Tumor Colli Refrat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kepaniteraan klinik THT BekasiFK UKI

Citation preview

TUMOR COLLITUMOR NASOFARING TUMOR HIDUNG dan SINUS PARANASAL TUMOR LARING TUMOR LIDAH TUMOR TONSIL

SARTIAN BATTUNG (0761050035) HASTOMO PRABOWO ( 0761050035) FREDRIK BRILIAT (0761050108)

Karsinoma NasofaringDisusun oleh : Fredrik B (0761050108) Kepaniteraan IP THT Periode 27 Juni- 23 juli 2011

Epidemiologi

Epidemiologi Cina Selatan, Hongkong, Singapura, Malaysia dan Taiwan 10-53 kasus per 100.000 populasi per tahun laki-laki : perempuan 2-3:1 usia rata-rata pasien saat didiagnosis KNF adalah 45-55 tahun Pasien muda mempunyai survival rate lebih baik dibandingkan pasien tua.

PATOFISIOLOGI

Manifestasi KlinisGejala dapat dibagi dalam lima kelompok, yaitu: 1. Gejala nasofaring 2. Gejala telinga 3. Gejala mata 4. Gejala saraf 5. Metastasis atau gejala di leher

Manifestasi Klinis Gejala telinga:rasa penuh di telinga, rasa berdengung, rasa tidak nyaman di telinga rasa nyeri di telinga, otitis media serosa sampai perforasi membran timpani gangguan pendengaran tipe konduktif, yang biasanya unilateral

Manifestasi Klinis Gejala hidung:ingus bercampur darah, post nasal drip, epistaksis berulang Sumbatan hidung unilateral/bilateral

Gejala telinga, hidung, nyeri kepala >3 minggu sugestif KNF

Manifestasi Klinis Gejala lanjut Limfadenopati servikal Penyebaran limfogen Konsistensi keras, tidak nyeri, tidak mudah digerakkan Soliter KGB pada leher bagian atas jugular superior, bawah angulus mandibula

Manifestasi Klinis Gejala lokal lanjut gejala saraf Penjalaran petrosfenoid dapat mengenai saraf anterior (N II-VI), sindroma petrosfenoid Jacob Penjalaran petroparotidean mengenai saraf posterior (N VII-XII), sindrom horner, sindroma petroparatoidean Villaret

Rhinoskopi posterior DIAGNOSIS

Nasofaring direct/indirect Biopsi CT Scan/ MRI FNAB KGB Titer IgA anti : VCA: sangat sensitif, kurang spesifik EA: sangat kurang sensitif, spesifitas tinggi

DPL Evaluasi gigi geligi Audiometri Neurooftalmologi Ro Torax USG Abdomen, Liver Scinthigraphy Bone scan

Staging Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (2002)

y y y y y y y y y y y y y

T : tumor primer T1 : tumor terbatas di nasofaring T2 : tumor meluas ke jaringan lunak orofaring dan/atau fossa hidung T2a tanpa perluasan ke parafaring T2b dengan perluasan ke parafaring T3 : tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus paranasal T4 : tumor dengan perluasan intracranial dan/atau keterlibatan saraf cranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbit N : pembesaran kelenjar getah bening regional Nx : tidak jelas adanya keterlibatan kelenjar getah benih (KGB) N0 : tidak ada keterlibatan KGB N1 : metastasis pada KGB ipsilateral tunggal, 6 cm atau kurang di atas fossa supraklabikula N2 : metastasis bilateral KGB, 6 cm atau kurangm di atas fossa supraklavikula N3a : > 6 cm N3b : pada fossa supraklavikula M : metastasis jauh M0 : tidak ada metastasis jauh M1 : ada metastasis jauh

PENGOBATAN Radioterapi Stadium dini tumor primer Stadium lanjut tumor primer (elektif), KGB membesar Kemoterapi Stadium lanjut / kekambuhan sandwich Operasi sisa KGB diseksi leher radikal Tumor ke ruang paranasofaringeal/ terlalu besar nasofaringektomi

FOLLOW UP Pemeriksaan klinis, CT Scan ulang 2-3 bulan setelah radioterapi Tiap 3 bulan(2 tahun pertama) tiap 6 bulan(2 tahun berikutnya) setiap tahun (10 tahun pascaterapi)

PERAWATAN PALIATIF Menghilangkan rasa nyeri obat Mengontrol gejala Memperpanjang hidup Menomorsatukan kualitas hidup

PROGNOSIS 5-years survival rate dengan hanya diradioterapi:stadium I (85-95%) stadium II (70-80%) stadium III & stadium IV (24-80%)

Tipe WHO: tipe 1 (kurang radiosensitif), tipe 2 & 3 (radiosensitif)

PROGNOSIS Faktor yang memperburuk: stadium lanjut > 40 tahun laki-laki ras Cina ada pembesaran kelenjar leher lumpuh saraf otak tulang tengkorak yang rusak metastasis jauh

Tumor Hidung dan Sinus paranasalDisusun oleh : Fredrik B (0761050108) Kepaniteraan IP THT Periode 27 Juni- 27 juli 2011FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA

PENDAHULUAN Tumor hidung dan sinus paranasal pada umumnya jarang ditemukan. Di Indonesia dan di luar negeri, kekerapan jenis yang ganas hanya sekitar 1 % dari keganasan seluruh tubuh atau 3% dari seluruh keganasan di kepala dan leher.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6. Hal 178

Pengertian Tumor hidung adalah pertumbuhan ke arah ganas yang mengenai hidung dan lesi yang menyerupai tumor pada rongga hidung, termasuk kulit dari hidung luar dan vestibulum . nasi

Neoplasma of the Nasal Cavity in in Cummings Otolaryngology - Head Neck Surgery 3rd ed.

ANATOMI HIDUNG

Hidung Luar Hidung luar berbentuk piramid dengan bagianbagian seperti : Dorsum nasi, pangkal hidung (bridge), kolumela, ala nasi dan lubang hidung (nares anterior).

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6. Hal 118-122

Rongga Hidung (Kavum Nasi) Mempunyai bentuk sebagai sebuah terowongan dari depan ke belakang dan di tengah-tengah dipisahkan oleh septum nasi. Lubang bagian depan disebut nares anterior Lubang belakang disebut nares posterior (koana)

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6. Hal 118-122

Rongga hidungTiap rongga hidung mempunyai 4 buah dinding,: dinding medial yaitu septum nasi dinding lateral yaitu ager nasi dan konka dinding inferior yaitu oleh os maksila dan os palatum. dinding superior yaitu oleh lamina kribriformis

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6. Hal 118-122

Perdarahan Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid anterior dan posterior. Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksila interna.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6. Hal 118-122

Persarafan Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n. etmoid anterior Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n. maksila melalui ganglion sfenopalatinum.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6. Hal 118-122

SINUS PARANASAL Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila sinus frontal sinus etmoid sinus sfenoid

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6. Hal 118-122

Epidemiologi Insiden tertinggi tumor ganas hidung dan sinus ditemukan di Jepang yaitu 2 per 10.000 penduduk pertahun. Di Amerika Serikat, insidensi tumor hidung tiap tahun kurang dari 1:100.000 penduduk THT FKUI-RSCM, keganasan ini ditemukan pada 10,1% dari seluruh tumor ganas THT. Rasio penderita laki-laki banding wanita sebesar 2:1.Epidemiology of Cancer of The Nose and Paranasal Sinuses -Head Neck Surgery 3rd ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6.

Etiologi Belum diketahui Diduga beberapa zat hasil industri merupakan penyebab antara lain: Nikel, debu kayu, kulit, formaldehid, kromium, minyak isopropyl Alkohol, asap rokok, makanan yang diasin atau diasap diduga meningkatkan kemungkinan terjadi keganasan .Epidemiology of Cancer of The Nose and Paranasal Sinuses -Head Neck Surgery 3rd ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6.

Jenis Histopatologi Tumor jinak epitelial yaitu adenoma dan papiloma, yang non-epitelial yaitu fibroma, angiofibroma, hemangioma, neurilemomma, osteoma, displasia fibrosa dan lain-lain Tumor ganas epitelial adalah karsinoma sel skuamosa, kanker kelenjar liur, adeno-karsinoma, karsinoma tanpa diferensiasi dan lain-lainEpidemiology of Cancer of The Nose and Paranasal Sinuses -Head Neck Surgery 3rd ed.

Klasifikasi Tumor : Tumor jinak tersering adalah papiloma skuamosa Tumor ganas yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%), disusul oleh karsinoma yang berdeferensiasi dan tumor kelenjar5. Invasi Sekunder : Pituitary adenomas, Chordomas

Epidemiology of Cancer of The Nose and Paranasal Sinuses -Head Neck Surgery 3rd ed.

Pembagian sistem TNM menurut Simson sebagai berikut: T : Tumor. T1 : a. Tumor pada dinding anterior antrum. b. Tumor pada dinding nasoantral inferior. c. Tumor pada palatum bagian anteromedial. T2 : a. Invasi ke dinding lateral tanpa mengenai otot. b. Invasi ke dinding superior tanpa mengenai orbita. T3 : a. Invasi ke m. pterigoid. b. Invasi ke orbita c. Invasi ke selule etmoid anterior tanpa mengenai lamina kribrosa. d. Invasi ke dinding anterior dan kulit diatasnya. T4 : a. Invasi ke lamina kribrosa. b. Invasi ke fosa pterigoid. c. Invasi ke rongga hidung atau sinus maksila kontra lateral. d. Invasi ke lamina pterigoid. e. Invasi ke selule etmoid posterior. f. Ekstensi ke resesus etmo-sfenoid. N : Kelenjar getah bening regional. N1 : Klinis teraba kelenjar, dapat digerakkan. N2 : Tidak dapat digerakkan. M : Metastasis. M1 : Stadium dini, tumor terbatas di sinus. M2 : Stadium lanjut, tumor meluas ke struktur yang berdekatan.

Role of Endoscopic Surgery in Tumor. In: Kennedy DW, Bolger WE, Zinreich SJ. Diseases of The Sinuses, Diagnosis and Management.

Stadium :Stadium 0 Stadium I Stadium IIA Stadium IIB T1s T1 T2a T1 T2a T2b T1 T2a,T2b T3 T4 Semua T N0 N0 N0 N1 N1 N0,N1 N2 N2 N2 N0,N1,N2 N3 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0

Stadium III

Stadium IV a Stadium IV b

Stadium IV c

Semua T

Semua N

M1

Role of Endoscopic Surgery in Tumor. In: Kennedy DW, Bolger WE, Zinreich SJ. Diseases of The Sinuses, Diagnosis and Management.

Gejala dan tanda Gejala nasal: obstruksi hidung unilateral dan rinorea. Sekretnya sering bercampur darah atau terjadi epistaksis

Gejala orbital. Perluasan tumor kearah orbita menimbulkan gejala diplopia, protosis atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora. Gejala oral: penonjolan atau ulkus di palatum atau di prosesus alveolaris. Pasien mengeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi geligi goyahTumor Hidung dalam : Soepardi E, Iskandar N, eds., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6

x Gejala fasial. Perluasan tumor ke depan akan menyebabkan penonjolan pipi. Disertai nyeri, anesthesia atau parestesia muka jika mengenai nervus trigeminus.

x Gejala intrakranial. Perluasan tumor ke intrakranial menyebabkan sakit kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat disertai likuorea.

Tumor Hidung dalam : Soepardi E, Iskandar N, eds., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6

Pemeriksaan Penunjang Foto polos berfungsi sebagai diagnosis awal Pemeriksaan MRI : membedakan jaringan tumor dengan jaringan normal Foto polos toraks :untuk melihat adanya metastasis tumor di paru.

Tumor Hidung dalam : Soepardi E, Iskandar N, eds., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6

Diagnosis Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi. Biopsi tumor sinus maksila melalui tindakan sinoskopi atau melalui operasi Caldwel-Luc yang insisinya melalui sulkus ginggivo-bukal5. Jika dicurigai tumor vaskuler, misalnya angofibroma jangan lakukan biopsi karena akan sangat sulit menghentikan perdarahan Diagnosis adalah dengan angiografi.Tumor Hidung dalam : Soepardi E, Iskandar N, eds., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6

Terapi Tumor Hidung dan Sinus Paranasal Bedah tumor endonasal diikuti dengan eksisi jaringan tumor.

Tumor Hidung dalam : Soepardi E, Iskandar N, eds., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6

KARSINOMA LARING

Sartian Battung FK UKI 0761050035

Karsinoma LaringUrutan ke 4 keganasan THT (setelah karsinoma nasofaring, tumor hidung dan sinus paranasal) laki-laki >> perbandingan 8:1, usia 50-60 thn Etiologi ?? rokok, alkohol, sinar radio aktif, polusi udara, asbestosis, dll Tumor laring terbagi 2 : tumor laring jinak dan tumor laring ganas Terapi : bedah, radiasi, sitostatik tergantung stadium dan keadaan umum

HistopatologiTumor laring jinak Papiloma laring - papiloma laring juvenil - pada orang dewasa Neurofibroma Mioloblastoma sel granuler Hemangioma

HistopatologiKarsinoma sel skuamosa : 95-98% Adenokarsinoma : insidens 1%, sering metastase ke paru, hepar, 5 YSR sangat rendah, terapi reseksi radikal + neck diseksi + radiasi post operatif Kondrosarkoma tulang rawan krikoid 70%, tiroid 20%, aritenoid 10%, laki-laki 40-60 thn, terapi laringektomi total.

Gejala dan Tanda Suara serak Sesak nafas dan stridor Nyeri tenggorok Disfagia Batuk dan haemoptisis Pembengkakan pada leher

KlasifikasiBerdasarkan UICC tumor laring dibagi atas: 1. Supraglotis : mulai dari tepi epiglotis ventrikel laring 2. Glotis : pitra suara, komisura anterior, komisura posterior 3. Subglotis : 10 mm dibawah pita suarakartilago krikoid

Tumor primer (T)Tx T0 : Tumor tidak dapat dinilai : Tumor primer tidak ada

Supraglotis (15%)Tis : Karsinoma insitu T1 : Karsinoma terbatas di supraglotis, gerakan normal T2 : Tumor mengenai glotis, fiksasi (-) T3 : Tumor terbatas pada laring, fiksasi (+) T4 : Tumor melewati laring

Glotis (80%)Tis T1 : Karsinoma insitu : Tumor terbatas pada pita suara, gerakan normal T2 : Tumor meluas ke supraglotis atau subglotis, gerakan pita suara normal T3 : Tumor terbatas pd laring, fiksasi pita suara T4 : Tumor melewati batas laring

Subglotis (5%)Tis T1 T2 T3 T4 : : : : : Karsinoma insitu Tumor terbatas pada subglotis Tumor meluas ke pita suara Tumor terbatas pd laring, fiksasi pita suara Tumor melewati batas laring

Keterlibatan kelenjar (N)Nx : kelenjar tidak dapat dinilai N0 : klinis tidak ada tumor N1 : Kelenjar homolateral, diameter < 3 cm N2 : kelenjar homolateral, diameter 3-6 cm N3 : kelenjar homolateral massif, bilateral atau kontralateral

Metastase jauh (M)M0 : Tidak ada metastase jauh M1 : terdapat metastase jauh

StadiumStadium I Stadium II Stadium III Stadium IV : T1 N0 M0 : T2 N0 M0 ------------------------------------: T3 T1-T3 : T4 tiap T tiap T tiap T N0 N1 N0 N2 N2 tiap N M0 M0 M0 M0 M0 M1

Diagnosis1. 2. 3. 4. 5. Anamnese Pemeriksaan rutin THT Laringoskopi direct Radiologi : foto polos leher dan dada Radiologi khusus : politomografi, CT Scan, MRI, PET 6. Pemeriksaan histopatologi dari biopsi laring, sbg diagnosa pasti

PENGOBATAN

1.

Pembedahan

- laringektomi parsial - laringektomi total - diseksi leher

2. Radiasi 3. Sitostatika

Laringektomi Parsial Indikasi : karsinoma stad I atau stad II Dibedakan atas : 1.Laringektomi parsial vertikal (hemilaringektomi)- Kordektomi - Laringektomi parsial frontal - Laringektomi parsial lateral - Laringektomi frontolateral - Laringektomi frontolarteral diperluas 2. Laringektomi parsial horizontal - Epiglotektomi - Laringektomi parsial supraglotik - Laringektomi parsialsupraglotis diperluas ( laringektomi suprakrikoid)

Laringektomi Total Adalah tindakan mengangkat seluruh struktur laring sampai batas bawah cincin trakea ( tergantung perluasan tumor) Indikasi untuk tumor stadium III dan IV Post laringektomi total bernafas lewat trakeostomi, fungsi menelan kembali setelah luka op sembuh, suara harus menggunakan suara esofagus atau vibrator elektronik

Komplikasi laringektomioHematoma dan empyema oFistel oInfeksi luka operasi oBronkopneumoni, atelektasis oUlkus peptikum oStriktur oHipotyroidism / hipoparatyroidism

Diseksi leher radikal Tidak dilakukan untuk tumor glotis stad I - II kemungkinan metastase dari wanita , usia 50-60 thn Etiologi ?? rokok, alkohol, Trauma pada lidah 80 % pada 2/3 anterior(tepi lateral dan bawah lidah)

Histopatologi Neolplasma yang tombul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan sel yang berbemtuk Squamos cell carcinoma

KLASIFIKASI1 Tumor Primer (T) TIS : Karsinoma in Situ T1 : Tumor kurang dari 2 Cm T2 : Tumor lebih dari 2 Cm T3 : Tumor lebih dari 4 Cm. T4 : Perluasan berat disekelilingnya.

2. Pembesaran Kelejnjar Limfe

(N) N0 : Tidak teraba kelenjar limfe N1 : Kelenjar limfe homolateral tidak terfiksasi N2 : Kelenjar limfe bilateral atau kontraleteral tidak terfiksasi N3 : Kelenjar limfe terfiksasi N4 : Pembesaran kelenjar limfe tidak dapat dikaji karena perluasan yang berat

3. Metastase (M) Mo : Tidak terdapat metastase M1 : Metastase ke kenjar limfe dan daerah disekitarnya.

Gejala dan Tanda Sariawan yang tak sembuh-sembuh Nyeri pada lidah Mudah berdarah Nyeri yang menjalar pada telinga Nyeri menelan Terbatasnya pergerakan lidah

Pemeriksaan diagnosis : Biopsi langsung Panendoskopi Biru toluidine

Penatalaksanaan Jenis kanker T1-T2 dilakukan intervensi pembedahan atau radiasi. Lesi yang masih kecil dilakukan glossectomy Kombinasi terapi antara bedah, radioterapi, dan kemoterapi

TERIMAKASIH

KARSINOMA TONSILHastomo Prabowo FK UKI 0761050037

KARSINOMA TONSIL Keganasan kepala dan leher kedua yang sering dijumpai setelah karsinoma laring di Amerika Serikat. Secara histopatologi 90-95% dari lesi ini adalah karsinoma sel skuamosa. Lesi awal umumnya tanpa gejala ketika tumor masih kecil, gejala berkurang pada sekitar 67-77% dari pasien dengan tumor lebih besar dari 2 cm. Sering dijumpai metastasis nodus regional. Presentase gejala klinik di leher, sekitar 45% dari lesi arcus tonsil anterior dan 76% dari lesi fosa tonsil. Lebih dari 120 jenis HPV yang berbeda telah diidentifikasi dan yang memiliki risiko tinggi sebagai onkogen misalnya HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35 HPV tipe 16 adalah 90-95% paling terlibat dalam karsinoma sel skuamosa kepala dan leher.

EPIDEMIOLOGI 4 % dari seluruh keganasan yang ditemukan. Laki-laki dari pada wanita dengan rasio 2:1 5:1.. Populasi kulit hitam di AS memiliki tingkat insiden yang lebih tinggi dibandingkan kulit putih dan Hispanik. Beijing persentasenya : 0,1 untuk pria dan 0,0 untuk perempuan. Di Hong-Kong dan di Taiwan, didapatkan 6 sampai 12 kali lebih tinggi daripada di Beijing. Di India, tingkat kejadian kanker tonsil masing-masing adalah antara 0,8 dan 2,8 pada pria dan 0,2 dan 0,5 pada wanita. Satu-satunya tempat dari seluruh dunia di mana wanita memiliki insiden lebih tinggi daripada laki-laki berada di Filipina dan di Vietnam. Di Eropa tingkat tertinggi terlihat di bagian Perancis, di Somme, dimana tingkat pria setinggi 6,4 dan bagi perempuan 0,8. Di Swedia adalah 0,9 untuk pria dan 0,3 untuk perempuan.

ANATOMI

ETIOLOGI Rokok dan alkohol Riwayat terpapar radiasi Senyawa kimia Infeksi HPV

PATOGENESA

PENYEBARAN KARSINOMA TONSIL

MANIFESTASI KLINIS Terbentuk benjolan dileher sebagai akibat metastasis carcinoma tonsil ke kelenjar getah bening di leher. Kesulitan dalam menelan Sakit tenggorokan atau suara serak di tenggorokan Air liur mengandung darah Pada satu sisi tonsil mungkin dapat membesar Berat badan turun Merasa massa di tenggorokan

KLASIFIKASI & STADIUM Kategori T : - Pemeriksaan klinis - Pemeriksaan endoskopi - Pemeriksaan radiologis Kategori N : - Pemeriksaan klinis Kategori M : - Pemeriksaan klinis - Pemeriksaan radiologis

KLASIFIKASI & STADIUM Tumor Primer 1 = Diameter terbesar 2 cm 2 = Diameter 2 - 4 cm 3 = Diameter > 4 cm 4 = Perlengketan ke basis lidah - tulang - otot

KLASIFIKASI & STADIUM METASTASE REGIONER - N 1 = Kel. limfe regioner homolateral,mudah digerakkan - N 2 = Kel. limfe regioner kontralateral,mudah digerakkan - N 3 = Kel. limfe yang sudah mengadakan perlengketan METASTASE JAUH - M0 = Tidak dijumpai metastase jauh - M1 = Terdapat metastase jauh

KLASIFIKASI & STADIUMSTADIUM I.U.C.C 1998 Stadium I : T1, N0, M0 Stadium II : T2, N0, M0 Stadium III : T3, N0, M0 T1, N1, M0 T2, N1, M0 T3, N1, M0 Stadium IV : T4, N0-1, M0 T4, N0-1, M1

DIAGNOSIS Anamnesis Pemeriksaan fisik : generalis dan lokalis Px. Penunjang : - Laboratorium; Fungsi hepar : Mengetahui fungsi hepar diperlukan untuk mengetahui riwayat minum alkohol. - Radiologi i). CT scan leher, dengan atau tanpa kontras. Untuk menilai metastasis dan luas tumor. ii). MRI. Untuk menilai ukuran tumor dan invasi jaringan lunak. iii). CT scan thorax. Untuk menilai metastasis khususnya ke daerah paru-paru. - Biopsi langsung pada massa tumor (insisional). - Panendoskopi, meliputi laringoskopi direkta, esofagoskopi dan trakeo-bronkoskopi. - Tes Human Papilloma Virus (HPV)

TERAPI Radioterapi Operasi Kombinasi Radioterapi + Operasi Kemoterapi

PROGNOSIS Stage I = 80% Stage II = 70% Stage III = 40% Stage IV = 30% Pasien dengan HPV positif survival rate bertambah rata-rata 3 tahun (82.4% vs 57.1%, p