37
Nama : Shinta Lieviana Handoko NIM : 11/312940/TK/37717 Identifikasi Sumber Daya Alam di Provinsi Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat memiliki luas provinsi sebesar 20.153.15 km2 atau sekitar 7,781.17 mil² yang berarti provinsi NTB memiliki luas 0.97% dari luas wilayah Indonesia. Provinsi ini tidak termasuk provinsi yang luas di Indonesia. Namun, dengan kepadatan penduduk hanya sebesar 220/km2, provinsi NTB memiliki jumlah oksigen dan nitrogen yang sangat memenuhi kebutuhan makhluk hidup di provinsi tersebut, bahkan berlebih. Oksigen memiliki kadar sekitar 21% di udara, sedangkan Nitrogen sekitar 79%. Dengan demikian, sebenarnya provinsi ini memiliki potensi untuk membangun industri untuk pemenuhan oksigen yang digunakan di rumah sakit. Sedangkan Nitrogennya, dapat dimanfaatkan untuk industri lain yang berbahan dasar Nitrogen. Potensi Sumber Daya Alam Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, posisi NTB terletak pada pertemuan dua lempeng besar (Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan. Batas kedua lempeng ini merupakan daerah yang sangat labil, karena di tempat ini tertumpuk energi yang sangat besar dan sewaktu-waktu dapat terlepas dalam bentuk gempa bumi, letusan gunung api, dan tanah longsor yang ditandai dengan munculnya gunung api aktif dan kegempaan yang tinggi.

Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asdasd

Citation preview

Page 1: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Nama : Shinta Lieviana Handoko

NIM : 11/312940/TK/37717

Identifikasi Sumber Daya Alam di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Barat memiliki luas provinsi sebesar 20.153.15 km2 atau sekitar 7,781.17 mil² yang berarti provinsi NTB memiliki luas 0.97% dari luas wilayah Indonesia. Provinsi ini tidak termasuk provinsi yang luas di Indonesia. Namun, dengan kepadatan penduduk hanya sebesar 220/km2, provinsi NTB memiliki jumlah oksigen dan nitrogen yang sangat memenuhi kebutuhan makhluk hidup di provinsi tersebut, bahkan berlebih. Oksigen memiliki kadar sekitar 21% di udara, sedangkan Nitrogen sekitar 79%. Dengan demikian, sebenarnya provinsi ini memiliki potensi untuk membangun industri untuk pemenuhan oksigen yang digunakan di rumah sakit. Sedangkan Nitrogennya, dapat dimanfaatkan untuk industri lain yang berbahan dasar Nitrogen.

Potensi Sumber Daya Alam

Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, posisi NTB terletak pada pertemuan dua lempeng besar (Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan. Batas kedua lempeng ini merupakan daerah yang sangat labil, karena di tempat ini tertumpuk energi yang sangat besar dan sewaktu-waktu dapat terlepas dalam bentuk gempa bumi, letusan gunung api, dan tanah longsor yang ditandai dengan munculnya gunung api aktif dan kegempaan yang tinggi.

Di samping mempunyai potensi bencana, pada daerah pertemuan kedua lempeng ini dihasilkan juga kondisi Geologi yang sangat bermanfaat, yaitu terbentuknya potensi sumber daya mineral dan energi, dan potensi bentang alam yang sangat potensial, dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.

Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter, didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (resent). Batuan Tersier di Pulau Lombok terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-lensa batugamping, batugamping dan dasit. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari lava, breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batugamping berlapis, batugamping tufaan dan lempung tufaan. Batuan Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi

Page 2: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Sangiang, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di Pulau Sumbawa dan Lombok.

Potensi Sumber Daya Mineral

Sebagai hasil proses geologi yang terus berlanjut di berbagai lokasi, telah dihasilkan berbagai jenis bahan galian, diantaranya: emas, perak, tembaga, timah hitam, pasir besi, mangan, belerang, kaolin, gipsum, tanah liat, batuapung, tras, batukapur, marmer, kalsit, batu, dan pasir. Keberadaan sumber daya mineral golongan A (strategis) berupa minyak dan gas bumi diperkirakan di lepas pantai utara Pulau Lombok, masih dilakukan penyelidikan dan telah pula dilakukan pemboran eksplorasi oleh perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA), namun belum diketahui tingkat keterdapatannya.

Gambar 2.1: Peta Penyebaran/Trend Cekungan Hidrokarbon di lepas pantai utara Pulau Lombok (Pertamina)

Dari hasil penyelidikan pendahuluan dan rinci sumber daya mineral golongan B (vital) telah ditemukan berupa : logam mulia (emas dan perak), logam dasar (timbal dan tembaga), logam besi serta mineral industri (belerang). Emas, perak dan tembaga merupakan endapan hidrothermal dengan indikasi berupa urat-urat kwarsa dengan ketebalan bervariasi, serta type pofiri. Indikasi adanya emas, perak dan tembaga ini hampir di seluruh wilayah Sumbawa bagian barat. Cebakan emas dan tembaga tipe porfiri dijumpai di lokasi Batu Hijau, Dusun Tongo Desa Sekongkang Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat. Kini sedang dilakukan tahap eksplorasi/produksi bahan galian golongan B berupa tembaga dan emas dan telah diketahui jumlah cadangan yang potensial.

Bahan galian golongan C (non strategis/non vital) yang telah dan masih dieksploitasi adalah batu bangunan, tanah liat, tanah urug, pasir/sirtu, batugamping dan batuapung. Bahan galian

Page 3: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

tersebut sebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan dan konstruksi jalan, kecuali batuapung telah dikirim ke luar daerah sebagai komoditi ekspor.

Potensi Mineral Logam

Potensi sumber daya dan cadangan logam emas dan tembaga ditemukan di daerah Batu Hijau dan Dodo-Elang (Sumbawa), pasir besi di area pesisir Labuhan Haji (Lombok Timur) dan Tawun (Lombok Barat). Keberadaan pasir besi juga terdapat di pesisir Sangiang Darat, Sowa, Tololai dan Pantai Selatan Pulau Sumbawa. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 : 5 Potensi Sumber daya Mineral Logam di NTB

Jenis Mineral

Lokasi Kabupaten/KotaCadangan

(Ton)Luas (Ha)

Kelas Cadangan

Emas (Au) 1.Pelangan(Tembowong)

2. Pelangan Simba 3. Dodo 4. Batuhijau 5. Sori Pesa

Lombok Barat Lombok Barat Sumbawa Sumbawa Bima

1,3950,291 1,671 353,808 0,390

75,00 75,00 200,00 200,00 1,00

Hipotetik Hipotetik Tereka Terukur Tereka

Jumlah 357,501 551,00

Perak (Ag) 1. Sori Pesa 2. Batu Hijau

Bima Sumbawa

3,900 708,738

1,00 20,00

Terukur

Jumlah / Total 712,638 21,00

Tembaga (Cu)

1. Batu Hijau Sumbawa 4.700.000 200,00 Terukur

Jumlah / Total 4.700.000 200,00

Pasir Besi (Fe)

1. Pantai Labuhan Haji 2. Labuhan Gudang Alas 3. Pantai Tolokalo 4. Pantai Sanggar 5. Pantai Sowa 6. Pantai Tololai 7. Pantai Sangiang Barat 8. Pantai Wawu 9. Pantai Totonaro 10.Pantai Lere

Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Bima Bima Bima Bima Bima Bima

200,00 100,00 2.745,40 1.328,15 2.025,38 319,81 4.817,40 1.625,80 3.885,00 37,29

20,00 3,00 1,25 0,65 0,31 0,89 1,40 0,80 13,00 0,04

Hipotetik Hipotetik Hipotetik HipotetikHipotetik Tereka Hipotetik Tereka Terukur Tereka

Jumlah / Total 17.064,23 29,34

Timbal (Pb)

1. Lentek, Rambitan Lombok Tengah 2.450.000 2,00 Terukur

Page 4: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Jumlah / Total 2.450.000 2,00

Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB

Potensi Mineral Non Logam

Jenis komoditi mineral non logam (mineral industri) yang terdapat di NTB yaitu :

bahan galian Golongan Non Logam terdapat sebanyak 34 jenis bahan galian, sampai saat ini yang dapat diketahui keterdapatannya 22 komoditi dengan klasifikasi cadangan yang bervariasi dari hipotetik hingga terindikasi. Untuk itu masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut agar diperoleh data yang lebih akurat disamping ditemukannya komoditi baru.

Penambangan/ekploitasi bahan galian golongan Non Logam : Batuapung, Batu Bangunan, Sirtu, Batu Kapur, Tanah Liat dan lainnya, pada umumnya dilakukan oleh perorangan secara tradisional dengan skala kecil pada lokasi yang terpencar tanpa dilengkapi dengan Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD), sehingga menimbulkan kerusakan lahan yang cukup luas dan untuk reklamasinya memerlukan dana yang tidak kecil dan cukup lama. Hal ini mengakibatkan kesulitan diperolehnya data produksi yang akurat disamping terpencarnya kerusakan lingkungan pada beberapa lokasi yang harus direklamasi sesuai peruntukan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang.

Tabel 2.2: 5 Potensi Mineral Non Logam di Provinsi Nusa Tenggara Barat

No KomoditasTingkat

Penyelidikan

Sumber DayaKeterangan

Jumlah (Ton) Klasifikasi

1 Batuapung Prospection 96.013.000 spekulatif Batuapung yang memiliki kandungan 60,91% SiO 2

2 Batugamping ProspekPengamatan Pendahuluan

596.806.550 341.711.000 127.612.500

spekulatif Hipotetik Hipotetik

Bahan dasar Kalsium Karbonat(CaC0 3)

3 Lempung Pengamatan Pendahuluan

497.279.000 9.302.900

Hipotetik Memungkinkan

SiO2:19,52-60,72%:Al2O3:7,74-23,35%,

4 Marmer Pengamatan Pendahuluan

Eksplorasi Datail

33.021.500 1.336.626.000

36.726.000

Hipotetik Memungkinkan

Terbukti

Marmer dengan kuat tekan 600-800 kg/cm 2 Gamping kristalin dgn Kuat tekan 836 kg/cm 2, untuk exterior & interior

5 Sirtu Pengamatan Prospek Eksplorasi

3.309.981 2.230.000

75.000

Hipotetik Spekulatif Terbukti

Kerikil pasiran berukuran alluvium

-

Page 5: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Datail

Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi NTB, 2003

Kemungkinan Pengembangannya

Potensi Mineral Logam

Komoditi yang akan dikembangkan adalah mineral emas dan tembaga dengan tipe porfiri di Dodo-Elang dan Emas tipe sulfidasi epithermal di Pelangan.

Gambar 2.2: Peta sumber daya mineral logam

Tembaga

Endapan bahan galian tembaga yang terdapat di Batu Hijau saat ini sedang ditambang oleh PMA. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 930.000.000 ton bijih dengan kadar 0,54% Cu atau setara dengan 5.020.000 ton tembaga.

Emas

Bahan galian emas sebagai mineral ikutan dari tambang tembaga diusahakan oleh PMA di daerah Batu Hijau. Sedangkan lima daerah prospek lainnya yaitu Dodo-Elang, Rinti, Lunyuk Utara, Teluk Panas di Pulau Sumbawa dan Sekotong di Pulau Lombok dapat dikembangkan di masa mendatang. Secara umum endapan emas di daerah ini terdiri dari dua tipe yaitu sebagai urat dan porpiri. Potensi sumber daya endapan emas yang telah diketahui secara keseluruhan adalah dengan kadar rata-rata 0,14 g/t Au atau setara dengan 377 ton emas.

Page 6: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Timbal

Endapan timbal tipe hidrotermal terdapat di daerah Senggoro, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa dengan kadar dalam batuan 0,5% Pb dan 1,60 g/t Pb.

Pasir Besi

Endapan pasir besi terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan Bima. Bahan galian berupa endapan rombakan pantai dengan lapisan tipis. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 4.295 ton. Sebaran endapan pasir besi ini terdapat antara lain di daerah pantai Sangiang, pantai Sowa, pantai Wisata, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima dan Tawun, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.

Perak

Endapan bahan galian perak umumnya merupakan mineral ikutan dengan endapan emas, banyak ditemukan di Kabupaten Sumbawa dalam bentuk urat kwarsa dan stockwork tipe epithermal dengan kadar perak dalam batuan termineralisasi berkisar antara 5-66 g/t Ag. Endapan perak yang berasosiasi dengan emas dan air raksa dengan kadar 22-31 g/t Ag, ditemukan di Brang Air Panas, Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa.

Potensi Mineral Non Logam

Terbatasnya sarana/prasarana teknis baik berupa peralatan laboratorium, peralatan pemetaan dan pembuatan peta sehingga data kualitas bahan galian maupun penyiapan peta belum dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat waktu.

Belum seluruh Pemerintah Daerah Kabupaten terbentuk Dinas Pertambangan, disamping itu terbatasnya tenaga yang mempunyai pengetahuan di bidang Geologi dan Pertambangan pada Pemerintah Daerah, sehingga keterlibatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan data potensi maupun pemanfaatan bahan galian golongan C yang belum terjangkau oleh kegiatan inventarisasi bahan golongan C oleh Dinas Pertambangan Provinsi NTB sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan.

5 Jenis komoditi mineral non logam (mineral industri) yang terdapat di NTB yaitu :

Sirtu

Endapan Sirtu tersebar di beberapa daerah kecamatan antara lain Ampenan Kota Mataram; Narmada, Labuapi, Gunungsari, Gerung Kabupaten Lombok Barat; Batukliang, Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah; Aikmel, Selong, Sakra Kabupaten Lombok Timur; Alas, Taliwang, Moyo Hilir, Lape Lopok, Lenangguar, Plampang Kabupaten Sumbawa; Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat; Dompu, Hu’u, Kempo Kabupaten Dompu; Wera, Sape, Monta Kabupaten Bima; dan RasanaE Kota Bima. Potensi sumber daya secara keseluruhan

Page 7: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

22.303.200 ton. Pemanfaatan Sirtu adalah sebagai bahan bangunan dan pembuatan jalan.

Lempung

Endapan Lempung tersebar di berbagai daerah antara lain di Ampenan Kota Mataram; Narmada, Gerung, Sekotong Kabupaten Lombok Barat; Praya Barat, Praya Timur, Sengkol, Pujut Kabupaten Lombok Tengah; Terara Kabupaten Lombok Timur; Dompu Kabupaten Dompu. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 538.745.025 ton. Pemanfaatan Lempung dapat digunakan untuk bahan dasar industri semen dan keramik.

Batu gamping

Sebaran Batugamping terdapat di berbagai wilayah kecamatan, yaitu Sekotong Kabupaten Lombok Barat, Pujut, Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah, Keruak Lombok Timur, Seteluk, Jereweh, Taliwang, Moyohulu, Sumbawa, Alas Kabupaten Sumbawa. Dompu Kabupaten Dompu, Belo, Wera, Monta, Sape Kabupaten Bima.

Potensi sumber daya Batugamping diperkirakan sebanyak 1.453.950.903 ton dengan kisaran kandungan CaO: 40 - 55%, MgO 0,55 - 1,05%. Pemanfaatan Batugamping untuk industri, konstruksi, pertanian, bahan pembuat semen, dan lain-lain.

Batuapung

Sebaran endapan Batuapung terdapat di kecamatan Bayan, Tanjung, Narmada, Gangga Kabupaten Lombok Barat; Pringgarata, Kopang, Batukliang Kabupaten Lombok Tengah; Selong, Terara, Masbagik, Sukamulia, Sakra Kabupaten Lombok Timur.

Potensi Sumber daya Batuapung diperkirakan sebanyak 44.581.539 ton. Pemanfaatan Batuapung untuk bahan pencuci tekstil, filler, abrasive dan bahan bangunan.

Page 8: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Marmer

Endapan marmer terdapat di Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, Belo, Monta, Sape, RasanaE Kabupaten Bima. Potensi sumber daya marmer yang telah diketahui sebanyak 7.504.403.125 ton mutu baik dengan kuat tekan antara 700-900 kg/m. Marmer dapat dipakai sebagai lantai dan batu hias/tempel.

Tabel 2.3: Potensi Marmer di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Kabupaten Lokasi Total (M³)

Kabupaten Lombok Barat

1. Baturimpang, Kecamatan Gerung2. Sekotiong Barat, Kecamatan Gerung

4.383 1.314.024

Kabupaten Bima 1. Sumi, Kecamatan Sape2. Ncera, Kecamatan Belo3. Simpasai, Kecamatan Monta4. Kampung Kumbe5. Kaleo, Kecamatan Sape

7.578.123 637.500 6.000.000 95.999.500 19.235.000

Kabupaten Dompu 1. Doro Tengga, Kecamatan Dompu2. Desa Katua

708.750.000 200.000.000

Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi NTB, 2003

Gambar 2.3: Peta Potensi Galian Marmer di NTB, Desember 2004

Potensi Sumber Daya Alam di Permukaan Tanah

Potensi Sumber Daya Pertanian Tanaman Pangan

Page 9: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Padi

Areal potensial untuk penanaman Padi seluas 396.941 Ha/tahun (tanam musim hujan 214.910 Ha dan musim kemarau 182.031 Ha). Pada tahun 2004 luas areal panen mencapai 329.505 Ha, sehingga terdapat peluang luas tanam 67.436 Ha. Produksi Padi tahun 2004 sebesar 1.476.494 ton gabah kering giling (gkg).

Tabel 2.13: Intensitas Penanaman (IP) pada lahan sawah di NTB tahun 2003

No. KabupatenLuas lahan*

(Ha)IP-100 %*

(Ha)IP-200 %*

(Ha)IP-300 %*

(Ha)

1 Mataram 1.768 - 19.00 1.749

2 Lobar 22.602 2.513 9.779.00 10.318

3 Loteng 51.947 26.451 14.227 11.269

4 Lotim 44.061 24.861 15.000 5.000

5 Sumbawa 51.071 25.948 20.991 4.132

6 Dompu 16.036 7.054 6.726 2.256

7 Bima 28.298 13.163 11.649 3.486

NTB 215.783 99.190 78.391 38.202

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB tahun 2003. *) Angka pembulatan

Jagung

Potensi Jagung tersebar di empat kabupaten, yaitu Lombok Barat, Lombok Timur, Sumbawa dan Dompu. Tahun 2004, total produksi Jagung mencapai 65.829 ton pipilan kering dari areal panen seluas 31.217 ha.Daerah potensial pengembangan Jagung di NTB adalah sebagai berikut :

Page 10: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Tabel 2.16: Potensi Pengembangan Jagung di NTB

KabupatenPotensi (ha)* Pemanfaatan

(ha)Sentra (Kecamatan)

Lhn Krg Lhn Swh

Kota Mataram - - 7 -

Lombok Barat 5.975 9.000 5.224Gerung,Sekotong,Kediri, Gn.Sari.

Lombok Tengah

4.360 5.000 2.045Jonggat, Pringgarata

Lombok Timur 9.591 12.000 8.684Sambelia,Peringgabaya, Wanasaba,Aikmel,

Sumbawa 14.015 17.000 8.405Uthan/Rhee,Alas, Seteluk,dan Labangka

Dompu 6.800 6.000 2.263 Manggelewa,Kempo,Woja

Bima 10.000 7.000 4.454 Semua Kecamatan

Kota Bima 1.000 - 128 Semua Kecamatan

NTB 51.741 56.000 31.210

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, tahun 2004 *) Angka Pembulatan

Kacang Tanah

Potensi Kacang Tanah tersebar disetiap kabupaten dengan produksi mencapai 45.494 ton di tahun 2004, dengan areal panen seluas 38.244 Ha. Kualitas dan spesifikasi tipe/ras Kacang Tanah pada masing-masing kabupaten bervariasi/berbeda.

Potensi pengembangan Kacang Tanah dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.17: Potensi Pengembangan Kacang Tanah di NTB

KabupatenPotensi (ha)* Pemanfaatan

(ha)Sentra (Kecamatan)

Lhn Krg Lh. Swh

Kota Mataram - - 191 Cakranegara

Lombok Barat 6.825 2.000 13.557 Tanjung, Gangga, Narmada, Gn.Sari, Bayan dan Kediri

Lombok Tengah

1.100 - 7.693 Pringgarata, Jonggat

Page 11: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Lombok Timur 1.586 1.000 884Pringgabaya, Wanasaba, Aikmel

Sumbawa 6.190 - 3.687 Semua Kecamatan

Dompu 5.375 - 1.156 Kempo,Pekat, Pajo, Hu’u

Bima 22.257 2.000 10.115 Belo,Bolo,Wera,Sanggar, Lambu,Wowo Woha

Kota Bima 1.205 - 961 Semua Kecamatan

NTB 44.538 5.000 38.244

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan

Kacang Hijau

Potensi pengembangan Kacang Hijau dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 2.18: Potensi Pengembangan Kacang Hijau di NTB

Kabupaten

Potensi (ha)*Pemanfaatan

(ha)Sentra (Kecamatan)Lhn.

KrgLh. Swh

Kota Mataram

- - 36 Cakranegara

Lombok Barat

380 1.000 1.751 Kediri, Gerung, Lembar dan Sekotong

Lombok Tengah

500 2.000 5.142 Jonggat, Praya, Praya Barat Daya

Lombok Timur

453 3.000 1.929 Pringgabaya, Selong Aikmel

Sumbawa 30.500 8.000 37.047 Taliwang, Moyohilir, Lape /Lopok, Plampang dan Empang

Dompu 590 1.000 536 Woja,Dompu, Pajo, Hu’u

Bima 3.250 1.000 825 Belo,Monta,Woha,Wawo,Wera,Bolo,Sanggar

Kota Bima 115 - 81 RasanaE Barat

NTB 35.788 16.000 47.347

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004* Angka pembulatan

Page 12: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Peluang investasi :

1.

Usaha budidaya pola kemitraan dengan petani melalui penyediaan sarana produksi, teknologi, alat pengolahan, dan jaminan pemasaran

2.

Berbagai industri pengolahan hasil pasca panen seperti:a. Kacang hijau diolah menjadi jus sari kacang hijau serta aneka olahan yang terbuat

dari kacang hijau.b. Jagung diolah menjadi marning, emping jagung, dipang jagung, tepung jagung dan

lain-lain, industri pembuatan pakan ternakc. Kacang tanah diolah menjadi kacang garing, kacang telur, dan industri bahan

pangan dari kacang tanah.

3.

Pengembangan pemasaran antar daerah/antar pulau melalui kerjasama pemasaran antar daerah dan ekspor.

Potensi Sumber Daya Peternakan

Sumber Daya Peternakan memiliki peranan penting dalam pengembangan sosial ekonomi masyarakat. Jumlah peternak pada tahun 2004 mencapai 684.594 KK dengan jumlah ternak sekitar 513.500 animal unit (AU), terbesar sapi dan kerbau sebanyak 464.689 AU.Peternakan sapi potong sekitar 57 % diusahakan secara intensif oleh masyarakat di Pulau Lombok, sedangkan populasi kerbau sekitar 83 % dikembangkan oleh masyarakat di Pulau Sumbawa.

Sapi

Sapi yang dikembangkan adalah jenis Sapi Bali. Jenis ini adalah salah satu komoditi unggulan yangmemilki pasar domestik yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Papua serta pasar ekspor yaitu: Hongkong, Singapura, Malaysia, Timor Leste dan negara-negara ASEAN lainnya.

Pemerintah Provinsi NTB telah merintis pengembangan kawasan agribisnis berbasis Sapi potong di setiap kabupaten. Hal ini dimaksudkan agar dapat dihasilkan Sapi bibit berkualitas ekspor secara kontinyu antara 1.500 – 2.000 ekor pertahun per lokasi kawasan.

Produksi Sapi potong rata-rata sebanyak 61.000 ekor per tahun. Hasil produksi tersebut untuk memenuhi konsumsi lokal sekitar 43.900 ekor (72 %) dan Rumah Potong Hewan (RPH) sebanyak 6.100 ekor (10 %).Surplus hasil produksi Sapi potong setahun sekitar 11.000 ekor (18%). Adapun populasi Sapi sekitar 419.569 ekor, 43 % berada di pulau Sumbawa dan 57 % di pulau Lombok.

Kerbau

Page 13: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Kerbau di NTB memiliki keunggulan dan daya saing pasar yang hampir sama dengan ternak sapi.

Jenis Kerbau yang dikembangkan adalah jenis Kerbau Lumpur, karena mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup bagus terhadap lingkungan (iklim, pakan dan pengangkutan). Populasi

Kerbau pada tahun 2003 tercatat sebanyak 161.359 ekor, (83,20 % diantaranya berada di pulau Sumbawa).

Ayam dan Itik

Keberadaan NTB sebagai salah satu daerah kunjungan wisata, ikut mendorong perkembangan usaha komoditi Ayam Buras. Permintaan produksi Ayam Buras berupa Ayam Potong dan telur terus meningkat, terutama untuk pasar lokal guna memenuhi kebutuhan rumah makan khas Lombok “Ayam Taliwang” dan rumah makan lainnya. Sedangkan hasil produksi Ayam Jago untuk memenuhi pasar luar seperti Bali dan Jawa Timur lebih kurang mencapai 25.000 ekor

per tahun. Sedangkan populasi ternak Itik pada tahun 2003 adalah sebanyak 476.060 ekor, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,34 % per tahun. Dari produksi tersebut, diperkirakan produksi telur Itik sebanyak 34 juta butir pertahun atau 2.125 ton pertahun.

Peluang Pengembangan

Peluang investasi dalam rangka pengembangan usaha peternakan antara lain dari data kebutuhan daging secara nasional adalah sebanyak 374.000 ton, namun hanya mampu dipenuhi sebanyak 307.000 ton, sehingga terdapat kekurangan pasokan sebanyak 67.000 ton pertahun. Adapun pasar potensial yang menjadi peluang bagi NTB dalam memasok kebutuhan daging antara lain wilayah DKI Jakarta (Jabotabek), Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

Potensi bahan baku pakan ternak dan populasi unggas cukup besar, namun belum didukung dengan adanya pabrik pakan ternak dan sarana pembibitan (hatchery), sehingga hampir semua sarana produksi berupa bahan pakan ternak dan DOC didatangkan dari luar daerah NTB. Demikian pula halnya dengan belum tersedianya Rumah Potong Ayam (RPA) yang memenuhi standar, sedangkan produksi ayam potong lebih kurang sebanyak 10 juta ekor per tahun, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pasar komersial seperti hotel berbintang, swalayan, restoran dan industri di NTB masih dipasok dari luar daerah.

Page 14: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Ekspor sapi bibit, sejak tahun 2001 telah dirintis ke Malaysia dan Timor Leste sebanyak 3.470 ekor. Pasar ekspor akan diperluas ke negara-negara ASEAN lainnya, disamping upaya-upaya memanfaatkan peluang untuk memperluas jaringan usaha di wilayah Asia Pasifik yang tergabung dalam AFTA yang diharapkan dapat menjadi peluang meningkatkan kerjasama antar regional.

Peluang usaha peternakan yang potensial dikembangkan di NTB adalah :

1. Usaha pembibitan berupa sapi potong, kerbau, babi, kambing dan ayam ras2. Kemitraan usaha penggemukan sapi dan kerbau 3. Pengembangan peternakan unggas berupa usaha pembibibitan (hatchery) dan

pengembangan pabrik pakan4. Kerjasama kemitraan dengan peternak5. Kerjasama supply - demand ternak potong dan bibit6. Kerjasama supply - demand daging beku7. Supply - demand bibit hijauan pakan ternak8. Usaha pengolahan hasil peternakan

9.

Pembangunan Rumah Potong Ayam Unit pengolahan dendeng dan abon Pembuatan telur asin Pembuatan kerupuk kulit,ceker dan paru Home industri permen susu kerbau,susu kuda dan kerajinan kulit Industri pupuk organik (kotoran ternak)

10.

Potensi Sumber Daya Perkebunan

Potensi areal perkebunan seluas 665.314 ha, telah dimanfaatkan mencapai 185.969 ha atau 27,95%. Pemanfaatannya meliputi tanaman keras 157.909 ha dan tanaman semusim 28.060 ha. Sebagian besar usaha perkebunan merupakan perkebunan rakyat 97,09%, sisanya merupakan perkebunan besar.

Kelapa

Areal tanaman Kelapa seluas 67.784 ha dengan total produksi dalam bentuk kopra mencapai 51.491 ton. Tanaman yang belum menghasil-kan seluas 11.183 ha dan tanaman yang sudah tua dan rusak seluas 2.804 ha. Areal tanaman Kelapa terluas terdapat di Lombok Barat, dengan luas areal 22.102 ha.

Potensi ini baru dikelola oleh satu perusahaan lokal namun belum mampu menyerap seluruh produksi Kelapa rakyat, sehingga sangat terbuka peluang investasi dalam bidang proses pengolahan Kelapa rakyat di NTB, terutama di Pulau Sumbawa.

Tabel 2.29: Penyebaran Areal Potensi Komoditi Kelapa di Provinsi NTB Tahun 2003

Page 15: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

No Kabupaten/KotaLuas Areal (Ha) *)

Produksi * (Ton)

Rt. Prod *)

(Kg/Ha)

Sentra Prod (Kecamatan )TBM TM TR Jumlah

1. Lombok Barat 2,094 19,422 586 22,102 23,983 1,235 Gerung, Sekotong, Narmada, Gunungsari, Tanjung, Gangga, Bayan, Kayangan, Lembar, Pemenang

2. Lombok Tengah 1,415 13,275 810 15,500 11,893 896 Pujut, Praya Barat, Praya Barat Daya, Kopang, Batukliang, Batukliang Utara, Pringgarata, Jonggat

3. Lombok Timur - Perkebunan Rakyat - PBS

2,546 11,317 1,126 14,989 8,986 794 Labuhan Haji, Pringgabaya, Sambelia

4. Sumbawa 2,532 3,873 0 6,405 3,089 798 Labuhan Badas, Alas Barat, Taliwang, Lunyuk

5. Dompu 610 1,612 76 2,298 1,136 704 Kempo

6. Bima 1,915 3,708 57 5,680 2,184 589 Woha, Lambu

7. Kota Mataram 71 422 150 643 214 508 Mataram, Cakranegara, Ampenan

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan

TBM = Tanaman Muda Belum menghasilkan; TM = Tanaman Menghasilkan; TR = Tua, Rusak

Jambu Mente

Luas areal Jambu Mente 56.605 ha terdiri atas tanaman yang belum menghasilkan seluas 21.230 ha, tanaman menghasilkan 28.529 ha dan tanaman tua dan rusak seluas 8.846 ha. Produksi mente dalam bentuk biji gelondong mencapai 11.744 ton.Areal tanaman Jambu Mente terluas terdapat di Lombok Barat, yang mencapai 21.432 ha.

Page 16: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Untuk meningkatkan potensi investasi komoditi Jambu Mente, pemerintah secara terus menerus melakukan perluasan areal tanam pada lahan-lahankering yang berpotensi. Pemasaran biji mente dan mente olahan telah menembus pasar internasional yaitu Negara Hongkong, Vietnam, Cina dan Taiwan.

Tabel 2.30: Penyebaran Potensi Komoditi Jambu Mente di Provinsi NTB Tahun 2003.

No Kabupaten/KotaLuas Areal (Ha) *) Produksi

(Ton)*Rt. Prod (Kg/Ha)*

Sentra Prod (Kecamatan )TBM TM TR Jumlah

1. Lombok Barat 6,049 12,699 2,684 21,432 4,070 320 Sekotong, Tanjung, Gangga, Bayan, Kayangan, Lembar, Pemenang.

2. Lombok Tengah 157 3,242 184 3,583 551 170 Pujut, Praya Barat Daya, Janapria.

3. Lombok Timur 1,550 2,452 433 4,434.35 1,530 624 Sambelia, Labuhan Haji, Pringgabaya.

4. Sumbawa

- Perk. Rakyat 4,818 3,726 371 8,915 1,257 337 Labuhan Badas, Utan/Rhee, Plampang.

5. Dompu

- Perk. Rakyat 4,228 5,037 209 9,474 3,786 752 Pekat.

6. Bima 3,629 1,174 1,579 6,382 540 460 Donggo.

7. Kota Mataram 0 0 0 0 0 0 -

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan

Tembakau Virginia

Tembakau Virginia merupakan salah satu komoditi andalan NTB karena memiliki keunggulan komparatif disamping mampu menyerap tenaga kerja sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat perdesaan. Selama lima tahun terakhir luas areal pengembangan meningkat secara signifikan, hal ini disebabkan karena tingginya permintaan pasar terhadap komoditi tersebut, yang ditunjukkan oleh masuknya sembilan perusahaan pengelola berskala besar untuk melakukan bisnis Tembakau Virginia dengan pola kemitraan.

Peran perusahaan pengelola dalam agribisnis Tembakau Virginia di Pulau Lombok cukup

Page 17: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

besar. Indikasi ini dapat ditelusuri dari proses transformasi teknologi yang telah berlangsung dengan baik, produktivitas meningkat dari 1.500 kg/ha pada tahun 1998 menjadi 1.690 kg/ha pada tahun 2003 atau meningkat sebesar 13,30%.

Peluang pengembangan tembakau di Pulau Lombok, khususnya tembakau Virginia masih cukup besar, karena :

(1) Pangsa produksi dan areal Indonesia terhadap dunia masih sangat kecil baru mencapai masing-masing sebesar 1,14 dan 1,80%

(2) Kebutuhan untuk industri sigaret dalam negeri tidak dapat dipenuhi hanya dari produksi dalam negeri, sehingga setiap tahun masih harus mengimpor sebesar 35.375 ton dengan nilai US $ 72,8 juta.

(3) Mutu produk yang dihasilkan di pulau lombok sama dengan kualitas impor dan resiko kegagalan yang disebabkan oleh iklim relatif kecil.

(4) Potensi areal seluas 145.626 hektar, baru dikembangkan sekitar 16.766 hektar (11,51%)

Page 18: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Peluang Pengembangan Investasi Sektor Kelautan Dan Perikanan

Budidaya rumput laut diarahkan di Pemenang, Pelangan, Selong Belanak, Teluk Ekas, Labuhan Haji, dan Keruak. Budidaya kerang mutiara diarahkan di daerah Gili Gede, Gili Asahan, Teluk Sire, Teluk Sunut, Gili Lawang, Selat Alas dan Teluk Gerupuk. Perikanan tangkap diarahkan di daerah Selat Alas, Tanjung Tempa, Labuhan Lombok, Tanjung Luar, Teluk Ayang, Selong Belanak, dan Lombok Barat bagian utara.

Saat ini di NTB tingkat pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut masih kecil, terutama untuk penangkapan ikan laut, budidaya ikan air payau, rumput laut, kolam dan mina padi.

Potensi Dan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan

Perikanan Laut

NTB memiliki potensi sumber daya ikan laut yang cukup besar, baik dari kuantitas maupun diversitas. Potensi lestari (Maximum Sustainable Yield/ MSY) sumber daya ikan di wilayah perairan laut NTB diperkirakan sebesar 98.450 ton pertahun yang terdiri dari potensi ikan-ikan pelagis sebesar 41.084 ton, dan ikan-ikan demersal sebesar 57.366 ton (lihat Tabel 2.49). Berdasarkan jumlah seluruh potensi lestari sumber daya ikan tersebut, jumlah penangkapan yang diperbolehkan (total allowed catch/TAC) di perairan NTB adalah sebesar 78.760 ton pertahun atau sebesar 80 % dari potensi lestari.

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan hingga saat ini belum memanfaatkan potensi sumber daya ikan di kawasan lepas pantai dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Hal ini disebabkan oleh jenis alat tangkap dan teknologi yang digunakan masih sederhana. Adapun data produksi tangkapan ikan laut di NTB pada lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.44: Potensi Lestari Sumber daya Ikan Laut menurut nama Perairan, Kelompok Jenis Ikan dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB (dalam ton)

No.

NAMA PERAIRA

N

Pelagis Demersa

l

KABUPATEN

LOBAR+MTRM

LOTENG

LOTIM

SMBWDOMPU

BIMASE-NTB

1 Laut Jawa Pelagis Dmrsl

3.597 5.615 - -

2.422 3.782

- -

--

--

6.019 9.397

P+D 9.212-

6.204 - - - 15.416

2 Laut Flores Pelagis Dmrsl

--

--

--

4.019 4.066

1.035 1.047

5.609 5.672

10.663

10.78

Page 19: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

5

P+D --

- 8.085 2.082 11.281

21.448

3 Samudera Hindia

PelagisDmrsl

2.160 2.4021.989 2.211

1.940 2.157

11.040 12.274

1.704 1.894

2.42.730

21.289

23.668

P+D 4.5624.200

4.097 23.314 3.598 5.186 44.957

4 Selat Lombok

Pelagis Dmrsl

407 2.016 --

--

--

--

--

407 2.016

P + D 2.423 - - - - - 2.423

5 Selat Alas Pelagis Dmrsl

- - -

-

195 904

116 543

- - --

311 1.447

P+D --

1.099 659

- - 1.758

6 Selat Sape Pelagi Dmrsl

- -

- -

--

--

- -

564 4.266

564 4.266

P + D - - - - - 4.830 4.830

7 Selat Sumba

Pelagis Dmrsl

- --

--

--

--

1.184 2.295

1.184 2.295

P+D - - - - - 3.479 3.479

8 Teluk Saleh

Pelagis Dmrsl

--

- -

--

231 1.064 206 949 --

437 2.013

P+D - - - 1.295 1.155 - 2.450

9 Teluk Cempi

Pelagis Dmrsl

--

--

- -

- -

72 585 --

72 585

P+D - - - - 657 - 657

10 Teluk Bima

Pelagis Dmrsl

--

--

- -

--

-- 55

221

55 221

P+D - - - - - 276 276

11 Teluk Waworada

Pelagis Dmrsl

--

- -

--

- -

--

83 673

83 673

P+D - - - - - 756 756

JUMLAH Pelagis 6.164 10.033 1.989 4.557 15.406 3.017 9.951 41.08

Page 20: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Dmrsl2.211

6.843 17.947 4.475 15.857

4 57.36

6

P+D 16.1974.200

11.400 33.353 7.492 25.808

98.450

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB, 2003.

Tabel 2.45: Produksi dan Nilai Produksi Tangkapan Ikan Laut NTB Tahun 2003

No Kabupaten/KotaProduksi *)

(ton)Nilai Produksi *) (Rp.juta)

1 Mataram 2.025 17.505

2 Lombok Barat 13.460 132.342

3 Lombok Tengah 1.184 10.040

4 Lombok Timur 6.141 32.061

5 Sumbawa 29.687 118.713

6 Dompu 7.680 31.381

7 Bima 19.019 64.679

8 Kota Bima 1.896 5.192

NTB 81.092 411.913

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB, tahun 2003. *) Angka Pembulatan

Tabel 2.46 : Luas Areal dan Potensi Lestari Sumber Daya Perikanan Tangkapdi Perairan NTB

KabupatenWilayah Produksi

Luas Areal (Km)

Potensi Lestari(ton/th)

Pelagis Demersal Total

Lombok Barat dan Kota Mataram

4.242 6.164 110.033 116.197

a. Perairan Pantai 4.312 5.956 8.661 14.617

b. Per. Lepas Pantai 2.675 5.338 6.581 11.919

Page 21: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

c. ZEE 12.897 16.960 18.488 35.448

Lombok Tengah 975 1.989 2.211 4.200

a. Perairan Pantai 670 1.367 1.487 2.854

b. Per. Lepas Pantai 617 1.259 1.370 2.629

c. ZEE 9.675 12.720 13.866 26.586

Lombok Timur 2.829 4.557 6.843 11.400

a. Perairan Pantai 2.574 3.708 4.962 8.670

b. Per. Lepas Pantai 1.645 2.998 3.574 6.572

c. ZEE 13.892 12.720 13.866 26.586

Sumbawa 9.920 15.406 17.947 33.353

a. Perairan Pantai 6.643 8.243 9.748 17.991

b. Per. Lepas Pantai 5.888 10.035 10.762 20.797

c. ZEE 58.034 76.315 83.192 159.507

Dompu 2.753 3.017 4.475 7.492

a. Perairan Pantai 2.349 2.545 2.984 5.829

b. Per. Lepas Pantai 1.254 1.903 2.022 3.925

c. ZEE 9.675 12.720 13.866 26.586

Bima 8.440 9.951 15.857 25.808

a. Perairan Pantai 7.519 7.352 10.893 18.245

b. Per. Lepas Pantai 5.557 7.851 8.264 16.115

c. ZEE 8.682 11.417 12.446 23.865

NTB 29.159 41.084 57.366 98.450

a. Perairan Pantai 23.887 29.171 38.735 67.906

b. Per. Lepas Pantai 17.636 29.384 32.573 61.957

c. ZEE 112.855 142.852 155.724 298.576

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB, tahun 2003

Disamping potensi perikanan tangkap, NTB juga memiliki potensi budidaya laut yang sangat besar, khususnya ikan dan moluska. Luas total areal perairan laut yang potensial untuk pengembangan budidaya laut adalah 42.443 ha yang memiliki prospek cukup baik terutama untuk budidaya Rumput Laut, budidaya Kerang Mutiara, Lobster, budidaya Kerapu, dan budidaya ikan karang lainnya, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.47 : Potensi Areal Budidaya Laut di NTB.

Page 22: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

No Kabupaten/Kota

Potensi Area (Ha)

Rumput Laut

Krg Mutiara & Abalone

Kerang Darah

Kakap Putih

Kerapu Teripang

1Lombok Barat dan Mataram

125 1.805 20 40 15 10

2 Lombok Tengah 355 705 35 55 30 40

3 Lombok Timur 2.000 2.355 120 125 85 490

4 Sumbawa 15.500 5.500 500 350 1.200 2.780

5 Dompu 1.295 1.965 350 63 50 250

6 Bima 1.825 2.120 275 67 65 30

NTB 20.948 14.450 1.300 700 1.445 3.600

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB, tahun 2003

Tabel 2.48 : Potensi dan Produksi Budidaya Laut di NTB, Tahun 2003.

No KomoditasPotensi

Produksi (ton)

Nilai Potensi

(Rp.juta)

Realisasi Produksi

(ton)

Nilai Produksi(Rp.juta)

Tingkat Pemanfaatan

(%)

1 Rumput Laut 209.480 633.000 31.162,8 19.476,75 14,8

2 Mutiara 1,5 300.000 1,217 304.250 80

3Kerapu, Kakap,dll

11.680 140.000 211,4 47.277,2 2

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB, tahun 2003.

Perikanan Air Payau

NTB dengan panjang pantai 2.333 Km merupakan modal dasar untuk pengembangan usaha budidaya perikanan air payau (budidaya pantai). Potensi perikanan air payau terutama berupa lahan untuk budidaya tambak Udang dan Bandeng cukup besar dan mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan.

Sejalan dengan arah kebijakan Nasional yaitu Gerakan Mina Bahari (GMB) di NTB telah berkembang usaha pertambakan Udang tradisional menjadi tradisional plus, semi intensif dan intensif dengan tingkat pemanfaatan lahan sekitar 28,6 %. Potensi secara keseluruhan dari lahan pertambakan yang ada adalah seluas 25.245 Ha tersebar di Pulau Sumbawa dan Pulau

Page 23: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Lombok. Potensi produksi sebesar 50.482 ton/tahun dengan potensi nilai produksi sebesar Rp. 2,5 trilyun. Pada tahun 2004 luas areal yang baru dimanfaatkan untuk budidaya perikanan air payau adalah seluas 7.025,9 Ha. dengan jumlah produksi sebesar 9.829,4 ton atau sebesar 19,47 % dari potensi produksi.

Luas areal potensi dan luas yang telah dimanfaatkan untuk budidaya perikanan air payau (tambak) dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 24: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Tabel 2.49: Luas Areal Budidaya Perikanan Air Payau (Tambak) Tahun 2003.

No. Kabupaten/KotaLuas

Potensial (Ha)

Luas Pemanfaatan

(Ha)

Tingkat Pemanfaatan

(%)

Produksi (ton)

Nilai Produksi (Rp.juta)

1. Mataram - - - - -

2. Lombok Barat 875 302 34,5 366,7 7.515,26

3. Lombok Tengah 550 339,3 61,6 38,9 291,8

4. Lombok Timur 3.500 205 5,8 881,8 30,501,7

5. Sumbawa 10.375 2.459,6 23,7 3.338,7 120.193

6. Dompu 4.700 1.714 36,5 1.406,1 14,226,145

7. Bima 5.102 1.863 36,5 3.761,4 60.473,45

8. Kota Bima 143 143 100 35,8 580,07

NTB 25.245 7.025,9 27,8 9.829,4 233.781,43

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB, tahun 2003

Perikanan Air Tawar

Jenis ikan air tawar yang berkembang dengan baik di NTB adalah jenis ikan Nila, Karper, Tawes dan Lele Dumbo. Daerah pengembangannya meliputi wilayah Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur dan sebagian di wilayah Kabupaten Sumbawa yang juga semakin berkembang pesat karena adanya beberapa waduk dan embung yang sudah banyak dibangun dan berfungsi ganda.

Potensi areal untuk pengembangan perikanan air tawar meliputi kolam, keramba, sawah, sungai, embung dan waduk yang luasnya lebih kurang 37.060 Ha dengan potensi produksi sebesar 74.120 ton, dan nilai produksi sebesar Rp. 370,12 milyar hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2003 produksi perikanan air tawar diperkirakan sebesar 9.082 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 50,24 milyar. Masih banyak waduk dan embung yang belum dimanfaatkan secara optimal sehingga peningkatan produksi ikan air tawar di NTB dapat meningkat secara signifikan.

Komoditi Unggulan

Untuk dapat menjadikan sektor perikanan dan kelautan sebagai salah satu sektor andalan dalam meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan daerah, maka segala potensi perikanan

Page 25: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

dan kelautan tersebut sangat dimungkinkan untuk dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Adapun beberapa komoditi unggulan yang sangat potensial dan mempunyai peluang untuk dikembangkan adalah sebagai berikut :

MutiaraMutiara merupakan salah satu komoditi andalan di NTB. Hal ini karena nilai ekspor hasil komoditi ini relatif lebih tinggi dibanding sektor lain dengan potensi yang masih sangat besar.Areal perairan laut yang memungkin-kan untuk budidaya mutiara sebagian besar terdapat di Perairan Selat dan Teluk-teluk dengan

kedalaman 20 – 100 m. yang tersebar diseluruh wilayah perairan NTB.

Potensi areal budidaya Mutiara di NTB sebesar 14.450 Ha (184 titik Koordinat) yang tersebar disepanjang pantai P. Lombok dan P. Sumbawa. Mutiara ini menempati peringkat pertama untuk nilai ekspor Provinsi NTB sejak tahun 1997 hingga tahun 2000.

Rumput Laut

Komoditi rumput laut sebagai salah satu komoditi unggulan di NTB dengan produksi yang relatif tinggi dan stabil serta mempunyai potensi areal yang cukup tinggi. Usaha pengembangan rumput laut mempunyai prospek yang cukup baik, karena didukung oleh beberapa hal antara lain:

(1) potensi lahan budidaya rumput laut yang tersedia cukup luas,(2) permintaan pasar terhadap produksi rumput laut cukup tinggi, sedangkan produksi

rumput laut di Indonesia sampai saat ini baru sekitar 3 % dari permintaan pasar dunia,(3) modal yang dibutuhkan untuk kegiatan budidaya relatif kecil sehingga memungkinkan

untuk dilaksanakan oleh para nelayan/petani rumput laut,(4) dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, dan(5) dapat menjadi salah satu alternatif pengalihan mata pencaharian bagi penebang hutan

bakau dan pengambil batu karang.

Kerapu

Budidaya Kerapu di NTB masih tergolong usaha rintisan. Potensi areal budidaya Kerapu sebesar 7.050 Ha. Permintaan konsumen dalam dan luar negeri (Hongkong, Taiwan, Singapura) terhadap ikan Kerapu belum dapat dipenuhi.

Kegiatan budidaya Kerapu di daerah NTB untuk saat ini baru dilakukan oleh dua perusahaan perikanan yang berlokasi di Labuan Ijuk dan Labuan Sangoro Kabupaten Sumbawa, sedangkan yang dilakukan oleh masyarakat adalah di Teluk Ekas dan Teluk Serewe di Kabupaten Lombok Timur.

Page 26: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

Udang/Lobster

Udang/Lobster merupakan salah satu komoditi andalan yang cukup prospektif untuk dikembangkan. Potensi areal untuk budidaya udang adalah seluas areal pertambakan yang ada sedangkan budidaya Lobster dapat dikembangkan pada kawasan teluk/perairan.Beberapa kawasan untuk budidaya Udang/Lobster berada di

Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah, Sumbawa, Dompu, dan Bima.

Nila

Nila Merah adalah salah satu jenis ikan air tawar yang dibudidayakan dan sedang digalakkan karena mempunyai beberapa keunggulan antara lain:

(i) mudah dipelihara dan dikembangkan,(ii) pertumbuhannya sangat cepat,(iii) toleransi terhadap lingkungan sangat tinggi,(iv) prospek pemasaran di dalam dan di luar negeri cukup menjanjikan.

Potensi areal untuk usaha budidaya ikan Nila di perairan umum sebesar 7.191 Ha. Menurut data tahun 2003, produksi ikan di perairan umum sebesar 2.468,1 ton.Prospek pemasaran Nila Merah cukup menjanjikan terutama untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dan pasar luar negeri (Eropa). Selain itu dengan semakin berkembangnya jumlah hotel dan restoran di NTB permintaan terhadap ikan segar semakin meningkat.

Cakalang

Hasil tangkapan ikan Cakalang rata-rata 2.521,6 ton/tahun dilakukan oleh nelayan lokal dengan mengoperasikan alat tangkap seperti Tonda, Gill Net dan lain-lain. Hal ini berarti tingkat eksploitasi masih relatif sangat kecil. Dengan rendahnya tingkat pemanfaatan memberikan peluang bagi pengembangan produksi. Ditinjau dari sisi permintaan (demand), Cakalang termasuk salah satu komoditi penting yang mempunyai peluang pasar yang luas baik lokal maupun ekspor sehingga prospek pengusahaannya cukup prospektif.

Teripang

Teripang termasuk komoditi perikanan yang mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan di masa mendatang. Potensi areal untuk pengembangan budidaya Teripang adalah 3.598 Ha yang terdapat di Pulau Lombok 538 Ha dan Sumbawa 3.060 Ha.

Permintaan ekspor Teripang dan perdagangan luar daerah terus mengalami peningkatan

Page 27: Tugas_1_pksda_shinta Lieviana Handoko_sda Nusa Tenggara Barat

sementara produksi masih rendah dikarenakan masih sedikit pengusaha yang bergerak di bidang budidaya Teripang.