UAS

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS AKHIR SEMESTER PEDIATRI

Untuk memenuhi tugas akhir semester matakuliah Pediatri Yang dibimbing oleh dr. Agung

Oleh: Dyah Fitriana 100154400246

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DAN PRASEKOLAH PENDIDIKAN LUAR BIASA Desember 2011

1. Menurut anda apa peranan pediatri dalam upaya rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus? Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan atau penyimpangan fisik dan/ mental, yang dapat menjadi hambatan baginya untuk melakukan suatu aktivitas selayaknya (PP.No.4/1997). Jenis kelainan penyandang cacat yang dimaksud meliputi aspek fisik, memntal, maupun emosi dan sosial. Semua jenis kecacatan tersebut bagi penyandang cacat dapat mendatangkan permasalahan-permasalahan tertentu, terutama pada permasalahan kebutuhan hidup. Pediatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari kesehatan anak-anak, baik anak yang sehat maupun anak yang sakit. Anak yang sakit yang dikaji pediatri dampaknya ada dua kemungkinan yaitu sembuh dari sakit atau meninggal dunia. Bagi anak-anak yang dapat sembuh dari sakit, kondisi mereka ada dua kemungkinan, yaitu sembuh dengan kondisi cacat permanen, atau sembuh dari sakit dengan tidak disertai kecacatan. Bagi anak-anak yang sembuh dari sakit baik disertai kecacatan ataupun tidak, mereka membutuhkan layanan rehabilitasi dan habilitasi. Hal ini penting agar mereka dapat mengaktualisasikan potensi yang optimal, mandiri dan bergunan bagi diri dan lingkungan masyarakat sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Peran dan hubungan pediatri dalam rehabilitasi dan habilitasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah sebagai berikut: a. Memberikan pemahaman kepada petugas rehabilitasi dan habilitasi ABK, bahwa kelainan atau keluarbiasaan dapat terjadi kapan saja termasuk ketika individu masih dalam usia anak-anak. b. Bahwa kelainan dan keluarbiasaan pada individu usia anak sebenarnya dapat dicegah melalui implementasi pediatri sosial dan pencegahan. c. Upaya rehabilitasi dan habilitasi ABK akan lebih berhasil apabila dilakukan sedini mungkin, termasuk ketika masih usia anak-anak. Komponen rehabilitasi penyandang cacat terdiri dari 3 (tiga) komponen ialah (a) komponen persiapan rehabilitasi, (b) komponen pelaksanaan pelayanan rehabilitasi, dan (c) komponen penyaluran. Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan sebagai kesatuan proses rehabilitasi yang tuntas. Masing-masing komponen rehabilitasi tersebut memiliki sub komponen, yaitu: a. Komponen persiapan rehabilitasi, dengan sub komponen: 1) Rekruitmen

2) Asesmen dan diagnostik 3) Penyusunan program rehabilitasi b. Komponen pelaksanaan layanan rehabilitasi, dengan sub komponen: 1) Pelayanan rehabilitasi medik 2) Pelayanan rehabilitasi pendidikan 3) Pelayanan rehabilitasi pelatihan 4) Pelayanan rehabilitasi social c. Komponen penyaluran, dengan sub komponen: 1) Penelusuran 2) Tindak lanjut 3) Perlindungan sosial Sehingga untuk peranan pediatri bagi rehabilitasi ABK terletak pada pelaksanaan layanan rehabilitasi, berupa pelayanan rehabilitasi medik. Dimana pelayanan medik berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan anak terhadap gangguan fisik dan fungsional yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal.

2. Anda mempunyai anak didik usia 6 tahun. Dari orang tuanya anda diberi tahu bahwa sampai hari anak tersebut belum mendapat imunisasi lengkap. Apa yang akan anda lakukan terkait anak tersebut? Imunisasi adalah suatu tindakan untuk menginduksi pertahanan terhadap banyak penyebab infeksi dan dapat digunakan baik dalam materi inaktif (mati) maupun bentuk hidup yang telah dilemahkan. Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit : Poliomyelitis (kelumpuhan), Campak (measles), Difteri (indrak), Pertusis (batuk rejan / batuk seratus hari), Tetanus, Tuberculosis (TBC), Hepatitis B dan untuk mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh wabah yang sering berjangkit. Imunisasi yang didapat anak sebaiknya lengkap dan sesuai jadwal. Ada lima imunisasi dasar yang diberikan saat anak berusia 0-1 tahun, yaitu Hepatitis B, BCG, DPT, Polio, Campak, serta imunisasi yang dianjurkan karena harganya mahal: HiB (Haemofillus Influenza tipe B). Dari kelima vaksin dasar yang menjadi program pemerintah, ada tiga vaksin yang harus diulang bagi bayi usia di bawah tiga tahun. Jika pemberian imunisasi terlambat, hasilnya pun tak akan

maksimal. Walau telat, anak tetap harus mendapatkan imunisasi dengan harapan tidak ada hal buruk yang terjadi karena antibodi menurun. Imunisasi dasar yang wajib diberikan adalah Polio, BCG, DPT, Hepatitis B, dan Campak. Imunisasi tersebut tetap perlu diberikan. Namun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Karena usia sudah di atas 3 tahun, imunisasi campak diganti saja dengan MMR (measles/campak, mumps/gondongan, dan rubella/campak jerman). Sebelum imunisasi BCG, dilakukan tes mantoux terlebih dahulu, bila negatif diberikan imunisasi; bila positif diberikan terapi. Imunisasi lain seperti Polio, DPT, dan Hepatitis B dapat diberikan meskipun terlambat, dengan interval pemberian yang sama dengan yang seharusnya, atau dapat dipercepat interval pemberiannya pada Polio dan DPT.

Tabel 1 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi

Vaksinasi

Pemberian

Selang Waktu Pemberian Minimal

Umur

Keterangan

BCG DPT

1x 3 x (DPT I, II, III)

4 minggu

0-14 bulan 2-14 bulan

1. Vaksinasi campak diberikan 1 kali pada saat umur 9 bulan atau lebih 2. Bila pada umur 9 bulan sudah

POLIO

3 x (Polio I, II, III)

4 minggu

2-14 bulan

mendapatkan DPT 3x, dipesan kembali agar kembali pada umur

CAMPAK

1x

-

9-14 bulan

9 bulan untuk vaksinasi campak

Penjelasan: Sekali anak mulai dapat vaksinasi diteruskan walaupun umur sudah lebih dari 14 bulan Keterangan Jadwal Imunisasi IDAI, Periode 2004 Umur Saat lahir Vaksin Hepatitis B-1y

Keterangan HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan

ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari. Polio-0y

Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).

1 bulan Hepatitis B-2 0-2 bulan BCG

y

Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.

y

BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

2 bulan DTP-1

y

DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)

Hib-1

y

Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.

Polio-1 4 bulan DTP-2

y y

Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1 DTP-2 (DTwP atau DTaP) dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T)

Hib-2 Polio-2 6 bulan DTP-3

y y y

Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T)

Hib-3

y

Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.

Polio-3 6 bulan Hepatitis B-3

y y

Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3 HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan Campak- y 1

Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kl 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapat MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan

15-18 bulan

MMR

y

Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapat imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bln

Hib-4 18 bulan DTP-4 Polio-4

y y y y

Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP). DTP-4 (DTwP atau DTaP) diberikan 1 tahun setelah DTP-3. Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-5 Vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.

2 tahun Hepatitis A 2-3 tahun 5 tahun DTP-5 Polio-5 6 tahun MMR Tifoid

y

Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.

y y y

DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap) Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5 Diberikan untuk catch-up imunization pada anak yang belum mendapat MMR-1

10 tahun

dT/TT

y

Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapat imunitas selama 25 tahun.

Varisela

y

Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

3. Seorang anak X adalah anak dengan retardasi mental. Pada masa kecil anak dalam keadaan sehat. Pada usia 2,5 tahun, anak ,menderita meningitis tubercolosis sehingga harus dirawat dirumah sakit selama beberapa hari. Setelah itu timbul efek samping mengalami retardasi mental. a. Jika anak ini sudah di imunisasi BCG, mengapa anak ini masih terkena Meningitis Tubercolis? Meningitis tubercolosa adalah peradangan pada selaput otak atau meningen oleh bakteri tahan asam Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan, BCG (bacillus CalmetteGuerin) adalah imunisasi yang melindungi anak dari serangan tuberkulosis. BCG hanya

dapat menurunkan risiko seorang anak terkena tuberkulosis sekitar 60-70%. Jika di lingkungan sekitar anak ada penular aktif tuberkulosis, apalagi yang tinggal serumah, anak masih sangat mungkin terkena tuberkulosis. Seseorang yang sudah diberi vaksin BCG tidak dijamin seratus persen terhindar Tb. Apalagi jika virulensi basil yang menyerangnya dalam jumlah besar. Ditambah lagi apabila daya tahan tubuh kurang, misalnya penderita diabetes, HIV, pola hidup yang tidak sehat seperti stres, kurang tidur maupun kurang istirahat. Kuman Tb yang banyak betebaran di udara kemungkinan bisa masuk ke tubuh bayi tersebut sebelum bayi itu mendapatkan vaksin. Dianjurkan agar pemberian vaksinasi sebaiknya dilakukan ketika usia anak lebih dari dua bulan, karena respons kekebalan tubuh bagus di atas usia tersebut. Apabila bayi baru lahir divaksin, kekebalannya tidak optimal. Akan tetapi ada kalanya teknis vaksinasi BCG bisa gagal apabila penyimpanan vaksin tidak tepat. BCG tetap diberikan atas pertimbangan bahwa apabila sistem kekebalan tubuh anak sudah pernah terpapar varian bakteri jenis Mycobacterium, maka pada saat ia terkena tuberkulosis, gejala penyakitnya diharapkan tidak terlalu berat. Telah terbukti bahwa vaksinasi BCG bermanfaat dalam mengurangi risiko penyulit tuberkulosis yang fatal, misalnya meningitis tuberkulosis dan tuberkulosis miliaris.

b. Jelaskan mengapa anak yang terkena Meningitis Tubercolosis masih bisa terkena retardasi mental! Meningitis tuberculosa terjadi akibat komplikasi penyebab tuberculosis primer, biasanya dari paru paru. Meningitis bukan terjadi karena terinpeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya skunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga archnoid. Tuberkulosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa. Gambaran klinik pada penyakit ini mulainya pelan. Terdapat panas yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa lemah, berat badan yang menurun, nyeri otot, nyeri punggung, kelainan jiwa seperti halusinasi. Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Dapat terjadi hemipareses dan kerusakan saraf otak yaitu N III, N IV, N VI, N VII,N VIII sampai akhirnya kesadaran menurun.

Meningitis Tubercolosis berpotensial menyebabkan komplikasi sebagai berikut, a. Edema serebri b. Hidrosefalus c. Abses otak d. Koma e. Kejang f. SIADH g. Syok h. KID i. j. Henti nafas Kematian

k. Kehilangan pendengaran dan penglihatan l. Kehilangan fungsi saraf: perubahan tingkah laku dan perkembangan motorik. Pada meningitis tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis sampai deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan , reabsorbsi berkurang atau produksi berlebihan dari likour serebrospinal. Anak juga bias menjadi tuli atau buta dan kadang kadang menderita retardasi mental karena ada gangguan pada saraf..

Daftar Rujukan

Salim, Abdul. 2007. Pediatri dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Anonim. 2005. Imunisasi. (Online), http://mypijar.blogspot.com/2005/04/imunisasi.html. Diakses tanggal 14 Desember 2011. Choiri, S. 2010. Mengenal Ruang Lingkup Pediatri dalam Pendidikan Anak Luar Biasa. (Online), http://salimchoiri.blog.uns.ac.id/2010/03/31/mengenal-ruang lingkup-pediatri-dalam-pendidikan-anak-luar-biasa/. Diakses tanggal 14 Desember 2011. Farid, I. 2010. Penyakit Penyebab Retadasi Mental. (Online), http://ibnoe ceper.blogspot.com/2010/03/gaky-penyakit-penyebab-retardasi-mental.html. Diakses tanggal 14 Desember 2011.