26
Disusun Oleh : Nama : Berlian Nur NIM : 1005015014 Kelas : Reguler Pagi A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARWAN Pteridophyta 1

tumbuhan paku

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Disusun Oleh : Nama : Berlian Nur NIM : 1005015014 Kelas : Reguler Pagi APROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MULAWARWAN2012BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangTumbuhan secara umum dibagi menjadi sua tingkat yaitu tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhantingkat tinggi. Dianggap tumbuhan tingkat rendah karena bagian-bagian dari tumbuan tersebut tidak sejati contohnya pada alga, stipe dan bladenya tidak dapat di bedakan dan tidak berpembuluh. Dan dianggap sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena sudah jelas mempunyai kormus dan dapat di bedakan antara akar dan batangnya. Namun ada tumbuhan yang termasuk tumbuhan tingkat rendah dan masuk pula pada tumbuhan tingkat tinggi, tumbuhan ini digolongkan tumbuhan tingkat rendah karena meskipun tubuhnya secara jelas mempunyai kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakan utamanya adalah spora. Jadi bila di dasarkan pada macam alat perkembangbiakannya maka tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah, namun apabila di dasarkan atas ada atau tidaknya sistem pembuluh tumbuhan paku tergolong tumbuhan tingkat tinggi.Tumbuhan paku-pakuan (Pterodophyta) merupakan tumbuhan tingkat rendah yang memliki karakteristik dan keunikan tersendiri dibandingkan organisme/tumbuhan lainnya. Selain itu, terdapat cukup banyak spesies pada divisi Pterodhophyta, yang kesemuannya turut memiliki peranan tersendiri dalam ekosistem, bahkan dapat dimanfatkan bagi manusia sebagai bahan baku pembuatan barang kerajinan, dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang memiliki nilai estetika, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat menjadi mudah, tatkala manusia (masyarakat) mengenali jenis-jenis tumbuhan paku tersebut. Maka dari itu penting sekali bagi kita untuk mengetahui lebih dalam lagi tumbuhan paku atau pteridophyta serta meng identifikasi secara langsung serta mengetahui habitat maupun deskripsi dari bagian-bagian tumbuhan paku itu sendiri.B. Rumusan Masalah1. Bagaimana karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta) sebagai tumbuhan tingkat rendah?2. Apa saja spesies yang termasuk dalam divisi (Pteridophyta) ?3. Apa saja manfaat tumbuhan paku (Pteridophyta) bagi kehidupan?C. Tujuan1. Untuk mendeskripsikan karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta).2. Untuk mengetahui spesies yang termasuk dalam divisi Pteridophyta3. Mengetahui maanfaat tumbuhan paku (Pteridophyta) bagi kehidupanBAB IIPEMBAHASANA. PengertianTumbuhan paku atau Pterydophyta tergolong tumbuhan Kormophyta karena sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan paku memiliki cara hidup yang bemacam-macam, ada yang saprofit, epifit, hidup di tanah, atau di air. Tumbuhan ini juga mengalami metagenesis seperti lumut tetapi bebeda pada fase yang dominan. Pada tumbuhan paku fase yang lebih dominan adalah pada fase sporofit dibandingkan dengan gametofit sehingga tumbuhan paku yang kita lihat sehari-hari merupakan fase sporofit.Pada umumnya, tumbuhan paku banyak hidup pada tempat lembap sehingga disebut sebagai tanaman higrofit. Pada hutan-hutan tropik dan subtropik, tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang hidup di permukaan tanah, tersebar mulai dari tepi pantai sampai ke lereng-lereng gunung, bahkan ada yang hidup di sekitar kawah gunung berapi. Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah

Citation preview

Page 1: tumbuhan paku

Disusun Oleh :Nama : Berlian NurNIM : 1005015014Kelas : Reguler Pagi A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARWAN

2012

BAB I

Pteridophyta 1

Page 2: tumbuhan paku

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan secara umum dibagi menjadi sua tingkat yaitu tumbuhan

tingkat rendah dan tumbuhantingkat tinggi. Dianggap tumbuhan tingkat rendah

karena bagian-bagian dari tumbuan tersebut tidak sejati contohnya pada alga, 

stipe dan bladenya tidak dapat di bedakan dan tidak berpembuluh.  Dan

dianggap sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena sudah jelas mempunyai

kormus dan dapat di bedakan antara akar dan batangnya.

Namun ada tumbuhan yang termasuk tumbuhan tingkat rendah dan masuk

pula pada tumbuhan tingkat tinggi, tumbuhan ini digolongkan tumbuhan tingkat

rendah karena meskipun tubuhnya secara jelas mempunyai kormus serta

mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji, dan alat

perkembangbiakan utamanya adalah spora. Jadi bila di dasarkan pada macam

alat perkembangbiakannya maka tumbuhan berspora tergolong tumbuhan

tingkat rendah, namun apabila di dasarkan atas ada atau tidaknya sistem

pembuluh tumbuhan paku tergolong tumbuhan tingkat tinggi.

Tumbuhan paku-pakuan (Pterodophyta) merupakan tumbuhan tingkat

rendah yang memliki karakteristik dan keunikan tersendiri dibandingkan

organisme/tumbuhan lainnya. Selain itu, terdapat cukup banyak spesies pada

divisi Pterodhophyta, yang kesemuannya turut memiliki peranan tersendiri

dalam ekosistem, bahkan dapat dimanfatkan bagi manusia sebagai bahan baku

pembuatan barang kerajinan, dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang memiliki

nilai estetika, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat menjadi mudah, tatkala

manusia (masyarakat) mengenali jenis-jenis tumbuhan paku tersebut. Maka dari

itu penting sekali bagi kita untuk mengetahui lebih dalam lagi tumbuhan paku

atau pteridophyta  serta meng identifikasi secara langsung serta mengetahui

habitat maupun deskripsi dari bagian-bagian tumbuhan paku itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta) sebagai tumbuhan

tingkat rendah?

2. Apa saja spesies yang termasuk dalam divisi (Pteridophyta) ?

3. Apa saja manfaat tumbuhan paku (Pteridophyta) bagi kehidupan?

C. Tujuan

Pteridophyta 2

Page 3: tumbuhan paku

1. Untuk mendeskripsikan karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta).

2. Untuk mengetahui spesies yang termasuk dalam divisi Pteridophyta

3. Mengetahui maanfaat tumbuhan paku (Pteridophyta) bagi kehidupan

BAB II

Pteridophyta 3

Page 4: tumbuhan paku

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Tumbuhan paku atau Pterydophyta tergolong tumbuhan Kormophyta karena

sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan paku memiliki cara hidup

yang bemacam-macam, ada yang saprofit, epifit, hidup di tanah, atau di air.

Tumbuhan ini juga mengalami metagenesis seperti lumut tetapi bebeda pada fase

yang dominan. Pada tumbuhan paku fase yang lebih dominan adalah pada fase

sporofit dibandingkan dengan gametofit sehingga tumbuhan paku yang kita lihat

sehari-hari merupakan fase sporofit.

Pada umumnya, tumbuhan paku banyak hidup pada tempat lembap sehingga

disebut sebagai tanaman higrofit. Pada hutan-hutan tropik dan subtropik, tumbuhan

paku merupakan tumbuhan yang hidup di permukaan tanah, tersebar mulai dari tepi

pantai sampai ke lereng-lereng gunung, bahkan ada yang hidup di sekitar kawah

gunung berapi. Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta),

adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus)

tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok

tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama

seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali

daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir

10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh

di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan

kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon,

yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan

di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil sekarang ditambang

orang sebagai batu bara.

B. Karakteristik Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Secara umum, ciri-ciri tumbuhan paku mempunyai:

1. Lapisan pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ reproduksi,

2. Embrio multiseluler yang terdapat di dalam arkegonium,

3. Lapisan kutikula pada bagian luar tubuh,

4. Sistem transportasi internal yang berfungsi sebagai pengangkut air dan zat-zat

mineral dari dalam tanah,

Pteridophyta 4

Page 5: tumbuhan paku

5. Struktur tubuh terdiri atas bagian-bagian akar, batang dan daun,

6. Akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut dengan ujung dilindungi

kaliptra,

7. Batangnya pada umumnya tidak tampak (kecuali tumbuhan paku tiang) karena

terdapat di dalam tanah berupa rimpang, menjalar, atau sedikit tegak,

8. Daunnya yang muda umumnya melingkar atau menggulung,

Berdasarkan bentuk, ukuran dan susunan daunnya, tumbuhan paku dapat

dibedakan menjadi:

1. Daun mikrofil (daun kecil), berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai

dan bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel.

2. Daun makrofil (daun besar), ukurannya besar, bertangkai, bertulang daun, dan

bercabang-cabang serta sel-selnya sudah terdiferensiasi dengan baik.

Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi:

1. Daun tropofil, daun yang khusus sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis,

2. Daun sporofil, daun yang berfungsi sebagai penghasil spora.

Spora dibentuk di dalam

sporangium (kotak spora) yang

terkumpul di dalam suatu badan yang

disebut sorus yang terletak di bawah

permukaan daun sporofil, berupa

bintik-bintik kuning, cokelat, atau

cokelat kehitaman. Swaktu masih

muda, sorus dilindungi oleh selaput

tipis yang disebut indisium.

C. Reproduksi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Pteridophyta 5

Page 6: tumbuhan paku

Reproduksi tumbuhan paku berlangsung secara metagenesis. Reproduksi

vegetatif dengan spora haploid (n) yang dihasilkan oleh tumbuhan paku. Jadi,

tumbuhan paku merupakan tumbuhan dalam fase sporofit (penghasil spora).

Reproduksi generatif terjadi melalui peleburan antara spermatozoid dan ovum yang

dihasilkan oleh protalium. Jadi, protalium yang berbentuk talus merupakan fase

gametofit (penghasil gamet).

Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakn atas 3

golongan, yaitu:

a. Paku homospora (isospora), yaitu tumbuhan paku yang hanya menghasilkan

satu macam ukuran spora. Contoh: Lycopodium sternum (paku kawat).

b. Paku heterospora (anisospora), yaitu tumbuhan paku yang menghasilkan dua

jenis spora yang berlainan yaitu mikrospora (berkelamin jantan yang

berukuran kecil) dan makrospora (spora berkelamin betina yang berukuran

besar). Contohnya adalah Marsilea crenata (semanggi) dan Selaginella (paku

rane)

c. Paku peralihan, yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan

bentuk dan ukuran sama, tetapi berbeda jenis kelaminnya. Satu berjenis

kelamin jantan dan yang lain berjenis kelamin betina. Contohnya adalah

Equisetum debile (paku ekor kuda).

D. Metagenesis Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Beberapa jenis hewan dan tumbuhan ada yang mengalami proses metagenesis.

Metagenesis adalah proses pergiliran hidup yaitu antara fase seksual dan aseksual.

Hewan dan tumbuhan yang mengalami metagenesis akan mengalami dua fase

kehidupan, yaitu fase kehidupan yang bereproduksi secara seksual dan fase kehidupan

yang bereproduksi secara aseksual.

Pteridophyta 6

Page 7: tumbuhan paku

Metagenesis pada tumbuhan dapat diamati dengan jelas pada tumbuhan tak

berbiji (paku dan lumut). Pada tumbuhan tersebut, pembentukan gamet jantan

berlangsung di dalam antheridium dan gamet betina di dalam arkegonium. Jika gamet

jantan membuahi gamet betina, maka akan terbentuk zigot.

Zigot tumbuh menjadi individu yang menghasilkan spora. Generasi ini disebut

fase vegetatif (aseksual) atau sporofit. Spora yang jatuh di tempat yang sesuai akan

tumbuh menjadi individu baru yang menghasilkan gamet. Karena menghasilkan

gamet, maka generasi ini disebut fase generatif (seksual) atau gametofit. Demikian

seterusnya terjadi pergiliran keturunan antara fase gametofit dan sporofit. Tumbuhan

lumut yang sering kamu jumpai merupakan fase gametofit. Sedangkan tumbuhan

paku yang kamu lihat sehari-hari merupakan fase sporofit. Pergiliran keturunan antara

fase sporofit dan gametofit itulah yang disebut metagenesis.

Reproduksi generatif tumbuhan paku dilakukan melalui peleburan spermatozoid

dan ovum. Reproduksi vegetatifnya dengan membentuk spora. Reproduksi generatif

dan reproduksi vegetatif berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran

keturunan yang disebut metagenesis. Berikut skema metagenesis pada tumbuhan paku

homospora, heterospora, dan peralihan.

INCLUDEPICTURE

"http://biosejati.files.wordpress.com/2012/08/image_thumb10.png?w=555&h=277"

Pteridophyta 7

Page 8: tumbuhan paku

E. Klasifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Berdasarkan tingkat perkembangannya, tumbuhan paku dapat

diklasifikasikan menjadi 4 subdivisi, yaitu:

Pteridophyta 8

Page 9: tumbuhan paku

1. Paku Purba (Psilopsida)

Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini diperkirakan hanya tinggal 10

spesies sampai 13 spesies dari dua genus. Paku purba hidup di daerah tropis dan

subtropis. Sporofit paku purba ada yang tidak memiliki akar sejati dan tidak memiliki

daun sejati.

Paku purba yang memilki daun pada umumnya berukuran kecil (mikrofil) dan

berbentuk sisik. Batang paku purba bercabang dikotomi dengan tinggi mencapai 30

cm hingga 1 m. Paku purba juga tidak memiliki pembuluh pengangkut. Batang paku

purba mengandung klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cabang batang

mengandung mikrofil dan sekumpulan sporangium yang terdapat di sepanjang cabang

batang. Sporofil paku purba menghasilkan satu jenis spora (homospora).

Gametofitnya tidak memiliki klorofil dan mengandung anteridium dan arkegonium.

Gametofit paku purba bersimbiosis dengan jamur untuk memperoleh nutrisi. Contoh

tumbuhan paku purba yaitu paku purba tidak berdaun (Rhynia) dan paku purba

berdaun kecil (Psilotum).

2. Paku Kawat (Lycopsida)

Pteridophyta 9

Page 10: tumbuhan paku

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)

Kelas: Pteridopsida

Sub Kelas: Schizaeatae

Ordo: Schizaeales

Famili: Lygodiaceae

Genus: Lygodium

Spesies: Lygodium scandens (L.) Sw

Paku kawat mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku, terutama dari genus

Lycopodium dan Selaginella. Paku kawat banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis

dan subtropis. Paku kawat menempel di pohon atau hidup bebas di tanah. Anggota

paku kawat memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daun tumbuhan paku kawat

berukuran kecil dan tersusun rapat. Sporangium terdapat pada sporofil yang tersusun

membentuk strobilus pada ujung batang. Strobilus berbentuk kerucut seperti konus

pada pinus. Oleh karena itu paku kawat disebut juga pinus tanah. Pada paku rane

(Selaginella) sporangium terdiri dari dua jenis, yaitu mikrosporangium dan

megasporangium. Mikrosporangium terdapat pada mikrosporofil (daun yang

mengandung mikrosporangium). Mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang

akan tumbuh menjadi gametofit jantan. Megasporangium terdapat pada megasporofil

(daun yang mengandung megasporangium). Megasporangium menghasilkan

megaspora yang akan tumbuh menjadi gametofit betina.

Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil. Gametofit memperoleh

makanan dari jamur yang bersimbiosis dengannnya. Gemetofit paku kawat ada yang

uniseksual, yaitu mengandung anteridium saja atau arkegonium saja. Gametofit paku

kawat juga ada yang biseksual, yaitu mengandung anteridium dan arkegonium.

Gametofit uniseksual terdapat pada Selaginella. Selaginella merupakan tumbuhan

paku heterospora sedangkan gametofit biseksual terdapat pada Lycopodium.

Lycopodium nummularifolium

Merupakan jenis tumbuhan paku perrenial dan hidup sebagai epifit di bawah dan

melekat pada batang pohon-pohon pada habitat aslinya, yaitu hutan tropis.

Dibandingkan dengan kerabat Lycopodium lain yang tumbuh merumpun

Pteridophyta 10

Page 11: tumbuhan paku

(menggerombol), spesies ini cenderung bertipikal tumbuh menjalar, memanjang atau

menggantung. Batang berbentuk bulat, kecil, keras dan memanjang seperti kawat

(wiry stem). Dua cabang dikotomi (dichotomous branches) terbentuk pada ujung

batang/cabang sebelumnya yang selanjutnya tumbuh menjadi cabang-cabang baru.

Cabang-cabang kemudian dapat tumbuh hingga mencapai tanah dan menjalar

membentuk sistem perakaran baru

(rhizoma). Rhizoma berakar adventif

merupakan bentuk modifikasi batang yang

berfungsi selain sebagai alat trasport air dan

nutrient untuk proses photosintesis, juga

sebagai alat perekat tanaman pada tempat

tumbuhnya.

3. Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)

Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari satu genus, yaitu

Equisetum. Equisetum terutama hidup pada habitat lembab di daerah subtropis.

Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata tinggi

Equisetumkurang dari 1 m. Equisetummemiliki akar, batang, dan daun sejati.

Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti sisik.

Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda.

Batangnya yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika. Sporangium

terdapat pada strobilus. Sporangium menghasilkan satu jenis spora, sehingga

Equisetum digolongkan pada tumbuhan paku peralihan. Gametofit Equisetum hanya

berukuran beberapa milimeter tetapi dapat melakukan fotosintesis. Gametofitnya

mengandung anteridium dan arkegonium sehingga merupakan gametofit biseksual.

Pteridophyta 11

Page 12: tumbuhan paku

Kerajaan : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Equisetopsida

Famili : Equisetaceae

Equisetum debile

Nama paku ekor kuda merujuk pada segolongan kecil tumbuhan (sekitar

20 spesies) yang umumnya terna kecil dan semua masuk dalam genus

Equisetum (dari equus yang berarti "kuda" dan setum yang berarti "rambut tebal"

dalam bahasa Latin). Anggota-anggotanya dapat dijumpai di seluruh dunia

kecuali Antartika. Di kawasan Asia Tenggara (Indonesia termasuk di dalamnya)

hanya dijumpai satu spesies alami saja, E. ramosissimum subsp. debile, yang dikenal

sebagai rumput betung dalam bahasa Melayu, tataropongan dalam bahasa Sunda, dan

petongan dalam bahasa Jawa. Kalangan taksonomi masih memperdebatkan apakah

kelompok ekor kuda merupakan divisio tersendiri,

sebagai Equisetophyta (atauSphenophyta), atau suatu kelas dari Pteridophyta,

sebagai Equisetopsida (atau Sphenopsida). Hasil analisis molekular menunjukkan

kedekatan hubungan dengan Marattiopsida.

Semua anggota paku ekor kuda bersifat tahunan, terna berukuran kecil (tinggi

0.2-1.5 m), meskipun beberapa anggotanya (hidup di Amerika Tropik) ada yang bisa

tumbuh mencapai 6-8 m (E. giganteum dan E. myriochaetum).

Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas, berlubang di tengahnya,

Pteridophyta 12

Page 13: tumbuhan paku

berperan sebagai organ fotosintetik menggantikan daun. Batangnya dapat bercabang.

Cabang duduk mengitari batang utama. Batang ini banyak mengandung silika. Ada

kelompok yang batangnya bercabang-cabang dalam posisi berkarang dan ada yang

bercabang tunggal. Daun pada semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang baik,

hanya menyerupai sisik yang duduk berkarang menutupi ruas. Spora tersimpan pada

struktur berbentuk gada yang disebut strobilus (jamak strobili) yang terletak pada

ujung batang (apical). Pada banyak spesies (misalnya E. arvense), batang penyangga

strobilus tidak bercabang dan tidak berfotosintesis (tidak berwarna hijau) serta hanya

muncul segera setelah musim salju berakhir. Jenis-jenis lain tidak memiliki perbedaan

ini (batang steril mirip dengan batang pendukung strobilus), misalnya E.

palustre dan E. Debile.

Batang fertil E. arvense dengan strobilus di ujungnya. Batang ini muncul pada

akhir musim salju, sebelum munculnya batang steril yang fotosintetik (lihat gambar di

taxobox).

Spora yang dihasilkan paku ekor kuda umumnya hanya satu macam

(homospor) meskipun spora yang lebih kecil pada E. arvense tumbuh

menjadi protalium jantan. Spora keluar dari sporangiumyang tersusun pada strobilus.

Sporanya berbeda dengan spora paku-pakuan karena memiliki empat "rambut" yang

disebut elater. Elater berfungsi sebagai pegas untuk membantu pemencaran spora.

Pteridophyta 13

Page 14: tumbuhan paku

Paku ekor kuda menyukai tanah yang basah, baik berpasir maupun

berlempung, beberapa bahkan tumbuh di air (batang yang berongga membantu

adaptasi pada lingkungan ini). E.arvense dapat tumbuh menjadi gulma di ladang

karena rimpangnya yang sangat dalam dan menyebar luas di tanah.Herbisida pun

sering tidak berhasil mematikannya. Di Indonesia, rumput betung (E. debile)

digunakan sebagai sikat untuk mencuci dan

campuran obat.

Pada masa lalu, kira-kira pada

zaman Karbonifer, paku ekor kuda purba dan

kerabatnya (Calamites, dari divisio yang sama,

sekarang sudah punah) mendominasi hutan-hutan

di bumi. Beberapa spesies dapat tumbuh sangat

besar, mencapai 30 m, seperti ditunjukkan pada

fosil-fosil yang ditemukan pada deposit batu bara.

Batu bara dianggap sebagai pengerasan sisa-sisa serasah dari hutan purba ini.

Pteridophyta 14

Page 15: tumbuhan paku

4. Paku Sejati (Pteropsida)

Dikenal sebagai pakis menurut pengertian kita sehari-hari. Banyak ditemukan di

daerah hutan tropis dan subtropis. Memiliki daun yang lebih besar dibandingkan

dengan subdivisi lainnya dan dibedakan menjadi dua macam yaitu megafil dengan

sistem percabangan pembuluh dan mikrofil yaitu daun yang tumbuh dari batang yang

mengandung untaian tunggal jaringan pengangkut. Daunnya yang masih muda

menggulung pada ujungnya dan sporangium terdapat pada sporofil. Contohnya adalah

Adiantum cuneatum (suplir), Marsilea crenata (semanggi), dan Asplenium nidus

(paku sarang kuda). Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering

kita lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan

subtropis. Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae.

Filicinae memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam

(rizom) atau batang di atas permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran

besar dan memiliki tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu

tumbuh menggulung (circinnatus). Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu

Semanggi (Marsilea crenata), Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku

sarang burung (Asplenium nidus), suplir (Adiantum cuneatum), Paku sawah (Azolla

pinnata), dan Dicksonia antarctica.

F. Manfaat Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Banyak orang yang mengangap tumbuhan paku adalah sebuah tumbuhan atau

tanaman pengganggu. Tapi disisi lain tumbuhan paku juga sangat bermanfaat atau

berkhasiat. Apalagi Tumbuhan paku sangat mudah dicari di alam sekitar kita.

Pteridophyta 15

Page 16: tumbuhan paku

Mungkin manfaat tumbuhan paku masih banyak yang belum tahu. Diantaranya

sebagai berikut :

a. Manfaat Tumbuhan Paku Sebagai tanaman hiasan :

Platycerium nidus (paku tanduk rusa)

Asplenium nidus (paku sarang burung)

Adiantum cuneatum (suplir)

Selaginella wildenowii (paku rane) b. Sebagai bahan penghasil obat-obatan :

Asipidium filix-mas

Dryopteris filix-mas

Lycopodium clavatum c. Sebagai tanaman sayuran :

Marsilea crenata (semanggi)

Salvinia natans (paku sampan = kiambang) d. Sebagai pupuk hijau dalam

pertanian :

Azolla pinnata >> bersimbiosis dengan anabaena azollae (gangang biru) e.

Sebagai pelindung tanaman di persemaian :

Gleichenia linearis f. Sebagai sumber bahan baku pembentukan batu bara :

Tumbuhan paku yang sudah mati pada zaman purba.

b. Tumbuhan paku yang hidup pada zaman karbon telah memfosil, fosil tersebut

berupa batu bara yang dapat dijadikan bahan bakar

c. berguna untuk obat-obatan, misalnya dyoptoris filix-mas, lycopodium clavatum.

d. Sebagai tanaman sayuran :

Marsilea crenata (semanggi)

Pteridophyta 16

Page 17: tumbuhan paku

Salvinia natans (paku sampan = kiambang)

e. Sebagai pelindugn tanaman di persemaian :

- Gleichenia linearis

Pteridophyta 17

Page 18: tumbuhan paku

Pteridophyta 18

Page 19: tumbuhan paku

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Secara umum, karakteristik tumbuhan paku mempunyai:

Lapisan pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ reproduksi,

Embrio multiseluler yang terdapat di dalam arkegonium,

Lapisan kutikula pada bagian luar tubuh,

Sistem transportasi internal yang berfungsi sebagai pengangkut air dan zat-

zat mineral dari dalam tanah,

Struktur tubuh terdiri atas bagian-bagian akar, batang dan daun,

Akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut dengan ujung

dilindungi kaliptra,

Batangnya pada umumnya tidak tampak (kecuali tumbuhan paku tiang)

karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, menjalar, atau sedikit tegak,

Daunnya yang muda umumnya melingkar atau menggulung,

2. Berdasarkan tingkat perkembangannya, tumbuhan paku dapat diklasifikasikan

menjadi 4 subdivisi, yaitu:

Paku Purba (Psilopsida)

Paku Kawat (Lycopsida)

Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)

Paku Sejati (Pteropsida)

3. Manfaat dari tumbuhan paku adalah :

Sebagai tanaman hias

Sebagai bahan bakar

Sebagai obat-obatan

Sebagai tanaman sayuran

Sebagai pelindugn tanaman di persemaian

Pteridophyta 19