54
i UJI IMPLEMENTASI SNI KLASIFIKASI LIPUTAN DASAR LAUT BIDANG PENELITIAN PUSAT PENELITIAN, PROMOSI DAN KERJASAMA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 2017

UJI IMPLEMENTASI SNI KLASIFIKASI LIPUTAN DASAR LAUTbig.go.id/e-ppid/asset/Laporan-pelaksanaan-penelitian/Laporan-SNI... · IV. Waktu Pelaksanaan Kegiatan 6 V. Personil 7 VI. Luaran

  • Upload
    lamcong

  • View
    225

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

i

UJI IMPLEMENTASI SNI KLASIFIKASI

LIPUTAN DASAR LAUT

BIDANG PENELITIAN

PUSAT PENELITIAN, PROMOSI DAN KERJASAMA

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

2017

ii

UJI IMPLEMENTASI SNI

KLASIFIKASI LIPUTAN DASAR LAUT

Pengarah:

1. Kepala Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama

2. Kepala Bidang Penelitian

Penanggung Jawab Kegiatan Penelitian

Prof. Dr. Ir. Dewayany Sutrisno, M.AppSc

Anggota Peneliti:

1. Lalitya Narieswari

2. Aninda Wicasanti R.

3. Nadya Oktaviani

4. Rizka Windiastuti

5. Intan Pijiwati

Bidang Penelitian Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama Gedung S Badan Informasi Geospasial Jalan Raya Jakarta Bogor km 46 Cibinong 16911

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas anugerahNYA sehingga kegiatan penelitian uji

implementasi SNI liputan dasar laut dapat diselesaikan dengan baik

Pada kesempatan ini kami ucapkan terimakasih dan penghargaan kepada semua

pihak yang telah memungkinkan terselesaikannya kegiatan ini, terutama kepada

kepala Bidang Penelitian sebagai pelaksana kegiatan ini, kepada penangggung jawab

kegiatan penelitian dan anggota penelitian serta Kementerian Lembaga terkait dan

pemerhati /pemangku kepentingan kelautan yang telah membantu pelaksanaan

survey untuk kegiatan ini, serta pihak pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu

persatu.

Harapan kami semoga laporan dan hasil kegiatan penelitian ini berguna dan dapat

memberi masukan bagi implementasi dan memperkaya SNI 7987:2014 tentang

klasifikasi liputan dasar laut, daa dapat digunakan sebagaimana mestinya

Akhir kata, kritik dan saran kami harapkan untuk dapat menajdikan masukan bagi

perbaikan perbaikan kegiatan penelitian terkait standar nasional Indonesia terkait.

Cibinong, 19 Desember 2017 Pusat Penelitian Promosi dan

Kerjasama Kepala,

Dr. Wiwin Ambarwulan

iv

DAFTAR ISI

Teks hal KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vi A. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1 I. Latar Belakang 1 II. Tujuan 2 III. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 2 IV. Waktu Pelaksanaan Kegiatan 6 V. Personil 7 VI. Luaran 8 6.1. Dokumen Laporan Ilmiah 8 6.2.Prototype informasi geospasial liputan dasar laut Sekala 1: 250.000

dan 1: 50.000 8

VII. Dampak 10 B LAPORAN ILMIAH PENELITIAN 11 I. PENDAHULUAN 11 1.1. Latar Belakang 12 1.2. Rumusan Masalah 12 1.3. Tujuan 12 1.4. Lokasi Penelitian 12 II. Metode 13 2.1. Review Dokumen 13 2.2. Penyusunan Prototipe Peta Liputan Dasar laut Skala 1:250.000 dan

1: 50.000 16

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 3.1. Review Dokumen SNI liputan dasar laut 17 3.2. Penyusunan Prototipe Liputan dasar laut 26 3.2.1. Prototipe Peta skala 1: 50.000 26 3.2.2. Prototipe peta Skala 1: 250.000 33 IV. KESIMPULAN 37 DAFTAR PUSTAKA 39 LAMPIRAN Lampiran Lampiran 4. Kuesioner Tahap 1 42 Lampiran 5. Kuesioner Tahap 2 46 Lampiran 6. Kuesioner Tahap 3 47

v

DAFTAR TABEL

Teks hal A. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 2 Tabel 2. Waktu pelaksanaan Kegiatan 6 Tabel 3. Personil Kegiatan 7 Tabel 4. Penilaian Kesesuaian Kelas kelas SNI liputan dasar laut skala 1:

250.000 8

Tabel 4. Penilaian Kesesuaian Kelas kelas SNI liputan dasar laut skala 1: 50.000

8

B LAPORAN KEGIATAN PENELITIAN Tabel 2.1. Matriks komparasi SNI liputan dasar Laut dengan SNI terkait lainnya 14 Tabel 2.2. Matriks analisa feasibility unsur SNI liputan dasar laut 16 Tabel 2.3. Matriks inventarisasi unsur unsur penyusun liputan dasar laut 16 Tabel 2.4. Matriks analisa metode lapangan untuk penyusunan prototipe peta

liputan dasar laut 17

Tabel 2.5. Matriks analisa feasbilility penyusunan prototipe peta liputan dasar laut

17

Tabel 3.1. Studi komparasi dengan SNI terkait 18 Tabel 3.2. Studi komparasi dengan Pedoman/NSPK/Standar lainnya 19 Tabel 3.3. Matrisk penilaian kesesuaian impllementas kelas kelas SNI liputan

dasar laut skal 1: 250.000 22

Tabel 3.4. Matrisk penilaian kesesuaian implementas kelas kelas SNI liputan dasar laut skal 1: 50.000

23

Tabel 3.5. Matrisk feasibility pengembangan metode kelas kelas SNI liputan dasar laut skala 1: 250.000

24

Tabel 3.6. Matrisk feasibility pengembangan metode kelas kelas SNI liputan dasar laut skala 1: 50.000

25

Tabel 3.7. Uji Feasibility IG Prototipe liputan dasar laut skala 1: 50.000 29 Tabel 3.8. Uji Feasibility IG Prototipe liputan dasar laut skala 1: 250.000 35 Lampiran Lampiran 1. Hasil Analisa Kuesioner Tahap 1 39 Lampiran 2. Hasil Analisa Kuesioner Tahap 2 40 Lampiran 3. Hasil Analisa Kuesioner Tahap 3 41

vi

DAFTAR GAMBAR

Teks hal A. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN Gambar 1. Photo pelaksanaan kegiatan 4 Gambar 2. Prototipe Peta Liputan dasar laut skala 1: 250.000 9 Gambar 3. Prototipe Peta Liputan dasar laut skala 1: 50.000 9 B LAPORAN KEGIATAN PENELITIAN Gambar 1.1. Peta Lokasi Penelitian 12 Gambar 2.1. Kerangka penelitian uji implementasi SNI 7987-2014 tentang

Klasifikasi liputan dasar laut 13

Gambar 3.1. Peta Sedimen Permukaan Dasar Laut Daerah Teluk Jakarta dan Sekitarnya (P3GL, 1986)

27

Gambar 3.2. Prototipe peta Liputan dasar laut skala 1: 50.000 28 Gambar 3.3. Peta sebaran tekstur sedimen permukaan dasar laut (P3GL,

1986) 33

Gambar 3.4. Prototipe peta Liputan dasar laut skala 1: 250.000 34

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

1

A. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

I. LATAR BELAKANG

Masalah kelautan selalu menjadi “central of issue” khususnya bagi negara kepulauan seperti

Indonesia. Karakteristik laut sebagai obyek yang “open access” dan merupakan “commom

property” bagi setiap pemangku kepentingan kerap menjadi kendala bagi pembangunan

kelautan yang berkelanjutan. Pembangunan kelautan yang berkelanjutan, baik secara fisik,

biologi, sosial, ekonomi dan budaya membutuhkan informasi yang akurat terkait dengan

sumberdaya yang berada di dasarnya. Untuk itu telah disusun Standard Nasional Indonesia,

SNI 7987:2014 terkait dengan Klasifikasi liputan dasar laut. Siapa yang menjadi walidata dari

entitas informasi spasial ini belum tercantum dalam Keputusan Kepala Badan Informasi

Geospasial No 54 tahun 2015. Akan tetapi sejauh mana SNI ini sudah diimplementasikan

untuk mendukung pembangunan kelautan yang berkelanjutan menjadi pertanyaan besar

yang perlu dijawab dalam penelitian ini. Terlebih lagi, program pemerintah dalam

pembangunan tol laut salah satunya membutuhkan informasi tutupan dasar laut yang sangat

krusial ini. Demikian juga halnya dengan pembangunan infrastruktur kelautan lainnya hingga

perikanan tangkap, budidaya dan kegiatan kegiatan lainnya yang menggunakan wilayah laut

sebagai media pembangunan.

Meskipun telah diterbitkan dalam SNI 7987:2014 tentang Klasifikasi liputan dasar laut, peta

liputan dasar laut dengan menggunakan sistem kasifikasi yang dimaksud belum

diimplementasikan. Kesulitan memperoleh informasi dalam kolom dan dasar laut

menimbulkan berbagai macam pertanyaan terkait dengan metode dan cara memperoleh

unsur unsur liputan dasar laut yang dalam hal ini dikelompokan pada sub kelas Alami (biotik

dan abiotik), non alami (man-made) dan budidaya. Implementasi penyusunan peta ini dapat

disusun dengan menggunakan berbagai data yang berasal dari walidata terkait yang dapat

didetilkan dengan analisa data penginderaan jauh dan survei lapangan. Selain itu, terdapatnya

beberapa perbedaan dengan SNI sebelumnya, seperti SNI Pemetaan Habitat Perairan Dangkal

– bagian 1: Pemetaan terumbu karang dan padang lamun (SNI 7716-2011), SNI survei dan

pemetaan mangrove (SNI 7717-2011) terkait dengan beberapa unsur di dalamnya. Seperti

halnya dalam klasifikasi kelas biotik adanya perbedaan dalam istilah karang dan terumbu

karang, dan kelas kelas dalam klasifikasi mangrove dimana dalam liputan dasar laut tidak

terdapat dalam kelas non mangrove dan pada kelas yang lebih tinggi ada perbedaan istilah

antar avegetasilahan basah dengan mangrove/non mangrove; dalam kelas biotik adanya

perbedaan dalam kelas substrat. Selain itu, basisdata dan walidata liputan dasar laut

merupakan permasalahan lainnya yang perlu diputuskan sehingga IG liputan dasar laut ini

dapat diimplementasikan dan dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan kelautan

nasional.

Permasalahan di atas menimbulkan permasalahan yang harus dijawab dalam penelitian ini,

yaitu:

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

2

a. Sejauh mana citra inderaja mampu memetakan obyek obyek yang ada di dasar laut,

kolom dan permukaan laut?

b. Data apa saja yang dibutuhkan untuk menyusun IG liputan dasar laut sesuai dengan SNI

7987-2014?

c. Metode apakah yang dapat digunakan untuk pemetaan liputan dasar laut?

d. Apakah perlu ada revisi SNI 7987-2014, apakah obyek yang direvisi ?

e. Siapakah yang bisa menjadi custodian dari peta ini?

f. Sejauhmanakah peta liputan dasar laut dampat mendukun program satu peta?

II. TUJUAN

Mengingat perumusan permasalahan di atas, dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mereview dokumen SNI 7987-2014 tentang klasifikasi liputan dasar laut

b. Mengembangkan metode pemetaan liputan dasar laut

c. Menyusun prototipe informasi geospasial Liputandasar laut sekala 1: 250.000 dan 1:

50.000

III. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Tahapan pelaksanaan Kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan Metode Tanggal Pelaksanaan

Luaran

Review Dokumen SNI 7987-2014 tentang Liputan dasar laut

1 Persiapan Tatap Muka/meeting

20 Februari 2017

Rencana dan Jadwal pelaksanaan kegiatan

2 Studi Komparasi 2 Maret 2017 komparasi SNI 7987-2014 dengan SNI 7716-2011 dan SNI 7717-2011, IHO/Pushidros dan Pedoman PPGL

3 Survey Pendapat pakar 3.1. Rapat Penyusunan Kuesioner 3.2. Penyebar luasan kuesioner (3 tahap) 3.3. Pengolahan data Survey deplhi

Tatap muka/ Meeting Deplhi Weighed method

3 april 2017 April – juni 2017 Juni - juli 2017

Kesepakatan: a. Wali data b. Istilah sea bed

cover c. Pentingnya

peta seabed cover bagi pembangunan nasional

4 Review Ketersediaan data pada walidata

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

3

4.1. Persiapan 4.2. Kajian unsur unsur penyusun peta liputan dasar laut dan walidata 4.3. persiapan FGD-2 4.4. Kajian Feasibility unsur unsur penyusun peta liputan dasar laut pada walidata 4.5. Pengolahan data hasil FGD-1 dan FGD-2

Tatap muka/ Meeting Focus Discussion Group (1) Tatap muka/ Meeting Focus Discussion Group (2) Anaisa

11 Mei 2017 5 mei 2017 6 Juni 2017 15 Juni 2017 Mei - Juni 2017

kajian Kebutuhan unsur unsur penyusun peta liputan dasar laut dan walidata serta persiapan FGD-1 Informasi unsur unsur dari masing masing walidata Matriks untuk evaluasi Matriks feasibility unsur unsur penyusun peta liputan dasar laut dari walidata Data feasibility dokumen dan ketersediaan data

5 Review Dokumen 5.1. Analisa dokumen SNI 7987-2014 tentang Liputan dasar laut 5.2. Analisa Metode Kelengkapan peta liputan dasar laut

Weighted scored Tatap muka/ Meeting

Juni - juli 26 Juni 2017

Kajian feasibility data walidata untuk penyusunan peta liputan dasar laut Analisa metode untuk kelengkapan peta liputan dasar laut, penyusunan prootipe dan uji Lapangan

Penyusunan Prototipe Liputan dasar laut sekala 1: 250.000 dan 50.000

6 Pengumpulan data dan analisa data

Pengumpulan data sekunder

April – Agustus 2017

a. Data sekunder dari walidata untuk penyusunan Liputan dasar laut

b. Analisa visual dan digital citra

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

4

inderaja untuk pendetilan peta liputan dasar laut

7 Penyusunan Prototipe liputan dasar laut tentatif

Analisa Juli - Agustus Peta prototipe liputan dasar laut sekala 1: 250.000 dan 50.000

8 Uji lapangan Metode purposive random sampling

15 – 20 Agustus 2017

Data lapangan untuk uji hasil analisa inderaja, pendetilan unsur unsur pemetaan liputan dasar laut

9 Analisa data lapangan 9.1. Review unsur unsur liputan dasar laut

Focus discussion group

Agustus – September 2017 5 September 2017

Data unsur unsur peta liputan dasar laut

10 Penyusunan Prototipe data lapangan 10.1. review prototipe liputan dasar laut 10.2. re- Pengumpulan data 10.3. Pengolahan data untuk penyusunan prototipe

Tatap muka/ Meeting Pengumpulan data sekunder overlay

Focus discussion group Oktober 2017 Oktober – Desember

Kajian kelengkapan unsur unsur liputan dasar laut dan solusinya Data peta sedimen dan lainnya Prototipe liputan dasar laut sekala 1: 250.000 dan 50.000

11 Penyusunan Laporan 11.1 penyusunan laporan teknis 11.2. Penyusunan laporan kegiatan dan finalisasi laporan teknis

FGD-3 dan Konsinyasi Konsinyasi

27 – 29 November 11- 13 Desember 2017

Final laporan kegiatan dan laporan ilmiah

Gambar 1. Photo pelaksanaan kegiatan:

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

5

Rapat

FGD-1 FGD2

FGD-3

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

6

Survey Lapangan

Konsinyasi-1 Konsinyasi-1

IV. WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan ini dilaksanakan dalam satu tahun anggaran, mulai Januari 2017 – Desember 2017,

dengan jadwal terlampir

Tabel 2. Waktu pelaksanaan Kegiatan

No Uraian Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1 Persiapan

1.1. Review KAK Januari 2017

1.2. Rencana Kegiatan Februari 2017

1.3. Pengumpulan data dan literatur terkait Februari - Maret 2017

2 Review Dokumen-1

2.1 Studi Komparasi Maret 2017

2.2. Survei dan studi pendapat pakar April - juli 2017

2.3. Pengolahan data survei Juni - Juli 2017

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

7

3 Review Data walidata

3.1. Persiapan FGD-1

3.2. FGD -1: Unsur unsur liputan dasar laut Mei 2017

3.2. Pengolahan data FGD-1 mei 2017

3.3. Persiapan FGD-2 Juni 2017

3.4. FGD-2: Feasibility unsur unsur liputan dasar laut dari wali data Juni 2017

3.5. Pengolahan data FGD-2 Juni 2017

4 Review Dokumen-2

4.1. Analisa Dokumen juni -juli 2017

4.2. Analisa metode kelengkapan peta liputan dasar laut juni -juli 2017

5 Penyusunan Prototipe liputan dasar laut 250 K dan 50K

5.1. Pengumpulan data dan analisa data April - agustsu 2017

5.2. Penyusunan Prototipe Liputan dasar laut juli - agustus 2017

5.3. Uji Lapangan agustus 2017

5.4. Analisa data lapangan Agustus - September 2017

5.5. Pengolahan data Agustus - Oktobefr2017

5.6. Penyusunan Prototipe liputan dasar laut Oktober - Desember 2017

6 Penyusunan laporan

6.1. FGD-3: Review Prototipe Liputan dasar laut September 2017

6.2. Penyusunan Laporan November - Desember 2017

V. PERSONIL

Personil pelaksanaan kegiatan adalah peneliti pada Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama

sebagaimana terlampir pada table 3 berikut ini;

Tabel 3. Personil Pelaksana Kegiatan

No Nama Jabatan

1 Prof. Dr. Ir. Dewayany Sutrisno, M.AppSc Penanggung jawab Kegiatan/Peneliti Utama

2 Dr. Ibnu Sofyan Anggota/ Peneliti Muda

3 Rizka Windiastuti, M.Sc Anggota/ Peneliti Muda

4 Lalitya Narieswari, M.Sc Anggota/Peneliti Muda

5 Aninda Wicaksanti Rusdiastuti, SSi Anggota/Peneliti Pertama

6 Florence Elfriede Sinthauli Silalahi, SSi Anggota/Peneliti Pertama

7 Nadya Oktaviani, SSi Anggota/Peneliti Pertama

8 Intan Pujiwati, SSi Anggota/Peneliti Pertama

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

8

VI. LUARAN

Luaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah:

6.1 Dokumen Laporan Ilmiah

Dokumen laporan ilmiah berisikan kajian review dokumen SNI 7987-2014 tentang klasifikasi

liputan dasar laut dan review prototipenya pada skala 1: 250.000 dan 1: 50.000 (lihat bab

B: laporan ilmiah penelitian)

Review dokumen dengan menggunakan metode weighted score dan logical test

menunjukan bahwa feasibility implementasi SNI 7987-2014 adalah 82 % untuk skala 1:

250.000 dan 59% untuk skala 1: 50.000 apabila implementasinya hanya bergantung pada

walidata terkait saja (Tabel 4).

Tabel 4. Penilaian Kesesuaian Kelas kelas SNI liputan dasar laut skala 1: 250.000

Tabel 5. Penilaian Kesesuaian Kelas kelas SNI liputan dasar laut skala 1: 50.000

Review Prototipenya dengan menggunakan data data primer dari hasil analisa penginderaan

jauh dan Pengamatan lapangan menunjukan kemungkinan dapat tercapai kenaikan sebesar

72,73 % untuk skala 1: 250.000 dan 55.58 % untuk skala 1: 50.000 apabila dilaksanakan

pengamatan lapangan dan uji laboratorium

6.2. Prototype informasi geospasial liputan dasar laut Sekala 1: 250.000 dan 1:

50.000

Prototipe Peta liputan dasar laut ditunjukan pada gambar berikut di bawah ini

No SNI : 7987-2014

JUDUL SNI : Klasifikasi liputan dasar laut

METODE EVALUASI : Bobot - Skoring dan logical test

: Penilaian Kesesuaian Implementasi kelas kelas SNI

URAIAN :

NKI

82 Kelas Keterangan Bobot Skor Total Titik Garis poligon

AKUISISI DATA

JUDUL KAJIAN

FITUR DALAM SNI CATATANBASISDATA

1:250.000

No SNI : 7987-2014

JUDUL SNI : Klasifikasi liputan dasar laut

METODE EVALUASI : Bobot - Skoring dan logical test

: Penilaian Kesesuaian Implementasi kelas kelas SNI

URAIAN :

JUDUL KAJIAN

59 1:50.000

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

9

Gambar 1. Prototipe Peta Liputan dasar laut skala 1: 250.000

Gambar 2. Prototipe Peta Liputan dasar laut skala 1: 50.000

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

10

Peta tersebut merupakan hasil integrase peta sedimen PPGL, LPI

VII. DAMPAK

Manfaat dari kegiatan ini adalah dapat diimplmentasikannya SNI 7987:2014 dan tersusunnya

informasi geospasial tutupan dasar laut untuk mendukung pembangunan kelautan nasional

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

11

B. LAPORAN ILMIAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sebagai negara kepulauan, pembangunan kelautan sudah selayaknya menjadi prioritas

pembangunan nasional. Perencanaan program tol laut, keinginan Indonesia menjadi poros

maritime dunia (Maritime axis) merupakan program program pembangunan kelautan yang

telah dicanangkan yang tentu saja pelaksanaannya membutuhkan data dan informasi

kelautan yang tepat, yang antara lain dapat tersedia melalui informasi geospasial (IG). Selain

itu, pemanfaatan sumberdaya laut yang harus dioptimalkan untuk kepentingan nasional yang

berkelanjutan merupakan program pemberdayaan kelautan yang juga membutuhkan

informasi geospasial. Untuk mendukung ketersedian informasi geospasial, terkait dengan

interperobilitas, pertukaran dan kemudahan analisa multi-layer IG, program satu peta yang

mencakup 4 pilar utama, yaitu satu sistem referensi, satu standard, satu basisdata dan satu

geoportal juga telah dicanangkan oleh pemerintah. Diterbitkannya berbagai Standar Nasional

Indonesia (SNI) merupakan salah satu persyaratan yang mendukung program satu peta

secara khsusus dan mendukung pembangunan kelautan keseluruhan.

Salah satu SNI yang telah dipublikasikan adalah SNI 7987-2014 tentang klasifikasi liputan

dasar laut (BSN, 2014). Sebagaimana proses penyusunan SNI, penyusunannya dilaksanakan

dalam rangkaian pertemuan (Focus Group Discussion/FGD) panitia teknis dan komite teknis

07-01/informasi geospasial/geomatika yang berjalan selama hampir 4 tahun. Hanya

sayangnya sejak pertama kali ide IG liputan dasar laut ini dikemukakan hingga saat ini,

implementasinya hanya sampai pada klasifikasinya dan belum dilaksanakan penyusunan

prototipe IG liputan dasar laut tersebut.

Meskipun menggunakan istilah dasar laut, pemahaman liputan dasar laut mencakup obyek

obyek yang ada pada permukaan, kolom dan dasar laut itu sendiri, sehingga klasifikasinya

terbagi atas komponen alami dan non alami, dimana alami terdiri atas abiotik dan biotik

sedangkan yang non alami terdiri atas unsur budidaya dan buatan (SNI 7987-2014).

Selain itu, terdapatnya beberapa perbedaan dengan SNI sebelumnya, seperti SNI Pemetaan

Habitat Perairan Dangkal – bagian 1: Pemetaan terumbu karang dan padang lamun (SNI

7716-2011), SNI survei dan pemetaan mangrove (SNI 7717-2011) terkait dengan beberapa

unsur di dalamnya. Seperti halnya dalam klasifikasi kelas biotik adanya perbedaan dalam

istilah karang dan terumbu karang, dan kelas kelas dalam klasifikasi mangrove dimana dalam

liputan dasar laut tidak terdapat dalam kelas non mangrove dan pada kelas yang lebih tinggi

ada perbedaan istilah antara vegetasi lahan basah dengan mangrove/non mangrove; dalam

kelas biotik adanya perbedaan dalam kelas substrat. Selain itu, basisdata dan walidata liputan

dasar laut merupakan permasalahan lainnya yang perlu diputuskan sehingga IG liputan dasar

laut ini dapat diimplementasikan dan dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan

kelautan nasional.

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

12

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan di atas menimbulkan permasalahan yang harus dijawab dalam penelitian ini,

yaitu:

a. Data apa saja yang dibutuhkan untuk menyusun IG liputan dasar laut sesuai dengan

SNI 7987-2014?

b. Metode apakah yang dapat digunakan untuk pemetaan liputan dasar laut?

c. Sejauh mana citra inderaja mampu memetakan obyek obyek yang ada di dasar laut,

kolom dan permukaan laut?

d. Apakah perlu ada revisi SNI 7987-2014, apakah obyek yang direvisi ?

e. Siapakah yang bisa menjadi custodian dari peta ini?

f. Sejauhmanakah peta liputan dasar laut dampat mendukung program satu peta?

1.3. Tujuan

Mengingat perumusan permasalahan di atas, dengan demikian penelitian ini bertujuan:

a. Mereview dokumen SNI 7987-2014 tentang klasifikasi liputan dasar laut

b. Mengembangkan metode pemetaan liputan dasar laut

c. Menyusun prototipe informasi geospasial Liputandasar laut sekala 1: 250.000 dan 1:

50.000

1.4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kepulauan seribu – Propinsi Daerah Khusus Ibukota (Gambar

1).

Gambar 1.1. Peta Lokasi Penelitian uji implementasi

SNI 7987-2014 tentang Klasifikasi

liputan dasar laut

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

13

II. METODE

Secara garis besar, penelitian uji implementasi SNI klasifikasi liputan dasar laut terbagi atas

(1) Review dokumen dan (2) Penyusunan Prototipe Peta liputan dasar laut dengan

menggunakan dasar dasar klasifikasi sebagaimana diuraikan dalam SNI 7987-2014 . Kerangka

pemikiran dalam penelitian uji implementasi SNI klasifikasi Liputan dasar laut secara garis

besar adalah sbb;

Secara garis besar, kegiatan penelitian ini terbagi atas dua tahapan, yaitu:

2.1. Review dokumen

Review Dokumen SNI klasifikasi liputan dasar laut menggunakan metode analisa deskriptif

quantitative melalui

(a) studi komparasi dokumen dengan SNI terkait lainnya seperti SNI Pemetaan Habitat

Perairan Dangkal – bagian 1: Pemetaan terumbu karang dan padang lamun (SNI 7716-

2011), SNI survei dan pemetaan mangrove (SNI 7717-2011);

(b) metode survey untuk mengetahui walidata dari peta liputan dasar laut dan pentingnya

peta liputan dasar laut dalam mendukung program pembangunan nasional dan satu

peta

(c) feasibility study perolehan unsur unsur penyusun peta liputan dasar laut melalui review

data walidata, review data lapangan serta metode - bobot-scoring (weighted -scored)

dan logical test;

Gambar 2.1. Kerangka penelitian uji implementasi SNI 7987-2014

tentang Klasifikasi liputan dasar laut

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

14

Studi komparasi dilaksanakan untuk melihat kesetaraan atau perbedaan unsur usur dari SNI

liputan dasar laut dengan kedua SNI terkait tersebut di atas. Metode yang dilaksanakan dalam

kegiatan ini berupa metode komparasi sederhana, seperti yang dijelaskan pada matriks di

bawah ini;

Tabel 2.1. Matriks komparasi SNI liputan dasar Laut dengan SNI terkait lainnya

Kategori SNI 7987-2014

Klasifikasi Liputan

dasar Laut

SNI7716-2011 Pemetaan Perairan Dangkal

SNI7717-2011

Survei & Pemetaan Mangrove

Catatan

Istilah dan definisi

Klasifikasi unsur

Metode survey dilaksanakan dengan menggunakan tiga putaran delphi survey dengan tujuan

untuk menjaring pendapat terkait urgensi liputan dasar laut untuk pembangunan kelautan

nasional dan kebijakan satu peta, istilah, komponen pendukung liputan dasar laut, walidata

serta kelengkapan kelas kelas dalam liputan dasar laut.

Responden survey dibagi ke dalam 3 cluster, yaitu pakar kelautan, pakar informasi spasial dan

standarisasi serta pakar gabungan (kelautan, informasi spasial dan standarisasi). Sedangkan

analisa yang digunakan adalah metode scored-ranking. Menurut Alder et al (2002) yang telah

melaksanakan review pada metode ranking, mengatakan bahwa meranking unit unit yang

sebelumnya sudah di skor merupakan metode yang super-efficiency, dimana unit dapat

menduduki tempat teratas (high rank) apabila terpilih sebagai unit yang paling bermanfaat.

Scored-ranking, merupakan metode yang memberikan nilai (scored) pada setiap kriteria

dalam kuesioner, yang mana jumlah pemilih masing masing kriteria tersebut dijumlah dan

kemudian di rangking berdasarkan nilai tertinggi. Implementasi dari scored-ranking dapat

digambarkan sebagai berikut:

)........( 11..1 yni RSRSV ……… (2.1)

dimana V merupakan nilai kriteria 1 sampai i, S merupakan skor kriteria 1 sampai i dengan

nilai 1 sampai n dan R merupakan responden sejumlah 1 sampai y

dan dapat di ranking ii vvv 11 …… (2.2)

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

15

Tahap kedua merupakan analisa bobot-scoring (weighted -scored) dan logical test, yang

dilaksanakan dalam forum FGD (focus discussion group) yang dihadiri oleh pakar kelautan

mencakup tiga bidang yang diuji (biotik, abiotik, buatan), remote sensing, GIS dan sistim

informasi spasial. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi akuisisi data dari fitur fitur yang

ada pada SNI klasifikasi liputan dasar laut, sedangkan metode logical test digunakan untuk

mengkaji basisdata yang akan digunakan dalam penyusunan IG Liputan dasar laut ini. Metode

weighted-scored banyak digunakan untuk memilih sistem/ materi atau komponen yang

terbaik (best matches) dari sekelompok materi/ komponen yang memiliki karateristik khusus,

seperti yang dilaksanakan oleh Cheetam et al (2007) dalam memilih sistem yang tepat untuk

mengefisiensikan waktu produksi. Sutrisno (2016) juag menggunakan metode weighted-

scored untuk mengkaji evaluasi kesesuaian wilayah perairan laut untuk budidaya keramba

ikan jaring apung.

Formula yang digunakan untuk analisa ini dapat dijelaskan sbb:

x

swswn

xx

yi

).............( 1.1

.. .......... (2.3)

dimana n = Nilai kesesuaian implementasi SNI , i – y = skala peta i dan y , w = bobot, y =

scoring, kelas kelas liputan dasar laut baik dalam unsur biotik, abiotik (alami) dan buatan

(non alami)

sedangkan untuk logical test mengikuti kaedah

“IF (Something is True, then do something, otherwise do something else)”

dan dapat dinyatakan dalam;

1)( ,,..1 cbayxif then Truex y )( ..1 ……..(2.4)

and

0)( ,,..1 cbayxif then falsex y )( ..1 ……… (2.5)

dimana jika kelas liputan dasar laut ke mempunyai nilai 1 untuk basisdata a,b dan c maka

implementasinya dapat dilaksanakan. Akan tetapi apabila kelas liputan dasar laut ke

mempunyai nilai 0 untuk basisdata a,b dan c maka implementasinya tidak dapat dilaksanakan

Uji logik (logical test) digunakan untuk menguji kebenaran suatu pernyataan / informasi atau

data. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengambil sebagai konsep pengambilan

keputusan yang absolut secara kuantitatif (Fan et al, 2015). Uji ini dimaksudkan untuk

mengevaluasi kebenaran bentuk basisdata spasial pada setiap kelas kelas unsur liputan dasar

laut.

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

16

Adapun formulir penilaian sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini

Tabel 2.2. Matriks analisa feasibility unsur SNI liputan dasar laut

Dimana NKI = n = Nilai kesesuaian implementasi

2.2. Penyusunan Prototipe Peta Liputan Dasar laut Skala 1:250.000 dan 1: 50.000

Penyusunan informasi geospasial (IG) liputan dasar laut pada intinya merupakan proses

integrasi beberapa IG tematik terkait unsur unsur alami (abiotik, biotik) non alami (budidaya

dan buatan) yang terdapat pada dasar, kolom dan permukaan laut. Metode yang digunakan

dalam penyusunan prototipe liputan dasar laut adalah metode komparasi kualitatif-kuantitatif

fan overlay union Tahapan yang dilaksanakan dalam kegiatan ini berupa penyusunan kriteria

kebutuhan data untuk unsur unsur liputan dasar laut berikut review ketersediaan data pada

wali data terkait unsur unsur dan kedalaman unsur unsur penyusunnnya, yang dapat

dijelaskan dalam mariks berikut ini;

Tabel 2.3. Matriks inventarisasi unsur unsur penyusun liputan dasar laut

Oleh karena itu, untuk kelas unsur yang tidak dapat diperoleh melalui integrasi dilaksanakan

evaluasi implementasi akuisi data lapangan. Akuisisi data lapangan ini merupakan pendetilan

dari data sekala yang lebih besar (1: 250.00) kedalam sekala yang lebih detil. Formulasinya

menggunakan formulir dan metode yang sama dengan metode evaluasi dokumen seperti

dijelaskan di atas.

Selanjutnya dilakukan analisa metode pengumpulan data lapangan untuk melengkapi dan

menyusun peta liputan dasar laut, sebagaimana dijelaskan pada matrisk di bawah ini;

No SNI : 7987-2014

JUDUL SNI : Klasifikasi liputan dasar laut

METODE EVALUASI : Bobot - Skoring dan logical test

: Penilaian Kesesuaian Implementasi kelas kelas SNI

URAIAN :

NKI

Kelas Keterangan Bobot Skor Total Titik Garis poligon

Unsur Alami

Abiotik

FALSE

Biotik FALSE

Non Alami FALSE

Budidaya FALSE

Buatan

tersedia = 1,

tidak tersedia =

0

tersedia = 1,

tidak tersedia =

0

tersedia = 1,

tidak tersedia =

0

JUDUL KAJIAN

FITUR DALAM SNI AKUISISI DATA BASISDATA CATATAN

1:250.000

INVENTARISASI FITUR -FITUR KLASIFIKASI

SKALA KELOMPOK SNI DBS SEDIMEN PPGL DBS LAUT/ENC DBS LLN DBS LPI DBS KEMUNGKINAN LAIN

1:250.000 Unsur Alami

Abiotik

Biotik

Unsur-Non alami

Buatan Manusia

Sekala 1:250.000

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

17

Tabel 2.4. Matriks analisa metode lapangan untuk penyusunan prototipe peta liputan dasar

laut

Metode yang selanjutnya adalah metode komparasi kualitatif-kuantitatif antara SNI dengan

peta prototipe liputan dasar laut, yang dapat dijelaskan melalui matriks berikut di bawah ini;

Tabel 2.5. Matriks analisa feasbilility penyusunan prototipe peta liputan dasar laut

Nilai feasibility menggunakan metode skoring , dimana 0 = untuk unsur yang tidak dapat

diperoleh/tidak ada pada wilayah yang dikaji, 1= untuk unsur yang diperoleh dari

lapangan/analisa data inderaja dan 2 = untuk unsur yang dapat diperoleh melalui observasi

lapangan dan lab, 3 = untuk unsur unsur yang dapat diperoleh melalui walidata terkait dan

4= untuk unsur yang dapat diperoleh dari walidata terkait. Nilai feasibility dapat dinyatakan

dalam formula berikut:

𝑛𝑖 =∑ 𝑠𝑖𝑦𝑥

𝑆𝑡𝑜𝑡 …… (2.6)

dimana n = nilai feasibility pada skala i, x..y = nilai scored unsur unsur SNI, s = skala ke i dan

Stot = nilai total apabila seluruh unsur unsur pendukung dapat diperoleh pada skala i.

Tahap selanjutnya adalah penyusunan prototipe peta liputan dasar laut yang dilaksanakan

dengan menggunakan metode overlay union dari peta peta yang berasal dari walidata terkait,

dan seleksi dan penggabungan atribute.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Review Dokumen SNI liputan dasar laut

Evaluasi dokumen dengan SNI terkait, seperti SNI 7716-2011: Pemetaan habitat Perairan

dangkal–Bagian1: pemetaan terumbukarang dan Padang lamun (BSN, 2011) , SNI 7717-2011:

Survei dan pemetaan mangrove (BSN, 2011) dan peraturan terkait walidata yang terbaru,

yaitu Perka No 54 tahun 2015 (BIG, 2015) memperlihatkan adanya beberapa permasalahan

Teknik Metode

Unsur Alami

Abiotik

Biotik

Non Alami

Budidaya

Buatan

Unsur SNI Keterangan Unsur Skala 1: 250.000

Unsur dlm Peta

Prototipe

Sumber data Ketelitian DB

Spasial

Solusi Perolehan data Keterangan

BAU Solusi

Teknik Metode BAU Solusi

1 Unsur Alami

1.1 Abiotik

1.2 Biotik

2 Unsur Non-Alami

2.1 Area budidaya

2.2. Buatan Manusia

Keterangan skor

Skala 1: 250.000/ 1: 50.000No Unsur SNI Nilai feasibiity

Keterangan Unsur dlm Peta

protipe

Sumber data Ketelitian DB

Spasial

Solusi Perolehan data

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

18

baik dalam penyusunan dokumen SNI klasifikasi liputan dasar laut maupun dalam

implementasinya dalam IG, seperti tercantum dalam Tabel 2 di bawah ini

Tabel 3.1. Studi komparasi dengan SNI terkait

Kategori SNI 7987-2014

SNI7716-2011

SNI7717-2011 Catatan

1 istilah dan definisi

Ada struktur substrat dan

substrat

Substrat tidak ada

2 Klasifikasi

Padang lamun,

karang, makro alga

Terumbu karang,

padang lamun, makro alga

substrat

Isitilah karang

apakah mengakomodir

semua jenis

karang termasuk

karang lunak? Bandingkan

dengan

lampiran A-1 SNI 7726-2011

Terumbu Karang

250k

Gugusan

terumbu karang

- -

Vegetasi bawah permukaan laut

- - Mungkin yang dimaksud

padang lamun

abiotik substrat

Perlu dilihat pedoman/NSPK

dari P2GL tentang

substrat dasar laut

Biotik belum ada

klorofil dan alga bloom

Biotik belum ada

klorofil dan alga bloom

Mangrove 250k

Vegetasi lahan basah

Mangrove dan non mangrove

Mangrove 50k

Lebat, sedang,

jarang

Lebat , sedang,

jarang dan non mangrove

(diimplementasinya tidak dipetakan)

Sedangkan studi komparasi dokumen dan pedoman/NSPK/standar lainnya dapat dilihat pada

Table 3.2 di bawah ini;

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

19

Tabel 3.2. Studi komparasi dengan Pedoman/NSPK/Standar lainnya

SNI 7987-2014 IHO/HIDROS Pedoman/NSPK/Standar P2GL

1 Klasifikasi

Abiotik

Ada komponen batuan dan penampakan

geologi/Geomorfologi

Unsur laut berupa simbol Hanya komponen sedimen, untuk (25k- 50k)

geologi/geomorfologi ada pada peta sekala 250k

Belum ada kapal karam Ada kapal karam -

Biotik

Unsur poligon Berupa simbol Karang (polygon)

Klorofil belum ada (dinamik)

Tampilan petanya, karene

bersifat dinamik—rata2

- -

Alga bloom (Priodik) potensi - -

Selain itu permasalahan walidata juga menjadi acuan, karena tidak tercantum dalam

Keputusan Kepala Badan Informasi Geospasial No 54 tahun 2015 tentang Walidata Informasi

Geospasial tematik, sehingga perlu mengedepankan kembali peran liputan dasar laut dalam

perencanaan pembangunan nasional. Hal ini berujung pada beberapa permasalahan yang

perlu segera dicarikan solusinya, antara lain;

1. SNI klasifikasi Liputan dasar laut sangat diperlukan dalam program pembangunan

nasional

2. Istilah Seabed cover yang sudah lama diperdebatkan perlu diubah

3. Komponen biotik, abiotik dan budidaya dalam SNI klasifikasi Liputan dasar laut telah

mendukung program satu peta

4. BIG menjadi walidata IG liputan dasar laut

5. Istilah karang sudah tepat dan dapat mengakomodir semua jenis karang yang ada

6. mengelompokan substrat ke dalam kelompok abiotik dalam SNI klasifikasi liputan

dasar laut sudah tepat

7. Kelas vegetasi lahan basah dalam sekala 1:250.000 untuk klasifikasi liputan dasar

laut sudah tepat

8. Klasifikasi mangrove pada SNI liputan dasar laut adalah lebat, sedang dan jarang

sedangkan kelas non mangrove dimasukan ke dalam kelompok abiotik, budidaya

ataupun biotik lainnya sudah tepat

9. Perlu dimasukan kelas klorofil ke dalam SNI klasifikasi liputan dasar laut

Melalui Delphi survey yang dilaksanakan dalam tiga putaran, dihasilkan beberapa

kesimpulan dengan urutan sebagai berikut:

1. SNI klasifikasi Liputan dasar laut sangar diperlukan dalam program pembangunan

nasional

2. Unsur unsur pendukung IG liputan dasar laut yang terdiri dari kelompok kelas biotik,

abiotik, budidaya dan buatan dalam SNI klasifikasi Liputan dasar laut telah

mendukung program satu peta

3. BIG menjadi walidata IG liputan dasar laut

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

20

Ketiga butir di atas menjawab beberapa pertanyaan krusial sebagai awal yang perlu

ditetapkan dalam melaksanakan IG liputan dasar laut. Sutrisno (2017) juga mendukung

bahwa permasalahan walidata merupakan unsur yang penting dalam mendukung standar dan

program satu peta.

Pembangunan nasional di sektor kelautan membutuhkan informasi secara menyeluruh yang

antara lain dapat dipenuhi melalui IG liputan dasar laut. Informasi geospasial kelautan sangat

diperlukan karena menjadi informasi utama dalam mengelola sumber daya kelautan dan

perikanan secara berkelanjutan (Apriando, 2015). Dahuri (2003) dan Lasabuda (2013) juga

menyatakan perlunya keharmonisan ruang dalam pembangunan kelautan yang antara lain

membutuhkan data spasial kelautan.

Komponen komponen pendukung IG liputan dasar laut ini meskipun ke depannya telah

mendukung program satu peta, akan tetapi perlu disesuaiakan istilah dan definisi dari unsur

unsur yang ada dengan SNI terkait lainnya. Sedangkan pada permasalahan walidata perlu

dimasukan dalam Keputusan Kepala Badan Informasi Geospasial seperti sebelumnya telah

diputuskan dalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional yang lalu

sehingga menjadi jelas siapa yang bertanggung jawab atas ketersediaan IG liputan dasar laut

ini.

Yang perlu ditekan dari hasil analisa pertama terkait hasil survei adalah butir nomor 3 yang

seharusnya dapat mencerminkan kelayakan setiap unsur unsur dalam SNI liputan dasar laut

untuk menghasilkan suatu IG tematik liputan dasar laut. Hal inilah yang diuji dalam tahapan

berikutnya untuk menilai kesesuaian dari unsur unsur tersebut untuk implementasinya dalam

penyusunan IG tematik.

IG liputan dasar laut pada dasarnya dapat disusun berdasarkan integrasi beberapa IG tematik

terkait lainnya, seperti sedimen dasar laut dari Pusat Penelitian Pengemabangan Geologi

kelautan – Badan Litbang Kementerian Energi Sumberdaya Mineral, Peta navigasi Pusat

Hidrooseanografi Angkatan laut, maupun IG tematik lainnya yang dihasilkan oleh

kementerian/lembaga/organisasi terkait lainnya. Akan tetapi kedalaman skala, unsur unsur

dan basisdata penyusun IG liputan dasar laut perlu dikaji ketersediaan dan metode

perolehannya sehingga implementasinya penyusunan IG dapat segera dilaksanakan. Dalam

hal prototipe penyusunan IG liputan dasar laut akan dikaji pada penelitian berikutnya.

Melalui analisa bobot-scoring (weighted -scored ) dan logical test, diperoleh untuk sekala 1:

250.000 nilai kesesuaian dari implementasi SNI liputan dasar laut ini adalah 91 yang

menunjukan hanya sedikit dari unsur unsur pendukung yang tidak dapat dipetakan. Dari unsur

alami, kelompok biotik hanya kelas sedimen campuran yang tidak dapat dipetakan

dikarenakan definisi kelas ukuran butirnya yang belum tepat (Tabel 3.3). Hal ini juga

mempengaruhi ketersedian basisdatanya. Hampir seluruh unsur pendukung pada kelompok

abiotik mempunyai basisdata polygon kecuali batuan. Demikian juga dengan kelompok biotik

yang semuanya mempunyai basisdata polygon dan unsur non alami yang mempunyai

basisdata garis kecuali pemukiman (Tabel 3.3)

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

21

Nilai kesesuaian implementasi SNI liputan dasar laut untuk sekala 1:50.000 memperlihatkan

hasil yang lebih kecil, yaitu 88 (Tabel 3.4). Kelompok unsur abiotik merupakan permasalahan

utama dalam penyusunan IG liputan dasar laut, yang mana informasinya belum tersedia pada

IG terkait lainnya, seperti Pavement, Parit/Saluran dan Solid, karena ketiga kelas ini dapat

dimasukan ke dalam satu kelas, yaitu kelas rataan terumbu. Untuk kelompok biotik, budidaya

dan buatan (unsur non alami) tidak mempunyai kesulitan berarti, hanya saja perlu dilengkapi

dengan akuisisi data lapangan dan analisa data penginderaan jauh dalam perolehan

informasinya. Beberapa penilitian mendukung kemudahan memperoleh informasi spasial yang

berada di pemukaan, kolom maupun dasar laut dengan menggunakan remote sensing, seperti

Kloser et al (2001) yang meneliti pemanfaatan remote sensing untuk memetakan tipe tipe

seabed, Herkul et al (2017) yang meneliti pemanfaatan sonar untuk memetakan substrat

dasar laut, Roelfsema (2010), yang meneliti unsur unsur biotik dasar laut, Petit et al (2017)

yang meneliti penggunaan hyperspectral remote sensing untuk memetakan terumbu karang,

Traganos and Peter Reinartz (2017) yang meneliti remote sensing untuk memetakan rumput

laut dan sebagainya.

Terdapatnya beberapa unsur tambahan dalam kelompok buatan seperti limbah, rumpon dan

penahan/pemecah ombak menambah naik nilai kesesuaian implementasi SNI ini, yang mana

informasinya perlu didetilkan melalui akuisisi lapangan dan analisa data inderaja. Basisdata

yang dapat disusun pada sekala ini berupa polygon untuk kelompok abiotik dan biotik, serta

mayoritas titik dan garis untuk unsur non alami (budidaya dan buatan). Selain itu, ada

beberapa unsur abiotic yang bisa digabungkan menjadi satu kelas seperti pavement,

saluran/parit dan solid

Melalui uji implemetasi lapangan, IG liputan dasar laut ini dapat diperkaya unsur unsur

pendukungnya baik itu untuk kelompok abiotik, biotik dan buatan. Kelompok biotik dan unsur

buatan dapat diperoleh melalui analisa data inderaja, sedangkan kelompok abiotik

memerlukan observasi dan analisa data lapangan untuk memeproleh hasil yang lebih

sempurna. Hal ini didukung oleh Diesing et al (2014) dan Puhr et al (2014) yang

mengemukan pentingnya pemetaan dasar laut yang pendekatannya antara lain dapat

dilaksanakan dengan berabagi macam metode, termasuk di dalamnya penginderaan jauh, dan

survei lapangan.

Kajian feasibility metode yang dapat digunakan untuk memperkaya kelengkapan unsur unsur

pemetaan liputan dasar laut skala 1: 250.000 dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut. Terlihat

bawah untuk mendapatkan unsur unsur biotik yang tidak dapat diperoleh dari walidata terkait

dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode interpretasi Visual Citra dan Survey

lapangan, dimana Teknik untuk interpretasi citra dilaksanakan dengan Teknik deliniasi Citra

sedangkan untuk survey dilaksanakan dengan Teknik “Stop & Go dan Photo quadrat " atau

yang lebih sederhana dengan marking posisi.

Untuk unsur abiotik yang tidak dapat diperoleh dari walidata dapat dilaksanakan dengan

metode survey lapangan dengan menggunakan Teknik grab sampler yang dilengkapi dengan

analisa laboratorium. Untuk unsur non alami dapat dilaksanakan metode survey dengan

Teknik dokumentasi dan marking posisi

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

22

Sedangkan untuk skala 1; 50.000 menggunakan metode dan Teknik yang serupa untuk skala

1: 250.000 di atas. Hanya untuk interpretasi biotik dapat dilengkapi dengan "Water Column

Correction & Deliniasi dan tenik survey: Stop & Go; Photoquad maupun yang lebih detil

seperti RRA (Rapid Reef Resource Assesment) dan LIT ( Line Intersept Transect ) (Tabel 3.6)

Tabel 3.4. Matrisk penilaian kesesuaian impllementas kelas kelas SNI liputan dasar laut skal

1: 250.000

No SNI : 7987-2014

JUDUL SNI : Klasifikasi liputan dasar laut

METODE EVALUASI : Bobot - Skoring dan logical test

: Penilaian Kesesuaian Implementasi kelas kelas SNI

URAIAN :

NKI

82 Kelas Keterangan Bobot Skor Total Titik Garis poligon

Unsur Alami

Abiotik Batuan substrat batuan/terumbu

terpadu (consolidatated) ,

tdk terpisah, tidak terputus

dalam jarak tertentu. Berupa

padatan singkapan, bongkah

atau saluran/parit

9 0 FALSE

Sedimen berbutir kasar substrat terlepas

(unconsolidated), berasal

dari batuan hasil proses

geomorfologi dengan pola

tdk terputus. Butir kasar,

ukuran > 2 mm

9 1 9 FALSE

sama dengan pasir

Sedimen berbutir Halus Subtrat terlepas

(unconsolidated) berasal dari

proses geomorfologi , pola

tidak terputus, butir halus

sampai sangat halus,

berukuran < 2 mm

9 1 9 FALSE

Sedimen campuran Substrat terpadu dan terlepas, berbutir halus maupun kasar. Membentuk karakteristik permukaan yang datar, beriak, bergelombang atau berbukit9 0 FALSE

Biotik Vegetasi Lahan Basah Pesisir 9 1 9 1 TRUE

vegetasi Bawah permukaan Laut 9 1 9 1 TRUE

Gugusan Terumbu Karang 9 1 9 1 TRUE

Non Alami Transportasi 9 1 9 1 TRUE

Buatan Industri 9 1 9 1 TRUE

Permukiman 9 1 9 1 TRUE

Budidaya laut 9 1 9 1 TRUE

1:250.000

Diperoleh dari data IG

tematik terkait dan

analisa citra inderaja

CATATAN

Diperoleh dari data IG

tematik (pushidros)

terkait dan analisa citra

inderaja

BASISDATAAKUISISI DATA

tersedia = 1,

tidak tersedia =

0

tersedia = 1,

tidak tersedia =

0

tersedia = 1,

tidak tersedia =

0

JUDUL KAJIAN

FITUR DALAM SNI

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

23

Tabel 3.4. Matrisk penilaian kesesuaian implementasi kelas kelas SNI liputan dasar laut skala

1: 50.000

No SNI : 7987-2014

JUDUL SNI : Klasifikasi liputan dasar laut

METODE EVALUASI : Bobot - Skoring dan logical test

: Penilaian Kesesuaian Implementasi kelas kelas SNI

URAIAN :

JUDUL KAJIAN

59 1:50.000

Unsur Alami Singkapan Batuan induk muncul dari

bawah laut3 0 FALSE

Abiotik Pavement Profil terumbu yang datar,

rendah, halus, berasosisi

dengan sandston, limestone

3 0 FALSE

Parit/Saluran Kanal dasar yang telah

teretosi menjadi terumbu

tersedimentasi

3 0 FALSE

Solid terumbu yang mash utuh,

belum terfragmentasi3 0 FALSE

bongkah pecahan besar batuan,

diameter >256 mm. ciri

abrasi sewaktu transportasi

3 0 FALSE

berangkal pecahan besar batuan,

diameter 64 -256 mm. ciri

abrasi sewaktu transportasi

3 0 FALSE

Patahan Terumbu yang sudah tidak

utuh dan terfragmentasi3 0 FALSE

Pecahan pecahan batuan atau karang,

diameter 256 mm3 0 FALSE

Kerikil/kerakal Susbtrat terlepas, diamater 2

- 64 mm3 0 FALSE

Pasir Kerang Substrat terlepas, dominasi

pecahan karan, ukuran butir

0.063 - 2 mm

3 1 3 FALSE

Pasir Susbtrat terlepas, ukuran

butir 0.063-2 mm3 1 3 FALSE

Lanau substrat terlepas, dominasi

pecahan karan, ukuran butir

0.004 - 0.062 mm

3 1 3 FALSE

Lempung Substrat terlepas, daya lekat

tinggi, ukuran butir <0,003

mm

3 0 FALSE

Lumpur Substrat lunak, kadar air

cukup tinggi, kombinasi

lempung, lanau dan tanah

3 0 FALSE

Unsur abiotik Lainnya substrat dasar yang bukan

organisme atau makhluk

hidup lainnya

3 0 FALSE

Biotik Mangrove lebat 3 1 3 1 TRUE

Mangrove sedang 3 1 3 1 TRUE

Mangrove jarang 3 1 3 1 TRUE

Padang lamun 3 1 3 1 TRUE

Makroalga 3 1 3 1 TRUE

Karang 3 1 3 1 TRUE

Unsur biotik Lainnya 3 1 3 1 TRUE

Area budidaya lokasi tempat memanfaatkan

seumberdaya laut, spt

bangkai kapal, terumbu

karang butan, rumput laut,

mutiara

3 1 3 1 TRUE

Bagan 3 1 3 1 TRUE

Jembatan 3 1 3 1 TRUE

Kabel 3 1 3 1 TRUE

keramba alat terbuat dari jaring

bentuk lingkaran atau

persegi untuk menampung

ikan peliharaan selama

periode tertentu

3 1 3 1 TRUE

Limbah 3 0 0 FALSE

Pipa 3 1 3 1 TRUE

Rig 3 1 3 1 TRUE

Rumpon 3 1 3 FALSE

Terowongan 3 1 3 1 TRUE

Unsur Non-

Alami

Buatan

Manusia

tersedia = 1,

tidak tersedia =

0

tersedia = 1,

tidak tersedia =

0

tersedia = 1,

tidak tersedia =

0

satu kelas dgn pavement,

parit dan solid

Diperoleh dari data IG

tematik terkait dan

analisa citra inderaja

1. Diperoleh dari data IG

tematik terkait

(Pushidros) dan analisa

citra inderaja

2. Rumpon, bagan =

perangkap ikan. Dapat

berpindah pindah

3. keramba = budidaya?

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

24

Tabel 3.5. Matrisk feasibility pengembangan metode kelas kelas SNI liputan dasar laut skala

1: 250.000

Akan tetapi terkait dengan Tugas dan fungsi serta kewenangan walidata setiap unsur unsur

pendukung pemetaan liputan dasar laut tersebut, maka dirasakan penting melaksanakan

kerjasama dengan walidata terkait atau kolaborasi riset apabila unsur unsur yang dimaksud

tidak tersedia pada masing masing walidata

Metode Teknik

Alami

biotik

Vegetasi Lahan Basah Vegetasi Pantai Point peta RBI 250K; Interpretasi

Citra & Survey Lapangan

sedang Interpretasi

Visual Citra

& Survey

- Deliniasi Citra

- Survey : Stop & Go;

Photo quadrat

-marking posisi

Vegetasi Bawah Permukaan LautLamun, Makroalga Polygon;

Point

Interpretasi Citra & Survey

Lapangan

Interpretasi

Visual Citra

& Survey

- Deliniasi Citra

- Survey : Stop & Go;

Photo quadrat

-marking posisi

Gugusan Terumbu Karang Karang Polygon;

Point

Interpretasi Citra & Survey

Lapangan

Interpretasi

Visual Citra

& Survey

- Deliniasi Citra

- Survey : Stop & Go;

Photo quadrat

-marking posisi

abiotik

Batuan Solid, DC massive Polygon;

Point

Survey Lapangan tidak

ada

Survei

lapangan

grab sampler

Sedimen berbutir kasar Rubble Polygon;

Point

Survey Lapangan Survei

lapangan

Sampling

Sedimen berbutir Halus Lanau Pasiran (Peta

PPGL); Pasir (Survey)

Polygon;

Point

Peta PPGL & Survey

Lapangan

Survei

lapangan

Sampling Lanau Pasiran

merupakan sedimen

di seluruh Kep.

Bidadari (Peta

PPGL)

Sedimen campuran - - - - - Sampling -

Non alami

Transportasi - - - - - - -

Industri - - - - - - -

Permukiman - - - - - - -

Budidaya laut Budidaya Point Survey Lapangan Survei lapanganDokumentasi &

Marking Posisi (GPS)

Lokasi budidaya

(KJA dan Bagan)

dapat terinterpretasi

visual dengan jelas

pada CSRT, saat

dilihat dengan

perbesaran

1:25.000

Unsur SNI Skala 1: 250.000

Unsur dlm Peta Fitur Data

Spasial

Sumber data Ketelit

ian

Solusi Perolehan data Keterangan

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

25

Tabel 3.6. Matrisk feasibility pengembangan metode kelas kelas SNI liputan dasar laut skala

1: 50.000

Metode Teknik

1 Alami

1.1 biotik

1.1.1 Karang Karang Polygon & Point Data Raster (CSRT)

Data Lapangan

sedang Interpretasi

Visual Citra &

Survey

Water Column

Correction &

Deliniasi

- Survey : Stop &

Go; Photoquad

-RRA

LIT

Belum dibedakan antara C

(Coral ) & DC (Dead Coral)

1.1.2 Padang Lamun Padang Lamun Polygon & Point Data Raster (CSRT)

Data Lapangan

sedang Interpretasi

Visual Citra &

Survey

- Deliniasi Citra

- Survey : Stop &

Go; Photoquad

-transek

1.1.3 Makro Alga Makro Alga Polygon & Point Data Raster (CSRT)

Data Lapangan

sedang Interpretasi

Visual Citra &

Survey

- Deliniasi Citra

- Survey : Stop &

Go; Photoquad

-RRA

-LIT

Sering masuk kedalam kelas

campuran DCA (Death

Coral w/ Algae)

1.1.4 Mangrove Mangrove Polygon & Point Data Raster (CSRT)

Data Lapangan

sedang Interpretasi

Visual Citra &

Survey

-Hybrid (NDVI &

Delinasi Batas)

- Survey :

Groundtruthing

1.1.5 Unsur Biotik LainnyaBiota Laut (Bulu

Babi, Teripang)

Point Data Lapangan sedang Survey - Manual input

- Dokumentasi

Metode Teknik

1.2 Abiotik

1.2.1 Solid Solid Point Survey Lapangan rendah Survey Sampling Yang dimasukkan kedalam

jenis ini adalah DC

Bongkah Bongkah Point Survey Lapangan rendah Survey Sampling

Berangkal Berangkal Point Survey Lapangan rendah Survey Sampling

Pecahan Pecahan Point Survey Lapangan rendah Survey Sampling Rubble (Pecahan) dalam

citra seringkali teramati

dalam asosiasi dengan

karang mati; atau terlihat

jelas pada tubir (kasus P.

Tidung)

Kerikil/kerakal Kerikil/kerakal Polygon & Point Peta PPGL & Survey Lapanganrendah Survey Sampling Informasi = 250K

Pasir Pasir Polygon & Point Peta PPGL & Survey Lapanganrendah Survey Sampling Informasi = 250K

Lumpur Lumpur Polygon & Point Peta PPGL & Survey Lapanganrendah Survey Grab sampler Informasi = 250K

Singkapan - - - - - - Tidak ditemukan

Pavement - - - - - - Tidak ditemukan

Parit/Saluran - - - - - - Tidak ditemukan

Patahan - - - - - - Tidak ditemukan

Pasir Kerang - - - - - - Tidak ditemukan

Lanau - - - - - - Tidak ditemukan

Lempung - - - - - - Tidak ditemukan

Unsur abiotik Lainnya- - - - - - Tidak ditemukan

1.3 Non alami

1.3.1 Bagan Bagan Tancap Point Data Raster (CSRT)

Data Lapangan

sedang Interpretasi

Visual &

Survey

Dokumentasi &

Marking Posisi

Karamba KJA Point Data Raster (CSRT)

Data Lapangan

sedang Interpretasi

Visual &

Survey

Dokumentasi &

Marking Posisi

Rumpon Bubu Point Survey Lapangan sedang Survey Dokumentasi &

Marking Posisi

Area budidaya - - - - - - Tidak ditemukan

Jembatan - - - - - - Tidak ditemukan

Kabel - - - - - - Tidak ditemukan

Limbah - - - - - - Tidak ditemukan

Pipa - - - - - - Tidak ditemukan

Rig - - - - - - Tidak ditemukan

Terowongan - - - - - - Tidak ditemukan

No Unsur SNI Skala 1: 50.000

Unsur dlm Peta Fitur Data Spasial Sumber data Ketelitian Solusi Perolehan data Keterangan

No Unsur SNI Skala 1: 50.000

Unsur dlm Peta Sumber data Ketelitian Keterangan Solusi Perolehan data Fitur Data Spasial

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

26

3.2. Penyusunan Prototipe Liputan dasar laut

Protipe peta liputan dasar laut dibuat menggunakan metode overlay union yang dilengkapi

dengan seleksi features dari masing masing peta yang berasal dari walidata terkait. Uji

imlementasi Prototipe pemetaan liputan dasar laut yang dibuat dalam skala 1:250.000 dan

skala 1:50.000 memperlihatkan peran dari peta sedimen yang berasal dari pusat penelitian

an pengembangan geologi kelautan (P3GL) – kementerian ESDM, Peta lingkungan panati

Indonesia dan peta laut (Badan Informasi Geospasial) dan Peta pusat Hidro oseanografi – TNI

AL memegang peranan penting dalam ketersedian unsur alami-biotik, abiotik dan non alami

(budidaya dan buatan). Akan tetapi tidak semua unsur unsur pendukung SNI liputan dasar

laut tersedia pada walidata tersebut di atas, yang tentu saja perlu dikombinasikan dengan

data survey lapangan.

Adapun uraian untuk masing masing prototipe liputan dasar laut adalah sbb:

3.2.1 Prototipe peta skala 1:50.000

Unsur alami biotik prototipe liputan dasar laut skala 1: 50.000 dapat diperoleh dari peta

sedimen permukaan dasar skala 1: 100.000 dengan melakukan digitasi diatas peta hasil

penelitian yang dilakukan oleh kelompok peneliti di P3GL. Hasil digitasi menunjukan area yang

berada sejauh 2 km dari bibir pantai memiliki karakteristik pasir. Karakteristik sedimen yang

berada 2 km hingga mencapai 20 km dari bibir pantai terlihat seperti lanau. Sedangkan

karakteristik lain yang tampak di muka peta berupa pasir lanauan (Gambar 3.1).

Mengingat informasi unsur alami biotik tidaklah lengkap tersedia pada data ini, maka perlu

dilaksanakan kelengkapan data dengan menggunakan dasar peta Peta sebaran tekstur

sedimen permukaan dasar laut skala 1: 250.000 (Gambar 3.3). Hal ini dikarenakan peta skala

1: 250.000 ini mempunyai unsur unsur yang lebih lengkap dibandingkan skala yang lebih detil

di atas (skala 1: 100.000)

Untuk unsur alami biotik diperoleh dari peta terumbu karang, mangrove nasional, peta LPI

yang juga perlu didetilkan dengan survey lapangan. Sedangkan untuk unsur non alami

budidaya dan buatan diperoleh dari peta LPI. Unsur budidaya umumnya tidaklah bersifat

permanen oleh karena itu keberadaan unsur ini perlumenjadi catatan khusus dalam

penyusunan peta liputan dasar laut, yang mana informasinya hasrus terus di update melalui

metode marking posisi di lapangan.

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

27

Adapun prototipe peta liputan dasar laut skala 1: 50.000 ini dapat dilihat pada gambar 3.2.

Hasil uji implementasi IG liputan dasar laut ini baru mencakup 49,31 % dari unsur unsur yang

ada pada SNI 7987-2014 (Tabel 3.7.), karena tidak semua data data yang dimaksud ada pada

wilayah yang dikaji. Akan tetapi kelengkapan unsur unsur masih dapat dilaksanakan melalui

solusi data dari walidata melalui survey lapangan mau, analisa inderaja maupun laboratorium

sebagaimana diuraikan pada tabel 3.6 di atas, sehingga dapat diperoleh kelengkapan unsur

hingga 90.97%

Gambar 3.1. Peta Sedimen Permukaan Dasar Laut Daerah Teluk Jakarta

dan Sekitarnya (P3GL, 1986)

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

28

Gambar 3.2. Prototipe peta Liputan dasar laut skala 1: 50.000

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

29

Tabel 3.7. Uji Feasibility IG Prototipe liputan dasar laut skala 1: 50.000

BAU Solusi

Teknik Metode BAU Solusi 49.31 90.97

1 Unsur Alami

1.1 Abiotik

1.1.1 Singkapan Batuan induk muncul

dari bawah laut

tidak ada poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL

menyesuaik

an SNI

0 3

1.1.2 Pavement Profil terumbu yang

datar, rendah, halus,

berasosisi dengan

sandston, limestone

tidak ada poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL

menyesuaik

an SNI

0 3

1.1.3 Parit/Saluran Kanal dasar yang

telah teretosi

menjadi terumbu

tersedimentasi

tidak ada poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL

menyesuaik

an SNI

0 3

1.1.4 Solid pecahan besar

batuan, diameter

>256 mm. ciri abrasi

sewaktu transportasi

tidak ada poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL

menyesuaik

an SNI

0 3

1.1.5 bongkah pecahan besar

batuan, diameter

>256 mm. ciri abrasi

sewaktu transportasi

tidak ada poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL

menyesuaik

an SNI

0 3

1.1.6 berangkal pecahan besar

batuan, diameter 64 -

256 mm. ciri abrasi

sewaktu transportasi

tidak ada poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL

menyesuaik

an SNI

0 3

1.1.7 Patahan Terumbu yang

sudah tidak utuh dan

terfragmentasi

tidak ada poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL

menyesuaik

an SNI

0 3

1.1.8 Pecahan pecahan batuan atau

karang, diameter

256 mm

tidak ada poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL

menyesuaik

an SNI

0 3

1.1.9 Kerikil/kerakal Susbtrat terlepas,

diamater 2 - 64 mm

Kerikil PPGL sedang poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL,

menyesuai

kan

menjadi

kerikil

menyesuaik

an SNI

4 4

1.1.10Pasir Kerang Substrat terlepas,

dominasi pecahan

karan, ukuran butir

0.063 - 2 mm

tidak ada poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL

menyesuaik

an SNI

0 3

1.1.11Pasir Susbtrat terlepas,

ukuran butir 0.063-2

mm

1. Pasir

2. Pasir kerikilan

3. Pasir lumpuran

4. Pasir lumpuran

kerikilan

5. pasir lumpuran

sdk kerikilan

pasir sdk kerikilan

PPGL sedang poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL/

menyesuai

kan

menjadi

kelas pasir

menyesuaik

an SNI

4 4

1.1.12Lanau Substrat terlepas,

daya lekat tinggi,

ukuran butir <0,003

mm

1.lanau

2. lanau pasiran

PPGL sedang poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL/

menyesuai

kan

menjadi

kelas lanau

menyesuaik

an SNI

4 4

1.1.13Lempung Substrat terlepas,

daya lekat tinggi,

ukuran butir <0,003

mm

1. lempung

2. lempung

pasiran

PPGL sedang poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL/

menyesuai

kan

menjadi

kelas

lempung

menyesuaik

an SNI

4 4

1.1.14Lumpur Substrat lunak, kadar

air cukup tinggi,

kombinasi lempung,

lanau dan tanah

1. Lumpur

2. lumpur pasiran

sdk kerikilan

3. Lumpur sedikit

kerikilan

PPGL sedang poligon data

sekunder

dari walidata

terkait

sesuai std

KL/

menyesuai

kan

menjadi

kelas

lumpur

menyesuaik

an SNI

4 4

1.1.15Unsur abiotik Lainnyasubstrat dasar yang

bukan organisme

atau makhluk hidup

lainnya

tidak ada

0 3

Nilai feasibiity

skorSkala 1: 50.000

Unsur dlm Peta

protipe

No Unsur SNI

Keterangan Sumber data Ketelitian DB

Spasia

Keterangan Solusi Perolehan data

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

30

1.2 Biotik

1.2.1 Mangrove lebat mangrove pengamatan

lapangan/ analisa

inderaja

kurang poligon pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai std

KL/

menyesuai

kan

informasi

lapangan

menyesuaik

an SNI

1 4

1.2.3 Mangrove sedang mangrove pengamatan

lapangan/ analisa

inderaja

kurang poligon

/titik

pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai std

KL/

menyesuai

kan

informasi

lapangan

menjadi

mangrove

kerapatan

sedang

hingga

jarang

menyesuaik

an SNI

1 4

1.2.4 Mangrove jarang mangrove pengamatan

lapangan/ analisa

inderaja

kurang poligon

/titik

pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai std

KL/

menyesuai

kan

informasi

lapangan

menjadi

mangrove

kerapatan

sedang

hingga

jarang

menyesuaik

an SNI

1 4

1.2.5 Padang lamun tidak ada pengamatan

lapangan/ analisa

inderaja

sedang poligon

/titik

pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai std

KL/

menyesuai

kan

informasi

lapangan

pengamatan

lapangan

1 4

1.2.6 Makroalga makro alga pengamatan

lapangan/ analisa

inderaja

sedang poligon

/titik

pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai std

KL/

menyesuai

kan

informasi

lapangan

pengamatan

lapangan

1 4

1.2.7 Karang Karang pengamatan

lapangan/ analisa

inderaja

sedang poligon

/titik

pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai std

KL/

menyesuai

kan

informasi

lapangan

pengamatan

lapangan

1 4

1.2.8 Unsur biotik

Lainnya

tidak ada pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai std

KL/

menyesuai

kan

informasi

lapangan

3 4

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

31

2 Unsur Non-

Alami 2.1 Area budidaya lokasi tempat

memanfaatkan

seumberdaya laut,

spt bangkai kapal,

terumbu karang

butan, rumput laut,

mutiara

2.1.1. Bagan ada tercampur

dengankeramba

LPI kurang titik pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

lokasi dan

keberadaan

bisa tidak

tetap

4 4

2.1.2 keramba keramba/Light/

tercampur dengan

bagan

LPI kurang titik pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

lokasi dan

keberadaan

bisa tidak

tetap

4 4

2.1.3 Rumpon tidak ada titik pengamatan

lapangan/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

lokasi dan

keberadaan

bisa tidak

tetap

2 4

2.1.4 dll rawa LPI baik poligon pengamatan

lapangan/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

4 4

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

32

Hasil uji penyusunan prototipe liputan dasar laut ini menunjukan perlunya proses generalisasi

unsur unsur sedimen permukaan dasar laut yang diperoleh dari P3GL ke dalam kelas kelas

yang ada pada SNI 7987-2014, seperti kelas pasir, lanau, lempung dan lumpur

Selain itu pada unsur non alami- buatan, ditemui adanya beberapa unsur yang belum ada

pada SNI 7987-2014 dan perlu ditambahkan untuk melengkapinya.

2.2. Buatan Manusia

2.2.1 Jembatan jembatan LPI baik garis pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

4 4

2.2.2 Kabel kabel LPI baik garis pengamatan

lapangan/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

4 4

2.2.3 Limbah tidak ada garis pengamatan

lapangan/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

0 3

2.2.4 Pipa pipa LPI baik garis pengamatan

lapangan/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

4 4

2.2.5 Rig tidak ada titik pengamatan

lapangan/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

0 3

2.2.6 Terowongan tidak ada garis pengamatan

lapangan/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

0 3

2.2.7 dll tanggul LPI baik titik pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

tidak ada

dalam SNI,

bisa

ditambahka

n

4 4

darmaga (wharf) LPI baik titik pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

tidak ada

dalam SNI,

bisa

ditambahka

n

4 4

Bangunan LPI baik titik pengamatan

lapangan/

analisa dat

ainderaja/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai

dengan std

KL

tidak ada

dalam SNI,

bisa

ditambahka

n

4 4

Kapal karam LPI baik titik sesuai

dengan std

KL

tidak ada

dalam SNI,

bisa

ditambahka

n 4 4

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

33

3.2.2. Prototipe peta skala 1:250.000

Uji implementasi SNI 7987-2014 untuk menyusun IG liputan dsar laut skala 1: 250,000

menggunakan peta sedimen permukaan dasar laut skala 1:250.000 diperoleh dari peta

Geologi dasar laut bersistem Indonesia yang dibuat oleh P3GL untuk unsur alami – abiotiknya

(Gambar 3.3).

Sedangkan untuk unsur alami-biotik menggunakan informasi yang diperoleh dari peta laut,

peta sebaran mangrove nasional dan peta terumbu karang nasional. Akan tetapi karena luasan

komponen biotik dan skala peta yang relative kasar, komponen biotik ini hanya bisa

digambarkan dalam bentuk symbol atau titik. Untuk melengkapi keberadaan unsur ini yang

sulit ditemukan pada peta peta dari walidata, perlu dilengkapi dengan pengamatan lapangan

sebagaimana diuraikan dalam tabel 3.5 di atas

Untuk unsur non alami budidaya dan buatan informasi dapat diperoleh dari peta LPI dan

peta laut, yang mana informasi unsur unsur ini tidak lengkap tersedia, yang tentu saja untuk

melengkapinya sesuai dengan SNI 7987-2014 perlu didukung dengan survei lapangan

sebagaimana duraikan pada tabel 3.5. di atas.

Gambar 3.3. Peta sebaran tekstur sedimen permukaan dasar laut

(P3GL, 1986)

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

34

Adapun prototipe liputan dasar laut skala 1: 250.000 dpat dilihat pada gambar 3.4 berikut

ini;

Uji kelengkapan unsur unsur IG liputan dasar laut skala 1: 250.000 dibandingkan dengan

unsur unsur pada SNI 7987-2014 adalah 57,14 %. Hal ini disebabkan tidak semua unsur unsur

pendukung dapat ditemukan pada wilayah tersebut (Tabel 3.8). Sedangkan feasibility untuk

mendapatkan kelengkapan data dari unsur unsur sesuai dengan SNI dapat mencapai 95,45

%, apabila dilaksanakan perolehan data melalui walidata terkait/ pengamatan/observasi

lapangan dan uji laboratorium (Tabel 3.7).

Gambar 3.4. Prototipe peta Liputan dasar laut skala 1: 250.000

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

35

Tabel 3.8. Uji Feasibility IG Prototipe liputan dasar laut skala 1: 250.000

BAU Solusi

Teknik Metode BAU walidata 57.14 95.45

1 Unsur Alami

1.1 Abiotik

1.1.1 Batuan substrat

batuan/terumbu

terpadu

(consolidatated) ,

tdk terpisah,

tidak terputus

dalam jarak

tertentu. Berupa

padatan

singkapan,

bongkah atau

saluran/parit

Kerikil PPGL sedang poligon/ti

tik

data

sekunder

dari wali

data terkait/

pengamatan

lapangan

sesuai std

KL terkait

dapat

dikerjasama

kan

4 4

1.1.2 Sedimen berbutir

kasar

substrat terlepas

(unconsolidated),

berasal dari

batuan hasil

proses

geomorfologi

dengan pola tdk

terputus. Butir

kasar, ukuran >

2 mm

tidak ada kurang poligon data

sekunder

dari wali

data terkait

sesuai std

KL terkait

dapat

dikerjasama

kan

0 3

1.1.3 Sedimen berbutir

Halus

Subtrat terlepas

(unconsolidated)

berasal dari

proses

geomorfologi ,

pola tidak

terputus, butir

halus sampai

sangat halus,

berukuran < 2

mm

1.lanau

2. lanau pasiran

3. lempung

4. lempung

pasiran

5 Lumpur

6. lumpur pasiran

sdk kerikilan

7. Pasir

8. Pasir kerikilan

9. Pasir lumpuran

10. Pasir

lumpuran

kerikilan

11. pasir

lumpuran sdk

kerikilan

pasir sdk kerikilan

12. Lumpur

sedikit kerikilan"

PPGL terlalu detail poligon data

sekunder

dari wali

data terkait

generalisas

i menjadi:

Sedimen

berbutir

halus

menyesuaik

an dengan

SNI

4 4

1.2.4 Sedimen campuran Substrat terpadu

dan terlepas,

berbutir halus

maupun kasar.

Membentuk

karakteristik

permukaan yang

datar, beriak,

bergelombang

atau berbukit

tidak ada poligon data

sekunder

dari wali

data terkait

sesuai std

KL terkait

menyesuaik

an

0 3

1.2 Biotik

1.2.1 Vegetasi Lahan

Basah Pesisir

Mangrove Peta laut kurang simbol pengamatan

lapangan

sesuai std

KL terkait/

menyesuai

kan

menjadi

vegetasi

lahan

basah

pesisir

menyesuaik

an dengan

SNI

4 4

1.2.2 vegetasi Bawah

permukaan Laut

tidak ada simbol data

sekunder

dari wali

data terkait/

pengamatan

lapangan

sesuai std

KL terkait

menyesuaik

an dengan

SNI

0 3

1.2.3 Gugusan Terumbu

Karang

Peta Laut kurang simbol pengamatan

lapangan

sesuai std

KL terkait/

menyesuai

kan

menajdi

gugusan

terumbu

karang

menyesuaik

an dengan

SNI

4 4

Skala 1: 250.000 Nilai feasibility

Skor

No Unsur SNI

Unsur dlm Peta

Prototipe

Sumber

data

Ketelitian DB

Spasial

Keterangan

Keterangan Unsur

Solusi Perolehan data

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

36

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil survey dengan menggunakan metode Delphi, IG liputan dasar laut

merupakan IG yang penting untuk mendukung pembangunan nasional berbasiskan kelautan

dan kebijakan satu peta. Walidata dari kegiatan ini dapat dilaksaanakan oleh Badan Informasi

Geospasial sebagaimana dinyatakan dalam Kepala Bakosurtanal sebelumnya.

SNI 7987-2014 tentang klasifikasi liputan dasar laut dapat segera diimplementasikan

prototipenya, yang dapat dilihat dari Nilai kesesuaian implementasi, yaitu sebesar 91 untuk

sekala 1: 250.000 dan 88 untuk sekala 1: 50.000. Nilai feasibility untuk dalam menyusun IG

ini berdasarkan metode integrasi data data walidata adalah 27,27% untuk skala 1: 250.000

dan 44,12 % untuk skala 1: 50.000. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan data review

dokumen. Hal ini disebabkan nilai ini hanya mencakup unsur unsur yang ada pada wilayah

kajian dan ketersediaan informasi unsur unsur pendukung IG liputan dasar laut semata. Oleh

karena itu untuk mencapai hasil yang maksimal perlu didukung dengan kelengkapan data

melalui analisa primer yang dalam hal ini dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan

walidata terkait.

Analisa primer ini adalah melalui metode antara lain:

1. Untuk unsur alami biotik melalui metode interpretasi visual citra inderaja maupun

water column correction yang didukung dengan metode survey dengan Teknik Survey

Stop & Go, Photoquad, marking posisi khususnya untuk skala 1: 250.000. Sedangkan

untuk skala 1: 50.000 selain kedua Teknik/metode survey di atas dapat dilengkapi

degan metode/Teknik survey RRA dan LIT

2. Untuk unsur alami abiotik dapat dilengkapi dengan metode survey dengan sampling,

grab sampling yang didukung dengan analisa lapangan maupun dengan metode

sederhana marking

3. Untuk unsur non alami budidaya dan buatan dapat dilengkapi dengan metode survey

dengan Teknik marking posisi.

2 Non Alami

2.1 Transportasi tidak ada pengamatan

lapangan/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai std

KL terkait

menyesuaik

an dengan

SNI

0 3

2.2 Industri tidak ada pengamatan

lapangan/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai std

KL terkait

menyesuaik

an dengan

SNI

0 3

2.3 Permukiman pemukiman Peta LPI sedang poligon Data

sekunder

dari walidat

aterkait

sesuai std

KL terkait

4 4

2.4 Budidaya laut tidak ada pengamatan

lapangan/

data

sekunder

dari KL

terkait

sesuai std

KL terkait

menyesuaik

an dengan

SNI

0 3

2.5 dll Suar Peta laut sedang titik Data

sekunder

dari walidat

aterkait

4 4

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

37

Baik review dokumen maupun penyusunan prototipe menyarankan perlunya ditambahkan

unsur unsur tertentu dalam SNI, antara lain:

1. Dalam unsur non alami budidaya skala 1: 50.000 perlu ditambahkan unsur budidaya

rumpon, tambak

2. Dalam unsur non alami buatan skala 1: 50.000 perlu ditambahakan unsur limbah,

tanggul, darmaga, kapal karam, suar, bangunan laut lainnya

Hasil evaluasi ini juga menunjukan perlu adanya review dari dokumen SNI 7987-2014 tentang

klasifikasi liputan dasar laut terkait dengan adanya beberapa tambahan unsur, khususnya

pada kelompok kelas budidaya dan buatan serta penyesuaian beberapa kelas pada kelompok

biotik yang baik definisi maupun persyaratannya dapat dijadikan dalam satu kelas, seperti

kelas Pavement,Parit/Saluran, Solid pada kelompok kelas abitok sekala 1: 50.000. Untuk ke

depanya, perlu dipertimbangkan bahwa penyusunan IG maupun prototipenya harus sudah

dilaksanakan sebelum diberlakukannya SNI sehingga implementasi dari SNI dapat lebih

efektif.

DAFTAR PUSTAKA 1. Adler, Nicole, Lea Friedman, Zilla Sinuany-Stern. 2002. European Journal of Operational

Research, Volume 140, Issue 2; pp 249-265. doi.org/10.1016/S0377-2217(02)00068-1 2. Apriando, Tommy. 2015. Kolaborasi KKP dan BIG Mengelola Kelautan Berkelanjutan.

Seperti Apa? Mongobay Indonesia; situs Berita Lingkungan. mongabay.co.id/2015/04/06 3. Badan Informasi Geospasial (BIG). 2015. Keputusan Kepala Badan Informasi Geospasial

No 54 tahun 2015 tentang Walidata Informasi Geospasial tematik (The Chairan of Geospatial Information Agency Decree about The Thematic Geospatial Information Custodians. BIG. Jakarta

4. Bada Koordinasi Survay dan Pemetaan Nasional. Peta Lingkungan Pantai Indonesia Skala 1: 50.000 niolembar 2010-03

5. Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011. SNI 7716-2011: Pemetaan habitat Perairan dangkal–Bagian1: pemetaan terumbukarang dan Padang lamun

6. Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2011. SNI 7717-2011: Survei dan pemetaan mangrove

7. Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2014. SNI 7987-2014 tentang klasifikasi liputan dasar laut

8. Dahuri, Rokhmin. 2003. Paradigma Baru Pembanguan Indonesia Berbasis Kelautan. Ringkasan Orasi Ilmiah. http://repository.ipb.ac.id

9. Diesing, Markus, Sophie L.Green, David Stephens, R. Murray Lark, Heather A.Stewart, Dayton Dove. 2014. Mapping seabed sediments: Comparison of manual, geostatistical, object-based image analysis and machine learning approaches . Continental Shelf Research, Vol 84: pp 107-119. doi.org/10.1016/j.csr.2014.05.004

10. Fan, Bingjiao, Eric C. C. Tsang Weihua Xu, and .Jianhang Yu. 2015. Double-quantitative rough fuzzy set based decisions: A logical operations method. Information Sciences, Vol 378 (1): pp 264-281. doi.org/10.1016/j.ins.2016.05.035

11. Jo, Jin Suk and Ki Nam Kim. 2014. Development of a Questionnaire for Dietary Habit Survey of Korean Adults. Korean J Community Nutr. 2014 Jun;19(3):258-273. doi.org/10.5720/kjcn.2014.19.3.258

12. Kloser, R. J., N. J. Bax, T. Ryan, A. Williams and B. A. Barker. 2001. Remote sensing of seabed types in the Australian South East Fishery; development and application of normal incident acoustic techniques and associated 'ground truthing'. Marine and Freshwater Research 52(4): pp 475 – 489. doi.org/10.1071/MF99181

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

38

13. Lasabuda, Ridwan. 2013. Tinjauan Teoritis: Pembanguan Wilayah Pesisir dan Lautan Dalam Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax. Vol 1-2: pp 92-101

14. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi kelautan (P3GL). 1986. Peta Sedimen Permukaan Dasar Laut Daerah Teluk Jakarta dan Sekitarnya skala 1: 100.000

15. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi kelautan (P3GL). 1986. Peta sebaran tekstur sedimen permukaan dasar laut skala 1: 250.000

16. Propinsi DKI Jakarta. 2017. Kepulauan Seribu. http://www. Jakarta.go.id/v2/news/2009/11/kepulauan-seribu#.WHziQDcxXIU

17. Puhr, Kristian, StewartSchultz, Kristina Pikelj, DonatPetricioli, TatjanaBakran-Petricioli. 2014. The performance, application and integration of various seabed classification systems suitable for mapping Posidonia oceanica (L.) Delile meadows. Science of The Total Environment, Vol 470–471: pp 364-378. doi.org/10.1016/j.scitotenv.2013.09.103

18. Petit, Tristan, Touria Bajjouk, PascalMouquet,Sébastien Rochette, BenoitVozel, Christophe Delacourt. 2017. Hyperspectral remote sensing of coral reefs by semi-analytical model inversion – Comparison of different inversion setups. Remote Sensing of Environment, Vol190; pp 348-365. doi.org/10.1016/j.rse.2017.01.004

19. Sutrisno, Dewayany.2017.”The Development of Marine Spatial Planning and Its Application for Floating Fish Net Culture”. Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning Vol 4(1); pp 41-52. doi.org/10.14710/geoplanning.4.1.41-52

20. Sutrisno, dewayany, Suzan Novtalia Gill and Suseno suseno. 2017. The development of spatial decision support system tool for marine spatial planning. International Journal Of Digital Earth, pp: 1753-8955. dx.doi.org/10.1080/17538947.2017.1363825.

21. Roelfsema C.M. , S.R. Phinn , N. Udy & P. Maxwell. 2010. An integrated field and remote sensing approach for mapping Seagrass Cover, Moreton Bay, Australia. Journal of Spatial Science, Vol 54, Issue 1: pp 45-62. dx.doi.org/10.1080/14498596.2009.9635166

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

39

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisa Kuesioner Tahap 1

KATEGORI a b c d e f g h i j k l m n 0 p q r s t TOTAL AVERAGE STD

SNI klasifikasi Liputan dasar laut

sangar diperlukan dalam program

pembangunan nasional

5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 3 4 5 4 4 93 4.65 0.582

Komponen biotik, abiotik dan

budidaya dalam SNI klasifikasi Liputan

dasar laut telah mendukung program

satu peta

3 3 3 2 4 3 5 5 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 73 3.65 0.820

BIG menjadi walidata IG liputan dasar

laut

4 4 4 5 2 4 5 5 5 4 1 3 2 2 3 1 2 4 5 5 70 3.50 1.387

Klasifikasi mangrove pada SNI liputan

dasar laut adalah lebat, sedang dan

jarang sedangkan kelas non mangrove

dimasukan ke dalam kelompok

abiotik, budidaya ataupun biotik

lainnya sudah tepat

3 4 4 1 2 2 5 5 4 3 3 3 3 5 4 1 4 4 5 3 68 3.40 1.307

mengelompokan substrat ke dalam

kelompok abiotik dalam SNI klasifikasi

liputan dasar laut sudah tepat

3 4 4 5 3 4 5 5 4 4 5 2 0 4 4 1 0 2 3 3 65 3.25 1.635

Perlu dimasukan kelas klorofil ke

dalam SNI klasifikasi liputan dasar laut

4 1 1 1 4 4 5 4 4 3 3 2 3 2 5 5 3 1 5 4 64 3.20 1.463

Istilah karang sudah tepat dan dapat

mengakomodir semua jenis karang

yang ada

3 1 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 1 2 5 1 2 60 3.00 1.224

Istilah Seabed cover yang sudah lama

diperdebatkan perlu diubah

4 2 1 1 4 4 4 4 4 2 1 4 4 2 3 5 3 1 3 2 58 2.90 1.311

Kelas vegetasi lahan basah dalam

sekala 1:250.000 untuk klasifikasi

liputan dasar laut sudah tepat

3 2 2 3 3 2 4 5 4 2 3 2 4 4 3 1 4 1 3 2 57 2.85 1.177

Important issues

Need to be clarify

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

40

Lampiran 2. Hasil Analisisa Kuesioner Tahap 2

KATEGORI u v w x y z 1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL AVERAGE STD

Perlu dimasukan kelas klorofil ke

dalam SNI klasifikasi liputan dasar laut

5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 65 4.64 0.469

SNI klasifikasi Liputan dasar laut

sangar diperlukan dalam program

pembangunan nasional

5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 63 4.50 0.514

BIG menjadi walidata IG liputan dasar

laut

4 4 4 4 4 5 5 4 2 2 5 4 3 5 55 3.93 0.829

Komponen biotik, abiotik dan

budidaya dalam SNI klasifikasi Liputan

dasar laut telah mendukung program

satu peta

5 4 5 4 4 5 3 4 3 5 5 3 4 1 55 3.93 1.109

mengelompokan substrat ke dalam

kelompok abiotik dalam SNI klasifikasi

liputan dasar laut sudah tepat

4 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5 3 1 54 3.86 1.027

Klasifikasi mangrove pada SNI liputan

dasar laut adalah lebat, sedang dan

jarang sedangkan kelas non mangrove

dimasukan ke dalam kelompok

abiotik, budidaya ataupun biotik

lainnya sudah tepat

4 3 5 4 4 3 3 4 3 2 4 4 3 5 51 3.64 0.825

Kelas vegetasi lahan basah dalam

sekala 1:250.000 untuk klasifikasi

liputan dasar laut sudah tepat

4 3 3 4 4 3 2 5 4 5 4 2 4 1 48 3.43 1.225

Istilah karang sudah tepat dan dapat

mengakomodir semua jenis karang

yang ada

3 4 3 4 4 5 3 4 2 2 3 2 2 5 46 3.29 1.016

Istilah Seabed cover yang sudah lama

diperdebatkan perlu diubah

4 3 4 2 2 2 2 5 4 2 4 1 3 1 39 2.79 1.351

Important issues

Need to be clarify

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

41

Lampiran 3. Hasil Analisa Kuesioner Tahap 3

KATEGORI u v w x y z 1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL AVERAGE STD

BIG menjadi walidata IG liputan dasar

laut

4 4 4 4 4 5 5 4 2 2 5 4 3 5 55 3.93 0.829

Istilah Seabed cover yang sudah lama

diperdebatkan perlu diubah

3 4 3 4 4 5 3 4 2 2 3 2 2 5 46 3.29 1.016

mengelompokan substrat ke dalam

kelompok abiotik dalam SNI klasifikasi

liputan dasar laut sudah tepat

4 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5 3 1 54 3.86 1.027

Perlu dimasukan kelas klorofil ke

dalam SNI klasifikasi liputan dasar laut

5 4 5 4 4 5 3 4 3 5 5 3 4 1 55 3.93 1.109

Penyesuaian istilah dalam kelas kelas

abiotik tidak perlu dilakukan

4 3 3 4 4 3 2 5 4 5 4 2 4 1 48 3.43 1.225

Istilah vegetasi lahan basah perlu

disesuaikan dengan SNI survei dan

pemetaan Mangrove

4 3 4 2 2 2 2 5 4 2 4 1 3 1 39 2.79 1.351

Important issues

Need to be clarify

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

42

Lampiran 4. Kuesioner Tahap 1

KUESIONER

KEGIATAN PENELITIAN UJI IMPLEMENTASI SNI7987-2014 :

KLASIFIKASI LIPUTAN DASAR LAUT

“Kuesioner ini dilaksanakan sebagai bagian dari penelitian Uji implementasi SNI klasifikasi

liputan dasar laut. SNI klasifikasi Liputan dasar laut mengacu pada pada kaidah pemetaan sekala

1: 250.000 dan 1: 50.000 dengan pendekatan aspek ekologi dan geomorfologi. Aspek klasifkasi

liputan dasar laut mencakup obyek obyek yang berada di permukaan, kolom dan dasar laut;

berada di luar kontinen ataupun pulau pulau kecil”. Kami mohon sekiranya Bapak/Ibu dapat

meluangkan waktu sekitar 5 sampai 10 menit untuk mengisi kuesiner ini dan kami harapkan

dapat dikembalikan kepada kami selambat lambatnya Hari Rabu, 12 April 2017 bertempat di

ruang penelitian, gedung S lantai 1. Atas bantuannya sebelumnya kami sampaikan terimakasih

RESPONDEN:

Nama :

Afiliasi :

Profesi :

Pendidikan :

Pengalaman terkait dengan kelautan

:

Jawaban dari pertanyaan ini disusun dalam 5 selang kepercayaan. Silahkan centang (√) pada tempat yang disediakan sesuai dengan kepercayaan anda!.

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

43

1. Terkait dengan Posisi Indonesia sebagai negara maritime dan program nasional yang

mencanangkan Indonesia sebagai poros maritime dunia, informasi spasial terkait dengan

kelautan antara lain liputan dasar laut merupakan informasi yang diperlukan sebagai salah satu

acuan dalam implementasi pembangunan. Informasi ini diperlukan antara lain dalam

perencanaan zonasi dan tata ruang wilayah perairan, infrastruktur kelautan, transportasi dan

kegiatan kegiatan lainnya. Hanya sayangnya, informasi spasial yang tersedia masih seperti peta

LLN berada pada sekala 1: 500.000. Kandasnya kapal asing diperairan Raja Ampat merupakan

salah satu contoh diperlukannya informasi detil terkait liputan dasar laut. Benarkan menurut

anda bahwa informasi ini terutama terkait dengan sekala yang lebih detil, seperti 1: 50.000 dan

1: 250.000 sangat dibutuhkan untuk permasalahan seperti di atas?

Tidak dibutuhkan Sangat dibutuhkan

1 2 3 4 5

2. Untuk keperluan di atas berdasarkan terkait dengan walidata tematik, disusunlah SNI Liputan

dasar laut. Proses penyusunan SNI ini mencakup tim teknis yang bekerja sejak akhir tahun

2009 dan tim komite teknis yang akhirnya mensyahkan SNI 7987-2014 tentang klasifikasi

liputan dasar laut. Pemahaman liputan dasar laut disini mencakup permukaan, kolom dan

dasar perairan. Istilah liputan laut vs liputan dasar laut, seabed cover vs sea cover menjadi

perdebatan yang cukup alot dalam menentukan judul terkait content di dalammnya selama 4

tahun perjalanan menetapkan topik ini sebagai SNI, yang akhirnya ditetapkan sebagaimana

istilah di atas. Menurut anda perlukah istilah yg sudah ramai diperdebatkan sejak awalnya

diubah?

Tidak perlu Sangat diperlukan

1 2 3 4 5

3. Secara garis besar klasifikasi utama liputan dasar laut terdiri dari abiotik, biotik dan budidaya

dan terbagi dalam skala 1: 250.000 dan 1: 50.000. Dalam kaitannya dengan program satu peta,

komponen abiotik, biotik dan budidaya yang ada dalam SNI ini sudah dapat mendukung

program satu peta di kawasan maritime. Menurut anda sudah tepatkah?

Tidak tepat Sangat tepat

1 2 3 4 5

4. Seperti halnya dengan liputan lahan, liputan dasar laut menurut peraturan yang lampau

walidatanya adalah Bakosurtanal. Hal inilah mendasari disusunkan SNI SNI 7987-2014

tentang klasifikasi liputan dasar laut. Akan tetapi berdasarkan Keputusan Kepala BIG no

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

44

54/2015 tentang walidata informasi geospasial tematik, liputan dasar laut belum lagi memiliki

walidata. Menurut anda sudah tepatkan apabila BIG menjadi walidata dari IG liputan dasar

laut ini karena IG liputan dasar laut ini pada prinsipnya merupakan integrasi berbagai

informasi kelautan dan maritim?

Tidak tepat Sangat tepat

1 2 3 4 5

5. Sementara itu, terdapat SNI 7716-2011 tentang habitat perairan dangkal bagian 1: pemetaan

terumbu karang dan padang lamun. Ada overlap dalam dua SNI ini khususnya pada terumbu

karang dan padang lamun. Dimana SNI SNI 7716-2011 dan SNI liputan dasar laut ini

menggunakan istilah karang. Menurut anda, istilah karang sudah tepatkah untuk liputan dasar

laut dan dapat apakah dapat mengakomodir semua jenis karang termasuk karang lunak?

Tidak tepat Sangat tepat

1 2 3 4 5

6. SNI 7716-2011 tentang habitat perairan dangkal bagian 1: pemetaan terumbu karang dan

padang lamun, secara garis besar mengklasifikasikan habitat perairan dangkal dalam terumbu

karang, padang lamun, makro alga dan substrat. Sementara SNI SNI 7987-2014: liputan dasar

laut dari komponen biotik mengklasifikasikan dalam sekala 1: 50.000 nya atas karang, padang

lamun dan makro alga. Sedangkan komponen substrat masuk ke dalam kelompok abiotic yang

kemudian dikelaskan menurut standard sebagaimana ditetapkan dalam SNI liputan dasar laut

tersebut. Menurut anda sudah tepatkah mengkelompokan kelas substrat ke dalam komponen

abiotik?

Tidak tepat Sangat tepat

1 2 3 4 5

7. Selain SNI SNI 7716-2011 tentang habitat perairan dangkal bagian 1, terdapat SNI SNI7717-

2011 tentang survei dan pemetaan mangrove. Terdapat overlap dalam kedua SNI ini,

khususnya pada mangrove yang terletak pada kawasan subtidal atau selalu tergenang. SNI

liputan dasar laut menggunakan istilah vegetasi lahan basah untuk komponen biotik sekala 1:

250.000 untuk kawasan mangrove ini sedangkan SNI mangrove menggunakan istilah

mangrove dan non mangrove. Menurut anda sudah tepatkan mengkelasan sekala 1: 250.000

untuk klasifikasi liputan dasar laut ini?

Tidak tepat Sangat tepat

1 2 3 4 5

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

45

8. Terkait no (Vii),untuk sekala 1: 50.000, SNI klasifikasi liputan dasar laut mengkelaskan

mangrove subtidal tersebut ke dalam kelas lebat, sedang, jarang. Sedangkan SNI mangrove

mengkelaskannya ke dalam lebat, sedang, jarang dan non mangrove. SNI liputan dasar laut

memasukan non mangrove ini ke dalam kelompok abiotik, budidaya atau kelas kelas dalam

kelompok biotik lainnya. Menurut anda sudah tepatkah mengkelasan SNI liputan dasar laut

tema mangrove subtidal ini?

Tidak tepat Sangat tepat

1 2 3 4 5

9. Klorofil atau potensi alga bloom merupakan unsur yang belum terfasilitasi dalam SNI liputan

dasar laut ini. Menurut anda dengan konsep menspasialkan informasi pada dasar, kolom dan

permukaan laut dan mengingat pada kelompok biotik, apakah unsur ini perlu ditambahkan

pada klasifikasi liputan dasar laut?

Tidak perlu Sangat perlu

1 2 3 4 5

Terimakasih atas partisipasi anda..

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

46

Lampiran 5. Kuesioner Tahap 2

No SNI : 7987-2014

JUDUL SNI : Klasifikasi liputan dasar laut

METODE EVALUASI : Skoring

PESERTA :

JUDUL KAJIAN : Survei pendapat

Keterangan : Berikan tanda silang (X) pada Jawaban yang dipilih

SETUJUTIDAK

SETUJU

1 BIG menjadi walidata IG liputan dasar laut liputan dasar laut menurut peraturan yang lampau

walidatanya adalah Bakosurtanal. Hal inilah

mendasari disusunkan SNI SNI 7987-2014 tentang

klasifikasi liputan dasar laut. Akan tetapi berdasarkan

Keputusan Kepala BIG no 54/2015 tentang walidata

informasi geospasial tematik, liputan dasar laut belum

lagi memiliki walidata

2 Istilah Seabed cover yang sudah lama

diperdebatkan perlu diubah

Seabed didefinisikan sebagai “the ground under the

sea” atau “the ocean floor”. Dalam SNI 7987-2014

Pemahaman liputan dasar laut dalam SNI ini

mencakup permukaan, kolom dan dasar perairan

Menurut pertemuan yang

lalu, istilah sea cover hanya

untuk permukaan laut saja.

Sedangkan dalam SNI ini

mencakup permukaan,

kolom dan dasar

3 mengelompokan substrat ke dalam kelompok

abiotik dalam SNI klasifikasi liputan dasar

laut sudah tepat

Sementara SNI SNI 7987-2014: liputan dasar laut dari

komponen biotik mengklasifikasikan dalam sekala 1:

50.000 nya atas karang, padang lamun dan makro

alga. Sedangkan komponen substrat masuk ke dalam

kelompok abiotic yang kemudian dikelaskan menurut

standard sebagaimana ditetapkan dalam SNI liputan

dasar laut tersebut

4 Perlu dimasukan kelas klorofil ke dalam SNI

klasifikasi liputan dasar laut

Usulan fitur baru terkait dengan keberadaannya

dalam kolom air

Menurut pertemuan yang

lalu klorofil merupakan

paraameter oseanografi,

sehingga tidak perlu

dimasukan ke dalam

parameter liputan dasar laut5 Penyesuaian istilah dalam kelas kelas abiotik

tidak perlu dilakukan

Adanya perbedaan istilah dalam kelas kelas abiotik

dengan data referensi

6 Penyesuaian definisi dari kelas kelas abiotik

tidak perlu dilakukan

definisi dari kelas kelas abiotik ada yang tidak sesuai

dengan data referensi

7 Istilah vegetasi lahan basah perlu disesuaikan

dengan SNI survei dan pemetaan Mangrove

SNI liputan dasar laut menggunakan istilah vegetasi

lahan basah untuk komponen biotik sekala 1: 250.000

untuk kawasan mangrove ini sedangkan SNI

mangrove menggunakan istilah mangrove dan non

mangrove.

CATATANEVALUASI

KESESUAIAN

8 MASUKAN

SKOR NO PARAMETER KETERANGAN

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

47

Lampiran 6. Kusioner Tahap 3

No SNI : 7987-2014

JUDUL SNI : Klasifikasi liputan dasar laut

METODE EVALUASI : Skoring

PESERTA : 12

JUDUL KAJIAN : Survei pendapat

URAIAN :

0 Jumlah Nilai

1 BIG menjadi walidata IG liputan dasar laut liputan dasar laut menurut peraturan yang lampau

walidatanya adalah Bakosurtanal. Hal inilah

mendasari disusunkan SNI SNI 7987-2014 tentang

klasifikasi liputan dasar laut. Akan tetapi berdasarkan

Keputusan Kepala BIG no 54/2015 tentang walidata

informasi geospasial tematik, liputan dasar laut belum

lagi memiliki walidata

0

2 Istilah Seabed cover yang sudah lama

diperdebatkan perlu diubah

Seabed didefinisikan sebagai “the ground under the

sea” atau “the ocean floor”. Dalam SNI 7987-2014

Pemahaman liputan dasar laut dalam SNI ini

mencakup permukaan, kolom dan dasar perairan 0

Menurut pertemuan yang

lalu, istilah sea cover hanya

untuk permukaan laut saja.

Sedangkan dalam SNI ini

mencakup permukaan,

kolom dan dasar

3 mengelompokan substrat ke dalam kelompok

abiotik dalam SNI klasifikasi liputan dasar

laut sudah tepat

Sementara SNI SNI 7987-2014: liputan dasar laut dari

komponen biotik mengklasifikasikan dalam sekala 1:

50.000 nya atas karang, padang lamun dan makro

alga. Sedangkan komponen substrat masuk ke dalam

kelompok abiotic yang kemudian dikelaskan menurut

standard sebagaimana ditetapkan dalam SNI liputan

dasar laut tersebut

0

4 Perlu dimasukan kelas klorofil ke dalam SNI

klasifikasi liputan dasar laut

Usulan fitur baru terkait dengan keberadaannya

dalam kolom air

0

Menurut pertemuan yang

lalu klorofil merupakan

paraameter oseanografi,

sehingga tidak perlu

dimasukan ke dalam

parameter liputan dasar laut5 Penyesuaian istilah dalam kelas kelas abiotik

tidak perlu dilakukan

Adanya perbedaan istilah dalam kelas kelas abiotik

dengan data referensi0

6 Penyesuaian definisi dari kelas kelas abiotik

tidak perlu dilakukan

definisi dari kelas kelas abiotik ada yang tidak sesuai

dengan data referensi0

7 Istilah vegetasi lahan basah perlu disesuaikan

dengan SNI survei dan pemetaan Mangrove

SNI liputan dasar laut menggunakan istilah vegetasi

lahan basah untuk komponen biotik sekala 1: 250.000

untuk kawasan mangrove ini sedangkan SNI

mangrove menggunakan istilah mangrove dan non

mangrove.

0

CATATAN

SETUJU

EVALUASI KESESUAIAN

NILAI TOTAL

NILAI

SKOR

Setuju = 1,

tidak setuju

= 0

NO PARAMETER KETERANGAN

Uji Implementasi SNI Klasifikasi Liputan Dasar Laut

48