Upload
bowels
View
263
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BEBERAPA PENGERTIAN TENTANG VALIDITAS
A. Pendahuluan
Persoalan alat ukur yang digunakan mahasiswa ketika melakukan
pencarian data penelitian sering dihadapkan pada persoalan akurasi,
konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa
mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini
memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil
dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke
pengukuran yang lain. Fenomena ini merupakan titik awal dari aksi
penelitian mahasiswa yang mau tidak mau harus dihadapi ketika
mahasiswa akan menyelesaikan tugas-tugas kuliah dalam jenjang
pendidikan Strata 1. Mereka akan berhadapan dengan cara bagaimana
membuat alat ukur, atau instrumen itu memiliki validitas dan
reliabilitas agar bisa digunakan dalam memperoleh data. Karena data
yang kurang memiliki validitas dan reliabilitas, akan menghasilkan
kesimpulan yang kurang lazim.
Data yang kurang memiliki validitas dan reliabilitas, akan
menghasilkan kesimpulan yang bias, kurang sesuai dengan yang
seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman.
Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori,
pendapat para ahli serta pengalaman-pengalaman yang kadangkala
diperlukan bila definisi operasional variabelnya tidak kita temukan
dalam teori. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu tentu saja
harus memiliki validitas dan reliabilitas, agar data yang diperoleh dari
alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan validitas dan
reliabilitas alat ukur atau validitas dan reliabilitas instrumen.
B. Pembahasan
1. Validitas dan Reliabilitas Penelitian
Sebelum aksi penelitian dilakukan, mahasiswa perlu membedakan
kriteria tentang validitas dan reliabilitas hasil penelitian dengan
validitas dan reliabilitas instrumen. Hasil penelitian yang valid dan
reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel, Sugiono, 2005,
merupakan hasil penelitian yang memiliki kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang
diteliti. Misalnya saja warna dalam objek yang berwarna merah, akan
tetapi data yang terkumpul memberikan data berwarna lain, maka
hasil penelitiannya tidak valid. Sedangkan hasil penelitian yang
reliabel, diperoleh bila terdapat kesamaan data yang terkumpul dalam
kurun waktu yang berbeda, ataupun pengukuran yang dilakukan
secara berulang. Misalnya warna dalam obyek beberapa waktu lalu
berwarna merah, maka pada saat ini dan besok tetap berwarna merah.
Jika kita memperoleh data tentang jumlah mahasiswa Fakultas
Ekonomi dua hari yang lalu adalah 50 mahasiswa, maka jumlah
mahasiswa pada hari ini dan besok adalah sebanyak 50 mahasiswa,
demikian seterusnya.
2. Reliabilitas Instrumen
Pengertian Reliabilitas, Sugiono 2005, adalah serangkaian pengukuran
atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran
yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Kondisi
itu ditengarai dengan konsistensi hasil dari penggunaan alat ukur yang
sama yang dilakukan secara berulang dan memberikan hasil yang
relatif sama dan tidak melanggar kelaziman. Untuk pengukuran
subjektif, penilaian yang dilakukan oleh minimal dua orang bisa
memberikan hasil yang relatif sama (reliabilitas antar penilai).
Pengertian Reliabilitas tidak sama dengan pengertian validitas. Artinya
pengukuran yang memiliki reliabilitas dapat mengukur secara
konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
3. Pengukuran Reliabilitas
Sifat reliabilitas dari sebuah instrumen berhubungan dengan sejauh
mana kemampuan alat ukur itu memberikan hasil yang konsisten dari
satu even percobaan ke even percobaan lainnya. Jika konsistensi
pengukuran itu tidak kita peroleh dalam setiap pengukuran, dapat
dibayangkan bila pengukuran yang dilakukan dengan instrumen itu
memberikan hasil yang berbeda dari pengukuran satu ke pengukuran
berikutnya. Saat ini kita memperoleh hasil pengukuran berat badan
seseorang adalah 70 kg. Beberapa saat kemudian, meskipun dengan
alat ukur yang sama kita memperoleh hasil 73 kg. Demikian
seterusnya, hasilnya tidak pernah konsisten. Data yang kita peroleh
tidak pernah konsisten dari waktu ke waktu. Pertanyaan yanag akan
muncul dari benak kita adalah hasil pengukuran mana yang kita
gunakan?
Dalam kajian teoritis, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari
suatu uji coba yang dilakukan tetap memiliki hasil yang sama
meskipun dilakukan secara berulang-ulang terhadap subjek dan dalam
kondisi yang sama. Instrumen alat ukur dianggap bisa diandalkan
apabila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang
sama dan tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang dilakukan secara
berulang-ulang itu memberikan hasil yang relatif tidak sama. Pengujian
reliabilitas instrumen untuk memperoleh hasil yang reliabel bisa
dilakukan dengan berbagai metode statistik.
Contoh lain adalah misalnya saja dalam sebuah kesempatan kita ingin
mengukur panjang dan lebar tiga (3) buah lapangan bola volley. Alat
yang digunakan dalam pengukuran itu adalah meteran dan jangkauan
langkah. Setelah dilakukan pengukuran, bisa dipastikan bahwa
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan meteran
memperoleh hasil panjang dan lebar yang relatif sama terhadap ketiga
lapangan bola volley itu. Sedangkan pengukuran yang dilakukan
dengan menggunakan jangkauan langkah terhadap ketiga lapangan
bola volley itu, menghasilkan satuan ukur, yakni panjang dan lebar
yang berbeda.
4. Validitas Instrumen
Fenomena kedua setelah mahasiswa menguji reliabilitas alat ukur,
pekerjaan berikutnya adalah bagaimana memperoleh instrumen yang
memiliki validitas, agar data yang diperoleh dari penyebaran
instrumen itu benar-benar valid. Dikatakan memiliki validitas adalah
bila instrumen atau alat ukur yang dibuat bisa dengan tepat mengukur
objek yang akan diukur. Misalnya saja untuk mengukur, panjang dan
lebar lapangan bola volley agar sama dengan luas standar lapangan
internasional, maka sebaiknya kita menggunakan meteran. Karena
meteran adalah merupakan alat ukur yang valid dan sudah memiliki
validitas. Selain meteran, alat ukur untuk mengukur panjang dan lebar
benda tidak lazim digunakan. Dalam teori ada bermacam-macam
validitas.
Menurut Ebel, dalam Moh. Nazir, 2003, Validitas dibagi menjadi
concurrent validity (validitas concuren), construct validity (validitas
konstruk), face validity (validitas rupa), factorial validity (validitas
faktorial), empirical validity (validitas empiris), intrinsic validity
(validitas intrinsik), dan predictive validity (validitas prediksi).
Sementara itu, Anastasi, 1973 dan Nunnally, 1979, dalam Masri 2006,
validitas alat pengumpul data dapat digolongkan dalam beberapa
jenis, yakni validitas konstruk (construct validity), validitas isi (content
valitity), validitas prediktif (predictive validity), validitas eksternal
(external validity), dan validitas rupa (face validity). Selain itu ada
beberapa jenis validitas lain yang tidak dibicarakan, tetapi relatif
penting dilakukan bagi penelitian di Indonesia yang memiliki jumlah
penduduk yang besar dan memiliki aneka ragam budaya. Validitas
tersebut adalah validitas budaya (cross-cultural validity).
Sedangkan menurut Suharsimi, 2003, berdasarkan cara pengujiannya,
terdapat dua validitas, yakni validitas ekternal dan validitas internal,
selain itu validitas dikelompokkan menjadi beberapa kriteria, yakni,
validitas konstruk, validitas isi, dan validitas prediksi.
Pengertian concurrent validity adalah validitas yang berkaitan dengan
hubungan (korelasi) antara skor dalam item instrumen dengan kinerja,
atau objek penelitian yang lain.
Construct validity atau validitas konstruk, adalah bila kita
mendefinisikan validitas sebagai kualitas psikologi apa yang diukur
oleh sebuah pengujian, serta menilainya dengan memperlihatkan
bahwa konstrak tertentu yang bisa diterangkan, dapat menyebabkan
penampilan baik buruknya (performance) dalam pengujian. Face
validity atau validitas rupa yang berhubungan apa yang kelihatan
dalam mengukur sesuatu, tetapi bukan terhadap apa yang seharusnya
akan diukur.
Factorial validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur
dengan faktor-faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau
ukuran-ukuran perilaku lainnya. Validitas ini biasanya diperoleh
dengan menggunakan teknik analisis faktor.
Empirical validity adalah validitas empiris yang berkaitan dengan
hubungan antara skor dengan suatu kriteria, dimana kriteria itu adalah
merupakan ukuran yang bebas dan langsung berhubungan dengan
apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
Intrinsic validity adalah validitas yang berkaitan dengan penggunaan
teknik uji coba untuk memperoleh fakta kuantitatif dan objektif untuk.
Teknik uji coba itu yang dilakukan untuk mendukung bahwa instrumen
yang digunakan sebagai alat ukur adalah benar-benar mengukur apa
yang seharusnya diukur.
Predictive validity adalah validitas perkiraan yang berkenaan dengan
hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja atau seseorang
di masa mendatang berdasarkan pengukuran awal. Validitas prediksi
adalah validitas instrumen yang diharapkan bisa memiliki hubungan
dengan hasil yang diharapkan dari instrumen yang dibuat. Misalnya
instrumen yang ditujukan terhadap mahasiswa baru. Bila jawaban
responden (mahasiswa baru) memiliki hubungan dengan prestasi
belajar mahasiswa ketika mengikuti kuliah mulai dari semester awal
sampai semester akhir, berarti instrumen itu memiliki validitas prediksi
yang tinggi. Sebaliknya jika instrumen yang dibuat dan ditujukan
terhadap mahasiswa baru itu tidak memilii bubungan dengan prestasi
belajar mahasiswa mulai dari semester awal hingga semester akhir,
berarti instrumen itu meiliki validitas prediksi yang rendah.
Content validity adalah validitas yang berkaitan dengan baik atau
buruknya sampel yang diambil dari populasi.
Curricular validity adalah validitas yang ditentukan oleh bagaimana
cara peneliti menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh
pengukuran yang dilakukan ituadalah merupakan alat ukur yang
benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan
instruksional. Masri, 2006, validitas terbagi dalam beberapa kriteria
antara lain, validitas konstruk, validitas isi, dan validitas prediksi.
Validitas isi adalah validitas instrumen yang memiliki kandungan isi
butir-butir item pertanyaan yang dibuat sesuai dengan topik penelitian
dan bisa menggali jawaban responden sesuai dengan permasalahan
yang sudah dirumuskan oleh peneliti.
Validitas konstruk adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas
dalam aspek psikologis tentang apa yang diukur oleh suatu
pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu itu
bisa menyebabkan kinerja dan hasil yang baik dalam pengukuran.
Validitas prediksi adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan
antara skor suatu alat ukur yang sudah dilakukan pada periode awal
terhadap seseorang dengan kinerja seseorang pada waktu yang akan
datang. Validitas ini biasanya dilakuklan ketika adavrekruitmen siswa
atau pegawai lembaga tertentu.
C. Penutup
Bila dikaji secara umum, persyaratan minimal yang lazim dimiliki oleh
instrumen yang dibuat adalah alat ukurnya harus memiliki minimal dua
keunggulan, yakni validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas
lazim diperlukan bila instrumen yang dibuat merupakan instrumen
baru dan belum pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu.
Karena biasanya instrumen baru secara umum belum memiliki
validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diujikan jika
instrumen baru itu masih belum memiliki validitas dan reliabilitas yang
belum terukur. Dengan demikian, jika alat ukur yang digunakan
mampu memberikan informasi yang sesungguhnya tentang apa yang
kita inginkan untuk diukur dinamakan valid. Atau dengan kata lain,
instrumen yang dipakai dalam penelitian memiliki validitas yang baik.
Misalnya saja jika dalam suatu kesempatan kita ingin mengetahui
tentang panjang dan lebar meja pingpong. Menghadapi persoalan
demikian, meteran merupakan salah satu alat ukur pilihan yang
memiliki validitas yang baik. Karena dengan alat ini, kita akan
memperoleh informasi yang benar tentang panjang dan lebar meja
pingpong berdasarkan alat ukur yang memiliki validitas. Dalam hal
lain, kita bisa juga mengukur panjang dan lebar meja pingpong dengan
bentangan tangan, atau, tinggi badan yang digunakan untuk
mengukur dan digunakan untuk mengukur ketinggian benda. Meskipun
alat ukur bentangan tangan dan tinggi badan untuk mengukur
panjang, lebar, dan ketinggian benda merupakan alat ukur yang tidak
lazim, serta memiliki validitas yang bisa diragukan. Akan tetapi, kita
tidak bisa menggunakan timbangan untuk mengukur ketinggian
benda. Atau kita tidak bisa menggunakan meteran untuk mengukur
berat benda. Meteran merupakan alat ukur yang memiliki validitas
tinggi bila digunakan untuk mengukur, panjang dan lebar benda, akan
tetapi merupakan alat ukur yang memiliki validitas rendah jika
digunakan untuk mengukur berat benda.
.
.
.
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
.
.
.
UJI VALIDITAS DALAM OPINI
A. Pendahuluan
Penggunaan statistik parametrik sebagai alat analisis yang digunakan
mahasiswa, lazimnya digunakan untuk memperlakukan data interval
dan ratio. Statistik parametrik ini, selain memiliki kajian yang lebih
kuat, akan tetapi juga bisa memberikan nilai harapan dalam
kesimpulan secara numerik. Selain itu, statistik parametrik juga bisa
digunakan untuk memprediksi. Akan tetapi, belakangan ini relatif
ramai dibicarakan tentang penggunaan statistik non parametrik
sebagai salah satu alternatif alat analisis dalam penelitian mahasiswa.
Statistik parametrik, selain memerlukan persyaratan khusus, yakni
harus memenuhi kriteria normalitas data, akan tetapi lazim digunakan
jika data yang dianalisis adalah data interval atau ratio. Secara teori,
statistik parametrik memiliki kajian yang lebih kuat dibandingkan
dengan statistik non parametrik. Statistik non parametrik, lazim
digunakan meskipun data yang dianalisis tidak berdistribusi normal.
Statistik non parametrik ini hanya mengukur distribusi. Selain itu,
statistik non parametrik, hanya memerlukan perhitungan yang relatif
sederhana. Penggunaan statistik non parametrik dalam penelitian
mahasiswa, lebih banyak menggunakan instrumen penelitian alat ukur
untuk memperoleh data.
B. Pembahasan
Kajian tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur itu tentu saja
memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam pembuatannya. Karena
dari instrumen itu akan memberikan jawaban kepada kita tentang
data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang baik, hanya
akan diperoleh dengan instrumen atau alat ukur yang baik. Data yang
valid karena memiliki validitas dan reliabel karena memiliki reliabilitas,
hanya akan diberikan oleh intrumen yang valid dan reliabel. untuk
memperolah instrumen yang valid dan reliabel itu diantaranya adalah
harus melalui mekanisme pengujian secara statistik dengan benar.
Beberapa alasan tentang perlu tidaknya pengujian secara statistik
tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian
akan dibahas secara sederhana dalam tulisan ini. Alasan pertama
adalah peluang terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh satu
peubah bebas X, yakni kesalahan yang terjadi karena instrumen yang
tidak valid dan reliabel. Instrumen tidak memberikan informasi yang
benar bagi responden sehingga menimbulkan keraguan dalam
menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Sedangkan alasan
kedua adalah kesalahan yang terjadi dalam diri responden. Instrumen
sudah baik, valid dan reliabel. Akan tetapi jawaban yang diberikan pleh
responden merupakan jawaban yang asal jadi, asal menjawab, dan
bahkan secara sengaja tidak bersedia memberikan jawaban apa yang
seharusnya di jawab.
Menurut Sambas (2006), terdapat dua pendapat tentang perlu
tidaknya digunakan uji t dalam uji validitas dan reliabilitas dengan
menggunakan statistika. Pendapat pertama menyebutkan bahwa
untuk menguji validitas an reliabilitas tidak perlu digunakan uji t, tetapi
cukup dengan menghitung nilai r, kemudian nilai r yang sudah
diperoleh itu dibandingkan dengan nilai tabel r untuk mengetahui valid
atau tidaknya instrumen yang sudah dibuat. Sementara pendapat
kedua menyebutkan, setelah menghitung nilai r, harus dilanjutkan
dengan uji t, kemudian membandingkannya dengan nilai r tabel untuk
mengetahui valid atau tidaknya instrumen. Berkaitan dengan adanya
perbedaan pendapat tentang perlu tidaknya digunakan uji t dalam uji
validitas dan reliabilitas, maka perlu ditegaskan disini, bahwa kedua
pendapat di atas adalah benar. Artinya penggunaan uji r dan uji t
dalam pengujian validitas dan reliabilitas dalam pengukuran alat ukur
lazim digunakan dalam penelitian. Namun demikian ada syarat yang
perlu dipenuhi oleh keduanya. Pertama, pengujian validitas cukup
menggunakan nilai keofisien korelasi apabila responden yang
dilibatkan dalam pengujian validitas adalah populasi. Artinya,
keputusan valid tidaknya item instrumen, cukup membandingkan nilai
r hitung dengan nilai tabel r. Kedua, pengujian validitas perlu
menggunakan uji t apabila responden yang dilibatkan dalam pengujian
validitas adalah sampel. Artinya, keputusan valid atau tidaknya item
instrumen, tidak bisa dilakukan hanya dengan membandingkan nilai r
hitung dengan nilai r tabel, tetapi harus dengan membandingkan nilai t
hitung dengan nilai t tabel.
C. Penutup
Dalam hal ini dapat dijelaskan, bahwa pengujian validitas/relibilitas
dengan sensus (populasi) tidak diperlukan generalisasi atau penarikan
kesimpulan yang bersifat umum, karena seluruh anggota populasi
dilibatkan dalam penelitian sehingga kesimpulan yang dibuat berlaku
untuk populasi itu sendiri. Sementara dalam pengujian
validitas/reliabilitas dengan sampel, generalisasi diperlukan, karena
tidak semua anggota populasi dilibatkan sebagai responden, oleh
karena itu generalisasi harus dilakukan, apabbila tidak dilakukan
generalisasi maka kesimpulan yang dibuat hanya untuk anggota
sampel yang terlibat langsung sebagai responden, tidak untuk
populasi. Dalam metode statistika, kegiatan untuk membuat
generalisasi dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik
tertentu. Dengan demikian, pengujian statistik ini merupakan
pengujian terhadap karakteristik dsampel agar dapat diambil
kesimpulan yang bersifat umum dalam hal ini dianggap mewakili
seluruh keberadaan/karakterisrik/ apa yang terjadi dalam populasi.
.
.
.
&&&&&&&&&&
.
.
.
UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS
DALAM ANALISIS STATISTIK PARAMETRIK dan NONPARAMETRIK
A. Pendahuluan
Secara umum, penggunaan analisis statistik parametrik dalam
penelitian mahasiswa sering digunakan untuk memperlakukan data
interval dan ratio. Penggunaan analisis statistik parametrik itu bukan
tanpa alasan, akan tetapi tanpa melanggar kelaziman, statistik
parametrik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
statistik non parametrik. Statistik parametrik bisa digunakan untuk
memprediksi secara numerik, sedangkan prediksi yang digunakan oleh
statistik non parametrik, akan mengalami kesulitan secara numerik.
Karena sejak awal, data yang digunakan oleh statstik non parametrik
adalah data kualitatif. Pemberian simbol numerik dalam statistrik non
parametrik, hanya digunakan untuk mempermudah perhitungan
secara matematis. Namun belakangan ini relatif ramai dibicarakan
tentang penggunaan statistik non parametrik dalam penelitian
mahasiswa. Statistik parametrik, selain memerlukan persyaratan
minimal, yakni harus memenuhi kriteria normalitas data, akan tetapi
lazim digunakan jika data yang dianalisis adalah data interval atau
ratio. Secara teoritis, statistik parametrik memiliki kajian yang lebih
kuat dibandingkan dengan statistik non parametrik. Statistik
parametrik memiliki keunggulan secara numerik karena data yang
dianalisis adalah data numerik. Sedangkan statistik non parametrik,
memang lazim digunakan meskipun datanya tidak berdistribusi
normal. Selain itu, statistik non parametrik hanya mengukur distribusi.
Statistik non parametrik juga hanya memerlukan perhitungan-
perhitungan yang relatif sederhana.
B. Pembahasan
Penggunaan statistik non parametrik dalam penelitian mahasiswa,
lebih banyak menggunakan instrumen penelitian untuk memperoleh
data. Kajian tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur itu tentu
saja memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam pembuatannya.
Karena dari instrumen itu akan memberikan jawaban kepada kita
tentang data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang baik,
hanya akan diperoleh dengan instrumen yang baik. Data yang valid
(validitas) dan reliabel (reliabilitas), hanya akan diberikan oleh
intrumen yang valid dan reliabel. untuk memperolah instrumen yang
valid dan reliabel tentu saja harus melalui mekanisme pengujian
secara statistik dengan benar.
Beberapa alasan tentang perlu tidaknya pengujian secara statistik
tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian,
akan dibahas secara sederhana dalam tulisan ini. Alasan pertama
adalah peluang terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh satu
peubah bebas X, yakni kesalahan yang terjadi karena instrumen yang
tidak valid dan reliabel atau dengan kata lain, alat ukurnya tidak
memiliki validitas dan reliabilitas. Instrumen tidak memberikan
informasi yang benar bagi responden sehingga menimbulkan keraguan
dalam menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Dalam kontek
ini, kesalahan ada dalam instrumen. Instrumen tidak mencerminkan
apa yang akan diukur. Sedangkan alasan kedua, adalah kesalahan
yang terjadi dalam diri responden. Instrumen sudah baik, valid dan
reliabel. Akan tetapi jawaban yang diberikan responden merupakan
jawababan yang asal jadi, asal menjawab, asal-asalan, ada rasa takut,
cemas, dan bahkan secara sengaja tidak bersedia memberikan
jawaban apa yang seharusnya di jawab.
Berkaitan dengan beberapa opini tentang perlu tidaknya dilakukan
pengujian validitas dan reliabilitas dengan menggunakajn uji t,
pendapat pertama menyebutkan bahwa, uji t tidak perlu dilakukan.
Pengujian validitas dan reliabilitas cukup dilakukan dengan
menghitung nilai r. Setelah nilai r diperoleh, kemudian nilai r itu
dibandingkan dengan nilai r tabel untuk mengetahui valid (validitas)
atau reliabel (reliabilitas) tidaknya instrumen yang dibuat. Tetapi
pendapat kedua mengatakan bahwa setelah menghitung nilai r, nilai r
itu harus dilanjutkan dengan uji t. Artinya, nilai t yang sudah diperoleh
kemudian dibandingkan dengan nilai dalam tabel t untuk mengetahui
valid (validitas) dan reliabel (reliabilitas) atau tidaknya instrumen yang
sudah disusun.
Dari beberapa pendapat tentang perbedaan opini perlu atau tidaknya
penggunaan uji t bagi instrumen untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas sebagai alat ukur, menurut hemat kami perbedaan
pendapat tersebut, yakni pendapat pertama dan pendapat kedua,
bahwa kedua pendapat di atas adalah benar adanya. masing-masing
pendapat tentu saja memiliki beberapa alasan yang cukup. Namun
demikian ada persyaratan minimal yang perlu dipenuhi oleh keduanya.
Pengujian validitas cukup menggunakan nilai keofisien korelasi apabila
responden yang terlibat dalam pengujian validitas adalah seluruh
populasi. Keputusan valid (validitas) tidaknya item instrumen sebagai
alat ukur, hanya dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung
dengan nilai r tabel. Sedangan pengujian validitas instrumen perlu
menggunakan uji t apabila responden yang terlibat di dalam pengujian
validitas adalah sampel. Atau dengan kata lain, keputusan valid
(validitas) dan reliabel (reliabilitas) atau tidaknya item instrumen, tidak
bisa dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel, akan
tetapi harus dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai t
hitung dengan nilai t tabel.
C. Penutup
Validitas dan relibilitas instrumen yang dilakukan terhadap aksi sensus
(populasi) tidak memerlukan generalisasi atau penarikan kesimpulan
yang bersifat umum. Dalam buku teks statistika, generalisasi hanya
diperlukan bila objek penelitian dilakukan terhadap sampel. Sedangkan
bila seluruh anggota populasi sebagai objek dilibatkan dalam
penelitian, maka generalisasri dan pengujian statistik dengan
menggunakan uji t tidak perlu dilakukan. Kesimpulan yang dibuat
berlaku untuk populasi itu sendiri. Sementara dalam pengujian
validitas dan reliabilitas dengan sampel, generalisasi diperlukan,
karena tidak semua anggota populasi dilibatkan sebagai responden,
oleh karena itu generalisasi harus dilakukan. Dan bila tidak dilakukan
generalisasi maka kesimpulan yang dibuat hanya berlaku untuk
anggota sampel yang terlibat langsung sebagai responden, tidak untuk
populasi. Dalam metode statistika, perlakuan untuk membuat
generalisasi dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik
tertentu. Artinya pengujian statistik ini merupakan pengujian terhadap
karakteristik sampel agar dapat diambil kesimpulan yang bersifat
umum. Sesuatu hal yang terjadi di dalam sampel dianggap bisa
mewakili seluruh keberadaan/karakterisrik/apa yang terjadi dalam
populasi. Atau dengan kata lain kesimpulan dalam sampel bisa
digeneralisasikan ke populasi.
&&&
.
.
Penggunaan Uji t dan Uji r dalam Validitas
A. Pendahuluan
Alat analisis yang dilakukan mahasiswa dalam memperlakukan data
interval dan ratio, lazimnya adalah statistik parametrik. Statistik
parametrik merupakan data numerik. Meskipun demikian, belakangan
ini relatif ramai dibicarakan tentang penggunaan statistik non
parametrik sebagai salah satu alternatif alat analisis dalam penelitian
mahasiswa. Statistik parametrik, selain memerlukan persyaratan
khusus, yakni harus memenuhi kriteria normalitas data, akan tetapi
lazim digunakan jika data yang dianalisis adalah data interval atau
ratio. Secara teori, statistik parametrik memiliki kajian yang lebih kuat
dibandingkan dengan statistik non parametrik. Statistik non
parametrik, lazim digunakan meskipun data yang dianalisis tidak
berdistribusi normal. Statistik non parametrik ini hanya mengukur
distribusi. Selain itu, statistik non parametrik, hanya memerlukan
perhitungan yang relatif sederhana. Penggunaan statistik non
parametrik dalam penelitian mahasiswa, lebih banyak menggunakan
instrumen penelitian alat ukur untuk memperoleh data.
B. Pembahasan
Kajian tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur itu tentu saja
memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam pembuatannya. Karena
dari instrumen itu akan memberikan jawaban kepada kita tentang
data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang baik, hanya
akan diperoleh dengan instrumen atau alat ukur yang baik. Data yang
valid karena memiliki validitas dan reliabel karena memiliki reliabilitas,
hanya akan diberikan oleh intrumen yang valid dan reliabel. untuk
memperolah instrumen yang valid dan reliabel itu diantaranya adalah
harus melalui mekanisme pengujian secara statistik dengan benar.
Beberapa alasan tentang perlu tidaknya pengujian secara statistik
tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian
akan dibahas secara sederhana dalam tulisan ini. Alasan pertama
adalah peluang terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh satu
peubah bebas X, yakni kesalahan yang terjadi karena instrumen yang
tidak valid dan reliabel. Instrumen tidak memberikan informasi yang
benar bagi responden sehingga menimbulkan keraguan dalam
menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Sedangkan alasan
kedua adalah kesalahan yang terjadi dalam diri responden. Instrumen
sudah baik, valid dan reliabel. Akan tetapi jawaban yang diberikan pleh
responden merupakan jawaban yang asal jadi, asal menjawab, dan
bahkan secara sengaja tidak bersedia memberikan jawaban apa yang
seharusnya di jawab. Menurut Sambas (2006), terdapat dua pendapat
tentang perlu tidaknya digunakan uji t dalam uji validitas dan
reliabilitas dengan menggunakan statistika. Pendapat pertama
menyebutkan bahwa untuk menguji validitas an reliabilitas tidak perlu
digunakan uji t, tetapi cukup dengan menghitung nilai r, kemudian nilai
r yang sudah diperoleh itu dibandingkan dengan nilai tabel r untuk
mengetahui valid atau tidaknya instrumen yang sudah dibuat.
Sementara pendapat kedua menyebutkan, setelah menghitung nilai r,
harus dilanjutkan dengan uji t, kemudian membandingkannya dengan
nilai r tabel untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen. Berkaitan
dengan adanya perbedaan pendapat tentang perlu tidaknya digunakan
uji t dalam uji validitas dan reliabilitas, maka perlu ditegaskan disini,
bahwa kedua pendapat di atas adalah benar. Artinya penggunaan uji r
dan uji t dalam pengujian validitas dan reliabilitas dalam pengukuran
alat ukur lazim digunakan dalam penelitian. Namun demikian ada
syarat yang perlu dipenuhi oleh keduanya. Pertama, pengujian
validitas cukup menggunakan nilai keofisien korelasi apabila
responden yang dilibatkan dalam pengujian validitas adalah populasi.
Artinya, keputusan valid tidaknya item instrumen, cukup
membandingkan nilai r hitung dengan nilai tabel r. Kedua, pengujian
validitas perlu menggunakan uji t apabila responden yang dilibatkan
dalam pengujian validitas adalah sampel. Artinya, keputusan valid atau
tidaknya item instrumen, tidak bisa dilakukan hanya dengan
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel, tetapi harus dengan
membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel.
C. Penutup
Dalam hal ini dapat dijelaskan, bahwa pengujian validitas/relibilitas
dengan sensus (populasi) tidak diperlukan generalisasi atau penarikan
kesimpulan yang bersifat umum, karena seluruh anggota populasi
dilibatkan dalam penelitian sehingga kesimpulan yang dibuat berlaku
untuk populasi itu sendiri. Sementara dalam pengujian
validitas/reliabilitas dengan sampel, generalisasi diperlukan, karena
tidak semua anggota populasi dilibatkan sebagai responden, oleh
karena itu generalisasi harus dilakukan, apabbila tidak dilakukan
generalisasi maka kesimpulan yang dibuat hanya untuk anggota
sampel yang terlibat langsung sebagai responden, tidak untuk
populasi. Dalam metode statistika, kegiatan untuk membuat
generalisasi dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik
tertentu. Dengan demikian pengujian statistik ini merupakan pengujian
terhadap karakteristik dsampel agar dapat diambil kesimpulan yang
bersifat umum dalam hal ini dianggap mewakili seluruh
keberadaan/karakterisrik/ apa yang terjadi dalam populasi.