Upload
nisan-tanpa-nama
View
106
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS TEORI PERENCANAAN LINGKUNGAN
REVIEW PRAKTEK PERENCANAAN PEMBANGUNAN
JALUR KERETA API DOUBLE TRACK DI PULAU JAWA
Oleh :
Ahmad Rajib Syuhuri (21080111400060)
Dosen Pengampu : Dr. Hartuti Purnaweni, MPA
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
A. Gambaran Umum.
Saat ini beban jalan di sepanjang jalur Pantai Utara Jawa (pantura) sudah sangat
tinggi. Baik beban secara fisik maupun secara finansial untuk operasional. Belum lagi
pengeluaran untuk perbaikan atau untuk pelebaran jalan. Selain itu juga kebutuhan akan
BBM yang turut meningkat akibat peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Kepadatan di
sepanjang jalan tersebut juga sudah tidak dapat dikendalikan, hal ini mengakibatkan resiko
keamanan dalam berkendaraan turut meningkat. Salah satu cara untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan menyediakan sarana dan prasarana untuk transportasi
massal yang memiliki daya tampung besar, dalam hal ini trasportasi yang dimaksud adalah
kereta api. Atas dasar permasalahan tersebut maka pemerintah memiliki inisiatif untuk
mengembangkan transportasi kereta api melalui rencana pembangunan jalur KA double track
di sepanjang Pulau Jawa.
Jalur ganda KA lintas pantura ini sesungguhnya sudah ada sejak dulu, hanya saja
kondisinya sudah tidak layak karena telah lama digunakan. Pernyataan tersebut dipaparkan
langsung oleh Direktur Jenderal Perkereta-apian, Tundjung Inderawan. Rencana Pemerintah
adalah melakukan revitalisasi terhadap jalur jalur KA yang suda ada tersebut. Apabila
program ini berhasil, maka diharapkan beban jalan yang selama ini kian meningkat menjadi
berkurang. Selain itu, polusi udara yang dihasilkan dari sektor transportasi juga turut
berkurang, serta konsumsi BBM menjadi lebih ringan.
Menurut Menteri Perhubungan EE Mangindaan, model proyek seperti ini dapat
menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) masyarakat pada pembangunan. Karena
mereka sendiri merasakan manfaatnya berupa peningkatan taraf hidup. Mangindaan
mencontohkan, proyek pembangunan double track kereta api Cirebon-Surabaya mampu
meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. “Masyarakat dilibatkan dalam proyek padat
karya yang mengedepankan mobilisasi masyarakat sekitar untuk bekerja. Mereka tidak hanya
bekerja menjadi tenaga proyek, tetapi juga diberi kesempatan untuk menjadi bagian dari
karyawan kontraktor.”
B. Proses
BPN, sesuai arahan Presiden di dalam Perpres Nomor 71 Tahun 2012, diminta
membentuk struktur baru yaitu Deputi Pengadaan Tanah, yang bertugas mengurus
pembebasan lahan untuk pembangunan. Dalam perpres itu disebutkan, setiap instansi yang
memerlukan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum diharuskan untuk menyusun
dokumen perencanaan pengadaan tanah. Dokumen tersebut antara lain memuat tujuan
rencana pembangunan, kesesuaian dengan Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW),
gambaran umum status tanah, dan perkiraan nilai tanah.
Dokumen tersebut lalu diserahkan kepada gubernur di wilayah tanah tersebut
berlokasi. Gubernur kemudian membentuk tim persiapan yang beranggotakan Bupati/Wali
Kota, SKPD Provinsi terkait, instansi yang memerlukan tanah dan instansi-instansi terkait
lainnya. Tim ini bertugas melaksanakan pemberitahuan rencana pembangunan, melakukan
pendataan awal lokasi, dan melaksanakan konsultasi publik rencana pembangunan.
Lebih jauh Sigit menambahkan, gubernur juga harus membentuk tim kajian keberatan
sebelum mengeluarkan penetapan lokasi pembangunan. Hal ini dilakukan jika masih terdapat
pihak yang tidak sepakat atau keberatan atas lokasi rencana pembangunan. Pengaturan ganti
kerugian dapat diberikan dalam bentuk uang, tanah pengganti, permukiman kembali,
kepemilikan saham, atau bentuk lain yang disetujui kedua belah pihak baik berdiri sendiri
maupun gabungan. Meski demikian, penggantian kerugian diutamakan diberikan dalam
bentuk uang.
Jika ada penolakan dari pihak yang berhak, padahal hasil musyawarah telah
dilaksanakan dan tidak ada keberatan sebelumnya, maka ganti kerugian dititipkan di
pengadilan negeri setempat. Begitu pula jika pihak yang berhak tidak diketahui
keberadaannya, obyek pengadaan tanah menjadi obyek perkara di pengadilan, masih dalam
sengketa kepemilikan, diletakkan sita, atau menjadi jaminan bank, maka ganti kerugian
dititipkan di pengadilan negeri.
Selain pengaturan pokok di atas, Perpres Nomor 71 Tahun 2012 ini juga mengatur
durasi waktu setiap tahapan dalam proses pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum secara tegas dan konkrit. Dalam Perpres itu ditegaskan, durasi waktu
keseluruhan penyelenggaraan pembebasan tanah untuk kepentingan umum paling lama 583
hari.
Untuk beberapa daerah proses tersebut sedang dalam tahapan pelaksanaan
pembebasan lahan untuk proyek jalur kereta api double track. Dan beberapa daerah yang lain
sudah memiliki jalur double track , namun kondisi jalur tersebut sudah tidak berfungsi karena
sudah tidak digunakan selama beberapa tahun. Daerah tersebut hanya tinggal melakukan
revitalisasi terhadap jalur yang sudah ada.
Di dalam tahapan pembebasan lahan warga ini secara garis besar tidak mengalami
kendala, masyarakat yang lahannya dibebaskan bersikap koperatif. Akan tetapi masih ada
masalah, ketika rencana pembangunan jalur kereta api double track ini melewati fasilitas
keagamaan, situs budaya, atau teknis pelaksanaan proyek yang kurang sesuai yang
dikhawatirkan akan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Seperti yang terjadi di Brebes,
yakni warga protes terhadap pembangunan underpass jalur rel ganda di ruas jalan Tanjung -
Kersana - Bajarharjo. Sebab, pembangunan underpass itu akan menjadi pemicu banjir. Warga
menuntut pembangunannya tidak sampai menimbulkan banjir. Yakni, ketinggian underpass
harus ditambah.
C. Dampak
Secara umum, perencanaan yang dilakukan menggunakan model perencanaan Top –
Down, dimana instruksi secara jelas diturunkan dari pemegang kekuasaan dan diterapkan
secara tegas di masyarakat. Berdasarkan teori perencanaan Barclay Hudson model
perencanaan ini memiliki karakteristik yang sama dengan tipe inkremental komprehensif,
dimana perencanaan ini menitik beratkan sektor ekonomi, dan proyek ini menjadi salah satu
program pemerintah (tersentralisasi), serta dalam pelaksanaannya terstandarisasi dan tidak
fleksibel. Hal ini terlihat dari pembebasan lahan yang dilaksanakan, dimana warga harus
mengosongkan tempat yang dilewati oleh jalur double track nantinya. Meski warga
mendapat biaya ganti rugi, akan tetapi biaya tersebut hanya mampu mengganti kerugian fisik
saja.
Dampak nyata yang dapat dirasakan dari model perencanaan yang demikian adalah
adanya kesan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di dalam negara
menggunakan otoritasnya untuk tujuan sepihak (ekonomi). Sedangkan untuk sektor sosial
dan lingkungan menjadi ter-marginal-kan. Memang sudah menjadi sebuah kemudahan di
Indonesia untuk melakukan model perencanaan yang demikian, dimana untuk mewujudkan
tujuan perencanaan adalah melalui kekuasaan politik. Dan pandangan pemerintah selalu tidak
pernah lepas dari sektor ekonomi dan pembangunan sebagai hal yang utama di dalam
penyelenggaraan negara.
Apabila model perencanaan yang demikian terus dilakukan, maka ke depannya
masalah ketimpangan sosial akan semakin rumit. Karena yang dapat menikmati hasil
pembangunan (ekonomi) adalah mereka yang memiliki kekuatan politik saja. Dan
masyarakat lemah hanya mampu berjuang untuk tetap hidup di dalam wilayah negara saja.
Tanpa mampu menikmati kelayakan hidup yang sebagaimana mestinya.
Ketika masalah sosial tidak mampu diatasi, imbasnya adalah masalah lingkungan.
Mereka masyarakat kalangan bawah terus berjuang hidup dengan melakukan apa saja yang
mampu mereka lakukan. Penebangan liar, perburuan satwa langka, penambangan tanpa ijin,
dan usaha apapun akan mereka lakukan selama usaha tersebut menghasilkan uang untuk
mereka bertahan hidup. Mereka tidak lagi memikirkan dampak lingkungan karena
keterpurukan mereka di dalam masalah sosial.
Bukan hal yang buruk ketika perencanaan menerapkan model Top – Down yang
demikian. Akan tetapi pemerintah juga perlu memperhatikan kesetaraan antar sektor ekonomi
– sosial – lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari tindak pemerintah ketika penegakan
peraturan. Ketika terjadi pelanggaran peraturan dimana pelanggaran tersebut merugikan
negara secara ekonomi, maka tindakan tegas segera dilakukan. Akan tetapi ketika terjadi
pelanggaran terjadi pada sektor yang lain yaitu sosial atau lingkungan, maka penegakan
peraturan terkesan lemah. Penegakan peraturan bahkan terlihat sangat tegas apabila
pelanggaran yang terjadi mengancam kekuasaan politik saat itu.
Terkait dengan perencanaan jalur kereta api double track ini, dampak yang telihat
cukup baik. Karena dalam pelaksanaan proyek tersebut melibatkan peran serta masyarakat
yang terkena dampak proyek. Dimana masyarakat tersebut selain mendapat ganti rugi juga
mendapat pekerjaan di dalam proyek tersebut.
Adapun dampak lingkungan yang saat ini belum dapat dirasakan, dikarenakan
pekerjaan yang masih dalam proses. Akan tetapi dampak lingkungan yang diharapkan
nantinya adalah perbaikan kualitas lingkungan di sekitar jalur kereta api, karena pemukiman
kumuh yang biasanya terdapat di sekitar jalur kereta api akan dibebaskan. Dampak lainnya
adalah berkurangnya beban jalan sehingga memperpanjang umur infrastruktur jalan, dan
mengurangi kemacetan serta polusi udara di jalan raya. Dampak lingkungan yang timbul
selama pelaksanaan proyek biasanya berupa kebisingan dan polusi udara, akan tetapi karena
proyek ini dilaksanakan jauh dari pemukiman maka dampak tidak terlalu signifikan.
D. Alternatif
Untuk saat ini, perencanaan dengan model Top- Down di Indonesia masih sangat
sesuai. Karena pola pikir masyarakat Indonesia secara umum masih terkesan konservatif.
Artinya masih memiliki rasa cemas secara berlebih ketika terjadi perubahan secara
mendadak. Apabila tidak ada inisiatif dari pemerintah untuk “memaksa” pergerakan
pembangunan, maka tidak terjadi pergerakan apapun dari masyarakat. Terkadang ketika
pemerintah sudah “memaksa” pergerakan tersebut masyarakat pun tidak sepenuhnya
mendukung keputusan tersebut.
Untuk pertimbangan alternatif model perencanaan dapat digunakan model Bottom –
Up, yaitu model perencanaan yang inisiatif berasal dari masyarkat setempat. Dari masyarakat
yang memiliki permasalahan, masyarakat memiliki metode, dan masyarakat pula yang
memiliki solusi terbaik. Peran pemerintah disinia adalah sebagai fasilitator bahkan hanya
sebagai pendamping, menyediakan bantuan fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat atau
hanya mendampingi untuk kebutuhan konsultasi.
Model ini sesuai untuk masyarakat yang telah mandiri, dan memiliki kecakapan untuk
masing – masing bidang. Untuk mewujudkan model tersebut, hal mendasar yang perlu
diwujudkan adalah peningkatan standar pendidikan masyarakat Indonesia. Karena apabila
model ini diterapkan di masyarakat kurang pendidikan, kemungkinan keberlanjutan dari
perencanaan adalah minim. Dan yang terjadi selanjutnya adalah ketidakteraturan dalam
pelaksanaan perencanaan.
Alternatif lain adalah model perencanaan partisipasif, dimana di dalam model
perencanaan ini masyarakat dilibatkan dari awal perencanaan hingga pelaksanaan. Dan model
perencanaan seperti ini yang sedang dituju oleh pemerintah di dalam perencanaan jalur kereta
api double track. Akan tetapi karena keterbatasan waktu dari target pelaksanaan, partisipasi
masyarakat pada saat perencanaan masih belum bisa dilakukan. Masyarakat hanya dapat
berpartisipasi di dalam pelaksanaan perencanaannya saja.
Kelebihan dari model perencanaan partisipasif adalah adanya komunikasi dua arah
dari seluruh stake holder, pemerintah, dan masyarakat. Baik masyarakat yang terkena dampak
maupun dari LSM dan pengamat. Dengan adanya partisipasi tersebut, maka seluruh
hambatan dan permasalahan yang akan terjadi dapat ter-cover lebih mendalam. Sehingga
berbagai alternatif solusi untuk hambatan yang akan ditemui sudah dipersiapkan pada saat
perencanaan.
E. Penutup
Setiap pembangunan dimaksudkan untuk pemberian manfaat yang besar bagi
masyarakat luas. Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan perencanaan yang baik,
sehingga hal hal yang tidak diinginkan bisa diantisipasi sebelum terjadi. Karena di dalam
perencanaan yang baik telah memuat mengenai permasalahan dan kendala yang akan terjadi
serta tindakan antisipasinya. Selain itu model perncanaan yan baik tentu saja harus
menyesuaikan dengan kondisi masyarakat dan lingkungan. Baik itu menggunakan model
perencanaan Top – Down, Bottom – Up, maupun partisipasif tergantung dari reaksi
masyarakat di daerah perencanaan dan persepsi dari masyarakat mengenai perencanaan
tersebut.
Daftar Pustaka
Forum Masyarakat Sipil. Pengantar Perencanaan Pembangunan.
http://p3b.bappenas.go.id/handbook/docs/25.%20%20Pelatihan%20RPJMDesa
%20FORMASI.pdf. Akses 27 Desember 2012.
Kusumah , Euis Eliany. Trans Media Edisi 09/2012. Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia : Jakarta.
Wibowo, Arif. Perencanaan Partisipasif.
http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2010/05/03/perencanaan-partisipatif/. Akses 27 Desember
2012.
Widianto , Willy. Pembebasan Lahan Jalur Kereta Harus Diperhatikan Pemerintah.
http://m.tribunnews.com/2012/10/17/pembebasan-lahan-jalur-kereta-harus-diperhatikan-
pemerintah. Akses 27 Desember 2012.
Widianto, Willy. DPR-Pemerintah Setujui Pembiayaan Rel Ganda Cirebon-Kroya.
http://www.tribunnews.com/2012/10/17/dpr-pemerintah-setujui-pembiayaan-
rel-ganda-cirebon-kroya. Akses 27 Desember 2012.
Yani, Gede. Warga Segel Proyek Rel Ganda. http://gedeyani.blogspot.com/2012/07/warga-
segel-proyek-rel-ganda.html. Akses 27 Desember 2012.