Upload
sickhaulfah
View
247
Download
20
Embed Size (px)
DESCRIPTION
stikes bp
Citation preview
SEJARAH BAHASA INDONESIA
MAKALAH
Dibuat dalam rangka perkuliahan Bahasa Indonesia
Oleh:
Astri Pertiwi
Dede Aria Mulyana
Dede Komariah
Dian Melasari
Eni Darini
Yulia Prita Saputri
Sickha Ulfah
Jurusan Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Bina Putera Banjar
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur semata penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., Sang
Pencipta alam beserta isinya dengan penuh ketelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia yang berjudul “Sejarah Bahasa
Indonesia”. Senandung shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga, sahabat dan seluruh umatnya,
termasuk kita semua yang mudah-mudahan senantiasa taat menjalankan risalah
yang diembannya.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia dan sebagai bahan informasi mengenai Sejarah Bahasa
Indonesia. Pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini menggunakan
metode pengambilan data dari internet.
Dalam penulisan karya tulis ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Yth. Ibu Iis Wiganingsih, S.Pd., M.M.Pd
2. Rekan-rekan Jurusan Ilmu Keperawatan Semester 1 dan semua pihak yang
telah membantu dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar dapat dijadikan bahan pelajaran dalam penyusunan makalah ke
depannya. Semoga bermanfaat.
Banjar, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................
1.4 Sistematika Penulisan........................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 5
BAB III PENUTUP................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ....................................................................... 11
3.2 Saran................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan, kita tidak terlepas dengan yang namanya bahasa, Karena
bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan sehari
–hari.
Demikian juga, Bahasa Indonesia menjadi sarana budaya dan sarana berpikir
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, peranan Bahasa Indonesia menjadi
sangat penting. Mengingat pentingnya Bahasa Indonesia, kami sebagai
mahasiswa dituntut untuk lebih memahami Bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Yang salah satunya adalah dengan mengetahui sejarah Bahasa Indonesia.
Untuk itulah sangat penting untuk dipelajari, karena sangat disayangkan jika
sebagai pemakai Bahasa Indonesia tidak mengetahui tentang sejarah Bahasa
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan
diantaranya :
1. Bagaimana sejarah Bahasa Indonesia?
2. Apakah factor yang menyebabkan Bahasa melayu diterima sebagai
Bahasa nasional?
3. Apakah fungsi dari bahasa melayu?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini :
1. Untuk mengetahui sejarah Bahasa Indonesia.
2. Untuk menjelaskan factor-faktor yang menyebabkan Bahasa melayu
diterima sebagai Bahasa Nasional.
3. Untuk menyusun fungsi dari Bahasa Melayu.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.5 Latar Belakang
1.6 Rumusan Masalah
1.7 Tujuan Penulisan
1.8 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
3.3 Kesimpulan
3.4 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
Secara historis bahasa Indonesia berakar pada bahasa Melayu Riau
sebab bahasa yang dipilih sebagai bahasa nasional itu adalah bahasa Melayu,
yang sudah menjadi lingua franca di pelabuhab-pelabuhan perniagaan yang
tersebar di wilayah Nusantara, yang kemudian diberi nama bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersama dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan
bertambah kokoh keberadaanya karena bahasa melayu mudah diterima oleh
masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar
pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di
wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan
dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda Indonesia
yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa
Melayu menjadi Bahasa Indosesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh
bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Bahasa melayu meliputi:
Ditulis pada prasasti tertua yang berasal dari abad ke-13 ( sebelum Islam datang
ke Indonesia).
1. Huruf Arab ( Tulisan Jawi)
Setelah islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 berlangsung sampai abad
ke-19.
Setelah Islam datang ke Indonesia pada abad ke -13, berlangsung sampai
abad ke – 19
Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai Bahasa Nasional adalah
sebagai berikut:
1. Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca
(bahasa perantara atau bahasa pergaulan di bidang perdagangan) di seluruh
wilayah Nusantara.
2. Bahasa Melayu mempunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari,
mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar
untuk memperkaya dan menyempurnakan fungsinya.
3. Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya
perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial
pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan
perpecahan.
4. Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain
untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
5. Adanya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang
mulia.
Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:
1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisikan aturan-aturan
hidup dan sastra.
2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia.
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun
pedagang yang berasal dari luar Indonesia.
4. Bahasa resmi kerajaan.
Ada beberapa tahapan proses penerimaan itu membutuhkan waktu yang
lama, tahapannya meliputi :
A. Masa Pra-1928
Bila dilihat dari sudut pandang sejarah, bahasa Melayu merupakan
bahasa perhubungan atau komunikasi sejak abad VII yaitu masa awal
bangkitnya kerajaan Sriwijaya. Pada masanya kerajaan Sriwijaya menjadi pusat
kebudayaan, perdagangan, tempat orang belajar filsafat, dan pusat keagamaan
(Budha) dengan menggunakan bahasa perhubungannya yaitu bahasa Melayu.
Berdasarkan catatan sejarah, bahasa Melayu tidak saja berfungsi sebagai
bahasa perhubungan. Namun, juga digunakan sebagai bahasa pengantar, bahasa
resmi, bahasa agama, dan bahasa dalam penyampaian ilmu pengetahuan.
Sebagai bahasa pengantar dan alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
bahasa Melayu digunakan pada perguruan tinggi “Dharma Phala”. Selain itu,
bahasa Melayu juga digunakan sebagai bahasa penerjemah buku-buku
keagamaan misalnya buku keagaaman yang diterjemahkan ke bahasa Melayu
oleh I Tsing. Bukti lain adalah dengan ditemukannya berbagai prasasti yang
menggunakan bahasa Melayu. Prasasti-prasasti tersebut antara lain :
a. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.
b. Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.
c. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686 M.
d. Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M.
e. Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa Tengah tahun 832 M.
f. Prasasti Bogor, di Bogor tahun 942 M.]
Masuknya agama Islam ke kepulauan Nusantara, membuat kedudukan
bahasa Melayu semakin penting. Para pembawa ajaran Islam memanfaatkan
bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi. Di samping itu, pembawa ajaran
Islam ikut memperkaya khasanah kosa kata dalam bahasa Melayu.
Abad XVIII, bangsa-bangsa Barat (Belanda) memasuki kepulauan
Nusantara. Dalam mendirikan lembaga pendidikan, pemerintah Belanda
mengalami kegagalan sehingga menyebabkan dikeluarkannya SK No. 104/1631
yang antara lain berisi: “…Pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberikan
dalam bahasa Melayu.” Selain itu, juga tersusunnya Ejaan Van Ophyusen (tahun
1901) yang merupakan ejaan resmi bahasa Melayu dan diterbitkan dalam Kitab
logat Melajoe. Buku ini disusun oleh Charles Andrianus van Ophuysen dengan
dibantu oleh Soetan Makmoer dan Mohammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri
dari ejaan ini yaitu:
Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dinamai’, dsb.
Perkembangan bahasa Melayu berikutnya, tampak pada masa
kebangkitan pergerakan bangsa Indonesia yang dimulai sejak berdirinya Boedi
Oetomo (1908) yang telah menggunakan bahasa Melayu sebagai alat bertukar
informasi dan komunikasi antar pergerakan. Hal ini dianggap penting dan perlu,
karena dengan itu akan mudah dalam mencapai persatuan dan kesatuan dalam
rangka bernasional. Pada tahun 1908 Pemerintah Belanda mendirikan sebuah
badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de
Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah
menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti
Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan, yang banyak membantu penyebaran bahasa Melayu di
kalangan masyarakat luas.
Dalam Kongres II Jong Sumatera, diputuskan pemakaian bahasa
Melayu sebagai bahasa persatuan antar Jong. Tindak lanjut dari keputusan
tersebut adalah dengan menerbitkan surat kabar Neratja, Bianglala dan Kaoem
Moeda.
Sebagai puncak keberadaan bahasa Melayu seperti yang diuraikan di
atas, maka pada tanggal 28 Oktober 1928 diselenggarakan Kongres Pemuda di
Jakarta oleh berbagai Jong. Salah satu hasil gemilang dari Kongres pemuda yaitu
dengan dicetuskannya ikrar Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda itu berisi:
1) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu
bangsa Indonesia.
2) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertanah air yang satu
tanah air Indonesia.
3) Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan
bahasa Indonesia.
B. Masa Pasca-1928
Ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah
berubah menjadi Bahasa Indonesia. Perkembangan berikutnya dapat dilihat
dengan berdirinya Angkatan Pujangga Baru tahun 1933. Para pelopornya antara
lain, Sutan Takdir Alisjahbana, Armin Pane, dan Amir Hamzah. Angkatan ini
tampil dengan tema “Pembinaan Bahasa dan Kesusastraan Indonesia.”
Pada masa itu terjadi krisis terhadap keberadaan Bahasa Indonesia.
Kaum penjajah (Belanda), berusaha mengganggu keberadaan Bahasa Indonesia.
Sehingga sejumlah pakar bahasa Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres I
Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28 Juni
1938. Sejumlah pakar yang ikut ambil bagian dalam kongres tersebut antara lain
K. St Pamoentjak, Ki Hadjar Dewantoro, Sanoesi Pane, Sultan Takdir
Alisjahbana, Dr. Poerbatjaraka, Adinegoro, Soekrdjo Wirjopranoto, R. P.
Soeroso, Mr. Moh. Yamin, dan Mr. Amir Sjarifudin. Kongres ini membahas
bidang-bidang peristilahan, ejaan, tata bahasa, dan bahasa persuratkabaran. Dari
hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
Indonesia saat itu. Kongres ini berarti pula sebagai cetusan kesadaran akan
perlunya pembinaan yang lebih mantap terhadap bahasa Indonesia.
Pada masa Jepang berkuasa di Indonesia (1 Mei 1942), pemakaian
bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa perhubungan antar penduduk,
disamping bahasa Jepang dan pelarangan tegas penggunaan bahasa Belanda.
Keputusan itu sangat menggembirakan bagi pemekaran bahasa Indonesia dalam
rangka bangkitnya. Hal ini terlihat dari munculnya sebuah Angkatan
kesusastraan yang dipelopori Chairul Anwar, Idrus, Asrul Sani. Angkatan ini
dikenal sebagai Angkatan 45.
Pada tanggal 20 Oktober 1942, dibentuk Komisi Bahasa Indonesia oleh
Jepang. Tugas komisi ini adalah menyusun istilah dan tata bahasa normatif serta
kosa kata umum Bahasa Indonesia. Pembinaan dan pengembangan Bahasa
Indonesia secara tidak langsung semakin mantap dan memperoleh tempat di hati
penduduk.
Sesudah kemerdekaan
Satu hari setelah diproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945 telah ditetapkann UUD 1945
yang di dalamnya terdapat salah satu pasal yaitu pasal 36 yang berbunyi “Bahasa
negara ialah Bahasa Indonesia”. Dengan demikian, sejak saat itu bahasa
Indonesia menjadi bahasa resmi negara sehingga dalam semua urusan yang
berkaitan dengan pemerintahan, kenegaraan, pendidikan ataupun fórum resmi
harus menggunakan bahasa Indonesia.
Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
a) Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
b) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak,
rakjat dsb.
c) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-
barat2-an.
d) Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mendampinginya.
Peristiwa peristiwa penting yang berhubungan dengan perkembangan
bahasa Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, antara lain :
1. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang Undang Dasar 1945,
yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara.
2. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
3. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa
Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang
diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
4. Tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di
hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57
tahun 1972.
5. Tanggal 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia
(Wawasan Nusantara).
6. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati
Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan,
dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha
memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
7. Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia
IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari
Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat
yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan
kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
8. Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar
bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari Brunai
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia.
Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara,
yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
9. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia
dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam,
Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan
Amerika Serikat.
Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan
disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
10. Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia
VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
BAB III
A. SIMPULAN
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Sumber dari bahasa indonesia adalah bahasa melayu
2. Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa
persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara Yuridis Bahasa
Indonesia di akui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18
Agustus 1945.
3. Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa indonesia karena bahasa
melayu telah digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di
nusantara dan bahasa melayu sangat sederhana dan mudah dipelajari
serta tidak memiliki tingkatan bahasa.
4. Bahasa indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa persatuan dan
bahasa negara.
5. Seiring dengan perkembangannya bahasa indonesia memiliki banyak
ragam dan variasi namun semua menambah kekayaan bahasa Indonesia
sendiri.
B. SARAN
Sebagaimana yang kita ketahui bahasa Indonesia sumbernya adalah bahasa
melayu. Sebagai bangsa yang besar selayaknyalah kita menghargai nilai-nilai
sejarah tersebut dengan tetap menghomati bahasa melayu. Disamping itu
alangkah baiknya apabila kita menggunakan bahasa indonesia secara baik dan
benar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1