5
RHINITIS ALERGIKA Tujuan pengobatan rinitis alergi adalah: 1. Mengurangi gejala akibat paparan alergen, hiperreaktifitas nonspesifik dan inflamasi. 2. Perbaikan kualitas hidup penderita sehingga dapat menjalankan aktifitas sehari-hari. 3. Mengurangi efek samping pengobatan. 4. Edukasi penderita untuk meningkatkan ketaatan berobat dan kewaspadaan terhadap penyakitnya.Termasuk dalam hal ini mengubah gaya hidup seperti pola makanan yang bergizi, olahraga dan menghindari stres. 5. Mengubah jalannya penyakit atau pengobatan kausal. Untuk mencapai tujuan pengobatan rinitis alergi, dapat diberikan obat-obatan sebagai berikut: 1. Antihistamin Antihistamin merupakan pilihan pertama untuk pengobatan rinitis alergi. Secara garis besar dibedakan atas antihistamin H1 klasik dan antihistamin H1 golongan baru. Antihistamin H1 klasik seperti Diphenhydramine, Tripolidine, Chlorpheniramine dan lain-lain. Sedangkan antihistamine generasi baru seperti Terfenadine, Loratadine, Desloratadine dan lain-lain. Desloratadine memiliki efektifitas yang sama dengan montelukast dalam mengurangi gejala rinitis yang disertai dengan asma. Levocetirizine yang diberikan selama 6 bulan terbukti mengurangi gejala rinitis alergi persisten dan meningkatkan kualitas hidup pasien rinitis alergi dengan asma. Contoh obat: Cetirizine . KOMPOSISI / KANDUNGAN Tiap kapsul Cetirizine mengandung cetirizine dihidroklorida 10 mg.

Tugas Tht Rhinitis Alergika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Tht Rhinitis Alergika

RHINITIS ALERGIKA

Tujuan pengobatan rinitis alergi adalah:1. Mengurangi gejala akibat paparan alergen, hiperreaktifitas nonspesifik dan inflamasi.2. Perbaikan kualitas hidup penderita sehingga dapat menjalankan aktifitas sehari-hari.3. Mengurangi efek samping pengobatan.4. Edukasi penderita untuk meningkatkan ketaatan berobat dan kewaspadaan terhadap

penyakitnya.Termasuk dalam hal ini mengubah gaya hidup seperti pola makanan yang bergizi, olahraga dan menghindari stres.

5. Mengubah jalannya penyakit atau pengobatan kausal.

Untuk mencapai tujuan pengobatan rinitis alergi, dapat diberikan obat-obatan sebagai berikut:

1. Antihistamin Antihistamin merupakan pilihan pertama untuk pengobatan rinitis alergi. Secara garis besar dibedakan atas antihistamin H1 klasik dan antihistamin H1 golongan baru. Antihistamin H1 klasik seperti Diphenhydramine, Tripolidine, Chlorpheniramine dan lain-lain. Sedangkan antihistamine generasi baru seperti Terfenadine, Loratadine, Desloratadine dan lain-lain. Desloratadine memiliki efektifitas yang sama dengan montelukast dalam mengurangi gejala rinitis yang disertai dengan asma. Levocetirizine yang diberikan selama 6 bulan terbukti mengurangi gejala rinitis alergi persisten dan meningkatkan kualitas hidup pasien rinitis alergi dengan asma.

Contoh obat:

Cetirizine.

KOMPOSISI / KANDUNGAN

Tiap kapsul Cetirizine mengandung cetirizine dihidroklorida 10 mg.

FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)

Cetirizine adalah antihistamin selektif, antagonis reseptor-H1 perifer yang mempunyai efek sedatif yang rendah pada dosis aktif dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Cetirizine berkerja menghambat pelepasan histamin pada fase awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi.

INDIKASI / KEGUNAAN

Indikasi Cetirizine adalah penyakit alergi, rhinitis alergi, dan urtikaria idiopatik kronis.

KONTRAINDIKASI

Penderita yang hipersensitif terhadap cetirizine. Karena kurangnya data klinis, cetirizine jangan digunakan selama semester pertama

kehamilan atau saat menyusui.

Page 2: Tugas Tht Rhinitis Alergika

Cetirizine jangan digunakan untuk bayi dan anak-anak berumur kurang dari 2 tahun.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Dosis Cetirizine pada Dewasa dan anak usia lebih dari 12 tahun adalah 1 x sehari 1 kapsul.

EFEK SAMPING

Cetirizine mempunyai efek samping yang bersifat sementara diantaranya : pusing sakit, kepala, rasa kantuk, agitasi, mulut kering dan rasa tidak enak pada lambung. Pada beberapa penderita dapat terjadi reaksi hipersensitifitas termasuk reaksi kulit dan angiodema.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Selama minum Cetirizine tidak dianjurkan mengendarai kendaraan bermotor dan menjalankan mesin. Hindari penggunaan pada wanita hamil dan menyusui karena Cetirizine dikeluarkan melalui air susu ibu (ASI). Bila pengobatan kurang memberikan hasil, maka disarankan untuk dilakukan tes mikrobiologi guna menentukan terapi.

INTERAKSI OBAT

Interaksi Cetirizine dengan obat-obat lain belum diketahui. Pada percobaan memperlihatkan peningkatan potensi/efek Cetirizine terhadap alkohol (level alkohol 0,8 %) oleh karena itu sebaiknya jangan diberikan bersamaan. Konsentrasi Cetirizine plasma tidak terpengaruh pada pemberian bersama simetidin.

2. Dekongestan hidung Obat-obatan dekongestan hidung menyebabkan vasokonstriksi karena efeknya pada reseptor-reseptor α-adrenergik. Efek vasokonstriksi terjadi dalam 10 menit, berlangsung selama 1 sampai 12 jam. Pemakaian topikal sangat efektif menghilangkan sumbatan hidung, tetapi tidak efektif untuk keluhan bersin dan rinore. Pemakaiannya terbatas selama 10 hari. Kombinasi antihistamin dan dekongestan oral dimaksud untuk mengatasi obstruksi hidung yang tidak dipengaruhi oleh antihistamin.

Contoh Obat:

Pseudoefedrin HCl.

KANDUNGAN

Pseudoefedrin HCl.

INDIKASI

Menghilangkan selesma dan alergi (bersin-bersin dan hidung tersumbat karena pilek).

Page 3: Tugas Tht Rhinitis Alergika

KONTRA INDIKASI

Hipersensitif terhadap komponen obat ini. Peka terhadap obat simpatomimetik lain, hipertensi berat, bersamaan dengan terapi yang menggunakan obat-obat penghambat mono amin oksidase (MAOI).

PERHATIAN

Hentikan pemberian obat jika terjadi insomnia (susah tidur), jantung berdebar, pusing. Disfungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertrofi prostatik, gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes melitus, anak-anak berusia kurang dari 2 tahun, hamil, menyusui. Interaksi obat : dengan antidepresan tipe MAOI menyebabkan krisis hipertensi.

EFEK SAMPING

Mengantuk, gangguan pencernaan, sakit kepala, insomnia, eksitasi susunan saraf pusat, gemetar, takhikardia, aritmia, mulut kering, jantung berdebar-debar, penyumbatan saluran kemih.

DOSIS

Anak berusia 6 sampai 12 tahun : 3 kali sehari 0,5 tablet. Usia lebih 12 tahun: 3x sehari 1 tablet.

PENYAJIAN

Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

3. Kortikosteroid Pemakaian sistemik kadang diberikan peroral atau suntikan sebagai depo steroid intramuskuler. Data ilmiah yang mendukung relatif sedikit dan tidak ada penelitian komparatif mengenai cara mana yang lebih baik dan hubungannya dengan dose response. Kortikosteroid oral sangat efektif dalam mengurangi gejala rinitis alergi terutama dalam episode akut.Efek samping sistemik dari pemakaian jangka panjang kortikosteroid sistemik baik peroral atau parenteral dapat berupa osteoporosis, hipertensi, memperberat diabetes, supresi dari hypothalamic-pituitary-adrenal axis, obesitas, katarak, glukoma, cutaneous striae. Efek samping lain yang jarang terjadi diantaranya sindrom Churg-Strauss. Pemberian kortikosteroid sistemik dengan pengawasan diberikan pada kasus asma yang disertai tuberkulosis, infeksi parasit, depresi yang berat dan ulkus peptikus.Pemakaian kortikosteroid topikal (intranasal) untuk rinitis alergi seperti Beclomethason dipropionat, Budesonide, Flunisonide acetate fluticasone dan Triamcinolone acetonide dinilai lebih baik karena mempunyai efek antiinflamasi yang kuat dan mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptornya, serta memiliki efek samping sitemik yang lebih kecil. Tapi pemakaian dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan mukosa hidung menjadi atropi dan dapat memicu tumbuhnya jamur.

Page 4: Tugas Tht Rhinitis Alergika

Penulisan Resep:

dr. Michael Mettafortuna

SIP:160492

RS UKI CAWANG

Jakarta, 10 Desember 2014

R/ Cetirizine tab 10 mg No X tab

S 1 dd I tab

R/ ephedrine HCL No X tab

S 3 dd I tab

Pro: Tn X