu Linier (BL) dan Kuadratik (BK). Jumlah kuadrat faktor B (JKB) dapat

    dipecah menjadi JKBLdan JKBKyang masing-masing berderajat bebas satu, dan

    dicari dengan cara sebagai berikut :

    Total taraf faktor B

    Koeffisien kontras orthogonal

    Linier Kuadratik

    Y.1.

    Y.2.

    Y.3.

    -1

    0

    1

    1

    -2

    1

    Effect : Cj. Y.j. EBL EBK

    JK= (effect)2/ (a.n. Ci2) (EBL) / (4x3x2) (EBK)

    / (4x3x6)

    Bila faktor interaksi AB nyata , maka dapat dibentuk 6 buah kontras

    orthogonal yaitu : ALBL, AKBL, ACBL, ALBK, AKBK, dan ACBK. Jumlah kuadrat

    interaksi AB (JKAB) dipecah menjadi : JK(ALBL), JK(AKBL), JK(ACBL),

    JK(ALBK), JK(AKBK), dan JK(ACBK) yang masing-masing berderajat bebas satu.

    Penentuan jumlah kuadrat kontras ini kontras faktor utama A dan B, dalam hal ini

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    29/34

    29

    diberikan salah satu ilustrasi kontras dari interaksi tersebut dan yang lain

    ditentukan secara analog , misalnya di sini akan menentukan JK(ALBL) sebagai

    berikut :

    AL BL

    -1 0 1

    -3

    -1

    1

    3

    3

    1

    -1

    -3

    0

    0

    0

    0

    -3

    -1

    1

    3

    ALBL= Cjj. Yij.

    = (3)xY11.+ (0)xY12.+ (-3)xY13.+ (1)xY21.+ (0)xY22.+ (-1)xY23.+

    (-1)xY31.+ (0)xY32.+(1)xY33.+(-3)xY41.+(0)xY42.+ (3)xY43.

    JK(ALBL) = (ALBL)2/(nx Cjj

    2) = (ALBL)2/(3x(32 + 02 ++32) = (ALBL)

    2/

    (3x20)

    Tabel 1 dapat disusun kembali menjadi tabel 4 berikut :

    Tabel 4. Tabel Anova

    Sumber

    Variasi

    Der.

    Bebas

    JK KT FHITUNG FTABEL

    A

    AL

    AK

    AC

    B

    BL

    BK

    AB

    ALBL

    AKBL

    (3)

    1

    1

    1

    (2)

    1

    1

    (6)

    1

    1

    (JKA)

    JKAL

    JKAK

    JKAC

    (JKB)

    JKBL

    JKBK

    (JKAB)

    JKALBL

    JKAKBL

    KTAL

    KTAK

    KTAC

    KTBL

    KTBK

    KTALBL

    KTAKBL

    KTAL/KTG

    KTAK/KTG

    KTAC/KTG

    KTBL/KTG

    KTBK/KTG

    KTALBL/KTG

    KTAKBL/KTG

    F1;28;()

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    30/34

    30

    ACBL

    ALBK

    AKBK

    ACBK

    Galat

    1

    1

    1

    1

    24

    JKACBL

    JKALBK

    JKAKBK

    JKACBK

    JKG

    KTACBL

    KTALBK

    KTAKBK

    KTACBK

    KTG

    KTACBL/KTG

    KTALBK/KTG

    KTAKBK/KTG

    KTACBK/KTG

    Total 35 JKT

    Dari tabel 4 tersebut dapat ditentukan bentuk dan derajat polinomial

    orthogonal berdasarkan kontras-kontras yang nyata. Bentuk umum polinomial

    orthogonal dengan menotasikan A sebagai X1 dan B sebagai X2 adalah sebagai

    berikut

    :

    20

    73

    121

    1

    21

    :

    32

    221231

    21110201

    3020)(

    100

    2

    3

    33

    2

    2

    22

    11

    0

    ,

    2

    ,21^

    2213

    ^

    2212

    ^

    2211

    ^

    2113

    ^

    2112

    ^

    2111

    ^

    22

    ^

    21

    ^

    13

    ^

    12

    ^

    11

    ^^^

    ad

    XXP

    adXXP

    P

    P

    XPXP

    XPXPY

    XPXP

    XPXPXPXPXPXP

    XPXPXPXPXPXP

    XPXPXPY

    d

    XXX

    X

    d

    XXX

    X

    jjii

    ijDengan

    ji

    jijjiiij

    Dalam hal ini : a = banyaknya taraf faktor

    d = jarak antar taraf faktor

    i = ditentukan dalam tabel (lampiran 1)

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    31/34

    31

    DAFTAR PUSTAKA

    Anityoningrum, H. 2005. Pengaruh Edible Coating Kitosan terhadap Mutu

    Organoleptik Ikan Asin Kering di Muara Angke Jakarta Utara. Skripsi.Departemen Teknologi Hasil Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Berjak, P. and N.W. Pammenter. 2004. Recalcitrant Seed in Handbook of Seed

    Phyisiology. Arnold, B., Sanchez, R.A (Eds) pp: 305-345

    Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 1995. Principles of Seed Science and

    Technology. Chapman and Hall Press. New York. 409 p.

    Esrita. 2000. Pengaruh Kecepatan Pengeringan dan Tingkat Kadar Air Terhadap

    Viabilitas dan Tingkat Kadar Air Kritis Benih Kakao (Theobroma cacao

    L.). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Ferdiansyah, Venol. 2005. Pemanfaatan Kitosan Dari Cangkang Udang SebagaiMatriks Penyangga Pada Imobilisasi Enzim Protease. Skripsi. Jurusan

    Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut

    Pertanian Bogor. Bogor.

    Harianingsih. 2010. Pemanfaatan Limbah Cangkang Kepiting Menjadi Kitosan

    Sebagai Bahan Pelapis (Coater) Pada Buah Stroberi. Tesis. Universitas

    Diponegoro. Semarang.

    Hadmoko, Effendy. 2011. Pengaruh Pelapisan Chitosan Pada Benih Kedelai

    Kuning Dan Hitam Terhadap Viabilitas Benih Setelah Disimpan. Tesis.

    Fakultas Pertanian Universitas Jember.

  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    32/34

    32

    http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-

    gdl-effendyhad-3445.

    Hidayat, Nur. 2007. Pemanfaatan Kitosan.

    http://ptp2007.wordpress.com/2007/11/29/pemanfaatan-kitosan/

    Hii, C.L., C.L. Law, S. Suzannah, Misnawi and M. Cloke. 2009. Polyphenols in

    cocoa (Theobroma cacao L.). Asian Journal of Food and Agro-Industry.

    ISSN 1906-3040.

    Inayati, Uli Khusna dan Roedhy Purwanto. 2009. Pengaruh Kombinasi BA dan

    Berbagai Jenis Bahan Pelapis Untuk Memperpanjang Daya Simpan Buah

    Manggis (Garcinia mangostana L.). Makalah Seminar Departemen

    Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

    Bogor.

    Justice, Oren L dan Louis N Bass. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.

    PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

    Kartasapoetra, AG. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta. Jakarta.

    King, M.W and E.H. Robert. 1980. Maintenance of Recalcitrant Seed in Storage

    in Chin H.F. and E.H Robert (Eds). Tropical Press. SDN. Malaysia.

    Knorr, D. 1982. Functional Properties Of Chitin And Chitosan. Journal Food Sci.

    47, 593-595.

    Kurniawan, Hendri Dewi. 2011. Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Lama

    Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih dan Pertumbuhan Bibit Kakao

    (Theobroma cacao L.). Tesis. Fakultas Pertanian Universitas Jember.

    http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdl-henrydwiku-5209.

    Kuswanto, H. 2003. Teknologi pemrosesan pengemasan dan penyimpanan benih.

    Penerbit Kanisius,Jakarta.

    Laflamme P., Benhamou N., Bussires G., Dessureault M., 1999. Differential

    Effects Of Chitosan On Root Rot Fungal Pathogens In Forest Nurseries.

    Canadian Journal Of Botany, 2000, 77:(10) 1460-1468, 10.1139/B99-111.

    Liang, Y. and W. Q. Sun. 2002. Rate of dehydration and cumulative desiccation

    stress interacted to modulate desiccation tolerance of recalcitrant cacao

    and ginkgo embryonic tissue. Journal Plant Physiology. 128(4) : 1323

    1331

    Mc. Donald, M.B. 2004. Ortodhox Seed Deterioration and Its Repair in Arnold,

    R.B.L., and Sanchez (Eds). Handbook of Seed Physiology. pp: 273-304

    No, H. K., S. P. Meyers, W. Prinyawiwatkul, and Z. Xu. 2007. Applications of

    Chitosan for Improvement of Quality and shelf Life of Foods: A Review.

    Journal of Food Science Vol. 72. No. 5 p87-98.

    Pramuliono. 1999. Kajian Awal Daya Hambat Kitosan Terhadap Penyakit Karat

    Putih (Puccia Horiana P. Henn) Pada Tanaman Krisan (Chrysanthenum

    Morifolium). Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Ipb, Bogor.

    42 Hal.

    http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdl-effendyhad-3445http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdl-effendyhad-3445http://ptp2007.wordpress.com/2007/11/29/pemanfaatan-kitosan/http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdl-henrydwiku-5209http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdl-henrydwiku-5209http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdl-henrydwiku-5209http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdl-henrydwiku-5209http://ptp2007.wordpress.com/2007/11/29/pemanfaatan-kitosan/http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdl-effendyhad-3445http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdl-effendyhad-3445
  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    33/34

    33

    Program gernas kakao :http://aciar.gov.au/files/node/757/ACRC206_layout.pdf.

    Poedjiwidodo, Y. 1996. Sambung Samping Kakao. Trubus Agriwidya, Ungaran.

    Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budidaya

    Kakao. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.Reddy Mvb, Arul J, Angers P, Couture L. 1999. Chitosan Treatment Of Wheat

    Seeds Induces Resistance To Fusarium Graminearum And Improves

    Seeds Quality. Journal Of Agricultural And Food Chemistry. 47(3):6772.

    Doi: 10.1021/Jf981225k.

    Sadjad, S. 1977. Penyimpanan Benih-benih Tanaman Pangan. Bahan Kuliah

    Latihan Pola Pertanaman LP3IRRI. Departemen Agronomi IPB. Bogor.

    Salisbury, F. B. dan W.Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan.Diterjemahkan oleh D.R.

    Lukman dan Sumartono. ITB. Bandung

    Shofyan, Mohamad. 2010. Sifat Kitosan.(http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=15647.0).

    Siregar, T. H. S., S. Riyadi dan L. Nuraeni, 2000. Budidaya, Pengolahan dan

    Pemasaran Cokelat. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Spillina, J. 1995. Komoditi Kakao Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia.

    Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

    Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisis

    untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi ketiga. Liberty Yogyakarta.

    Yogyakarta.

    Susanto, F.X. 1994. Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisus.Yogyakarta.

    Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Cetakan ke-5. PT. RajaGrafindo Persada.

    Jakarta.

    Toruan, N. 1986. Pengaruh kondisi penyimpanan terhadap kandungan metabolit

    dan viabilitas benih Coklat ( Theobroma cacao L.). Menara Perkebunan

    53(6): 68-75

    Wood, G.A.R. and R.A. Lass. 1985. Cocoa. Longman Scientific and Technical.

    New York.

    Wulandini, Rahayu. 2002. Pemanfaatan Chitosan Dan Trichoderma HarzianumUntuk Peningkatan Mutu Benih Pinus Merkusii. Tesis. Ipb. Bogor.

    Yuniarti, Naning., Dida Syamsuwida dan Aam Aminah. 2008. Pengaruh

    penurunan kadar air terhadap perubahan fisiologi dan kandungan kimia

    benih Eboni ( Diospyros celebica Bakh.). Jurnal penelitian Tanaman

    Hutan. Vol 5. no 3. 191-198.

    http://aciar.gov.au/files/node/757/ACRC206_layout.pdfhttp://aciar.gov.au/files/node/757/ACRC206_layout.pdf
  • 5/25/2018 Unand Prpsal

    34/34

    34

    Assalamu'alaikum wr.wb

    perkembangan Tesis : pada tgl 3 nov 2011 kemaren alhamdulillah saya telahselesai melakukan seminar proposal penelitian/ kolokium. sekarang sedang

    melakukan penelitian. judul fix penelitian saya adalah :

    PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA KONSENTRASI KITOSAN DAN

    TINGKAT KADAR AIR BENIH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR

    BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA DALAM PENYIMPANAN

    Salam BGF

    Ritawati, SP