32
BEBERAPA PENGERTIAN TENTANG VALIDITAS A. Pendahuluan Persoalan alat ukur yang digunakan mahasiswa ketika melakukan pencarian data penelitian sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain. Fenomena ini merupakan titik awal dari aksi penelitian mahasiswa yang mau tidak mau harus dihadapi ketika mahasiswa akan menyelesaikan tugas-tugas kuliah dalam jenjang pendidikan Strata 1. Mereka akan berhadapan dengan cara bagaimana membuat alat ukur, atau instrumen itu memiliki validitas dan reliabilitas agar bisa digunakan dalam memperoleh data. Karena data yang kurang memiliki validitas dan reliabilitas, akan menghasilkan

UJI VALIDITAS

  • Upload
    bowels

  • View
    263

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UJI VALIDITAS

BEBERAPA PENGERTIAN TENTANG VALIDITAS

A. Pendahuluan

Persoalan alat ukur yang digunakan mahasiswa ketika melakukan

pencarian data penelitian sering dihadapkan pada persoalan akurasi,

konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa

mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini

memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil

dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke

pengukuran yang lain. Fenomena ini merupakan titik awal dari aksi

penelitian mahasiswa yang mau tidak mau harus dihadapi ketika

mahasiswa akan menyelesaikan tugas-tugas kuliah dalam jenjang

pendidikan Strata 1. Mereka akan berhadapan dengan cara bagaimana

membuat alat ukur, atau instrumen itu memiliki validitas dan

reliabilitas agar bisa digunakan dalam memperoleh data. Karena data

yang kurang memiliki validitas dan reliabilitas, akan menghasilkan

kesimpulan yang kurang lazim.

Data yang kurang memiliki validitas dan reliabilitas, akan

menghasilkan kesimpulan yang bias, kurang sesuai dengan yang

seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman.

Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori,

Page 2: UJI VALIDITAS

pendapat para ahli serta pengalaman-pengalaman yang kadangkala

diperlukan bila definisi operasional variabelnya tidak kita temukan

dalam teori. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu tentu saja

harus memiliki validitas dan reliabilitas, agar data yang diperoleh dari

alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan validitas dan

reliabilitas alat ukur atau validitas dan reliabilitas instrumen.

B. Pembahasan

1. Validitas dan Reliabilitas Penelitian

Sebelum aksi penelitian dilakukan, mahasiswa perlu membedakan

kriteria tentang validitas dan reliabilitas hasil penelitian dengan

validitas dan reliabilitas instrumen. Hasil penelitian yang valid dan

reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel, Sugiono, 2005,

merupakan hasil penelitian yang memiliki kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang

diteliti. Misalnya saja warna dalam objek yang berwarna merah, akan

tetapi data yang terkumpul memberikan data berwarna lain, maka

hasil penelitiannya tidak valid. Sedangkan hasil penelitian yang

reliabel, diperoleh bila terdapat kesamaan data yang terkumpul dalam

kurun waktu yang berbeda, ataupun pengukuran yang dilakukan

secara berulang. Misalnya warna dalam obyek beberapa waktu lalu

Page 3: UJI VALIDITAS

berwarna merah, maka pada saat ini dan besok tetap berwarna merah.

Jika kita memperoleh data tentang jumlah mahasiswa Fakultas

Ekonomi dua hari yang lalu adalah 50 mahasiswa, maka jumlah

mahasiswa pada hari ini dan besok adalah sebanyak 50 mahasiswa,

demikian seterusnya.

2. Reliabilitas Instrumen

Pengertian Reliabilitas, Sugiono 2005, adalah serangkaian pengukuran

atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran

yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Kondisi

itu ditengarai dengan konsistensi hasil dari penggunaan alat ukur yang

sama yang dilakukan secara berulang dan memberikan hasil yang

relatif sama dan tidak melanggar kelaziman. Untuk pengukuran

subjektif, penilaian yang dilakukan oleh minimal dua orang bisa

memberikan hasil yang relatif sama (reliabilitas antar penilai).

Pengertian Reliabilitas tidak sama dengan pengertian validitas. Artinya

pengukuran yang memiliki reliabilitas dapat mengukur secara

konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.

3. Pengukuran Reliabilitas

Sifat reliabilitas dari sebuah instrumen berhubungan dengan sejauh

Page 4: UJI VALIDITAS

mana kemampuan alat ukur itu memberikan hasil yang konsisten dari

satu even percobaan ke even percobaan lainnya. Jika konsistensi

pengukuran itu tidak kita peroleh dalam setiap pengukuran, dapat

dibayangkan bila pengukuran yang dilakukan dengan instrumen itu

memberikan hasil yang berbeda dari pengukuran satu ke pengukuran

berikutnya. Saat ini kita memperoleh hasil pengukuran berat badan

seseorang adalah 70 kg. Beberapa saat kemudian, meskipun dengan

alat ukur yang sama kita memperoleh hasil 73 kg. Demikian

seterusnya, hasilnya tidak pernah konsisten. Data yang kita peroleh

tidak pernah konsisten dari waktu ke waktu. Pertanyaan yanag akan

muncul dari benak kita adalah hasil pengukuran mana yang kita

gunakan?

Dalam kajian teoritis, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari

suatu uji coba yang dilakukan tetap memiliki hasil yang sama

meskipun dilakukan secara berulang-ulang terhadap subjek dan dalam

kondisi yang sama. Instrumen alat ukur dianggap bisa diandalkan

apabila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang

sama dan tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang dilakukan secara

berulang-ulang itu memberikan hasil yang relatif tidak sama. Pengujian

reliabilitas instrumen untuk memperoleh hasil yang reliabel bisa

dilakukan dengan berbagai metode statistik.

Page 5: UJI VALIDITAS

Contoh lain adalah misalnya saja dalam sebuah kesempatan kita ingin

mengukur panjang dan lebar tiga (3) buah lapangan bola volley. Alat

yang digunakan dalam pengukuran itu adalah meteran dan jangkauan

langkah. Setelah dilakukan pengukuran, bisa dipastikan bahwa

pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan meteran

memperoleh hasil panjang dan lebar yang relatif sama terhadap ketiga

lapangan bola volley itu. Sedangkan pengukuran yang dilakukan

dengan menggunakan jangkauan langkah terhadap ketiga lapangan

bola volley itu, menghasilkan satuan ukur, yakni panjang dan lebar

yang berbeda.

4. Validitas Instrumen

Fenomena kedua setelah mahasiswa menguji reliabilitas alat ukur,

pekerjaan berikutnya adalah bagaimana memperoleh instrumen yang

memiliki validitas, agar data yang diperoleh dari penyebaran

instrumen itu benar-benar valid. Dikatakan memiliki validitas adalah

bila instrumen atau alat ukur yang dibuat bisa dengan tepat mengukur

objek yang akan diukur. Misalnya saja untuk mengukur, panjang dan

lebar lapangan bola volley agar sama dengan luas standar lapangan

internasional, maka sebaiknya kita menggunakan meteran. Karena

meteran adalah merupakan alat ukur yang valid dan sudah memiliki

validitas. Selain meteran, alat ukur untuk mengukur panjang dan lebar

Page 6: UJI VALIDITAS

benda tidak lazim digunakan. Dalam teori ada bermacam-macam

validitas.

Menurut Ebel, dalam Moh. Nazir, 2003, Validitas dibagi menjadi

concurrent validity (validitas concuren), construct validity (validitas

konstruk), face validity (validitas rupa), factorial validity (validitas

faktorial), empirical validity (validitas empiris), intrinsic validity

(validitas intrinsik), dan predictive validity (validitas prediksi).

Sementara itu, Anastasi, 1973 dan Nunnally, 1979, dalam Masri 2006,

validitas alat pengumpul data dapat digolongkan dalam beberapa

jenis, yakni validitas konstruk (construct validity), validitas isi (content

valitity), validitas prediktif (predictive validity), validitas eksternal

(external validity), dan validitas rupa (face validity). Selain itu ada

beberapa jenis validitas lain yang tidak dibicarakan, tetapi relatif

penting dilakukan bagi penelitian di Indonesia yang memiliki jumlah

penduduk yang besar dan memiliki aneka ragam budaya. Validitas

tersebut adalah validitas budaya (cross-cultural validity).

Sedangkan menurut Suharsimi, 2003, berdasarkan cara pengujiannya,

terdapat dua validitas, yakni validitas ekternal dan validitas internal,

selain itu validitas dikelompokkan menjadi beberapa kriteria, yakni,

validitas konstruk, validitas isi, dan validitas prediksi.

Page 7: UJI VALIDITAS

Pengertian concurrent validity adalah validitas yang berkaitan dengan

hubungan (korelasi) antara skor dalam item instrumen dengan kinerja,

atau objek penelitian yang lain.

Construct validity atau validitas konstruk, adalah bila kita

mendefinisikan validitas sebagai kualitas psikologi apa yang diukur

oleh sebuah pengujian, serta menilainya dengan memperlihatkan

bahwa konstrak tertentu yang bisa diterangkan, dapat menyebabkan

penampilan baik buruknya (performance) dalam pengujian. Face

validity atau validitas rupa yang berhubungan apa yang kelihatan

dalam mengukur sesuatu, tetapi bukan terhadap apa yang seharusnya

akan diukur.

Factorial validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur

dengan faktor-faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau

ukuran-ukuran perilaku lainnya. Validitas ini biasanya diperoleh

dengan menggunakan teknik analisis faktor.

Empirical validity adalah validitas empiris yang berkaitan dengan

hubungan antara skor dengan suatu kriteria, dimana kriteria itu adalah

merupakan ukuran yang bebas dan langsung berhubungan dengan

apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.

Page 8: UJI VALIDITAS

Intrinsic validity adalah validitas yang berkaitan dengan penggunaan

teknik uji coba untuk memperoleh fakta kuantitatif dan objektif untuk.

Teknik uji coba itu yang dilakukan untuk mendukung bahwa instrumen

yang digunakan sebagai alat ukur adalah benar-benar mengukur apa

yang seharusnya diukur.

Predictive validity adalah validitas perkiraan yang berkenaan dengan

hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja atau seseorang

di masa mendatang berdasarkan pengukuran awal. Validitas prediksi

adalah validitas instrumen yang diharapkan bisa memiliki hubungan

dengan hasil yang diharapkan dari instrumen yang dibuat. Misalnya

instrumen yang ditujukan terhadap mahasiswa baru. Bila jawaban

responden (mahasiswa baru) memiliki hubungan dengan prestasi

belajar mahasiswa ketika mengikuti kuliah mulai dari semester awal

sampai semester akhir, berarti instrumen itu memiliki validitas prediksi

yang tinggi. Sebaliknya jika instrumen yang dibuat dan ditujukan

terhadap mahasiswa baru itu tidak memilii bubungan dengan prestasi

belajar mahasiswa mulai dari semester awal hingga semester akhir,

berarti instrumen itu meiliki validitas prediksi yang rendah.

Content validity adalah validitas yang berkaitan dengan baik atau

buruknya sampel yang diambil dari populasi.

Page 9: UJI VALIDITAS

Curricular validity adalah validitas yang ditentukan oleh bagaimana

cara peneliti menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh

pengukuran yang dilakukan ituadalah merupakan alat ukur yang

benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan

instruksional. Masri, 2006, validitas terbagi dalam beberapa kriteria

antara lain, validitas konstruk, validitas isi, dan validitas prediksi.

Validitas isi adalah validitas instrumen yang memiliki kandungan isi

butir-butir item pertanyaan yang dibuat sesuai dengan topik penelitian

dan bisa menggali jawaban responden sesuai dengan permasalahan

yang sudah dirumuskan oleh peneliti.

Validitas konstruk adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas

dalam aspek psikologis tentang apa yang diukur oleh suatu

pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu itu

bisa menyebabkan kinerja dan hasil yang baik dalam pengukuran.

Validitas prediksi adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan

antara skor suatu alat ukur yang sudah dilakukan pada periode awal

terhadap seseorang dengan kinerja seseorang pada waktu yang akan

datang. Validitas ini biasanya dilakuklan ketika adavrekruitmen siswa

atau pegawai lembaga tertentu.

C. Penutup

Page 10: UJI VALIDITAS

Bila dikaji secara umum, persyaratan minimal yang lazim dimiliki oleh

instrumen yang dibuat adalah alat ukurnya harus memiliki minimal dua

keunggulan, yakni validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas

lazim diperlukan bila instrumen yang dibuat merupakan instrumen

baru dan belum pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu.

Karena biasanya instrumen baru secara umum belum memiliki

validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diujikan jika

instrumen baru itu masih belum memiliki validitas dan reliabilitas yang

belum terukur. Dengan demikian, jika alat ukur yang digunakan

mampu memberikan informasi yang sesungguhnya tentang apa yang

kita inginkan untuk diukur dinamakan valid. Atau dengan kata lain,

instrumen yang dipakai dalam penelitian memiliki validitas yang baik.

Misalnya saja jika dalam suatu kesempatan kita ingin mengetahui

tentang panjang dan lebar meja pingpong. Menghadapi persoalan

demikian, meteran merupakan salah satu alat ukur pilihan yang

memiliki validitas yang baik. Karena dengan alat ini, kita akan

memperoleh informasi yang benar tentang panjang dan lebar meja

pingpong berdasarkan alat ukur yang memiliki validitas. Dalam hal

lain, kita bisa juga mengukur panjang dan lebar meja pingpong dengan

bentangan tangan, atau, tinggi badan yang digunakan untuk

mengukur dan digunakan untuk mengukur ketinggian benda. Meskipun

alat ukur bentangan tangan dan tinggi badan untuk mengukur

Page 11: UJI VALIDITAS

panjang, lebar, dan ketinggian benda merupakan alat ukur yang tidak

lazim, serta memiliki validitas yang bisa diragukan. Akan tetapi, kita

tidak bisa menggunakan timbangan untuk mengukur ketinggian

benda. Atau kita tidak bisa menggunakan meteran untuk mengukur

berat benda. Meteran merupakan alat ukur yang memiliki validitas

tinggi bila digunakan untuk mengukur, panjang dan lebar benda, akan

tetapi merupakan alat ukur yang memiliki validitas rendah jika

digunakan untuk mengukur berat benda.

.

.

.

&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&

.

.

.

UJI VALIDITAS DALAM OPINI

A. Pendahuluan

Penggunaan statistik parametrik sebagai alat analisis yang digunakan

mahasiswa, lazimnya digunakan untuk memperlakukan data interval

dan ratio. Statistik parametrik ini, selain memiliki kajian yang lebih

kuat, akan tetapi juga bisa memberikan nilai harapan dalam

Page 12: UJI VALIDITAS

kesimpulan secara numerik. Selain itu, statistik parametrik juga bisa

digunakan untuk memprediksi. Akan tetapi, belakangan ini relatif

ramai dibicarakan tentang penggunaan statistik non parametrik

sebagai salah satu alternatif alat analisis dalam penelitian mahasiswa.

Statistik parametrik, selain memerlukan persyaratan khusus, yakni

harus memenuhi kriteria normalitas data, akan tetapi lazim digunakan

jika data yang dianalisis adalah data interval atau ratio. Secara teori,

statistik parametrik memiliki kajian yang lebih kuat dibandingkan

dengan statistik non parametrik. Statistik non parametrik, lazim

digunakan meskipun data yang dianalisis tidak berdistribusi normal.

Statistik non parametrik ini hanya mengukur distribusi. Selain itu,

statistik non parametrik, hanya memerlukan perhitungan yang relatif

sederhana. Penggunaan statistik non parametrik dalam penelitian

mahasiswa, lebih banyak menggunakan instrumen penelitian alat ukur

untuk memperoleh data.

B. Pembahasan

Kajian tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur itu tentu saja

memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam pembuatannya. Karena

dari instrumen itu akan memberikan jawaban kepada kita tentang

Page 13: UJI VALIDITAS

data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang baik, hanya

akan diperoleh dengan instrumen atau alat ukur yang baik. Data yang

valid karena memiliki validitas dan reliabel karena memiliki reliabilitas,

hanya akan diberikan oleh intrumen yang valid dan reliabel. untuk

memperolah instrumen yang valid dan reliabel itu diantaranya adalah

harus melalui mekanisme pengujian secara statistik dengan benar.

Beberapa alasan tentang perlu tidaknya pengujian secara statistik

tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian

akan dibahas secara sederhana dalam tulisan ini. Alasan pertama

adalah peluang terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh satu

peubah bebas X, yakni kesalahan yang terjadi karena instrumen yang

tidak valid dan reliabel. Instrumen tidak memberikan informasi yang

benar bagi responden sehingga menimbulkan keraguan dalam

menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Sedangkan alasan

kedua adalah kesalahan yang terjadi dalam diri responden. Instrumen

sudah baik, valid dan reliabel. Akan tetapi jawaban yang diberikan pleh

responden merupakan jawaban yang asal jadi, asal menjawab, dan

bahkan secara sengaja tidak bersedia memberikan jawaban apa yang

seharusnya di jawab.

Menurut Sambas (2006), terdapat dua pendapat tentang perlu

tidaknya digunakan uji t dalam uji validitas dan reliabilitas dengan

Page 14: UJI VALIDITAS

menggunakan statistika. Pendapat pertama menyebutkan bahwa

untuk menguji validitas an reliabilitas tidak perlu digunakan uji t, tetapi

cukup dengan menghitung nilai r, kemudian nilai r yang sudah

diperoleh itu dibandingkan dengan nilai tabel r untuk mengetahui valid

atau tidaknya instrumen yang sudah dibuat. Sementara pendapat

kedua menyebutkan, setelah menghitung nilai r, harus dilanjutkan

dengan uji t, kemudian membandingkannya dengan nilai r tabel untuk

mengetahui valid atau tidaknya instrumen. Berkaitan dengan adanya

perbedaan pendapat tentang perlu tidaknya digunakan uji t dalam uji

validitas dan reliabilitas, maka perlu ditegaskan disini, bahwa kedua

pendapat di atas adalah benar. Artinya penggunaan uji r dan uji t

dalam pengujian validitas dan reliabilitas dalam pengukuran alat ukur

lazim digunakan dalam penelitian. Namun demikian ada syarat yang

perlu dipenuhi oleh keduanya. Pertama, pengujian validitas cukup

menggunakan nilai keofisien korelasi apabila responden yang

dilibatkan dalam pengujian validitas adalah populasi. Artinya,

keputusan valid tidaknya item instrumen, cukup membandingkan nilai

r hitung dengan nilai tabel r. Kedua, pengujian validitas perlu

menggunakan uji t apabila responden yang dilibatkan dalam pengujian

validitas adalah sampel. Artinya, keputusan valid atau tidaknya item

instrumen, tidak bisa dilakukan hanya dengan membandingkan nilai r

hitung dengan nilai r tabel, tetapi harus dengan membandingkan nilai t

hitung dengan nilai t tabel.

Page 15: UJI VALIDITAS

C. Penutup

Dalam hal ini dapat dijelaskan, bahwa pengujian validitas/relibilitas

dengan sensus (populasi) tidak diperlukan generalisasi atau penarikan

kesimpulan yang bersifat umum, karena seluruh anggota populasi

dilibatkan dalam penelitian sehingga kesimpulan yang dibuat berlaku

untuk populasi itu sendiri. Sementara dalam pengujian

validitas/reliabilitas dengan sampel, generalisasi diperlukan, karena

tidak semua anggota populasi dilibatkan sebagai responden, oleh

karena itu generalisasi harus dilakukan, apabbila tidak dilakukan

generalisasi maka kesimpulan yang dibuat hanya untuk anggota

sampel yang terlibat langsung sebagai responden, tidak untuk

populasi. Dalam metode statistika, kegiatan untuk membuat

generalisasi dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik

tertentu. Dengan demikian, pengujian statistik ini merupakan

pengujian terhadap karakteristik dsampel agar dapat diambil

kesimpulan yang bersifat umum dalam hal ini dianggap mewakili

seluruh keberadaan/karakterisrik/ apa yang terjadi dalam populasi.

.

.

.

Page 16: UJI VALIDITAS

&&&&&&&&&&

.

.

.

UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS

DALAM ANALISIS STATISTIK PARAMETRIK dan NONPARAMETRIK

A. Pendahuluan

Secara umum, penggunaan analisis statistik parametrik dalam

penelitian mahasiswa sering digunakan untuk memperlakukan data

interval dan ratio. Penggunaan analisis statistik parametrik itu bukan

tanpa alasan, akan tetapi tanpa melanggar kelaziman, statistik

parametrik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan

statistik non parametrik. Statistik parametrik bisa digunakan untuk

memprediksi secara numerik, sedangkan prediksi yang digunakan oleh

statistik non parametrik, akan mengalami kesulitan secara numerik.

Karena sejak awal, data yang digunakan oleh statstik non parametrik

adalah data kualitatif. Pemberian simbol numerik dalam statistrik non

Page 17: UJI VALIDITAS

parametrik, hanya digunakan untuk mempermudah perhitungan

secara matematis. Namun belakangan ini relatif ramai dibicarakan

tentang penggunaan statistik non parametrik dalam penelitian

mahasiswa. Statistik parametrik, selain memerlukan persyaratan

minimal, yakni harus memenuhi kriteria normalitas data, akan tetapi

lazim digunakan jika data yang dianalisis adalah data interval atau

ratio. Secara teoritis, statistik parametrik memiliki kajian yang lebih

kuat dibandingkan dengan statistik non parametrik. Statistik

parametrik memiliki keunggulan secara numerik karena data yang

dianalisis adalah data numerik. Sedangkan statistik non parametrik,

memang lazim digunakan meskipun datanya tidak berdistribusi

normal. Selain itu, statistik non parametrik hanya mengukur distribusi.

Statistik non parametrik juga hanya memerlukan perhitungan-

perhitungan yang relatif sederhana.

B. Pembahasan

Penggunaan statistik non parametrik dalam penelitian mahasiswa,

lebih banyak menggunakan instrumen penelitian untuk memperoleh

Page 18: UJI VALIDITAS

data. Kajian tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur itu tentu

saja memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam pembuatannya.

Karena dari instrumen itu akan memberikan jawaban kepada kita

tentang data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang baik,

hanya akan diperoleh dengan instrumen yang baik. Data yang valid

(validitas) dan reliabel (reliabilitas), hanya akan diberikan oleh

intrumen yang valid dan reliabel. untuk memperolah instrumen yang

valid dan reliabel tentu saja harus melalui mekanisme pengujian

secara statistik dengan benar.

Beberapa alasan tentang perlu tidaknya pengujian secara statistik

tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian,

akan dibahas secara sederhana dalam tulisan ini. Alasan pertama

adalah peluang terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh satu

peubah bebas X, yakni kesalahan yang terjadi karena instrumen yang

tidak valid dan reliabel atau dengan kata lain, alat ukurnya tidak

memiliki validitas dan reliabilitas. Instrumen tidak memberikan

informasi yang benar bagi responden sehingga menimbulkan keraguan

dalam menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Dalam kontek

ini, kesalahan ada dalam instrumen. Instrumen tidak mencerminkan

apa yang akan diukur. Sedangkan alasan kedua, adalah kesalahan

Page 19: UJI VALIDITAS

yang terjadi dalam diri responden. Instrumen sudah baik, valid dan

reliabel. Akan tetapi jawaban yang diberikan responden merupakan

jawababan yang asal jadi, asal menjawab, asal-asalan, ada rasa takut,

cemas, dan bahkan secara sengaja tidak bersedia memberikan

jawaban apa yang seharusnya di jawab.

Berkaitan dengan beberapa opini tentang perlu tidaknya dilakukan

pengujian validitas dan reliabilitas dengan menggunakajn uji t,

pendapat pertama menyebutkan bahwa, uji t tidak perlu dilakukan.

Pengujian validitas dan reliabilitas cukup dilakukan dengan

menghitung nilai r. Setelah nilai r diperoleh, kemudian nilai r itu

dibandingkan dengan nilai r tabel untuk mengetahui valid (validitas)

atau reliabel (reliabilitas) tidaknya instrumen yang dibuat. Tetapi

pendapat kedua mengatakan bahwa setelah menghitung nilai r, nilai r

itu harus dilanjutkan dengan uji t. Artinya, nilai t yang sudah diperoleh

kemudian dibandingkan dengan nilai dalam tabel t untuk mengetahui

valid (validitas) dan reliabel (reliabilitas) atau tidaknya instrumen yang

sudah disusun.

Page 20: UJI VALIDITAS

Dari beberapa pendapat tentang perbedaan opini perlu atau tidaknya

penggunaan uji t bagi instrumen untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas sebagai alat ukur, menurut hemat kami perbedaan

pendapat tersebut, yakni pendapat pertama dan pendapat kedua,

bahwa kedua pendapat di atas adalah benar adanya. masing-masing

pendapat tentu saja memiliki beberapa alasan yang cukup. Namun

demikian ada persyaratan minimal yang perlu dipenuhi oleh keduanya.

Pengujian validitas cukup menggunakan nilai keofisien korelasi apabila

responden yang terlibat dalam pengujian validitas adalah seluruh

populasi. Keputusan valid (validitas) tidaknya item instrumen sebagai

alat ukur, hanya dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung

dengan nilai r tabel. Sedangan pengujian validitas instrumen perlu

menggunakan uji t apabila responden yang terlibat di dalam pengujian

validitas adalah sampel. Atau dengan kata lain, keputusan valid

(validitas) dan reliabel (reliabilitas) atau tidaknya item instrumen, tidak

bisa dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel, akan

tetapi harus dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai t

hitung dengan nilai t tabel.

C. Penutup

Page 21: UJI VALIDITAS

Validitas dan relibilitas instrumen yang dilakukan terhadap aksi sensus

(populasi) tidak memerlukan generalisasi atau penarikan kesimpulan

yang bersifat umum. Dalam buku teks statistika, generalisasi hanya

diperlukan bila objek penelitian dilakukan terhadap sampel. Sedangkan

bila seluruh anggota populasi sebagai objek dilibatkan dalam

penelitian, maka generalisasri dan pengujian statistik dengan

menggunakan uji t tidak perlu dilakukan. Kesimpulan yang dibuat

berlaku untuk populasi itu sendiri. Sementara dalam pengujian

validitas dan reliabilitas dengan sampel, generalisasi diperlukan,

karena tidak semua anggota populasi dilibatkan sebagai responden,

oleh karena itu generalisasi harus dilakukan. Dan bila tidak dilakukan

generalisasi maka kesimpulan yang dibuat hanya berlaku untuk

anggota sampel yang terlibat langsung sebagai responden, tidak untuk

populasi. Dalam metode statistika, perlakuan untuk membuat

generalisasi dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik

tertentu. Artinya pengujian statistik ini merupakan pengujian terhadap

karakteristik sampel agar dapat diambil kesimpulan yang bersifat

umum. Sesuatu hal yang terjadi di dalam sampel dianggap bisa

mewakili seluruh keberadaan/karakterisrik/apa yang terjadi dalam

populasi. Atau dengan kata lain kesimpulan dalam sampel bisa

digeneralisasikan ke populasi.

&&&

.

Page 22: UJI VALIDITAS

.

Penggunaan Uji t dan Uji r dalam Validitas

A. Pendahuluan

Alat analisis yang dilakukan mahasiswa dalam memperlakukan data

interval dan ratio, lazimnya adalah statistik parametrik. Statistik

parametrik merupakan data numerik. Meskipun demikian, belakangan

ini relatif ramai dibicarakan tentang penggunaan statistik non

parametrik sebagai salah satu alternatif alat analisis dalam penelitian

mahasiswa. Statistik parametrik, selain memerlukan persyaratan

khusus, yakni harus memenuhi kriteria normalitas data, akan tetapi

lazim digunakan jika data yang dianalisis adalah data interval atau

ratio. Secara teori, statistik parametrik memiliki kajian yang lebih kuat

dibandingkan dengan statistik non parametrik. Statistik non

parametrik, lazim digunakan meskipun data yang dianalisis tidak

berdistribusi normal. Statistik non parametrik ini hanya mengukur

distribusi. Selain itu, statistik non parametrik, hanya memerlukan

perhitungan yang relatif sederhana. Penggunaan statistik non

parametrik dalam penelitian mahasiswa, lebih banyak menggunakan

instrumen penelitian alat ukur untuk memperoleh data.

B. Pembahasan

Kajian tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur itu tentu saja

memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam pembuatannya. Karena

Page 23: UJI VALIDITAS

dari instrumen itu akan memberikan jawaban kepada kita tentang

data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang baik, hanya

akan diperoleh dengan instrumen atau alat ukur yang baik. Data yang

valid karena memiliki validitas dan reliabel karena memiliki reliabilitas,

hanya akan diberikan oleh intrumen yang valid dan reliabel. untuk

memperolah instrumen yang valid dan reliabel itu diantaranya adalah

harus melalui mekanisme pengujian secara statistik dengan benar.

Beberapa alasan tentang perlu tidaknya pengujian secara statistik

tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian

akan dibahas secara sederhana dalam tulisan ini. Alasan pertama

adalah peluang terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh satu

peubah bebas X, yakni kesalahan yang terjadi karena instrumen yang

tidak valid dan reliabel. Instrumen tidak memberikan informasi yang

benar bagi responden sehingga menimbulkan keraguan dalam

menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Sedangkan alasan

kedua adalah kesalahan yang terjadi dalam diri responden. Instrumen

sudah baik, valid dan reliabel. Akan tetapi jawaban yang diberikan pleh

responden merupakan jawaban yang asal jadi, asal menjawab, dan

bahkan secara sengaja tidak bersedia memberikan jawaban apa yang

seharusnya di jawab. Menurut Sambas (2006), terdapat dua pendapat

tentang perlu tidaknya digunakan uji t dalam uji validitas dan

reliabilitas dengan menggunakan statistika. Pendapat pertama

menyebutkan bahwa untuk menguji validitas an reliabilitas tidak perlu

Page 24: UJI VALIDITAS

digunakan uji t, tetapi cukup dengan menghitung nilai r, kemudian nilai

r yang sudah diperoleh itu dibandingkan dengan nilai tabel r untuk

mengetahui valid atau tidaknya instrumen yang sudah dibuat.

Sementara pendapat kedua menyebutkan, setelah menghitung nilai r,

harus dilanjutkan dengan uji t, kemudian membandingkannya dengan

nilai r tabel untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen. Berkaitan

dengan adanya perbedaan pendapat tentang perlu tidaknya digunakan

uji t dalam uji validitas dan reliabilitas, maka perlu ditegaskan disini,

bahwa kedua pendapat di atas adalah benar. Artinya penggunaan uji r

dan uji t dalam pengujian validitas dan reliabilitas dalam pengukuran

alat ukur lazim digunakan dalam penelitian. Namun demikian ada

syarat yang perlu dipenuhi oleh keduanya. Pertama, pengujian

validitas cukup menggunakan nilai keofisien korelasi apabila

responden yang dilibatkan dalam pengujian validitas adalah populasi.

Artinya, keputusan valid tidaknya item instrumen, cukup

membandingkan nilai r hitung dengan nilai tabel r. Kedua, pengujian

validitas perlu menggunakan uji t apabila responden yang dilibatkan

dalam pengujian validitas adalah sampel. Artinya, keputusan valid atau

tidaknya item instrumen, tidak bisa dilakukan hanya dengan

membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel, tetapi harus dengan

membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel.

C. Penutup

Page 25: UJI VALIDITAS

Dalam hal ini dapat dijelaskan, bahwa pengujian validitas/relibilitas

dengan sensus (populasi) tidak diperlukan generalisasi atau penarikan

kesimpulan yang bersifat umum, karena seluruh anggota populasi

dilibatkan dalam penelitian sehingga kesimpulan yang dibuat berlaku

untuk populasi itu sendiri. Sementara dalam pengujian

validitas/reliabilitas dengan sampel, generalisasi diperlukan, karena

tidak semua anggota populasi dilibatkan sebagai responden, oleh

karena itu generalisasi harus dilakukan, apabbila tidak dilakukan

generalisasi maka kesimpulan yang dibuat hanya untuk anggota

sampel yang terlibat langsung sebagai responden, tidak untuk

populasi. Dalam metode statistika, kegiatan untuk membuat

generalisasi dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik

tertentu. Dengan demikian pengujian statistik ini merupakan pengujian

terhadap karakteristik dsampel agar dapat diambil kesimpulan yang

bersifat umum dalam hal ini dianggap mewakili seluruh

keberadaan/karakterisrik/ apa yang terjadi dalam populasi.