6
PENDEKATAN PELEMBAGAAN PROFESI A. Pendekatan Karakteristik Pendekatan karakteristik memandang bahwa profesi mempunyai seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya. Seorang penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen inti itu sudah menjadi bagian integral dari kehidupannya. Sifat atau karakteristik profesi itu menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan Intelektual yang diperoleh melalui pendidikan Pendidikan dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini, pelatihan- pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seseorang penyandang profesi. 2. Memiliki pengetahuan spesialis Pengetahuan spesialis adalah sebuah kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi “Guru”, akan tetapi guru sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi dan penguasaan metodelogi pembelajaran 3. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam

Tugas Profesi Kependidikan( Pak Sazili)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

stfyguiok

Citation preview

PENDEKATAN PELEMBAGAAN PROFESI

PENDEKATAN PELEMBAGAAN PROFESIA. Pendekatan KarakteristikPendekatan karakteristik memandang bahwa profesi mempunyai seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya. Seorang penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen inti itu sudah menjadi bagian integral dari kehidupannya. Sifat atau karakteristik profesi itu menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan Intelektual yang diperoleh melalui pendidikan Pendidikan dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seseorang penyandang profesi.

2. Memiliki pengetahuan spesialis Pengetahuan spesialis adalah sebuah kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi Guru, akan tetapi guru sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi dan penguasaan metodelogi pembelajaran3. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien

Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam pengetahuannya dibidang itu, dan makin akurat pula layanan kepada klien. 4. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable

Seorang guru harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh peserta didik5. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri

Istilah mandiri disini berati kewenangan akademiknya melekat pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski tidak berarti menafikan bantuan atau mereduksi semangat kolegalitas

6. Mementingkan kepentingan orang lain

Seorang guru harus siap memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan, apakah di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan di luar sekolah. 7. Memiliki kode etik

Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam bekerja8. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunita

Manakala terjadi malpratik, seorang guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari masyarakat, atau sanksi dari atasannya. Ketika bekerja, guru harus memiliki tanggung jawab kepada komunita, terutama anak didiknya.9. Mempunyai sistem upah

Sistem upah yang dimaksud disini adalah standar gaji. Di dunia kedokteran, sistem upah dapat pula diberi makna sebagai tarif yang ditetapkan dan harus dibayar oleh orang yang menerima jasa layanannya 10. Budaya profesional

Budaya profesi, bisa berupa penggunaan simbol-simbol yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain B. Pendekatan InstitusionalH.L.Wilensky (1976) mengemukakan lima langkah untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan:

1. Memunculkan suatu pekerjaanyang penuh waktu atau full-time, bukan pekerjaan sambilan. Sebutan full-time mengandung makna bahwa penyandang profesi menjadikan pekerjaan tertentu menjadi pekerjaan utamanya. Tidak berarti tidak ada kesempatan baginya untuk melakukan usaha kerja lain sebagai pekerjaan tambahan yang menghasilkan pekerjaan tambahan pula2. Menetapkan sekolah tempat menjalani proses pendidikan atau pelatihan. Jenis profesi tertentu hanya dihasilkan oleh lembaga pendidikan yang tertentu pula, misalnya hakim, jaksa dan pengacara dihasilkan oleh Fakultas hukum; dokter dihasilkan oleh Fakultas kedokteran dan sebagainya

3. Mendirikan asosiasi profesi. Bentuk asosiasi itu bisa bermacam- macam seperti PGRI, IPBI dan sebagainya4. Melakukan agitasi secara politis untuk memperjuangkan adanya perlindungan hukum terhadap asosiasi atau perhimpunan tersebut

5. Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan. Kode etik merupakan norma-norma yang menjadi acuan seorang penyandang pekerjaan profesional dalam bekerja

Sedikit berbeda dengan Wilensky, T.Caplow (1975) mengemukakan lima tahap memprofesionalkan suatu pekerjaan:1. Menetapkan perkumpulan profesi, yang merupakan sebuah organisasi keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang seprofesi2. Mengubah dan menetapkan pekerjaan itu menjadi suatu kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud disini adalah bahwa pekerjaan itu dibutuhkan oleh masyarakat, umumnya dalam bentuk jasa atau layanan khusus yang bersifat khas

3. Menetapkan dan mengembangkan kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang menjadi acuan perilaku. Dalam makna bahwa pelanggaran kode etik berarti mereduksi martabat profesinya4. Melancarkan agitasi untuk memperoleh dukungan masyarakat. Dukungan ini bermakna pengakuan, tidak jarang pula suatu organisasi atau kelompok profesi mempunyai kekuatan khusus yang diperhitungkan oleh masyarakat, penguasa, dunia kerja dan lain-lain

5. Secara bersama mengembangkan fasilitas latihan, yang merupakan wahana bagi penyandang profesi untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya menuju sosok profesi yang sesungguhnya

C. Pendekatan LegalistikPendekatan legalistik yaitu pendekatan yang menekankan adanya pengakuan atas suatu profesi oleh negara atau pemerintah. Suatu pekerjaan dapat disebut profesi jika dilindungi oleh undang-undang atau produk hukum yang ditetapkan oleh pemerintahan suatu negara. Menurut M. Friedman (1976) pengakuan atas suatu pekerjaan menjadi suatu profesi sesungguhnya dapat ditempuh melalui tiga tahap, yaitu:

1. Registrasi adalah suatu aktifitas dimana jika seseorang yang ingin melakukan pekerjaan profesional, terlebih dahulu rencana-rencananya harus diregistrasikan pada kantor registrasi milik negara.

2. Sertifikasi, mengandung makna jika hasil penelitian atas persyaratan pendaftaran yang diajukan oleh calon penyandang profesi dipandang memenuhu persyaratan, kepadanya diberikan pengakuan oleh negara atas kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Bentuk pengakuan tersebut adalah pemberian sertifikat kepada penyandang profesi tertentu 3. Lisensi, mengandung makna, bahwa atas dasar sertifikat yang dimiliki oleh seseorang barulah orang tersebut memiliki izin atau lisensi dari negara untuk mempraktikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Efektivitas proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas sangat ditentukan oleh kompetensi guru, di samping faktor lain, seperti anak didik, lingkungan, dan fasilitas. Mereka tidak hanya memerankan fungsi sebagai subjek yang mentransfer pengetahuan kepada anak didik, melainkan juga melakukan tugas-tugas sebagai fasilitator, motivator, dinamisitator dalam pembelajaran, baik di dalam maupun diluar kelas.