Upload
cornelius-sistandria-mahesta
View
20
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
1/65
RESUME COMBINATIONAL & SEQUENTIAL CIRCUIT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Mikroelektronika
Disusun oleh: KELOMPOK 1
ADIYATMA GHAZIAN PRATAMA 105060300111065
AMIRIL MUMININ 105060300111019
M. AULIA RAHMAN SEMBIRING 105060300111015
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
MALANG
2013
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
2/65
1
1. Pendahuluan
Sistem digital modern dibangun dari jutaan atau ratusan juta transistor. Tidak
mungkin suatu sistem yang rumit diuraikan dengan menuliskan persamaan-persamaan yang
menjelaskan gerakan elektron dalam masing-masing transistor dan menyelesaikannya secara
serempak.
Meskipun suatu sistem digital itu tampaknya rumit, sistem itu selalu dapat diuraikan
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang disebut modul yang dapat langsung dicirikan
dan dirancang. Setelah modul kecil itu dibuat, modul-modul itu dapat digunakan untuk
membangun suatu sistem yang lebih besar. Pendekatan semacam itu dikenal sebagai
pendekatan perancangan menurut hierarki. Pendekatan itu dapat diawali dari sistem secara
keseluruhan dan bekerja untuk merancang modul-modul yang lebih kecil. Ukuran dan tingkat
kerumitan modul itu bergantung kepada tingkat abstraksinya. Suatu modul dapat sangat
sederhana atau lebih rumit sehingga perlu untuk diuraikan menjadi modul-modul yang lebih
sederhana.
Sistem digital dapat dikaji dan dirancang dengan berbagai tingkat abstraksi, berkisar
dari model perilaku murni, yang tidak memerlukan rincian perangkat kerasnya, sampai
tingkat fisik yang hanya susunan bahan-bahan fisiknya yang ditetapkan.
Daftar 1.1 Hierarki Perancangan Sistem Komputer Digital
Tingkat
Perancangan
Tingkat
Abstraksi
Besarnya
RincianJenis Model
Sistem Tertinggi Terkecil Perilaku
Register Perilaku/Struktur
Gerbang Struktur
Transistor Struktur
Fisik Terendah Terbesar Struktur
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
3/65
2
Beberapa tingkat abstraksi perancangan komputer ditunjukkan pada Daftar 1.1. Pada
tingkat tertinggi, sistem digital dapat dipandang sebagai satu atau lebih modul-modul
fungsional yang saling berinteraksi. Perilaku masing-masing modul itu diuraikan tanpa
menjelaskan implementasinya secara rinci. Sebagai contoh, suatu komputer jinjing dapat
dipandang pada tingkatan sistem terdiri atas mikroprosesor, modul-modul penyimpan, dan
rangkaian pengendali untuk peraga (monitor), papan ketik, pencetak, dan peralatan lain yang
terhubung dengannya.
Pada tingkat register, suatu sistem digital dipandang sebagai kumpulan unsur-unsur
yang disebut sebagai registeryang menyimpan informasi, dihubungkan oleh saluran sinyal
antara register yang satu dengan yang lain. Informasi diproses oleh sistem itu dengan
memindahkannya di antara register-register tersebut melalui saluran sinyal itu. Dalam
beberapa hal informasi itu diubah pada saat register-register itu memindahkannya dengan
mengarahkannya melalui suatu modul fungsional tertentu. Sebagai contoh, Gambar 1.12
melukiskan model tingkat sistem dan model tingkat register untuk suatu sistem yang terdiri
atas penjumlahan bilangan biner yang diberikan secara berurutan sebagai masukan sistem itu.
Pada tingkat sistem, Gambar 1.1a, yang diketahui hanyalah fungsi dasar sistem itu, yaitu
yang menghitung:
Jumlah=
N
i
iMasukan1
Gambar 1.1 Model sistem digital yang menghitung jumlah urutan
masukan
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
4/65
3
Pada tingkat register, seperti yang terlihat pada Gambar 1.1b, tampak bahwa sistem itu terdiri
atas suatu register penyimpan, A, dan suatu rangkaian penjumlah yang keduanya dinyatakan
sebagai suatu segi empat dengan label yang bersesuaian. Jumlah itu dihitung dengan
pertama-tama mengosongkan register A dengan menggunakan sinyal kendali Clear
(bebaskan), dan kemudian menambah masing-masing bilangan masukan itu, Masukan, ke isi
register A, yang menggantikan isi register A dengan hasil penjumlahan yang baru, dengan
menggunakan sinyal kendali Store (simpan). Dengan demikian jumlah bilangan biner yang
dimasukkan dihitung menurut pemindahan isi register sebagai berikut:
Clear: A0
Store: AA+Masukan
Pada tingkat yang lebih rendah, perilaku suatu sistem digital ditetapkan sebagai suatu
himpunan persamaan logika dari aljabar sakelar yang dapat dinyatakan dalam perangkat
keras dengan rangkaian logika. Satuan logika yang terkecil dalam perangkat keras logika
disebut gerbang. Gerbang merupakan unsur pengalih yang mengimplementasikan operator
dasar aljabar sakelar. Persamaan logika dinyatakan dalam perangkat keras dengan
menyambungkan gerbang-gerbang itu dalam bentuk rangkaian logika kombinasi, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1.2. Ditunjukkan pada gambar itu bahwa rangkaian itu
mempunyai enam gerbang. Masukan dalam gambar itu diberi tanda x1,x2,x3,x4, danx5, dan
keluarannya adalah f(x1,x2,x3,x4,x5) yang merupakan hasil operasi nilai-nilai yang ada pada
saat masukan itu diberikan. Jadi, suatu ciri khas rangkaian logika kombinasi adalah ketiadaan
simpanan(memory) sinyal masukan sebelumnya. Analisis dan perancangan rangkaian logika
kombinasi ini merupakan bagian yang akan banyak ditinjau dalam buku ini.
Gambar 1.2 Rangkaian logika kombinasi dengan enam gerbang
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
5/65
4
Semua komputer digital mempunyai peralatan penyimpan yang disebut register yang
bertugas menyimpan informasi sementara. Register itu dan beberapa bagian satuan kendali
disebut sebagai rangkaian logika urutan (sequential logic) seperti yang dimodelkan pada
Gambar 1.3. Tidak seperti halnya dengan rangkaian logika kombinasi, keluaran suatu
rangkaian logika urutan tidak hanya merupakan fungsi nilai masukan saat itu, tetapi juga
bergantung kepada masukan sebelumnya, seperti yang ditunjukkan oleh informasi yang
tersimpan dalam register. Analisis dan perancangan rangkaian logika urutan merupakan
pokok bahasan kedua setelah rangkaian logika kombinasi.
Rangkaian logika kombinasi dan urutan sepenuhnya mendefinisikan perilaku logika
suatu sistem digital. Selanjutnya gerbang-gerbang logika itu harus dibentuk dengan
merangkai berbagai komponen semikonduktor dan komponen-komponen lainnya. Teknologi
yang digunakan untuk membuat gerbang logika dan unsur-unsur logika yang lain telah
berkembang dari peralatan elektro-mekanis (sakelar) ke rele (relay) ke tabung elektron ke
transistor (semikonduktor) ke rangkaian terpadu (IC integrated circuit). Gambar 1.4
menunjukkan beberapa macam unsur tersebut. Komputer modern dan berbagai peralatan
elektronik digital lainnya biasanya terdiri atas rangkaian terpadu yang membentuk register
dan rangkaian kendali yang diperlukan untuk menjalankan perintah-perintah komputer
(program) atau menjalankan fungsi-fungsi khusus.
Gambar 1.3 Rangkaian logika urutan
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
6/65
5
Daftar 1.2 Perkembangan Teknologi Elektronika Digital
Teknologi Jenis peralatan
Logika resistor-transistor(RTLresistor-transistor logic)
Sambungan bipolar(bipolar junction)
Logika diode-transistor
(DTLdiode-transistor logic)Sambungan bipolar
Logika transistor-transistor
(TTLtransistor-transistor logic)Sambungan bipolar
Logika gandengan-emiter
(ECLemitter-coupled logic)Sambungan bipolar
Semikonduktor oksida metal positif
(pMOSpositive metal oxide semiconductor)MOSFET
Semikonduktor oksida metal negatif
(nMOSnegative metal oxide semiconductor)MOSFET
Semikonduktor oksida metal komplementer
(CMOScomplementary metal oxide semiconductor) MOSFET
Galium-Warangan (GaAsGallium Arsenide) MOSFET
Daftar 1.3 Karakteristik Teknologi Elektronik Digital
TeknologiPenggunaan
DayaKecepatan Kemasan
Gambar 1.4 Perkembangan teknologi unsur rangkaian logika digital
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
7/65
6
RTL Besar Rendah Sendiri (terpisah)
DTL Besar Rendah Sendiri, SSI
TTL Sedang Sedang SSI, MSI
ECL Besar Tinggi SSI. MSI. LSI
pMOS Sedang Rendah MSI, LSI
nMOS Sedang Sedang MSI, LSI, VLSI
CMOS Kecil Sedang SSI, MSI, LSI, VLSI
GaAs Besar Tinggi SSI, MSI, LSI
1.1 Rangkaian Kombinasi
Suatu rangkaian kombinasi terdiri atas gerbang-gerbang logika yang akan
menghasilkan keluaran sebagai hasil tanggapan adanya dua atau lebih variabel masukan.
Keluarannya bergantung kepada kombinasi gerbang-gerbang yang digunakan dan masukan
saat itu tanpa memperhitungkan masukan sebelumnya. Rangkaian logika kombinasi tersebut
melakukan pengolahan informasi tertentu yang sepenuhnya ditentukan secara logika oleh
suatu himpunan fungsi Boole.
Rangkaianurutanmempunyai penyimpan(memory) dan mungkin mempunyai jalur
umpan-balik di samping rangkaian gerbang. Jalur umpan-balik(feedback loop) adalah jalur
sinyal dalam rangkaian yang memungkinkan keluaran suatu gerbang dikembalikan ke
masukan gerbang yang sama. Keluaran rangkaian urutan bergantung kepada masukan pada
saat itu dan keadaan sebelumnya yang tersimpan dalam penyimpannya. Perilaku rangkaian
urutan tersebut bergantung kepada urutan masukannya menurut waktu dan keadaan dalam
rangkaian itu sendiri. Rangkaian logika urutan tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam Bab
Sepuluh.
Rangkaian kombinasi terdiri atas variabel-variabel masukan, gerbang-gerbang logika,
dan variabel-variabel keluaran tetapi tidak mempunyai jalur umpan-balik. Gerbang logika
dalam rangkaian kombinasi menerima sinyal dari masukannya dan menghasilkan sinyal
untuk keluarannya. Proses tersebut mengubah informasi biner dari data masukan yang
diketahui menjadi data keluaran yang diperlukan. Jelas dalam hal ini bahwa data masukan
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
8/65
7
dan data keluaran itu harus diwakili oleh sinyal-sinyal biner dengan dua kemungkinan nilai;
yang satu mewakili logika-1 dan yang lain logika-0.
Rangkaian
Logika
Kombinasi
mvariabel
keluaran
nvariabel
masukan
Gambar 1.5 Diagram blok rangkaian kombinasi
Untuk setiap n variabel masukan, terdapat 2n kombinasi nilai masukan biner yang
dapat terjadi. Untuk setiap kombinasi masukan itu terdapat satu dan hanya satu keluaran.
Suatu rangkaian kombinasi dapat diuraikan oleh m fungsi Boole, satu untuk setiap variabel
keluaran. Setiap fungsi keluaran itu dinyatakan dalam nvariabel masukan tersebut. Gambar
1.5 menunjukkan diagram blok rangkaian kombinasi.
Setiap variabel masukan ke suatu rangkaian kombinasi dapat mempunyai satu atau
dua kawat. Bila hanya tersedia satu kawat, kawat itu mewakili variabel tersebut dalam bentuk
normalnya atau dalam bentuk komplemennya. Karena suatu variabel dalam pernyataan Boole
itu dapat muncul dalam bentuk normal dan/atau komplemennya, perlu disediakan sebuahpembalik (inverter) untuk setiap literal yang tidak tersedia pada kawat masukannya. Suatu
variabel masukan juga dapat tersedia dalam dua kawat, yang mencatu baik dalam bentuk
normal maupun komplemennya. Jika demikian halnya, tidak diperlukan pembalik untuk
masukan tersebut.
1.1.1 Prosedur Analisis
Analisis rangkaian logika bermula dari suatu diagram logika yang diketahui dan
berakhir dengan suatu himpunan fungsi Boole, daftar kebenaran, atau suatu uraian pernyataan
operasi rangkaian tersebut. Jika diagram logika yang harus dianalisis itu telah disertai dengan
nama fungsi atau dengan keterangan mengenai apa yang diharapkan, maka persoalan analisis
itu merupakan pemeriksaan kebenaran fungsi yang disebutkan itu. Analisis itu dapat
dilakukan secara manual atau dengan menggunakan program simulasi komputer.
Langkah pertama dalam analisis itu adalah menjamin bahwa rangkaian yang diberikan
itu adalah rangkaian kombinasi dan bukan rangkaian urutan. Diagram rangkaian kombinasi
merupakan rangkaian dengan gerbang-gerbang logika tanpa jalur umpan-balik atau unsur-
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
9/65
8
unsur penyimpan. Jalur umpan-balik adalah hubungan dari keluaran suatu gerbang ke
masukan gerbang kedua yang merupakan bagian masukan ke gerbang yang pertama tadi.
Jalur umpan-balik dan unsur-unsur penyimpan dalam suatu rangkaian digital merupakan
bagian dari suatu rangkaian urutan dan harus dianalisis.
Setelah diagram logika itu telah dipastikan sebagai suatu rangkaian kombinasi, dapat
dilanjutkan dengan mencari fungsi Boole keluarannya dan/atau daftar kebenarannya. Jika
rangkaian itu telah disertai dengan uraian kerjanya, maka fungsi-fungsi Boole atau daftar
kebenaran itu cukup untuk memastikannya. Jika fungsi rangkaian itu masih harus diselidiki,
diperlukan pengartian kerja rangkaian itu dari daftar kebenaran yang diturunkan.
Keberhasilan penyelidikan itu akan lebih terjamin jika si penganalisis telah mengenal dan
berpengalaman dengan berbagai jenis rangkaian logika digital. Kemampuan untuk
menghubungkan suatu daftar kebenaran dengan informasi tugas kerja rangkaian itu
merupakan seni yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman.
Untuk mendapatkan fungsi-fungsi keluaran Boole suatu diagram logika, diperlukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menandai semua keluaran gerbang dengan nama sebarang yang merupakan variabel-variabel masukannya. Fungsi Boole untuk setiap keluaran gerbang itu kemudianditentukan.
2. Menandai dengan nama sebarang yang lain bagi gerbang-gerbang yang merupakanfungsi variabel-variabel masukan dan/atau gerbang-gerbang sebelumnya yang telah
dinamai itu. Fungsi Boole untuk gerbang-gerbang tersebut selanjutnya dapat
ditetapkan.
3. Proses dalam Langkah 2 itu diulangi sehingga semua keluaran rangkaian itu telahdidapatkan seluruhnya.
4. Dengan penggantian fungsi-fungsi yang telah didefinisikan sebelumnya, ditentukanfungsi Boole keluaran akhir untuk rangkaian itu dalam variabel-variabel masukannya
saja.
1.1.2 Tata Kerja Rangkaian Logika dengan Masukan Gelombang Pulsa
Tata kerja gerbang akan selalu sama tanpa mempedulikan apakah masukan yang
diberikan itu berupa tegangan dengan nilai konstan atau berupa pulsa menurut fungsi waktu,
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
10/65
9
seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 4.6. Sifat masukan itu, baik berupa sinyal
konstan atau sinyal pulsa menurut waktu, tidak akan mempengaruhi persamaan Boolenya
atau daftar kebenaran rangkaian itu. Diagram waktu digunakan dalam simulasi rangkaian
logika digital dan setelah rangkaiannya dirakit dapat diperoleh melalui tampilan osiloskop.
1.1.3 Prosedur Perencanaan Rangkaian Kombinasi
Perencanaan rangkaian kombinasi berawal dari uraian garis besar yang dinyatakan
dengan kata-kata untuk suatu masalah dan berakhir dengan suatu diagram logika atau suatu
himpunan fungsi Boole yang dapat diimplementasikan menjadi suatu rangkaian logika.
Prosedur itu meliputi langkah-langkah berikut:
1. Menyatakan masalah yang direncanakan dalam kata-kata.2. Menetapkan banyaknya variabel masukan yang tersedia dan variabel keluaran yang
diperlukan sesuai dengan masalah yang direncanakan itu.
3. Memberikan lambang-lambang huruf untuk setiap variabel masukan dan keluaran itu.4. Menyusun daftar kebenaran yang mendefinisikan hubungan antara masukan dan
keluaran tersebut.
5. Membentuk pernyataan Boole yang paling sederhana untuk masing-masingkeluarannya.
6. Menetapkan diagram logika yang direncanakan.7. Menganalisis rangkaian yang telah dibuat untuk memeriksa kebenaran rancangan.
Daftar kebenaran untuk suatu rangkaian kombinasi terdiri atas kolom-kolom masukan
dan keluaran. Nilai-nilai logika-1 dan logika-0 pada kolom-kolom masukan memberikan 2n
kombinasi biner yang tersedia untuk nvariabel masukan. Nilai-nilai biner untuk keluarannya
didapatkan dari hasil pengamatan pernyataan persoalannya. Suatu keluaran dapat sama
dengan logika-0 atau logika-1 untuk setiap kombinasi masukan yang berlaku. Tetapi dapat
terjadi adanya beberapa kombinasi masukan yang tidak pernah muncul. Kombinasi-
kombinasi tersebut dikenal sebagai keadaan tak-acuh.
Fungsi-fungsi keluaran yang ditetapkan dalam daftar kebenaran itu memberikan
definisi yang pasti bagi rangkaian kombinasi tersebut. Dalam hal ini perlu diperhatikan
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
11/65
10
bahwa uraian persoalan dengan kata-kata itu harus diartikan dengan tepat dan benar ke dalam
daftar kebenarannya. Kadang-kadang seorang perancang harus menggunakan perasaan dan
pengalamannya untuk mendapatkan arti yang tepat dan benar tersebut. Pernyataan persoalan
itu jarang lengkap dan pasti. Setiap pengartian yang salah yang menghasilkan daftar
kebenaran yang tidak tepat akan menghasilkan suatu rangkaian kombinasi yang tidak
memenuhi persyaratan yang telah diuraikan sebelumnya.
Metode perencanaan dalam praktiknya harus juga mempertimbangkan kendala-
kendala seperti:
1. Gerbang yang dipergunakan harus sesedikit mungkin.2. Banyaknya masukan ke suatu gerbang harus minimum.3. Waktu yang diperlukan suatu sinyal untuk menjalar sepanjang rangkaian harus
sesingkat mungkin.
4. Interkoneksi sesedikit mungkin.5. Batasan kemampuan penggerak (driving capabilities) untuk masing-masing gerbang
harus diperhitungkan.
Karena tidak semua kriteria di atas dapat dipenuhi sekaligus dan karena masing-
masing kendala itu ditentukan oleh penggunaan tertentu, sukar diperoleh suatu aturan umum
mengenai apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan fungsi Boole sederhana yang paling
tepat. Pada umumnya penyederhanaan itu bermula dengan memenuhi tujuan dasarnya, yaitu
menghasilkan fungsi Boole sederhana dalam bentuk baku dan dari situ dilanjutkan agar
memenuhi kriteria kerjanya yang lain.
Dalam praktik seorang perancang cenderung untuk berawal dari fungsi Boole dan
menuju ke suatu daftar perkawatan yang menunjukkan interkoneksi antara berbagai gerbang
logika baku.
1.1.4 Rangkaian Penjumlah
Komputer digital menggunakan rangkaian logika yang disebut penjumlah (adder)
untuk mendapatkan jumlah bilangan biner. Aturan aritmatika untuk penjumlahan bilangan
biner bulat positif telah diberikan pada Pasal 2.4 dan dapat dituliskan kembali sebagaiberikut:
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
12/65
11
0 ditambah 0 sama dengan 0
0 ditambah 1 sama dengan 1
1 ditambah 0 sama dengan 1
1 ditambah 1 sama dengan 0 dengan bawaan 1
Tiga operasi yang pertama menghasilkan jumlah yang besarnya satu angka, tetapi bila
bit penambah dan yang ditambahkan sama dengan 1, jumlah biner itu terdiri atas dua angka.
Bit dengan derajat yang lebih tinggi pada hasil penjumlahan itu disebut bawaan. Bila
bilangan penjumlah dan yang dijumlahkan terdiri atas beberapa angka, bawaan yang
diperoleh dari hasil penjumlah suatu pasangan angka ditambahkan ke pasangan angka
berikutnya dengan orde yang lebih tinggi.
Rangkaian logika kombinasi yang melakukan operasi penjumlahan dua bit disebut
setengah-penjumlah (half-adder). Rangkaian yang melakukan penjumlahan tiga bit (dua bit
dan bawaan sebelumnya) adalah penjumlah-penuh (full adder). Nama setengah-penjumlah
itu berdasarkan kenyataan bahwa dua buah setengah-penjumlah dapat digunakan untuk
mengimplementasikan penjumlah-penuh
Operasi rangkaian logika setengah-penjumlah dapat diuraikan menurut definisi
berikut: Jika penambah dan yang ditambah keduanya sama dengan nol, jumlahnya adalah
sama dengan nol. Jika penambah sama dengan nol dan yang ditambah sama dengan satu atau
jika yang ditambah sama dengan nol dan penambahnya sama dengan satu, maka jumlahnya
sama dengan satu. Jika penambah dan yang ditambah keduanya sama dengan satu jumlahnya
sama dengan nol dan bawaannya sama dengan satu.
Untuk memperjelas definisi di atas diberikan lambang-lambang x dan y untuk
penambah dan yang ditambahkan, S(sum, yang artinya jumlah) untuk jumlah serta C(carry,
yang artinya bawaan) untuk bawaannya. Rangkaian itu memerlukan dua masukan, x dan y,
dan dua keluaran, Sdan C. Setelah banyaknya dan nama variabel masukan dan keluarannya
itu ditetapkan, disiapkan daftar kebenaran yang memberikan fungsi setengah-penjumlah itu
secara pasti. Daftar kebenaran itu diberikan pada Daftar 1.4 berikut.
Daftar 1.4 Daftar kebenaran setengah-penjumlah
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
13/65
12
x y C S
0 0 0 0
0 1 0 1
1 0 0 1
1 1 1 0
(a) (b)
x
yC
S
x
x'
y'
y
S
x
x
y
y
x
yC
Gambar 1.1 Implementasi setengah-penjumlah
Keluaran Smewakili bit yang paling kurang berarti (least significant bitLSB) pada
hasil penjumlahan itu. Keluaran bawaan itu adalah 0 kecuali jika kedua masukannya samadengan 1.
Fungsi Boole sederhana untuk kedua keluaran itu dapat langsung diperoleh dari daftar
kebenaran tersebut. Pernyataan-pernyataan Boole itu adalah
S=x'y+xy'
C=xy
Diagram logika untuk implementasi setengah-penjumlah itu ditunjukkan pada
Gambar 1.6a, yang merupakan jumlah hasil kali. Gambar 1.6b menunjukkan implementasi
dalam bentuk hasil kali jumlah
S= (x+y) ( )x y
C=xy
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
14/65
13
Untuk implementasi pada Gambar 1.7a dan Gambar 1.7d tampak bahwa S adalah
fungsixy(adalah lambang untuk operasi XOR). Komplemen Sadalah
S' =x'y' +xy
dan
C=xy
sehingga
S= (x'y' + C)'
(a) S= (C+x'y')' C =xy
S
x
x
y
y
C
S
x
x'
y
y'
C
(b) S= (x+y)(x+y) C =x + y
(a) S= (x+y)C' C =xy
x
yS
C
(d) S=xy C =xy
C
x
x
y
y S
Gambar 1.2 Beberapa implementasi setengah-penjumlah yang lain
Setengah-penjumlah tersebut terbatas kemampuannya, yaitu hanya dapat
menjumlahkan dua bit tunggal. Meskipun dapat menghasilkan bawaan untuk pasangan
penjumlahan berikutnya, rangkaian tersebut tidak dapat menerima bawaan dari pasangan bit
dengan kedudukan yang lebih rendah.
Penjumlah-penuh adalah rangkaian kombinasi yang membentuk jumlah tiga bit
masukan. Rangkaian itu terdiri atas tiga masukan dengan dua keluaran. Dua variabel
masukan, yang dinamakanxdany, mewakili dua bit yang dijumlahkan dan masukan ketiga,
z, mewakili bawaan dari kedudukan dengan orde di bawahnya. Diperlukan dua keluaran
karena jumlah hitung tiga bit mempunyai setara desimal yang berkisar dari nol sampai
dengan tiga, dan dua atau tiga dalam bilangan biner memerlukan dua angka. Kedua keluaranitu adalah Suntuk jumlahnya dan Cuntuk bawaannya, seperti halnya dengan pada setengah-
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
15/65
14
penjumlah. Daftar kebenaran untuk rangkaian penjumlah-penuh itu diberikan pada Daftar
1.5.
Delapan baris di bawah variabel-variabel masukan itu menunjukkan semua
kemungkinan kombinasi 1 dan 0 yang dapat dimiliki oleh ketiga variabel masukan tersebut.
Bit 1 dan 0 untuk variabel keluaran tersebut ditentukan dari jumlah hitung bit-bit
masukannya. Keluaran S sama dengan 1 bila hanya satu masukan sama dengan 1 atau bila
ketiga masukannya sama dengan 1. Keluaran C mempunyai bawaan 1 jika dua atau tiga
masukannya sama dengan 1.
Daftar 1.5 Daftar kebenaran untuk penjumlah-penuh
x y z C S
0 0 0 0 0
0 0 1 0 1
0 1 0 0 1
0 1 1 1 0
1 0 0 0 1
1 0 1 1 0
1 1 0 1 0
1 1 1 1 1
S = x'y'z + x'yz'+ xy'z +xyz C = xy + xz + yz
xyz
00 01
0
1
11 10
1 1
1 1
xyz
00 01
0
1
11 10
11 1
1
Gambar 1.3 Peta Karnaugh untuk penjumlah-penuh
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
16/65
15
Bit-bit masukan dan keluaran suatu rangkaian kombinasi mempunyai berbagai arti
pada setiap tingkat persoalan. Secara fisik sinyal pada kawat-kawat masukan itu dipandang
sebagai bit-bit yang dijumlahkan menurut aritmatika untuk membentuk jumlah dalam dua bit
pada kawat keluarannya. Nilai-nilai biner yang sama itu juga dipandang sebagai variabel-
variabel fungsi Boole jika dinyatakan dalam daftar kebenaran atau jika rangkaian itu
diimplementasikan dengan gerbang-gerbang logika.
S = x'y'z + x'yz'+ xy'z +xyz C = xy + xz + yz
x'y'
S
z
x'yz'
xy'z'
xyz
x
y
x
z
y
y
C
Gambar 1.4 Implementasi penjumlah-penuh dalam jumlah hasil kali
Hubungan logika antara masukan dan keluaran pada rangkaian penjumlah-penuh itu
dapat dinyatakan dalam dua fungsi Boole; satu untuk setiap variabel keluarannya. Masing-
masing fungsi Boole keluaran itu memerlukan sebuah peta Karnaugh dalam
penyederhanaannya. Masing-masing peta itu harus mempunyai delapan segi empat karena
setiap keluaran itu merupakan fungsi dengan tiga variabel masukan. Peta pada Gambar 1.8
digunakan untuk menyederhanakan dua fungsi keluaran tersebut. Angka 1 dalam segi empat-
segi empat pada peta Sdan Cditentukan langsung dari daftar kebenarannya. Segi empat-segi
empat dengan 1 untuk keluaran Stidak dapat digabungkan. Keluaran Cdapat disederhanakan
menjadi suatu pernyataan dengan enam literal.
Diagram logika untuk penjumlah-penuh itu dapat diimplementasikan dalam jumlah
hasil kali seperti dalam Gambar 1.9. Implementasi itu mengikuti pernyataan Boole berikut:
S=x'y'z+x'yz' +xy'z' +xyz
C=xy+xz+yz
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
17/65
16
x
y
z
S
C
Gambar 1.5 Implementasi penjumlah-penuh dengan dua setengah-penjumlah dan
sebuah gerbang OR
Implementasi hasil kali jumlah, sebagai kembaran, memerlukan banyaknya gerbang
yang sama seperti untuk Gambar 1.9 dengan banyaknya gerbang AND dan OR saling
dipertukarkan. Suatu penjumlah-penuh juga dapat diimplementasikan dengan dua setengah-
penjumlah dan sebuah gerbang OR seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.10. Keluaran S
dari setengah-penjumlah kedua itu merupakan hasil operasi XOR antara zdengan keluaran
setengah-penjumlah pertama yang memberikan
S=z(xy)
=z'(xy' +x'y) +z(xy' +x'y)'
=z'(xy' +x'y) +z(xy+x'y')
=xy'z' +x'yz' +xyz+x'y'z
dan keluaran bawaannya adalah
C=z(xy' +x'y) +xy
=xy'z+x'yz+xy
1.1.5 Rangkaian Pengurang
Pengurangan dua bilangan biner dapat dilakukan dengan mengambil komplemen
bilangan pengurang dan menambahkannya ke bilangan yang dikurangkan. Dengan cara itu,
operasi pengurangan berubah menjadi operasi penjumlahan yang memerlukan penjumlah-
penuh dalam implementasinya. Sebenarnya masih dimungkinkan untuk
mengimplementasikan pengurangan itu secara langsung seperti yang dilakukan bila
menggunakan pena dan kertas. Dengan cara itu masing-masing bit bilangan pengurang itu
dikurangkan dari bit yang bersesuaian pada bilangan yang dikurangkan untuk mendapatkan
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
18/65
17
bit selisihnya. Jika bit yang dikurangkan itu lebih kecil dari pada pengurangnya, diperlukan
pinjaman 1 dari bit dengan kedudukan yang lebih tinggi. Pinjaman 1 dari bit dengan tingkat
yang lebih tinggi itu diperoleh dengan cara memberikan suatu sinyal biner (keluaran) yang
keluar dari tingkat yang ditinjau untuk diberikan ke (masukan) tingkat yang lebih tinggi.
Seperti halnya dengan rangkaian penjumlah, dalam hal ini dikenal juga setengah-pengurang
dan pengurang-penuh.
Setengah-pengurang adalah suatu rangkaian kombinasi yang melakukan operasi
pengurangan dua bit dan menghasilkan selisih kedua bit tersebut. Rangkaian itu juga
mempunyai keluaran yang menunjukkan adanya 1 yang dipinjam. Bit yang dikurangkan
ditunjukkan olehxdan bit pengurangnya diberikan sebagaiy. Untuk melakukan operasixy,
perlu diperiksa besar relatifxdanyitu. Jikaxy, akan terdapat tiga kemungkinan:
0 dikurang 0 sama dengan 0
1 dikurang 0 sama dengan 1
1 dikurang 1 sama dengan 0
0 dikurang 1 sama dengan 1 dengan pinjaman 1
hasilnya disebut sebagai bit selisih. Jika yang dikurang lebih kecil dari pengurangnya, 0
dikurang 1 pada operasi keempat di atas, diperlukan pinjaman 1 dari tingkat berikutnya yang
lebih tinggi. Bit 1 yang dipinjam dari tingkat yang lebih tinggi itu menjadikan bit yang
dikurangkan tersebut ditambah 2, seperti halnya dengan meminjam 10 dalam sistem desimal
untuk ditambahkan ke angka yang dikurangkan. Dengan bit yang dikurangkan bernilai 2 itu,
selisihnya adalah 2 1 = 1. Rangkaian setengah-pengurang itu mempunyai dua keluaran.
Salah satu keluaran itu menghasilkan selisih dan diberi lambang D(differenceyang artinya
selisih). Keluaran yang lain, yang diberi lambang B(borrowartinya pinjam), menghasilkan
sinyal biner yang memberitahu tahap berikutnya bahwa suatu 1 telah dipinjam. Daftar
kebenaran hubungan masukan-keluaran suatu setengah-pengurang diberikan pada Daftar 6.4.
Keluaran pinjamanBitu sama dengan 0 selamaxy. NilaiBsama dengan 1 untukx
= 0 dany= 1. KeluaranDadalah hasil operasi aritmatika 2B+xy.
Daftar 1.6 Daftar kebenaran setengah-pengurang
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
19/65
18
x y B D
0 0 0 0
0 1 1 1
1 0 0 1
1 1 0 0
Fungsi Boole untuk kedua keluaran setengah-pengurang itu dapat diturunkan
langsung dari daftar kebenarannya, dan hasilnya adalah sebagai berikut:
D= xy xy
B= xy
Yang menarik untuk diperhatikan di sini adalah logika untuk D tepat sama seperti logika
keluaran Spada setengah-penjumlah.
Pengurang-penuhadalah suatu rangkaian kombinasi yang melakukan suatu operasi
pengurangan dua bit, dengan memperhitungkan bahwa 1 telah dipinjam oleh tingkat yang
lebih rendah. Rangkaian pengurang-penuh itu mempunyai tiga masukan dan dua keluaran.
Ketiga masukan itu adalah x,ydanz, yang berturut-turut menyatakan bit yang dikurangkan,
bit pengurang, dan pinjaman sebelumnya. Keluarannya,DdanBberturut-turut mewakili bit
selisih dan bit pinjaman keluar. Daftar kebenaran untuk rangkaian pengurang-penuh itu
diberikan pada Daftar 1.7.
Daftar 1.7 Daftar kebenaran pengurang penuh
x y z B D
0 0 0 0 0
0 0 1 1 1
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
20/65
19
0 1 0 1 1
0 1 1 1 0
1 0 0 0 1
1 0 1 0 0
1 1 0 0 0
1 1 1 1 1
Delapan baris di bawah variabel masukan memberikan semua kemungkinan 1 dan 0
yang dihasilkan oleh ketiga variabel masukan tersebut. Nilai-nilai 1 dan 0 pada variabel
keluaran ditentukan dari hasil penguranganxyz. Kombinasi yang mempunyai pinjamanz
= 0 memberikan keempat keadaan tepat sama seperti dalam setengah-pengurang. Untuk x=
0,y= 0, danz= 1, berarti diperlukan pinjaman 1 dari tingkat berikutnya, yang membuat B=
1 dan menambah 2 ke x. Karena 201 = 1, D= 1. Untuk x= 0 dan yz= 11, diperlukan
pinjaman lagi yang membuatB= 1 danx= 2. Karena 211 = 0, makaD= 0. Untukx= 1
dan yz= 01, xyz= 0, sehingga B= 0 dan D= 0. Akhirnya , untuk x= 1, y= 1, z= 1,
diperlukan pinjaman 1, sehinggaB= 1 danx= 3, jadi 311 = 1, yang membuatD= 1.
D = x'y'z + x'yz'+ xy'z'+xyz B = x'y + x'z + yz
xyz
00 01
0
1
11 10
1 1
1 1
xyz
00 01
0
1
11 10
11
1
1
Gambar 2.6 Peta Karnaugh untuk pengurang-penuh
Penyederhanaan fungsi Boole untuk kedua keluaran pengurang-penuh itu diturunkan
dari peta Karnaugh pada Gambar 2.11. Fungsi keluaran yang telah disederhanakan dalam
jumlah hasil kali adalah
D=x'y'z +x'yz' +xy'z' +xyz
B = x'y+x'z+yz
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
21/65
20
Kembali di sini tampak bahwa fungsi logika untuk keluaran Ddalam pengurang-penuh itu
tepat sama seperti keluaran S dalam penjumlah-penuh. Demikian pula keluaran B serupa
dengan keluaran C dalam penjumlah-penuh, hanya variabel masukan x dikomplemenkan.
Karena keserupaannya itu, dimungkinkan untuk mengubah suatu penjumlah-penuh menjadi
pengurang-penuh hanya dengan mengkomplemenkan masukan x sebelum diberikan ke
gerbang-gerbang yang membentuk keluaran bawaan.
1.1.6 Pengubah Sandi
Ketersediaan berbagai macam sandi untuk unsur-unsur informasi diskrit yang sama
menyebabkan penggunaan sandi yang berbeda untuk suatu sistem digital yang berlainan. Juga
kadang-kadang diperlukan untuk menggunakan keluaran dari suatu sistem sebagai masukan
ke sistem yang lain. Untuk itu dibutuhkan rangkaian pengubah di antara kedua sistem
tersebut jika masing-masing sistem itu menggunakan sandi yang berbeda untuk suatu
informasi yang sama. Suatu pengubah sandi adalah rangkaian yang memungkinkan dua
sistem untuk digabungkan meskipun keduanya menggunakan sandi biner yang berbeda.
Untuk merancang suatu sistem yang mengubah sandi biner A ke sandi biner B,
masukan sistem itu harus menerima kombinasi bit unsur-unsur yang ditentukan oleh sandi A
dan keluarannya menghasilkan kombinasi bit yang bersesuaian dalam sandi B. Suaturangkaian kombinasi dapat melakukan transformasi tersebut dengan pertolongan gerbang-
gerbang logika. Prosedur perencanaan pengubah sandi itu akan dilukiskan dengan merancang
suatu sistem pengubah dari BCD menjadi XS-3.
Daftar 1.8 Daftar kebenaran untuk pengubahan sandi BCD menjadi XS-3
Masukan Keluaran
Desimal BCD XS-3
A B C D w x y z
0 0 0 0 0 0 0 1 1
1 0 0 0 1 0 1 0 0
2 0 0 1 0 0 1 0 1
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
22/65
21
3 0 0 1 1 0 1 1 0
4 0 1 0 0 0 1 1 1
5 0 1 0 1 1 0 0 0
6 0 1 1 0 1 0 0 1
7 0 1 1 1 1 0 1 0
8 1 0 0 0 1 0 1 1
9 1 0 0 1 1 1 0 0
Bilangan desimal 24.5 dalam BCD berupa 0010 0100.0101 dan dalam XS-3 berupa
0101 0111.1000. Karena kedua sandi itu menggunakan empat bit untuk mewakili suatu angka
desimal, harus tersedia empat variabel masukan dan empat variabel keluaran. Empat variabel
masukan itu diberi namaA,B, CdanD; dan empat variabel biner keluarannya dinamakan w,
x, y dan z. Daftar kebenaran yang menghubungkan variabel masukan dengan variabel
keluaran untuk rangkaian pengubah itu ditunjukkan pada Daftar 1.8. Kombinasi bit untuk
masukan dan keluarannya yang bersesuaian beserta setara desimalnya diberikan langsung
pada daftar tersebut. Telah diketahui bahwa empat variabel biner akan memberikan 16
kombinasi bit, tetapi hanya 10 yang terpakai dalam penyandian tersebut. Enam kombinasi bit
yang tidak terdaftar sebagai variabel masukan merupakan kombinasi tak-acuh. Karena
kombinasi itu tidak pernah ada, dapat dipasang 0 dan 1 (keadaan tak-acuh) untuk variabel
keluarannya asalkan dapat memberikan rangkaian yang lebih sederhana.
Peta Karnaugh pada Gambar 1.12 dilukis untuk mendapatkan fungsi Boole yang
sederhana bagi setiap keluarannya. Masing-masing peta pada Gambar 1.9 itu mewakili salah
satu dari empat keluaran rangkaian tersebut sebagai fungsi dari keempat variabel
masukannya. Angka 1 yang diberikan di suatu segi empat diperoleh dari sukumin yang
membuat keluarannya sama dengan 1. Misalnya pada kolom di bawah keluaran zmempunyai
lima nilai 1; jadi pada peta untuk z itu terdapat lima segi empat dengan angka 1, dengan
masing-masing 1 untuk setiap sukumin yang membuat fungsi z sama dengan 1. Enam
keadaan tak-acuh ditandai de
fungsi-fungsi itu dalam bentuk jumlah hasil kali diberikan di bawah masing-masing petanya.
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
23/65
22
x = BC + BD + BCDw = A + BC + BD
ABCD
00 01
00
01
11 10
11
10
1
11
X
1
X X
XX
1
X
ABCD
00 01
00
01
11 10
11
10
1 1
1
1
X
1
X XX
XX
z = D
ABCD
00 01
00
01
11 10
11
10
1
11
1
X
1
X XX
XX
y = CD + CD
ABCD
00 01
00
01
11 10
11
10
11
1
1
X
1
X XX
XX
Gambar 1.7 Peta Karnaugh untuk pengubah sandi BCD menjadi XS-3
Suatu diagram logika dua tingkat dapat diperoleh langsung dari pernyataan Boole
yang diturunkan dengan metode peta itu. Sebenarnya banyak sekali kemungkinan diagram
logika lain yang mengimplementasikan rangkaian tersebut. Pernyataan yang diperoleh pada
Gambar 1.12 dapat dimanipulasikan secara aljabar untuk memungkinkan pemakaian gerbang
bersama bagi dua keluaran atau lebih. Manipulasi itu menunjukkan keluwesan yang dapat
diperoleh dengan sistem keluaran majemuk bila diimplementasikan dengan dua tingkat
gerbang atau lebih.
w=A+BC+BD=A+B(C+D)
x= B C+ BD+B CD = B (C+D) +B CD
= B (C+D) +B C D
y= CD+ CD = CD+ C D
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
24/65
23
z= D
Diagram logika yang mengimplementasikan pernyataan di atas ditunjukkan pada
Gambar 1.13. Tampak dalam gambar itu bahwa gerbang OR yang keluarannya sama dengan
(C+D) dapat digunakan untuk mengimplementasikan tiga keluaran.
x
D
C
B
A
y
z
w
Gambar 1.8 Diagram logika untuk pengubah BCD menjadi XS-3
Tanpa menghitung pembalik, implementasi dalam jumlah hasil kali akan memerlukan
tujuh gerbang AND dan empat gerbang OR. Implementasi pada Gambar 1.13 hanya
memerlukan empat gerbang AND, empat gerbang OR dan sebuah pembalik jika tersedia
masukan-masukan komplemen. Jika variabel-variabel itu hanya tersedia dalam bentuk
normalnya, implementasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.13 hanya memerlukan
pembalik untuk variabel B dan D saja. Setiap implementasi, harus diperiksa kebenarannya
dengan menerapkan prosedur analisis pada rangkaian yang dibuat itu.
1.1.7 Pembanding
Pembanding(comparator) adalah rangkaian kombinasi yang dapat membandingkan
dua bilanganAdanB, dan menentukan besar relatifnya. Hasil pembandingan itu diperagakan
di sini dengan tiga keluaran yang menunjukkan apakah AB, A= B atau AB. Macam-
macam data digital yang dapat dibandingkan antara lain adalah bilangan biner, bilangan
desimal yang diwakili oleh sandi biner atau setiap himpunan informasi diskrit berurut
lainnya. Dengan mengikuti prosedur yang telah diuraikan pada Pasal 1.4, dapat dilakukan
perencanaan suatu rangkaian yang membandingkan besar relatif dua bilangan biner yang
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
25/65
24
masing-masing panjangnya dua bit. Selanjutnya akan dirumuskan rancangan umum untuk
pembanding yang membandingkan setiap data berurut dengan panjang berapa bitpun.
Daftar 1.9 Daftar kebenaran untuk rangkaian pembanding
Masukan Keluaran
AB AB AB
A1 A0 B1 B0 x y z
0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0 1
0 0 1 0 0 0 1
0 0 1 1 0 0 1
0 1 0 0 1 0 0
0 1 0 1 0 1 0
0 1 1 0 0 0 1
0 1 1 1 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0
1 0 0 1 1 0 0
1 0 1 0 0 1 0
1 0 1 1 0 0 1
1 1 0 0 1 0 0
1 1 0 1 1 0 0
1 1 1 0 1 0 0
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
26/65
25
1 1 1 1 0 1 0
Suatu rangkaian yang membandingkan dua bilangan biner Adan B, dengan masing-masing bilangan itu panjangnya dua bit, harus mempunyai dua masukan untuk setiap
bilangan itu. Empat variabel masukan itu diberi nama A1, A0, B1 dan B0. Tikalas 0
menyatakan bit yang paling kurang berarti (LSB). Rangkaian itu mempunyai tiga keluaran,
satu untuk setiap kemungkinanAB,A=BdanAB, yang berturut-turut diberi lambangx,
y dan z. Daftar kebenaran untuk hubungan masukan dan keluaran rangkaian tersebut
diberikan pada Daftar 1.9. Tampak dalam daftar itu hanya satu keluaran sama dengan 1 untuk
setiap kombinasi masukannya. Ada empat kombinasi masukan yang membuat keluaran samadengan,y, sama dengan 1, yaitu untuk A1A0=B1B0. Enam kombinasi masukan memberikan
keluaran lebih besar dari, x, sama dengan 1 jika A1A0B1B0. Sisanya adalah keluaran
kurang dari, z, untuk A1A0B1B0. Tiga peta untuk masing-masing keluaran tersebut dapat
diturunkan dari daftar kebenaran yang diberikan di sini, dan dapat dibuat untuk latihan.
Fungsi-fungsi Boole yang telah disederhanakan yang diperoleh dari peta-peta itu adalah
x=A1B1' +A1A0B0+A0B1B0
y(A1,A0,B1,B0) = (0,5,10,15)
z=B1A1' +B1B0A0' +B0A1A0
Fungsi y tidak dapat disederhanakan dan dinyatakan dalam jumlah sukumin untuk
memudahkan penulisan. Dapat dibuktikan adanya simetri pada peta dan fungsi Boolenya: 1
padayterletak pada segi empat-segi empat yang membentuk diagonal dan fungsi untuk xdan
zitu serupa dengan saling mempertukarkan kedudukanAdanBnya. Diagram logikanya dapat
dengan mudah diturunkan dari masing-masing fungsi Boole yang telah disederhanakan itu
dan tidak diberikan di sini.
Daftar kebenaran untuk rangkaian pembanding yang membandingkan dua bilangan
biner dengan nbit memerlukan 22nbaris dan menjadi tak tertangani meskipun untuk n= 3.
Rangkaian kombinasi dengan masukan lebih besar dari enam sangat sukar untuk dirancang di
atas kertas dan memerlukan komputer untuk menyelesaikannya. Tetapi rangkaian-rangkaian
yang mempunyai sifat simetri tertentu kadang-kadang dapat dirancang dengan prosedur
algoritme jika telah diketahui salah satunya. Suatu algoritme adalah prosedur penentuan
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
27/65
26
suatu himpunan aturan yang memberikan jawaban suatu persoalan. Cara itu akan dilukiskan
di sini dengan menurunkan suatu algoritme untuk perencanaan rangkaian pembanding.
Algoritme yang dipakai di sini adalah penerapan prosedur yang digunakan manusia
dalam membandingkan besar relatif bilangan. Ditinjau dua bilanganAdanBdengan masing-
masing bilangan itu terdiri atas tiga angka. Koefisien bilangan-bilangan itu dituliskan dengan
urutan menurun sebagai berikut
A = A2A1A0
B = B2B1B0
Dua bilangan itu sama jika A2= B2dan A1 = B1dan A0= B0. Bila angka-angka itu
biner, keduanya akan sama jika setiap pasangan bit itu membentuk dua 1 atau dua 0, Hal itu
dapat ditulis secara logika sebagai fungsi Boole berikut:
(A=B) = (A2B2+A2'B2')(A1B1+A1'B1')(A0B0+A0'B0')
dengan (A= B) sebagai variabel biner keluaran yang sama dengan logika-1 jika Amenurut
aritmatika besarnya sama denganB.
Fungsi yang menyatakan kesamaan antara dua masukannya adalah fungsi XNORyang telah diberikan dalam Daftar 1.8. Fungsi XNOR itu dapat diimplementasikan dengan
menggunakan gerbang XNOR yang ditinjau lebih lanjut dalam Bab Tujuh.
Untuk menentukan apakahAlebih besar atau lebih kecil dari B, perlu diperiksa besar
relatif pasangan angka-angka itu dengan diawali dari kedudukannya yang tertinggi. Jika
kedua angka pada kedudukan tertinggi itu sama, angka berikutnya yang dibandingkan.
Pembandingan itu dilakukan terus sampai dijumpai sepasang angka yang tidak sama. Jika
angka yang dimilikiAlebih besar dariB,AB, kalau tidakAB.
Dalam hal bit-bit pembandingan berurut tersebut secara logika dapat dinyatakan
dengan fungsi-fungsi Boole berikut:
(AB) =A2B2' +A1B1'(A2B2+A2'B2') +A0B0'(A2B2+A2'B2')(A1B1+A1'B1')
(AB) =A2'B2+A1'B1(A2B2+A2'B2') +A0'B0(A2B2+A2'B2')(A1B1+A1'B1')
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
28/65
27
dengan (AB) dan (AB) adalah variabel keluaran biner yang sama dengan logika-1 bila
berturut-turut ABdan AB. Dengan kata lain, fungsi Boole yang pertama menyatakan
bahwa keluaran biner (AB) sama dengan logika-1 jika A2= 1 dan B2= 0 atau jikaA1= 1
danB1= 0 (asalkanA2=B2) atau jikaA0= 1 danB0= 0 (asalkanA2=B2dan jugaA1=B1).
A1
A1'
B1'
B1
A2
A2'
B2'
B2
A0
A0'
B0'
B0
(A > B)
(A < B)
(A = B)
Gambar 1.9 Diagram logika pembanding tiga bit
Diagram logika untuk rangkaian pembanding dua bilangan biner tiga bit itu
ditunjukkan pada Gambar 1.14. Implementasi gerbang untuk ketiga keluaran yang diturunkan
di atas tampaknya lebih sederhana karena keluaran tidak sama dengan dapat memakai
sebagian keluaran yang dihasilkan oleh keluaran sama dengan. Prosedur untuk
mendapatkan rangkaian pembanding dengan lebih dari tiga bit sudah jelas dan dapat Anda
lakukan sendiri sebagai latihan. Pembanding bilangan desimal akan menggunakan algoritme
yang sama tetapi dua bilangan empat bit (BCD) itu harus dibandingkan untuk setiap angka
desimalnya.
1.1.8 Dekoder Dan Enkoder
Unsur-unsur diskrit dalam suatu informasi diwakili oleh bilangan biner atau sandi
biner pada suatu sistem digital. Misalnya suatu sandi biner atau bilangan biner dengan nbit
mampu mewakili 2n unsur informasi diskrit. Suatu dekoder (decode artinya mengubah
kembali suatu sandi menjadi bahasa yang dimengerti manusia) adalah suatu rangkaiankombinasi yang mengubah suatu sandi biner dengan nvariabel masukan menjadi m saluran
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
29/65
28
keluaran, satu keluaran untuk setiap kombinasi yang merupakan unsur informasi diskrit.
Suatu enkoder (encoder artinya menyandikan bahasa yang dimengerti manusia menjadi
sandi) adalah suatu rangkaian kombinasi yang menerima m saluran masukan, satu untuk
setiap informasi diskrit, dan menghasilkan suatu sandi biner dengan nsaluran keluaran. Suatu
dekoder adalah suatu susunan gerbang-gerbang AND dengan nmasukan dan 2n(atau kurang)
keluaran. Enkoder mempunyai gerbang-gerbang OR dengan 2n (atau kurang) masukan
dengan nkeluaran. Menurut definisi sandi biner nbit dengan kombinasi tak-acuh mewakili
kurang dari 2nunsur informasi, oleh karena itu dekoder menggunakan keluaran atau masukan
yang sesuai dengan hal tersebut.
D0=x'y'z'
D1=x'y'z
D2=x'yz'
D3=x'yz
D4=xy'z'
D5=xy'z
D6=xyz'
D7=xyz
x
y
z
Gambar 1.10 Dekoder biner ke oktal
Tinjau suatu rangkaian dekoder biner ke oktal seperti yang ditunjukkan pada Gambar
1.15. Tiga masukan (x, y dan z) mewakili suatu bilangan biner dengan tiga bit. Delapan
keluarannya (D0sampaiD7) mewakili angka-angka oktal dari 0 sampai dengan 7. Dekoder itu
terdiri atas sekelompok gerbang-gerbang AND yang menyandikan bilangan-bilangan biner
masukannya. Rangkaian itu mencatu keluaran sebanyak kombinasi bilangan biner yang
mungkin terjadi.
Daftar 1.8 Daftar kebenaran untuk dekoder biner ke oktal
Masukan Keluaran
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
30/65
29
x y z D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1
Dalam hal ini unsur informasinya adalah delapan angka oktal. Sandi untuk informasi diskrit
ini terdiri atas bilangan-bilangan biner yang diwakili oleh tiga bit. Tata kerja dekoder ini
dapat lebih jelas tampak dari hubungan masukan dan keluarannya yang ditunjukkan pada
Daftar 1.8. Tampak bahwa variabel-variabel keluarannya itu hanya dapat mempunyai sebuah
1 untuk setiap kombinasi masukannya. Saluran keluaran yang nilainya sama dengan 1mewakili angka oktal yang setara dengan bilangan biner pada saluran masukannya.
x
y
z
w
D0= w'x'y'z'
D1= w'x'y'z
D2=x'yz'
D3=x'yz
D4=xy'z'
D5=xy'z
D6=xyz'
D7=xyz
D8= wz'
D9= wz
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
31/65
30
Gambar 1.11 Dekoder BCD ke desimal
Dekoder BCD ke desimal ditunjukkan pada Gambar 1.16. Unsur-unsur informasi
dalam hal ini adalah sepuluh angka desimal yang diwakili oleh sandi BCD. Masing-masing
keluarannya sama dengan 1 hanya bila variabel-variabel masukannya membentuk suatu
kombinasi bit yang sesuai dengan angka desimal yang diwakili oleh sandi BCD itu. Daftar
1.9 menunjukkan hubungan masukan dan keluaran dekoder tersebut. Hanya sepuluh
kombinasi masukan pertama yang berlaku untuk penentuan sandi itu, enam berikutnya tidak
digunakan dan, menurut definisi, merupakan keadaan tak-acuh. Jelas keadaan tak-acuh itu
pada perencanaannya digunakan untuk menyederhanakan fungsi keluarannya, kalau tidak
setiap gerbang akan memerlukan empat masukan. Untuk kelengkapan analisis Daftar 1.9
memberikan semua keluaran termasuk enam kombinasi yang tidak terpakai dalam sandi BCD
itu; tetapi jelas keenam kombinasi tersebut tidak mempunyai arti apa-apa dalam rangkaian
itu.
Daftar 1.9 Daftar kebenaran dekoder BCD ke desimal
Masukan Keluaran
w x y z D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
32/65
31
1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
z =D1+D3+D5+D7
D0
x =D4+D5+D6+D7
y =D2+D3+D6+D7
D2
D1
D3
D6
D4
D7
D5
Gambar 1.12 Enkoder oktal ke biner
Gambar 1.17 menunjukkan suatu enkoder oktal ke biner yang atas delapan masukan, satu
untuk masing-masing dari delapan angka itu, dan tiga keluaran yang menghasilkan bilangan
binernya yang sesuai. Enkoder ini merupakan kebalikan dari dekoder biner ke oktal yang
telah dibahas sebelumnya. Rangkaian itu terdiri atas gerbang-gerbang OR. Daftar kebenaran
untuk rangkaian tersebut diberikan pada Daftar 1.10. Diandaikan hanya ada satu saluran
masukan dengan logika-1 untuk setiap kalinya, selain dari itu masukan tersebut tidak
mempunyai arti. Tampak bahwa rangkaian itu mempunyai delapan masukan; yang dapat
memberikan 28kemungkinan kombinasi, tetapi hanya delapan kombinasi yang mempunyai
arti. Kombinasi masukan yang lain sebanyak 288 adalah keadaan tak-acuh
Daftar 1.10 Daftar Kebenaran untuk enkoder oktal ke biner
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
33/65
32
Masukan Keluaran
D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 x y z
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
.
Dekoder dan enkoder itu banyak sekali dipakai dalam sistem digital. Dekoder tersebut
berguna untuk memperagakan unsur-unsur informasi diskrit yang tersimpan dalam register.
Register adalah rangkaian digital yang dibentuk dari beberapa sel penyimpan yang dapat
menyimpan informasi biner yang terdiri atas beberapa bit. Misalnya suatu angka desimal
yang disandikan dalam BCD dan tersimpan dalam register empat sel dapat diperagakan
dengan pertolongan rangkaian dekoder BCD ke desimal dengan keluaran-keluaran keempat
sel biner tersebut diubah sehingga menyalakan 10 lampu penunjuk. Lampu penunjuk itu
dapat berupa angka peraga (display digit), sehingga suatu angka desimal akan menyala bila
keluaran dekoder yang sesuai adalah logika-1. Rangkaian dekoder juga berguna untukmenentukan isi register dalam proses pengambilan keputusan. Pemakaiannya yang lain
adalah untuk membangkitkan sinyal waktu dan sinyal urutan untuk keperluan pengaturan.
16
15
14
13
12
11
10
9
1
2
3
4
5
6
7
8
a
b
c
d
g
e
f
P
g bf a
e Pd c
7447
4 saluran
masukan
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
34/65
33
Gambar 1.13 Dekoder dan penggerak 7447
Rangkaian TTL seri 74 yang diperkenalkan pada tahun 1974 merupakan rangkaian
terpadu (IC) yang banyak dipakai sebagai dekoder, seri 74 terbaru masih sering dikatakan
sebagai rangkaian TTL meskipun sudah tidak menggunakan TTL lagi. Rangkaian TTL 7447
adalah dekoder BCD ke tujuh-segmen, ditunjukkan pada Gambar 1.18.
Rangkaian enkoder berguna untuk membentuk sandi-sandi biner bila tersedia masing-
masing informasi diskrit pada sebuah saluran. Contoh rangkaian enkoder ini dijumpai dalam
komputer yaitu bila rangkaian tersebut menerima masukan dari masing-masing tombol ketik
(key) pada papan-ketik (keyboard) maka rangkaian enkoder itu akan menghasilkan kode
delapan bit yang sesuai untuk huruf pada tombol yang bersesuaian itu diketik.
1.1.9 Multiplekser Dan Demultiplekser
Multiplekseradalah suatu rangkaian yang memilih sinyal. Sejumlah sinyal masukan
diberikan ke multiplekser dan multiplekser ini dengan pertolongan sinyal pengendali memilih
beberapa sinyal yang jumlahnya lebih kecil dari masukannya untuk disalurkan. Pada dasarnya
multiplekser ini bertugas seperti saklar pemilih. Demultiplekser adalah kebalikannya,
rangkaian ini menerima informasi dari beberapa saluran dan membagikannya ke tujuan yang
jumlahnya lebih banyak.
I0
I2
I1
I3
I6
I4
I7
I5
y
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
35/65
34
Gambar 1.14 Multiplekser delapan masukan
Suatu multiplekser digital adalah suatu rangkaian kombinasi yang memilih data dari
2n masukan dan mengarahkannya menuju ke sebuah keluaran tunggal. Pemilihan jalur
pemindahan masukan ke keluaran itu diatur oleh suatu himpunan pemilih masukan. Suatu
multiplekser digital ditunjukkan pada Gambar 1.19. Delapan masukanI0sampaiI7dikenakan
ke delapan gerbang AND yang keluaran-keluarannya menuju ke sebuah gerbang OR. Hanya
satu masukan yang dapat mempunyai jalur ke keluaran pada suatu waktu tertentu. Jalur
pemilih S0, S1dan S2yang menentukan masukan mana yang dipilih untuk mengambil jalur
langsung ke keluarannya. Kedelapan gerbang AND itu menyerupai suatu rangkaian dekoder
dan memang membuka sandi tiga saluran pemilih itu. Fungsi Boole keluaran kedelapan
masukan multiplekser itu jelas menunjukkan bagaimana pemilihan tersebut dilaksanakan.
y= I S S S I S S S I S S S I S S S I S S S0 2 1 0 1 2 1 0 2 2 1 0 3 2 1 0 4 2 1 0
I S S S I S S S I S S S5 2 1 0 6 2 1 0 7 2 1 0
S
A0
B0
y0
A2
A1
y2
y1
B1
B2
Gambar 1.15 Multiplekser 3-bit dengan dua masukan
Gambar 1.20 adalah suatu multiplekser yang memilih satu dari dua masukan data A
dan B, dengan masing-masing masukan itu mempunyai tiga bit A2, A1, A0 dan B2, B1, B0.
Saluran pemilih satu bit menentukan masukan mana, A atau B, yang disalurkan ke
keluarannya. Fungsi-fungsi Boole untuk keluaran itu adalah
y0=A0S' +B0S
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
36/65
35
y1=A1S' +B1S
y2=A2S' +B2S
Secara umum suatu multiplekser k bit dengan m masukan memerlukan n saluran
pemilih (dengan m= 2n) fungsi membuka sandi data masukannya. Terdapat kkeluaran, satu
dengan sebuah gerbang OR, dan mkmasukan, satu dengan sebuah gerbang AND. Rancangan
pembuka sandi itu diulangi sebanyak kkali.
S0
S1
Iy0= I(S1S0)
y2= I(S1S0)
y1= I(S1S0)
y3= I(S1S0)
Gambar 1.16 Demultiplekser empat keluaran
Suatu demultiplekser ditunjukkan pada Gambar 1.21. Sebuah saluran masukan
diberikan ke salah satu dari keempat keluaran identik di bawah pengawasan dua saluran
pemilih. Rangkaian itu terdiri atas empat gerbang AND dengan tiga masukan, masing-masing
menerima masukan data bersama-sama dengan salah satu dari empat kemungkinan kombinasi
variabel pemilih. Variabel masukan tunggal itu mempunyai jalur ke keempat keluaran itu
tetapi informasinya diarahkan ke salah satu keluaran yang ditentukan oleh dua saluran
pemilih tersebut. Suatu demultiplekser dapat berfungsi sebagai rangkaian dekoder jika
saluran masukan tunggal itu dihubungkan secara permanen dengan suatu sinyal yang
bersesuaian dengan logika-1. Peralatan multiplekser dan demultiplekser bila digunakan
bersama-sama berguna dalam suatu sistem di mana diinginkan untuk melipat-gandakan
banyaknya saluran data, mengirimkannya melalui satu saluran dan mengubahnya kembali
menjadi bentuk data aslinya pada ujung penerima untuk diproses.
1.2 Rangkaian Sekuensial
Rangkaian logika kombinasikeluarannya sepenuhnya tergantung kepada masukan
pada saat keluaran itu diamati. Dalam praktik kadang-kadang diinginkan suatu keluaran
rangkaian yang tergantung juga kepada nilai-nilai masukan sebelumnya di samping nilai-nilai
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
37/65
36
yang ada pada saat itu; rangkaian logika yang memenuhi persyaratan itu disebut rangkaian
logika urutan(sequential logic circuit).
Dalam sistem digital dan komputer, rangkaian urutan lebih banyak dipakai ketimbang
rangkaian kombinasi. Hal itu adalah karena data yang diterima oleh sistem itu datangnya
berurutan dari suatu bagian ke bagian yang lain; di samping itu juga rangkaian kombinasi
memerlukan perangkat keras lebih banyak sehingga lebih mahal harganya. Rangkaian urutan
lebih sederhana, oleh karena itu lebih murah harganya. Tetapi rangkaian urutan itu lebih
sukar untuk dirancang dibandingkan dengan rancangan untuk rangkaian kombinasi.
Keluaran suatu rangkaian urutan secara umum tergantung kepada masukan
sebelumnya dan masukan yang tersedia pada saat itu. Hal itu menunjukkan bahwa suatu
rangkaian urutan harus mempunyai penyimpan (memory), atau kemampuan untuk
menyimpan informasi. Diagram blok umum untuk rangkaian urutan itu ditunjukkan pada
Gambar 2.1; blok dalam hal ini lebih menunjukkan bagian fungsional dari sistemnya, bukan
komponen-komponen fisiknya. Tampak pada diagram itu rangkaian urutan meliputi suatu
rangkaian kombinasi sebagai salah satu unsurnya dan unsur yang lain adalah penyimpan.
Jalur-jalur sinyal yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 itu berupa saluran tunggal yang
mewakili saluran-saluran paralel majemuk; sinyal yang bertanda ydapat berupa nsalurany1,y2, ..., yn. Masukan sistem itu adalah x(yang berupa x1, x2, ..., xm) dan keluarannya adalah z
(yang dapat berupaz1,z2, ... ,zk), dan seterusnya.
Masukan tambahan ke rangkaian kombinasi itu adalah keluaran dari penyimpan.
Sinyal-sinyal itu disebut variabel keadaan (state variable) dan diberikan berupa y. Sinyal-
sinyal itu mewakili pengaruh masa lampau rangkaian urutan tersebut pada keluarannya
sekarang.
Keadaan (state) suatu unsur penyimpan atau sel biner adalah salah satu dari dua
keadaan stabil yang dimiliki oleh sel biner tersebut. Informasi yang disimpan dalam sel itu
dapat bernilai 1 bila berada dalam salah satu keadaan dan 0 bila dalam keadaan yang lain.
Rangkaian kombinasi itu sendiri melakukan operasi pengolahan informasi tertentu
yang salah satu himpunan keluarannya, w, disebut variabel perangsang (excitation
variable), merupakan masukan ke penyimpan untuk menentukan nilai-nilai biner yang harus
disimpan dalam unsur-unsur penyimpan itu untuk keadaan berikutnya. Proses itu jelas
menunjukkan bahwa keluaran sistem, z, bukan hanya merupakan fungsi masukan luarnya
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
38/65
37
saja, x, tetapi juga fungsi keadaan sekarang dalam penyimpannya. Keadaan berikutnya pada
penyimpan tersebut adalah fungsi masukan luar dan keadaan sekarang. Jadi suatu rangkaian
urutan ditentukan oleh urutan waktu masukan, keluaran dan keadaan-dalamnya.
Rangkaian
kombinasi
Penyimpan
y
x
w
z
v
Masukan luar Keluaran
Keluaran
penyimpan
Gambar 2.1 Diagram blok rangkaian logika urutan
Ada dua jenis utama pada rangkaian urutan tersebut. Penggolongan itu tergantung
kepada pengaturan sinyalnya menurut waktu. Rangkaian urutan serempak (synchronous
sequential circuit) adalah sistem yang perilakunya dapat didefinisikan dari keadaan sinyalnya
pada suatu saat yang diskrit. Sifat rangkaian urutan tak-serempak (asynchronous
sequential circuit) bergantung kepada urutan dengan sinyal masukan yang berubah dan dapat
dikenakan pada setiap saat. Unsur penyimpan yang umum dipakai dalam rangkaian urutan
tak-serempak adalah peralatan pelambat(time delay device). Pelambat itu dalam praktiknya
dapat diperoleh dari kenyataan bahwa diperlukan waktu tertentu bagi suatu sinyal untuk
menjalar melalui sejumlah gerbang logika. Dalam sistem tak-serempak jenis gerbang,
penyimpan pada Gambar 2.1 terdiri dari gerbang-gerbang logika yang kelambatan
penjalarannya dapat membentuk penyimpan yang diperlukan. Jadi rangkaian urutan tak-
serempak itu dapat dipandang sebagai suatu rangkaian kombinasi dengan umpan-balik.
Dengan adanya umpan-balik di antara gerbang-gerbang logika itu, suatu rangkaian urutan
tak-serempak kadang-kadang tidak stabil. Masalahnya ketak-stabilan itu sering menimbulkan
kesulitan bagi perancang. Akibatnya penggunaan rangkaian jenis tak-serempak tersebut tidak
setenar pada sistem serempak.
Menurut definisi, suatu sistem logika serempak harus mempergunakan sinyal yang
hanya mempengaruhi unsur-unsur penyimpannya dalam waktu yang diskrit pada saat-saat
tertentu. Salah satu cara untuk mencapai tujuan itu adalah dengan menggunakan pulsa-pulsa
dengan lebar terbatas dalam sistem tersebut sedemikian hingga suatu amplitudo pulsa
mewakili logika-1 dan amplitudo pulsa yang lain (atau ketiadaan pulsa) mewakili logika-0.
Kesulitan penggunaan pulsa ini adalah jika ada dua pulsa yang datang dari dua sumber yang
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
39/65
38
berbeda ke masukan suatu gerbang yang sama akan dapat menimbulkan kelambatan yang
tidak dapat diramalkan, sehingga menyebabkan suatu operasi yang tidak andal.
Sistem logika urutan praktis menggunakan amplitudo tetap, seperti tingkat tegangan,
sebagai sinyal-sinyal binernya. Keserempakan yang diperlukan itu dapat dicapai dengan
suatu alat pengatur waktu yang disebut sumber pulsa waktu (clock) yang membangkitkan
sederetan pulsa waktu (clock pulse) secara berkala (periodic).. Pulsa-pulsa waktu tersebut
disebarkan ke seluruh sistem sedemikian hingga unsur-unsur penyimpan dalam sistem itu
hanya dapat diatur oleh pulsa penyerempak tersebut. Dalam praktik pulsa-pulsa waktu itu
diberikan ke gerbang AND bersama dengan sinyal yang menentukan perubahan yang
diperlukan dalam unsur-unsur penyimpannya. Keluaran gerbang AND itu hanya dapat
memancarkan sinyal pada saat yang bersamaan dengan datangnya pulsa waktu tersebut.
Rangkaian urutan serempak yang memanfaatkan pulsa waktu dalam masukan unsur-unsur
penyimpannya disebut rangkaian urutan menurut waktu (clocked sequential circuit).
Rangkaian urutan semacam itu sering dijumpai dalam praktik. Rangkaian itu tidak
menimbulkan masalah kestabilan dan pembagian waktunya dapat dengan mudah diatur
dengan langkah-langkah diskrit yang tersendiri. Rangkaian yang akan dibahas dalam buku ini
adalah jenis menurut waktu tersebut.
Suatu unsur penyimpan pada dasarnya adalah suatu rangkaian elektronika yangmempunyai dua keadaan stabil (bistable). Gambar 2.2 menunjukkan suatu unsur sederhana
dengan dua keadaan stabil. Unsur itu terdiri atas sepasang pembalik yang dihubungkan dalam
hubungan silang, yang artinya keluaran dari pembalik yang satu diberikan ke masukan yang
lain dan sebaliknya. Rangkaian itu tidak mempunyai masukan luar dan mempunyai dua
keluaran: Q dan Q . Analisis untuk rangkaian ini agak berbeda dengan analisis rangkaian
kombinasi karena adanya ketergantungan: Qtergantung pada Q dan Q tergantung pada Q.
Gambar 2.2 Pasangan pembalik yang dihubung silang
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
40/65
39
Untuk Q = 0, maka keluaran pembalik 1 adalah 0 dan keluaran itu merupakan
masukan bagi pembalik 2 yang akan memberikan keluaran Q yang nilainya sama dengan 1.
Pembalik 1 menerima masukan dari pembalik 2 yang nilainya 1 dan memberikan keluaran
yang nilainya sama dengan nol. Jadi, keluaran pembalik 1 itu konsisten dengan pengandaian
bahwa Q= 0, sehingga rangkaian itu dikatakan stabil.
Jika Q= 1, maka keluaran pembalik 1 adalah 1 dan keluaran itu merupakan masukan
bagi pembalik 2 yang akan memberikan keluaran Q yang nilainya sama dengan 0. Pembalik
1 menerima masukan dari pembalik 2 yang nilainya 0 dan memberikan keluaran yang
nilainya sama dengan 1. Jadi, keluaran pembalik 1 itu konsisten dengan pengandaian bahwa
Q= 1, sehingga rangkaian itu dikatakan stabil juga.
Karena pembalik yang dihubung silang itu mempunyai dua keadaan yang stabil, Q=
0 dan Q= 1, rangkaian itu dikatakan stabil dalam dua keadaan. Rangkaian semacam itu dapat
menyimpan informasi sebesar satu bit. Jadi jika Q = 0, Q akan tetap sama dengan nol
selamanya, demikian pula jika Q= 1, Qakan tetap sama dengan 1 selamanya. Q selamanya
akan merupakan komplemen Q. Jika Qdiketahui, maka Q juga diketahui.
Pada saat daya diberikan ke rangkaian itu, keadaan awal rangkaian tersebut tidak
diketahui dan biasanya tidak dapat diramalkan, karena setiap kali rangkaian itu diberi daya
keadaannya dapat berbeda dengan yang sebelumnya.
Meskipun pembalik yang dihubung silang itu dapat menyimpan informasi sebesar
satu bit, rangkaian itu tidak pernah digunakan dalam praktik karena ketiadaan masukan ke
rangkaian tersebut.
Dalam praktik, unsur penyimpan yang digunakan dalam rangkaian urutan menurutwaktu adalah flip-flop. Rangkaian itu merupakan sel biner yang dapat menyimpan satu bit
informasi. Seperti halnya dengan sepasang pembalik yang dihubung silang, suatu rangkaian
flip-flop mempunyai dua keluaran, satu dengan nilai normal dan yang lain adalah nilai
komplemen bit yang tersimpan di dalamnya. Informasi biner dapat masuk ke suatu flip-flop
dengan berbagai cara sehingga mengakibatkan tersedianya berbagai ragam jenis flip-flop.
Masing-masing jenis flip-flop itu mempunyai karakteristik tersendiri yang diperlukan untuk
pemakaian tertentu. Dalam bab ini akan dibahas berbagai macam flip-flop denganmendefinisikan sifat-sifat logikanya.
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
41/65
40
Dengan selesainya bab ini pembaca diharapkan dapat memahami:
berbagai macam rangkaian flip-flop;
pemicuan flip-flop;
diagram waktu; analisis rangkaian urutan; diagram keadaan; penerapan flip-flop dalam rangkaian penghitung dan register.
1.2.1 Rangkaian Flip-Flop
Rangkaian flip-flop dapat mempertahankan suatu keadaan biner dalam waktu yang
tak terbatas sampai suatu sinyal masukan baru datang untuk mengubah keadaan itu.
Perbedaan utama di antara berbagai jenis flip-flop itu adalah banyaknya masukan yang
dimiliki dan perilaku bagaimana masukan itu mempengaruhi keadaan biner dalam flip-flop
tersebut.
Rangkaian Flip-Flop Dasar. Suatu rangkaian flip-flop dapat disusun dengan dua gerbangNOR atau dua gerbang NAND. Susunan itu ditunjukkan pada Gambar 2.3 dan 2.4. Masing-
masing rangkaian itu membentuk suatu flip-flop dasar yang merupakan dasar pengembangan
bagi jenis-jenis flip-flop yang lain. Hubungan silang dari keluaran salah satu gerbang ke
masukan gerbang yang lain merupakan suatu jalur umpan-balik. Dengan alasan itu rangkaian
tersebut dapat digolongkan kepada rangkaian urutan tak-serempak. Masing-masing flip-flop
itu mempunyai dua keluaran, Q dan Q , dan dua masukan, set dan reset. Masukan set
membuat flip-flop menjadi dalam keadaan set atau bernilai logika-1 pada keluaran normalnya(Q), dan masukan reset membuat flip-flop menjadi dalam keadaan bebas (clear) atau
mempunyai nilai logika-0 pada keluaran normalnya. Jenis flip-flop ini sering dikenal sebagai
flip-flop RS gandengan langsung (direct coupled RS flip-flop); R dan S merupakan huruf-
huruf pertama nama masukannya.
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
42/65
41
Daftar 2.1 Daftar kebenaran flip-flop dasar dengan gerbang NOR
S R Q Q
1 0 1 0
0 0 1 0 (setelah S= 1,R= 0)
0 1 0 1
0 0 0 1 (setelah S= 0,R= 1)
1 1 0 0
Untuk menganalisis rangkaian pada Gambar 2.2, harus diingat bahwa keluaran suatu
gerbang NOR adalah 0 jika salah satu masukannya sama dengan 1 dan keluaran gerbang
NOR adalah 1 hanya jika semua masukannya sama dengan 0. Sebagai titik awal, diandaikan
masukan set adalah 1 dan masukan reset sama dengan 0. Karena gerbang B mempunyai
sebuah masukan 1, keluaran Q harus sama dengan 0 yang mengakibatkan kedua masukan ke
gerbang A itu sama dengan 0 dan keluarannya, Q, sama dengan 1. Bila masukan set
dikembalikan ke 0, keluarannya tetap sama. Hal itu adalah karena keluaran Q tetap 1
sehingga masih ada sebuah masukan 1 pada gerbang B, yang selanjutnya membuat keluaran
Q tetap 0. Akibatnya kedua masukan ke gerbang A sama dengan 0 dan keluaran Q tetap
sama dengan 1. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa suatu 1 pada masukan reset
akan mengubah keluaran Qmenjadi 0 dan Q menjadi 1. Jika masukan reset itu dikembalikan
ke 0 keluarannya tidak berubah.
Q
QS
R
Set
Reset
B
A
0
1
0
1
Gambar 2.3 Rangkaian flip-flop dasar dengan gerbang NOR
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
43/65
42
Bila sebuah 1 diberikan bersama-sama ke masukan set dan reset, kedua keluarannya,
Qdan Q , menjadi 0. Dalam praktik keadaan semacam itu harus dihindari.
Suatu flip-flop mempunyai dua keadaan stabil. Bila Q= 1 dan Q = 0 dikatakan flip-
flop itu dalam keadaan set (atau keadaan 1). Dan Q= 0 dan Q = 1 merupakan keadaan bebas
(atau keadaan 0). Keluaran Qdan Q merupakan komplemen antara yang satu dengan yang
lain dan dikatakan sebagai keluaran normal dan komplemen flip-flop tersebut. Keadaan biner
suatu flip-flop diambil dari nilai keluaran normalnya.
Dalam operasi normal, kedua masukan suatu flip-flop akan tetap 0 kecuali bila
keadaan flip-flop itu akan diubah. Pengenaan 1 sesaat ke masukan set menyebabkan flip-flop
itu menjadi dalam keadaan set. Masukan set itu harus kembali ke 0 sebelum suatu 1 diberikan
ke masukan resetnya. Pengenaan 1 sesaat ke masukan reset menyebabkan flip-flop tersebut
menjadi dalam keadaan bebas kembali. Bila kedua masukannya itu mula-mula sama dengan
0, dan bila suatu 1 dikenakan ke masukan set sedangkan flip-flop itu dalam keadaan set atau
bila sebuah 1 yang diberikan ke masukan reset sedangkan flip-flop itu dalam keadaan bebas,
maka keadaan keluarannya tidak akan berubah. Bila sebuah 1 dikenakan sekaligus ke
masukan set dan reset, kedua keluarannya akan sama dengan 0. Keadaan itu tidak terdefinisi
dan biasanya dihindari. Jika kedua masukan itu menjadi 0 kembali, keadaan flip-flop menjadi
tak-tentu dan tergantung kepada masukan mana yang menerima 1 lebih lama sebelum
kembali ke 0.
Daftar 2.2 Daftar kebenaran flip-flop dasar dengan gerbang NAND
S R Q Q'
A
B
Q
Q'
S
R
Set
Reset
1
0
1
0
Gambar 2.4 Rangkaian flip-flop dasar dengan gerbang NAND
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
44/65
43
1 0 0 1
1 1 0 1 (setelah S= 1,R= 0)
0 1 1 0
1 1 1 0 (setelah S= 0,R= 1)
0 0 1 1
Rangkaian flip-flop dasar NAND pada Gambar 2.4 bekerja dengan kedua
masukannya dalam keadaan normal sama dengan 1 kecuali bila keadaan flip-flop itu akan
diubah. Pengenaan 0 sesaat ke masukan set menyebabkan keluaran Q menjadi 1 dan Q'
menjadi 0membuat flip-flop menjadi dalam keadaan set. Setelah masukan set itu kembali
ke 1, 0 sesaat pada masukan reset akan menjebabkan keadaan flip-flop menjadi bebas. Bila
kedua masukan itu menjadi 0 bersama-sama, kedua keluaran pada flip-flop itu sama dengan
1; suatu keadaan yang harus dihindari dalam praktik.
Daftar 10.3 Daftar karakteristik flip-flop RS menurut waktu
Q S R Q(t+ 1)
0 0 0 0
0 0 1 0
Q
Q'
S
R
CP0
1
(a) Diagram logika
(b) Lambang tanpa pulsa waktu (c) Lambang dengan pulsa waktu
Q
Q'
CP
S
R
CP
S
R
Q
Q
SET
CLR
S
R
Q
Q
SET
CLR
Gambar 10.5 Flip-flop RS menurut waktu
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
45/65
44
0 1 0 1
0 1 1 tak-tentu
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 1
1 1 1 tak-tentu
Flip-Flop RS menurut waktu. Suatu flip-flop dasar pada dasarnya adalah suatu rangkaian
urutan tak-serempak. Dengan menambah suatu gerbang ke setiap masukan rangkaian dasar
itu, flip-flop tersebut dapat diubah untuk menanggapi masukan selama adanya suatu pulsa
waktu. Flip-flop RS menurut waktu yang ditunjukkan pada Gambar 2.5a itu terdiri dari flip-
flop NOR dasar dengan dua gerbang AND. Keluaran kedua gerbang AND tersebut tetap 0
selama pulsa waktu (yang diberi lambang CP clock pulse) sama dengan 0, tanpa
memandang nilai masukan S dan Rnya. Bila pulsa waktu itu menjadi 1, informasi dari
masukan S dan R diijinkan untuk masuk ke flip-flop dasar tersebut. Keadaan set tercapai
dengan S= 1, R= 0 dan CP= 1. Untuk mengubahnya menjadi keadaan bebas, masukan S
harus 0,R= 1 dan CP= 1. Dengan masukanRdan Syang keduanya sama dengan 1, adanya
pulsa waktu akan menyebabkan kedua keluaran flip-flop itu sesaat sama dengan 0. Bila pulsa
waktu itu hilang, keadaannya menjadi tak-tentu; dapat dalam keadaan set atau bebas,
tergantung apakah masukan set atau reset yang lebih lama sama dengan 1 sebelum berubah
menjadi 0 pada akhir pulsa waktu tersebut.
Tanggapan flip-flop menurut waktu merupakan praktik yang umum dijumpai dalam
sistem digital karena perubahan dalam sistem itu umumnya diinginkan terjadi serentak
menurut kendali sumber waktu. Oleh sebab itu, flip-flop menurut waktu disebut sebagai suatu
rangkaian urutan serempak.
Dua lambang untuk flip-flop RS ditunjukkan pada Gambar 2.5b Gerbang AND
dengan masukan pulsa waktu dapat dilukis di luar lambang tersebut, atau, seperti pada
Gambar 2.5c, suatu lambang dengan tanda CP digunakan untuk menunjukkan bahwa
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
46/65
45
keluaran flip-flop tersebut tidak akan terpengaruh kecuali bila ada pulsa waktu pada masukan
yang bertanda CP itu.
Dalam praktik flip-flop menurut waktu itu sering kali diinginkan untuk membuat flip-
flop tersebut dalam keadaan set atau bebas tanpa harus menunggu datangnya pulsa waktu.
Untuk itu umumnya flip-flop menurut waktu selalu dilengkapi dengan masukan set atau reset
langsung. Masukan langsung itu sering diberi label SET atau CLR (clear bebas) untuk
membedakannya dengan masukan S (set) dan R (reset) yang bekerja menurut waktu seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.5b
Pada awal penggunaan suatu flip-flop sering tidak dapat diramal perilakunya, dalam
hal semacam itu masukan SET dan CLR berguna untuk mengawali operasi suatu sistem
dengan keadaan flip-flop yang terdefinisi.
Persamaan karakteristik flip-flop itu diturunkan dari peta pada Gambar 2.6.
Persamaan itu memberikan nilai keadaan berikutnya sebagai fungsi keadaan sekarang dan
masukan-masukannya. Persamaan karakteristik itu adalah pernyataan aljabar untuk informasi
biner pada daftar karakteristiknya. Dua keadaan tak-tentu pada flip-flop itu ditandai dengan
dalam peta itu karena dapat bernilai 1 atau 0. Tetapi hubungan SR = 0 harus dimasukkan
sebagai bagian persamaan karakteristik itu untuk menunjukkan bahwa S dan R tidak dapat
sama dengan 1 secara serentak.
Daftar karakteristik flip-flop tersebut ditunjukkan pada Daftar 2.3. Daftar itu
merupakan ringkasan operasi flip-flop dalam bentuk daftar. Qadalah keadaan biner flip-flop
pada suatu waktu yang diketahui (yang dikatakan sebagai keadaan sekarang), kolom-kolom
R dan Smemberikan nilai-nilai yang dapat terjadi untuk masukannya dan Q(t + 1) adalah
keadaan flip-flop setelah timbulnya suatu pulsa waktu (dikatakan sebagai keadaan
berikutnya).
Gambar 10. 6 Persamaan karakteristik flip-flop RS menurut waktu
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
47/65
46
Flip-Flop D. Flip-flop D yang ditunjukkan pada Gambar 2.7 merupakan modifikasi flip-flop
RS menurut waktu. Gerbang NAND 1 dan 2 membentuk suatu flip-flop dasar. Gerbang 3 dan
4 mengubahnya menjadi suatu flip-flop menurut waktu. Masukan D langsung diberikan ke
masukan S dan komplemennya, melalui gerbang 5, dikenakan ke masukan R. Selama
masukan pulsa waktu 0, gerbang 3 dan 4 mempunyai nilai 1 pada keluarannya, tanpa
memandang nilai masukannya yang lain. Hal itu sesuai dengan persyaratan bahwa kedua
masukan flip-flop NAND dasar tersebut (Gambar 2.3) pada awalnya mempunyai nilai logika-
1. Masukan D dicuplik (sampled) selama adanya pulsa waktu. Jadi pada saat masukan D
sama dengan 1, keluaran gerbang 3 menjadi 0 sehingga mengakibatkan flip-flop itu menjadi
dalam keadaan set (kecuali bila flip-flop itu telah berada dalam keadaan set sebelumnya). Jika
masukan D itu sama dengan 0, keluaran gerbang 4 menjadi 0 yang mengubah flip-flop
tersebut menjadi dalam keadaan bebas.
Daftar 10.4 Daftar karakteristik flip-flop D
Q D Q(t+ 1)
1
2
Q
Q'
D3
45
CP
CP
D Q
Q
SET
CLR
(a) Diagram logika (b) Lambang
Gambar 2.7 Flip-flop D menurut waktu
Gambar 2. 8 Persamaan karakteristik flip-flop D
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
48/65
47
0 0 0
0 1 1
1 0 0
1 1 1
Flip-flopDitu mendapatkan namanya karena kemampuannya memindahkan data ke
dalam flip-flop. Rangkaian flip-flop itu pada dasarnya adalah rangkaian flip-flop RS dengan
sebuah pembalik di masukan Rnya. Adanya penambahan pembalik itu mengurangi
banyaknya masukan dari dua menjadi satu. Di samping itu karena keluaran Q tidak akan
menerima masukan D sampai datangnya suatu pulsa waktu, bentuk itu sering juga disebut
sebagai flip-flop tertunda(delay flip-flop).
Lambang untuk flip-flop D menurut waktu itu diberikan pada Gambar 2.5(b). Seperti
halnya dengan setiap flip-flop menurut waktu, flip-flop D juga dilengkapi dengan masukan
SET dan CLR. Persamaan karakteristiknya diturunkan dengan peta Karnaugh di (c) dan
daftar karakteristik flip-flop D itu diberikan oleh Daftar 2.4. Persamaan karakteristik itu
membuktikan bahwa keadaan berikutnya pada flip-flop tersebut sama seperti masukan Ddan
tidak tergantung kepada nilai keadaan sekarangnya.
Flip-Flop JKmerupakan perbaikan dari flip-flop RS sehingga keadaan tak-tentu pada jenis
RS menjadi terdefinisi untuk jenis JK tersebut. MasukanJdanKberlaku seperti masukan R
dan S(perhatikan bahwa untuk suatu flip-flop JK, huruf J adalah untuk set dan huruf K untuk
bebas). Bila masukan Jdan Kdiberikan secara serentak, nilai flip-flop itu berubah menjadi
komplemennya; yaitu jika mula-mula Q= 1, akan berubah menjadi Q= 0 dan sebaliknya.
Suatu flip-flop JK menurut waktu ditunjukkan pada Gambar 2.6. Keluaran Q
diANDkan dengan masukan Kdan CPsehingga flip-flop itu dibebaskan selama suatu pulsa
Q
QS
R
J
K
CP0
1
CP
J Q
Q
SET
CLR
(a) Diagram logika (b) Lambang
K
Gambar 2.7 Flip-flop JK menurut waktu
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
49/65
48
waktu hanya jika Qsebelumnya sama dengan 1. Demikian pula keluaran Q flip-flop tersebut
diANDkan dengan masukanJdan CPsehingga flip-flop itu dapat diset dengan pulsa waktu
hanya jika Q sebelumnya sama dengan 1. Bila baik JmaupunKsama dengan 1, keadaan Qakan selalu berubah tanpa memandang bagaimana keadaan Q tersebut sebelum pulsa waktu
diberikan. Jadi jika Qsama dengan 1, keluaran gerbang AND yang di atas menjadi 1 dan flip-
flop itu dibebaskan. Tampak bahwa jika sinyal CP itu tetap 1 setelah keluarannya
dikomplemenkan, flip-flop itu akan berubah menjadi suatu keadaan yang baru.
Lambang flip-flop JK itu diberikan pada Gambar 2.9 dan persamaan karakteristik
Gambar 2.10. Daftar karakteristik flip-flop itu diberikan oleh Daftar 2.5.
Daftar 2.5 Daftar karakteristik flip-flop JK
Q J K Q(t+ 1)
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 1
0 1 1 1
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 1
Gambar 2.8 Persamaan karakteristik flip-flop JK
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
50/65
49
1 1 1 0
Flip-Flop Tadalah flip-flop JK dengan masukan tunggal. Seperti yang tampak pada Gambar2.11(a), flip-flop T itu didapatkan dari jenis JK jika kedua masukannya dijadikan satu. Nama
T (toggleartinya sakelar pengalih dua keadaan) itu diperoleh karena kemampuan flip-flop
itu untuk mengubah keadaannya. Apapun keadaan sekarang flip-flop T itu akan berubah
menjadi komplemennya setiap kali pulsa waktu diberikan pada saat masukan Titu bernilai 1.
Persamaan karakteristik flip-flop T itu ditunjukkan pada Gambar 2.12. Daftar
karakteristiknya diberikan oleh Daftar 2.6.
Keempat jenis flip-flop yang diperkenalkan di atas dapat tersedia dalam keadaan
tanpa pengaturan waktu. Flip-flop tanpa masukan waktu tersebut berguna untuk operasi tak-serempak. Keempat jenis itu merupakan jenis yang umum dijumpai dalam rangkaian digital
dan tersedia di pasaran.
Daftar karakteristik flip-flop T
Q T Q(t+ 1)
0 0 0
Q
S
R
T
CP0
1
CP
T Q
Q
SET
CLR
(a) Diagram logika (b) Lambang
Q'
Gambar 2.9 Flip-flop T menurut waktu
Gambar 2. 10 Persamaan karakteristik flip-flop T.
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
51/65
50
0 1 1
1 0 1
1 1 0
1.2.2 Penghitung
Suatu rangkaian urutan yang bekerja menurut urutan keadaan yang telah ditentukan
dengan pemberian pulsa-pulsa masukan disebut penghitung (counter). Fungsi dasar suatu
penghitung adalah mengingat berapa pulsa masukan yang telah diberikan ke masukannya;
jadi dalam istilah dasarnya, penghitung itu merupakan suatu sistem penyimpan (memory
system). Pulsa masukan, yang disebut pulsa hitung, dapat berupa pulsa waktu atau pulsa
yang berasal dari sumber luar dan dapat terjadi pada setiap selang waktu tertentu atau secara
sebarang. Urutan keadaan dalam suatu penghitung dapat mengikuti suatu hitungan biner atau
urutan keadaan yang lain. Penghitung tersebut dapat ditemui di hampir setiap peralatan yang
menggunakan logika digital. Penghitung ini digunakan untuk menghitung banyaknya
kejadian yang timbul dan berguna untuk menghasilkan urutan waktu guna mengatur operasi
dalam suatu sistem digital.
Dari berbagai jenis penghitung itu yang paling sederhana dan langsung adalah yang
mengikuti urutan bilangan biner. Penghitung tersebut disebut penghitung biner. Suatu
penghitung biner dengan n bit terdiri dari n buah flip-flop dan dapat menghitung dalam
bilangan biner dari 0 sampai (2n1). Gambar 2.13 melukiskan suatu diagram keadaan suatu
penghitung biner empat bit. Tampak di situ urutan keadaannya dituliskan dalam masing-
masing lingkarannya. Keluaran flip-flopnya akan mengulangi urutan biner itu dengan
kembali ke 0000 setelah 1111. Garis arah di antara lingkaran-lingkaran itu tidak diberi tanda
dengan bilangan karena penghitung itu dipandang tidak mempunyai masukan dan keluaran.
Hal itu adalah karena pulsa-pulsa masukannya terkandung dalam rangkaian urutan waktunya
dan tidak dianggap sebagai informasi masukan. Keluaran penghitung itu adalah keluaran flip-
flopnya sehingga informasi keluaran tersedia pada keadaan sekarangnya. Keadaan sekarang
suatu penghitung adalah sebagaimana yang ditunjukkan oleh bilangan biner dalam
lingkarannya yang tetap tidak berubah selama tidak ada pulsa masukan. Garis arah itu
menunjukkan ke keadaan berikutnya yang dicapai setelah munculnya sebuah pulsa hitung.
5/22/2018 Tugas v- Combinatorial-sequential _Kelompok 1
52/65
51
Penghitung itu dapat bekerja dengan urutan apa saja dan dapat bekerja secara
serempak maupun secara tak-serempak. Penghitung itu digolongkan sebagai perangkat keras
baku dan telah tersedia dalam kemasan MSI untuk berbagai macam jenisnya.
Penghitung riak biner (binary ripple counter) merupakan rangkaian penghitung digital
paling dasar yang melakukan fungsi biner yang paling dasar pula