Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEUNIKAN YESUS MENURUT PAUL F. KNITTER
OLEH:
GABRIEL VALENTINO MODO
01130017
SKRIPSI UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT DALAM MENCAPAI GELAR
SARJANA PADA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
JANUARI 2018
©UKD
W
i
KEUNIKAN YESUS MENURUT PAUL F. KNITTER
Oleh:
Gabriel Valentino Modo
01130017
Skripsi untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana pada Fakultas
Teologi Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta
Januari 2018
©UKD
W
ii
©UKD
W
iii
KATA PENGANTAR
Teologi adalah ilmu yang berakar pada biografi.1 Artinya, apa yang kita coba pahami
tentang “misteri ilahi” selalu berangkat dari pengalaman hidup kita bersama dengan orang
lain dan dunia di sekitar kita. Skripsi ini dan proses studi yang saya alami di Fakultas Teologi
UKDW Yogyakarta adalah bagian dari upaya saya untuk memahami misteri ilahi. Untuk
itulah rangkaian ucapan terima kasih di bawah ini, saya tujukan kepada mereka yang beperan
penting bagi kehidupan saya dalam menyelami misteri ilahi.
Terima kasih untuk keluargaku: (Almh) Mama, Papa, Kak Tike, Kak Engel, dan Adik
Milan yang terus senantiasa memberikan dukungan kepada saya. Mereka memang tidak hadir
secara raga bersama saya di Yogyakarta, tapi “keberadaan” mereka selalu saya rasakan secara
nyata di dalam kehidupan perantauan di Yogyakarta. Terkhususnya Mama yang telah
“dipanggil” Tuhan. Saya ingat kami berbicara tentang Kerajaan Allah –satu topik yang
dibahas di dalam skripsi– beberapa hari sebelum beliau meninggal. Saya pikir itu salah satu
alasan bagi saya untuk memantapkan hati menulis skripsi yang berkaitan dengan
pembicaraan kami. Sejak saya kecil, Mama adalah teman berteologi saya dan itu tidak
berubah sampai sekarang, bahkan setelah meninggal. Meninggalnya beliau adalah sebuah
pertanyaan teologis yang sangat sulit saya pahami sampai hari ini.
Terima kasih kepada seluruh dosen di Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta yang
telah membagikan ilmu mereka kepada saya. Ada suatu kebanggaan tersendiri bagi saya
pernah duduk di kelas dan belajar dari para pegiat ilmu teologi yang kenamaan di Indonesia.
Terkhususnya kepada Bpk. Wahju S. Wibowo selaku dosen pembimbing, saya belajar banyak
hal dari proses bimbingan yang bapak berikan kepada saya, tidak hanya soal materi skripsi
yang kami diskusikan, tapi juga pribadi seorang pengajar dan ayah yang dengan penuh
kesabaran memahami kekurangan dan kegelisahan saya. Juga kepada Bpk. Kees de Jong dan
Bpk. Wahyu Nugroho yang telah menguji skripsi saya dan memberikan waktu mereka untuk
membimbing perbaikan skripsi saya. Juga Bpk. Hendri Sendjaja yang mau meluangkan
waktu untuk memberikan arahan dan masukan pada saat bimbingan proposal. Serta Bpk.
Yusak Tridarmanto dan Ibu Yemima selaku dosen wali saya yang mau membagikan sukacita
mereka kepada saya dan teman-teman perwalian.
Terima kasih untuk Toko Buku UKDW tempat saya pernah bekerja selama setahun.
Khususnya, pimpinan saya Ibu Erma Sari Kaban dan suami Bpk Djoko Ginting yang selalu
hadir layaknya seorang Mama dan Papa bagi saya dan teman-teman. Dan juga kepada teman-
1
©UKD
W
iv
teman kerja saya, Ester, Lusya, Andre, Didik, dan Kak Adit yang selalu menghadirkan
sukacita di TB. Saya pikir bekerja di TB adalah salah satu pengalaman paling indah yang
pernah saya alami selama berada di Yogyakarta sembari saya berkuliah.
Terima kasih untuk setiap orang yang terus berada di sekitar saya. Kepada dua orang
sahabat perempuanku: Karsten dan Ester yang terus mendukungku selama proses studi, yang
berjerih payah membantu dan mengurus saya dalam menyelesaikan skripsi. Kepada teman-
teman kontrakan: Dennis, Patrick, Andre, Iyeng, Angki yang sudah mau menjadi tempat saya
berbagi cerita tentang kegiatan saya sehari-hari. Kepada teman-teman Teologi angkatan 2013
“We are the Family” : Radot, Dija, Keke, Angel, Sesia, Bima, Alex, Grace, Tegar, Kezia,
Iko, Chosa, Diky, Yonathan, Brita, Sifra, Joni, Mahas, Yohanes, Hendra, Indra, mas Bagus,
Ellia, Vynnie, mas Artha, Emma, Selvi, Dita, David, Pebri, Tanta, Eykel, Putri, Amri, Dessy,
Imel, Imel, Dian, Topan, Vanny, Aron, bang Nugrah, mas Kris, Ike, Ari. Kepada teman-
teman Perkumpulan Mahasiswa Talaud di Yogyakarta tempat saya berdiskusi tentang
kegelisahan anak rantau. Khususnya kepada Itel, Yosua, Anton, Marcel, Eman, dan Yongki,
ide awal skripsi saya muncul lewat diskusi bersama mereka. Kepada GKJ Brayat Kinasih
tempat saya berproses sebagai Mahasiswa Teologi. Khususnya kepada Bpk Pdt. Sundoyo
yang memberikan perhatian bagi saya di komunitas gereja ini. Dan juga kepada teman-teman
pemuda-pemudi gereja, Mas Bagus, Mas Michael, Mas Tian, Mba Uri, dan Mba Avi, dan
Kak Yun. Kepada Sinode Gereja Masehi Injili di Talaud yang telah mengutus saya untuk
belajar di Yogyakarta. Dan juga secara khusus kepada teman wanita yang terus exist di hati
saya, Menda beserta keluarga. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Henny, Mba
Yuni, Kak Ve, Kak Dikky, Kak Dio, Bang Ode, Simeon, Gilbert, Nanda, dan juga setiap
pihak yang berperan dalam kehidupan saya yang namanya tak dapat saya ucapkan satu-
persatu.
Yogyakarta, 6 Februari 2018
Gabriel Valentino Modo
©UKD
W
v
DAFTAR ISI
Judul ............................................................................................................................................ i
Lembar Pengesahan .................................................................................................................. ii
Kata Pengantar ......................................................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................................................... v
Abstrak ..................................................................................................................................... vii
Pernyataan Integritas .............................................................................................................. viii
BAB 1 Pendahuluan .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 8
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................................. 8
1.4 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 8
1.5 Judul Skripsi ................................................................................................................... 9
1.6 Metode Penelitian ........................................................................................................... 9
1.7 Sistematika Penulisan ..................................................................................................... 9
BAB 2 Hidup, Karya, dan Pemikiran Paul F. Knitter ............................................................. 11
2.1 Pengantar ........................................................................................................................ 11
2.2 Riwayat Hidup Paul F. Knitter ....................................................................................... 11
2.3 Petualang Dialogis ......................................................................................................... 12
2.3.1 Eksklusivisme .................................................................................................... 13
2.3.2 Inklusivisme ........................................................................................................ 14
2.3.3 Pluralisme ........................................................................................................... 16
2.3.4 Pluralisme dan Pembebasan ............................................................................... 17
2.4 Karya-Karya Paul F. Knitter ......................................................................................... 18
2.4.1 Perkembangan Pemikiran Paul F. Knitter .......................................................... 19
2.4.1.1 Teosentrisme ........................................................................................... 19
2.4.1.2 Soteriosentrisme ..................................................................................... 21
2.4.1.2.1 Penderitaan Bersama Menuntut Tanggung Jawab Bersama . 21
2.4.1.3 Kritik Post-Modernitas terhadap Pluralisme ......................................... 23
2.4.1.4 Respon Knitter Terhadap Postmodernitas ............................................. 24
2.5 Kesimpulan ................................................................................................................... 26
BAB 3 Kristologi Korelasional yang Bertanggung Jawab secara Global ............................... 27
©UKD
W
vi
3.1 Pengantar ...................................................................................................................... 27
3.2 Arti Unik dalam Model Teologi Agama-agama .......................................................... 27
3.3 Berbagai Persoalan mengenai Keunikan Yesus ........................................................... 28
3.3.1 Persoalan Inkarnasi Yesus .................................................................................. 29
3.3.2 Persoalan Devosi Kepada Yesus ........................................................................ 30
3.3.3 Persoalan Norma Universal ............................................................................... 31
3.4 Pemikiran Paul F. Knitter tentang Keunikan Yesus ...................................................... 32
3.4.1 Keunikan Relasional .......................................................................................... 33
3.4.2 Arti Unik ............................................................................................................ 36
3.4.3 Kerajaan Allah sebagai Kekhasan Yesus ............................................................ 37
3.5 Kerajaan Allah: Korelasional dan Tanggung Jawab Global ......................................... 39
3.5.1 Agama-Agama sebagai Pelaku Kerajaan Allah .................................................. 39
3.5.2 Kesejahteraan Dunia sebagai Tujuan Agama-Agama ........................................ 40
3.6 Kesimpulan .................................................................................................................. 41
BAB 4 Menilai Kristologi dari Paul F. Knitter dengan Kriteria-Kriteria Kristologi dari Roger
Haight ...................................................................................................................................... 43
4.1 Pengantar ....................................................................................................................... 43
4.2 Kriteria-Kriteria Kristologi menurut Roger Haight ...................................................... 43
4.2.1 Setia Terhadap Tradisi ....................................................................................... 43
4.2.2 Dapat Dimengerti dalam Pengalaman Hidup Saat Ini ....................................... 44
4.2.3 Memberdayakan Umat ........................................................................................ 45
4.3 Tiga Kriteria untuk Menilai Keunikan Yesus ............................................................... 47
4.3.1 Setia terhadap Yesus ........................................................................................... 47
4.3.2 Yesus Sang Pewarta Kerajaan Allah ................................................................... 47
4.3.3 Yesus yang Memberdayakan ............................................................................. 48
4.4 Kesimpulan .................................................................................................................... 50
BAB 5 Penutup ....................................................................................................................... 51
5.1 Pengantar ....................................................................................................................... 51
5.2 Kesimpulan ................................................................................................................... 51
5.3 Relevansi .................................................................................................................... ...52
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 54
©UKD
W
vii
ABSTRAK
Keunikan Yesus Menurut Paul F. Knitter
Oleh: Gabriel Valentino Modo (01130017)
Keunikan Yesus merupakan salah satu pembahasan dalam rumpun Teologi Agama-Agama,
isinya seputar posisi Yesus ketika diperhadapkan dengan agama-agama lain dan refleksi dari
keunikan tersebut bagi dialog antar umat beragama. Paul F. Knitter adalah salah satu teolog
yang bergelut dalam pembahasan keunikan Yesus. Hal menarik dari pemikiran Knitter adalah
ia menggunakan pemikiran teologi pembebasan dalam menjelaskan persoalan mengenai
keunikan Yesus. Pemikiran Knitter tentang keunikan Yesus ia sebut sebagai “kristologi
korelasional dan bertanggung jawab secara global”. Ada dua hal yang menjadi penekanan
Knitter dalam kristologi tersebut yakni dialog yang korelasional dan teologi pembebasan.
Dengan dua penekanan tersebut, Knitter menjelaskan keunikan Yesus terletak pada
pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah yakni sebuah realitas duniawi yang peduli
terhadap kaum-kaum terpinggirkan. Kristologi yang diajukan Knitter berangkat dari sebuah
pengalaman Knitter pada konteks tertentu di negara-negara pembebasan di Amerika Latin
dan Asia, dan ia mencoba mengajukannya dalam konteks dunia yang umum. Oleh karena itu,
kristologi yang diajukan Knitter perlu untuk dipertanggungjawabkan apakah bisa sesuai
dengan konteks dunia yang umum. Untuk melihat apakah kristologi dari Knitter dapat
dipertanggungjawabkan, penulis menggunakan kriteria-kriteria kristologi dari Roger Haight
yakni kesetiaan terhadap tradisi, dapat dimengerti dalam pengalaman hidup saat ini dan
memberdayakan umat.
Kata Kunci: Kristologi, Dialog, Teologi Agama-Agama, Teologi Pembebasan, Korelasional.
Lain-lain:
viii + 55 hal, 2018
20 (1980-2016)
Dosen Pembimbing: Pdt. Wahju Satrio Wibowo, Ph.D.
©UKD
W
viii
PERNYATAAN INTEGRITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya dan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 5 Februari 2018
©UKD
W
vii
ABSTRAK
Keunikan Yesus Menurut Paul F. Knitter
Oleh: Gabriel Valentino Modo (01130017)
Keunikan Yesus merupakan salah satu pembahasan dalam rumpun Teologi Agama-Agama,
isinya seputar posisi Yesus ketika diperhadapkan dengan agama-agama lain dan refleksi dari
keunikan tersebut bagi dialog antar umat beragama. Paul F. Knitter adalah salah satu teolog
yang bergelut dalam pembahasan keunikan Yesus. Hal menarik dari pemikiran Knitter adalah
ia menggunakan pemikiran teologi pembebasan dalam menjelaskan persoalan mengenai
keunikan Yesus. Pemikiran Knitter tentang keunikan Yesus ia sebut sebagai “kristologi
korelasional dan bertanggung jawab secara global”. Ada dua hal yang menjadi penekanan
Knitter dalam kristologi tersebut yakni dialog yang korelasional dan teologi pembebasan.
Dengan dua penekanan tersebut, Knitter menjelaskan keunikan Yesus terletak pada
pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah yakni sebuah realitas duniawi yang peduli
terhadap kaum-kaum terpinggirkan. Kristologi yang diajukan Knitter berangkat dari sebuah
pengalaman Knitter pada konteks tertentu di negara-negara pembebasan di Amerika Latin
dan Asia, dan ia mencoba mengajukannya dalam konteks dunia yang umum. Oleh karena itu,
kristologi yang diajukan Knitter perlu untuk dipertanggungjawabkan apakah bisa sesuai
dengan konteks dunia yang umum. Untuk melihat apakah kristologi dari Knitter dapat
dipertanggungjawabkan, penulis menggunakan kriteria-kriteria kristologi dari Roger Haight
yakni kesetiaan terhadap tradisi, dapat dimengerti dalam pengalaman hidup saat ini dan
memberdayakan umat.
Kata Kunci: Kristologi, Dialog, Teologi Agama-Agama, Teologi Pembebasan, Korelasional.
Lain-lain:
viii + 55 hal, 2018
20 (1980-2016)
Dosen Pembimbing: Pdt. Wahju Satrio Wibowo, Ph.D.
©UKD
W
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah percakapan dengan teman-teman penulis yang berasal dari Talaud, Sulawesi
Utara, yang saat ini sedang belajar di beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta, mereka
mengatakan bahwa hidup di Yogyakarta banyak mengubah cara pandang mereka terhadap
agama lain. Di Talaud mereka tumbuh besar dalam konteks masyarakat yang mayoritas
beragama Kristen. Mereka belajar di sekolah-sekolah negeri yang mayoritas muridnya
beragama Kristen - paling banyak ada satu atau dua murid yang beragama lain yakni Islam -
dan kebanyakan dari mereka jarang berhubungan dengan murid-murid beragama lain.
Mereka pun diajarkan sebuah paham oleh Gereja ketika di Talaud, bahwa tidak ada agama
selain Kristen yang benar dan dapat memberikan keselamatan, dan Yesus merupakan “satu-
satunya” penyelamat di dunia. Paham itu pun mereka bawa di kepala mereka dari Talaud ke
Yogyakarta. Di Yogyakarta mereka bertemu dan berhubungan dengan orang-orang dari latar
belakang agama yang berbeda, baik dosen atau teman kuliah di perguruan tinggi, juga
masyarakat yang tinggal di sekitar mereka. Mereka pun akrab berhubungan dengan orang-
orang beragama non Kristen. Dari hubungan yang akrab itu, mereka mencoba mengatakan
dengan ragu-ragu kepada saya bahwa sepertinya terdapat hal yang baik dan benar pada ajaran
agama lain, bahwa rasanya sulit jika mengatakan bahwa agama lain bukanlah jalan
keselamatan. Berhubungan dengan umat beragama lain membuat mereka gelisah, mereka
bertanya jika semua agama memiliki kebenaran, perbedaan apa yang dapat dipakai sebagai
dasar yang kuat yang bisa mereka pegang untuk memantapkan hati memilih Yesus sebagai
penyelamat mereka?
Pertanyaan di atas pun muncul dalam percakapan dengan teman-teman pemuda di salah satu
gereja di Yogyakarta. Berbeda dengan teman-teman dari Talaud, teman-teman pemuda gereja
ini lahir dan besar dalam konteks keberagaman agama di Yogyakarta. Mereka pun
berpendapat bahwa tentu ada hal yang baik dari agama lain. Akan tetapi, bagi mereka untuk
yakin dengan agama Kristen, mereka perlu menemukan keunikan yang ada dalam agama
Kristen atau hal yang membedakan agama Kristen dengan agama lain. Baik dari teman-teman
pemuda dari Talaud dan pemuda gereja, kebanyakan dari mereka menganggap bahwa
perbedaan itu adalah pengakuan bahwa Yesus sebagai “satu-satunya” penyelamat yang ada di
dunia. Benar bahwa ada kebenaran di dalam agama Kristen, tapi sumber dari kebenaran
©UKD
W
2
adalah Yesus, Yesus harus sebagai “satu-satunya” penyelamat yang ada di dunia agar ia unik
atau memiliki perbedaan dengan agama lain.
Pertanyaan itu pun membuat penulis gelisah. Selama menempuh proses perkuliahan di
Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, penulis merasakan apa yang dirasakan teman-teman
dari Talaud, bahwa terdapat hal yang benar pada agama lain. Hal itu memang tidak
sepenuhnya penulis alami lewat pengalaman bertatap muka dan berbicara secara langsung
dengan umat beragama lain, melainkan lewat materi-materi perkuliahan di kelas yang
diajarkan dosen dan buku-buku yang penulis baca. Jika semua agama memiliki kebenaran
masing-masing, bagaimana umat Kristen dengan yakin memilih agama Kristen sebagai
agama mereka? Penulis juga menjadi gelisah dengan pendapat mereka, bahwa alasan memilih
Kristen sebagai agama mereka karena melihat Yesus sebagai “satu-satunya” penyelamat dan
hal tersebut merupakan keunikan Yesus.
Pemahaman mengenai Yesus sebagai “satu-satunya” penyelamat yang ada di dunia, yang
dipakai teman-teman penulis di atas untuk menunjukan keunikan agama Kristen, penulis
temukan dalam pemahaman seorang teolog di Indonesia bernama Stevri Lumintang. Stevri
Lumintang adalah seorang pendeta dari Gereja Keesaan Injili Indonesia dan juga merupakan
dosen di STT Institut Injili Indonesia. Lumintang mengkritik dua metode kristologi yang
menurutnya sering dipakai kalangan pluralis. Kedua metode itu adalah kristologi dari bawah
dan kristologi fungsional. Menurut Lumintang, paham kristologi dari bawah terlalu
menekankan kemanusiaan Yesus. Penekanan tersebut menghasilkan paham bahwa Yesus
hanyalah sebagai manusia biasa yang didiami Allah. Oleh karena itu, metode tersebut jatuh
pada menyamakan Yesus dengan tokoh agama lainnya.2 Sedangkan, pada metode kristologi
fungsional, Lumintang mempermasalahkan kaum pluralis yang menekankan “apa yang Yesus
lakukan” dan bukan soal “siapakah dia” yang berbicara mengenai pribadi Yesus.3 Bagi
Lumintang keduanya harus dibicarakan secara bersamaan, tidak mungkin membicarakan apa
yang Yesus lakukan tanpa kaitan dengan pribadi Yesus.4 Lumintang memang tidak secara
eksplisit menyebutkan pribadi seperti apa yang ia persoalkan, yang menurutnya tidak
ditekankan kalangan pluralis. Tetapi melihat bahwa ia juga mengkritik pendekatan Yesus
sejarah yang menurutnya sering dipakai kaum pluralis, persoalan itu adalah pribadi ilahi yang
2 S. Lumintang, Teologi Abu-abu: Tantangan dan Racun Pluralisme,(Malang: Gandum Mas, 2004). hal. 143. 3 S. Lumintang, Teologi Abu-abu: Tantangan dan Racun Pluralisme, hal. 143. 4 S. Lumintang, Teologi Abu-abu: Tantangan dan Racun Pluralisme, hal. 189-190.
©UKD
W
3
ada dalam diri Yesus.5 Menurut Lumintang, pendekatan Yesus sejarah tidak menekankan
pribadi ilahi dalam diri Yesus.6 Melihat kritik Lumintang, rupanya hal yang ia persoalkan
adalah pribadi ilahi yang kurang ditekankan atau dikesampingkan pada kristologi pluralis
sehingga Yesus terkesan seperti manusia biasa. Bagi Lumintang, jika pribadi ilahi tidak
ditekankan dan dikesampingkan maka itu membuat Yesus tidak lagi unik, sebab Yesus
bukanlah Allah dan karena itu Yesus bukanlah finalitas pernyataan Allah.7 Itu berarti, pribadi
ilahi yang sifatnya final menjadi dasar Lumintang untuk menunjukan keunikan Yesus.
Lumintang mengatakan bahwa finalitas agama Kristen terletak pada pengakuan akan Yesus
sebagai “satu-satunya” penyelamat dengan sifat-sifat mutlak, unik, normatif, eksklusif .8 Jadi,
bagi Lumintang, hal yang unik dari Yesus adalah finalitas pernyataan Allah di dalam agama
Kristen yakni Yesus sebagai “satu-satunya” penyelamat. Terkait dengan dialog, Lumintang
mengkritik pendekatan dialogis yang dipakai pluralis. Menurutnya, pendekatan dialogis
merusak sendi-sendi Kekristenan, sebab menyembunyikan finalitas Yesus dan mengakui
kebenaran di luar agama Kristen.9 Bagi Lumintang untuk menemukan nilai-nilai positif
dalam agama lain, tidaklah perlu menyembunyikan finalitas dan kemutlakan Yesus.10
Jika memakai pandangan Lumintang di atas, apakah berarti hubungan antar agama hanya
dapat sampai pada pengakuan akan adanya hal-hal positif pada pada agama lain dan tidak
sampai pada dialog dengan mereka? Seorang teolog dari Indonesia yang berkecimpung dalam
dialog agama Kristen-Islam bernama Stanley Rambitan mencoba menjawab hal tersebut.
Dalam sebuah makalah yang berjudul “Jesus in The Islamic Context of Indonesia”, Rambitan
mengajukan sebuah kristologi yang menurutnya dapat dipakai oleh umat Kristen dalam
menjelaskan Yesus Kristus kepada umat Muslim di Indonesia. Lewat makalah ini, rupanya
Rambitan ingin menunjukan bahwa umat Kristen tidak perlu membuang finalitas dan
kemutlakan Yesus dalam berdialog dengan agama-agama lain. Rambitan pertama-tama
memaparkan pemahaman Yesus dalam ruang lingkup Kekristenan yang ia lihat dalam
Alkitab dan tradisi Kristen, dan komunitas Kristen di Indonesia. Kedua, ia memaparkan
pemahaman Yesus dalam ruang lingkup Islam yang ia lihat dalam Al-Qur’an dan penafsiran
sarjana Islam di Indonesia, Quraish Shihab. Dari kedua pemaparan tersebut, Rambitan
memperlihatkan berbagai macam pemahaman tentang Yesus yang ada pada agama Kristen
5 S. Lumintang, Teologi Abu-abu: Tantangan dan Racun Pluralisme, hal. 145-146. 6 S. Lumintang, Teologi Abu-abu: Tantangan dan Racun Pluralisme, hal. 155. 7 S. Lumintang, Teologi Abu-abu: Tantangan dan Racun Pluralisme, hal. 155. 8 S. Lumintang, Teologi Abu-abu: Tantangan dan Racun Pluralisme, hal. 155. 9 S. Lumintang, Teologi Abu-abu: Tantangan dan Racun Pluralisme, hal. 198-199. 10 S. Lumintang, Teologi Abu-abu: Tantangan dan Racun Pluralisme, hal. 159.
©UKD
W
4
dan Islam. Salah satu hal yang paling membedakan adalah tentang hakikat ilahi dan manusia
dari Yesus. Menurut Rambitan, Alkitab mengakui bahwa ada hakikat ilahi dan manusia
dalam diri Yesus. Hakikat ilahi ini pun terasa lebih kuat pengaruhnya dalam pemahaman
umat Kristen di Indonesia.11 Sedangkan dalam Al-Qur’an maupun penafsiran Shihab,
menunjukan penolakan bahwa ada hakikat ilahi dalam diri Yesus. Menurut Rambitan
pemahaman tentang Yesus dalam perspektif Islam hanya dapat sampai pada pengakuan
bahwa hakikat manusiawi yang dimiliki oleh Yesus adalah sesuatu yang spesial yang
diberikan oleh Allah.12 Dari hasil yang ia temukan, Rambitan berpendapat bahwa jika
Kekristenan membicarakan tentang Yesus lewat konsep kalangan Kristen sendiri maka
dengan segera pintu dialog akan tertutup. Oleh karena itu Rambitan mengajukan pemahaman
Yesus sebagai “nabi” dan juga sebagai “pelayan Tuhan” ketika membicarakan Yesus dalam
konteks Islam di Indonesia. 13 Alasan Rambitan mengajukan Yesus sebagai “nabi” dan juga
sebagai ”pelayan Tuhan” karena kedua title tersebut dipahami oleh masyarakat muslim di
Indonesia sebagai sesuatu yang memiliki hakikat manusia, tapi juga hal tersebut bukan berarti
menghilangkan hakikat keilahian dalam diri Yesus sebagaimana yang dipahami oleh umat
Kristen di Indonesia.
Dari paparan kedua tokoh di atas ada dua hal yang penulis temukan. Lumintang memandang
keunikan Yesus sebagai finalitas Yesus. Memahami finalitas Yesus sebagai hal yang unik
berarti meletakan posisi Yesus berada di atas agama-agama lain. Sebab jika Yesus dipandang
final (satu-satunya), kebenaran-kebenaran yang ada pada agama lain tidaklah seotentik
sebagaimana yang ada pada Yesus. Hal ini pun berarti menunjukan superioritas Yesus pada
agama lain. Klaim terhadap keunikan Yesus dengan pengakuan Yesus sebagai penyelamat
adalah pandangan yang berciri superior. Keunikan yang ada pada Yesus dipahami sebagai
sebuah kelebihan yang ada pada Dia dibanding agama-agama lain. Adapun, Rambitan yang
mencoba menawarkan dialog yang tepat antara Kristen dan Islam terkait pandangan Yesus
masih bermain pada titik temu antara kedua agama yang sifatnya sekedar informatoris. Jika
11 Stanley Rambitan, Jesus in Islamic Context of Indonesia dalam
http://stanleyrambitan.blogspot.co.id/2009/03/jesus-in-islamic-context-of-indonesia.html, diakses pada tanggal
27 Januari 2017. Cat. Tulisan ini telah diterbitkan dalam Majalah Reformed Ecumenical Council, Grand Rapids-
Michigan, Vol. 3, No. 2, Juni 2003 12 Stanley Rambitan Jesus in Islamic Context of Indonesia dalam
http://stanleyrambitan.blogspot.co.id/2009/03/jesus-in-islamic-context-of-indonesia.html, diakses pada tanggal
27 Januari 2017. 13 Stanley Rambitan, Jesus in Islamic Context of Indonesia dalam
http://stanleyrambitan.blogspot.co.id/2009/03/jesus-in-islamic-context-of-indonesia.html, diakses pada tanggal
27 Januari 2017.
©UKD
W
http://stanleyrambitan.blogspot.co.id/2009/03/jesus-in-islamic-context-of-indonesia.htmlhttp://stanleyrambitan.blogspot.co.id/2009/03/jesus-in-islamic-context-of-indonesia.htmlhttp://stanleyrambitan.blogspot.co.id/2009/03/jesus-in-islamic-context-of-indonesia.html
5
menggunakan pengertian dialog menurut Olaf H. Schummann, tawaran dialog dari Rambitan
masih terkait pada seputar berbicara, mengobrol, memberi dan meminta keterangan dan
diskusi dengan agama lain, tanpa ada usaha positif untuk mendapatkan pengertian yang lebih
mendalam mengenai kebenaran dan saling pengertian akan keyakinan antar agama.14 Artinya,
ada proses “saling belajar” di dalam dialog, memahami agama kita lebih mendalam dengan
belajar dari pandangan agama lain. Dari pandangan kedua tokoh tersebut, apakah itu berarti
keunikan Yesus terletak pada persoalan finalitas dan kemutlakan Yesus? Apakah kita dapat
berdialog dalam pengertian proses saling belajar? Jika tidak, keunikan Yesus yang seperti apa
yang kiranya dapat dipakai agar dialog antar agama menjadi sebuah proses saling belajar?
Pertanyaan-pertanyaan di atas banyak diperbincangkan sebagai persoalan keunikan Yesus
dalam rumpun teologi agama-agama (theologia religionum). Teologi agama-agama
merupakan suatu ilmu yang merefleksikan secara teologis hubungan kekristenan dengan
agama-agama lain. Di dalamnya ada empat gagasan besar bagi refleksi teologis tersebut
yakni: keselamatan, kebenaran, keunikan (identitas) dan sebagai hasil dari refleksi itu adalah
dialog.15 Lewat skripsi ini penulis ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan
pemikiran seorang teolog bernama Paul F. Knitter. Paul F. Knitter adalah seorang teolog
Katolik yang berkonsentrasi dalam studi teologi agama-agama. Teologi agama-agama dari
Knitter memiliki kekhususan karena ia membicarakannya bersamaan dengan teologi
pembebasan. Harvey Cox yang menulis sebuah pengantar dalam buku karangan Knitter yang
berjudul Jesus and The Others (1996), mengatakan bahwa Knitter sebagai seorang teolog
yang berhasil menggabungkan teologi agama-agama dan teologi pembebasan.16 Pemikiran
Knitter mengenai keunikan Yesus pun erat dengan pemikiran teologi pembebasan.
Knitter menemukan bahwa klaim terhadap keunikan Yesus dalam perkembangannya
dipahami sebagai sesuatu yang sifatnya mutlak, definitif dan unggul dibandingkan agama-
agama lain di dunia. Oleh karena itu, bagi Knitter, klaim tentang keunikan Yesus perlu dan
harus ditafsirkan secara baru.17 Knitter pun mengajukan sebuah kristologi yang ia sebut
14 O. H. Schumann, Dialog Antar Umat Beragama: Di manakah Kita Berada Kini, ( Jakarta: LPS DGI, 1980),
hal. 15 15 K. de Jong, Teologi Agama-Agama dan Paradigma Soteriosentris Knitter dalam Stella Pattipeilohy,
Keselamatan Menurut Paul F. Knitter, (Yogyakarta: Kanisisus, 2016), hal. xi.
16 H. Cox dalam P. F. Knitter, Jesus and The Other Names: Christian Mission and Global Responsibility, (New
York: Orbis Book, 1996) hal. xiii. 17 Paul F. Knitter & John Hick, Mitos Keunikan Agama Kristen, terj: Stephen Suleeman, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2007) hal. ix.
©UKD
W
6
sebagai kristologi korelasional yang bertanggung jawab secara global.18 Dalam ajuan
kristologi tersebut, pertama-tama Knitter meninjau pemahaman dari kata unik. Menurut
Knitter kata unik bukan berarti sesuatu yang dimiliki seseorang dan tidak dimiliki yang lain,
melainkan apa yang membuat orang tersebut khusus atau khas.19 Atau dengan kata lain, hal
unik yang membuat seseorang berbeda bukanlah soal kelebihan yang ia miliki dan tidak
dimiliki yang lain, melainkan sebuah tampilan khas yang ada pada orang tersebut. Hal ini pun
berlaku pada arti keunikan Yesus, Yesus disebut unik atau Yesus berbeda dari yang lain
bukan karena ia memiliki sesuatu yang tidak ada pada agama lain, melainkan karena ia
memiliki tampilan yang khas (khusus).20 Lanjut Knitter, hal khas yang ada pada Yesus
terletak pada pusat pewartaan dari Yesus yakni pewartaan Kerajaan Allah.21 Pewartaan
mengenai Kerajaan Allah adalah upaya untuk mewujudkan sebuah realitas duniawi yang
tertuju pada keprihatinan terhadap kaum yang terpinggirkan. Dengan menunjuk Kerajaan
Allah sebagai keunikan Yesus, Knitter ingin menekankan dua hal, yakni “korelasional” dan
“tanggung jawab global” (dialog yang pluralistik dan pembebasan). Kedua hal ini pun tak
dapat dipisahkan satu sama lain. Korelasional berarti upaya untuk mewujudkan Kerajaan
Allah tak dapat dilakukan tanpa berhubungan - secara korelasi - dengan agama lain.
Sedangkan, tanggung jawab global berarti upaya untuk berhubungan dengan agama lain
haruslah didasarkan pada upaya untuk mewujudkan Kerajaan Allah. 22
Inspirasi Knitter dari makna korelasional dan tanggung jawab global – pada intinya
menekankan dialog dan pembebasan - yang ia temukan dalam Kerajaan Allah sebagai
keunikan Yesus, berangkat dari pengalaman hidup yang ia alami ketika terlibat dalam
berbagai gerakan pembebasan. Saat berkunjung ke El Savador, Amerika Latin, Knitter
bekerja sama dengan Jon Sobrino dan Uskup Medardo Gómez bagi pembebasan di negara
tersebut. Knitter menyaksikan penderitaan masyarakat El Savador pada waktu ditangkap dan
disiksa oleh pihak keamanan ketika berusaha membebaskan diri dari kepemimpinan otoriter
pemerintahan di negara tersebut. Kejadian di El Savador sangat berbekas bagi Knitter, ia
menyadari bahwa teologi pembebasan tidak hanya sekedar sebuah metode baru dalam
berteologi tapi sebuah pemahaman tentang agama dan kesetiaan sebagai murid Yesus.
Baginya mendahulukan mereka yang menderita bukanlah pilihan melainkan sebuah
18 P. F. Knitter, Jesus and The Other Names:Christian Mission and Global Responsibility, hal. 84. 19 P. F. Knitter, Jesus and The Other Name: Christian Mission and Global Responsibility, hal. 84. 20 P. F. Knitter, Jesus and The Other Name: Christian Mission and Global Responsibility, hal. 84. 21 P. F. Knitter, Jesus and The Other Name: Christian Mission and Global Responsibility, hal. 89. 22 P. F. Knitter, Jesus and The Other Name: Christian Mission and Global Responsibility, hal. 16-19.
©UKD
W
7
keharusan. Sejak pengalaman Knitter di El Savador, Knitter menulis, bahwa ia tak dapat
berbicara tentang dialog dan teologi agama-agama tanpa kaitan dengan pemikiran
pembebasan.23 Keyakinan itu semakin tajam ketika Knitter berkunjung ke India. Di India ia
diberitahu oleh mereka yang berkecimpung dalam dialog antar agama bahwa “pembebasan”
dan “dialog” harus berada dalam agenda yang sama, meninggalkan yang satu berarti tidak
mewakili realita pengalaman hidup di India.24
Berangkat dari pengalaman keterlibatan dirinya dalam gerakan pembebasan, Knitter
membawa pemikiran yang ia dapati dari konteks negara pembebasan - dunia ketiga - ke ranah
global. Ia yakin bahwa upaya berdialog untuk mewujudkan keadilan dan memerangi
penderitaan adalah hal yang sama seperti yang dilakukan Yesus dalam mewartakan Kerajaan
Allah.25 Kristologi yang diajukan Knitter mendukung hal tersebut. Oleh karena itu, kristologi
yang diajukan Knitter perlu untuk dipertimbangkan atau dipertanggungjawabkan, sebab
kristologi tersebut berangkat dari sebuah konteks yang khusus (Amerika Latin dan Asia).
Apakah kristologi tersebut dapat diajukan dalam konteks yang global? Untuk menilai ajuan
atau proposal kristologi Knitter, penulis akan menggunakan kriteria-kriteria kristologi dari
Roger Haight.
Roger Haight adalah seorang teolog Katolik yang terkenal dalam bidang kristologi. Menurut
Haight, setidaknya ada tiga kriteria yang dapat menjadi pegangan untuk mengajukan atau
menilai sebuah proposal kristologi. Pertama, kesetiaan terhadap tradisi Kristen. Tradisi
Kristen yang dimaksud Haight adalah Alkitab yang terus eksis sepanjang zaman. Menurut
Haight, penafsiran terhadap Yesus di dalam Alkitab harus setia pada interpretasi Yesus dari
Nazaret. Jika Yesus dari Nazaret dipakai sebagai subjek interpretasi dalam sebuah proposal
kristologi maka, proposal tersebut dapat dipertanggungjawabkan.26 Yesus dari Nazareth
dipakai Haight oleh karena Yesus dari Nazaret adalah subject matter yang bersifat umum,
atau dapat dimengerti oleh umat Kristen sepanjang zaman dan tempat.27 Itu artinya sebuah
proposal kristologi yang diajukan dalam konteks global tak dapat lepas dari interpetasi Yesus
dari Nazaret agar dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini, penulis akan menilai apakah
proposal kristologi dari Knitter sejalan dengan interpretasi terhadap Yesus dari Nazaret?
23 P.F. Knitter, One Earth Many Religions: Multifaith Dialogue and Global Responsibility, (New York: Orbis
Book 1995), hal. 9. 24 P.F. Knitter, One Earth Many Religions: Multifaith Dialogue and Global Responsibility, hal. 9. 25 P. F. Knitter, Jesus and The Other Name: Christian Mission and Global Responsibility, hal. 89. 26 R. Haight , Jesus Symbol of God, (New York: Orbis Book, 1999) hal. 48. 27 R. Haight, Jesus Symbol of God, hal. 29.
©UKD
W
8
Kedua, dapat dimengerti dalam pengalaman hidup saat ini. Sebuah proposal kristologi dapat
dikatakan bertanggung jawab apabila Yesus yang dihadirkan dapat dimengerti oleh umat.
Agar dapat dimengerti, nilai-nilai yang ada dalam proposal kristologi harus sejalan dengan
nilai-nilai yang ada dalam pengalaman hidup umat. 28 Dalam hal ini, penulis akan menilai
apakah nilai-nilai dalam proposal kristologi yang diajukan Knitter sejalan dengan nilai-nilai
yang ada dalam pengalaman hidup umat? Ketiga, memberdayakan umat. Haight mengatakan,
bahwa proposal kristologi yang memiliki kedua kriteria di atas, tapi tidak memiliki kriteria
ketiga yakni memberdayakan umat, haruslah dipertanyakan. Sebab poin terpenting dari
proposal kristologi adalah untuk mengarahkan umat melakukan aksi dalam merespon dan
menghadapi realita kehidupan.29 Kriteria ketiga menjadi alasan mengapa proposal kristologi
harus setia terhadap tradisi dan dapat dimengerti dalam pengalaman hidup umat. Dalam hal
ini, penulis akan menilai apakah proposal kristologi yang diajukan Knitter memiliki sifat
memberdayakan umat? Dan seperti apa sifat memberdayakan yang ada dalam proposal
tersebut?
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan pertanyaan:
1. Apakah yang dimaksud keunikan Yesus menurut Paul F. Knitter?
2. Apakah keunikan Yesus menurut Paul F. Knitter dapat dipertanggungjawabkan
dengan kriteria-kriteria kristologi dari Roger Haight?
1.3 Batasan Masalah
1. Kristologi yang dibahas dalam tulisan ini secara khusus berkaitan dengan topik
keunikan Yesus.
2. Makna keunikan Yesus secara khusus memakai pemikiran Paul F. Knitter
1.4 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengembangkan pemahaman keunikan Yesus dari konsep kristologi tanpa
rasa superioritas sehingga dapat membuka jalan atau alasan umat Kristen untuk
berdialog.
2. Menganalisa keunikan Yesus dari Paul F. Knitter dengan kriteria-kriteria kristologi
dari Roger Haight.
28 R. Haight , Jesus Symbol of God, hal. 49. 29 R. Haight, Jesus Symbol of God, hal. 50
©UKD
W
9
1.5 Judul Skripsi
Judul skripsi yang diajukan penulis adalah:
“Keunikan Yesus Menurut Paul F. Knitter”
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode “sistematis-
reflektif” menurut contoh model metode penelitian literatur dari Anton Bakker dan Achmad
Charris Zubair.30 Objek material dari penelitian ini adalah pemikiran tentang keunikan Yesus
menurut Paul F. Knitter. Paham keunikan Yesus bagi beberapa orang seringkali dipahami
sebagai sesuatu yang memutlakan kebenaran yang terdapat dalam diri Yesus. Oleh karena itu
gagasan tersebut harus ditafsirkan dengan makna yang baru. Paul F. Knitter merupakan salah
satu teolog yang menafsirkan secara baru makna keunikan tersebut. Pemikiran tersebut
kemudian dianalisa lewat tiga kriteria pencarian kristologi yang bertanggung jawab dari
Roger Haight. Tiga kriteria ini adalah pegangan dalam hal menyusun sebuah kristologi dalam
berbagai konteks yang ada. Tiga kriteria tersebut adalah kesetiaan pada tradisi, dapat
dimengerti dalam konteks hidup saat ini, dan memberdayakan umat.
1.7 Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan permasalahan, judul
skripsi, tujuan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II: Hidup, Karya dan Pemikiran Teologi Paul F. Knitter
Pada bab ini akan diuraikan riwayat hidup dan perkembangan pemikiran teologi dari
Paul F. Knitter.
Bab III: Pemikiran Keunikan Yesus menurut Paul F. Knitter
Pada bab ini penulis akan menguraikan pemikiran Paul F. Knitter mengenai keunikan
Yesus.
30 A. Bakker dan A. C. Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Kanisius: Yogyakarta, 1994) hal. 99-106.
©UKD
W
10
Bab VI: Menilai Keunikan Yesus menurut Paul F. Knitter dengan Kriteria-
Kriteria Kristologi dari Roger Haight
Pada bab ini penulis akan menganalisa bagaimana keunikan Yesus menurut Paul F
Knitter dengan memakai kriteria-kriteria pencarian kristologi yang bertanggung jawab
dari Roger Haight.
Bab V: Kesimpulan
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari bahasan yang telah dibahas pada bab-bab
sebelumnya terkait refleksi penulis tentang keunikan Yesus menurut Paul F Knitter.
©UKD
W
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Pengantar
Bab ini merupakan penutup dari tulisan. Pada bagian ini penulis akan memberikan
kesimpulan atas pembahasan penulis mengenai pemikiran keunikan Yesus dari Paul F.
Knitter, yang juga telah dinilai lewat kriteria-kriteria kristologi dari Roger Haigtht. Penulis
pun menyertakan saran bagai pengembangan tulisan penulis.
5.2 Kesimpulan
1. Melihat keunikan Yesus sebagai suatu hal yang membedakan dia dari agama-agama lain
yang terletak pada finalitas Yesus adalah sesuatu yang sangat keliru. Sebab dengan melihat
arti kata unik yang ditemukan Knitter, keunikan pada Yesus sendiri sama sekali tidak
berhubungan dengan finalitas dalam diri Yesus melainkan berbicara mengenai tampilan khas
yang ada pada Yesus. Tampilan khas itu ditemukan lewat pesan dan ajakan Yesus untuk
mengupayakan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah sendiri dipahami Knitter sebagai sebuah
realitas duniawi yang diperuntukan bagi kaum-kaum tersisih. Itu berarti keunikan Yesus
menuntut upaya untuk melakukan sebuah tanggung jawab dalam dunia. Oleh karena itu, bagi
Knitter keunikan bukan soal mempertanyakan apakah Yesus unik, melainkan bagaiamana
keunikan Yesus. Dengan mencoba memahami bagaimana keunikan Yesus, umat Kristen akan
terarah untuk melihat keunikan Yesus sebagai sesuatu yang khas dari Yesus yakni pewartaan
mengenai Kerajaan Allah. Dengan keunikan Yesus yang terletak pada pewartaan Kerajaan
Allah, keunikan tersebut dapat menjadi jalan dan dorongan bagi kekristenan untuk berdialog
dengan agama lain. Dialog itu pun bukan sekedar mencari titik temu yang sifatnya
informatoris melainkan menekankan proses untuk saling belajar. Hal tersebut dapat dilihat
dari cara Knitter memahami misteri Kerajaan Allah. Bagi Knitter, Kerajaan Allah adalah
sebuah misteri yang hanya dapat dipahami dengan pembicaraan dengan agama lain. Apalagi
dalam konteks dunia sekarang ini, realita penderitaan mulai sangat terasa dan kompleks,
misteri Kerajaan Allah pun akan terasa sangat kabur dan jauh dari kata jelas, apabila umat
Kristen hanya mau memahaminya dalam sudut pandang mereka. Oleh karena itu menurut
Knitter, Kerajaan Allah sebagai keunikan Yesus harus dibawa ke meja dialog. Kerajaan Allah
dalam sudut pandang Kristen haruslah dikorelasikan bersama dengan agama lain.
©UKD
W
52
2. Kristologi yang coba diajukan Knitter dapat dipertanggungjawabkan dengan kriteria-
kriteria kristologi dari Haight. Artinya, meski kristologi yang diajukan Knitter berangkat dari
konteks yang khusus, yakni dari konteks negara-negara pembebasan, keunikan tersebut sesuai
apabila dibicarakan dalam konteks dunia secara umum. Pada kriteria pertama, setia terhadap
tradisi berarti setia terhadap interpretasi Yesus dari Nazaret. Interpretasi terhadap Yesus dari
Nazaret menjadi penting oleh karena Yesus dari Nazaret merupakan subject matter yang
dapat dimengerti oleh umat Kristen sepanjang zaman dan tempat. Dengan setia terhadap
interpretasi tersebut, maka fokus pada Yesus tertuju pada kerygma Yesus, yakni pemberitaan
pesan-pesan Yesus mengenai Kerajaan Allah. Knitter menekankan bahwa keunikan Yesus
terletak pada pewartaan mengenai Kerajaan Allah. Itu berarti Kerajaan Allah yang menjadi
pokok interpretasi dari sosok Yesus dari Nazareth dapat dipakai dalam konteks yang umum.
Kriteria kedua, bagi Haight nilai yang ada pada Yesus harus koheren dan terintegrasi dengan
nilai-nilai dalam pengalaman umat agar Yesus dapat dimengerti dan juga dihayati. Dalam
konteks pluralitas agama dan berbagai penderitaan yang kompleks yang semakin nyata di
dunia saat ini, poin penekanan Haight pada kriteria kedua sejalan dengan dua nilai yang coba
Knitter ajukan dalam menjelaskan keunikan Yesus yakni korelasional dan bertanggung jawab
global (dialog yang pluralistik dan pembebasan). Pada kriteria ketiga, Haight menekankan
bahwa proposal kristologi haruslah memiliki ciri memberdayakan umat. Hal tersebut juga
sejalan dengan keunikan yang ada pada Yesus yang diajukan Knitter. Dengan pemahaman
keunikan Yesus terletak pada pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah, itu berarti
pemikiran tersebut mendorong umat untuk beraksi dalam menghadapi realitas kehidupan baik
personal maupun komunal.
5.3 Relevansi
Dari kesimpulan di atas, penulis mendapati bahwa kristologi yang diajukan oleh Knitter tidak
hanya dapat diterapkan dalam konteks-konteks yang lebih khusus, seperti konteks negara-
negara pembebasan yang menjadi titik tolak Knitter dalam mengembangkan kristologinya,
namun juga dapat dipakai dalam konteks yang global (umum). Melihat keunikan Yesus
sebagai dasar untuk berkorelasi secara bertanggung jawab tentang berbagai permasalahan
global adalah sebuah pemahaman yang sangat berguna bagi kehidupan umat Kristen di
Indonesia. Umat Kristen di Indonesia dapat memakai kristologi ini sebagai kristologi
alternatif yang menguatkan mereka bahwa dengan menerima fakta bahwa agama lain juga
dapat menjadi jalan keselamatan, tidak berarti mereka bukan lagi Kristen. Kekristenan yang
mereka hayati justru semakin sejalan dengan keunikan Yesus ketika fakta tersebut dapat
©UKD
W
53
mereka terima dan menjadi pendorong bagi mereka untuk berjuang bersama umat agama lain
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan global. Karena hal tersebutlah yang juga
Yesus lakukan ketika mewartakan Kerajaan Allah.
Selanjutnya, kristologi Knitter tentang pewartaan Kerajaan Allah sebagai keunikan Yesus
juga dapat menjadi jalan untuk menjalin relasi antar umat beragama. Pewartaan Kerajaan
Allah yang menekankan korelasi yang dijalin lewat melakukan aksi-aksi pembebasan sebagai
bentuk tanggung jawab global terhadap permasalahan dunia mengharuskan umat Kristen
berelasi dengan umat lain. Keadilan, kesejahteraan, dan perhatian pada mereka yang
tersingkirkan adalah Kerajaan Allah yang diupayakan Yesus, yang harus diperjuangkan umat
bersama dengan sesamanya. Kesadaran inilah yang dapat menghidupkan semangat umat
Kristen untuk berdialog dengan umat agama lain lewat aksi-aksi yang mereka lakukan.
©UKD
W
54
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
A. Hakamaputra, Hans. Melepas Bingkai. Jakarta: Grafika Kreasindo, 2014.
Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Kanisius:
Yogyakarta, 1994
Bosch, David. Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission. New York:
Orbis Book, 1991.
Haight , Roger. Jesus Symbol of God. New York: Orbis Book, 1999.
Karkkainen, Veli-Matti. Tritunggal dan Pluralisme Agama. Terj: F. H. Tanujaya. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2013.
Knitter, Paul F. Introducing Theologies of Religions. New York: Orbis Book, 2002.
____________. Jesus and The Other Names: Christian Mission and Global Responsibility.
New York: Orbis Book, 1996.
____________. No Other Name?: a Critical Survey of Christian Attitudes toward the World
Religions. New York: Orbis Book, 1985.
____________. One Earth Many Religions: Multifaith Dialogue and Global Responsibility.
New York: Orbis Book, 1995.
____________. Without Buddha I Could not be a Christian. New York: One Publication,
2009.
____________. dan John Hick. Mitos Keunikan Agama Kristen. terj: Stephen Suleeman.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Lumintang, Stevri. Teologi Abu-Abu. Malang: Gandum Mas, 2004.
Marxsen, Willi. Pengantar Perjanjian Baru. terj: Stephen Suleeman. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008.
Phan, Peter. Being Religious Interreligiously. New York: Orbis Book, 2004.
©UKD
W
55
Pieris, Aloysius. An Asian Theology of Liberation. Edinburgh: Bloomsbury T&T Clark, 1988.
Race, Alan. Christian and Religious Pluralism: Patterns in Christianity Theology of
Religions. New York: Orbis Book, 1983.
Schumann, O. H. Dialog Antar Umat Beragama: Di manakah Kita Berada Kini. Jakarta:
LPS DGI, 1980.
Widyatmadja, Joseph. Yesus dan Wong Cilik. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Artikel:
de Jong, Kees. “Teologi Agama-Agama dan Paradigma Soteriosentris Knitter” pengantar
dalam Stella Pattipeilohy, Keselamatan menurut Paul F. Knitter, Yogyakarta:
Kanisisus, 2016.
Internet:
Stanley Rambitan, Jesus in Islamic Context of Indonesia, dalam
http://stanleyrambitan.blogspot.co.id/2009/03/jesus-in-islamic-context-of-
indonesia.html, diakses tanggal 27 Januari 2017.
©UKD
W
http://stanleyrambitan.blogspot.co.id/2009/03/jesus-in-islamic-context-of-indonesia.htmlhttp://stanleyrambitan.blogspot.co.id/2009/03/jesus-in-islamic-context-of-indonesia.html
sampulKEUNIKAN YESUS MENURUT PAUL F. KNITTERLEMBARPENGAJUANLEMBAR PENGESAHANKATA PENGANTARDAFTAR ISIABSTRAKPERNYATAAN INTEGRITAS
abstrakbab 1BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2. Rumusan Masalah1.3 Batasan Masalah1.4 Tujuan Penulisan1.5 Judul Skripsi1.6 Metode Penelitian1.7 Sistematika Penulisan
bab 5BAB V PENUTUP5.1 Pengantar5.2 Kesimpulan5.3 Relevansi
pustaka