32
BAB II TINJAUAN TEORITIS II. 1 Anak Usia Sekolah II.1.1 Pengertian Tumbuh Kembang Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dibedakan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1995). Whaley dan wong dalam Supartini (2004) mengemukakan pertumbuhan sebagai peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secar bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang lebih tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang menurut Soetjiningsih (1995), secara umum terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu: a. Faktor genetik: faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui maturasi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai denagn intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa. b. Faktor lingkungan: lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapainya atau tidakanya potensi bawaan. 10

TUKEM 1

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    II. 1 Anak Usia Sekolah

    II.1.1 Pengertian Tumbuh Kembang

    Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya

    berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dibedakan, yaitu pertumbuhan

    dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan

    dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun

    individu, yang bisa diukur. Sedangkan perkembangan adalah

    bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

    kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan

    (Soetjiningsih, 1995). Whaley dan wong dalam Supartini (2004)

    mengemukakan pertumbuhan sebagai peningkatan jumlah dan ukuran,

    sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi

    secar bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang lebih tinggi

    dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. Faktor yang

    mempengaruhi tumbuh kembang menurut Soetjiningsih (1995), secara

    umum terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang

    anak yaitu:

    a. Faktor genetik: faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai

    hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui maturasi genetik yang

    terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas

    dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai denagn intensitas dan kecepatan

    pembelahan, derajat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur

    pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik

    antara lain adalah faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis

    kelamin, suku bangsa.

    b. Faktor lingkungan: lingkungan merupakan faktor yang menentukan

    tercapainya atau tidakanya potensi bawaan.

    10

  • II.2 Ciri- ciri tumbuh kembang anak usia sekolah usia 6 tahun sampai 12 tahun:

    a. Karkteristik Fisik

    1) Usia 6 tahun

    Penambahan berat badan dan pertumbuhan berlanjut dengan

    lambat. Berat badan : 16 sampai 23,6 kg; tinggi 106,6 sampai 123,5 cm.

    pemunculan gigi incisor mandibular tengah. Kehilangan gigi pertama,

    peningkatan bertahap dalam ketangkasan usia aktivitas; aktivitas kontan

    sering kembali menggigit jari lebih menyadari tangan sebagai alat suka

    menggambar, menulis dan mewarnai penglihatan mencapai maturitas.

    2) Usia 7 tahun

    Mulai bertumbuh sedikitnya 5 cm setahun, berat badan : 17,7

    ssampai 30 kg; tinggi badan 111,8 sampai 129,7 cm. Gigi insisi maksilar

    dan insisi mandibular lateral muncul, lebih waspada pada pendekatan

    penampilan baru, mengulangi kinerja untuk memahirkan, rahang mulai

    lebar untuk mengakomodasi gigi permanen.

    3) Usia 8-9 tahun

    Melanjutkan pertumbuhan 5 cm dalam 1 tahun. Berat badan : 19,6

    kg ; tinggi badan 117-141,8 cm. Gigi insisi lateral (maksilar) dan kaninus

    mandibular muncul, aliran gerak : sering, lemah lembut dan tenang. Selalu

    terburu-buru ; melompat, lari, meloncat, peningkatan kehalusan dan

    kecepatan dalam control motorik halus ; menggunakan tulisan sambung,

    berpakain lengkap sendiri, suka melakukan sesuatu secara berlebihan;

    sukar diam setelah istirahat, lebih lentur; tulang tumbuh lebih cepat dari

    pada ligament.

    4) Usia 10-12 tahun

    Anak laki-laki : tumbuh lambat dalam tinggi dan penambahan

    berat badan ; dapat menjadi kegemukan dalam periode ini. Berat badan :

    24,3 sampai 58 kg; tinggi badan 127,5 sampai 162,3 cm. Postur lebih

    serupa dengan orang dewasa ; akan mengalami lordosis. Anak perempuan

    : perubahan daerah pubis, mulai tampak; garis tubuh menghalus dan

  • menonjol. Sisa gigi akan muncul dan kecenderungan kearah

    perkembangan penuh (kecuali gigi geraham).

    b. Mental

    1) Usia 6 tahun :

    Mengembangkan konsep angka, menghitung 13 uang logam,

    mengetahui pagi atau siang, mendefinisikan objek umum seperti garpu

    dan kursi dalam istilah penggunaannya, mematuhi tiga macam

    perintah sekaligus, mengetahui tangan kanan dan kiri, mengatakan

    bagaimana yang cantik dan mana yang jelek dari segi gambar wajah,

    menggambarkan objek dalam gambar daripada menyebutkan satu

    persatu, masuk kelas satu.

    2) Usia 7 tahun :

    Memperhatikan bahwa bagian tertentu hilang dari gambar dapat

    meniru gambar permata. Mengulangi tiga angka dari belakang,

    mengulang konsep waktu; membaca jam biasa atau jam tangan dengan

    benar sampai seperempat jam terdekat; menggunakan jam untuk tujuan

    praktis. Masuk kelas dua lebih mekanis dalam membaca serign tidak

    berhenti pada akhir kalimat, meloncati kata seperti ia, sebuah.

    3) Usia 8-9 tahun :

    Memberi kemiripan dan perbedaan antara dua hal dari memori.

    Menghitung mundur dari 20 sampai 1, memahami konsep kebalikan.

    Mengulang hari dalam seminggu dan bulan berurutan, mengetahui

    tanggal. Menggambarkan objek umum dengan mendetail, tidak

    semata-mata penggunaannya. Membuat perubahan lebih dari

    seperempatnya. Masuk kelas 3 dan 4. Lebih banyak membaca;

    berencana untuk mudah terbangun hanya untuk membaca. Membaca

    buku klasik, tetapi juga menyukai komik. Lebih menyadari waktu;

    dapat dipercaya untuk pergi ke sekolah tepat waktu. Dapat menangkap

    konsep ruang, penyebab dan efek, menggabungkan (puzzle).

    Konservasi (massa dan volume permanen). Mengklasifikasikan objek

  • lebih dari satu kualitas; mempunyai koleksi, menghasilkan gambar

    atau lukisan sederhana.

    4) Usia 10-12 tahun :

    Menulis cerita singkat, masuk kelas 5-6. Menuliskan surat pendek

    biasa kepada teman atau saudara dengan inisiatif sendiri.

    Menggunakan telepon untuk tujuan praktis. Berespon terhadap

    majalah, radio, atau iklan lain. Membaca untuk mendapatkan

    informasi praktis atau kenikmatan sendiri, buku cerita atau buku

    perpustakaan tentang petualangan atau romantika atau cerita binatang.

    c. Adaptif

    1) Usia 6 tahun :

    Anak usia 6 tahun biasanya menggunakan pisau untuk mengoleskan

    mentega atau selai diatas roti, pada saat bermain, memotong, melipat,

    memotong mainan kertas, menjahit dengan kasar bila diberi jarum.

    Mandi tanpa pengawasan, melakukan sendiri aktivitas tidur, membaca

    dari ingatan ; menikmati permainan mengeja, menyukai permainan di

    meja; permainan kartu sederhana, banyak tertawa terkikik-kikik,

    kadang mencuri uang atau barang yang menarik, mengalami kesulitan

    mengakui kelakuannya yang buruk, mencoba kemampuan diri.

    2) Usia 7 tahun :

    Menggunakan pisau meja untuk memotong daging; memerlukan

    bantuan dengan belajar atau bagian sulit. Menyikat dan menyisir

    rambut dengan pantas tanpa bantuan. Mungkin mencuri, menyukai

    menbantu dan membuat pilihan, penolakan berkurang dan keras

    kepala.

    3) Usia 8-9 tahun

    Menggunakan alat-alat umum sepeti palu, jarum atau skrup.

    Menggunakan alat rumah tangga dan alat menjahit. Membantu tugas

    rumah tangga rutin seperti mengelap, menyapu. Menjalankan

    tanggung jawab untuk berbagi tugas-tugas rumah tangga. Mencari

  • semua kebutuhan sendiri saat di meja. Membeli artikel yang

    bermanfaat malatih beberapa pilihan dalam membuat pembelian.

    Melakukan pesan yang bermanfaat, menyukai majalah bergambar.

    Menyukai sekolah ingin menjawab semua pertanyaan, takut tidak naik

    kelas dipermalukan karena bodoh. Lebih kritis tentang diri sendiri,

    mengambil pelajaran music dan olahraga.

    4) Usia 10-12 tahun :

    Membuat artikel bermanfaat atau melakukan pekerjaan perbaikan yang

    mudah. Memasak atau menjahit dalam cara sederhana, memelihara

    binatang peliharaan. Mencuci dan mengeringkan rambutnya sendiri,

    bertanggung jawab untuk pekerjaan membersihkan rambut tetapi

    memerlukan pengingatan untuk melakukannya. Terkadang tinggal

    sendiri di rumah selama sejam atau lebih, berhasil dalam memelihara

    kebutuhan sendiri atau kebutuhan anak lain yang ada dalam

    perhatiannya.

    d. Personal-sosial

    1) Usia 6 tahun :

    Anak usia 6 tahun biasanya dapat berbagi dan bekerjasama dengan

    lebih baik. Mempunyai kebutuhan yang lebih besar untuk anak-anak

    usianya. Akan curang untuk menang, sering masuk dalam permainan

    kasar, sering cemburu terhadap adik. Melakukan apa yang orang

    dewasa lakukan. Kadang mengalami tempertantum, bermulut besar,

    lebih mandiri, kemungkinan pengaruh sekolah.. mempunyai cara

    sendiri untuk melakukan sesuatu dan meningkatkan sosialisasi.

    2) Usia 7 tahun :

    Menjadi anggota sejati dari kelompok keluarga. Mengambil bagian

    dalam kelompok bermain. Anak laki-laki dan perempuan bermain

    dengan anak perempuan. Banyak menghabiskan waktu sendiri tidak

    memerlukan banyak teman.

    3) Usia 8-9 tahun :

  • Anak usia 8-9 tahun biasanya lebih senang berada di rumah. Menyukai

    system penghargaan, mendramatisir. Lebih cepat bersosialisasi, lebih

    sopan, tertarik pada hubungan laki-laki dan perempuan terapi tidak

    terikat. Pergi ke rumah dan masyarakat dengan bebas, sendiri, atau

    denga teman. Menyukai kompetisi dan permainan. Menunjukan

    kesukaan dalam pertemanan dan berkelompok. Bermain paling banyak

    dalam kelompok dengan jenis kelamin yang sama tetapi mulai

    bercampur. Mengembangkan kerendahan hati, membandingkan diri

    sendiri dengan orang lain. Menikmati kelompok olahraga.

    4) Usia 10-12 tahun :

    Menyukai teman-teman, memilih teman dengan lebih selektif dapat

    mempunyai sahabat. Menyukai permainan mengembangkan minat

    awal terhadap lawan jenis, lebih diplomatic, menyukai ibu dan ingin

    menyenangkannya dengan berbagai cara menunjukkan kasih sayang,

    juga menyukai ayah (dicintai dan diidolakan) menghormati orang tua,

    mencintai teman bicara tentang mereka secara terus menerus.

    e. Mendidik Anak Usia Sekolah

    Adapun kiat-kiat yang dapat diterapkan dalam mendidik anak usia

    Sekolah Dasar ialah :

    1) Orang tua harus semakin tanggap dan jeli dalam perkembangan anak

    2) Anak harus semakin sering dibiasakan memelihara, menyimpan,

    menggunakan sarana belajarnya dengan tertib. Mematuhi kapan dia harus

    belajar, bermain, tidur siang dan tidur malam, serta bangun pagi.

    3) Orang tua mualai membiasakan anak untuk melakukan aktivitas seperti

    menyapu halaman, menyiram bungan, member makan peliharaan,

    merapikan tumpukan Koran.

    4) Mulai menyuruh ank untuk melaksanakan perintah agama dan menjauhi

    larangannya, dan menjelaskan pentingnya dan manfaat beragama.

    5) Ajari anak agar selalu jujur dalam berkata dan berprilaku baik. Anak

    harus diberi penjelasan, jika anak memasuki kamar orang tua harus

    member isyarat terlebih dahulu.

  • 6) Orang tua membiasakan diri untuk bertanya kepada anak tentang hal-hal

    yang bisa meningkatkan pengetahuan anak.

    7) Membiasakan anak untuk menonton yang berhubungan dengan berita-

    berita yang ada kaitannya dengan pendidikan anak dan jika ingin

    menonton film, maka hendaknya memilih film yang sesuai keberadaan

    anak dan yang memiliki nilai pendidikan tinggi.

    8) Memilihkan anak dengan teman-taman yang baik

    9) Membiasakan anak di majelis-majelis orang dewasa.

    10) Membiasakan anak mengerjakan anak tugas keluarga

    11) Membiasakan anak mengatasi ketegangan. Misalnya, buku cerita tentang

    keberhasilan anak pelaut, anak transmigrasi, anak korban bencana alam,

    anak cacat.

    12) Beri kesempatan pada anak untuk mendemontrasikan kemandirian :

    ikutilah mereka untuk memilih buku-buku dan berbagai pengalaman.

    Berilah buku-buku yang bertema kemandirian

    13) Berilah penguatan untuk bertanggung jawab, berorganisasi, dan

    mengambil keputusan.

    14) Sediakanlah buku yang melukiskan perkembangan internalisasi control

    diri. Berikan bacaan mengenai atlet berlatih keras atau biography orang

    sukses (Sutikno, 2007).

    f. Umur

    Umur berkaitan dengan tingkat kedewasaan atau maturitas, dalam arti

    semakin meningkat umur seseorang akam meningkat pula kedewasaan secara

    teknik maupun psikologis, serta semakin mampu melaksanakan tugasnya

    (Badudu-Zain, 1994, hal 1586).

    g. Jenis Kelamin

    Jenis kelamin adalah perbedaan atas laki-laki dan perempuan. Peran

    jenis kelamin yaitu dengan cara dimana seseorang bertindak sebagai wanita

  • dan pria. Para ahli teoritis pembelajaran social percaya bahwa masyarakat

    mempengaruhi prilaku wanita dan pria dan merupakan sumber utama feminitas

    dan maskulinitas (Potter & Perry, 2005).

    h. Uang saku

    Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua dengan

    perencanaan uang tersebut digunakan seperti untuk transportasi atau tabungan

    anak. Sedangkan uang jajan adalah uang yang diberikan kepada anak untuk

    membeli jajanan berupa makanan dan minuman selama berada di luar rumah.

    Penting untuk memperhatikan jumlah uang saku anak-anak, karena sebagian

    besar jajanan yang dijual bebas di sekitar sekolah adalah makanan dan

    minuman yang tidak layak untuk dikonsumsi. Jajanan tersebut biasanya

    mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan anak nantinya

    (Elly, 2009, Perlukah Anak Diberi Uang Saku, 2,

    http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1925953-perlukah-anak-

    diberi-uang-saku/, diperolah tanggal 17 Mei 2010).

    II.3 Penyakit Diare

    II.3.1 Definisi

    Diare adalah kondisi dimana terjadi frekwensi defekasi yang

    abnormal (lebih dari 3 kali / hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari

    200g/hari) dan konsistensi (feses cair).(Brunner & Suddarth, 2001, hlm

    1093).

    Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang

    melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan

    oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus (Donna L.

    Wong, 2009).

    Diare merupakan keadaan di mana seseorang menderita mencret-

    mencret. Penderita buang air berkali-kali, tinjanya encer dan kadang-

  • kadang muntah. Diare disebut juga muntaber (muntah berak), muntah

    mencret atau muntah bocor. Kadang-kadang tinjanya juga mengandung

    darah atau lendir. (http://dranak.blogspot.com)

    Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya

    perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai

    mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya 3 kali

    atau lebih dalam 1 hari. (http://www.infeksi.com)

    II.3.2 Penyebab Diare

    1. Enteropatogen bakteri

    Enteropatogen bakteri dapat menyebabkan diare radang dan

    nonradang., dan enteropatogen spesifik dapat disertai dengan salah satu

    manifestasi klinis. Umumnya diare radang akibat Aeromonas spp,

    Campylobacter jejuni, Clostridium difficile, E. Coli enteroinvasif, E. Coli

    enterohemoragik, Plesiomonas shigelloides, Salmonella spp, Shigella spp,

    Vibrio parahaemolyticus, dan Yersinia enterocolitica. Diare non radang

    dapat disebabakan oleh E. coli enteropatogen, E coli enterotoksik, dan

    Vibrio Cholerae. Infeksi Yarsinea dan Salmonella paling sering dijumpai

    pada anak berusia 1 bulan hingga 3 tahun. Sementara infeksi Shigella dan

    Campylobacter paling sering dijumpai pada anak usia 1-5 tahun.

    2. Enteropatogen parasit

    Giardia lamblia adalah penyebab penyakit diare yang paling sering

    di Amerika Serikat. Pathogen lain adalah Cryptosporidium, Entamoeba

    histolytica, Strongyloides stercoralis, Isospora belli, dan Enterocytozoon

    bieneusi.

    3. Enteropatogen virus

    Empat penyebab gastroenteritis virus adalah rotavirus, adenovirus

    enteric, astovirus dan kalsivirus. Rotavirus terutama dijumpai pada anak

    usia 4 bulan hingga 3 tahun.

  • 4. Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika. Bila diare terjadi saat

    anak sedang dalam pengobatan antibiotika.

    5. Alergi susu diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum

    susu tersebut, biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang

    terbuat dari susu sapi

    6. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun

    bahan kimia

    7. Immunodefisiensi.

    8. Kekurangan gizi seperti kelaparan, kekurangan zat putih telur.

    II.3.3 Penularan

    Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air

    minum yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan

    langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk

    menyuap makanan. Diare dapat ditularkan melalui tinja yang

    mengandung kuman penyebab diare. Tinja tersebut dikeluarkan oleh

    orang sakit atau pembawa kuman yang berak di sembarang tempat. Tinja

    tadi mencemari lingkungan misalnya tanah, sungai, air sumur. Orang

    sehat yang menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah tercemari

    dan kemudian menderita diare. Penularan dapat terjadi

    melalui : makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang

    sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor,

    bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering

    memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini

    dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. Pengunaan

    sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan

    benar. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih. Tidak

    mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau

    membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi

    perabotan dan alat-alat yang dipegang.

    II.3.4 Manifestasi Klinis

  • Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyakit diare

    disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut merupakan tanda dan gejala

    terjadi :

    Tabel 2.1 : Penyebab Diare

    Penyebab Karakteristik

    Agen viral

    Rotavirus (periode inkubasi 1-3 hari)

    Organisme Norwalklike (periode inkubasi 1-3

    hari)

    Awitan tiba-tiba, demam 38o C atau lebih,mual /

    muntah, nyeri abomen, berhubungan dengan infeksi

    saluran nafas atas, diare dapat menetap selama lebih

    dari 1 minggu.

    Demam, kehilangan nafsu, mual/muntah, nyeri

    abdomen, diare, malaise.

    Sumber infeksi : air minum, air di tempat rekreasi

    (kolam renang, dll), makanan (termasuk kerang-

    kerangan).

    Agen bacterial

    Eschericia coli patogenik (periode inkubasi sangat

    bervariasi, bergantung pada strain)

    Awal bertahap atau tiba-tiba, manifestasi klinis

    bervariasi, kebanyakan - diare hijau, cair dengan

    darah dan mukus, menjadi eksplosif, muntah dapat

    terjadi pada awitan, distensi abdomen, diare, demam,

    tampak toksik.

    Sumber infeksi : biasanya penularan antar individu

  • Kelompok Salmonella (nontifoid) garam negatif

    tanpa kapsul, tanpa spora (periode inkubasi 6-72

    jam untuk gastroenteritis biasanya kurang dari 24;

    3-60 hari untuk demam enteric biasanya 7-14)

    S. typhi

    Kelompol Shigella gram negative, basil anaerob

    non motil. (periode inkubasi 1-7 hari, biasanya 2-4

    hari)

    tetapi dapat pula ditularkan lewat benda mati dan

    daging yang kurang matang, khususnya daging sapi

    yang di potong-potong.

    Awitan cepat, gejala bervariasi (ringan sampai berat),

    mual, muntah dan nyeri abdomen kolik diikuti diare,

    kadang-kadang disertai darah dan mucus, demam,

    peristaltic hiperaktif dan nyeri tekan yang ringan pada

    abdomen, gejala biasanya berkurang dalam 5 hari,

    dapat mengalami sakit kepala dan manifestasi serebral

    (mis : mengantuk, konfusi, meningismus, atau

    kejang), bayi mungkin afebris dan non toksik, dapat

    mengakibatkan septikimia dan meningitis yang

    mengancam kehidupan.

    Sumber infeksi : penularan lewat makanan dan

    minuman yang terkontaminasi--sebagian besar berasal

    dari sumber binatang, termasuk burung, mamalia,

    reftilia serta insekta. Sumber yang paling sering

    adalah daging unggas dan telur.

    Bervariasi pada bayi, pada anak yang lebih besar

    demam tidak teratur, sakit kepala, malaise, letargi,

    diare terjadi pada 50 % tahap awal, umumnya terjadi

    batuk, dalam beberapa hari demam meningkat dan

    menetap, terjadi keletihan batuk, nyeri abdomen,

    anoreksia, dan penurunan berat badan.

  • Yarsinia enterocolitica (periode inkubasi

    tergantung dosis 1-3 minggu)

    Campylobacter jejuni (periode inkubasi 1-7 hari

    atau lebih lama)

    Kelompok Vibrio cholera (periode inkubasi

    biasanya 2-3 hari rentang dari beberapa jam

    sampai 5 jam)

    Awitan bervariasi tetapi biasanya tiba- tiba, demam

    dan nyeri kram abdomen terjadi di awal, demam dapat

    mencapai 40,50 C, konvulsi pada kira-kira 10 %

    biasanya dikaitkan dengan demam, pasien tampak

    sakit, sakit kepala, kaku kuduk, delirium, diare cair

    dengan mucus dan pus mulai kira-kira 12-48 jam

    setelah awitan, defikasi didahului kram abdomen,

    tenesmus dan aliran mengejan, gejala biasanya

    berkurang dalam 5-10 hari.

    Diare mungkin berdarah, demam lebih dari 38C,

    nyeri abdomen pada kuadran kanan bawah, muntah.

    Demam, nyeri abdomen sering hebat, kram,

    pereumbilikasi, diare cair, banyak, bau menyengat

    disertai darah, muntah.

    Awitan tiba-tiba dari diare encer yang banyak, tanpa

    disertai kram, tenesmus atau iritasi anal, meskipun

    anak mengeluh kram ; pada awalnya terjadi defikasi

    intermiten, kemudian hampir kontinu; defikasi

    berdarah dengan mucus; diare dengan darah dalam

    feses.

  • Keracunan makanan

    Staphilococcus (periode inkubasi 4-6 jam)

    Clostridium perfungens (periode inkubasi 8-24

    jam, biasanya 8-12 jam)

    Clostridium botulinum (periode inkubasi 12-26

    jam, rentang 6- sampai 8 hari)

    Mual, muntah; kram abdomen hebat; diare hebat;

    syok dapat terjadi pada kasus-kasus berat; mungkin

    demam ringan.

    Sumber infeksi : makanan yang kurang matang atau

    yang disimpan di lemari es (mis, puding, mayones,

    makanan pencuci mulut yang berlapis krim).

    Kram sedang sampai berat, nyeri midepigastrik.

    Sumber infeksi : penularan lewat produk makanan

    komersial; yang paling sering adalah daging dan

    unggas.

    Mual, muntah; diare; gejala system saraf pusat dengan

    efek seperti curare; mulut kering, disfagia.

    Sumber infeksi : ditularkan lewat produk yang

    terkontaminasi.

    II.3.5 Patofisiologi

    Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama

    gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

    diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

  • sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi

    rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

    mengeluarkannya sehingga timbul diare.

    Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus

    akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

    selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

    Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

    mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

    sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

    mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat

    menimbulkan diare pula.

    Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme

    hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,

    mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan

    toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

    menimbulkan diare.

    Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

    1. Kehilangan air (dehidrasi)

    Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

    pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada

    diare.

    2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

    Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

    Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun

    dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya

    anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat

    karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan

  • terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan

    intraseluler.

    3. Hipoglikemia

    Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih

    sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi

    karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati

    dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan

    muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi

    dan 50% pada anak-anak.

    4. Gangguan gizi

    Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini

    disebabkan oleh:

    a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

    muntah yang bertambah hebat.

    b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran

    dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

    c) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

    dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

    5. Gangguan sirkulasi

    Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,

    akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis

    bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran

    menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

    II.3.6 Derajat Hidrasi

    Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi

    berdasarkan:

    a. Kehilangan berat badan

    1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.

    2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.

    3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.

  • b. Skor Mavrice King

    Tabel 2.2 Skor Mavrice King

    Bagian tubuh

    Yang diperiksa

    Nilai untuk gejala yang ditemukan

    0 1 2

    Keadaan umum

    Kekenyalan kulit

    Mata

    Ubun-ubun besar

    Mulut

    Denyut nadi/mata

    Sehat

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    Kuat 40

    Keterangan

    a) Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan

    b) Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang

    c) Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

    II.B.7 Gejala klinis

    Tabel 2.3 : Gejala Klinis

    Gejala klinis

    Gejala klinis

    Ringan Sedang Berat

    Keadaan umum

  • Kesadaran

    Rasa haus

    Sirkulasi

    Nadi

    Respirasi

    Pernapasan

    Kulit

    Uub

    Baik (CM)

    +

    N (120)

    Biasa

    Agak cekung

    Agak cekung

    Biasa

    Normal

    Normal

    Gelisah

    ++

    Cepat

    Agak cepat

    Cekung

    Cekung

    Agak kurang

    Oliguri

    Agak kering

    Apatis-koma

    +++

    Cepat sekali

    Kusz maull

    Cekung sekali

    Cekung sekali

    Kurang sekali

    Anuri

    Kering/asidosis

    II.3.8 Pengobatan

    Yang perlu diingat pengobatan bukan memberi obat untuk

    menghentikan diare, karena diare sendiri adalah suatu mekanisme

    pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi makanan dari usus.

    Mencoba menghentikan diare dengan obat seperti menyumbat saluran pipa

    yang akan keluar dan menyebabkan aliran balik dan akan memperburuk

    saluran tersebut.

    Oleh karena proses diare ini adalah mekanisme pertahanan dari tubuh,

    akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari (1 -14 hari) dimana

    diare makin berisi dari air (watery) mulai berampas, berkurang

    frekwensinya dan sembuh. Yang terpenting pada diare adalah mencegah

    dan mengatasi gejala dehidrasi. Kebanyakan pasien dengan rehidrasi

    ringan sampai sedang dapat direhidrasi dengan larutan rehidrasi oral yang

    mengandung elektrolit dan glukosa. Larutan-larutan ini mengandung

    natrium sebanyak 75-90mEq/l., sedangkan larutan rumatan mengandug

    natrium 40-60mEq/l. Rehidrasi dengan larutan rehidrasi oral sebaiknya

  • dilakukan lebih dari 4-6 jam. Cairan rumatan peroral dapat diberikan

    setelah rehidrasi, tetapi makanan sebaiknya diberikan kembali dalam

    waktu 24 jam. Makanan awal sebaiknya berupa ASI, susu formula atau

    susu murni, nasi, pisang, kentang, biskuit, roti panggang, dan serial kering.

    Karena sel-sel usus yang dirusak oleh virus memerlukan nutrisi untuk

    pembentukan kembali. Pemberian makanan seperti biasanya akan

    memperpendek masa waktu gejala dari diare.

    II.3.9 Pemeriksaan

    Pemeriksaan yang dilakukan yaitu terutama pada jenis tinja.

    Awitan diare mendadak dengan buang air besar lebih dari 4 kali / hari

    dan tidak ada muntah sebelum diare meningkatkan kemungkinan adanya

    enteris bacterial. Diare berdarah dan demam paling sering dijumpai pada

    enteritis bacterial, walaupun infeksi Cryptosporidium juga sebaiknya

    dipertimbangkan pada anak- anak yang berada ditempat penitipan anak.

    Tinja pada infeksi rotavirus biasanya berwarna hijau , berair, dan tidak

    berdarah. Tinja pada infeksi Salmonella biasanya berwarna hijau,

    berlendir dan berbau telur busuk. Tinja pada infeksi Shigella khas berair,

    berdarah, dan tidak berbau.

    II.3.10 Pencegahan

    1) Menggunakan air bersih yang cukup

    Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Dengan

    terpenuhinya kebutuhan ini, maka seluruh proses metabolisme dalam

    tubuh manusia bisa berlangsung dengan lancar. Air yang harus diminum

    adalah air yang sehat. Ini bisa dilihat dari aspek fisik, kimia, dan

    mikrobiologi. Secara fisik, air yang sehat adalah yang jernih, tidak berbau,

    dan tidak berasa. Lebih detail lagi, air bisa diminum dengan berbagai

    syarat secara kimia dan mikrobiologi. Secara kimia, air sehat adalah yang

    kadar pH-nya netral dan kandungan mineral-mineral tertentu ada

    batasannya. (http://www.keluargasehat.com)

  • Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

    jalur fekal-oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukan ke dalam

    mulut, cairan atau benda tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-

    jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air

    tercemar.

    2) Mencuci tangan

    Kebiasan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

    penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci

    tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sebelum

    menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan/jajan, mempunyai

    dampak dalam kejadian diare.

    Untuk mencuci tangan dengan baik dan benar harus memiliki

    syarat tertentu seperti menggunakan sabun. Pentingnya membudayakan

    cuci tangan memakai sabun secara baik dan benar didukung oleh data

    Badan Kesehatan Dunia, WHO, yang menunjukkan, setiap tahun rata-rata

    100.000 anak di Indonesia meninggal dunia karena diare. Sementara itu,

    data Subdit Diare Departemen Kesehatan (Depkes) menunjukkan sekitar

    300 orang di antara 1.000 penduduk masih terjangkit diare sepanjang

    tahun. Penyebab utama diare adalah minimnya perilaku hidup bersih dan

    sehat di masyarakat. Salah satunya karena pemahaman mengenai cara

    mencuci tangan dengan sabun secara baik dan benar menggunakan air

    bersih mengalir. Adapun, berdasarkan kajian WHO, cuci tangan memakai

    sabun dapat mengurangi angka diare hingga 47%. Staf Divisi Kedokteran

    Anak Alfred I duPont Hospital for Children Wilmington Mary L Gavin

    MD mengatakan bahwa kuman-kuman seperti bakteri dan virus dapat

    berpindah dengan beberapa cara, terutama saat menyentuh tangan yang

    kotor atau ketika mengganti popok bayi.

    (http://www.infeksi.com/newsdetail)

    3) Menggunakan jamban

  • Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat

    yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam

    tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja

    (feces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan.

    Pembuangan kotoran manusia ini dimaksudkan hanya pembuangan tinja

    dan urine, yang pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus)

    Pencegahan penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan

    melalui air hanya dapat dilakukan dengan penyediaan air bersih,

    penggunaan jamban sehat pembuangan limbah cair dan padat rumah

    tangga serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci

    tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum menjamah

    makanan serta menyimpan makanan dalam keadaan tertutup.

    (http://www.depkes.go.id)

    Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi

    tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus

    dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran manusia harus

    disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut

    sehat untuk sekolah apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai

    berikut :

    a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.

    b) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.

    c) Tidak mengotori air tanah disekitarnya.

    d) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan

    binatang-binatang lainnya.

    e) Tidak menimbulkan bau.

    f) Mudah digunakan dan dipelihara.

    g) Sederhana desainnya.

    h) Murah.

    i) Dapat diterima oleh pemakainya.

  • Penggunaan dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya

    penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

    terhadap resiko penyakit diare. Sekolah yang tidak mempunyai jamban

    harus membuat dan siswa/siswi harus buang air besar di jamban.

    II.4.1 Jajan

    Jajan atau panganan merupakan suatu kebiasaan (habit) yang

    didapat dari hasil belajar, yang artinya masih bisa dimodifikasi. Kegiatan

    jajan bagi anak merupakan pengalaman yang menyenangkan. Jajan pada

    anak terkadang suatu bentuk perlawanan pada orang tua, atau sebagai

    lambang pergaulan bersama teman-teman sebayanya, atau untuk

    membeli pertemanan. Kebiasaan jajan pada anak bisa berpengaruh

    terhadap gizi buruk (Kompas, 2009).

    Jajanan yaitu membeli suatu yang tersedia di kantin, restoran,

    warung atau penjaja/penjual keliling berupa makanan atau minuman jadi

    tanpa memasaknya kembali dan langsung dimakan. (Hartono dalam

    Widiasari, 2001).

    II.4.2 Makanan Jajanan

    Menurut Irianto, K (2007) makanan jajanan adalah makanan yang

    banyak ditemukan di pinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk,

    warna, rasa serta ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang

    untuk membelinya.

    Makanan jajanan (street food) didefinisikan sebagai makanan dan

    minuman yang dipersiapkan atau dijual oleh pedagang kaki lima dijalanan

    dan tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau

    dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan (Iswarawanti, 2001 dalam

    Winarsho, 2009). Jajanan dengan berbagai bentuk dan warna dikemas

    secara menarik yang disajikan para pedagang kepada anak-anak di

    lingkungan sekolah maupun perkampungan setiap hari. Masyarakat

    kurang memahami kandungan gizi atau bahkan jajanan itu berbahaya bagi

    kesehatan anak.

  • Makanan jajanan adalah makanan yang tidak diolah dalam rumah

    tangga melainkan diperoleh malalui cara membeli sebagai makanan jadi

    yaitu dari berbagai sumber, seperti pedagang keliling, rumah tangga, toko

    atau kedai makanan (Aprilia, 2009, Penyuluhan Anak Sekolah Dasar, 1,

    http://dania-aprilia.blogspot.com/2009/05/proposal-penyuluhan-anak-

    sekolah -dasar.html diakses 05 April 2011).

    II.4.3 Jenis makanan jajanan

    Jenis makanan jajanan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :

    1) Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mie ayam dan

    sebagainya.

    2) Snack atau panganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng,

    dan sebagainya.

    3) Golongan minunan seperti cendol, es krim, es teller, es buah, es

    the, es sirup dan sebagainya.

    4) Buah-buahan segar.

    Gambar 2.1 Jenis Jajanan

    Penjual dan penjaja makanan jajanan dapat digolongkan menjadi

    tiga golongan, yaitu :

    a) Penjaja diam, yaitu makanan yang dijual sepanjang hari pada warung-

    warung yang lokasinya tetap di satu tempat.

  • b) Penjaja setengan diam, yaitu mereka yang berjualan dengan menetap

    di satu tempat pada waktu-waktu tertentu.

    c) Penjaja keliling, yaitu mereka yang jualan keliling dan tidak

    mempunyai tempat mangkal tertentu.

    Menurut SK Menkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003, pada pasal 2

    disebutkan penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung

    atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak

    dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai

    dengan penyajian.

    Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan

    penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain :

    a) Tidak menderita penyakit yang mudah menular misal, batuk, filek,

    influenza, diare, penyakit perut sejenisnya.

    b) Menutup luka (pada luka berbentuk bisul atau luka lainnya).

    c) Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.

    d) Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.

    e) Memakai celemek dan penutup kepala.

    f) Manjamah makanan harus memakai alat atau dengan alas tangan.

    g) Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung,

    rambut,mulut atau bagian lainnya).

    h) Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan

    dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.

    Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa makanan jajanan yang

    dijajakan harus dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup. Pembungkus

    yang digunakan dan atau penutup makanan harus dalam keadaan bersih

    dan tidak mencemari makanan.

    II.4.4 Ciri-ciri Makanan Jajanan yang sehat

    Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas

    pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya

  • adalah aman, bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli

    masyarakat.

    Aman yang dimaksud di sini mencakup bebas dari cemaran

    biologis, mikrobiologis, kimia, logam berat, dan cemaran lain yang dapat

    mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Salah

    satu makanan yang sering dikonsumsi dalam hal ini yaitu makanana

    jajanan yang sering dijajakan di sekolah-sekolah dasar.

    Salah satu tujuan makan adalah supaya tubuh kita sehat, namun

    disisi lain makan juga dapat menjadi salah satu sumber penyakit. Oleh

    karena itu menurut Anonim (2002) sebaiknya pilihlah makanan jajanan

    yang sehat, yaitu makanan jajanan yang segar, bersih dan aman dari

    cemaran bahan kimia dan fisik.

    (a) Cirri-ciri Makanan Jajanan yang Sehat

    Cara memilih makanan atau jajanan yang segar, untuk makanan yang

    diolah (digoreng, direbus, dikukus) pilihlah makanan baru siap dimasak

    (masih panas). Jika sudah dingin atau disimpan, maka pilihlah yang tidak

    berlendir, tidak berbau asam, tidak berjamur, dan rasanya masih wajar

    (normal).

    Untuk buah-buahan segar, pilihlah buah yang kulitnya masih segar

    dan tidak keriput, tidak busuk atau lembek. Untuk makanan kalengan atau

    makanan dalam botol, pilihlah kemasan yang tidak penyok, bentuknya

    masih utuh, tututpnya masih disegel atau belum rusak, tidak bocor, tidak

    kembung, serta tanggal penggunaannya masih berlaku atau belum

    kadaluarsa (Anonim, 2002).

    (b) Ciri-ciri makanan dan jajanan yang bersih

    Makanan yang sehat selain keadaanya segar juga harus bersih,

    tidak dihinggapi lalat, tidak dicemari oleh debu dan bahan-bahan pengotor

    lainnya.

    Makanan yang bersih mempunyai ciri-ciri :

    1) Bagian luarnya terlihat bersih, tidak terlihat ada kotoran yang

    menempel.

  • 2) Makanan tersebut disajikan dalam piring atau wadah tempat makanan

    yang tidak berdebu.

    3) Tidak terdapat rambut atau streples

    4) Disajikan dalam keadaan tertutup atau dibungkus dengan plastic,

    kertas tidak bertinta, daun pisang atau daun lainnya.

    5) Makanan dimasak, disimpan atau disajikan ke tempat yang jauh dari

    tempat pembuangan sampah, got, dan tepi jalan yang banyak dilalui

    kendaraan.

    6) Makanan dimasak dengan peralatan yang bersih dengan menggunakan

    air bersih, tidak berbau atau keruh (Anonim, 2002).

    II.4.5 Gangguan pada Makanan Jajanan

    Masalah keracunan makanan sudah menjadi masalah sosial di

    Indonesia. Seluruh kasus keracunan makanan yang ada, semua bersumber

    pada pengolahan makanan yang tidak higienis. Ironisnya makanan tidak

    higienis ini banyak dijual di kantin sekolah. Makanan jajanan anak

    sekolah yang diproduksi secara tradisional dalam bentuk industry

    makanan berteknologi tinggi, belum tentu terjamin keamanannya.

    Keamanan pangan jajanan merupakan salah satu masalah kesehatan

    masyarakat yang perlu mendapat perhatian, konsisten dan disikapi.

    Berdasarkan SK Mentri Kesehatan RI No. 235/ Menkes/ Per/ VI/ 79 dan

    direvisi melalui SK Mentri Kesehatan RI No. 722/ Menkes/ Per/ IX/ 88

    mengenai Bahan Tambahan Makanan (BTM), penyalahgunaan pamakaian

    zat pengawet, zat pewarna dan zat pemanis masih sering digunakan.

    Salah satu penyebab wabah diare ini adalah kontaminasi makanan

    atau minuman oleh mikroorganisme patogen tertentu. Ada beberapa

    mikroorganisme patogen umum yang menyebabkan diare atau muntah.

    a) Vibrio cholerae. bakteri berbentuk batang bengkok yang dapat bergerak

    dan tidak membentuk spora. Bakteri ini menyebabkan angka kematian

    tertinggi. Diare disertai muntah dan kejang perut, dapat datang tiba-

    tiba (mual). Transmisi melalui makanan dan minuman yang

  • terkontaminasi oleh bakteri yang ditemukan pada muntahan atau

    kotoran pasien.

    b) Shigella sp. Penyebab utama disentri basiler, yang merupakan penyakit

    dengan gejala disentri dengan sakit perut parah, sering buang air besar,

    dan sakit dengan volume tinja sedikit disertai lendir dan darah.

    c) Escherichia coli. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, fakultatif

    anaerob, dan tidak mampu membentuk spora. Seperti kita ketahui

    bakteri Escherichia coli merupakan organisme yang normal ditemukan

    dalam usus manusia sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah.

    Namun, beberapa strain tertentu dari bakteri ini dapat menyebabkan

    penyakit seperti diare atau muntah.

    d) Amuba. Beberapa jenis organisme bersel satu kemungkinan berperan

    dalam terjadinya wabah diare atau bahkan muntah. Manusia dapat

    terinfeksi dengan memakan kista yang berada dalam makanan atau

    minuman. Kista bahkan berasal dari lalat dan kecoak dan mencemari

    makanan atau minuman. Gejalah awal yang terjadi adalah sering

    buang air besar, tinja dengan sedikit darah dan lendir dan disertai

    demam dan sakit perut. Dalam situasi akut bisa disertai sakit kepala,

    mual, kram perut dan kadang-kadang muntah.

    e) Virus. Mikroorganisme penyebab infeksi terkecil ini dapat

    mempengaruhi saluran pencernaan, terutama pada bayi. Gejala khas

    yang dapat ditemukan adalah diare, demam, sakit perut, muntah, yang

    menyebabkan dehidrasi dan kekurangan cairan dalam tubuh sikecil.

    Pada bayi dan anak-anak, kekurangan cairan dan elektrolit dapat

    mematikan jika tidak mendapatkan penanganan kesehatan secepat

    mungkin.

    f) Keracunan. Baik oleh bakteri atau bahan kimia dari makanan yang kita

    makan. Pada awalnya bakteri ini menyebabkan gejala gangguan

    pencernaan akut, mual, muntah, diare, demam, pusing dan mulut

    kering. Gejala akan terus berlangsung sehingga akan menyebabkan

  • kaburnya penglihatan dan kelumpuhan otot.

    http://ihramsulthan.com/ragam-faktor-penyebab-terjadinya-diare.html.

    II.4.6 Kelebihan dan Kekurangan Makanan Jajanan

    Beberapa kelebihan dari makanan jajanan yaitu :

    1) Merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energy karena

    aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apabila bagi anak yang tidak

    sarapan pagi).

    2) Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan

    penganekaragaman pangan sejak kecil. Sesekali tawari anak untuk

    jajan makanan ringan dari berbagai daerah di Indonesia.

    3) Perhatikan kandungan gizi, kebersihan, serta keamanan pengawet,

    pewarna, penambah rasa, dan sebagainya. Upaya ini akan ikut

    memperkaya wawasan anak tentang ragam menu makanan.

    4) Mengasah kemampuan berkomuniksi dan bersosialisasi. Saat anak

    menanyakan harga, rasa, atau apapun seputar jajanan pada si

    penjual, secara tak langsung itu mengasah kemampuan

    berkomunikasinya.

    5) Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temannya di

    sekolah.

    Adapun kekurangan dari makanan jajanan yaitu :

    1) Sulit makan

    Jajan yang terlalu sering dapat menurunkan nafsu makan makanan

    utama karena perut anak selalu kenyang dengan cemilan. Anak

    menjadi sulit makan terutama jika pola makanannya belum

    terbentuk. Jika pola makannya sudah baik, efek ini bisa

    diminimalkan.

    2) Jadi konsumtif atau boros

  • Anak menghabiskan uang sakunya hanya untuk membeli makanan

    yang sebenarnya tidak diperlukan. Kebiasaan ini dapat memicunya

    meminta uang pada orang lain demi untuk memenuhi hasrat jajan

    (Hilman, Hilmansyah, 2000, Bila Si Kecil Doyan Jajaj 8,

    http://wwwtabloidnakita.com/artikel.php3?edisi=07350&rubrik=pr

    asekolah, diakses 30 Maret 2011).

    II.4.7 Mencegah Anak untuk Jajan

    Mencegah kebiasaan jajan anak harus dimulai dari pola

    keluarga. Upaya preventif anak harus dikenalkan pada pola makan

    sehat dan orang tua harus dapat dijadikan contoh atau panutan. Upaya

    kuratif orang tua harus dapat menata kegiatan makan, membuat

    panganan bersama dengan anakdan memperkenalkan anak pada

    berbagai jenis makanan. Orang tua harus berani tegas untuk melarang

    anak yang suka jajan, karena kebiasaan ini bisa berpengaruh pada

    pola makan anak.

    Mencegah anak suka jajan makanan kurang sehat (kurang

    higienis, mengandung pengawet dan pewarna) di sekolah, orang tua

    harus membiasakan anak untuk sarapan pagi. Sarapan pagi penting

    karena merupakan persiapan asupan energy untuk beraktivitas dan

    untuk menyerap pelajaran di sekolah (Meyke, 2000 dalam Winrsho,

    2009).

    II.4.8 Penelitian Terkait

    Beberapa penelitian telah dilakukan terkait mengenai jajanan

    anak sekolah , adalah :

    1) Dame Melfa Br Damanik, tahun 2009 yang berjudul Tindakan

    Murid dan Penjual Makanan Jajanan tentang Higiene Sanitasi

    Makanan di SDN di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan

    Medan Tuntungan. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dan

    populasi dalam penelitian ini murid SD kelas IV,V dan VI

  • dengan jumlah sampel 80 anak, sedangkan jumlah sampel untuk

    penjual makanan jajanan berjumlah 8 orang. Hasil penelitian

    diketahui bahwa tindakan murid SD tentang hygiene individu

    dalam mengkonsumsi makanan jajanan berada pada kategori

    baik sebesar 11,25 %, sedangkan tindakan penjual makanan

    jajanan tentang hygiene sanitasi makanan jajanan yang berada

    pada kategori baik sebanyak 12,50 %.

    2) Andriyana Ruchiyat, tahun 2007 yang berjudul hubungan antara

    higiene perorangan frekuensi konsumsi dan sumber makanan

    jajanan dengan kejadian diare pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN.

    Babakan Sentral Kota Bandung. Jenis penelitian ini adalah

    observasional dengan rancangan penelitian cross sectional.

    Pengambilan data dilakukan bulan Juli-Agustus 2006. Jumlah

    responden yang diambil sebanyak 84 responden secara

    Proporsional Sistematik Random Sampling. Uji statistik yang

    digunakan untuk menganalisis hubungan adalah uji Chi-Square

    dengan tingkat kepercayaan 95% apabila pada perhitungan Chi-

    Square ditemukan frekuensi harapan < 5 sebanyak 20% jumlah

    sel maka dilakukan perhitungan dengan uji Fisher Exact. Hasil

    Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian dari 84 responden

    terdapat 31 siswa (36,9%) dengan higiene perorangan kurang,

    dan 53 siswa (63,1%) dengan hygiene perorangan baik,

    sedangkan untuk frekuensi konsumsi makanan jajanan terdapat

    40 siswa (47,6%) dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan

    jarang, dan 44 siswa (52,4%) dengan frekuensi konsumsi

    makanan sering. Sebagian besar responden (88,1%) sering

    membeli makanan jajanan dari pedagang di luar sekolah. Uji

    statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square

    didapatkan nilai p=0,027 pada frekuensi konsumsi makanan

    jajanan hubungannya dengan kejadian diare. Simpulan: Ada

    hubungan antara frekuensi konsumsi makanan jajanan dengan

  • kejadian diare, dan tidak ada hubungan antara higiene

    perorangan dan sumber makanan jajanan dengan kejadian diare.

    3) Eni Kusumawati, 2009, yang berjudul Gambaran Konsumsi

    Makanan Jajanan dan Morbiditas Diare di SD Banmati 03

    Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.

    4) Tri Puji Lestari, 2008, yang berjudul Hubungan Pola Konsumsi

    Jajanan dengan Morbiditas dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar

    di Wilayah Kartasura.

  • II.4.9 Kerangka Teori

    Skema 2.1 Kerangka Teori

    Karakteristik Responden :

    a. Usia

    b. Jenis kelamin

    c. Kelas

    d. Uang saku

    Mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare :

    a. Salmonella (nontifoid), contoh makanannya baklor, sosis ayam

    b. Organisme norwalkklike,vibrio cholera, E. collicontohnya air minum/es

    Diare

    Kebiasaan cuci tangan

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    II. 1 Anak Usia Sekolah

    II.1.1 Pengertian Tumbuh Kembang

    Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dibedakan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1995). Whaley dan wong dalam Supartini (2004) mengemukakan pertumbuhan sebagai peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secar bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang lebih tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang menurut Soetjiningsih (1995), secara umum terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu:

    a. Faktor genetik: faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui maturasi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai denagn intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa.

    b. Faktor lingkungan: lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapainya atau tidakanya potensi bawaan.

    II.2 Ciri- ciri tumbuh kembang anak usia sekolah usia 6 tahun sampai 12 tahun:

    a. Karkteristik Fisik

    1) Usia 6 tahun

    Penambahan berat badan dan pertumbuhan berlanjut dengan lambat. Berat badan : 16 sampai 23,6 kg; tinggi 106,6 sampai 123,5 cm. pemunculan gigi incisor mandibular tengah. Kehilangan gigi pertama, peningkatan bertahap dalam ketangkasan usia aktivitas; aktivitas kontan sering kembali menggigit jari lebih menyadari tangan sebagai alat suka menggambar, menulis dan mewarnai penglihatan mencapai maturitas.

    2) Usia 7 tahun

    Mulai bertumbuh sedikitnya 5 cm setahun, berat badan : 17,7 ssampai 30 kg; tinggi badan 111,8 sampai 129,7 cm. Gigi insisi maksilar dan insisi mandibular lateral muncul, lebih waspada pada pendekatan penampilan baru, mengulangi kinerja untuk memahirkan, rahang mulai lebar untuk mengakomodasi gigi permanen.

    3) Usia 8-9 tahun

    Melanjutkan pertumbuhan 5 cm dalam 1 tahun. Berat badan : 19,6 kg ; tinggi badan 117-141,8 cm. Gigi insisi lateral (maksilar) dan kaninus mandibular muncul, aliran gerak : sering, lemah lembut dan tenang. Selalu terburu-buru ; melompat, lari, meloncat, peningkatan kehalusan dan kecepatan dalam control motorik halus ; menggunakan tulisan sambung, berpakain lengkap sendiri, suka melakukan sesuatu secara berlebihan; sukar diam setelah istirahat, lebih lentur; tulang tumbuh lebih cepat dari pada ligament.

    4) Usia 10-12 tahun

    Anak laki-laki : tumbuh lambat dalam tinggi dan penambahan berat badan ; dapat menjadi kegemukan dalam periode ini. Berat badan : 24,3 sampai 58 kg; tinggi badan 127,5 sampai 162,3 cm. Postur lebih serupa dengan orang dewasa ; akan mengalami lordosis. Anak perempuan : perubahan daerah pubis, mulai tampak; garis tubuh menghalus dan menonjol. Sisa gigi akan muncul dan kecenderungan kearah perkembangan penuh (kecuali gigi geraham).

    b. Mental

    1) Usia 6 tahun :

    Mengembangkan konsep angka, menghitung 13 uang logam, mengetahui pagi atau siang, mendefinisikan objek umum seperti garpu dan kursi dalam istilah penggunaannya, mematuhi tiga macam perintah sekaligus, mengetahui tangan kanan dan kiri, mengatakan bagaimana yang cantik dan mana yang jelek dari segi gambar wajah, menggambarkan objek dalam gambar daripada menyebutkan satu persatu, masuk kelas satu.

    2) Usia 7 tahun :

    Memperhatikan bahwa bagian tertentu hilang dari gambar dapat meniru gambar permata. Mengulangi tiga angka dari belakang, mengulang konsep waktu; membaca jam biasa atau jam tangan dengan benar sampai seperempat jam terdekat; menggunakan jam untuk tujuan praktis. Masuk kelas dua lebih mekanis dalam membaca serign tidak berhenti pada akhir kalimat, meloncati kata seperti ia, sebuah.

    3) Usia 8-9 tahun :

    Memberi kemiripan dan perbedaan antara dua hal dari memori. Menghitung mundur dari 20 sampai 1, memahami konsep kebalikan. Mengulang hari dalam seminggu dan bulan berurutan, mengetahui tanggal. Menggambarkan objek umum dengan mendetail, tidak semata-mata penggunaannya. Membuat perubahan lebih dari seperempatnya. Masuk kelas 3 dan 4. Lebih banyak membaca; berencana untuk mudah terbangun hanya untuk membaca. Membaca buku klasik, tetapi juga menyukai komik. Lebih menyadari waktu; dapat dipercaya untuk pergi ke sekolah tepat waktu. Dapat menangkap konsep ruang, penyebab dan efek, menggabungkan (puzzle). Konservasi (massa dan volume permanen). Mengklasifikasikan objek lebih dari satu kualitas; mempunyai koleksi, menghasilkan gambar atau lukisan sederhana.

    4) Usia 10-12 tahun :

    Menulis cerita singkat, masuk kelas 5-6. Menuliskan surat pendek biasa kepada teman atau saudara dengan inisiatif sendiri. Menggunakan telepon untuk tujuan praktis. Berespon terhadap majalah, radio, atau iklan lain. Membaca untuk mendapatkan informasi praktis atau kenikmatan sendiri, buku cerita atau buku perpustakaan tentang petualangan atau romantika atau cerita binatang.

    c. Adaptif

    1) Usia 6 tahun :

    Anak usia 6 tahun biasanya menggunakan pisau untuk mengoleskan mentega atau selai diatas roti, pada saat bermain, memotong, melipat, memotong mainan kertas, menjahit dengan kasar bila diberi jarum. Mandi tanpa pengawasan, melakukan sendiri aktivitas tidur, membaca dari ingatan ; menikmati permainan mengeja, menyukai permainan di meja; permainan kartu sederhana, banyak tertawa terkikik-kikik, kadang mencuri uang atau barang yang menarik, mengalami kesulitan mengakui kelakuannya yang buruk, mencoba kemampuan diri.

    2) Usia 7 tahun :

    Menggunakan pisau meja untuk memotong daging; memerlukan bantuan dengan belajar atau bagian sulit. Menyikat dan menyisir rambut dengan pantas tanpa bantuan. Mungkin mencuri, menyukai menbantu dan membuat pilihan, penolakan berkurang dan keras kepala.

    3) Usia 8-9 tahun

    Menggunakan alat-alat umum sepeti palu, jarum atau skrup. Menggunakan alat rumah tangga dan alat menjahit. Membantu tugas rumah tangga rutin seperti mengelap, menyapu. Menjalankan tanggung jawab untuk berbagi tugas-tugas rumah tangga. Mencari semua kebutuhan sendiri saat di meja. Membeli artikel yang bermanfaat malatih beberapa pilihan dalam membuat pembelian. Melakukan pesan yang bermanfaat, menyukai majalah bergambar. Menyukai sekolah ingin menjawab semua pertanyaan, takut tidak naik kelas dipermalukan karena bodoh. Lebih kritis tentang diri sendiri, mengambil pelajaran music dan olahraga.

    4) Usia 10-12 tahun :

    Membuat artikel bermanfaat atau melakukan pekerjaan perbaikan yang mudah. Memasak atau menjahit dalam cara sederhana, memelihara binatang peliharaan. Mencuci dan mengeringkan rambutnya sendiri, bertanggung jawab untuk pekerjaan membersihkan rambut tetapi memerlukan pengingatan untuk melakukannya. Terkadang tinggal sendiri di rumah selama sejam atau lebih, berhasil dalam memelihara kebutuhan sendiri atau kebutuhan anak lain yang ada dalam perhatiannya.

    d. Personal-sosial

    1) Usia 6 tahun :

    Anak usia 6 tahun biasanya dapat berbagi dan bekerjasama dengan lebih baik. Mempunyai kebutuhan yang lebih besar untuk anak-anak usianya. Akan curang untuk menang, sering masuk dalam permainan kasar, sering cemburu terhadap adik. Melakukan apa yang orang dewasa lakukan. Kadang mengalami tempertantum, bermulut besar, lebih mandiri, kemungkinan pengaruh sekolah.. mempunyai cara sendiri untuk melakukan sesuatu dan meningkatkan sosialisasi.

    2) Usia 7 tahun :

    Menjadi anggota sejati dari kelompok keluarga. Mengambil bagian dalam kelompok bermain. Anak laki-laki dan perempuan bermain dengan anak perempuan. Banyak menghabiskan waktu sendiri tidak memerlukan banyak teman.

    3) Usia 8-9 tahun :

    Anak usia 8-9 tahun biasanya lebih senang berada di rumah. Menyukai system penghargaan, mendramatisir. Lebih cepat bersosialisasi, lebih sopan, tertarik pada hubungan laki-laki dan perempuan terapi tidak terikat. Pergi ke rumah dan masyarakat dengan bebas, sendiri, atau denga teman. Menyukai kompetisi dan permainan. Menunjukan kesukaan dalam pertemanan dan berkelompok. Bermain paling banyak dalam kelompok dengan jenis kelamin yang sama tetapi mulai bercampur. Mengembangkan kerendahan hati, membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Menikmati kelompok olahraga.

    4) Usia 10-12 tahun :

    Menyukai teman-teman, memilih teman dengan lebih selektif dapat mempunyai sahabat. Menyukai permainan mengembangkan minat awal terhadap lawan jenis, lebih diplomatic, menyukai ibu dan ingin menyenangkannya dengan berbagai cara menunjukkan kasih sayang, juga menyukai ayah (dicintai dan diidolakan) menghormati orang tua, mencintai teman bicara tentang mereka secara terus menerus.

    e. Mendidik Anak Usia Sekolah

    Adapun kiat-kiat yang dapat diterapkan dalam mendidik anak usia Sekolah Dasar ialah :

    1) Orang tua harus semakin tanggap dan jeli dalam perkembangan anak

    2) Anak harus semakin sering dibiasakan memelihara, menyimpan, menggunakan sarana belajarnya dengan tertib. Mematuhi kapan dia harus belajar, bermain, tidur siang dan tidur malam, serta bangun pagi.

    3) Orang tua mualai membiasakan anak untuk melakukan aktivitas seperti menyapu halaman, menyiram bungan, member makan peliharaan, merapikan tumpukan Koran.

    4) Mulai menyuruh ank untuk melaksanakan perintah agama dan menjauhi larangannya, dan menjelaskan pentingnya dan manfaat beragama.

    5) Ajari anak agar selalu jujur dalam berkata dan berprilaku baik. Anak harus diberi penjelasan, jika anak memasuki kamar orang tua harus member isyarat terlebih dahulu.

    6) Orang tua membiasakan diri untuk bertanya kepada anak tentang hal-hal yang bisa meningkatkan pengetahuan anak.

    7) Membiasakan anak untuk menonton yang berhubungan dengan berita-berita yang ada kaitannya dengan pendidikan anak dan jika ingin menonton film, maka hendaknya memilih film yang sesuai keberadaan anak dan yang memiliki nilai pendidikan tinggi.

    8) Memilihkan anak dengan teman-taman yang baik

    9) Membiasakan anak di majelis-majelis orang dewasa.

    10) Membiasakan anak mengerjakan anak tugas keluarga

    11) Membiasakan anak mengatasi ketegangan. Misalnya, buku cerita tentang keberhasilan anak pelaut, anak transmigrasi, anak korban bencana alam, anak cacat.

    12) Beri kesempatan pada anak untuk mendemontrasikan kemandirian : ikutilah mereka untuk memilih buku-buku dan berbagai pengalaman. Berilah buku-buku yang bertema kemandirian

    13) Berilah penguatan untuk bertanggung jawab, berorganisasi, dan mengambil keputusan.

    14) Sediakanlah buku yang melukiskan perkembangan internalisasi control diri. Berikan bacaan mengenai atlet berlatih keras atau biography orang sukses (Sutikno, 2007).

    f. Umur

    Umur berkaitan dengan tingkat kedewasaan atau maturitas, dalam arti semakin meningkat umur seseorang akam meningkat pula kedewasaan secara teknik maupun psikologis, serta semakin mampu melaksanakan tugasnya (Badudu-Zain, 1994, hal 1586).

    g. Jenis Kelamin

    Jenis kelamin adalah perbedaan atas laki-laki dan perempuan. Peran jenis kelamin yaitu dengan cara dimana seseorang bertindak sebagai wanita dan pria. Para ahli teoritis pembelajaran social percaya bahwa masyarakat mempengaruhi prilaku wanita dan pria dan merupakan sumber utama feminitas dan maskulinitas (Potter & Perry, 2005).

    h. Uang saku

    Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua dengan perencanaan uang tersebut digunakan seperti untuk transportasi atau tabungan anak. Sedangkan uang jajan adalah uang yang diberikan kepada anak untuk membeli jajanan berupa makanan dan minuman selama berada di luar rumah. Penting untuk memperhatikan jumlah uang saku anak-anak, karena sebagian besar jajanan yang dijual bebas di sekitar sekolah adalah makanan dan minuman yang tidak layak untuk dikonsumsi. Jajanan tersebut biasanya mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan anak nantinya (Elly, 2009, Perlukah Anak Diberi Uang Saku, 2, http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1925953-perlukah-anak-diberi-uang-saku/, diperolah tanggal 17 Mei 2010).

    II.3 Penyakit Diare

    II.3.1 Definisi

    Diare adalah kondisi dimana terjadi frekwensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali / hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200g/hari) dan konsistensi (feses cair).(Brunner & Suddarth, 2001, hlm 1093).

    Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus (Donna L. Wong, 2009).

    Diare merupakan keadaan di mana seseorang menderita mencret-mencret. Penderita buang air berkali-kali, tinjanya encer dan kadang-kadang muntah. Diare disebut juga muntaber (muntah berak), muntah mencret atau muntah bocor. Kadang-kadang tinjanya juga mengandung darah atau lendir. (http://dranak.blogspot.com)

    Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya 3 kali atau lebih dalam 1 hari. (http://www.infeksi.com)

    II.3.2 Penyebab Diare

    1. Enteropatogen bakteri

    Enteropatogen bakteri dapat menyebabkan diare radang dan nonradang., dan enteropatogen spesifik dapat disertai dengan salah satu manifestasi klinis. Umumnya diare radang akibat Aeromonas spp, Campylobacter jejuni, Clostridium difficile, E. Coli enteroinvasif, E. Coli enterohemoragik, Plesiomonas shigelloides, Salmonella spp, Shigella spp, Vibrio parahaemolyticus, dan Yersinia enterocolitica. Diare non radang dapat disebabakan oleh E. coli enteropatogen, E coli enterotoksik, dan Vibrio Cholerae. Infeksi Yarsinea dan Salmonella paling sering dijumpai pada anak berusia 1 bulan hingga 3 tahun. Sementara infeksi Shigella dan Campylobacter paling sering dijumpai pada anak usia 1-5 tahun.

    2. Enteropatogen parasit

    Giardia lamblia adalah penyebab penyakit diare yang paling sering di Amerika Serikat. Pathogen lain adalah Cryptosporidium, Entamoeba histolytica, Strongyloides stercoralis, Isospora belli, dan Enterocytozoon bieneusi.

    3. Enteropatogen virus

    Empat penyebab gastroenteritis virus adalah rotavirus, adenovirus enteric, astovirus dan kalsivirus. Rotavirus terutama dijumpai pada anak usia 4 bulan hingga 3 tahun.

    4. Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika. Bila diare terjadi saat anak sedang dalam pengobatan antibiotika.

    5. Alergi susu diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu tersebut, biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi

    6. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia

    7. Immunodefisiensi.

    8. Kekurangan gizi seperti kelaparan, kekurangan zat putih telur.

    II.3.3 Penularan

    Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan. Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman penyebab diare. Tinja tersebut dikeluarkan oleh orang sakit atau pembawa kuman yang berak di sembarang tempat. Tinja tadi mencemari lingkungan misalnya tanah, sungai, air sumur. Orang sehat yang menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah tercemari dan kemudian menderita diare. Penularan dapat terjadi melalui:makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor, bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

    II.3.4 Manifestasi Klinis

    Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyakit diare disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut merupakan tanda dan gejala terjadi :

    Tabel 2.1 : Penyebab Diare

    Penyebab

    Karakteristik

    Agen viral

    Rotavirus (periode inkubasi 1-3 hari)

    Organisme Norwalklike (periode inkubasi 1-3 hari)

    Awitan tiba-tiba, demam 38o C atau lebih,mual / muntah, nyeri abomen, berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas, diare dapat menetap selama lebih dari 1 minggu.

    Demam, kehilangan nafsu, mual/muntah, nyeri abdomen, diare, malaise.

    Sumber infeksi : air minum, air di tempat rekreasi (kolam renang, dll), makanan (termasuk kerang-kerangan).

    Agen bacterial

    Eschericia coli patogenik (periode inkubasi sangat bervariasi, bergantung pada strain)

    Kelompok Salmonella (nontifoid) garam negatif tanpa kapsul, tanpa spora (periode inkubasi 6-72 jam untuk gastroenteritis biasanya kurang dari 24; 3-60 hari untuk demam enteric biasanya 7-14)

    S. typhi

    Kelompol Shigella gram negative, basil anaerob non motil. (periode inkubasi 1-7 hari, biasanya 2-4 hari)

    Yarsinia enterocolitica (periode inkubasi tergantung dosis 1-3 minggu)

    Campylobacter jejuni (periode inkubasi 1-7 hari atau lebih lama)

    Kelompok Vibrio cholera (periode inkubasi biasanya 2-3 hari rentang dari beberapa jam sampai 5 jam)

    Awal bertahap atau tiba-tiba, manifestasi klinis bervariasi, kebanyakan - diare hijau, cair dengan darah dan mukus, menjadi eksplosif, muntah dapat terjadi pada awitan, distensi abdomen, diare, demam, tampak toksik.

    Sumber infeksi : biasanya penularan antar individu tetapi dapat pula ditularkan lewat benda mati dan daging yang kurang matang, khususnya daging sapi yang di potong-potong.

    Awitan cepat, gejala bervariasi (ringan sampai berat), mual, muntah dan nyeri abdomen kolik diikuti diare, kadang-kadang disertai darah dan mucus, demam, peristaltic hiperaktif dan nyeri tekan yang ringan pada abdomen, gejala biasanya berkurang dalam 5 hari, dapat mengalami sakit kepala dan manifestasi serebral (mis : mengantuk, konfusi, meningismus, atau kejang), bayi mungkin afebris dan non toksik, dapat mengakibatkan septikimia dan meningitis yang mengancam kehidupan.

    Sumber infeksi : penularan lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi--sebagian besar berasal dari sumber binatang, termasuk burung, mamalia, reftilia serta insekta. Sumber yang paling sering adalah daging unggas dan telur.

    Bervariasi pada bayi, pada anak yang lebih besar demam tidak teratur, sakit kepala, malaise, letargi, diare terjadi pada 50 % tahap awal, umumnya terjadi batuk, dalam beberapa hari demam meningkat dan menetap, terjadi keletihan batuk, nyeri abdomen, anoreksia, dan penurunan berat badan.

    Awitan bervariasi tetapi biasanya tiba- tiba, demam dan nyeri kram abdomen terjadi di awal, demam dapat mencapai 40,50 C, konvulsi pada kira-kira 10 % biasanya dikaitkan dengan demam, pasien tampak sakit, sakit kepala, kaku kuduk, delirium, diare cair dengan mucus dan pus mulai kira-kira 12-48 jam setelah awitan, defikasi didahului kram abdomen, tenesmus dan aliran mengejan, gejala biasanya berkurang dalam 5-10 hari.

    Diare mungkin berdarah, demam lebih dari 38C, nyeri abdomen pada kuadran kanan bawah, muntah.

    Demam, nyeri abdomen sering hebat, kram, pereumbilikasi, diare cair, banyak, bau menyengat disertai darah, muntah.

    Awitan tiba-tiba dari diare encer yang banyak, tanpa disertai kram, tenesmus atau iritasi anal, meskipun anak mengeluh kram ; pada awalnya terjadi defikasi intermiten, kemudian hampir kontinu; defikasi berdarah dengan mucus; diare dengan darah dalam feses.

    Keracunan makanan

    Staphilococcus (periode inkubasi 4-6 jam)

    Clostridium perfungens (periode inkubasi 8-24 jam, biasanya 8-12 jam)

    Clostridium botulinum (periode inkubasi 12-26 jam, rentang 6- sampai 8 hari)

    Mual, muntah; kram abdomen hebat; diare hebat; syok dapat terjadi pada kasus-kasus berat; mungkin demam ringan.

    Sumber infeksi : makanan yang kurang matang atau yang disimpan di lemari es (mis, puding, mayones, makanan pencuci mulut yang berlapis krim).

    Kram sedang sampai berat, nyeri midepigastrik.

    Sumber infeksi : penularan lewat produk makanan komersial; yang paling sering adalah daging dan unggas.

    Mual, muntah; diare; gejala system saraf pusat dengan efek seperti curare; mulut kering, disfagia.

    Sumber infeksi : ditularkan lewat produk yang terkontaminasi.

    II.3.5 Patofisiologi

    Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

    Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

    Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

    Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

    Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

    1. Kehilangan air (dehidrasi)

    Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

    2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

    Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

    3. Hipoglikemia

    Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

    4. Gangguan gizi

    Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

    a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.

    b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

    c) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

    5. Gangguan sirkulasi

    Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

    II.3.6 Derajat Hidrasi

    Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:

    a. Kehilangan berat badan

    1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.

    2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.

    3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.

    b. Skor Mavrice King

    Tabel 2.2 Skor Mavrice King

    Bagian tubuh

    Yang diperiksa

    Nilai untuk gejala yang ditemukan

    0

    1

    2

    Keadaan umum

    Kekenyalan kulit

    Mata

    Ubun-ubun besar

    Mulut

    Denyut nadi/mata

    Sehat

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    Kuat 40

    Keterangan

    a) Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan

    b) Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang

    c) Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

    II.B.7 Gejala klinis

    Tabel 2.3 : Gejala Klinis

    Gejala klinis

    Gejala klinis

    Ringan

    Sedang

    Berat

    Keadaan umum

    Kesadaran

    Rasa haus

    Sirkulasi

    Nadi

    Respirasi

    Pernapasan

    Kulit

    Uub

    Baik (CM)

    +

    N (120)

    Biasa

    Agak cekung

    Agak cekung

    Biasa

    Normal

    Normal

    Gelisah

    ++

    Cepat

    Agak cepat

    Cekung

    Cekung

    Agak kurang

    Oliguri

    Agak kering

    Apatis-koma

    +++

    Cepat sekali

    Kusz maull

    Cekung sekali

    Cekung sekali

    Kurang sekali

    Anuri

    Kering/asidosis

    II.3.8 Pengobatan

    Yang perlu diingat pengobatan bukan memberi obat untuk menghentikan diare, karena diare sendiri adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi makanan dari usus. Mencoba menghentikan diare dengan obat seperti menyumbat saluran pipa yang akan keluar dan menyebabkan aliran balik dan akan memperburuk saluran tersebut.

    Oleh karena proses diare ini adalah mekanisme pertahanan dari tubuh, akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari (1 -14 hari) dimana diare makin berisi dari air (watery) mulai berampas,berkurang frekwensinya dan sembuh. Yang terpenting pada diare adalah mencegah dan mengatasi gejala dehidrasi. Kebanyakan pasien dengan rehidrasi ringan sampai sedang dapat direhidrasi dengan larutan rehidrasi oral yang mengandung elektrolit dan glukosa. Larutan-larutan ini mengandung natrium sebanyak 75-90mEq/l., sedangkan larutan rumatan mengandug natrium 40-60mEq/l. Rehidrasi dengan larutan rehidrasi oral sebaiknya dilakukan lebih dari 4-6 jam. Cairan rumatan peroral dapat diberikan setelah rehidrasi, tetapi makanan sebaiknya diberikan kembali dalam waktu 24 jam. Makanan awal sebaiknya berupa ASI, susu formula atau susu murni, nasi, pisang, kentang, biskuit, roti panggang, dan serial kering. Karena sel-sel usus yang dirusak oleh virus memerlukan nutrisi untuk pembentukan kembali. Pemberian makanan seperti biasanya akan memperpendek masa waktu gejala dari diare.

    II.3.9 Pemeriksaan

    Pemeriksaan yang dilakukan yaitu terutama pada jenis tinja. Awitan diare mendadak dengan buang air besar lebih dari 4 kali / hari dan tidak ada muntah sebelum diare meningkatkan kemungkinan adanya enteris bacterial. Diare berdarah dan demam paling sering dijumpai pada enteritis bacterial, walaupun infeksi Cryptosporidium juga sebaiknya dipertimbangkan pada anak- anak yang berada ditempat penitipan anak. Tinja pada infeksi rotavirus biasanya berwarna hijau , berair, dan tidak berdarah. Tinja pada infeksi Salmonella biasanya berwarna hijau, berlendir dan berbau telur busuk. Tinja pada infeksi Shigella khas berair, berdarah, dan tidak berbau.

    II.3.10 Pencegahan

    1) Menggunakan air bersih yang cukup

    Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, maka seluruh proses metabolisme dalam tubuh manusia bisa berlangsung dengan lancar. Air yang harus diminum adalah air yang sehat. Ini bisa dilihat dari aspek fisik, kimia, dan mikrobiologi. Secara fisik, air yang sehat adalah yang jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Lebih detail lagi, air bisa diminum dengan berbagai syarat secara kimia dan mikrobiologi. Secara kimia, air sehat adalah yang kadar pH-nya netral dan kandungan mineral-mineral tertentu ada batasannya. (http://www.keluargasehat.com)

    Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal-oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukan ke dalam mulut, cairan atau benda tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.

    2) Mencuci tangan

    Kebiasan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan/jajan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.

    Untuk mencuci tangan dengan baik dan benar harus memiliki syarat tertentu seperti menggunakan sabun. Pentingnya membudayakan cuci tangan memakai sabun secara baik dan benar didukung oleh data Badan Kesehatan Dunia, WHO, yang menunjukkan, setiap tahun rata-rata 100.000 anak di Indonesia meninggal dunia karena diare. Sementara itu, data Subdit Diare Departemen Kesehatan (Depkes) menunjukkan sekitar 300 orang di antara 1.000 penduduk masih terjangkit diare sepanjang tahun. Penyebab utama diare adalah minimnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Salah satunya karena pemahaman mengenai cara mencuci tangan dengan sabun secara baik dan benar menggunakan air bersih mengalir. Adapun, berdasarkan kajian WHO, cuci tangan memakai sabun dapat mengurangi angka diare hingga 47%. Staf Divisi Kedokteran Anak Alfred I duPont Hospital for Children Wilmington Mary L Gavin MD mengatakan bahwa kuman-kuman seperti bakteri dan virus dapat berpindah dengan beberapa cara, terutama saat menyentuh tangan yang kotor atau ketika mengganti popok bayi.

    (http://www.infeksi.com/newsdetail)

    3) Menggunakan jamban

    Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan. Pembuangan kotoran manusia ini dimaksudkan hanya pembuangan tinja dan urine, yang pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus)

    Pencegahan penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air hanya dapat dilakukan dengan penyediaan air bersih, penggunaan jamban sehat pembuangan limbah cair dan padat rumah tangga serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum menjamah makanan serta menyimpan makanan dalam keadaan tertutup.

    (http://www.depkes.go.id)

    Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran manusia harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk sekolah apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

    a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.

    b) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.

    c) Tidak mengotori air tanah disekitarnya.

    d) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-binatang lainnya.

    e) Tidak menimbulkan bau.

    f) Mudah digunakan dan dipelihara.

    g) Sederhana desainnya.

    h) Murah.

    i) Dapat diterima oleh pemakainya.

    Penggunaan dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan terhadap resiko penyakit diare. Sekolah yang tidak mempunyai jamban harus membuat dan siswa/siswi harus buang air besar di jamban.

    II.4.1 Jajan

    Jajan atau panganan merupakan suatu kebiasaan (habit) yang didapat dari hasil belajar, yang artinya masih bisa dimodifikasi. Kegiatan jajan bagi anak merupakan pengalaman yang menyenangkan. Jajan pada anak terkadang suatu bentuk perlawanan pada orang tua, atau sebagai lambang pergaulan bersama teman-teman sebayanya, atau untuk membeli pertemanan. Kebiasaan jajan pada anak bisa berpengaruh terhadap gizi buruk (Kompas, 2009).

    Jajanan yaitu membeli suatu yang tersedia di kantin, restoran, warung atau penjaja/penjual keliling berupa makanan atau minuman jadi tanpa memasaknya kembali dan langsung dimakan. (Hartono dalam Widiasari, 2001).

    II.4.2 Makanan Jajanan

    Menurut Irianto, K (2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak ditemukan di pinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna, rasa serta ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang untuk membelinya.

    Makanan jajanan (street food) didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan atau dijual oleh pedagang kaki lima dijalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan (Iswarawanti, 2001 dalam Winarsho, 2009). Jajanan dengan berbagai bentuk dan warna dikemas secara menarik yang disajikan para pedagang kepada anak-anak di lingkungan sekolah maupun perkampungan setiap hari. Masyarakat kurang memahami kandungan gizi atau bahkan jajanan itu berbahaya bagi kesehatan anak.

    Makanan jajanan adalah makanan yang tidak diolah dalam rumah tangga melainkan diperoleh malalui cara membeli sebagai makanan jadi yaitu dari berbagai sumber, seperti pedagang keliling, rumah tangga, toko atau kedai makanan (Aprilia, 2009, Penyuluhan Anak Sekolah Dasar, 1, http://dania-aprilia.blogspot.com/2009/05/proposal-penyuluhan-anak-sekolah -dasar.html diakses 05 April 2011).

    II.4.3 Jenis makanan jajanan

    Jenis makanan jajanan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :

    1) Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mie ayam dan sebagainya.

    2) Snack atau panganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dan sebagainya.

    3) Golongan minunan seperti cendol, es krim, es teller, es buah, es the, es sirup dan sebagainya.

    4) Buah-buahan segar.

    Gambar 2.1 Jenis Jajanan

    Penjual dan penjaja makanan jajanan dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :

    a) Penjaja diam, yaitu makanan yang dijual sepanjang hari pada warung-warung yang lokasinya tetap di satu tempat.

    b) Penjaja setengan diam, yaitu mereka yang berjualan dengan menetap di satu tempat pada waktu-waktu tertentu.

    c) Penjaja keliling, yaitu mereka yang jualan keliling dan tidak mempunyai tempat mangkal tertentu.

    Menurut SK Menkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003, pada pasal 2 disebutkan penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian.

    Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain :

    a) Tidak menderita penyakit yang mudah menular misal, batuk, filek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya.

    b) Menutup luka (pada luka berbentuk bisul atau luka lainnya).

    c) Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.

    d) Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.

    e) Memakai celemek dan penutup kepala.

    f) Manjamah makanan harus memakai alat atau dengan alas tangan.

    g) Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, rambut,mulut atau bagian lainnya).

    h) Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.

    Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa makanan jajanan yang dijajakan harus dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup. Pembungkus yang digunakan dan atau penutup makanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan.

    II.4.4 Ciri-ciri Makanan Jajanan yang sehat

    Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya adalah aman, bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat.

    Aman yang dimaksud di sini mencakup bebas dari cemaran biologis, mikrobiologis, kimia, logam berat, dan cemaran lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Salah satu makanan yang sering dikonsumsi dalam hal ini yaitu makanana jajanan yang sering dijajakan di sekolah-sekolah dasar.

    Salah satu tujuan makan adalah supaya tubuh kita sehat, namun disisi lain makan juga dapat menjadi salah satu sumber penyakit. Oleh karena itu menurut Anonim (2002) sebaiknya pilihlah makanan jajanan yang sehat, yaitu makanan jajanan yang segar, bersih dan aman dari cemaran bahan kimia dan fisik.

    (a) Cirri-ciri Makanan Jajanan yang Sehat

    Cara memilih makanan atau jajanan yang segar, untuk makanan yang diolah (digoreng, direbus, dikukus) pilihlah makanan baru siap dimasak (masih panas). Jika sudah dingin atau disimpan, maka pilihlah yang tidak berlendir, tidak berbau asam, tidak berjamur, dan rasanya masih wajar (normal).

    Untuk buah-buahan segar, pilihlah buah yang kulitnya masih segar dan tidak keriput, tidak busuk atau lembek. Untuk makanan kalengan atau makanan dalam botol, pilihlah kemasan yang tidak penyok, bentuknya masih utuh, tututpnya masih disegel atau belum rusak, tidak bocor, tidak kembung, serta tanggal penggunaannya masih berlaku atau belum kadaluarsa (Anonim, 2002).

    (b) Ciri-ciri makanan dan jajanan yang bersih