38
PENGARUH MARAKNYA PENIPUAN VIA INTERNET BANKING TERHADAP KEPERCAYAAN NASABAH UNTUK MENGGUNAKAN LAYANAN INTERNET BANKING I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bank adalah bagian dari sistem keuangan suatu Negara. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaan nasabahnya. Pesatnya perkembangan teknologi informasi juga berimbas pada bergesernya sistem pelayanan bank. Berbagai layanan perbankan diberikan bank kepada nasabahnya demi kepuasan pelanggan. Saat ini dalam melakukan kegiatan usaha atau memberikan layanan kepada nasabah, bank tidak saja menggunakan model-model konvensional face to face dan didasarkan pada paper document, tetapi bank juga menggunakan model layanan dengan model non face to face dan paperless document atau digital document. Salah satu sistem layanan berbasis teknologi yang terkenal dalam dunia perbankan saat ini adalah layanan internet banking. Dengan disediakannya fasilitas layanan internet banking, nasabah mendapat keuntungan berupa fleksibilitas untuk melakukan kegiatannya setiap saat. Nasabah juga dapat mengakses layanan internet melalui personal computer, ponsel atau media wereless lainnya. Dengan 1

Tugas Proposal Sia2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Proposal Sia2

PENGARUH MARAKNYA PENIPUAN VIA INTERNET BANKING

TERHADAP KEPERCAYAAN NASABAH UNTUK MENGGUNAKAN

LAYANAN INTERNET BANKING

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Bank adalah bagian dari sistem keuangan suatu Negara. Bank merupakan

suatu lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaan

nasabahnya. Pesatnya perkembangan teknologi informasi juga berimbas pada

bergesernya sistem pelayanan bank. Berbagai layanan perbankan diberikan bank

kepada nasabahnya demi kepuasan pelanggan. Saat ini dalam melakukan kegiatan

usaha atau memberikan layanan kepada nasabah, bank tidak saja menggunakan

model-model konvensional face to face dan didasarkan pada paper document, tetapi

bank juga menggunakan model layanan dengan model non face to face dan paperless

document atau digital document. Salah satu sistem layanan berbasis teknologi yang

terkenal dalam dunia perbankan saat ini adalah layanan internet banking.

Dengan disediakannya fasilitas layanan internet banking, nasabah mendapat

keuntungan berupa fleksibilitas untuk melakukan kegiatannya setiap saat. Nasabah

juga dapat mengakses layanan internet melalui personal computer, ponsel atau media

wereless lainnya. Dengan layanan ini, nasabah dapat melakukan berbagai macam

transaksi perbankan dengan lebih mudah, hanya dengan koneksi internet semata. Hal

ini mempermudah para nasabah, terutama mereka yang selalu sibuk, dalam

mengelola keuangan mereka.

Di era ini, teknologi internet hampir mulai menjadi penggunaan yang wajib

bagi segala aspek kehidupan. Begitu juga di dunia perbankan, penggunaan teknologi

internet telah menjadi standar de facto. Dengan teknologi inilah bank dapat dengan

mudah mengelola segala kebutuhan nasabahnya dengan lebih baik.. Layanan ini lahir

dari tuntutan persaingan dunia perbankan dalam menjaring nasabah, selain itu juga

merupakan salah satu keinginan dari nasabah itu sendiri yang menginginkan layanan

perbankan yang mudah dan cepat, tersedia setiap saat, terjangkau, serta nyaman..

1

Page 2: Tugas Proposal Sia2

Pada dasarnya internet banking memiliki tiga tahap pelayanan yang

ditawarkan kepada nasabahnya, yaitu : Pertama, layanan informasi (informational),

dimana bank hanya menyediakan informasi jasa keuangan dalam websitenya; kedua,

komunikasi (communicational), dimana dalam website tersebut juga memungkinkan

nasabah dapat berkomunikasi dengan bank; ketiga, transaksi (transactional/advance)

dimana sudah memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi-transaksi

keuangan virtual seperti, transfer dana, pengecekan saldo ataupun berbagai jenis

pembayaran.

Dewasa ini ketiga jenis layanan tersebut telah ditawarkan oleh perbankan

Indonesia. Dari data yang ada tahun 2007, di Indonesia terdapat enam bank yang

telah menyelenggarakan internet banking pada tahap transaksi, sedangkan pada tahap

informasi dan komunikasi terdapat sekitar 40 bank yang memiliki website. Namun

tahun 2010, sudah lebih 10 bank di Indonesia telah menggunakan internet banking

untuk melayani nasabahnya.

Akan tetapi, dibalik segala kenyamanan dan kemudahan yang diberikan

layanan ini ada sebuah aspek yang harus sangat diperhatikan, yaitu aspek keamanan.

Ernst & Young dalam sebuah survey mengenai Information Security mengemukakan

bahwa 66% responden mengatakan security dan privacy merupakan aspek

penghambat lebih besarnya penggunaan layanan yang berbasis e-commerce (Budi

Rahardjo, 2001). Banyak para nasabah masih merasa ragu untuk bertransaksi dengan

menggunakan internet banking karena masih sangsi dengan keamanannya.

Pemanfaatan Teknologi Informasi, media dan komunikasi telah mengubah

baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa

batas (borderless) sehingga menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya

secara signifikan dan berlangsung demikian cepat. Teknologi Informasi saat ini

menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan

kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif

perbuatan melawan hukum.

Pemanfaatan teknologi informasi bagi industri perbankan dalam inovasi

produk jasa bank juga dibayang-bayangi oleh potensi risiko kegagalan sistem

dan/atau risiko kejahatan elektronik (cybercrime) yang dilakukan oleh orang-orang

2

Page 3: Tugas Proposal Sia2

yang tidak bertanggungjawab. Disatu sisi internet banking memiliki banyak manfaat

positif, namun disisi lain, transaksi internet banking juga berpotensi mengalami

kegagalan atau menjadi objek kejahatan elektronik. Kegagalan sistem dapat

disebabkan karena adanya kerusakan sistem (seperti misalnya server down), dan

dalam skala luas bisa disebabkan karena adanya bencana alam. Sementara itu,

cybercrime yang terjadi pada industri perbankan di Indonesia cenderung meningkat.

Berdasarkan data Bank Indonesia (http://bi.go.id), terdapat peningkatan yang

signifikan terkait penipuan E-Banking dalam 2 tahun terakhir. Pada tahun 2006

terdapat volume laporan 57,766 dengan nilai Rp. 36.500.000.000.000,- (tiga puluh

enam triliun lima ratus milyar rupiah), sedangkan pada tahun 2007 terdapat volume

laporan 532.533 dengan nilai Rp. 45.700.000.000.000,- (empat puluh lima triliun

tujuh ratus milyar rupiah) (Noviana Monalisa, 2011).

Pada era global seperti sekarang ini, keamanan sistem informasi berbasis

internet menjadi suatu keharusan untuk diperhatikan, karena jaringan komputer

internet yang sifatnya publik dan global pada dasarnya tidak aman. Pada saat data

terkirim dari suatu komputer ke komputer yang lain di dalam internet, data itu akan

melewati sejumlah komputer yang lain yang berarti akan memberi kesempatan pada

user internet yang lain untuk menyadap atau mengubah data tersebut. Kecuali suatu

komputer terkunci di dalam ruangan yang mempunyai akses terbatas dan komputer

tersebut tidak terhubung ke luar dari ruangan itu, maka komputer tersebut tidak

aman. Pembobolan sistem keamanan di internet terjadi hampir setiap hari di seluruh

Dunia.

Seperti seorang hacker dapat masuk ke dalam suatu sistem jaringan

perbankan untuk mencuri informasi nasabah yang terdapat di dalam server mengenai

data base rekening bank tersebut, karena dengan adanya e-banking jaringan tersebut

dapat dikatakan terbuka serta dapat diakses oleh siapa saja. Kalaupun pencurian data

yang dilakukan sering tidak dapat dibuktikan secara kasat mata karena tidak ada data

yang hilang tetapi dapat diketahui telah diakses secara illegal dari sistem yang

dijalankan.

E-commerce tidak sedikit membuka peluang bagi terjadinya tindak pidana

penipuan, seperti yang dilakukan oleh sekelompok pemuda di Medan yang

memasang iklan di salah satu website terkenal “Yahoo” dengan seolah - olah

3

Page 4: Tugas Proposal Sia2

menjual mobil mewah Ferrary dan Lamborghini dengan harga murah sehingga

menarik minat seorang pembeli dari Kuwait. Perbuatan tersebut dapat dilakukan

tanpa adanya hubungan terlebih dahulu antara penjual dan pembeli, padahal biasanya

untuk kasus penipuan terdapat hubungan antara korban atau tersangka.

Survey Nielsen (2001) menyatakan, Indonesia menempati posisi ke-enam

terbesar dunia atau keempat di Asia dalam tindak kejahatan internet. Salah satu kasus

tindak kejahatan internet dengan menggunakan fasilitas Internet Banking di

Indonesia adalah kasus pembobolan rekening nasabah Bank Central Asia dengan

menggunakan clickbca (Kompas 2002) yaitu ulah seseorang bernama Steven

Haryanto, seorang hacker dan jurnalis pada majalah Master Web. Lelaki asal

Bandung ini dengan sengaja membuat situs asli tapi palsu layanan Internet banking

Bank Central Asia, (BCA). Steven membeli domain-domain dengan nama mirip

www.klikbca.com (situs asli Internet banking BCA), yaitu domain wwwklik-

bca.com, kilkbca.com, clikbca.com, klickca.com. dan klikbac.com. Isi situs-situs

plesetan inipun nyaris sama, kecuali tidak adanya security untuk bertransaksi dan

adanya formulir akses (login form) palsu. Jika nasabah BCA salah mengetik situs

BCA asli maka nasabah tersebut masuk perangkap situs plesetan yang dibuat oleh

Steven sehingga identitas pengguna (user id) dan nomor identitas personal (PIN)

dapat di ketahuinya. Diperkirakan, 130 nasabah BCA tercuri datanya. Menurut

pengakuan Steven pada situs bagi para webmaster di Indonesia,

www.webmaster.or.id, tujuan membuat situs plesetan adalah agar publik menjadi

lebih berhati – hati dan tidak ceroboh saat melakukan pengetikan alamat situs (typo

site), bukan untuk mengeruk keuntungan. Kasus seperti ini dianggap melunturkan

kepercayaan masyarakat akan amannya transaksi Internet Banking dan menyebabkan

layanan ini dihindari (Rahardjo, 2002).

Menurut perusahaan Security Clear Commerce di Texas USA, saat ini

Indonesia menduduki peringkat ke 2 setelah Ukraina dalam hal kejahatan Carding

dengan memanfaatkan teknologi informasi (Internet) yaitu menggunakan nomor

kartu kredit orang lain untuk melakukan pemesanan barang secara online.

Komunikasi awalnya dibangun melalui e-mail untuk menanyakan kondisi barang dan

melakukan transaksi. Setelah terjadi kesepakatan, pelaku memberikan nomor kartu

kreditnya dan penjual mengirimkan barangnya, cara ini relatif aman bagi pelaku

4

Page 5: Tugas Proposal Sia2

karena penjual biasanya membutuhkan 3 –5 hari untuk melakukan kliring atau

pencairan dana sehingga pada saat penjual mengetahui bahwa nomor kartu kredit

tersebut bukan milik pelaku barang sudah terlanjur terkirim.

Contoh lain adalah pelaku sengaja membuat situs jebakan yang alamat

maupun fiturnya mirip dengan aslinya untuk menjerat nasabah yang ceroboh untuk

memasukkan nomor rekening dan password. Bila terjebak, dalam sekejap seluruh

tabungan Anda berpindah nomor rekening, bahkan bisa jadi nomor rekening di

Cayman Island atau negeri antah berantah lainnya. Kasus ini pernah menimpa

nasabah mobile banking sebuah bank nasional terbesar Bank Central Asia yang

terjebak masuk ke situs palsu.

"Modus itu namanya type site, yakni kejahatan yang dilakukan pelakunya

dengan membuat nama situs palsu yang sama persis dengan situs aslinya. Kalau yang

mengganti halaman muka namanya web deface," ucap Kanit Cybercrime Bareskrim

Mabes Polri PetrusGolese. Kejahatan digital jenis baru yang cukup meresahkan

banyak orang adalah phising atau penipuan lewat e-mail. Phising merupakan teknik

untuk mencari personal information (alamat email, nomor rekening, dan data pribadi

lainnya) dengan mengirimkan e-mail yang seolah-olah datang dari bank yang

bersangkutan.

Sementara, kejahatan digital yang bertujuan pada peralatan IT antara lain

defacting dan hacking. Keduanya bertujuan mencuri data-data milik orang lain dalam

jaringan komunikasi data, maupun sekadar penetrasi jaringan sistem komputer untuk

mengganggu privasi maupun bertujuan membuat sistem gagal berfungsi (denial of

service/DoS). Bagi yang berupaya masuk ke sistem jaringan sekadar untuk

"mengadu ilmu", pelakunya disebut hacker. Sementara yang tujuannya merusak

jaringan kerap disebut cracker.

Bentuk kejahatan digital yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah

mencuri nomor dan password kartu kredit untuk transaksi di situs belanja, seperti E-

Bay maupun Amazon. Pelakunya kerap disebut carder. E-commerce menggolongkan

Indonesia sebagai surga carder. Pusat carder utama di Indonesia secara berurutan

adalah Semarang, Jogjakarta, Medan, Bandung, Jakarta, Denpasar, dan Surabaya.

Dengan demikian maka terlihat bahwa kejahatan ini tidak mengenal batas

wilayah (borderless) serta waktu kejadian karena korban dan pelaku sering berada di

5

Page 6: Tugas Proposal Sia2

negara yang berbeda. Semua aksi itu dapat dilakukan hanya dari depan komputer

yang memiliki akses Internet tanpa takut diketahui oleh orang lain/ saksi mata,

sehingga kejahatan ini termasuk dalam Transnational Crime/ kejahatan antar negara

yang pengungkapannya sering melibatkan penegak hukum lebih dari satu negara.

Masalah keamanan dan kerahasiaan data-data pribadi maupun keuangan

dalam internet banking seringkali dipertanyakan oleh nasabah sebelum mereka

memutuskan untuk menggunakan internet banking. Internet banking yang mampu

meyakinkan nasabahnya akan keamanan dan kerahasiaan data-data nasabah akan

memperoleh kepercayaan dari nasabah.

Dari berbagai penipuan via internet banking yang telah diuraikan diatas,

maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh maraknya penipuan via internet

banking dengan kepercayaan nasabah untuk menggunakan layanan intenet banking

tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka permasalahan penelitian ini

adalah seberapa besar pengaruh maraknya penipuan via internet banking terhadap

kepercayaan nasabah untuk menggunakan layanan internet banking tersebut.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh maraknya penipuan

via internet banking terhadap kepercayaan nasabah untuk menggunakan layanan

internet banking.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademis

Penelitian ini memberikan manfaat bagi perkembangan sistem informasi

akuntansi khususnya teknologi informasi pemakaian internet banking.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi nasabah agar lebih

berhati-hati dalam menggunakan layanan internet banking dan bagi bank

penyelenggara untuk bisa menyediakan jasa layanan internet banking yang lebih

6

Page 7: Tugas Proposal Sia2

aman dan terpercaya bagi nasabahnya. Temuan penelitian ini diharapkan dapat

membantu bank penyelenggara internet banking untuk lebih meningkatkan

pelayanan dan keamanan teknologi informasi kepada pemakai jasa atau nasabahnya.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian E-Banking

E-banking didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank

secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif. E-

Banking meliputi sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik individu ataupun

bisnis, untuk mengakses rekening, melakukan transaksi bisnis, atau mendapatkan

informasi produk dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau publik, termasuk

internet. Nasabah dapat mengakses e-banking melalui piranti pintar elektronis seperti

komputer/PC, PDA, ATM, atau telepon.

Saluran dari e-Banking yang telah diterapkan bank-bank di Indonesia adalah

sebagai berikut:

1. ATM, Automated Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri, ini adalah

saluran e-Banking paling populer yang kita kenal. Setiap kita pasti

mempunyai kartu ATM dan menggunakan fasilitas ATM. Fitur tradisional

ATM adalah untuk mengetahui informasi saldo dan melakukan penarikan

tunai. Dalam perkembangannya, fitur semakin bertambah yang

memungkinkan untuk melakukan pemindahbukuan antar rekening,

pembayaran (a.l. kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (a.l. voucher

dan tiket), dan yang terkini transfer ke bank lain (dalam satu switching

jaringan ATM). Selain bertransaksi melalui mesin ATM, kartu ATM dapat

pula digunakan untuk berbelanja di tempat perbelanjaan, berfungsi sebagai

kartu debit. Bila kita mengenal ATM sebagai mesin untuk mengambil uang,

belakangan muncul pula ATM yang dapat menerima setoran uang, yang

dikenal pula sebagai Cash Deposit Machine/CDM. Layaklah bila ATM

disebut sebagai mesin sejuta umat dan segala bisa, karena ragam fitur dan

kemudahan penggunaannya.

2. Phone Banking, ini adalah saluran yang memungkinkan nasabah untuk

melakukan transaksi dengan bank via telepon. Pada awalnya lazim diakses

7

Page 8: Tugas Proposal Sia2

melalui telepon rumah, namun seiring dengan makin populernya telepon

genggam/HP, maka tersedia pula nomor akses khusus via HP bertarif

panggilan flat dari manapun nasabah berada. Pada awalnya, layanan Phone

Banking hanya bersifat informasi yaitu untuk informasi jasa/produk bank dan

informasi saldo rekening serta dilayani oleh Customer Service Operator/CSO.

Namun profilnya kemudian berkembang untuk transaksi pemindahbukuan

antar rekening, pembayaran (a.l. kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian

(a.l. voucher dan tiket), dan transfer ke bank lain; serta dilayani oleh

Interactive Voice Response (IVR). Fasilitas ini boleh dibilang lebih praktis

ketimbang ATM untuk transaksi non tunai, karena cukup menggunakan

telepon/HP di manapun kita berada, kita bisa melakukan berbagai transaksi,

termasuk transfer ke bank lain.

3. Internet Banking, ini termasuk saluran teranyar e-Banking yang

memungkinkan nasabah melakukan transaksi via internet dengan

menggunakan komputer/PC atau PDA. Fitur transaksi yang dapat dilakukan

sama dengan Phone Banking yaitu informasi jasa/produk bank, informasi

saldo rekening, transaksi pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (a.l.

kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (a.l. voucher dan tiket), dan

transfer ke bank lain. Kelebihan dari saluran ini adalah kenyamanan

bertransaksi dengan tampilan menu dan informasi secara lengkap tertampang

di layar komputer/PC atau PDA.

4. SMS/M-Banking, saluran ini pada dasarnya evolusi lebih lanjut dari Phone

Banking, yang memungkinkan nasabah untuk bertransaksi via HP dengan

perintah SMS. Fitur transaksi yang dapat dilakukan yaitu informasi saldo

rekening, pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (a.l. kartu kredit,

listrik, dan telepon), dan pembelian voucher. Untuk transaksi lainnya pada

dasarnya dapat pula dilakukan, namun tergantung pada akses yang dapat

diberikan bank. Saluran ini sebenarnya termasuk praktis namun dalam

prakteknya agak merepotkan karena nasabah harus menghapal kode-kode

transaksi dalam pengetikan sms, kecuali pada bank yang melakukan

kerjasama dengan operator seluler, menyediakan akses banking menu – Sim

Tool Kit (STK) pada simcardnya.

8

Page 9: Tugas Proposal Sia2

2.2. Definisi Internet Banking

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/18/DPNP, yang dimaksud

dengan internet banking adalah : “Internet Banking adalah salah satu pelayanan jasa

Bank yang memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi, melakukan

komunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet, dan bukan

merupakan Bank yang hanya menyelenggarakan layanan perbankan melalui internet,

sehingga pendirian dan kegiatan Internet Only Bank tidak diperkenankan (Noviana

Monalisa, 2011).

Definisi lain dari Internet Banking adalah salah satu pelayanan jasa bank

yang memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi

dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet, dan bukan merupakan

bank yang hanya menyelenggarakan layanan perbankan melalui internet

(Tampubolon, 2004).

Untuk dapat menggunakan layanan ini, seorang nasabah akan dibekali

dengan login dan kode akses ke situs web dimana terdapat fasilitas e-banking milik

bank bersangkutan. Selanjutnya, nasabah dapat melakukan login dan melakukan

aktifitas perbankan melalui situs web bank bersangkutan. Seperti halnya pada

fasilitas ATM, lewat sarana internet seorang nasabah dapat melakukan aktifitas

pengecekan rekening, transfer dana antar rekening, hingga pembayaran tagihan-

tagihan rutin bulanan (listrik, telepon, dsb.) melalui rekening banknya.

Pada dasarnya internet banking memiliki tiga tahap pelayanan yang

ditawarkan kepada nasabahnya, yaitu : Pertama, layanan informasi (informational),

dimana bank hanya menyediakan informasi jasa keuangan dalam websitenya; kedua,

komunikasi (communicational), dimana dalam website tersebut juga memungkinkan

nasabah dapat berkomunikasi dengan bank; ketiga, transaksi (transactional/advance)

dimana sudah memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi-transaksi

keuangan virtual seperti, transfer dana, pengecekan saldo ataupun berbagai jenis

pembayaran.

9

Page 10: Tugas Proposal Sia2

2.3. Manfaat Internet Banking

Manfaat yang dapat diperoleh baik nasabah maupun bank dari layanan

Internet Banking antara lain (Fata Mukhlish, 2007) :

1. Business expansion yaitu mempermudah perluasan daerah operasi bank.

Dengan Internet banking, bank, layanan perbankan dapat diakses dimana saja

dan kapan saja, tanpa perlu membuka kantor cabang baru.

2. Customer loyalty yaitu nasabah akan merasa lebih nyaman untuk melakukan

aktivitas perbankannya tanpa harus membuka akun di bank yang berbeda-

beda di berbagai tempat.

3. Revenue & cost improvement yaitu biaya untuk memberikan layanan ini dapa

lebih murah dibandingkan dengan membuka kantor cabang baru.

4. Competitive advantage yaitu dengan membuka layanan Internet Banking,

bank akan memiliki keuntungan lebih dibandingkan dengan kompetitor lain

dalam melayani nasabahnya.

5. New Business Model yaitu bahwa layanan ini memungkinkan adanya model

bisnis yang baru.

2.4. Jenis-jenis transaksi internet banking

Umumnya, beberapa layanan yang bisa diakses nasabah melalui Internet

Banking adalah:

1. Informasi Saldo

2. Informasi Transaksi

3. Transaksi Overbooking

4. Transaksi Pembayaran:

• Telepon

• Kartu Kredit

• Selular Pascabayar

• Selular Prabayar

• Pinjaman

• Tagihan Pendidikan Sekolah / Universitas

• Tagihan Listrik

• TV Kabel / Satelit

• Internet

10

Page 11: Tugas Proposal Sia2

• Asuransi

5. Pembukaan Rekening

• Tabungan

• Giro

• Deposito

• Kartu Kredit

6. Pemesanan Buku Cek/BG

7. Perubahan Alamat Rekening atau Email

8. Informasi aktifitas nasabah di Internet Banking

9. Informasi Biaya

10. Informasi Kurs

11. Informasi Suku Bunga

12. Simulasi-simulasi produk

13. Perubahan Password

2.5. Kepercayaan dalam Internet Banking

Menurut Mukherjee dan Nath (2003) kepercayaan dapat diukur melalui

technology orientation, reputation dan perceived risk. Sehingga indicator yang

digunakan untuk mengukur kepercayaan adalah technology orientation, reputation

dan perceived risk.

Technology Orientation

Besarnya kepercayaan konsumen terhadap sistem elektronik berkaitan dengan

besarnya kepercayaan mereka terhadap online banking (Lee dan Turban 2001).

Ketika konsumen memperkirakan faktor kepercayaan, beberapa persoalan muncul

dalam pikiran mereka dan salah satu persoalan tersebut adalah kesesuaian

kemampuan dari sistem elektronik tersebut dengan harapan konsumen (Mukherjee

dan Nath 2003). Konsumen menggunakan beberapa ukuran seperti kecepatan akses,

apakah jaringannya dapat dipercaya, system navigasi untuk mengevaluasi transaksi-

transaksi elektronik (Lee dan Turban 2001). Orientasi konsumen terhadap teknologi

dari komunikasi elektronik dan internet seringkali mewakili kepercayaan mereka

dalam internet banking (Mukherjee dan Nath 2003) sehingga technology

orientation merupakan indikator dari kepercayaan

11

Page 12: Tugas Proposal Sia2

Reputation

Sebagai “keseluruhan kualitas atau karakter yang dapat dilihat atau dinilai secara

umum oleh masyarakat” (Malaga 2001). Ketika konsumen memproses informasi

dalam online banking, mereka akan mempertimbangkan reputasi bank tersebut

(Mukherjee dan Nath 2003) dimana reputasi adalah faktor yang sangat penting dari

kepercayaan. Ba (2001) menyatakan bahwa ketika konsumen merasa suatu online

bank memiliki reputasi yang jelek, mereka akan malas menggunakan website bank

tersebut. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa reputation dapat digunakan

untuk mengukur kepercayaan

Perceived Risk

Besarnya persepsi konsumen mengenai resiko mempengaruhi besarnya

kepercayaan mereka terhadap online bank dan sistem dari online bank tersebut

sehingga ketika memproses informasi online, konsumen sering menganggap bahwa

ada resiko yang tinggi walaupun resiko tersebut sebenarnya rendah (Mukherjee dan

Nath 2003). Konsumen online yang lebih berpengalaman mempunyai lebih banyak

informasi mengenai online banking sehingga mereka beranggapan resikonya rendah

dan karena itu mereka mempunyai kepercayaan yang lebih dalam transaksi online

(Ba 2001). Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa perceived risk dapat

digunakan untuk mengukur kepercayaan. Morgan dan Hunt (1994), Mukherjee dan

Nath (2003) mengkonsepkan kepercayaan dipengaruhi oleh shared value,

communication dan opportunistic behaviour.

Shergill dan Li (2005) juga mengkonsepkan kepercayaan dipengaruhi oleh

shared value, communication dan opportunistic behaviour control. Dengan adanya

dukungan teori dari Shergill dan Li, Morgan dan Hunt serta Mukherjee dan Nath

maka penelitian ini juga mengkonsepkan kepercayaan dipengaruhi oleh shared

value, communication dan opportunistic behaviour control.

Shared Value

Suatu tahap dimana mitra bisnis memiliki keyakinan mengenai tingkah laku,

tujuan dan peraturan yang penting atau tidak penting, tepat atau tidak tepat dan benar

atau salah (Morgan dan Hunt 1994). Di dalam konteks online banking, shared value

menyimbolkan keyakinan konsumen dan bank terhadap nilai-nilai seperti ethics,

security dan privacy (Mukherjee dan Nath 2003).

12

Page 13: Tugas Proposal Sia2

Menurut Mukherjee dan Nath (2003) dan Shergill dan Li (2005), shared value

dapat diukur dengan menggunakan indikator privacy, security dan ethics. a) Privacy.

Sudah banyak survei yang menemukan adanya kekhawatiran yang tinggi dari

konsumen tentang kerahasiaan data-data pribadi mereka di dalam aktivitas online

(Swaminathan et al. 1999). Dalam transaksi online, ada resiko hilangnya

kerahasiaan, yang merupakan faktor yang signifikan dalam membangun kepercayaan

(Culnan dan Armstrong 1999).

Novak et al. (1999) mengungkapkan bahwa kekhawatiran yang utama mengenai

kerahasiaan data-data pribadi bagi pengguna online banking adalah pelanggaran

kebebasan pribadi dan kurangnya kerahasiaan, dimana ada penyalahgunaan dan

kurangnya pengendalian terhadap kerahasiaan informasi dalam transaksi. Dengan

adanya keyakinan pengguna dan bank terhadap nilai privacy maka privacy adalah

indikator untuk mengukur shared value, b) Security. Menurut Jones dan

Vijayasarathy (1998), konsumen percaya bahwa saluran pembayaran di internet tidak

aman. Hal ini mengurangi kepercayaan konsumen, sehingga mereka malas

melakukan transaksi online banking (Mukherjee dan Nath 2003).

Communication

Menurut Anderson dan Narus (1990) yang dikutip oleh Mukherjee dan Nath

(2003), komunikasi dapat didefinisikan sebagai “pembagian informasi yang berarti

dan tepat waktu baik secara resmi maupun tidak resmi. Morgan dan Hunt (1994)

berpendapat persepsi mitra bisnis bahwa komunikasi masa lalu dari pihak lain yang

relevan, tepat waktu dan dapat dipercaya akan semakin meningkatkan kepercayaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Gefen dan Straub (2001) menemukan bahwa

komunikasi manusia dengan mesin, atau setidaknya kepercayaan bahwa sistem

elektronik mempunyai karakteristik sosial, sangat penting untuk membangun

kepercayaan konsumen online.

Semakin tinggi tingkat komunikasi sosial yang ditampilkan oleh suatu

website bank, semakin besar pengaruhnya pada kepercayaan konsumen dan

meningkatkan kemungkinan konsumen melakukan transaksi online (Mukherjee dan

Nath 2003). Pada tahap dimana suatu website dapat mempertinggi komunikasi

sosialnya yang meliputi keterbukaan (openness), kecepatan dalam merespon (speed

of response) dan kualitas informasi (quality of information) akan mempengaruhi

13

Page 14: Tugas Proposal Sia2

kemampuan situs tersebut untuk memenuhi kebutuhan pengguna internet (Mukherjee

dan Nath 2003). Sehingga communication dapat diukur oleh indikator openness,

speed of response dan quality of information. 1) Openness. Kepercayaan didapatkan

melalui keterbukaan dalam komunikasi yang secara spesifik melibatkan konsumen

perseorangan dan hubungan mereka dengan bank (Mukherjee dan Nath 2003), 2)

Speed of Response.

Menurut Shergill dan Li (2005), tanpa menggunakan cara berkomunikasi

yang tepat, internet banking tidak dapat membangun hubungan yang baik dengan

penggunanya dan hasil penelitian yang dilakukan Shergill dan Li (2005)

menunjukkan bahwa konsumen mempertimbangkan speed of response dengan serius

ketika berkomunikasi dengan penyedia layanan internet banking dan 3) Quality of

Information. Industri internet banking juga harus terbuka dan menyediakan

informasi yang berkualitas tinggi untuk konsumennya (Shergill dan Li 2005).

Opportunistic Behaviour Control

Menurut Williamson (1975) yang dikutip oleh Mukherjee dan Nath (2003),

opportunistic behavior didefinisikan sebagai pencarian akan kemungkinan seseorang

termakan tipu muslihat ketika melakukan suatu transaksi. Opportunistic Behaviour

Control berperan sebagai faktor penting yang mempengaruhi kepercayaan (Shergill

dan Li 2005). Shergill dan Li (2005) mengkonsepkan regulatory control dan

asymmetry information control sebagai indikator untuk mengukur opportunistic

behaviour control. 1) Regulatory Control Ketika konsumen menggunakan online

banking, mereka memperkirakan tingkat kepercayaan diri mereka atas mekanisme

regulatory control di dunia virtual (Mukherjee dan Nath 2003). Ada website yang

palsu dan identitas online dapat dilupakan dengan mudah (Ba 2001).

Karena perkembangan internet banking yang cepat menyebabkan timbulnya

resiko yang sama dengan keuntungan yang didapatkan, regulatory control

menampilkan fungsi identifikasi, pengukuran, pengawasan dan pengendalian resiko-

resiko dari pengoperasian internet banking untuk memperkuat keamanan lingkungan

saat melakukan aktivitas keuangan melalui internet (Shergill dan Li 2005), 2)

Asymmetry Information Control. Terdapat Information asymmetry pada kelengkapan

informasi suatu produk, yaitu informasi yang lengkap tentang kualitas produk yang

sulit didapatkan di dalam lingkungan virtual (Ba 2001). Konsumen yang tidak

14

Page 15: Tugas Proposal Sia2

mendapatkan informasi yang lengkap tentang kualitas suatu produk, seringkali

kehilangan kepercayaaan untuk melakukan transaksi online (Ba 2001).

2.7. Pengembangan Hipotesis

Ketika bank memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai etika, kerahasiaan dan

keamanan dalam internet banking maka bank tersebut akan berusaha untuk

menjalankan nilai-nilai tersebut dalam internet banking. Di sisi lain, pengguna juga

memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai etika, kerahasiaan dan keamanan yang sama

dengan bank, dan pengguna akan memilih internet banking yang mampu

menjalankan nilai-nilai yang diyakini oleh pengguna tersebut. Dengan adanya

persamaan keyakinan antara bank dengan pengguna mengenai nilai-nilai tersebut

menyebabkan pengguna merasakan kecocokan dengan internet banking dari bank

tersebut yang menimbulkan adanya suatu ikatan antara pengguna dengan internet

banking. Rasa keterikatan ini mendorong timbulnya kepercayaan pengguna terhadap

internet banking. Penelitian Shergill dan Li (2005), Mukherjee dan Nath (2003),

Morgan dan Hunt (1994) telah berhasil membuktikan bahwa shared value

mempengaruhi trust, sehingga hipotesis yang pertama dalam penelitian ini

adalah: H1: Diduga terdapat pengaruh positif antara shared value dan trust.

Dengan adanya komunikasi antara internet banking dengan pengguna

internet banking yang diwujudkan dengan diterimanya kritikan maupun ide baru

pengguna mengenai internet banking, kecepatan respon internet banking untuk

memberikan informasi yang diinginkan pengguna dan adanya informasi yang terbaru

mengenai produk maupun jasa yang ditawarkan maka akan meningkatkan

kepercayaan pengguna terhadap internet banking karena pengguna dapat dengan

mudah memperoleh informasi yang mereka inginkan. Selain itu dengan seringnya

berkomunikasi maka akan menciptakan hubungan yang lebih erat antara pengguna

dengan internet banking yang berdampak pada tingkat kepercayaan pengguna

terhadap internet banking. Penelitian Shergill dan Li (2005), Mukherjee dan Nath

(2003), Morgan dan Hunt (1994) telah membuktikan bahwa communication

mempengaruhi trust, sehingga hipotesis yang kedua dalam penelitian ini

adalah: H2: Diduga terdapat pengaruh positif antara communication dan trust.

15

Page 16: Tugas Proposal Sia2

Menurut John (1984) yang dikutip oleh Morgan dan Hunt (1994), inti dari

opportunistic behaviour adalah kebohongan atau penipuan yang terjadi akibat dari

pelanggaran janji mengenai tugas yang seharusnya dilakukan. Tiap organisasi

maupun individu cenderung untuk memaksimalkan kepentingan mereka dengan

berbagai macam cara, begitu juga dengan bank selaku penyedia layanan internet

banking. Ketika suatu pihak percaya bahwa mitra mereka melakukan opportunistic

behaviour, maka persepsi ini akan mengurangi kepercayaan (Morgan dan Hunt 1994)

dan hal ini telah dibuktikan oleh Morgan dan Hunt (1994), Mukherjee dan Nath

(2002).

Karena adanya kecenderungan suatu organisasi atau individu melakukan

opportunistic behaviour untuk memaksimalkan kepentingan mereka maka harus ada

pengawasan untuk mencegah opportunistic behaviour. Dengan adanya opportunistic

behavior control dalam internet banking melalui konsistensi bank dalam

menjalankan peraturan internet banking dan adanya sistem pengawasan dari bank

untuk menyediakan informasi internet banking yang akurat maka akan meningkatkan

kepercayaan pengguna terhadap internet banking yangtelah dibuktikan oleh Shergill

dan Li (2005) dalam penelitian mereka sehingga hipotesis ketiga yang diajukan

dalam penelitian ini adalah: H3: Diduga terdapat pengaruh positif antara

opportunistic behaviour control dan trust.

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Mukherjee dan Nath (2003) serta penelitian Shergill

dan Li (2005). Mukherjee dan Nath (2003) meneliti 510 pengguna online banking di

India tentang pengaruh shared value, communication dan opportunistic behaviour

terhadap trust dan pengaruh trust terhadap relationship commitment. Sedangkan

Shergill dan Li (2005) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan dan

loyalitas pengguna IBanking di New Zealand yang terdiri dari shared value,

communication, opportunistic behavior control mempengaruhi trust dan trust,

satisfaction, brand reputation, switching cost mempengaruhi loyalty.

Penelitian Mukherjee dan Nath (2003) dikembangkan berdasarkan teori

commitment-trust yang sangat terkenal dari Morgan dan Hunt (1994). Penelitian

16

Page 17: Tugas Proposal Sia2

yang dilakukan oleh Mukherjee dan Nath (2003) menemukan bahwa shared value

adalah faktor yang paling mempengaruhi kepercayaan konsumen dan berpengaruh

positif terhadap trust yang diikuti oleh opportunistic behaviour yang berhubungan

negatif dengan trust dan communication yang berhubungan positif terhadap trust.

Shared value juga faktor yang paling mempengaruhi commitment yang diikuti oleh

trust. Privacy, speed of response, regulatory control, reputation, degree and length

of association merupakan faktor yang paling tinggi pengaruhnya dalam konstruk

shared value, communication, opportunistic behaviour, trust dan commitment.

Sementara untuk penelitian di Indonesia, penulis menambahkan penelitian

dari Sri Maharsi dan Fenny (2007) dengan judul ”Analisa Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kepercayaan dan Pengaruh Kepercayaan Terhadap Loyalitas

Pengguna Internet Banking di Surabaya” serta penelitian dari Sri Maharsi dan

Yuliani Mulyadi (2007) dengan judul “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

Menggunakan Internet Banking dengan Menggunakan kerangka Technology

Acceptance Model (TAM) dan penelitian Gilang Rizky Amijaya (2010) mengenai

“ Pengaruh Persepsi Teknologi Informasi, Kemudahan, Resiko dan Fitur Layanan

terhadap Minat Ulang Nasabah Bank dalam Menggunakan Internet Banking (Studi

Kasus Pada Nasabah Bank BCA)”.

Gambar pertama dibawah ini merupakan model penelitian Shergill and Li

(2005) yaitu hubungan antara kepercayaan dan loyalitas pengguna serta variabel-

variabel terkait. Gambar kedua merupakan model penelitian Mukherjee and Nath

(2003) yang hanya menjelaskan model penelitian mengenai kepercayaan dan variabel

penyertanya. Gambar ketiga merupakan model penelitian gabungan antara model

Shergill and Li sera Mukherjee and Nath yang dipakai oleh Sri Maharsi dan Fenny

(2007) sebagai model penelitian mereka mengenai faktor-faktor pengaruh

kepercayaan terhadap loyalitas pengguna internet banking di Surabaya.

17

Page 18: Tugas Proposal Sia2

Gambar 1. Model Penelitian Shergill dan Li

Keterangan gambar:SAT : satisfactionBR : brand reputationSW : switching costPV : privacySC : securityET : ethicsOP : opennessSOR : speed of responseQOI : quality of informationRC : regulatory controlAIC : asymmetry information controlCC : contract control

18

Page 19: Tugas Proposal Sia2

Model Penelitian Mukherjee dan Nath

Keterangan gambar:X1: privacy X7: regulatory controlX2: security X8: information asymmetriX3: ethicsX4: opennessX5: speed of responseX6: quality of informationY1: technology orientation Y2: reputationY3: perceived riskY4: degree and length of associationY5: sense of belonging

19

Page 20: Tugas Proposal Sia2

Gambar 3 : Gabungan Model 1 dan Model 2

Keterangan gambar:SV : shared value.X1 : privacyX2 : securityX3 : ethicsCOM : communicationX4 : OpennessX5 : speed of responseX6 : quality of informationOBC : opportunistic behaviour controlX7 : regulatory controlX8 : asymmetry information controlTRU : trustY1 : technology orientationY2 : reputationY3 : perceived riskLYL : loyaltyY4 : intentionY5 : commitment

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua bank yang dibawahi oleh Bank

Indonesia. Metode pemilihan sampel penelitian ini adalah purposive sampling yang

merupakan metode pengambilan sampel dengan didasarkan pada kriteria tertentu

Sampelnya adalah bank-bank yang menggunakan sistem internet banking antara lain

20

Page 21: Tugas Proposal Sia2

Bank BCA, BNI, BRI, Mandiri, Lippo, BII, Mega, Bukopin, Permata, Panin, City

Bank, Niaga, dan Danamon.

Kriteria pemilihan sampel responden dalam penelitian ini yaitu nasabah pada

Bank Mandiri di Palembang karena merupakan bank terbesar di Indonesia dan

memiliki nasabah yang banyak serta survey pada Bank BCA sebagai bank pertama

penyelenggara internet banking dan juga memiliki nasabah yang banyak. Besarnya

sampel ditentukan berdasarkan jumlah responden yang mengembalikan daftar

pertanyaan. Periode penelitian ini adalah kurun waktu selama penyebaran kuesioner

sampai dengan ketika kuesioner yang terkumpul sudah memenuhi syarat untuk

diolah.

3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang berupa survey melalui

kuesioner yang dikirim kepada para nasabah pengguna internet banking pada Bank

Mandiri dan BCA yang ada di Palembang.

Data Penelitian ini menggunakan data primer yang merupakan data penelitian

yang diperoleh langsung dari sumber asli. Unit analisis dari penelitian ini adalah

semua responden yang menggunakan internet banking pada Bank Mandiri dan BCA

di Palembang.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei melalui kuesioner yang

dikirimkan kepada responden. Kuesioner dikirimkan secara langsung ke nasabah

melalui bantuan contact person yang ada di Bank tersebut dan juga melalui e-mail.

Kuesioner yang dikirimkan, disertai dengan surat pengantar yang berisi petunjuk

pengisian dan penjelasan tujuan penelitian.

3.3. Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan Analisis Regresi dan akan diolah menggunakan

SPSS. Sebagai alat bantu, digunakan perangkat lunak LISREL.

Dalam LISREL, model yang memenuhi asumsi normalitas akan

menghasilkan 2 jenis chi square, yaitu minimum fit function chi square (C1) dan

normal theory weighted least squares chi square (C2). (Ghozali dan Fuad 2005:30).

Model penelitian ini hanya menghasilkan C1 dan C2. Data dengan sample besar

21

Page 22: Tugas Proposal Sia2

(100), berdasarkan Dalil Limit Pusat (Central Limit Theorm), yaitu bilamana n

(sample size) besar, maka statistik dari sampel tersebut akan mendekati distribusi

normal, walaupun populasi dari mana sampel tersebut diambil tidak berdistribusi

normal (Solimun 2003:79).

Model penelitian dibawah ini adalah model penelitian Mukherjee and Nath.

Untuk penelitian ini, penulis mengadopsi model penelitian dari Mukherjee and Nath

yaitu mengenai model kepercayaan serta variabel-variabel yang menyertai

kepercayaan tersebut.

Model Penelitian

Keterangan gambar:X1: privacy X7: regulatory controlX2: security X8: information asymmetriX3: ethicsX4: opennessX5: speed of responseX6: quality of informationY1: technology orientation Y2: reputationY3: perceived riskY4: degree and length of associationY5: sense of belonging

22

Page 23: Tugas Proposal Sia2

3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Terdapat 4 variabel laten dalam penelitian ini, yaitu shared value,

communication, opportunistic behaviour control, dan trust. Shared value,

communication dan opportunistic behavior control adalah variabel exogen yang

mempengaruhi trust secara langsung.

Definisi dari variabel laten yang digunakan dalam penelitian ini: 1) Shared

value adalah keyakinan pengguna internet banking dan bank terhadap nilai-nilai

seperti ethics, security dan privacy, 2) Communication adalah pembagian informasi

yang berarti dan tepat waktu baik secara resmi maupun tidak resmi antara bank

dengan pengguna internet banking, 3) Opportunistic Behaviour Control adalah

pengontrolan terhadap kemungkinan bank melakukan penipuan terhadap pengguna

internet banking, 4)Trust adalah keadaan dimana pengguna internet banking

mempunyai rasa percaya diri terhadap reliabilitas dan integritas I-Banking.

Definisi dari variabel manifest yang digunakan untuk mengukur shared

value: 1) Ethics adalah kode-kode etika internet banking yang ditetapkan oleh bank

yang menjelaskan kesempatan bank memberikan informasi I-Banking yang tidak

lengkap atau membocorkan informasi yang pribadi dari pengguna internet banking

dan menjual informasi itu kepada pihak lain, 2) Privacy adalah kerahasiaan data

pribadi pengguna I-Banking, 3) Security adalah keamanan dalam menggunakan

internet banking.

Definisi dari variabel manifest yang digunakan untuk mengukur

communication adalah: 1) Openness adalah kesediaan I-Banking untuk

mendengarkan pendapat dan ide baru dari penggunanya, 2) Speed of Response adalah

kecepatan I-Banking untuk memberikan informasi yang diinginkan pengguna

internet banking, 3) Quality of Information adalah kemampuan IBanking untuk

menyediakan informasi yang terbaru mengenai produk maupun jasa terbaru yang

ditawarkan.

Definisi dari variabel manifest yang digunakan untuk mengukur opportunistic

behavior control 1) Regulatory Control adalah pengawasan terhadap konsistensi

bank dalam menjalankan peraturan-peraturan I-Banking, 2) Asymmetry Information

Control adalah sistem pengawasan dari bank supaya tidak memberikan informasi

23

Page 24: Tugas Proposal Sia2

yang tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya karena bank mempunyai

informasi I-Banking yang lebih banyak dari pengguna.

Definisi dari variabel manifest yang digunakan untuk mengukur trust: 1)

Technology Orientation adalah harapan pengguna internet banking bahwa

kemampuan dari teknologi internet banking misalnya kecepatan akses, apakah

jaringannya dapat dipercaya, sistem navigasi yang digunakan sesuai dengan harapan

mereka, 2) Reputation adalah keseluruhan kualitas atau karakter yang dapat dilihat

atau dinilai secara umum oleh masyarakat, 3) Perceived risk adalah besarnya resiko

dalam menggunakan internet banking yang diperkirakan oleh pengguna internet

banking.

Dari variabel Shared value, Communication dan Trust membentuk pula

variabel Relationship Comitment yaitu keinginan pengguna untuk menjaga hubungan

yang bernilai. Definisi dari variabel manifest yang digunakan untuk mengukur

Relationship Comitment adalah: 1) degree and lenght of association yaitu ukuran

derajat dan panjangnya suatu asosiasi atau hubungan pengguna internet banking

dan bank terkait serta 2) sense of belonging yaitu rasa memiliki dalam penggunaan

internet banking.

3.5. Metode Pengujian Instrumen dan Data

1. Uji Validitas

Uji validitas menggunakan pendekatan contruct validity karena dapat

mengukur gejala sesuai yang didefinisikan dengan alat analisis corrected item-total

correlation. Validitas instrumen ditentukan dengan mengkorelasikan antara skor

masing-masing item, selanjutnya nilai masing-masing corrected item-total

correlation pada item total statistics dibandingkan dengan nilai r tabel untuk uji dua

sisi pada taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (p=0,05), kesimpulannya

apabila nilai r corrected item-total correlation lebih besar dari nilai r tabel maka

pertanyaan tersebut valid (Triton, 2006:260-261).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas diukur menggunakan pendekatan konsistensi internal yang

dilakukan dengan mencoba instrumen sekali saja kemudian data yang diperoleh

24

Page 25: Tugas Proposal Sia2

dianalisis dengan teknik tertentu. Teknik analisis yang digunakan correlated item-

total correlation, selanjutnya nilai Cronbach’s Alpha dibandingkan dengan r tabel

untuk uji dua sisi pada taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (p=0,05), apabila

nilai r Cronbach’s Alpha lebih besar dari r tabel maka dapat disimpulkan pertanyaan

tersebut reliabel (Triton, 2006:260).

3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas Kolmogorof-Smirnov dengan persyaratan bahwa

data dikatakan terdistribusi normal jika probabilitas atau p lebih besar dari 0,05 pada

uji normalitas Kolmogorof-Smirnov (Triton, 2006:79).

4. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji multikolinieritas

digunakan nilai tolerance atau VIF (Variance Inflation Factor), apabila nilai

tolerance menjauhi 1 atau VIF menjauhi 1 pada output coefficient maka terdeteksi

multikolinieritas (Triton, 2006:156).

5. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah

satu uji yang dipakai untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dalam suatu model

adalah dengan Uji Park, yaitu meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-

masing variabel independen (LnX).

6. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi

linier ada korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time

series) atau ruang (cross section). Uji yang dipakai untuk mendeteksi adanya

autokorelasi dalam model adalah uji Durbin Wilson (DW).

25

Page 26: Tugas Proposal Sia2

3.6. Uji Hipotesis

Data yang berasal dari kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan oleh

responden, dan memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut, akan diolah dengan

menggunakan Structural Equation Model (SEM). Untuk melakukan pengujian

terhadap model dalam penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan software

Linear Structural Relationship (LISREL) 8.72 full version. Proses analisa terhadap

data dan model dilakukan dengan menguji model secara keseluruhan, menguji

kecocokan model pengukuran dan menguji kecocokan model struktural.

26