19
UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN TANAMAN DENGAN PRODUKSI SENYAWA BIOAKTIF ASIATIKOSIDA PEGAGAN ABSTRAK Aplikasi pemupukan yang efisien dan rasional diperlukan guna menghasilkan produksi terna dengan kandungan bahan aktif yang tinggi. Penentuan jaringan daun yang tepat sebagai bahan diagnostik status hara N, P, dan K guna menetapkan kebutuhan pupuk yang efisien bagi tanaman sangat diperlukan. Untuk itu telah dilakukan penelitian yang menggunakan model korelasi linier sederhana yang dilanjutkan dengan uji korelasi. Penelitian ini dilakukan pada tanaman pegagan aksesi Boyolali di KP. Gunung Putri, Cipanas, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) pada bulan Mei sampai Nopember 2008 dengan jenis tanah Andisol yang berada pada ketinggian tempat 1500 m dari permukaan laut (dpl). Hasil uji korelasi jaringan daun yang paling tepat sebagai bahan diagnosis status hara bagi produksi terna kering dan senyawa bioaktif asiatikosida pada tanaman pegagan adalah umur 5 bulan setelah tanam (BST) pada posisi daun ke-1 untuk analisis hara N, P, dan K. Kandungan senyawa asiatikosida pada daun tua (1.92 % pada umur 6 BST) lebih tinggi dari pada daun muda (1.05 % pada umur 3 BST). Kata kunci: Pegagan, hara, daun sampel, asiatikosida CORRELATION TEST OF N,P,K NUTRIENS CONCENTRATIONS IN PLANT’S TISSUE WITH THE PRODUCTION OF ASIATICOSIDE BIOACTIVE ON ASIATIC PENNYWORT ABSTRACT Application of efficient and rational fertilizing techniques are needed to increase the production of dry asiatic with high active ingredient compound. The aim of this research is to assess sufficiency of N, P, and K nutrients on Centella asiatica, based on leaf nutrient status and crop nutrient requirements. The research was undertaken in Gunung Putri Research Station Balittro from May to November 2008, at elevation of 1500 m above sea level. The material used was Boyolali accession, planted on Andisol soil. Linier correlation design was used in this study. The results of this study showed that leaf sampling for N, P and K nutrients measured were recommended to be conducted at 5 MAP (months after planting) on leaf position number -1. Asiaticoside content within the older leaves (1.92 % at 6 MAP) was higher than those in the younger leaves (1.05 % at 3 MAP). Key words: Asiatic pennywort, nutrien, leaf sampling, asaticoside

UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN TANAMAN DENGAN PRODUKSI SENYAWA BIOAKTIF

ASIATIKOSIDA PEGAGAN

ABSTRAK

Aplikasi pemupukan yang efisien dan rasional diperlukan guna

menghasilkan produksi terna dengan kandungan bahan aktif yang tinggi. Penentuan jaringan daun yang tepat sebagai bahan diagnostik status hara N, P, dan K guna menetapkan kebutuhan pupuk yang efisien bagi tanaman sangat diperlukan. Untuk itu telah dilakukan penelitian yang menggunakan model korelasi linier sederhana yang dilanjutkan dengan uji korelasi. Penelitian ini dilakukan pada tanaman pegagan aksesi Boyolali di KP. Gunung Putri, Cipanas, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) pada bulan Mei sampai Nopember 2008 dengan jenis tanah Andisol yang berada pada ketinggian tempat 1500 m dari permukaan laut (dpl). Hasil uji korelasi jaringan daun yang paling tepat sebagai bahan diagnosis status hara bagi produksi terna kering dan senyawa bioaktif asiatikosida pada tanaman pegagan adalah umur 5 bulan setelah tanam (BST) pada posisi daun ke-1 untuk analisis hara N, P, dan K. Kandungan senyawa asiatikosida pada daun tua (1.92 % pada umur 6 BST) lebih tinggi dari pada daun muda (1.05 % pada umur 3 BST).

Kata kunci: Pegagan, hara, daun sampel, asiatikosida

CORRELATION TEST OF N,P,K NUTRIENS CONCENTRATIONS

IN PLANT’S TISSUE WITH THE PRODUCTION OF ASIATICOSIDE BIOACTIVE ON ASIATIC PENNYWORT

ABSTRACT

Application of efficient and rational fertilizing techniques are needed to

increase the production of dry asiatic with high active ingredient compound. The aim of this research is to assess sufficiency of N, P, and K nutrients on Centella asiatica, based on leaf nutrient status and crop nutrient requirements. The research was undertaken in Gunung Putri Research Station Balittro from May to November 2008, at elevation of 1500 m above sea level. The material used was Boyolali accession, planted on Andisol soil. Linier correlation design was used in this study. The results of this study showed that leaf sampling for N, P and K nutrients measured were recommended to be conducted at 5 MAP (months after planting) on leaf position number -1. Asiaticoside content within the older leaves (1.92 % at 6 MAP) was higher than those in the younger leaves (1.05 % at 3 MAP).

Key words: Asiatic pennywort, nutrien, leaf sampling, asaticoside

Page 2: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

30

PENDAHULUAN

Status hara dalam tanaman sebenarnya merupakan hasil interaksi dari

beberapa faktor yang terjadi selama pertumbuhan tanaman dengan tingkat

kesuburan tanah dan lingkungan tumbuh, hal ini menyangkut efisiensi serapan

dan translokasi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa hal dalam

pemupukan tanaman pegagan yaitu pemilihan jenis pupuk, takaran atau dosis,

cara dan waktu aplikasi. Kondisi unsur hara yang diperlukan oleh tanah tersebut

juga perlu diketahui. Dosis pemupukan dapat diketahui dengan beberapa cara

diantaranya adalah menganalisis tanah, memperhatikan tanda-tanda yang

diperlihatkan oleh tanaman, analisis tanaman dan melakukan percobaan

pemupukan. Tindakan melakukan percobaan pemupukan adalah cara yang paling

banyak digunakan oleh peneliti untuk menguji ketepatan dosis suatu pupuk.

Manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan

tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Agustin (1990)

menyatakan bahwa hubungan dosis pupuk dengan hasil tanaman mengikuti pola

kuadratik, artinya pemberian pupuk tertentu dapat meningkatkan hasil tanaman

sebaliknya dosis yang berlebihan akan mengakibatkan menurunnya hasil tanaman.

Tujuan penelitian adalah untuk: (1) menentukan umur dan bagian jaringan daun

yang tepat sebagai alat diagnosa hara N, P, K serta mendapatkan data kandungan

senyawa bioaktif asiatikosida pada umur dan bagian jaringan tanaman pegagan,

dan (2) mengetahui informasi hubungan konsentrasi hara N, P, K di jaringan daun

dengan hasil terna dan senyawa bioaktif asitikosida pegagan.

Perbedaan metabolit yang terbentuk di dalam tanaman disebabkan karena

kemampuan diferensiasi sel tanaman dan reaksi kimia yang menyertainya antara

lain aktivitas enzim. Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan

senyawa kimia yang ada dalam organisme/tanaman (Darusman, 2003).

Kandungan kimia pegagan terbagi menjadi beberapa golongan, yakni asam

amino,flavonoid, terpenoid, dan minyak atsiri. Terpenoid, khususnya triterpenoid,

merupakan kandungan utama dalam pegagan, yang terdiri dari asiatikosida,

madekosida, brahmosida, dan brahminosida (glikosida saponin) asam madekasat

(Barnes et al. 2002). Bermacam-macam kandungan kimia dari daun pegagan,

Page 3: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

31

antara lain senyawa glikosida triterpenoid disebut asiatikosida yakni suatu

senyawa heteroside. Senyawa asiatikosida merupakan senyawa metabolit

sekunder yang termasuk dalam kelompok terpene adalah lemak yang disintesa

dari metabolit primer Acetyl CoA melalui lintasan Asam Mevalonat (MAP) atau

intermediet dasar glikolisis lewat lintasan Methylerythritol Phosphate (MEP).

Tiga molekul Acetyl CoA digabung untuk membentuk asam mevalonik. Senyawa

intermediet 6 karbon ini kemudian mengalami pyrophosphorilasi, karboxylasi dan

dehidrasi membentuk Isopentenyl pyrophosphate (IPP). IPP adalah senyawa

pembentuk (prekusor) blok 5 C terpene. IPP juga dapat dibentuk dari intermediet

glykolisis atau siklus reduksi karbon pada proses fotosintesa (Taiz dan Zeiger

2002). Menurut Agusta (2006) proses biosintesis melalui MAP lebih aktif terjadi

pada sitosol dan retikulum endoplasmid, sedangkan jalur biosintesis non

mevalonat (MEP) terjadi di plastida. Senyawa asiatikosida (C48H78O19) termasuk

dalam golongan glikosida triterpenoid yang struktur kerangka karbonnya berasal

dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30

asiklik (Vickery dan Vickery 1981; Maeda et al. 1994; James dan Dubery 2011).

Untuk meningkatkan produksi bioaktif asiatikosida yang merupakan hasil

dari proses metabolisme sekunder pada tanaman pegagan dibutuhkan nutrisi yang

cukup seperti unsur hara makro N, P, dan K. Unsur hara yang diserap tanaman

akan menentukan kualitas produk pertanian baik buah maupun terna, yang

meliputi kualitas luar dan kualitas dalam. Kualitas luar meliputi penampilan,

ukuran, warna dan keutuhan. Sedangkan kualitas dalam antara lain kandungan

protein, vitamin, lemak, karbohidrat, metabolit sekunder dan aroma (Wijaya

2008).

Peranan pupuk dalam budidaya tanaman biofarmaka sangat berpengaruh

terhadap kualitas produksi terna tanaman obat yang akan dipanen, bahkan untuk

pegagan efek farmakologis yang dikandungnya menjadi hilang atau memburuk

akibat pemupukan yang salah. Pemupukan NPK dikombinasikan dengan naungan

menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan kandungan

fitokimia (Musyarofah et al. 2007).

Jaringan tanaman yang digunakan untuk analisis hara dalam penelitian ini

adalah daun. Optimasi uji korelasi konsentrasi hara pada daun dengan produksi

Page 4: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

32

bertujuan untuk mendapatkan hubungan yang paling baik dari kadar suatu unsur

hara dalam daun sampel pada umur tertentu. Tujuan Percobaan adalah untuk

mendapatkan jaringan daun yang tepat sebagai bahan diagnosis status hara N, P,

dan K pada tanaman pegagan.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di KP. Gunung Putri, Cipanas, Kabupaten Cianjur,

BALITTRO pada bulan Mei sampai Nopember 2008. Jenis tanah pada lahan

penelitian adalah Andisol yang berada pada ketinggian tempat 1500 meter diatas

permukaan laut (dpl). Analisis kimia tanah, analisis pupuk, dan analisis

kandungan N, P, K pada jaringan daun akan dilakukan di Laboratorium Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat, Cimanggu, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bibit pegagan aksesi Boyolali koleksi Plasma

Nutfah Balittro dengan kandungan asiatikosida 0,94 % (Ghulamahdi et al. 2007),

polibag, pupuk Urea, SP 36, dan KCl serta bahan kimia untuk analisis kandungan

hara dan senyawa bioaktif asiatikosida. Peralatan yang digunakan terdiri dari

peralatan tanam, timbangan, jangka sorong, meteran, leaf area meter dan

peralatan laboratorium untuk analisis hara dan senyawa bioaktif asiatikosida.

Page 5: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

33

Metodologi Penelitian

Penelitian menggunakan model korelasi linier sederhana, setiap unit

percobaan diulang 6 kali, dengan jumlah tanaman 50 per unit percobaan.

Banyaknya tanaman yang digunakan 1.250 bibit tanaman yang seragam.

Pengamatan pada setiap unit percobaan dilakukan dengan cara menetapkan 6

tanaman sebagai contoh yang ditentukan dengan teknik Simple Random Sampling

yang merupakan cara pengambilan sampel dari populasi secara acak (Sugiyono

2009).

Aplikasi pupuk N dengan dosis 200 kg Urea/ha setara 1.08 g N/tanaman

dibagi menjadi tiga kali aplikasi yaitu pada saat tanam, 40 HST (hari setelah

tanam), dan 80 HST. Pemupukan P2O5 dilakukan pada saat tanam dengan dosis

400 kg SP36/ha atau setara 1.73 g P2O5/tanaman. Untuk pupuk K2O dibagi

menjadi dua kali aplikasi yaitu pada saat tanam dan pada umur tanaman 60 HST

dengan dosis 300 kg KCl/ha atau setara 2.16 g K2O /tanaman. Dosis pupuk N, P

dan K seragam untuk semua satuan unit percobaan.

Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan vegetatif meliputi panjang

tangkai daun, panjang tunas, jumlah daun, lebar daun, panjang stolon, dan

produksi berupa bobot kering terna daun, bobot basah tanaman, bobot kering

tanaman dan kandungan senyawa bioaktif asiatikosidanya, serta konsentrasi hara

N, P, K pada jaringan tanaman (daun). Data dianalisis dengan uji F, jika terdapat

perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji Duncan (Duncan News Multiple

Range Test) pada taraf nyata 5%. Perhitungan produksi bobot senyawa bioaktif

asiatikosida dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Bobot asiatikosida= bobot kering daun (g/tan) x kadar asiatikosida daun (%)

Uji korelasi sederhana dilakukan masing-masing antar peubah pengamatan

pada (a) kandungan hara (N, P, atau K) di daun pada umur tanaman 3, 4, 5, atau

6 BST dengan dengan produksi (yakni bobot kering daun dan bobot senyawa

asiatikosida); (b) kandungan hara (N, P, atau K) pada daun ke-1, ke-2, atau ke-3

dengan produksi. Model korelasi linear sederhana yang digunakan adalah:

Y = a + bX

Page 6: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

34

Sebagai teladan penerapan uji korelasi antara kandungan hara N daun ke-3

dengan produksi, sebagai berikut :

Y = Produksi kandungan asiatikosida yang dihasilkan dari terna pegagan (produksi) pada kandungan hara N daun ke-3.

a = harga Y ketika harga X = 0 (intercept).

b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen (Y) yang didasarkan pada perubahan variabel independen (X). Jika positip (+) arah garis naik, dan bila negatip (-) maka arah garis turun.

X = kandungan hara N daun ke-3.

Uji korelasi antar konsentrasi setiap hara (N, P, atau K) daun dengan hasil

(produksi terna atau senyawa bioaktif asiatikosida), bertujuan untuk mendapatkan

hubungan yang paling baik dari kadar suatu unsur hara dalam daun pada umur

tertentu dengan hasil yang dapat dijual. Korelasi antar kadar hara N, P atau K

daun yang terekstrak dengan produksi dilakukan dengan analisis korelasi linier

sederhana. Berdasarkan uji korelasi, maka konsentrasi hara N, P, K daun yang

mempunyai nilai korelasi positip tinggi dan paling konsisten diposisi daun pada

umur yang sama akan ditetapkan sebagai daun sampel untuk tanaman pegagan

yang merupakan bahan diagnostik penetapan kebutuhan pupuk untuk tanaman

pegagan. Analisis korelasi linier sederhana adalah sebagai berikut:

n∑Xi Yi – (∑Xi)( ∑Yi)

rxy = ------------------------------------------------------------ √[n∑ Xi

2 - (∑2][ n∑Yi2 - ( Yi)2]

Nilai korelasi (r) menunjukkan kekuatan hubungan linear yang berada pada

interval -1≤ r ≤ 1. Tanda – dan + menunjukkan tanda arah hubungan.

Page 7: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

35

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Bibit

Bibit yang akan digunakan diperoleh dengan cara perbanyakan tanaman

dengan stek stolon berakar. Pembibitan dilakukan di polibag di tempat yang

ternaungi selama 4 minggu.

Persiapan Lahan

Sebelum dilakukan penelitian ini, lahan yang akan ditanami dianalisis

tanahnya terlebih dahulu untuk mengetahui kadar hara N, P, dan K pada tanah

tersebut. Pengolahan tanah dilakukan satu hari sebelum tanam. Lahan dibersihkan

dari gulma lalu dicangkul dan dibagi ke dalam 25 petakan, setiap petakan tersebut

masing-masing berukuran 2 m x 3 m, jarak antar petakan 50 cm.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam sesuai dengan

ukuran polibag yang digunakan dalam kegiatan pembibitan. Jarak tanam yang

digunakan adalah 30 cm x 40 cm. Tanaman dibuat seragam dengan jumlah daun

maksimal 3 daun.

Pemupukan

Dosis pupuk N dalam bentuk 200 kg Urea/ ha atau setara 2.4 g urea/tan

diberikan dalam tiga kali aplikasi yaitu pada saat tanam, 40 HST, dan 80 HST.

Sedang P2O5 dilakukan pada saat tanam dengan dosis 400 kg SP-36/ha atau setara

4.8 g SP-36/tan. Selanjutnya pupuk K2O dibagi menjadi dua kali aplikasi yaitu

pada saat tanam dan pada umur tanaman 60 HST dengan dosis 300 kg KCl/ha

atau setara dengan 3.61 g KCl/tan.

Page 8: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

36

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman yang akan dilakukan meliputi kegiatan penyulaman,

penyiangan, dan penyiraman serta pemberantasan hama penyakit yang dilakukan

sesuai kondisi lapang.

Panen

Panen dilakukan untuk pengambilan contoh destruktif yaitu dengan

menggunakan kuadaran berukuran 1 m x 1 m untuk setiap unit percobaan.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada saat panen sesuai perlakuan terhadap enam

tanaman sampel yang kompetitif, pengamatan karakter morfologi dan agronomi

mengacu pada panduan deskriptor untuk tanaman pegagan (IPGRI), dengan

beberapa modifikasi. Karakter morfologi, agronomi dan kandungan fitokimia

yang diamati seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakter morfologi, agronomi dan kandungan fitokimia yang diamati

No. Karakter Morfologi, Agronomi dan Kandungan Fitokimia

Deskripsi

A. Daun 1. Jumlah daun tanaman induk

Peubah jumlah daun diamati dengan cara menghitung jumlah daun yang telah terbuka sempurna pada tanaman induk.

2. Luas Daun

Luas daun diukur dengan menggunakan alat automatic leaf area meter. Daun setelah dipanen dipisahkan antara helaian daun dengan tangkai daunnya kemudian helaian daun diukur luas daunnya dan kemudian dikonfersikan ke dalam Indeks Luas Daun (ILD).

B. Sulur (runner) 3. Panjang sulur Peubah panjang sulur dilakukan dengan

mengukur panjang sulur terpanjang yang muncul dari tanaman induk.

Page 9: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

37

Tabel 1 ( Lanjutan )

No. Karakter Morfologi, Agronomi dan Kandungan Fitokimia

Deskripsi

4. Jumlah anakan Jumlah anakan dilakukan dengan menghitung jumlah anakan yang terbentuk pada tanaman induk.

C. Akar 5. Bobot akar

Bobot akar dilakukan dengan menimbang akar induk dari tanaman induk setelah dilakukan penggalian akar secara hati-hati.

D. Hasil Terna/Produksi 6. Bobot basah biomassa

Bobot basah biomasa diperoleh dengan cara menimbang bobot basah panen ubinan (ukuran 1 m x 1 m), yang dilakukan pada akhir penelitian.

7. Bobot kering biomassa

Bobot kering biomassa diperoleh dengan cara menimbang hasil panen ubinan yang telah mengalami proses pengeringan dalam oven pada akhir penelitian.

9. Analisa kandungan asiatikosida pada jaringan tanaman

Sampel daun yang diambil adalah daun dewasa tertinggi pada 6 batang induk yang masing-masing diambil 5 helai daun pada umur 3 bulan setelah tanam (3 BST), 4 BST, 5 BST, dan 6 BST. Analisa kandungan asiatikosida pada jaringan daun tanaman yang ke-1, 2, dan 3 pada setiap petakan perlakuan.

Pengamatan faktor lingkungan tumbuh meliputi:

1. Pengambilan sampel tanah saat awal dan akhir penelitian pada setiap

perlakuan dilakukan dengan cara mengambil tanah dibawah tajuk tanaman

pegagan pada kedalaman 20 cm. Sampel tanah yang dianalisis sebanyak lima

contoh dan diambil dari setiap ulangan. Satu contoh terdiri dari campuran

tanah dari setiap petakan dalam ulangan yang sama.

2. Penentuan jenis tanah, dilakukan melalui pengamatan langsung di lapang dan

pemanfaatan data sekunder.

3. Suhu dan kelembaban, intensitas cahaya, Curah hujan harian selama

percobaan diambil dari stasiun mini klimatologi KP. Gunung Putri setempat.

Page 10: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

38

Prosedur pengujian kadar senyawa asiatikosida meliputi:

1. Persiapan contoh

Terna pegagan disortir dan dicuci sampai bersih, dikeringkan dengan blower

(suhu 400C selama 7 jam), terna pegagan kering digiling dan diayak dengan

menggunakan ayakan ukuran 40 mesh. Sebanyak 0,36 gram serbuk pegagan

(ukuran 40 mesh) ditambahkan 25 ml methanol p.a, dikocok di atas alat stirrer

plate selama 60 menit, cairan ekstrak tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 50

dan ampasnya diambil untuk diekstrak kembali sampai 3x masing-masing dengan

methanol p.a sebanyak 25 ml. Ekstrak-ekstrak dari ampas tersebut disatukan

dengan ekstrak pertama untuk dimasukkan ke dalam labu ukur yang sama

kemudian diencerkan dengan methanol p.a dan diimpitkan sampai tanda batas.

2. Penetapan contoh

Ekstrak disaring dengan menggunakan kertas saring Whattman no. 42

kemudian disaring kembali untuk kedua kalinya dengan kertas saring millipore

ukuran 0.2 μm. Disuntikkan ke dalam KCKT/HPLC sebanyak 20 μl dengan

menggunakan fase gerak Asetonitril (CH3CN): asam asetat (CH3COOH) 0.6%

(57: 43) dan kecepatan alir 1 ml/menit pada panjang gelombang 258 nm.

3. Penetapan Kadar Senyawa Asiatikosida

Standar senyawa asiatikosida sebanyak 0,0186 g, dimasukkan kedalam labu

ukur 100 ml, dan disuntikan sebanyak 20 μl dengan menggunakan fase gerak

asetonitril (CH3CN) : asam asetat (CH3OOH) 0.6% (57:43) dan kecepatan alir 1

ml/menit pada panjang gelombang 258 nm. Kondisi larutan standar tersebut

menghasilkan luas area 314713 dengan kisaran waktu retensi 4.01-4.15.

Pengukuran dilakukan di Laboratorium BALITTRO. Nilai luas area dan waktu

retensi standar senyawa asiatikosida dianggap tetap sepanjang penelitian, adapun

perhitungan kadar senyawa asiatikosida adalah sebagai berikut:

Page 11: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

39

[ ]sp ------- X [ ]stdlar. X fp [ ]std

Kadar asiatikosida = X 100 %

Bobot sp X 106

Keterangan:

[ ]sp : konsentrasi contoh [ ]std : konsentrasi standar [ ]stdlar. : konsentrasi larutan standar fp : faktor pengenceran

Bobot sp : bobot contoh (g)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Vegetatif

Pertumbuhan tanaman (panjang tangkai daun, jumlah daun, panjang tunas,

lebar daun dan panjang stolon) semakin meningkat dengan semakin bertambahnya

umur tanaman hingga 16 minggu setelah tanam (MST). Kondisi ini sejalan

dengan pengamatan pola pertumbuhan vegetatif tanaman pegagan yang dapat

membentuk cabang yang banyak pada stolonnya yang semakin memanjang. Pada

setiap cabang dapat membentuk tumbuhan baru hingga sangat rimbun serta

membentuk rumpun yang menutupi tanah. Setelah tanaman berumur 4 BST

pertumbuhan tanaman pegagan mulai melambat sehingga antara pertumbuhan 4

BST dengan 5 BST tidak berbeda nyata, kecuali panjang tangkai daun. Hal ini

disebabkan pada umur tersebut pertumbuhan tanaman pegagan mulai rapat,

sehingga terjadi peningkatan persaingan pertumbuhan antar tanaman baru yang

telah terbentuk dalam setiap rumpun. Keadaan ini yang menghambat

pertumbuhan vegetatif tanaman terutama pembentukan daun pegagan dalam

rumpun tersebut (Tabel 2).

Page 12: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

40

Tabel 2. Pengaruh umur tanaman terhadap pertumbuhan tanaman pegagan aksesi Boyolali di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl

Umur Tanaman

(BST)

Pertumbuhan Tanaman Panjang tangkai

(cm)

Jumlah Daun (helai)

panjang tunas (cm)

Lebar daun (cm)

panjang stolon (cm)

3 6.1 c 19.7 c 2.8 c 4.9 b 54.6 b

4 10.1 b 26.3 b 3.4a b 6.1 a 75.5 a

5 14.1 a 26.5 b 3.7 b 6.3 a 77.1 a

6 21.2 a 34.6 a 4.1 a 7.0 a 77.5 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

pada uji Duncan 5%. BST: Bulan setelah tanam

Pengaruh Umur Tanaman terhadap Kandungan Hara N, P, K pada Setiap Posisi Daun

Dua faktor utama yang menentukan status hara tanaman pada daun, yakni

umur dan posisi daun. Secara berurutan daun pada posisi ke-3 lebih tua umurnya

dari yang berada diposisi ke-2 dan ke-1. Pada tanaman pegagan posisi daun ke-1,

ke-2,dan ke-3 menunjukkan perbedaan konsentrasi N, P, dan K yang nyata seperti

terlihat pada Tabel 3, 4 dan 5. Umur daun perlu diperhatikan untuk daun sampel,

karena hal ini terkait dengan perubahan fungsi daun sebagai sink atau source.

Daun-daun muda berfungsi sebagai sink, sehingga harus mengimpor hara-hara

mineral dan fotosintat dari organ lain yang berfungsi sebagai source untuk

pertumbuhan dan perkembangan dalam jumlah yang banyak. Daun dewasa

berfungsi sebagai source sehingga dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan

mengekspor hara-hara mineral dan fotosintat ke organ - organ lain yang

membutuhkan (sink) (Marschner 1995).

Hara dalam tanah yang dapat diserap oleh tanaman hanya dalam bentuk

tertentu seperti NO3-, NH4

+, H2PO4-, HPO4

2-, dan K+. Selanjutnya hara tersebut

berperan dalam berbagai aktivitas metabolisme (Hanafiah 2004). Kondisi ini juga

terjadi pada tanaman pegagan yang diuji dalam percobaan ini, baik untuk status

hara N, P, maupun K pada daun (Tabel 3, 4, dan 5).

Page 13: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

41

Nitrogen (N)

Umur tanaman mempengaruhi konsentrasi kandungan N daun pada daun ke-

1, daun ke-2, dan daun ke-3. Pada posisi daun ke-1, nilai kandungan N tertinggi

diperoleh pada umur 3 bulan yang berbeda nyata dengan umur 6 bulan, karena

pada umur 6 bulan terjadi penurunan konsentrasi N daun secara drastis. Untuk

semua posisi daun terjadi penurunan konsentrasi N daunnya pada umur 6 BST.

Hal ini sejalan dengan pendapat Liferdi et al. (2005) yang menyatakan bahwa

perubahan hara pada daun tanaman disebabkan oleh perubahan fase pertumbuhan.

Hara daun mengalami penurunan pada fase trubus dan fase generatif. Pada fase

tersebut hara pada daun mengalami translokasi dari daun tua ke bagian organ yang

lebih muda atau untuk pembentukan buah, akibatnya konsentrasi hara pada daun

tua berkurang. Kandungan N daun ke-1 tidak berbeda nyata pada umur 3, 4, dan

5 BST, yang tertinggi adalah pada umur 3 BST yakni 3.78 % N namun tidak

berbeda nyata dengan kadar N pada umur 5 BST. Pada daun posisi ke-2 dan ke-3,

kandungan N daun tertinggi terjadi pada daun umur 5 BST, meskipun tidak

berbeda nyata dengan umur 4 BST. Sehingga nilai konsentrasi kandungan N daun

tertinggi terdapat pada posisi daun ke-2 yang berumur 5 BST yakni 3.87% N,

sedang untuk posisi daun ke-3 umur 5 BST sebesar 3.81 % N. Konsentrasi N

daun pada posisi daun ke-1 dan ke-2 maupun daun ke-3 terjadi penurunan (Tabel

3) .

Tabel 3 Pengaruh umur tanaman terhadap konsentrasi N pada daun ke-1, ke-2, atau ke-3 tanaman pegagan aksesi Boyolali di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl

Umur Tanaman (BST)

Konsentrasi N (%) Daun ke- 1 Daun ke- 2 Daun Ke- 3

3 3.78 a 3.51 a 3.02 b

4 3.64 a 3.78 a 3.42 b

5 3.67 a 3.87 a 3.81 a

6 2.77 b 2.71 b 2.81 c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata pada uji Duncan 5% BST: Bulan setelah tanam

Page 14: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

42

Fosfor (P)

Umur tanaman juga mempengaruhi kandungan P daun bahkan terjadi

perbedaan pengaruh yang nyata baik pada posisi daun ke-1, ke-2, maupun ke-3.

Penurunan kandungan P daun untuk ketiga posisi daun terjadi pula pada umur 6

bulan. Konsentrasi kandungan P tertinggi di posisi daun ke-1 terdapat pada umur

4 bulan yakni 0.26 % P, tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi P daun ke-

1 pada umur 5 bulan dan 3 bulan yakni 0.25 % P. Sedang untuk di posisi daun

ke-2 dan ke-3 konsentrasi P tertinggi terjadi pada umur 5 bulan yang masing-

masing secara berurutan sebesar 0.24 % P dan 0.22 % P.

Tabel 4 Pengaruh umur tanaman terhadap konsentrasi P pada daun ke-1 ke-2 atau ke-3 tanaman pegagan aksesi Boyolali di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl

Umur Tanaman (BST)

Konsentrasi P (%) Daun ke- 1 Daun ke- 2 Daun Ke- 3

3 0.25 a 0.20 b 0.20 a

4 0.26 a 0.23 a 0.21 a

5 0.25 a 0.24 a 0.22 a

6 0.21 b 0.19 b 0.16 b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata pada uji Duncan 5% BST: Bulan setelah tanam

Kalium (K)

Konsentrasi kandungan K daun pada posisi daun ke-1, ke-2 maupun ke-3

berbeda nyata pada setiap umur tanaman. Penurunan konsentrasi hara K pada

daun terjadi juga pada daun umur 6 bulan di posisi daun ke-1, ke-2 maupun ke-3.

Kandungan K daun tertinggi diperoleh pada umur 4 bulan di posisi daun ke -2 dan

ke-3 yakni masing-masing secara berurutan sebesar 4.23 % K dan 4.18 % K.

Pada posisi daun ke 2 konsentrasi K daun tertinggi terjadi pada umur daun 5 BST

yakni sebesar 4.24 % K yang berbeda nyata dengan daun ke-2 umur 3, 4, dan 6

BST (Tabel 5).

Page 15: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

43

Tabel 5 Pengaruh umur tanaman terhadap konsentrasi K pada daun ke-1, ke-2, atau ke-3 tanaman pegagan aksesi Boyolali di KP. Gunung Putri,Cipanas, 1500 m dpl

Umur Tanaman (BST)

Konsentrasi K (%) Daun ke- 1 Daun ke- 2 Daun Ke- 3

3 3.44 b 3.09 b 3.16 b

4 4.23 a 3.32 b 4.18 a

5 3.27 b 4.24 a 3.30 b

6 3.17 b 2.83 c 2.48 c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

pada uji Duncan 5% BST: Bulan setelah tanam

Pengaruh Umur Tanaman terhadap Produksi

Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua komponen produksi berupa

bobot segar tanaman, bobot terna kering tanaman dan kandungan senyawa

bioaktif asiatikosida semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya umur

tanaman hingga 5 BST. Namun pada umur 6 BST, terjadi penurunan hasil kecuali

bobot segar tanaman yang banyak mengandung stolon dan akar. Untuk

komponen hasil yang dapat dipasarkan dari tanaman pegagan yakni bobot kering

daun dan produksi bioaktif senyawa asiatikosida tertinggi terjadi pada umur 5

BST. Umur tanaman berpengaruh nyata terhadap konsentrasi K daun pada ke tiga

posisi daun (Tabel 6). Tingkat kualitas dan kuantitas produksi terna suatu tanaman

sangat ditentukan oleh frekuensi dan waktu panen (Wibowo 1990). Sehingga

waktu panen tanaman pegagan yang tepat didataran tinggi dengan jenis tanah

Andisol pada penelitian ini adalah pada umur 5 bulan.

Hasil analisis jaringan daun tanaman pegagan menunjukkan bahwa

kandungan senyawa asiatikosida semakin meningkat dengan semakin

meningkatnya umur tanaman (Tabel 6). Kondisi ini menunjukkan bahwa

kandungan asiatikosida daun masih meningkat linier sampai umur 6 BST,

meskipun produksi asiatikosidanya telah menurun pada umur 6 BST

dibandingkan 5 BST. Produksi bobot senyawa asiatikosida merupakan hasil

perkalian antara bobot kering daun dengan kadar senyawa asiatikosida daun

sampel.

Page 16: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

44

Tabel 6 Pengaruh umur tanaman terhadap produksi bobot kering daun, bobot segar dan kering tanaman, serta bobot senyawa bioaktif asiatikosida tanaman pegagan yang ditanam di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl

Umur Tanaman

(BST)

Produksi Kandungan senyawa

asiatikosida (%)

Bobot kering daun

(g/tan)

Bobot segar

tanaman (g/tan)

Bobot kering

tanaman (g/tan)

Bobot senyawa

asiatikosida (g/tan)

3 3.28 c 58.12 c 7.70 c 0.034 b 1.05

4 9.65 ab 160.92 b 22.99 b 0.124 a 1.29

5 11.93 a 169.94 b 35.49 a 0.173 a 1.45

6 8.43 b 288.92 a 32.06 a 0.163 a 1.92 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

pada uji Duncan 5% BST: Bulan setelah tanam

Meskipun kadar senyawa asiatikosida sampel daun pada tanaman pegagan umur 6

BST lebih tinggi dari pada yang berumur 5 BST, namun jumlah produksi bobot

kering daun pada 5BST yakni 11.93 g/tan adalah lebih tinggi dan berbeda nyata

dengan produksi pada 6 BST yakni 8.43 g/tan. Sehingga produksi bobot

asiatikosida pada umur 5 BST sebesar 0.173 g/tan menjadi lebih tinggi meskipun

tidak berbeda nyata dibandingkan dengan produksi bobot senyawa asiatikosida

pada umur 6 BST yakni sebanyak 0.163 g/tan (Tabel 6). Hasil percobaan dan

uraian diatas, maka terlihat bahwa waktu panen yang tepat didataran tinggi (pada

tanah Andisol) adalah pada umur 5 bulan. Hal ini didasarkan pada umur 5 bulan

menghasilkan produksi bobot terna kering dan bioaktif senyawa asiatikosida

tertinggi dibandingkan umur 3, 4, dan 6 bulan (Tabel 6).

Page 17: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

45

Tabel 7 Pengaruh posisi daun terhadap kandungan asiatikosida tanaman pegagan yang ditanam di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl.

Posisi Daun Kandungan Asiatikosida (%)

Daun ke-1 1.09

Daun ke-2 1.17

Daun ke-3 1.25

Berdasarkan posisi daun, kandungan asiatikosida daun tua lebih tinggi

dibandingkan daun muda. Secara berurutan umur jaringan daun pada posisi daun

ke-3 adalah lebih tua dari daun ke-2, maupun daun ke-1. Kandungan bioaktif

asiatikosida pada daun ke -3 lebih tinggi dibandingkan yang terdapat pada daun

ke-1 dan daun ke-2 (Tabel 7).

Korelasi Status Hara N, P, K Daun Umur 3 - 6 Bulan dengan Produksi

Dalam penentuan sampel daun dengan posisi yang tepat untuk analisis

tanaman perlu memperhatikan nilai koefisien korelasi (r) antar kadar hara N, P,

dan K daun dengan produksi. Saat tanaman berumur 3 BST memberikan nilai

koefisien korelasi tinggi secara nyata antara konsentrasi N, P dan K daun dengan

bobot kering daun maupun terhadap bobot senyawa bioaktif asiatikosida, namun

nilai korelasinya masih lebih rendah dibandingkan yang diperoleh pada daun

umur 5 bulan. Nilai r yang tertinggi secara nyata dengan konsisten antara kadar

hara N, P dan K daun terhadap produksi bobot kering daun dan senyawa bioaktif

asiatikosida terjadi pada umur 5 BST (Tabel 8). Oleh karena itu bahan diagnostik

penetapan kebutuhan pupuk N sebagai bahan untuk analisis hara N, P, atau K

daun terbaik yang memenuhi persyaratan untuk tanaman pegagan adalah umur 5

bulan.

Page 18: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

46

Tabel 8 Korelasi (r) antar kandungan hara N, P, K daun pada umur 3, 4 ,5, 6 BST dengan produksi bobot kering daun atau bobot senyawa bioaktif asiatikosida tanaman pegagan yang ditanam di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl.

Umur Tanaman (BST)

Kandungan Hara

Bobot Kering Daun

Bobot Senyawa Bioaktif Asiatikosida

3

N P K

1* 0.99*

1*

0.54* 0.86* 0.99*

4

N P K

1* 1* 1*

0.24 0.24 0.25

5

N P K

1* 0.99*

1*

0.97* 0.97* 0.97*

6

N P K

0.99* 0.43* 9.99*

0.94* 0.95* 0.94

Keterangan: * = terdapat hubungan yang nyata

Tabel 9 Korelasi (r) antar kandungan hara N, P, K daun posisi ke -1, 2, 3 dengan produksi bobot kering daun atau bobot senyawa bioaktif asiatikosida tanaman pegagan yang ditanam di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl.

Posisi Daun

Kandungan Hara

Bobot Kering Daun

Bobot Bioaktif Asiatikosida

1

N P K

0.02 0.20 0.09

0.08 0.06

0.43*

2

N P K

0.05 0.23 0.05

0.18 0.05 0.10

3

N P K

0.22 0.19 0.05

0.01 -0.01 -0.01

Keterangan: * = terdapat hubungan yang nyata

Page 19: UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, K PADA JARINGAN ... · Kedua hal tersebut akan membedakan penggolongan senyawa kimia yang ada dalam ... dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

47

Berdasarkan posisi daun yang memberikan nilai korelasi yang tinggi secara

konsisten antara N, P, dan K daun terhadap produksi bobot kering daun dan bobot

senyawa asiatikosida diperoleh pada daun ke-1 (Tabel 9). Oleh karena itu bahan

diagnostik penetapan kebutuhan pupuk N, P, dan K sebagai bahan untuk analisis

hara N, P, atau K daun yang terbaik dilakukan pada posisi daun ke-1.

Secara umum melihat konsistensi dan keeratan korelasi antar status hara N,

P atau K daun dengan produksi terna kering dan bobot senyawa bioaktif

asiatikosida serta pertimbangan efisiensi aplikasinya, maka jaringan tanaman yang

terbaik untuk dijadikan bahan diagnostik penetapan kebutuhan pupuk N, P, dan K

adalah daun pada posisi ke-1 umur 5 BST. Untuk selanjutnya daun posisi ke-1

umur 5 bulan dijadikan daun sampel untuk tanaman pegagan.

SIMPULAN

1. Konsentrasi hara N, P, dan K daun pegagan semakin menurun dengan

bertambahnya umur dan kenaikan status hara N, P, dan K berkorelasi positif

dengan produksi terna bobot kering daun maupun senyawa bioaktif

asiatikosida.

2. Waktu panen yang tepat untuk tanaman pegagan yang ditanam di dataran

tinggi untuk mendapatkan produksi terna maupun senyawa bioaktif

asiatikosida yang tinggi adalah umur 5 bulan.

3. Kandungan senyawa bioaktif asiatikosida pada daun tua umur 6 bulan (1.92

%) lebih tinggi dari pada daun muda umur 3 bulan (1.05 % ).

4. Sampel daun yang tepat sebagai bahan diagnosis status hara dalam

penetapan kebutuhan pupuk N, P, dan K bagi tanaman pegagan adalah posisi

daun ke-1 umur 5 bulan untuk analisis hara N, P dan K.