3

Click here to load reader

ULASAN MAKROEKONOMI MACROECONOMY REVIEW · dan bahan pangan menjadi pemicu utama penurunan inflasi umum sebesar -0.18% MoM. Harga bahan pangan ... Bank Indonesia sangat aktif menopang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ULASAN MAKROEKONOMI MACROECONOMY REVIEW · dan bahan pangan menjadi pemicu utama penurunan inflasi umum sebesar -0.18% MoM. Harga bahan pangan ... Bank Indonesia sangat aktif menopang

Monthly Market Review September 2018

Hanya untuk investor profesional PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. Bukan untuk umum.

ULASAN MAKROEKONOMI MACROECONOMY REVIEW

Kondisi makroekonomi Indonesia bulan September tidak terlalu berubah dan tetap bertahan. Kembali terjadi deflasi dan bahan pangan menjadi pemicu utama penurunan inflasi umum sebesar -0.18% MoM. Harga bahan pangan utama seperti ayam, ikan, telur sampai berbagai bumbu dapur semuanya cenderung turun. Secara tahunan inflasi umum tercatat sebesar 2.88%. Inflasi umum menyentuh level 2% ini hanya terjadi 3 kali dalam 10 tahun terakhir yaitu Desember 2009 (ketika daya beli masyarakat turun seiring krisis finansial global) dan di bulan Agustus 2016. Pengendalian stabilitas harga pangan dan impor beras memicu terjadinya deflasi pangan. Sementara itu inflasi inti tahunan juga turun ke level +2.82% YoY. Seiring komitmen pemerintah tahun ini untuk tidak menaikkan harga energi, kami perkirakan inflasi sampai akhir tahunan akan tetap rendah. Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan di pertengahan September, membuat kenaikan total 150 bps tahun ini ke level 5.75%. Langkah ini dilakukan untuk menopang nilai tukar Rupiah di tengah tekanan pasar akibat konflik perdagangan, krisis di negara-negara berkembang, tren penguatan USD dan melebarnya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia sangat aktif menopang Rupiah, berkontribusi pada penurunan cadangan devisa yang turun ke evel USD114.8 miliar dari sebelumnya USD117.9 miliar di bulan Agustus. Rupiah masih terus terdepresiasi, melemah -1.3% MoM ke level IDR14,903 per Dolar AS. Tekanan terhadap nilai tukar terjadi akibat tekanan permintaan domestik (termasuk untuk impor, terutama impor minyak) dan dikombinasi dengan rendahnya pasokan valas dalam negeri. Melihat defisit neraca perdagangan yang terus terjadi sejak akhir semester pertama 2018, kami percaya bahwa defisit neraca berjalan kuartal 3-2018 akan lebih tinggi dari 3% PDB.

Indonesia economy macro remained resilient in September. Foodstuffs single handedly deflated the headline CPI by an overall -0.18% MoM. Food prices dropped, from chicken, fish, eggs, to shallots, red chilies and other spices. Annual headline inflation came in at 2.88%, only the third time in 10 years that inflation hit the 2% figure in Indonesia (December 2009 when purchasing power fell in the aftermath of the 2008 Global Financial Crisis, and last time in August 2016). Tight price control on foods and rice imports were the main driving factors behind the flood deflation. Core inflation decelerated to +2.82% YoY. As the government is committed not to increase fuel price this year, we believe the CPI will remain low toward the year end. In mid-September Bank Indonesia again increased rates, making a total of 150bps rate hike so far this year, to 5.75%. The move was taken to support the rupiah in the midst of market pressure from trade conflicts, crisis in emerging market, USD appreciation trend and widening current account deficit. Bank Indonesia has been active to support Rupiah, and that contributed to lower FX reserve. The reserve declined to USD 114.8b from USD117.9b in August. Rupiah continued to depreciate in September, by -1.3% MoM to IDR14,903/USD. We see that pressure on the exchange rate came from onshore demand (including for imports, especially oil imports), combined with lower supply of foreign currency. Given the trade deficit since end of 1H18, we believe the current account deficit in 3Q18 will be larger than -3.0% of the GDP.

1

PASAR SAHAM EQUITY MARKET

Setelah menguat di bulan sebelumnya, pasar saham bulan September kembali terkoreksi, melemah -0.7%. Walaupun demikian, IHSG mengungguli indeks MSCI Asia Ex. Japan (-1.6%) dan MSCI Emerging Market (-0.8%). Sektor konsumer (+2.78%) dan infrastruktur (+0.28%) adalah sektor-sektor berkinerja positif. Sementara itu sektor properti (-5.78%) dan agrikultur (-3.14%) adalah sektor yang terkoreksi paling dalam.

Jakarta Composite Index was corrected post a gain in the month before. It was down -0.7% in September. Despite the decline, the index outperformed MSCI Asia ex-Japan (-1.6%) and MSCI Emerging Market (-0.8%). Consumer (+2.78% MoM) and Infrastructure (+0.28%) were the sectors reporting gains. On the other hand, Property (-5.78%) and Agriculture (-3.14%) were the top losers.

Page 2: ULASAN MAKROEKONOMI MACROECONOMY REVIEW · dan bahan pangan menjadi pemicu utama penurunan inflasi umum sebesar -0.18% MoM. Harga bahan pangan ... Bank Indonesia sangat aktif menopang

Monthly Market Review September 2018

2

PASAR SAHAM EQUITY MARKET

Dalam jangka pendek kami perkirakan volatilitas akan tetap terjadi di tengah sentimen negatif yang telah dipaparkan di atas. Namun perlu ditekankan lagi, fundamental Indonesia tetap kuat menerjang badai. Di tengah tekanan eksternal konflik perdagangan dan kenaikan suku bunga dunia, kerentanan Indonesia lebih kecil karena Indonesia adalah salah satu negara yang tidak terlalu mengandalkan ekspor dan utang. Setelah volatilitas berkurang dan investor kembali fokus pada fundamental, Indonesia akan kembali berada dalam radar sebagai tujuan investasi penuh daya tarik. Kami terus percaya perekonomian Indonesia akan tetap positif dan kami tetap optimis akan daya tarik jangka panjang investasi Indonesia.

We expect volatilities to continue in the immediate term from negative sentiment due to the factors we mentioned above. Meanwhile, Indonesia’s fundamentals remain strong enough to weather the storm. In the midst of external pressure from trade tensions and rising rates, Indonesia as one of the least leveraged and least export dependent countries should be less vulnerable. After volatilities subside and investors once again become comfortable to look at fundamentals, Indonesia will be back on investor’s radar screen as an appealing investment destination. We continue to believe that exposure to Indonesia economies will likely remain to be positive and we stay optimistic on the enduring appeal of long-term investment in Indonesia.

PASAR OBLIGASI BOND MARKET Mengacu pada indeks BINDO, pasar obligasi bulan September menikmati pemulihan sejenak, meningkat 0.22% membuat kinerja tahun berjalan tercatat -4.58%. Walaupun demikian, pergerakan dan perdagangan sepanjang bulan September hampir selalu berada dalam teritori negatif. Sentimen negatif terutama dipicu oleh pelemahan Rupiah. Selain itu pasar juga mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat seiring membaiknya data kenaikan upah yang meningkat 2.9%, kenaikan tertinggi sejak tahun 2009. Di pertengahan September, The Fed akhirnya memang menaikkan suku bunga kembali sebanyak 25 bps, kenaikan ketiga tahun ini. Seiring dengan kenaikan Fed Rate, Bank Indonesia pun menaikkan kembali suku bunga acuannya 25 bps ke level 5.75%. Sejak bulan Mei Bi telah menaikkan suku bunga acuan dengan total 150 bps sebagai bagian upaya intensif menopang nilai tukar Rupiah dari gonjang-ganjing negara-negara berkembang. Pasar obligasi justru tertopang karena kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sesuai dengan ekspetasi, dan karena Bank Indonesia juga mengumumkan upaya baru untuk menjaga volatilitas nilai tukar dengan NDF (non deliverable forward) domestik bagi korporasi yang ingin melakukan lindung nilai atas eksposur mata uang Dolar AS. Kebijakan ini dilihat sebagai pelengkap kebijakan-kebijakan sebelummya seperti upaya meningkatkan ekspor dan meredam impor.

The bond market slightly recovers on September by recording gain of 0.22% to ease the YTD loss to -4.58% as indicated by the Bloomberg Indonesia Local Sovereign Index. Despite positive monthly performance, during the month, the bond mostly traded in negative territory. The negative sentiment mainly triggered by the IDR weakening. In addition, market also anticipates the additional Fed dot plot (i.e. which translates into additional FFR hike) as US average hourly earnings rose 2.9% or biggest jump since 2009. In the meantime, as expected The Fed hike FFR by 25 bps on September or third times this year. Inline with The Fed, Bank Indonesia (BI) also raised its benchmark interest rate 7-Days Reverse Repo Rate by 25 bps to 5.75%. BI has hike the rate by 150 bps since May to intensify efforts to shield the rupiah from a global rout in emerging markets. The bond market relieve after the BI meeting as BI hike rate as expected by the consensus and BI announced the launch of domestic non-deliverable forward to provide an alternative for companies wanting to hedge their dollar exposure and help curb rupiah volatility. The policy is viewed as complementing the government’s earlier measures to improve exports and moderate imports.

Page 3: ULASAN MAKROEKONOMI MACROECONOMY REVIEW · dan bahan pangan menjadi pemicu utama penurunan inflasi umum sebesar -0.18% MoM. Harga bahan pangan ... Bank Indonesia sangat aktif menopang

Monthly Market Review September 2018

3

PASAR OBLIGASI BOND MARKET Perbaikan kondisi pasar obligasi yang terjadi ini lebih ditopang investor domestik, terutama perbankan komersial yang membukukan pembelian bersih IDR15.56 triliun. Pembeli bersih terbesar berikutnya adalah Bank Indonesia yang sebesar IDR11.84 tirliun (persentase kepemilikan naik dari 9.07% menjadi 9.45%). Investor domestik lainnya seperti reksa dana, asuransi, dan dana pensiun juga mencatatkan pembelian bersih masing-masing sebesar IDR2.52 triliun, IDR0.95 triliun, dan IDR5.55 triliun. Di lain pihak, investor asing mencatat penjualan bersih sebesar IDR1.45 triliun sehingga persentase kepemilikan turun dari 37.64% menjadi 36.89%.

Kurva imbal hasil mencerminkan reaksi pasar yang beragam, dimana imbal hasil obligasi tenor pendek 2 tahun dan tenor panjang 30 tahun meningkat masing-masing +69 dan +51 bps, namun di lain pihak imbal hasil tenor lainnya menunjukkan pergerakan beragam dari -10 bps (seperti yang terjadi pada tenor 10 dan 15 tahun) sampai +9 bps (tenor 5 tahun). Obligasi tenor 15 tahun sedikit naik +3 bps.

The slight rebound on September primarily driven by local especially commercial banks which booked net buy of IDR 15.56 trillion. Second biggest buyer is Bank Indonesia which adds IDR 11.84 trillion to raise its ownership from 9.07% to 9.45%. Other locals such as mutual funds, insurance and pension funds also recorded net buy by IDR 2.52 trillion, IDR 0.95 trillion and IDR 5.55 trillion respectively. On the other hand, foreign investors recorded net sell by IDR 1.45 trillion which make the ownership decline from 37.64% to 36.89%.

Yield curve showed mixed market with the short dated 2 yrs and ultra long 30 yrs yield rose the most by 69 bps and 51 bps respectively. On the other hand, the other tenor bonds changes ranging from -10 bps (i.e. 10yrs and 15 yrs) to 9 bps (i.e. 5yrs). The 15yrs tenor bonds yield slightly rise by 3 bps.

UNGKAPAN & SANGGAHAN: INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON INVESTOR WAJIB

MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA.

KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG.

Dokumen ini disusun berdasarkan informasi dari sumber yang dapat dipercaya oleh PT Manulife Aset Manajemen

Indonesia. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak menjamin keakuratan, kecukupan, atau kelengkapan informasi

dan materi yang diberikan. Meskipun dokumen ini telah dipersiapkan dengan seksama, PT Manulife Aset Manajemen

Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan yang timbul, baik terhadap atau

diderita oleh orang atau pihak apapun dan dengan cara apapun yang dianggap sebagai akibat dari tindakan yang

dilakukan atas dasar keseluruhan atau sebagian dari dokumen ini. Reksa Dana Manulife adalah Reksa Dana domestik

yang ditawarkan dan dikelola oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. Penawaran Reksa Dana tidak didaftarkan

sesuai dengan hukum dan peraturan lainnya selain yang berlaku di Indonesia. Investasi pada Reksa Dana bukan

merupakan deposito maupun investasi yang dijamin atau diasuransikan oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia

atau afiliasinya, dan tidak terbebas dari resiko investasi, termasuk di dalamnya kemungkinan berkurangnya nilai awal

investasi. Nilai unit penyertaan Reksa Dana serta hasil investasinya dapat naik atau turun.PT. Manulife Aset Manajemen

Indonesia adalah perusahaan Manajer Investasi dengan izin dari Bapepam No. Kep-07/PM/MI/1997 tertanggal 21

Agustus 1997. PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah bagian dari Manulife Asset Management. Informasi

selengkapnya mengenai Manulife Asset Management dapat ditemukan di www.manulifeam.com. Manulife Asset

Management, Manulife, dan desain logo Manulife adalah merk terdaftar dari Manufacturers Life Insurance Company dan

digunakan oleh Manulife dan afiliasinya.

DISCLOSURE & DISCLAIMER: MUTUAL FUND INVESTMENTS ARE SUBJECT TO RISKS. INVESTORS MUST CAREFULLY READ

AND COMPREHEND PROSPECTUSES PRIOR TO MAKING ANY MUTUAL FUND INVESTMENT DECISION. HISTORICAL

PERFORMANCES DO NOT REFLECT FUTURE PERFORMANCE.

This document was prepared based on information from sources believed to be reliable by PT Manulife Aset Manajemen

Indonesia. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia does not warrant the accuracy, adequacy, or completeness of this

information and materials. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia does not assume responsibility for any legal and

financial consequences arising, against or suffered by any person or parties whatsoever and howsoever as to be

deemed resulting of acting in reliance upon the whole or any part of this document. Manulife Mutual Funds are

domestic mutual funds offered and managed by PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. The offer of Mutual Funds is

not registered in accordance with the laws and regulations other than those prevailing in Indonesia. Investments in the

Mutual Funds are not deposits or other obligations of, or guaranteed, or insured by PT Manulife Aset Manajemen

Indonesia or affiliates and are subject to investment risks, including the possible loss of the principal amount invested.

The value of the units in the Mutual Funds and the income from them may rise as well as fall. Past performance figures

are not necessarily a guide to future performance, neither is any forecast made necessarily indicative of the future or

likely performance of the PT Manulife Aset Manajemen Indonesia is licensed as an Investment Manager under Decision

of Capital Market Supervisory Board No.Kep 07/PM/MI/1997 dated 21 August 1997, registered and supervised by OJK. PT

Manulife Aset Manajemen Indonesia is part of Manulife Asset Management. Additional information about Manulife

Asset Management may be found at www.manulifeam.com. Manulife Asset Management, Manulife and the block

design are trademarks of the Manufacturers Life Insurance Company and are used by it and its affiliates.

TENOR 28 Sep 18 31 Aug 18 CHANGES

(bps)

2yr 7.78 7.09 69

5yr 7.99 7.90 9

10yr 8.06 8.16 -10

15yr 8.31 8.28 3

20yr 8.51 8.61 -10

30yr 8.98 8.47 51

Tenor 31-Oct-17 29-Sep-17 Change (bps)

2yr 6.11 5.91 20

5yr 6.37 6.07 30

10yr 6.77 6.45 32

15yr 7.31 6.96 35

20yr 7.35 7.16 19

30yr 7.58 7.41 17