Upload
muhammadnurulhaq
View
214
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
good
Citation preview
RANGKUMAN BAB I
HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Konsep Belajar dan Pembelajaran
Dalam kehidupan sehari-hari, kita telah mengetahui peran pendidikan dalam
hdup bermasyarakat. Dimana pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk
membina kepribadiaanya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan.
Berbicara tentang pendidikan, ada beberapa hal yang sangat erat kaitannya
dengan pendidikan itu sendiri, dimana pendidikan ini tidak akan memberikan
pengaruh yang besar jika salah satu komponen ini tidak berjalan dengan baik serta
tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan, dimana salah satu komponen itu
adalah “belajar dan pembelajaran”.
Belajar dan pembelajaran adalah hal yang sangat penting dalam dunia
pendidikan. Mengapa tidak, dengan adanya proses belajar dan pembelajaran,
maka secara otomotatis pendidikan akan tercipta didalamnya. Tanpa belajar dan
pembelajaran, maka pendidikan tidak akan tercipta.
Berbicara tentang belajar dan pembelajaran, ada 2 komponen yang tidak
pernah lepas dari pokok ini, yaitu pengajar dan anak didik. Di rumah, pengajar
adalah orang tua dan anaknya adalah peserta didik. Di sekolah, pengajar adalah
dosen, guru dan peserta didiknya adalah siswa/mahasiswa. Kedua komponen ini
tidak pernah akan berpisah karena keduanya sangat erat kaitannya dengan proses
belajar dan pembelajaran ini. Tanpa keduanya proses ini tidak akan berjalan
lancar.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh dari kedua komponen ini baik
guru maupun siswa, yaitu :
(1). Guru sebagai peran utama dalam mendidik, menyusun desain instruksionall
untuk membelajarkan siswa.
1
(2). Guru melakukan rekayasa pembelajaran yang berdasarkan kurikulum yang
berlaku.
(3). Guru sebagai penyelenggara kegiatan belajar mengajar.
(4). Siswa sebagai objek pembelajaran di sekolah yang memiliki kepribadian,
pengalaman dan tujuan.
(5). Siswa bertindak belajar, dimana siswa trsebut mengalami proses dan
meningkatkan kemampuan-kemampuannya.
Suatu proses belajar yang telah berakhir, menuntut agar siswa telah
memperoleh suatu hasil belajar. Dimana hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tidak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan puncak prosess belajar.
1. Defenisi belajar dan pembelajaran
Belajar pada dasarnya, merupakan suatu proses dari tdak tahu menjadi tahu,
serta merupakan perilaku dan tindakan siswa yang kompleks. Dimana sebagai
tindakan, belajar hanya dialami oleh siswa sendiri, namun tidak dipungkiri bahwa
belajar juga tetap terjadi pada pribadi pengajarnya yakni guru, walaupun
notabenenya guru adalah pengajar itu sendiri.
Ada beberapa defenisi dari para pakar pendidikan menyangkut tentang
pengertian belajar dan pembelajaran ini.
a. Belajar menurut Gagne
Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks.
Kemudian hasil belajar berupa kapabilitas. Sehingga timbulnya kapabilitas
tersebut merupakan stimulasi yang berasal dari lingkungan, serta merupakan
proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian, belajar menurut
gagne adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi
lingkungan melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
2
Menurut Gagne pula, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu
kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Yang dapat diartikan bahwa
belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa
dengan stimulasi dan lingkungan. Kemudian proses kognitif tersebut
menghasilkan suatu hasil belajar yang hasil belajar itu sendiri adalah kapabilitas
siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa :
(i) Informasi verbal
(ii) Keterampilan intelektual
(iii) Strategi Kognitif
(iv) Keterampilan Motorik
(v) Sikap
b. Belajar Menurut Pandangan Skinner
Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu prilaku. Dimana pada saat
orang belajar maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya, bila ia tidak belajar
maka responnya menurun. Dalam belajar menurutnya ada hal penting yang
ditemukan didalamnya yaitu:
(i) Respon si pembelajar
(ii) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar.
(iii) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Inilah beberapa pandangan tentang belajar, yang dimana pandangan-
pandangan ini merupakan bagian kecil dari pandangan yang ada.
3
B. Tujuan Belajar dan Pembelajaran
Kita ketahui bahwa belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang
terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
1. Tujuan Belajar
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa
siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi
pengetahuan,keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai
oleh siswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Komponen tujuan belajar tujuan belajar terdiri dari tiga komponen yaitu:
(a) Tingkah laku terminal
(b) Kondisi-kondisi tes
(c) Standar perilaku.
Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang menentukan
tingkah laku siswa setelah belajar. tingkah laku itu merupakan bagian tujuan yang
menunjuk pada hasil yang diharapkan dalam belajar.
Kondisi-kondisi tes, komponen ini menentukan situasi dimana siswa dituntut
untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. kondisi-kondisi tersebut perlu
disiapkan oleh guru, karena sering terjadi ulangan/ ujian yang diberikan oleh guru
tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
Ada tiga kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku saat tes. pertama, alat
dan sumber yang harus digunakan oleh siswa dalam upaya mempersiapkan diri
untuk menempuh suatu tes, misalnya buku sumber. kedua, tantangan yanng
disediakan terhadap siswa, misalnya pembatasan waktu untuk mengerjakan tes.
ketiga, cara menyajikan informasi, misalnya dengan tulisan atau dengan rekaman
4
dll. tujuan-tujuan belajar yang lengkap seharusnya memuat kondisi-kondisi di
mana perilaku akan diuji.
Ukuran-ukuran perilaku, komponen ini merupakan suatu pernyataan
tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku
siswa. suatu ukuran menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima
sebagai bukti, bahwa siswa telah mencapai tujuan, misalnya: siswa telah dapat
memecah suatu masalah dalam waktu 10 menit. Ukuran-ukuran perilaku tersebut
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang harus dikerjakan sebagai lambang
tertentu, atau ketepatan tingkah laku, atau jumlah kesalahan, atau kedapatan
melakukan tindakan, atau kesesuainya dengan teori tertentu.
2. Tujuan Pembelajaran
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuaqn pembelajaran adalah
kebutuhan siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri. berdasarkan kebutuhan siswa
dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan.
berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan
hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. guru sendiri adalah sumber utama tujuan
bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan
yang bermakna dan dapat diukur.
Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya: dalam
situasi bermain peran.
2. Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan
dapat diamati.
3. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada
peta pulau jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-
kurangnya tiga gunung utama.
5
RANGKUMAN BAB II
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN ASAS PEMBELAJARAN
1. Prinsip-prinsip Belajar
Seperti halnya kegiatan-kegiatan lain, ternyata belajar juga mempunyai
prinsip-prinsip diantaranya belajar sebagai suatu pengalaman yang terjadi di
dalam diri ndividu yang diaktifkan oleh individu itu sendiri, belajar sebagai
penemuan diri sendiri, belajar sebagai konsekuensi dari pengalaman, belajar
sebagai proses kerja sama dan kolaborasi, belajar sebagai proses evolusi, belajar
merupakan proses pemaksaan, belajar merupakan proses emosional dan
intelektual, belajar bersifat indvidual dan unik.
Adapun prinsip-prinsip tersebut:
a. Belajar adalah konsekuensi dari pengalaman, seseorang menjadi bertanggung
jawab ketika ia diserahi tanggung jawab. Ia dapat berdiri sendiri bila ia
mempunyai pengalaman dan pernah berdiri sendiri. Untuk belajar yang efektif
tidak cukup jika hanya memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tesebut
perlu diberikan pengalaman. Misalnya, diajari cara membuat kue, dengan resep
yang telah tersedia kita belum tentu dapat membuat kue tersebut. Agar kita dapat
membuat kue tersebut setidaknya kita harus pernah melihat dan mencoba
membuatnya.
b. Belajar adalah penemuan diri sendiri, hal ini mengandung arti belajar adalah
proses penggalian ide-ide yang berhubungan dengan diri sendiri dan masyarakat
sehingga pelajar dapat menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai.
c. Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi di dalam diri individu yang
diaktifkan oleh individu itu sendiri. Artinya, belajar bukan melakukan apa yang
dikatakan atau yang diperbuat oleh pengajar saja tetapi merupakan proses
6
perubahan dalam diri pelajar sendiri untuk mau melakukan dengan kemauan
sendiri apa yang dikehendaki olehnya.
d. Belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi, pada hakikatnya manusia
senang melakukan suatu hal-hal bersama-sama dan saling membantu. Dengan
kerja sama, saling berinteraksi dan berdiskusi, disamping memperoleh
pengalaman dari orang lain juga dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran dan
daya kreasi individu.
e. Belajar adalah proses evolusi, bukan revolusi karena perubahan perilaku
memerluakan waktu dan kesabaran, perubahan perilaku merupakan suatu proses
belajar yang membutuhkan waktu lama karena memerlukan pemikiran-pemikiran
dan pertimbangan orang lain, contoh-contoh, dan mungkin pengalaman sebelum
menerima atau berperilaku baru. Untuk itu diperlukan kesabaran dan ketekunan.
f. Belajar merupakan suatu paksaan dan terkadang menjadi proses yang
menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaaan yang sangat
menyenagkan dan sangat berharga bagi dirinya, bahkan mungkin harus
melepasakn sesuatu yang menjadi jalan hidup atua pegangan hidupnya. Untuk itu
dalam memperkenalkan hal-hal baru yang menghendaki seseorang berperilaku
baru sebaiknya dilakukan tidak secara drastis dan radikal. Harus berhati-hati dan
sedikit demi sedikit sehingga individu mau meninggalkan perilaku lama dengan
senang hati, tidak menyakitkan hati, dan tidak menimbulkan frustasi. Misalnya
pada panti rehabilitasi, para pecandu narkoba dipaksa untuk belajar menghentikan
penggunaan obat-obat terlarang. Dengan kesabaran, sedikit demi sedikit kebiasaan
tersebut dapat hilang. Contoh lain, anak nakal yang dimasukkan ke pesantren,
awalnya mungkin dia merasa tertekan, tapi lama-lama akan terbiasa.
g. Belajar adalah proses emosional dan intelektual, jadi belajar dipengaruhi oleh
keadaan individu atau pelajar secara keseluruhan. Belajar bukan hanya proses
intelektual tetapi emosi juga turut menentukan. Oleh karena itu hasil belajar
sangat ditentukan situasi psikologis individu pada saat belajar. Bila seseorang
7
sedang dalam keadaan kalut, murung, frustasi, konflik, dan tidak puas, maka
jangan dibawa ke dalam suatu proses belajar karena hasilnya tidak akan
memuaskan.
h. Belajar bersifat individual dan unik, setiap orang mempunyai gaya belajar dan
keunikan yang berbeda-beda dalam belajar. Untuk itu pengajar harus
menyediakan media belajar yang bermacam-macam sehingga tiap individu dapat
memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan keunikan dan gaya masing-
masing.
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap
kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
a. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa
Siswa sebagai ”primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran,
dengan alasan apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip
belajar.
1) Perhatian dan motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan
yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Siswa diharapkan selalu
melatih inderanya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses
pembelajaran. Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa
motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan
mengembangkan secara terus-menerus. Untuk dapat membangkitkan dan
mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus-menerus, siswa dapat
melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak
dicapai, menanggapai secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan
target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari
contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi
8
belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
2) Keaktifan
Sebagai ”primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan
belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan
belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara
efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional.
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari
sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil
dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku
sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri.
Tidak ada seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya
(Davies, 1987:32). Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-
segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Bentuk-
bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi
siswa, misalnya siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa melakukan reaksi
kimia, dan perilaku sejenisnya. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam
kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4) Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan
masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip
pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan
latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Dengan kesadaran
9
ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk-
bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan
unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-
nama latin tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
5) Tantangan
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa
diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi
untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat lebih baik (Davies, 1987:32). Hal ini
berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses dan
mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi prinsip
tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan
adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan.
Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala
permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan
implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen,
melaksanakan tugas terbimbing ataupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan
suatu masalah.
6) Balikan dan penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan,
apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki
pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan
penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak
bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies,
1987:32). Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh
balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk
memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang
memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan
kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau
10
menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek.
7) Perbedaan individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu
dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo
(kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi
kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan
siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi
dirinya sendiri.
b. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari
adanya prinsip-prinsip belajar. Guru sebagai penyelenggara dan pengelola
kegiatan pembelajaran terimplikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar ini.
1) Perhatian dan motivasi
Implikasi prinsip perhatian bagi guru tampak pada perilaku-perilaku sebagai
berikut:
• Guru menggunakan metode secara bervariasi
• Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang
diajarkan
• Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton
• Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question)
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tampak pada perilaku-perilaku
yang diantaranya adalah:
- Memilih bahan ajar sesuai minat siswa
- Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa
11
- Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin
memberitahukan hasilnya kepada siswa
- Memberikan pujian verbal atau non verbal terhadap siswa yang
memberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan
- Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa
2) Keaktifan
Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing
siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat
mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan
dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1988:224). Hal ini berarti pula
bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif
mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat
menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru di antaranya dapat
melaksanakan perilaku-perilaku berikut:
• Menggunakan multimetode dan multimedia
• Memberikan tugas secara individual dan kelompok
• Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok
kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang)
• Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang
jelas
• Mengadakan tanya jawab dan diskusi
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental-emosional dan
intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik
siswa dan karakteristik isi pelajaran. Perilaku sebagai implikasi prinsip
keterlibatan langsung/berpengalaman diantaranya adalah:
• Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran
individual dan kelompok kecil
12
• Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan
demonstrasi
• Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa
• Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomotorik
yang dicontohkan
• Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas
atau luar sekolah
• Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan
pembelajaran
4) Pengulangan
Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara
kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan
yang tidak membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh
pesan-pesan pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap tanpa ada kesalahan
sedikitpun. Selain itu, pengulangan juga diperlukan terhadap pesan-pesan
pembelajaran yang membutuhkan latihan. Perilaku guru yang merupakan
implikasi prinsip pengulangan di antaranya:
• Merancang pelaksanaan pengulangan
• Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan
• Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang
• Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan
• Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi
5) Tantangan
Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka
guru harus memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya.
Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui
bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan
pembelajaran. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan
diantaranya adalah:
13
• Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil
(3-4 orang)
• Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah yang membutuhkan
informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi
• Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai
disajikan
• Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out, modul, dan yang lain)
yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan di dalamnya,
sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa
memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain.
• Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi
sendiri
• Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan
masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi
6) Balikan dan penguatan
Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual
ataupun kelompok klasikal. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran
harus dapat menentukan bentuk, cara, serta kapan balikan dan penguatan
diberikan. Agar balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya
memperhatikan karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi
guru, berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
• Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang
telah dijawab siswa secara benar ataupun salah
• Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada
waktu yang telah ditentukan
• Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan,
klipping pekerjaan rumah) berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja
pembelajaran
14
• Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru,
disertai skor dan catatan-catatan bagi pebelajar
• Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat yang diraih setiap siswa
berdasarkan skor yang dicapai dalam tes
• Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang
menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru.
• Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan
tugas
7) Perbedaan individual
Setiap guru tentunya harus menyadari bahwa menghadapi 30 siswa dalam
satu kelas, berarti menghadapi 30 macam keunikan atau karakteristik. Selain
karakteristik/keunikan kelas, guru harus menghadapi 30 siswa yang berbeda
karakteristiknya satu dengan lainnya. Konsekuensi logis adanya hal ini, guru
harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang.
Implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang
diantaranya adalah:
• Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani
kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya
• Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran
• Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan
pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan
• Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan
2. Asas Pembelajaran
Pada bagian ini diuraikan 14 asas pembelajaran yang dapat digunakan
sebagai dasar untuk pengembangkan program pembelajaran inovatif. Keempat
belas asas tersebut adalah:
1. Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak: (a) non-diskriminasi, (b)
kepentingan terbaik bagi anak (best interests of the child), (c) hak untuk hidup
dan berkembang (right to life, continuity of life and to develop), (d) hak atas
15
perlindungan (right to protection), (e) penghargaan terhadap pendapat anak
(respect for the opinions of children).
2. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam
benak siswa.
3. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
4. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan
belajar aktif.
5. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat,
mengajukan pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
6. Aktivitas pembelajaran pada diri siswa bercirikan: (a) yang saya dengar, saya
lupa; (b) yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat; (c) yang saya dengar,
lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai
pahami; (d) yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan
pengetahuan dan keterampilan; dan (e) yang saya ajarkan kepada orang lain,
saya kuasai.
7. John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk
melakukan hal-hal: (a) mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata
sendiri, (b) memberikan contoh, (c) mengenalinya dalam bermacam bentuk
dan situasi, (d) melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan
lain, (e) menggunakannya dengan beragam cara, (f) memprediksikan
sejumlah konsekuensinya, (g) menyebuitkan lawan atau kebalikannya.
8. Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi
materi, (c) sumber belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat
dimanfaatkan), (d) target siswa (siapa yang akan belajar), (e) guru, (f) strategi
pembelajaran, (g) hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan diukur), (h)
kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau
pengetahuan), (i) lingkungan (dalam lingkungan yang bagaimana siswa
belajar).
9. Kata kunci pembelajaran agar bermakna: (a) real-world learning, (b)
mengutamakan pengalaman nyata, (c) berpikir tingkat tinggi, (d) berpusat
pada siswa, (e) siswa aktif, kritis, dan kreatif, (f) pengetahuan bermakna
16
dalam kehidupan, (g) dekat dengan kehidupan nyata, (h) perubahan perilaku,
(i) siswa praktik, bukan menghafal, (j) learning, bukan teaching, (k)
pendidikan bukan pengajaran, (l) pembentukan manusia, (m) memecahkan
masalah, (n) siswa acting, guru mengarahkan, (o) hasil belajar diukur dengan
berbagai cara bukan hanya dengan tes.
10. Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan visual, pesan yang
diberikan akan menjadi lebih kuat.
11. Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya melalui
membahas informasi dengan orang lain dan juga mengajukan pertanyaan
tentang hal yang dibahas.
12. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa
yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
13. Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual,
kinestetik)
14. Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan
untuk bekerja sama) merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan
untuk menstimulasi kegiatan belajar.
17
RANGKUMAN BAB III
MOTIVASI BELAJAR
1. Defenisi Motivasi
Pengertian Motivasi Belajar yang paling sederhana menurut saya pribadi
adalah sesuatu yang menggerakkan orang baik secara fisik atau mental untuk
belajar. Sesuai dengan asal katanya yaitu MOTIF yang berarti sesuatu yang
memberikan dorongan atau tenaga untuk melakukan sesuatu. Karena kita bicara
tentang belajar maka ya sesuatu yang mendorong kita untuk belajar untuk
mendapatkan sesuatu, mungkin sekedar pengetahuan atau efek beruntun dari
pengetahuan tersebut misalnya ketrampilan, efek lanjutannya mungkin
kebahagiaan, kepuasan, kekayaan, kebebasan, dan tentu saja UANG ya kalo
dihubungkan dengan belajar internet marketing misalnya.
Dari beberapa website yang saya baca, misalnya website Anne Ahira (yang
punya Asian Brain) saya menemukan beberapa pengertian motivasi belajar
menurut beberapa para ahli. Hanya saja yang saya baca tersebut adalah pengertian
motivasi secara umum, ngga khusus tentang motivasi belajar. Misalnya,
pengertian motivasi menurut Wexly dan Yulk adalah: pemberian atau penimbulan
motif. Sedangkan menurut Mitchell motivasi mewakili proses- proses
psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya
persistensi kegiatan- kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Kalau saya pribadi sih ngga terlalu mementingkan apa pengertian motivasi
belajar itu sebenarnya, yang penting menurut saya adalah kita menjadi orang yang
senang dan gembira dikala belajar, so pasti juga bersyukur masih bisa belajar, dan
yang lebih penting lagi ngga sekedar menjadi Mr Learner (sang pembelajar)
doang, melainkan merubah pengetahuan tersebut menjadi kempuan berindak. Tapi
ternyata, untuk menjadikan pengetahuan menjadi kemapuan Take Action tersebut
tetap perlu belajar juga!
18
Jadi pengertian motivasi belajar itu apa ya? Mungkin begini: Motivasi
belajar merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau
menggerakan seseorang untuk belajar sesuatu atau atau melakukan kegiatan untuk
mencapai suatu tujuan.
Ada juga beberapa pendapat dari para pakar dalam bidang ini, sebagai
berikut:
Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status
internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang
mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai
suatu tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt,
yaitu: 1) kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada
perilaku seseorang; 2) keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku
seseorang untuk mencapai suatu tujuan; 3) Tingkat kebutuhan dan keinginan akan
berpengaruh terhadap intensitas perilaku seseorang.
Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah
suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa
sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang
ditimbulkan motif tersebut.
Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim (2004 :
2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan,
atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang
untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni : (1) faktor pendorong
atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, (2) tujuan yang ingin
dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai
tujuan tersebut.
19
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap,
kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi
sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh factor di dalam diri seseorang
itu sendiri yang disebut instrinsik sedangkan factor di luar diri disebut ekstrinsik.
2. Pentingnya Motivasi dalam belajar
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu
kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang
lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang
diinginkan orang yang bersangkutan.
“Seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-
imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya”. Contoh lainnya, seorang
mahasiswa mempunyai motivasi lulus dengan predikat cum laude. Setelah itu, dia
ingin mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan
orangtuanya,’’ujar Dr Fauziah Nuraini Kurdi SpRM MPH dari RS YK Madira
Palembang kepada koran ini. Dosen pada Prodi Penjasorkes FKIP UNSRI ini
mengatakan, di sekolah, kebutuhan dasar paling penting adalah kebutuhan akan
kasih sayang dan harga diri. Siswa yang tidak memiliki perasaan bahwa mereka
dicintai dan mereka mampu, kecil kemungkinannya memiliki motivasi belajar
yang kuat untuk mencapai perkembangan ke tingkatnya yang lebih tinggi.
Pada intinya, sambung Fauziah, motivasi merupakan kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. ’’Dalam kegiatan belajar, motivasi
sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar,
tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar,’’bebernya.
Fauziah menjelaskan, terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi
20
untuk belajar, yaitu Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi
ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar
untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan. Motivasi
Intrinsik merupakan motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa
ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
Kedua, lanjutnya, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa
rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi
psikologis orang yang bersangkutan. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan
dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu
atau belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa, yakni :
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
2. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat
mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi.
3. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah
dicapai sebelumnya.
4. Memberikan pujian, karena sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk
diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
21
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Faktor instrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan,
atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedangkan
factor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh
pimpinan, kolega atau faktor-faktor lain yang kompleks.
Berkaitan dengan proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah diperlukan.
Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai motivasi
belajar yang kuat. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil
bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden: 1994).
Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk
dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa
kebutuhannya terpenuh. Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan belajar
dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar
dirinya sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru (Marx Lepper:
1988).
Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang
sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan,
nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik
bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pendapat lain motivasi belajar itu
ditandai oleh jangka panjang, kualitas keterlibatan di dalam pelajaran dan
kesanggupan untuk melakukan proses belajar ( Carole Ames: 1990).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh
keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang
22
dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus
dalam rangka mencapai tujuan.
3. Jenis dan sifat Motivasi
Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat bahwa motivasi dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder.
1. Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar.
Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal umumnya berasal dari segi biologis,
atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya
terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Di antara insting yang
penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok,
mempertahankan diri, rasa ingin tahu, memangun, dan kawin. (Koeswara,
1989:Jalaludin Rachmat.1991)
Freud berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri, yaitu tekanan,
sasaran, objek dan sumber.
a. Tekanan
Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah laku,
semakin besar energi dalam insting, maka tekanan terhadap individu semakin
besar.
b. Sasaran
Sasaran insting adalah kepuasan atau kesenangan, kepuasan tercapai apabila
tekanan energi pada insting berkurang.
23
c. Objek
Objek insting adalah hal-hal yang memuaskan insting, hal-hal yang
memuaskan insting tersebut dapat berasl dari luar individu atau dari dalam
individu.
d. Sumber
Sumber insting adalah keadaan kejasmanian individu. Insting manusia dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu insting kehidupan (life instinct) dan insting
kematian (death instict). Insting-insting kehidupan terdiri dari insting yang
bertujuan memelihara kelangsungan hidup. Insting kehidupan tersebut berupa
makan, minum, istirahat, dan memelihara keturunan. Insting kematian tertuju
pada penghancuran, seperti merusak, menganiaya, atau membunuh orang lain atau
diri sendiri.
2. Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Menurut beberapa ahli,
manusia adalah makhluk sosial. Perilakuknya tidak hanya terpengaruh oleh faktor
biologis saja, tetap juga faktor-faktor sosial. Perilaku manusia terpengaruh oleh
tiga komponen penting seperti:
a) Komponen afektif
Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen ini terdiri dari motif
sosial, sikap dan emosi.
b) Komponen kognitif
Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkai dengan pengetahuan.
24
c) Komponen konatif
Komponen konatif adalah terkai dengan kemauan dan kebiasaan bertidak.
Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap. Sikap
adalah suatu motif yang dipelajari. Ciri-ciri sikap (a) merupakan kecenderungan
berfikir, merasa, kemudian bertindak, (b) memiliki daya dorong bertindak,(c)
relatif bersifat tetap, (d) berkecenderungan melakukan penilaian, (e) dapat timbul
dari pengalaman, dapat dipelajari atau berubah. Perilaku juga terpengaruh oleh
emosi. Emosi menunjukkan adanya sejenis guncangan seseorang. Emosi memiliki
fungsi sebagai (a) pembangkit energi, (b) pemberi informasi pada orang lain (c)
pembawa pesan dalam berubungan dengan orang lain, (d) sumber informasi
tentang diri seseorang.
Perilaku juga terpengaruh oleh adanya pengetahuan yang dipercaya.
Pengetahuan tersebut dapat mendorong terjadinya perilaku. Perilaku juga
terpengaruh oleh kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan merupakan perilaku
menetap, berlangsung otomatis. Kemauan seseorang timbul karena adanya (a)
keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan, (b) pengetahuan tentang cara
memperoleh tujuan, (c) energi kecerdasan, (d) pengeluaran energi yang tepat
untuk mencapai tujuan.
Motivasi seseorang dapat bersumber dari (a) dalam diri sendiri, yang
dikenal sebagai motivasi internal, (b) dari luar diri seseorang yang dikenal sebagai
motivasi eksternal. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku
seseorang, yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu,
karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah, menghindari hukuman. Maslow
dan Rogers mengakui pentingnya motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Menurut
Maslow setiap individu bermotivasi untuk mengaktualisasi diri. Ciri tersebut
adalah (a) berkemampuan mengamati suatu realitas secara efisien,apa adanya, dan
terbatas dari subjektivitasnya, (b) dapat menerima diri sendiri, orang lain secara
sewajarnya, (c) berperilaku spontan, sederhana dan wajar, (d) terpusat pada
25
masalah atau tugasnya, (e) memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang
tinggi (f) memiliki kebebasan dan kemandirian terhadap lingkungan dan
kebudayaannya, (g) dapat menghargai dengan rasa hormat dan penuh gairah, (h)
dapat mengalami pengalaman puncak, (i) memiliki rasa keterkaitan, solidaritas
kemanusiaan yang tinggi, (j) dapat menjalin hubungan pribadi yang wajar, (k)
memiliki watak terbuka dan bebas prasangka, (l) memiliki standar kesusilaan
tinggi, (m) memiliki rasa humor terpelajar, (n) memiliki kreativitas dalam bidang
kehidupan,(o) memiliki otonomi tinggi.
Adapun jenis motivasi menurut Davis dan New Strom (1996) adalah
prestasi, afiliasi, kompetensi, dan kekuasaan.
1. Motivasi prestasi (achievement motivation), adalah dorongan dalam diri
seseorang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam mencapai
tujuan. Entrepreneur yang berorientasi dan bekerja keras apabila mereka
memandang bahwa mereka akan memperoleh kebanggaan pribadi atas upaya
mereka, apabila hanya terdapat sedikit resiko gagal, dan apabila mereka mendapat
balikan spesifik tentang prestasi diwaktu lalu.
2. Motivasi afiliasi (affiliation motivation), adalah dorongan untuk berhubungan
dengan orang-orang atas dasar social. Orang-orang yang bermotivasi afiliasi
bekerja lebih baik apabila mereka dipuji karena sikap dan kerja sama mereka yang
menyenangkan.
3. Motivasi kompetensi (competence motivation), adalah dorongan untuk
mencapai keunggulan kerja, meningkatkan ketrampilan dalam memecahkan
masalah, dan berusaha keras untuk inovatif. Umumnya, mereka cenderung
melakukan pekerjaan dengan baik karena kepuasan batin yang mereka rasakan
dari melakukan pekerjaan itu dan penghargaan yang diperoleh dari orang lain.
4. Motivasi kekuasaan (power motivation), adalah dorongan untuk mempengaruhi
orang-orang dan mengubah situasi. Orang-orang yang bermotivasi kekuasaan
ingin menimbulkan dampak dan mau memikul resiko untuk melakukan hal itu.
26
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mudjiono.2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
http://satulagi.com/belajar/tujuan-belajar-dan-pembelajaran. Didownload tanggal
17 Desember 2011.
http://id.shvoong.com/tags/prinsip-belajar. didownload tanggal 17 Desember
2011.
http://motivasibelajar.net/pengertian-motivasi-belajar. Didownload tanggal 17
Desember 2011.
http://nyariduitreceh.blogspot.com/2011/07/jenis-dan-sifat-motivasi.html.
didownload tanggal 17 Desember 2011.
http://techonly13.wordpress.com/Asas-Asas Pembelajaran « Techonly13's
Blog.htm. didownload tanggal 17 Desember 2011.
27