Tugas3 Kelompok Magnum

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN SURVEY FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB WANITA MEROKOK (Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Survei)

Disusun oleh : Annisa Aulia Cynthia Amanda Utami. K Ananda Bani 10/30779 /PS/06030 10/304855/PS/06053 10/305086/PS/06062

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kelompok peneliti kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkan dan karunia-Nya sehingga penelitian serta penyusunan laporan yang berjudul Faktor-Faktor Penyebab Wanita Merokok ini dapat terlaksanan dengan Baik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membimbing kami dari mulai awal penelitian sampai penyelesaian penulisan laporan, khusunya kepada Bu Sylvi Dewaanjani, sebagai Pengampu mata kuliah Metodelogi Penelitian Survey. Peneliti menyadari bahwa tentunya masih banyak kekurangan dari laporan ini baik dari isi materi serta cara penyajian dari laporan sendiri. Oleh karenanya, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga untuk penulisan laporan-laporan selanjutkan akan lebih baik lagi. Tim peneliti berharap bahwa apa yang sudah dituliskan di Laporan ini dapat berguna bagi teman-teman sesama mahasiwa maupun bagi kalangan umum, sesuai dengan tujuan dan manfaat penelitian yang kami inginkan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini kita banyak melihat para perokok di Indonesia tidak lagi terbatas hanya pada kaum pria saja, melainkan telah merebak sampai ke kaum wanita. Seolah telah terjadi pergeseran budaya dimana dulu, kebanyakan wanita merasa anti-pati terhadap rokok dan memilih untuk menghindari batangan berisi racun tersebut. Bahaya rokok tidaklah asing lagi di kalangan masyarakat, di setiap bungkus rokok sendiri terpampang berbagai macam bahaya merokok, namun hal itu tidak menghentikan para perokok untuk mengkonsumsi rokok seharihari, dan tak sedikit pula yang menjadikannya sebagai salah satu kebutuhan primer. Pada kenyataannya pertumbuhan budaya merokok ini sendiri di dukung oleh negara, berbagai perusahaan rokok besar diizinkan untuk mensponsori berbagai event besar yang di adakan di tanah air kita ini. Padahal pajak yang dipungut dari rokok tidaklah sebanding dengan pengeluaran pembiayaan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh oleh the Jakarta Globe, Smoking and Poverty, pemerintah Indonesia mengeluarkan biaya lima kali lipat lebih besar dari pajak rokok untuk biaya kesehatan, sebesar 167 triliun setiap tahunnya. Tidak hanya itu, Tobacco: A Global Threat yang terbit tahun 2010 lalu, John Crofton dan David Simpson antara lain memaparkan bahwa rokok (tembakau) akan menjadi penyebab kematian utama warga dunia; dari sekitar satu miliar perokok di dunia, 50% akan terbunuh oleh tembakau. Dalam laporan WHO pada tahun 2008, indonesia berada di urutan ke-3 untuk negara dengan perokok terbanyak yaitu 65 juta perokok atau 12.5% penduduk dan terhitung sekitar 225 miliar barang rokok per tahunnya. Secara spesifik lagi, perokok kemudian dibagi menjadi pria yang menempati urutan teratas yaitu 63% untuk pria dewasa dan 24.1% anak remaja, kemudian di susul dengan 4.5% bagi wanita dewasa dan 4.0% bagi remaja wanita. Pada tahun 2004 yang lalu,menurut sebuah survey di Indonesia ada sebanyak 65,6 juta wanita terkena dampak asap rokok, baik sebagai perokok aktif maupun perokok pasif. Bahaya merokok untuk kandungan salah satunya adalah membuat fungsi saluran

telur pada wanita menjadi terganggu,sel telur yang sudah terbuahi dan menjadi calon janin tidak bisa menempel pada dinding rahim akibatnya calon janin tadi tidak dapat berkembang secara normal. Kondisi ini disebut dengan endometriosis. Pengaruh rokok pada kandungan juga menjadi penyebab banyaknya kasus Keguguran pada janin. Resiko keguguran ini disumbangkan akibat sperma si ayah yang seorang perokok. Racun-racun yang terdapat di dalam rokok dapat merusak DNA dan mengubah bentuk spermatozoid. Setelah terjadinya proses pembuahan, kelainan pada spermatozoid si ayah tadi menyebabkan kecacatan pada janin bahkan keguguran. Seorang ibu hamil yang memiliki kebiasaan merokok dapat beresiko bayi terlahir dengan cacat bawaan bibir sumbing. Sebuah media informasi yaitu Reutershealth pernah mempublikasikan bahwa sebuah penelitian di Universitas Bergen Norwegia membuktikan Pengaruh rokok pada kandungan membuat 573 bayi dari 1.336 kelahiran menderita bibir sumbing. Hasilnya, dan hal ini ditemukan karena adanya kebiasaan merokok aktif dari ibu bayi-bayi tersebut.Sungguh sangat disayangkan apabila kebahagiaan karena tanda kehamilan sudah ada,namun akirnya calon anggota baru tersebut jadi korbannya. Pengaruh rokok pada kandungan tidak cukup sampai disitu.Ibu hamil yang terkena asap rokok baik secara aktif atau tidak dapat menyebabkan bayi terlahir dengan berat badan kurang. Racun nikotin dapat mempengaruhi bahkan menghambat proses aliran darah dari ibu kepada janin, akibatnya perkembangan bayi menjadi terlambat. Kondisi ini berjalan terus hingga memasuki masa persalinan, dan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Selain berat badan rendah, bayi juga dapat lahir premature atau lahir dalam usia yang belum matang. Bayi premature pada umumnya memiliki perkembangan organ dalam yang belum sempurna, sehingga ia sangat rentan terhadap beberapa penyakit.Jadi intinya rokok juga menjadi faktor penyebab sulit hamil. B. TUJUAN Tujuan survei ini diadakan adalah untuk mengetahui secara lebih spesifik apa yang menyebabkan wanita merokok.

C.MANFAAT Secara umum : survei ini diharapkan dapat membantu masyarakat mengetahui penyebab wanita merokok, sehingga dapat membantu penanggulangannya. Secara Khusus : Bagi Subyek : dengan suvei ini subyek diharapkan mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan mereka merokok dan dapat membangun motivasi untuk mengurangi bahkan menghentikan kebiasaan merokok mereka demi kesehatan mereka. Bagi Peneliti : survei ini diharapkan dapat membantu para peneliti untuk membangun sebuah solusi bagi merebaknya budaya merokok di indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI A. Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi). Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.

Jenis-Jenis Rokok Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok , bahan baku isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok

Rokok berdasarkan bahan pembungkus.Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren. Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas. Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus

untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh

yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh,

dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok berdasarkan proses pembuatannya.Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling

atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.Sigaret Kretek Mesin(SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin.

Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar. Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian:1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya

ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain.

2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan

kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lainlain. Rokok berdasarkan penggunaanfilter.Rokok Filter(RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. Rokok Non Filter(RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

BAHAN KIMIA YANG TERKANDUNG DALAM ROKOK Berikut adalah beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam rokok:[3] Nikotin, kandungan yang menyebabkan perokok merasa rileks. Tar, yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di

antaranya bersifat karsinogenik. Sianida, senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano. Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan

tidak berwarna. Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif. Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil

alkohol. Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon

alkuna yang paling sederhana. Amonia, dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan

unsur-unsur tertentu. Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat. Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat

ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida. Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus. Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil.

Tipe-Tipe Perokok

Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri,1991) ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah : 1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam Psychological Factor in Smoking, 1978) menambahkan 3 sub tipe ini : a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi untuk menyenangkan c. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok, misalnya merokok dengan pipa. atau makan. perasaan. b. Stimulation to pik them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang menggunakan cemas ataupun rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.

3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai psychological addiction. Bagi yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun. 4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.

Teori Perkembangan Freud Tahap Oral (mulut) Tahapan ini berlangsung selama 18 bulan pertama kehidupan. Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan menelan makanan, merupakan prototype bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari inkorporasi oral dapat dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah memperoleh pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu adalah orang yang mengalami fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral. Orang seperti itu akan mudah menelan apa saja yang dikatakan orang lain.

Kenikmatan yang diperoleh dari aktivitas menyuap/menelan (oral incorforation) dan menggigit (oral agression) dipandang sebagai prototip dari bermacam sifat pada masa yang akan datang. Kepuasan yang berlebihan pada masa oral akan membentuk oran incorporation personality pada masa dewasa, yakni orang menjadi senang/fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan harta benda, atau gampang ditipu (mudah menelan perkataan orang lain). Sebaliknya, ketidakpuasan pada fase oral, sesudah dwasa orang menjadi tidak pernah puas, tamak (memakan apa saja) dalam mengumpulkan harta. Oral agression personality ditandai oleh kesenangan berdebat dan sikap sarkatik, bersumber dari sikap protes bayi (menggigit) terhadap perlakuan ibunya dalam menyusui. Mulut sebagai daerah erogen, terbawa sampai dewasa dalam bentuk yang lebih bervariasi, mulai dari menguyah permen karet, menggigit pensil, senang makan, mengisap rokok, menggunjing orang lain, sampai berkata-kata kotor/sarkastik.

Teori Konformitas Konformitas. Definisi Konformitas adalah : Sikap patuh tetapi lebih kepada mengalah atau mengikuti tekanan dari kelompok Perilaku seseorang yang sama ( seragam ) dengan perilaku orang lain atau perilaku

kelompoknya Definisi konformitas mengandung tiga hal, yaitu : patuh, perceived group pressure, dan

subjek tidak diminta untuk patuh. Jadi apabila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut dikatakan konformitas. Sebab konformitas : Menurut Morton Deutch dan Harold Gerald ( 1995 ) : Informational influence

Bahwa kelompok merupakan presentasi fakta atau pengetahuan tentang situasi. Kelompok merupakan sumber informasi yang objektif. Normative

Tekanan untuk mengikuti kelompok tekanan sosial berasal dari norma norma kelompok, seperti loyalitas, solidaritas. ingin mencapai seperti anggota kelompok tidak ingin kelihatan berbeda Self categorization ( Dominic abrams & michael Hogg, 1990 )

Usaha untuk memelihara konsep atau identitas diri sebagai anggota kelompok Respon non conformity terdapat dua respon non conformity, yaitu : Independence

tingkah laku tidak responsif terhadap kelompok Tingkah laku bebas dari norma norma kelompok Anti conformity atau counterconformity

Oposisi yang konsisten terhadap norma kelompok

Dilakukan anti konformis untuk memelihara konsep diri mereka Faktor faktor yang mempengaruhi konformitas Ukuran kelompok

pengaruh menguat makin banyak anggota yang rela patuh pada norma kelompok Unanimous

kelompok sepakat atau kelompok tidak saling berbeda pendapat, misalnya : parpol, MPR / DPR Perbedaan individual dalam konformitas Non conformist

Independent, efektif secara intelektual , egostrength kuat, kepemimpinan dan hubungan social baik, tidak rendah diri, rigid, otoriter Orang yang konform

memiliki need for affiliation yang besar ( mc ghee & Trevan, 1967 ) Mengandalkan kelompok sebagai sumber informasi mereka ( Champbel , 1986 ) self blame, ragu Zimbardo dan Leippe ( 1991 ) Wanita lebih konform daripada pria Pria lebih luas jalur informasinya wanita dan pria konform bila informasi tentang sesuatu kurang lengkap wanita lebih konform pada situasi interaksi tatap muka Dalam situasi tekanan kelompok , wanita lebih konform supaya wanita lebih independent maka harus memperluas jalur informasi

Teori Kognitif Sosial Bandura Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan lingkungan yang

dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu. Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.

Teori Katarsis Katarsis (pelepasan energi), yang menekankan bahwa jika kekuatan dari dorongan agresi mulai timbul dari dalam diri, sesuatu harus dilakukan untuk melepaskan enerhi tersebut sebelum menjadi sangat kuat. Menurut hipotesis katarsis, tekanan yang berhubungan dengan dorongan agresi dikurangi dengan perilaku agresi, termasuk melakukan respon displacement dari dorongan agresi tersebut (Moeller, 2001).

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Peneliti menggunakan variabel prediktor sebagai nama pengganti variabel independent, dan variabel kriteria sebagai nama pengganti variabel dependent. Hal ini dilakukan karena penelitian yang dilakukan adalah sebuah suvei yang dilakukan untuk mengetahui penyebab atas suatu fenomena yang diangkat isunya oleh peneliti. Variable Dependent : Faktor-faktor penyebab wanita merokok B. Definisi Konseptual a. Faktor-Faktor penyebab wanita merokok faktor faktor adalah unsur atau elemen dasar yang mempengaruhi suatu hal atau peristiwa. merokok. b. Wanita Perokok Wanita perokok sendiri merupakan seorang wanita yang memiliki kebiasaan menghisap asap tembakau yang dibakar melalui berbagai cara. C, Definisi Operasional a. Faktor-faktor penyebab beberapa faktor penyebab yang akan disorot adalah Lingkungan pergaulan subyek Kepribadian Subyek Pola pikir Subyek

Dalam hal ini lebih di fokuskan kepada faktor-faktor penyebab wanita

b. Wanita Perokok

secara umum akan dibagi menjadi golongan mahasiswi dan dewasa yang telah bekerja, yang kemudian akan dibagi lagi menjadi beberapa tipe yang didasarkan kepada : umur Jumlah rokok yang dikonsumsi dalam waktu tertentu Motivasi merokok

BLUEPRINT ITEM QUISIONER FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB WANITA MEROKOK ASPEK ITEM Apa yang Anda rasakan setelah Favorable merokok? EMOSI Apa yang Anda rasakan ketika keinginan untuk Favorable merokok tidak terpenuhi? Sejak kapan Anda merokok? Berapa bungkus rokok KOGNITIF dalam seminggu? Rokok jenis apa yang Anda konsumsi? SOSIAL Siapa pertama rokok yang Favorable kali pada 2 4 biasanya Favorable 4 yang 3 4 Anda habiskan Favorable Favorable 1 7 2 5 Favorable/Unfavorable NO.ITEM JUMLAH

mengenalkan

Anda? Kondisi saja apa yang Favorable 6

membuat Anda ingin merokok? Apakah keluarga ada atau penolakan dari

orang terdekat Unfavorable sekitar tentang kebiasaan Anda merokok?

8

ITEM-ITEM KUISIONER FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB WANITA MEROKOK

Nama / Inisial: Usia Pekerjaan : :

1. Sejak kapan Anda merokok? a. 5 tahun yang lalu b. 2-4 tahun yang lalu c. 1 tahun yang lalu d. Beberapa bulan yang lalu e. Beberapa minggu yang lalu

2. Siapa yang pertama kali mengenalkan rokok pada Anda? a. Orang tua b. Saudara c. Teman d. Kolega e. Media massa 3. Berapa bungkus rokok yang Anda habiskan dalam seminggu? a. 7 bungkus b. 3-6 bungkus c. 1-2 bungkus d. 1 bungkus e. Tidak sampai sebungkus 4. Rokok jenis apa yang biasanya Anda konsumsi? a. Kretek b. Kretek-filter c. American Tobacco d. Menthol e. Mild 5. Apa yang Anda rasakan setelah merokok? a. Kepala terasa ringan b. Perasaan lebih tenang c. Nafsu makan berkurang d. Sesak nafas e. Mual

6. Kondisi apa saja yang membuat Anda ingin merokok?

a. Tenang b. Stress c. Lapar d. Senang e. Sedih 7. Apa yang Anda rasakan ketika keinginan untuk merokok tidak terpenuhi? a. Mulut terasa asam b. Emosi c. Pikiran kalut d. Tidak produktif e. Citra diri menurun 8. Penolakan seperti apa yang anda terima dari orang-orang sekitar anda a. Dikucilkan b. Dicemooh c. Dijauhi pada saat merokok d. Disindir e. Tidak ada penolakan yang saya terima

HASIL & ANALISISDari kuesioner yang peneliti sebar kepada 50 responden perokok wanita dengan rentang usia 19 sampai 26 tahun, peneliti mendapatkan hasil: 1. Sebanyak 52% responden telah menjadi perokok aktif selama 2 sampai 4 tahun, sedangkan 6% responden menjawab baru merokok sekitar beberapa bulan yang lalu. Dari keseluruhan responden tidak ada yang menjawab baru merokok sekitar beberapa minggu yang lalu. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh responden sudah cukup lama mengonsumsi rokok. 2. Sebanyak 72% responden menjawab pertama kali diperkenalkan kepada rokok oleh temannya. Sebanyak 16% responden menjawab orang tua sebagai yang memperkenalkan rokok pertama kali kepada mereka. Sedangkan sebanyak 1 orang menjawab pertama kali diperkenalkan kepada rokok oleh media massa. Hal ini relevan terhadap Teori Kognitif Sosial Bandura, yaitu melalui pengamatan individu meniru perilaku model meskipun individu tersebut tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif. Selain itu, Teori Konformitas terhadap lingkungannya. 3. 4. 5. Sebanyak 44% responden menjawab, mereka mengonsumsi rokok sebanyak 3-6 bungkus selama seminggu. Sedangkan, 8% responden menjawab tidak sampai sebungkus selama seminggu. Dengan menghabiskan 3 sampai 6 bungkus per minggu (44% responden) dengan jenis rokok putih menthol (46% responden). Sedangkan untuk jenis rokok kretek dijawab sebanyak 4% responden Sebanyak 68% responden menjawab rokok memberikan pengaruh terhadap perasaan lebih tenang. Dan sebanyak 2% menjawab rokok memberikan efek sesak nafas. Sedangkan tidak ada yang menjwab untuk item efek mual setelah merokok. 6. 74% dari 50 responden menjawab dalam keadaan stress, mereka merokok. Sedangkan 4% responden menjawab dalam kondisi sedih mereka merokok sebagai katarsis. Untuk tidak ada yang menjawab item dalam keadaan lapar. 7. Jika keinginan merokok tidak terpenuhi sebanyak 22 orang (44%) menjawab mulut mereka terasa asam. Sebanyak 14% merasa tidak produktif jika keinginan untuk merokok tidak terpenuhi. Dari 50 responden yanga kami berikan kuesioner tidak ada yang merasa citra dirinya menurun jika keinginan mereka untuk merokok tidak terpenuhi. 8. Penolakan dari masyarakat sekitar terhadap perokok, apalagi untuk perokok wanita. Sebanyak 2% responden menjawab dicemooh oleh lingkungan sosial sekitar mereka. Tetapi jika para perokok wanita ini berada dalam lingkungan yang memperbolehkan mereka merokok, seperti 70% dari 50 responden yang kami berikan kuesioner menjawab tidak ada penolakan yang mereka terima.

Faktor Wanita Perokok160ITEM 1 140 ITEM 2 120 ITEM 3 ITEM 4 100 ITEM 5 80 ITEM 6 ITEM 7 60 ITEM 8 40 TOTAL

20 0 A B C D E

KESIMPULAN Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, Faktor terbesar yang mempengaruhi Wanita untuk merokok merupakan ajakan dari temannya ( 72% ), terutama lingkungan pergaulan primer mereka. Hal ini menunjukan bahwa terdapat sikap Konformitas dari Subyek yang mempengaruhi perilaku merokok mereka, sehingga pada kasus ini terlihat bahwa merokok merupakan salah satu cara mereka untuk memperkuat status mereka di dalam sebuah kelompok tertentu. Dan juga banyak Responden yang menyatakan bahwa rokok mempengaruhi perasaan mereka, seperti lebih tenang dan rileks setelah menghisap rokok, yang kemungkinan besar hal ini dikaitkan dengan perilaku katarsis, dimana responden memilih untuk merokok sebagai media pelepas stress atau beban yang mereka rasakan pada saat itu. Ini juga menidentifikasikan bahwa hampir sebagian dari responden merupakan tipe perokok dengan tipe perasaan negatif seperti yang dikemukakan oleh Silvan Tomkins (dalam Al Bachri,1991) berdasarkan Management of affect theory, yaitu perasaan cemas, marah, gelisah, dll.