Click here to load reader
Upload
agung-hadi-wibowo
View
217
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
1
TUGAS PRAKTIKUM BIOMOLEKULERBLOK 9
1. Ekstraksi DNA
Prinsip kerja dari ekstraksi DNA / DNA Extractiona. Preparasi sel/jaringan
Darah yang digunakan leukositnya, eritrosit dilisiskan dan dibuang. Secepatnya diekstraksi untuk mendapat hasil optimal,leukosit disimpan sebaiknya pada suhu 4 derajat C, penyimpanan yang lama (> 1 bulan) akan menurunkan hasil ekstraksi, volume 3 – 5 ml whole blood. Jaringan yang diambil secepatnya diekstraksi. Penyimpanan jaringan pada suhu -80 derajat. Jaringan yang disimpan dalam paraffin blok sulit untuk diekstraksi.
b. Lisis membran sel/organella (nukleus)Senyawa yang digunakan untuk melisiskan membran yaitu Phenol : senyawa yang sangat kuat untuk melisiskan membran, tetapi toksik. Selain itu digunakan Guanidine isothicyanate : tidak toksik, digunakan sebagai pengganti phenol
c. Denaturasi senyawa organik Untuk medenaturisasi protein yang ada digunakan senyawa Kloroform : paling banyak digunakan karena prosedur sederhana, murah, mudah diperoleh. Selain kloroform juga digunakan Proteinase K untuk denaturasi protein tetapi perlu inkubasi.
d. Presipitasi DNADigunakan senyawa Isopropanol dengan volume 1:1, atau Ethanol absolut dan sodium asetat 1 : 10
e. Pencucian/washingPencucian sisa senyawa mengunakan Ethanol 70%.
Metode-metode yang digunakan dalam ekstraksi DNAa. Phenol:chloroform
Mengunakan senyawa Phenol-choloroform-isoamyl alcohol, Metode standar untuk ekstraksi DNA,Akhir-akhir ini ditinggalkan, karena sifat toksik phenol
b. Salting OutMenggunakan garam konsentrasi tinggi (NaCl 6 M), untuk medenaturisasi protein menggunakan Proteinase K untuk denaturasi protein
c. Guanidine isothiocyanate Metode ini lebih cepat dibanding dua metode sebelumnya, Thiocyanate bersifat toksik, untuk lisis dinding sel , Memerlukan chloroform untuk denaturasi protein.
d. Silica GelSilica gel dapat mengikat DNA dengan perantaraan garam/buffer tertentu (NaI), Cepat, tetapi recovery DNA kurang.
2
Pengukuran kualitas DNA
Kualitas DNA yaitu utuh, tidak putus-putus, konsentrasinya tinggi dan tidak banyak terkontaminasi protein. Menentukan kualitas DNA dengan Spektrofotometer pada panjang gelombang 260 nm (protein 280 nm; DNA baik apabila pengukuran pada 260:280 = 1,7 – 1,9). Satu OD = 50 ng DNA. Dilihat dengan elektroforesis, band yang tebal secara kualitatif menunjukkan DNA yang bagus.
Penyimpanan DNADNA disimpan dalam TE buffer (tris-hydroxymethyl amino methana – EDTA), Disimpan –
80 derajat bisa tahan bertahun-tahun. Untuk kerja, sebaiknya disiapkan DNA yang sudah diencerkan menjadi 100 ng/mikroliter. Freezing – thawing berulang dapat meyebabkan kerusakan DNA.
Sumber:http://id.shvoong.com/exact-sciences/bioengineering-and-biotechnology/2111537-ekstraksi-dna-dna-extraction/#ixzz1zkwMzCRy
2. PCR (Polymerase Chain Reaction)
a. Tinjauan UmumPolymerase Chain Reaction (PCR) adalah metode untuk amplifikasi (perbanyakan) primer
oligonukleotida diarahkan secara enzimatik urutan DNA spesifik. Teknik ini mampu
memperbanyak sebuah urutan 105-106-kali lipat dari jumlah nanogram DNA template dalam
latar belakang besar pada sequence yang tidak relevan (misalnya dari total DNA genomik).
Sebuah prasyarat untuk memperbanyak urutan menggunakan PCR adalah memiliki pengetahuan,
urutan segmen unik yang mengapit DNA yang akan diamplifikasi, sehingga oligonucleotides
tertentu dapat diperoleh. Hal ini tidak perlu tahu apa-apa tentang urutan intervening antara
primer. Produk PCR diamplifikasi dari template DNA menggunakan DNA polimerase stabil-
panas dari Thermus aquaticus (Taq DNA polimerase) dan menggunakan pengatur siklus termal
otomatis (Perkin-Elmer/Cetus) untuk menempatkan reaksi sampai 30 atau lebih siklus
denaturasi, anil primer, dan polimerisasi. Setelah amplifikasi dengan PCR, produk ini dipisahkan
dengan elektroforesis gel poliakrilamida dan secara langsung divisualisasikan setelah pewarnaan
dengan bromida etidium.
3
PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu teknik perbanyakan (amplifikasi)
potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer
oligonukleotida. Primer yang digunakan sebagai pembatas daerah yang diperbanyak adalah DNA
untai tunggal yang urutannya komplemen dengan DNA templatnya. Proses tersebut mirip dengan
proses replikasi DNA secara in vivo yang bersifat semi konservatif.
PCR memungkinkan adanya perbanyakan DNA antara dua primer, hanya di dalam tabung
reaksi, tanpa perlu memasukkannya ke dalam sel (in vivo). Pada proses PCR dibutuhkan DNA
untai ganda yang berfungsi sebagai cetakan (templat) yang mengandung DNA-target (yang akan
diamplifikasi) untuk pembentukan molekul DNA baru, enzim DNA polimerase,
deoksinukleosida trifosfat (dNTP), dan sepasang primer oligonukleotida. Pada kondisi tertentu,
kedua primer akan mengenali dan berikatan dengan untaian DNA komplemennya yang terletak
pada awal dan akhir fragmen DNA target, sehingga kedua primer tersebut akan menyediakan
gugus hidroksil bebas pada karbon 3’. Setelah kedua primer menempel pada DNA templat, DNA
polimerase mengkatalisis proses pemanjangan kedua primer dengan menambahkan nukleotida
yang komplemen dengan urutan nukleotida templat. DNA polimerase mengkatalisis
pembentukan ikatan fosfodiester antara OH pada karbon 3’ dengan gugus 5’ fosfat dNTP yang
ditambahkan. Sehingga proses penambahan dNTP yang dikatalisis oleh enzim DNA polimerase
ini berlangsung dengan arah 5’→3’ dan disebut reaksi polimerisasi. Enzim DNA polimerase
hanya akan menambahkan dNTP yang komplemen dengan nukleotida yang terdapat pada rantai
DNA templat.
PCR melibatkan banyak siklus yang masing-masing terdiri dari tiga tahap berurutan, yaitu
pemisahan (denaturasi) rantai DNA templat, penempelan (annealing) pasangan primer pada
DNA target dan pemanjangan (extension) primer atau reaksi polimerisasi yang dikaalisis oleh
DNA polimerase.
b. Komponen PCR
Selain DNA template yang akan digandakan dan enzim DNA polymerase, komponen lain yang dibutuhkan adalah:
Primer
Primer adalah sepasang DNA utas tunggal atau oligonukleotida pendek yang menginisiasi sekaligus membatasi reaksi pemanjangan rantai atau polimerisasi DNA. Jadi jangan membayangkan kalau PCR mampu menggandakan seluruh DNA bakteri E. coli yang panjangnya
4
kira-kira 3 juta bp itu. PCR hanya mampu menggandakan DNA pada daerah tertentu sepanjang maksimum 10000 bp saja, dan dengan teknik tertentu bisa sampai 40000 bp. Primer dirancang untuk memiliki sekuen yang komplemen dengan DNA template, jadi dirancang agar menempel mengapit daerah tertentu yang kita inginkan.
dNTP (deoxynucleoside triphosphate)
dNTP alias building blocks sebagai ‘batu bata’ penyusun DNA yang baru. dNTP terdiri atas 4 macam sesuai dengan basa penyusun DNA, yaitu dATP, dCTP, dGTP dan dTTP.
Buffer
Buffer yang biasanya terdiri atas bahan-bahan kimia untuk mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum dan menstabilkan enzim DNA polymerase.
Ion Logam
Ion logam bivalen, umumnya Mg++, fungsinya sebagai kofaktor bagi enzim DNA polymerase. Tanpa ion ini enzim DNA polymerase tidak dapat bekerja.
Ion logam monovalen, kalsium (K+).
c. Tahapan Reaksi
Setiap siklus reaksi PCR terdiri atas tiga tahap, yaitu:
DenaturasiDenaturasi dilakukan dengan pemanasan hingga 96oC selama 30-60 detik. Pada suhu ini DNA untai ganda akan memisah menjadi utas tunggal.
AnnealingSetelah DNA menjadi utas tunggal, suhu diturukan ke kisaran 40-60oC selama 20-40 detik untuk memberikan kesempatan bagi primer untuk menempel pada DNA template di tempat yang komplemen dengan sekuen primer.
Ekstensi/elongasiDilakukan dengan menaikkan suhu ke kisaran suhu kerja optimum enzim DNA polymerase, biasanya 70-72oC. Pada tahap ini DNA polymerase akan memasangkan dNTP yang sesuai pada pasangannya, jika basa pada template adalah A, maka akan dipasang dNTP, begitu seterusnya (ingat pasangan A adalah T, dan C dengan G, begitu pula sebaliknya). Enzim akan memperpanjang rantai baru ini hingga ke ujung. Lamanya waktu ekstensi bergantung pada panjang daerah yang akan diamplifikasi, secara kasarnya adalah 1 menit untuk setiap 1000 bp.
Selain ketiga proses tersebut biasanya PCR didahului dan diakhiri oleh tahapan berikut:
5
Pra-denaturasiDilakukan selama 1-9 menit di awal reaksi untuk memastikan kesempurnaan denaturasi dan mengaktifasi DNA Polymerase (jenis hot-start alias baru aktif kalau dipanaskan terlebih dahulu).
Final ElongasiBiasanya dilakukan pada suhu optimum enzim (70-72oC) selama 5-15 menit untuk memastikan bahwa setiap utas tunggal yang tersisa sudah diperpanjang secara sempurna. Proses ini dilakukan setelah siklus PCR terakhir
PCR dilakukan dengan menggunakan mesin Thermal Cycler yang dapat menaikkan dan menurunkan suhu dalam waktu cepat sesuai kebutuhan siklus PCR. Pada awalnya orang menggunakan tiga penangas air (water bath) untuk melakukan denaturasi, annealing dan ekstensi secara manual, berpindah dari satu suhu ke suhu lainnya menggunakan tangan. Tapi syukurlah sekarang mesin Thermal Cycler sudah terotomatisasi dan dapat diprogram sesuai kebutuhan.
d. Aplikasi teknik PCR
Saat ini PCR sudah digunakan secara luas untuk berbagai macam kebutuhan, diantaranya:
Isolasi Gen
Fungsi utama DNA adalah sebagai sandi genetik, yaitu sebagai panduan sel dalam memproduksi protein, DNA ditranskrip menghasilkan RNA, RNA kemudian diterjemahkan untuk menghasilkan rantai asam amino alias protein. Dari sekian panjang DNA genome, bagian yang menyandikan protein inilah yang disebut gen, sisanya tidak menyandikan protein atau disebut ‘junk DNA’, DNA ‘sampah’ yang fungsinya belum diketahui dengan baik.
Kembali ke pembahasan isolasi gen, para ahli seringkali membutuhkan gen tertentu untuk diisolasi. Sebagai contoh, dulu kita harus mengekstrak insulin langsung dari pancreas sapi atau babi, kemudian menjadikannya obat diabetes, proses yang rumit dan tentu saja mahal serta memiliki efek samping karena insulin dari sapi atau babi tidak benar-benar sama dengan insulin manusia.
Berkat teknologi rekayasa genetik, kini mereka dapat mengisolasi gen penghasil insulin dari DNA genome manusia, lalu menyisipkannya ke sel bakteri (dalam hal ini E. coli) agar bakteri dapat memproduksi insulin juga. Hasilnya insulin yang sama persis dengan yang dihasilkan dalam tubuh manusia, dan sekarang insulin tinggal diekstrak dari bakteri, lebih cepat, mudah, dan tentunya lebih murah ketimbang cara konvensional yang harus ‘mengorbankan’ sapi atau babi.
6
DNA Sequencing
Urutan basa suatu DNA dapat ditentukan dengan teknik DNA Sequencing, metode yang umum digunakan saat ini adalah metode Sanger (chain termination method) yang sudah dimodifikasi menggunakan dye-dideoxy terminator, dimana proses awalnya adalah reaksi PCR dengan pereaksi yang agak berbeda, yaitu hanya menggunakan satu primer (PCR biasa menggunakan 2 primer) dan adanya tambahan dideoxynucleotide yang dilabel fluorescent. Karena warna fluorescent untuk setiap basa berbeda, maka urutan basa suatu DNA yang tidak diketahui bisa ditentukan.
Forensik
Identifikasi seseorang yang terlibat kejahatan (baik pelaku maupun korban), atau korban kecelakaan/bencana kadang sulit dilakukan. Jika identifikasi secara fisik sulit atau tidak mungkin lagi dilakukan, maka pengujian DNA adalah pilihan yang tepat. DNA dapat diambil dari bagian tubuh manapun, kemudian dilakukan analisa PCR untuk mengamplifikasi bagian-bagian tertentu DNA yang disebut fingerprints alias DNA sidik jari, yaitu bagian yang unik bagi setiap orang. Hasilnya dibandingkan dengan DNA sidik jari keluarganya yang memiliki pertalian darah, misalnya ibu atau bapak kandung. Jika memiliki kecocokan yang sangat tinggi maka bisa dipastikan identitas orang yang dimaksud.
Konon banyak kalangan tertentu yang memanfaatkan pengujian ini untuk menelusuri orang tua ‘sesungguhnya’ dari seorang anak jika sang orang tua merasa ragu.
Diagnosa Penyakit
Penyakit Influenza A (H1N1) yang sebelumnya disebut flu babi sedang mewabah saat ini, bahkan satu fase lagi dari fase pandemi. Penyakit berbahaya seperti ini memerlukan diagnosa yang cepat dan akurat.
PCR merupakan teknik yang sering digunakan. Teknologi saat ini memungkinkan diagnosa dalam hitungan jam dengan hasil akurat. Disebut akurat karena PCR mengamplifikasi daerah tertentu DNA yang merupakan ciri khas virus Influenza A (H1N1) yang tidak dimiliki oleh virus atau makhluk lainnya.
3. Elektroforesis
7
a. Cara Kerja Elektroforesis Gel Agarosa
Larutan DNA yang bermuatan negatif dimasukkan ke dalam sumursumur pada gel
agarosa dan diletakkan pada kutub negatif. Apabila dialiri arus listrik dengan menggunakan
larutan buffer yang sesuai maka DNA akan bergerak ke kutub positif. Gel agarosa dengan tebal
0,5 cm akan memaksa DNA dengan ukuran 5 sampai 60 kb bergerak melewati celah
kerangka agarosa yang membentuk pori-pori dengan ukuran tertentu sesuai dengan konsentrasi
agarosa. Laju migrasi atau kecepatan pergerakan DNA dalam medan listrik berbanding
terbalik dengan massa DNA, tergantung dari muatan dan berat molekul DNA.
Sebelum dilakukan elektroforesis, sampel perlu ditambahkan larutan pemberat (loading
buffer) yang terdiri dari polietilenglikol atau gliserin, bromfenol biru dan aquades.
Penambahan gliserin ini akan menaikkan densitas sampel sehingga akan masuk ke dalam
sumuran gel agarosa dengan baik. Sedangkan bromfenol biru merupakan pewarna yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi jalannya sampel pada gel agarosa.
Setelah proses elektroforesis selesai, selanjutnya dilakukan proses pewarnaan (staining)
agar molekul sampel yang telah terpisah dapat dilihat. Penambahan Etidhium Bromida (EtBr) pada
proses visualisasi akan mengikat DNA sehingga migrasi DNA dapat terdeteksi jika dikenai
sinar ultraviolet.
Larutan EtBr akan masuk diantara ikatan hidrogen pada DNA, sehingga pita fragmen DNA
akan terlihat di bawah lampu ultraviolet. Larutan EtBr ini digunakan sebagai alat untuk
mengidentifikasi dan mengukur semi-kualitatif fragmen DNA yang terseparasi dalam gel. Selain
itu larutan EtBr akan terikat diantara dua untai ganda DNA dan berinteraksi diantara basa molekul
DNA, sehingga menyebabkan pita DNA dalam gel agarosa akan berpendar kuning jingga bila
disinari ultraviolet pada panjang gelombang yang pendek karena pewarna ini mengandung zat
fluoresence.
Pita-pita (band) pada lajur-lajur (lane) yang berbeda pada gel agarosa akan tampak
setelah proses pewarnaan. Satu lajur merupakan arah pergerakan sampel dari "sumur" gel.
Pita yang berjarak sama dari sumur gel pada akhir elektroforesis mengandung molekul yang
bergerak di dalam gel selama elektroforesis dengan kecepatan yang sama, yang biasanya berarti
bahwa molekul-molekul tersebut berukuran sama. "Marka" atau penanda (marker) yang
merupakan campuran molekul dengan ukuran berbeda-beda dapat digunakan untuk menentukan
8
panjang amplikon atau ukuran molekul dalam pita sampel dengan mengelektroforesis marka
tersebut pada lajur di gel yang paralel dengan sampel. Pita-pita pada lajur marka tersebut dapat
dibandingkan dengan pita sampel untuk menentukan ukurannya.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Migrasi DNA
Kecepatan migrasi selama DNA bergerak menembus gel agarosa dipengaruhi oleh
beberapa faktor utama, yaitu:
1. Ukuran Molekul DNA
Molekul DNA yang berukuran kecil akan bermigrasi lebih cepat dibanding yang
berukuran besar, sehingga elektroforesis mampu memisahkan fragmen DNA
berdasarkan ukuran panjangnya, misal DNA linier lebih cepat dibanding DNA sirkuler.
Jarak migrasi molekul DNA pada gel adalah berbanding terbalik proporsional log-10
dari jumlah pasangan basa-basa.
2. Konsentrasi Gel Agarosa
Fragmen DNA yang bervariasi ukuran molekulnya akan bergerak sesuai dengan
konsentrasi dari gel agarosa yang digunakan
Tabel 2. Konsentrasi Gel Agarosa dan Ukuran Molekul DNA
No Konsentrasi Gel Agarose (%) Effisiensi Range PemisahanPada DNA Linier (kb)
1 0,3 60 – 52 0,6 20 – 13 0,7 10 – 0,84 0,9 7 – 0,55 1,2 6 – 0,46 1,5 4 – 0,27 2,0 3 – 0,1
3. Konformasi DNA
Laju migrasi juga tergantung pada bentuk atau konformasi DNA, kita tahu bahwa ada
3 macam bentuk DNA yaitu super-helix circular, circular- opened dan linier. Meskipun
ketiga bentuk itu mempunyai berat yang sama tetapi laju migrasi pada gel elektroforesis
berbeda. Perbedaan laju migrasi ini karena:
a. konsentrasi gel agarosa
9
b. kekuatan arus listrik dan ionik buffer yang digunakan
c. densitas kembaran superheliks pada bentuk super-helix circular
d. pada beberapa kondisi bentuk super-helix circular lebih cepat dibanding bentuk
linier
e. tergantung juga kenaikan kuantitas EtBr: konsentrasi EtBr meningkat, maka pengikatan
DNA meningkat pula sehingga mobilitas meningkat tajam, contoh untuk bentuk super-
helix circular
f. konsentrasi EtBr kritis antara 0,1 mg/ml-0,5ml/mg
4. Penggunaan Voltage dan Arah Dari Bidang Elektris
Voltage rendah menyebabkan laju migrasi DNA linier proporsional. Idealnya
untuk DNA ± 2kb pada gel agarosa bergerak ± 5v/cm. Arah dari bidang elektris konstans
untuk DNA 50-100kb bergerak dengan laju yang sama, akan berubah secara periodik sesuai
kecepatan pergerakan DNA akan berubah juga.
5. Komposisi Basa DNA atau Temperatur
Elektroforesis DNA pada gel agarosa tidak dipengarui oleh komposisi basa DNA
maupun oleh suhu kamar saat gel dijalankan. Sehingga dalam gel agarosa mobilitas
elektroforesis fragmen DNA dengan berbagai ukuran tidak berubah antara 4oC dan 30oC.
Pada umumnya gel agarosa dijalankan pada temperatur kamar. Namun gel yang
mengandung agarosa kurang dari 1,5% adalah sangat lunak, sehingga paling baik bila
dijalankan pada 4oC supaya gel cukup keras.
6. Keberadaan Pewarna DNA
Iintercalating agent ethidium bromide (EtBr) adalah pewarna fluoresence untuk
deteksi asam nukleat, EtBr ini akan mengikat pada sela-sela pasangan basa DNA. EtBr
dapat mengurangi mobilitas DNA linier sampai 15%. Hanya sedikit DNA ± 1ng dapat
dideteksi secara langsung dengan cara gel diletakkan pada media UV-transilluminator. EtBr
dapat digunakan untuk mendeteksi single atau double-stranded asam nukleat (DNA atau
RNA). PERHATIAN! EtBr ini powerful mutagen, sehingga pengguna harus selalu
memakai sarung tangan pada saat bekerja dan lindungi mata dengan kaca pelindung pada saat
mengamati di atas UV-transilluminator.
10
7. Komposisi Buffer Elektroforesis
Buffer elektroforesis yang digunakan harus sesuai dengan pelarut yang digunakan
untuk pembuatan gel agarosa, misal:
a. Tris-acetate: umum dipakai untuk preparative, kemampuannya paling rendah, tetapi
efektif untuk isolasi DNA dari gel agarosa baik elektroelusi maupun gel ekstraksi.
b. Tris-borat: resolusi cukup baik, tetapi untuk mengisolasi kembali DNA dari agarosa
kurang effektif, karena ada interaksi dengan agarosa.
c. Prosedur Elektroforesis Gel Agarosa
Elektroforesis dengan gel agarosa merupakan metode standar untuk memisahkan,
mengidentifikasi, mengkarakterisasi dan purifikasi dari molekul DNA. Cara pemisahan dengan
elektroforesis ini merupakan pemisahan fragmen DNA berdasarkan berat molekulnya
dengan menggunakan arus listrik. Prosedur elektroforesis dengan gel agarosa ialah sebagai
berikut:
1. Siapkan gel agarosa 0,8 – 1 %. Misal untuk gel agarosa 1 % pada cetakan ukuran besar,
maka bubuk agarosa ditimbang sebanyak 0,7 gram kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer.
2. Selanjutnya dilarutkan dengan TAE buffer sebanyak 70 ml.
3. Erlenmeyer ditutup dengan plastik wrapping dan diberi lubang kemudian dipanaskan dalam
microwave hingga agarosa larut.
4. Setelah agarosa larut yang ditandai dengan larutan berubah menjadi bening, dinginkan
selama 1-2 menit hingga temperatur hangat-hangat kuku atau sekitar 80oC.
5. Kemudian larutan agarosa dituangkan dalam cetakan yang telah diatur keseimbangan
posisinya dan telah dipasang sisirnya. Tuangkan dari sebelah pojok kanan bawah dan
dibiarkan memadat selama 30-45 menit pada suhu ruang (250C).
6. Apabila gel telah mengeras, sisir diambil kemudian gel dan cetakannya dimasukkan ke
dalam tangki elektroforesis dan dituang TAE buffer sampai gel terendam, sekitar 1 mm
di atas gel.
7. Sampel yang akan dielektroforesis dicampur loading buffer dengan komposisi 2 μl
DNA dan 1 μl loading buffer. Semuanya dicampur dengan pipet mikro kemudian
diinjeksikan ke dalam sumur pada gel agarosa.
11
8. Hubungkan elektroda dengan power supply yang dialiri arus listrik 50 Volt hingga proses running
selesai (sekitar 60 menit) atau mencapai sekitar 1,5 cm dari batas bawah gel agarosa. Setelah
selesai, matikan dan ambil gel.
9. Kemudian rendam gel agarosa sekitar 15-20 menit pada larutan TAE yang telah ditambahkan 5
µl EtBr 1 mg/ml.Pindahkan gel agarosa ke UV-translluminator dan amati hasilnya.
Selanjutnya hasil didokumentasikan dengan menggunakan Chemidoc Gel Imaging
(Gambar 10).
Elektroforesis gel agarosa juga dapat digunakan untuk mengamati hasil PCR DNA.
Perbandingan komposisi yang digunakan antara loading buffer dan sampel adalah 1 : 5.
Marker yang digunakan memiliki ukuran 1 kn sebanyak 1 μl.
4. Primer
Gen yang dipilih dalam tugas untuk membuat primer ini adalah gen APCDD1
(adenomatosis polyposis coli down-regulated 1) pada kromosom 18. Gen ini merupakan gen
pembawa sifat kebotakan pada manusia.
Berikut hasil primer gen yang telah dibuat (via frodo.wi.mit.edu/ )
Primer3 Output
PRIMER PICKING RESULTS FOR Gen Kebotakan APCDD1
No mispriming library specifiedUsing 1-based sequence positionsOLIGO start len tm gc% any 3' seq LEFT PRIMER 87 19 60.52 63.16 5.00 0.00 GGCCTACACTGTCCCCTTGRIGHT PRIMER 188 19 61.55 57.89 6.00 1.00 GTCCCAAGCCTCGGAAAGTSEQUENCE SIZE: 213INCLUDED REGION SIZE: 213
PRODUCT SIZE: 102, PAIR ANY COMPL: 5.00, PAIR 3' COMPL: 1.00
1 CCGAGGGCCACTCGAGCGCTCCCAGCCGGCGGAGGCAGCCCGGGCGCCGCGGAGCCCGCG
61 GAGGCGTCGGGTCTGGATCGCGGCACGGCCTACACTGTCCCCTTGGCGGGGCGGGTCCGA >>>>>>>>>>>>>>>>>>>
121 GGGGAGCCCCGCGCCTGCCGTCTCAGCCCTGGGAGAGGGGGCTCTGCCCACTTTCCGAGG <<<<<<<<<<<
12
181 CTTGGGACCGCTCTCCCCCAGGGCGCCCGGAGC <<<<<<<<
KEYS (in order of precedence):>>>>>> left primer<<<<<< right primer
ADDITIONAL OLIGOS start len tm gc% any 3' seq
1 LEFT PRIMER 88 19 60.52 63.16 5.00 2.00 GCCTACACTGTCCCCTTGG RIGHT PRIMER 188 19 61.55 57.89 6.00 1.00 GTCCCAAGCCTCGGAAAGT PRODUCT SIZE: 101, PAIR ANY COMPL: 5.00, PAIR 3' COMPL: 1.00
2 LEFT PRIMER 87 19 60.52 63.16 5.00 0.00 GGCCTACACTGTCCCCTTG RIGHT PRIMER 188 18 60.74 61.11 6.00 1.00 GTCCCAAGCCTCGGAAAG PRODUCT SIZE: 102, PAIR ANY COMPL: 4.00, PAIR 3' COMPL: 2.00
3 LEFT PRIMER 87 19 60.52 63.16 5.00 0.00 GGCCTACACTGTCCCCTTG RIGHT PRIMER 187 18 60.74 55.56 6.00 1.00 TCCCAAGCCTCGGAAAGT PRODUCT SIZE: 101, PAIR ANY COMPL: 5.00, PAIR 3' COMPL: 1.00
4 LEFT PRIMER 88 19 60.52 63.16 5.00 2.00 GCCTACACTGTCCCCTTGG RIGHT PRIMER 188 18 60.74 61.11 6.00 1.00 GTCCCAAGCCTCGGAAAG PRODUCT SIZE: 101, PAIR ANY COMPL: 5.00, PAIR 3' COMPL: 1.00
Statistics con too in in no tm tm high high high sid many tar excl bad GC too too any 3' poly end ered Ns get reg GC% clamp low high compl compl X stab okLeft 1087 0 0 0 561 0 3 513 0 0 0 6 4Right 1059 0 0 0 335 0 3 696 0 0 0 9 16Pair Stats:considered 64, unacceptable product size 47, high end compl 9, ok 8primer3 release 1.1.4