Upload
dhiya-ul-haqqi
View
266
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
1/13
PENENTUAN POTENSI ANTIBIOTIKA
I. TUJUANMenentukan besarnya potensi sampel antibiotika di pasaran terhadap
antibiotika standar.
II. PRINSIP1. Membandingkan Respon
Yaitu membandingkan derajat hambatan pertumbuhan dari jasad renik yang
peka dan sesuai dalam kondisi pertumbuhan yang sama dari dosis sediaan
yang diperiksa (kontrol) terhadap dosis sediaan baku.
2. Metode Penetapan dengan Metode Lempeng Silindris / DifusiZat yang diperiksa akan berdifusi dari reservoir ke dalam media agar yang
telah diinokulasikan dengan bakteri, diameter zona bening diukur dan
dibandingkan dengan larutan standar baku.
3. Pengenceran BertingkatMemperoleh konsentrasi yang lebih kecil dengan cara menambahkan
pelarutnya.
V1N1= V2N2
Dimana V1= volume awal
V2= volume akhir
V1= konsentrasi awal
V2= konsentrasi akhir
III. TEORI DASARAntibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikro-organisme hidup
terutama fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay, 1978).
Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik
penuh.Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk
mikroba (misalnya kuinolon). Antibiotika yang akan digunakan untuk membunuh
mikroba, penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
2/13
yang tinggi.Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotika yang menghambat
pertumbuhan mikroba dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang
bersifat membunuh mikroba dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal
yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya
masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh
minimal (KBM). Antibiotika tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari
bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi
KHM (Setiabudi, 1995).
Berdasarkan perbedaan sifatnya antibiotika dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu berspektrum sempit dan berspektrum luas.Antibiotika spektrum luas
cenderung menimbulkan resistensi.Dilain pihak pada septikemia yang
penyebabnya belum diketahui diperlukan antibiotika yang berspektrum luas
sementara menunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik (Setiabudi, 1995).
Berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotika dibagi dalam 4 kelompok :
a. Kerja antibiotika melalui penghambatan sintesis dinding sel, seperti Basitrasin,Sefalosporin, Sikloserin, Penisilin, Vankomisin.
b. Kerja antibiotika melalui pengambatan fungsi membrane sel, seperti:Amfoterisin B, Kolistin, Imidazol, Nistatin, Polimiksin.
c. Kerja antibiotika melalui penghambatan sintesis asam nukleat, seperti:Novobiosin, Pirimetamin, Sulfonamid, Trimetropin (Setiabudi, 1995).
Rifampisin merupakan senyawa antimikroba yang sampai saat ini masih
menjadi pilihan sebagai obat anti TB (Tuberculosis).Dalam sediaan, rifampisin
sering dikombinasikan dengan INH dan etambutol untuk mencapai efek
farmakologi yang lebih baik.Bentuk sediaan yang banyak ditemukan
diperdagangan umumnya tablet, kapsul atau kaplet, baik tunggal maupun
kombinasi.Efek farmakologi rifampisin sebagai anti tuberkulotik berlangsung
melalui mekanisme kerja penghambatan polimerase RNA yang bergantung pada
DNA bakteri.Spektrum kerjanya luas, disamping terhadap mikobakteri, juga
efektif terhadap sejumlah bakteri gram positif dan negatif (Mutschler, 1996).
Suhu lebur rifampisin adalah 183-188oC (dengan metode pipa
kapiler).Analisis termal menggunakan DSC dengan kecepatan pemanasan 10oC
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
3/13
per menit, teramati adanya puncak kurva endotermik pada suhu 193oC.Suhu
tersebut adalah suhu lebur rifampisin, yang segera diikuti dengan kurva
eksotermik akibat rekristalisasi leburan, kemudian dekomposisi eksotermik pada
suhu sekitar 240C (Henwood, 2000).
Dalam larutan basa rifampisin mudah teroksidasi dengan adanya oksigen
atmosfer.Reaksi ini dapat dicegah dengan penambahan natrium askorbat sebagai
anti oksidan.Disimpan dalam wadah tidak tembus cahaya, tertutup rapat
terlindung dari panas berlebihan (Florey, 1976).
Suatu antibiotika perlu ditentukan potensinya karena efek penggunaan
antimikroba yang meningkat, sehingga meningkatkan pula efek resistensi berbagai
mikroba patogen.Efektivitas daya hambat atau daya bunuh antimikroba sangat
tergantung pada jumlah dan kekuatan zat aktifnya (singgih, 2007).
Metode umum dalam uji potensi antibiotik antara lain :
1. Metode lempeng (silinder/kertas cakram)Metode ini didasarkan pada difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak
lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau lempeng yang berisi
biakan mikroba uji pada jumlah tertentu.Sediaan antibiotika menghambat
pertumbuhan mikroba yang ada pada lempeng agar (Singgih, 2007).
2. Metode turbidimetriHambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serbasama antibiotik,
dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak
terdapat antibiotik metode turbidimetri dilakukan pada sampel yang sulit larut
dalam air, contohnya : gramisidin (Singgih, 2007).
Bacillus subtilis pada pengamatan dengan menggunakan mikroskop
nampak Bacillus subtilis berbentuk basil (batang) dan merupakan bakteri gram
positif.Jenis ini memiliki endospora yang letaknya di tengah.Bacillus
subtilismerupakan bakteri yang berbentuk batang yang Gram-positif.Bakteri ini
tersusun atas peptidoglycan, yang merupakan polimer dari sugars dan asam
amino.Peptidoglycan yang yang ditemukan di bakteri yang dikenal sebagai
murein.Sel membentuk tembok penghalang antara lingkungan dan bakteri sel
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
4/13
yang berguna untuk mempertahankan bentuk sel dan withstanding sel yang tinggi
internal tekanan turgor (Jawetz, Melnick, Adelbergs.2005.).
Habitat endospora bakteri ini adalah tanah.Mikroba tersebut dalam bentuk
spora yang kekurangan nutrisi.Organisme ini dapat menghasilkan antibiotik
selama sporulation.Contohnya polymyxin, difficidin, subtilin, dan
mycobacillin.Banyak dari mikroba Bacillus dapat menurunkan Polymers seperti
protein, pati, dan pektin, sehingga bakteri ini merupakan penyumbang penting
kepada siklus karbon dan nitrogen.Akan tetapi apabila terkontaminasi, dapat
menyebabkan pembusukan.Berdasarkan pewarnaan sel vegetatif didapatkan
warna kemerahan dan warna endosporanya adalah hijau (Jawetz, Melnick,
Adelbergs.2005.).
Klasifikasi Bacillus subtilis
Kingdom :Bakteri
Filum :Firmicutes
Kelas :Bacilli
Order :Bacillales
Famili :Bacillaceae
Genus :Bacillus
Spesies : Bacillus subtilis (Jawetz, Melnick, Adelbergs. 2005.)
IV. ALAT DAN BAHAN4.1 Alat
a. Bunsen
b. Cawan Petri
c. Korek Api
d. Inkubator
e. Jangka Sorong
f. Mikropipet
g. Perforator
h. Rak tabung reaksi
i. Spatel
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
5/13
j. Tabung reaksi besar
k. Volume pipet 10 ml dan 1 ml
4.2 Bahan
a. Aquadest steril
b. Larutan rifampisin baku
c. Larutan rifampisin sampel
V. PROSEDURDisiapkan suspensi bakteri dalam Nutrien broth yang berumur 18-24 jam,
bakteri ini harus homogen. Disiapkan pembenihan nutrien agar dengan cara
dilarutkan sejumlah tertentu nutrient agar dalam aquades kemudian disterilkan
dalam otoklaf selama 15 menit pada 121C. Dimasukkan sediaan uji ke dalam
labu ukur, larutkan dengan sedikit pelarutnya. Kemudian ditambahkan air suling
steril sampai tanda batas. Direncanakan pengenceran larutan sampel dan larutan
standar (baku) hingga didapat variasi tiga seri dosis yang diinginkan (dosis tinggi,
dosis sedang, dan dosis rendah). Dibuat larutan inokulum dengan cara
dimasukkan suspensi biakan bakteri ke dalam nutrien agar yang telah disterilisasi.
Dalam keadaan masih cair, dituangkan nutrien agar yang mengandung suspensi
bakteri tersebut kedalam cawan petri secara aseptis sebanyak 20 ml. Dibiarkan
sampai membeku. Dibagi permukaan dasar cawan menjadi enam area sama besar.
Diberi label masing-masing area tersebut tergantung variasi seri dosis yang akan
digunakan. Dibuat enam cetakan reservoir (lubang) pada masing-masing cawan
petri dengan menggunakan perforator secara aseptis. Dibuat reservoir tersebut
dengan cara membuang agar yang ada dalam cetakan reservoir tersebut dengan
digunakan spatel yang telah disterilkan. Dimasukkan hasil buangan tersebut ke
dalam larutan desifektan yang telah disediakan. Dimasukkan larutan sampel dan
standar pada masing-masing reservoir sesuai dosis yang ditentukan
dengan ,menggunakan mikropipet secara aseptis. Diinkubasikan dalam ikubator
pada suhu kurang lebih 37c selama 18-24 jam.Diukur dan dicatat diameter
daerah bening (zone lisis) yang terjadi di sekeliling reservoir yang telah
mengandung antibiotika tersebut dengan menggunakan jangka sorong.Dihitung
potensi antibiotik.
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
6/13
VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN6.1 Data pengamatan
CawanBaku (mm) Sampel (mm)
BT BS BR ST SS SR
I 24,25 18,7 8 17 17,4 8,3
II 17 12,7 11,5 14,4 15,5 8
III 16,15 17,7 10 18 14 11,6
Jumlah 57,4 49,1 29,5 49,4 46,9 24,9
Rata-rata 19,13 16,36 9,83 16,46 15,63 9,3
Keterangan
BT : Baku dengan dosis tinggi
BS : Baku dengan dosis sedang
BR : Baku dengan dosis rendah
ST : Sampel dengan dosis tinggi
SS : Sampel dengan dosis sedang
SR : Sampel dengan dosis rendah
6.2 Perhitungan Pengenceran
Dosis Setengah Rimfamisin Menurut Farmakope : 5g/50l
Dikonversi5g/50l = 100 g/ml
Dengan perbandingan 5, diperoleh :
Dosis Tinggi : 500 g/ml
Dosis Sedang : 100 g/ml
Dosis Rendah : 20 g/ml
Pengenceran :
I. V1 . N1 = V2 . N2V1 . 1000 = 10 . 500
V1 = 5ml5ml rimfamisin + 5ml aquadest
II. V1 . N1 = V2 . N2
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
7/13
1 . 500 = V2 . 100
V2 = 5ml
1ml konsentrasi 500 g/ml + 4ml aquadestIII. V1 . N1 = V2 . N2
1 . 500 = V2 . 20
V2 = 5ml1ml konsentrasi 100 g/ml + 4ml aquadest
1.3 Perhitungan potensiMenghitung nilaiI
Menghitung nilai E
()()
()()
Menghitung nilai B
Menghitung nilai F
()()
()()
Menghitung nilai M
Menghitung nilai potensi
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
8/13
VII. PEMBAHASANPercobaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya potensi sampel
terhadap antibiotika standar.Suatu antibiotika memerlukan konsentrasi tertentu
agar dapat menjalankan fungsinya yaitu sebagai bakteriostatik atau
bakteriosidik.Potensi yang diberikan menurut farmakope haruslah 95% - 105%, di
luar itu berarti antibiotik sampel tidak memenuhi syarat untuk dapat diedarkan di
pasaran.
Pada percobaan kali ini, metode yang digunakan dalam penentuan potensi
antibiotika adalah meode penetapan dengan lempeng silinder, yaitu menggunakan
perforator untuk menguji antibiotika pada media nutrien agar yang berisi
inokulum bakteri pada cawan petri.Potensi dapat ditentukan dengan mengukur
zona bening yang dihasilkan dan membandingkannya dengan diameter zona
bening dari antibiotika standar.
Syarat penggunaan biakan bakteri yang dipakai adalah harus biakan murni
(pure straired).Maksud dari biakan murni adalah bakteri yang diambil dari alam
secara langsung kemudian dibiakkan, bukan dari bakteri yang diisolasi dari
laboratorium klinis (sampel darah, feses, urin, dan sebagainya).Pada percobaan ini
antibiotik yang digunakan adalah Rifamfisin dan suspensi bakterinya adalah
Bacillus substilis, karenamenurut farmakope dan literatur yang ada antibiotika
rifamfisin dapat menghambat pertumbuhan bakteriBacillus substilis.
Sebelum memulai praktikum, dilakukan perencanaan pengenceran dan
perhitungan konsentrasi.Hal ini dilakukan untuk mempermudah penentuan nilai
dosis tertinggi dan dosis terendah yang ingin digunakan pada antibiotika ini, yaitu
rifampisin. Konsentrasi rifampisin pada awalnya adalah 1000 g/ml pada larutan
baku. Untuk larutan sampel dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi
baku. Dari perencanaan perhitungan konsentrasi, telah ditentukan konsentrasi
pada dosis tinggi adalah 500 g/ml, untuk mendapatkannya, dicampurkan 5 ml
rifampisin 1000 g/ml lalu di tambahkan air suling steril 5 ml, inilah dosis
tingginya. Pada dosis menengah, konsentrasinya adalah 100 g/ml, dengan cara
mencampurkan 1 ml rifampisin dengan konsentrasi 500 g/ml dengan 4 ml air
suling steril. Untuk dosis rendah yaitu 20 g/ml, dengan cara mencampurkan 1 ml
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
9/13
rifampisin dengan konsentrasi 100 g/ml dengan 4 ml air suling steril.
Konsentrasi untuk larutan baku dan larutan sampel dianggap sama.Setelah dilakukan pengenceran pada tabung, dilakukan pembagian pada
permukaan dasar cawan petri menjadi 6 area sama besar. Setiap area ini diberi
label daerah untuk larutan baku tinggi, baku rendah maupun larutan sampel tinggi
maupun sampel rendah untuk mempermudah dalam pengamatan. Untuk zona
baku tinggi dan sampel tinggi diletakkan berseberangan karena jika dua dosis
yang sama-sama tinggi diletakkan berdampingan, akan menyulitkan mengukur
zona inhibisi karena dikhawatirkan zonanya saling tumpang tindih. Pada
penggunaan cawan petri, jangan dibiarkan dalam kondisi terbuka, agar isi cawan
tidak terkontaminasi oleh udara luar.
Semua tahap pengerjaan prosedur harus dilakukan secara aseptis, hal ini
dilakukan untuk menghindari kontaminasi yang terjadi oleh mikroba lain yang
dapat merusak percobaan. Kemudian siapkan perfortor yang steril, yaitu dengan
cara membakarnya di atas nyala api. Cetakan yang dibuat dengan perforator
digunakan untuk menampung antibiotika.
Namun saat memanaskan perforator dan spatel haruslah didiamkan
terlebih dahulu hingga tidak terlalu panas, tetapi tetap di dekat pembakar spiritus,
agar bakteri dari udara tidak mengkontaminasi media agar yang berisi bakteri.
Suhu yang panas dapat meleburkan nutrien agar saat melubanginya dan jika
terlalu jauh dari api, ditakutkan akan terkontaminasi oleh bakteri. Proses
pembuatan lubang harus dilakukan dengan cepat, jangan biarkan cawan petri
terbuka terlalu lama untuk menghindari bakteri dari luar masuk ke dalam cawan.
Setelah keenam daerah yang dibagi tadi telah dilubangi, maka dimasukkanlah
larutan antibiotika dengan dosis tinggi, sedang, dan rendah dari larutan baku
maupun larutan sampel. Pengisian antibiotika ke lubang yang telah dibuat
dilakukan dengan menggunakan mikro pipet 50 l (masingmasing lubang diisi
dengan 50 l antibiotika).
Pengisian antibiotika ke lubang yang telah dibuat harus dilakukan di dekat
api, agar tetap aseptis. Pada saat meneteskan antibiotika harus tepat di lubang, dan
lubang yang dibentuk harus bulat agar antibiotik berdifusi sempurna dan zona
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
10/1
yang dihasilkan juga bulat (diameter yang dihitung mudah).Mikropipet yang
digunakan haruslah bersih, setelah digunakan harus dicuci dengan desinfektan.
Saat penggunaan, harus benarbenarkering, jika desinfektan masih di dalam
mikropipet maka akan mempengaruhi konsentrasi antibiotika (desinfektan juga
bersifat bakteriosida).Pengisian antibiotika kedalam lubang menggunakan
mikropipet agar volume antibiotika yang dimasukkan kedalam lubang tepat 50l,
karena mikropipet memiliki ketepatan yang tinggi sehingga volume antibiotika
yang dimasukkan dalam lubang tepat. Selain itu karena setiap langkah dalam
prosedur ini harus aseptis maka yang disterilisasi adalah tip dari mikropipet.
Karena mikropipet tidak dapat di sterilkan dalam autoklaf sehingga hanya tipnya
saja yang disterilkan dalam autoklaf. Pemasangan tip dengan mikropipet
dilakukan pada daerah dekat api agar kondisi aseptis tetap terjaga dan pemasangan
tip dalam mikropipet tidak boleh tersentuh tangan sehingga pemasangannya
dengan cara menempelkan ujung mikropipet dengan tip hingga terpasang
sempurna.
Setelah semua lubang terisi, cawan petri harus dibungkus dengan koran
kemudian diinkubasikan pada suhu 37C selama 18-24 jam supaya bakteri dapat
tumbuh secara optimal. Pengaturan suhu dijaga agar tetap pada suhu 37C karena
pada suhu tersebut merupakan suhu optimum bakteri untuk tumbuh dan inkubasi
dilakukan selama 18-24jam karena pada waktu tersebut bakteri dalam fase
pertumbuhan yang optimum sehingga kerja antibiotika dalam menghambat
pertumbuhan bakteri dapat terjadi secara maksimal. Pada saat inkubasi, cawan
petri tidak boleh dibalik karena antibiotika yang ada di dalamnya bisa tumpah
sehingga tidak terdifusi sempurna pada daerah sekitarnya. Percobaan ini dibuat
triplo (tiga kali) dengan perlakuan yang sama.
Setelah diinkubasi selama 23 jam pada suhu 37C, cawan petri
dikeluarkan dari incubator dan dilihat hasil zona hambatnya. Zona hambat ini
dapat terlihat dengan adanya zona bening di sekitar lubang yang berisi
antibiotika.Zona bening ini merupakan zona dimana bakteri tidak dapat tumbuh
karena adanya inhibisi dari antibiotika.Zona hambat ini berbentuk lingkaran
menyesuaikan dengan bentuk cetakan lubang yang berisi antibiotika.Kemudian
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
11/1
zona hambat yang ada diukur diameternya menggunakan jangka sorong.
Pengunaaan jangka sorong dalam menghitung diameter zona hambat ini
dikarenakan jangka sorong memiliki ketelitian yang tinggi dan untuk mengurangi
kesalahan perhitungan potensi dalam proses perhitungan data nantinya. Semakin
tinggi ketelitina hasil pengukuran maka semakin mengurasi kemungkinan
kesalahan yang dihasilkan.Berdasarkan hasil pengamatan pada antibiotik baku,
didapat zona bening pada dosis tinggi, pada cawan petri I, II, dan III masing-
masing yakni sebesar 24,25mm, 17mm, dan 16,15mm; pada dosis sedang didapat
zona bening pada cawan petri I, II, dan III masing-masing yakni sebesar 18,7mm,
12,7mm, dan 17,7mm; sedangkan pada dosis rendah didapat zona bening pada
cawan petri I, II, dan III masing-masing yakni sebesar 8mm, 11,5mm, dan 10mm.
Pada antibiotik sampel, didapat zona bening pada dosis tinggi, pada cawan petri I,
II, dan III masing-masing yakni sebesar 17mm, 14,4mm, dan 18 mm; pada dosis
sedang didapat zona bening pada cawan petri I, II, dan III masing-masing yakni
sebesar 17,4mm, 15,5mm, dan 14mm; sedangkan pada dosis rendah didapat zona
bening pada cawan petri I, II, dan III masing-masing yakni sebesar 8,3mm, 8mm,
dan 11,6mm.
Diameter hambat dosis tinggi pada antibiotik sampel maupun baku lebih
besar daripada pada dosis rendah. Hal ini berarti dosis tinggi dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Dari hasil pengukuran dan perhitungan yang didapat,
potensi larutan sampel rifampisin yang diuji adalah sebesar 59,91%. Sehingga
antibiotik ini belum layak dipasarkan.
Hasil perhitungan potensi rifampisin dengan dosis 500l, 100l dan 20 l
menghasilkan potensi sebesar 59,91%. Potensi yang diberikan menurut farmakope
haruslah 95% - 105%, di luar itu berarti antibiotik sampel tidak memenuhi syarat
untuk dapat diedarkan di pasaran. Dalam percobaan ini ada bebrapa hal yang
mempengaruhi hasil potensi rifampisin yang diperoleh diantaranya yaitu pada
saat pengenceran dosis, labu atau vial penyimpan antibiotika baku tidak
dihomogenkan terlebih dahulu sehingga antibiotika yang terambil adalah yang
berada dibagian atas dan konsentrasinya akan berbeda dengan yang dibagian dasar
labu ukur atau vial sehingga konsentrasi antibiotika hasil pengenceran tidak sesuai
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
12/1
dengan konsentrasi pengenceran yang ada dalam perhitungan sehingga
mempengaruhi zona hambat yang dihasilkan. Selain itu terjadi kontaminasi pada
medium agar yang berisi bakteriBacillus subtillis. Setelah cawan petri sikeluaran
dari inkubator, medium agar yang berisi bakteri Bacillus subtillisterlihat sangat
keruh dan koloni bakteri Bacillus subtillis tertutupi oleh koloni jamur sehingga
aktivitas antibiotika tidak tepat sasaran.Seharusnya antibiotika rifampisin dapat
menghambat pertumbuhan Bacillus subtillis tetapi karena adanya jamur dalam
media agar maka aktivitas antibiotika terganggu dan tidak dapat menghambat
pertumbuhan jamur sehingga mempengaruhi zona hambat yang dihasilkan.Jamur
yang terdapat dalam media ini kemungkinan didapatkan dari lingkungan sekitar
atau dari peralatan dan aquades yang digunakan tidak benar benar steril. Pada
proses sterilisasi dengan menggunakan autoklaf, spora jamur masih dapat
bertahan walaupun dengan suhu dan tekanan yang tinggi, spora ini akan
mengalami masa dormansi dan ketika mendapatkan lingkungan yang cocok maka
spora tersebut akan tumbuh kembali membentuk koloni. Cawan petri sampel
dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif yang ada.Pada kontrol
negatif dan positif terdapat kontaminasi yang cukup banyak.Pada kontrol positif
seharusnya yang ada dalam media adalah bakteri yang ditumbuhkan saja seperti
Bacillus subtillis namun pada kenyatannya terdapat juga koloni jamur dalam
cawan petri kontrol positif, dan pada cawan petri kontrol negatif seharusnya tetap
bening karena tidak ditanamkan bakteri dalam media agar, namun pada hasinya
pada kontrol negatif terdapat koloni jamur yang menyebabkan kontrol negative
berwarna keruh. Sehingga salah satu faktor yang menyebabkan potensi
antibiotika yang terhitung hanya sebesar 59,91% adalah karena adanya
kontaminasi yang sangat besar.
VIII. KESIMPULANPotensi dari sampel rimfamisin terhadap baku pada bakteri Bacillus
subtillis adalah 59,91 %. Sehingga antibiotik ini belum layak dipasarkan
5/26/2018 Tujuan Prinsip Penentuan Potensi Antibiotika
13/1
DAFTAR PUSTAKA
Florey, K. 1976.Analytical Profiles of Drugs Substances. volume V. Academic
Press. New York.
Henwood, S.Q., M. M. De Villeiers, W. Liebenberg, A.P. Ltter, 2000. Solubility
and dissolution properties of generic rifampicin raw material. Drug
Development and Industrial Pharmacy, Vol 26 No.4, 403-408
Jawetz, Melnick, Adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika.
Jakarta.
Mutschler E., 1996, Arzneimittelwirkungen, 7 neu bearbeitete Auflage,
Wissenschaftliche Verlagsgeselschaft mbH Stuttgart, 702-703.
Singgih, Maria. 2007. Uji pootensi antibiotik.
http://digilib.si.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-1990-sudding-1734
Setiabudi.1995.Pengantar Antimikroba. Jakarta: Gaya Baru
Tjay, Tann Hoan., Rahardja, Kirana. 2008. Obat-Obat Penting. Penerbit
Elexmedia Komputindo. Jakarta.
http://digilib.si.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-1990-sudding-1734http://digilib.si.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-1990-sudding-1734http://digilib.si.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-1990-sudding-1734